campak 1
-
Upload
christina-agustin -
Category
Documents
-
view
72 -
download
0
Transcript of campak 1
Demam dan Ruam-ruam Kemerahan pada Penyakit Campak
Pendahuluan
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Negara berkembang lainnya. Campak atau morbili
adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 4 stadium yaitu stadium inkubasi, stadium
prodromal, stadium erupsi dan konvalesen. Gejala awal yang ditemui berupa demam,
konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih
kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik).
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari
penderita. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 1-2 hari sebelum timbulnya
ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak
Dalam makalah ini akan membahas gejala demam disertai bintik-bintik kemerahan
pada kulit. Diagnosis banding yang menjadi indikasi untuk diagnosis adalah measles, roseola
infantum, rubella serta varicella. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang anak berusia 2 tahun tersebut diduga menderita penyakit campak.
Disini juga akan dibahas mengenai etiologi, epidemiologi, patogenesis, diagnosis,
komplikasi, pengobatan serta pencegahan penyakit campak.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien
untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesa dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu auto anamnesa dan allo anamnesa. Auto
anamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien karena pasien kuasa atau
mampu melakukan tanya jawab. Allo anamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan secara tak
langsung karena pasien tak kuasa mampu melakukan tanya jawab. Misal : belum dewasa/
masih kanak-kanak , tidak sadar, tidak dapat berkomunikasi atau dalam keadaan gangguan
jiwa. 1 Di dalam skenario ini, anamnesa yang dilakukan adalah secara allo anamnesa dari
orang tua pasien karena pasien masih berusia 2 tahun.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke rumah sakit
atau puskesmas/klinik atau ke praktek dokter. Keluhan utama merupakan dasar untuk
memulai evaluasi pasien. Dalam komunikasi dokter-pasien, usahan menggunakan bahasa
awam yang mudah dimengerti oleh pasien. 1 Dalam skenario ini, keluhan utamanya adalah
demam sejak 3 hari yang lalu serta terdapat bintik-bintik kemerahan pada wajahnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah riwayat perjalanan penyakit secara kronologis yang
merupakan keluhan pasien dari awal dirasakan kemudian keluhan berkembang, meluas dan
makin berat sehingga sampai pada keluhan utama. 1 Dalam skenario ini, hal-hal yang perlu
ditanyakan, yaitu :
Menanyakan intensitas dan sifat panas serta waktu serangan panas
Menanyakan keluhan tambahan (bentuk bintik-bintik, waktu terjadinya bintik-
bintik, penyebaran bintik, batuk, pilek, mata merah)
Perkembangan/perburukan penyakit (termasuk obat-obat yang telah diminum
dan hasilnya)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita di masa
lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang. 1
4. Riwayat Pribadi
Riwayat pribadi merupakan segala hal yang menyangkut pribadi pasien. Mengenai
peristiwa penting pasien dimulai dari keterangan kelahiran serta hubungan pasien dengan
keluarga dekat. 1 Termasuk dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat
imunisasi, riwayat nutrisi, tumbuh kembang serta riwayat makan.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berkaitan dengan lingkungan tempat
tinggal, hygiene, social ekonomi dan pekerjaan kedua orangtuanya. 1
6. Riwayat Keluarga
2
Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter
dan kontak antar angggota keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien, apakah
dikeluarganya ada yang mengalami penyakit yang serupa. Dalam hal ini, faktor-faktor sosial
keluarga turut mempengaruhi kesehatan penderita. 1
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus skenario 6, dapat ditemukan tanda-
tanda berikut ini :
oMata : terdapat konjungtivitis (by lateral), fotophobia (silau terhadap cahaya)
oKepala : sakit kepala
oHidung : Banyak terdapat sekret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung
oMulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
oKulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki ( pada stad. Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
oPernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
oTumbuh Kembang : BB, TB, BB lahir, tumbuh kembang R/ imunisasi.
oPola Defekasi : BAK, BAB, diare
oStatus Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
Pemeriksaan Penunjang
Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated
giant sel yang khas. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test
dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari
setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian. 2
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk
memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2
hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan
pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada
4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash
muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah
onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat
diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok
3
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. 2
Penyakit Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat
mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramyxovirus. Virus ini terdapat dalam darah dan sekret (cairan) nasofaring
(jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam
setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir. 2-4
Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah
(droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya,
seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di
kendaraan atau di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 3 hari
sebelum timbulnya ruam kulit dan 4-6 hari setelah ruam kulit ada. 2-4
1. Etiologi
Virus campak merupakan paramiksovirus RNA dengan satu tipe antigenik. Virus ini
stabil pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat ditanam pada sel manusia dan kera, dengan
perubahan sitopatik yaang dapat dilihat dalam 5-10 hari. Virus campak adalah organisme
yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur
kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal
34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah. 2-4
2. Epidemiologi
Campak sangat menular, terutama melalui droplet selama stadium prodromal
(kataral). Individu yang terinfeksi dapat menularkan 3 hari sebelum munculnya ruam yang
khas. Masa inkubasi adalah 8-12 hari sejak pemajanan sampai timbulnya gejala dan 14 hari
sejak pemajanan sampai timbulnya ruam. Adanya giant cells dan proses peradangan
merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. 2-4
Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit campak adalah musim dingin dan
permulaan musim semi, mungkin karena masa hidup virus lebih panjang pada kelembaban
4
yang relatif lebih rendah. Pada daerah yang tidak tersedia vaksinasi campak, campak bersifat
endemik dam menyebabkan sekitar 1 juta kematian per tahun. Orang-orang yang rentan
terhadap campak adalah: bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan
imunisasi, remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. 2-4
Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak terjadi
di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak
terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan
mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu
kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita campak. Bila si ibu belum pernah
menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga
dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita
campak pada usia kehamilan trimester pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan, atau seorang anak dengan berat badan
lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. 2
3. Patogenesis
Partikel virus menginfeksi saluran pernapasan dan menyebar ke kelnjar getah bening
regional. Viremia primer menyebabkan virus. Sesudah replikasi virus, terjadi viremia
sekunder 5-7 hari sesudah infeksi awal karena monosit terinfeksi virus dan leukosit lain
menyebarkan virus ke saluran pernapasan, kulit dan organ lain. Tempat-tempat terinfeksi ini
dimanifestasikan sebagai ruam dan gejala klasik batuk, pilek dan conjungtivis. Bukti
histologis meliputi adanya sel raksasa multinuklear dan pembentukan sinsitium. Virus
ditemukan pada sekresi pernapasan, darah, dan urine individu yang terinfeksi. 2-4
4. Manifestasi Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari (referensi lain menyebutkan sekitar 10-20
hari) setelah terinfeksi, yaitu berupa: – nyeri tenggorokan – hidung meler – batuk – nyeri otot
– demam – mata merah – fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Namun, gejala ini tidak
semuanya terjadai pada tiap penderita tergantung dari stamina masing-masing. Gejala klinis
dibagi menjadi 4 stadium, yakni: Stadium inkubasi, stadium prodromal, stadium timbulnya
bercak (erupsi), stadium masa penyembuhan (konvalesen). 2-4
5
a. Inkubasi : Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 8-12 hari.
b. Prodromal
Biasanya berlangsung 2-3 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 38,30C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada saat
ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan,
stomatitis, konjungtivitis, fotofobia (takut cahaya), dan diare karena adanya peradangan
saluran pernapasan dan pencernaan. Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza.
Namun diagnosa ke arah Morbili dapat dibuat bila 2-3 hari kemudian muncul bintik putih
kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).di dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis)
dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2 minggu terakhir. 2-4
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema hampir
selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini muncul pada hari ke 2-3
dan menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan
molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada mukosa
bukal yang lain. 2-4
c. Erupsi (Rash)
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul terjadi sekitar 2-5 hari
setelah stadium prodomal. Ditandai dengan: demam meningkat, bercak merah menyebar ke
seluruh tubuh, disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Ruam ini muncul pertama pada
daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada
seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama
24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha.
Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Bertahan
selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C.
Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun
mereka pada dasarnya tampak baik. 2-4
Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami
sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media,
bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering
pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi
6
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat
pula terjadi sedikit splenomegali. Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini
mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama
dengan ketika ruam muncul. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan
gejala yang patognomonik untuk morbili. 2-4
d. Stadium masa penyembuhan (konvalesen)
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi. 2-4
5. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun
komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak: 3,4
Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
Miokarditis dan adenitis mesenterika merupakan komplikasi yang
jarang
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit),
sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
Ensefalomielitis (radang otak) : Dapat terjadi sebagai komplikasi
pada anak yang sedang menderita campak atau dalam satu bulan setelah mendapat
imunisasi dengan vaksin virus campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat
pengobatan imunosupresif dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
Terjadi pada 1-2 dari 1,000-2.000 kasus. Dan biasanya terjadi 2-5 hari setelah
munculnya ruam. Encefalitis awal mungkin disebabkan oleh aktivitas virus dalam
7
otak, sedangkan ensefalitis dengan onset lambat merupakan fenomena demielinisasi
dan mungkin sudah imunopatologis
Bronkopnemonia (infeksi saluran napas) : Dapat disebabkan oleh
virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus, Staphylococcus.
Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak
dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya tuberkulosis,
leukemia dan lain-lain.
Otitis media akut (infeksi telinga) : Dapat terjadi karena infeksi
bakterial sekunder.
Laringitis (infeksi laring)
Diare
Kejang Demam (step)
6. Diagnosis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan,
serta gejala-gejala yang khas yang terlihat, anak berusia 2 tahun tersebut diduga menderita
penyakit campak. Hal tersebut didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
Anamnesis
Anak dengan panas 3 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai
atau di diagnosis banding morbili.
Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
Dapat disertai diare dan muntah.
Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis,
ekimosis.
Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak. 2-4
Pemeriksaan fisik
8
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya
tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
Anak batuk, pilek, fotophobia
Pada umumnya anak tampak lemah.
Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi,
muka, dan kemudian seluruh tubuh. 2-4
Pemeriksaan penunjang :
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan
pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,
immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent
antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut
pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel
serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih.
Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan
menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya
seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun.
Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan
protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal. 2,4
7. Diagnosis banding
Gejala umum penyakit campak yang paling menonjol adalah munculnya ruam pada
kulit. Gejala klinik penyakit campak yang klasik adalah demam tinggi selama 2-3 hari,
kemudian diikuti dengan munculnya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya respon
imun di dalam tubuh. Tetapi cukup banyak penyakit infeksi virus lain yang juga
menunjukkan gejala deman dan ruam pada kulit sperti rubella, eksantema subitum (HHV6)
dan varicella. 2,4
German measles (Rubela)
9
Virus rubella dapat diperoleh secara kongenital. Virus dapat ditemukan pada sekresi
nasofaring sekitar 50-60% bayi yang berumur 3 bulan dan sekitar 10% dari bayi yang
berumur 9-12 bulan. Pada penyakit ini tidak ada fase prodomal, bercak koplik, tetapi ada
pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
Ruam mulai dari wajah dan menyebar ke tubuh; ruam ini berlangsung 3 hari. Ruam ini terdiri
dari bintik-bintik merah tersendiri pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna
kemerahan dan meluas pada rongga belakang mulut. 3,4
Eksantema subitum.
Roseola sering terjadi pada umur 6-18 bulan; sangat jarang terjadi pada bayi berumur
kurang dari 6 bulan karena dalam tubuh bayi masih ada antibodi maternal yang didapat dari
ibu pada saat berada dalam kandungan. Penyakit ini adalah penyakit infeksi virus yang
menyebabkan ruam pada kulit. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Demam
turun dengan kiris pada hati ke 3-4. Ketika suhu kembali normal, erupsi makular atau
makulopapular tampak diseluruh tubuh, mulai pada badan menyebar ke lengan dan leher
melibatkan muka dan kaki sampai beberapa tingkat. Ruam menghilang dalam 3 hari.
Deskuamasi jarang dan biasanya tidak ada pigmentasi. Roseola infantum (eksantema
subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam
menghilang. 4,5
Varicella
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah (gejala prodromal). Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit
yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di kulit kepala, muka atau batang tubuh
lalu menyebar ke extremitas. Ruam ini terbatas kurang dari 10 lesi. Kemerahan pada kulit ini
lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin
terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan
maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). 4
8. Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat.
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang
10
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi
apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, obat batuk, pilek, dan vitamin A 100.000 Unit
untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin
A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan
morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau
adanya komplikasi. 3
Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya
bersifat symtomatik, yaitu : memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi,
edativum dan obat batuk. Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis
tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis. 3
9. Pencegahan
Pencegahan Tingkat Awal (Premordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam
tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan
memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. 6
Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu : 6
o Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi
campak untuk semua bayi.
o Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin
biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi/campuran dengan gondongan dan campak
Jerman (vaksin MMR/mumps/gondongan, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau
lengan atas. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua
diberikan pada usia 4-6 tahun. Jika hanya mengandung campak, vaksin campak untuk bayi
diberikan pada usia 9 bulan. 3-6
11
Imunisasi Aktif
Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin campak
dengan dosis 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan. Imunisasi
ulangan diberikan pada usia 4-6 tahun melalui program BIAS. 6
Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Indikasi :
Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi, kontak
dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.
Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai
resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus
diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu
vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3
bulan setelah pemberian imunoglobulin. 3,6
Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat , 0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV,
maksimal 15 ml/dose IM. 6
Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan
membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu : 6
o Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau
darah.
o Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah
selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada
stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash
yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.
o Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan
bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
12
o Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak
yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis
yang reversibel.
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu : 6
o Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
o Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat
terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.
Kesimpulan
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 4 stadium yaitu
stadium inkubasi, stadium prodromal, stadium erupsi dan konvalesen. Gejala awal yang
ditemui berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-bintik kecil dengan bagian
tengah berwarna putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak
koplik). Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet
dari penderita. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 1-2 hari sebelum timbulnya
ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan gejala-
gejala yang terdapat dalam kasus dapat didiagnosa bahwa anak tersebut terkena penyakit
campak. Hal yang paling membedakannya dengan varicella, roseola dan rubella adalah
selang waktu antara timbul panas dengan ruam kemerahan, letak penyebaran ruam
kemerahan dan bentuk ruam kemerahannya.
Daftar Pustaka
1. Burnside, McGlynn. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC; 2002. h. 21-6.2. Setiawan IM. Penyakit campak. Jakarta: CV Sagung Seto; 2008. h. 91-158.3. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Esensi Pediatri Nelson. Ed. 4. Jakarta: EGC;
2010. h. 486-91.4. Cherry JD. Penyakit infeksi pada anak. Ed. 5. Jakarta: EGC; 2004. h. 103-17.5. Soegijanto S, Sumarmo S, Soedarmo P. Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan
penyakit tropis. Edisi 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002; 128-32.6. Feigin. Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Ed 5. Jakarta: EGC; 2004. h. 206-
13
13.
14