Ca Nasofaring

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian karsinoma nasofaring termasuk jarang di populasi dunia, sekitar kurang dari satu per 100.000 penduduk per tahun, namun relatif tinggi di Cina Selatan, Asia Tenggara dan Afrika Utara. Perbandingan laki-laki dan perempuan 2,2:1. Karsinoma nasofaring lebih sering timbul pada ras Mongoloid. Insiden di Cina Selatan dan Asia Tenggara sekitar 20 sampai 40 per 100.000 jiwa per tahun, tertinggi di provinsi Guangdong dan wilayah Guangxi, Cina sebesar lebih dari 50 orang per 100.000 jiwa per tahun (Hendrawan Ariwibowo, 2013). Pada tahun 2002, tercatat 80.000 insiden karsinoma nasofaring di seluruh dunia dengan sekitar 50.000 kematian, yang menjadikan kanker paling sering nomor 3 di dunia dan kanker no 4 paling sering di Hong Kong. Di Cina karsinoma nasofaring meningkat setelah umur 20 tahun dan menurun setelah umur 40 tahun, rata-rata berumur 40 dan 50 tahun (Hendrawan Ariwibowo, 2013). Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara tumor ganas telinga hidung tenggorok di Indonesia, termasuk dalam lima 1

description

Ca Nasofaring

Transcript of Ca Nasofaring

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKejadian karsinoma nasofaring termasuk jarang di populasi dunia, sekitar kurang dari satu per 100.000 penduduk per tahun, namun relatif tinggi di Cina Selatan, Asia Tenggara dan Afrika Utara. Perbandingan laki-laki dan perempuan 2,2:1. Karsinoma nasofaring lebih sering timbul pada ras Mongoloid. Insiden di Cina Selatan dan Asia Tenggara sekitar 20 sampai 40 per 100.000 jiwa per tahun, tertinggi di provinsi Guangdong dan wilayah Guangxi, Cina sebesar lebih dari 50 orang per 100.000 jiwa per tahun (Hendrawan Ariwibowo, 2013).Pada tahun 2002, tercatat 80.000 insiden karsinoma nasofaring di seluruh dunia dengan sekitar 50.000 kematian, yang menjadikan kanker paling sering nomor 3 di dunia dan kanker no 4 paling sering di Hong Kong. Di Cina karsinoma nasofaring meningkat setelah umur 20 tahun dan menurun setelah umur 40 tahun, rata-rata berumur 40 dan 50 tahun (Hendrawan Ariwibowo, 2013).Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara tumor ganas telinga hidung tenggorok di Indonesia, termasuk dalam lima besar tumor ganas dengan frekuensi tertinggi, sedangkan di daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama. Survei Departemen Kesehatan pada tahun 1980 mendapatkan angka prevalensi karsinoma nasofaring 4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7.000 sampai 8.000 kasus per tahun di seluruh Indonesia (Hendrawan Ariwibowo, 2013).Data registrasi kanker di Indonesia berdasarkan histopatologi tahun 2003 menunjukkan bahwa karsinoma nasofaring menempati urutan pertama dari semua tumor ganas primer pada lakilaki dan urutan ke 8 pada perempuan. Karsinoma nasofaring paling sering di fossa Rosenmuller yang merupakan daerah transisional epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa (Hendrawan Ariwibowo, 2013).B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan karsinoma nasofaring?

b. Apa etiologi dari karsinoma nasofaring?

c. Apa tanda dan gejala dari karsinoma nasofaring?

d. Apa pengkajian karsinoma nasofaring?

e. Apa diagnosa keperawatan dari karsinoma nasofaring?

f. Apa asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan karsinoma nasofaring?

C. Tujuan

1. Tujuan UmumTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gangguan Ca Nasofaring yang ada didalam Sistem Respirasi.2. Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :a. Mengetahui definisi dari karsinoma nasofaringb. Mengetahui etiologi dari karsinoma nasofaringc. Mengetahui tanda dan gejala dari karsinoma nasofaringd. Mengetahui pengkajian dari karsinoma nasofaringe. Mengetahui diagnosa keperawatan dari karsinoma nasofaringf. Mengetahui asuhan keperawatan dari karsinoma nasofaringBAB II

PEMBAHASANA. DefinisiKarsinoma Nasofaring adalah suatu keganasan epitelial yang merupakan neoplasma dengan insiden tersering pada traktus aerodigestif bagian atas. KNF merupakan salah satu keganasan di Telinga Hidung Tenggorok (THT) yang banyak mendapatkan perhatian, karena angka kematiannya yang masih relatif tinggi. Secara global kira-kira 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian per tahun (Chan J.K.C. dkk., 2005).Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009).Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas di daerah kepala dan leher yang terbanyak di temukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring, kemudian di ikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah. Berdasarkan data Laboratorium Patologi Anatomik tumor ganas nasofaring sendiri selalu berada dalam kedudukan 5 besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit.B. Etiologi1. Kerentanan Genetik Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar karsinoma nasofaring.2. Infeksi Virus Eipstein-Barr Virus Epstein-Barr (EBV), juga disebut Human herpes virus 4 (HHV-4), adalah suatu virus dari keluarga herpes (yang termasuk Virus herpes simpleks dan Cytomegalovirus),yang merupakan salah satu virus-virus paling umum di dalam manusia. Banyak orang yang terkena infeksi EBV, yang sering asymptomatic tetapi biasanya penyakit akibat radang yang cepat menyebar. EBV dinamai menurut Mikhael Epstein dan Yvonne Barr, yang bersama-sama dengan Bert Achong, memukan virus tahun 1964.

EBV adalah suatu virus herpes yang replikat- replikat utamanya ada di beta-lymphocytes tetapi juga ada di dalam sel epitelium

kerongkongan dan saluran parotid. Penyebaran infeksi ini biasanya melalui air liur, dan masa inkubasinya adalah empat-delapan minggu. Untuk infeksi akut, antibodi heterophile yaitu dengan melekatkan eritrosit domba yang dihasilkan. Proses ini merupakan dasar pembentukan perpaduan getah Monospot cepat Antibodi kepada antigen kapsid viral (yaitu., VCA-IGG dan VCA-IgM) dihasilkan sedikit lebih cepat dari antobodi heterophile dan lebih spesifik untuk infeksi EBV. Viral VCA-IgG sebelumnya ada untuk infeksi akut dan penkembangan imunitas. Epstein Barr Virus ditularkan secara per oral, umumnya ditularkan melalui saliva, menginfeksi epitel nasofaring dan limfosit B. (16,17). Kegagalan imunitas spesifik EBV dapat memberikan peran pada patogenesis tumor yang berkaitan dengan EBV dan juga pada penderita immunodeficiencies tanpa manifestasi klinik.3. Faktor Lingkungan Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin, diantaranya dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel sulfat.4. Ikan Asin

Paparan non-viral yang paling konsisten dan berhubungan kuat dengan risiko karsinoma nasofaring adalah konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi dibanding yang tidak mengkonsumsi. Diet konsumsi ikan asin lebih dari tiga kali sebulan meningkatkan risiko karsinoma nasofaring.Potensi karsinogenik ikan asin didukung dengan penelitian pada tikus disebabkan proses pengawetan dengan garam tidak efisien sehingga terjadi akumulasi nitrosamin yang dikenal karsinogen pada hewan. Enam puluh dua persen pasien karsinoma nasofaring mengkonsumsi secara rutin makanan fermentasi yang diawetkan. Tingginya konsumsi nitrosamin dan nitrit dari daging, ikan dan sayuran yang berpengawet selama masa keci meningkatkan risiko karsinoma nasofaring.

Delapan puluh delapan persen penderita karsinoma nasofaring mempunyai riwayat konsumsi daging asap secara rutin.C. Patofisiologi

Virus Epsteinn-barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala, kanker nasofaring sebenarnya dipicu oleh zat nitrosamine yang ada dalam daging ikan asin. Zat ini mampu mengaktifkan virus Epsteinn-barr yang masuk ke dalam tubuh ikan asin, tetapi juga terdapat dalam makanan yang diawetkan seperti daging, sayuran dan difermentasi (asinan) serta tauco.Pathway

D. Manifestasi KlinisGejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :

1. Gejala nasofaring

Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung.

2. Gangguan pada telinga

Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan pada tuba eustachius seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)

3. Gangguan mata dan syaraf

Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.

Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.

4. Metastasis ke kelenjar leher

Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)E. PengkajianA. Identitas

Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status marital, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No Medrec, diagnosis dan alamat.

Identitas penanggung jawab yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

Keluhan utama

B. Riwayat kesehatan

Biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan dan terdapat kekakuan dalam menelan.

Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST.

Riwayat kesehatan dahulu

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup, misalnya pada penderita Ca tonsil adanya kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar zat-zat kimia, riwayat stomatitis yang lama, oral hygiene yang jelek, dan yang lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan genogram.

C. Pola aktivitas sehari-hari

D. Pemerikasaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi sistem tubuh secara menyeluruh dengan menggunakan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

1) Keadaan umum

Kaji tentang keadaan klien, kesadaran dan tanda-tanda vital.

2) Sistem respirasi

Jika Ca sudah membesar dan menyumbat jalan nafas maka klien akan mengalami kesukaran bernafas, apalagi klien dilakukan Trakheostomi, produksi sekret akan menumpuk dan mengakibatkan jalan nafas tidak efektif dengan adanya perubahan frekuensi nafas dan stridor.

3) Sistem kardiovaskuler

Ca nasofaring dengan pemasangan Trakheostomi dan produksi sekret meningkat, bila dilakukan suction yang berlebihan dalam satu waktu dapat merangsang reflek nerves sehingga mengakibatkan bradikardi dan biasanya terjadi peningkatan JVP.

4) Sistem gastrointestinal

Dapat ditemukan adanya mukosa dan bibir kering, nafsu makan menurun, penurunan berat badan. Jika Ca sudah menyumbat saluran pencernaan dapat dilakukan tindakan Gastrostomy.

5) Sistem muskuloskeletal

Kekuatan otot mungkin penuh atau bisa juga terjadi kelemahan dalam mobilisasi leher karena adanya pembengkakan bila Ca sudah terlalu parah.

6) Sistem endokrin

Mungkin ditemukan adanya gangguan pada hormonal apabila ada metastase pada kelenjar tiroid.

7) Sistem persyarafan

Biasanya ditemukan adanya gangguan pada nervus III, IV, dan VI yaitu syaraf yang mempersyarafi otot-otot mata, nervus IX, X, XI dan XII yang mempersyarafi glosofaringeal, vagus, asesorius dan hipoglosus. Biasanya bila ada nyeri yang dirasakan klien dapat merangsang pada sistem RAS di formatio retikularis sehingga menyebabkan klien terjaga.8) Sistem urinaria

Biasanya tidak ditemukan adanya masalah, bila ada metastase ginjal, akan terjadi penurunan fungsi ginjal.

9) Sistem wicara dan pendengaran

Dapat terjadi gangguan pendengaran yang disebabkan adanya sumbatan pada tuba eustacius sehingga menggangu saluran pendengaran. Bila Ca sudah bermetastase pada pita suara, maka klien tidak dapat berkomunikasi secara verbal.

10) Sistem integumen

Klien yang mendapat terapi radiasi atau kemoterapi akan terjadi perubahan warna hiperpigmentasi pada area penyianaran.

11) Sistem reproduksi

Biasanya dengan adanya perasaan nyeri, maka dapat menyebabkan gangguan pada sexualitas.

E. Data psikologis

Ca tonsil dengan pemasangan Trakheostomy dan atau Gastrostomy akan menimbulkan perasaan denial, timbulnya perasaan rendah hati, dengan ditemukan data klien lebih suka diam dan menarik diri.

F. Data spiritual

Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.

G. Data sosial

Biasanya didapatkan interaksi klien dengan lingkungannya menjadi menurun dikarenakan adanya penyakit yang diderita klien.

H. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan radiologis, soft tissue leher AP lateral.

Pemeriksaan CT Svan leher untuk determinasi klinis ukuran danekstensi tumor.

Thorax foto untuk melihat ada tidaknya metastase ke paru-paru.

PA untuk mengetahui jenis keganasan.

Laboratorium darah lengkap.

Pemeriksaan biopsi.

Pembedahan

Radiasi

Chemoterapy

I. Program dan rencana pengobatanF. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhuubungan dengan terdapatnya akumulasi sekret yang banyak dan mengental.

b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan.

c. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan radiasi atau agen kemoterapi, pembentukan oedema.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan.

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktifitas

G. Intervensi Keperawatan

Diagnosa KeperawatanRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektifberhubungan dengan: Kehilangan fungsi silia jalan nafas

Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.

Meningkatnya tahanan jalan nafas NOC:Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).

NIC : Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning. Berikan O2 sesuai advis dokter Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan: O2, Suction, Inhalasi.

Nyeriberhubungan dengan metastase kanker, insisi bedah.DS:KelelahanTakut untuk injuri ulangDO: Gangguan aktifitasAnoreksiaPerubahan pola tidur-Respon simpatis (suhu dingin, perubahan posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat badan)

NOC: Comfort level Pain control Pain levelSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama . nyeri kronis pasien berkurang dengan kriteria hasil: Tidak ada gangguan tidur Tidak ada gangguan konsentrasi Tidak ada gangguan hubungan interpersonal Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal Tidak ada tegangan ototNIC :Pain ManajemenMonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuatJelaskan pada pasien penyebab nyeri Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)

Kerusakan integritas kulitberhubungan dengan:EksternalRadiasi-Perubahan status cairan (edema)DO:Gangguan pada bagian tubuh Kerusakan lapisa kulit (dermis)Gangguan permukaan kulit (epidermis)

NOC:Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesWound Healing : primer dan sekunderSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil: Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Perfusi jaringan baikMampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC:Pressure Management Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan pada tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan :Ketidakmampuan untuk menelan.

NOC:a.Nutritional status: Adequacy of nutrientb.Nutritional Status : food and Fluid Intakec.Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama.nutrisi kurang teratasi dengan indikator:Albumin serumPre albumin serumHematokritHemoglobinTotal iron binding capacityJumlah limfositNIC : Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatandan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Defisit perawatan diriBerhubungan dengan : keterbatasan aktivitasDO :ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

NOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil:Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLsDapat melakukan ADLS dengan bantuan

NIC :Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanKarsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara tumor ganas telinga hidung tenggorok di Indonesia, termasuk dalam lima besar tumor ganas dengan frekuensi tertinggi, sedangkan di daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama.B. Saran

Bagi para medis khususnya para mahasiswa untuk lebih banyak belajar, membaca buku dan mencari bahan dari sumber lain. Agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan maupun memberi pengetahuan kepada pasien.

12