surveylans campak

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan suatu tatanan. Hal ini sebagai perwujudan kesejahteraan umum dalam rangka mencapai tujuan di bidang kesehatan. Salah satu upaya mencapai tujuan kesehatan nasional adalah pengendalian penyakit campak melalui surveilans campak. Sidang World Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu : - Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota. - Menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya. - Menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian 2000. Hasil dari paparan World Health Organization (WHO) menyebutkan, pada periode Januari hingga Juli 2011, tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 negara di benua Eropa. Jumlah kasus yang berhasil terekam WHO itu, menunjukkan kasus campak di benua Eropa meningkat 276 % dibandingkan periode yang sama pada 2007 lalu. Jumlah kasus campak tahun 2009 di Indonesia sebanyak 18.055 kasus (IR (Incident Rate): 0,77 per 10.000 penduduk). Sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 17.139 kasus (IR: 0,73 1

description

surveylans campak

Transcript of surveylans campak

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan suatu tatanan. Hal ini sebagai perwujudan kesejahteraan umum dalam rangka mencapai tujuan di bidang kesehatan. Salah satu upaya mencapai tujuan kesehatan nasional adalah pengendalian penyakit campak melalui surveilans campak. Sidang World Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu : Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota. Menurunkan angka insiden campak menjadi 20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vitamin A serta immune deficiency (HIV), komplikasi campak dapat menjadi lebih berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi seperti diare, bronchopneumonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan, enchephalitis, measles encephalitis hanya 1/1000 penderita, subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), hanya 1/100.000 penderita campak, ulkus mucosa mulut.

10. Penyebab kematianKematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya, seperti : Bronchopneumonia, Diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat.

11. Diagnosis Bandinga. Rubella (campak Jerman), terdapat pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga.b. DBD, bisa terjadi mimisan, torquet test (Rumple Leede) positif, perdarahan diikuti syok, laboratorium menunjukkan trombosit 80% dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insiden campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.

b. Tahap EliminasiCakupan imunisasi sangat tinggi >95% dan daerah -daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imuniasi campak.

c. Tahap EradikasiCakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus campak sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi.

Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB).

1. Tujuan Surveilans CampakAdapun tujuan surveilans campak adalah sebagai berikut :a. Mengetahui perubahan epidemiologi campakb. Mengidentifikasi populasi risiko tinggic. Memprediksi dan mencegah terjadinya KLB campakd. Penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak.

2. Strategi Surveilans CampakStrategi surveilans campak meliputi :1) Surveilans RutinSurveilans rutin merupakan Pengamatan Epidemiologi kasus campak yang telah dilakukan secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada serta sumber data lain yang mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya.2) SKD dan Respon KLB CampakPelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah diketahui atau adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki polulas rentan lebih 5%.3) Penyelidikan dan Penanggulangan Setiap KLB CampakSetiap KLB harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

4) Pemeriksaan Laboratorium pada Kondisi TertentuPada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB : pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10 -15 kasus baru pada setiap KLB.Pada tahap eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

5) Studi EpidemiologiMelakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational research (OR) sebagai tindak lanjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi data/informasi surveilans yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perbaikan program (corrective action).

3. Pelaksanan Surveilans CampakKegiatan surveilans campak dalam program eradikasi campak adalah sebagai berikut:a. Surveilans RutinSurveilans rutin dilaksanakan terutama oleh surveilans puskesmas serta surveilans kabupaten/kota.

Kegiatan surveilans rutin yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :1) Tingkat Puskesmas :a) Pengumpulan dataSumber data surveilans rutin di puskesmas adalah : Puskesmas dan puskesmas pembantu Semua kasus yang datang ke puskesmas maupun puskesmas pembantu dinyatakan pada keluarga penderita apakah ada kasus yang sama disekitar tempat tinggal atau teman sekolah penderita. Apabila keuarga penderita menyatakan ada kasus lain, maka petugas kesehatan harus melakukan pengecekan ke lapangan untuk mencari kasus tambahan lainnya. Jika jumlah kasus memenuhi kriteria KLB, maka dilakukan penyelidikan Epidemiologi KLB campak.

Praktek dokter, bidan, perawat, dan pelayanan kesehatan swasta lainnyaPelayanan kesehatan swsta trmasuk dokter, bidan perawat praktek swasta diminta mencatat ke formulir C1 semua kasus tersangka campak dan melaporkan ke puskesmas di wilayah kerjanya setiap bulan. Laporan dapat juga dilakukan secara aktif yaitu petugas puskesmas mengambil secara aktif setiap minggu atau minimal setiap bulan, terutama di daerah perkotaan. Pelayanan kesehatan swasta diprioritaskan pada pelayanan yang anyak pasien. Masyarakat/posyandu maupun petugas desa siagaPenderita campak pada umumnya jarang mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan, sehingga tidak tercatat dalam sistem pelaporan yang sudah ada. Oleh sebab itu perlu peran aktif kader/petugas desa siaga untuk mendorong masyarakat melaporkan ke petugas kesehatan terdekat apabila menemukan adanya kasus campak di daerahnya. Kasus campak yang tidak datang ke pelayanan kesehatan terdekat dapat dilaporkan melalui kader/petugas desa siaga atau petugas kesehatan terdekat. Kasus campak yang dilaporkan oleh kader/petugas desa siaga harus dikonfirmasi oleh petugas puskesmas sebelum dicatat kedalam form C-1. Apabila ditemukan kasus tambahan dicatat dalam C-1, jika jumlah kasus memenui kriteria KLB, maka dilakukan penyelidikan epidemiologi KLB.

b) Pencatatan dan Pelaporan Petugas surveilans puskesmas harus memastikan bahwa setiap kasus campak yang ditemukan, baik yang berasal dari dalam maupun luar wilayah kerja, telah dicatat dalam form C1 dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setiap bulan. Setiap minggu direkap dalam W2/PWS KLB dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sebagai alat SKD KLB. Setiap kasus campak yang datang ke puskesmas diberi nomor Epid oleh petugas puskesmas

c) Pengambilan spesimen Puskesmas : Kasus campak yang datang di puskesmas diambil sampel darah untuk mendapatkan serum Serum dikirim langsung atau setiap hari senin atau kamis ke Kabupaten/Propinsi Bila tidak dikirim langsung, spesimen disimpan di lemari es (bukan di freezer)

Praktek swasta :Rujuk ke laboratorium rumah sakit atau laboratorium puskesmas untuk pengambilan spesimen serum.

d) Umpan balik Sasaran : Kepala Puskesmas dan seluruh pengelola program , petugas pustu. Frekuensi: setiap bulan Caranya: pertemuan MINILOK bulanan puskesmas Isi: PWS Imunisasi Maping populasi rentan (area map) Spot map kasus campak, KLB maupun rutin Grafik kecenderungan kasus campak Status imunisasi kasus dan distribusi kasus menurut umur Permasalahan imunisasi dan surveilans secara umum (logistik, ketenagaan, dll)

2) Tingkat Rumah Sakit :a) Penemuan kasusSetiap hari kontak person di bangsal dan poliklinik anak memeriksa adanya kasus maupun kematian campak.b) Pencatatan dan pelaporanSetiap kasus atau kematian campak dicatat dalam form C1 (individual). Apabila ada penderita campak, maka kontak person di poliklinik anak langsung mengisi formulir C1. Formulir C1 yang sudah terisi tersebut akan diambil oleh petugas surveilans aktif kabupaten/kota setiap minggu pada saat melaksanakan surveilans aktif AFP, campak dan TN.c) Kasus campak yang dilaporkan dari rumah sakit harus diberi nomor Epid sesuai dengan alamat puskesmas dimana penderita berdomisili. d) Pengambilan spesimen Petugas rumah sakit mengambil spesimen darah, memisahkan serumnya dan memberikan label pada tabung spesimen. Pada label dicantumkan nama, umur, dan tanggal ambil. Simpan spesimen serum ke dalam refrigator, setiap senin dan kamis diambil oleh petugas kabupaten/kota dan selanjutnya dikirim ke LCN langsung atau melalui propinsi. Mencatat data kasus ke dalam buku khusus sebagai dokumen di laboratoriuj rumah sakit yang dapat dimanfaatkan sebagai kontrol data.

3) Di Kabupaten/Kotaa) Penemuan kasusSetiap minggu petugas dinas kesehatan kabupaten/kota mengunjungi rumah sakit di wilayah kerjanya untuk mencari dan menemukan secara aktif kasus campak.b) Pencatatan dan pelaporanData campak dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi untuk mendapatkan dukungan teknis, logistik dan pendanaan, disamping untuk tukar menukar informasi epidemiologi antar kabupaten/kota dan propinsi.c) Pengiriman spesimenSpesimen serum dari rumah sakit, dan dari puskesmas dikirimkan ke propinsi atau ke Laboratorium Campak Nasional (LCN) seminggu sekali atau 2 kali dalam seminggu (selasa/kamis). Sebelum spesimen dikirim ke LCN, spesimen disimpan di dalam lemari es, bukan dalam freezer.d) Umpan balik Sasaran: puskesmas dan rumah sakit Frekuensi: setiap bulan Caranya: tertulis, disampaikan pada saat pertemuan, menggunakan SMS atau telepon (insidentil) Isi: Absensi kelengkapan dan ketepatan laporan C1 dan W2 Rekap data campak per puskesmas berdasarkan sumber laporan rumah sakit dan puskesmas Rekap data PD3I lainnya sesuai permasalahan setempat Analisa sederhana tentang situasi kasus campak

4) Di propinsia) Pencatatan dan Pelaporan Propinsi melaporkan data campak ke Unit Surveilans Pusat Cq. Subdit setiap bulan untuk dipergunakan sebagai bahan kajian Technical working group on Immunization (TWG) yang dilaksanakan setiap bulan untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan pemberantasan campak.disamping itu data tersebut dikirim ke regional WHO secara bulanan, serta sebagai bahan konsultasi tahunan WHO (SEARO technical Advisary Group Meeting) untuk mendapatkan dukungan teknis dan pendanaan WHO dan donor internasional lainnya. Data Rutin Laporan Integrasi berisikan rekap data dari laporan integrasi kabupaten/kota (form integrasi/K) menggunakan formulir integrasi /P Laporan C1 kasus campak yang berisikan data kasus yang diambil spesimennya dari kabupaten/kota dipindahkan/direkap ke formulir C1 dan dikirimkan ke pusat (cq. Subdit Surveilans) bersama laporan integrasi setiap bulannya. Kelengkapan dan ketepatan Laporan Rekap kelengkapan laporan W2, laporan C1 dan laporan FP-PD yang bersumber dari formulir kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans kabupaten/kota (formulir absensi/K) kedalam formulir kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans integrasi provinsi (form absensi/P) Bagi propinsi yang melaksanakan EWARS, kelengkapan laporan mingguan (zero report) puskesmas menggunakan kelengkapan laporan EWARS Hitung kelengkapan dan ketepatan laporan tersebut, kirim ke pusat setiap bulan bersama laporan integrasi propinsi. KLB Pastikan setiap KLB fully investigated oleh kabupaten/kota dan puskesmas Fasilitasi pengiriman spesimen ke laboratorium campak nasional, mekanisme pengiriman spesimen sama dengan mekanisme pengiriman spesimen AFP. Pastikan juga setiap KLB telah dilaporkan ke pusat cq Subdit Surveilans setiap bulan sesuai formulir C KLB/P. Laporan ini harus dikirim secara teratur walaupun pada bulan tersebut tidak ada KLB campak.

b) Umpan balik Sasaran: Kabupaten/kota Frekuensi: Setiap bulan Caranya: tertulis, disampaikan pada saat pertemuan, menggunakan SMS atau telepon (insidentil) Isi: Absensi kelengkapan dan ketepatan laporan integrasi dan laporan rekap KLB (C KLB/K) Rekap data KLB berdasarkan status imunisasi, golongan umur, masalah dan TL Rekap data PD3I lainnya sesuai format integrasi Analisa sederhana tentang situasi kasus campak

4. Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campaka. Definisi Operasional KLB CampakAdanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi.KLB campak dinyatakan berhenti apabila tidak ditemukan kasus baru dalam waktu dua kali masa inkubasi atau rata-rata satu bulan setelah kasus berakhir.

b. Penyelidikan Epidemiologi KLBPenyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui besar masalah KLB dan gambaran epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur, status imunisasi penderita, wilayah terjangkit maupun faktor resiko terjadinya KLB. Informasi ini akan dapat memberikan arahan kepada program imunisasi dalam rangka penanggulangan atau pemutusan transmisi ecara lebih tepat.Dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya KLB perlu dilaksanakan kegiatan kewaspadaan dini KLB. Strategi dalam SKD-KLB campak ada dua, yakni : Pemantauan populasi rentan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kasus campak mingguan Tindakan terhadap ancaman KLB campak

1) Pemantauan Populasi RentanPrc = Px -0,85 ( Cix .Px ) -BS -AMPopulasi rentan (susceptible) atau tak terlindungi imunisasi campak dapat dihitung dengan rumus :

Prc = Jumlah populasi rentan campak pada tahun(x)Px = Jumlah populasi bayi pada tahun (x)Ci.x = % cakupan imunisasi tahun (x)BS = Jumlah Bayi sakit campak selama periode thn xAM = Jurnlah Bayi meninggal selama periode tahun (x)Batas nilai populasi rentan adalah = 5%.Dalam pemantauan populasi rentan dilakukan juga pemantauan terhadap : Status gizi balita Keterjangkaun pelayanan kesehatan (asesibilitas) Kelompok pengungsi

2) Pemantauan Kasus Campak Melalui PWS-CampakApabila ditemukan satu (1) kasus pada desa dengan cakupan tinggi (>90%), rnasih perlu diwaspadai pula mengingat adanya kemungkinan kesalahan rantai dingin vaksin atau karena cakupan imunisasi yang kurang dipercaya.Menurut WHO, apabila ditemukan satu (1) kasus pada satu wilayah, maka kernungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada jumlah penduduk rentan yang tinggi.

5. Penyelidikan dan Penanggulangan KLBDalam tahap reduksi campak maka setiap KLB campak harus dapat dilakukan penyelidikan epiderniologi baik oleh surveilans puskesmas maupun bersama-sama dengan surveilans dinas kesehatan. lndikasi penyelidikan KLB Campak dilakukan apabila hasil pengamatan SKD KLB/PWS kasus campak ditemukan indikasi adanya peningkatan kasus dan penyelidikan Pra KLB menunjukkan terjadi KLB, atau adanya laporan peningkatan kasus atau kematian campak dari rnasyarakat, media masa, dan laim-lain.Strategi penanggulangan KLB Campak ada 3, yakni sebagai berikut: Penyelidikan Epidemiologi Penanggulangan Perneriksaan spesimen di laboratorium.

a) Penyelidikan Epidemiologi KLB campakKLB campak harus segera diselidiki untuk melakukan diagnose secara dini (early diagnosis), agar penanggulangan dapat segera dilaksanakan.b) Penanggulangan KLB campakLangkah-langkah penanggulangan campak dalam sistem surveilansepidemiologi nasional adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008).Langkah-langkah penanggulangan : Tata laksana kasusAdalah kegiatan yang meliputi pengobatan penderitayang tidak komplikasi, pemberian vitamin A, pengobatan Komplikasi dipuskesmas (antibiotik ), apabila keadaan penderita cukup berat, segerarujuk ke rumah sakit. ImunisasiRespon imunisasi pada KLB campak dapat dilakukan seperti berikut, sesuai situasi Imunisasi selektif, dengan cara meningkatkan cakupan imunisasirutin di desa terjangkit dan sekitarnya, upayakan cakupan 100 %dan melakukan imunisasi campak kepada seluruh anak usia 6 bl 5 th yang tidak mempunyai riwayat imunisasi campak yangberkunjung ke puskesmas maupun posyandu hingga 1 bulan darikasus terakhir Pemberian imunisasi campak masal : yaitu memberikan imunisasicampak secara masal kepada seluruh anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat status imunisasi anak tersebut. Pelaksanaanimunisasi masal ini harus dilaksanakan sesegera mungkin,sebaiknya pada saat daerah tersebut diperkirakan belum terjadipenularan secara luas. Selanjutnya cakupan imunisasi rutin tetapdipertahankan tinggi dan merata. PenyuluhanMasyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak danpentingnya imunisasi dan makanan cukup gizi. Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejalapanas. Mencegah kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A

c) Pemeriksaan LaboratoriumUntuk mendukung diagnosa campak pada saat KLB, maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu dengan mengambil spesimen. darah sebanyak 10-15 penderita baru, dan waktu sakit kasus kurang dari 21 hari, serta beberapa sampel urine kasus campak untuk isolasi virus.

6. Upaya Memperkuat Surveilansa) Memperkuat dukungan politisAdvokasi (advocacy) kepada pimpinan pemerintah daerah, (Bupati, Bapeda, Binsos, dll) dan DPRD, Kepala Dinas dan lintas program serta sektor terkait lainnya untuk mendapatkan dukungan politis dan pendanaan.b) Pemasaran Sosial/Komunikasi Informasi dan Edukasi ( K I E )Kegiatan surveilans dalam upaya pemberantasan campak perlu disebarluaskan kepada Lintas Sektor, lintas program dan media massa.c) KemitraanKemitraan terutama dengan intern program pemberantasan penyakit menular serta sektoral terkait dan LSM.

DATA SURVEILANSKejadian Luar Biasa Campakdi Indonesia tahun 2007

Dilaporkan 114 KLB di 21 provinsi dengan total jumlah kasus sebanyak 2.408 penderita. Terdapat pola penurunan kasus di awal Januari, kemudian meningkat pada bulan September dan terus menurun sampai Desember 2007 (Gambar 1).

Provinsi Gorontalo merupakan provinsi terbanyak mengalami KLB campak dengan 22 KLB, disusul dengan provinsi Sulawesi Tengah 19 KLB. Sedangkan 12 provinsi tidak melaporkan adanya KLB (Gambar 2).

Total kasus campak terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah dengan 411 kasus, disusul Gorontalo dengan 354 kasus. Kematian akibat Campak terjadi di provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara dengan 2 kasus kematian. Sedangkan Maluku Utara dan Sulawesi Selatan melaporkan 1 kematian akibat campak (tabel 1).

Penyakit campak lebih banyak pada umur 5-9 tahun (gambar 3, tabel 3).

Tingkat kesakitan campak di antara yang telah divaksinasi cukup tinggi yaitu 20% (tabel 3). Hal ini mungkin karena banyak faktor seperti status gizi, faktor usia saat imunisasi, faktor vaksin atau mungkin juga karena adanya mutasi dari virus campak liar yang ada di Indonesia, mengingat di Indonesia telah ditemukan 3genotipe virus campak yaitu G2, G3 dan D9. (WHO, 2001).

Pada umur lebih dari 14 tahun sangat sedikit mungkin karena daya tahan tubuhnya lebih tinggi. Kelompok umur kurang dari 1 tahun relatif lebih sedikit menderita campak mungkin karena kekebalan bawaan yang bertahan relatif lama yaitu hingga bayi berumur 9 bulan. (Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan, 2003). Tingkat kematian umur kurang dari 1 tahun lebih tinggi (tabel 2) mungkin karena lebih rentan bila dibandingkan dengan kelompok umur lain.

Jadi Terdapat 114 kasus KLB Campak di 21 provinsi di Indonesia selama tahun 2007, tetapi terlihat pola penurunan kasus KLB campak. Provinsi dengan kasus KLB campak terbanyak adalah Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Beberapa provinsi tidak melaporkan KLB campak. Campak lebih banyak pada golongan umur 5-9 tahun. Masih ada kasus campak di kalangan yang telah mendapatkan imunisasi.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Penyakit campak atau lebih dikenali sebagai demam campak ialah penyakit berjangkit yang disebarkan oleh virus, khususnya Paramiksovirus dari genus Morbillivirus.2. Penyakit campak ini sering menyerang anak-anak dan daerah risiko tinggi campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB campak, adalah daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80%), lokasi yang padat dan kumuh antara lain pengungsian, daerah rawan gizi, daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan, dan daerah dimana budaya masyarakatnya tidak menerima imunisasi.3. Adapun gejala-gejala penyakit campak adalah sebagai berikut: Hari 1-3 : Panas makin hari makin naik, mata merah dan sakit bila kena cahaya, anak batuk/pilek Hari 3-4 : Panas agak turun, timbul bercak-bercak merah pada kulit dimulai dibelakang telinga menjalar ke muka, Mata bengkak terdapat cairan kuning kental, Seluruh tubuh terlihat bercak-bercak. Hari 4-6 : Bercak berubah menjadi kehitaman dan mulai mengering selanjutnya mengelupas secara berangsur-angsur, akhirnya kulit kembali seperti semula tanpa menimbulkan bekas.4. Adapun cara penularan penyakit campak adalah melalui percikan ludah (droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium kataral).5. Langkah-langkah pelaksanaan surveilans campak adalah sebagai berikut: Surveilans Rutin Sistem Kewaspadaan Dini KLB Campak Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Upaya Memperkuat Surveilans

B. SaranAdapun saran terkait makalah ini adalah sebagai berikut:1. Terapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik.2. Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan. Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR)3. Kenali gejala-gejala campak agar dapat dideteksi sedini mungkin.4. Jaga jarak dengan penderita campak agtau suspek campak.5. Keberhasilan surveilans penyakit termasuk keberhasilan reduksi campak di Indonesia sangat dipengaruhi dedikasi dan motivasi petugas dalam menjalankan peran dan fungsinya, serta komitmen yang tinggi dari semua pihak dalam mendukung kegiatan surveilans seperti tersedia alokasi dana dan sumber daya yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

http://surveilansmaros.wordpress.com. Diakses November 2014

Etty Sugiasih. http://lib.unnes.ac.id/18279/1/6450407019.pdf. diakses November 2014

Subangkit Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan RI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Subangkit+Badan+Penelitian+dan+Pengembangan+Kesehatan+RI,+Pusat+Penelitian+dan+Pengembangan+Biomedis+dan+Farmasi+Departemen+Kesehatan+Republik+Indonesia.+:+Kejadian+Luar+Biasa+Campak+di+Indonesia+tahun+2007. Diakses pada November 2014 .

TUGASSURVEILANS EPIDEMIOLOGI SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT CAMPAK

DISUSUNOLEH :KELOMPOK 2

MIKE PUTRI .ARIZAARISKA YULIA MONALISADESIIIT SURATNI

PROGRAM :IKM B NON REGULERKELOMPOK I

DOSEN PEMBIMBING :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAHPROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKATPEKANBARU-RIAUT.P 2014-2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapakan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah_Nya kepada penulis, karena penulis telah selesai membuat makalah tentang Vitamin.Serta ucapan terima kasih penulis kepada dosen yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini ditulis sebagai salah satu sumber bagi kita untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam lagi tentang Vitamin yang akan memberikan pengetahuan lebih banyak lagi.

Terlepas dari keyakinan yang kuat yang penulis miliki, sebagai mahkluk yang lemah penulis tetap menanti kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas makalah ini.Dan semoga segala yang penulis lakukan dapat meningkatkan pengetahuan kita, khususnya tentang vitamin dan kita dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pekanbaru, 22 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTARiDAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan Penulisan2

BAB II PEMBAHASANA. Penyakit Campak3B. Surveilans Penyakit Campak8

Data Surveilans KLB Indonesia Tahun 2007 19 BAB III PENUTUPA. Kesimpulan 22B. Saran22

KESIMPULAN

iiiiii27