CAMPAK

19
 CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola) Oleh: dr. Yuliana Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak terjadi di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita campak.  Bila si ibu belum pernah menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita campak pada usia kehamilan trimester  pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat melahirkan seorang anak dengan kelainan  bawaan, atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. 1,2  Etiologi  Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili  paramyxoviridae . Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya  bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis ) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,  batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (  pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi ) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat

Transcript of CAMPAK

Page 1: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 1/19

CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola)

Oleh: dr. Yuliana

Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak terjadi di Afrika.

Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan

seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak terjadi pada usia

5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan mendapat kekebalan

secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu kekebalan menurun

sehingga bayi dapat menderita campak. Bila si ibu belum pernah menderita campak, maka bayi

yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat menderita campak begitu

dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%

kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita campak pada usia kehamilan trimester 

  pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat melahirkan seorang anak dengan kelainan

  bawaan, atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang

kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.1,2

 

Etiologi 

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili  paramyxoviridae.

Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya

 bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel

dan berbiak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian

atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi

dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus

menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari

infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan

infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada

otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3

C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,

 batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi ( pada hari penderita

kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat

Page 2: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 2/19

 berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa

konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin

gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada

awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.1,4,5

 

Manifestasi Klinis 

1. Inkubasi 

Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.

2. Prodromal 

Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus

meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40 ± 40,6

0C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada

saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah, nyeri

menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.

Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema hampir selalu

didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini muncul pada 1-2 hari sebelum

muncul rash (hari ke-3 ± 4) dan menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderungterjadi berhadapan dengan molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara

tidak teratur pada mukosa bukal yang lain.

3. Erupsi (Rash) 

Page 3: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 3/19

Terjadinya eritema berbentuk makula-papula

disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan

dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher,

lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya

ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya

saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent . Bertahan selama 5-6 hari.

Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini

mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya

tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa

mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia.

Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah,lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.

Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.

Dapat pula terjadi sedikit splenomegali.

Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya

ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul. Ruam

kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.

1,2,3,4,6,7 

Pemeriksaan Penunjang 

Page 4: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 4/19

Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada

komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk 

memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2

hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada

hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu

setelah muncul rash.  Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul,

terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih

dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine,

nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal

sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya

34 jam dalam suhu kamar.4 

Komplikasi 

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi anergi (uji

tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif ). Keadaan ini mempermudah terjadinya

komplikasi sekunder. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih

kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain gangguan respirasi ( bronkopneumoni, otitis

media, pneumoni, laringotrakeobronkitis), komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi,

afasia, gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), juga diare, miokarditis, trombositopeni,

malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic measles (morbili yang parah dengan

 perdarahan multiorgan, demam, dan gejala cerebral) serta kebutaan.1,2,4,8

 

Terapi 

Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:

a. pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk mengembalikancairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam.

 b. kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya

komplikasi

Page 5: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 5/19

c. suplemen nutrisi

d. antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder 

e. anti konvulsi apabila terjadi kejang

f. anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.

g. pemberian vitamin A

Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang terbukti

 berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas.

Dosis 6 bulan ± 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi

sehubungan dengan defisiensi vitamin A

h. antivirus

Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara in

vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita

dewasa yang immunocompromissed . Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap

 penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.

i. pengobatan komplikasi1,2,4,5

 

Pencegahan 

Imunisasi Aktif  

Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin campak dengan

dosis 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan. Imunisasi ulangan

diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program BIAS.

Page 6: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 6/19

Imunisasi Pasif (Imunoglobulin) 

Indikasi :

- Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.

- Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko yang

tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin

sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera

mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.

Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat

0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV 

maksimal 15 ml/dose IM.1,9

 

DAFTAR PUSTAKA 

1. Fennelly, Glenn J. 2006.  M easles. (Online, http://www.emedicine.com/ PED/topic1388.htm,

diakses tanggal 11 Desember 2006) 

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985.  Ilmu

 Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

3. Anonimous (1). 2006.  M easles. (Online, http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/ meas.pdf,

diakses tanggal 11 Desember 2006

4. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006.   Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya:

Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.

5. Cronan, Kate. 2005.  M easles. (Online, http://www.kidshealth.org/

 parent/infections/lung/measles.html, diakses tanggal 11 Desember 2006).

Page 7: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 7/19

6. Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology. 2006.  M easles.

Online, www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg, diakses tanggal 11 Desember 

2006).

7. Berhrman, Richard E.2003.   Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB Saunders

Company.

8. William, W. 2002. Current Pediatric Diagnosis & Treatment 16 th

edition. USA: MacGraw-

Hill Education

9. Soegijanto, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan

Dokter Anak Indonesia.

Page 8: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 8/19

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP NYAMUK 

ANOPHELES PADA PROSES TRANSMISI MALARIA

EKO SAPUTRA 

PASCASARJANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN 

ABSTRAK  

Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria

menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Vektor malaria adalah nyamuk anopheles.Tujuan penulisan ini membahas faktor lingkungan terhadap nyamuk anopheles pada proses

transmisi malaria. Lingkungan fisik meliputi suhu, kelembaban nisbi udara, hujan, ketinggian,

angin, sinar matahari dan arus air. Lingkungan biologik keberadan tumbuh-tumbuhan yang dapat

mempengaruhi nyamuk anopheles. Lingkungan sosial budaya berupa kebiasaan dan perilaku

manusia terhadap lingkungan. Lingkungan fisik, biologik dan sosial budaya mempengaruhi

terhadap proses transmisi malaria.

PENDAHULUAN 

Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas. Sampai saat ini malaria

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Malaria sebagai salah satu penyakit

infeksi disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium, yang ditularkan dari orang ke

orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Depkes RI, 2001). Penyakit ini tersebar luas di

 berbagai daerah, dengan derajat infeksi yang bervariasi. Di beberapa daerah yang telah belasan

tahun tidak ada kasus malaria, tiba-tiba menjadi endemis kembali. Bahkan di Pulau Bintan, Aceh

dan Kabupaten Jayawijaya di Papua sempat dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang

memerlukan penanganan serius dari lintas sektor. Hal ini berkaitan dengan terjadinya perubahan

lingkungan yang memudahkan perkembangan nyamuk vektor malaria (Anies, 2005).

Page 9: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 9/19

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKR T) 2001, di Indonesia setiap tahunnya

terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan 30.000 orang meninggal

dunia (Depkes, 2003). Penularan malaria dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor parasit

( plasmodium), faktor manusia (host), faktor nyamuk  Anopheles (vektor ), dan faktor lingkungan

(Soejoeti, 1995). Nyamuk  Anopheles merupakan salah satu jenis vektor dari penyakit malaria

yang sudah meluas hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Malaria termasuk penyakit yang

 penyebarannya luas, yakni di daerah daerah mulai 600 lintang utara sampai dengan 320 lintang

selatan, dari daerah dengan ketinggian 2.666 m, sampai dengan daerah yang letaknya 433 m

dibawah permukaan laut.

Indonesia menurut pengamatan terakhir terdapat sekitar 80 spesies Anopheles, sedangkan yang

dinyatakan sebagai vektor malaria adalah sebanyak 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda. Di Sumatera spesies yang sudah dinyatakan sebagai vektor penting adalah An

 sundaicus, An. maculatus, dan An. nigerrimus sedangkan An.  sinensis, dan An. letifer merupakan

vektor yang kurang penting (Gandahusada, 2006). Propinsi Bengkulu nyamuk yang sudah

dinyatakan sebagai vektor malaria adalah An. maculatus, An. Sundaicus dan An. nigerrimus 

(Prabowo,2004).

Umumnya malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari

golongan ekonomi lemah. Angka kesakitan malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan

 peningkatan. Di Jawa dan Bali meningkat dari 0.12 per 1000 penduduk pada tahun 1997 menjadi

0.52 per 1000 penduduk pada tahun 1999, pada tahun 2001 0.62 per 1000 penduduk dan pada

tahun 2002 0.47 kasus per 1.000. Di luar Jawa dan Bali meningkat dari 16.0 per 1000 penduduk 

 pada tahun 1997 menjadi 25.0 per 1000 penduduk pada tahun 1999, pada tahun 2001 26.2 per 

1000 penduduk dan pada tahun 2002 19.65 kasus per 1000 penduduk. Selama tahun 1998-2000

kejadian luar biasa (KLB) malaria terjadi di 11 propinsi yang meliputi 13 kabupaten di 93 desa

dengan jumlah penderita hampir 20.000 orang dengan 74 kematian (Depkes, 2003). Malariamudah menyebar pada sejumlah penduduk, terutama yang bertempat tinggal di daerah

 persawahan, perkebunan, kehutanan maupun pantai (Anies, 2005).

Kota Bengkulu termasuk daerah endemis malaria, hampir di semua kecamatan kota Bengkulu

terdapat kasus malaria, baik klinis maupun positif (mikroskopis). Pada periode tahun 2008

Page 10: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 10/19

malaria menempati urutan ke lima dari 10 daftar penyakit terbanyak dengan jumlah kasus 5.779.

Di Kecamatan Gading Cempaka dengan penderita 615 kasus, Kecamatan Ratu Agung 543 kasus,

Kecamatan Ratu Samban 1599 kasus, Kecamatan Teluk Segara 897 kasus, Kecamatan Sungai

Serut 626 kasus, Kecamatan Muara Bangka Hulu 356 kasus, Kecamatan Selebar 879 kasus dan

kecamatan Kampung Kelawi sebanyak 264 kasus (Dinkes Bengkulu,2008).

TINJAUAN PUSTAKA 

A. Pengertian Malaria 

Malaria adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh Dr. Francisco Torti pada abad ke 17,

malaria berasal dari bahasa Itali Mal = kotor, sedangkan Aria = udara ´udara yang kotor´

(Gandahusada, 2006). Malaria dapat menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,

hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

 plasmodium. Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing disebabkan

spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:

1) Malaria tertiana ( paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan gejala

demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi, ini dapat terjadi selama

dua minggu setelah infeksi.

2) Demam rimba ( jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,

disebabkan oleh P. falciparum. Plasmodium ini merupakan sebagian besar penyebab kematian

akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan

koma, mengigau dan kematian

3) Malaria kuartana yang disebabkan P. malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama dari pada

 penyakit malaria tertiana atau tropika, gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40

hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.

4) Malaria yang mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan, dan disebabkan oleh

P. ovale. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati, beberapa hari sebelum

Page 11: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 11/19

gejala pertama terjadi, organism tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah

sehingga menyebabkan demam (Prasetyo, 2006).

Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium

vivax atau campuran keduanya, sedangkan Plasmodium. ovale dan Plasmodium malariae pernah

ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan Negara Timor Leste. Proses penularannya adalah dimulai

nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon

darah atau timbulnya gejala demam. Malaria disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium

yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam yang sering/periodik,

anemia, pembesaran limpha dan berbagai kumpulan gejala lain karena pengaruhnya pada

 beberapa organ, misalnya otak, hati, dan ginjal. Malaria dijumpai hampir di seluruh pulau di

Indonesia, disamping menyebabkan kesakitan dan kematian juga dapat menurunkan produktivitas kerja penderita (Rahmati, 2006).

B. Vektor Malaria 

 Nyamuk  Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan yang dapat

menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut pengamatan terakhir ditemukan

80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat

 perindukan yang berbeda-beda (Gandahusada, 2006). Nyamuk yang menjadi vektor di Jawa dan

Bali An. sundaicus, An. aconitus, An. balabacencis dan An. maculatus. Di daerah pantai banyak 

terdapat An. sundaicus dan An. subpictus, sedangkan An. balabacencis dan An. maculatus 

ditemukan di daerah non persawahan. Anopheles aconitus, An. barbirostrosis, An. tessellatus,

 An. nigerrimus dan An. sinensis di Jawa dan Sumatera tempat perindukan di sawah kadang di

genangan-genangan air yang ada di sekitar persawahan. Di Kalimantan yang dinyatakan sebagai

vektor adalah An. balabacensis, An. letifer . Malaria berkaitan erat dengan keadaan wilayah, di

kawasan tropika seperti Indonesia penularan penyakit ini sangat rentan, karena keadaan cuaca

yang mempunyai kelembaban tinggi akan memberikan habitat yang sesuai untuk pembiakan

nyamuk yang menjadi vektor penularan kepada penyakit ini (Prasetyo, 2006).

C. Bionomik Nyamuk Malaria 

Page 12: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 12/19

1. Tempat Perindukan

Keberadaan nyamuk malaria di suatu daerah sangat tergantung pada lingkungan, keadaan

wilayah seperti perkebunan, keberadaan pantai, curah hujan, kecepatan angin, suhu, sinar 

matahari, ketinggian tempat dan bentuk perairan yang ada. Nyamuk Anopheles aconitus

dijumpai di daerah-daerah persawahan, tempat perkembangbiakan nyamuk ini terutama di sawah

yang bertingkat-tingkat dan di saluran irigasi (Hiswani, 2004). Kepadatan populasi nyamuk ini

sangat dipengaruhi oleh musim tanam padi (Sundararman dkk, 1957). Jentik-jentik nyamuk ini

mulai ditemukan di sawah kira-kira pada padi berumur 2-3 minggu setelah tanam dan paling

 banyak ditemukan pada saat tanaman padi mulai berbunga sampai menjelang panen. Di daerah

yang musim tanamnya tidak serempak dan sepanjang tahun ditemukan tanaman padi pada

 berbagai umur, maka nyamuk ini ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kepadatan yangterjadi sekitar bulan Pebruari-April dan sekitar bulan Juli-Agustus (Barodji, 1987) Anopheles

 balabacencis dan An. maculatus adalah dua spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah-

daerah pegunungan non persawahan dekat hutan. Kedua spesies ini banyak dijumpai pada

 peralihan musim hujan ke musim kemarau dan sepanjang musim kemarau (Barodji dkk, 2001).

Tempat perkembangbiakannya di genangan-genangan air yang terkena sinar matahari langsung

seperti genganan air di sepanjang sungai, pada kobakan-kobakan air di tanah, di mata air-mata

air dan alirannya, dan pada air di lubang batu-batu (Barodji, 1987).

Kepadatan jentik nyamuk  An. balabacencis bisa ditemukan baik pada musim penghujan maupun

 pada musim kemarau. Jentik-jentik An. balabacencis ditemukan di genangan air yang berasal

dari mata air, seperti penampungan air yang dibuat untuk mengairi kolam, untuk merendam

 bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau dan kebun salak. Dari gambaran di atas tempat

 perindukan An. balabacencis tidak spesifik seperti An. maculatus dan An. aconitus, karena jentik 

 An. Balabacencis dapat hidup di beberapa jenis genganan air, baik genangan air hujan maupun

mata air, pada umumnya kehidupan jentik  An. balabacencis dapat hidup secara optimal padagenangan air yang terlindung dari sinar matahari langsung, diantara tanaman/vegetasi yang

homogen seperti kebun salak, kebun kapulaga dan lain-lain (Barodji dkk, 2001). An. maculatus 

yang umum ditemukan di daerah pegunungan, ditemukan pula di daerah persawahan dan daerah

 pantai yang ada sungai kecil-kecil dan berbatu-batu (Barodji dkk, 2001).

Page 13: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 13/19

Puncak kepadatan An. maculatus dipengaruhi oleh musim, pada musim kemarau kepadatan

meningkat, hal ini disebabkan banyak terbentuk tempat perindukan berupa genangan air di

 pinggir sungai dengan aliran lambat atau tergenang. Perkembangbiakan nyamuk  An. maculatus 

cenderung menurun bila aliran sungai menjadi deras (flushing) yang tidak memungkinkan

adanya genangan di pinggir sungai sebagai tempat perindukan (Sunaryo, 2001)  An. sundaicus 

dijumpai di daerah pantai, tempat perindukannnya adalah di air payau dengan salinitas antara 0-

25 per mil, seperti rawa-rawa berair payau, tambak-tambak ikan tidak terurus yang banyak 

ditumbuhi lumut, lagun, muara-muara sungai yang banyak ditumbuhi tanaman air dan genangan

air di bawah hutan bakau yang kena sinar matahari dan berlumut (Hiswani, 2004). An. sundaicus

ditemukan sepanjang tahun dan paling banyak ditemukan pada pertengahan sampai akhir musim

kemarau (September-Desember ) (Sundararman dkk, 1957).

2. Tempat Istirahat 

Tempat istirahat alam nyamuk  Anopheles berbeda berdasarkan spesiesnya. Tempat istirahatnya

 An. aconitus pada pagi hari umumnya dilubang seresah yang lembab dan teduh, terletak ditengah

kebun salak (Damar, 2002). Tempat istirahat An. aconitus pada umumnya ditempat yang

mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah, serta di lubang tanah bersemak. An.

aconitus hinggap di tempat-tempat dekat tanah (Anonimous, 1989). Nyamuk ini biasanya

hinggap di daerah-daerah yang lembab, seperti di pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air 

yang selalu basah dan lembab (Hiswani, 2004). Tempat istirahat An. balabacencis pada pagi hari

umumnya di lubang seresah yang lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak (Damar,

2002). An. balabacencis juga ditemukan di tempat yang mempunyai kelembaban tinggi dan

intensitas cahaya yang rendah serta di lubang tanah bersemak (Harijanto, 2000). Di luar rumah

tempat istirahat An. maculatus adalah di pinggiran sungai-sungai kecil dan di tanah yang lembab

(sundararman dkk, 1957). Perilaku istirahat nyamuk  An. sundaicus ini biasanya hinggap di

dinding-dinding rumah penduduk (Hiswani, 2004).

H. Lingkungan 

1. Lingkungan Fisik  

Page 14: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 14/19

Menurut Harijanto (2000), Faktor geografi dan meterorologi di Indonesia sangat menguntungkan

transmisi malaria di Indonesia, seperti :

1.1. Suhu 

 Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga proses metabolisme dan siklus kehidupannya

tergantung pada suhu lingkungan, tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap

 perubahan-perubahan di luar tubuhnya. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah tetapi

 proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila suhu turun sampai suhu kritis. Pada suhu

yang lebih tinggi dari 35 ºC, juga mengalami perubahan. Suhu rata-rata optimum untuk 

 pertumbuhan nyamuk 25º ± 27ºC. Toleransi suhu tergantung pada species nyamuknya, species

nyamuk tidak tahan pada suhu 5º ± 6ºC.

Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan metabolisme yang sebagian diatur 

oleh suhu seperti lamanya masa pra dewasa, kecepatan pencernaan darah yang dihisap,

 pematangan dari indung telur, frekuensi mengambil makanan atau mengigit berbeda-beda

menurut suhu. Suhu juga mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang

optimum berkisar antara 20 dan 30º C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek 

masa inkubasi ekstrinsik (siklus sporogoni dalam tubuh nyamuk ) dan sebaliknya makin rendah

suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

1.2. Kelembaban nisbi udara 

Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara yang biasanya

dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,

meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 % merupakan batas paling

rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Kelembaban juga berpengaruh terhadap

kemampuan terbang nyamuk. Badan nyamuk yang kecil mempunyai permukaan yang besar olehkarena sistem pernapasan dengan trachea. Pada waktu terbang, nyamuk memerlukan oksigen

lebih banyak sehingga trachea terbuka. Dengan demikian penguapan air dari tubuh nyamuk 

menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh dari penguapan, maka

 jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara menjadi faktor yang mengatur cara hidup

nyamuk, beradaptasi pada keadaan kelembaban yang tinggi dan pada suatu ekosistem kepulauan

Page 15: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 15/19

atau ekosistem hutan. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih

sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

1.3. Hujan 

Hujan menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara dan menambah jumlah tempat

 perkembangbiakan (breeding places) dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh

tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang

diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.

1.4. Ketinggian 

Setiap ketinggian naik 100 meter maka selisih udara dengan tempat semula ½ ºC. Bila perbedaantempat cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga cukup banyak dan mempengaruhi faktor-

faktor yang lain, termasuk penyebaran nyamuk , siklus pertumbuhan parasit di dalam nyamuk 

dan musim penularan.

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah pada ketinggian di

atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan global dan

 pengaruh El-Nino.

1.5. Angin 

Angin secara langsung berpengaruh pada penerbangan nyamuk dan ikut menentukan jumlah

kontak antara nyamuk dan manusia. Kecepatan angin 11 ± 14 m/det atau 25 ± 31 mil/jam akan

menghambat penerbangan nyamuk.

1.6. Sinar matahari 

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih

suka tempat yang teduh. An. hyrcanus dan An. punctulatus lebih

menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun

yang terang.

Page 16: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 16/19

1.7. Arus air 

 An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/ mengalir lambat, sedangkan An.

minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang.

2. Lingkungan Biologik  

Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya tumbuhan salak, bakau, lumut, ganggang

dapat mempengaruhi kehidupan larva, karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau

melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva

seperti ikan kepala timah (Panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mengurangi

 populasi nyamuk di suatu daerah. Begitu pula adanya hewan piaraan seperti sapi, kerbau dan

 babi dapat mempengaruhi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, bila ternak tersebut kandangnya

tidak jauh dari rumah.

3. Lingkungan Sosial Budaya 

Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria seperti: kebiasaan keluar rumah

sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan

kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan

mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria seperti penyehatan

lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan racun

nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,

 pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan

lingkungan yang menguntungkan penularan malaria (Harijanto, 2000). Konflik antar penduduk 

yang menimbulkan peperangan dan perpindahan penduduk, serta peningkatan pariwisata dan

 perjalanan dari daerah endemik dapat menjadi faktor meningkatnya kasus malaria (Harijanto,

2000).

Hasil studi epidemiologi lingkungan memperlihatkan tingkat kesehatan masyarakat atau kejadian

suatu penyakit dalam suatu kelompok masyarakat merupakan resultance dan hubungan timbal

 balik antara masyarakat itu sendiri dengan lingkungan. Pada gilirannya, sebagai unsur yang

terlibat langsung dalam hubungan timbal balik tersebut, apapun yang terjadi sebagai dampak dari

Page 17: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 17/19

 proses interaksi berupa perubahan lingkungan akan menimpa dan dirasakan masyarakat. Dalam

kasus-kasus tertentu, kehidupan nyamuk di habitatnya, entah di Pantai, hutan atau gunung sudah

demikian harmonis dan mengikuti keseimbangan alam. Nyamuk hutan atau gunung, misalnya

mereka sebelumnya cukup memenuhi kebutuhan darahnya untuk keperluan pertumbuhan

telurnya dari tubuh binatang yang ada di Hutan. Tanpa harus mengejar manusia, manusiapun

relatif terhindar dari gigitan nyamuk. Namun seiring dengan rusaknya lingkungan ekosistem

hutan, kehidupan dan keseimbangan alami tempat hidup mereka pun terganggu. Nyamuk pun

menulari sumber dan lokasi kehidupan baru. Orang-orang sehat yang keluar masuk hutan,

terpaksa harus menerima gigitan nyamuk dan pulang membawa parasit di dalam darahnya.

Demikian pula penduduk yang bermukim disekitar hutan menjadi sasaran terdekat nyamuk-

nyamuk hutan yang mencari sumber kehidupan mereka.

PEMBAHASAN 

Malaria merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Di

Indonesia masih banyak daerah yang merupakan endemis malaria. Vektor malaria adalah

nyamuk anopheles, di Indonesia dinyatakan sebagai vektor malaria adalah sebanyak 22 species

sedangkan vektor malaria di Propinsi Bengkulu adalah An. maculatus, An. sundaicus dan An.

nigerrimus. 

Lingkungan merupakan faktor penting dalam transmisi malaria meliputi lingkungan fisik,

 biologik, dan sosial budaya. Lingkungan fisik, suhu, kelembaban nisbi udara, hujan, ketinggian,

angin, sinar matahari dan arus air sangat dominan terhadap perkembangan nyamuk anopheles

dari larva, nyamuk dewasa, hingga kemampuan terbang nyamuk. Tumbuhan disekitar tempat

 perindukan nyamuk (breeding places) seperti salak, bakau, lumut, ganggang dapat

mempengaruhi kehidupan larva dan melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. adanya

ikan pemangsa seperti ikan kepala timah (Panchax spp) akan dapat mengurangi populasi nyamuk 

anopheles.

Perilaku manusia sehari-hari juga ikut mempengaruhi transmisi malaria seperti keluar rumah

sampai larut malam, dimana nyamuk anopheles bersifat eksofilik dan eksofagik akan

memudahkan kontak dengan nyamuk, repelant adalah salah satu cara untuk menghindari gigitan

Page 18: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 18/19

nyamuk pada malam hari. Pada saat tidur biasakan menggunakan kelambu apabila berada di

wilayah endemis malaria, program pendistribusian kelambu untuk ibu hamil merupakan salah

satu cara untuk mencegah penularan malaria. Perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia

tanpa disadari meningkatkan transmisi malaria, kegiatan manusia terkadang mengakibatkan

terbentuknya tempat perindukan nyamuk (breeding places) selain itu perubahan lingkungan

terkadang juga mengakibatkan terjadinya perpindahan nyamuk dari satu tempat ke tempat lain.

SIMPULAN

Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam transmisi malaria mulai dari lingkungan

fisik, biologik dan sosial budaya. Perkembangan nyamuk dipengaruhi faktor geografi dan

meterologi mulai dari suhu, kelembaban nisbi udara, curah hujan, ketinggian, angin, sinar 

matahari dan arus air. Keberadaan hewan seperti ikan dapat menurunkan populasi nyamuk,

selain itu perilaku manusia terhaadap lingkungan justru yang memudahkan proses transmisi

malaria.

DAFTAR PUSTAKA 

Anies. 2005.  M anajemen Berbasis Lingkungan (Solusi  M encegah dan  M enanggulangi Penyakit 

 M enular). PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anonimous. 1989. Kumpulan Buletin Riset Nyamuk (  M asquito) Di Indonesia. Dit. Jen. PPM dan

PLP.

Barodji. 1983. Pengaruh penempatan ternak di daerah pedesaan terhadap jumlah vektor 

malaria An. aconitus yang menggigit orang dalam rumah (Seminar dan Kongres Nasional),

Universitas Airlangga, Surabaya.

Barodji. 1987. Fluktuasi Kepadatan Populasi Vektor  M alaria An. aconitus Di Daerah Sekitar 

 Persawahan. Proc. Seminar Entomologi II, Jakarta.

Barodji dan Suwasono, H. 20 Keberadaan Sapi dan Kerbau di Daerah Pedesaan dan

 Pengaruhnya Terhadap Vektor  M alaria. Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit.

Salatiga.

Page 19: CAMPAK

5/13/2018 CAMPAK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/campak-55a75154d7181 19/19

Damar, T.B. Studi Epidemiologi  M alaria di Daerah Endemi  M alaria Kabupaten Banjarnegara

 Jawa Tengah. 2002. From URL: http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-

2002-damar- .html (2 September 2010).

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2008. Kasus Penyakit  M enular Yang Diamati  M enurut 

 Kecamatan dan Puskesmas Kota Bengkulu, Bengkulu.

Gandahusada, S. 2006. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Harijanto, P. N. 2000. Epidemiologi, Patogenesis,  M anifestasi Klinis, dan Penanganan EGC .

Jakarta.

Hiswani. Gambaran Penyakit dan Vektor  M alaria di Indonesia. 2004. From URL:

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf. html (2 September 2010).

Prasetyo, A.  M alaria. Jakarta 21 November 2006. From URL: http://.www. Pusat Informasi

Penyakit Infeksi khususnya HIV-AIDS ± Penyakit ± Malaria.html (2 September 2010).

Prabowo, A. 2004.  M alaria,  M encegah dan  M engatasinya. Penerbit Puspa Swara, Jakarta.

Rahmati, V. Nyamuk  M alaria Sukai Bau Keringat . Selasa 03 Oktober 2006. From URL:

http://www. [smu mosa] nyamuk malaria sukai bau

keringat__files\[email protected] (2 September 2010).

Sunaryo. 2001. Bionomik Vektor  M alaria di Kabupaten Banjarnegara. SLPV, Banjarnegara.

Sundararman, R.M. dkk. 1957.  M alaria Vector Control In  M id Java, Indian J. Malariol.