CAMPAK

14
PENUGASAN BLOK KESEHATAN ANAK CAMPAK Disusun oleh : Nama : Winda Tri Karuniasih NIM : 07711215 Tutorial : 2 Tutor : dr. M. Syukron Fauzi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Transcript of CAMPAK

Page 1: CAMPAK

PENUGASAN BLOK KESEHATAN ANAK

CAMPAK

Disusun oleh :

Nama : Winda Tri Karuniasih

NIM : 07711215

Tutorial : 2

Tutor : dr. M. Syukron Fauzi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: CAMPAK

CAMPAK

Pendahuluan

Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus

(Widoyono, 2005). Campak juga disebut rubeola, morbili atau measles. Campak biasanya

menyerang anak-anak berusia 5-10 tahun sebelum pengguna vaksin campak. Setelah masa

imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak usia remaja dan orang

dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil atau yang diimunisasi pada saat

usianya lebih dari 15 bulan (Setiawan, 2008). Campak biasanya menyerang anak-anak

dengan derajat ringan sampai sedang. Campak dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan

neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis) (Widoyono, 2005). Diperkirakan sekitar 76%

orang yang rentan dalam rumah tangga akan menderita penyakit bila terpapar virus campak.

Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit campak adalah musim dingin dan

permulaan musim semi, mungkin karena masa hidup virus lebih panjang pada kelembaban

yang relatif lebih rendah. Penularan yang paling efisien melalui paparan langsung dengan

penderita yang terinfeksi dan karena virus campak dapat hidup dalam droplet saluran nafas

selama beberapa jam maka penularan tidak memerlukan kontak langsung dengan penderita

campak. Penderita paling infeksius antara 4-5 hari sebelum munculnya ruam sampai 4 hari

setelah munculnya ruam (Setiawan, 2008).

Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari famili Paramyxovirus genus

Morbilivirus. Virus ini merupakan virus RNA serat negatif yang berenvelop (Soedarto,

2007). RNA virus ini mempunyai 2 fungsi yaitu 1).Sebagai template/cetakan untuk

mensintesis mRNA 2).Sebagai template/ cetakan untuk mensintesis serat anti genom (+).

Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0oC dan selama 15

minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar

sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus ini

mudah hancur oleh sinar ultraviolet (Madsen, 2007).

Page 3: CAMPAK

Penularan

Virulensi campak sangat tinggi terutama pada anak yang rentan dengan kontak

keluarga yang menderita campak. Campak dapat ditularkan melalui droplet di udara oleh

penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya

ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari (Mandal, 2006). Ibu yang pernah menderita

campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta,

dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi

diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak.

Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari, IgM akan

terbentuk dan akan cepat menghilang untuk kemudian digantikan oleh IgG (Setiawan, 2008).

Menurut Mandal (2008) kekebalan setelah infeksi alami akan berlangsung seumur hidup.

Patogenesis

Penyakit campak adalah penyakit pada manusia terutama menyerang aak-anak

melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi 10-14 hari (Soedarto, 2007).

Virus menyebar melalui udara dan masuk ke saluran nafas dan mungkin hanya butuh jumlah

virus yang sedikit untuk dapat menginfeksi orang yang rentan terhadap penyakit. Virus

bereplikasi pada saluran nafas kemudian virus menginfeksi sel sistem imun yang ada di

sekitar saluran nafas yang mempunyai SLAM+ seperti sel monosit, sel dendritik dan

limfosit.Setelah itu virus menyebar ke jaringan limfe. Karena jumlah virus bertambah banyak

maka timbullah viremia primer, kemudian virus dapat menyebar ke berbagai jaringan dan

organ limfoid termasuk kulit, saluran cerna, hati dan ginjal. Virus melakukan replikasi pada

sel endothelial, epitelial dan monosit/makrofag, infeksi virus campak pada makrofag dapat

meningkatkan ekspresi LFA-1 yang merupakan molekul penempel yang dapat mendorong

masuknya sel ke dalam jaringan sehingga turut berpartisipasi dalam menyebarkan virus.

Kemudian terjadi pembentukan sel raksasa retikuloendothelial (Warthin-Finkeldey) yang

ukurannya mencapai lebih dari 100 nm dan di dekat pusat selnya mengandung lebih dari 100

agregat nukleus. Sel raksasa retikuloendothelial (Warthin-Finkeldey) inilah yang nantinya

menjadi sumber utama penyebaran virus ke jaringan lain. Sel ini banyak ditemukan pada saat

munculnya ruam pada kulit dan dengan mudah ditemukan pada sekresi hidung dan

konjungtiva pada saat masa prodromal dan hari pertama timbulnya ruam. Sel epitel yang

Page 4: CAMPAK

diinfeksi virus campak pada periode ini juga ditemukan pada saluran genitalia dan urine

(Setiawan, 2008).

Menurut Mandal (2006) sel endothelial pada pembuluh darah kecil yang diinfeksi

oleh virus campak akan memperlihatkan bukti adanya infeksi campak pada saat gejala

prodromal dan muculnya ruam pada kulit. Hal ini disertai dengan pelebaran pembuluh darah,

peningkatan permeabilitas pembuluh darah, infiltrasi sel mononuklear dan terjadinya infeksi

di jaringan sekitar. Sel endotel yang diinfeksi ini tampaknya memegang peranan utama dalam

patogenesis dalam perubahan pada kulit, konjungtiva dan membran mukosa.

Tanda dan gejala penyakit

Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti

dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata (Barlow, 2006). Menurut Widoyono.

(2005) gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium:

1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-14 hari.

2. Stadium masa prodromal.

Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala utama yang muncul adalah demam yang terus

meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4–40,6oC pada hari ke 4 atau 5 yaitu

pada saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat lemas,anoreksia, batuk yang

makin berat, koriza/pilek, peradangan mata dan muncul bercak putih pada mukosa

pipi yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang disebut Koplik’s

spots. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema.

Koplik’s spot pertama muncul pada mukosa pipi yang berhadapan dengan molar,

selanjutnya menyebar dengan arah sentrifugal dan menutupi seluruh permukaan

mukosa pipi dan labialis.

3. Erupsi (Rash)

Terjadinya eritema berbentuk makulopapular disertai meningkatnya suhu badan.

Ruam ini muncul pertama kali pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang

telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan

bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam

menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Menurut

Rosenman (2009) ruam tersebut dapat bertahan selama 5-6 hari. Suhu meningkat

Page 5: CAMPAK

dengan mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40°C. Dapat timbul batuk

dan diare yang berat, sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak

jarang pula disertai muntah, anoreksia dan perdarahan ringan pada kulit. 2 hari

kemudian biasanya suhu akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam kulit akan

mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan mungkin

mengelupas. Keterlibatan jaringan limfe secara menyeluruh dapat mengakibatkan

terjadinya limfadenopati, splenomegali ringan dan apendisitis.

Diagnosis

Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut

CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih.

2. Demam 38,3oC (101oF).

3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis

(Setiawan, 2008).

Tetapi menurut Soedarto (2007) gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami

modifikasi misalnya penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul

ruam-ruam pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,

penderita dengan immunocompromised, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak yang

sebelumnya telah mendapat imunisasi campak. Karena banyak penderita menunjukkan gejala

yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium (Setiawan, 2008).

1. Pemeriksaan darah rutin

Biasanya ditemukan lekositosis dan peningkatan LED namun jarang ditemukan.

2. Deteksi virus

a. Virus campak dapat ditemukan pada sel mononuklear darah tepi, sekresi saluran

nafas, usapan konjungtiva dan dalam urine. Tetapi virus campak sangat sulit

ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk menemukan virus jarang digunakan

untuk menegakkan diagnosis penyakit campak.

b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjungtiva atau urine

dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara langsung untuk melihat sel

Page 6: CAMPAK

raksasa dan mendeteksi antigen dengan menggunakan antibodi terhadap proten N

virus. Protein ini paling banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.

c. Pemeriksaan jaringan langsung pada penderita dengan imunocompromised karena

respon antibodinya tidak terbentuk.

d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan diamplifikasi

memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara luas untuk menegakkan

diagnosis.

3. Mendeteksi antibodi

a. Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan

serologi. Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul

bersamaan dengan munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3 hari

sesudah munculnya ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian menurun

hingga tidak dapat dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya diperiksa pada

sampel yang sama untuk mengetahui apakah sudah pernah terinfeksi atau sudah

pernah mendapat imunisasi.

Saat pengambilan serum yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium

adalah:

1. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya

gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan mendeteksi RNA

virus.

2. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munulnya gejala untuk

mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus.

3. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah munculnya

ruam pada kulit) dan pada fasse konvalesen untuk mendeteksi antibodi IgG

spesifik campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antar fase akut dan

konvalesen 4 kali lipat.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Barlow (2006):

1. Farmakologi

a. Simtomatik

Page 7: CAMPAK

Parasetamol untuk menurunkan demam dosis 10-15mg/kg BB.

b. Vitamin A dosis 400.000 IU, untuk reepitelisasi.

2. Non Farmakologi

a. Bed rest, pasien campak harus diisolasi karena penyakit ini sangat infeksius.

b. Pemberian nutrisi dan cairan yang cukup.

Pencegahan

a. Imunisasi aktif

Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis 1000 TCID50

atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan.

b. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Indikasi :

Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi,

kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.

Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak

mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini,

maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari

paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12

bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin (Meldgaard,

2006).

Menurut Padri (2006) pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12

bulan memerlukan imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh

antibodi maternal sedang pemberian imunisasi campak pada usia lebih dari 12 bulan atau

15 bulan tidak perlu imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan serokonversi yang

maksimum dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100 persen jika diberikan pada usia

lebih dari 12 bulan.

Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.

Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak menurut Mandal (2006) :

Page 8: CAMPAK

1. Otitis media bakterial bisa terjadi pada 1 dari 20 kasus, pneumonia bakterial terjadi

pada 1 dari 25 kasus, dan kejang demam yang bisa timbul pada 1 dari 200 kasus.

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga

pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.

3. Ensefalitis dapat terjadi pada 1 dari 1000 kasus.

Prognosis

Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya

baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan pneumonia)

maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun

jarang ditemukan. Penyakit campak juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas

yang penting pada anak-anak yang mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai

(Mandal, 2006).

Contoh kasus

Seorang bayi perempuan berumur 9 bulan, berat badan 7 kg dan panjangnya 68 cm. Dibawa

ibunya ke dokter karena demam yang tak kunjung turun, demam sudah berlangsung dari 5

hari yang lalu. Dari mulai timbul demam hingga sekarang suhu badannya semakin

meningkat. Selain demam, OS juga mengalami pilek. Kemarin mulai timbul bercak-bercak

kemerahan di wajah yang menyebar ke belakang telinga, leher, lengan dan dada. Selama sakit

OS jadi tidak mau makan dan rewel. Ibu OS sudah memberikan parasetamol tapi belum ada

perbaikan. Setelah diperiksa oleh dokter, OS tampak lemas, suhu badan 38,5o C, terdapat

bercak koplik’s pada mukosa bucal, bercak kemerahan juga terdapat pada punggung.

Imunisasi yang sudah diberikan adalah BCG, Hepatitis B 3 X, Polio 4 X dan DPT 3 X.

Imunisasi campak belum diberikan.

Page 9: CAMPAK

Daftar Pustaka

1. Barlow, EW dkk. 2006. The Risk of Seizures After Receipt of Whole-Cell Pertussis or

Measles, Mumps and Rubella Vaccine. N Engl J Med, Vol. 345, No. 9.

2. Padri, Salma. 2006. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59 bulan).Jakarta. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial RI.

3. Rosenman, M dkk. 2009. Global Measles Mortality 2000–2008. PubMed, Vol. 58 /

No. 47. 1321-1326.

4. Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta: Sagung Seto.

5. Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga University Press.

6. Widoyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pembeantasannya. Jakarta: Erlangga.

7. Meldgaard, Kreesten. 2006. A Population-Based Study Of Measles, Mumps, And

Rubella Vaccination And Autism. N Engl J M ed, Vol. 347, N o. 19.

Page 10: CAMPAK

Lampiran

Resep

dr.XXX

Jalan Damai No.37A Yogyakarta

Telepon (0283) 123456

Yogyakarta, 10 Mei 2011

R/ Syr Parasetamol 120 mg/5 ml 60 ml flag 1

S 3 dd 5 ml prn (bila perlu)

-----------------------------------------------

R/ Inj Vit A 400.000 IU

Sim

-----------------------------------------------

Pro: An OS

Umur: 9 bulan

Alamat: Jakal km 5