Case Obsesif Kompulsif

27
IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. SS Usia : 58 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SLTP Status : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 05 Juni 2013, pukul 10.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan. Keluhan Utama Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi hampir habis. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Umum Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi hampir habis. Obat yang dikonsumsi hanya tersisa tiga buah obat saja. Pasien mengatakan, saat ini pasien masih sering mengucapkan

Transcript of Case Obsesif Kompulsif

Page 1: Case Obsesif Kompulsif

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SS

Usia : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

RIWAYAT PSIKIATRI

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 05 Juni 2013, pukul

10.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

Keluhan Utama

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk kontrol

rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi hampir habis.

Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Umum Persahabatan

untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi hampir habis.

Obat yang dikonsumsi hanya tersisa tiga buah obat saja. Pasien mengatakan, saat ini

pasien masih sering mengucapkan “bismillah” secara berulang-ulang ketika setiap

hendak mengambil air wudhu. Bacaan “bismillah” diulang-ulang pasien sebanyak

lebih dari tujuh kali. Pasein mengucapkan “bismillah” berulang-ulang, dikarenakn

pasien ragu-ragu dan kurang yakin kalau bacaannya itu tidak benar dan takut tidak

diterima wudhunya. Setelan bacaan “bismillah” diulang lebih dari tujuh kali, pasien

baru merasa mantap dan yakin. Apabila pasien sedang kesal pasien mengatakan,

pasein lebih banyak lagi mengulang bacaa “bismillah”nya. Karena kebiasaanya ini,

pasien seringkali ditegur oleh suaminya. Suami pasien mengatakan, wudhunya

Page 2: Case Obsesif Kompulsif

cukup sekali saja tidak perlu diulang-ulang. Tetapi pasien mengabaikan teguran

suaminya. Selain itu, pasien mengatakan tidak hanya wudhu saja yang diulang-

ulang. Pada saat sholat juga pasien mengulang-ngulang gerakan dan bacaan

“Takbirotul Ikhrom”. Pasien tidak mengingat berapa kali pasien mengulang takbir.

Pasien berhenti mengulang takbir, apabila sudah merasa yakin dan mantap kalau

takbirnya sudah benar dan sempurna. Sebelum pasien merasakan keluhannya ini,

pasien sering mengikuti kegiatan sholat wajib berjama’ah di musholla. Pasien

mengulang gerakan takbir ini, pada saat pasien melakukan sholat wajib saja. Karena

keluhannya ini, pasien sering tertinggal apabila sedang sholat berjama’ah. Pada saat

pasien megerjakan sholat sunnah, pasien tidak terlalu banyak mengulang gerakan

takbir, seperti pada saat tarawih. Pasien mengatakan gerakan yang diulang-ulang

hanya pada saat memulai sholat, untuk gerakan dan bacaan pada rakkat selanjutnya

tidak diulang.

Pasien juga mengungkapkan bahwa pada saat mencuci tangan sebelum

dan sesudah makan, pasien membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya.

Pasien terus menggosok tangannya saat mencuci tangan sampai pasien merasa yakin

bersih. Begitu pula pada saat mandi, pasien juga mengungkapkan membutuhkan

waktu yang lebih lama. Pasien merasa tubuhnya belum bersih, sehingga pasien terus

menggosok tubuhnya dengan sabun secara berulang-ulang. Pasien menyatakan,

pasien merasa kurang nyaman dengan kondisi pasien yang seperti ini. Tetapi pasien

mengaku pasrah dengan kondisi dirinya yang sekarang.

Awalnya keluhan ini dirasakan sejak tahun 2001. Keluhannya ini muncul

secara tiba-tiba dan terjadi pertama pada saat wudhu. Pasien tidak tahu mengapa

keluhannya ini muncul. Sebelumnya pasien mengatakan tidak sedang dalam masalah

dengan keluarganya. Selain itu juga pasien tidak mengalami gangguan dalam

tidurnya. Akan tetapi pasien sering mengalami ketakutan apabila bepergian sendiri

tanpa ditemani. Pasien megatakan, takut apabila nanti bepergian sendiri pasien jatuh

dan tidak ada yang menolong. Pasien merasa lebih enak setelah minum obat, dan

pengulangan pada saat wudhu maupun sholat sedikit berkurang, yang tadinya

Page 3: Case Obsesif Kompulsif

mengulang lebih dari tujuh kali, setelah minum obat berkurang menjadi kurang lebih

sebanyak tiga kali. Selama ini pasien kontrol rutin setiap bulan ke Poliklinik Psikiatri

RSUP Persahabatan. Setiap kontrol pasien tidak berani pergi sendiri sehingga harus

ditemani oleh keluarganya.

Pasien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan – bisikan dimana

pasien tidak dapat melihat sumber wujudnya. Pasien menyangkal pernah melihat

bayangan maupun mencium bau tanpa ada sumbernya. Pasien juga menyangkal

pernah merasakan ada sesuatu yang merayap/berjalan di tubuhnya, tapi saat dilihat,

tidak menemukan apapun. Pasien juga menyangkal ada sensasi mengecap pada

indera pengecapannya tanpa ada makanan di dalam mulutnya. Pasien menyangkal

merasa orang disekitarnya dapat mengetahui apa yang ada dipikirannya, dan juga

merasa pikirannya di ambil orang lain. Pasien menyangkal pernah merasa bahwa

pikirannya dikendalikan orang lain. Pasien tidak pernah merasa orang lain sedang

membicarakan atau menertawakan pasien. Pasien menyangkal adanya kehilangan

mood, kehilangan energi, afek depresif seperti sedih. Selain itu pasien menyangkal

adanya gejala perasan gembira yang berlebihan dan aktivitas mental yang

berlebihan.

Pasien adalah seorang ibu dari tiga orang anak dan sudah memiliki tiga

orang cucu. Pasien merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Ketiga anaknya

sudah menikah dan tinggal terpisah dari pasien. Pasien saat ini tinggal bersama

suaminya di rumahnya sendiri. Suami pasien saat ini adalah seorang pensiunan dari

departeman pertanian dan pasien sendiri adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien

mengatakan hubungan dengan suami maupun anak-anak pasien tidak ada masalah

ataupun konflik. Pasien dan suaminya saling membantu dalam hal mengerjakan

pekerjaan rumah dan mengurus kedua cucu mereka yang dititipkan oleh anak pasien

apabila anak pasien hendak berangkat kerja.

Sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala sehingga tidak

adanya gangguan mental organik. Pasien mengungkapkan bahwa di keluarganya

Page 4: Case Obsesif Kompulsif

tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Pasien juga

menyatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan menggunakan zat psikotropik

(NAPZA). Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi rokok.

Pasien dilahirkan secara normal, tanpa penyulit persalinan dan cacat

bawaan. Riwayat masa kanak – kanak pasien cukup baik. Masa pendidikan

berlangsung dengan dari SD, SMP. Pasien memiliki banyak teman dan tidak

memiliki masalah dalam bersosialisasi dengan teman-temannya. Hubungan dengan

tetangga pasien baik. Pasien mengatakan terkadang mengikuti kegiatan pengajian di

lingkungan sekitar rumahnya. Pasien juga sering duduk-duduk ngobrol dengan

tetangganya. Aktivitas sehari-hari pasien adalah melakukan pekerjaan rumah dan

mengurus cucunya. Kebutuhan sehari-hari pasien diperoleh dari dana pensiunan

suami yang dahulu bekerja di Departemen Pertanian dan terkadang mendapat

bantuan dari anak-anaknya yang sudah bekerja. Tetapi walaupun sudah mendapat

biaya dari suami dan anak-anaknya, pasien seringkali merasa kurang cukup dalam

hal ekonomi.

Suasana perasaan pasien saat ini adalah biasa saja. Pasien masih dapat

melakukan aktivitas sehari-harinya seperti mandi dan melakukan pekerjaan rumah

seperti mengepel, memasak, mencuci dan lain-lain. Pasien menyatakan, bahwa saat

ini pasien hanya ingin sembuh dari penyakitnya dan pasien ingin dapat bepergian

sendiri tanpa ditemani lagi.

Pada saat anamnesa, terlihat pasien memiliki pengetahuan umum yang

cukup baik, ini terbukti saat ditanya siapa Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI

saat ini, pasien mampu menjawabnya dengan benar. Penilaian terhadap waktu,

tempat, personal dan situasi juga baik. Penilaian terhadap memori jangka pendek,

panjang dan segera juga cukup baik. Ini terbukti pasien masih dapat bercerita pasien

datang ke rumah sakit dengan kendaraan umum, dapat mengingat dimana pasien

dahulu bersekolah dan mengulang nama lima anggota tubuh bagian muka yang

dicontohkan oleh pemeriksa. Pada saat ditanya apa arti dari ‘air susu dibalas air

tuba’, pasien mampu menjawab dengan benar arti paribahasa itu. Kemudian pasien

Page 5: Case Obsesif Kompulsif

di diberi pertanyaan untuk menguji daya nilai pasien, pasien mampu berpikir ke arah

normal, karena saat pasien diberikan contoh perumpamaan bila pasien menyeberang

bersama anak kecil yang ketakutan, pasien tahu apa yang seharusnya dilakukan.

Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat Gangguan Psikiatri

Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya

Riwayat Gangguan Medik

Tidak ada riwayat gangguan medik pada pasien.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol /Merokok

Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol sebelumnya.

Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat Pranatal

Pasien lahir secara normal tanpa penyulit persalinan dan tidak terdapat cacat

bawaan.

Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja

Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya dan tidak ada gangguan

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Pasien pernah mengenyam

pendidikan sampai kelas tiga SLTP. Prestasi pasien selama menjalani pendidikan

tersebut termasuk biasa-biasa saja. Pasien dapat bersosialisasi secara baik dengan

teman-temannya.

Riwayat Pendidikan

Pasien pernah mengenyam pendidikan sampai kelas tiga SLTP. Prestasi pasien

selama menjalani pendidikan tersebut termasuk biasa-biasa saja. Pasien dapat

bersosialisasi secara baik dengan teman-temannya.

Riwayat pekerjaan

Saat ini pasien hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan aktivitas sehari-

hari yaitu mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mengepel, mencuci

dan mengurus cucunya.

Riwayat agama

Page 6: Case Obsesif Kompulsif

Pasien beragama Islam, rajin sholat lima waktu dan sering mengikuti kegiatan

pengajian.

Aktivitas sosial

Pasien dapat bergaul dengan para tetangga, mengikuti pengajian di lingkungan

rumahnya. Pasien dapat bersosialisasi dan berinteraksi baik dengan tetangganya.

Riwayat pernikahan

Pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak.

Hubungan dengan keluarga

Hubungan pasien dengan suami, anak-anak dan cucu-cucunya terjalin

dengan cukup baik, pasien tinggal bersama suami.

Riwayat Keluarga

Tidak terdapat anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien.

Riwayat Situasi Sosial Sekarang

Pasien seorang perempuan berusia 58 tahun. Pasien merupakan anak kedua dari enam

bersaudara. Pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Saat ini pasien

tinggal bersama suaminya di rumah pribadi milik pasien. Sedangkan anak-anak

pasien sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dengan pasien. Pasien adalah seorang

ibu rumah tangga. Kebutuhan sehari-hari dan pengobatan dari gaji pensiunan suami

pasien yang dahulu bekerja di Departeman Pertanian. Kadang kala mendapat bantuan

dari anak-anak pasien. Tetapi pasien masih mengeluhkan terdapat kesulitan dalam

ekonomi.

Persepsi Pasien Terhadap Dirinya

Harapan pasien saat ini adalah ingin cepat sembuh dan tidak perlu mengulang pada

saat sholat dan wudhu. Selain itu pasien juga ingin dapat bepergian sendiri tanpa

perasaan takut dan tanpa harus ditemani.

Page 7: Case Obsesif Kompulsif

STATUS MENTAL

DESKRIPSI UMUM

Penampilan

Perempuan berusia 58 tahun dengan penampilan tampak sesuai dengan usianya,

berpakaian rapih, mengenakan jilbab, ekspresi tenang, perawatan diri baik.

Proporsi tubuh normal, warna kulit sawo matang.

Kesadaran

Kesadaran umum : Compos Mentis.

Kontak psikis : Baik, dapat dilakukan pasien dan cukup wajar.

Perilaku dan aktivitas psikomotor

Cara berjalan : Baik.

Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik, tidak terdapat

gerakan involunter, pasien masih dapat fokus dan menjawab pertanyaan

pemeriksa dengan baik.

Pembicaraan

Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dengan

baik dan pasien mampu mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.

Kualitas : Bicara spontan, volume bicara cukup, artikulasi jelas,

pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.

Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien kooperatif.

KEADAAN AFEKTIF

1. Mood : Biasa-biasa saja.

2. Afek : Luas

3. Keserasian : Mood dan afek serasi.

4. Empati : Pemeriksa dapat meraba rasakan perasaan pasien saat ini.

Page 8: Case Obsesif Kompulsif

FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan

Taraf pendidikan

Pasien sekolah hanya sampai SLTP. Prestasi pasien biasa-biasa saja selama

menempuh pendidikan.

Pengetahuan umum

Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya tentang presiden

RI dan Gubernur DKI Jakarta saat ini.

2. Daya konsentrasi

Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai dengan

selesai. Akan tetapi pasien hanya dapat menjawab 100-7=93 pasien dapat

menjawab dengan benar.

3. Orientasi

Waktu : Baik, pasien mengetahui keadaan saat wawancara yaitu pagi hari.

Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di Poliklinik

Psikiatri RS. Persahabatan.

Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter.

Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berkonsultasi dan

tanya jawab dengan dokter.

4. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang

Baik, pasien masih dapat mengingat masa-masa tempat dimana pasien

sekolah SD-SLTP.

Daya ingat jangka pendek

Baik, pasien dapat mengingat pasien datang ke RS dengan menggunakan

angkutan umum ditemani suaminya.

Daya ingat segera

Page 9: Case Obsesif Kompulsif

Baik, pasien dapat mengulang kembali 5 anggota wajah yang ditanyakan

oleh pemeriksa secara berurutan.

Akibat hendaya daya ingat pasien

Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini.

5. Pikiran abstrak

Baik, pasien mengerti dan mampu menjelaskan dengan benar arti peribahasa ‘ air

susu dibalas dengan air tuba’.

6. Bakat kreatif

Tidak memiliki bakat kreatif.

7. Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu mengurus

dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi dan ilusi

Halusinasi : Tidak ada halusinasi auditorik, visual, olfaktorik,

gustatorik dan taktil.

Ilusi : Tidak terdapat ilusi pada pasien.

2. Depersonalisasi dan derealisasi

Depersonalisasi : tidak terdapat depersonalisasi pada pasien.

Derealisasi : tidak terdapat derealisasi pada pasien.

PROSES PIKIR

1. Arus Pikir

Produktivitas : Baik, dapat menjawab pertanyaan dengan spontan.

Kontinuitas : Baik, pembicaraan sampai tujuan.

Hendaya : Tidak terdapat hendaya berbahasa pada pasien ini.

2. Isi Pikiran

Preokupasi : Tidak ada

Page 10: Case Obsesif Kompulsif

Gangguan pikiran : Tidak terdapat waham pada pasien. Terdapat

pikiran yang berulang-ulang tentang mengucapkan kata “bismillah”, bacaan

dan gerakan awal takbir (obsesif), dan kompulsif terhadap kebersihan pada

saat mandi dan cuci tangan.

PENGENDALIAN IMPULS

Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara dengan

baik.

DAYA NILAI

Daya Nilai Sosial

Baik, pasien dapat besosialisasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.

Uji Daya Nilai

Baik, karena ketika diberikan suatu permasalahan apabila pasien menjumpai

seorang anak kecil yang ketakutan ketika menyebrang, pasien akan membantu

untuk meberangkan anak kecil itu.

Penilaian realitas

Baik, tidak terdapat gangguan dalam menilai realita pada pasien ini karena tidak

ditemukan adanya waham dan halusinasi

PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRI DAN KEHIDUPANNYA

Berdasarkan penilaian pemeriksa terhadap pasien yaitu pasien sepenuhnya

menyadari bahwa pasien saat ini sedang sakit dan pasien memiliki keinginan utnuk

sembuh dari penyakitya sehingga pasien rutin kontrol untuk berobat.

TILIKAN / INSIGHT

Tilikan derajat 6, dimana pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan

pasien ingin sembuh.

Page 11: Case Obsesif Kompulsif

TARAF DAPAT DIPERCAYA

Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien

dapat dipercaya, karena pasien dapat menilai realita dan konsisten terhadap setiap

pertanyaan yang diberikan.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda vital

Tekanan darah : 110/60 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit

Frekuensi napas : 18 x/menit

Suhu : afebris

4. Bentuk badan : kesan dalam batas normal

5. Sistem kardiovaskular : kesan dalam batas normal

6. Sistem muskuloskeletal : kesan dalam batas normal

7. Sistem gastrointestinal : kesan dalam batas normal

8. Sistem urogenital : kesan dalam batas normal

9. Gangguan khusus : kesan dalam batas normal

B. Status Neurologis

1. Saraf Craniale :kesan dalam batas normal

2. Saraf Motorik : kesan dalam batas normal

3. Sensibilitas : kesan dalam batas normal

4. Susunan Saraf Vegetatif : kesan dalam batas normal

5. Fungsi Luhur : kesan dalam batas normal

6. Gangguan Khusus : kesan dalam batas normal

Page 12: Case Obsesif Kompulsif

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang perempuan, berumur 58 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RS.

Persahabatan untuk kontrol rutin karena obat hampir habis.

Pasien mengeluh masih sering mengucapkan “bismillah” berulang-ulang sampai lebih

dari tujuh kali pada saat mulai wudhu. Pasien merasa tidak mantap dan ragu-ragu

sehingga perlu diulang beberapa kali.

Pasien juga mengatakan mengulang-ngulang bacaan dan gerakan takbir pada saat

awal sholat. Sehingga pasien sering ketinggalan apabila pasien mengikuti sholat

berjamaah.

Pasien juga mengungkapkan bahwa pada saat mandi pasien membutuhkan waktu

yang cukup lama. Pasien merasa belum bersih sehingga pasien harus berkali-kali

menggosok tubuhnya sampai pasien merasa bersih.

Pasien juga mencuci tangan dalam wajtu yang cukup lama sebelum dan sesudah

makan. Pasien terus menggosok tangannya saat mencuci tangannya sampai pasien

merasa bersih.

Pasien mengaku merasa kurang nayaman dengan keadaan pasien sekarang.

Bedasarkan status mentalis, pasien memiliki pikiran yang berulang-ulang tentang

mengucapkan kata “bismillah”, bacaan dan gerakan takbir pada awal sholat, dan

obsesi terhadap kebersihan.

Pasien merasa lebih enak dan keluhan berkurang setelah meminum

obat.

Fungsi kognitif pada pasien masih cukup baik, begitu pula dengan pengendalian

impuls masih baik. Orientasi waktu, tempat, orang, dan situasional masih baik. Daya

ingat jangka pendek, segera, dan panjang masih baik.

Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala.

Tidak terdapat keluarga pasien yang memiliki riwayat keluhan serupa dengan pasien.

Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi zat psikotropika (NAPZA), minuman

alkohol dan rokok.

Pasien tidak memiliki halusinasi dan waham.

Page 13: Case Obsesif Kompulsif

Pasien menyangkal adanya kehilangan mood, kehilangan energi, afek depresif seperti

sedih. Selain itu pasien menyangkal adanya gejala perasan gembira yang berlebihan

dan aktivitas mental yang berlebihan.

Pasien lahir secara normal. Pasien mengenyam pendidikan sampai lulus perguruan

tinggi dengan prestasi yang cukup. Masa kanak- kanak dan remaja pasien tidak

memiliki hambatan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya.

Pasien hanya mengenyam pendidikan sampai SLTP.

Keadaan umum dan pemeriksaan fisik baik. Pada pemeriksaan status internus dan

neurologis tidak didapatkan adanya kelainan.

Saat ini pasien tinggal bersama suami di rumah pribadi pasien. Pasien memiliki tiga

orang anak dan ketiganya sudah menikah dan tinggal terpisah dari pasien.

Kebutuhan sehari-hari pasien dan biaya pengobatan menggunakan askes. Saat ini

kebutuhan sehari pasien di tanggung dari pendapatan pasien sebagai pensiunan

Departemen Pertanian dan bantuan dari ketiga anaknya. Tetapi walaupun begitu

pasien masih mengatakan terdapat kesulitan dalam ekonomi sehingga tidak cucukp

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pasien ini didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

sosial, pekerjaan, sekolah dll.

FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien

terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna sehingga

dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka

pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I

Dari autoanamnesis, pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala ataupun penyakit

yang dapat mengakibatkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran,

daya konsentrasi, orientasi, serta fungsi kognitif pasien yang masih baik sehingga pasien

ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0).

Page 14: Case Obsesif Kompulsif

Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat konsumsi obat psikoaktif (NAPZA)

serta tidak ditemukan riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok. Sehingga pasien ini

bukan menderita gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol

(F.1).

Berdasarkan autoanamnesis pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam

menilai realita yang ditandai dengan adanya halusinasi atau waham sehingga pasien ini

dapat dikatakan bukan menderita gangguan psikotik (F.2).

Karena tidak terdapat halusinasi dan waham yang berlangsung lebih dari 1 bulan,

maka pasien bukan merupakan schizophrenia. Karena gejala halusinasi dan waham tidak

ada maka pasien dikatakan bukan Skizofrenia (F.20).

Berdasarkan autoanamnesis pada pasien ini tidak ditemukan mood yang meningkat, aktivitas

fisik dan pembicaraan yang meningkat, maka pasien saat ini bukan pasien mania. Pasien tidak

mengalami mood yang menurun seperti afek depresif, kehilangan semangat, gairah dan rasa

gembira, penurunan aktivitas fisik, maka pasien ini tidak menderita gangguan depresif, karena

pasien ini tidak menderita gangguan mania atau depresi maka pasien ini bukan termasuk ke

dalam gangguan mood/afektif (suasana perasaan)(F30).

Pasien ini ditemukan adanya pengulanagn dalam mengucapkan kata “bismillah” saat

berwudhu. Pasien merasa takut bahwa kata “bismillah” yang diucapkannya tidak benar

sehingga pasien ragu-ragu tiak mantap. Pengulangan dalam bacaan dan gerakan pada saat

akan memulai sholat. Sehingga pasien sering ketinggalan dalam sholat berjamaah. Pasien

juga mneggosok tubuh berukang kali pada saat mandi serta mencuci tangan . pasien

merasa belum bersih dan terus menggosok tubuhnya secara berulang-ulang. Keluhannya

ini dirasakan sejak tahun 2001, maka opasien ini termasuk dalam gangguan obsesif

kompulsif (F.42).

Pasien ini ditemukan pengulangan dalam pengucapan “bismillah” saat berwudhu,

bacaan dan gerakan takbir pada saat awal sholat, menggosok tubuh saat mandi, mencuci

tangan yang dialami pasien setiap hari. Baik pikiran obsesif serta tindakan kompulsif

sama-sama menonjol oleh karena itu, pasien didiagnosis menderita gangguan obsesif-

kompulsif campuran pikiran dan tindakan (F.42.2).

Diagnosis Aksis II

Page 15: Case Obsesif Kompulsif

Tumbuh kembang pasien normal. Sejak masa kanak-kanak hingga dewasa pasien

tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai usia. Pasien mampu bersosialisasi dan

berinteraksi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya. Maka pada pasien ini

tidak didapatkan gangguan kepribadian. Fungsi kognitif baik, pendidikan pasien sampai

SLTP. Maka pada pasien ini tidak ada gangguan retardasi mental. Oleh karena tidak

ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan retardasi mental maka pada pasien ini

aksis II tidak ada diagnosis.

Diagnosis Aksis III

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan status neurologis salam batas

normal. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.

Diagnosis Aksis IV

Saat ini pasien seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal di rumahnya sendiri

bersama suaminya yang sudah pensiun. Ketiga anaknya sudah berumah tangga dan

tinggal terpisah dengan pasien. Pasien dan suaminya saling membantu dalam hal

mengerjakan rumah dan megurus cucu yang dititipkan oleh anak pasien saat bekerja.

Kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan dari gaji pensiunan suami pasien dan hal ini

dirasakan masih kurang cukup menurut pasien. Pergaulan/bersosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya baik. Hubungan pasien degan suami, cucu dan anak-anaknya

cukup baik. Oleh karena itu maka pada aksis IV terdapat masalah ekonomi.

Diagnosis Aksis V

Pada pasien pasien ini didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, seoklah dll. Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale

80-71.

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Obsesif-Kompulsif Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif.

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah ekonomi

Page 16: Case Obsesif Kompulsif

Aksis V : GAF Scale 80-71.

DAFTAR PROBLEM

Organobiologik : Tidak ditemukan

Psikologis :Terdapat pengulangan dalam mengucapkan kata

“bismillah” saat wudhu yang lebih dari tujuh kali, bacaan dan gerakan awal sholat

yang diulang-ulang, mencuci tangan lebih lama dari biasanya dan mandi lebih lama.

Sosioekonomi : Terdapat masalah ekonomi pada keluarga

PROGNOSiS

Prognosis ke arah baik

Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.

Pasien rajin kontrol dan patuh minum obat.

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa seperti pasien.

Mendapat dukungan dari keluarga terhadap kesembuhan pasien.

Respon terhadap pengobatan cukup baik.

Prognosis ke arah buruk

Perjalanan penyakit sudah berlangsung lama sejak tahun 2001.

Apabila sedang kesal pengulangan lebih banyak dari biasanya.

Kesimpulan

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

TERAPI

Psikofarmaka :

Xanax 1 x 0,5 mg

Page 17: Case Obsesif Kompulsif

Haloperidol 3 x 0,5 mg

Anafranil 2 x 25 mg

Psikoterapi :

Pada pasien

Beribadah dan memperbanyak doa kepada Tuhan YME sesuai dengan

kepercayaan pasien agar diberi ketenangan.

Edukasi tentang pentingnya untuk kontrol rutin dan minum

obat secara teratur.

Page 18: Case Obsesif Kompulsif

DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama. PT.

Nuh Jaya. Jakarta. 2001.

Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT. Nuh

Jaya. Jakarta. 2007.