CA Nasofaring Kel 5

25
Makalah Keperawatan Medikal Bedah Tentang CA Nasofaring Disusun oleh: Dwi andrianti Fitra aprilia Ghamal fahrozi Nofryan reza p. Puji susanti Rosa evilina Shine intan sari Stikes Dian Husada mojokerto Program studi DIII Keperawatan

description

ca nasofaring

Transcript of CA Nasofaring Kel 5

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

Tentang CA Nasofaring

Disusun oleh:

Dwi andrianti

Fitra aprilia

Ghamal fahrozi

Nofryan reza p.

Puji susanti

Rosa evilina

Shine intan sari

Stikes Dian Husada mojokerto

Program studi DIII Keperawatan

2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Penulisan Makalah Keperawatan Medikal Bedah dengan Penyakit Ca Nasofaring ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Adapun Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari Internet dan Buku bacaan yang ada kaitannya dengan Makalah yang kami buat dalam penyusunan Makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua kami, Guru kami, dan Teman-teman kami. Yang telah membantu hingga selesainya Maklah ini.

Dalam penyusunan Makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan Kritik dan Saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini. Semoga Makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.

PenyusunBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Nasofaring atau Karsinoma Nasofaring merupakan Tumor ganas pada Nasofaring. Kanker nasofaring merupakan keganasan pada leher dan kepala yang terbanyak ditemukan di Indonesia (60 persen). Untuk mendiagnosis secara dini sangatlah sulit, karena tumor ini baru menimbulkan gejala pada stadium-stadium akhir. Gejala-gejala pada stadium awal penyakit ini sukar dibedakan dengan penyakit lainnya. Dimana letak dari tumor ini tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak di dasar tengkorak, dan sukar sekali dilihat jika bukan dengan ahlinya. Presentase untuk bertahan hidup dalam 5 tahun juga terlihat mencolok, hal ini dilihat dari stadium I (76 %), stadium II (50 %), stadium III (38 %) dan stadium lanjut atau IV (16,4%).

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi dari Ca. Nasofaring ?

1.2.2 Apa etiologi dari Ca. Nasofaring ?

1.2.3 Apa saja pembagian karsinoma nasofaring ?

1.2.4 Apa saja gejala klinis Ca. Nasofaring ?

1.2.5 Apa patofisiologi Ca. Nasofaring ?

1.2.6 Apa saja pemeriksaan fisik Ca. Nasofaring ?

1.2.7 Apa saja askep teori Ca. Nasofaring ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa definisi Ca. Nasofaring.

1.3.2 Untuk mengetahui apa etiologi Ca. Nasofaring.

1.3.3 Untuk mengetahui apa saja pembagian karsinoma nasofaring.

1.3.4 Untuk mengetahui gejala klinik.

1.3.5 Untuk mengetahui patofisiologi Ca. Nasofaring.

1.3.6 Untuk dapat mempelajari pemeriksaan fisik.

1.3.7 Untuk dapat mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan teori.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi

Ca Nasofaring atau Karsinoma Nasofaring adalah Tumor Ganas yang tumbuh di daerah Nasofaring dengan predileksi di Fosa Rossenmuller dan atap Nasofaring. Merupakan Tumor daerah Kepala dan leher yang terbanyak di temukan di Indonesia. Diagnosis dini cukup sulit karena letaknya yang tersembunyi dan berhubungan dengan banyak daerah vital. (Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1.Edisi ke3).Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar kien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut. Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia / umur rata-rata 30 50 th.Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berlokasi di daerah faring. Hampir 60% tumor ganas pada daerah kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring.2.2 EtiologiPenyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada 5 faktor yang mempengaruhi yakni :

1. Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa atau ras mongolid).

2. Faktor virus epstein-barr. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada penderita karsinoma nasofaring didapatkan titer anti virus epstein-barr cukup tinggi.3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll).

4. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.

5. Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.

Ada juga yang mengatakan faktor yang mempengaruhi timbulnya karsinoma nasofaring adalah letak geografi, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan hidup, budaya, sosial - ekonomi, infeksi kuman dan parasit lain.

2.3 Pembagian Karsinoma Nasofaring

Menurut Histopatologi :

Well differentiated epidermoid carcinoma.

Keratinizing

Non Keratinizing.

Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma

Transitional

Lymphoepithelioma.

Adenocystic carcinoma

Menurut bentuk dan cara tumbuh : Ulseratif

Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.

Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor)

Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)

Tipe WHO 1

Karsinoma sel skuamosa (KSS)

Deferensiasi baik sampai sedang.

Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).

Tipe WHO 2

Karsinoma non keratinisasi (KNK).

Paling banyak pariasinya.

Menyerupai karsinoma transisional

Tipe WHO 3

Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).

Seperti limfoepitelioma,Karsinoma anaplastik,Clear Cell Carsinoma, varian sel spindel.

Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.

IndonesiaCina

Tipe WHO129%

35%

214%

23%

357%

42%

Klasifikasi TNM

Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :

T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring

T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.

T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.

T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.

N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil, soliter dan

berukuran kurang/sama dengan 3 cm.

N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari

3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran besar kurang dari 6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.

N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.

M0 = Tidak ada metastasis jauh.

M1 = Didapatkan metastasis jauh. Penentuan Stadium

Stadium IT1N0M0

Stadium IIT2N0M0

Stadium IIIT3N0M0

T1 3N1M0

Stadium IVT4N0 1M0

Semua TN2 3M0

Semua TSemua NM1 Lokasi :

1. Fossa Rosenmulleri.

2. Sekitar tuba Eustachius.

3. Dinding belakang nasofaring.

4. Atap nasofaring.

2.4. Gejala Klinik1. Gejala Setempat :

Gejala Hidung :

Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik.

Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau.

Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang.

Dapat juga hanya berupa riak campur darah.

Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik Gejala Telinga :

Kurang, pendengaran.

Tinitus

OMP.

2. Gejala karena tumbuh dan menyebarnya tumor

Merupakan gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif dan metastasis.

Ekspansif

Ke muka, tumor tumbuh ke depan mengisi nasofaring dan menutuk koane sehingga timbul gejala obstruksi nasi/hidung buntu.

Ke bawah, tumor mendesak palatum mole sehingga terjadi bombans palatum mole sehingga timbul gangguan menelan/sesak.

Infiltratif

Ke atas :

Melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka terkena dura dan timbul sefalgia/sakit kepala hebat, Kemudian akan terkena N VI, timbul diplopia, strabismus. Bila terkena N V, terjadi Trigeminal neuralgi dengan gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang atas, rahang bawah dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.

Ke samping :

Masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX dan X : Terjadi Paresis palatum mole, faring dan laring dengan gejala regurgitasi makan-minum ke kavum nasi, rinolalia aperta dan suara parau.

Menekan N XI : Gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan otot trapezius.

Menekan N XII : Terjadi Deviasi lidah ke samping/gangguan menelan3. Gejala karena metastasis melalui aliran getah bening:

Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung planum mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung bagian atas muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan bilateral. Pembesaran ini di sebut tumor colli.

4. Gejala karena metastasis melalui aliran darah:

Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan sebagainya. Gejala di atas dapat dibedakan antara :

1. Gejala Dini : Merupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh dalam batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang disebabkan oleh tumor primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala telinga seperti di atas).2. Gejala Lanjut : Merupakan gejala yang dapat timbul oleh karena tumor telah tumbuh melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis ataupun infiltrasi dari tumor.

2.5 PatofisiologiGangguan pertumbuhan sekunder / sel epitel nasopharing

Telinga

Pendengaran berkurang

(Perubahan sensori persepsi pendengaran

Hidung

Pilek kronis

(Sakit kepala/pusing

Hidung buntu (terasa)

(Bersihan jalan nafas tidak efektif

2.6 Pemeriksaan Fisik Inspeksi: Wajah, mata, rongga mulut dan leher.

Pemeriksaan THT:

Otoskopi: Liang telinga, membran timpani.

Rinoskopia anterior :

Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.

Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif. Rinoskopia posterior :

Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.

Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.

Faringoskopi dan laringoskopi :

Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring, reflek muntah dapat menghilang.

X foto: tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan

Pemeriksaan tambahan

Biopsi :

Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai. Dilakukan dengan anestesi lokal.

Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior.

Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali.

Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum.

Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan umum kurang baik.

Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis.

2.7 Asuhan Keperawatan Teori

1. Pengkajian

1.1 Aktivitas/istirahat

Gejala:

Kelemahan dan / atau kelelahan.

Perubahan pada pola istirahat / jam tidur karena keringat berlegih, nyeri atau ansietas.

1.2 Integritas Ego :

Gejala:

Faktor stress (perubahan peran atau keuangan).

Cara mengatasi stress (keyakinan/religius).

Perubahan penampilan.

1.3 Makanan/cairan

Gejala:

Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)

1.4 Neurosensori

Gejala: Pusing atau sinkope

1.5 Pernafasan

Gejala: Pemajanan bahan aditif

1.6 Interaksi sosial

Gejala: Kelemahan sistem pendukung

1.7 Pembelajaran

Gejala: Riwayat kanker pada keluarga

2. Diagnosa Keperawatan1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.2. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

3. Intervensi Dx. 1 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

- Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

- Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.

3. Istirahat cukup.- Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

3. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

- Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

- Rasional : Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

Dx. 2 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

- Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.

- Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

- Rencana Tindakan :

2. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).

Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

Dx. 3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

- Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

- Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

2. Pasien mematuhi dietnya.

3. Kadar gula darah dalam batas normal.

4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

- Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

3 Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).

4 Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

Evaluasi

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.

2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.

3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB III

PENUTUPA. KesimpulanCa nasofaring atau karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dan berasal dari jaringan epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.

Penyebab karsinoma nasofaring: 1. Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa atau ras mongolid).

2. Faktor virus epstein-barr. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada penderita karsinoma nasofaring didapatkan titer anti virus epstein-barr cukup tinggi.

3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll).

4. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.

5. Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.

B. SaranPada saat kita bekeerja pada linkungan yang berpolusi tinggi sebaiknya menggunakan masker atau alat penutup hidung lainnya agar terhindar dari efek polusi yang tinggi. Kita juga harus mengurangi atau menghirdari pengkonsumsian alcohol dan rokok karena sangat berbahaya efeknya bagi tubuh kita. Daftar pustaka

1. Arif, mansjoer. 2000. kapita selekta kedokteran. Media aesculapius: jakarta2. Carpenito, lynda juall. 1998. Diagnosa keperawatan. EGC: jakarta 3. .Swearingen. Keperawatan Medikal Bedah Edisi II. 2001.EGC.

4. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Penerbit SalembaMedia.