CA Nasofaring

20
CA NASOFARING A. KONSEP 1. Definisi Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146) Karsinoma nasofaring merupakan sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel epitelial-batas permukaan badan internal dan external sel di daerah nasofaring. (American Cancer Society, 2011) Karsinoma nasofaring merupakan penyakit keganasan (kanker) sel yang terbentuk di jaringan nasofaring, yang merupakan bagian atas pharynx (tengorokan), di belakang hidung. Pharynx merupakan sebuah lembah yang berbentuk tabung dengan panjang 5 inchi dimulai dari belakang hidung dan berakhir di atas trakea dan esofagus. Udara dan makanan melawati pharynx. Karsinoma nasofaring paling sering bermula pada sel skuamos yang melapisi nasofaring. (National Cancer Institute, 2011). Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari epitel nasofaring. Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller dan dapat meluas ke hidung, tenggorok, serta dasar tengkorak. (Munir, 2010)

description

oke

Transcript of CA Nasofaring

Page 1: CA Nasofaring

CA NASOFARING

A.      KONSEP

1.         Definisi

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan

predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor

ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001

hal 146)

Karsinoma nasofaring merupakan sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel epitelial-

batas permukaan badan internal dan external sel di daerah nasofaring. (American Cancer Society,

2011)

Karsinoma nasofaring merupakan penyakit keganasan (kanker) sel yang terbentuk di

jaringan nasofaring, yang merupakan bagian atas pharynx (tengorokan), di belakang hidung.

Pharynx merupakan sebuah lembah yang berbentuk tabung dengan panjang 5 inchi dimulai dari

belakang hidung dan berakhir di atas trakea dan esofagus. Udara dan makanan melawati

pharynx. Karsinoma nasofaring paling sering bermula pada sel skuamos yang melapisi

nasofaring. (National Cancer Institute, 2011).

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas karsinoma berasal dari epitel nasofaring.

Biasanya tumor ganas ini tumbuh dari fossa rosenmuller dan dapat meluas ke hidung, tenggorok,

serta dasar tengkorak. (Munir, 2010)

2.         Etiologi

a.         Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)

b.        Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine

c.         Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll)

d.        Sering kontak dengan Zat karsinogen (benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap industri,

asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).

e.         Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)

f.         Radang kronis nasofaring

g.        Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.

h.        Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.

Page 2: CA Nasofaring

3.         Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada kanker nasofaring  adalah :

a.         Epiktasis : sekitar 70% pasien mengalami gejala ini, diantaranya 23,2 % pasien datang berobat

dengan gejala awal ini. Sewaktu menghisap dengan kuat sekret  dari rongga hidung atau

nasofaring, bagian dorsal palatum mole bergesekan dengan permukaan tumor, sehingga

pembuluh darah di permukaan tumor robek dan menimbulkan epiktasis. Yang ringan timbul

epiktasis, yang berat dapat timbul hemoragi nasal masif.

b.        Hidung tersumbat : sering hanya sebelah dan secara progesif bertambah hebat. Ini disebabkan

tumor menyumbat lubang hidung posterior.

c.         Tinitus dan pendengaran menurun : penyebabnya adalah  tumor di resesus faringeus dan di

dinding lateral nasofaring menginfiltrasi, menekan tuba eustaki, menyebabkan tekanan negatif di

dalam kavum timpani, hingga terjadi otitis media transudatif. Bagi pasien dengan gejala ringan,

tindakan dilatasi tuba eustaki dapat meredakan sementara. Menurunnya kemampuan

pendengaran karena hambatan konduksi, umumnya disertai rasa penuh di dalam telinga.

d.        Sefalgia : kekhasannya adalah nyeri yang kontinyu di regio temporo parietal atau oksipital satu

sisi. Ini sering disebabkan desakan tumor, infiltrasi saraf cranial atau os basis kranial, juga

mungkin karena infeksi lokal atau iriasi pembuluh darah yang menyebabkan sefalgia reflektif.

e.         Rudapaksa saraf cranial : kanker nasofaring meninfiltrasi dan ekspansi direk ke superior, dapat

mendestruksi silang basis kranial, atau melalui saluran atau celah alami kranial masuk ke area

petrosfenoid dari fosa media intrakanial (temasuk foramen sfenotik, apeks petrosis os temporal,

foramen ovale, dan area sinus spongiosus) membuat saraf kranial III, IV, V dan VI rudapaksa,

manifestasinya berupa ptosis wajah  bagian atas, paralisis otot mata (temasuk paralisis saraf

abduksi tersendiri), neuralgia trigeminal atau nyeri area temporal akibat iritasi meningen

(sindrom fisura sfenoidal), bila terdapat juga rudapaksa saraf kranial II, disebut sindrom apeks

orbital atau petrosfenoid.

f.         Pembesaran kelenjar limfe leher : lokasi tipikal metastasisnya adalah kelenjar limfe kelompok

profunda superior koli, tapi karena kelompok kelenjar limfe tersebut permukaannya tertutup otot

sternokleidomastoid, dan benjolan tidak nyeri, maka pada mulanya sulit diketahui. Ada sebagian

pasien yang metastasis kelenjar limfenya perama kali muncul di regio untaian nervi aksesorius di

segitiga koli posterior.

Page 3: CA Nasofaring

g.        Gejala metastasis jauh : lokasi meatstasis paling sering ke tulang, paru, hati. Metastasi tulang

tersering ke pelvis, vertebra, iga dan keempat ekstremitas. Manifestasi metastasis tulang adalah

nyeri kontinyu dan nyeri tekan setempat, lokasi tetap dan tidak berubah-ubah dan secara bertahap

bertambah hebat. Pada fase ini tidak selalu terdapat perubahan pada foto sinar X, bone-scan

seluruh tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis hati, paru dapat sangat tersembunyi, kadang

ditemukan ketika dilakukan tindak lanjut rutin dengan rongsen thorax, pemeriksaan hati dengan

CT atau USG. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 147 -148).

 

4.         Patofisiologi

Infeksi virus Epstein Barr dapat menginfeksi sel epitel dan berhubungan dengan transformasi

ganas yang dapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai

adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring. Pada penderita ini

sel yang teerinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu yang berfungsi untuk proses

poliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus didalam sel host. Protein laten ini dapat

dipakai sebagai pertanda dalam mendiagnosa karsinoma nasofaring. Karsinoma nasofaring

merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi

permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai pada salah satu dinding nasofaring yang

kemudian akan menginfiltrasi kelenjar dan jaringan sekitarnya. Penyebaran ke jaringan dan

kelenjar limfa sekitarnya kemudian terjadi perlahan. Jika terjadi Penyebarannya keatas tumor

meluas ke intracranial menjalar sepanjang fossa medialis disebut penjalaran petrosfenoid,

biasanya melalui foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus dan fossa kraniimedia dan

fossa kranii anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N.I-N.VI) kumpulan gejala yang

terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis tumor ini disebut sindrom

petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan neuralgia trigeminal. Jika

penyebaran ke belakang tumor meluas ke belakang secara ekstrakranial menembus fascia

pharyngobasilaris yaitu sepanjang fossa posterior dimana di dalamnya terdapat nervus cranial

IX-XII disebut penjalaran retroparotidian. Yang terkena adalah grup posterior dari saraf otak

yaitu N.VII-N.XII

  5.    Pathway

Karsinoma nasofaringVirus Eistein Bar

Page 4: CA Nasofaring

   Makanan yang diawetkan (ikan asin)

   Faktor lingkungan, iritasi menahun

   Sering kontak dgn karsinogen

   Radang kronis nasofaring

Pertumbuhan sel abnormaPerub. Membran mukosaKonstipasi/diareKekeringan kel.

rambut

alopeniaGangguan konsep diri: HDR

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Mual muntah

Kekeringan mukosa

Iritasi mukosa GI

Gejala hidung

Hidung tersumbat

epistaksis

pilekGejala mata

mata kabur

diplopia

Hilang

Page 5: CA Nasofaring

pendengaranGejala

pendengaran

Pembesaran kel. limfe

Gejala tumor lainnya

Penekanan jar. Syaraf o/ sel2 kanker

Gangguan rasa nyaman nyeri

Gejala saraf

Nyeri kepala

Susah menelan

Perubahan persepsi sensori

Post radioterapiradiasi

Page 6: CA Nasofaring

6.         Pemeriksaan Penunjang

a.         Nasofaringoskopi

1)        tanpa menggunakan kateter

menggunakan kaca dan lampu khusus untuk menilai nasofaring dan area yang dekat sekitarnya.

Pada pasien dewasa yang tidak sensitif, pemeriksaan ini dapat dilakukan. Tumor yang tumbuh

eksofitik dan sudah agak besar akan dapat tampak dengan mudah.

2)        menggunakan kateter

menggunakan sebuah fibreoptic scope (lentur, menerangi, tabung sempit yang dimasukkan ke

rongga hidung atau mulut) untuk menilai secara langsung lapisan nasofaring. Dua buah kateter

dimasukkan masing-masing kedalam rongga hidung kanan dan kiri, setelah tampak di orofaring,

ujung katater tersebut dijepit dengan pinset dan ditarik keluar selanjutnya disatukan dengan

masing-masing ujung kateter yang lainnya.

b.        Biopsi nasofaring yaitu Penghapusan sel atau jaringan  sehingga dapat dilihat dibawah

mikroskop oleh patologi untuk memastikan tanda-tanda kanker

c.         Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga

tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan. Memastikan luas lesi,memonitor kondisi

remisi tumor pasca terapi dan pemeriksaan tindak lanjut

d.        Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.

1)        Titer antibodi (Viral Capsid Antigens-Imunoglobulin A) VCA-IgA >= 1:80;

2)        Dari penelitian pemeriksaan VCA-IgA, (Early Antigen-Imunoglobulin) EA-IgA dan EBV-

DNAseAb, dua diantara tiga indikator tersebut positif.

3)        Dari tiga indikator pemeriksaan diatas, salah satu menunjukkan titer yang tinggi kontinu atau

terus meningkat.

e.         Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.

(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).

7.         Penatalaksanaan

a.         Radioterapi

Hal yang perlu dipersiapkan adalah keadaan umum pasien baik, hygiene mulut, bila

ada infeksi mulut diperbaiki dulu. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat

berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau

timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih

Page 7: CA Nasofaring

dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin, faktor

transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.

b.        Kemoterapi

Kemoterapi meliputi kemoterapi neodjuvan, kemoterapi adjuvan dan

kemoradioterapi konkomitan.

c.         Operasi pembedahan

Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca

radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan

bersih.

 

B.       PROSES KEPERAWATAN

1.         Pengkajian

a.       Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker

payudara

b.      Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.

c.       Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan

yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).

d.      Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan

hidup. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146)

e.       Pemeriksaan Fisik

1)         Aktivitas

Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

2)         Sirkulasi

Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah,

epistaksis/perdarahan hidung.

3)         Integritas ego

Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak

berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.

4)         Eliminasi

Page 8: CA Nasofaring

Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus,

distensi abdomen.

5)         Makanan/cairan

Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa

kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor

kulit.

6)         Neurosensori

Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus

7)         Nyeri/kenyamanan

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena

fibrosis jaringan akibat penyinaran

8)         Pernapasan

Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan

9)         Keamanan

Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam

kulit.

10)     Seksualitas

Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.

11)     Interaksi sosial

Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung

(Doenges, 2000)

2.         Diagnosa Keperawatan

a.       Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).

b.      Gangguan sensori persepsi (pendengaran) berubungan dengan gangguan status organ sekunder

metastase tumor

c.       Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

yang kurang.

d.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi.

Page 9: CA Nasofaring

e.       Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit, pengobatan

penyakit.

 

Page 10: CA Nasofaring

3.         Rencana Keperawatan

1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).

Tujuan             : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil :

     Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri

     Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal

pada AKS

Intervensi Rasional

Mandiri

1.      Tentukan riwayat nyeri misalnya

lokasi, frekuensi, durasi

2.      Berikan tindakan  kenyamanan dasar

(reposisi, gosok punggung) dan

aktivitas hiburan.

3.      Dorong  penggunaan ketrampilan

manajemen nyeri (teknik relaksasi,

visualisasi, bimbingan imajinasi)

musik, sentuhan terapeutik.

4.      Evaluasi penghilangan nyeri atau 

control

Kolaborasi

1.      Berikan analgesik sesuai indikasi

misalnya Morfin, metadon atau

campuran narkotik

1.   Informasi memberikan data dasar untuk

mengevaluasi kebutuhan/ keefektivan

intervensi

2.   Meningkatkan relaksasi dan membantu

memfokuskan kembali perhatian

3.   Memungkinkan pasien untuk

berpartisipasi secara aktif dan

meningkatkan rasa control

4.   Kontrol nyeri maksimum dengan

pengaruh minimum pada AKS

1.   Nyeri adalah komplikasi sering dari

kanker, meskipun respon individual

berbeda. Saat perubahan penyakit atau

pengobatan terjadi, penilaian dosis dan

pemberian akan diperlukan

2.      Gangguan  sensori  persepsi (pendengaran) berubungan dengan gangguan status

organ sekunder metastase tumor

Page 11: CA Nasofaring

Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi.

Kriteria Hasil : mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan.

Intervensi Rasional

1.      Tentukan ketajaman pendengaran,

apakah satu atau dua telinga terlibat .

2.      Orientasikan pasien terhadap

lingkungan.

3.      Observasi tanda-tanda dan gejala

disorientasi.

1.   Mengetahui perubahan dari hal-hal

yang merupakan kebiasaan pasien .

2.   Lingkungan yang nyaman dapat

membantu meningkatkan proses

penyembuhan.

3.   Mengetahui faktor penyebab gangguan

persepsi sensori  yang lain dialami dan

dirasakan pasien.

3.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

       Berat badan dan tinggi badan ideal.

       Pasien mematuhi dietnya.

       Kadar gula darah dalam batas normal.

       Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Intervensi Rasional

1.      Kaji status nutrisi dan kebiasaan

makan.

2.      Anjurkan pasien untuk mematuhi diet

yang telah diprogramkan.

3.      Timbang berat badan setiap seminggu

sekali.

1.   Untuk mengetahui tentang keadaan dan

kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat

diberikan tindakan dan pengaturan diet

yang adekuat.

2.   Kepatuhan terhadap diet dapat

mencegah komplikasi terjadinya

hipoglikemia/hiperglikemia.

3.   Mengetahui perkembangan berat badan

pasien (berat badan merupakan salah

Page 12: CA Nasofaring

4.      Identifikasi perubahan pola makan.

satu indikasi untuk menentukan diet).

4.   Mengetahui apakah pasien telah

melaksanakan program diet yang

ditetapkan.

4.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

Kriteria Hasil :

      Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya

dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

      Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh.

Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat pengetahuan

pasien/keluarga tentang penyakit DM

dan Ca. Nasofaring

2.      Kaji latar belakang pendidikan pasien.

3.      Jelaskan tentang proses penyakit, diet,

perawatan dan pengobatan pada

pasien dengan bahasa dan kata-kata

yang mudah dimengerti.

4.      Jelasakan prosedur yang kan

dilakukan, manfaatnya bagi pasien

dan libatkan pasien didalamnya.

5.      Gambar-gambar dalam memberikan

1.   Untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan yang diketahui

pasien/keluarga.

2.   Agar perawat dapat memberikan

penjelasan dengan menggunakan kata-

kata dan kalimat yang dapat dimengerti

pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

3.   Agar informasi dapat diterima dengan

mudah dan tepat sehingga tidak

menimbulkan kesalahpahaman.

4.   Agar pasien lebih kooperatif dan

cemasnya berkurang.

5.   Gambar-gambar dapat membantu

Page 13: CA Nasofaring

penjelasan (jika ada / memungkinkan). mengingat penjelasan yang telah

diberikan.

5.      Harga diri Rendah berhubungan dengan perubahan perkembangan penyakit,

pengobatan penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam klien menerima keadaan dirinya

Kriteria Hasil :

      Menjaga postur yang terbuka

      Menjaga kontak mata

      Komunikasi terbuka

      Menghormati orang lain

      Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok

      Menerima kritik yang konstruktif

      Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok social.

Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat kecemasan yang dialami

oleh pasien.

2.      Beri kesempatan pada pasien untuk

mengungkapkan rasa cemasnya.

3.      Gunakan komunikasi terapeutik.

4.      Beri informasi yang akurat tentang

proses penyakit dan anjurkan pasien

untuk ikut serta dalam tindakan

keperawatan.

1.      Untuk menentukan tingkat kecemasan

yang dialami pasien sehingga perawat

bisa memberikan intervensi yang cepat

dan tepat.

2.      Dapat meringankan beban pikiran

pasien.

3.      Agar terbina rasa saling percaya antar

perawat-pasien sehingga pasien

kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4.      Informasi yang akurat tentang

penyakitnya dan keikutsertaan pasien

dalam melakukan tindakan dapat

mengurangi beban pikiran pasien.

5.      Sikap positif dari timkesehatan akan

Page 14: CA Nasofaring

5.      Berikan keyakinan pada pasien bahwa

perawat, dokter, dan tim kesehatan

lain selalu berusaha memberikan

pertolongan yang terbaik dan

seoptimal mungkin.

6.      Berikan kesempatan pada keluarga

untuk mendampingi pasien secara

bergantian.

7.      Ciptakan lingkungan yang tenang dan

nyaman.

membantu menurunkan kecemasan

yang dirasakan pasien.

6.      Pasien akan merasa lebih tenang bila

ada anggota keluarga yang menunggu.

7.      Lingkung yang tenang dan nyaman

dapat membantu mengurangi rasa

cemas