Case Demensia Aan

28
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnay kemampuan berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan dalam pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial 1,2 . Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, diantaranya: gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SSP), defisiensi vitamin, gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar penyebab ini ditemukan pada orang tua. Klasifikasi Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel yaitu : Reversibel : - Penyakit umum berat - Gangguan psikiatri - Normal pressure Hydrocephalus - Demensia Vaskular 1

description

case

Transcript of Case Demensia Aan

Page 1: Case Demensia Aan

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai

latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek,

gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnay kemampuan

berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil,

dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan dalam

pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial1,2.

Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, diantaranya:

gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SSP), defisiensi vitamin,

gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar

penyebab ini ditemukan pada orang tua.

Klasifikasi

Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel yaitu :

Reversibel :

- Penyakit umum berat

- Gangguan psikiatri

- Normal pressure Hydrocephalus

- Demensia Vaskular

Ireversibel :

-Demensia Alzheimer

-Pick’s Disease

-Parkinson’s Disease Dementia1

Frekuensi demensia yang tertinggi adalah alzheimer yang meliputi 50-55% dari

seluruh demensia.

Diagnosis

1

Page 2: Case Demensia Aan

Demensia ditandai oleh adanya gangguan kognisi, fungsional, dan perilaku,

sehingga terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

neuropsikologis. Anamnesis/wawancara meliputi awitan penyakit (

akut/perlahan ), perjalanan penyakit ( stabil/ progresif, membaik ), usia awitan,

riwayat medis umum dan neurologis, perubahan neurobehaviour, riwayat

psikiatri, riwayat yang berhubungan dengan etiologi ( seperti infeksi, gangguan

nutrisi, penggunana obat, dan riwayat keluarga ). Pemeriksaan fisik meliputi tanda

vital, pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis dan neuropsikologis.

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologis

ANAMNESIS

Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan mereka

yang sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita ( pengasuh ). Hal yang

paling penting diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi terutama kognitif

dibandingkan dengan sebelumnya. Awitan ( mendadak/progresif lambat), dan

adanya perubahan prilaku dan kepribadian.

Riwayat Medis Umum

Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari berbagai penyakit, sehingga

perlu diketahui adanya riwayat infeksi kronis ( misalnya HIV dan Sifilis ),

ganguan endokrin ( hiper/hipotiroid ), diabetes Mellitus, neoplasma, kebiasaan

merokok, penyakit jantung, penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, dan

aterosklerosis.

Riwayat Neurologis

Perlu umtuk mencari etiologi seperti riwayat gangguan serebrovaskuler, trauma

kapitis, infeksi SSP, epilepsi, tumor serebri dan hidrosefalus.

2

Page 3: Case Demensia Aan

Riwayat Gangguan Kognisi

Riwayat gangguan kognitif merupakan bagian dari bagian terpenting dari

diagnosis demensia. Riwayat gangguan memori sesaat, jangka pendek, dan jangka

panjang; gangguan orientasi ruang, waktu, dan tempat, benda, muapun gangguan

komprehensif ): gangguan fungsi eksekutif ( meliputi pengorganisasian,

perencanaan, dan pelaksanaan suatu aktivitas ), gangguan praksis, dan

visuospasial.

Selain itu, perlu, ditanyakan mengenai aktivitas harian, diantaranya melakukan

pekerjaan, mengatur keuangan, mempersiapkan keperluan harian, melaksanakan

hobi, dan mengikuti aktivitas sosial. Dalam hal ini, perlu pertimbangan

berdasarkan pendidikan dan sosial budaya.

Riwayat Gangguan Perilaku dan kepribadian

Gejala psikiatri dan perubahan perilaku sering dijumpai pada penderita demensia.

Hal ini perlu dibedakan dengan gangguan psikiatri murni, misalnya depresi,

skizofrenia, terutama tipe paranoid. Pada penderita demensia dapat ditemukan

gejala neuropsikologis berupa waham, halusinasi, misidentifikasi, depresi, apatis,

dan cemas. Gejala perilaku dapat berupa bepergian tanpa tujuan, ( Wandering ),

agitasi, agresifitas fisik maupun verbal, restlessness, dan disinhibisi.

Riwayat Intoksikasi

Perlu ditanyakan riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida, insektisida,

alkoholisme, dan merokko. Riwayat pengobatan terutama pemakaian kronis

antidepresan dan narkotika.

Riwayat Keluarga

Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson, sindrom

down, dan retardasi mental.

3

Page 4: Case Demensia Aan

PEMERIKSAAN FISIK

Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya

kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun

bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak

atau sedikit demi sedikit pada setiap orang dari semua golongan usia.

Pemeriksaan fisik umum dilakukan sebagaimana biasa pada prakter klinis.

Pemeriksaan neurologis :

Dilihat adanya tekanan tinggi intra kranial, gangguan neurologis fokal

misalnya gangguan berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom,

koordeinasi, gangguan penglihatan, gerakan abnormal/apraksia dan adanya

refleks patologis dan primitif1.

o Pemeriksaan neuropsikologi

Meliputi evaluasi memori, orientasi,bahasa,kalkulasi,praksis. Mini Mental

State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) adalah

pemeriksaan penapisan yang berguna untuk mengetahui adanya disfungsi

kognisi, menilai efektivitas pengobatan, dan untuk menentukan

progresivitas penyakit. Nilai normal MMSE adalah 24-30. Gejala awal

demensia perlu dipertimbangkan pada penderita dengan nilai MMSE

kurang dari 27, terutama pada golongan berpendidikan tinggi. Selain itu,

perlu juga dilakukan pemeriksaan aktivitas harian dengan pemeriksaan

Activity of Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity of Daily Living

(IADL). Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendiikan,

sosial dan budaya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak,

elektrosefalografi.

Pemeriksaan laboratorium

4

Page 5: Case Demensia Aan

Pemeriksaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology berupa

pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit,fungsi ginjal,fungsi hati,hormon

tiroid dan kadar vit B12, pemriksaan HIV.

Pemeriksaan pencitraan otak

Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan beratnya

penyakit,maupun prognosis

Computerized Tomograpy (CT-Scan) atau Magnetic Resonanve Imaging (MRI)

dapat mendeteksi adanya kelainan struktural berupa atrofi serebri, sedangkan

Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computerized

Tomography (SPECT) digunakan untuk pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan ini

dapat mendeteksi adanya:

o Gambaran normal sesuai dengan usia

o Atrofi serebri umum

o Perubahan pada pembuluh darah kecil yang tampak sebagai

leukoensefalopati

o Atrofi fokal terutama pada lobus temporal medial yang kinas pada

demensia alzheimer

o Infark serebri, perdarahan subdural atau tumor otak

MRI dapat menunjukkan kelainan struktur hipokampus secara jelas. MR

spectroscopy dan MRI fungsional berguna untuk membedakan demensia

Alzheimer dengan Demensia vaskuler pada stadium awal.

Pemeriksaan EEG

EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjtu dapat

ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks periodik

DEMENSIA ALZHEIMER

Merupakan frekuensi demensia yang paling tinggi, meliputi 50-55 % dari seluruh

demensia, biasanya memeiliki faktor resiko seperti usia yang lebih dari 40 tahun,

riwayat keluarga Alzheimer, Parkinson, Sindrom Down.

Demensia Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium yaitu :

5

Page 6: Case Demensia Aan

- Stadium Ringan

Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat melakukan

aktivitas harian sederhana.

- Stadium Sedang.

Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain : Penderita

membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas harian, terutama yang

kompleks.

- Stadium lanjut.

Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan kognitif

berat, biasanya diikuti penurunan fungsi motorik.

Awitan dan perjalanan penyakit bertahap, progresif lambat. Perubahan prilaku

dapat terjadi pada stadium ringan, sedang, maupun lanjut1.

PENATALAKSANAAN

Pendekatan farmakologis dan nonfarmkologis bertujuan untuk:

Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang

ada secar optimal

Menghambat progresivitas penyakit

Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia

Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya sear realistis

dan memberikan informasi cara perawatan yang tepat.

Penatalaksanaan Farmakologis

Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk menghentikan

progresivitas penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa golongan obat

yang direkomendasikan, diantaranya:

6

Page 7: Case Demensia Aan

a. Golongan penghambat asetikolin esterase (seperti : donepezil

hidroklorida,rivastigmin, dan galantamin) bertujuan untuk mempertahankan

jumlah asetikolin yang produksinya menurun.

b. Antioksidan berfungsi untuk menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang

berlebih sehingga merusak sel neuron.

c. Nootropik merupakan obat psikotropik.

Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000

mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang

bermakna.

d. Vaksin untuk demensia Alzheimer masih dalam penelitian

7

Page 8: Case Demensia Aan

BAB 2

LAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan umur 65 tahun di bangsal Neurologi RS. DR. M.

Djamil Padang tanggal 15 Desember 2012 :

Keluhan utama :

Sering lupa

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sering lupa yang dipegang sejak 6 bulan terakhir. Pasien merasakan

ini secara perlahan-perlahan. Awalnya pasien lupa tanggal dan

hari,kesulitan mengingat nama orang baik yang baru dikenal

maupun teman lama dan sering mengulang pertanyaan dan

pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga

sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya.

Kemudian pasien kadang-kadang juga sering tersesat di jalan yang

sudah sering dilalui. Pasien juga cenderung mudah marah,

tersinggung, cemas. Pasien masih dapat melaksanakan kegiatan

sehari-hari.

Sakit kepala tidak ada

Tidak ada pemakaian obat-obatan sebelum pasien mengalami gejala

ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

8

Page 9: Case Demensia Aan

Riwayat trauma tidak ada

Riwayat hipertansi,sakit gula, sakit jantung, stroke tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Tidak ada keluarga yang menderita sakit gula, tekanan darah

tinggi,jantung dan stroke.

Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi

Pasien seorang ibu rumah tangga, dan tinggal bersama anaknya

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Napas : 20x/menit

Suhu : 36,5 oC

Status Internus

Rambut : tidak mudah dicabut.

Kulit dan kuku : tidak ditemukan sianosis

KGB : tidak ditemukan pembesaran

Keadaan regional

Kepala : tidak ditemukan kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tak ditemukan kelainan

9

Page 10: Case Demensia Aan

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O

PARU

Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)

JANTUNG

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : linea sternalis dextra

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : tak tampak membuncit

Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

Status Neurologis

Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)

Status Neurologis

1. Tanda Rangsangan Selaput Otak

10

Page 11: Case Demensia Aan

Kaku kuduk : (-)

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

Tanda Kernig : (-)

2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial

Pupil : Isokor, Ø 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+

Muntah proyektil (-)

sakit kepala progresif (-)

3. Pemeriksaan Nervus Kranialis

N.I (Olfaktorius)

Penciuman Kanan Kiri

Subjektif Baik Baik

Objektif (dengan bahan) Baik Baik

N.II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri

Tajam Penglihatan Baik Baik

Lapangan Pandang Baik Baik

Melihat warna Baik Baik

Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N.III (Okulomotorius)

Kanan Kiri

Bola Mata Bulat Bulat

Ptosis - -

Gerakan Bulbus

Strabismus - -

Nistagmus -

Ekso/Endopthalmus - -

Pupil

11

Page 12: Case Demensia Aan

Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor

Refleks Cahaya (+) (+)

Refleks Akomodasi (+) (+)

Refleks Konvergensi (+) (+)

N.IV (Troklearis)

Kanan Kiri

Gerakan mata ke bawah Baik Baik

Sikap bulbus Ortho Ortho

Diplopia (-) (-)

N.VI (Abdusens)

Kanan Kiri

Gerakanmata kemedial bawah Baik Baik

Sikap bulbus Ortho Ortho

Diplopia (-) (-)

N.V (Trigeminus)

Kanan Kiri

Motorik

Membuka mulut (+) (+)

Menggerakan rahang (+) (+)

Menggigit (+) (+)

Mengunyah (+) (+)

Sensorik

-Divisi Oftlamika

Refleks Kornea (+) (+)

Sensibilitas Baik Baik

-Divisi Maksila

12

Page 13: Case Demensia Aan

Refleks Masseter (+) (+)

Sensibilitas Baik Baik

-Divisi Mandibula

Sensibilitas Baik Baik

N.VII (Fasialis)

Kanan Kiri

Raut wajah Baik Baik

Sekresi air mata (+) (+)

Fisura palpebra Baik Baik

Menggerakan dahi Baik Baik

Menutup mata Baik Baik

Mencibir/bersiul Baik

Memperlihatkan gigi Baik Baik

Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik

Hiperakusis (-) (-)

Plika nasolabialis Baik Baik

N.VIII (Vestibularis)

Kanan Kiri

Suara berbisik (+) (+)

Detik Arloji (+) (+)

Rinne test

Webber test

Scwabach test

Memanjang

Memendek

Nistagmus

Pendular (-) (-)

13

Page 14: Case Demensia Aan

Vertical

Siklikal

Pengaruh posisi kepala (-) (-)

N.IX (Glosofaringeus)

Kanan Kiri

Sensasi Lidah 1/3 belakang Baik Baik

Refleks muntah (gag refleks) (+) (+)

N.X (Vagus)

Kanan Kiri

Arkus faring Simetris

Uvula Di tengah

Menelan Baik Baik

Artikulasi Baik

Suara Baik

Nadi Teratur

N.XI (Asesorius)

Kanan Kiri

Menoleh kekanan Baik

Menoleh kekiri Baik

Mengangkat bahu kanan Baik

Mengangkat bahu kiri Baik

N.XII (Hipoglosus)

Kanan Kiri

Kedudukan lidah dalam Simetris

14

Page 15: Case Demensia Aan

Kedudukan lidah dijulurkan Simetris

Tremor (-) (-)

Fasikulasi (-) (-)

Atropi (-) (-)

Pemeriksaan Koordinasi

Cara Berjalan Baik Disatria (-)

Romberg test (-) Disgrafia (-)

Ataksia (-) Supinasi-Pronasi (-)

Rebound Phenomen (-) Tes Jari Hidung (-)

Tes Tumit Lutut (-) Tes Hidung Jari (-)

Pemeriksaan Fungsi Motorik

A. Badan Respirasi Teratur

Duduk Dapat dilakukan

B.Berdiri dan

berjalan

Gerakan spontan (-) (-)

Tremor (-) (-)

Atetosis (-) (-)

Mioklonik (-) (-)

Khorea (-) (-)

C.Ekstermitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif Aktif aktif

Kekuatan 555 555 555 555

Tropi Eutropi Eutropi Eutropi eutropi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus eutonus

15

Page 16: Case Demensia Aan

Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas taktil Baik

Sensibilitas nyeri Baik

Sensibilitas termis Baik

Sensibilitas kortikal Baik

Stereognosis Baik

Pengenalan 2 titik Baik

Pengenalan rabaan Baik

Sistem Refleks

A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)

Berbangkis Triseps (++) (++)

Laring KPR (++) (++)

Masseter APR (++) (++)

Dinding Perut Bulbokavernosa

Atas Creamaster

Tengah Sfingter

Bawah

B. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri

Lengan Tungkai

Hofmann Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)

Chaddoks (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

Gordon (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Klonus paha

Klonus kaki

Fungsi Otonom

Miksi : baik, aninhibited bladder tidak ada

16

Page 17: Case Demensia Aan

Defikasi : baik

Keringat : baik

Fungsi Luhur

Kesadaran Tanda Demensia (+)

Reaksi bicara Baik Refleks glabela (-)

reaksi intelek Baik Refleks Snout (-)

Reaksi emosi Baik Refleks Menghisap (-)

Refleks Memegang (-)

Refleks palmomental (-)

Mini Mental State Examination :

Orientasi : 2

Registrasi : 3

Atensi dan kalkulasi : 1

Recall : 1

Bahasa :1

Jumlah :10

Kesan : Definite gangguan kognitif

CDT

Menggambarkan lingkaran tertutup : 1

Menempatkan angka-angka :1

Ke-12 angka diletakkan tepat :0

Kedua jarum jam pada posisi yang benar :0

Jumlah :2

17

Page 18: Case Demensia Aan

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 11,7 g/dl

Leukosit : 12200/mm3

LED : 35%

Trombosit : 335000/mm3

GDR : 106 gr%

Ureum : 35 g/dl

Kreatinin : 0,8 g/dl

Na : 142mEq/L

K : 4,2mEq/L

Cl : 111 mEq/L

Diagnosis Klinis : Demensia Alzheimer

Diagnosis Topik : korteks serebri

Diagnosis Etiologi : degeneratif

Pemeriksaan Anjuran : - CT Scan

Penatalaksanaan :

1. Manajemen Umum : rehabilitasi kognitif

nutrisi

18

Page 19: Case Demensia Aan

2. Khusus : donepezil

neurotropik

BAB 3

DISKUSI

Telah diperiksa seorang wanita berumur 65 tahun yang di bangsal

Neurologi RS DR M Djamil Padang dengan diagnosis klinik demensia alzheimer

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari

anamnesis diketahui pasien menderita sering lupa sejak 6 bulan terakhir yang

terjadi secara perlahan-perlahan. Pasien lupa tanggal dan hari,kesulitan mengingat

nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan sering mengulang

pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga

sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya. Kemudian pasien

kadang-kadang juga sering tersesat di jalan yang sudah sering dilalui. Pasien juga

cenderung mudah marah, tersinggung, cemas. Pasien masih dapat melaksanakan

kegiatan sehari-hari.

Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan pada hasil MMSE 10 dan

CDT 2, dari pemeriksaan didapatkan kesan gangguan kognitif. Pada kasus ini,

demensia kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak.

Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu donepezil dan nootropik

yang berguna untuk memperbaiki fungsi kognisi, menurunkan inaktivasi dari

neurotransmitter asetilkolin sehingga meningkatkan potensi neurotransmitter

kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan perbaikan memori.

Penatalaksanaan non farmakologis pada penderita demensia antara lain

program aktivitas harian penderita ( kegiatan harian yang teratur dan sistematis,

misalnya aktivitas fisik yang baik, melaksanakan Latih, Ulang, Perhatikan dan

19

Page 20: Case Demensia Aan

asosiasi ), serta orientasi realitas ( penderita diingatkan akan waktu dan tempat,

beri tanda khusus untuk suatu tempat tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dikot Y, Ong PA, 2007. Diagnosis dini dan penatalaksanaan demensia. Jakarta:

PERDOSSI.

2 Mardjono M, Sidharta P, 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat,

hal 211-214

3. Herbert R et al, Incidence and Risk Factors in the Canadian Study of Health

and Aging. American Heart Association, 2000; 3: 1487-933.

4.Geldmacher D, Whitehouse P, Evaluation of Dementia. The New England

Journal of Medicine. 1996; (8);330-364.

5. Taternichi TK, Desmond DW, Mayeux R, et al. Dementia after stroke: baseline

frequency, risks, and clinical features in hospitalized cohort. Neurology.1992;

42(6): 1185-936.

6. Rocca WA, Hoffman Apendiks, Brayne C, et.al. The prevalence of vascular

dementia in Europe: facts and fragments from 1980-1990 studies. EURODEM-

Prevalence Research Group. Ann Neurol. 1991; 30(6): 817-247.

7. DeCarli C, Reed T, Miller BL, et.al.Impact of Apolipprotein E 4 and Vascular

Disease om Brain Morphology in Men from the NHLBI Twin Study. American

Heart Association 1999; (5):1548-538.

20