ca colon.doc

download ca colon.doc

of 71

Transcript of ca colon.doc

BAB I

44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan ekonomi masyarakat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga tuntutan kebutuhan hidup semakin meningkat dimulai dari sandang pangan dan papan. Di era globalisasi sekarang ini kemajuan dibidang IPTEK khususnya didalam pembuatan produk makanan, yang terdiri dari makanan siap saji dan makanan kemas semakin berkembang, yang dalam pembuatannya menggunakan mesin-mesin dengan tambahan bahan pengawet yang merupakan karsinogenik. Pola hidup yang kurang sehat dibuktikan dengan kurangnya berolah raga, kebiasaan merokok, pola diet yang salah, kebiasaan mengkonsumsi daging merah dan kegemukan dianggap sebagai factor resiko yang sifatnya eksternal. Selain itu sebagian besar gaya hidup masyarakat di perkotaan lebih banyak memilih untuk mengkonsumsi makanan/ minuman yang siap saji, sedangkan kandungan nutrisi yang terdapat dalam makanan siap saji tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti:rendah serat, tinggi lemak dan tinggi protein dimana kondisi yang seperti ini bisa mempengaruhi fungsi dari system pencernaan yang banyak diakibatkan oleh adanya zat karsinogenik seperti halnya kanker.

Kolon (termasuk rektum) merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering. Kanker kolorectal merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker.

Di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (American Cancer Society, 2001). Kanker usus besar biasanya merupakan penyakit yang terjadi pada orng tua, dengan insidensi puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Kanker kolon jarang ditemukan dibawah usia 40 tahun, kecuali pada orang yang memiliki riwayat keluarga pernah mengidap kanker kolorektal, pernah mengidap polip di usus, dianggap sebagai faktor resiko yang sifatnya internal. Sekitar 60% dari semua kanker usus terjadi pada bagian kolon desenden dan rektosigmoid, sehingga dapat teraba pada pemeriksaan rektum atau terlihat pada pemeriksaan sigmoidoskopi. Sekum dan kolon asendens merupakan tempat berikutnya yang paling sering terserang. Kolon transversa dan fleksura adalah bagian yang memiliki kemungkinan terserang paling kecil atau jarang.

Data yang diperoleh dari www.republika.co.id. Jumat 13 Juli 2007, menyebutkan bahwa, di seluruh dunia, 9,7 % pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,4 % dari total jumlah penderita kanker. Lebih parah lagi, diperkirakan lebih dari 50 % penderita kanker rektal meninggal karena penyakit ini.

Di Indonesia di Rumah Sakit Dharmais terdapat 16 orang yang mengalami kanken kolon rektal dari 8500 penderita kanker yang berobat ke rumah sakit Dharmais sejak tahun 1994.

Sedangkan data yang didapat dari catatan medical record lantai IV bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dari bulan April Juni 2007, pasien yang dirawat berjumlah 305 penderita, jumlah penderita kanker kolon sebanyak 57 penderita atau 18,68 % dari. Jumlah keseluruhan, atau 24,56 % dari penderita kanker pencernaan, dan 50 % dari penderita kanker kolon.

Pada umumnya penderita kanker kolon ditandai dengan gejala perubahan kebiasaan defekasi, darah pada faeces, konstipasi, perubahan dalam penampilan faeces, anemia, perdarahan rektal. Gejala-gejala dari penyakit lebih lanjut meliputi adanya massa yang teraba, obstruksi, mual, BB menurun, nyeri dan adanya tekanan pada rektum. Apabila tidak ditagani secara baik akan menimbulkan komplikasi antara lain pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap, metastase ke organ sekitar melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung, pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi, perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses, peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan standar-standar praktik keperawatan, diantaranya: pertama promosi kesehatan dimana perawat memberikan penyuluhan kesehatan agar pengetahuan pasien bertambah tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakitnya, kedua pencegahan penyakit (preventif), dimana peran perawat sangat penting untuk mempertahankan kesehatan pasien agar penyakit pasien tidak bertambah parah, ketiga kuratif dimana perawat berperan dalam memberikan pengobatan pada pasien dan keempat rehabilitatif yakni pemulihan dimana perawat berperan dalam pemulihan penyembuhan pasien.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan melihat data angka kejadian yang tinggi, masalah-masalah dan komplikasi yang ada maka penulis perlu dan ingin mengetahui. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Tn. E dengan Post Op Kolostomi EC Kanker kolorecti di lantai V Bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran / pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker kolorecti dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam:

a. Melakukan pengkajian pada pasein kanker kolorecti.

b. Menganalisa data yang ditemukan pada pasien kanker kolorecti untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

c. Membuat rencana keperawatan pada pasien kanker kolorecti.

d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun pada pasien Kanker kolorecti.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien kanker Kolorecti.

f. Membuat pendokumentasian pada pasien kaker kolorecti.

g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan kasus nyata serta alternatif pemecahan masalah dari kesenjangan yang ditemukan.

C. Ruang Lingkup

Makalah ilmiah ini akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien Tn .E dengan post Op Kolostomi EC Kanker KoloRecti di lantai V Bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta yang dilaksanakan mulai tanggal 27 Mei 2009 sampai dengan 29 Mei 2009.

D. Metoda Penulisan

Metoda yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah:

1. Metoda deskriptif, tipe studi kasus yaitu dengan mengambil salah satu kasus klien dengan kanker kolorecti dan melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang di gunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari pasien Tn.E, data sekunder diperoleh dari keluarga (istri) sedangkan data tersier diperoleh dari tenaga kesehatan, dengan melihat dokumentasi keperawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.

2. Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Tn.E Post Op Kolostomi EC kanker kolorecti.

E. Sistematika Penulisan

Bab satu : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metoda penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua : Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker kolon yang terdiri dari pengertian, potofisologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab tiga : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab empat : Pembahasan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab lima: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.PENGERTIAN1. Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).

2. Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

3. Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id).4. Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. (Brunner and Suddarth, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum.

Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.

B.PATOFISIOLOGIPenyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.

Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.

Tumor dapat menyebar melalui :

1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.

Gejala klinis kanker usus besar yang paling sering adalah perubahan pola defekas adanya perdarahan per anus, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan tanda dan gejala penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker, dan sering menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri usus besar .

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:

1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).

2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.

3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.

4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

Klasifikasi

Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).

TTumor primer

TOTidak ada tumor

TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

T2Invasi ke dinding otot

T3Tumor menembus dinding otot

NKelenjar limfa

N0tidak ada metastase

N1Metastasis ke kelenjar regional unilateral

N2Metastasis ke kelenjar regional bilateral

N3Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

MMetastasis jauh

MOTidak ada metastasis jauh

MIAda metastasis jauh

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.

3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.

4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Pencegahan Kanker Kolon.

1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.

2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.

3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.

4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.

5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.

6. Hidup rileks dan kurangi stress.

C.PENATALAKSANAAN (Medis, Keperawatan, Diet)

Penatalaksanaan Medis

1.Pengobatan.

Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka kemungkinan pengobatannya adalah:

a.Pembedahan Reseksi.

Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.

b.Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.

Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).

Jenis-Jenis Kolostomi.

1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:

a. Sementara

Indikasi untuk kolostomi sementara :

1). Hirschprung disease

2). Luka tusuk atau luka tembak

3). Atresia ani letak tinggi

4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).

5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis.

b. Permanen

Indikasi untuk kolostomi permanen :

Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.

2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :

a. Single Barreled Colostomy

b. Double Barreled Colostomy

c. Loop Colostomy

Perawatan Pasca Operasi Kolostomi

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit.

Asenden colostomy atau colostomy yang diikuti dengan reseksi mungkin faecesnya cair diperlukan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Perawatan kulit.

Jika ada iritasi kulit harus dikaji secara tepat guna sehingga tindakan yang diambil tepat.

Prinsip pencegahan kulit sekitar stoma :

a. Pencegahan primer bertujuan untuk proteksi : Bersihkan dengan perlahan- lahan, gunakan skin barier, ganti segera kantong bila terjadi kebocoran / rembes atau penuh.

b. Pencegahan sekunder / penanganan kulit yang sudah terjadi kerusakan. Kulit dengan eritema : ganti kantong kolostomi setiap 24 jam, bersihkan ku1it dengan air hangat pakai kapas dan keringkan, gunakan kantong kolostomi yang tidak menimbulkan alergi ku1it yang erosi, sama dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi daerah erosi dengan zalf misalnya zinksalf.

3. Diet.

Dianjurkan mengkonsurnsi diet yang seimbang terutama dengan stoma permanen. Diet yang dikonsurnsi sifatnya individual asal tidak menyebabkan diare, konstipasi dan menimbu1kan gas.

4. Irigasi kolostomi bertujuan untuk:

a. Mengeluarkan faeses, gas dan lendir/mukus yang memenuhi kolon.

b. Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah.

c. Menetapkan suatu pengeluaran sehingga dapat melakukan aktivitas normal.

5. Membantu pasien stoma.

a. Pertemuan grup

b. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga serta, support mental

c. Radioterapi

Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.

d. Kemoterapi

Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

Penatalaksanaan Keperawatan

1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.

2. Meningkatkan kenyamanan.

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

4. Mencegah komplikasi.

5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Penatalaksanaan Diet

1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.

2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)

3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.

4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.

5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.

6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

Prognosis pasien yang terkena kanker kolon lebih baik bila lesi masih terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat operasi; dan jauh lebih buruk bila telah terjadi penyebaran di luar usus (metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru, dan organ-organ lain.

D. PENGKAJIAN

Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh data sebagai berikut sbb:

Aktivitas/istirahat

Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.

Sirkulasi

Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah. Integritas ego

Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)

Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.

Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.

Tanda : Kontrol, depresi.

Menyangkal, menarik diri, marah.

Eliminasi

Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.

Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.

Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.

Makanan/cairan

Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.

Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema

Neurosensori

Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.

Nyeri/kenyamanan

Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)

Pernapasan

Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).

Pemajanan asbes

Keamanan

Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.

Tanda: Demam.

Ruam ku1it, ulserasi

Seksualitas

Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun

Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.

Interaksi sosial

Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan)

Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara

Sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis

Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.

Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.

Pemeriksaan Penunjang.

1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.

2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.

3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.

4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.

5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.

6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.

9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn E. Doenges (1999), Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito (1997).

1. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker usus besar.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipometabolik berkenaan dengan kanker.

4. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan

5. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh: efek samping obat- obatan, kemoterapi.

6. Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan insisis bedah, pembentukan stoma dan kontaminasi.

7. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan karsinoma kolon.

F. PERENCANAAN 1. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis

situasi (kanker)

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang atau dapat dikontrol

Kriteria Evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, ( 4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif, ( 5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Intervensi :

1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.

3. Pertahankan kontak sering dengan pasien.

4. Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut

5. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit sekunder terhadap tindakan pembedahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal

Kriteria Evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.

Intervensi

1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.

3. Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.

4. Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker .

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan berat badan stabil.

Kriteria Evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.

Intervensi :

1. Pantau masukan setiap hari.

2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.

4. Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering.

5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.

6. Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang adekuatnya masukan cairan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria Evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3) intake dan out put seimbang.

Intervensi :

1. Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis.

2. Timbang berat badan sesuai indikasi

3. Pantau TTV

4. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu.

5. Kaji turgor kulit dan membran mukosa

5. Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan perbaikan rasa berenergi.

Kriteria Evaluasi: ( 1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Intervensi :

1. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.

2. Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien.

3. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin.

4. Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas

5. Dorong masukan nutrisi.

6. Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengidentifikasi pelaksanaan yang tepat untuk kondisi khusus.

Kriteria Evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

Interverensi :

1. Kaji keadaan kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.

2. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.

3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.

4. Baliklah/ubah posisi dengan sering.

5. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diizinkan dokter.

7. Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mempertahankan konsistensi/pola defekasi umum.

Kriteria Evaluasi : (1) Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3) Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah serat

Interverensi :

1. Pastikan kebiasaan eliminasi umum.

2. Kaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi.

3. Pantau masukan dan keluaran serta berat badan.

4. Dorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat.

5. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak.

G. PELAKSANAANPekasanaan atau tindakan keperawatan yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pelaksanaan merupakan rencana tindakan yang telah dilakukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan mencakup: melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan pasien yang berkelanjutan.

Komponen pelaksanaan dari proses keperawatan klien dengan Ca Kolon:

Untuk Diagnosa Keparawatan

Pelaksanaannya adalah : Mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, memberikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman, mempertahankan kontak sering dengan pasien, membantu pasien/orng yang terdekat mengenali rasa takut, meningkatkan rasa tenang dan lingkungan yang tenang.

Diagnosa Keperawatan

Pelaksanaannya adalah : Menentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durai, dan intensitas, serta tindakan yang dilakukan, mendorong keterampilan manajemen nyeri misalnya tehnik relaksasi nafas dalam (dengan cara tarik nafas melelui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik dan sentuhan terampik, evaluasi penghilangan nyeri/kontrol.

Diagnosa Keperawatan

Pelaksanaannya adalah : Memantau masukkan setiap hari, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukkan cairan adekuat, mendorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tapi sering, menciptakan suasana makan yang menyenangkan, mengidentifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.

Diagnosa Keperawatan

Pelaksanaannya adalah : Memantau masukkan dan keluaran berat jenis, menimbang berat badan sesuai indikasi, memantau TTV, mendorong peningkatan masukkan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu, mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.

Diagnosa Keperwatan

Pelaksanaannya adalah : Merencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat, membuat tujuan aktivitas realistis dengan pasien, mendorong pasien untuk melekukan apasaja bila mungkin, memantau respon fisiologis terhadap aktivitas, mendorong masukan nutrisi.

Diagnosa Keperwatan

Pelaskanaannya adalah: Mengkaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker, memandikan dengan air hangat dan sabun ringan, mendorong pasien untuk menghindari, menggaruk dan menepuk kulit yang kering, merubah posisi dengan sering, menganjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan bedak kecuali diijinkan dokter.

Diagnosa Keperwatan

Pelaksanaannya : adalah memastikan kebiasaan eliminasi umum, mengkaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi, memantau masukan dan keluaran serta berat badan, mendorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah sisa, memastikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak.

H. EVALUASIEvaluasi adalah proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang telah ditetapkan. Selama evaluasi perawat kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Perawat harus menyadari bahwa evaluasi adalah dinamis dan berubah terus, bergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi pasien.

Prinsip evaluasi diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang sebenarnya, dimana keputusannya sama dengan keputusan orang banyak. Realibilitas : ketepatan, hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain hasil itu tetap sama. Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang akan diukur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria pengukur yang tepat.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)Kriteria evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, (4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif, (5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan pembedahan.

Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

Kriteria evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan.

Kriteria evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3) intake dan out put seimbang.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keparawatan: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.

Kriteria evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis

Kriteria evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.

Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3) Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah serat.BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini akan menguraikan tentang laporan kasus. Asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi laparatomi dengan pemasangan kolostomi EC Kanker Kolorecti di LV/Bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, mulai dari tanggal 27 Mei 2009 sampai dengan tanggal 29 Mei 2009.

Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari:

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 27-Mei-2009, klien masuk ke L V/Bedah RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 17 Mei 2009 dengan No. Register 32-73-76, dengan Diagnosa Medis Kanker Kolorecti.

1. Identitas Klien

Klien bernama Tn. E, jenis kelamin laki-laki, usia 38 tahun, status perkawinan menikah, beragama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan teakhir SMA, bahasa. Yang digunakan Bahasa Indonesia, pekerjaan TNI AD, beralamat di Asrama Yonif L 501 Jl. Kamboja No.23 Madiun Jawa Timur. Dengan sumber biaya pasien berhak TNI AD, sumber informasi yang didapat berasal dari klien dan juga keluarga (istri).

2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien masuk rumah sakit melalui instalasi gawat darurat RSPAD Gatot Soebroto rujukan dari RS Kesdam Yonif L 501 dengan keluhan utama nyeri pada daerah perut kiri bawah sampai ke belakang, dengan skala nyeri 6.Dan BAB mengeluarkan Darah kurang lebih 2 bulan .Upaya mengatasi Istirahat dan Berobat di Bumi Pengobatan HT namun tidak ada perubahan lalu langsung dirujuk ke RSPAD Gatot Soebrotob. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, baik terhadap obat-obatan, makanan, binatang maupun lingkungan. Klien tidak punya riwayat kecelakaan.Klien belum pernah dirawat . Tidak ada riwayat pemakaian obatc. Riwayat kesehatan keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)

Keterangan :

: laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal satu rumah

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor tesiko : Ibu klian merupakan factor resiko karena meninggal disebabkan CA Ovariume. Riwayat Psikosial dan Spiritual

Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya. Interaksi dalam keluarga pola komunikasi dua arah, pembuat keputusan dalam keluarga adalah klien selaku kepala keluarga, kegiatan kemasyarakatan sebelum sakit tidak ada. Dampak penyakit klien terhadap keluarga setelah klien sakit istri dan anak-anak menunggu di rumah sakit yang jauh dari rumah, keluarga akan menjadi cemas tetapi keluarga menerima dan pasrah terhadap penyakitnya. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Mekanisme koping terhadap stress yang klien lakukan adalah pencegahan masalah dengan cara bermusyawarah dengan seluruh anggota keluarga dan mencari jalan keluarnya. Persepsi klien terhadap penyakitnya. Hal-hal yang sangat dipikirkan klien saat ini ingin cepat sembuh dan dapat kembali bekerja seperti biasanya. Perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit segala aktivitasnya berkurang dan terbatas, tidak bisa menjalankan kegiatan sebagaimana mestinya. Sistem nilai kepercayaan, tidak ada nilali-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan berdoa dan Sholat 5 waktu.

f. Kondisi lingkungan rumah klien tinggal di asrama yang jauh dari keramaian, tempat pembuangan sampah, dan pabrik.

g. Pola kebiasaan sehari-hari (sebelum sakit dan saat ini)

1) Pola Nutrisi

Sebelum sakit frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada makanan yang membuat alergi, makanan pantangan tidak ada, makanan diet tidak ada, penggunaan obat-obat sebelum makan tidak ada.Setelah sakit frekwensi makan 3x/hari, Kurang nafsu makan karena mual makan habis porsi diet ML TKTP tidak menggunakan obat-obatan sebelum makan tidak menggunakan alat bantu (NGT dll).

2) Pola Eliminasi

Sebelum sakit klien buang air kecil 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu (Kateter dan lain-lain), klien buang air besar tidak teratur Feases bercampur darah selama 2 bulanan konsisten padat, nyeri bila BAB menggunakan dulcolak supp kalau 3-4 hari tidak BAB. Saat ini klien BAK 5-6kali/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu (Kateter dan lain-lain) sebelum operasi klien BAB tidak berbentuk BAB setelah operasi pasang kolostomi BAB tidak menentu konsistensi cair wrna kecoklatan, keluhan klien tidak bisa BAB secara normal lewat anus, klien tidak menggunakan laxatif.

3) Pola Personal Hygiene

Sebelum sakit, klien mandi 2x/hari, waktu pagi dan sore, menggosok gigi 3x/hari, waktu pagi, sore dan mau tidur, cuci rambut 3x/seminggu.

Saat ini klien mandi 2x/hari waktu pagi dan sore hari dibantu istri dan perawat , menggosok gigi 2x/hari waktu saat mandi dan mau tidur malam dan belum cuci rambut sudah dua hari post operasi.

4) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit klien tidak pernah tidur siang, lama tidur malam + 7 jam, kebiasaan sebelum tidur berdoa saat ini lama tidur siang klien 2-3 jam/hari, lama tidur malam 5 jam/hari tidur terganggu karena tidur tidak nyaman dengan kantung colostomy yang fesesnya keluar tidak tentu , kebiasaan sebelum tidur berdoa.

5) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit klien suka berolah raga, jenis polly frekuensi 1x/seminggu dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

Saat ini klien tidak bias berolah raga, dan dalam beraktivitasnya sehari-hari klien dibantu oleh istrinya. Segala aktivitas dan kegiatan klien dilakukan diatas tempat tidur dengan cara miring kanan dan miring kiri. 6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Baik sebelum dan sesudah sakit klien tidak merokok dan minum-minuman keras maupun tidak menggunakan NABZA.

3. Pengkajian Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum

Berat badan klien saat ini: 65 Kg, sebelum sakit BB: 70 Kg, tinggi badan: 165 cm, tekanan darah: 110/70 MmHg, nadi 100x/menit. Frekuensi nafas 20x/menit, suhu tubuh 365 0C, keadaan umum lemah, tidak ada pembebasan kelenjar getah bening.

b. Sistem Penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata tidak ptosis, pergerakan bola mata bisa mengikuti gerakan cahaya, konjungtiva merah muda, kornea putih jernih tidak ada kelainan, sklera anikteik, pupil isokor ukuran 2/2 , tidak ada kelainan otot-otot mata fungsi penglihatan baik tidak terdapat tanda-tanda radang (bengkak, merah dan panas), klien tidak menggunakan kaca mata dan lensa kontak, reaksi terhadap cahaya kanan dan kiri positif.

c. Sistem Pendengaran

Daun telinga simetris dapat digerakkan, tidak ada serumen pada telinga, kondisi telinga tengah normal tidak terdapat cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat gangguan keseimbangan dan tidak menggunakan alat bantu dengar.

d. Sistem Wicara

Sistem wicara tidak ada kelainan, bicara jelas dan lancar.

e. Sistem Pernafasan

Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, pernafasan tidak sesak, tidak menggunakan alat bantu nafas, frekuensi 20x/menit. Irama teratur, jenis pernafasan spontan, klien tidak ada batuk, tidak ada sputum, suara nafas vesikuler, tidak nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.

f. Sistem Kardiovaskuler

Sirkulasi peripher nadi: 100x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan darah 110/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, tempaeratur kulit hangat, warna kulit agak pucat, tidak terdapat edema.

Pengisian kapiler 3 detik, kecepatan denyut apical 100x/menit, irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada sakit dada.

g. Sistem Hematologi

Kulit klien agak pucat, tidak ada pendarahan seperti ptikie, mimisan, pendarahan gusi.

h. Sistem Syaraf Pusat

Tingkat kesadaran compos mentis, GCS: 15 (Eye: 4, Motorik: 6, Verbal:5) tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial tidak ada gangguan system persyarafan reflek fisiologis normal ,tidak ada reflek patologis.

i. Sistem Pencernaan

Keadaan mulut klien bersih, gigi tidak karies, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, bising usus 12x/menit, faeces dikeluarkan lewat kolostomi tidak terkontrol, warna faeces kuning kecoklatan, konsistensi faeces cair + 200 cc tiap BAB, hepar tidak teraba, tidak konstipasi klien terpasang kolostomi, jenis doble barrel, pada abdomen kiri bawah, dan kantong kolostomi, terpasang di bagian perut kiri bawah.stoma berwarna merah ,kulit sekitar stoma tidak merah tidak bengkak, nyeri tekan epigastrium ada skala nyeri 6 dan lecetj. Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka gangren.

k. Sistem Urogenital

Balance cairan 2500 cc/24 jam, output urine 2300 cc. Buang air kecil warna kunig jernih, tidak mengalami distensi kandung kemih, klien mengeluh dengan daerah pantat sakit terutama anus, skala nyaeri 7.

l. Sistem Integumen

Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit agak pucat, keadaan kulit di daerah sekitar kolostomi tidak merah, lecet dan sakit, tidak bengkak, infus RL 20 tts/ menit kondisi kulit pemasangan infuse tidak merah tidak bengkak dan tidak nyeri, keadaan rambut tekstur baik, kebersihan baik.klien 2 hari belum cuci rambut.m. Sistem Muskuloskektal

Klien mengalami sedikit kesulitan dalam pergerakan karena adanya kolostomy didaerah perut kiri bawah dan sakit bilah bergerak, tidak sakit pada tulang dan sendi , tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktual tulang belakang seperti skoliosis, kiposis

Kekuatan otot

5 5 5 55 5 5 5

5 5 5 55 5 5 5

4. Data Tambahan

Klien mengatakan telah mengetahui tentang sakit yang dialaminya yaitu CA Colorecti dari dokter dan petugas RS tapi klien tidak/belum mengetahui cara perawatan kolostomy dan cara mengganti kantung kolostomi bila penuh nanti bilah dirumah, klien dan keluarga pasrah menerima penyakitnya.5. Data Penunjang

Hasil laboratorium tanggal 22 mei 2009Hematologi

Hb

: 10,7 g/dl (13-8 g/dl)

HT

: 30% (42-52%)

Eritmosit: 4,4 juta/ul (4,8-8,2 juta/ul)

Leukosit: 17.700/ul (5-10.000/ul)

Trombosit: 400.000/ul (