Case Asfiksia Neonatorum

49
STATUS PASIEN LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL Nama Mahasiswa : Fardhian Zaenal Dokter Pembimbing : dr.Herry Susanto, Sp.A NIM : 030.10.101 Tanda tangan : I. IDENTITAS PASIEN DATA PASIEN AYAH IBU Nama By. Ny. M Tn. N Ny. M Umur 1 hari 40 tahun 34 tahun Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Alamat Langgen Talang Agama Islam Islam Islam Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa Pendidikan - SMP SMP Pekerjaan - Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga Penghasilan - Rp.3.000.000,- - Keterangan Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung 1

description

laporan kasus asfiksia

Transcript of Case Asfiksia Neonatorum

Page 1: Case Asfiksia Neonatorum

STATUS PASIEN LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL

Nama Mahasiswa : Fardhian Zaenal Dokter Pembimbing : dr.Herry Susanto, Sp.A

NIM : 030.10.101 Tanda tangan :

I. IDENTITAS PASIEN

DATA PASIEN AYAH IBU

Nama By. Ny. M Tn. N Ny. M

Umur 1 hari 40 tahun 34 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Alamat Langgen Talang

Agama Islam Islam Islam

Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa

Pendidikan - SMP SMP

Pekerjaan - Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga

Penghasilan - Rp.3.000.000,- -

Keterangan Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung

Asuransi Umum

No. RM 792341

1

Page 2: Case Asfiksia Neonatorum

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada hari Senin,

tanggal 1 Agustus 2015, pukul 14.30 WIB, di NICU RSU Kardinah.

a. Keluhan Utama

Sesak nafas.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien seorang bayi perempuan usia 0 hari, datang ke PONEK RSU Kardinah

tanggal 31 Juli 2015, dirujuk dari RB Rahman dengan neonatus aterm dan asfiksia

sedang. Bayi lahir tanggal 31 Juli 2015 secara spontan, ibu G1P0A0 hamil 38 minggu,

keadaan bayi saat lahir yaitu menangis lemah, air ketuban keruh dan skor APGAR 5-6,

dengan berat lahir 2700 gram dan panjang 47 cm. Saat datang keadaan bayi sesak,

merintih, menangis kurang kuat dan gerakan kurang aktif, namun kemerahan.

Lalu setelah pasien dirujuk ke RSUD Kardinah. Pasien dikirim dengan

menggunakan ambulans bersama petugas dan ayah pasien, dengan dipasang oksigen,

tidak menggunakan inkubator. Sesampainya di PONEK RSUD Kardinah, keadaan

pasien sesak, merintih, menangis kurang kuat dan gerakan kurang aktif, sehingga pasien

dipasangi monitor, infus, oksigen, dirawat dalam inkubator dan dipindahkan ke NICU.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pasien riwayat penyakit dahulu belum dapat dievaluasi.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal seperti ini. Riwayat penyakit

tekanan darah tinggi, kencing manis, asma, penyakit jantung dan paru disangkal.

e. Riwayat Lingkungan Perumahan

Kepemilikan rumah yaitu rumah kontrakan. Rumah berukuran 7 x 12 m, beratap

genteng, berlantai ubin, dan berdinding tembok. Dasar atap terpasang plafon. Kamar

2

Page 3: Case Asfiksia Neonatorum

tidur berjumlah 2, kamar mandi berjumlah 1, terdapat dapur dan ruang keluarga.

Penerangan rumah bersumber listrik dan dan air minum dari PAM. Jarak septic tank

dengan rumah sekitar 15 meter. Limbah rumah tangga tersalur di selokan di dalam

rumah dengan aliran lancar. Selokan dibersihkan sebulan sekali. Cahaya matahari dapat

masuk ke dalam rumah, lampu tidak dinyalakan pada siang hari. Jika jendela dibuka

maka udara dalam rumah tidak pengap.

Kesan: Keadaan lingkungan rumah dan sanitasi baik, ventilasi dan pencahayaan

baik.

f. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta, berpenghasilan kurang-lebih

Rp.3.000.000,- per bulan. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan tidak

memiliki penghasilan sendiri. Ayah menanggung nafkah 2 orang yaitu 1 orang istri dan

1 orang anak. Biaya pengobatan ditanggung sendiri (umum).

Kesan: Riwayat sosial ekonomi kurang.

g. Riwayat Kehamilan dan Pemeriksaan Prenatal

Ibu pasien memeriksakan kehamilan 7 kali, 1 kali saat usia kehamilan 12 minggu,

1 minggu saat usia kehamilan 16 minggu, 1 kali saat usia kehamilan 20 minggu, 1 kali

saat usia kehamilan 24 minggu, 1 kali saat usia 28 minggu, 1 kali saat usia kehamilan 32

minggu dan 1 kali saat usia kehamilan 36 minggu. Selama hamil kondisi ibu dan bayi

dikatakan baik, mendapat suntikan imunisasi TT 2 kali. Ibu tidak pernah mengonsumsi

obat-obatan dan jamu selama hamil, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, tidak

pernah mengalami demam, sesak, muntah-muntah atau penyakit lain selama kehamilan

kecuali demam menjelang persalinan. Penyakit kencing manis selama kehamilan

disangkal. Riwayat penyakit jantung, asma, TB, perdarahan dan trauma

disangkal.Selama hamil, ibu makan 3 kali sehari, berupa nasi, lauk-pauk dengan variasi

telur, tahu, tempe, sayuran dan susu. Sejak awal kehamilan sampai usia 29 minggu,

berat badan ibu meningkat 11 kg (dari 45 kg menjadi 56 kg, tinggi badan 155 cm).

Kesan: Perawatan antenatal baik, kualitas dan kuantitas nutrisi selama kehamilan

baik.

3

Page 4: Case Asfiksia Neonatorum

h. Riwayat Persalinan

1. Tempat kelahiran : RB Rahma

2. Penolong persalinan : Bidan

3. Cara persalinan : Spontan dengan vacuum

4. Masa gestasi : 38 minggu G1P0A0

5. Air ketuban : Keruh

6. Berat badan lahir : 2700 gram

7. Panjang badan lahir : 47 cm

8. Lingkar kepala : 33 cm

9. Langsung menangis : Ya, kurang kuat

10. Nilai APGAR : 5-6

11. Plasenta : Lengkap, tidak ada kelainan

12. Kelainan bawaan : Tidak ada

Kesan: Neonatus aterm, lahir spontan dengan vacuum, asfiksia sedang.

i. Riwayat Pemeliharaan Postnatal

Pemeliharaan setelah kelahiran belum dapat dievaluasi.

j. Corak Reproduksi Ibu

Ibu P1A0. Anak pertama berusia 0 hari (pasien).

k. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pasien mengaku saat ini tidak menggunakan kontrasepsi.

l. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan

o Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala 33

cm.

Perkembangan

o Riwayat perkembangan belum dapat dievaluasi.

4

Page 5: Case Asfiksia Neonatorum

m.Riwayat Makan dan Minum Anak

Riwayat makan dan minum belum dapat dievaluasi.

n. Riwayat Imunisasi

VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)

BCG - - - - - -

DPT/ DT/HB - - - - - -

POLIO - - - - - -

CAMPAK - - - - - -

HEPATITIS B 0 bulan - - - - -

Kesan: Imunisasi dasar sesuai umur belum dapat dievaluasi.

o. Silsilah/ Ikhtisar Keturunan

Keterangan: Laki-laki Perempuan Pasien

Kesan: Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama.

5

Page 6: Case Asfiksia Neonatorum

III. PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin, tanggal 1 Agustus 2015, pukul 15.00 WIB,

di NICU RSU Kardinah.

a. Kesan Umum

Menangis : Kurang kuat

Gerak : Kurang aktif

Retraksi : (+) subcostal

Kejang : (-)

Sianosis : (-)

Pucat : (-)

Ikterik : (-)

b. Tanda Vital

Tekanan darah : Tidak dilakukan

Nadi : 128 x/menit, reguler

Laju nafas : 46 x/menit

Suhu : 36.8 C (aksila)

SpO2 : 99%

c. Data Antropometri

Berat badan : 2700 gram

Panjang badan : 47 cm

d. Kulit

Inspeksi : Warna kulit merah muda, lanugo (+) menghilang

Palpasi : Turgor kulit baik

e. Kepala dan wajah

Kepala : Mesosefali, lingkar kepala 33 cm

:UUB masih terbuka, teraba datar, tegang (-), molase (-)

: Kaput suksedaneum (-), sefal hematom (-)

: Rambut hitam, tipis, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut

6

Page 7: Case Asfiksia Neonatorum

Wajah : Normal, simetris

Mata : Mata cekung (-/-), edema palpebra (-/-)

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

: Katarak kongenital (-/-),glaukoma kongenital (-/-)

Telinga : Normotia, sekret (-/-), recoil (segera/segera)

Hidung : Bentuk normal, deformitas (-), deviasi (-)

: Napas cuping hidung (-)

: Sekret (-/-), darah (-/-)

Mulut : Kering (-), sianosis (-), pucat (-), trismus (-)

: Stomatitis (-), bercak putih di lidah dan mukosa (-)

: Labioschizis (-), palatoschizis (-)

f. Leher : Pendek, pergerakan lemah, tumor (-), tanda trauma (-)

g. Toraks

Paru

Inspeksi : Bentuk dadasimetris kanan dan kiri

: Kulit merah muda, tidak ada efloresensi bermakna

: Sternum dan iga normal

: Retraksi subcostal (+)

: Gerak napas simetris, tidak ada hemithoraks yang tertinggal

Palpasi : Simetris, tidak ada hemithoraks yang tertinggal

: Areola mammae penuh, benjolan 3-4 mm

Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler, ronki basah halus(-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

7

Page 8: Case Asfiksia Neonatorum

h. Abdomen

Inspeksi : Datar, tali pusat terawat

: Warna kulit merah muda, pucat (-), ikterik (-)

Palpasi : Supel

: Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+)

i. Vertebrae :Spina bifida (-), meningocele (-)

j. Urogenital : Perempuan, labia mayor menutupi klitoris dan labia minor

k. Anus dan rectum : Anus (+), diaper rash (-)

l. Ekstremitas : Keempat ekstremitas lengkap, simetris

Superior Inferior

Deformitas - /- - /-

Akral dingin - /- -/-

Akral sianosis - /- - /-

Ikterik - /- - /-

CRT < 2 detik <2 detik

Tonus Normotonus Normotonus

m.Status Gizi

Pertumbuhan fisik anak laki-laki menurut persentil CDC 2000:

BB/U = 2,7/3,4 x 100% = 79 % (Berat badan normal menurut umur)

PB/U = 47/48 x 100% = 98 % (Tinggi badan normal menurut umur)

BB/TB = 2,7/2,8 x 100% = 96% (Gizi baik)

Kesan: Berat badan normal, tinggi badan normal, dan status Gizi baik

n. Refleks primitif

a) Refleks Oral

Refleks Hisap : (+)

Refleks Rooting : (+)

8

Page 9: Case Asfiksia Neonatorum

b) Refleks Moro : Tidak dilakukan

c) Refleks Palmar Grasp : (+)

d) Refleks Plantar Grasp : (+)

IV. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Maturitas Bayi (Lubchenko)

Berat badan lahir : 2700 gr

Usia kehamilan : 38 minggu

Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai untuk masa kehamilan

2. New Ballard Score

9

Page 10: Case Asfiksia Neonatorum

New Ballard score = maturitas fisik + maturitas neuromuskular

= 19 + 20 = 40 39 minggu

3. Lingkar Kepala (Kurva Nellhaus)

10

Page 11: Case Asfiksia Neonatorum

Lingkar kepala 33 cm pada bayi baru lahir, mesosefali.

4. Kurva Fenton

Berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala sesuai kurva Fenton dalam batas

normal.

11

Page 12: Case Asfiksia Neonatorum

5. Downe Score

0 1 2

Frekuensi Napas < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit

Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

12

Page 13: Case Asfiksia Neonatorum

Sianosis Tidak sianosisSianosis hilang

dengan O2

Sianosis menetap

walaupun diberi O2

Air Entry Udara masukPenurunan ringan

udara masuk

Tidak ada udara

masuk

Merintih Tidak merintihDapat didengar

dengan stethoscope

Dapat didengar

tanpa alat bantu

Downe score 5 asfiksia sedang

6. Bell Squash Score

Partus tindakan (SC, vakum, sungsang)

Ketuban tidak normal

Kelainan bawaan

Asfiksia

Preterm

BBLR

Infus tali pusat

Riwayat penyakit ibu

Riwayat penyakit kehamilan

Bell Squash score 3observasi neonatal infeksi

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah 1 Agustus 2015 jam 06.39 WIB (Dahlia)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Leukosit 30.2 (↑) 103/ul 5.0-20.0

Eritrosit 45.6 106/ul 4.3-6.5

Hemoglobin 19.5 g/dl 14.9-23.7

Hematokrit 52.6 % 44-72

13

Page 14: Case Asfiksia Neonatorum

RDW 15.7 (↑) % 11.5-14.5

MCV 93.9 (↓) U 98-122

MCH 34.8 Pcg 25-36

MCHC 37.1 (↑) g/dl 31-35

Trombosit 178 (↓) 103/ul 217-497

Glukosa Sewaktu 72 mg/dl 70-140

CRP Negatif Negatif

Laboratorium Darah 3 Agustus 2015 jam 13.49 WIB (NICU)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Bilirubin Total 6.67 mg/dl 1.5-12

Bilirubin Direk 1.18 (↑) mg/dl 0-0.25

Bilirubin Indirek 5.49 (↑) Mg/dl 0-0.75

Laboratorium Darah 5 Agustus 2015 jam 14.45 WIB (NICU)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Bilirubin Total 2.08 mg/dl 1.5-12

Bilirubin Direk 0.81 (↑) mg/dl 0-0.25

VI. DAFTAR MASALAH

14

Page 15: Case Asfiksia Neonatorum

Sesak

Merintih

Menangis lemah

Air ketuban keruh

A/S : 5-6

Retraksi (+)

Leukositosis

VII. DIAGNOSIS BANDING

Asfiksia berat Observasi

Neonatal infeksi

Neonatus aterm

Faktor ibu

Faktor janin

Faktor plasenta

Antepartum

Peripartum

Postpartum

Bayi sesuai untuk masa

kehamilan

Bayi kecil untuk masa kehamilan

Bayi besar untuk masa kehamilan

VIII. DIAGNOSIS KERJA

Neontus aterm dengan asfiksia sedang, observasi neonatal infeksi dan bayi sesuai masa

kehamilan.

IX. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

IVFD D10% 12TPM

Inj. Pycin 2 x 150 mg

Inj. Aminofilin 3 x 2 mg

Inj. Gluconas kalsikus 1 x 0,6 cc

Page 16: Case Asfiksia Neonatorum

b. Nonmedikamentosa

o Rawat intensif, monitor tanda vital.

o Hangatkan bayi

o Oksigenasi CPAP dengan PEEP 6 mbar dan FiO240 %

o Diit per oral ditunda

o Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit, terapi dan komplikasi yang

mungkin.

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

XI. SARAN PEMERIKSAAN

Analisis gas darah

Hitung jenis leukosit

Page 17: Case Asfiksia Neonatorum

XII. PERJALANAN PENYAKIT

31 Juli 2015 (PONEK UGD)

Hari Perawatan ke-0

1 Agustus 2015 (Dahlia)

Hari Perawatan ke-0

S Lahir bayi perempuan secara

pervaginam dengan bantuan vacuum

dari ibu G1P0A0 hamil 38 minggu,

keadaan bayi saat lahir yaitu air

ketuban keruh dan skor APGAR 5-6,

dengan berat lahir 2700 gram, panjang

lahir 47 cm, lingkar kepala 33 cm.

S Pasien dari PONEK dengan asfiksia

sedang, BB 2700 gram, UK: 38

minggu. Saat datang: sesak (+),

merintih (+), sianosis (-)

O KU: Menangis kurang kuat, gerak

kurang aktif, retraksi (+) subcostal,

sianosis (-)

TTV: HR 149x/m, RR 63x/m, S 36.00C

GDS : 110 mg/dl

Kepala: Mesosefali, UUB datar, molase

(-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ

1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

O KU: Menangis kurang kuat, gerak

kurang aktif, retraksi (+) subcostal,

sianosis (-)

TTV: HR 128x/m, RR 46x/m, S 36.8

C, SpO2 100%,

Kepala: Mesosefali, UUB datar, molase

(-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ

1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

A Neonatus aterm dengan asfiksia sedang A Neonatus aterm dengan asfiksia sedang

dan observasi neonatal infeksi

P Advis DPJP:

IVFD D10% 12 tpm

Inj. Pycin 2 x 150 mg

Inj. Aminofilin 3 x 2 gram

Inj. Gluconas Kalsikus 1 x 0,6 cc

Rawat Inap Dahlia

Inkubator

P O2 CPAP nasal kanul (PEEP 6

FiO2 40%)

IVFD D10% 12 tpm

Inj. Pycin 2 x 150 mg

Inj. Aminofilin 3 x 2 gram

Inj. Gluconas Kalsikus 1 x 0,6 cc

Diit ditunda

Page 18: Case Asfiksia Neonatorum

Pasang CPAP (PEEP 6 FiO2 40%)

2 Agustus 2015 (Dahlia)

Hari Perawatan ke-1

3 Agustus 2015 (Dahlia)

Hari Perawatan ke-2

S Sesak (+), demam (-), kejang (-), BAK

(+), BAB (+), pucat (-), sianosis (-),

ikterik (-), ASI (-), refleks hisap (-).

S Sesak (-), demam (-), kejang (-), BAK

(+), BAB (+), pucat (-), sianosis (-),

ikterik (-), ASI (+), refleks hisap (+).

O KU: Menangis kurang kuat, gerak

kurang aktif, retraksi (+) subcostal

TTV: HR 98x/m, RR 40x/m, S 36.5 C,

SpO2 100%

Kepala: Mesosefali, UUB datar,

molase (-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-),

BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

O KU: Menangis kuat, gerak aktif,

retraksi (-)

TTV: HR 138x/m, RR 38x/m, S 36.9 C,

BB 3500, SpO2 99%

Kepala: Mesosefali, UUB datar, molase

(-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ

1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

Kebutuhan cairan 90 x 2.555 = 234 cc/

hari

A Neonatus Aterm dengan Asfiksia

sedang dan Obs. Neonatal infeksi

A Neonatus Aterm dengan Asfiksia

sedang dan Obs. Neonatal infeksi

P Terapi lanjut P O2 CPAP

IVFD D5% 1/4NS 12 tpm

Terapi lain lanjut

Diit ASI / PASI

o 5 ml / 3 jam (Sonde)

4 Agustus 2015 (Dahlia) 5 Agustus 2015 (Dahlia)

Page 19: Case Asfiksia Neonatorum

Hari Perawatan ke-3 Hari Perawatan ke-4

S Sesak (-), demam (-), kejang (-), BAK

(+), BAB (+), pucat (-), sianosis (-),

ikterik (-), ASI (+), refleks hisap (-).

S Sesak (-), demam (-), kejang (-), BAK

(+), BAB (+), pucat (-), sianosis (-),

ikterik (-), ASI (+), refleks hisap (-).

O KU: Menangis kurang kuat, gerak

kurang aktif, retraksi (-),

TTV: HR 108x/m, RR 28x/m, S 36.8

C, BB 2.555 gram

Kepala: Mesosefali, UUB datar,

molase (-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-),

BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

KU: Menangis kurang kuat, gerak

kurang aktif, retraksi (-),

TTV: HR 140x/m, RR 40x/m, S 36.8 C,

BB 2.555 gram

Kepala: Mesosefali, UUB datar, molase

(-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ

1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

A Neonatus aterm dengan asfiksia sedang

dan neonatal infeksi

Neonatus aterm dengan asfiksia sedang,

neonatal infeksi, dan HIE gr. 1

P O2 CPAP

Terapi lanjut

Diit ASI/PASI 5 ml / 3 jam

O2 CPAP

Terapi lanjut

Latihan menetek

Page 20: Case Asfiksia Neonatorum

6 Agustus 2015 (Dahlia)

Hari Perawatan ke-5

7 Agustus 2015 (Dahlia)

Hari Perawatan ke-6

S Sesak (-), demam (-), kejang (-), BAK

(+), BAB (+), pucat (-), sianosis (-),

ikterik (-), ASI (+), refleks hisap (+).

S Sesak (-), demam (-), kejang (-), BAK (+),

BAB (+), pucat (-), sianosis (-), ikterik (-),

ASI (+), refleks hisap (-).

O KU: Menangis kurang kuat, gerak

kurang aktif, retraksi (-),

TTV: HR 1428x/m, RR 42x/m, S

36.6 C, BB 2.580 gram

Kepala: Mesosefali, UUB datar,

molase (-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-),

BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

O KU: Menangis kurang kuat, gerak kurang

aktif, retraksi (-),

TTV: HR 120x/m, RR 48x/m, S 36.7 C,

BB 2.660 gram

Kepala: Mesosefali, UUB datar, molase (-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-)

Toraks: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-

2 reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)

Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-)

Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-)

A Asfiksia Sedang Perbaikan A Asfiksia Sedang Perbaikan

P O2 CPAP

Terapi lanjut

Diit ASI/PASI 5-10 ml / 3 jam

P Aff. infus

Tx/

o Cefadroxil 2 x 75mg

o Supralicin 1x 0,3mg

Acc. Pulang.

Page 21: Case Asfiksia Neonatorum

ANALISIS KASUS

Pasien bayi perempuan 0 hari, didagnosis asfiksia sedang, neonatal infeksi, dan

neonatus aterm. Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Asfiksia Sedang

Masalah Interpretasi

Anamnesis

Bayi lahir tanggal 31 Agustus 2015 (0

hari SMRS) secara pervaginam dengan

ekstraksi vacuum, ibu G1P0A0 hamil

38 minggu, keadaan bayi saat lahir

yaitu air ketuban keruh dan skor

APGAR 5-6, dengan berat lahir 2700

gram dan panjang 47 cm.

Saat datang keadaan bayi sesak,

merintih, menangis kurang kuat dan

gerakan kurang aktif, namun sudah

sedikit kemerahan.

Keadaan pasien saat datang yaitu sesak

mengindikasikan tidak adekuatnya oksigenasi

di dalam tubuh, selain itu didapatkan pula

bayi merintih, menangis kurang kuat dan

gerakan kurang aktif. Skor APGAR 5-6

bermakna asfiksia sedang.

Asfiksia neonatorum dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu:

Faktor ibu

Dalam kasus ini tidak ditemukan masalah

dari faktor ibu

Faktor janin

Persalinan dibantu dengan ekstraksi

vacuum

Faktor plasenta

Dalam kasus ini tidak ditemukan masalah

dari faktor plasenta. Hanya ditemukan air

ketuban yang keruh

Page 22: Case Asfiksia Neonatorum

Pemeriksaan Fisik

Kesan Umum: Menangis kurang kuat,

gerak kurang aktif, retraksi (+)

subcostal

Downe score didapatkan hasil 5.

Menangis kurang kuat dan gerak kurang aktif

menunjukkan respirasi yang tidak adekuat.

Adanya retraksi pada inspeksi thorax

menunjukkan penggunaan otot napas

tambahan yang menandakan adanya sesak.

Dari hasil Downe score 5 didapatkan kesan

gangguan pernafasan sedang

Observasi neonatal infeksi

Masalah Interpretasi

Anamnesis

Faktor risiko neonatal infeksi dinilai dari

Bell Squash score, ditemukan adanya:

Ketuban tidak normal (keruh)

Asfiksia

Persalinan dengan ekstraksi vacuum

Bell Squash score didapatkan hasil 3,

menunjukkan adanya neonatal infeksi.

Faktor yang menyebabkan neonatal infeksi di

antaranya:

Antepartum

Tidak ditemukan factor antepartum pada

ibu pasien

Peripartum

Infeksi dalam periode ini lebih sering

terjadi dibandingkan antepartum dan

postpartum. Dari anamnesis tidak

didapatkan adanya faktor resiko ketuban

yang berwarna keruh.

Postpartum

Dalam kasus ini didapatkan masalah yaitu

asfiksia neonatorum. Dimana terjadinya

asfiksia merupakan suatu faktor risiko

untuk terjadinya sepsis neonatorum

Page 23: Case Asfiksia Neonatorum

TINJAUAN PUSTAKA:

ASFIKSIA NEONATUS

Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan

dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami

asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu

hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau

sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan

dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini

berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera

setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi

tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin

timbul. (Wiknjosastro, 1999)

Etiologi/ Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah

uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam

rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru

lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

Preeklampsia dan eklampsia

Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

Partus lama atau partus macet

Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

Lilitan tali pusat

Page 24: Case Asfiksia Neonatorum

Tali pusat pendek

Simpul tali pusat

Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,

ekstraksi forsep)

Kelainan bawaan (kongenital)

Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk

menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus

dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi.

Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong)

tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap

melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan

persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan

atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi

sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai

suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha

bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat

ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-

basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut

dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen

tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat

selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan

diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

Page 25: Case Asfiksia Neonatorum

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya

resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem

sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

Warna kulit kebiruan

Kejang

Penurunan kesadaran

Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia

janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya

tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila

frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak

teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala

mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium

dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri

persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada

kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya

asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu

dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

Page 26: Case Asfiksia Neonatorum

Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,

menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.

Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu

menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk melakukan resusitasi

semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

Penafasan

Denyut jantung

Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat

keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa

bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan

kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam

keadaan siap pakai, yaitu :

1. 2 helai kain / handuk.

2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk

kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala

bayi.

3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

5. Kotak alat resusitasi.

6. Jam atau pencatat waktu.(Wiknjosastro, 2007).

Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai

ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

1.Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

2. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

Page 27: Case Asfiksia Neonatorum

3.Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan

terbuka.

2. Memulai pernafasan

- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut

(hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada.

- Pengobatan

Page 28: Case Asfiksia Neonatorum

TINJAUAN PUSTAKA

NEONATAL INFEKSI

DEFINISI

Infeksi neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early

infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena

infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah

infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain.

PATOFISIOLOGI

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan,

yaitu:

a) Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui

batas plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin.

Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :

- Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion

- Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )

- Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria

monocytogenes.

- Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta

pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi

cairan amnion tersebut.

b) Infeksi Perinatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme

dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah

pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12

jam), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik.

Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan

seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor

yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat

Page 29: Case Asfiksia Neonatorum

menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan

kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.

c) Infeksi Postnatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat

fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau

akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi

pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena

mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.

DIAGNOSIS

Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan

observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan

pemeriksaan fisik dan laboratarium.

Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala

infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan

kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali

merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup

selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan

kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu

diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.

Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi

BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian

yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang

perlu mendapat perhatian yaitu :

- Malas minum

- Bayi tertidur

- Tampak gelisah

- Pernapasan cepat

- Berat badan turun drasti

- Terjadi muntah dan diare

- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal

- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun

Page 30: Case Asfiksia Neonatorum

- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,

purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang

- Terjadi edema

- Sklerema

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi :

a. Bell Squash score

- Partus tindakan (SC, forcep, vacum, sungsang)

- Ketuban tidak normal

- Kelainan bawaan

- Asfiksia

- Preterm

- BBLR

- Infeksi tali pusat

- Riwayat penyakit ibu

- Riwayat penyakit kehamilan

b. Gupte score

Prematuritas 3

Cairan amnion berbau

busuk

2

Ibu demam 2

Asfiksia 2

Partus lama 1

Vagina tidak bersih 2

KPD 1

KLASIFIKASI DAN TATALAKSANA

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar,

yaitu berat dan infeksi ringan.

Hasil

< 4 observasi NI

≥ 4 NI

Hasil

3-5 Screening NI

≥ 5 NI

Page 31: Case Asfiksia Neonatorum

- Infeksi berat ( major infections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare

epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.

- Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi

umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.

1. Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya

seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejala-gejala sistemik.

Faktor risiko :

- Persalinan (partus) lama

- Persalinan dengan tindakan

- Infeksi/febris pd ibu

- Air ketuban bau, warna hijau

- KPD lebih dr 18 jam

- Prematuritas & BBLR

- Fetal distres

Tanda & gejala :

- Reflek hisap lemah

- Bayi tampak sakit, tidak aktif, dantampaklemah

- Hipotermia atau hipertermia

- Merintih

- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus

Prinsip pengobatan:

- Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik

- Pemeriksaan laboratorium rutin

- Biakan darah dan uji resistensi

- Pemeriksaan lain dapat dilakukan atas indikasi

2. Meningitis pada Neonatus

Tanda dan gejala :

- Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis

- Kejang

- UUB menonjol

- Kaku kuduk

Page 32: Case Asfiksia Neonatorum

Pengobatan :

- Gunakan antibiotic yang dapat menembus sawar otak dan diberikan dalam

minimal 3 minggu

- Pungsi lumbal (atas indikasi)

3. Sindrom Aspirasi Mekonium

SAM terjadi pada intrauterin karena inhalasi mekonium dan sering

menyebabkan kematian terutama bayi dengan BBLR karena reflex menelan dan batuk

yang belum sempurna.

Gejala :

- Pada waktu lahir ditemukan meconium staining

- Letargia

- Malas minum

- Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal)

- Dicurigai bila ketuban keruhdan bau

- Rhonki (+)

Pengobatan :

- Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining

dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan napas

- Bila setelah di suction rhonki masih (+), pasang ET

- Bila setelah di suction rhonki (-) dilakan resusitasi

- Terapi antibiotika secara empiris dan terapeutik

- Cek darah rutin, BGA, GDS dan foto baby gram

4. Tetanus neonatorum

Etiologi

- Perawatan tali pusat yang tidak steril

- Pembantu persalinan yang tidak steril

Gejala

- Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot

rahang dan faring (tenggorok)

- Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus)

- Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus

- Tangan mengepal (boxer hand)

Page 33: Case Asfiksia Neonatorum

- Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan

- Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru

Tindakan

- Segera berikan antikonvulsan dan bawa ke Rumah Sakit (hindari pemberian

IM karena dapat merangsang muscular spasm)

- Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia

- Pasang IV line dan OGT

- Pemberian ATS 3000 – 6000 unit IM

- Beri penisilin prokain G 200.000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari

- Rawat tali pusat

- Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya

rangsangan

5. Oftalmia Neonatorum

Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseriagonorrhoeae saat bayi

lewat jalan lahir. Dibagi menjadi 3 stadium :

- Stadium infiltrative

Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkit

terdapat pseudomembran

- Stadium supuratif

Berlangsung 2 – 3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat secret

bercampur darah, yang khas secret akan keluar dengan mendadak (muncrat)

saat palpebra dibuka

- Stadium konvalesen

Berlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu

hebat lagi.

Penatalaksanaan

- Bayi harus diisolasi

- Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap ¼ jam disusul

dengan pemberian salep mata penisilin

- Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari

- Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb IM

Page 34: Case Asfiksia Neonatorum

PENCEGAHAN

Prinsip pencegahan infeksi antara lain:

o Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.

o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan

infeksi.

o Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.

o Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.

o Gunakan teknik aseptik.

o Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan

atau desinfeksi instrumen dan peralatan.

o Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.

o Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.3

Page 35: Case Asfiksia Neonatorum

DAFTAR PUSTAKA

1. Kosim, MS. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir. In: Kosim MS, Yunanto A,

Dewi R, Sarosa GI, Usman A (editors). Buku Ajar Neonatologi. 1st ed. Jakarta: Balai

Penerbit IDAI; 2014.p.126-35

2. Hermasen CL, Lorah KN. Respiratory Distress in the Newborn. Pennsylvania:

American Academy of Family Physicians; 2007. Available at:

http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.pdf Accessed on: July 2014

3. Mupanemunda R and Watkinson M. Key Topics in Neonatology. 2nd Ed. New York:

Taylor & Francis Group; 2005.

4. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance: Neonatologi. In: Safitri, Amalia (editors).

Jakarta: Balai Penerbit Erlangga; 2009.p.96-9

5. Duke T, Kelly J, Weber M, English M, Campbell H. Hospital Care for Children in

Developing Country. Available at:

http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/Indonesia.pdf Accessed on: June 2014