Campak (Sp Tropis Pbl1 Skenario 4)

7
Campak Definisi Penyakit Campak Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa La yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahas dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah pen infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksant demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, ke diikuti erupsi makulopapula yang berarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari Etiologi !irus "ampak berasal darigenus #orbilivirus dan famili $aramy%oviridae. !irio "ampak berbentuk spheris, pleomorfik, dan mempunyai sampul (envelope) dengan diamet ' nm. !irion terdiri dari nukleokapsid yaitu heliks dari protein *+ mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya. onjolan pendek ini disebut pepfomer, terdiri dari hemaglutinin ( ) peplomer yang berbentuk bulat dan fusion (/) pe berbentuk seperti bel (dumbbell-shape). 0erat molekul dari single stranded RNA ada &'. !irus "ampak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak a suhu 34 derajat Cel"ius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang. *eservoir penyakit "ampak adalah manusia dengan suseptbiIitas pada semua orang (uni $enularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir "airan salu mulai hari ke-6 sampai ke-l' (pada beberapa kasus kejadian pata hari ke-4) setelah pada permulaan periode prodromal yang sering kali terjadi sebelum diagnosa kasus a ditegakkan. #asa penularan ini berangsur-angsur berkurang dan berakhir pada ha masa timbul ruam. 5iperkirakan baha pada umur 5 tahun paling sedikit 6'7 dan anak-ana yang belum mendapat vaksinasi telah menderita "ampak. !irus "ampak hanya dapat ditu dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif di alam bebas sekitar 31 jam pada suh

description

campak

Transcript of Campak (Sp Tropis Pbl1 Skenario 4)

CampakDefinisi Penyakit Campak Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

EtiologiVirus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae. Virion campak berbentuk spheris, pleomorfik, dan mempunyai sampul (envelope) dengan diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleokapsid yaitu heliks dari protein RNA dan sampul yang mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya. Tonjolan pendek ini disebut pepfomer, dan terdiri dari hemaglutinin (H) peplomer yang berbentuk bulat dan fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbell-shape). Berat molekul dari single stranded RNA adalah 4,5 X 10.

Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang.

Reservoir penyakit campak adalah manusia dengan suseptbiIitas pada semua orang (universal). Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir cairan saluran nafas mulai hari ke-9 sampai ke-l0 (pada beberapa kasus kejadian pata hari ke-7) setelah pemaparan, pada permulaan periode prodromal yang sering kali terjadi sebelum diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini berangsur-angsur berkurang dan berakhir pada hari ke-4 dari masa timbul ruam. Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dan anak-anak yang belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif di alam bebas sekitar 34 jam pada suhu kamar.

PatofisiologiCampak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam. Virus campak menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronkial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvelesen, hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi deskuamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

Gejala Klinis Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:

Stadium kataral (prodormal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.

Stadium erupsi Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.

Stadium konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi, sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

Penatalaksanaan Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat tidur dan kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti : a) Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol. b) Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan kebutuhan untuk mengurangi oedema otak, di samping pemberian kortikosteroid, perlu dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah. c) Bronkopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.Komplikasi Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi. Hal yang tidak diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti berikut.

a) Bronkopneumonia Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia. Bronkopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.

b) Otitis Media Akut Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hiperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.

c) Ensefalitis Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak.

d) EnteritisEnteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.Pencegahan a. Pencegahan Primordial Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer Sasaran dan pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-fktor yang berpengaruh terhadap terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. Antara pencegahan primer adalah:

i. Penyuluhan Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai campak. Disamping kepada penderita campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.

ii. Imunisasi Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, dan penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2C - 8C atau 4C serta vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.

c. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.

d. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antara disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu.