Case Gainesboro FINAL
Transcript of Case Gainesboro FINAL
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 1/23
Financial Management
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Gainesboro Corporation didirikan pada tahun 1923 di Concord, New
Hampsire oleh James Gaines dan David Scarboro. Awalnya, Gainesboro
memproduksi bagian mesin antara lain metal press, dies dan molds. Di tahun 1975,
perusahaan telah mengembangkan sebuah reputasi sebagai sebuah produsen
inovatif untuk mesin indutri dan peralatan mesin.
Awal 1980, Gainesboro memasuki lahan baru dalam bidang computer-aided
design dan computer-aided manufacturing (CAD/CAM). Dalam perkembangannya,
perusahaan melakukan merger dengan sebuah perusahaan software kecil dan
mengembangkan sebuah line software dan peralatan CAD yang mengijinkan
engineer untuk merancang bagian spesifikasi pada sebuah komputer.
Pada akhir 2004, penjualan peralatan CAD/CAM telah mendapai 45%.
Presses, dies dan mold mencatatkan penjualan 40% dan machine tools memperoleh
penjualan 15%. Karena kebanyak perusahaan press dan mold adalah skala kecil
lokal atau regional. Gainesboro adalah industry leader.
Dalam dekade 1990, Gainesboro membantu membuat standar untuk
CAD/CAM, tetapi perusahaan besar asing masuk dengan agresif dedalam
CAD/CAM dan mendapatkan kenaikan penjualan. Di akhir 1990 atau awal 2000,
keahlian teknologi dan kapitalisme spekulasi yang agresif telah mendorong
memasuki perusahaan CAD/CAM yang sangat khusus/spesifik. Gainesboro
tertinggal dalam kompetisi pengembangan software yang user-friendly dan integrasi
desain dan manufakturnya.
Dividend & Other Payouts 1
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 2/23
Financial Management
1. 2. Rumusan Masalah
Karena kalah dalam persaingan produk, revenue perusahaan turun dari $911
juta pada 1998 menjadi $757 juta pada 2004. Untuk mengatasi penurunan revenue
dan meningkatkan profit margin yang rendah, Gainesboro mengambil dua langkah
pendekatan :
a. Memperbesar share anggaran research dan development untuk CAD/CAM
dalam usaha untuk mengembalikan kepemimpinan pasar
b. Melakukan restrukturisasi besar.
Di tahun 2002, perusahaan menjual dua line bisnis yang tidak
menguntungkan dengan revenue $51 juta, menjual dua plant, mengurangi 5 sewa
fasilitas dan mengurangi personel. Total biaya restrukturisasi adalah $65 juta.
Pada tahun 2004, restrukturisasi kedua dilakukan dengan mengubah strategi
manufaktur, pemfokusan kembali pendekatan marketing dan penjualan dan
mengadopsi prosedur administrasi yang memungkinkan untuk pengurangan fasilitas
dan staf.
Gainesboro menetapkan corporate objective adalah restrukturisasi dan
pengusaan teknologi terkini. Pertama dan terutama, managemen menginginkan dan
mengharapkan perusahaan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata
(average annual compound rate) sebesar 15%.
Dalam upaya mencapai tujuan pertumbuhan ini, managemen mengusulkan
sebuah strategi yang berdasarkan tiga point utama, yaitu :
a. Perubahan substansi pencampuran produk. CAD/CAM dan produk
turunannya akan mendapat 75% penjualan, sedangkan sisanya sebanyak
25% untuk penjualan press dan molds.
b. Perusahan akan melakukan ekspansi pada pasar internasional dengan
harapan untuk mencapai setengah penjulan dan keuntungan di tahun 2011.
c. Korporasi mempunyai kebencian penggunaan pinjaman/hutang sejak awal.
Managemen mempercayai bahwa hanya menggunakan sejumlah kecil
Dividend & Other Payouts 2
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 3/23
Financial Management
pinjaman, terutama untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Akan tetapi
ratio debt-to-equity yang dikutip adalah 40%. Managemen senior menyadari
bahwa equity secara umum lebih mahal (costly) daripada hutang, tetapi
sebuah kepuasan besar bagi perusahaan dapat melakukan sesuatu
berdasarkan cara dan keinginannya.
D ividend Policy
Sebelum 1999, histori deviden dan harga saham menunjukkan pertumbuhan
yang mantab. Tetapi, permasalahan Gainesboro pada awal 2000 telah mengambil
biaya pada earning . Akibatnya deviden turun kembali pada tahun 2003 menjadi
$0.25 per lembar saham, nilai terendah sejak 1990.
Pada 2004, board of director mengumumkan payout sebesar $0.25 per
lembar saham, meskipun melaporkan earning loss per lembar saham terbesar dalam
sejarah perusahaan dengan akibat harus meminjam untuk membayar deviden. Pada
dua kuarter pertama 2005, direktur tidak mengumumkan deviden, tetapi melalui
surat kepada shareholder dinyatakan bahwa direktor menyatakan untuk melanjutkan
annual payout sebelumnya pada 2005.
Pada Agustus 2005, terdapat tiga pilihan kebijakan deviden yang mungkin
diputuskan :
d. Zero-Dividend Payout
e. 40% Dividend Payout ($0.20 per saham)
f. Residual Devident Payout
Buyback Saham
Managemen harus memutuskan penggunaan dana perusahaan untuk membayar
deviden kepada shareholder atau buyback saham
Dividend & Other Payouts 3
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 4/23
Financial Management
1. 3. Tujuan
Berdasarkan latar berlakang dan rumusan masalah tersebut diatas, beberapa
hal yang ingin didapatkan adalah sebagai berikut :
1.Memberikan rekomendasi kebijakan deviden Gainesboro sesuai dengan
alternatif pilihan
2.Memberikan alternatif pembiayan (funding) atas strategi Gainesboro
untuk mencapai goal
3.Memberikan analisa atas rencana buyback saham yang akan dilakukan
Gainesboro.
Dividend & Other Payouts 4
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 5/23
Financial Management
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Pengertian Deviden
Deviden merupakan hak pemegang saham biasa (common stock ) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan
untuk membagi keuntungan dalam dividen , semua pemegang saham biasa
mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat
dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen
(Jogiyanto, 1998: p.58).
Hanafi (2004 :p.361) menyatakan bahwa deviden merupakan kompensasi
yang diterima oleh pemegang saham, di samping capital gain. Deviden ini untuk
dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.
Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan
jenis pembayarannya tergantung lepada kebijakan pemimpin.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden menentukan jumlah laba yang
ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit
jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Alokasi penentuan laba
sebagai laba ditahan dan pembayaran deviden merupakan aspek utama dalam
kebijakan deviden (Wachowicz ,1997: p.496).
Kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai deviden atau laba yang
ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan,1996: p.381). Dengan demikian
dimungkinkan membagi laba sebagai deviden dan pada saat yang sama menerbitkan
saham baru. Kebijakan deviden bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para
Dividend & Other Payouts 5
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 6/23
Financial Management
pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang
berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto, 2001: p.265).
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana
yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan
deviden merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau
“equity investors”.
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada
para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu
bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti
semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat
pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya.
Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang
tersedia untuk pembayaran deviden adalah semakin kecil. Persentase dari
pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai cash devidend
disebut devidend payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin
tingginya devidend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin
kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini
berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001: p.266).
2.2. Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang akan
datang. Dalam kebijakan dividen, terdapat trade off dan merupakan pilihan yang
tidak mudah antara membagikan laba sebagai dividen atau menahan untuk
diinvestasikan kembali.
Dividend & Other Payouts 6
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 7/23
Financial Management
Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka
tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif terhadap harga
saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan
melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan.
Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan
pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis
prospek perusahaan di masa yang akan datang (Aharony dan Swary, 1980 dalam
Sartono dan Prasetyanta, 2005).
Menurut teori Arbitrage Pricing Theory (APT), investor dalam mencari
keuntungan tidak perlu melakukan portofolio optimal. Investor tinggal mengamati
perubahan harga dan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan itu, baik
yang berasal dari faktor makro maupun faktor khas (unique factors) dalam
perusahaan atau yang lebih banyak dikenal dengan sebutan faktor fundamental.
Dalam teori investasi pada pasar uang dan pasar modal, investor akan
melakukan pembelian saham atau menjual saham bergantung pada apakah return
saham lebih besar hasilnya dibandingkan dengan deposito atau bunga obligasi.
Jadi penilaian layak tidaknya investor memegang saham akan dilihat apakah
return (perubahan harga saham) lebih menguntungkan. Faktor fundamental
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan (emiten)
yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan kondisi
keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang
meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan).
Dividend & Other Payouts 7
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 8/23
Financial Management
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam analisis fundamental yaitu
pendekatan nilai sekarang (present value approach) dengan basis suku bunga dan
pendekatan rasio PER ( P/E ratio approach).
Pendekatan nilai sekarang disebut juga sebagai metode kapitalisasi laba
(capitalization of income method ) karena merupakan proses kapitalisasi nilai-nilai
masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya
bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut di masa
datang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
aliran kas di masa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan
mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai
sekarang (Jogiyanto,1998, p.70).
Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) meng-estimate
nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang
akan datang, dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price
forecasting model .
Dalam model peramalan ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi
faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya,
dividend payout ratio, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi
harga saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (misalnya
menghasilkan laba yang meningkat), maka harga saham akan meningkat pula.Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. (Suad Husnan,
1998: p.315).
Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu
saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Jika prospek suatu perusahaan publik sangat kuat dan baik, maka harga
saham perusahaan tersebut diperkirakan akan menggambarkan kekuatan dan
harganya akan meningkat. Namun harus diperhatikan bahwa nilai dari suatu efek
Dividend & Other Payouts 8
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 9/23
Financial Management
ekuitas tidak hanya ditentukan oleh tingkat kembalian yang dijanjikan tetapi juga
tingkat risiko yang terkandung di dalamnya (Suad Husnan, 1998).
Analisis fundamental pada dasarnya adalah melakukan analisis historis atas
kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut sebagai company
analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi
dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam
company analysis, para pemodal atau investor akan mempelajari laporan keuangan
perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan,
mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada,
mengevaluasi efisiensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik
operasional dari perusahaan tersebut (Suad Husnan, 1998).
Hal yang penting dan biasanya menjadi pusat perhatian investor maupun ara
analis keuangan ( financial analyst ) dalam menganalisis data historis adalah:
posisi keuntungan kompetitif perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba
perusahaan, likuiditas aktiva perusahaan terutama berhubungan dengan
kemampuan keuangan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya,
tingkat leverage (penggunaan dana pinjaman) terhadap shareholders equity, dan
komposisi dan pertumbuhan operasional penjualan perusahaan (Ang, 1997 :
p.18.2)
Beberapa teori yang berkaitan dengan dividend payout ratio dan asumsi – asumsi
yang mendasarinya antara lain :
Dividen tidak relevan
Menurut Modigliani dan Miller (1961) dalam Saxena (1999),
dividen payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham
perusahaan atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa
dividen payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai perusahaan
Dividend & Other Payouts 9
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 10/23
Financial Management
ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Sementara itu
keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen
atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller
mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut::
a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan preusan
b. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi
c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap
dividen payout ratio
d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang
kesempatan investasi di masa yang akan datang.
e. Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor.
Bird in the hand theory
Sementara itu, menurut Gordon dan Litner (1956) dalam Saxena
(1999) tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian
dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen
daripada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba
yang ditahan.
Modigliani dan Miller (1961) berpendapat dan telah dibuktikan
secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima
dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang.
Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi
oleh dividen payout ratio.
Pendapat Gordon dan Litner (1956) dalam Saxena (1999) oleh
Modigliani dan Miller (1961) diberi nama bird in the hand fallacy. Gordon
Dividend & Other Payouts 10
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 11/23
Financial Management
dan Litner (1956) dalam Saxena (1999) beranggapan investor memandang
bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burng di udara.
Sementara Modigliani dan Miller berpendapat bahwa tidak semua
investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di
perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang sama. Oleh sebab itu,
tingkat risiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya
ditentukan oleh dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat risiko
investasi baru.
Tax preference theory
Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada
pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi
lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama
dengan pendapatan atas dividen , maka keuntungan capital gain menjadi
berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital
gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus
dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen .
Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor.
Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka
tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen .
Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih
tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi daripada
saham dengan dividen yield yang rendah. Oleh karena itu, teori ini
menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout
ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Litzenberger dan
Ramaswamy, 1979 dalam Saxena , 1999).
Pecking Order Hypothesis (POH) pertama kali diperkenalkan oleh Meyrs
dan Majluf (1984). Berdasarkan POH, perusahaan lebih mengutamakan dana
internal daripada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana
Dividend & Other Payouts 11
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 12/23
Financial Management
internal dapat dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana
eksternal dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang
daripada ekuitas.
Ide dasar POH sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana
eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan sumber dana eksternal yang
lebih diutamakan adalah utang daripada emisi saham.
Myer dan Majluf (1984) menyatakan bahwa asimetri informasi
menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana
eksternal karena asimetri informasi tersebut menyebabkan pendanaan eksternal
terlalu mahal bagi perusahaan.
Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada
internal funds karena ingin memaksimumkan kekayaan pemegang saham yang
sudah ada. Penjualan saham baru bukan kepentingan dari pemegang saham yang
sudah ada tetapi hanya akan mengakibatkan penurunan nilai saham yang sudah ada.
Perusahaan akan memilih hutang dibanding external equity, apabila
memerlukan dana eksternal. Dengan penerbitan hutang bebas risiko (risk free debt )
tidak punya dampak terhadap nilai saham yang sudah ada ataupun dengan
penerbitan hutang yang berisiko mempunyai pengaruh lebih sedikit terhadap nilai
saham yang sudah ada dibandingkan dengan menerbitkan saham baru.
Hipotesis Pecking Order menurut Myers (1984). didasarkan pada empat
asumsi, yaitu:
a. dividen policy bersifat konstan ( sticky),
b. lebih baik dana internal dibanding eksternal,
c. bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas
risiko,jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat
berharga dari risk free debt, risky debt, convertible security, saham preferen,
common stock .
Dividend & Other Payouts 12
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 13/23
Financial Management
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dalam PSAK No. 23
merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan
proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak
berupa peningkatan saldo laba (retained earnings) perusahaan. Apabila saldo laba
didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar
nilai yang didistribusikan tersebut.
BAB III
PROBLEM SOLVING
3. 1. Perbedaan Pandangan pada Kebijakan Deviden
Dividend & Other Payouts 13
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 14/23
Financial Management
Jumlah deviden yang dibayarkan oleh Gainesboro menurun secara tajam
dari 66.5% pada 1978 menjadi 20.7% pada 1998. Alasan dibalik perubahan ini
adalah kecenderungan perusahaan milik publik ke arah karakteristik tidak
membayarkan deviden (Fama & French 2001).
Perusahaan mempunyai target jangka panjang dalam pembayaran deviden.
Manager cenderung untuk menjadi peningkatan rasio pembayaran deviden yang
stabil untuk menghindari efek perubahan temporer pada earning . Pasar sangat
sensitif terhadap pemotongan deviden.
Kebijakan deviden adalah tidak relevan karena efek total pembayaran
deviden dan capital loss adalah 0. Investor dapat menghasilkan dana dengan
menjual saham yang mempunyai peningkatan nilai jika perusahaan tidak
membayarkan deviden. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap semua
proyek yang menawarkan NPV positif dan membayar dengan deviden hanya
menjadi dana yang tidak terpakai (Miller & Modiglani, 1961).
3.2. Analisis Alternatif Kebijakan Deviden Gainesboro
Pada Agustus 2005, terdapat tiga pilihan kebijakan deviden yang mungkin
diputuskan :
Zero-dividend payout
PRO
• Perusahaan dalam kondisi pertumbuhan dan memebutuhkan untuk
investasi (re-invest) semua earning untuk penerapan tujuan ekspansi
• Kebijakan sero deviden akan memecahkan kembali masalah kebutuhan
cash perusahaan karena tidak memerlukan untuk melakukan pinjaman
• Tujuh dari delapan perusahaan CAD/CAM tidak membayarkan deviden
meskipun semua mengharapkan pertumbuhan bisnis yang signifikan.
Sebaliknya, industri elektrikal dan peralatan manufaktur telah
membayar sampai 3.1 yield on share. Kebijakan zero divident payout
Dividend & Other Payouts 14
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 15/23
Financial Management
akan membantu brand image perusahaan agar dilihat oleh investor
sebagai sebuah perusahaan software/hardware berteknologi tinggi
daripada sebagai manufaktur tradisional sesuai dengan goal perusahaan.
KONTRA
• Manager akan kehilangan kredibilitasnya karena merekaa telah
menjanjikan penggantian kembali pembayaran deviden selama tahun
berjalan
• Banyak investor akan kecewa dengan perubahan kebijakan deviden dan
mungkin akan melakukan short selling yang menyebabkan penurunan
harga saham.
• Pasar mungkin menganggap ini sebagai sebuah tanda negatif yang
memperkuat pendapat bahwa perusahaan mengalami masalah
40% dividend payout ($0.20/saham)
PRO
• Investor akan menginterpretasikan sebagai sebuah tanda positif bahwa
perusahaan telah berjalan dengan baik dan mengatasi kesulitannya.
• Perusahaan masih dibawah batas debt-to-equity ratio sebesar 40%
(Exhibit 1).
• Kredibilitas manager akan meningkat karena mereka dapat dipercaya
dengan janji pengumuman awal tentang pembayaran deviden.
KONTRA
• Perusahaan akan memerlukan peningkatan dana. Dewan anggota tidak
menghargai adanya sebuah perubahan mendadak peningkatan utang
meskipun dalam batas yang ditetapkan.
• Prediksi pertumbuhan 15% adalah pendekatan yang sangat optimis dan
melewati batas fleksibilitas. Seandainya tidak sesuai dengan prediksi,
perusahaan akan menghadapi masalah yang serius.
Dividend & Other Payouts 15
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 16/23
Financial Management
• Payout ratio akan sama dengan kebijakan deviden perusahaan
tradisional lainnya (tidak berteknologi tinggi) yang membahayakanimage perusahaan.
• Mereka akan kehilangan dari pajak deviden.
Residual-Dividend payout
PRO
• Perusahaan akan memaksimalkan nilainya dengan menerima semua
proyek dengan NPV positif.
• Perusahaan tidak akan mengalami permasalahan likuiditas dan tidak
perlu meningkatkan equity-to-debt ratio.
KONTRA
• Kebijakan deviden ini tidak jelas dan mengakibatkan sedikit atau tidak
ada investor yang tertarik. Investor lebih memilih untuk investasi dana
mereka dimana return yang stabil menjadi jaminan.
• Image perusahaan akan rusak. Kebijakan ini akan menunjukkan kepada
investor bahwa perusahaan dalam tahan dan kondisi tidak aman.
3.3. Pendanaan (Funding)
Sebuah perusahaan akan memilih untuk membiayai aktifitasnya baik dengan
hutang atau modal sendiri. Dua pandangan utama tentang cara perusahaan
seharusnya mengatur struktur modalnya. Pandangan tradisional mendukung
pendapat bahwa hutang adalah lebih murah daripada modal sendiri karena modal
sendiri lebih beresiko.
Dividend & Other Payouts 16
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 17/23
Financial Management
Market value sebuah perusahaan adalah sama dengan hutang ditambah
modal sendiri yang mengandung arti bahwa biaya modal dapat diturunkan dengan
subtitusi hutang dengan modal sendiri. Ketika ratio D/E terlalu tinggi, baik
shareholder dan pemberi pinjaman akan memerlukan return tambahan sebagai
kompensasi atas kenaikan risiko.
Pandangan ini menyatakan bahwa ada sebuah titik dimana biaya modal
dapat diturunkan dengan pencampuran hutang/modal sendiri yang akan mencapai
struktur modal optimal (Atrill, 2003).
Sebaliknya, MM memberikan pandangan yang berbeda. MM menyangkal
bahwa perbedaan antara hutang dan modal sendiri hanya pada pajak (taxation) dan
memberikan hasil bahwa perusahaan seharusnya membiayai hanya dengan hutang
untuk biaya modal yang lebih rendah.
Dampak Kepada Shareholder
Borrowing (Hutang)
Agency Theory: meskipun hal ini lebih murah, shareholder sanagat tidak
suka (peka) untuk meningkatkan secara besar ketergantungan perusahaan
terhadap pinjaman hutang dan lebih suka untuk menggunakan sumbernya
sendiri. Meskipun tidak efisien, perilaku ini sangat kuat pada level
managemen.
Mengeluarkan Saham Baru
Shareholder cenderung tidak menyukai pelepasan saham baru karena
mereka kehilangan kendali atas perusahaan sebagai akibat kenaikan jumlah
investor. Investor baru mungkin memaksakan kondisi menggunakan hak
pilih mereka untuk mengubah kebijaksanaan, dan lain lain.
Menurunkan Investasi
Dividend & Other Payouts 17
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 18/23
Financial Management
Investasi saat ini akan membantu pertumbuhan perusahaan baik volume
maupun value. Hal ini berarti bahwa tidak ada kelompok shareholder yang
akan mendukung penurunan investasi.
Dampak Kepada Perusahaan
Borrowing (Hutang)
Perusahaan akan tertarik untuk meningkatkan jumlah pinjaman hutang
karena lebih murah daripada pinjaman modal sendiri. Baik pandangantradisional dan MM mendukung tingkat yang lebih rendah untuk rasio
debt/equity.
Meskipun demikian, dalam kasus tertentu, hal ini tidak benar karena
penggunaan pinjaman untuk membayar shareholder akan dipertimbangkan
sebagai sebuah aktivitas berrisiko oleh bank dan akan meminta tingkat
bunga yang lebih tinggi.
Mengeluarkan Saham Baru
Keuntungan pengeluaran saham baru adalah sebuah cara pendanaan yang
termasuk langkah pembagian sebagasi sebuah penyerap kejutan. Hal ini
berarti bahwa jika terjadi kerugian, perusahaan mampu untuk menurukan
pembayaran deviden kapanpun.
Saham juga tidak mempunyai tanggal pemenuhan untuk membayar yangakan membantu cash flow perusahaan. Sebaliknyam pelepasan saham akan
membawa dua tipe biaya tambahan. Biaya administrasi dan legal dan
tambahan premium akan diminta oleh investor karena mereka mereka akan
terakhir menerima likuidasi jika terjadi kebangkrutan (Arnold, 2007).
Menurunkan Investasi
Dividend & Other Payouts 18
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 19/23
Financial Management
Perusahaan sangat tergantung pada peningkatan aplikasi sistem,
improvement sistem dan ekspansi internasional, sehingga pengurangan
investasi akan berakibat fatal terhadap penjualan dan market share
perusahaan karena peningkatan kompetisi di sektor tersebut.
Raksi Shareholder Terhadap Pembayaran Deviden
Semua shareholder akan menghargai berita tentang pembagian deviden. Beberapa
dari mereka adalah pencari income yang tetap (Exhibit 4) dan yang lain
mungkin menggunakannya untuk investasi lagi pada perusahaan
dengan membeli saham. Investor luar mungkin melihat hal ini sebagai
sebuah tanda positif bahwa perusahaan berjalan dengan baik dan
hasilnya harga saham akan meningkat.
Dua efek (buyback saham dan kenaikan harga) mungkin tidak sebanding. Dan juga,
hal ini dapat dilihat sebagai sebuah janji perusahaan untuk membayar
deviden secara teratur dan investor yang menyukai return non-volatile
pada aset mereka akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan.
Pemberi pinjaman tidak menganggap hal ini aman untuk menyediakan dana bagi
sebuah perusahaan yang akan menggunakannya untuk membayar para
shareholdernya. Sebagai hasilnya, mereka akan meminta tingkat bunga
yang lebih tinggi untuk dibayarkan (Arnold, 2007). Sebaliknya, hal ini
adalah tanda bahwa penjualan saham diambil sebagai sebuah tanda
positif dari investor dan dapat meningkatkan harga market share
kedepan.
Repurchase Saham
Shareholder akan lebih menyukai buyback karena dengan cara ini baik
melihat kenaikan harga saham mereka dalam nilai (jika tidak melakukan penjualan)
Dividend & Other Payouts 19
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 20/23
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 21/23
Financial Management
Rekomendasi
Pembayaran Deviden
Rekomendasi pertama akan menyatakan pembayaran deviden agar
meningkatkan kepercayaan diri pada perusahaan yang telah melemah dalam
beberapa tahun terakhir. Pembayaran 40% kelihatan terlalu berisiko karena
menurunkan fleksibilitas dan akan menyebabkan perusahan menderita
kerugian terus menerus sampai 2011.
Karena perusahaan mengharapkan tingkat pertumbuhan 15% maka
pembayaran adalam antara 30-50%. Pernyataan deviden 30% akan
memecahkan semua masalah. Hal ini akan mengembalikan kepercayaan diri
perusahaan dan akan tetap menghilangkan fleksibilitas jika pasar tidak
berjalan sesuai perkiraan.
Perhitungan kembali untuk pembayaran deviden 30% dapat menjadi
menguntungkan baik pada 2009 atau 2011 dengan mengurangi kerugian
$53.69 juta (Lihat Appendix 1).
Saat ini, perusahaan dapat terus meningkatkan pembayaran deviden pada
slow rate hingga mencapai 40% jika prediksi benar. Semua shareholder
akan menghargai berita tentang pembagian deviden. Beberapa dari mereka
adalah pencari income yang tetap (Exhibit 4) dan yang lain mungkin
menggunakannya untuk investasi lagi pada perusahaan dengan membeli
saham. Investor luar mungkin melihat hal ini sebagai sebuah tanda positif
bahwa perusahaan berjalan dengan baik dan hasilnya harga saham akan
meningkat.
Appendix 1.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 20112005-
2011
Net Income 18.10 40.00 57.50 72.80 91.30 98.00 160.00 537.80
Dividend & Other Payouts 21
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 22/23
Financial Management
Excess Cash -22.70 -7.30 4.20 11.50 29.40 27.20 77.60 120.00
Dividend 5.43 12.00 17.25 21.84 27.39 29.40 48.00 161.31
Excess cash
after dividend-28.13 -19.30 -13.05 -10.34 2.01 -2.20 29.60 -41.41
Ket : Deviden dihitung sebagai 30% of income.
Pembiayaan (Financing)
Perusahaan akan mampu untuk meminjam hanya pada tingkat tinggi dari
bank jika pembiayaan digunakan untuk pembayaran deviden. Sebaliknya,
shareholder boleh tidak menyetujui pelepasan saham biasa karena mereka
akan kehilangan kendali atas perusahaan.
Untuk mengatasi masalah ini, CEO dapat mengusulkan pelepasan saham
baru dengan dua kategori.
Untuk menghindari pelemahan kekuasaan, saham akan ditawarkan kepada
shareholder existing (right issues).
Jika existing shareholder tidak mampu dan tidak ingin untuk meningkatkan jumlah
yang diperlukan, langkah kedua, saham akan dilepas kepada investor
eksternal. Saham ini berupa saham istimewa untuk mencegah risiko
equity (membuat jenis pembiayaan ini lebih mahal) and menahan satu
atau beberapa fitur sesuai dengan biaya mereka :
Tidak ada hak voting. Hal ini bentuk umum saham istimewa (Arnold 2007) dan
mencegah masalah pelemahan kekuasaan.
Reedemable (dapat diselamatkan). Perusahaan menyukai untuk mempunyai pilihan
untuk buyback sahamnya jika dan ketika tidak memerlukan dana ini
untuk waktu lama.
Dividend & Other Payouts 22
7/31/2019 Case Gainesboro FINAL
http://slidepdf.com/reader/full/case-gainesboro-final 23/23
Financial Management
Karena perusahaan mendapat peringkat “A” oleh Value Line, biaya pelepasan akan
paling mungkin lebih murah daripada kebanyakan kompetitor.
Pelepasan saham baru akan juga meningkatkan rasio debt-to-equity
meninggalkan terbukanya kesempatan untuk mengambil pinjaman
untuk tujuan ekspansi pada masa yang akan datang.