ca mammae
-
Upload
denny-andrea -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of ca mammae
BAB I
PENDAHULUAN
Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, dan
kemampuanyya mengadakan infiltrasi dan bermetastasis.
Mayoritas dari tumor yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40% dari
pasien dengan keluhan pada mammae mempunyai tumor jinak akan tetapi perhatian
yang lebih sering diberikan pada tumor ganas walaupun sebenarnya insidensi tumor
jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan tumor ganas.
Pada usia muda sebagian besar (80-90%) benjolan di payudara adalah jinak dan
biasanya disertai keluhan.Di antara berbagai jenis tumor jinak payudara yang tersering
adalah fibroadenoma.
Kanker payudara adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum
pria juga dapat terserang kanker payudara namun kemungkinannya lebih kecil yaitu 1
dari 1000 orang. Secara statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada
nullipara, menarche dini, menopause terlambat, dan pada wanita yang mengalami
kehamilan anak pertama di atas usia 30 tahun. Sebanyak <1%, kanker payudara terjadi
pada usia <25tahun, dan insiden meningkat cepat pada usia >39tahun. Insiden tertinggi
dijumpai pada usia 45-50tahun.
Insidensi kanker payudara meningkat 1-2% tiap tahun di sebagian besar
negara sehingga mulai tahun 2000, kira-kira 1 juta permpuan tiap tahun menderita
penyakit ini.Tahun 2002, diperkirakan 1.15 juta kasus baru terjadi di seluruh dunia1 dan
lebih dari 410.000 diantaranya meninggal2. Secara geografis, frekuensi kanker payudara
tersebar tidak merata di dunia, dengan insisden tertinggi di wilayah Eropa dan Amerika
Utara1. Pada tahun 2007, di Amerika Serikat sekitar 178.480 kasus baru kanker
1
payudara invasif dan 62.030 kasus baru kanker payudara in situ dimana 85% dari
kanker payudara in situ akan menjadi karsinoma duktus in situ (DCIS). Insiden sedang
dilaporkan dari Eropa Timur, Amerika Selatan, Afrika Selatan, dan Asia Barat,
sementara insiden rendah terjadi di sebagian penduduk Afrika dan Asia, dengan angka
insidensi terendah yaitu 16.5 per 100.000 di Afrika Tengah. Kelangsungan hidup
penderita kanker payudara relatif baik dibandingkan dengan jenis kanker yang lain yaitu
sekitar 81% penderita kanker payudara mencapai hidup hingga 5 tahun. Angka
kelangsungan hidup penderita kanker payudara yang hidup di negara maju memiliki
insidensi yang tinggi dan prognosis yang baik. Sedangkan di negara berkembang,
insidensi kanker payudara lebih rendah tetapi memiliki prognosis yang buruk. Angka
kelangsungan hidup berkaitan dengan deteksi dan diagnosis dini sehingga dapat
dilakukan terapi yang lebih baik dalam menurunkan mortalitas1.
Insidensi kanker payudara di Indonesia masih rendah. Angka kejadian
disesuaikan dengan umur (menurut populasi dunia)3 di Semarang Jawa Tengah adalah
18,6 per 100.000 penduduk pada 1985-19895 dibandingkan dengan negara barat dimana
insidensi kanker payudara pada 1985 adalah lebih dari 50%. Kanker payudara
menduduki peringkat ke-2 di Indonesia setelah kanker cervix6.
Dengan demikian, deteksi dini dan penanganan yang efektif dianggap
merupakan hal yang paling penting untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat
kanker payudara.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Payudara Normal
1. Anatomi
a. Kelenjar mammaria
Kelenjar mammaria merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu.
Kelenjar mammaria terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major,
m.serratus anterior, meluas dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea
midaxillaris. Bagian posterior kelenjar mammaria merupakan jaringan pengikat
longgar (spatium retromammae) yang memisahkan kelenjar mammaria dengan
fascia yang menutupi m. pectoralis mayor dan m. serratus anterior.
Setiap kelnjar mammaria merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran kelenjar
mammaria bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat,
bukan pada jumlah jaringan glandular semata.
3
Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula)
sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan 15-20 mulut (opening)7.
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium
(cooper) adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan.
Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai
fasia superfisisalis tepat di bawah kulit.
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobules
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan
setelah kelahiran merupakan unit glandular yang menyintesis dan mensekresi
susu8.
Selama pertumbuhan, kelenjar mammaria dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan
hormon mammogen/laktogen (hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita
yang pubertas, kelenjar mammaria tumbuh membesar dan areola menjadi lebih
coklat, membentuk duktus dan lobulus, sedangkan pada wanita immatur dan
pria, kelenjar mammaria sama besar7.
b. Papilla mammaria
Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi
tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mammaria ini berisi
duktus laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus kelenjar
mammaria. Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus.
Papilla mammaria dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan
berisi kelenjar sudorifera, kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan
kelenjar areolaris(Montgomery), beberapa diantaranya berhubungan dengan
folikel rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi papilla
mammaria saat berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris berfungsi untuk
meminyaki selama proses laktasi7.
c. Vascularisasi7
4
1) Sistema arteriosa
a) Kulit
- Rr. mammaria lateralis (rr. anterior, r. cutanei lateralis aa.
Intercostalis posterioris)
- Rr mammaria medialis (rr. cutanei anterioris, aa. intercostalis
posterior IV-VI)
b) Kelenjar mammaria
- r. perforans a. mammaria interna (cabang a. subklavia)
- r. thoracalis lateralis (cabang a. axillaris)
- a. intercostalis posterior
2) Sistema venosa
a) superficial
Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna dan v. superfisialis colli
b) profunda
Bermuara ke r.perforans v. mammaria interna, v. axillaris, dan v.
intercostalis
d. Innervasi7
- Rr. mammaria mediales (rr. cutanei anterioris nn intercostalis II-IV)
- Rr. mammaria laterales (rr cutanei lateralis nn intercostalis IV-VI)
- Serabut otonom untuk pembuluh darah dan otot polos kelenjar
e. Sistema limfatica7
Vasa limfatica dari kulit sekitar areola (papilla) mammae menuju:
1) Nodus lymfatica axillaris
2) Nodus lymfatica cervicalis profunda
3) Nodus lymfatica deltoideopecktorales
4) Nodus lymfatica parasternalis
5
Gambar 2.1 Anatomi payudara
2. Fisiologi
a. Perkembangan payudara
- Masa Pubertas
Payudara mulai berkembang saat pubertas. Kadar hormon yang
meningkat saat pubertas menyebabkan perkembangan payudara lebih lanjut
dan biasanya mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun
sebelumnya. Peningkatan estrogen merangsang pertumbuhan pembuluh
laktiferus, papilla dan areola mammae menjadi lebih nyata. Peningkatan
progesterone memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa
meningkat dan jaringan lemak inilah terutama yang menyebabkan bertambah
besarnya payudara.
- Masa subur
Pada separuh terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita
mengeluhkan adanya perubahan payudara, serupa dengan keluhan pada
waktu hamil. Perubahan ini disebabkan oleh progesterone yang dihasilkan
oleh korpus luteum, dan akan hilang dengan dimulainya menstruasi dan
kadar progesterone yang menurun.
- Kehamilan
Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai
respon terhadap estrogen, kemudian terhadap progesterone dari korpus
6
luteum, dan kemudian terhadap hormon-hormon dari plasenta yang sedang
berkembang. Rangsangan oleh estrogen kehamilan menyebabkan
perkembangan papilla dan areola mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan
tubuli dan duktus laktiferus. Pada wanita yang tidak hamil dan menyusui,
alveoli kecil dan padat berisi jaringan granulasi. Pada kehamilan,
progesterone mula-mula menyabkan proliferasi alveoli dalam persiapannya
untuk menghasilkan air susu, dan kemudian diikuti pembesaran alveoli dan
penggandaan lebih lanjut.
- Minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan
Jaringan lunak payudara menjadi lebih noduler (terasa berbenjol)
pada perabaan. Terdapat sensasi penuh, nyeri tekan, dan kesemutan. Karena
terjadi peningkatan suplai darah, maka vena subkutan menjadi lebih tampak
nyata.
- Minggu ke-12
Pigmentasi pada papilla dan areola mammae menjadi lebih nyata.
Glandula sebasea yang terletak di dalam areola membesar dan men yekresi
sebum dan bahan seperti minyak yang berguna untuk melumasi papilla
mammae. Pada stadium inu, kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai
tuberculum Montgomery. Kolustrum mulai keluar dari papilla mammae pada
wanita multigravida sedangkan wanita primigravida, produksi kolustrum
dimulai di akhir kehamilan.
- Setelah 16 minggu
Suatu daerah yang berbercak-bercak akan timbul di sekitar areola
mammae dan dikenal sebagai areola sekunder. Setelah bayi lahir, areola
sekunder ini hilang.kolostrum sejati tampak pada minggu ke-16.
- Masa pasca partum
Glandula mammae dapat dipandang sebagai organ pascapartum yang
berfungsi penuh hanya apabila telah mampu melakukan laktasi (menyusukan
bayi) dan dapat mempertahankan laktasi tersebut9.
b. Pertumbuhan sistem duktus-peranan estrogen
7
Selama kehamilan sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta
sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan
stroma payudara juga bertambah besar dan terisi lemak. Terdapat 4 hormon
lainnya yang penting untuk pertumbuhan sistem duktus yaitu growth hormone,
prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin.
c. Pekembangan sistem lobulus, alveolus- peranan progesterone
Perkembangan akhir sistem payudara menjadi organ yang menyekresi air
susu dipacu oleh progeteron dan beberapa hormone lainnya yang sinergis yaitu
estrogen, dibantu growth hormone, prolaktin, glukokortikoid adrenal dan
insulin. Perubahan ini analog dengan efek sekresi progesterone pada
endometrium uterus selama pertengahan akhir siklus seksual wanita.
d. Permulaan laktasi-fungsi prolaktin
Meskipun estrogen dan progeteron penting untuk perkembangan fisik
kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus kedua hormone ini adalah
untuk mencegah sekresi air susu ibu. Sedangkan hormon prolaktin mempunyai
efek meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar
hipofisis dan konsentrasinya di dalam darah meningkat secara tetap dari minggu
ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi, dimana kadarnya meningkat 10-20 kali
kadar normal. Konsentrasi prolaktin paling tinggi terjadi pada akhir kehamilan.
Setelah kelahiran bayi hingga dalam beberapa minggu berikutnya, kadar
prolaktin kembali ke kadar basal yaitu kadar sewaktu tidak hamil. Setiap kali ibu
menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu merangsang hipotalamus dan
menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10-20 kali lipat yang
berlangsung kira-kira 1 jam. Produksi air susu dihambat pada kelainan
hipotalamus/hipofisis/bila laktasi tidak dilakukan terus menerus. Produksi air
susu dapat berlangsung terus menerus selama beberapa tahun bila anak terus
mengisap, namun kecepatan pembentukannya menjadi berkurang sangat banyak
setelah 7-9 bulan melahirkan.
e. Proses ejeksi/let down dalam sekresi air susu–fungsi oksitosin
Air susu secara kontinyu disekresikan ke dalam alveoli payudara, tetapi
air susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus.
8
Air susu harus diejeksikan dari alveoli ke dalam duktus sebelum bayi dapat
memperolehnya(let down). Proses ini disebabkan oleh gabungan reflek
neurogenik dan hormonal yaitu oksitosin (hormon hipofisis posterior).
Pengisapan bayi merupakan impuls sensorik yang ditransmisikan melalui saraf
somatik dari puting susu ke medulla spinalis, kemudian ke hipotalamus dan
menyebabkan sekresi oksitosin. Oksitosin dalam darah mengalir ke kelenjar
payudara yang menyebabkan sel-sel mioepitel yang mengelilingi dinding luar
alveoli berkontraksi untuk mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus
pada tekanan positif 10-20mmHg. Dalam waktu 30”-1’ setelah bayi mengisap
payudara, air susu mulai mengalir10.
B. Tumor Jinak Payudara
1. Fibroadenoma mamae11
a. Definisi
Tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi (25-
30 tahun) yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas
jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini
sering digolongkan dalam mammary displasia. Ciri-ciri: tidak besar ( 2 – 5 cm ),
bentuk bulat oval, batas tegas, permukaan rata, konsistensi padat kenyal, mobile
dalam corpus mamma. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1) Fibroadenoma Pericanaliculare
yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
2) Fibroadenoma intracanaliculare
yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang.Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.
b. Etiologi
1) Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2) Genetik
9
3) Faktor-faktor predisposisi :
- Usia
- Jenis kelamin
- Geografi
- Pekerjaan
c. Epidemiologi
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu
pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW
Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan
usia21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan
prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan
laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita
dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)wanita
mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma
dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah
menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada
usia muda.
d. Diagnosa
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography
atauultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).
Pada pemeriksaanfisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan
palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobile atau
tidak, kenyal atau keras,dll.
Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography
sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau
70tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan
mammography,sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena
fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila
menggunakan mammography.
10
Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan
menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada
suntikan.Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada
fibroadenoma,lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi
untuk diperiksa dibawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut
tampak seperti berikut :
1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa)
danberasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus
2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk
bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar
pendek uniform
e. Terapi
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut
1) Ukuran
2) Terdapat rasa nyeri atau tidak
3) Usia pasien
4) Hasil biopsy
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic
padaoperasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi
hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh
jaringan normal secara perlahan.
2. Cystosarcoma phyloides mammae12
a. Definisi
Suatu neoplasma jinak yang bersifat invasive secara local.
Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Bentuk
bulat atau oval, batas tegas, besar > 5, permukaan dapat berbenjol-benjol, tidak
melekat dengan kulit atau m.pektoral sangat mobil dalam korpus mamma, tidak
ada metastase.
11
b. Epidemiologi
Mengenai pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia 45 tahun.
c. Diagnose
Ultrasonography, mammography dan pemeriksaan klinis serta
pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tumor tersebut.
Tumor yang masih kecil karakteristiknya mirip dengan fibroadenoma mamae,
tetapi jika ukurannya sudah besar, bisa terlihat adanya tekanan pada kulit sekitar
seperti hemoragik superfisial dan nekrosis.
d. Terapi
Penanggulangan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor
sudah besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpleks. Radikal mastektomi
sekarang tidak diaplikasikan karena adanya kecenderungan untuk bermetastase
secara hematogen.
3. Intraductal papiloma11
a. Definisi
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah
areola mamae. Gejala berupa sekresi cairan berdarah dari putting susu. Ada 2
tipe yaitu:
1) Solitary intraductal papillomas: biasanya ada di dekat putting susu, ada
sekresi cairan dari putting susu.
2) Multiple papillomas: terletak agak jauh dari putting susu, biasanya tidak
mengeluarkan cairan dan tidak ada gejala.
b. Diagnosis
Jika terdapat benjolan yang tidak tumbuh di dekat puting susu dan ada
cairan, kemungkinan adalah tumor jinak. Tetapi jika benjolan cukup besar,
mungkin dibutuhkan biopsy dan pengambilan sampel jaringan, kadang juga
dibutuhkan Ductogram.
c. Terapi
Intraductal papillomas dapat diterapi dengan pembedahan. Incisi kecil pada
sekitar putting susu kemudian papiloma dan duktus diambil.
12
4. Lipoma
a. Definisi
Tumor jinak jaringan lemak yang sebabnya idiopatik. Cirinya terasa
bergelombang lunak, berlobus dan bergerak bebas di kulit. .
b. Terapi
Lipoma payudara memerlukan eksisi jika sifatnya meragukan. Namun
dengan teknik breast imaging, hal ini jarang diperlukan.
5. Hemangioma
a. Definisi
Hemangioma adalah keadaan abnormal dari pembuluh darah, lesi yg
terdapat dikulit, biasanya terletak di permukaan, mudah membesar,
Hemangioma bisa timbul kembali karena bakat, kurangnya elastisitas pembuluh
darah dan hormon.. Tumor ini bersifat jinak, tapi memang pada beberapa kasus
kelainan ini dpt menimbulkan komplikasi yg serius.
b. Terapi
Disarankan operasi, karena pembuluh darah pada hemangioma mudah
pecah dan bila berdarah sangat susah dihentikan. Selain OP ada tindakan lain
seperti Laser. Laser khusus bisa mematikan / memperkecil pembuluh darah.
Secara estetika memang lebih bagus.
C. Tumor Ganas13
1. Etiologi dan Faktor Risiko
a. Genetik
Dua tumor suppressor gene, BRCA1 dan BRCA2 berperan dalam risiko
munculnya kanker payudara pada wanita. Mutasi pada BRCA1 berhubungan
dengan risiko terjadinya kanker payudara mencapai 50%-85% pada wanita.
Laki-laki dengan mutasi BRCA1 tidak mengalami peningkatan risiko kanker
payudara, tetapi terjadi peningkatan risiko kanker prostat dan kanker kolon.
13
Wanita yang mengalami mutasi pada BRCA2 memiliki risiko yang sama dengan
mutasi BRCA1 untuk terjadinya kanker payudara.
b. Usia
Insidens menurut usia naik seiring bertambahnya usia
c. Hormon
Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi perubahan keseimbangan
hormon
d. Ionisasi
Pada hewan coba terbukti adanya peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab
kanker payudara
2. Gejala dan tanda :
a. nyeri
berubah dengan daur haid: penyebab fisiologis seperti pada tegangan
premenstruasi atau tumor fibrokistik
tidak tergantung daur haid: tumor jinak,tumor ganas,infeksi
b. benjolan
keras: permukaan licin pada fibroadenoma atau kista
kenyal: kelainan fibrokistik
lunak : lipoma
c. perubahan kulit
bercak: curiga karsinoma
kulit jeruk : di atas benjolan kanker (tanda khas)
kemerahan: infeksi (jika panas)
tukak : kanker lama (terutama pada orang tua)
d. kelainan puting/areola
retraksi : fibrosis karena kanker
inversi baru: retraksi fibrosis karena kanker
eksema: unilateral (penyakit paget)
e. keluarnya cairan
seperti susu :kehamilan atau laktasi
jernih : normal
14
hijau : perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik,
hemoragik : karsinoma, papiloma intraduktus
3. Klasifikasi penyebaran TNM
T
T0: tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis: karsinoma in situ
T1: tumor ≤ 2cm
T1a:tumor≤ 0,5 cm
T1b:>0,5 dan ≤ 1cm
T1c:>1 cm dan ≤ 2 cm
T2: tumor 2-5 cm
T3: tumor > 5 cm
T4a: tumor dengan penyebaran langsung ke dinding thoraks
T4b: terdapat edema (peau d’orange) atau ulcerasi dari kulit payudara atau nodul
satelit pada payudara yang sama
T4c: T4a dan T4b
T4d: imflamatori karsinoma
N
N0: tidak teraba tumor di limfonodi regional
N1: metastasis ke ln.ipsilateral tidak melekat
N2: metastasis ke ln.ipsilateral yang melekat
N3: metastasis ke ln. Ipsilateral mammaria interna
M
MX: tidak dapat ditentukan metastasis jauh
M0: tidak ada metastasis jauh
M1: terdapat metastasis jauh termasuk kekelenjar suprakavikuler
4. Staging grouping
Stage 0: Tis N0 Mo
Stage 1: T1 N0 M0
15
Stage IIa: T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIb: T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIa: T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1,2 M0
Stage IIIb: T4, sembarang N, M0
Stage IV: sembarang T, sembarang N, M1
D. Deteksi Dini
Tujuan dari deteksi dini kanker payudara adalah menemukan kanker sebelum
mereka mulai menyebabkan gejala. Skrining mengacu pada tes dan pemeriksaan fisik
yang digunakan untuk mencari suatu penyakit, seperti kanker, pada orang yang tidak
memiliki gejala apapun. Deteksi dini berarti juga menggunakan pendekatan yang
memungkinkan diagnosis dini kanker payudara sebelum kanker itu bermanifes menjadi
buruk.
Kanker payudara yang sering dilaporkan biasanya sudah menyebabkan gejala-
gejala cenderung lebih besar dan lebih mungkin telah menyebar ke luar payudara. In
contrast, breast cancers found during screening exams are more likely to be smaller and
still confined to the breast. Sebaliknya, kanker payudara yang ditemukan waktu
pendeteksian dini lebih cenderung lebih kecil dan masih terbatas pada payudara. The
size of a breast cancer and how far it has spread are some of the most important factors
in predicting the prognosis (outlook) of a woman with this disease. Ukuran kanker
payudara dan seberapa jauh ia telah menyebar adalah beberapa faktor yang paling
penting dalam memprediksi prognosis dari seorang wanita dengan penyakit ini.
1. SADARI (Periksa Payudara Sendiri) atau breast self-examination
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan
dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan
16
merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudarany. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan
dan dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun14.
Terkadang SADARI dapat mendeteksi kanker yang tidak dapat ditemukan
dengan menggunakan mammografi, meskipun konstribusinya terhadap deteksi dini
pada kanker relatif lebih kecil pada penderita yang asimptomatik15. SADARI juga
penting bagi wanita yang tidak melakukan pemeriksaan mammografi secara teratur
dan juga yang belum direkomendasikan untuk melakukan mammografi14.
Berdasarkan observasi, 95% wanita mendeteksi sendiri kanker payudara dan
65% mendeteksi kanker tersebut pada stadium awal pada dirinya sendiri. Dengan
begitu dapat dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh
penderitanya sendiri. Selain itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan SADARI
dapat mengurangi angka kematian sebanyak 18%.
SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid
Anda. sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali
sebulan16.
Berikut merupakan cara melakukan SADARI :
a. Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua
payudara simetris dan kalau-kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti
perubahan dalam bentuk payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau
bentuk lain dari biasanya. Dan lihat apakah terdapat perubahan pada puting,
terjadi kerutan, cawak atau pengelupasan kulit. Kemudian perlahan-lahan
angkatlah kedua lengan ke atas sambil memerhatikan apakah kedua payudara
tetap simetris.
b. Tetap dalam posisi berdiri, gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara
kanan dengan cara merabanya, dan sebaliknya untuk payudara kiri. Angkat
tangan kiri Anda. Gunakan tiga atau empat empat jari tangan kanan untuk
merasakan payudara sebelah kiri dengan teliti dan menyeluruh. Dimulai dari
ujung bagian luar, tekan dengan bagian jari-jari yang pipih dalam gerakan
melingkar kecil, bergerak perlahan-lahan di sekitar payudara. Anda dapat
memulai pada bagian ujung luar payudara dan secara perlahan-lahan bergerak
17
ke bagian puting, atau sebaliknya. Yakinlah untuk meraba semua bagian
payudara dan termasuk daerah sekitar payudara dan ketiak, termasuk bagian
ketiak itu sendiri.
c. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan.
Kemudian, tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke
depan cermin ketika Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan
melengkapi bagian pemeriksaan payudara di depan cermin.
d. Rasakan adanya perubahan dengan cara berbaring. Letakkan bantal kecil di
bawah bahu kanan, lengan kanan di bawah kepala. Periksa payudara kanan
dengan tangan kiri dengan meratakan jari-jari secara mendatar untuk
merasakan adanya benjolan. Periksa pula lipatan lengan, batas luar payudara,
dan ke seluruh payudara.
e. Perhatikan tanda-tanda perdarahan atau keluarnya cairan dari puting susu.
Caranya dengan memencet puting susu dan melihat apakah ada darah atau
cairan yang keluar.
f. Lakukan hal serupa pada payudara sebelah kiri, yaitu dengan meletakkan
tangan kiri di bawah kepala, lalu gunakan tangan kanan untuk memeriksa
payudara sebelah kiri. Bila Anda mendapati adanya kejanggalan, segeralah
periksakan diri ke dokter.
2. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau (clinical breast examination)15
Pemeriksaan payudara oleh klinisi (CBE) adalah pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional seperti dokter, praktisi perawat,
perawat, atau asisten dokter. For this exam, you undress from the waist up. Untuk
pemeriksaan ini, pasien menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas. The health
professional will first look at your breasts for abnormalities in size or shape, or
changes in the skin of the breasts or nipple. Klinisi kesehatan pada mulanya akan
melihat payudara pasien untuk kelainan dalam ukuran atau bentuk, atau perubahan
pada kulit payudara atau puting. Then, using the pads of the fingers, the examiner
will gently feel (palpate) your breasts. Kemudian, dengan menggunakan bantalan
18
jari-jari, klinisi akan meraba dengan lembut payudara pasien dan merasakan apakah
ada benjolan atau tidak.
Special attention will be given to the shape and texture of the breasts, location of
any lumps, and whether such lumps are attached to the skin or to deeper tissues .
The area under both arms will also be examined.Perhatian khusus akan diberikan
kepada bentuk dan tekstur payudara, lokasi dari setiap benjolan, dan apakah
benjolan tersebut melekat pada kulit atau untuk jaringan yang lebih dalam. Daerah
di bawah kedua lengan/ketiak juga akan diperiksa. The CBE is a good time for
women who don't know how to examine their breasts to learn the right way to do it
from their health care professionals.
Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan merupakan cara yang baik bagi
pasien/wanita yang tidak tahu bagaimana memeriksa payudara mereka sendiri
untuk belajar cara yang tepat untuk melakukannya dari tenaga profesional
kesehatan.
3. Mammografi17
Mamografi merupakan pemeriksaan penunjang dengan X-ray (foto Rö) pada
payudara. Tujuannya untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker
payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup efektif
untuk wanita berusia di atas 40 tahun. Selain itu mammografi juga digunakan untuk
mencari pertanda kanker payudara pada wanita tanpa gejala, yaitu orang yang
tampaknya tidak memiliki masalah payudara . Screening mammografi biasanya
mengambil 2 gambar (Rö /penyinaran yang diambil dari 2 sudut yang berbeda) dari
masing-masing payudara. Wanita yang sedang menyusui masih bisa mendapatkan
mammografi, meskipun ini mungkin tidak begitu akurat karena jaringan payudara
cenderung padat.
Untuk beberapa wanita, dengan implan payudara (untuk augmentation atau
sebagai rekonstruksi setelah mastektomi), gambar tambahan mungkin diperlukan
untuk bisa melihat tiap lapisan jaringan payudara sebanyak mungkin. Karena perlu
diketahui implan payudara pada mammografi standar lebih sulit untuk melihat
jaringan payudara, namun tambahan gambar Rö dengan perpindahan implan dan
19
pemandangan kompresi dapat digunakan untuk memeriksa jaringan payudara yang
lebih lengkap. Meskipun Rö payudara telah dilakukan selama lebih dari 70 tahun,
mamografi modern hanya ada sejak tahun 1969. Itu adalah tahun pertama x-ray
unit didedikasikan untuk pencitraan payudara yang tersedia. peralatan mammografi
modern dirancang untuk rontgen payudara menggunakan tingkat yang sangat
rendah radiasi, biasanya sekitar dosis 0,1-0,2 rad per x-ray (rad adalah ukuran dosis
radiasi). Pengunaan pedoman ketat untuk memastikan bahwa peralatan
mammografi aman dengan menggunakan dosis sinar radiasi serendah mungkin.
Banyak orang khawatir/takut akan efek samping dari paparan sinar-x, namun
tingkat radiasi yang digunakan dalam mammografi modern dalam tingkat aman
sehingga tidak meningkatkan risiko untuk kanker payudara.
Untuk mammografi, payudara dikompres antara 2 pelat untuk meratakan dan
menyebarkan jaringan. Meskipun hal ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman
untuk pasien, tapi hal ini diperlukan untuk hasil mammografi, yang baik dan layak
untuk dibaca. Kompresi hanya berlangsung beberapa detik, seluruh prosedur untuk
pemeriksaan mammografi memakan waktu sekitar 20 menit.
Hal-hal yang diperhatikan waktu membaca hasil mammografi, antara lain :
Kalsifikasi merupakan simpanan mineral kecil dalam jaringan payudara yang
muncul berupa bintik-bintik kecil berwarna putih pada film. Hal ini mungkin ya
mungkin tidak, bisa disebabkan oleh sel kanker. Kalsifikasi dibagi menjadi 2 jenis:
Macrocalcifications : suatu kalsifikasi yang kasar (besar) berupa deposit
kalsium yang kemungkinan besar merupakan perubahan degeneratif pada
payudara, seperti penuaan arteri payudara, atau berupa perlukaan yang sudah
lama, atau mungkin bisa sebagai suatu tanda peradangan. Deposit/simpanan
tersebut berhubungan dengan kondisi jinak (non-kanker) dan tidak memerlukan
biopsi. Macrocalcifications ditemukan pada 1/2 wanita berusia di atas 50th, dan
di sekitar 1 dari 10 wanita berusia kurang dari 50th.
Microcalcifications : adalah suatu bintik kecil kalsium di payudara. Hal ini
mungkin muncul sendiri atau dalam kelompok. Microcalcifications terlihat pada
mammografi perlu mendapatkan perhatian lebih, meskipun tidak selalu berarti
kanker. Bentuk dan letak microcalcifications membantu radiolog mengambil
20
keputusan apakah itu suatu tanda kanker yang sudah ada ataupun bukan
merupakan tanda yang berarti. Pada kebanyakan kasus, ditemukannya
microcalcifications tidak berarti akan dilakukan suatu biopsi. Tetapi jika
microcalcifications tampak mencurigakan untuk terjadinya kanker, maka biopsi
akan dilakukan.
Massa, yang bisa saja terjadi dengan atau tanpa kalsifikasi, merupakan suatu
perubahan penting yang dapat terlihat pada mammografi. Massa bisa berarti
banyak hal, termasuk kista (non-kanker, kantung berisi cairan) dan tumor padat
non-kanker (seperti fibroadenoma). Massa yang tidak berkista biasanya harus
dibiopsi.
Sebuah kista dan tumor bisa dirasakan sama pada pemeriksaan fisik. Mereka
juga bisa terlihat sama pada mammogram. Untuk mengkonfirmasi bahwa massa
adalah benar-benar kista, suatu USG payudara sering dilakukan. Pilihan lain
adalah untuk mengambil cairan dari kista dengan jarum tipis berongga
(aspirasi/punksi cairan).
Jika massa bukanlah suatu kista sederhana (yaitu, jika setidaknya sebagian
padat), maka mungkin harus dilakukan tes pencitraan yang lebih. Beberapa
massa dapat dipantau dengan mammografi secara berkala, sedangkan yang lain
mungkin perlu biopsi. Ukuran, bentuk, dan tepi massa dapat membantu ahli
radiologi untuk menentukan apakah kanker mungkin ada.
Keterbatasan mammografi
Mammografi tidak bisa membuktikan bahwa daerah yang abnormal adalah suatu
tanda kanker. Untuk mengkonfirmasi apakah ada suatu kanker atau tidak, sejumlah
kecil jaringan harus diambil dan dilihat di bawah mikroskop. Prosedur ini disebut
biopsi. Bahwasanya harus disadari kalau pemeriksaan mammografi dilakukan
untuk menemukan suatu tanda kanker yang tidak bisa dirasakan. Jika pasien sudah
memiliki benjolan payudara, pasien disarankan untuk diperiksa oleh dokter, yang
mungkin merekomendasikan biopsi bahkan jika hasil mamografi pasien tersebut
normal.
Untuk beberapa wanita, seperti yang dengan implan payudara, gambar tambahan
mungkin diperlukan. Implan payudara membuat lebih sulit untuk melihat jaringan
21
payudara pada mammografi standar, namun tambahan gambar x-ray dengan
perpindahan implan dan pemandangan kompresi dapat digunakan untuk memeriksa
jaringan payudara secara lebih lengkap.
Mammografi tidak sempurna dalam menemukan kanker payudara. Hal ini
dikarenakan mammografi tidak bekerja dengan baik pada wanita yang lebih muda,
biasanya karena payudara mereka yang padat dan dapat menyembunyikan tumor.
Ini juga berlaku untuk wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui. Karena
kanker payudara paling banyak terjadi pada wanita yang lebih tua, ini biasanya
tidak menjadi perhatian utama. Namun, hal ini dapat menjadi masalah bagi wanita
muda yang berisiko tinggi untuk kanker payudara (karena mutasi gen, sejarah
keluarga yang kuat dari kanker payudara, atau faktor lainnya) karena mereka sering
terkena kanker payudara di usia muda. Untuk alasan ini, American Cancer Society
merekomendasikan scan MRI di samping untuk screening mammografi dalam
wanita.
4. Magnetic Ressonance Imaging
For certain women at high risk for breast cancer, screening magnetic
resonance imaging (MRI) is recommended along with a yearly mammogram.Bagi
wanita dengan risiko tinggi untuk kanker payudara, skrining Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dianjurkan bersama dengan mammografi tahunan. MRI is not
generally recommended as a screening tool by itself, because although it is a
sensitive test, it may still miss some cancers that mammograms would detect.MRI
umumnya tidak direkomendasikan sebagai alat skrining yang berdiri sendiri, karena
meskipun tes sensitif, masih mungkin akan ketinggalan beberapa kanker yang
mungkin terdeteksi dengan mammografi. MRI may also be used in other situations,
such as to better examine suspicious areas found by a mammogram. MRI juga
dapat digunakan dalam situasi lain, seperti untuk memeriksa daerah mencurigakan
yang ditemukan dengan mammografi. MRI can also be used in women who have
already been diagnosed with breast cancer to better determine the actual size of the
cancer and to look for any other cancers in the breast. MRI juga dapat digunakan
pada wanita yang telah didiagnosa menderita kanker payudara untuk lebih
22
menentukan ukuran sebenarnya dari kanker dan untuk mencari setiap kanker
lainnya di payudara.
MRI scans use magnets and radio waves instead of x-rays to produce very
detailed, cross-sectional images of the body.MRI scan menggunakan magnet dan
gelombang radio bukan x-ray untuk menghasilkan gambaran yang sangat rinci dari
penampang tubuh. The most useful MRI exams for breast imaging use a contrast
material (gadolinium) that is injected into a small vein in the arm before or during
the exam. Pemeriksaan MRI untuk pencitraan payudara menggunakan bahan
kontras (gadolinium) yang disuntikkan ke pembuluh darah kecil di lengan sebelum
atau selama pemeriksaan. This improves the ability of the MRI to clearly show
breast tissue details. Hal ini meningkatkan kemampuan MRI untuk jelas
menunjukkan rincian jaringan payudara. MRI scans can take a long time -- often up
to an hour.pemeriksaannPemeriksaan MRI dapat memakan waktu lama - sering
sampai satu jam. You have to lie inside a narrow tube, which is confining and may
upset people with claustrophobia (a fear of enclosed spaces). pasien harus berbaring
di dalam tabung yang sempit, dan tidak direkomendasikan untuk orang dengan
claustrophobia (takut ruang tertutup). The machine makes loud buzzing and
clicking noises that you may find disturbing. Selain itu juga mesin mendengung
keras membuat suara yang mungkin membuat pasien terganggu. Some places
provide headphones with music to block this noise out. Beberapa tempat MRI
menyediakan headphone dengan musik untuk mengatasi kebisingan ini.
Although MRI is more sensitive in detecting cancers than mammograms, it
also has a higher false-positive rate (when the test finds something that turns out not
to be cancer), which results in more recalls and biopsies.Meskipun MRI lebih
sensitif dalam mendeteksi kanker dari pada mammografi, ia juga memiliki tingkat
false-positif lebih tinggi (ketika pada pemeriksaan menemukan sesuatu yang
ternyata bukan suatu kanker). Hal inilah mengapa MRI tidak direkomendasikan
sebagai tes skrining untuk perempuan yang tidak berisiko tinggi terkena (average
risk) kanker payudara, karena akan mengakibatkan tidak diperlukan suatu biopsi
dan tes lainnya.
23
Just as mammography uses x-ray machines that are specially designed to
image the breasts, breast MRI also requires special equipment.Sama seperti
mamografi menggunakan mesin x-ray yang dirancang khusus untuk
gambar/pencitraan payudara, MRI juga membutuhkan peralatan khusus. Breast
MRI machines produce higher quality images than MRI machines designed for
head, chest, or abdominal MRI scanning. mesin MRI Payudara menghasilkan
gambar/pencitraan berkualitas lebih tinggi dari mesin MRI dirancang untuk kepala,
dada, atau MRI perut. However, many hospitals and imaging centers do not have
dedicated breast MRI equipment available. Namun, banyak rumah sakit dan pusat
pencitraan tidak memiliki peralatan MRI payudara yang tersedia. It is important
that screening MRIs are done at facilities that can perform an MRI-guided breast
biopsy.Penting diketahui bahwa screening MRI dilakukan di fasilitas yang dapat
melakukan MRI-guided untuk melakukan biopsi payudara. Otherwise, the entire
scan will need to be repeated at another facility when the biopsy is done. Jika tidak,
maka seluruh pemeriksaan perlu diulang di fasilitas lain saat biopsi dilakukan.
Pemeriksaan dengan MRI is more expensive than mammography.MRI lebih
mahal daripada mammografi. Most major insurance companies will likely pay for
these screening tests if a woman can be shown to be at high risk, but it's not yet
clear if all companies will. Sebagian besar perusahaan asuransi besar kemungkinan
akan membayar tes skrining jika seorang paenderita dapat menunjukkan risiko
tinggi terhadap kanker payudara, tapi itu belum jelas apakah semua perusahaan
akan bersedia membayar atau tidak. At this time there are concerns about costs of
and limited access to high-quality MRI breast screening services for women at high
risk of breast cancer. Pada saat ini ada kekhawatiran tentang biaya dan akses
terbatas untuk mendapatkan pelayanan skrining MRI payudara berkualitas tinggi
pada wanita berisiko tinggi kanker payudara.
5. Ultrasonografi
24
Ultrasound, also known as sonography, is an imaging method in which
sound waves are used to look inside a part of the body.Tes ini tidak menimbulkan
rasa sakit dan tidak membuat pasien terkena radiasi.
Breast ultrasound is sometimes used to evaluate breast problems that are
found during a screening or diagnostic mammogram or on physical exam.USG
payudara kadang-kadang digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang
ditemukan selama pemeriksaan mammografi dan/atau diagnosa pada pemeriksaan
fisik. Breast ultrasound is not routinely used for screening. USG payudara tidak
secara rutin digunakan untuk penyaringan. Some studies have suggested that
ultrasound may be a helpful addition to mammography when screening women
with dense breast tissue (which is hard to evaluate with a mammogram), but the use
of ultrasound instead of mammograms for breast cancer screening is not
recommended. Beberapa studi telah menyarankan bahwa ultrasound dapat menjadi
tambahan yang berguna untuk mamografi saat skrining wanita dengan jaringan
payudara padat (yang sulit untuk mengevaluasi dengan mammogram), tetapi
penggunaan USG bukan mammogram untuk skrining kanker payudara tidak
dianjurkan.
Ultrasound is useful for evaluating some breast masses and is the only way
to tell if a suspicious area is a cyst (fluid-filled sac) without placing a needle into it
to aspirate (pull out) fluid.USG berguna untuk mengevaluasi beberapa massa
payudara dan merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah area
mencurigakan adalah suatu kista tanpa melakukan tindakan aspirasi cairan. Cysts
cannot be accurately diagnosed by physical exam alone. Kista tidak dapat secara
akurat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja. Breast ultrasound may also be
used to help doctors guide a biopsy needle into some breast lesions. USG payudara
juga dapat digunakan untuk membantu dokter sebagai panduan biopsi jarum ke
dalam beberapa lesi payudara.
Ultrasound has become a valuable tool to use along with mammograms
because it is widely available, non-invasive, and less expensive than other
options.USG telah menjadi alat yang berharga untuk digunakan bersama dengan
mammogram karena tersedia secara luas, non-invasif, dan lebih murah
25
dibandingkan pilihan lain. However, the effectiveness of an ultrasound test depends
on the operator's level of skill and experience. Namun, efektivitas tes USG
tergantung pada tingkat keterampilan dan pengalaman operator. Although
ultrasound is less sensitive than MRI (that is, it detects fewer tumors), it has the
advantage of being more available and less expensive. Meskipun USG kurang
sensitif dibandingkan MRI (yaitu, mendeteksi tumor lebih sedikit), tapi memiliki
keunggulan yaitu ketersediaan dan biaya yang lebih murah.
6. Scintimammografi
Cara ini menggunakan technetium-99m sestamibi atau technetium-99m
tetrofosmin, memindai regio aksila dan supraklavikula sambil menggambarkan
jaringan payudara. Dalam pemeriksaan wanita yang sudah diketahui mengidap
kanker payudara, lengan kontralateral diinjeksi dengan radionuclide dan proyeksi
lateral dan anterior digambarkan dengan kamera gamma. Cara ini masih jarang
digunakan.
E. Penatalaksanaan Kanker Payudara
1. Kanker Payudara Stadium I, II, IIIA, dan IIIC yang Operabel
a. Terapi lokal-regional
Pilihan jenis operasi untuk tumor primer meliputi breast-conserving
surgery dengan terapi radiasi, mastektomi dengan rekonstruksi, dan mastektomi.
Kanker payudara stadium I dan II merupakan stadium awal dimana
kanker tidak terfiksasi pada kulit atau otot. Jika sudah melibatkan limfonodi,
limfonodi tersebut tidak melekat satu sama lain atau pada jaringan di sekitarnya.
Mastektomi radikal dimodifikasi dapat menjadi pilihan, tetapi breast-conversing
treatment saat ini lebih banyak dipilih18.
Mastektomi radikal adalah operasi pengangkatan payudara secara total,
termasuk pengangkatan m. pectoralis major secara en bloc dan limfonodi aksila.
Modified radical mastectomy merupakan pengangkatan payudara secara total
dan limfonodi aksila. Kedua macam teknik tersebut tidak menunjukkan
perbedaan hasil yang signifikan. Kegagalan penatalaksanaan dengan operasi 26
lebih banyak disebabkan telah terjadinya penyebaran sel kanker secara sistemik
sebelum dilakukan operasi daripada disebabkan prosedur operasi yang tidak
adekuat. Selain itu, penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan survival
antara kelompok terapi mastektomi radikal dengan mastektomi radikal
dimodifikasi. Oleh karena itu, tindakan mastektomi radikal dimodifikasi lebih
banyak dipilih19,20.
Breast-conserving treatment (BCT) terdiri dari pengangkatan tumor
primer dengan lumpektomi dan penggunaan radiasi dosis sedang untuk
menghilangkan sel kanker yang masih tersisa. Prosedur tersebut menghasilkan
tingkat survival sebaik tindakan mastektomi radikal atau mastektomi radikal
dimodifikasi19,21.
Terapi radiasi, sebagai bagian dari breast-conserving therapy, berupa
external-beam radiation therapy (EBRT) ke seluruh lapang payudara dengan
dosis 45-50 Gy dengan dosis harian terbagi 1,8-2,0 Gy selama lima minggu.
Usia pasien tidak menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam memilih
antara breast-conserving therapy atau mastektomi. Sebuah penelitian
menunjukkan terapi lumpektomi dengan radiasi pada kelompok wanita berusia
65 tahun ke atas menghasilkan tingkat survival dan bebas dari rekurensi yang
sama dengan kelompok wanita berusia di bawah 65 tahun.
Limfonodi aksilaris perlu ditentukan stagingnya untuk menentukan
prognosis dan terapi. Biopsi sentinel Lymph Nodes (SLN) adalah standar awal
untuk prosedur staging pada wanita dengan kanker payudara invasif. SLN
diartikan sebagai limfonodus yang menerima aliran secara langsung dari tumor
primer.
Untuk pasien dengan mastektomi total, operasi rekonstruksi dapat
dilakukan bersamaan dengan mastektomi (immediate reconstruction) atau di lain
waktu (delayed reconstruction). Kontur payudara dapat diperbaiki dengan
penanaman implan artifisial (berisi salin) atau otot rektus abdominis atau jenis
flap lain. Jika implan salin digunakan, tissue expander dimasukkan di antara otot
pektoralis. Salin diinjeksi pada ekspander untuk meregangkan jaringan selama
beberapa minggu atau bulan sampai volume yang diinginkan tercapai.
27
Ekspander tersebut kemudian digantikan oleh implan permanen. Pada
rekonstruksi payudara, terapi radiasi dapat dilakukan pada dinding dada dan
limfonodi regional untuk tujuan adjuvant atau untuk terapi pada rekurensi lokal.
Terapi radiasi pada rekonstruksi payudara dapat berpengaruh pada kosmetik, dan
dapat meningkatkan insidens fibrosis kapsular, nyeri, atau kebutuhan untuk
mengeluarkan implan.
Terapi radiasi biasa dilakukan setelah breast-conserving surgery. Terapi
radiasi juga diindikasikan untuk pasien postmastektomi. Tujuan utama terapi
radiasi adjuvant adalah untuk menghilangkan sisa sel kanker sehingga
mengurangi kejadian rekurensi14,19,20.
b. Terapi adjuvant sistemik
1). Terapi hormonal
Pada kanker payudara dengan reseptor estrogen positif stadium awal,
terapi hormonal berperan penting dalam terapi adjuvant, sebagai terapi
tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi. Terapi hormonal berfungsi
menrunkan kemampuan estrogen untuk merangsang mikrometastasis atau sel
kanker dorman.
a) Tamoxifen
Tamoxifen merupakan selective estrogen receptor modulator
(SERM), yang mengikat dan menghambat reseptor estrogen di payudara.
Sebagai antagonis reseptor, tamoxifen efektif untuk wanita
premenopause dan postmenopause. Tamoxifen memiliki efek stimulasi
reseptor estrogen di jaringan lain, seperti tulang dan endometrium. Efek
samping yang dapat dijumpai pada penggunaan tamoxifen adalah
flushing, perdarahan vagina, discharge, dispareunia, gejala frekuensi dan
urgensi dalam berkemih, dan gangguan mood atau depresi14,19.
b) Aromatase inhibitor (AI)
AI berfungsi menghambat aromatase, suatu enzim yang berperan
dalam mengubah hormon-hormon steroid menjadi estrogen. Aromatase
ditemukan di lemak tubuh, kelenjar adrenal, dan jaringan payudara,
28
termasuk sel tumornya. Aromatase merupakan sumber estrogen penting
pada wanita postmenopause dan mungkin dapat menjadi alasan obesitas
meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita postmenopause. AI
tidak memengaruhi produksi estrogen ovarium, sehingga hanya efektif
pada wanita postmenopause14,20.
2) Kemoterapi adjuvant
Kombinasi regimen kemoterapi yang biasa digunakan adalah
taxotere, adriamisin, siklofosfamid (TAC) tiap 21 hari sebanyak 6 siklus;
Adriamisin, siklofosfamid, paclitaxel (TAC) tiap 21 hari sebanyak 4 siklus;
5-FU, epirubisin, siklofosfamid (FEC) tiap 21 hari sebanyak 6 siklus; 5-FU,
adriamisin, siklofosfamid (FAC) tiap 21 hari sebanyak 4 siklus;
siklofosfamid, metotreksat, 5-FU (CMF) setiap 28 hari sebanyak 6 siklus;
taxotere, siklofosfamid (TC) tiap 21 hari sebanyak 4 siklus; taxotere,
carboplatin, trastuzumab (TCH) tiap 21 hari sebanyak 6 siklus14.
Peran Taxane
Taxane (paclitaxel, docetaxel) merupakan agen kemoterapi yang sering
digunakan pada kanker payudara stadium awal. Sebuah meta analisis yang
terdiri dari 12 penelitian dan lebih dari 21.000 pasien yang dievaluasi
mengenai peran taxane dalam terapi adjuvant kanker payudara operabel
(stadium I-III), menunjukkan hasil yang signifikan dalam survival dan
disease-free survival pada kelompok dengan kemoterapi yang mengandung
taxane dibandingkan dengan kelompok regimen non-taxane. Manfaat
paclitaxel sama pada wanita pre maupun postmenopause, tetapi pasien
dengan reseptor hormon negatif mengalami penurunan risiko lebih besar
dibandingkan dengan reseptor positif19.
3) Kemoterapi preoperatif
Secara umum, terapi preoperatif telah berhasil dalam downstaging
tumor, baik mengurangi ukuran tumor maupun mengurangi jumlah
limfonodi aksilaris yang terkena tumor. Sangat jarang terjadi tumor tetap
29
progresif selama terapi preoperatif, dan jumlah wanita yang bisa menjalani
operasi semakin bertambah14,19,20.
2. Kanker Payudara Stadium IIIB, IIIC inoperabel, IV, Rekuren, dan Metastasis19,20
a. Stage IIIB atau IIIC Inoperabel atau Inflammatory Breast Cancer
Terapi multimodalitas untuk tujuan kuratif merupakan penatalaksanaan
standar untuk pasien dengan kanker stadium IIIB.
Operasi awal terbatas untuk keperluan biopsi untuk menentukan
histologi tumor, jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesteron, dan
overekspresi human epidermal growth factor receptor 2(HER2/neu). Terapi
awal dengan regimen kemoterapi yang mengandung antrasiklin dan/atau taxane
sudah menjadi standar. Untuk pasien yang merespon kemoterapi neoadjuvant,
terapi lokal dapat terdiri dari mastektomi total dengan diseksi limfonodi aksilaris
diikuti dengan terapi radiasi pada dinding dada dan limfonodi regional. Breast-
conserving therapy dapat dipertimbangkan pada pasien dengan respon parsial
yang bagus atau komplit dengan kemoterapi neoadjuvant. Terapi hormon
sebaiknya diberikan pada pasien dengan reseptor estrogen positif atau tidak
diketahui.
b. Kanker payudara lokal-regional rekuren
Pasien dengan kanker payudara lokal-regional rekuren bisa menjadi
survivor untuk waktu lama dengan terapi yang tepat. Pasien dengan kanker
rekuren harus dipertimbangkan untuk dilakukan terapi lokal, misal mastektomi.
Rekurensi lokal pada dinding dada setelah mastektomi biasanya menjadi
tanda penyebaran kanker, tetapi bagi beberapa pasien hanya terjadi rekurensi
lokal. Pasien dengan rekurensi dinding dada kurang dari 3 cm, rekurensi
limfonodi aksilaris dan mammaria interna, dan disease free interval untuk
rekurensi lebih dari 2 tahun, memiliki peluang besar untuk survival lebih
panjang. Terapi sistemik harus dipertimbangkan pada pasien dengan rekurensi
lokal-regional karena risiko besar untuk terjadi metastasis.
c. Kanker payudara stadium IV dan metastasis
30
Terapi untuk penyakit sistemik bertujuan paliatif. Tujuan terapi tersebut
termasuk peningkatan kualitas hidup dan pemanjangan hidup. Terapi untuk
kanker payudara metastasis biasanya melibatkan terapi hormonal dan/atau
kemoterapi dengan atau tanpa trastuzumab. Terapi radiasi dan/atau operasi dapat
diindikasikan untuk pasien dengan metastasis simtomatik yang terbatas.
3. Terapi target22,23
Terapi target adalah penggunaan obat atau bahan-bahan lain yang memblok atau
menghambat penyebaran sel kanker melalui hambatan pada molekul spesifik yang
terlibat dalam pertumbuhan maupun penyebaran sel kanker.
Gambar 2.2 Target-target untuk terapi kanker
a. Terapi target endokrin
1). Tamoxifen
2). Aromatase inhibitor
b. Terapi target HER family
31
EGFR, HER2, HER3, dan HER4 merupakan bagian dari HER family. EGFR
dan HER2 mengalami overekspresi pada beberapa jenis tumor dan hal itu
berhubungan dengan prognosis yang buruk dan penurunan harapan hidup.
1). Penghambat HER2
Trastuzumab merupakan human monoclonal antibody yang berikatan dengan
HER2. Trastuzumab digunakan pada kanker payudara dengan overekspresi
HER2. Penggunaannya bersama dengan kemoterapi sitotoksik juga
meningkatkan survival pasien dengan kanker metastasis.
2). Penghambat EGFR
Cetuximab merupakan antibodi monoklonal dengan target EGFR. Gefitinib
dan erlotinib merupakan penghambat EGFR Tyrosine kinase.
3). Penghambat HER multipel
Lapatinib merupakan penghambat tirosin kinase pada HER2 dan EGFR.
c. Agen antiangiogenik
Bevacizumab merupakan antibodi anti-VEGF, yang menghambat ikatan VEGF
dengan reseptornya di endotel.
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Angka kejadian, mortalitas, dan morbiditas kanker payudara masih tinggi.
2. Keberhasilan dalam deteksi dini kanker payudara dengan berbagai macam
caranya berpengaruh terhadap penurunan mortalitas dan morbiditas terhadap
penyakit ini.
3. Operasi masih dianggap sebagai terapi primer pada kanker payudara dan
ditunjang dengan terapi radiasi, terapi hormonal, dan kemoterapi.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Jatoi I, and Kaufmann M. Management of Breast Diseases. 2010. Berlin : Springer2. Li CI (ed.). Breast Cancer Epidemiology.2010. New York : Springer.3. Smith P.G. Comparison between registries : age-standardized rates. In : Parkin DM,
Muir CS, Whelan SL, Gao Y-T, Ferlay J, powell J (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 865-870.
4. Sarjadi. Cancer Incidence 1985-1989 in Semarang, Indonesia. 1990. Semarang : Diponegoro University Press.
5. Parkin D.M., Muir C.S., Gao Y-T, Ferlay J., Powell J. (eds). Cancer Incidence in Five Continents, Vol VI. 1992. Lyon : IARC, pp : 871-1011.
6. Prihartono J, Mangunkusumo R. Indonesian Pathology-based Cancer Registration.1990. Jakarta : Indonesian Cancer Society.
7. Budianto A. (ed). Guidance to Anatomy II. Ed I revisi. 2005. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, hh: 12-14.
8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2004. Jakarta : EGC.9. Verralls S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Ed 3. 2003. Jakarta :
EGC.10. Guyton A.C., Hall J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. 1997. Jakarta : EGC,
hh: 1318-1321.11. Stephen P. Breast Fibroadenomas. 2011
http://breastcancer.about.com/od/whenitsnotcancer.htm12. Stamatakos E. Phyloides tumor of the breast: a rare neoplasm, though not that
innocent. International Seminars in Surgical oncologi. 2009. Biomed central 6:613. de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005. Jakarta: EGC
34
14. Swart R. Breast cancer. 2010http://emedicine.medscape.com/article/283561
15. Saslow D, Hannan J, Osuch J, Alciati MH, Baines C, Barton M, Bobo JK, Coleman C. Clinical breast examination: practical recommendations for optimizing performance and reporting. 2004. CA: a cancer journal for clinicians 54 (6): 327–44
16. Kösters JP, Gøtzsche PC. Regular self-examination or clinical examination for early detection of breast cancer. 2003.Cochrane Database Syst Rev (2): CD003373.
17. Gøtzsche PC, M Nielsen. Screening for breast cancer with mammography. 2009. Cochrane Database Syst Rev (4): CD001877.
18. Apantaku LM. Breast-conserving surgery for breast cancer. 2002. Am Fam Physician.66:2217-8,2281.
19. Winer EP, Morrow M, Osborne CK, Harris JR. Malignant tumors of the breast In: DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA. eds Cancer Principles and Practice of Oncology 6th ed. Lippincot William and Wilkins. 2001.
20. www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/healthprofessional21. Lippman ME. Breast cancer In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. eds Harrison’s Principal of Internal Medicine 16th edition. McGraw and Hill. 2005.
22. Schlotter CM, Vogt U, Allgayer H, Brandt B. Molecular targeted therapies for breast cancer treatment. 2008. Breast cancer research. 10:211.
23. Hobday TJ, Perez EA. Molecularly targeted therapies for breast cancer. 2005. Cancer control. 12(2):73-81.
35