Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

47
FG 6 : Dika Dina Rahayu 1106021500 Himella Asfi Rasigita 1106018455 Moh Khaerul Effendi 1106003144 Rizky Annisa Rahadiany 1106014122 Septiani Anwar 1106008681 Cardiovascular Heart Failure (CHF) pada Lansia (kasus 2)

Transcript of Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Page 1: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

FG 6 : Dika Dina Rahayu 1106021500Himella Asfi Rasigita 1106018455Moh Khaerul Effendi 1106003144Rizky Annisa Rahadiany 1106014122Septiani Anwar 1106008681

Cardiovascular Heart Failure (CHF) pada Lansia (kasus 2)

Page 2: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Tujuan Presentasi :

1. Menjelaskan tentang perubahan anatomis dan fisiologis jantung pada lansia.

2. Menjelaskan gagal jantung kongestif pada lansia.

3. Menjelaskan etiologi,patofisiologi,manifestasi klinis, jenis dan komplikasi gagal jantung kongestif.

4. Menjelaskan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi) pada lansia dengan gagal jantung kongestif.

Page 3: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Outline :

Perubahan anatomis & fisiologis jantung pada lansia

Pengertian, jenis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan komplikasi gagal

jantung.

Asuhan keperawatan gagal jantung.

Page 4: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler pada Lansia

Page 5: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Perubahan pada jantung1. Penumpukan amiloid2. Akumulasi lipofuscin3. Katup jantung mengalami penebalan

dan mengalami penurunan elastisitas4. Terjadinya peningkatan jaringan ikat

pada jantung5. Atrofi atau hipertrofi6. Penebalan endokardium atrium,

penebalan katup atriventrikular, serta kalsifikasi sebagian dari annulus mitral katup aorta

Page 6: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Perubahan pada pembuluh darah

Tunica intima Media tunika

kerusakan pada sel endotel peningkatan kolagen dan kalsifikasi elastin serat, sehingga pembuluh darah menjadi kaku atau terjadi pernurunan elastisitas

Terjadi adalah terjadi pengentalan tunica intima oleh adanya fibrosis, proliferasi sel, lipid, serta akumulasi kalsium

arteri membesar dan memanjang.

dinding arteri lebih rentan terhadap aterosklerosis

Secara keseluruhan kekakuan pada pembuluh darah akan menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah

sistolik

Page 7: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Cardiovascular Heart Failure

Page 8: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pengertian CHF

Cardiovascular Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada jantung dikarenakan faktor usia (Wallace, 2008)

Cardiovascular Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Anderson, 2006).

Page 9: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Dapat disimpulkan bahwa :

Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan

dimana jantung mengalami kegagalan

untuk memompa darah disebabkan karena salah

satunya faktor usia sehingga kebutuhan darah

tidak terpenuhi secara adekuat

Page 10: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Etiologi :

1. Hipertensi2. Arterosklerosis3. Aritmia4. Penyakit katup jantung5. Penyakit arteri koroner6. Penyakit jantung iskemik7. Merokok, obat-obatan, dan alkhohol

(eksternal)8. Faktor usia

(Internal)

Page 11: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Manifestasi Klinis :

1. Dyspnea2. Edema ekstremitas3. Distensi vena jugular4. Hepatomegali5. Kelemahan6. Edema paru

Page 12: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Komplikasi :

PPOK

Anemia Nutrisional

Gagal ginjal

Page 13: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Jenis gagal jantung :

Gagal jantung

kiriGagal

jantung kanan

Page 14: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Patofisiologi CHF

Page 15: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Regugirtasi aorta dan cacat septum

ventrikel

Stenosis aorta dan hipertensi sistemik

Menurunkan kontraktilitas miokardium

Meningkatkan beban awal

Meningkatkan beban akhir

Gangguan kemampuan kontraktilitas jantung

Daya kembang ruang jantung berubah

Kemampuan ventrikel kiri mengosongkan diri

Volume residu ventrikel

Volume sekuncup

Respon simpatis kompensatoris

EDV (volume akhir diastolik)

LVDEP (tekanan akhir diastolik ventrikel kiri)

LAP diteruskan ke vena pulmonalis

LAP (tekanan atrium kiri)

Vasokonstriksi arteri perifer

Aktivasi renin-angiotensin-aldosteron

Aliran darah ke ginjal dan kulit

Pucat, mudah lelah

Retensi natrium & air

Peningkatan volume plasma

Tek. Darah Hipertrofi ventrikel

kanan

PATOFISIOLOGI

Page 16: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Tekanan pada vena pulmonalis

Tek. Terhadap ejeksi ventrikel kanan

Hipertrofi ventrikel kanan

Gagal jantung kanan

Distensi vena jugularis

Terjadi kongesti di ektremitas

Edema

Tek. Hidrostatik > tek. Onkotik pada vena pulmonalis

Cairan intraseluler keluar menuju interstisial pada vena pulmonalis

Edema paru

Batuk, suara ronkhi, sesak napas

PATOFISIOLOGI

Page 17: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Kasus : Seorang laki-laki berusia 66 tahun tinggal disebuah panti werdha, mengeluh sesak dan kaki bengkak pada perawat di poliklinik panti. Hasil pengkajian didapatkan data klien tampak lemah, berat badan 78kg, tinggi badan 161cm, suara napas ronchi, dan edema derajat 2 pada ekstremitas bawah kanan. Sehari-hari klien membantu petugas panti menjaga kebersihan kebun, namun saat ini klien tidak lagi melakukannya.

Page 18: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Asuhan Keperawatan pada Kasus 21. pengkajian

Page 19: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Identitas Klien 1. Nama : Kakek. X2. Umur : 66 tahun3. Jenis Kelamin : Laki-laki4. Tinggi Badan : 161 cm5. Berat Badan : 78 Kg

Termasuk dalam overweight. Nilai : 30 (overweight) Rumus : BB (kg)/TB2 (m2)

Page 20: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Anamnesis1. Keluhan Utama: sesak dan edema ekstremitas

bawah.

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu

Page 21: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : Adanya retraksi dada menunjukkan

kesulitan bernapas

b. Palpasi : pada klien dengan gagal jantung akan teraba

denyut nadi perifer melemah, terdapat edema tungkai,

dan distensi vena jugularis.

Page 22: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pemeriksaan Fisik (2)c. Perkusi : Mengukur besar jantung dan

mengetahui posisi jantung.

d. Auskultasi: Ronchi (akibat penumpukan cairan di paru-paru) Tekanan darah menurun akibat penurunan volume sekuncup Bunyi jantung S4 dapat terdengar pada lansia yang sehat ataupun pada lansia yang memiliki penyakit jantung karena lansia mengalami penurunan kelenturan ventrikel.Sepertiga dari individu yang mendekati usia 60 tahun dan separuh individu yang mencapai usia 85 tahun akan memiliki bising sistolik aorta.

Page 23: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pengkajian kebutuhan dasar

Tekanan Darah.

Aktivitas/istirahat.

Sirkulasi.

Makanan/cairan.

Higiene.

Neurosensori.

Nyeri/kenyamanan.

Pernapasan.

Keamanan.

Interaksi sosial.

Page 24: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pemeriksaan penunjanga. EKG (elektrokardiografi) : hipertropi atrial

atau ventrikel, penyimpangan aksis dan

iskemia

b. Rontgen dada: dapat menunjukkan

perbesaran jantung, pembesaran atrium,

pelebaran arteri pulmonal, aorta yang

relatif kecil, pembesaran ventrikel kanan,

perkapuran di daerah katup mitral atau

perkardium. Pada paru-paru terlihat tanda-

tanda bendungan vena.

Page 25: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pemeriksaan penunjangc. Ekokardiografi : Pemeriksaan ekokardiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat

penting dalam penegakan diagnosis. Dapat digunakan untuk menentukan derajat

stenosis, dimensi ruang untuk jantung, ada tidaknya kelainan penyerta, dan ada

tidaknya trombus pada atrium kiri.

d. Analisa gas darah: gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan

atau hiposemia

Page 26: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Pemeriksaan Laboratorium a. CK (Creatin Kinase): Pria < 130 u/L, CKMB CK-MB : < 16 U/L atau <

6% dari CK

b. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase: 0-50 (u/l), SGPT

(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase): 0-50 (u/l). Pada umumnya nilai

tes SGPT lebih tinggi daripada SGOT.

c. GDS (Gula Darah Sewaktu) : Nilai rujukan 60-120 mg/dl.

d. Hb: rentangnya adalah 13.5-17.5 (g/dl). Albumin rentang normalnya 3.8-

5.0 (gr %)

e. Kadar Elektrolit Normal : Natrium = 136-145 mmol/L, Klorida = 98-106

mmol/L, Magnesium = 0,65-1,05 mmol , Kalsium = 2,25-2,75 mmol/L

Page 27: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

2. Diagnosa keperawatan

Page 28: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

D(x) 1: Penurunan curah jantung berhubugan dengan gangguan preload

Data Objektif:Edema derajat 2 pada ekstremitas bawah kananKeletihanKenaikan berat badan Data Subjektif:Klien mengeluh kaki bengkakTujuan:Klien mendapatkan status sirkulasi yang baik

Page 29: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Intervensi Rasional

Auskultasi nadi perifer Catat bunyi jantung 

Palpasi nadi perifer

  Pantau tekanan darah

   Kaji kulit terhadap pucat dan

sianosis   Pantau haluaran urin  Sediakan lingkungan yang nyaman:

membantu pasien menghindari stres   Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi dan catat respon klien

Biasanya terjadi takikardia Irama gallop umum S3 dan S4 dihasilkan sebagai

aliran darah ke dalam serambi yang mengalami distensi

Penurunan curah jantung dapat menunjukkan turunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis dan posubial

Pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tak dapat normal lagi

Pucat menunjukkan turunnya perfusi perifer, sianosis dapat terjadi sebagai refraktori

Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium

Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung

Dengan pemberian obat dapat meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas

Page 30: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

D(x) 2 : Intoleransi aktivitas

Data Objektif:Klien terlihat lemahData subjektif: Klien mengatakan sudah berhenti dari

pekerjaan Tujuan:Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap

aktivitas dan tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan seperti sesak napas serta TTV dalam batas normal

Page 31: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Intervensi Rasional

Terapi Aktivitas:• Kaji kemampuan klien

melakukan aktivitas• Jelaskan pada klien manfaat

aktivitas bertahap

• Tetap sertakan oksigen saat aktivitas

• Periksa TTV sebelum dan sesudah latihan aktivitas

  Manajemen Energi:• Rencanakan aktivitas klien

secara bertahap

• Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas

Manajemen Nutrisi dan Dukungan:• Monitor intake nutrisi  • Emotional support dan

reinfortcement positif

• Menentukan kemampuan dan toleransi klien dalam beraktivitas

• Pengetahuan klien mengenai manfaat aktivitas dapat meningkatkan motivasi klien untuk berlatih aktivitas secara bertahap

• Antisipasi jika klien mengalami penurunan saturasi oksigen selama latihan aktivitas

• Mengetahui tingkat toleransi serta perbaikan kondisi klien dalam melakukan

  

• Memfasilitasi klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan toleransi fisiologis tubuh

• Istirahat dapat memulihkan energi dan mencegah terjadinya perburukan kondisi

• Nutrisi merupakan sumber energi yang memfasilitasi klien untuk dapat melakukan aktivitas

• Dukungan emosional dapat meningkatkan kepercayaan diri serta motivasi klien dalam berlatih aktivitas

Page 32: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

D(x) 3 : Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan peningkatan tekanan hidrostatik akibat bendungan vena balik dan gangguan pengosongan ventrikel

Data Objektif:Edema derajat 2 di ekstrimitas kanan bawahSuara napas ronchi (efusi pleura/ kongesti

pulmonal)Data subjektif: -Tujuan:Tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit

dalam tubuh klien setelah diberikan intervensi

Page 33: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Intervensi Rasional

Fluid monitoring• Ukur dan monitor TTV serta

keadaan umum secara rutin• Ukur balance cairan / 24 jam

(intake dan output) atau per shif jaga, sesuai kebutuhan 

• Timbang BB setiap hari jika memungkinkan

 • Restriksi cairan   • Monitor serum albumin dan

protein total  Fluid manajemen:• Kaji lokasi dan luas edema  • Atur posisi elevasi 30-45

derajat

• TTV dan KU dapat merefleksikan status cairan dan elektrolit dalam tubuh

• Intake dan output cairan dapat digunakan sebagai indikator paling valid dalam menentukan status serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

• Perubahan berat badan merupakan salah satu manifestasi klinis terjadinya masalah keseimbangan cairan dan elektrolit

• Pembatasan jumlah cairan mencegah terjadinya penumpukan atau perburukan kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit (kelebihan volume cairan)

• Sifat dan fungsi albumin dalam darah serta jumlah protein total dapat digunakan untuk pengkajian status cairan dan elektrolit

• Menentukan masalah kesehatan (dalam hal ini gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit) serta intervensi yang dibutuhkan

• Pemberian posisi elevasi pada daerah dengan edema dapat mengurangi edema itu sendiri serta memperbaiki sirkulasi jaringan di daerah tersebut

Page 34: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

• Kaji distensi leher (JVP)   • Monitor balance cairan  

 Kolaborasi:• Pemberian diuretik   • Kolaborasi restriksi

asupan natrium dan balance kalium

• Distensi vena jugularis (JVP) merupakan salah satu manifestasi klinis terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

• Mencegah terjadinya perburukan status cairan serta untuk mengamati perubahan status cairan dan elektrolit

 

• Diuretik merupkan substansi yang dapat menarik cairan dan mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh melalui urin

• Natrium dan kalium merupakan substansi yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

Page 35: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

D(x) : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Batasan Karakteristik:Dispnea, Ketidaknormalan frekuensi, irama, dan

kedalaman napas, Napas cuping hidung, Takikardia, Somnolen, AGD tidak normal, Hipoksia

Tujuan:Adanya kemampuan bernapas yang adekuat

Page 36: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Intervensi Rasional

Identifikasi kebutuhan klien terhadap pemasangan jalan napas aktual atau potensial

Auskultasi suara napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan

Pantau status pernapasan dan oksigenasi , sesuai dengan kebutuhan

Ajarkan batuk efektif apabila ada sekret Kolaboratif : AGD, obat antiaritmia, dan obat-obatan lain yang

disarankan Atur posisi semi fowler atau yang nyaman

Atur posisi untuk mengurangi dispnea Pantau pernapasan dengan cermat ketika

menggunakan antidepresan Apabila menggunakan oksigen, gunakan aliran

rendah

Untuk menentukan status pernapasan klien

Untuk mengetahui aktivitas paru 

Untuk menjaga kestabilan kondisi klien

  Melonggarkan jalan napas   Untuk memberikan medikasi yang

mendukung   Untuk memaksimalkan potensial

ventilasi Untuk mengurangi sesak Waspadai efek samping obat

 

Mencegah gawat napas akibat oksigen

Page 37: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Penatalaksanaan Medis dan non medis

Page 38: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Penatalaksanaan Medis

Digitalis

Terapi Diuretik

Vasodilator

Page 39: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Digitalis 1. Berfungsi untuk meningkatkan kekuatan kontraksi

jantung dan memperlambat frekuensi jantung.

2. Obat digoksin. Untuk penggunaan lansia, berikut dosisnya :

3. Kapsul : untuk digitalisasi cepat, diawali dengan 0,4-0,6mg per oral. Lalu setelahnya beri 0,1-0,3mg setiap 6-8jam selama 24jam. Untuk digitalisasi yang lambat beri 0,05-0,35mg untuk 2 kali pemberian selama 7-22hari.

4. Lansia harus waspada dengan obat ini karena dapat menyebabkan anoreksia, mual, dan muntah adalah efek awal keracunan digitalis

Page 40: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Terapi Diuretik1. Diuretik paling efektif adalah loop diuretik,

contohnya adalah furosemid.

2. Dosis furosemid untuk lansia yang mengalami edema adalah 20-80 mg pemberian obat setiap pagi

3. Ketika dosis sudah dicapai, maka beri 1-2 kali per hari.

4. Terapi diuretik jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia (kekurangan natrium dalam darah) yang mengakibatkan lemah, letih, malase, keram otot, dan denyut nadi yang kecil dan cepat.

Page 41: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Vasodilator 1. Obat-obat ini memperbaiki pengosongan

ventrikel dan pengosongan kapasitas vena.

2. Vasodilator yang biasanya digunakan adalah nitrogliserin

Page 42: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Penatalaksanaan non medis

Istirahat Mutlak

Intravena

Diet Natrium

Eliminasi

Olahraga

Page 43: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Istirahat & Intravena1. Istirahat Mutlak => Dengan istirahat tirah

baring yang adekuat dapat mengurangi beban jantung.

2. Intravena => Jika mendapat cairan intravena harus diperhatikan agar tetesan tidak terlalu cepat karena akan menambah sesak nafas. Jika klien mendapatkan diuretikum terlalu lama dapat mengakibatkan gangguan asam basa dan elektrolit, oleh karena itu perlu diperhatikan juga sudah beberapa lama diberikan.

Page 44: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Diet NatriumPembatasan natrium bertujuan untuk mencegah atau mengurangi edema pada gagal jantung. Pembatasan natrium per hari adalah 1000-2000 mg natrium. Pasien yang sedang dalam diet natrium tidak diperbolehkan mengonsumsi sirup obat batuk atau obat penenang karena produk tersebut menganduk natrium dan kalium yang berlebihan.

Page 45: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Eliminasi & Olahraga1. Eliminasi => Klien dengan gagal jantung

perlu diperhatikan mengenai pemasukan/ pengeluaran cairan selama 24 jam. Urin dikumpulkan dan diukur, begitu juga pemasukan cairan. Perhatikan apakah klien dapat defekasi setiap hari, karena konstipasi akan memperberat kerja jantung.

2. Olahraga => Latihan fisik berskala sedang dapat membantu memperbaiki kerusakan yang telah terjadi

Page 46: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Referensi :Ball, Stephen et al. (1996). Buku Pedoman Gagal

Jantung. Jakarta : HoechstBickley, Lynn S. (2009). Buku ajar pemeriksaan fisik dan

riwayat kesehatan Bates.Jakarta: EGCHolmes, N. (2008). Nursing 2008 Drug handbook.

Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins Mauk, K. L. Gerontological Nursing : Competencies For

Care 2nd ed. Jones and Barlett Publisher, LCCMiller, C. A. (2004). Nursing for wellness in older adults :

theory and practice. 4th ed. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins

NANDA International. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Page 47: Cardiovascular Heart Failure (CHF) Pada Lansia Ger 1

Referensi (cont) : Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCSmeltzer, S.C & Bare, B. G. (1997). Buku ajar keperawatn

medikal bedah Brunner & Suddarth Vol. 2 Ed: 8. Terj. Ester, K.M, Hartono, A. & Asih, Y. Jakarta: EGC

Stanley, M & Patricia, G. B. (2007). Gerontological Nursing : A health Promotion/ protection Approach, 2nd Edition. Philadelphia : Davis Company

Wallace. M. (2008). Essentials of Gerontological Nursing. New York : Springer Publishing Company

Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2002). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Ed: 9. Jakarta: EGC