Case Tb Gita
-
Upload
anggita-nur-aziza -
Category
Documents
-
view
41 -
download
2
Transcript of Case Tb Gita
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
Nama Mahasiswa : Anggita Nur Aziza Dokter Pembimbing : dr.Herry Susanto, Sp.A
NIM : 030.07.019 Tanda tangan :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Bengle Selatan RT 09 RW 02 Talang
Nama ayah : Tn. Z
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Buruh besi
Pendidikan : SMA
Penghasilan : 1.000.000 per bulan
Nama ibu : Ny. T
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : SMA
1
Penghasilan : 500.000 per bulan
Ruangan : Melati
No. CM : 00638868
Datang ke RSU Kardinah Tegal : 30 Desember 2012
II. DATA DASAR
ANAMNESIS (Alloanamnesis dan Autoanamnesis)
Anamnesis dengan pasien dan orang tua pasien dilakukan pada tanggal 3
Januari 2013 di Bangsal Melati pukul 11.00 WIB.
Keluhan Utama : Panas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Kardinah Tegal
dengan keluhan panas. Sejak 10 hari yang lalu panas dirasakan naik turun,
terutama dirasa lebih panas pada malam hari, kadang disertai mengigil dan
keringat dingin, panas dirasa tidak pernah turun seperti sebelum sakit. Selain
itu, sejak sakit nafsu makan pasien juga menurun sehingga berat badan pasien
ikut turun.
2 hari setelah panas, pasien telah berobat ke dokter umum dan telah
diberi obat penurun panas dan penambah nafsu makan, namun keluhan dirasa
tidak berkurang. Ibunya juga mengatakan bahwa pasien sering batuk, batuk
disertai dahak berwarna hijau, Batuk timbul jika pasien kecapekaan dan udara
dingin. Batuk juga sering timbul jika malam hari atau saat mau tidur. Batuk
dirasa berdahak, apabila dikeluarkan maka dahaknya berwarna hijau
kekuningan, tidak ada batuk darah sebelumnya.
1 hari sebelum dibawa ke rumah sakit, panas dan batuk dirasa terus
menerus sehingga ibunya membawa pasien ke IGD RSU Kardinah Tegal
untuk berobat dan setelah itu disarankan untuk dirawat inap.
Pasien mengatakan tidak merasa pusing, lemas, sesak nafas, nyeri
menelan, sesak nafas, mimisan, riwayat perdarahan lain, mual, muntah, nyeri
perut.
2
Buang air besar 1x sehari, konsistensi lunak. Buang air kecil tidak
terasa nyeri, tidak perih dan tidak terasa panas.
Ibunya mengatakan bahwa sejak 2 tahun lalu, berat badan pasien sulit
naik. Selain itu, pasien juga sulit makan, pasien biasa makan 3x sehari namun
tidak habis. Ibunya mengeluhkan bahwa sejak usia 5 tahun, pasien sering
panas dan batuk namum tidak berobat ke dokter, dan hanya diberi penurun
panas dan pereda batuk.
Ibunya mengatakan bahwa di rumahnya ada yang batuk-batuk lama
yaitu tante pasien, sudah berobat ke dokter dan mendapat pengobatan untuk 6
bulan namun tidak tuntas dikarenakan pindah ke luar kota. Sejak itu, ibunya
tidak mengetahui riwayat pengobatannya.
Setelah beberapa hari dirawat, ibunya mengatakan bahwa keadaan
pasien membaik, nafsu makan mulai meningkat, demam mulai turun dan batuk
juga berkurang, serta tidak ada keluhan yang lain.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah beberapa kali demam dan batuk, namun
ibunya tidak ingat lebih rinci mengenai hal tersebut
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
Tidak ada riwayat operasi
Tidak ada riwayat trauma
Tidak ada riwayat alergi makanan, obat, dingin dan debu
Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari, dan penyakit jantung
Riwayat Penyakit Keluarga
Tante pasien mengalami keluhan serupa dan mendapat pengobatan TB
selama 6 bulan namun tidak tuntas
Tidak ada anggota keluarga yang menderita asma
Riwayat Lingkungan Perumahan
Kepemilikan : Rumah sendiri
Keadaan Rumah :
3
Dinding rumah tembok, kamar berjumlah 3, 1 kamar mandi di dalam rumah.
Jarak septic tank kurang lebih 10 meter dari rumah, limbah buangan ke
selokan. Sumber air minum dari air sumur milik sendiri. Pencahayaan dan
ventilasi rumah saling berdekatan dan selalu dibuka setiap pagi.
Keadaan lingkungan : Jarak antar rumah saling berdekatan 2 meter tiap rumah
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai buruh besi dengan penghasilan 1.000.000
per bulan, sedangkan ibu adalah penjahit dengan penghasilan 500.000 per
bulan. Ayah pasien menanggung 4 orang anak dan 1 orang istri. Biaya
pengobatan ditanggung oleh asuransi kesehatan.
Kesan: riwayat sosial ekonomi kurang.
Riwayat Kehamilan dan Pemeriksaan Prenatal
Ibu memeriksakan kehamilan di bidan secara teratur 1x tiap bulan
selama kehamilan. Saat usia 8 bulan, ibu memeriksakan kehamilan setiap 2
minggu. Mendapatkan suntikan TT 2x Tidak pernah menderita penyakit
selama kehamilan, riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal, riwayat
trauma selama kehamilan disangkal, riwayat minum obat tanpa resep dokter
dan jamu disangkal. Ibu mengkonsumsi vitamin penambah darah dari
Puskesmas.
Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Persalinan
Bayi perempuan lahir dengan umur kehamilan ibu 37 minggu, secara
spontan, ditolong oleh bidan. Bayi lahir langsung menangis keras dengan berat
badan lahir 3600 gram, panjang badan lahir 48 cm, lingkar kepala dan lingkar
dada lahir ibu lupa. Bayi dirawat bersama dengan ibu, setelah 2 hari dirawat,
bayi dan ibu diperbolehkan untuk pulang.
4
Kesan : Neonatus aterm, lahir spontan, bayi dalam keadaan sehat.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dan anak dalam keadaan sehat.
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan:
Berat badan lahir 3600 gram. Panjang badan lahir 48 cm.
Berat badan sekarang 14 kg. Tinggi badan 112 cm.
Perkembangan:
Pertumbuhan gigi pertama : ibu lupa
Psikomotor
Tengkurap dan berbalik sendiri : 6 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 10 bulan
Berbicara : 12 bulan
Membaca : 6 tahun
Gangguan perkembangan : -
Kesan : Baik ( Perkembangan sesuai dengan usia)
Riwayat Makan dan Minum Anak
Ibu mengaku memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 13 bln
Usia 7 bulan diberikan ASI dan bubur susu 3 x sehari.
Usia 8 bulan diberikan ASI dan bubur tim 3 x sehari.
Usia 1 tahun diberikan makanan lunak dan pisang yang dilumatkan
Usia 2 tahun anak telah makan nasi, lauk pauk, dan sayur
5
Jenis Makanan Frekuensi
Nasi 2x 2-3 sendok makan
Tahu / tempe 5-6x seminggu
Ikan 1-2x seminggu
Sayur 3-4x seminggu
Telur 1-2x seminggu
Kesan : Kualitas makanan kurang baik dan kuantitas makanan kurang baik
Riwayat Imunisasi
VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)
BCG 0 bulan - - - - -
DPT/ DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
POLIO 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
CAMPAK - - 9 bulan 6 tahun
(kelas 1 SD)
- -
HEPATITIS B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap dan selalu mengikuti jadwal imunisasi yang tertera
pada KMS
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien mengaku mengikuti program KB
6
Silsilah/ Ikhtisar Keturunan
Keterangan: : laki-laki : Perempuan
: Meninggal : Meninggal
: Pasien : Menderita TB Paru
Kesan : Terdapat Riwayat Keluarga berpenyakit TB paru
Riwayat Lingkungan Perumahan
Kepemilikan : Rumah sendiri
Keadaan Rumah :
Dinding rumah tembok, kamar berjumlah 3, 1 kamar mandi di dalam rumah.
Jarak septic tank kurang lebih 10 meter dari rumah, limbah buangan ke
selokan. Sumber air minum dari air sumur milik sendiri. Pencahayaan dan
ventilasi rumah saling berdekatan dan selalu dibuka setiap pagi.
Keadaan lingkungan : Jarak antar rumah saling berdekatan 2 meter tiap rumah
7
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 3 Januari pukul 13.30 WIB, di Bangsal Melati
Kesan Umum :
kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, tampak kurus.
Tanda Vital
Nadi : 100 x/menit, reguler, isi cukup
Laju Nafas : 30 x/menit, reguler
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 37,5 ˚C (aksila)
Data Antropometri
Berat badan sekarang : 14 kg
Tinggi Badan: 112 cm
Status Internus
Kepala : Mesocephal
Rambut : Hitam, lebat, tampak terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : Bentuk normal, simetris, sekret (-/-)
Telinga : Bentuk dan ukuran normal, discharge (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-)
: Tonsil T1-T1 hiperemis (-), detritus (-), granulasi (-)
8
Leher : Simetris, pembesaran KGB (-)
Axilla : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Dinding thorax normothorax dan simetris
Pulmo:
o Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan
simetris, retraksi (-)
o Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan
o Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-
kanan
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang
paru kiri-kanan, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
Cor :
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV
midclavicula sinistra
o Perkusi : Sulit dinilai
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar dan simetris.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, hepar & lien tidak teraba membesar,
turgor kembali < 2 “.
9
Perkusi : timpani di ke 4 kuadran abdomen.
Inguinal : Pembesaran KGB (-)
Genitalia : tidak ada kelainan
Anorektal : dalam batas normal, hiperemis perianal (-).
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Oedem -/- -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen Thoraks
Jenis Foto: AP dan lateral
Deskripsi :
Batas jantung dalam batas normal
Tampak gambaran infiltrat perihiler (+)
Pembesaran KGB hilus(+)
10
Kesan : Kompleks TB Primer
2. Laboratorium tanggal 31-12-12
Jenis Hasil Nilai rujukan
Leukosit 12.8 4.5 – 14.5
Eritrosit 4.1 4.0 – 5.2
Hemoglobin 11.0 11.5 – 15.5
Hematokrit 35.3 35 – 45
MCV 76.9 76 – 96
MCH 27.7 27 – 31
MCHC 34.0 33.0 – 37.0
Diff count
Trombosit 260 150 – 400
Neutrofil 50 50 – 70
Limfosit 49.3 25 – 40
Monosit 8.7 2 – 8
Eosinofil 2 2 – 4
Basofil 0.2 0 - 1
LED
1 jam 24 0 – 20
2 jam 55 0 – 35
Widal
S. Typhi O Positif 1/160 Negative
S. Typhi H Positif 1/80 Negative
S. Paratyphi AH Positif 1/80 Negative
11
PEMERIKSAAN KHUSUS
Data antropometri:
Anak perempuan usia : 7 tahun
Berat badan : 14 kilogram
Tinggi badan : 112 cm
Pemeriksaan Status Gizi
Pertumbuhan fisik anak perempuan menurut persentil NCHS :
BB/U= 14/23 x100% = 60.86% (rendah)
TB/U = 112/122 x 100% = 91.80% (tinggi normal)
BB/TB = 14/19 x 100% = 73.68% (gizi kurang)
Kesan : Berat badan rendah, tinggi badan normal dan status gizi kurang
Daftar Masalah pada pasien ini:
Aktif:
1. Demam
2. Batuk
3. Foto thoraks AP dan lateral kesan kompleks primer TB
Inaktif
1. Berat badan menurun
2. Gizi Kurang.
V. DIAGNOSA BANDING
1. Observasi febris
Infeksi saluran pernapasan atas
Bronkitis
12
Bronkopneumonia
TB paru
Demam tifoid
Infeksi Saluran Kemih
2. Batuk
Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Bronkitis
Bronkopneumonia
TB paru
Asma bronkiale
3. Berat badan menurun
Faktor individu
Faktor asupan
Faktor penyakit
4. Status Gizi Kurang
VI. DIAGNOSA SEMENTARA
I. TB Paru
II. Status Gizi kurang
VII. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Infus RL 15 tpm
Injeksi :
Cefotaxim 3x0.5 g
Oral :
Paracetamol 3x120 mg
13
Rimcure pediatric 1x2 tablet
2. Non medikamentosa
Memberikan penjelasan kepada keluarga, bahwa TB paru
memerlukan pengobatan yang lama ± 6 bulan
Edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya kepatuhan
meminum obat setiap hari
Skrining terhadap saudara pasien dan kedua orang tua pasien
Memberi asupan gizi yang baik sesuai usia
Menghindarkan kontak dengan pasien TB dewasa
Kontrol tiap 1 bulan sekali
3. Diet
Kebutuhan kalori : (100x10) + (50x4) = 1200 kal/hari
Kebutuhan protein : 2x14 = 28 gram/hari
Kebutuhan lemak :
Pembagian makanan per hari
- nasi 3 piring
- ayam 2 potong
- tahu tempe 3 potong
- sayur 3 mangkuk kecil
- buah-buahan
- susu
VIII. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
IX. USULAN PEMERIKSAAN
Darah rutin
Sputum
Bilas lambung
Uji tuberculin dengan cara mantoux
X. PERJALANAN PENYAKIT
Follow Up 4-1-2013
14
S :panas sudah turun, batuk berkurang
O :KU: sadar, tampak lemas, sesak (-)
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/m
P : 20 x/m
S : 37.2
Mata : Ca-/-, SI-/-
Hidung : nafas cuping hidung (-/-)
Thorak : Cor: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: retraksi dada (-), otot bantu pernafasan (-),
SN vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-.
Abdomen : datar, bising usus (+) 3x/menit, supel, timpani
Ekstremitas superior : akral hangat +/+, eodem -/-, CRT <2detik
Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, eodem -/-, CRT <2detik
A: TB paru, status gizi kurang
P: IVFD RL
Cefotaxim 3x400 mg
Paracetamol 4x1 Cth
HRZ 1x2 tablet
15
Analisa Kasus
Pada kasus ini diagnosisnya adalah TB paru primer berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan
ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan sputum, bilas lambung dan cairan
serebrospinal, cairan pleura atau biopsy jaringan.
Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh dua hal,
yaitu sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan specimen
(sputum).
I. Anamnesis
Panas dirasakan naik turun, terutama pada malam hari, kadang disertai
mengigil dan keringat dingin, tidak pernah turun seperti sebelum sakit, nafsu makan
pasien juga menurun sehingga berat badan pasien ikut turun.
Pasien sering batuk, batuk disertai dahak berwarna hijau, Batuk timbul jika
pasien kecapekaan dan udara dingin. Batuk juga sering timbul jika malam hari atau
saat mau tidur. Tidak ada keluhan sesak nafas, nyeri menelan, mual, muntah dan nyeri
perut. Buang air besar dan kecil lancar.
Ibunya mengatakan bahwa sejak 2 tahun lalu, berat badan pasien sulit naik.
Pasien juga sulit makan, pasien biasa makan 3x sehari namun tidak habis. Ibunya
mengeluhkan bahwa sejak usia 5 tahun, pasien sering panas dan batuk tetapi tidak
berobat ke dokter, dan hanya diberi penurun panas dan pereda batuk.
Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa yaitu tante pasien yang sudah
mendapat pengobatan namun tidak tuntas.
Pasien sebelumnya pernah beberapa kali demam dan batuk, namun ibunya
tidak ingat lebih rinci mengenai hal tersebut. Tidak ada riwayat alergi makanan, obat,
dingin dan debu. Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari, dan penyakit
jantung.
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik
karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Sebagian besar
anak TB tidak memperlihatkan gejala dan tanda selama beberapa waktu. Sesuai
dengan sifat kuman TB yang lambat membelah, manifestasi klinis TB umumnya
berlangsung bertahap dan perlahan, kecuali TB diseminata yang dapat berlangsung
16
cepat dan progresif. Seringkali, orang tua tidak dapat menyebutkan secara pasti kapan
berbagai gejala dan tanda klinis mulai muncul.
Salah satu gejala sistemik yang sering terjadi adalah demam. Demam biasanya
tidak tinggi dan hilang timbul dalam jangka waktu yang cukup lama. Manifestasi
sistemik lain yaitu anoreksia, berat badan tidak naik (turun, tetap atau naik, tetapi
tidak sesuai dengan grafik tumbuh) dan malaise (letih, lesu, lemah dan lelah).
Pada kasus ini, anak demam sejak 10 hari yang lalu, dirasa naik turun dan
tidak pernah kembali seperti suhu normal. Pasien juga sering demam sejak 2 tahun
lalu, namun tidak berobat ke dokter karena dirasa hanya hangat saja dan diberi
penurun panas. Nafsu makan pasien juga menurun sejak sakit, dan sejak usia 5 tahun
berat badan sulit naik dan kurang nafsu makan menurut pengakuan ibunya.
Sebagian besar kasus TB paru anak, tidak ada manifestasi respiratorik yang
menonjol. Batuk kronik merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tetapi pada
anak bukan gejala utama. Gejala batuk berulang lebih sering disebabkan oleh asma,
sehingga ditelusuri dulu apakah ada kemungkinan asma. Batuk kronik pada TB anak
dapat timbul bila limfadenitis regional menekan bronkus sehingga merangsang
reseptor batuk secara kronik. Batuk berulang juga dapat timbul karena penurunan
imunitas tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi saluran napas berulang. Gejala
batuk berulang dapat disebabkan rinosinusitis, refluks gastroesofageal, pertussis dan
rhinitis kronik.
Batuk pada pasien ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, batuk hilang timbul
dan ibu pasien lupa mengenai perincian gejala batuk berulang pada pasien. Tetapi,
karena batuk dirasa tidak sering, makan ibunya hanya memberi pereda batuk dan
keluhan pun berkurang. Pada pasien ini tidak ada riwayat sesak nafas sebelumnya,
alergi terhadap debu, asap rokok, bulu binatang, makanan, obat-obatan, cuaca dingin.
Sehingga gejala asma dapat disingkirkan pada pasien, Selain itu, pasien juga tidak
pernah bersin berulang pada pagi hari, sehingga rhinitis dapat disingkirkan.
II. Pemeiksaan Fisik
Dari keadaan umum pasien tampak sadar dan tampak kurus. Tanda vital
didapatkan normal, suhu agak meningkat. Status generalis dalam batas normal dan
tidak didapatkan rhonki, wheezing, retraksi pernapasan dan pembesaran kelenjar
17
getah bening di leher, axilla dan inguinal. Dari pemeriksaan status gizi menurut
persentil NCHS, didapatkan hasil sebagai berikut.
BB/U= 14/23 x100% = 60.86% (rendah)
TB/U = 112/122 x 100% = 91.80% (tinggi normal)
BB/TB = 14/19 x 100% = 73.68% (gizi kurang)
Kesan : Berat badan rendah, tinggi badan normal dan status gizi kurang
III. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan foto thoraks posisi PA dan lateral, dan didapatkan
hasil batas jantung dalam batas normal, tampak gambaran infiltrat perihiler (+),
pembesaran KGB hilus(+) dan kesannya adalah kompleks primer TB.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan hasilnya didapatkan
peningkatan LED.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Uji tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat
antigenic yang kuat. Memiliki nilai diagnostic yang tinggi terutama pada anak
dengan sensitivitas dan spesifitas > 90%. Uji tuberculin dengan cara mantoux
dilakukan dengan menyuntikkan 0.1 ml PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU
intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam
penyuntikkan. Hasilnya uji tuberculin negative bila diameter indurasi 0-4 mm,
positif meragukan 5-9 mm dan ≥ 10 mm poitif tanpa menghiraukan
penyebabnya.
2. Uji interferon
3. Radiologis
Gambaran foto thoraks pada TB tidak khas; kelainan radiologis pada
TB dapat juga dijumpai pada penyakit lain. Sebaliknya, foto toraks yang
normal (tidak terdeteksi secara radiologis) tidak dapat menyingkirkan
18
diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain mendukung. Dengan
demikian, foto toraks saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB,
kecuali gambaran milier.
Foto toraks tidak cukup hanya dibuat secara AP, tetapi juga harus
dibuat secara lateral, mengingat bahwa pembesaran KGB di daerah hilus
biasanya lebih jelas pada foto lateral. Sebagai pegangan umum, jika dijumpai
ketidaksesuaian (diskongruensi) antara gambaran radiologis yang berat dan
gambaran klinis yang ringan, maka harus dicurigai TB.
Secara umum, gambaran radiologis sugestif TB adalah :
Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan / tanpa infiltrate
Konsolidasi segmental / lobar
Milier
Kalsifikasi dengan infiltrate
Ateletaksis
Kavitas
Efusi pleura
Tuberkuloma
4. Serologis
Pemeriksaan serologis diharapkan dapat membedakan antara infeksi
TB, tetapi umumnya masih dalam taraf penelitian.
5. Mikrobiologis
Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada
pemeriksaan mikrobiologis. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari 2 macam,
yaitu pemeriksaan apusan langsung untuk menemukan BTA dan pemeriksaan
biakan kuman M. tuberculosis.
19
Pemeriksaan di atas sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
mendapatkan specimen berupa sputum, sehingga dilakukan pemeriksaan bilas
lambung (gastric lavage) 3 hari berturut-turut, minimal 2 hari. Hasil
pemeriksaan mikroskopik langsung pada sebagian besar anak negative,
sedangkan hasil biakan memerlukan waktu yang lama 6-8 minggu. Ada
pemeriksaan yang lebih cepat (1-3 minggu) yaitu Bactec namun harganya
mahal dan lebih rumit.
6. Patologi anatomi
Dapat menunjukkan gambaran granuloma yang ukurannya kecil,
terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi sel limfosit. Kesulitannya
adalah mendapatkan specimen yang representative.
V. Diagnosis
Diagnosis TB didasarkan pada penemuan klinis dan radiologis, yang keduanya
seringkali tidak spesifik. Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis
dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberculin, foto toraks dan pemeriksaan
laboratorium. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa positif, uji tuberculin
positif, gejala dan tanda sugestif TB dan foto toraks yang mengarah pada TB (sugestif
TB) merupakan dasar untuk menyatakan anak sakit TB.
Pada pasien ini, diagnosis TB berdasarkan anamnesis yaitu adanya demam dan
batuk yang lama, nafsu makan menurun dan berat badan yang sulit naik. Selain itu
juga, didapatkan riwayat kontak dengan tantenya yang merupakn penderita TB yang
sudah mendapat pengobatan namun tidak tuntas.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada
pemeriksaan apusan langsung (direct smear), dan atau biakan yang merupaka
pemeriksaan baku emas (gold standard), atau gambaran PA TB. Hanya saja, diagnosis
pasti pada anak sulit didapatkan karena jumlah kuman yang sedikit pada TB anak dan
lokasi kuman yang jauh dari bronkus, sehingga hanya 10-15% pasien TB anak yang
hasil pemeriksaan mikrobiologiknya posutif atau ditemukan kuman TB. Diagnosis TB
tidak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja atau dari
pemeriksaan penunjang tunggal misalnya pemeriksaan radiologis.
20
WHO membuat kriteria untuk membuat diagnosis TB pada anak.
Tabel 1. Petunjuk WHO untuk diagnosis TB anak
a. Dicurigai tuberculosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberculosis dengan diagnosis pasti
2. Anak dengan :
Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan antibiotika untuk penyakit pernapasan
Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
b. Mungkin tuberculosis
Anak yang dicurigai tuberculosis ditambah :
Uji tuberculin positif (10 mm atau lebih)
Foto rontgen paru sugestif tuberculosis
Pemeriksaan histologis biopsy sugestif tuberculosis
Respons yang baik pada pengobatan dengan OAT
c. Pasti tuberculosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan
Identifikasi M. tuberculosis pada karakteristik biakan
21
Sistem skoring ini dikembangkan terutama untuk penegakan diagnosis TB anak pada
sarana kesehatan dengan fasilitas terbatas. Untuk mendiagnosis TB di sarana yang memadai,
system skoring hanya digunakan sebagai uji tapis. Stelah itu dilengkapi dengan pemeriksaan
penunjang lainnya, seperti bilas lambung.
Tabel 2. Sistem skoring diagnosis TB anak
Parameter 0 1 2 3
Kontak TBTidak jelas
-
Laporan keluarga (BTA negatif atau tidak jelas)
BTA (+)
Uji Tuberkulin Negatif - -
Positif (≥ 10 mm, atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupresi)
Berat badan/ keadaan gizi
-BB/TB < 90% atau BB/U < 80%
Klinis giziburuk (BB/U < 60%)
-
Demam tanpa sebab
- ≥ 2 minggu - -
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal
-≥ 1 cm, jumlah > 1, tidak nyeri
- -
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
-Ada pembengkakan
- -
Foto toraksNormal/ kelainan tidak jelas
Gambaran sugestif TB *
- -
22
Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma, langsung didiagnosis TB
Berat badan dinilai saat pasien datang (momen opname)
Demam dan batuk tidak memiliki respons terhadap terapi baku
Foto toraks bukan merupakan alat diagnostik utama pada TB anak
*Gambaran sugestif TB, berupa : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi segmental atau lobar; kalsifikasi dengan infiltrat;
atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus.
Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak, maka
sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan
Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7 hari) harus
dievaluasi dengan sistem skoring TB anak, BCG bukan merupakan alat diagnostik
Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal13)
VI. Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Obat TB utama (first line) saat ini adalah rifampisin (R), isoniazid (H), pirazinamid
(Z), etambutol (E) dan streptomisin (S). Rifampisin dan isoniazid merupakan obat pilihan
utama dan ditambah dengan pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Obat TB lain (second
line) digunakan jika terjadi MDR (Multi Drug Resistance).
Pengobatan TB dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat
pada fase intensif dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau
23
lebih). Pemberian paduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan
untuk membunuh kuman intraselular dan ekstraselular. Untuk menjamin kepatuhan pasien
menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT) dan oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
Tabel 3. Obat anti tuberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya
Nama obatDosis harian
(mg/kgBB/hari)
Dosis maksimal
(mg per hari)Efek samping
Isoniazid (H) 5-15 300Hepatitis, neuritis
perifer, hipersensitivitas
Rifampisin (R) 10-20 600
Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye
kemerahan
Pirazinamid (Z) 15-30 2.000Toksisitas hati,
arthralgia, gastrointestinal
Etambutol 15-20 1.250
Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, hipersensitivitas, gastrointestinal
Streptomisin 15-40 1.000Ototoksik, nefrotoksik
Tabel 4. Dosis Kombinasi pada TB anak
Berat badan (kg)2 bulan
RHZ (75/50/150 mg)
4 bulan
RH (75/50 mg)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
24
Evaluasi hasil pengobatan8
Evaluasi pengobatan dilakukan setelah 2 bulan. Apabila berespon pengobatan baik yaitu
gejala klinisnya hilang dan terjadi penambahan berat badan, maka pengobatan dilanjutkan.
Apabila respon setelah 2 bulan kurang baik, yaitu gejala masih ada, tidak terjadi penambahan
berat badan, maka obat anti TB tetap diberikan dengan tambahan merujuk ke sarana lebih
tinggi atau ke konsultan paru anak.
Apabila setelah pengobatan 6-12 bulan terdpat perbaikkan klinis, seperti berat badan
mengingkat, napsu makan membaik, dan gejala-gejala lainnya menghilang, maka pengobatan
dapat dihentikan. Jika masih terdapat kelainan gambaran radiologis maka dianjurkan
pemeriksaan radiologis ulangan.
B. Non medikamentosa
1. Pendekatan DOTS
DOTS adalah strategi yang telah direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program
penanggulangan TB. Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat memberikan angka
kesembuhan yang tinggi.
2. Sumber penularan
Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan melakukan kontak
erat dengan anak tersebut. Selain itu perlu dicari pula anak lain di sekitarnya yang mungkin
tertular dengan uji tuberkulin. Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnestik,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yaitu uji tuberkulin.
3. Aspek sosial ekonomi
Pengobatan tuberkulosis tidak terlepas dari masalah sosio ekonomi, karena pengobatan
TB memerlukan kesinambungan pengobatan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka
memerlukan biaya yang cukup besar. Edukasi ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar
mengetahui tentang tuberkulosis. Pasien TB anak tidak perlu diisolasi. Aktifitas fisik pasien
TB anak tidak perlu dibatasi, kecuali pada TB berat.
25
4. Pencegahan
a. BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Dosis untuk bayi sebesar 0,05
ml dan untuk anak 0,10 ml diberikan intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan. Bila
BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin dulu. Kontra
indikasi pemberian imunisasi BCG adalah deficiensi imun, infeksi berat, dan luka bakar.11
b. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi TB pada anak,
sedangkan kemoprofilaksis sekunder mencegah aktifnya infeksi sehingga anak tidak sakit.
Pada kemoprofilaksis primer, diberikan INH dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari dengan dosis
tunggal. Obat dihentikan jika sumber kontak sudah tidak menular lagi dan anak ternyata tetap
tidak infeksi (setelah uji tuberkulin ulangan).
Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak yang telah terinfeksi, tetapi belum
sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif, klinis dan radiologis normal. Anak yang
mendapat kemoprofilaksis sekunder adalah usia balita, menderita morbili, varisela, dan
pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitostatik, dan kortikosteroid) usia remaja
dan infeksi TB baru. Konversi uji tuberkulin dalam waktu kurang dari 12 bulan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyano DB. Buku Ajar Respirologi Anak. 1st ed.
Jakarta:Badan Penerbit IDAI. 2008.p:162-261.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th
ed. Pensylvania:The Curtis Centre. 2006.p.958-71.
3. Werdhani, Retno A. Patofisiologi, Diagnosis dan Klafisikasi Tuberkulosis.
Jakarta:Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi dan Keluarga FKUI.
2002.
27