BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN · berbasis SKP, Pusat SKP, dan KPB sesuai...

26
1 BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TRANSMIGRASI UMUM TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh yang belum berkembang agar menjadi penggerak bagi wilayah tertinggal di sekitarnya dan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan daerah, maka perlu menyelenggarakan transmigrasi umum terpadu di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar; b. bahwa untuk mendapatkan wilayah potensial di Kabupaten Kepulauan Selayar yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan wilayah baru sesuai dengan Rencana Tata Ruang, perlu dibentuk kawasan Permukiman Transmigrasi Umum Terpadu; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Transmigrasi Umum Terpadu; SALINAN

Transcript of BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN · berbasis SKP, Pusat SKP, dan KPB sesuai...

1

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

NOMOR 7 TAHUN 2015

TENTANG

TRANSMIGRASI UMUM TERPADU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong percepatan pembangunan dan

pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh

yang belum berkembang agar menjadi penggerak bagi

wilayah tertinggal di sekitarnya dan untuk meningkatkan

pemerataan pembangunan daerah, maka perlu

menyelenggarakan transmigrasi umum terpadu di wilayah

Kabupaten Kepulauan Selayar;

b. bahwa untuk mendapatkan wilayah potensial di

Kabupaten Kepulauan Selayar yang ditetapkan sebagai

pengembangan permukiman transmigrasi sebagai pusat

pertumbuhan wilayah baru sesuai dengan Rencana Tata

Ruang, perlu dibentuk kawasan Permukiman Transmigrasi

Umum Terpadu;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Daerah tentang Transmigrasi Umum Terpadu;

SALINAN

2

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi

(Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1959

Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1822);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang

Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3682) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15

Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 4, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3800);

3

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2008 tentang

Perubahan Nama Kabupaten Selayar Menjadi Kabupaten

Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 124,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4889);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997

tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah

Dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997

tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 9, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5497);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

dan

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TRANSMIGRASI UMUM

TERPADU.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Selayar.

4

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Kepulauan Selayar.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar yang

membidangi urusan Transmigrasi.

6. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala

SKPD adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Kepulauan Selayar yang membidangi urusan Transmigrasi.

7. Ketransmigrasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

penyelenggaraan transmigrasi.

8. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk

peningkatan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

9. Transmigran adalah warga negara Republik Indonesia yang berpindah

secara sukarela ke kawasan transmigrasi.

10. Kawasan Transmigrasi adalah kawasan budidaya yang memiliki fungsi

sebagai permukiman dan tempat usaha masyarakat dalam satu sistem

pengembangan berupa wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi

Permukiman Transmigrasi.

11. Wilayah Pengembangan Transmigrasi adalah wilayah potensial yang

ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri

atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu di

antaranya direncanakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah

baru sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten.

12. Lokasi Permukiman Transmigrasi adalah lokasi potensial yang ditetapkan

sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan

wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang sebagai kawasan

perkotaan baru sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

5

13. Satuan Kawasan Pengembangan adalah satu kawasan yang terdiri atas

beberapa satuan permukiman yang salah satu di antaranya merupakan

permukiman yang disiapkan menjadi desa utama atau pusat kawasan

perkotaan baru.

14. Permukiman Transmigrasi adalah satu kesatuan permukiman atau bagian

dari satuan permukiman yang diperuntukkan bagi tempat tinggal dan

tempat usaha transmigran.

15. Transmigrasi Umum adalah jenis transmigrasi yang dilaksanakan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah bagi penduduk yang mengalami

keterbatasan dalam mendapatkan peluang kerja dan usaha.

16. Satuan Kawasan Pengembangan yang selanjutnya disingkat SKP adalah

satu kawasan yang terdiri atas beberapa satuan permukiman yang salah

satu diantaranya merupakan permukiman yang disiapkan menjadi desa

utama atau pusat kawasan perkotaan baru.

17. Kawasan Perkotaan Baru yang selanjutnya disingkat KPB adalah bagian

dari Kawasan Transmigrasi yang ditetapkan menjadi pusat pertumbuhan

dan berfungsi sebagai pusat pelayanan Kawasan Transmigrasi.

18. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana strategis

pelaksanaan dan pemanfaataan ruang wilayah kabupaten dengan arahan

struktur dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan penjabaran

rencana tata ruang wilayah provinsi.

19. Transmigrasi Umum Terpadu adalah jenis transmigrasi yang dilaksanakan

oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah bagi penduduk yang

mengalami keterbatasan dalam mendapatkan peluang karja dan usaha

baik di bidang pertanian, perikanan maupun di bidang lainnya.

BAB II

ASAS, TUJUAN, SASARAN DAN ARAH

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Penyelenggaraan Transmigrasi berasaskan :

a. kepeloporan;

b. kesukarelaan;

c. kemandirian;

d. kekeluargaan;

e. keterpaduan; dan

f. wawasan lingkungan.

6

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

Penyelenggaraan Transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pemerataan

pembangunan Daerah, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Bagian Ketiga

Sasaran dan Arah

Pasal 4

Sasaran Penyelenggaraan Transmigrasi adalah meningkatkan kemampuan dan

produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan

mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan

sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Pasal 5

Penyelenggaraan Transmigrasi diarahkan pada pemerataan penyebaran

penduduk yang serasi dan seimbang dengan daya dukung alam, daya tampung

lingkungan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perwujudan

integrasi masyarakat.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 6

Ruang Lingkup Transmigrasi Umum Terpadu meliputi :

a. jenis transmigrasi dan pola usaha pokok;

b. hak dan kewajiban;

c. penyelenggaraan transmigrasi;

d. pembangunan wilayah pengembangan transmigrasi dan lokasi

permukiman transmigrasi;

e. penyediaan tanah;

f. penyiapan permukiman;

g. informasi, seleksi, pendidikan dan pelatihan, serta penempatan;

h. peran serta masyarakat; dan

i. pengawasan dan tindakan administratif.

7

BAB IV

JENIS TRANSMIGRASI DAN

POLA USAHA POKOK

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 7

(1) Jenis Transmigrasi diselenggarakan melalui pola usaha pokok.

(2) Jenis Transmigrasi dikembangkan untuk memanfaatkan kesempatan kerja

dan peluang usaha yang diciptakan melalui pembangunan dan

pengembangan Kawasan Transmigrasi.

Bagian Kedua

Jenis Transmigrasi

Pasal 8

Jenis Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 adalah Transmigrasi

Umum Terpadu.

Pasal 9

(1) Jenis Transmigrasi Umum Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

dilaksanakan pada ruang dalam Kawasan Transmigrasi yang belum layak

untuk pengembangan usaha secara komersial.

(2) Transmigran pada jenis Transmigrasi Umum Terpadu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan bagi penduduk yang mengalami

keterbatasan dalam mendapatkan kesempatan kerja dan peluang usaha.

(3) Dalam menetapkan calon Transmigran sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), seleksi dilaksanakan berdasarkan prioritas penanganan masalah

sosial ekonomi bagi penduduk yang bersangkutan.

(4) Biaya pelaksanaan jenis Transmigrasi Umum Terpadu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

daerah dan/atau anggaran pendapatan dan belanja negara.

Bagian Ketiga

Pola Usaha Pokok

Pasal 10

(1) Pola usaha pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi

kegiatan :

a. usaha primer;

8

b. usaha sekunder; dan/atau

c. usaha tersier.

(2) Kegiatan usaha primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi usaha di bidang pertanian tanaman pangan, perikanan,

peternakan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.

(3) Kegiatan usaha sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi usaha di bidang industri pengolahan dan manufaktur.

(4) Kegiatan usaha tersier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

meliputi usaha di bidang jasa dan perdagangan.

Pasal 11

(1) Pola usaha pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ditetapkan dalam

rencana pembangunan Kawasan Transmigrasi berdasarkan kesesuaian

antara potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan sumber

daya lainnya yang tersedia.

(2) Pola usaha pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

berbasis SKP, Pusat SKP, dan KPB sesuai dengan kegiatan usaha yang

dikembangkan.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 12

(1) Transmigran berhak memperoleh bantuan dari Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah berupa :

a. perbekalan, pengangkutan, dan penempatan di permukiman

transmigrasi;

b. lahan tempat tinggal beserta rumah dengan status hak milik;

c. sarana; dan

d. catu pangan untuk jangka waktu tertentu.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemberian bantuan oleh

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

Setiap Transmigran berkewajiban untuk :

a. bertempat tinggal menetap di permukiman transmigrasi;

9

b. memelihara kelestarian lingkungan;

c. memelihara dan mengembangkan kegiatan usahanya secara berdaya guna

dan berhasil guna;

d. mempertahankan dan memelihara jenis usaha yang diberikan dan

pemilikan tanah serta aset produksinya;

e. memelihara hubungan yang serasi dengan masyarakat setempat serta

menghormati dan memperhatikan adat istiadatnya; dan

f. mematuhi ketentuan ketransmigrasian.

BAB VI

PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI

Bagian Kesatu

Persyaratan

Pasal 14

Setiap warga Negara Republik Indonesia dapat ikut serta sebagai transmigran.

Pasal 15

Keikutsertaan sebagai transmigran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

didasarkan atas kesukarelaan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Warga Negara Indonesia yang berdomisili di wilayah Negara Republik

Indonesia;

b. berkeluarga, dibuktikan dengan Surat Nikah dan Kartu Keluarga;

c. memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku;

d. berusia antara 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 50 (lima puluh)

tahun sesuai dengan KTP, kecuali diatur lain dalam kerja sama antar

daerah;

e. belum pernah bertransmigrasi yang dibuktikan dengan surat keterangan

dari Lurah/Kepala Desa dimana pendaftar berdomisili;

f. berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

g. memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan untuk mengembangkan

potensi sumber daya yang tersedia di lokasi tujuan;

h. menandatangani surat pernyataan kesanggupan melaksanakan kewajiban

sebagai transmigran;

i. lulus seleksi yang dibuktikan dengan surat keterangan lulus dari tim yang

diberikan wewenang untuk melaksanakan seleksi.

10

Pasal 16

(1) Transmigran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 terdiri atas kepala

keluarga dan anggota keluarganya.

(2) Kecuali untuk kepentingan tertentu, Pemerintah Daerah dapat menetapkan

selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 17

Transmigran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diutamakan bagi

penduduk yang berasal dari :

a. wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi dan/atau terbatas

lapangan kerja yang tersedia dan/atau merupakan lahan kritis;

b. daerah yang terkena bencana alam atau gangguan keamanan;

c. masyarakat pesisir nelayan;

d. perambah hutan dan peladang berpindah; dan

e. wilayah yang tempat tinggalnya dijadikan proyek pembangunan bagi

kepentingan umum.

Bagian Kedua

Penyelenggaraan

Pasal 18

Penyelenggaraan Transmigrasi dilakukan sebagai kegiatan penataan dan

persebaran penduduk melalui perpindahan ke dan di wilayah pengembangan

transmigrasi dan lokasi permukiman transmigrasi untuk meningkatkan

kesejahteraan dengan kegiatan penyiapan permukiman, pengarahan dan

penempatan serta pembinaan masyarakat transmigrasi dan pembinaan

lingkungan permukiman transmigrasi.

Pasal 19

Penyelenggaraan Transmigrasi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

a. penyiapan permukiman;

b. pengarahan;

c. penempatan;

d. pembinaan masyarakat transmigrasi; dan

e. pembinaan lingkungan permukiman transmigrasi.

11

Pasal 20

Penyiapan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a

dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang disusun berdasarkan potensi sumber

daya alam dan sumber daya lainnya secara terpadu dengan pembangunan

sektoral berbasis potensi dan keunggulan daerah untuk pembangunan daerah.

Pasal 21

Pengarahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b dilaksanakan

melalui penyuluhan yang disampaikan kepada masyarakat, kelompok,

keluarga dan perseorangan secara langsung atau tidak langsung, bersifat

komunikatif, informatif, persuasif dan edukatif.

Pasal 22

Penempatan Transmigran di permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 huruf c dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah atau mendelegasikan kepada SKPD setelah ada kepastian kesempatan

kerja atau usaha dan tempat tinggal dan telah melalui seleksi yang meliputi

kelengkapan administrasi, telah menikah, kondisi fisik, kesehatan, mental

ideologi dan keahlian atau keterampilan.

Pasal 23

Pembinaan masyarakat Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

huruf d, meliputi :

a. bidang ekonomi, terdiri atas penyediaan sarana produksi, peningkatan

produktivitas lahan dan pengembangan usaha, pembentukan kelembagaan

dan pemasaran, partisipasi masyarakat dan kemitraan usaha;

b. bidang sosial dan budaya, terdiri atas pendidikan, kesehatan dan keluarga

berencana, peningkatan peranan pemuda dan peranan wanita, partisipasi

masyarakat, seni budaya dan olah raga;

c. bidang mental spiritual, terdiri atas ideologi, agama, sikap mental dan

perilaku; dan

d. bidang kelembagaan pemerintahan desa, terdiri atas penyiapan dan

pembentukan prasarana dan sarana pemerintahan desa dan kelembagaan

serta lembaga masyarakat desa.

12

Pasal 24

(1) Pembinaan lingkungan permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 huruf e dilakukan melalui tahap penyesuaian, tahap

pemantapan dan tahap pengembangan.

(2) Tahap penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk

adaptasi dengan lingkungan yang berlangsung selama 1 (satu) tahun 5

(lima) bulan.

(3) Tahap pemantapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk

peningkatan kemampuan dan pemenuhan kebutuhan hidup Transmigran

yang berlangsung selama 1 (satu) tahun 5 (lima) bulan sampai dengan 2

(dua) tahun.

(4) Tahap pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

untuk pengembangan usaha produktif secara mandiri yang berlangsung

paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 25

(1) Penyelenggaraan Transmigrasi diarahkan pada penataan penduduk yang

serasi dan seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung

lingkungan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perwujudan

integrasi masyarakat.

(2) Penataan persebaran penduduk yang serasi dan seimbang dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diwujudkan melalui penciptaan keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan.

(3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diwujudkan melalui peningkatan kualitas transmigran selaku

pribadi, anggota keluarga, kelompok usaha ekonomi dan anggota

masyarakat.

(4) Perwujudan integrasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui penciptaan komunitas transmigran dan penduduk

setempat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum.

13

BAB VII

PEMBANGUNAN WILAYAH PENGEMBANGAN TRANSMIGRASI DAN

LOKASI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

Pasal 26

Pembangunan Wilayah Pengembangan Transmigrasi dan Lokasi Permukiman

Transmigrasi, dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah secara

terkoordinasi dengan instansi teknis terkait.

Pasal 27

(1) Wilayah pengembangan Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26, penetapannya didasarkan pada pertimbangan potensi wilayah

yang memungkinkan pengembangannya bagi upaya mewujudkan pusat

pertumbuhan wilayah.

(2) Wilayah pengembangan Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikembangkan melalui pembangunan satuan kawasan pengembangan.

(3) Dalam satuan kawasan pengembangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) terdapat beberapa satuan permukiman transmigrasi.

Pasal 28

Wilayah pengembangan Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

ditetapkan di :

a. Kecamatan Bontosikuyu, yaitu Desa Appatanah dan Desa Laiyolo

(Jammeng); dan

b. Kecamatan Pasimarannu, yaitu Desa Lambego dan Desa Komba-Komba.

Pasal 29

(1) Pembangunan wilayah pengembangan Transmigrasi dan lokasi

permukiman Transmigrasi dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

terpadu dengan pembangunan sektoral dan pembangunan daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembangunan wilayah

pengembangan Transmigrasi dan lokasi permukiman Transmigrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 30

(1) Dalam Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau Lokasi Permukiman

Transmigrasi dapat dilakukan pemugaran permukiman penduduk

setempat.

14

(2) Pemugaran permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

meliputi perbaikan perumahan, lahan usaha dan jaringan jalan.

(3) Perencanaan maupun pelaksanaan pemugaran permukiman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri atau bersama penduduk

setempat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan dan pemugaran

permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 31

(1) Kawasan yang diperuntukkan sebagai rencana Wilayah Pengembangan

Transmigrasi harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Daerah.

(2) Selain harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Rencana Wilayah Pengembangan Transmigrasi tersebut juga harus

memenuhi syarat :

a. memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan

yang memenuhi skala ekonomis;

b. mempunyai kemudahan hubungan dengan kota atau wilayah yang

sedang berkembang; dan

c. tingkat kepadatan penduduk masih rendah.

Pasal 32

Lokasi permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

ditetapkan di Kecamatan Bontoharu, yaitu Desa Bontoborusu, Desa Kahu-

Kahu dan Desa Bontolebang.

Pasal 33

(1) Lokasi permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

dikembangkan di luar wilayah pengembangan Transmigrasi.

(2) Lokasi permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan untuk mendukung percepatan pengembangan wilayah dan/atau

pusat pertumbuhan wilayah yang sedang berkembang.

Pasal 34

Lokasi permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32

dituangkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

15

BAB VIII

PENYEDIAAN TANAH

Pasal 35

(1) Pemerintah Daerah menyediakan tanah untuk lokasi

penyelenggaraan/permukiman Transmigrasi.

(2) Alokasi penyediaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah dan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 36

(1) Tanah yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk

penyelenggaraan/permukiman Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 35 diberikan dengan hak pengelolaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam hal tanah yang akan diberikan kepada Transmigran dikuasai oleh

Badan Usaha, maka terlebih dahulu diserahkan kepada Pemerintah Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Tanah yang diperuntukkan bagi Transmigran diberikan dengan status hak

milik.

Pasal 37

(1) Hak Milik atas tanah bagi Transmigran pada prinsipnya tidak dapat

dipindahtangankan, kecuali :

a. Transmigran meninggal dunia;

b. setelah memiliki hak paling sedikit selama 20 (dua puluh) tahun;

c. Transmigran Pegawai Negeri yang dialihtugaskan.

(2) Pemindahtanganan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

hak milik menjadi hapus dan tanahnya kembali kepada pemegang Hak

Pengelolaan.

(3) Tanah yang kembali kepada pemegang Hak Pengelolaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada Transmigran pengganti.

16

BAB IX

PENYIAPAN PERMUKIMAN

Pasal 38

(1) Penyiapan permukiman Transmigrasi diarahkan bagi terwujudnya

permukiman Transmigrasi yang layak huni, layak usaha, dan layak

berkembang.

(2) Penyiapan permukiman transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. penyiapan area;

b. perencanaan permukiman;

c. pembangunan perumahan, fasilitas umum, sarana dan prasarana

permukiman; dan

d. penyiapan lahan dan/atau ruang usaha.

(3) Penyiapan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh Pemerintah Daerah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyiapan permukiman sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 39

Perencanaan penyiapan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

ayat (2) disusun berdasarkan potensi sumber daya alam dan sumber daya

lainnya secara terpadu dengan pembangunan sektoral dan pembangunan

daerah.

BAB X

INFORMASI, SELEKSI, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,

SERTA PENEMPATAN

Bagian Kesatu

Informasi

Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah memberikan informasi mengenai ketersediaan lapangan

kerja, kesempatan berusaha, tempat tinggal, kondisi geografis, dan adat

istiadat di kawasan Transmigrasi.

(2) Setiap Transmigran mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk

menetapkan pilihan lapangan kerja dan/atau usaha di kawasan

Transmigrasi sesuai dengan kualifikasi kemampuan masing-masing.

17

Bagian Kedua

Seleksi

Pasal 41

Pemerintah Daerah melakukan seleksi setiap calon Transmigran melalui SKPD

yang membidangi urusan Transmigrasi.

Pasal 42

Calon Transmigran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 diseleksi

berdasarkan prioritas penanganan masalah sosial ekonomi bagi penduduk

yang bersangkutan.

Bagian Ketiga

Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 43

(1) Calon Transmigran yang dinyatakan lulus seleksi diberikan pendidikan dan

pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Bagian Keempat

Penempatan

Pasal 44

(1) Penempatan Transmigran di permukiman Transmigrasi dilaksanakan

setelah ada kepastian kesempatan kerja atau usaha dan tempat tinggal.

(2) Penempatan Transmigran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Pasal 45

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian informasi, seleksi,

pendidikan dan pelatihan, serta penempatan diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 46

(1) Masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya untuk

berperan serta dalam penyelenggaraan Transmigrasi.

18

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan secara perseorangan, kelompok masyarakat, atau badan usaha.

(3) Pemerintah Daerah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk

berperan serta dalam penyelenggaraan Transmigrasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat diatur dengan

Peraturan Bupati.

BAB XII

PENGAWASAN DAN TINDAKAN ADMINISTRATIF

Pasal 47

SKPD melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan

dengan penyelenggaraan Transmigrasi.

Pasal 48

SKPD dapat mengambil tindakan administratif terhadap pihak yang

melakukan pelanggaran dalam penyelenggaraan Transmigrasi.

Pasal 49

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan, bentuk

dan jenis tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dan

Pasal 48 diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 50

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan

tindak pidana di bidang Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Hukum Acara.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh

Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Transmigrasi agar

keterangan dan laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

19

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang Transmigrasi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang Transmigrasi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak

pidana di bidang Transmigrasi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan

barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang Transmigrasi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan

memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang

Transmigrasi;

i. memanggil orang untuk didengarkan keterangan dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana di bidang Transmigrasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada

Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara

Pidana.

BAB XIV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 51

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 16 diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda

paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

20

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan

negara.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 52

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Kepulauan Selayar.

Ditetapkan di Benteng

pada tanggal 30 Desember 2015

Pj. BUPATI KEPULAUAN SELAYAR,

ttd

SYAMSIBAR

Diundangkan di Benteng

pada tanggal 30 Desember 2015

Plt. SEKRETARIS KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR,

ttd

MARJANI SULTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2015

NOMOR 48

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR,

PROVINSI SULAWESI SELATAN : 7

21

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

NOMOR 7 TAHUN 2015

TENTANG

TRANSMIGRASI UMUM TERPADU

I. UMUM

Penyelenggaraan transmigrasi merupakan bagian integral dari

Pembangunan Nasional sehingga dalam pelaksanaannnya tidak terlepas

dari arah, tujuan dan ruang lingkup pembangunan nasional. Sebagai

bagian integral dari Pembangunan Nasional maka penyelenggaraan

trasmigrasi perlu dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

Penyelenggaraan transmigrasi perlu diarahkan pada upaya untuk

meningkatkan efisiensi serta berbagai kegiatan usaha transmigrasi yang

lebih berorientasi kepada pasar, serta menjamin keunggulan yang

komperatif dan kompetitif yang mampu bersaing di pasar domestik

mapun di pasar global. Oleh karena itu penyelenggaraan transmigrasi

perlu mengarah kepada kegiatan penataan dan persebaran penduduk

melalui perpindahan ke dan di wilayah pengembangan transmigrasi dan

lokasi permukiman transmigrasi untuk meningkatkan kesejahteraan

dengan kegiatan penyiapan permukiman, pengarahan dan penempatan

serta pembinaan masyarakat transmigrasi dan pembinaan lingkungan

permukiman transmigrasi.

Sejalan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Daerah perlu

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat dalam

pelaksanaan penyelenggaraan transmigrasi baik secara perseorangan,

kelompok masyarakat, maupun badan usaha dengan memberikan

fasilitasi dan kemudahan.

Pembangunan transmigarasi dilaksanakan berbasis kawasan yang

memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitarnya membentuk suatu

kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Pembangunan Kawasan

Transmigrasi dirancang secara holistic dan komprehensif sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah dalam bentuk Wilayah Pengembangan

Transmigrasi atau Lokasi Permukiman diarahkan untuk mewujudkan

pusat pertumbuhan baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru, sedangkan

Lokasi Permukiman diarahkan untuk mendukung pusat pertumbuhan

22

yang telah ada atau yang sedang berkembang sebagai kawasan perkotaan

baru.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kepeloporan” adalah

penyelenggaraan transmigrasi didasarkan pada jiwa kepeloporan

dan keperintisan dan semangat juang para penyelenggara, para

pelaksana dan para trasmigran, serta pihak terkait lain dalam

mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya

lain.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kesukarelaan” adalah

penyelenggaraan transmigrasi didasarkan pada jiwa dan

semangat tanpa pemaksaan dalam keikutsertaan seseorang

untuk bertransmigrasi.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah para

penyelenggara dan transmigran harus mengarahkan diri agar

upaya pembinaan dan pengembangan kehidupan transmigran

tidak menciptakan sikap ketergantungan.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah dalam

melaksanakan kegiatan usaha dan kehidupan masyarakat, perlu

ditumbuhkan semangat dan jiwa kebersamaan dan gotong

royong.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah dalam

penyelenggaraan transmigrasi selalu terkait dengan hampir

seluruh sektor pembangunan. Oleh karena itu, semangat dan

jiwa untuk mengadakan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi

antar berbagai sektor pembangunan dan instansi berbagai

23

tingkatan, baik Pemerintah Daerah, swasta maupun masyarakat

perlu dikembangkan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas wawasan lingkungan” adalah

penyelenggaraan transmigrasi dilaksanakan berdasarkan

wawasan lingkungan yang telah mempertimbangkan aspek

kelestarian fungsi lingkungan.

Pasal 3

Cukup Jelas

Pasal 4

Cukup Jelas

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Cukup Jelas

Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

ayat (1)

Cukup Jelas

24

ayat (2)

Pada dasarnya untuk memantapkan pembinaan, setiap

trasmigran harus telah berumah tangga. Akan tetapi, karena

pertimbangan khusus, seperti kebutuhan tenaga ahli, guru, dan

dai, yang sangat diperlukan sebagai motivator atau penyuluh,

meskipun belum menikah, seseorang dapat menjadi

transmigran.

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

Cukup Jelas

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

Pasal 30

Cukup Jelas

Pasal 31

Cukup Jelas

25

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Cukup Jelas

Pasal 34

Cukup Jelas

Pasal 35

Cukup Jelas

Pasal 36

Cukup Jelas

Pasal 37

Cukup Jelas

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 39

Cukup Jelas

Pasal 40

Cukup Jelas

Pasal 41

Cukup Jelas

Pasal 42

Cukup Jelas

Pasal 43

Cukup Jelas

Pasal 44

Cukup Jelas

Pasal 45

Cukup Jelas

Pasal 46

Cukup Jelas

Pasal 47

Cukup Jelas

Pasal 48

Cukup Jelas

26

Pasal 49

Cukup Jelas

Pasal 50

Cukup Jelas

Pasal 51

Cukup Jelas

Pasal 52

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

NOMOR 20