LP CA Nasofaring

21
LAPORAN PENDAHULUAN RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Tgl: Nilai Tgl: Nilai Rata-Rata Paraf CI Paraf Dosen Ca NASOFARING A. Pengertian Kanker nasofaring merupakan karsinoma sel skamosa yang mula-mula terlihat sebagai masa yang berulserasi dan emgerosi kanker nasofaring, menginvasi ke daerah tengkorak dan bermetastase ke nodus limfatikus dalam satadium dini. Sehingga sering terlihat sebagai benjolan metastasis di leher atau sebagai paralisis saraf otak tersendiri. Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring

Transcript of LP CA Nasofaring

Page 1: LP CA Nasofaring

LAPORAN PENDAHULUAN

RSUP

DR. HASAN

SADIKIN

BANDUNG

Tgl: Nilai Tgl: Nilai Rata-Rata

Paraf CI Paraf Dosen

Ca NASOFARING

A. Pengertian

Kanker nasofaring merupakan karsinoma sel skamosa yang mula-

mula terlihat sebagai masa yang berulserasi dan emgerosi kanker

nasofaring, menginvasi ke daerah tengkorak dan bermetastase ke nodus

limfatikus dalam satadium dini. Sehingga sering terlihat sebagai benjolan

metastasis di leher atau sebagai paralisis saraf otak tersendiri.

Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang

berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di

nasofaring. Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling

banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan

terlambat atau stadium lanjut.

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di

daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap

nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala

dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)

B. Etiologi

Penyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas.

Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian

epidemiologik dan eksperimental, ada 5 faktor yang mempengaruhi yakni :

1. Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).

2. Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)

Page 2: LP CA Nasofaring

3. Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik

misalnya asap rokok dll).

4. Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap,

alkohol dll.

5. Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.

Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :

1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.

2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.

3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance,

gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).

4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)

5. Radang kronis nasofaring

6. Profil HLA

C. Pa tofisiologi

Page 3: LP CA Nasofaring

D. Manifestasi Klinis

Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu

antara lain :

1. Gejala nasofaring

Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung.

2. Gangguan pada telinga

Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba

Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan

pada tuba eustachius seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga

sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)

3. Gangguan mata dan syaraf

Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui

foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga

dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan

motorik dan sensorik.

Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika

penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom

Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.

4. Metastasis ke kelenjar leher

Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus

sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit

mengkilat.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Nasofaringoskopi

2. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan

anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.

3. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui

keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan

ditemukan.

Page 4: LP CA Nasofaring

4. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui

infeksi virus E-B.

5. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.

(Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 148 - 149).

F. Penatalaksanaan Medis

1. Radioterapi merupakan pengobatan utama ditekankan pada

penggunaan megavolte dan pengaturan dengan komputer (4000-6000 R)

2. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher

(benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul

kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang

terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian

tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan

antivirus.

Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-

fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-

platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-

fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat

“RADIOSENSITIZER”.

G. Konsep Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, status marital, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk

RS, tanggal pengkajian, No Medrec, diagnosis dan alamat.

Identitas penanggung jawab yang meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan

alamat.

b. Riwayat kesehatan

Keluhan utama

Biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak,

kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu

menelan dan terdapat kekakuan dalam menelan.

Page 5: LP CA Nasofaring

Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat

di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses

perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja

memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien

menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan,

semua dijabarkan dalam bentuk PQRST.

Riwayat kesehatan dahulu

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang

ada hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau

gaya hidup, misalnya pada penderita Ca tonsil adanya kebiasaan

merokok, minum alkohol, terpapar zat-zat kimia, riwayat stomatitis

yang lama, oral hygiene yang jelek, dan yang lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang

sama dengan klien atau adanya penyakit keturunan yang

berhubungan dengan Ca Nasofaring

2. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda dan Gejala

1) Aktivitas

Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya

faktor-faktor yangmempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

2) Sirkulasi

Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan

tekanan darah, epistaksis/perdarahan hidung.

3) Integritas Ego

Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan,

menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan

kontrol, depresi, menarik diri, marah.

Page 6: LP CA Nasofaring

4) Eliminasi

Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan

eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.

5) Makanan/ Cairan

Kebiasaan diit buruk (rendah serat, aditif, bahan pengawet),

anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi

makanan,perubahan berat badan, kakeksia, perubahan

kelembaban/turgor kulit.

6) Neurosensori

Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus

7) Nyeri/ Kenyamanan

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia),

rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat

penyinaran

8) Pernafasan

Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang

merokok), pemajanan

9) Keamanan

Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari

lama / berlebihan, demam, ruam kulit

10) Seksualitas

Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada

tingkat kepuasan.

11) Interaksi Sosial

Ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Kaji tentang keadaan klien, kesadaran dan tanda-tanda vital.

2) Sistem respirasi

Jika Ca sudah membesar dan menyumbat jalan nafas maka klien

akan mengalami kesukaran bernafas, apalagi klien dilakukan

Trakheostomi, produksi sekret akan menumpuk dan

Page 7: LP CA Nasofaring

mengakibatkan jalan nafas tidak efektif dengan adanya

perubahan frekuensi nafas dan stridor.

3) Sistem cardiovaskuler

Ca nasofaring dengan pemasangan Trakheostomi dan produksi

sekret meningkat, bila dilakukan suction yang berlebihan dalam

satu waktu dapat merangsang reflek nerves sehingga

mengakibatkan bradikardi dan biasanya terjadi peningkatan JVP.

4) Sistem gastrointestinal

Dapat ditemukan adanya mukosa dan bibir kering, nafsu makan

menurun, penurunan berat badan. Jika Ca sudah menyumbat

saluran pencernaan dapat dilakukan tindakan Gastrostomy.

5) Sistem muskuloskeletal

Kekuatan otot mungkin penuh atau bisa juga terjadi kelemahan

dalam mobilisasi leher karena adanya pembengkakan bila Ca

sudah terlalu parah.

6) Sistem endokrin

Mungkin ditemukan adanya gangguan pada hormonal apabila

ada metastase pada kelenjar tiroid.

7) Sistem persyarafan

Biasanya ditemukan adanya gangguan pada nervus III, IV, dan

VI yaitu syaraf yang mempersyarafi otot-otot mata, nervus IX, X,

XI dan XII yang mempersyarafi glosofaringeal, vagus, asesorius

dan hipoglosus. Biasanya bila ada nyeri yang dirasakan klien

dapat merangsang pada sistem RAS di formatio retikularis

sehingga menyebabkan klien terjaga.

8) Sistem urinaria

Biasanya tidak ditemukan adanya masalah, bila ada metastase

ginjal, akan terjadi penurunan fungsi ginjal.

9) Sistem wicara dan pendengaran

Dapat terjadi gangguan pendengaran yang disebabkan adanya

sumbatan pada tuba eustacius sehingga menggangu saluran

Page 8: LP CA Nasofaring

pendengaran. Bila Ca sudah bermetastase pada pita suara,

maka klien tidak dapat berkomunikasi secara verbal.

10) Sistem integumen

Klien yang mendapat terapi radiasi atau kemoterapi akan terjadi

perubahan warna hiperpigmentasi pada area penyianaran.

11) Sistem reproduksi

Biasanya dengan adanya perasaan nyeri, maka dapat

menyebabkan gangguan pada sexualitas.

H. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf

2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ

sekunder metastase tumor

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual muntah sekunder kemoterapi radiasi

4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

sekunder imunosupresi

5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

imunologi, efek radiasi kemoterapi

6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek

samping agen kemoterapi radiasi

7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi:

kehilangan rambut

8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder

kemoterapi

9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem

hematopoetik

Page 9: LP CA Nasofaring

I. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi karingan saraf

Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri.

Intervensi :

a. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi

b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan

aktivitas hiburan.

c. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi,

visualisasi, bimbingan imajinasi) musik, sentuhan terapeutik.

d. Evaluasi penghilangan nyeri atau kontrol

e. Kolaborasi : berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin,

metadon atau campuran narkotik.

2. Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ

sekunder metastase tumor

Tujuan : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi

Kriteria hasil :

Mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan

Intervensi :

a. Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibat.

b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan

c. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi

d. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur

e. Bicara dengan gerak mulut yang jelas

f. Bicara pada sisi telinga yang sehat

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual muntah sekunder kemoterapi radiasi

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil :

a. Melaporkan penurunan mual dan insidens muntah

b. Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat

Page 10: LP CA Nasofaring

c. Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab

d. Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan

Intervensi :

a. Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan

kesukaan dan toleransi pasien

b. Berikan dorongan higiene oral yang sering

c. Berikan antiemetik, sedatif dan kortikosteroid yang diresepkan

d. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama dan setelah

pemberian obat, kaji masukan dan haluaran.

e. Pantau masukan makanan tiap hari.

f. Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri)

g. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori, kaya nutrien dengan

masukan cairan adekuat.

h. Kontrol faktor lingkungan (bau dan panadangan yang tidak sedap dan

kebisingan)

4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

sekunder imunosupresi

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan suhu normal dan tanda-tanda vital normal

b. Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi : edema setempat, eritema,

nyeri.

c. Menunjukkan bunyi nafas normal, melakukan nafas dalam untuk

menegah disfungsi dan infeksi respiratori

Intervensi :

a. Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi : Periksa tanda vital, pantau

jumlah SDP, tempat masuknya patogen, demam, menggigil,

perubahan respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa

perih saat berkemih

b. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik pada staf dan pengunjung,

batasi pengunjung yang mengalami infeksi.

c. Tekankan higiene personal

Page 11: LP CA Nasofaring

d. Pantau suhu

e. Kaji semua sistem (pernafasan, kulit, genitourinaria)

5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

imunologi, efek radiasi kemoterapi

Tujuan : integritas kulit tetap terjaga

Kriteria hasil :

Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma

pada area kulit yang sakit

Intervensi :

a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker

b. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan

c. Hindari menggosok atau menggaruk area

d. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep

apapun kecuali diijinkan dokter.

e. Hindarkan pakaian yang ketat pada aea tersebut

f. Oleskan vitamin A dan D pada area tersebut

g. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada

kemoterapi.

6. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral behubungan dengan efek

samping agen kemoterapi radiasi

Tujuan : tidak terjadi gangguan pada membran mukosa

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan mukosa oral yang bersih dan utuh

b. Tidak menunjukkan adanya ulserasi atau infeksi pada rongga mulut

c. Melaporkan tidak adanya nyeri, kesulitan menelan dan dehidrasi

Intervensi :

a. Kaji kesehatangigi dan hihiene oral secara periodik

b. Kaji rongga mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas

membran mukosa oral

c. Instruksikan mengenai perubahahn diet misalnya hindari makanan

panas atau pedas, anjurkan penggunaan sedotan, mencerna makanan

lembut atau diblender.

Page 12: LP CA Nasofaring

d. Pantau dan jelaskan tanda-tanda tentang superinfeksi oral

e. Mulai program higiene oral : gunakan pencuci mulut dari salin hangat,

larutan pelarut dari hidrogen peroksida, sikat dengan sikat gigi/benang

gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir.

7. Gangguan harga diri berhubugan dengan efek samping radioterapi:

kehilangan rambut

Tujuan : gangguan harga diri teratasi

Kriteria hasil :

Mengungkapkan perubahan gaya hidup tentang perasaan tidak berdaya,

putus asa

Intervensi :

a. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan

pengobatan tertentu

b. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker

c. Akui kesulitan yang mungkin di alami

d. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien/

orang terdekat

e. Beri dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes

diagnostik dan fase pengobatan

f. Gunakan sentuhan selama interaksi

8. Konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI sekunder

kemoterapi

Tujuan : gangguan defekasi tidak terjadi

Kriteria hasil :

Mempertahankan konsistensi atau pola defekasi umum

Intervensi :

a. Kaji bising usus, gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi.

b. Pantau masukan dna haluaran serta berat badan

c. Dorong masukan cairan adekuat, peningkatan serat diet, latihan

d. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak, makanan serat

tinggi, kafein tinggi.

Page 13: LP CA Nasofaring

e. Periksa infeksi bila tidak defekasi selama 3 hari atau distensi

abdomen.

f. Berikan cairan IV, agen antidiare, laksatif.

9. Resiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem

hematopoetik

Tujuan : perdarahan dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Tanda dan gejala perdarahan teridentifikasi

b. Tidak menunjukkan adanya darah feses, urin atau emesis

c. Tidak menunjukkan perdarahan gusi

Intervensi :

a. Kaji terhadap potensial perdarahan : pantau jumlah trombosit

b. Kaji terhadap perdarahan : petekhie, penurunan Hb Ht, perdarahan

dari orifisium tubuh

c. Instruksikan cara-cara meminimalkan perdarahan : gunakan sikat gigi

halus, hindari cairan pembilas mulut komersial, hindari makanan yang

sulit dikunyah

d. Lakukan tindakan meminimalkan perdarahan : hindari mengukur suhu

rektal, hindari suntikan IM, lembabkan bibir dengan petrolatum,

mempertahankan masukan cairan

e. Gunakan pelunak feses atau tingkatkan serat dalam diet.

Page 14: LP CA Nasofaring

Daftar Pustaka

1. Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi

8. EGC. Jakarta.

2. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I

Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

3. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;

2001

4. Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan

Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr

Soetom Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.

5. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.

Jakarta : EGC ; 1997

6. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.

8. Jakarta : EGC; 2001.

Page 15: LP CA Nasofaring

LAPORAN PENDAHULUAN

Ca. NASOFARING

OLEH:

RETNA RIZKIA KUSUMA NURDIAN

NPM. 214112048

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2012