ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

354
i ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI JAMBI (StudiTentang Kesejahteraan Dan Sebaran Permukiman Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks Transmigrasi Dalam Provinsi Jambi) DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor (S3) Ekonomi pada Program Studi Doktor Ekonomi Oleh YULMARDI NIM: P3C114024 PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI APRIL 2018

Transcript of ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

Page 1: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

i

ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN

DI PROVINSI JAMBI

(StudiTentang Kesejahteraan Dan Sebaran Permukiman Generasi

Kedua Di Desa-Desa Eks Transmigrasi Dalam Provinsi Jambi)

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor (S3)

Ekonomi pada Program Studi Doktor Ekonomi

Oleh

YULMARDI

NIM: P3C114024

PASCASARJANA

UNIVERSITAS JAMBI

APRIL 2018

Page 2: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

ii

ABSTRAK

Judul : Analisis Generasi Kedua Transmigran di Provinsi Jambi

(Studi TentangKesejahteraan dan Sebaran Permukiman

Generasi kedua di Desa-desaEks.Transmigrasi Provinsi

Dalam Jambi).

Peneliti : Yulmardi

Pembimbing : Prof. Dr. H. Amri Amir, S.E., MS

Dr. Erfit, S.E., MS

Dr. H. Junaidi, S.E., M. Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesejahteraan dan sebaran

permukiman Generasi kedua transmigran di desa-desa eks transmigrasi dalam

Provinsi Jambi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Tujuan

utama metode deskriptif adalah untuk menyederhanakan realitas yang ada dalam

masyarakat, Namun dalam berbagai penelitian metode kualitatif dapat juga

digunakan secara bersama-sama dengan penelitian kuantitatif. Selain itu juga

digunakan metode verifikatif dengan maksud untuk menguji hipotesis-hipotesis

yang telah dirumuskan berdasarkan masalah penelitian.

Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama ditentukan populasi

semua kepala keluarga transmigran yang telah bermukim di lokasi transmigrasi

lebih dari 20 tahun atau telah mempunyai keturunan (generasi kedua). Tahap kedua

ditentukan populasinya yang Eligible yaitu rumah tangga generasi kedua yang

berumur lebih dari 20 tahun atau sudah berstatus menikah, baik yang masih tinggal

di desa-desa eks transmigrasi maupun yang sudah keluar dari rumah tangga atau

pun desa transmigrasi. Unit analisis adalah generasi kedua yang orangtuanya

memiliki pekerjaan utama di perkebunan karet, kelapa sawit dan tanaman pangan

(padi), dengan mengambil sampel Random Number Generated (RNG) pada 6

(enam) desa terpilih di tiga Kabupaten dalam Provinsi Jambi pada tahun 2017.

Untuk menguji hipotesis digunakan Regresi Linier berganda model Binary Logit

dan analisis Chy Square.

Hasil analisis menyimpulkan secara rata-rata kesejahteraan generasi kedua lebih

baik dari generasi pertama, hal ini diketahui dari beberapa indikator: tingkat

pendidikan yang ditamatkan, kondisi perumahan, kepemilikan asset rumah tangga,

struktur ketenagakerjaan, penghasilan dan tabungan, serta jam kerja per minggu.

Sebaran permukiman generasi kedua, sebagian besar (82,14 %) masih bertempat

Page 3: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

iii

tinggal di desa transmigrasi, alasannya lahan yang tersedia masih cukup luas, untuk

yang keluar dari lokasi alasan yang dominan adalah untuk memperoleh penghasilan

yang lebih baik. Berdasarkan Omnibus Test of Model Coefficients disimpulkan

peubah bebas dalam model secara bersama-sama mempengaruhi keputusan

generasi kedua transmigran untuk tetap tinggal dalam desa dan keluar desa. Faktor

utama yang mempengaruhi sebaran permukiman generasi kedua dalam Provinsi

Jambi adalah pendidikan, lapangan usaha, provinsi asal orang tua, pendidikan orang

tua, dan komoditas tanaman utama.

Kata Kunci: Transmigrasi, generasi kedua, Kesejahteraan, Sebaran Permukiman

Binary Logit.

Page 4: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

iv

ABSTRACT

TITLE : Analysis on Second Generation of Transmigrant in Jambi

(A Study in Prosperity and Settlement Distribution on

Second Generarationformer transmigrant villages in

Jambi Province)

Researcher : Yulmardi

Supervisor : Prof. Dr. H. Amri Amir, S.E., MS

Dr. Erfit, S.E., MS

Dr. H. Junaidi, S.E., M. Si

The aim of this research is to analyze the prosperity and settlement distribution on

second generation in former transmigrant villages in Jambi.

This study employs descriptive qualitative and quantitative study. The main aim of

using descriptive method is to simplify the reality happening in the society. Even

though, in various qualitative methods, the methods can be used along with

quantitative method. Besides, it employs verification method intending to try out

the hyphotheses which have been formulated based on research problems.

The data collection is based on two phases. The first stage is based on the population

the family of the transmigrant which have settled in the site for more than 20 years

or have their 2nd generation. The second stage is based on the eligible population;

those who have married for more than 2- years, both for those who are still living

in the site and ones that have moved out. Analysis unit is focused on the second

generation whose parents work mainly in rubber, palm oil, and staple food (rice)

plantation using Random Number Generated (RNG) sampling system in six

villages selected in three regencies in Jambi in 2017. For testing hypotheses, the

researcher uses Linier Regression method employed with Binary Logit and Chy

Square analysis

The researcher concludes that second generation welfare is considered better than

that of the first generation. It is assessed based on several indicators; education

level, settlement, property ownership, employment structure, saving, and weekly

working hour. The distribution of second generation settlement accumulates

82.14% of population still living on the site. The main factor is the availability of

the land while those who choose to move out considers that better wage is the main

reason for their decision. Based on Omnibus Test of Model Coefficients, these

models can influence the decision pattern for the transmigrants to stay. The main

factors affecting settlement distribution are education, job vacancy, the parent’s

hometown, the parent’s education background and the crops.

Key Words: Transmigration, second generation, welfare, settlement distribution,

binary logit

Page 5: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

v

PERNYATAAN ORISINALITAS DISERTASI

Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun rujukan telah saya nyatakan dengan benar sesuai aturan yang berlaku di

Pascasarjana, Universitas Jambi.

Nama : Yulmardi

Nomor Mahasiswa : P3C114024

Program : Doktor Ilmu Ekonomi

Kosentrasi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Generasi Kedua Transmigran Di Provinsi

Jambi (Studi Tentang Kesejahteraan Dan Sebaran

Permukiman Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks

Transmigrasi Dalam Provinsi Jambi).

Jambi, April 2018

Yang memberikan pernyataan

Yulmardi

Materai 6000

Page 6: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

vi

TANDA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Dengan ini Pembimbing Disertasi, menyatakan bahwa Disertasi yang dususun oleh:

Nama : Yulmardi

Nomor Mahasiswa : P3C114024

Program : Doktor Ilmu Ekonomi

Kosentrasi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Generasi Kedua Transmigran Di Provinsi

Jambi (Studi Tentang Kesejahteraan Dan Sebaran

Permukiman Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks

Transmigrasi Dalam Provinsi Jambi).

Telah layak dan memenuhi syarat untuk diuji pada Ujian Promosi Doktor sesuai

dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang berlaku.

Jambi, April 2018

Promotor Ko promotor I Ko promotor II

Prof.Dr.H. Amri Amir, SE, MS Dr. Erfit, SE, MS Dr. H. Junaidi, SE, MS.I

Page 7: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

vii

TANDA PERSETUJUAN KETUA PROGRAM

Nama : Yulmardi

Nomor Mahasiswa : P3C114024

Program : Doktor Ilmu Ekonomi

Kosentrasi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Generasi Kedua Transmigran Di Provinsi

Jambi (Studi Tentang Kesejahteraan Dan Sebaran

Permukiman Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks

Transmigrasi Dalam Provinsi Jambi).

Telah memenuhi semua persyaratan administrasi akademik dan keuangan, untuk

Mencapai tahap Ujian Promosi Doktor.

Jambi, April 2018

Ketua Program

Prof. Dr. H. Amri Amir, SE, MS.

Page 8: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya,

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan menuangkannya dalam bentuk Disertasi.

Disertasi ini merupakan sebagian dari tugas akhir yang merupakan persyaratan untuk

mencapai gelar Doktor Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Jambi.

Penyelesaian disertasi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.

Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang tinggi kepada:

1. Prof. Dr. H. Amri Amir, SE, MS. Selaku ketua komisi pembimbing disertasi yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, dorongan, bimbingan, serta

motivasi yang sangat berharga dalam penyusunan disertasi ini.

2. Dr. Erfit, SE, MS. Sebagai anggota komisi pembimbing I disertasi yang selalu

meluangkan waktunya, dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga

dalam proses penyusunan disertasi ini.

3. Dr. H.Junaidi, SE, MS.I selaku anggota komisi pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya dan telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan serta

saran dengan ikhlas dan penuh pengertian serta kesabaran kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan menuangkannya dalam bentuk

Disertasi.

4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga disampaikan kepada Prof. Dr. H.

Syamsurijal Tan, SE, MA, Dr. Hj. Zulfanetty, SE. M.Si, Dr. H. Zamzami, SE. M.Si,

Dr. H. Syaparuddin, SE. M.Si, Dr. M. Safri, SE. M.Si dan Prof. Dr. H. Syofyardi,

SE, MA serta Prof. Dr. H. Elfindri, SE, MA, (pembahas eksternal) dari Universitas

Andalas Padang, yang telah memberikan masukan, pertanyaan dan kritik yang

sangat berguna pada ujian Prelium II dan seminar proposal disertasi sehingga dapat

membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan dan penyempurnaan disertasi.

5. Ucapan terima kasih dan sayang disampaikan pada istri tercinta Hj. Ernesti Hasan,

S.Pd yang telah mendampingi saya selama ini baik dalam suka maupun duka dan

selalu sabar menghadapi berbagai persoalan, sehingga saya dapat menyelesaikan

pendidikan di program doktor ini. Disamping itu doa yang selalu dipanjatkan oleh

anak- anak saya, tersayang Dios Nugraha Putra, SE,Danu Aditya Putra, Didit

Ramadana Putra, yang menambah semangat untuk Mencapai pendidikan yang lebih

Page 9: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

ix

tinggi. Kemudian iringan do’a dari Keluarga Besar saya, Orang tua, mertua, kakak-

kakak, adik-adik dan Ipar serta urang sumando, terima kasih atas do’a dan

dukungannya.

6. Selanjutnya ucapan yang sama juga disampaikan kepada Kepala Desa Sri Agung,

Kepala Desa Rawa Medang (Kecamatan Batang Asam), Kepala Desa Perintis,

Kepala Desa Rimbo Mulyo (Kecamatan Rimbo Bujang), Kepala desa Marga Mulya,

Kepala Desa Panca Karya (Kecamatan Sungai Bahar) para enumerator yang telah

membantu dalam pengumpulan data dilapangan, serta semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian disertasi ini dimana mereka tidak dapat

disebutkan satu persatu, tetapi telah banyak memberikan saran dan informasi yang

bermanfaat dalam penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa Disertasi ini masih belum sempurna, oleh karena itu

diharapkan kritik dan saran konstruktif untuk penyempurnaanya. Akhirnya, penulis

berharap agar disertasi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan sebagai

referensi tambahan bagi yang memerlukannya.

Jambi, April 2018

Penulis

Yulmardi

Page 10: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Dalam (Pariaman) 4 Juni 1959 merupakan

anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Bagindo Kapeh (Alm) dan Zainar.

Pendidikan SD ditamatkan di Kampung Pauh V Koto Kampung Dalam, SMP di

Kota Medan dan SMEA diselesaikan di Kota Jambi. Pendidikan Sarjana Ekonomi

ditempuh di Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jambi, lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1988 penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang program Magister (S2) program KPK UNIBRAW – UGM

Yogjakarta dengan beasiswa Tim Managemen Program Doktor (TMPD),

Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan menamatkanya pada

tahun 1990. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang program doktor

baru diperoleh pada tahun 2014 ketika Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada tahun

yang sama, dipercaya untuk membuka program doktoral dengan biaya sendiri.

Penulis bekerja sebagai tenaga pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

sebagai dosen sejak tahun 1986. Mata kuliah yang diampu sampai saat ini adalah

Ekonomi Kependudukan, Ekonomi Sumberdaya manusia, Metodologi Penelitian,

Pengantar Ekonomi Mikro, Pengantar Ekonomi Makro dan Seminar Pembangunan

Wilayah. Selama menempuh pendidikan di Program Doktor Ekonomi penulis telah

menghasilkan tulisan dengan judul “The Effect Of Economic Growth and Level Of

wages On Migration Entered In The city Of Jambi” yang diterbitkan dalam

proseding MIICEMA tahun 2016, dan jurnal Internasional dengan judul” The

Sustainability Of Scondary Transmigration Generation and Sosial Economic Factor

In Indonesia” yang akan diterbitkan pada jurnal Open Journal OF Social Science

tahun 2018. Sebagai tenaga edukatif penulis sejak tahun 2008 telah menduduki

jabatan fungsional lektor kepala (golongan ruang IV/C).

Page 11: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

ABSTRACT ............................................................................................... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DISERTASI ........................................ v

TANDA PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ vi

TANDA PERSETUJUAN KETUA PROGRAM ...................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 10

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 13

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 13

1.5 Kebaruan Penelitian ................................................................. 14

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15

2.1 Sejarah Transmigrasi Di Indonesia ......................................... 15

2.2 Teori - Teori Pembangunan Transmigrasi .............................. 23

2.3 Konsep Generasi Kedua di Berbagai Negara ........................... 35

2.4 Generasi Kedua transmigrasi di Indonesia .............................. 37

2.5 Aspek Kesejahteraan ............................................................... 39

2.6 Pemukiman Kembali di Negara-negara lain ........................... 45

2.7 Konsep Pembangunan Berkelanjutan ...................................... 54

2.8 Penelitian- Penelitian Sebelumnya .......................................... 61

2.9 Kerangka Pemikiran ................................................................ 71

2.10 Hipotesis Penelitian ................................................................. 77

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 80

3.1 Metode Penelitian .................................................................... 80

3.2 Alasan Pemilihan Lokasi ......................................................... 81

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................... 82

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................ 87

3.5 Unit Analisis ............................................................................ 87

3.6 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 87

3.7 Alat Analisis ............................................................................ 88

3.8 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ................ 91

Page 12: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xii

BAB.IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ............... 95

4.1 Letak Wilayah dan Topografi ................................................. 95

4.2 Penggunaan tanah .................................................................... 98

4.3 Kependudukan ......................................................................... 100

4.4 Ketenagakerjaan ...................................................................... 107

4.5 Kesempatan Kerja ................................................................... 109

4.6 Tingkat Pendidikan ................................................................. 110

4.7 Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 112

4.8 Perkembangan Upah di Provinsi Jambi .................................. 115

4.9 Sejarah dan Perkembangan Transmigrasi

di Provinsi Jambi ...................................................................... 117

4.10 Transmigrasi Berdasarkan Lokasi dan Penempatan

di Provinsi Jambi ..................................................................... 125

4.11 Transmigrasi Berdasarkan daerah Asal dan

Kabupaten Penempatan di Provinsi Jambi .............................. 126

BAB.V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 130

5.1 Karakteristik Generasi Pertama Transmigran ......................... 130

5.2 Karakteristik Generasi Kedua Transmigran ............................ 149

5.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan Generasi Kedua

dan Pertama ............................................................................. 162

5.4 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sebaran

Permukiman Generasi Kedua .................................................. 198

BABVI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 216

6.1 Kesimpulan .............................................................................. 216

6.2 Saran Kebijakan ...................................................................... 217

6.3 Saran Penelitian Lanjutan ........................................................ 218

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 219

LAMPIRAN .............................................................................................. 227

Page 13: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Komparasi Tujuan Program Pemukiman Kembali Pada

Tujuh Negara ............................................................................... 47

3.1 Tahapan Penentuan Sampel Penelitian Transmigrasi

Generasi Kedua ............................................................................ 83

3.2 Sebaran Desa, Jumlah KK, Jumlah KK yang Eligible dan

Jumlah Responden di Lokasi Penelitian ...................................... 84

3.3 Persentase Responden Generasi Kedua Yang Eligible Serumah

dan tidak Serumah di Lokasi Penelitian, Tahun 2017 ................. 86

4.1 Sebaran Luas Wilayah Provinsi Jambi Berdasarkan Daerah

Kabupaten/Kota, Tahun 2015 ...................................................... 96

4.2 Klasifikasi Topografi/ketinggian Wilayah

di Provinsi Jambi .......................................................................... 98

4.3 Sebaran Penggunaan Lahan di Provinsi Jambi,

Tahun 2015 .................................................................................. 99

4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Jambi dan Indonesia

Tahun 1971 – 2015 ...................................................................... 101

4.5 Sebaran Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, Tahun 2015 ......................... 103

4.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Provinsi Jambi, Tahun 2015 .......................................... 104

4.7 Penduduk Provinsi Jambi Usia 15 tahun keatas yang Bekerja,

Mencari pekerjaan dan bukan angkatan Kerja Menurut

Kabupaten/Kota, Tahun 2015 ...................................................... 106

4.8 Penduduk Provinsi Jambi umur 15 tahun keatas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha tahun 2012-2015 ................................ 108

4.9 Perubahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Di Provinsi Jambi Tahun 2010 -2014 .......................................... 109

4.10 Penduduk Provinsi Jambi umur 15 tahun keatas yang Bekerja

Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan jenis

Kelami Tahun 2015 ...................................................................... 111

4.11 Struktur PDRB Provinsi Jambi Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2006 dan Tahun 2013 ....................................................... 113

4.12 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi,

Tahun 2000 – 2015 ...................................................................... 114

4.13 Perkembangan UMP di Provinsi Jambi

Periode 2000-2015 ........................................................................ 116

4.14 Perkembangan Penempatan Transmigrasi di Provinsi Jambi

dari Pra Pelita sampai dengan Tahun 2015 .................................. 120

4.15 UPT Binaan Provinsi Jambi Tahun 2015 ..................................... 122

4.16 Perkembangan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) di

Provinsi Jambi Tahun 1990/1991- 2015 ...................................... 124

Page 14: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xiv

4.17 Jumlah Transmigrasi Menurut Lokasi dan Daerah Penempatan

di Provinsi Jambi .......................................................................... 126

4.18 Sebaran Transmigrasi di Provinsi Jambi Menurut

Daerah Asal .................................................................................. 127

4.19 Sebaran TPS di Provinsi Jambi Berdasarkan Kelompok

Kabupaten Penempatan, Tahun 2015 .......................................... 129

5.1.1 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kelompok

Umur di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 131

5.1.2 Persentase Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, tahun 2017 .................................... 132

5.1.3 Persentase Kepala Keluarga Generasi Pertama Menurut Status

Perkawinan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 133

5.1.4 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Pendidikan Yang

Ditamatkan Di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 134

5.1.5 Persentase Responden Generasi Pertama Berdasarkan

Asal Provinsi di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 136

5.1.6 Persentase Responden Menurut Tahun Awal Tinggal di Desa Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 .................................. 137

5.1.7 Persentase Responden Menurut Status Ketransmigrasian

Di Lokasi Transmigrasi, Tahun 2017 .......................................... 138

5.1.8 Persentase Responden Menurut Alasan Ikut Bertransmigrasi

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 .................. 139

5.1.9 Persentase Responden Menurut Kedatangan dari Daerah

Asal di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 141

5.1.10 Persentase Responden Menurut Jumlah Anggota Rumah Tangga

Yang Dibawa di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 142

5.1.11 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut KegiatanUtama

Pada Saat Ini di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 143

5.1.12 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Lapangan

Usaha di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 144

5.1.13 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jenis

Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 145

5.1.14 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Status Pekerjaan

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 .................. 147

5.1.15 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kepemilikan

Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 148

Page 15: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xv

5.1.16 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jam Kerja

Perminggu di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi

Tahun 2017 .................................................................................. 149

5.2.1 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kelompok Umur

di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 150

5.2.2 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut JenisKelamin

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 151

5.2.3 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Status Perkawinan

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 152

5.2.4 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Pendidikan

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 154

5.2.5 Persentase responden generasi Kedua Menurut Lapangan

Usaha di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 155

5.2.6 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Pekerjaan

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 157

5.2.7 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut

Status Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 159

5.2.8 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut

Kepemilikan Pekerjaan sampingan di Lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi, Tahun 2017 ........................................................ 160

5.2.9 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jam Kerja

Perminggu di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 162

5.3.1 Luas Lantai Perkapita Generasi Pertama dan Kedua di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 163

5.3.2 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jenis

Lantai Terluas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 164

5.3.2a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis

Lantai Terluas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 165

5.3.3 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jenis

Dinding Terluas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 166

5.3.3a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Dinding Terluas

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 167

Page 16: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xvi

5.3.4 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Atap

Terluas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 168

5.3.4a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Atap

Terluas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 168

5.3.5 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut

Kepemilikan Lahan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 169

5.3.5a Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Rata-rata

Kepemilikan Lahan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 170

5.3.6 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan

Lahan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 171

5.3.6a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Rata-Rata

Kepemilikan lahan di Lokasi grasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 172

5.3.7 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kepemilikan

Mobil di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 173

5.3.7a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan

Mobil di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 174

5.3.8 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kepemilikan

Sepeda Motor di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 175

5.3.8a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan

Sepeda Motor di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 176

5.3.9 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kepemilikan

Mesin cuci di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 177

5.3.9a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan

Mesin cuci di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 177

5.3.10 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kepemilikan

Kulkas di LokasiTransmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 178

5.3.10a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan

Kulkas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 179

5.3.11 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Sumber

Penghasilan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 180

Page 17: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xvii

5.3.11a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Sumber

Penghasilan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 181

5.3.12 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Rata-Rata

Tabungan saat ini di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 183

5.3.12a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Rata-Rata

Tabungan saat ini di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 184

5.3.13 Perbandingan Tingkat Pendidikan Yang ditamatkan Generasi

Pertama dan Kedua di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 186

5.3.13a Uji Chi Kuadrat Pendidikan Generasi Pertama dan Kedua

Di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 ................. 187

5.3.14 Perbandingan Persentase Responden Generasi Pertama dan

Kedua Berdasarkan Status Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi,

Tahun 2017 .................................................................................. 188

5.3.14a Uji Chi Kuadrat Responden Generasi Pertama dan Kedua

Berdasarkan Status Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi,

Tahun 2017 .................................................................................. 189

5.3.15 Perbandingan Persentase Responden Generasi Pertama dan

Kedua Menurut Lapangan Usaha di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017 ....................................................................... 191

5.3.15a Cyi Square Tests Perbandingan Lapangan Usaha Generasi

Pertama dan Kedua di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 191

5.3.16 Perbandingan Persentase responden generasi Pertama dan Kedua

Menurut Jenis Pekerjaan di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 193

5.3.16a Uji Chy Square generasi Pertama dan Kedua menurut Jenis

Pekerjaan di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 193

5.3.17 Perbandingan Persentase Responden Generasi Pertama dan Kedua

Menurut Jam kerja Per Minggu di Lokasi Transmigrasi

Provinsi Jambi, Tahun 2017 ........................................................ 195

5.3.17a Uji Chi Kuadrat Responden Generasi Pertama dan Kedua Menurut

Jam Kerja PerMinggu di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 196

5.3.18 Perbandingan Persentase Responden Generasi Pertama dan Kedua

Berdasarkan Kepemilikan Pekerjaan Sampingan Di Lokasi

Transmigrasi, tahun 2017 ............................................................. 197

5.3.18a Uji Chi Kuadrat Generasi Pertama dan kedua Menurut Kepemilikan

Pekerjaan sampingan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 ................................................................................. 197

5.4.1 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Tempat Tinggal

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 .................. 198

Page 18: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xviii

5.4. 2 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Alasan Masih

Tinggal Di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 200

5.4.3 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Alasan Tidak

Tinggal di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 201

5.4.3a Omnibus Test of Model Coefficien ............................................. 202

5.4.4 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Kelamin

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 .................. 203

5.4.5 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Status Pekerjaan

dan Sebaran di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 204

5.4.6 Persentase Sebaran Generasi Kedua Menurut Lapangan Usaha

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 205

5.4.7 Persentase Sebaran Generasi Kedua Menurut Daerah Asal

Orang Tua di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 206

5.4.8 Persentase sebaran Generasi Kedua Menurut Pendidikan Orang Tua

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 207

5.4.9 Persentase Sebaran Generasi Kedua Menurut Komoditi Utama

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 208

5.4.10 Uji Overall Model Fit Untuk Sebaran Generasi Kedua

Transmigran di Lokasi Transmigran Provinsi Jambi,

Tahun 2017 .................................................................................. 208

5.4.10a Klasifikasi 2x2 Untuk Model Generasi Kedua

dalam Desa ................................................................................... 209

5.4.11 Estimasi Parameter Model Sebaran Generasi Kedua Transmigran

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi , Tahun 2017 ........................... 211

Page 19: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Faktor Daerah Asal, Daerah Tujuan dan Faktor

Penghalang Dalam Keputusan Bermigrasi ....................................... 25

2. Grafik Model Lewis- Fei- Ranis (LFR) tentang pertumbuhan Sektor

Moderen Dalam Perekonomian dua sektor yang Mengalami surplus

Tenaga Kerja ..................................................................................... 28

3. Interaksi daerah Asal dan Daerah Tujuan Migrasi ........................... 34

4. Pilar-Pilar Pembangunan Berkelanjutan ........................................... 57

5. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 76

Page 20: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar pertanyaan untuk transmigrasi generasi pertama ..................... 227

2. Daftar pertanyaan untuk transmigrasi generasi kedua ........................ 235

3. Surat izin pengumpulan data untuk disertasi ....................................... 242

4. Surat rekomendasi dari desa Tempat Penelitian ................................. 244

5. Deskripsi data generasi pertama transmigran

di lokasi penelitian ............................................................................... 250

6. Deskripsi data generasi kedua transmigran

di lokasi penelitian .............................................................................. 288

7. Dokumentasi pelaksanaan penelitian di desa-desa sampel

lokasi transmigrasi dalam Provinsi Jambi ............................................ 316

Page 21: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

1

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Transmigrasi merupakan salah satu bentuk perpindahan penduduk yang

berlangsung di Indonesia. Pelaksanaan program transmigrasi telah berjalan cukup

lama, dimulai pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, dengan nama

kolonisasi sampai zaman reformasi pada saat ini. Pada masa pemerintahan Hindia

Belanda (1905-1941) sasaran utamanya selain untuk mengurangi kepadatan

penduduk Pulau Jawa, juga untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di daerah-

daerah luar Pulau Jawa. Selanjutnya pada masa pemerintahan Jepang (1942-

1945), transmigrasi lebih diarahkan untuk memindahkan penduduk secara paksa

dari pulau Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia untuk bekerja paksa bagi

keperluan Jepang (Swasono dan Singarimbun 1986, Junaidi, 2012).

Pada masa kemerdekaan dan awal orde lama, berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 56 Tahun 1958 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi dan

melalui perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1959 tentang Pokok-

Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi serta peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan

Transmigrasi. Tujuan pelaksanaan transmigrasi adalah untuk mempertinggi taraf

kehidupan , kemakmuran serta kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dalam

memperkokoh rasa persatuan dan keamanan, Sebagai tindak lanjut dari ketentuan

tersebut pada tahun 1965, diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1965

tentang Gerakan Nasional Transmigrasi, yang berisikan tujuan transmigrasi adalah

untuk memperkuat pertahanan dan keamanan revolusi serta meningkatkan

kegiatan pembangunan ekonomi terutama dibidang produksi pangan.

Dimasa Pemerintahan orde baru tujuan transmigrasi semakin berkembang ke

tujuan non demografis. Program transmigrasi tidak hanya bertujuan untuk

menyeimbangkan penyebaran penduduk melalui pemindahan dari wilayah

padatke wilayah jarang, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas dalam rangka

pembangunan nasional. Sasaran kebijaksanaan umumTransmigrasisebagai

Page 22: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

2

tercantum dalam pasal 2, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972 ditujukan kepada

terlaksananya Transmigrasi Swakarsa (spontan) yang teratur dalam jumlah yang

sebesar-besarnya untuk mencapai (a) Peningkatan taraf hidup,(b) Pembangunan

daerah. (c) Keseimbangan penyebaran penduduk. (d) Pembangunan yang merata

seluruh Indonesia. (e) Pemanfaatan sumber-sumber daya alam dan tenaga

manusia. (f) Kesatuan dan persatuan bangsa. (g) Memperkuat pertahanan dan

keamanan nasional.

Di era otonomi daerah, kebijakan dalam menangani kedatangan transmigrasi

sudah saatnya mengutamakan indirect policy dalam hal fasilitas dan

pemberdayaan. Artinya era otonomi daerah utamanya melalui kebijakan

Pemerintah daerah harus mampu memberikansolusi agar ke depan, keberadaan

transmigrasi dapat memberi kontribusi positif bagi perkembangan daerah.

Kebijakan yang diterapkan harus berkonotasi tidak secara massal mengatur

perpindahan penduduk, tetapi lebih pada “menjual” daerah dengan upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang. Penciptaan lapangan

kerja, penjaminan iklim usaha yang kondusif, memberikan informasi potensi

daerah secara intensif serta menjamin terciptanya keamanan dan kenyamanan

untuk bertempat tinggal (Warsono, 2012).

Perubahan-perubahan tersebut telah melahirkan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, dan kemudian diubah melalui Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Sebagaimana dinyatakan dalam

Undang-undang tersebut tujuan Transmigrasi adalah untuk (1) meningkatkan

kesejahteraan Transmigran dan masyarakat sekitar, (2)meningkatkan pemerataan

pembangunan daerah, dan (3) memperkuat persatuandan kesatuan

bangsa.(Rustiandi,E dan Junaidi, 2011.

Pembangunan transmigrasi telah berhasi menciptakan kesempatan kerja,

pemerataan pembangunan di daerah, dan membentuk pusat-pusat pertumbuhan

baru. Berdasarkan data dari Pusdatin Ketransmigrasian (2012), sejak Pra Pelita

sampai dengan tahun 2011, telah membuka 4.537.034 hektar lahan pertanian baru

Page 23: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

3

sebagai lapangan usaha bagi 2,3 juta keluarga yang dimukimkan atau sekitar 8,8

juta orang. Jenis-jenis usaha yang tercipta seperti perdagangan, jasa dan industri

rumah tangga turut berkembang sejalan dengan pertumbuhan produksi pertanian

dipermukiman transmigrasi. Selama ini transmigrasi telah menciptakan 3.325 desa

definitif yang sebagian diantaranya telah berkembang pesat dan menjadi pusat

pertumbuhan seperti ibukota kecamatan, kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM),

kawasan agropolitandan sentra produksi tanaman pangan ataupun perkebunan

(Widaryanto, 2012).

Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan bentukan transmigrasi masih memiliki

potensi yang cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Pusat pertumbuhan

merupakan tempat berkumpulnya kegiatan yang mampu berfungsi sebagai

penggerak pertumbuhan ekonomi serta mempunyai keterkaitan produksi baik

vertikal maupun horizontal. Menurut Najiyati (2005) memperlihatkan bahwa 37

persen permukiman transmigrasi pola pangan berkembang menjadi sentra

produksi pangan dengan sumbangsih produksi padi sebanyak 8,4 juta ton gabah

kering giling (GKG) per tahun.

Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah Santoso, A.D (2003) mengatakan

kontribusi transmigrasi dalam pembangunan daerah, memperlihatkan adanya

kontribusi yang signifikan dari pembangunan Unit Permukiman Transmigrasi

(UPT) terhadap pembangunan daerah yang dilihat dari pengaruhnya terhadap desa

sekitarnya. Sejalan dengan apa yang dikemukakan Siswono, Y (2003) program

transmigrasi telah ikut menunjang pembangunan daerah melalui pembangunan

perdesaan baru. Dari 3000 an (UPT), 945 telah berkembang menjadi desa baru.

Desa-desa baru tersebut tumbuh dan berkembang menjadi ibukota kecamatan dan

bahkan menjadi ibukota kabupaten/kota. Berdasarkan data tahun 2010, eks UPT

yang telah mendorong perkembangan daerah menjadi pusat pemerintahan

sebanyak 97 kabupaten (Kemenakertrans, 2011).Kondisi ini memperlihatkan

bahwa program transmigrasi telah mendukung pembentukan pusat pemerintahan

kabupaten/kota serta kecamatan di Indonesia.

Keberhasilan yang dicapai di daerah tujuan, juga memberikan kontribusi

didaerah asal. Menurut Affandi, J (1985) peranan daya dorong daerah asal cukup

Page 24: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

4

besar bagi transmigran dalam pengambilan keputusan untuk bertransmigrasi.

Faktor ekonomi berupa pemilikan lahan yang sempit,terbatasnya lapangan

pekerjaan, serta rendahnya pendapatan di perdesaan menyebabkan penduduk

calon transmigran bersedia meninggalkan kampung halamannya untuk

memperoleh kesejahteraanyang lebih tinggi. Selain itu program ini juga telah

mendukung dari pada pembangunan beberapa infra struktur yang strategis di

Pulau Jawa.

Kenyataan menunjukkan bahwa program transmigrasi sejak dilaksanakan telah

menjadi salah satu program nasional yang dapat mendorong percepatan

pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah yang terintegrasi dengan upaya

pemerataan penduduk. Transmigrasi telah menjadi kebutuhan dalam

pembangunan daerah dan menjadi rujukan dalam pengembangan potensi wilayah.

Di era otonomi daerah, telah terjadi perubahan kewenangan (urusan) pilihan, baik

bagi pemerintah pusat maupun pemerintah di daerah (propinsi atau

kabupaten/kota).Namun konsekuensi yang muncul bagi pusat dan daerah dari

penentuan pilihan kewenangan (urusan) ini belum begitu jelas. Dampaknya pada

masa reformasi telah terjadi penurunan penempatan transmigrasi. Pada akhir orde

baru (Pelita VI) rata-rata jumlah transmigrasi yang di tempatkan sebanyak

350.064 Kepala Keluarga (KK per tahun, dan pada era otonomi, tahun 2000 –

2004 hanya sebanyak 87.571 KK per tahun. Keadaan ini semakin berkurang pada

tahun 2005- 2009 hanya 41.853 KK per tahun dan terus menurun menjadi 7.310

KK saja pada Tahun 2010- 2012.

Menurunnya jumlah penempatan transmigrasi setelah otonomi daerah,

diduga karena semakin terbatasnya ketersediaan lahan. Di samping itu telah

terjadi perubahan tata pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi dan

otonomi, tidak diikuti dengan perubahan dalam manajemen pembangunan

transmigrasi, yang sesungguhnya “masih belum” mengalami perubahan secara

substansial. Menurut Anharudin, et.al(2008) transmigrasi masih menjadi

“program pemerintah” pusat, sekalipun pelaksanaannya adalah pemerintah

daerah(kabupaten dan provinsi). Perencanaan secara nasional memang sebagian

usulan dari daerah, tapi tanpa dukungan finansial (anggaran) dari pusat, daerah

Page 25: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

5

daerah masih belum mampu berinisiatif membangun transmigrasi, dengan alasan

tidak ada biaya.

Penurunan kinerja transmigrasi juga disebabkan oleh adanya pandangan negatif

seiring dengan keberhasilan yang dicapai program ini. Menurut Soetrisno (1986)

di daerah dimana penduduk asli mempunyai kedudukan ekonomi yang rendah

maka rasa untuk menolak transmigrasi akan sangat terasa. Transmigrasi sering

dikatakan usaha untuk “men Jawakan” daerah, pemindahan kemiskinan,

sentralisasi, menutup kemungkinan bagi mereka untuk menduduki kedudukan

kunci dalam pemerintahan daerah atau dinas yang ada di daerah, dan bertentangan

dengan hak azazi manusia (HAM).

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penempatan transmigrasi di

Indonesia. Penempatan transmigrasi di daerah ini telah dimulai sebelum

kemerdekaan tahun 1940, dan terus berlanjut sampai saat ini. Berdasarkan data

dari Disosnakertran tahun 2016, jumlah transmigran yang telah ditempatkan di

Provinsi Jambi mencapai 83.641KK atau (355.221jiwa), dengan jumlah tersebut

memposisikan Provinsi Jambi sebagai salah satu daerah utama penempatan

transmigran di Indonesia.

Diawal penempatan para transmigran dibekali oleh pemerintah dengan penjatahan

lahan rata-rata 2 Ha masing-masing per KK. Ada 2 jenis lahan yang mereka

terima, dengan jumlah anggota keluarga rata-rata 3-4 orang. Lahan pertama

terletak disekeliling rumah yang telah disediakan (pekarangan) lahan ini ditanami

tanaman berumur pendek seperti Jagung, Ubi, Kacang Tanah, dan Kedelai. Untuk

lahan kedua ditanami tanaman keras yang berumur panjang. Lahan-lahan tersebut

dimanfaatkan transmigrasi tidak hanya untuk pertanian, melainkan juga untuk

perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. Dikawasan transmigrasi Rimbo Bujang

tanaman karet merupakan salah satu komoditi yang paling banyak ditanam oleh

para transmigran dan juga masyarakat sekitarnya karena cepat mendatangkan

keuntungan. Seiring dengan berjalannya waktu anak-anak transmigran pada saat

ini sudah banyak yang memasuki dunia kerja bahkan diduga generasi keduanya

telah membentuk rumah tangga baru.

Page 26: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

6

Program transmigrasi hanya menyiapkan lahan untuk satu generasi, sedangkan

saat ini para transmigran di lokasi permukiman telah sampai pada turunan kedua

bahkan turunanketiga. Jika anak-anak transmigran tersebut, masih berada di lokasi

transmigrasi dengan ketergantungan penghidupan pada lahan generasi pertama

(orang tua yang menjadi transmigran) tentunya akan berdampak pada pembagian

lahan dalam keluarga. Pada tahap selanjutnya, jika ini terus berlanjut akan

berdampak pada munculnya kantong-kantong kemiskinan baru di daerah

penempatan transmigrasi.

Pemerintahdalam hal ini Kemenakertrans, pada saat ini sedang merintis

pembangunan permukiman transmigrasi dengan memanfaatkan tanah hak melalui

jenis transmigrasi umum maupun pemugaran permukiman. Hasil kajian Delam

et.al (2009) dalam Purbandini, L dan Pandiadi, (2012) mengatakan bahwa

pemugaran permukiman menjadi salah satu solusi pemerintah dalam mengatasi

sulitnya mendapatkan tanah untuk transmigrasi. Karena itu, dengan melibatkan

dan partisipasi masyarakat dalam penyediaan tanah hak untuk pembangunan

transmigrasi akan memberikan manfaat diantaranya dapat mengurangi terjadinya

konflik lahan (tanah).

Berdasarkan kenyataan empiris di era otonomi daerah, ingin dikemukakan bahwa

pola transmigrasi dapat diberdayakan menurut karakteristik daerahnya masing-

masing. Bagaimana mengatur kebijakan bagi daerah untuk menarik, kaum migran

dengan tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) tertentu, bagaimana cara eksplorasi

Sumber Daya Alam (SDA) secara proporsional agar dapat menarik investor pull

factor kaum migran yang tidak hanya berbasis pada usaha pertanian, tetapi juga,

industri, jasa dan sektor lainnya. Kemudian yang paling pentingbagaimana agar

kaum pendatang dapat disambut welcome oleh penduduk lokal sebagai mitra

dalam nuansa keamanan dan kenyamanan bermukim (Warsono, 2012).

Dalam pengembangan akses terhadap faktor-faktor produksi, transmigrasi

telah membangun sarana fisik transportasi seperti jalan, jembatan serta gorong-

gorong dan saluran drainase yang telah membuka isolasi daerah yang selama ini

tidak tersentuh pembangunan. Penyebaran penyediaan prasarana transportasi

Page 27: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

7

diyakini dapat membuka ketertinggalan terhadap faktor produksi dan

menyeimbangkan distribusi pendapatan antar kelompok penduduk. Di bidang

pendidikan, transmigrasi telah membangun ribuan fasilitas pendidikan terutama

Sekolah dasar. Bersamaan dengan bangunan fisik juga dilengkapi dengan

peralatan dan penempatan tenaga pengajar. Untuk bidang kesehatan, transmigrasi

telah membangun ribuan unit balai pengobatan disertai dengan penempatan tenaga

para medis dan distribusi obat-obatan selama masih dalam pembinaan.

Penyediaan fasilitas sosial dimaksud tidak saja diperuntukkan bagi para

transmigran, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh semua penduduk sehingga turut

mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Namun demikian, beberapa fakta menunjukkan adanya fenomena kegagalan

program ini. Berdasarkan Laporan Bank Dunia tahun 1986, sekitar 50 persen

keluarga transmigrasi hidup dibawah garis kemiskinan. Pada akhir tahun 1980-an

survey yang dilakukan pemerintah Prancis menyatakan 80 persen dari daerah

transmigrasi di Indonesia gagal memperbaiki standar kehidupan transmigran

(Marr, 1990). Selanjutnya Monbiot (1989) mengemukakan kegagalan program

transmigrasi dalam mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

mengakibatkan beberapa permukiman banyak keluarga meninggalkan lokasi

transmigran setelah dua sampai tiga tahun menjadi peladang berpindah atau

sebagai penebang liar. Kondisi paling buruk terjadi di Irian Jaya, sehingga kota–

kota di daerah ini seperti Merauke dan Jayapura akhirnya dipenuhi pengungsi

yang berasal dari daerah transmigrasi yang gagal.

Dalam perjalanan panjang pelaksanaan transmigrasi di Provinsi Jambi, telah

menunjukkan berbagai keberhasilan baik dari aspek demografi, sosial budaya dan

ekonomi. Namun demikian masih ada diantara permukiman transmigrasi yang

mengalami kegagalan seperti di lokasi transmigrasi pasang surut di Tanjung

Jabung Timur. Secara keseluruhan persentase yang tidak berhasil tergolong kecil.

Para transmigran tersebar hampir di setiap kabupaten yang ada di Provinsi Jambi.

Umumnya mereka mengusahakan hasil pertanian dan perkebunan, seperti di

Kabupaten Tebo dengan perkebunan Karet, Muaro Jambi mengusahakan

Page 28: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

8

perkebunan Kelapa sawit dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Timur usaha

pertanian tanaman pangan (padi).

Berdasarkan observasi pendahuluan di daerah transmigrasi cukup banyak

keberhasilan yang dicapai baik dibidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Di

kawasan transmigrasi Rimbo Bujang Kabupaten Tebo, dengan tanaman utama

karet penempatan transmigrasi di lokasi ini telah dimulai tahun 1976. Berbagai

keberhasilan yang dicapai oleh transmigran telah membuat kehidupan mereka

jauh lebih baik dibanding sebelum bertransmigrasi. Mereka telah mampu

memperoleh penghasilan rata-rata antara Rp 4-4,5 juta per bulan per KK.

Sebahagian diantara anak-anak mereka telah menamatkan pendidikan tinggi, dan

telah bekerja baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Di sektor

pertanian mereka melanjutkan pekerjaan orang tuanya yang telah dirintis

sebelumnya baik di desa sendiri maupun keluar dari kawasan transmigrasi.

Terdapat juga anak-anak transmigran yang bekerja di pemerintahan maupun

sektor swasta di daerah Kabupaten Tebo maupun diluar Kabupaten Tebo.

Kawasan transmigrasi Sungai Bahar merupakan salah satu daerah penempatan

transmigrasi di Provinsi Jambi. Penempatan transmigrasi dimulai pada tahun

1986, mereka berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan transmigrasi

lokal yang berasal dalam Provinsi Jambi. Berpedoman pada generasi kedua

transmigrasi diberbagai permukiman di Indonesia yang telah menunjukkan

berbagai keberhasilan, maka diperkirakan untuk Provinsi Jambi menunjukkan hal

yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan survei awal Generasi kedua transmigrasi

Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi misalnya saat ini (generasi kedua) telah

mengalami perubahan dan sebahagian mereka ada yang meninggalkan

lokasi(melakukan perpindahan lanjutan) ketempat lain. Ada yang melakukan

perpindahan dalam kawasan transmigrasi sendiri dan masih dalam kecamatan

yang sama. Kecamatan lain dalam kabupaten yang sama, terdapat juga mereka

yang pindah diluar kabupaten dalam Provinsi yang sama, bahkan sebagian lagi

ada yang pindah keluar dari Provinsi Jambi.

Berdasarkan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh generasi kedua transmigran

Sungai Bahar mereka bekerja di berbagai bidang kegiatan. Sebagian meneruskan

Page 29: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

9

pekerjaan orang tuanya di sektor Pertanian, atau sub sektor Perkebunan sebagai

petani sawit, petani karet atau sebagai buruh perusahaan. Terdapat juga generasi

kedua yang menjadi mandor dan tenaga administrasi di perusahaan yang sama.

Diluar itu terdapat juga yang bekerja diBank, menjadi PNS, Pedagang, bengkel,

perawat, bidan dan sebagainya.

Dikawasan transmigrasi Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, telah

ditempati sejak tahun 1991.Perbaikan tingkat kesejahteraan telah dirasakan oleh

para transmigran yang berasal dari program transmigrasi pusat sebanyak 70%

(yaitu dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan transmigrasi lokal dari

Provinsi Jambi sebanyak 30 %. Usaha pertanian utama mereka adalah tanaman

padi, selain jagung, ketela dan sayuran. Kondisi ini sangat beralasan karena

daerah ini memiliki sistem pengairan yang baik dengan adanya irigasi yang

dibangun oleh pemerintah. Bila sistem pengairannya dapat ditingkatkan dari 2 kali

menjadi 3 kali dalam setahun, produksi padi dapat mencapai 6-7 ton/ha per tahun

per panen (Hatta, M, 2015). Hal ini memungkinkan penghasilan petani akan

meningkat dibandingkan dengan keadaan sekarang yang baru mencapai sekitar Rp

3,5 – 4 juta per KK per bulan. Pada bidang sosial lainnya telah terjadi kemajuan

yang lebih baik. Anak-anak transmigran di daerah ini, terutama yang telah

menamatkan pendidikan (SLTA ke atas), bekerja di bidang pertanian lainnya

seperti dibidang perkebunan, buruh pabrik sopir dan sebagainya. Diluar itu ada

juga yang bekerja di sektor non pertanian seperti di bidang perdagangan, kantor

pemerintah maupun swasta, pelayan di toko, bengkel, satpam dan pekerjaan

lainnya.

Mengingat, telah berlangsungnya penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi

dalam kurun waktu yang cukup lama, persoalan yang perlu mendapat perhatian

adalah tentang kelangsungan hidup dari anak-anak transmigran (generasi ke

dua).Untuk itu perlu dicarikan kebijakan yang sesuai dalam rangka

pengembangan generasi ke dua transmigrasi ke depan. Hal ini akan menjadi

penting karena terkait dengan salah satu tujuan pelaksanaan program transmigrasi

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan keluarganya.

Page 30: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

10

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa lokasi

penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi hampir meliputi semua kabupaten

yang ada. Dilihat dari permasalahan yang dihadapi belum semua permukiman

transmigrasi berkembang secara baik, untuk permukiman yang kurang

berkembang tentu akan berdampak terhadap pengembangan wilayah sekitarnya.

Sesuai dengan Undang-undang nomor 15 Tahun 1997, disebutkan salah satu

tujuan program transmigrasi adalah dalam rangka meningkatkan pemerataan

pembangunan daerah dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,

permukiman transmigrasi diharapkan berkembang menjadi pusat-pusat

pertumbuhan, dan dapat memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah

sekitarnya. Bila daerah transmigrasi telah berkembang dan tidak berdampak

terhadap wilayah sekitarnya keadaan ini dapat memicu berbagai persoalan yang

pada akhirnya menimbulkan adanya rasa kecemburuan antar wilayah yang

berujung pada ketidakstabilan politik di daerah tersebut.

Berbagai fenomena empirik menurut Junaidi (2012) menunjukkan

ketidakmerataan pembangunan yang berkepanjangan akhirnya menimbulkan efek

yang kontra produktif terhadap berbagai upaya yang telah dilakukan demi

peningkatan pertumbuhan itu sendiri. Di negara-negara yang tingkat pertumbuhan

ekonominya yang tinggi, keberlanjutan pertumbuhan dapat terjaga oleh tingkat

kemajuan yang merata. Berbeda halnya dengan negara berkembang dimana

kemajuan ekonomi yang tinggi seringkali diikuti oleh ketimpangan dalam

pembangunan ekonomi antar wilayah. Kondisi ini tidak terlepas dari pada

keberadaan komponen yang paling lemah. Artinya tingkat kemajuan yang dicapai

oleh daerah juga ditentukan oleh kondisi wilayah tertinggal yang ada.

Terkait dengan transfebility keterampilan migran diungkapkan oleh Bazzi, S et.al

(2016) We use natural experiment in Indonesia to provide causal evidence on the

role of location–specific human capital and skill transfebility in shaping the

spatial distribution of productivity from 1979-1988, the transmigration program

located two million migrants from rural Java and Bali to new rural settlements in

the outer islands.Artinyakami menggunakan eksperimen di Indonesia untuk

Page 31: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

11

menunjukkan bukti bahwa peranan sum berdaya manusia di lokasi tertentu dan

kemampuan alih keterampilan yang membentuk penyebaran produktivitas tata

ruang (wilayah). Dari tahun 1979-1988, program transmigrasi telah merelokasi

sebanyak 2 juta pendatang dari perdesaan Jawa dan Bali kepermukiman perdesaan

baru di pulau-pulau terluar. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk daerah perdesaan

para pendatang perlu menyesuaikan musim tanam yang sama dan menunjukkan

produktivitas padi yang lebih tinggi dengan intensitas panen selama 1-2 dekade

kemudian. Kami menemukan beberapa bukti bahwa transmigran telah mampu

untuk beradaptasi dalam perubahan musim tanam (agro climatic change). Secara

keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan produktivitas daerah

berkemungkinan melebihi potensi keuntungan dari migrasi.

Berbagai temuan empirik menunjukkan bahwa transmigrasi sebagai program

pembangunan telah berhasil dan ada juga yang mengindikasikan kegagalan.

Terdapat permukiman transmigrasi yang berkembang menjadi sentra produksi

pertanian, serta ada juga permukiman yang harus direlokasi karena sering kena

banjir. Di era otoda dengan maraknya pembentukan kabupaten baru, tercatat

cukup banyak eks. Lokasi transmigrasi ditetapkan menjadi ibukota kecamatan

bahkan ibukota kabupaten. Disamping itu harus diakui pula adanya kegagalan di

masa lalu dalam pengembangan areal pertanian sejuta hektar kawasan

pengembangan lahan gambut di Kalimantan Tengah yang melibatkan banyak

pihak dalam pelaksanaan pembangunannya (Soegiarto, S. 2008).

Terkait dengan kontribusi transmigrasi dalam pembangunan daerah, menunjukkan

adanya kontribusi yang signifikan dari pembangunan (UPT) terhadap

pembangunan daerah yang dilihat dari pengaruhnya terhadap desa sekitarnya pada

skala tingkat kecamatan. Menurut studi Santoso, A. D. (dalam Soegiarto, S. 2008)

pembangunan kawasan transmigrasi di lokasi sampel pola usaha tanaman pangan

dan pola tanaman perkebunan mempunyai dampak dalam peningkatan pendapatan

bagi desa sekitarnya, dan menjadi pusat pertumbuhan. Kondisi ini tentu akan

dapat menjadi dasar dalam pengembangan program transmigrasi, sehingga

diharapkan memberikan kontribusi yang positif dalam rangka pengembangan

wilayah perdesaan di Indonesia.

Page 32: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

12

Perkembangan permukiman transmigrasi di Provinsi Jambi dapat didekati dengan

pengukuran beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap kelangsungan

generasi kedua transmigrasi. Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek ekonomi,

sosial budaya, aspek integrasional dan aspek keaktifan layanan lembaga sosial.

Menyangkut perubahan permukiman (perpindahan) yang terjadi pada generasi

kedua transmigrasi di Provinsi Jambi menunjukkan berbagai tipe permukiman,

seiring dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi dari generasi kedua

transmigran. Secara umum pada penelitian ini sebaranpermukiman generasi kedua

yang terjadi dibedakan (1). Didalam desa transmigrasi, (2). Diluar desa

transmigrasi.

Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dari keluarga generasi

keduatransmigran dilakukan dengan menganalisis data keluarga yang menjadi

sampel. Kondisi sosial ekonomi generasi kedua transmigrasi meliputi karakteristik

kepala keluarga, struktur dan kegiatan anggota keluarga, karakteristik tempat

tinggal, kepemilikan lahan pertanian keluarga, kepemilikan asset dan pendapatan

keluarga. Interaksi antara desa-desa eks transmigrasi dengan desa-desa sekitarnya

dapat terjadi diberbagai bidang. Hubungan berupa aliran barang dan jasa, migrasi

tenaga kerja, transfer modal dan pendapatan serta alih teknologi. Terkait dengan

kesejahteraan yang dicapai oleh generasi kedua, dapat diketahui dari kondisi

perumahan, kepemilikan lahan maupun asset yang ada, penghasilan dan tabungan,

struktur ketenagakerjaan. Khusus di bidang peningkatan sumberdaya manusia

dengan menggunakan indikator pendidikan menunjukkan kemajuan yang cukup

berhasil dimana banyak generasi kedua yang telah mencapai pendidikan yang

tinggi. Berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tipe(bentuk)

permukiman generasi kedua transmigran di Provinsi Jambi, menunjukkan terdapat

beberapa penyebab. Faktor tersebut dapat berupa peubah sosial, ekonomi, faktor

kepemilikan lahan dan faktor demografi. Secara lebih jauh faktor tersebut dapat

dibedakan dalam variabel umur, jenjang pendidikan, status pekerjaan, jenis

pekerjaan, lapangan usaha pekerjaan, daerah asal orang tua, jumlah anggota

rumah tangga, dan komoditas utama pertanian yang dimiliki.

Page 33: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

13

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian dalam

bentuk pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimanakarakteristik generasi pertama transmigran di daerah penelitian

dalam Provinsi Jambi?

2. Bagaimana karakteristik generasikedua transmigran di daerah penelitian dalam

provinsi Jambi?

3. Apakah ada perbedaan kesejahteraan generasi kedua transmigrandibandingkan

dengan generasi pertama di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi?

4. Bagaimana sebaran permukiman generasi kedua dan Faktor-faktor apakah

yang mempengaruhinya di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi?

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penyelenggaraan

transmigrasi berkelanjutan (generasi kedua transmigran) di era otonomi daerah

dalam rangka pengembangan wilayah perdesaan. Secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisis karakteristik generasi pertamatransmigran di daerah penelitian

dalam Provinsi Jambi.

2. Menganalisis karakteristik generasi kedua transmigrandi daerah penelitian

dalam Provinsi Jambi.

3. Menganalisis kesejahteraan generasi kedua dibandingkan dengan generasi

pertama di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi.

4. Menganalisis sebaran permukiman generasi kedua transmigran dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya informasi

tentang kelangsungan hidup dan sebaran permukiman transmigran khususnya

generasi ke dua di daerah permukiman transmigrasidalam Provinsi Jambi.

Page 34: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

14

2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak yang

terkait dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan transmigran di

kawasan transmigrasi khususnya, dan Provinsi Jambi umumnya.

3. Di harapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

terutama yang berhubungan dengan pengembangan kawasan transmigrasi di

masa yang akan datang.

1.5 Kebaruan Penelitian

Kebaruan(novelty) penelitian tentang Analisis Generasi Kedua Transmigran Di

Provinsi Jambi (Studi Tentang Kesejahteraan dan Sebaran Permukiman Generasi

Kedua Di Desa-desa Eks Transmigrasi Dalam Provinsi Jambi) terdapat dua

aspek.Pertama,dari sisi objek analisis pembahasan generasi kedua transmigran,

dimana selama ini kajian-kajian yang terkait transmigrasi umumnya

membicarakan perkembangan transmigrasi terbatas pada generasi pertama atau

secara umum transmigrasi, mulai dari tahap penempatan, pembinaan sampai

dengan pasca pembinaan. Sampai saat ini penulis belum ada kajian-kajian yang

mengungkapkan tentang keberhasilan turunan transmigrasi khususnya generasi ke

dua. Hal ini tentu berimplikasi pada kesulitan untuk menilai keberhasilan

pembangunan transmigrasi khususnya dikaitkan dengan peningkatan

kesejahteraan transmigran dan keluarganya. Kedua, dari sisi konsep adanya

penggunaan istilah generasi ke dua (second generation). Hingga disertasi ini

disusun peneliti belum menemukan riset yang membicarakan perkembangan

generasi kedua secara berkelompok dan sistematis. Kajian-kajian yang ada

terbatas dalam membahas keberhasilan anak-anak transmigran (generasi ke dua)

secara perseorangan dan sifatnya kasus per kasus.Berdasarkan pertimbangan ke

dua aspek tersebut, peneliti menganggap kajian tentang “AnalisisGenerasi Kedua

Transmigrandi Provinsi Jambi “(studi tentang kesejahteraan dan sebaran

permukiman generasi kedua di desa-desa eks transmigrasi dalam Provinsi Jambi,

sesuatu yang baru dan belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain.

Page 35: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

15

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Transmigrasi di Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa program transmigrasi di Indonesia telah berlangsung

cukup lama. Mulai dari masa pemerintahan dan kekuasaan kolonial Belanda,

Penjajahan Jepang sampai pada saat masa reformasi atau otonomi daerah. Dimasa

pemerintahan dan kekuasaan tersebut ditandaidengan adanya tujuan, arah dan

kebijakan serta paradigma ketransmigrasian yang berbeda-beda. Program

transmigrasi didasarkan pada konsep dimana jumlah penduduk Pulau Jawa

mencapai 61 persen dari penduduk Indonesia, sedangkan luas daerahnya hanya

sekitar 7% saja (Fearnside.M, 1997)

2.1.1. Transmigrasi Masa Pemerintahan Kolonial Belanda dan Pendudukan

Jepang

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, transmigrasi dikenal dengan istilah

kolonisasi. Dimulai pada tahun1905, pemerintah kolonial memindahkan

penduduk sebanyak 155 Kepala Keluarga (KK) dari Pulau Jawa ke Lampung dan

ditempatkan di Gedong Tataan, di tepi jalan ke Kota Agung, 25 Kilometer sebelah

Barat Tanjung Karang ( Swasono dan Singarimbun, 1986). Kebijakan kolonisasi

penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa dengan berbagai alasan: (1).

Melaksanakan salah satu program politik etis, yaitu memindahkan penduduk

untuk mengurangi jumlah penduduk Pulau Jawa dan memperbaiki taraf kehidupan

yang masih rendah. (2). Pemilikan tanah yang semakin sempit di Pulau Jawa

akibat pertambahan penduduk yang cepat, sehingga kehidupan masyarakat di

Pulau Jawa menurun. (3). Untuk keperluan tenaga kerja di perkebunan dan

pertambangan Belanda di luar Pulau Jawa untuk menjamin pasaran

industri.Penyelenggaraan perpindahan penduduk pada masa kolonisasi dapat

dibagi atas tiga periode (Purboadiwidjojo, S. 1985).

Pertama, periode kolonisasi dengan bantuan pemerintah (1905 – 1911). Pada

periode ini, setiap kepala keluarga mendapatkan bantuan secukupnya. Sebagai

perangsang, setiap KK diberi premi sebesar 20 gulden, dilengkapi dengan alat-alat

Page 36: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

16

masak dan alat-alat pertanian. Di tempat mereka dibantu dengan bahan perumahan

dan bahan makanan untuk 2 tahun. Berdasarkan anggaran pemerintah, biayanya

per KK adalah 300 gulden, dan tidak termasuk biaya pembangunan jalan dan

irigasi.

Kedua, periode Bank Rakyat Lampung, Dalam periode ini (1911 – 1927) bank

diikutsertakan untuk memberi kredit usaha dan untuk membeli bekal kerja. Setiap

KK bisa mendapatkan kredit sampai 200 gulden. Khusus untuk keperluan itu

diberikan oleh De Volkskrediet Bank voor de Lampongsche Disttricten. Kredit

tersebut merupakan kredit jangka panjang dengan periode tenggang waktu 3

tahun dan harus dilunasi dalam 10 tahun dengan bunga 9 persen per tahun pada

periode ini Bank Rakyat Lampung mengalami kerugian, terutama karena

mismanagement, sehingga bank tersebut dinyatakan bangkrut dan dilikuidasi.

Akibatnya program kolonisasi dengan Bank dihentikan.

Ketiga, periode bawon (1923 – 1942). Pada periode ini ditandai dengan adanya

kesulitan ekonomi yang dialami oleh pemerintah kolonial Belanda, akibat krisis

ekonomi dunia yang hebat. Ketika itu banyak sekali perusahaan-perusahan

terpaksa menutup perusahaannya atau mengurangi tenaga kerjanya. Keadaan ini

juga dialami oleh pemerintahan kolonial, dimana minat masyarakat Jawa untuk

ikut kolonisasi cukup tinggi, pemerintah akhirnya mengubah pola kolonisasi

untuk menekan biaya dengan sistem bawon (upah –natura). Alasannya adalah

produksi padi yang begitu banyak, sehingga pemungutannya tidak dapat

diselesaikan oleh tenaga para kolonis sendiri. Pada masa panen raya, banyaknya

sampai 1 dibanding 10, artinya mereka yang bekerja mendapat satu bagian hasil

panen dan sepuluh bagian lagi diperoleh pemilik sawah(Purboadiwidjojo, S.

1985). Untuk menarik para kolonis kembali ke Lampung bagian hasil bawon

dibuat lebih besar yaitu dengan perbandingan 1:7 atau 1: 5, dimana buruh akan

memperoleh 1 bagian setiap tujuh atau 5 bagian yang didapatkan pemilik lahan.

Selama periode pemerintah kolonial Belanda, jumlah penduduk Pulau Jawa yang

dapat dipindahkan hanya sebanyak 60.155 KK atau 232.802 jiwa

(Kemenakertrans, 2012). Akan tetapi bila dilihat dari aspek peningkatan

Page 37: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

17

kesejahteraan peserta kolonisasi, tingkat kehidupan mereka lebih baik jika

dibandingkan saat berada di daerah asal (Dixon, 1980 diacu dalam Junaidi, 2012).

Semasa pemerintahan Jepang di Indonesia (1942 – 1945), usaha transmigrasi tetap

dijalankan. Pola pemindahan penduduk lebih bertujuan untuk kepentingan

pembangunan prasarana militer di luar Pulau Jawa. Bentuk kegiatan ini lebih

bersifat kerja paksa atau dengan istilah Romusha. Romusha semata-mata

ditujukan untuk kepentingan pemerintahan Jepang, sama sekali bukan untuk

kepentingan pemerintahan Indonesia. Pada periode ini telah dipindahkan

penduduk Pulau Jawa ke luar Jawa sekitar 2000 keluarga. Kemudian program

pemindahan penduduk ini terhenti akibat perang kemerdekaan.

2.1.2.Transmigrasi Masa Orde Lama

Setelah kemerdekaan, semua yang berbau kolonial, yang berbau adat dan feodal

menjadi sasaran massa. Semenjak tahun 1946 Pemerintah Republik Indonesia

telah memberi pengarahan kepada massa rakyat untuk membangun. Sejak awal

kemerdekaan, hanya enam bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,

telah dicanangkan transmigrasi dalam pola pembangunan masa datang, seperti

yang diungkapkan Wakil Presiden RI dalam konperensi Ekonomi di Yogyakarta

pada tanggal 3 Februari 1946 (Swasono dan Singarimbun, 1985).

Pelaksanaan transmigrasi di masa orde lama mengacu pada Peraturan Pemerintah

Nomor 56 Tahun 1958 tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan Transmigrasi, dan

kemudian diubah melalui Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1959 tentang

Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi. Kemudian dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 29 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

penyelenggaraan transmigrasi, Peraturan Presiden No. 5 Tahun 1965 tentang

Gerakan Nasional Transmigrasi. Pada masa orde lama tujuan transmigrasi adalah

untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Mengurangi tekanan

penduduk di daerah-daerah padat terutama di Pulau Jawa, membuka sumber-

sumber alam meningkatkan kegiatan ekonomi terutama produksi

pangan,memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta meningkatkan

keamanan dan ketahanan nasional.

Page 38: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

18

Pada tahun 1948 ketika Pemerintah Republik Indonesia membentuk panitia untuk

mempelajari pelaksanaan program transmigrasi merupakan awal dari dimulainya

pelaksanaan transmigrasi pada era orde lama. Akan tetapi pemberangkatan

transmigrasi baru dilaksanakan pada tahun 1950. Dalam menyelenggarakan

perpindahan penduduk tersebut, pemerintah RI mengalami berbagai

permasalahan. Hal ini disebabkan belum mempunyai pengalaman, walaupun

sudah ada contoh-contoh dan referensi pada saat penyelenggaraan kolonisasi

(Rofiq, A U. 1998). Masalah utama adalah tidak stabilnya lembaga pemerintahan

yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan transmigrasi. Ketika itu

penyelenggaraannya ditangani Jawatan Transmigrasi di bawah Kementerian

Sosial. Tahun 1960, Jawatan Transmigrasi menjadi departemen yang digabung

dengan urusan perkoperasian dengan nama Departemen Transmigrasi dan

Koperasi. Pada masa ini selain tujuan demografis, tujuan lain dimaksudkan untuk

meningkatkan keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat, serta

mempererat rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

Pada zaman orde lama (Pra Pelita Tahun 1950 – 1968) ditetapkan target

perpindahan penduduk yang dikenal dengan “Rencana 35 Tahun Tambunan”.

Sasarannya adalah pada tahun 1987 jumlah penduduk pulau Jawa berkurang

menjadi 31 juta jiwa dari kondisi pada tahun 1952 yang sebanyak 54 juta jiwa

(Heeren, 1979 dalam Junaidi, 2012). Namun demikian mengingat sulitnya

pencapaian target tersebut, maka dilakukan revisi target transmigrasi yang lebih

realistis. Dalam kurun waktu selama lima tahun, yaitu tahun 1956-1960

direncanakan pemindahan penduduk Pulau Jawa sebanyak 2 juta orang, atau rata-

rata 400 ribu orang per tahun. Kemudian dalam rencana delapan tahun

selanjutnya, dalam periode 1961- 1968, Departemen Transmigrasi menurunkan

lagi targetnya menjadi 1,56 juta orang, atau rata-rata 195 ribu orang per tahun.

Penurunan target ini akibat dari meningkatnya anggaran untuk pemberangkatan

transmigrasi.

Pada periode rencana delapan tahun, muncul kebijakan Transmigrasi Gaya Baru

pada musyawarah nasional gerakan transmigrasi yang diselenggarakan bulan

Desember 1964. Konsepnya memindahkan kelebihan fertilitas total yang

Page 39: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

19

diperkirakan mencapai 1,5 juta orang per tahun. Pada kebijakan ini muncul pula

ide untuk melaksanakan transmigrasi swakarsa. Pada model ini transmigran baru

ditampung oleh transmigran lama seperti yang pernah dilakukan pada zaman

kolonial Belanda dengan sistem bawon, seterusnya membuka hutan, membangun

rumah, membuat jalan sendiri, sehingga pengeluaran yang ditanggung oleh

pemerintah tidak terlalu besar (Setiawan, N. 2006).

Pada zaman orde lama, minat penduduk Pulau Jawa untuk ikut transmigrasi

cukup tinggi. Bahkan mereka mau berangkat ke daerah transmigran atas biaya

sendiri tanpa bantuan pemerintah. Di tempat tujuan mereka cukup melapor untuk

memperoleh sebidang lahan dan bantuan material lainnya. Pada masa tersebut ada

pengkategorian transmigrasi, sehingga dikenal istilah transmigrasi umum,

transmigrasi keluarga, transmigrasi biaya sendiri dan transmigrasi spontan. Dalam

sistem transmigrasi umum segala keperluantransmigran, sejak dari pendaftaran

sampai di lokasi menjadi tanggungan pemerintah. Pemerintah juga menanggung

biaya hidup selama delapan bulan pertama, bibit tanaman, serta alat-alat pertanian.

Transmigrasi keluarga merupakan sistem transmigrasi beruntun, maksudnya jika

ada keluarga transmigran ingin mengajak keluarganya yang masih tinggal di

Pulau Jawa untuk tinggal di daerah transmigrasi, maka transmigrasi lama harus

menanggung biaya hidup dan perumahan transmigran yang baru. Sistem ini tidak

jalan, karena terlalu memberatkan peserta transmigrasi, akhirnya sejak tahun 1959

tidak dilaksanakan lagi. Transmigrasi biaya sendiri, mengharuskan calon

transmigran mendaftar di tempat asal, kemudian berangkat kelokasi dengan

ongkos sendiri. Setelah sampai di lokasi mereka mendapatkan lahan dan subsidi

seperti transmigrasi umum. Pada transmigrasi spontan selain menanggung sendiri

ongkos ke lokasi, mereka pun harus mengurus sendiri keberangkatannya,

kemudian di tempat tujuan baru mereka melapor untuk mendapatkan lahan di

daerah yang telah ditentukan (Setiawan, N, 2006).Tercatat selama periode orde

lama telah dapat dipindahkan penduduk sebanyak 98.631 kepala keluarga atau

sejumlah 234.802 jiwa. Penempatan transmigran pada periode ini dimukimkan

pada 176 UPT (Kemenakertrans, 2012).

Page 40: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

20

2.1.3.Transmigrasi Masa Orde Baru

Pada zaman orde baru, penyelenggaraan transmigrasi diatur melalui Undang-

Undang No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi

serta Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1973 tentang Penyelenggaraan

Transmigrasi. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut tujuan

transmigrasi adalah: (1) peningkatan taraf hidup; (2) pembangunan daerah; (3)

keseimbangan penyebaran penduduk; (4) pembangunan yang merata di seluruh

Indonesia; (5) pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia; (6)

kesatuan dan persatuan bangsa; dan (7) memperkuat pertahanan dan keamanan

nasional.

Diluar tujuan yang telah disebutkan tersebut, ada penekanan pada produksi beras

dalam kaitan pencapaian swasembada pangan. Untuk itu pembukaan daerah

transmigrasi diperluas ke wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,

Sulawesi dan bahkan sampai ke Papua. Pada tahun 1965-1969, belum ditentukan

target jumlah transmigran yang harus dipindahkan. Daerah transmigrasi seperti

Lampung, Jambi dan Sumatera Selatan yang pada awalnya banyak sekali

menerima transmigran, dalam periode ini hanya menerima sekitar 52 persen dari

total transmigrasi yang diberangkatkan. Pulau Sulawesi menerima jumlah

transmigran sebanyak 25 persen pada saat itu, dan sisanya diberangkatkan ke

pulau-pulau lain seperti Kalimantan dan Papua.

Bila pada masa orde lama dikenal ada empat kategori transmigrasi, pada periode

ini hanya dikenal dua kategori yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi spontan.

Pada transmigrasi spontan pemerintah hanya mengorganisir perjalanan dari daerah

asal ke tempat tujuan, sedangkan ongkos-ongkos semua ditanggung oleh peserta.

Berbeda halnya dengan transmigrasi umum, semua ongkos ditanggung oleh

pemerintah, dan di lokasi mereka memperoleh lahan seluas dua hektar, rumah dan

alat-alat pertanian, serta biaya hidup selama 12 bulan pertama untuk di daerah

tegalan, dan 8 bulan pertama di daerah persawahan menjadi tanggungan

pemerintah. Secara keseluruhan selama periode orde baru pemerintah telah dapat

memindahkan sebanyak 6.708.526 orang atau 1.827.099 keluarga

(Kemenakertrans, 2012).

Page 41: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

21

2.1.4.Transmigrasi Masa Reformasi atau Otonomi Daerah

Sampai dengan masa reformasi jumlah penduduk yang berhasil dipindahkan

dalam program transmigrasi, terus mengalami peningkatan. Namun demikian

tetap saja tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk di Pulau Jawa. Hal ini

selain disebabkan oleh tingginya migrasi masuk ke Pulau Jawa, juga karena masih

tingginya fertilitas penduduk di Pulau Jawa. Dengan demikian, jika dilihat dari

aspek demografis yang dikaitkan dengan pengurangan penduduk di Pulau Jawa,

program transmigrasi ini tidak mencapai sasaran.

Mengingat kondisi diatas, perlu dicari paradigma baru dalam pembangunan

transmigrasi. Hal ini kemudian memunculkan paradigma baru transmigrasi seperti

yang tercantum dalam Undang-Undang No. 15 tahun 1997 tentang

Ketransmigrasian dengan perubahannya dengan Undang-Undang No. 29 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian.

Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan tujuan penyelenggaraan transmigrasi

adalah untuk: (1) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat

sekitar; (2) peningkatan pemerataan pembangunan daerah; dan (3) memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi sasaran yang ingin dicapai adalah

meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi,

membangun kemandirian, dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi

sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara

berkelanjutan.

Penyempurnaan pelaksanaan transmigrasi yang diperlukan antara lain, agar

transmigrasi diupayakan secara merata di wilayah tanah air. Permukiman

transmigrasi tidak merupakan enclave serta memiliki keterkaitan fungsional

dengan kawasan sekitarnya. Berbagai kelompok etnis harus berbaur dalam

kebhinekaan, penduduk setempat juga harus mendapat perhatian yang sama, hal

ini untuk menghindari terjadinya potensi konflik antara pendatang dengan

penduduk setempat.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, sebagaimana dijelaskan dalam

Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah diatur

Page 42: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

22

mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di Negara Indonesia. Pemerintahan

daerah akan memiliki tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya masing-

masing. Untuk itu, pembangunan transmigrasi harus diletakkan pada kerangka

pembangunan daerah yang selanjutnya harus dapat dijabarkan dalam program-

program transmigrasi.

Pelaksanaan program transmigrasi dari waktu ke waktu menunjukkan

perkembangan dan peningkatan baik dari pelaksanaan pengembangan masyarakat

transmigrasi maupun kawasan transmigrasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 3 Tahun 2014, dalam pengembangan masyarakat transmigrasi dan

kawasan transmigrasi pada pasal 94 dijelaskan: (1). Pengembangan masyarakat

transmigrasi dan kawasan transmigrasi merupakan pengembangan dari hasil

pembangunan kawasan transmigrasi untuk mewujudkan kawasan transmigrasi

sebagai satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. (2).

Pengembangan sebagaimana dimaksud, mencakup pengembangan bidang

ekonomi, sosial budaya, mental spiritual, kelembagaan pemerintahan, dan

pengelolaan sumber daya alam dalam satu kesatuan. (3). Pengembangan

sebagaimana dimaksud pada ayat 2, dilaksanakan berdasarkan rencana

pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi serta jenis

transmigrasi. (4). Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan

tanggung jawab pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya. Seperti dikatakan oleh Rahardjo (2016) semangat otonomi

daerah yang berupaya lebih mendekatkan pemerintah kepada rakyatnya itu

disertai penyerahan kewenangan dalam merancang kebijakan program

pembangunan. Pada sektor pertanian, pemerintah daerah dapat menentukan

komoditas unggulan sesuai potensi lokal dan menemukan beragam upaya inovasi

untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

2.2. Teori-Teori Pembangunan Transmigrasi.

Perpindahan suku bangsa di zaman prasejarah di Asia Tenggara, Melanesia dan

Polinesia selama ini didominasi oleh pendapat dari Kern dan Heine-Geldrern,

Page 43: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

23

yangmengemukakan bahwa penduduk kepulauan Nusantara sekarang ini berasal

dari dataran Asia Tenggara. Teori tersebut mengemukakan bahwa terdapat dua

arah yang ditempuh oleh bangsa dahulu itu dalam perpindahan mereka. Arah

Barat daya melalui Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa ke Nusa Tenggara,

danarah Utara ke Taiwan, kemudian ke Selatan menuju Filipina, Kalimantan dan

Sulawesi, dan dari sana ke Irian, Melanesia dan Australia (Naim, 2013).Agar

tujuan pembangunan di berbagai bidang dapat tercapai secara efisien dan efektif

diperlukan alokasi sumber daya yang optimal. Sumber daya tersebut dapat berupa

sumber daya modal fisik, sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Transmigrasi merupakan salah satu bentuk relokasi sumber daya manusia dalam

rangka percepatan pembangunan wilayah (Ananta, 1986).

Banyak faktor penyebab yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk

melakukan perpindahan. Hal ini disebabkan bahwa migrasi merupakan proses

selektif dari individu dengan karakteristik sosial, ekonomi, pendidikan, budaya

dan demografi. Faktor tersebut dapat bersifat ekonomis maupun non ekonomis.

Suharsono (1983) dalam Yulmardi (2008) mengatakan sebagian besar migran

meninggalkan daerah asal karena tidak memiliki tanah dan pekerjaan tetap, di

mana pergi ke daerah lain untuk memperoleh pekerjaan guna meningkatkan taraf

hidupnya. Faktor kemiskinan di daerah asal merupakan daya dorong untuk

melakukan migrasi tenaga kerja ke kota, dengan harapan untuk mendapatkan

pekerjaan, kesempatan kerja di kota lebih besar dari pada kesempatan kerja di

sektor pertanian di desa. Kurangnya sarana kehidupan di Sumatera Barat

mendesak penduduknya pergi merantau; karena kehidupan di rantau jauh lebih

mudah diperoleh dibandingkan kehidupan di daerah asal (Naim,2013). Sementara

motif kepindahan orang-orang Irlandia sebagian besar disebabkan oleh karena

kemelaratan yang luar biasa di daerah asalnya (Mc Gee, 1976). Sementara itu

menurut Tukiran(2002) faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan

mobilitas yaitu faktor ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan, agama dan

bencana alam.

Analisis Daya Dorong dan Daya tarik (Push Pull Theory) secara umum faktor

yang menyebabkan seseorang melakukan mobilitas penduduk, yaitu faktor

Page 44: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

24

pendorong dan adanya faktor penarik. Teori daya dorong dan daya tarik (Push

pull Theory) di introdusir oleh Lee (1966), beliau mengatakan kondisi sosial

ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan

(needs) seseorang, menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang

dapat memenuhi kebutuhannya. Jadi antara daerah asal dan daerah tujuan terdapat

perbedaan nilai kefaedahan wilayah (place utility). Daerah tujuan harus

mempunyai nilai kefaedahan wilayah yang lebih tinggi dibanding dengan daerah

asal untuk dapat menimbulkan mobilitas penduduk. Dengan kata lain, jika

dikaitkan dengan pembangunan, berdasarkan kerangka model ini dapat

dikemukakan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan faktor

yang memicu mobilitas penduduk (Junaidi, et.al, 2005). Menurut Lee, ada empat

faktor yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk melakukan

perpindahan yaitu:(1) Faktor yang terdapat di daerah asal (2) Faktor yang terdapat

di daerah tujuan. (3) Faktor penghalang antara dan (4) Faktor-faktor pribadi.

Faktor 1, 2 dan 3 secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 1.

Faktor yang terdapat di daerah asal maupun di daerah tujuan dapat bersifat positif

(+), negatif (-) atau netral (0) untuk bermigrasi. Faktor positif (+) di daerah asal

berarti mempunyai daya dorong terhadap penduduk/tenaga kerja untuk

meninggalkan daerahnya, sebaliknya faktor positif (+) di daerah tujuan berarti

mempunyai daya tarik terhadap seseorang untuk datang ke daerah tersebut.

Faktor negatif (-) di daerah asal akan berfungsi sebagai penghambat seseorang

untuk pergi ke daerah lain, sedangkan faktor negatif (-) di daerah tujuan adalah

faktor yang tidak di senangi oleh seseorang, sehingga akan menghambat

masuknya seseorang ke daerah tersebut. Faktor netral (0) pada umumnya tidak

berpengaruh terhadap seseorang untuk bermigrasi.

Dari segi ekonomi, faktor- faktor positif yang merupakan daya tarik dari

suatu daerah dapat berupa: terdapatnya peluang-peluang usaha, kesempatan kerja

yang lebih luas, upah nyata yang lebih tinggi, tersedianya fasilitas sosial yang

gratis atau murah, biaya hidup yang lebih murah, terdapatnya institusi ekonomi

yang lebih efisien, serta eksternal ekonomi yang lebih menguntungkan. Untuk

Page 45: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

25

faktor negatif dapat berupa: tidak adanya peluang usaha dan kesempatan kerja,

tingkat upah rendah, biaya hidup tinggi, pajak tinggi dan sebagainya.

Secara diagramatis ketiga faktor tersebut digambarkan oleh Lee sebagai berikut:

(gambar 1).

Faktor penghalang antara

Daerah asal Daerah tujuan

Gambar 1. Faktor Daerah Asal, Daerah Tujuan serta Faktor

Penghalangdalam Keputusan Bermigrasi.

Sumber. Lee (1966)

Penilaian seseorang terhadap suatu faktor dapat bersifat positif (+), negatif (-) atau

netral (0). Hal ini tergantung pada keadaan pribadi orang tersebut yang

dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kebutuhan, dan sifat-sifat pribadi.

Demikian juga persepsi faktor penghalang berbeda antara seseorang dengan orang

lain. Beberapa faktor penghalang antara lain jarak, biaya perjalanan, besarnya

jumlah anggota keluarga, peraturan atau undang-undang migrasi. Rintangan-

rintangan tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda pada setiap orang yang

akan pindah. Ada orang - orang yang memandang rintangan-rintangan tersebut

sebagai hal yang sepele, dan ada juga yang menganggap sebagai hal yang berat

yang menghalanginya untuk pindah. Sedangkan faktor pribadi mempunyai

peranan penting karena faktor-faktor nyata yang terdapat di daerah asal atau

tempat tujuan belum merupakan faktor utama, karena pada akhirnya kembali

kepada keputusan seseorang tentang faktor tersebut, termasuk kepekaan pribadi

dan kecerdasannya. Faktor- faktor itu dapat mempermudah atau memperlambat

seseorang untuk bermigrasi.

+-00+ + -+- - 0 - -+ 0

+-0 + - + --+

0 -+-+

Page 46: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

26

Berdasarkan berbagai faktor tersebut, menurut Todaro (2000) mengemukakan

bahwa motivasi utama seseorang untuk bermigrasi adalah motif ekonomi, yaitu

karena adanya ketimpangan ekonomi antar berbagai daerah. Motif tersebut

sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana mobilitas mempunyai dua

harapan, yakni harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan harapan memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi dari pada yang diperoleh di daerah asal.Menurut

Munir (2010) faktor pendorong dan faktor penarik yang menyebabkan seseorang

melakukan migrasi dapat dikelompokkan:

Faktor-faktor pendorong diantaranya:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber daya alam, menurunnya permintaan atas

barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin sulit diperoleh seperti hasil

tambang, kayu atau bahan dari hasil pertanian.

2. Menyempitnya lapangan kerja di tempat asal (misalnya di perdesaan) akibat

masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive).

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.

4. Tidak cocok lagi dengan adat/budaya/kepercayaan ditempat asal.

5. Alasan pekerjaan dan perkawinan yang menyebabkan tidak

bisamengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang

atau adanya wabah penyakit.

Faktor-faktor penarik diantaranya:

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki

lapangan pekerjaan yang cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.

3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim,

perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

5. Tarikan dari orang yang diharapkan tempat berlindung.

Page 47: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

27

6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.

Berkenaan dengan kajian ekonomi migrasi internal, oleh Lewis (1954), yaitu

tentang proses perpindahan tenaga kerja desa-kota, dimana model yang

dikembangkan Lewis pada tahun 1954 tersebut diperluas Fei dan Ranis pada

tahun 1961 dan merupakan teori umum yang diterima dan dikenal dengan Model

Lewis-Fei- Ranis (L-F-R). Fokus utama dari model ini, ekonomi yang belum

berkembang terdiri dari 2 (dua) sektor, yaitu (1) sektor subsistem pertanian yang

tradisional, dengan ciri produktivitas tenaga kerja nol atau rendah sekali, dan (2)

sektor industri modern di kota dengan produktivitas tinggi, yang mana tenaga

kerjanya merupakan transfer secara gradual dari sektor subsistem. Jumlah transfer

tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan perluasan

industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan lapangan kerja ini

tergantung kepada besarnya investasi (Sunarto, HS, 1985). Diasumsikan bahwa

semua keuntungan yang diperoleh, diinvestasikan kembali, dan upah buruh adalah

tetap, dalam arti upah buruh di sektor industri lebih tinggi dari upah pekerja rata-

rata di sektor pertanian.

Page 48: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

28

F

0

Gambar 2. Grafik Model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R) Tentang Pertumbuhan

Sektor Modern Dalam Perekonomian Dua Sektor yang

Mengalami Surplus Tenaga Kerja.

Sumber: Todaro, MP, (2000).

Dalam kondisi ini pasaran tenaga kerja yang berasal dari desa akan sangat

longgar (perfectly elastic).Pada proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan

peluang kerja di sektor modern teori perpindahan tenaga kerja tersebut dijelaskan

lebih lanjut oleh Todaro (2000) dengan diilustrasikan pada gambar 2, yaitu proses

pertumbuhan sektor modern. Pada sumbu vertikal digambarkan upah riil dan

produk marginal tenaga kerja (diasumsikan sama dalam sektor modern yang

kompetitif) dan pada sumbu horizontal digambarkan kuantitas tenaga kerja.

Pada gambar 2, dapat dijelaskan, OA mencerminkan rata-rata pendapatan

subsisten rieldi sektor tradisional perdesaan. OW adalah upah riel di sektor

kapitalis, dimana tenaga kerja desa diasumsikan ‘tak terbatas’ atau elastis

D2

D3

D1

G B F

D2(K2) D3(K3) D1(K1)

W S

A

L1 L2 L3 Kuantitas Tenaga Kerja

K3>K2>K1

Page 49: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

29

sempurna, seperti diperlihatkan kurva penawaran tenaga kerja WS. Pada tahap

awal pertumbuhan di sektor modern dan dengan suplai modal tertentu, yaitu K1,

kurva permintaan untuk tenaga kerja ditentukan oleh kurva D1(K1). Karena para

pengusaha di sektor modern yang memaksimalkan keuntungan diasumsi

membayar upah para pekerja sampai suatu titik, bahwa produk fisik marginal

mereka adalah sama dengan upah riel (yaitu titik potong F di antara kurva

penawaran dan permintaan tenaga kerja), total tenaga kerja sektor modern akan

sama dengan OL1. Total output sektor modernditunjukkan oleh area yang dibatasi

dengan titik-titik O D1 F L1. Bagian seluruh output yang dibayarkan kepada para

pekerja dalam bentuk upah karenanya akan sama dengan bidang persegi empat O

W F L1. Kelebihan output yang diperlihatkan oleh bidang W D1 F akan menjadi

total keuntungan yang diperoleh para kapitalis. Karena diasumsikan bahwa semua

keuntungan ini di diinvestasikan kembali, jumlah stok capital pada sektor modern

akan naik dari K1 ke K2. Stok kapital yang lebih besar ini mengakibatkan naiknya

kurva produk total sektor modern, yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam

kurva permintaan atau produk marginal tenaga kerja. Pergeseran keluar dari kurva

permintaan ini ditunjukkan dengan garis D2(K2) dalam gambar tersebut. Tingkat

keseimbangan baru pada peluang kerja di kota terjadi pada titik G dengan tenaga

kerja yang dipekerjakan menjadi sebanyak O L2 Output total menjadi O D2 G L2,

sementara upah total dan keuntungan secara berturut-turut naik masing-masing

menjadi O W G L2 dan W D2 G. sekali lagi, keuntungan (W D2 G) yang lebih

besar tersebut di diinvestasikan kembali, sehingga meningkatkan seluruh stok

kapital menjadi K3, dan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke D3(K3) dan

menaikkan tingkat peluang kerja sektor modern menjadi L3.Demikian selanjutnya

proses ini berjalan, sehingga berapa pun jumlah tenaga kerja yang berasal dari

sektor pertanian akan terserap oleh sektor industri di kota. Dalam kondisi ini tidak

ada lagi pengangguran di desa maupun di kota (Gambar 2).

Kendatipun Lewis mengatakan bahwa konsepnya cocok untuk negara-negara

berkembang, namun kenyataannya tidaklah demikian.

Pertama, bahwa terciptanya lapangan kerja dan transfer tenaga kerja proporsional

dengan akumulasi modal, makin cepat pertumbuhan industri, maka makin cepat

Page 50: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

30

pula pertumbuhan pekerja. Kenyataan di negara berkembang terjadi hal yang

sebaliknya, dimana semakin cepat pertumbuhan industri tetapi tidak diikuti

dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Artinya industri dapat berkembang,

namun jumlah tenaga kerja tetap. Hal disebabkan industri tidak bersifatlabor

intensive tetapi bersifatcapital intensive.

Kedua, asumsi Lewis yang mengatakan bahwa di daerah pertanian terdapat

surplus tenaga kerja yang melimpah dan tanpa batas serta di perkotaan terdapat

kesempatan kerja yang luas, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Tenaga kerja

di sektor pertanian tidak tanpa batas dan dilain pihak lapangan pekerjaan di kota

sangat terbatas.

Ketiga, asumsi Lewis tentang upah buruh di sektor industri yang tetap dalam arti

diatas upah buruh di sektor pertanian, maka pernyataan ini tidak seluruhnya benar.

Karena dalam kenyataannya, upah buruh baik di sektor pertanian di desa maupun

di sektor industri di kota secara substantif naik baik absolut maupun relatif

walaupun tingkat penganggurannya semakin meningkat (Sunarto, HS, 1985).

Bertolak dari beberapa kelemahan-kelemahan teori Lewis- Fei-Ranis, Teori

ekonomi tentang migrasi desa-kota juga dikemukakan oleh Todaro (1979), dalam

tulisannya yang terkenal ‘Expected income, models of rural urban migration’

dimana diasumsikan bahwa migrasi desa-kota pada dasarnya merupakan suatu

fenomena ekonomi yang rasional, walaupun pengangguran di kota menumpuk,

tetapi postulat Todaro adalah bahwa seseorang masih mempunyai harapan untuk

mendapatkan income yang lebih tinggi dari pada upah di sektor pertanian.Oleh

karena itu, keputusan untuk melakukan migrasi juga merupakan suatu keputusan

yang telah dirumuskan secara rasional. Pada intinya Todaro (2000) mendasarkan

pada pemikiran bahwa arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan terhadap

adanya perbedaan pendapatan antara kota dengan desa. Mereka baru akan

memutuskan untuk melakukan migrasi jika penghasilan bersih di kota melebihi

penghasilan bersih yang tersedia di desa. Dengan kata lain dalam jangka waktu

tertentu harapan income di kota masih lebih tinggi dari di desa, walaupun telah

memperhitungkan biaya migrasi. Secara matematis teori Todaro dirumuskan

sebagai berikut:

Page 51: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

31

E(Wu) = Wu. Eu/Lu

Dimana:E(Wu) =harapan income di kota

Wu = tingginya upah di kota

Eu = jumlah pekerjaan di kota

Lu = jumlah angkatan kerja di kota

Bila diperhatikan terdapat kaitan yang erat antara teori Todaro dengan teori Lee.

Menurut Todaro seseorang pergi ke kota karena faktor daya dorong yaitu

rendahnya pendapatan di desa, dan faktor penarik yaitu harapan akan

mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dari pada pendapatan di desa. Dalam

kaitannya dalam masalah ini Mc Gee berpendapat bahwa faktor Daya dorong

terutama kemiskinan di desa lebih kuat dari daya tarik kota (Mc Gee, dalam

Sunarto, HS, 1985).

Pada hal kenyataannya, pertumbuhan lapangan pekerjaan di kota lebih rendah dari

pada pertumbuhan angkatan kerja. Bila diumpamakan di kota terdapat satu

kesempatan kerja, maka ada 2 sampai 3 orang datang dari desa. Dengan demikian

akan terdapat 1 sampai 2 orang yang akan menganggur. Jika di kota terdapat 100

kesempatan kerja, maka akan datang 200 sampai 300 orang dari desa. Sehingga

akan terdapat 100 sampai 200 orang yang akan menganggur. Makin besar suatu

kota, menurut Todaro, akan makin besar pula tingkat penganggurannya.

Meskipun angka pengangguran di daerah perkotaan cukup tinggi, secara logika

dan rasional ekonomi migrasi desa- kota akan tetap berlangsung, walaupun secara

rasional ekonomis, kecenderungan tersebut sangat merugikan jika dilihat dari

perspektif sosial.Disamping itu model ini juga masih mengandung banyak

kelemahan, karena menyamaratakan selera, tingkat pendidikan, tingkat penalaran

dan tingkat keterampilan dari semua tenaga kerja. Namun logika yang terkandung

dalam model ini ternyata mampu menjelaskan mengapa tenaga kerja pedesaan

yang berpendidikan lebih tinggi lebih terdorong untuk melakukan migrasi (karena

peluang mereka memperoleh pekerjaan dengan upah lebih tinggi di kota memang

cukup besar). Dorongan bagi mereka untuk melakukan migrasi jauh lebih besar

dari pada yang dirasakan oleh mereka yang kurang berpendidikan.

Page 52: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

32

Jadi singkatnya, model migrasi Todaro (2000) memiliki empat pemikiran dasar

sebagai berikut:

1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali, oleh berbagai pertimbangan

ekonomi rasional dan yang langsung berkaitan dengan keuntungan atau

manfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri (sebagian besar terwujud

dalam satuan moneter, namun ada pula yang terwujud dalam bentuk-bentuk

atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologis.

2. Keputusan untuk berimigrasi tergantung pada selisih antara pendapatan yang

diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan.Pendapatan

yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secara rasional bisa

diharapkan akan tercapai dimasa-masa mendatang). Besar kecilnya selisih

pendapatan itu sendiri ditentukan oleh 2 variabel pokok, yaitu selisih upah

aktual di kota dan di desa, serta besar atau kecilnya kemungkinan

mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan tingkat pendapatan

sesuai dengan yang diharapkan.

3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berkaitan langsung dengan

tingkat lapangan pekerjaan di perkotaan, sehingga berbanding terbalik dengan

tingkat pengangguran di perkotaan.

4. Laju migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun telah melebihi

laju pertumbuhan kesempatan kerja. Kenyataan ini memiliki landasan yang

rasional karena adanya perbedaan ekspektasi pendapatan yang sangat lebar,

yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yang lebih tinggi

yang nyata (memang tersedia). Dengan demikian lonjakan pengangguran di

kota merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari adanya

ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah

perkotaan dan daerah perdesaan (berupa kesenjangan tingkat upah tadi), dan

ketimpangan seperti ditemui di sebagian besar negara-negara berkembang.

Model migrasi desa-kota yang dikemukakan oleh Todaro, juga tidak terlepas dari

berbagai kelemahan terutama berkaitan dengan kelemahan metodologis, yaitu

berhubungan dengan asumsi yang digunakan (Titus, 1982).

Page 53: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

33

1. Asumsi bahwa migran dari desa bersifat homogen. Pada hal kenyataannya

migran bersifat selektif terutama masalah umur dan pendidikan.

2. Asumsi bahwa kesempatan mendapatkan pekerjaan di kota bersifat random,

dalam arti bahwa semua migran mempunyai kesempatan yang sama di dalam

mendapatkan pekerjaan di kota. Asumsi ini hanya berlaku dalam sektor

informal.

3. Asumsi bahwa sektor formal bersifat terbuka, kenyataannya bahwa justru

sektor informal yang terbuka.Kecuali itu, Todaro melupakan bahwa

tumbuhnya sektor formal yang disebabkan oleh berbagai industri besar dapat

berpengaruh terhadap meluasnya sektor informal.

Berkenaan dengan fenomena migrasi Ravenstein yang disebut sebagai bapak

Migrasi merupakan peletak dasar teori gravitasi. Kemudian berkembang teori

gravitasi yang lain, termasuk Teori Lee yang telah dikemukakan terdahulu.

.Ravenstein telah menguraikan pendapatnya tentang fenomena migrasi yang

disusun dalam hukum-hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang. Diantara

hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran Teori ini dikenal

sebagai distance-decay theory.

2. Setiap harus migrasi yang benar, akan menimbulkan harus balik sebagai

penggantinya.

3. Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan timbulnya migrasi.

4. Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat letaknya.

5. Kemajuan teknologi akan meningkatkan intensitas migrasi

6. Motif utama migrasi adalah ekonomi.

7. Migrasi bertahap.

Pendapat Ravenstein yang sudah cukup lama tersebut, ternyata sampai saat ini

masih relevan. Pada dasarnya teori-teori migrasi yang lain merupakan

pengembangan dari hukum Ravenstein (Sunarto, HS, 1985). Selanjutnya

(Norris,1972) mengembangkan Hukum Ravenstein dan Lee, dengan memasukkan

faktor kesempatan antara (intervening opportunities) yang terdapat diantara

daerah asal dan daerah tujuan. Adanya kesempatan antara ini akan mengurangi

Page 54: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

34

volume migran. Makin banyak kesempatan antara makin berkurang volume

migran di suatu daerah tujuan utama.

Norris (1972) berpendapat bahwa fenomena migrasi merupakan interaksi

keruangan, yaitu interaksi antara daerah asal dan daerah tujuan. Namun juga

diakui betapa pentingnya faktor penghalang (barriers) yang terdapat diantara

daerah asal dan daerah tujuan. Secara diagramatis teori Norris dapat digambarkan

sebagai berikut (Gambar 3).

Gambar3: Interaksi Daerah Asal dan Daerah Tujuan Migrasi

Sumber: Norris, (1972)

Pada bagian lain, pendekatan antropologis dalam migrasi menitik beratkan pada

hubungan kekerabatan. Berlangsungnya proses migrasi disuatu daerah tidak

terlepas dari kaitannya dengan eksistensi famili atau kawan yang telah tinggal

lebih dahulu didaerah tersebut. Migran pemula sebagai pioner akan menarik

penduduk dari daerah asal, yang mengakibatkan timbulnya pola migrasi berantai

KESEMPATAN ANTARA

DAERAH ASAL PENGHALANG DAERAH TUJUAN

DORONGAN IMIGRASI

MIGRAN KEMBALI

Page 55: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

35

(chain migration). Harre 1966, dalam Sunarto, HS, (1985) telah mempelajari

proses migrasi berantai dari Pulau Pitcair suatu pulau kecil di Pasifik Selatan ke

New Zealand. Migrasi berantai ini juga terdapat di Indonesia terutama migrasi

penduduk dari Pulau Jawa ke daerah Lampung, setelah dari Lampung menyebar

ke daerah lain khususnya di Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi.

2.3. Konsep Generasi Kedua di Berbagai Negara.

Generasi kedua (second generation) merupakan suatu istilah yang dapat

menimbulkan perbedaan persepsi baik sebagai gagasan deskriptif dan sebagai

kategori analitik. Penggunaan yang paling umum terkait dengan keturunan

generasi pertama, untuk migran negara tujuan adalah turunan kedua atau generasi

kedua. Komplikasi timbul ketika anak memiliki orang tua dari “perkawinan

campuran” misal bapak berkewarganegaraan Yunani sedangkan ibunya Jerman.

Kasus seperti ini banyak ditemui dalam penelitian Christou, A (2008).

Antara tahun 1945 dan 1973 satu diantara enam orang penduduk Yunani

beremigrasi. Mereka menuju Ke negara Amerika Utara dan Australia. Sekitar

tahun 1960, tujuan dominan adalah Jerman.Perkiraan total diaspora (istilah

migrasi) bangsa Yunani di Jerman berkisar antara 3 dan 7 juta, perbedaan tersebut

sebagian besar disebabkan keterbatasan data yang disebut “ diaspora migrasi”

sejak akhir abad ke 19 yang tersebar di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan

Eropa Barat. Setelah tahun 1960 an, perekrutan tenaga kerja migran dihentikan,

namun diaspora Yunani di Jerman ditopang oleh keberlanjutan reunifikasi

keluarga dan kelahiran yang kedua generasi. Migrasi tenaga kerja kembali

berlangsung, meskipun dalam skala yang lebih kecil, terutama setelah bergabung

dengan komunitas Eropa pada tahun 1981.

Emigrasi Yunani ke Jerman merupakan migrasi tenaga kerja klasik, terstruktur

dengan upah dan pasar tenaga kerja Internasional. Tingkat pengangguran yang

tinggi serta pendapatan subsisten merupakan faktor pendorong berlangsungnya

migrasi keluar dari Yunani ke Jerman. Kekurangan tenaga kerja di Jerman telah

menghasilkan perjanjian antara pemerintah Yunani dan Jerman untuk perekrutan

tenaga kerja untuk memacu sektor industri agar tumbuh dan berkembang di

Page 56: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

36

Jerman. Emigrasi Yunani ke Jerman berasal dari seluruh negara bagian, terutama

dari dataran tinggi wilayah Utara perdesaan yang tergolong miskin.

Menurut Christou, A (2008) tingginya arus migrasi yang berlangsung dari Yunani

ke Jerman menimbulkan kekhawatiran di Jerman. Pertama berkaitan dengan

keseimbangan gender, seperti kebanyakan migrasi tenaga kerja ke Eropa era ini,

mayoritas laki-laki, yang mencerminkan perekrutan tenaga kerja untuk bekerja di

pabrik dan pekerjaan konstruksi. Ini tentu akan menyebabkan banyaknya

pernikahan antara laki-laki migran Yunani dengan perempuan Jerman. Selama

periode (1960-1973) sebanyak 38 persen migran perempuan yang berasal dari

Yunani menikah dengan laki-laki Jerman, dimana mereka sebagian besar bekerja

terutama di bidang perlistrikan, pabrik dan jumlahnya lebih banyak dibanding

dengan perempuan Jerman. Kedua tidak berkaitan dengan masalah pertama, yaitu

mengirim kembali anak-anak mereka ke Yunani dan tinggal bersama kerabat. Ada

dua alasan hal ini dilakukan (1).memungkinkan kedua orang tua untuk bekerja

penuh waktu (full time). (2). Anak-anak mereka tidak dirugikan oleh kurangnya

pendidikan dan kebudayaan. Melalui cara demikian pengaturan keluarga, bahasa

dan kehidupan sosial tetap terjaga dan akan menarik diaspora untuk melakukan

kunjungan di saat liburan.

Keinginan yang kuat untuk pindah ke sebuah negara selalu dibayangi oleh

perasaan merasa terikat oleh ikatan keluarga (the power of the family) dan

keturunan etnis dapat dilihat sebagai sebuah proyek eksistensial kembali ke tanah

air leluhur. Isu penting adalah kenyamanan yang luar biasa padasecondgeneration

kembali dalamliteratur berkembang pada migran transnasionalisme atau

kehidupan transnasional.

Menurut Alesina dan Giuliano (2010) The strength of family ties varies

across cultures and it matters for economic decisions. Artinya kekuatan ikatan

keluarga bervariasi antar budaya dan itu penting untuk keputusan ekonomi. Ikatan

keluarga yang lemah akan menumbuhkan peran gender egaliter dimana laki-laki

dan perempuan sama-sama berpartisipasi dalam pekerjaan dan pekerjaan rumah

tangga. Ikatan keluarga yang kuat didasarkan pada “laki-laki pencari nafkah” di

Page 57: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

37

mana orang bekerja penuh waktu dan perempuan mendedikasikan dirinya untuk

pekerjaan rumah tangga. Dalam struktur keluarga tradisional, oleh jaringan

pertukaran antar generasi berdasarkan solidaritas dimana tenaga kerja laki-laki

adalah penyedia ekonomi primer dan wanita tetap di rumah. Sebagai bukti dapat

dicontohkan pada imigran generasi kedua di Amerika Serikat (Alesina dan

Giuliano, 2010). Misalnya seorang wanita yang tidak dapat pekerjaan karena

nasib buruk, kemalasan atau karakteristik individu lain mungkin menghabiskan

lebih banyak waktu di rumah atau meyakinkan diri dan menganggap keluarga

yang penting. Untuk membatasi keprihatinan ini, dapat dipelajari dari berbagai

bentuk ikatan keluarga dari negara asal imigran generasi kedua di Amerika

serikat. Ikatan keluarga yang kuat antara imigran dengan daerah asal ditandai

dengan adanya semacam “bagasi budaya” yang dibawa orang tua dan

mengirimkannya ke generasi selanjutnya.

2. 4.Generasi Kedua Transmigrandi Indonesia.

Istilah transmigrasi dalam hal pemindahan penduduk di Indonesia

digunakan oleh pemerintah Indonesia terutama setelah kemerdekaan tahun 1949.

Tujuannya adalah untuk meringankan tekanan penduduk dan meningkatkan

kesatuan dan persatuan bangsa. Pada waktu itu tahun 1950 Presiden Soekarno

istilah transmigrasi “masalah hidup dan mati bagi bangsa Indonesia”. Pada tahun

1965, Soekarno menetapkan target pemindahan penduduk sebanyak 1,5 juta orang

per tahun, setara dengan peningkatan populasi pulau Jawa waktu itu (Jones 1979

dalam Fearnside.P, 1997).

Pada masa era Presiden Suharto (masa orde baru) usaha untuk mempercepat

program transmigrasi semakin intensif, karena dengan meningkatnya

pertumbuhan penduduk dapat menghalangi pembangunan nasional. Sejak tahun

1969, perencanaan pembangunan di Indonesia di rancang dalam Repelita, atau

rencana pembangunan lima tahun. Pada tahun 1989 total kumulatif keluarga yang

sampai tiga kali yang pindah secara spontan (Fearnside, P.M, 1997).

Transmigrasi umum (TU) merupakan jenis transmigrasi yang disponsori

telah dipindahkan mencapai 1 juta KK atau sekitar 5 juta jiwa, dan ditambah dua

Page 58: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

38

oleh Pemerintah. Dalam program ini pemerintah menyediakan transportasi ke

lokasi permukiman, infra struktur, rumah dan tunjangan hidup sampai mereka

dapat menghasilkan panen pertama. Bidang pertanian merupakan dukungan untuk

sebagian besar transmigran yang pindah selama ini. Dalam pola transmigrasi

normal, setiap keluarga menerima 0,25 ha untuk rumah dan pekarangan 1,0 ha

untuk potensi daerah sawah, dan 0,75 ha lahan pertanian dataran tinggi. Dalam

proyek transmigrasi yang dimulai tahun 1970-an, di Provinsi Jambi dan Sumatera

selatan seperti Rimbo Bujang, diberi tambahan 3 Ha kepada transmigran untuk

menanam karet (Suratman dan Guinnes dalam Fearside, 1997).

Generasi Kedua adalah suatu istilah yang digunakan yang dapat memberikan

tantangan baik sebagai gagasan deskriptif dan sebagai kategori analitik.

Penggunaan istilah yang paling umum adalah terkait dengan “Keturunan Generasi

Pertama”, untuk daerah tujuan transmigrasi di Indonesia.

Berdasarkan pelaksanaan transmigrasi yang telah berjalan cukup lama di

Indonesia (khususnya) sejak Repelita (1969/1970) sampai saat ini diduga sudah

terjadi berbagai perkembangan. Dalam kurun waktu 47 Tahun pelaksanaan

transmigrasi di Indonesia tidak saja telah menghasilkan generasi kedua, bahkan

telah melahirkan turunan ketiga.

Meningkatnya roda perekonomian di lokasi transmigrasi berdampak terhadap

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) anak-anak para transmigran.

Banyak diantara mereka yang berpendidikan sarjana dan kemudian bekerja

sebagai pegawai negeri di kantor-kantor pemerintahan. Diantara mereka banyak

juga yang secara rutin berkunjung kedaerah asalnya di Jawa sekaligus secara tidak

langsung telah menunjukkan keberhasilan setelah mengikuti program transmigrasi

(Alihar, F,2012).

Dari tanah transmigrasi, muncul banyak orang sukses. Mereka umumnya

generasi kedua anak-anak transmigran yang mengikuti jejak orang tuanya di

kampung yang baru. Ada yang jadi guru besar, dosen dan pengusaha. Bahkan

ribuan guru sekolah yang tentu secara prestasi dan ekonomi lebih makmur

dibandingkan dengan saudara-saudara mereka di Pulau Jawa yang enggan menjadi

transmigran.

Page 59: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

39

Pencapaian bidang pendidikan paralel dengan keberhasilan di bidang ekonomi.

Rata-rata anak-anak transmigran mampu membuktikan diri menjadi

entrepreneurshipsejati di tanah rantau. Sebut saja Dominikus Supriyanto, seorang

pengusaha sepeda motor di Pasaman Barat. (http://Tabloid Perempuan Indonesia

Transmigrasi Sukses, 30 Desember, 2013). Keberhasilan lain seperti dikutip dari

Dewabrata(2007) generasi kedua yang merupakan anak-anak dari para

transmigran seperti Arbain, yang menikmati kerja keras orang tuanya. Mereka

bisa menyekolahkan anaknya ke Jawa, membangun rumah dan membeli berbagai

perabot rumah. Lain lagi Sarno (37 tahun) generasi kedua transmigran, kini

menguasai 4,5 hektar kebun karet. Dia mengaku sangat bahagia dengan

keberhasilan yang dicapai di bumi transmigrasi. Hasil kebun karetnya bisa

membangun 2 buah rumah yang relatif mewah untuk ukuran desa transmigrasi.

Keberhasilan lain adalah telah menjadikan 125.000 keluarga petani plasma

tangguh yang masing-masing memiliki 2 Ha lahan tanaman pokok, 0,75 Ha lahan

pekarangan dan 0,25 Ha lahan perumahan. Rata-rata pendapatan mereka lebih

dari Rp 4-5 juta per bulan untuk tanaman sawit, telah melunasi cicilan kredit yang

diberikan oleh Bank. Mereka juga telah menerima berbagai fasilitas permukiman

yang disediakan oleh pemerintah lebih baik. Akan tetapi, usaha-usaha kerja keras

yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara

(PTPN), Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, Pemerintah Provinsi, telah

mencapai sasaran dengan menyerahkan sepenuhnya kepada petani itu sendiri

ataupun kepada anak-anak mereka sebagai generasi kedua.

2.5. Aspek Kesejahteraan

Tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk merubah suatu kondisi dari keadaan

semula ke keadaan yang lebih baik. Tujuan akhir pembangunan ekonomi untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat tersebut, Amir (2007) dapat dilihat dari:

1) Meningkatnya pendapatan masyarakat, adanya distribusi dan pemerataan

pembagian barang dan jasa.

2) Meningkatnya kualitas hidup masyarakat.

Page 60: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

40

3) Berkembangnya perekonomian dan kehidupan social.

Dalam konteks lain dikatakan dengan pembangunan terjadinya perubahan

kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik, dibandingkan dengan kondisi

sebelumnya. Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman

sentosa dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan, sedangkan

kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera, keamanan,

keselamatan dari ketentraman (Dirdjosisworo, S. 2003).

James. W. Sasongko (2013) mengatakan kesejahteraan adalah sesuatu yang utuh,

meliputi kekayaan financial dan kekayaan kehidupan, kesejahteraan juga soal

perlakuan, dan juga soal membangun lingkungan kerja yang layak.Kata

kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang dapat diartikan

terpenuhinyakeinginan secara lahir dan bathin. Atau ketika manusia telah mampu

untuk memenuhi kebutuhan baik secara ekonomi maupun non ekonomi.

Pada bagian lain Ah Maftuchan et al (2016) memaknai istilah kesejahteraan

sebagai kondisi taraf hidup masyarakat yang secara ekonomi dapat diukur dari

pendapatan per kapita. Pada hal, ukuran pendapatan per kapita tersebut seringkali

tidak mampu menjelaskan persoalan ketimpangan manakala bagian terbesar dari

pendapatan nasional hanya dinikmati oleh segelintir penduduk lapisan kaya dan

super kaya. Kritik terhadap pendekatan ekonomi ini telah menyebabkan

munculnya dua aliran pemikiran utama. (1). Kesejahteraan sosial mencakup tidak

hanya pemenuhan kebutuhan pokok tetapi juga keseluruhan aspek kualitas hidup

manusia. (2). Menempatkan kesejahteraan sosial dalam lingkup artian yang

terbatas, bahkan cenderung sempit. Secara khusus aliran kedua ini berupaya

membedakan aspek pertumbuhan ekonomi di satu sisi, dengan aspek

kesejahteraan sosial di sisi lain.

Selanjutnya Dwiyanto, A et al (1998) dalam Nasikun (1993) menyebutkan

konsep sejahtera dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat

manusia. Dalam konsep ini terdapat empat indikator yang digunakan yaitu (1) rasa

aman (security), (2) kesejahteraan (welfare), kebebasan (freedom), dan (4) jati diri

(identity). Keempat indicator ini jelas mencerminkan variabel yang lebih luas

dibandingkan dengan hanya kesejahteraan sebagai variabel ekonomi.

Page 61: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

41

Masing-masing indikator tersebut dapat diterjemahkan lagi ke dalam

ukuran yang lebih khusus. Rasa aman dapat diketahui dari kerentanan terhadap

kematian dan kerentanan terhadap kemiskinan atau pengangguran. Kerentanan

terhadap pengangguran dilihat berdasarkan jumlah penduduk yang tidak memiliki

lapangan pekerjaan. Keduanya sebenarnya juga mencerminkan kesejahteraan

(welfare) dalam arti sempit karena di dalamnya terkandung variabel kesehatan

fisik dan kepemilikan terhadap barang-barang dan komoditas. Sedangkan untuk

variabel ketiga dan keempat merupakan indikator yang sulit di ukur berdasarkan

data makro. Indikator ini lebih bersifat individu yang melibatkan mobilitas sosial,

kepemilikan waktu luang, aktualisasi diri tindakan kekerasan terhadap anak dan

keluarga.

Terkait dengan pembangunan ekonomi Irawan dan Suparmoko (2014)

mengatakan pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan pendapatan nasional. Indikator

ini merupakan salah satu besaran yang digunakan untuk mengukur laju

pembangunan dan perkembangan tingkat kesejahteraan suatu negara dari waktu

ke waktu. Pendapatan nasional didefinisikan juga sebagai jumlah barang-barang

dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu negara pada periode tertentu,

biasanya dalam satu tahun.

Secara makro, Produk Domistik Bruto (PDB) juga dapat digunakan untuk

menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Umumnya ukuran

tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, pengeluaran,

kesehatan dan gizi, produktivitas, tingkat tabungan, kebebasan memilih pekerjaan

dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan positif antara tingkat

PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial, makin tinggi PDB per kapita,

tingkat kesejahteraan sosial makin baik (Rahardja dan manurung, 2001).

Pada aspek mikro pengukuran kesejahteraan dapat juga dilakukan dengan

pendekatan teori produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan

penggunaan faktor-faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari sumber daya alam

(lahan), sumber daya manusia (tenaga kerja), modal dan keahlian. Dengan

Page 62: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

42

membandingkan penggunaan input-input produksi yang dimiliki atau digunakan

oleh pemilik faktor produksi, dalam meningkatkan value added.

Pembangunan transmigrasi ke depan masih dipandang relevan sebagai suatu

pendekatan untuk mencapai tujuan kesejahteraan, pemerataan pembangunan

daerah, serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, kebijakan

penyelenggaraan transmigrasi perlu diperbaharui, dan disesuaikan dengan

kecenderungan perubahan yang terjadi. Dengan perubahan tata pemerintahan

2009- 2014, penyelenggaraan transmigrasi diarahkan sebagai pendekatan untuk

mendukung pembangunan daerah, melalui pendekatan peningkatan produksi,

perluasan kesempatan kerja, serta penyediaan kebutuhan tenaga kerja terampil

baik dengan peranan pemerintah maupun swadana daerah melalui kebijakan

langsung maupun tidak langsung.

Salah satu faktor pendorong transmigrasi adalah semakin sempitnya lahan

pertanian yang dimiliki oleh para petani di daerah asal dan bahkan tidak memiliki

lahan sama sekali untuk digarap. Dengan motivasi yang tinggi dan harapan di

tempat yang baru memperoleh kesempatan untuk mendapatkan lahan yang lebih

luas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam masyarakat transmigrasi alokasi

waktu merupakan faktor penentu terhadap jumlah produksi yang dihasilkan.

Sehingga dapat dikatakan besar kecilnya jumlah pendapatan yang diperoleh

terutama ditentukan oleh penggunaan waktu yang dialokasikan untuk kegiatan

yang produktif.

Alokasiwaktu dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang harus diatur

dengan cermat. Pertimbangan waktu tersebut dialokasikan untuk kegiatan

bersenang-senang dan bekerja di pasar. Becker (1965) dalam Elfindri dan Bachtiar

(2004) mengasumsikan bahwa waktu tidak dapat dinikmati jika dalam

mengkonsumsi barang-barang tidak membutuhkan waktu. Secara serentak

kepuasan yang diperoleh berasal dari masukan waktu untuk menikmati konsumsi

dan masukan konsumsi yang dikonsumsi. Ini berarti waktu yang digunakan untuk

aktivitas tersebut harus dinilai sebesar harga pasar setiap waktu yang digunakan,

dengan kata lain bila tingkat upah meningkat, maka harga relatif waktu untuk

aktivitas pekerja yang menyita waktu juga akan meningkat. Meningkatnya

Page 63: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

43

pendapatan rumah tangga berkorelasi positif dengan pengeluaran konsumsi

keluarga.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi: (1) faktor-

faktor ekonomi, (2) faktor-faktor Kependudukan, dan (3) faktor-faktor non-

ekonomi. Faktor ekonomi menurut Rahardja dan Manurung (2001) yaitu: (a)

pendapatan rumah tangga, biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat

konsumsi makin tinggi pula, karena bila tingkat pendapatan meningkat,

kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi

besar.(b) kekayaan rumah tangga, pengertian kekayaan rumah tangga adalah

kekayaan riel (misalnya rumah, tanah, dan mobil) serta finansial (deposito, saham,

surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi,

karena menambah pendapatan disposable.(c) tingkat bunga, jika tingkat bunga

tinggi orang cenderung menyimpan uang di bank karena lebih menguntungkan

ketimbang dihabiskan untuk konsumsi, dan jika tingkat bunga rendah, yang terjadi

adalah orang cenderung meminjam uang untuk digunakan menambah

konsumsinya, dan (d) perkiraan tentang masadepan.Bila rumah tangga

memperkirakan masa depannya makin baik pada saat ini, mereka akan lebih

leluasa untuk melakukan konsumsi, sehingga pengeluaran konsumsi cenderung

meningkat. Bila rumah tangga memperkirakan masa yang akan datang makin

jelek, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran

konsumsi, sehingga tabungan akan meningkat.

Dalam konsep pembangunan transmigrasi kedepan hal yang ingin dicapai adalah,

secara internal transmigrasi dapat meningkatkan kesejahteraannya dibandingkan

dengan kondisi di daerah asal. Penyediaan lahan oleh pemerintah pada awalnya

sebanyak 2 Ha. Lahan tersebut hanya diperuntukkan bagi kelangsungan hidup

transmigrasi dan keluarganya satu generasi. Berdasarkan kondisi di lapangan saat

ini transmigrasi telah mempuyai keturunan sampai dengan generasi kedua, bahkan

generasi ke tiga. Sementara itu anak-anak mereka telah masuk dalam usia kerja,

sehingga waktu yang tersedia untuk kegiatan yang produktif semakin bertambah.

Seiring dengan semakin bertambahnya waktu yang dapat dimanfaatkan di pasaran

kerja sementara lahan yang akan diolah terbatas maka banyak waktu yang

Page 64: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

44

terbuang. Konsekuensinya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dibutuhkan lahan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan mereka, sedangkan

pemerintah daerah dalam hal ini punya keterbatasan untuk menyediakan lahan

untuk itu. Jika hal ini yang terjadi tentu akan berdampak terhadap pemupukan

modal (investasi). Bila hal ini tidak diperhatikan tentu akan menjadi beban bagi

transmigrasi dan keluarganya dan akan mengganggu kesejahteraan transmigrasi.

Seperti apa yang dikatakan oleh salah seorang generasi kedua transmigran

(Sudarno, 2012) yang dikutip dari Syafwan, B (2012) sebagian dari transmigrasi

kehidupannya mulai membaik, sebaliknya ketersediaan lahan berkurang. Oleh

karena itu orang tua harus mencarikan alternatif untuk kehidupan anak-anaknya,

mereka disekolahkan supaya ada bekal hidup diluar kebun yang dimiliki orang

tuanya.

Alternatif yang akan dilakukan adalah bagaimana agar generasi kedua tidak

tergantung hanya terhadap lahan yang ada dan mereka juga tidak terjebak hanya

di sektor pertanian. Dengan berbekal tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

generasi kedua yang lebih baik, maka peluang kerja tidak hanya dapat diperoleh di

daerah transmigrasi di bidang pertanian, akan tetapi semakin terbuka di sektor non

pertanian baik di kawasan transmigrasi maupun diluar kawasan transmigrasi.

Berdasarkan kondisi tersebut diharapkan ke depan transmigrasi tidak menjadi

beban tambahan bagi pemerintah di era otonomi daerah.

Berdasarkan teori, pendapat dan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya

dalam upaya untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program transmigrasi di

Provinsi Jambi dibandingkan kesejahteraan yang dicapai dari generasi ke

generasi. Sebagai indikator dalam kesejahteraan generasi kedua transmigran

digunakan beberapa variabel yang bersifat lebih mikro atau individual. Variabel-

variabel tersebut lebih mencerminkan karakteristik ekonomi dibandingkan dengan

variabel non ekonomi.

1) Kepemilikan lahan, dalam hal ini dibandingkan luas kepemilikan lahan rata-

rata yang dikuasai oleh generasi kedua dengan generasi pertama.

Page 65: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

45

2) Kondisi perumahan,hal ini dapat tergambar dari beberapa indikator berikut:

Luas lantai per kapita, Jenis lantai terluas, Jenis dinding terluas dan Jenis

atapterluas.

3) Kepemilikan asset rumah tangga, beberapa indikator yang digunakan

dalam riset ini adalah: Kepemilikan mobil, Kepemilikan sepeda motor,

Kepemilikanmesin cuci, dan kepemilikan kulkas.

4) Penghasilan dan tabungan, merupakan jumlah barang dan jasa yang

diperoleh responden yang berasal dari pekerjaan utama dan sampingan

dalamkurun waktu tertentu. Sedangkan tabungan merupakan bagian dari

pendapatan yang tidak dikonsumsi oleh responden akan tetapi merupakan

investasi.

5) Aspek ketenagakerjaan, kesejahteraan dapat juga di ukur

denganmembandingkan: Status pekerjaan, Lapangan usaha, Jenis pekerjaan

dan Jam kerja.

6) Pendidikan,pendidikan formal yang ditamatkan oleh responden merupakan

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan secara sosial.

Beberapa indikator kesejahteraan tersebut juga digunakan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Junaidi (2012) dengan berpedoman pada data PODES 2008, dan

Sensus Ekonomi 2006. Keenam indikator yang digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan generasi kedua transmigran akan dilakukan pengujian secara

deskriptif dan untuk beberapa indikator tertentu selain uji deskriptif juga

dilanjutkan dengan uji Chi Kuadrat.

2.6. Permukiman Kembali di Negara-Negara Lain

Perpindahan penduduk (migrasi) merupakan bentuk relokasi sumber daya modal

manusia. Sebagaimana halnya sumber daya fisik, sumber daya manusia cenderung

untuk pindah (dialokasikan) pada daerah yang memberikan nilai tambah (value

added) yang relative lebih tinggi. Migrasi juga dapat berpengaruh positif pada

pertumbuhan ekonomi di daerah asal dan tujuan. Migrasi dapat pula merupakan

salah satu jalan untuk memperbaiki standar hidup dan kesejahteraan seseorang

dan keluarganya (Alatas,1995).

Page 66: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

46

Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa, mekanisme pasar akan mampu untuk

mengalokasikan sumber daya secara efisien. Mekanisme pasar akan berlangsung

berdasarkan kekuatan demand dan supply. Cara kerja ini akan cepat menunjukkan

dimana terjadinya kelebihan permintaan (excess demand) dan kelebihan

penawaran (excess supply). Apabila mekanisme pasar gagal berada pada arah

yang diinginkan (benar), untuk itu diperlukan adanya intervensi pemerintah agar

mekanisme pasar memberikan hasil sesuai dengan keinginan.

Terkait dengan alokasi sumber daya manusia, ketika migrasi berada pada arah

yang tidak sesuai (katakanlah pindahnya penduduk dari desa ke kota, sedangkan

kota sudah memiliki jumlah penduduk yang begitu padat atau terjadi perpindahan

penduduk dari daerah yang jarang ke daerah yang padat penduduknya), maka

perlu campur tangan pemerintah untuk membuat migrasi berjalan ke arah yang

benar. Salah satu bentuk campur tangan pemerintah tersebut adalah melalui

transmigrasi atau yang dikenal secara umum sebagai bentuk permukiman kembali

penduduk (Junaidi, 2012).

Permukimankembali penduduk adalah konsep yang sudah populer, sejak

kebijakan distribusi penduduk dimulai dan semakin penting dalam mengatasi

masalah kependudukan, terutama ketimpangan persebaran penduduk.Permukiman

kembali diterjemahkan dari kata resettlement. Settlement bermakna a place where

people have come to live and make their homes, especially where few or no people

lived before. Sedangkan to resettleberarti to go and live in a new country or area.

Kata lain yang terkait dengan resettlement antara lain relocation, movement,

passage, exodus, immigration.Dengan demikian permukiman kembali

didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan penduduk dari suatu tempat ke

tempat yang lain dengan tujuan menetap (Soegiarto, at al. 2005).

Permukiman kembali merupakan kegiatan yang di dalamnya mengandung

pemahaman tentang penduduk yang pindah. Penyelenggaraan perpindahan

penduduk ini tidak hanya terdapat di Indonesia. Di Asia antara lain Thailand,

Malaysia dan Vietnam. Di Amerika Latin diantaranya Peru, Paraguay dan Brazil.

Di Afrika seperti Tunisia, Ghana dan Nigeria. Permukiman kembali penduduk di

Page 67: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

47

setiap negara memiliki latar belakang dan sasaran-sasaran yang berbeda, kendati

demikian pada dasarnya alasan tersebut mencakup kepentingan-kepentingan

politik, ekonomi, sosial, budaya dan Hankam, bahkan dalam upaya untuk

pemantapan ideologi (Yudohusodo, 1997).

Tabel 2.1 Komparasi Tujuan Program Permukiman Kembali pada Tujuh Negara.

No. Persamaan Negara

1 Demografi (penyebaran penduduk,

Distribusi penduduk)

Thailand, Malaysia, Vietnam,

Indonesia, Tunisia, Brazil

2 Sosial (pengentasan kemiskinan,

Pengangguran, reformasi agraria)

Thailand, Malaysia, Vietnam,

Indonesia, Tunisia, Brazil, Australia

3 Ekonomi (pembangunan daerah,

Pengembangan areal pertanian)

Thailand, Malaysia, Vietnam,

Indonesia, Tunisia, Brazil

4 Politik (interaksi sosial budaya,

Geopolitik, integrasi politik)

Thailand, Malaysia, Vietnam

Indonesia, Tunisia, Brazil, Australia

No. Keunikan Program, Negara

1 Mengisi pembangunan pusat-pusat

Industry, jarak dekat Self DefenseVillages, Thailand

2 Sosial Ekonomi, bukan Cuma-Cuma

(no charity) FELDA, Malaysia

3 Lintas Etnis, interaksi sosial budaya Zone Ekonomi Baru, Vietnam

4 Pembangunan infra struktur dan

permukiman, skala kecil Namatjira, Australia

5 Ekonomi skala kecil Lembah Majerda, Tunisia

6 Pertahanan keamanan, reformasi

agraria

Incra Precidencia, Brazil

Sumber: The Oxford World Atlas, 1994 dalam Soegiarto at al, 2005.

Berdasarkan Tabel 2.1,Soegiarto, et al (2005) menyatakan tujuan umum

program permukiman kembali mempunyai persamaan antara satu negara dengan

negara lain.Perbedaan yang ada lebih disebabkan oleh spesifikasi dan kondisional

dari masing-masing negara oleh karena itu pembahasan lebih ditekankan pada

persamaan daripada perbedaan yang ada. Dalam konteks penyelenggaraannya,

dijumpai pula beberapa perbedaan dan persamaannya dengan program

Page 68: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

48

transmigrasi di Indonesia. Model tersebut mencakup seleksi lokasi, seleksi calon

pemukim, serta pemilihan dalam komoditas dan pembagian lahan.

2.6.1. Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi merupakan kegiatan yang paling utama dilakukan dari serangkaian

kegiatan permukiman penduduk. Secara umum penentuan wilayah di dasarkan

pada tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk. Seleksi lokasi dilakukan untuk

memantapkan penentuan areal permukiman yang diharapkan dapat memberikan

kehidupan yang lebih aman dan lebih baik bagi penduduk yang dimukimkan.

Terdapat variasi dalam hal pembagian wilayah-wilayah padat penduduk sebagai

target daerah asal, dengan cakupan mulai dari provinsi sampai ke kecamatan.

Dijumpai pula pembagian wilayah berdasarkan kawasan Utara dan Selatan,

daratan tinggi dan rendah, serta bentuk pertimbangan lainnya.

Di Vietnam, permukiman kembali penduduk dimulai pada zaman kolonial

Perancis. Setelah Perancis meninggalkan Vietnam, Pemerintahan Vietnam

mengambil alih program pemindahan penduduk. Pemindahan penduduk dilakukan

dari Utara ke Selatan, dari kota ke desa, dan dari dataran rendah ke dataran tinggi,

serta dari provinsi yang padat penduduk ke provinsi yang mempuyai penduduk

yang jarang. Perhatian pemerintah baru diarahkan pada pemindahan penduduk

dalam jumlah besar dari kota Vietnam Selatan ke daerah perdesaan, ke daerah asal

mereka atau ke Zona Ekonomi Baru (Soegiarto, at al. 2005).

Di Malaysia, upaya permukiman penduduk lebih mempertimbangkan terjadinya

pemerataan pendapatan antar wilayah dibandingkan pemerataan dalam jumlah

penduduk. Wilayah yang dipilih untuk menerima pemukim terdapat di enam

negeri bagian, tiga diantaranya negeri bagian dengan pendapatan terendah yang

terdapat di pantai timur (Kelantan, Pahang dan Trengganu). Demikian pula

dengan wilayah yang berada di bagian utara Kedah, yang merupakan wilayah

berpenduduk jarang dibandingkan dengan negeri bagian yang ada di bagian barat

semenanjung. Di Negara-negara Amerika Latin, secara umum pemindahan

penduduk merupakan permukiman kembali penduduk dari wilayah dataran tinggi

Page 69: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

49

ke daerah rendah beriklim tropis, kecuali Peru dimana era gurun dipilih sebagai

wilayah untuk kolonisasi pertanian (Junaidi, 2012).

2.6.2. Seleksi Calon Pemukim

Pertimbangan utama yang perlu diperhatikan dalam seleksi calon pemukim adalah

latar belakang pemukim, keuletan serta keterampilan yang dimiliki. Ke semua

faktor-faktor tersebut tercermin dalam kriteria pemilihan seperti umur, latar

belakang keluarga, pengalaman di bidang pertanian, serta motivasi dalam

mengikuti program. Calon pemukim yang lulus seleksi diberi pendidikan dan

pelatihan sesuai dengan tujuan program permukiman kembali yang dilaksanakan.

Secara garis besar kriteria, seleksi ini dapat dibedakan atas dua bentuk. Pertama

kriteria seleksi yang ditujukan pada kelompok penduduk yang paling tidak

beruntung, misalnya penduduk miskin dan petani tanpa lahan atau yang berlahan

sempit. Kedua, kriteria seleksi yang ditujukan kepada sumber daya yang lebih

berkualitas dan memiliki inisiatif. Kedua bentuk seleksi yang dilakukan ini

menunjukkan orientasi dari program yang dilaksanakan, apakah termasuk dalam

kerangka tujuan sosial atau ekonomi.

“Seleksi Untuk Tujuan Sosial”

Secara umum pelaksanaan permukiman kembali penduduk di berbagai negara

tidak semata-mata dalam rangka penyeimbangan jumlah penduduk. Program ini

diselenggarakan lebih sebagai pendekatan untuk mencapai tujuan yang lebih luas,

termasuk tujuan-tujuan sosial. Model permukiman kembali di Negara-negara

ASEAN umumnya memberi peluang kepada penduduk yang lebih tua dibanding

dengan usia migran spontan. Di bidang pendidikan, secara umum peserta program

permukiman kembali memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan penduduk

dari daerah asal dibandingkan dengan tingkat pendidikan kaum migran spontan.

Di Indonesia peserta transmigrasi memiliki tingkat pendidikan yang paling rendah

bila dibandingkan dengan mereka yang melakukan kegiatan yang serupa di

Negara-negara ASEAN lainnya.

Di Australia, program permukiman kembali ditujukan bagi penduduk asli, yaitu

suku Aborigin. Mereka dimukimkan kembali karena tinggal di lingkungan tidak

Page 70: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

50

sehat, seperti akomodasi yang buruk, kurangnya infrastruktur kesehatan seperti

buruknya penyediaan air minum, buruknya buangan limbah, drainase yang tidak

memadai. Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, tujuan sosial juga dicakup

dalam program-program permukiman kembali yang mereka

selenggarakan.Seringkali karena pertimbangan sosial membuat program ini

dilaksanakan dengan mengabaikan faktor seleksi positif (positive selection), yang

sebenarnya sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan program (Soegiharto,

at al. 2005).

Di Thailand dan Malaysia, tujuan permukiman kembali tidak mengutamakan

tujuan demografis, akan tetapi lebih banyak pertimbangan yang bersifat intra

provinsi. Melalui pendekatan ini pertimbangan kesamaan dalam latar belakang

dapat mengurangi potensi konflik antara kaum pendatang dengan penduduk

setempat. Sementara itu di masa yang lalu, program permukiman kembali di

Indonesia dan Filipina kurang memperhatikan intra provinsi, sehingga tujuan

demografis merupakan alasan utama program permukiman di kedua negara

dimaksud.

“Seleksi Untuk Tujuan Ekonomi”

Program permukiman penduduk tidak hanya dimaksudkan agar terjadi

perpindahan tempat atau perpindahan secara geografis, akan tetapi merupakan

bagian dari sebuah rencana pembangunan nasional. Untuk itu perpindahan

penduduk kemudian diarahkan pada tujuan ekonomi yang lebih spesifik, yang

dikaitkan dengan pembangunan daerah asal dan daerah tujuan. Tidak berlebihan

jika dikatakan penyelenggaraan permukiman kembali dalam seleksinya lebih

menekankan pada pertimbangan sosial dan kemanusiaan dari pada tujuan efisiensi

ekonomi. Contoh aplikasinya pada skema FELDA (Federal Land Development

Authority) di Malaysia. Seleksi permukiman diarahkan untuk memberi peluang

kepada mereka yang memiliki inisiatif yang tinggi, dan bukan kepada mereka

yang malas.

Diawali pada tahun 1961, skema FELDA menerapkan sistem seleksi dengan

memasukkan persyaratan berikut: Warga Negara Malaysia, Peneroka (istilah

untuk generasi pertama Pemukim) berumur antara 18-35 tahun, berstatus kawin,

Page 71: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

51

memiliki lahan kurang dari 2 acres(kurang dari 0,8 ha) dan dalam kondisi fisik

sehat. Bagi pemukim yang merupakan Pensiunan Polisi atau tentara umur mereka

tidak lebih dari 45 tahun. Sesuai dengan peraturan pemerintah, untuk pensiunan

pegawai negeri diberi kuota sebesar 20 persen pada program permukiman

kembali. Selain itu, untuk pensiunan pegawai negeri, tidak diberlakukan ketentuan

harus memiliki keterampilan bertani.

2.6.3. Pembagian Lahan dan Pemilihan Komoditas

Luas lahan yang dialokasikan kepada para pemukim di lokasi barunya di

berbagai negara ditetapkan secara berbeda-beda. Keadaan ini sangat tergantung

pada kondisi lokasi, seperti tipe permukaan lahan, karakter tanah, tipe tanaman,

kondisi pasar, pengelolaan sumber daya, peralatan yang digunakan, serta

perubahan teknologi. Pemerintah biasanya akan memberikan lahan dengan luasan

yang dapat memberikan kehidupan, dan luasnya disesuaikan dengan kemampuan

mereka mengolah lahan dengan bantuan tenaga kerja keluarga.

Setiap keluarga kolonis di Thailand mendapat lahan maksimal 50 rai (8 acre). Di

Malaysia, lahan dengan luas 8-10 acre bagi setiap peneroka merupakan batas

minimum untuk tanaman karet, dan 12 acre untuk tanaman kelapa sawit. Di

Vietnam, pertimbangan kesuburan tanah menjadi faktor penentu dalam penentuan

luas lahan yang diserahkan ke pemukim. Untuk lahan yang dikategorikan sangat

subur akan menerima sekitar 0,5 Ha, dan 1sampai 2Ha diperuntukkan bagi

pemukim yang memperoleh wilayah hutan marginal.

Dalam pelaksanaan program transmigrasi di Indonesia setiap transmigran

memperoleh lahan yang luasnya disesuaikan dengan pola usahanya. Luas lahan

yang diterima oleh transmigran berkisar antara 0,75 Ha sampai dengan 2 Ha.

Dalam prosedur pembebasan tanah, di Filipina Kementerian reformasi Agraria

(Ministry of Agrarian Reform) memindahkan pemukim ke lokasi permukiman

kembali yang merupakan tanah negara. Dalam kementerian tersebut Bureau of

Resettlementbertanggung jawab terhadap Perencanaan,koordinasi dan

implementasi program permukiman kembali. Di Thailand, pada tahun 1942

dikeluarkan keputusan tentang alokasi lahan (the land allocation act) untuk

Page 72: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

52

meningkatkan distribusi tanah negara kepada petani tuna wisma. Selanjutnya

program permukiman kembali secara simultan dilakukan oleh beberapa instansi.

Instansi yang ikut menangani diantaranya Departemen Sosial (Department of

Public Welfare) dalam Kementerian dalam Negeri (ministry of the Interior),

Departemen Pertanahan (the Department of Lands), Departemen Koperasi

(Department of Cooperates), dan Agricultural Land Reform Office dari

Kementerian Pertanian.

Di Malaysia, karena adanya konflik kepentingan antara pemerintah pusat

dengan pemerintah federal, menyebabkan permasalahan Land colonization

menjadi kompleks. Dalam usaha menyelesaikan masalah tersebut pada tahun 1959

dibentuk Kementerian Pembangunan Desa (Ministry of Rural Development),

untuk melakukan terobosan dalam struktur federal dengan mengambil alih

kewenangan pusat. Dalam periode 1961-1967, sebagai bagian dari mandat,

FELDA diberi kewenangan secara langsung membangun tanah-tanah negara yang

secara tradisional merupakan properti para sultan. Kendati demikian konflik

mengenai kontrol atas tanah telah mengakibatkan hambatan terutama di Kelantan.

Namun FELDA, yang memperoleh dukungan dari departemen-departemen lain

ikut berperan dalam penyelenggaraan permukiman kembali (Soegiarto, at al.

2005).

Di Indonesia, dengan model transmigrasi dimana setiap transmigran

mendapatkan lahan yang luasnya sesuai dengan pola permukimannya. Lahan

untuk tujuan transmigrasi ini dimiliki oleh pemerintah, yaitu berupa tanah negara

atau lahan bebas. Prosedur pembebasan lahan dilaksanakan oleh institusi

pemerintahan yang terkait, seperti Departemen Kehutanan, Badan Pertanahan

Negara (BPN), Departemen tenaga Kerja dan Transmigrasi serta pemerintah

provinsi/kabupaten. Terdapat banyak variasi dalam pemilihan komoditi tanaman.

Di beberapa negara, tujuan ekonomi permukiman kembali adalah untuk

meningkatkan produksi pangan, sedangkan di negara lain, prioritas utamanya

adalah untuk meningkatkan produk tanaman ekspor.

Di Malaysia, para peneroka(pembuka daerah atau tanah baru) tidak

mempunyai pilihan lain untuk tanaman komoditi utama. Pemerintah telah

Page 73: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

53

menetapkan karet sebagai tanaman unggulan sebagai awal penyelenggaraan skim

FELDA. Dalam upaya diversifikasi pemerintah menyiapkan lahan seluas 0,8 Ha

untuk tanaman buah-buahan, diluar lahan yang dibagikan dengan luas standar 2,4

Ha untuk tanaman karet. Pada tahun 1961 barulah tanaman kelapa sawit

diperkenalkan, dan ternyata tanaman ini secara cepat dapat mengungguli areal

komoditas karet.

Di Thailand, setiap lokasi permukiman kembali memiliki tanaman campuran

(mixed crop). Terutama tanaman yang paling mudah beradaptasi dengan kondisi

lokal seperti jagung, padi, kacang-kacangan dan kelapa dan kapas. Di Vietnam,

pada awalnya tanaman yang diprioritaskan adalah padi dan cassava. Pada waktu

Zone Ekonomi Baru di Vietnam dibuka dibawah Rencana Lima Tahun ke empat,

penggunaan lahan telah mengalami diversifikasi dengan tanaman karet, kopi, teh,

kelapa, lada dan buah-buahan.

Terkait dengan keikutsertaan pemerintah dalam memberikan subsidi kepada para

kolonis, terdapat berbagai bentuk pendapat. Secara umum pemerintah harus

menyediakan infra struktur dasar, termasuk pelayanan masyarakat dalam

mempersiapkan lokasi permukiman. Di beberapa negara pemukim melakukan

sendiri seluruh kegiatan penyiapan lahan, sedangkan di negara lainnya pembukaan

lahan (land clearing) dan pembangunan lahan sepenuhnya dilakukan oleh

pemerintah. Perbedaan dalam hal ini disebabkan ketersediaan dana untuk

penyiapan lahan. Selain itu terjadinya variasi dalam penyiapan lahan disebabkan

skala usaha dan tujuan program premukiman.

Pada skema Self-helfdi Thailand para permukim menanggung biaya yang cukup

besar dalam pembangunan fisik. Kebijakan membangun desa-desa dalam rangka

mengurangi migrasi keluar, juga telah memberikan kontribusi positif bagi solusi

permasalahan migrasi internal. Model yang serupa juga di temui di Vietnam. Di

Vietnam, para tentara peserta program bekerja membersihkan lahan. Pada tahap

selanjutnya, sekelompok pemuda sukarelawan mempersiapkan lahan dan

membangun tempat tinggal mereka.

Malaysia, melalui skema FELDA menerapkan capital intensive, artinya mereka

mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk investasi dalam kegiatan pembukaan

Page 74: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

54

lahan, pembangunan rumah dan penanaman tanaman. Dengan demikian

pengembangan lahan (land development) menjadi suatu langkah efektif untuk

memecahkan berbagai permasalahan. Skema FELDA dengan mengeluarkan dana

yang cukup besar untuk pengembangan lahan telah membuat para peneroka

mampu menahan diri untuk menetap di daerah permukiman.

Di Indonesia, secara umum terdapat dua tipe skema penduduk. Ada model yang

sepenuhnya dibiayai (subsidi) pemerintah yang disebut dengan transmigrasi

umum (TU), dan yang dibiayai bersama oleh pemerintah, swasta dan petani.

Skema yang mirip dengan FELDA adalah program transmigrasi Pola Perkebunan

Inti Rakyat (PIR-Trans). Pada pola ini pemerintah sangat berperan dalam

penyediaan berbagai fasilitas terutama dalam hal membuka lahan, menyiapkan

bibit non perkebunan, menanam dan memelihara sampai tanaman dapat

menghasilkan. Petani (transmigran) dalam hal ini bertindak selaku plasma, yang

didatangkan untuk menetap. Selanjutnya mereka mengelola kebun, memanen

hasil dan membayar kredit sesuai dengan kesepakatan bersama dengan investor,

sedangkan pembinaan teknis dan pemasaran hasil dilakukan oleh pihak swasta

selaku perusahan inti.

Berbeda dengan negara lainnya, lokasi untuk permukiman transmigrasi ditentukan

oleh Pemerintah dalam hal ini pemerintah provinsi/kabupaten. Bentuk penyiapan

lokasi bervariasi tergantung dari kondisi lokasi dan jenis transmigrasi.

Transmigrasi umum menerima bantuan paling banyak dari pemerintah. Dalam hal

luasan lahan yang dibagikan untuk transmigran terdapat fleksibilitas. Proporsi

penggunaan lahan untuk pertanian subsistem pada transmigrasi masih lebih tinggi

bila dibandingkan dengan yang ada di negara-negara ASEAN lainnya.

Sebagaimana yang terjadi di kebanyakan negara, pada skim transmigrasi terdapat

tren yang jelas dalam peningkatan penggunaan lahan untuk diversifikasi produk

pertanian.

2.7.Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan pada akhir-akhir ini menjadi suatu konsep

pembangunan yang dapat diterima oleh setiap negara di dunia untuk mengelola

Page 75: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

55

sumber daya alam agar tidak mengalami kerusakan dan kehancuran di masa yang

akan datang. Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang

tidak menurunkan kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan

pembangunan meskipun terdapat penyusutan cadangan sumber daya alam dan

memburuknya lingkungan, tetapi keadaan tersebut dapat digantikan oleh sumber

daya manusia maupun sumber daya modal (Irawan dan Suparmoko, 2014). Jadi

dengan pembangunan berkelanjutan harus dicari titik keseimbangan antara

kebijakan pembangunan dan kebijakan lingkungan, sehingga tercapai kebijakan

pembangunan ekonomi yang benar-benar menjamin peningkatan kesejahteraan

manusia dalam jangka panjang.

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang mengutamakan

prinsip memenuhi kebutuhan pada waktu sekarang tanpa mengorbankan

pemenuhan kebutuhan pada generasi yang akan datang. Salah satu faktor yang

harus dihadapi dalam pembangunan berkelanjutan adalah memperbaiki

lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan

sosial.

Selanjutnya pembangunan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa demi

pemenuhan kebutuhan manusia akan dibarengi dengan meningkatnya produksi

limbah yang dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu dalam pembangunan

ekonomi ada aspek positif yaitu adanya keberhasilan perekonomian dalam

meningkatkan barang dan jasa, sedangkan aspek negatif berupa semakin

terkurasnya sumber daya alam dan juga semakin memburuknya lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan bersifat multidisiplin, karena banyak aspek

pembangunan yang harus dipertimbangkan, diantaranya adalah aspek ekologi,

ekonomi, sosial budaya, hukum dan kelembagaan. Terdapat berbagai persyaratan

pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh para ahli dengan aspek-

aspek yang hampir sama akan tetapi dengan cara serta pendekatan yang berbeda.

Pada prinsipnya pembangunan berkelanjutan merupakan upaya terpadu dan

terorganisir untuk mengembangkan kualitas hidup secara berkelanjutan, dengan

cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan

sumber daya secara berkelanjutan dengan prasyarat terselenggaranya suatu sistem

Page 76: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

56

kepemerintahan yang baik (good governance). Pembangunan berkelanjutan juga

diartikan sebagai pemaduan tujuan sosial, ekonomi, dan ekologi. Secara

konseptual pemaduan ini masuk akal, akan tetapi implementasinya tidaklah

sederhana. Hal ini antara lain karena permasalahan sosial,ekonomi dan ekologi

yang terpisahkan atau dipisahkan secara spasial (Simbolon, H B, 2009).

Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali diperkenalkan oleh The World

Commission on Environment and Development (WCED) pada tahun 1987 dengan

laporan yang berjudul Our Common Future ( Kay dan Alder, 1999 dalam

Simbolon, HB, 2009). Laporan tersebut dibuat oleh sekelompok ahli yang

diketuai oleh Gro Harlem Brundtland, sehingga laporan tersebut sering disebut

Laporan Brundtland (The Brundtland Report). Dalam laporannya terkandung

definisi pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat

memenuhikebutuhan saat ini tanpa membatasi peluang generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan pengertian ini, maka Beller (1990)

mengemukakan prinsipJustice of fairness yang berarti manusia dari berbagai

generasi yang berbeda mempunyai tugas dan tanggung jawab satu terhadap yang

lainnya seperti layaknya berada dalam satu generasi.

Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang mengandung

prinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan

kebutuhan generasi pada masa yang akan datang. Salah satu faktor yang dihadapi

untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah memperbaiki kehancuran

lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan

sosial.

Pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga pilar tujuan yaitu ekonomi,

sosial dan ekologi (Munasinghe, 1993). Pilar pertama, pembangunan ekonomi

yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pilar kedua,

pembangunan sosial yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, pengakuan

jati diri dan pemberdayaan masyarakat. Pilar ketiga adalah pembangunan

lingkungan yang berorientasi pada perbaikan lingkungan seperti sanitasi

lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, serta kelestarian sumber

Page 77: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

57

daya alam. Tiga pilar pembangunan berkelanjutan dengan tujuan ekonomi, sosial

dan lingkungan dapat dilihat pada (gambar 5).

Pendekatan ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan didasarkan pada

maksimisasi pendapatan yang dapat digeneralisasikan saat pemeliharaan aktiva

(modal) yang menghasilkan keuntungan (manfaat). Hal ini merupakan konsep

optimalisasi dan penerapan efisiensi ekonomi dalam menggunakan sumber daya

alam. Dimensi ekonomi merupakan bagian yang penting dan selalu berkontradiksi

dengan kepentingan pelestarian sumber daya alam. Pendekatan ekologi untuk

pembangunan berkelanjutan difokuskan pada keseimbangan sistem biologi dan

sistem fisik, terutama pentingnya kelangsungan hidup subsistem yang kritis untuk

keseimbangan global dan ekosistem yang menyeluruh (Adiatmojo, 2008).

Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati adalah aspek penting dan

merupakan sebagai aspek kunci. Sistem alami dapat diinterpretasikan ke dalam

seluruh aspek biosfer, termasuk lingkungan buatan manusia seperti permukiman

EKONOMI

Efisiensi

Pertumbuhan

EKOLOGI Sumberdaya

Alam

SOSIAL Keadilan

Pemerataan

• Nilai-nilai Budaya

• Partisipasi

• Konsultasi

▪ Penanggulangan Kemiskinan

▪ Pemerataan ▪ Kelestarian

Gambar 5. Pilar-Pilar Pembangunan Berkelanjutan

Sumber: Munasinghe, 1993

Page 78: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

58

transmigrasi. Pendekatan sosial budaya dalam pembangunan berkelanjutan adalah

berusaha untuk memelihara stabilitas sistem sosial dan budaya, yang mempunyai

bentuk-bentuk dan perilaku yang sudah terpolakan, menciptakan kepercayaan dan

nilai-nilai bersama yang dirancang untuk memberi makna bagi tindakan kolektif.

Pandangan pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh Moffatt dan

hanley dalam Adiatmojo (2008), mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan

merupakan bagian penting yang harus mengintegrasikan komponen-komponen

sumber daya, yaitu komponen ekonomi, komponen sosial budaya dan komponen

lingkungan secara serasi dan seimbang. Pemanfaatan komponen-komponen

sumber daya secara serasi dan seimbang dimaksudkan untuk optimalisasi

pemanfaatan sumber daya pada saat sekarang tanpa mengurangi kesempatan dan

pemenuhan kehidupan generasi pada saat mendatang.

Harger dan Meyer dalam Adiatmojo (2008) mengatakan bahwa, dari masing-

masing dimensi utama dalam pembangunan berkelanjutan tersebut diuraikan

dalam beberapa kategori yakni, ekologi, ekonomi dan sosial. Dimensi ekologi

dengan kategori: penggunaan energi, atmosfir, iklim; sistem yang berhubungan

dengan air (aquatic system); sistem terstrial; natural hazard dan biosfer. Dimensi

sosial dengan kategori; pertanian; penduduk; kesehatan; urban system;

kemiskinan; politik; pengelolaan lingkungan; pendidikan; rural system; fasilitas

publik dan infra struktur serta masyarakat dan budaya. Dimensi ekonomi dengan

kategori; pertimbangan militer; telekomunikasi; perdagangan; industri;

transportasi; bantuan luar negeri dan alih teknologi.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang pembangunan berkelanjutan, jelas bahwa

setiap pembangunan haruslah memenuhi ketiga pilar dan ketiga indikator

pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan haruslah dapat

memenuhi semua kebutuhan dasar untuk semua generasi serta diberikan peluang

yang sama untuk mengejar cita-cita mereka agar memperoleh kehidupan yang

lebih baik, untuk masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan

yang wajar haruslah dilihat dari aspek sosial dan kultural, dengan

pembangunanberkelanjutan harus mampu untuk menyebarluaskan nilai-nilai yang

Page 79: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

59

menciptakan standar konsumsi yang berada dalam batas-batas kemampuan secara

ekologi.

Pada konsep pembangunan berkelanjutan tujuan ekonominya adalah untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal. Tujuan

sosial adalah untuk mencegah terjadinya berbagai konflik dan kesenjangan dan

menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat, termasuk antara masyarakat

asli dan pendatang(transmigrasi). Sedangkan tujuan dari aspek lingkungan adalah

untuk menjaga keanekaragaman hayati, konservasi lahan dan air. Untuk aspek

teknologi mengaplikasikan teknologi tepat guna, dan tujuan dari aspek hukum dan

kelembagaan adalah kepatuhan hukum dan berfungsinya kelembagaan.

Pendekatan wilayah dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya dalam kaitan

dengan pelaksanaan otonomi daerah, menjadi penting karena kondisi sosial

ekonomi, budaya dan geografis antara satu wilayah berbeda dengan wilayah

lainnya. Budiharsono (2001) mengatakan melalui pendekatan wilayah, upaya

pembangunan dapat dilaksanakan untuk memacu pembangunan sosial ekonomi,

mengurangi kesenjangan pendapatan serta menjaga kelestarian lingkungan suatu

wilayah tertentu. Pembangunan wilayah berbeda dengan pembangunan nasional

yang dilaksanakan secara merata dan menyeluruh, dan bukan pen-disagregasi-an

dari pembangunan nasional yang berbeda. Kondisi ini tentu akan berbeda pula

dengan pendekatan pembangunan sektoral yang hanya bertujuan untuk

mengembangkan dan menyelesaikan permasalahan satu sektor tertentu, tanpa

memperdulikan keterkaitannya dengan sektor yang lain.

Konsep pengembangan wilayah memerlukan berbagai teori dan ilmu terapan

seperti geografis, ekonomi, sosiologi, statistika, ilmu politik, ilmu lingkungan dan

sebagainya. Karena pembangunan dipandang sebagai suatu proses

multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap

mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,

pengentasan kemiskinan, sehingga dibutuhkan berbagai pendekatan bidang ilmu

(Todaro, 2000). Pembangunan wilayah pada prinsipnya bertujuan untuk

meningkatkan perkembangan wilayah menuju tingkat perkembangan yang

Page 80: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

60

diinginkan. Pembangunan wilayah dilaksanakan melalui optimalisasi pemanfaatan

sumber daya yang dimilikinya secara harmonis, serasi melalui pendekatan yang

bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya untuk

pembangunan daerah ke depan (Misra, 1982).

Pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan

perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara

dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation

building), untuk meningkatkan kesempatan warga negara memperoleh kehidupan

yang lebih baik (Riyadi, 2004). Pembangunan harus dipandang sebagai suatu

proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

struktur sosial sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, di samping

tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan

pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Syahroni, 2002). Pengembangan dapat

diartikan usaha untuk memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan apa yang

sudah ada. Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk maksud yang sama.

Pembangunan dan Pengembangan itu dapat dalam bentuk fisik maupun non fisik.

Pembangunan dan pengembangan dapat pula dalam skala nasional, regional dan

lokal. Pembangunan dan pengembangan nasional meliputi seluruh wilayah negara

dengan penekanan perekonomian. Pembangunan/pengembangan lokal meliputi

kawasan kecil dengan tekanan pada keadaan fisik. Pembangunan atau

pengembangan regional meliputi suatu wilayah dengan tekanan utama pada

perekonomian dan tekanan kedua pada keadaan fisik (Jayadinata, 1986).

Pembangunan nasional mendorong berkembangnya pembangunan regional dan dil

ain pihak pembangunan nasional memperkuat pembangunan regional. Keduanya

antara pembangunan nasional dan pembangunan regional terdapat keterkaitan

yang mengisi, sehingga membentuk struktur perekonomian yang kokoh dan kuat

(Adisasmita, R, 2013).

Pengembangan wilayah walaupun secara eksplisit dapat memiliki tujuan yang

berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Akan tetapi secara umum

akan meliputi satu atau lebih dari tujuan-tujuan pembangunan yang saling

Page 81: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

61

berkaitan antar wilayah. Menurut Tarigan (2005) tujuan pembangunan yang bisa

diatur di daerah secara lebih baik, dan merupakan tujuan pokok tambahan adalah:

1 Terjaganya kelestarian lingkungan hidup.

2 Pemerataan pembangunan dalam wilayah

3 Penetapan sektor unggulan daerah.

4 Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga

menjadi bersinergi dan berkesinambungan.

5 Pemenuhan kebutuhan pangan wilayah.

Terkait dengan pengembangan wilayah, menurut Syahroni (2002) Tujuan

pembangunan wilayah adalah ; (1) mengurangi disparitas atau ketimpangan antar

wilayah dan antar sub-wilayah serta antar warga masyarakat (pemerataan dan

keadilan), (2) memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, (3)

menciptakan atau menambah lapangan pekerjaan, (4) meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat daerah, dan (5) mempertahankan atau menjaga

kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan

generasi masa mendatang, termasuk dalam hal kelangsungan generasi

transmigrasi.

2.8. Penelitian-Penelitian Sebelumnya.

Berbagai kajian tentang keberhasilan transmigrasi di Indonesia telah banyak

dilakukan, akan tetapi penelitian yang terkait dengan kelangsungan dan

keberhasilan transmigran pada tahapan lanjutan (anak-anak transmigran) atau

disebut juga “generasi ke dua’ sampai disertasi disusun ini belum penulis

temukan. Berpedoman pada pelaksanaan transmigrasi yang berlangsung sudah

cukup lama (sejak zaman kolonisasi sampai dengan masa kemerdekaan, orde

lama, orde baru dan era reformasi yang ditandai dengan otonomi daerah) secara

jujur dapat dikatakan telah menunjukkan keberhasilan baik dari sisi demografis

maupun non demografis.

Dari sisi kuantitatif, sejak dimulainya pemindahan penduduk dari wilayah yang

padat di Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa (waktu itu kolonisasi) sampai era

Page 82: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

62

reformasi yang ditandai dengan otonomi daerah telah mampu dipindahkan

penduduk sebanyak 405.390 KK atau setara dengan 1.498.760 jiwa. Namun

secara kualitatif, transmigrasi sebagai program yang bertujuan untuk

meningkatkan pemerataan pembangunan daerah dan memperkuat persatuan dan

kesatuan bangsa, diharapkan dapat berkembang menjadi pusat-pusat pertumbuhan

yang memberikan dampak terhadap wilayah sekitarnya.

Sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 15 tahun 1997 tentang

Ketransmigrasian.Transmigrasi diselenggarakan dengan tujuan yaitu: (1).

Meningkatkan kesejahteraan transmigran dan penduduk sekitarnya, (2)

mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah, dan (3) memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui ketiga tujuan tersebut transmigrasi

diharapkan dapat memecahkan permasalahan demografi, sosial, ekonomi dan

politik.

Setelah otonomi daerah, terjadi pergeseran paradigma transmigrasi dari yang

eksklusif ke paradigmainklusif. Secara konseptual telah memasukkan masyarakat

desa-desa sekitarnya sebagai bagian dari masyarakat transmigrasi. Hal ini

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang no. 15 Tahun 1997, dan Peraturan

Pemerintah No.2 tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2009, yang

mengatakan lingkup geografis kawasan transmigrasi terdiri atas permukiman baru

transmigrasi, desa-desa eks. Transmigrasi dan desa-desa setempat.

Keadaan ini diperkuat lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun

2014 tentang Ketransmigrasian khususnya pasal 7 ayat (1) berbunyi: Kawasan

transmigrasi sebagaimana dimaksud pada pasal 5, dibangun dan dikembangkan di

kawasan perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber

daya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan dengan

pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan. Kemudian dalam

pasal 10, dikatakan SKP paling sedikit terdiri atas 3 (SP) dan paling banyak

6(SP). SP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pasal 11 berupa: (a). SP-Baru,

(b). SP-Pugar, atau (c). SP-Tempatan.

Hasil penelitian Junaidi (2012) dengan judul “Perkembangan Desa-desa Eks

Transmigrasi dan Interaksi dengan Wilayah sekitarnya Serta kebijakan ke depan”

Page 83: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

63

(suatu Kajian di Provinsi Jambi). Diperoleh kesimpulan (1). Perkembangan desa-

desa eks transmigrasi ditentukan oleh jarak lokasi permukiman terhadap pusat-

pusat kegiatan, sarana prasarana (terutama sarana jalan), komoditas utama

transmigrasi, karakteristik utama transmigran, lamanya penempatan dan kinerja

makro wilayah. (2). Berkaitan dengan interaksi antara desa-desa eks transmigrasi

dengan desa sekitarnya dipengaruhi oleh berbagai fasilitas dan aktivitas produksi

yang tumbuh dan berkembang di desa-desa sekitar permukiman transmigrasi yang

terkait secara fungsional dalam bentuk supply dan demand dengan desa-desa

transmigrasi.Faktor jarak dan tidak terbangunnya sistem transformasi menjadi

faktor penghambat dalam interaksi.(3). Pencapaian kesejahteraan pada tingkat

individu/keluarga transmigrasi dipengaruhi oleh budaya (etos) kerja, pendidikan,

beban tanggungan keluarga dan kemampuan mempertahankan kepemilikan lahan.

Etos kerja yang lebih tinggi dari transmigran asal Jawa menyebabkan mereka

lebih sejahtera dibandingkan transmigran lokal (asal Jambi).

2.8.1 Transmigran Generasi kedua di Berbagai Permukiman di

Indonesia.

Dalam konteks parsial banyak keberhasilan yang telah dicapai oleh transmigrasi

di berbagai kawasan di Indonesia. Menurut data statistik (BPS, 2000) penduduk

asal Jawa di Sumatera Utara berjumlah 6 juta jiwa, maka sebagian besar dari

jumlah itu merupakan keturunan orang yang bermigrasi pada era perkebunan

masa kolonial di akhir abad ke 19 sampai awal abad ke 20. Kemudian setelah

kemerdekaan perpindahan ini semakin meningkat terutama mereka yang bekerja

di sektor perkebunan, sehingga muncul istilah buruh perkebunan Jawa yang

dipekerjakan di perkebunan yaitu “Jawa kontrak”dan berlaku juga untuk

keturunan mereka (generasi kedua dan seterusnya) yang sudah lahir di Deli

(Sumatera Utara) dan tidak lagi hidup di komoditas perkebunan, tapi sudah

memasuki berbagai aspek lapangan usaha yang ada pada saat ini.

Di Provinsi Lampung, salah satu wilayah penempatan transmigrasi adalah di

Kecamatan Sumberjaya. Lokasi ini telah di tempati oleh transmigran asal Jawa

khususnya Jawa Barat sejak tahun 1952, dan telah diresmikan sebagai

Page 84: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

64

perkampungan baru oleh Presiden Soekarno pada waktu itu (Pasya, 2004).

Perkembangan terakhir, program transmigrasi pemerintah tidak terlalu beorientasi

pada wilayah Sumberjaya, namun tetap saja migrasi spontan berdatangan dari

Pulau Jawa dan Bali. Sementara generasi keduanya yang lebih memiliki sifat

kewirausahaan lebih tinggi tertarik pada kesuburan tanahnya. Hingga saat ini

masih banyak dasar lembah yang cukup luas untuk digunakan. Pada tahun 1976

transmigran dari Suku Jawa dan Sunda memanfaatkan kondisi lansekap yang

tidak diminati oleh suku Semendo (Suku yang pertama kali menempati wilayah

tersebut) untuk budidaya kopi, dan mengubahnya menjadi pertanian sawah

beririgasi (Charras dan Pain, 1993).

Kisah sukses generasi kedua transmigrasi juga ceritakan oleh Ratna Sari (2012)

adalah Mustafa salah seorang penduduk transmigrasi yang tinggal di Kampung

Inggris Karang Indah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala,

Kalimantan Selatan. Bisa dikatakan dia adalah transmigran generasi kedua, karena

lahir dan besar di daerah tersebut. Kedua orang tuanya adalah transmigran asal

Jawa Timur yang sudah bertahun- tahun tinggal di daerah itu. Mustafa inilah yang

mengajarkan anak-anak dan masyarakat berbahasa Inggris setiap harinya. Mustafa

sendiri merupakan salah seorang mahasiswa jurusan teknik mesin UNY

(Yogyakarta). Dia dibantu oleh 2 orang tenaga yang juga sarjana Pendidikan

Bahasa Inggris. Mereka bertiga sama-sama alumni kampung Inggris Pare Kediri,

Jawa Timur.

Mustafa mengatakan masyarakat di kampung Inggris ini memiliki kemauan

yang tinggi untuk belajar. Sejak awal tidak pernah ada penolakan ataupun

keberatan dari pihak mereka untuk diajarkan bahasa Inggris. Semangat ingin maju

yang mereka miliki cukup tinggi. Pada hal, kalau dilihat pekerjaan mereka hanya

berkebun dan bertani, tapi masih mau diajak untuk belajar. Secara ekonomi

tingkat pendapatan masyarakat Desa Karang Indah yang berasal dari produksi

jeruk siam dan beras “Karang unus’ cukup tinggi. Selain itu secara kelembagaan,

sudah dibentuk BUD yang menjadi badan pengelola usaha tersebut ucap

“Jamaluddin Malik”(2012) Dirjen Pembinaan Kawasan Transmigrasi,

Kemenakertrans (Dirjen P2Ktrans).

Page 85: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

65

Di Desa Rimbo Bujang I yang merupakan bagian dari Kecamatan Rimbo Bujang,

Kabupaten Tebo tercatat sebagai Kawasan transmigrasi yang pertama di era

Repelita di Provinsi Jambi. Pada tahun 1976 penempatan transmigrasi di Desa ini

tercatat sebesar 500 KK atau setara dengan 2068 jiwa. Ketika itu masing-masing

KK disediakan lahan seluas 2,5 Ha. Dengan lahan seluas tersebut diperuntukkan

untuk lahan pekarangan (0,5 Ha), Lahan usaha I sebesar (1,00 Ha) dan Lahan

usaha II seluas (1,00 Ha). Pada waktu itu lahan pekarangan yang ada ditanami

dengan tanaman-tanaman muda seperti ubi kayu, sayur-sayuran, dan lahan usaha I

diperuntukkan untuk tanaman-tanaman seperti Nangka, danJeruk. Sedangkan

untuk lahan usaha II lebih diperuntukkan untuk tanaman perkebunan terutama

karet yang baru dapat menghasilkan dalam kurun waktu yang lebih panjang

(DinSosNakerTran, Jambi 2008). Seiring dengan perjalanan waktu penempatan

transmigrasi di kawasan transmigrasi ini telah berlangsung lebih kurang 40

Tahun. Selama kurun waktu tersebut telah banyak keberhasilan yang dicapai dan

tentu juga tidak terlepas dari berbagai aspek yang masih kurang. Keberhasilan ini

tentu telah berdampak terhadap perkembangan anak-anak transmigrasi (Generasi

kedua) dalam berbagai aspek kehidupan baik secara ekonomi, sosial budaya,

politik pemerintahan dan mobilitas.

Berdasarkan berbagai informasi dan Sosnakertran (2008) transmigrasi (generasi

kedua) di kawasan transmigrasi daerah ini sudah menunjukkan berbagai kemajuan

yang dicapai. Sebahagian diantara anak-anak transmigrasi yang telah berhasil di

berbagai kegiatan baik di sektor formal maupun informal. Baik yang masih

berdomisili di desa sendiri maupun telah keluar menuju tempat yang baru. Mereka

telah menekuni berbagai profesi sebagai guru, Dosen, dokter dan keahlian lainnya.

Di samping itu juga menduduki berbagai jabatan baik di pemerintahan, swasta dan

menjadi wiraswasta.

Desa Sri Agung merupakan salah satu desa eks transmigrasi dalam Kecamatan

Batang Asam (ketika penempatan Transmigrasi merupakan Kecamatan Tungkal

Ulu) Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Transmigrasi pertama di desa ini dimulai

tahun 1991, dimana waktu itu komposisi transmigrasi dari pusat 70% dan

transmigrasi lokal 30 %. (Wawancara dengan Bapak Muhammad Hatta, Kepala

Page 86: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

66

desa Sri Agung). Sebagian besar hasil pertanian desa adalah tanaman Padi, selain

Jagung, Ketela dan Sayuran lainnya. Selain itu terdapat tanaman tua seperti

Kelapa dan kelapa sawit. Desa ini merupakan sentra produksi padi untuk

kecamatan Merlung bahkan untuk kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Produksi padi di daerah ini mencapai 4-5 ton /ha/panen, dan keinginan masyarakat

dapat ditingkatkan menjadi 6-7 ton/ha, bila irigasi yang ada dapat dimaksimalkan

dan penanaman padi dapat ditingkatkan dari 2 kali menjadi 3 kali penanaman

dalam se tahun. Hasil produksi belum bisa ditampung di wilayah tersebut, dan

banyak yang di jual ke daerah tetangga (Riau). Hal ini terjadi selain faktor

kemudahan (pembeli datang) juga karena harga yang lebih bersaing jika dijual ke

Provinsi sendiri (Jambi), sehingga alasan ekonomi merupakan alasan yang paling

tepat yang menyebabkan produksi lari ke provinsi lain.

Berdasarkan data Monografi Desa tahun 2014, jumlah penduduk desa Sri

Agung tercatat sebanyak 4.360 jiwa atau tergabung dalam 876 KK. Angka

kelahiran di daerah ini masih tergolong tinggi dengan TFR sebesar 3,8 dengan

jumlah anggota rumah tangga sekitar ± 5 orang. Penduduk usia produktif (15

tahunke atas) tercatat sebanyak ± 63%.

Generasi kedua di wilayah transmigrasi sebagian besar berada di desa sendiri, dan

Desa Rawa Medang yang sebelumnya merupakan pemekaran dari Desa Sri

Agung. Kebanyakan dari mereka melanjutkan usaha dari orang tuanya sebagai

perintis. Bagi generasi kedua yang memiliki pendidikan lebih baik (SLTA ke atas)

banyak yang bekerja di bidang pertanian lainnya seperti Perkebunan, buruh

pabrik, menjadi sopir dan bidang lainnya. Bahkan telah ada juga yang bekerja di

sektor di luar pertanian diluar kawasan transmigrasi seperti di bidang

perdagangan, di kantor, pembantu di toko, satpam dan sebagainya.

Berikut ini adalah kisah sukses generasi kedua transmigran yang diceritakan oleh

(Ria Efrianti, September 2012, generasi kedua transmigrasi Sungai Bahar, Muaro

Jambi, Provinsi Jambi). Orang tuanya bernama Sutrisno (bapak) dan ibunya

Demitun, mereka transmigran yang berasal dari Kediri Jawa Timur yang mulai

tinggal di Sungai Bahar tahun1990, dan merupakan bagian transmigran lainnya

bersama-sama dengan transmigran asal Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Page 87: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

67

Bapak Sutrisno berangkat dari kampung halamannya berikut istri dan seorang

anaknya bernama Erna Yulianti yang pada saat itu baru berumur 2 tahun. Ketika

menginjakkan kaki di daerah yang baru desa Talang Datar mereka disediakan

lahan 0,25 Hektar untuk perumahan, sebagaimana juga untuk transmigran yang

lain memperoleh jumlah yang sama per KK, kemudian disiapkan lahan ke II

masing-masing per KK seluas 2 Hektar yang diperuntukkan untuk lahan

perkebunan. Untuk lahan perkebunan ini bekerja sama dengan PTPN yang

tergabung dalam Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Tran).

Beberapa waktu setelah tinggal di daerah permukiman kemudian keluarga

Sutrisno telah dikarunia 2 orang anak yaitu 1 orang perempuan dan yang bungsu

laki-laki, sehingga anggota keluarga bertambah menjadi 5 orang. Seiring dengan

perjalanan waktu pada saat ini ketiga anak-anak mereka telah dewasa dan bahkan

yang tertua telah berkeluarga pada tahun 2008. Pada saat ini telah dikaruniai

seorang cucu. Anak yang pertama tamat perguruan tinggi di Jambi dan memilih

profesi sebagai guru karena lulusan fakultas Keguruan dan mengabdi di daerah

permukiman transmigrasi Sungai Bahar, dan suaminya bergerak di bidang

wiraswasta. Anak ke dua berada pada semester akhir Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Jambi, sedangkan anak terakhir masih duduk di bangku salah

satu SMA di Kota Jambi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa kehidupan

dari generasi kedua anak-anak transmigrasi sebagian besar cukup berhasil. Ini

ditunjukkan dengan pendapatan yang diperoleh rata-rata antara Rp 4.000.000, -

Rp 4.500.000,- per bulan. Di bidang sosial di kawasan transmigrasi sampai saat

ini telah ada 3 buah SMP, dan 1 SMP satu atap dan tingkat SLTA terdapat 1 SMA

dan 1 SMK. Sarana dan prasarana jalan raya di daerah eks desa-desa transmigrasi

sebagian telah di aspal, dan sebagian ada yang masih pengerasan.

Generasi kedua transmigrasi, saat ini telah banyak mengalami perubahan dan telah

banyak yang melakukan migrasi bertahap(chain migration). Ada yang melakukan

perpindahan dalam kawasan transmigrasi sendiri dalam kecamatan yang sama,

ada yang ke kecamatan lain dalam kabupaten yang sama, ada yang diluar

Page 88: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

68

kabupaten dalam provinsi yang sama bahkan sebagian kecil ada yang pindah

keluar dari Provinsi Jambi.

Berdasarkan pekerjaan yang ditekuni oleh generasi kedua transmigran Sungai

Bahar, mereka bekerja di berbagai bidang. Sebahagian meneruskan bekerja di

Sektor Perkebunan sebagai petani sawit, buruh perusahaan. Diluar itu terdapat

juga yang bekerja di Bank, menjadi PNS, Pedagang, bengkel, polisi, perawat dan

lain-lain yang tersebar baik di Kabupaten Muaro Jambi maupun di luar kabupaten

Muaro Jambi.

Desa Talang Datar sebagai salah satu desa Unit Permukiman Transmigrasi (UPT),

yang sekarang ini merupakan desa eks transmigrasi di Sungai Bahar, hampir

semua wilayahnya ditanami dengan Kelapa sawit. Tercatat luas Perkebunan Inti

Rakyat (PIR) seluas 568 Hektar, dan swadaya 194 Hektar. Jumlah penduduk

menurut monografi desa berjumlah 1.383 jiwa, yang tergabung dalam 206 KK.

Pendapatan rata-rata berkisar Rp 4,5-5,0 Jt per bulan, angka ini telah diatas rata-

rata pendapatan kabupaten Muaro Jambi, maupun Provinsi Jambi.

Berdasarkan penempatan transmigran dapat dibedakan transmigran program pusat

sebesar 80% (yaitu asal Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat) dan

transmigrasi lokal 20 % berasal dari Kabupaten Kerinci, Jambi. Untuk

transmigrasi lokal, terutama petani yang dipindahkan akibat dari perluasan areal

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Pada tahun awal penempatan selain

Kelapa sawit, transmigran juga bercocok tanam padi, Jagung dan tegalan.

Kemudian setelah tahun 1993, hampir semua lahan tanaman tersebut beralih

fungsi ke perkebunan kelapa sawit.

Seiring dengan perjalanan waktu pada saat ini, sebagian besar dari perkebunan

Kelapa sawit itu telah memasuki masa penurunan produksi. Kegiatan selanjutnya

petani dihadapkan pada masalah penanaman kembali (replanting), terkait dengan

hal iniberdasarkan interview sebagian telah berjalan karena sebelumnya para

petani telah mencicil biaya tersebut, dan ada juga sebagian kecil petani menjual

lahan dan dibelikan pada lahan yang baru. Bapak Sutrisno sendiri pada saat ini

tidak lagi menjadi petani sawit, tapi beralih ke profesi pedagang pengumpulseiring

Page 89: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

69

dengan semakin menuanya usia dan anak-anaknya telah dapat berdiri sendiri dan

tidak banyak lagi tergantung pada orang tuanya.

2.8.2. Generasi Kedua Felda di Malaysia.

Perkebunan Inti Rakyat (PIR) merupakan salah satu pola perkebunan yang

diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1980-an, PT. Perkebunan Nusantara

(PTPN) sebagai salah satu pelaksana di lapangan, apakah sudah sepenuhnya

mencapai sasaran dalam meningkatkan kehidupan petani (transmigran) dan

turunan generasi kedua transmigran.

Berpedoman pada usaha yang dilakukan oleh Lembaga Kemajuan Tanah

Persekutuan atau Felda (federal Land Development Authority) Malaysia yang

telah dimulai sejak tahun 1956, model seperti ini telah menunjukkan keberhasilan

yang baik dicontoh oleh Indonesia. Berbeda dengan generasi pertama sebagai

perintis, dimana orang tua mereka turut langsung kelapangan dalam membangun

kebunnya, mulai dari awal sampai membuka kawasan hutan, menanam dan

memelihara tanaman dari lahan plasmanya.

Anak-anak generasi kedua petani tinggal menikmati hasil jerih payah orang

tuanya. Berdasarkan kajian Sosiologis yang dilakukan oleh University Malaya

dalam Ismail, R (2007) anak-anak pemilik lahan yang berada pada usia kerja (15-

29 tahun berjumlah sebanyak 72,20 % kembali menjadi tenaga buruh di Felda

tersebut. Baik untuk tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Untuk mereka

yang melakukan migrasi dari permukimannya tercatat menekuni pekerjaan di

sektor perindustrian dan buruh sebanyak 21,90 %, ketentaraan (9,60%), pembantu

di toko (6,10%), serta menjadi guru, pegawai rendah dan tinggi sebanyak

(11,40%). Selain itu pekerjaan yang ditekuni oleh generasi kedua menyebar

sebagai pembantu di klinik, sopir, mekanik, tukang masak, tukang jahit, tukang

kebun kondektur bus, dan lainnya berjumlah (17,50%).

Menurut arah migrasi yang mereka lakukan sebanyak 58,30% menuju kawasan

perkotaan dan sisanya 41,70% melakukan perpindahan masih sekitar wilayah

permukiman. Berdasarkan angka pengangguran menurut pendidikan yang

ditamatkan diperoleh data, bahwa hanya sekitar 1,00% tamatan Sekolah Dasar

Page 90: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

70

yang menganggur, tamatan SMP sebanyak 19,20%, Lulusan SMA 30,00% dan

belum ada tamatan perguruan tinggi yang tercatat sebagai pengangguran.

Kendatipun data statistik diatas hanya mendeskripsikan keadaan permukiman di

suatu kawasan, namun demikian Felda menurut Ismail, R (2012) telah menempuh

kebijakan sebagai berikut: (1). Mewujudkan generasi kedua yang terpelajar,

bertanggung jawab, sadar dan insaf tentang peranan mereka untuk kemajuan

program pembangunan. (2). Memberi dan menyokong usaha pelajaran dan

pendidikan. (3). Memperkenalkan sistem hidup dan bekerja secara berkelompok

dan terorganisir. (4). Memberi dan menyelaraskan latihan-latihan kemahiran. (5).

Memberi peluang kerja yang sesuai dan sejajar dengan kemampuan dan

kesanggupan anak tersebut. (6). Menyediakan kesempatan berniaga dan mandiri,

melalui proyek-proyek perniagaan dan perusahan swasta serta memberi bantuan

dan sokongan dana yang diperlukan, serta (7). Memberi bantuan konsultasi dan

bimbingan karir.

Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, sejak tahun 1985 Felda telah

mendirikan sekolah hampir di setiap kawasan permukiman. Kemudian mereka

juga telah mendirikan semacam biro pendidikan Felda di setiap permukiman dan

bekerja sama dengan Persatuan Orang tua Murid (POM). Pada tingkat pusat,

seperti kantor direksi di PTPN mereka membentuk bagian Pendidikan dan

Pengabdian sosial Felda. Kegiatannya adalah untuk membantu keuangan bagi

pendidikan anak-anak petani plasma yang berprestasi tetapi kesulitan dalam

bidang keuangan, dan bimbingan belajar bagi anak-anak yang akan memasuki

perguruan tinggi. Bahkan, Felda menyediakan asrama bagi anak-anak yang

tinggal di kota-kota yang ada Universitasnya.

Beberapa puluh tahun kemudian, program ini telah menunjukkan hasil yang

menggembirakan dimana sudah dapat dijumpai pada anak-anak petani di

permukiman telah banyak dari mereka yang menamatkan Sarjana, baik di dalam

maupun lulusan dari luar negeri. Tercatat lulusan dari luar negeri seperti Amerika

Serikat ataupun United Kingdom, yang memiliki gelar Master maupun Doktor

dalam berbagai bidang ilmu tamatan dari luar negeri.

Page 91: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

71

Mencermati apa yang telah dilakukan oleh Felda, barangkali sesuatu yang

mungkin juga dapat dilakukan terhadap anak-anak generasi kedua petani plasma

di Indonesia. Karena kelapa sawit yang tumbuh di Indonesia merupakan jenis

yang sama tumbuh di Malaysia. Jumlah produksi per hektar dan harga per

kilogram juga tidak berbeda diantara kedua negara. Lalu kenapa Indonesia belum

mampu berbuat seperti apa yang telah di lakukan olehnegara tetangga tersebut?

Masalahnya adalah kembali kepada kemauan dari pemerintah dan menjadikan PIR

sebagai suatu badan usaha yang independen (Ismail, R, 2012).

2.9. Kerangka Pemikiran

Pembangunan merupakan suatu proses produksi dan konsumsi dimana materi dan

energi diolah dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja,

modal, mesin dan bahan baku. Dalam hal penyediaan bahan baku dan proses

produksi kegiatan pembangunan dapat berdampak terhadap lingkungan alam dan

masyarakat sekitarnya (transmigran), dan pada gilirannya berdampak pada

kemajuan pembangunan.

Program transmigrasi telah terbukti mampu untuk meminimalisir permasalahan

kependudukan di Indonesia. Beberapa pulau yang kepadatan penduduknya

tergolong tinggi seperti Jawa, Madura dan Bali, secara berangsur mulai turun dan

daya dukungnya untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk mulai meningkat.

Sementara pulau-pulau dengan potensi sumber dayanya melimpah, akan tetapi

memiliki keterbatasan dalam sum berdaya manusia, telah berkembang dan mampu

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan adanya penempatan transmigrasi.

Konsep pembangunan transmigrasi merupakan konsep pembangunan dengan

pendekatan peubah kewilayahan, yang mengacu pada struktur wilayah

pengembangan berdasarkan satuan wilayah ekonomi. Berdasarkan kondisi

tersebut, permukiman transmigrasi lalu dirancang secara hirarki. Artinya terdapat

hubungan yang saling menopang dan terintegrasi dalam simpul-simpul pusat

produksi serta distribusi barang dan jasa sehingga membentuk suatu pusat

pertumbuhan ekonomi dan administrasi wilayah.

Page 92: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

72

Berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan

Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan transmigrasi,

dijelaskan sasaran dan arah penyelenggaraan transmigrasi. Sasaran

penyelenggaraan transmigrasi adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan

kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, (2) membangun

kemandirian, dan (3) mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga

ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Arah penyelenggaraan transmigrasi adalah: (1) penataan persebaran penduduk

yang serasi dan seimbang dengan daya dukung alam dan daya dukung lingkungan,

(2) peningkatan kualitas sum berdaya manusia, dan (3) perwujudan integrasi

masyarakat.

Beberapa hal pokok yang menjadi konsep pengembangan kawasan transmigrasi

dalam konteks menjalankan misi pembangunan transmigrasi, menurut Simbolon,

HB (2009) adalah sebagai berikut: (1) pengembangan akan meliputi seluruh unit

permukiman dalam kawasan, baik permukiman transmigrasi, permukiman

penduduk tempatan dan areal potensial sebagai calon permukiman, (2)

mewujudkan kemudahan interaksi antar unit-unit permukiman ke pusat

pertumbuhan ekonomi yang diusulkan, baik langsung maupun secara berjenjang,

(3) mengembangkan komoditi potensial/unggulan di seluruh kawasan dengan

pendekatan sistem agribisnis melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan

menarik investor (kemitraan) untuk pengembangan komoditi yang memerlukan

investasi besar, (4) mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada melalui:

pembukaan lahan usaha II yang masih lahan tidur, pembukaan lahan tidur

penduduk desa sekitar , dan membuka areal produksi baru pada areal potensial

dengan memperhatikan prinsip clear and clear dan catur layak, (layak huni, layak

usaha, layak berkembang dan layak lingkungan) dan (5) setiap program

pemberdayaan transmigran selalu melibatkan masyarakat desa sekitarnya.

Pada era otonomi daerah, urgensi dan peranan kebijakan pembangunan daerah

menjadi lebih besar dan penting (Sjafrizal, 2008). Dalam kondisi demikian,

masing-masing daerah dapat menetapkan kebijakan pembangunan berbeda sesuai

dengan kondisi, permasalahan dan potensi daerah bersangkutan. Setelah otonomi

Page 93: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

73

daerah terjadi pergeseran pradigma transmigrasi dari ekslusif menjadi pradigma

inklusif. Hal ini berarti secara konseptual telah melibatkan masyarakat desa-desa

sekitar sebagai bagian dari kawasan transmigrasi. Sebagai landasan yuridis telah

dinyatakan dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 1997, Peraturan Pemerintah

No.2 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 29 Tahun 2009, lingkup geografis

kawasan transmigrasi terdiri dari permukiman baru transmigrasi, desa-desa eks

transmigrasi dan desa-desa setempat.

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

dinyatakan bahwa salah satu tujuan diselenggarakan transmigrasi adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan transmigran dankeluarganya serta penduduk

sekitarnya. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan

produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian, dan

mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial

budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Program transmigrasi juga diselenggarakan sebagai pendekatan untuk tujuan

sosial. Transmigrasi diarahkan untuk membagikan lahan kepada petani-petani

yang kurang beruntung, meningkatkan ekonomi keluarga, pendapatan petani

miskin, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Faktor-faktor kependudukan yang berpengaruh terhadap konsumsi adalah jumlah

dan komposisi penduduk. (a) jumlah penduduk, bila jumlah penduduk bertambah

pengeluaran konsumsi juga akan meningkat, walaupun pengeluaran rata-rata per

orang per keluarga relatif rendah, namun secara absolut pengeluaran tetap

meningkat. (b) komposisipenduduk, makin banyak penduduk yang ber usia kerja

produktif makin tinggi kebutuhan konsumsi. Makin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang

/suatu keluarga makin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak.

Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban) pengeluaran

konsumsinya juga makin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat

perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat perdesaan.

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap konsumsi adalah

faktor sosial-budaya masyarakat. Misal berubahnya pola kebiasaan makan,

Page 94: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

74

perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang

dianggap lebih hebat. Dalam kenyataannya sulit memilah-milah faktor mana yang

lebih dominan dan faktor mana yang mempengaruhi mana sehingga menyebabkan

terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi.

Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian terdahulu bahwa pelaksanaan

transmigrasi di era otonomi daerah, dihadapkan berbagai tantangan yang terkait

dengan perubahan tata pemerintahan. Otonomi daerah selain menyebabkan

pergeseran kewenangan penyelenggaraan transmigrasi, juga pelaksanaan

transmigrasi harus disesuaikan dengan potensi dan karakteristik spesifik daerah.

Menyangkut semakin terbatasnya lahan (fragmentasi lahan), peningkatan produksi

selama ini dengan cara ekstensifikasi mungkin tidak tepat lagi dan perlu

dikombinasikan dengan pola diversifikasi dan intensifikasi. Untuk memperoleh

lahan bagi permukiman transmigrasi ke depan semakin dibutuhkan dana

(investasi) yang cukup besar. Oleh karena itu dalam rangka pembangunan wilayah

berkelanjutan dan agar transmigrasi tidak menjadi beban bagi daerah penerima

yang berakibat pada kemiskinan, maka perlu direncanakan pemanfaatan lahan

(ruang). Hal ini dapat diwujudkan melalui keterkaitan pengelolaan yang tepat

antara sum berdaya alam, dengan aspek sosial ekonomi dan budaya setempat.

Terkait dengan pola tanaman yang diusahakan oleh transmigran di daerah

penelitian dapat dibedakan atas tanaman karet, kelapa sawit dan tanaman pangan

(padi). Pola tanaman yang diusahakan tersebut telah berlangsung dari generasi ke

Generasi seperti yang terdapat di Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Keberhasilan yang telah dicapai oleh

transmigrasi tidak terlepas dari pada karakteristik sosial, ekonomi dan budaya baik

yang dibawa dari daerah asal maupun yang telah tercipta dan berkembang di

tempat yang baru. Disisi lain karakteristik sosial, ekonomi dan budaya untuk

generasi kedua transmigran dan selanjutnya juga akan berpengaruh terhadap

sebaran permukiman transmigrasi di masa yang akan datang.

Berkembangnya daerah transmigrasi diharapkan juga akan semakin kuat

interaksinya tidak saja dengan desa-desa eks transmigrasi akan tetapi juga dengan

desa-desa non transmigrasi, sehingga terjadi keterkaitan yang saling

Page 95: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

75

menguntungkan. Pada tahap berikutnya kesenjangan pembangunan antara daerah

transmigrasi dengan daerah diluar kawasan transmigrasi dapat dikurangi. Dengan

demikian transmigrasi dapat memacu pengembangan wilayah ke arah yang lebih

baik, dan tidak menambah beban bagi daerah tujuan.

Pengembangan kawasan transmigrasi ke depan perlu dikelola dengan baik agar

mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Dalam konsep

pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan tujuan ekonominya adalah untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat transmigran dan masyarakat lokal, tujuan

sosial untuk mencegah terjadinya berbagai konflik dan kesenjangan serta

menciptakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Di bidang lingkungan

menjaga keanekaragaman hayati, konservasi lahan dan air. Aspek teknologi

dimaksudkan mengaplikasikan teknologi tepat guna, serta tujuan dibidang hukum

dan kelembagaan adalah untuk mentaati hukum dan berfungsinya kelembagaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya sinergi semua stakeholder yang

terkait dalam pengembangan kawasan transmigrasi.

Selektivitas terhadap calon transmigrasi perlu dilakukan dengan serius terutama

terkait dengan kualitas sum berdaya. Orientasinya harus berubah dari target

populasi ke target peningkatan kemampuan, sehingga di era Otonomi daerah

transmigrasi tidak lagi menjadi beban bagi daerah penerima.

Secara skematis Kerangka Konseptual Penelitianyang telah diuraikan terdahulu

dapat digambarkan bagan berikut pada(gambar 6).

Page 96: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

76

Gambar 6: Kerangka Konseptual (conceptual frame work).

POLA TRANSMIGRASI

KARAKTERISTIK

Generasi Pertama

-Sosial

-Ekonomi

KARAKTERISTIK

Generasi Kedua

-Sosial

-Ekonomi

Sebaran

Permukiman

Generasi Kedua

-Dalam Desa

-Luar desa

Alat Analisis

Alat Analisis

-Karet-

-Kelapa Sawit

-Tanaman Pangan

Deskriptif

Chi Square

Binary Logit

-Deskriptif

-Chy Square

Perbandingan kesejahteraan generasi kedua dan pertama

Faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran permukiman Generasi

kedua

Page 97: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

77

2.10. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis merupakan penjelasan atau jawaban sementara tentang perilaku,

fenomena dan gejala yang telah dan atau akan terjadi. Hipotesis disusun

berdasarkan landasan teori, studi-studi terdahulu yang terkait dan kerangka

pemikiran yang telah disusun. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai

dapat dirumuskan hipotesis berikut:

Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama,yaitu tentang karakteristik

generasi pertama, meliputi: karakteristik individual, Aspek ketransmigrasian dan

ketenagakerjaan transmigrasi (generasi pertama) mencakup umur, jenis kelamin,

status kawin, kegiatan utama, provinsi asal, tahun awal tinggal di desa, status

ketransmigrasian, alasan ikut transmigrasi, kedatangan dari daerah asal, jumlah

ART yang dibawa dan struktur ketenagakerjaan yang mencakup lapangan usaha,

jenis usaha, status pekerjaan, kepemilikan pekerjaan sampingan dan jam kerja per

minggu. Tidak dirumuskan hipotesis secara kuat akan tetapi dianalisis secara

deskriptif, dengan membandingkan kondisi masing-masing lokasi terpilih sebagai

sampel di daerah penelitian.

Hipotesis 1.

Untuk menjawab tujuan penelitian kedua, karakteristik generasi kedua mencakup:

karakteristik individual dan struktur ketenagakerjaan generasi kedua transmigran

di desa-desa eks transmigrasi, dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif. Di

samping itu dilakukan analisis komparatif dan Chy Square dengan generasi

pertama, untuk variabel-variabel sosial ekonomi tertentu. Diduga semakin tinggi

tingkat sosial ekonomi generasi kedua semakin tinggi tingkat mobilitas yang

terjadi.

Hipotesis 2

Untuk menjawab tujuan penelitian ketiga,yaitu analisis kesejahteraan generasi

kedua dan pertama dilakukan dengan membandingkan kondisi

perumahan,kepemilikan asset rumah tangga, Penghasilan dan tabungan, struktur

ketenagakerjaan. Khusus untuk tingkat pendidikan yang dimiliki oleh generasi

kedua dibandingkan dengan generasi pertama. Dirumuskan hipotesis berikut:

Page 98: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

78

generasi kedua dinyatakan berhasil apabila tingkat pendidikan yang

diperolehnyaminimal dua tingkat lebih tinggi dari yang diperoleh orang tuanya

(generasi pertama).

Hipotesis 3.

Untuk menjawab tujuan penelitian ke-empat, yakni Faktor-faktor yang

mempengaruhi sebaranpermukimangenerasi keduatransmigran di desa-desa eks

transmigrasi di kawasan transmigrasi Provinsi Jambi, sebaranpermukiman

generasi kedua dalam penelitian inidibedakan: (1) Di desa transmigrasi, (2) Ke

desa lain di luar desa transmigrasi. Faktor-faktor penentu terjadinya perubahan

permukiman dibedakan atas (1) Umur, (2) Jenjang pendidikan formal, (3) Status

pekerjaan, (4) Jenis pekerjaan , (5) Lapangan usaha pekerjaan, (6) Daerah asal

orang tua, (7) Pendidikan orang tua, (8) Jumlah anggota rumah tangga orang tua,

dan (9) Komoditas utama yang diusahakan. Secara terperinci diajukan hipotesis

berikut:

- Semakin tinggi usia generasi kedua, maka semakin kecil peluang untuk

meninggalkan desa transmigrasi. Hal ini terkait dengan kemampuan fisik

untuk pindah ke tempat lain.

- Tidak ada perbedaan preferensi generasi kedua untuk tetap tinggal di desa atau

di luar desa berdasarkan jenis kelamin.

- Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang ditempuh, maka semakin besar

peluang dari generasi kedua untuk keluar dari desa permukiman. Hal ini

disebabkan dengan pendidikan yang lebih tinggi terbuka kesempatan untuk

bekerja diluar sektor pertanian.

- Terdapat perbedaan keinginan meninggalkan kawasan permukiman

berdasarkan status pekerjaan yang ditekuni, bila responden dengan status

pekerjaan utama lebih dapat bertahan di kawasan permukiman dari pada

responden dengan status pekerjaan sampingan.

- Generasi kedua yang bekerja di sektor non pertanian keinginan untuk tinggal

diluar desa lebih tinggi dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian.

- Terdapat perbedaan keinginan untuk menetap di dalam desa atau diluar desa

berdasarkan provinsi asal orang tua.

Page 99: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

79

- Semakin tinggi pendidikan orang tua semakin besar peluang untuk tinggal di

luar desa, hal ini terkait dengan motivasi generasi kedua untuk melakukan

migrasi.

- Jumlah ART dalam keluarga berpengaruh terhadap keputusan generasi kedua

untuk tinggal di dalam desa dan ke luar desa. Artinya semakin besar jumlah

ART orang tua semakin kecil kemungkinan generasi kedua untuk tinggal

dalam desa.

- Terdapat perbedaan perilaku individu untuk meninggalkan desa berdasarkan

komoditas utama, generasi kedua dengan lahan perkebunan komoditas utama

(karet dan kelapa sawit) cenderung untuk melakukan perpindahan yang lebih

dekat, dibanding dengan lahan tanaman pangan (padi).

Page 100: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

80

III. METODOLOGI PENELITIAN.

3.1.Metode Penelitian.

Metode penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi dari

metode ilmiah. Dengan kata lain, struktur berpikir yang melatarbelakangi langka-

langkah dalam suatu penelitian ilmiah adalah metode ilmiah. Metode penelitian

yang mana yang akan dipilih dalam melakukan suatu penelitian sangat ditentukan

oleh permasalahan yang diajukan (Amri, et al, 2009).

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dikemukakan maka penelitian ini

didesain dalam bentuk studi kasus. Dalam penelitian ini dilakukan analisis

terhadap berbagai kasus (multiple case study) lokasi transmigrasi dipilih

berdasarkan tingkat perkembangan (stratified by level of development), dan

kemudahan (accessibility). Berdasarkan lokasi transmigrasi yang berada di desa-

desa eks. transmigrasi di kawasan transmigrasi Provinsi Jambi ditentukan

beberapa kabupaten dengan kriteria lahan pertanian yang diusahakan. Untuk

kepentingan penelitian tersebut telah ditetapkan Kabupaten Tebo dengan

Kecamatan Rimbo Bujang sebagai kawasan transmigrasi yang mengusahakan

tanaman karet. Kemudian Kabupaten Muaro Jambi dengan Kecamatan Sungai

Bahar dengan tanaman Kelapa Sawit, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dengan Kecamatan Batang Asam dengan tanaman Padi. Selanjutnya ditentukan

masing-masing 2(dua) Desa dengan pertimbangan kemajuan yang dicapai serta

kemudahan (akses ) ke desa yang bersangkutan, dan dianggap dapat mewakili dari

kecamatan yang berada di wilayah kawasan transmigrasi berdasarkan

pertimbangan kemajuan generasi kedua yang ada di wilayah yang bersangkutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan yang ingin

dicapai pada penelitian ini. Secara umum digunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif dan metode kuantitatif. Merujuk pada Moleong (1993) mengartikan

penelitian deskriptif kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan metode deskriptif kualitatif akan

dapat mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun

Page 101: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

81

belum diketahui atau yang baru sedikit diketahui. Kecuali itu, metode kualitatif

dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan

dengan metode kuantitatif seperti menetapkan kebijakan, mengevaluasi program

dan menyediakan informasi untuk tujuan komersil (Straus, 2005).

Metode penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat

suatu keadaan atau gejala-gejala individu atau kelompok tertentu atau untuk

menentukan frekuensi/penyebaran suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat

atau alam. Tujuan utama dari metode penelitian deskriptif adalah untuk

menyederhanakan realitas yang ada dalam masyarakat atau realitas yang terjadi

dalam alam yang sifatnya kompleks. Namun dalam berbagai penelitian metode

kualitatif dapat juga digunakan secara bersama-sama dengan penelitian kuantitatif.

Pada penelitian ini juga digunakan metode penelitian verifikatif (verificative

method). Menurut Vredenbregt, 1980 dalam Amri et al, (2009) metode verifikatif

yaitu metode yang bertujuan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan

berdasarkan masalah penelitian. Pengujian dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara berbagai variabel yang diteliti.

Pada penelitian verifikatif ini, peneliti menetapkan langkah-langkah teknis dan

metodis yang akan dilaksanakan secara tepat dalam rangka melakukan pengujian

terhadap hipotesis- hipotesis yang telah diajukan.

3.2.Alasan Pemilihan Lokasi.

Pelaksanaan penelitian berlangsung di Provinsi Jambi. Dipilihnya Provinsi Jambi

sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan berikut:

1. Pelaksanaan transmigrasi di Provinsi Jambi telah berlangsung cukup lama,

dimulai sejak tahun 1940 sebagai kawasan transmigrasi pertama di daerah

Jambi terdapat di daerah Tabir (Kabupaten Merangin) pada saat ini.

Selanjutnya permukiman penduduk di daerah ini terus berlangsung sampai

masa reformasi atauera otonomi daerah

2. Sejak periode Pra Pelita hingga tahun 2015 jumlah transmigran di Provinsi

Jambi telah mencapai 83.641 KK, tersebar pada 2011 UPT di 9 (sembilan)

dari 11 (sebelas) kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi ( Kemenakertrans

Page 102: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

82

2012; Junaidi 2012 dan BPS Jambi, 2016), dimana dengan jumlah tersebut

memposisikan Provinsi Jambi sebagai salah satu daerah utama penerima

transmigrasi di Indonesia.

3. Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi tergolong masih rendah,

sekitar62 orang per km²,sehingga masih memungkinkan pembangunan

transmigrasidi daerah ini dalam rangka pemanfaatan potensi sumber daya

alamnya(BPS, 2015).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka ditentukan lokasi kasus

penelitian di kawasan transmigrasi Kecamatan Rimbo Bujang untuk Kabupaten

Tebo,Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi, dan Kecamatan Batang Asam

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Penentuan lokasi penelitian

ditetapkan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa kawasan dimaksud

telah berlangsung penempatan transmigrasi sejak tahun 1976, untuk Rimbo

Bujang dan tahun 1987 untuk Batang Asamserta tahun 1991 untuk Sungai Bahar.

Pertimbangan lain di Rimbo Bujang tanaman utama yang diusahakan

adalahtanaman Karet, Sungai Bahar Kelapa Sawit dan tanaman pangan ( Padi)

untuk KecamatanBatang Asam, sehingga sumber pendapatan transmigrasi lebih

bervariasi dan diduga generasi kedua transmigrandi kawasan tersebut sudah

mengalami berbagai perkembangan.

3.3Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi ditentukan secara bertingkat. Pada

tahap pertama di tentukan populasinya adalah semua Kepala Keluarga

transmigran yang telah bermukim di lokasi transmigrasi lebih dari 20 tahun atau

telah mempunyai turunan (generasi kedua). Tahap kedua populasi sasaran adalah

rumah tangga transmigrasi yang memiliki generasi kedua yang telah berumur

diatas 20 tahun atau yang telah berstatus menikah, baik yang masih berada di

desa-desa eks. transmigrasi yaitu unit-unit permukiman transmigrasi yang telah

menjadi desa definitif atau pun mereka yang tidak lagi bertempat tinggal bersama

dengan orang tuanya (generasi pertama) dan telah membentuk keluarga baru

(generasi kedua). Ada diantara mereka yang masih tinggal di desa transmigrasi,

Page 103: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

83

terdapat pula mereka yang telah keluar dari desa eks transmigrasi namun masih

dalam kabupaten yang sama, dan ada yang keluar dari kabupaten yang

bersangkutan tapi masih dalam Provinsi Jambi.

Berdasarkan tahapan penentuan sampel ditempuh langkah-langkah seperti

diuraikanpada Tabel.3.1 berikut:

Tabel 3.1: Tahapan Penentuan Sampel Penelitian Transmigrasi Generasi kedua.

No. Sampel Prosedur

1 Kabupaten Sengaja (Purposive)

2 Kecamatan/kawasan Ditentukan berdasarkan komoditas utama

3 Desa Berdasarkan akses, dan perkembangan desa

4 Rumah Tangga Semua rumah tangga terpilih

5 Responden Generasi pertama, dan Generasi kedua usia diatas

20 th (sudah menikah) yang ditentukan secara

acak (random).

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Dalam penentuan jumlah sampel sebenarnya tidak ada aturan yang tegas berapa

jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang tersedia. Tidak ada juga

batasan yang “pasti” dan jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan

sampel yang kecil (Soeratno dan Arsyad, 1995). Selain alasan yang telah

dikemukakan sebelumnya, jumlah sampel juga sangat tergantung faktor-faktor

lain seperti biaya, fasilitas, waktu yang tersedia, populasi yang ada atau yang

bersedia untuk dijadikan sampel, serta tujuan dan alat analisis yang digunakan.

Selanjutnya dalam penentuan sampel yangrepresentatif digunakan sampling acak

(random sampling). Yang dimaksud dengan acak (random) adalah bahwa setiap

anggota dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dimasukkan

sebagai sampel (Sugiyono, 2013). Untuk keperluan penelitian ini ditentukan

langkah-langkah berikut:

1) Berdasarkan desa yang telah dipilih ditentukan jumlah rumah tangga

transmigrasi generasi pertama yang memiliki turunan(generasi kedua).

Page 104: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

84

2) Dari jumlah KK yang terdapat di lokasi tersebut ditentukan jumlah KK yang

Eligible yaitu rumah tangga transmigrasi pertama yang mempunyai anak

yangsudah berumur diatas 20 tahun atau sudah menikah.

3) Setelah diperoleh dari masing-masing desa KK yang Eligible ditarik

sampelmasing-masing sebanyak 28 responden, dengan menggunakan

metodeRandom Number Generated (RNG). Adapun prosesnya sebagai

berikut:

a) Urutkan KK yang Eligible dari nomor urut 1 ke nomor urut terakhir.

b) Tekan KK nomor urut pertama (1) dan selanjutnya tekan nomor urut KK

yang terbesar atau nomor ke terakhir dari daftar populasi yang ada.

c) Tekan angka 28, sesuai dengan jumlah sampel yang dirujuk.

d) Hasilnya akan keluar sebarannomor-nomor rumah tangga sampel (KK)

yang siap untuk di wawancarai.

Secara terperinci, sebaran desa, jumlah KK, jumlah KK yang Eligible

disajikan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Desa Permukiman, Jumlah KK, Jumlah KK Eligible dan

JumlahResponden di Lokasi Penelitian.

No Kecamatan Desa Jumlah

KK

Jumlah

KK

Eligible

Jumlah Sampel

Gen. Gen.

(1) (2)

1 Rimbo Bujang Perintis 2.901 287 28 28

Rimbo Mulyo 1.984 281 28 28

2

Batang Asam

Sri Agung 744 273 28 28

Rawa Medang 280 185 28 28

3 Sungai Bahar

Marga Mulya 1.127 276 28 28

Panca Mulya 436 191 28 28

Total Sampel - - 168 168

Sumber: Monografi Desa, Tahun 2016.

Berdasarkan jumlah KK yang Eligible dapat ditentukan Jumlah Eligible

Generasi Kedua Serumah dan Tidak Serumah.Dalam penelitian ini yang dimaksud

Page 105: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

85

dengan transmigrasi generasi ke dua yang eligible adalah mereka yang merupakan

turunan ke dua dari transmigrasi di daerah penelitian yang memenuhi kriteria

sampel. Kriteria dimaksud adalah mereka yang telah berumur diatas 20 tahun atau

sudah berstatus menikah. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa telah terjadi

berbagai pola tempat tinggal generasi kedua yang eligible.

Terdapat generasi kedua eligible yang serumah, generasi ke dua eligible

tidak serumah. Generasi kedua yang serumah artinya kendatipun dia sudah

membentuk keluarga baru namun sebagai kepala keluarga tetap orang tuanya

(generasi pertama), atau dengan kata lain dalam penyediaan kebutuhan konsumsi

mereka masih hidup dalam satu dapur. Perjalanan panjang penempatan

transmigrasi di Provinsi Jambi telah berdampak terhadap peningkatan jumlah

anggota keluarga. Banyak diantara transmigran yang telah menambah jumlah

kelahiran di lokasi permukiman baru. Seiring dengan hal tersebut anak-anak

transmigran pada saat ini sudah memasuki usiakerja dan menjadi angkatan kerja,

dan seiring dengan itu diduga generasi keduanya telah membentuk rumah tangga

baru.

Program transmigrasi hanya menyiapkan lahan pertanian untuk satu

generasi, sedangkan pada saat ini dengan semakin bertambahnya jumlah anggota

rumah tangga kebutuhan terhadap lahan akan meningkat. Peningkatan kebutuhan

terhadap lahan baik sebagai sumber penghasilan maupun untuk kebutuhan lain

seperti perumahan telah menyebabkan generasi kedua harus mencari alternatif

keluar dari rumah tangga inti (generasi pertama).

Untuk mengetahui jumlah eligible generasi kedua yang serumah dan tidak

serumah dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Page 106: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

86

Tabel 3.3 Presentase Responden Generasi Kedua yang Eligible Serumah dan

Tidak Serumah di Lokasi Penelitian, Tahun 2017.

Jumlah Eligible

Generasi Kedua Serumah Tidak Serumah Total

Rimbo Bujang 23

(13,69)

33

(19,64)

56

(33,33)

Batang Asam 41

(24,40)

15

(8,93)

56

(33,33)

Sungai Bahar 4

(2,38)

52

(30,95)

56

(33,33)

Total 68

(40,48)

100

(59,52)

168

(100,00)

Sumber: Hasil Penelitian, Tahun 2017

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan pengambilan sampel dalam

penelitian, menurut Slamet, Y (2006) adalah sebagai berikut:

1. Keuntungan dengan cara sampel yang cukup menonjol adalah dapat

menghemat waktu, tenaga dan biaya.

2. Survei adalah suatu kegiatan pada suatu waktu tertentu, sehingga dapat

dibandingkan pendapat para responden, sehingga pengaruh waktu yang

berjalan belum ada.

3. Bila meneliti sejumlah besar populasi, penggunaan sejumlah besar

pewawancara tidak dapat dihindarkan. Pada hal semakin banyak jumlah

pewawancara semakin tinggi kemungkinannya terjadi kesalahan, dan untuk

memiliki pewawancara yang cakap terbatas.

4. Bila menggerakkan sejumlah besar tenaga pewawancara, maka dibutuhkan

sejumlah besar pengawas (supervisor).

5. Dengan sampel dimungkinkan mencapai tingkat responsi yang lebih besar

dibandingkan bila meneliti seluruh populasi. Hal demikian terasa

kebenarannya khususnya bagi penelitian hal-hal yang peka. Dengan

menanyakan hal-hal yang peka diperlukan ketekunan dan ketelitian dari

Page 107: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

87

pewawancara. Bila hal-hal yang peka itu ditanyakan secara massal malahan

akan menyimpangkan hasil penelitian, dengan demikian hasilnya invalid.

3.4.Instrumen Penelitian

Responden (1).Transmigrasi generasi pertama yang telah menetap di daerah

penelitian lebih dari 20 tahun. (2). Generasi kedua yang sudah berumur diatas 20

tahun atau sudah berstatus kawin, yang pada waktu diwawancarai tinggal di desa

eks transmigrasi, atau di luar lokasi transmigrasi. Untuk responden yang

berdomisili di desa sendiri dilakukan wawancara secara terstruktur dengan

menggunakan kuesioner. Sampel yang tinggal di luar lokasi sedapat

mungkininformasinya diperoleh melalui bantuan Kepala Keluarga(KK) atau

anggota keluarganya.Selain itu dilakukan wawancara dengan menggunakan alat

komunikasi telepon1 genggam (hand phone) untuk responden tertentu.

3.5. Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis terdiri dari 3 (tiga) tingkatan, yang terdiri

dari tingkat rumah tangga, desa dan kecamatan. Rumah tangga responden

merupakan kepala keluarga (KK) generasi pertamadan Rumah tangga Generasi

kedua yang berada di desa sampel. Desa pada penelitian ini adalah desa-desa eks

transmigrasi yaitu Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) yang ada di Provinsi

Jambi. UPT tersebut telah menjadi desa definitif. Kecamatan pada riset ini

ditetapkan pada komoditas utama yang dihasilkan dan berada padatiga kabupaten

dalam Provinsi Jambi.

3.6. Jenis Dan Sumber Data

Pada penelitian ini dibutuhkan data, baik yang bersumber dari data primer

maupun data sekunder. Data primer diperoleh langsung pada tingkat rumah tangga

sampel yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan

(kuesioner). Kuesioner adalah seperangkat daftar pertanyaan tertentu yang disusun

secara sistematis dan lengkap. Selain itu juga digunakan wawancara secara

terstruktur. Untuk hal-hal tertentu wawancara juga dilakukan terhadap beberapa

Page 108: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

88

informan kunci (key Informant) yang dianggap mengetahui tentang persoalan

yang terkait dengan penelitian ketransmigrasian, khususnya generasi kedua. Jenis

data primer yang dikumpulkan dari responden generasi pertama dan kedua

mencakup karakteristik sosial, ekonomi dan budaya.

Data sekunder yang digunakan merupakan data yang bersumber dari PODES

(Potensi Desa) 2014, SE (Sensus Ekonomi) 2014, Provinsi Jambi dalam Angka,

Kabupaten dalam Angka dan Kecamatan dalam Angka. Di samping itu juga

dikumpulkan data yang berasal dari instansi dan lembaga yang terkait pada tingkat

nasional, tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Jenis data utama yang

dikumpulkan meliputi:

1. Data karakteristik wilayah yang mencakup data geografi, potensi dan

kesesuaian lahan pertanian, demografi, sosial, ekonomi, budaya,

danaksesibilitas wilayah.

2. Data ketransmigrasian pada tingkatprovinsi, kabupaten yang mencakup lokasi

transmigrasi, perkembangan jumlah peserta transmigrasi, menurut daerah asal

dan penempatan, jumlah transmigrasi khusus dariProvinsi Jambi, dan jenis

tanaman yang dikembangkan di daerah transmigrasi.

3.7. Alat Analisis

Untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya digunakan alat analisis sebagai berikut:

3.7.1 Karakteris Generasi Pertama Transmigran

Untuk mengetahui karakteristik dan kondisi sosial ekonomi transmigran generasi

pertama, dilakukan analisis pada data individu. Aspek Ketransmigrasian

yangdimaksud dalam penelitian ini mencakup pada karakteristik kepala keluarga,

struktur dan kegiatan anggota keluarga, provinsi asal, alasan ikut transmigrasi.

Jumlah ART yang dibawa. Ketenagakerjaan meliputi kegiatan utama saat ini,

Lapangan usaha, jenis pekerjaan, Status pekerjaan, Kepemilikan pekerjaan

sampingan dan jam kerja per minggu. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan

Page 109: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

89

menggunakan tabel frekuensi dan mengkomperatifkan kondisi pada masing-

masing kecamatan lokasi terpilih.

Sehubungan dengan kepentingan tersebut dilakukan survei dengan responden

pada tingkat rumah tangga. Lokasi yang dipilih masing-masing sebanyak 2 (dua)

desa eks transmigrasi pada ke tiga kawasan penempatan transmigrasi di Provinsi

Jambi, dengan pertimbangan stadia dan akses ke desa tertentu.Dengan

demikianakan dipelajari sebanyak 6 (enam) desa eks transmigrasi yang tergabung

dalam tiga kecamatan di Provinsi Jambi.

3.7.2.Karakteristik Generasi KeduaTransmigran

Untuk mengetahui tentang karakteristik individu dan struktur ketenagakerjaan

generasi keduadianalisis dengan deskriptif kualitatif. Dalam hal ini dilakukan

komparatif dengan generasi pertama dan dengan menggunakan analisis Chi

Kuadrat. Merujuk pada Slamet, Y (2006). Analisis kuantitatif diawali dengan

merumuskan masalah penelitian secara operasional, dimana konsep-konsep yang

dipilih dapat diukur secara kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan tabel

distribusi frekuensi dan persentase.

3.7.3 Kesejahteraan Generasi Kedua Transmigran dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia.

Untuk menganalisis tingkat kesejahteraan dilakukan dengan

membandingkan kondisi perumahan, kepemilikan asset rumah tangga,

Penghasilan dan tabungan, struktur ketenagakerjaan dan Pendidikan yang dimiliki

oleh generasi kedua dan pertama. Khusus untuk pendidikan apabila pendidikan

yang dimiliki oleh generasi kedua, 2(dua) tingkat atau lebih tinggi dari generasi

pertama (orang tua) maka generasi kedua dikatakan berhasil, dilihat dari

aspeksumber daya manusia.

Page 110: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

90

3.7.4. Faktor-Faktor Yang MempengaruhiSebaran Permukiman

Generasi Kedua Transmigran

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi sebaranpermukiman

generasi keduatransmigran, peubah tak bebas (dependent variable) yang

digunakan adalah pengkategorian permukiman lokasi generasi kedua transmigrasi.

Peubah bebas (independent variable) yang digunakan terdiri dari dua kelompok

peubah yaitu peubah-peubah yang berasal dari karakteristik individu dan

karakteristik keluarga transmigrasi.

Karena tipe permukiman generasi kedua dikategorikan atas dua kategori

yang berjenjang (ordinal), maka model yang dipakai adalah model binary logit.

Model binary logit adalah model dengan variabel terikat memiliki dua kategori

dan berskala ordinal (Amri, et al, 2009). Permukiman generasi kedua diestimasi

dengan menggunakanmodel binary logit sebagai berikut:

g(xki) = β0 + β1X1 + β2.ᴅIX2.DI + β2.ᴅ2X2.D2 + β3.ᴅ1X3.D1 + β3.ᴅ2X3.D2 +

β4D1X4D2+β5.ᴅIX5.DI+β5.ᴅ2X5.D2+β6D1X6D1+β6D2X6D2+β6D3X6D3+β6D4X6D4+β7

D1X7D1+β7D2X7D2+ β8X8 +β9D1X9D1+β9D2X9D2 + e.

dimana:

g (xki) = tipe permukiman generasi kedua transmigrasi, dengan ketentuan sebagai

berikut:

g (xki) 1 = di dalam desa transmigrasi.

g (xki) 0 = diluar desa transmigrasi.

α = konstanta persamaan; β1......β9 = koefisien peubah dalam model

e = error term

X1 = umur (dalam tahun)

X2= Jenjang pendidikan formal anak (tahun sekolah).

X2ᴅ1 1 = SLTP; 0 = lainnya

X2ᴅ2 1 =SLTA ke atas; 0 =lainnya

X3 = Status pekerjaan anak.

1 = formal; 0 = informal.

X4 = Jenis pekerjaan anak.

X4D1 1 = ½ terampil; 0= lainnya

X4D2 1 = terampil; 0 = lainnya

X5= Lapangan usaha pekerjaan anak.

X5D1 1= industri; 0 = lainnya

Page 111: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

91

X5D2 1 = jasa; 0= lainnya

X6 = Daerah asal orang tua.

X6 D1 1 = Jawa Timur; 0 = lainnya

X6 D2 1 = Yogyakarta; 0 = lainnya

X6D3 1 = Jawa Tengah; 0 =lainnya

X6D4 1 = Jambi; 0 = lainnya

X7 = Pendidikan orang tua.

X7D1 1 = SLTP; 0 = lainnya

X7D2 1 = SLTA ke atas; 0= lainnya

X8= Jumlah anggota rumah tangga orang tua.

X9= Komoditas utama perkebunan.

X9D1 1 = sawit; 0 = lainnya

X9D2 1 = tanaman pangan; 0 = lainnya.

3.8. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya.

1. Generasi Kedua adalah turunan kedua (anak transmigran), baik yang dibawa

dari di daerah asal maupun yang lahir di daerah permukiman transmigrasi

yang telah berumur diatas 20 tahun dan/ atau telah berstatus menikah, baik

saat ini masih bertempat tinggal di lokasi transmigrasi maupun telah keluar

dari kawasan.

2. Desa-desa eks Transmigrasiadalah desa-desa yang berasal dari permukiman

transmigrasi yang dulunya disebut Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) dan

setelah melewati masa pembinaan diserahkan kepada pemerintah daerah

setempat.

3. Permukiman Transmigrasi dalam penelitian ini adalah tempat tinggal

terakhir transmigrasi generasi kedua yang dibedakan atas (1).Dalam desa

transmigrasi, (2) Diluar desa transmigrasi, baik dalam kecamatan, kabupaten,

provinsi maupun di luar provinsi.

4. Stadia desa/Akses Desapada penelitian ini adalah penentuan lokasi di daerah

desa sampel yang dibedakan atas desa yang dianggap paling berhasil dan desa

yang berhasil denganmempertimbangkanakses ke wilayah yang bersangkutan.

Page 112: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

92

5. Komoditas asal tanaman utamadalam penelitian ini adalah komoditas yang

dihasilkan oleh transmigran di desa-desa eks transmigrasi di kawasan

transmigrasi Provinsi Jambi.

6. Daerah Asal Transmigranpada penelitian ini transmigran yang berasal dari

program pusat yang terdiri dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa

Barat, DIY Yogyakarta, DKI Jakarta dan transmigran yang berasal dari daerah

lokal yang dikatakan dari Provinsi Jambi.

7. Kesejahteraan Penduduk pada penelitian ini di ukur dengan menggunakan

indikator Kondisi perumahan, kepemilikan lahan, kepemilikan asset Rumah

tangga, Penghasilan dan tabungan, Struktur ketenagakerjaan dansumber daya

manusia (tingkat Pendidikan yang ditamatkan).

8. Desa Sekitarnya adalah desa-desa yang berdekatan secara geografi dan

terkait langsung secara fungsional dengan desa-desa yang menjadi sampel

pada penelitian ini.

9. Satuan Permukiman (SP) adalahsatuan interaksi terkecil dengan

kepentingan utama permukiman sebagai tempat tinggal (hunian), tempat usaha

dan kegiatan-kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

10. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) merupakan kumpulan beberapa SP,

dimana SP utama berfungsi sebagai pusat koleksi pemasaran produk maupun

distribusi kebutuhan lingkungan permukiman SKP.

11. Pembangunan Berkelanjutan dalam penelitian ini adalah upaya untuk

mengintegrasikan komponen-komponen sumber daya, meliputi komponen

ekonomi, komponen sosial budaya, dan komponen lingkungan secara serasi

dan seimbang.

12. Masyarakat Transmigrasiadalah transmigran dan penduduk setempat yang

ditetapkan sebagai transmigran serta penduduk setempat yang bertempat

tinggal di SP Tempatan.

13. Kawasan Transmigrasi adalah kawasan budidaya yang memiliki fungsi

sebagai permukiman dan tempat usaha masyarakat dalam suatu sistem

pengembangan berupa wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi

permukiman transmigrasi.

Page 113: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

93

14. Lokasi Permukiman Transmigrasi yang disingkat LPTadalah lokasi

potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung

pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang

sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

15. Satuan Permukiman Baru selanjutnya disebut SP-Baruadalah bagian dari

satu kesatuan permukiman atau beberapa permukiman sebagai satu kesatuan

dengan daya tampung 300-500 (tiga ratus sampai dengan lima ratus) keluarga

yang merupakan hasil pembangunan baru.

16. Satuan Permukiman Pemugaran selanjutnya disebut SP-Pugar adalah

bagian dari SKP berupa permukiman penduduk setempat yang dipugar

menjadi satu kesatuan dengan permukiman baru dengan daya tampung 300 -

500 (tiga ratus sampai dengan lima ratus) keluarga.

17. Satuan Permukiman Penduduk setempat yang selanjutnya disebut SP-

Tempatanadalah permukiman penduduk setempat dalam deliniasi kawasan

transmigrasi yang diperlakukan sebagai SP.

18. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

19. Transmigrasi Umum selanjutnya disingkat TU adalah jenis transmigrasi

yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah bagi

penduduk yang mengalami keterbatasan dalam mendapatkan peluang kerja

dan usaha.

20. Transmigrasi Swakarsa Berbantuan selanjutnya disingkat TSBadalah jenis

transmigrasi yang dirancang oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah

dengan mengikutsertakan badan usaha sebagai mitra usaha transmigran bagi

penduduk yang berpotensi berkembang untuk maju.

21. Transmigrasi Swakarsa mandiri selanjutnya disingkat TSMadalah jenis

transmigrasi yang merupakan prakarsa Transmigran yang bersangkutan atas

arahan, layanan, dan bantuan pemerintah dan/ atau pemerintah daerah bagi

penduduk yang telah memiliki kemampuan.

Page 114: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

94

22. Transmigrasiadalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk

meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang

diselenggarakan oleh pemerintah.

23. Transmigran adalah warga negara Republik Indonesia yang berpindah secara

sukarela ke kawasan transmigrasi.

24. Ketransmigrasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

penyelenggaraan transmigrasi.

25. Daerah Tujuan Transmigranyang selanjutnya disebut Daerah

Tujuanadalah daerah kabupaten/kota yang di wilayahnya dibangun dan

dikembangkan kawasan transmigrasi.

26. Wilayah Pengembangan Transmigrasi yang selanjutnya disingkat WPT

adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman

transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang

salah satu diantaranya direncanakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan

wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata

ruang wilayah.

27. Transmigrasi Spontan adalah bentuk perpindahan penduduk yang dilakukan

berdasarkan inisiatif sendiri, segala konsekuensi yang muncul akibat tindakan

ini menjadi tanggung jawab pribadi.

28. Transmigrasi Swakarsaadalah bentuk perpindahan yang dirancang oleh

pemerintah daerah dengan mengikutsertakan Badan Usaha sebagai mitra

usaha transmigran bagi penduduk yang berpotensi berkembang untuk maju.

29. Pola Transmigrasi dalam penelitian ini adalah pengelompokan transmigrasi

berdasarkan kelompok pekerjaan yang dibedakan atas komoditas karet, kelapa

sawit dan tanaman pangan (padi).

Page 115: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

95

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak Wilayah dan Topografi

Provinsi Jambi secara geografis terletak di bagian tengah Pulau Sumatera yaitu

pada koordinat 0°45’- 245’LS dan 101°10’-105°55’BT. Membujur dari pantai

timur Pulau Sumatera ke arah barat. Secara administratif provinsi ini berbatasan,

sebelah Utara dengan Provinsi Riau, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera

Selatan, sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan sebelah Timur dengan

Selat Berhala dan Provinsi Kepulauan Riau. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis

karena berhadapan langsung dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-

GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Dengan kondisi yang

strategis tersebut dimana Provinsi Jambi terletak di kawasan ASEAN, Asia dan

Pasifik sehingga sangat prospektif, dalam perdagangan antar wilayah maupun

perdagangan Internasional dan diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam

menjalin kerja sama untuk meningkatkan kemajuan pembangunan daerah.

Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-undang nomor 19

tahun 1957, tentang pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera

Barat, Jambi dan Riau, dan kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang nomor

61 Tahun 1958 (Lembaran Negara tahun 1958 nomor 112) adalah seluas

53.435,72km² yang terdiri dari daratan 50.160,05km² dan perairan seluas

Page 116: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

96

3.274,95km². Secara administratif, pada saat iniDaerah Jambi terdiri dari 9

(Sembilan)kabupatendan2(dua)kota.

Provinsi ini telah mengalami pemekaran wilayah, yang sebelumnya terdiri dari 5

kabupaten dan 1 kotamadya. Kabupaten yang mengalami pemekaran tersebut

meliputi Kabupaten Batanghari dengan ibukota Muara Bulian dan Kabupaten

Muaro Jambi dengan ibukota Sengeti. Kabupaten Tanjung Jabung dimekarkan

menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan ibukota Kuala Tungkal dan

Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan ibukota Muara Sabak. Kemudian

Kabupaten Sarolangun Bangko dipecah menjadi Kabupaten Merangin dengan

ibukota Bangko dan Kabupaten Sarolangun dengan ibukota Sarolangun,

selanjutnya Kabupaten Bungo Tebo menjadi Kabupaten Bungo dengan ibukota

Muara Bungo dan Kabupaten Tebo dengan ibukota Muara Tebo. Terakhir

Kabupaten Kerinci dimekarkan menjadi Kabupaten Kerinci dengan ibukota Siulak

dan Kota Sungai penuh dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Secara

keseluruhan Provinsi Jambi meliputi 138 kecamatan dan terdiri dari 1551 desa dan

kelurahan. Kabupaten Merangin merupakan daerah Tingkat II yang paling banyak

memiliki kecamatan (24 kecamatan), sedangkan Kabupaten Kerinci mempunyai

desa/kelurahan yang paling banyak dengan jumlah 287 desa/kelurahan (BPS,

2016). Berikut ini dapat diketahui luas Daerah Jambi menurut kabupaten dan kota

seperti disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Sebaran Luas Wilayah Provinsi Jambi Berdasarkan Daerah

Kabupaten/Kota, Tahun 2015.

Wilayah Luas(km²) Persentase (%)

Kabupaten Kerinci 3.808,50 7,13

Kabupaten Bungo 6.461,00 12,09

Kabupaten Tebo 6.802,59 12,73

Kabupaten Merangin 7.451,30 13,94

Kabupaten Sarolangun 6.175,43 11,56

Kabupaten Batanghari 5.804,83 10,86

Page 117: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

97

Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 9,82

Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 10,56

Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 10,19

Kota Jambi 205,78 0,38

Kota Sungai Penuh 391,50 0,73

Provinsi Jambi 53.435,72 100,00

Sumber: Bappeda Provinsi Jambi, tahun 2016.

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa kabupaten/kota di daerah Jambi

memiliki luas yang sangat bervariasi. Kabupaten Merangin merupakan daerah

tingkat II yang paling luas yaitu sebesar 7.451,30 km² atau 13,94 persen dari

wilayah Provinsi Jambi diikuti oleh Kabupaten Tebo (12,73%) dan Bungo

dengan luas wilayah (12,09%). Kabupaten/ kota yang luas wilayahnya paling

kecil adalah Kota Jambi, yakni 205,78 km² atau hanya 0,38 persen dari luas

Provinsi Jambi secara keseluruhan.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pemekaran wilayah ini adalah

agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat lebih baik, dan program kerja

yang dilaksanakan lebih berpihak kepada kepentingan masyarakat. Dengan

demikian diharapkan akan berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja yang

pada tahap selanjutnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Provinsi Jambi khususnya.

Menurut topografis wilayah, Provinsi Jambi dapat dikategorikan dalam tiga

(kelompok) variasi ketinggian yakni:

1. Daerah daratan rendah antara 0-100 meter dari permukaan air laut (dpal)

merupakan daerah yang terluas (69,10%) dari keseluruhan luas Provinsi

Jambi. Daerah daratan rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebahagian

Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan

Kabupaten Merangin.

2. Daerah daratan sedang antara 100-500 meter dari permukaan air laut

(dpal) dengan luas wilayah sekitar 16,40 persen yang berada di wilayah

Page 118: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

98

tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini berada di Kabupaten Tebo,

Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten

Batang Hari.

3. Daerah dengan ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut

(dpal) yang luasnya sekitar (14,50%) umumnya terdapat di wilayah barat

Provinsi Jambi. Daerah perbukitan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota

Sungai Penuh, serta sebagian dari Kabupaten Tebo, Kabupaten Merangin

dan Kabupaten Sarolangun. Daerah ini masih merupakan bagian dari bukit

barisan dengan beberapa gunung yang cukup tinggi seperti Gunung

Kerinci dengan ketinggian (3.805 m), Gunung Masurai (2.933 m), Gunung

Tujuh (2.605 m), dan Gunung Alas dengan tinggi 2.050 m.

Untuk lebih jelasnya ketinggian wilayah dalam Provinsi Jambi menurut luas

dan wilayah kabupaten/kota disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Klasifikasi Topografi/Ketinggian Wilayah di Provinsi Jambi.

Topografi/ketinggian

(m/dpal)

Luas Wilayah/

Kabupaten Ha %

Dataran Rendah

(0-100) 3.431.165 69,10

Kota Jambi, Tanjab BaratTanjung

Jabung Timur, Muaro Jambi,

Merangin, Batanghari

Dataran Sedang

(100-500) 903.180 16,40

Sebagian Batanghari, Kota

Sungai Penuh, Merangin,

Sebagian Sarolangun, Tebo,

Sungai Penuh, Merangin, dan

sebagian Kabupaten Bungo

Dataran Tinggi

(>500) 765.655 14,50

Kerinci, Kota Sungai

PenuhSebagianMerangin,

sebagian Sarolangun dan

sebagian Kabupaten Bungo

Sumber: Bappeda Provinsi Jambi, Tahun 2016

Pada umumnya wilayah Provinsi Jambi berada pada dataran rendah yang ditandai

dengan tanah-tanah yang penuh air dan rentan terhadap banjir dengan pasang

Page 119: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

99

surut serta banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati daerah ini. Dengan

iklim tropis basah yang bervariasi dimana curah hujan hampir merata sepanjang

tahun. Sebagian kecil saja wilayah Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Kerinci dan

Kota Sungai Penuh yang beriklim bukan tropis dengan temperatur rata-rata

bulanan terdingin dibawah 20° C. Berdasarkan kawasan Provinsi Jambi memiliki

hutan seluas 2.962.969 Ha, yang terdiri dari taman nasional, suaka alam, hutan

lindung, serta kawasan hutan gambut sebesar 18 persen. Jumlah hutan produksi

terbatas tercatat 12,25 persen, hutan produksi tetap 36,22 persen dan hutan

konversi sebanyak 92.487 Ha (Bappeda, 2010).

4.2. Penggunaan Tanah

Berdasarkan luas wilayah menurut jenis tanah yang ada di Provinsi Jambi

menunjukkan jenis tanah yang dominan adalah Podzolik Merah Kuning (PMK

dengan luas 2.272.729 hektar atau 44,56 persen dengan kesuburannya relatif

rendah. Daya dukung lahan cukup baik yang sangat potensial untuk

pengembangan komoditas pertanian dan perkebunan. Untuk jenis tanah Latosol

dan Litosol hanya sekitar 2.380 hektar atau 0,05 persen saja (Bappeda, 2016).

Tabel. 4.3. Sebaran Penggunaan Lahan Di Provinsi Jambi Tahun, 2015

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Permukiman 49.631 1,002

2 Lahan Sawah Irigasi 40.446 0,817

3 Lahan Sawah Tadah Hujan 34.743 0,702

4 Lahan Sawah Lebak 33.271 0,672

5 Lahan Sawah Pasang Surut 70.719 1,428

6 Tegalan /Ladang 117.516 2,373

7 Kebun Campuran 112.787 2,277

8 Kebun Karet 1.284.003 25,926

9 Kebun Sawit 941.565 19,012

10 Kebun Kulit Manis 93.609 1,890

Page 120: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

100

11 Kebun Teh 4.691 0,095

12 Semak dan Alang-alang 87.177 1,760

13 Hutan Lebat 1.433.470 28,944

14 Hutan Belukar 413.406 8,347

15 Hutan Sejenis 187.704 3,790

16 Lain-lain 47.757 3,790

Jumlah 4.952.495 100,00

Sumber: Bappeda Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Berdasarkan karakter kawasan ekologinya, perkembangan kawasan

budidaya khususnya untuk pertanian terbagi atas tiga daerah yaitu kelompok

ekologi hulu, tengah dan hilir. Menurut Nainggolan (2017) masing-masing

kawasan budidaya memilikikarakter khusus, dimana pada kawasan ekologi hulu

merupakan daerah yang terdapat kawasan lindung dan pertanian tanaman pangan.

Ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan ragam kegiatan yang sangat

bervariasi terutama perkebunan dan pertanian tanaman pangan dan kawasan

ekologi hilir merupakan kawasan budidaya dengan penerapan teknologi tata air

untuk perikanan budidaya perikanan tangkapdan pertanian tanaman pangan.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa sekitar separuh (50,10 %)

penggunaan lahan di Provinsi Jambi diperuntukkan untuk lahan perkebunan. Dari

jumlah tersebut lebih separuhnya merupakan perkebunan Karet diikuti untuk

lahan perkebunan Kelapa Sawit, Kebun Kulit Manis dan Kebun Teh. Sementara

lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian, baik pertanian lahan

sawah maupun pertanian bukan sawah mencapai sekitar 297 Ha, atau sekitar 7,56

persen, dan sisanya sebesar 42, 15 persen sebagian besar masih merupakan

kawasan hutan lebat.

4.3.Kependudukan

Salah satu modal dasar dan penting dalam pembangunan adalah penduduk.

Page 121: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

101

Informasi tentang penduduk, baik jumlah, pertumbuhan, persebaran, struktur dan

komposisi penduduk sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Daerah

dengan jumlah penduduk yang besar dan berkualitas dianggap sebagai asset

potensial dan berguna dalam mendukung percepatan pembangunan. Pertumbuhan

penduduk merupakan keseimbangan dinamis antara faktor-faktor yang menambah

dan faktor-faktor yang mengurangi jumlah Penduduk. Pertumbuhan penduduk

yang tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,

dapat menimbulkan permasalahan dalam pembangunan. Berikut ini pada Tabel

4.4 disajikan perbandingan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi dan

Indonesia periode 1971-2015.

Tabel 4.4 PerbandinganLaju Pertumbuhan Penduduk Jambidan Indonesia,

Tahun 1971-2015.

No. Periode

( Tahun)

Jambi

(%)

Indonesia

(%)

1 1971 - 1980 4,07 2,31

2 1980 - 1990 3,40 1,98

3 1990 - 2000 1,84 1,49

4 2000 - 2010 2,56 1,49

5 2010 - 2015 2,34 1,38

Sumber: BPS Indonesia, Tahun 2016.

Tabel 4.4, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi

selalu berada diatas rata-rata Indonesia. Ini berarti peningkatan pertambahan

penduduk Daerah Jambi lebih cepat dari pertambahan penduduk nasional. Pada

tahun 1990 penduduk Daerah ini berjumlah sebanyak 2.020.568 jiwa, kemudian

bertambah menjadi 2.407.160 jiwa menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2000

Page 122: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

102

dan menjadi 3.092.365 jiwa,(SP 2010) dan kemudian menurut hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, telah meningkat menjadi 3.292.265

jiwa (BPS,2016).Tingginya angka pertumbuhan penduduk selama periode 1971

sampai dengan tahun 2015, tidak terlepas dari pada variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan

yang mengurangi pertambahan penduduk. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk

sebesar 2,56 persen pada tahun 2010 kategori ini sudah tergolong dalam

peledakan penduduk atau Population explosion pada tahun yang sama tingkat

pertumbuhan penduduk secara nasional sudah turun menjadi 1,49 persen atau

disebut pada tingkat pertumbuhan penduduk tergolong cepat atau Rapid.

Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jambi disebabkan

oleh beberapa faktor terutama faktor Demografi. Peubah yang dimaksud adalah

Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi. Pertambahan alami (natural increase) di

Provinsi Jambi masih dibawah 2 persen yaitu selisih antara jumlah Kelahiran

dikurangi dengan kematian, hal ini diyakini salah satu karena faktor keberhasilan

dalam program Keluarga Berencana. Akan tetapi bila dibandingkan jumlah

penduduk yang datang ke Daerah Jambi (migrasi masuk) dikurang dengan

penduduk Jambi yang meninggalkan Provinsi ini, maka diperoleh angka migrasi

neto positif. Hal ini berarti jumlah penduduk yang masuk ke Provinsi Jambi lebih

banyak daripada penduduk Jambi yang meninggalkan daerah ini. Migrasi

berkaitan erat dengan pembangunan, sebab perpindahan penduduk merupakan

bagian integral dari pembangunan. Di samping itu adanya pemindahan penduduk

secara permanen oleh pemerintah dalam bentuk program transmigrasi telah

mempercepat pertumbuhan penduduk suatu daerah.

Kepadatan penduduk tahun 2015 tercatat rata-rata 61,65 jiwa/km², dan

angka ini telah meningkat dibanding sebelumnya pada tahun 2000 dengan rata-

rata 58 jiwa/km². Kota Jambi mempunyai tingkat kepadatan yang paling tinggi

dengan densitas rata-rata 2.589 jiwa/km² dan Kota sungai Penuh sebesar 210

jiwa/km². Tingginya kepadatan penduduk di Kota Jambi dimungkinkan karena

sebagai ibukota provinsi merupakan pusat aktivitas ekonomi, sebagai pusat

pemerintahan, Industri dan perdagangan. Kondisi ini telah menyebabkan kota ini

Page 123: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

103

menjadi salah satu tujuan yang menarik bagi migran masuk (pendatang) tidak saja

yang berasal Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi, tapi juga dari berbagai

daerah di luar Provinsi Jambi.

Berdasarkan Tabel 4.5, juga dapat dijelaskan bahwa sebaran dan jumlah

penduduk Provinsi Jambi menurut kawasan wilayah Barat dan Jambi kawasan

Timur secara relatif lebih berimbang. Jumlah penduduk di wilayah Barat yang

terdiri dari (Kerinci, Kota Sungai Penuh, Merangin, Sarolangun, Bungo dan

Kabupaten Tebo dihuni oleh penduduk sekitar 48 % ), sedangkan untuk kawasan

Timur yang meliputi (Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung

Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi) jumlah penduduk yang berdomisili

tercatat sebesar 52 persen. Pengelompokan penduduk dapat juga disusun menurut

karakteristik tertentu, misal menurut umur dan jenis kelamin.

Tabel 4.5. Sebaran Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan

Kabupaten /Kota di Provinsi Jambi, Tahun 2015.

No. Kabupaten/Kota Luas daerah

(km²)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/km2)

1 Kerinci 3.355,27 229.495 68,40

2 Merangin 7.679,00 333.206 43,39

3 Sarolangun 6.184,00 246.245 39,82

4 Batanghari 5.804,00 241.334 41,58

5 Muaro Jambi 5.326,00 342.952 64,39

6 Tanjabbar 4.649,85 278.741 59,95

7 Tanjabtim 5.445,00 205.272 37,70

8 Tebo 6.461,00 297.735 46,08

9 Bungo 4.659,00 303.135 65,06

Page 124: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

104

10 Kota Jambi 205,43 531.857 2.588,99

11 Kota Sungai Penuh 391,50 82.293 210,20

Jumlah 50.160,05 3.292.265 61,65

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2017

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan

pencerminan dari proses demografi yang pernah terjadi pada masa lalu dan juga

dapat menggambarkan perkembangan penduduk pada masa yang akan datang

melalui proses kelahiran dan kematian.Pengelompokan penduduk menurut

kelompok umur dan jenis kelamin juga akan dapat digunakan untuk mengetahui

perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau juga disebut

dengan istilah (Sex Ratio). Jumlah penduduk Provinsi Jambi menurut kelompok

umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel: 4.6 JumlahPenduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Provinsi

Jambi, Tahun 2015.

Kelompok

umur

Laki- laki

(L)

Perempuan

(P) ( L +P)

Rasio Jenis

Kelamin (SR)

0-4 165.483 158.906 324.389 104,14

5- 9 162.472 157.329 319.801 103,27

10 - 14 159.250 156.241 315.491 101,93

15 -19 152.857 148.294 301.151 103,08

20 - 24 153.877 148.139 302.016 103,87

25 - 29 154.735 146.471 301.206 105,64

30 - 34 148.885 145.271 294.156 102,49

35 -39 144.164 138.456 282.620 104.12

40 - 44 126.280 117.939 244.219 107,07

45 - 49 104.498 97.854 202.352 106,79

Page 125: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

105

50 - 54 85.648 80.294 165.992 106,73

55 - 59 67.313 61.372 128.685 109,68

60 - 64 46.298 41.283 87.581 112,15

65-69 28.380 27.205 55.585 104,32

70 - 74 18.391 19.315 37.706 95,22

75+ 17.468 21.634 39.102 80,71

Total 1.736.468 1.666.003 3.402.052 104,20

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2017

Berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa Penduduk Provinsi

Jambi masih tergolong dalam struktur umur muda (young population), hal ini

ditandai oleh jumlah penduduk yang berumur konsumtif (0 – 14 tahun dan usia 60

tahun ke atas) lebih besar dari 30 %. Penduduk usia produktif di Provinsi Jambi

yaitu mereka yang berumur 15 – 64 tahun sebesar 65,62 %, dan sebanyak 6,47 %

merupakan penduduk dengan usia lanjut (usila). Dengan membandingkan jumlah

penduduk usia produktif dengan penduduk yang non produktif dapat dihitung

Rasio ketergantungan (Dependency Ratio). Rasio ketergantungan atau “rasio

beban tanggungan” penduduk Provinsi Jambi Pada tahun 2015 tercatat sebesar

62,25 persen. Ini berarti bahwa setiap seratus penduduk yang produktif

menanggung mereka yang tidak produktif sebesar 62 orang. Semakin mendekati

angka seratus semakin besar beban tanggungan, sebaliknya semakin kecil angka

Dependency Ratio semakin sedikit jumlah penduduk yang akan menjadi beban

mereka yang produktif. Hal ini juga berarti merupakan perbandingan antara

penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja.

Pada tahun 2015, rasio jenis kelamin (Sex ratio) Penduduk daerah Jambi

tercatat sebesar 104,20 atau 104 ini berarti setiap seratus orang penduduk

perempuan Provinsi Jambi pada tahun tersebut, terdapat penduduk laki-laki

sebanyak 104 orang. Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu daerah

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

Page 126: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

106

(1). Rasio jenis kelamin waktu lahir (Sex ratio at birth). Para ahli kependudukan

mengajukan bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan perempuan pada

waktu lahir berkisar antara 103-105 bagi laki-laki per 100 bayi perempuan.

(2). Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan. Jika jumlah

kematian laki-laki lebih besar dari kematian perempuan, maka rasio jenis kelamin

semakin kecil. Hal ini bisa terjadi misalnya, di suatu daerah dengan pekerjaan

yang berbahaya bagi laki-laki seperti pertambangan dan peperangan (Nurdin dan

Adioetomo, 2010).

(3). Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan perempuan. Jika suatu daerah

memiliki rasio jenis kelamin lebih kecil dari 100, maka hal ini berarti di daerah

tersebut lebih banyak penduduk perempuan, dan sebaliknya jika rasio jenis

kelamin lebih besar dari 100 suatu pertanda bahwa daerah yang bersangkutan

lebih banyak penduduk yang memasuki daerah tersebut. Ini tentu akibat dari

tingginya mobilitas penduduk laki-laki ke Provinsi Jambi dibanding perempuan

Berpedoman pada komposisi penduduk Provinsi Jambi tahun 2015, menurut umur

dan jenis kelamin dapat dikatakan bahwa banyaknya jumlah penduduk laki-laki

dibanding perempuan di daerah ini lebih disebabkan karena faktor mobilitas

penduduk dibanding variabel fertilitas dan mortalitas. Migrasi penduduk ke

Provinsi Jambi baik itu dalam bentuk migrasi spontan maupun dalam

bentukprogram yang dilaksanakan pemerintah seperti transmigrasi.

Berikut ini pada Tabel 4.7. disajikan penduduk Provinsi Jambi yang

berumur 15 tahun ke atas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan (pengangguran) dan

Bukan Angkatan Kerja menurut kabupaten/kota, tahun 2015.

Tabel 4.7:Penduduk Provinsi Jambi Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja, Mencari

Pekerjaan dan Bukan Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota, Tahun

2015.

No. Kabupaten/Kota

Angkatan Kerja Bukan

Angkatan

Kerja Bekerja Mencari kerja/

Pengangguran

Total

1 Kerinci 121.140 4.615 125.755 50.386

2 Merangin 158.682 9.020 167.702 91.787

Page 127: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

107

3 Sarolangun 130.586 6.202 136.788 57.250

4 Batanghari 114.560 4.003 118.563 67.223

5 Muaro Jambi 166.449 9.510 175.959 111.873

6 Tanjabtim 105.246 1.536 106.782 49.834

7 Tanjabbar 143.738 3.960 147.698 72.358

8 Tebo 165.912 3.280 169.192 65.888

9 Bungo 150.375 4.617 154.992 87.930

10 Kota Jambi 254.351 20.098 274.449 154.093

11 Sungai Penuh 39.364 3.508 42.872 21.090

Jumlah 1.550.4403 70.349 1.620.752 829.712

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Pada bagian lain penduduk dapat juga dikelompokkan berdasarkan aktif secara

ekonomi (Economically Active population) dan penduduk yang tidak aktif secara

ekonomi (Economically In Active population). Berdasarkan susunan ini penduduk

Provinsi Jambi dibedakan menurut status bekerja, mencari pekerjaan dan bukan

angkatan kerja. Dengan membandingkan jumlah angkatan kerja dengan tenaga

kerja (penduduk usia kerja) akan dapat diketahui Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK).

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2015 TPAK

penduduk Provinsi Jambi sebesar 66,14 %. Ini berarti bahwa dari sekitar 100

orang penduduk usia kerja di daerah ini telah masuk menjadi angkatan kerja

sebanyak 66 orang. Meningkatnya TPAK dibandingkan pada tahun 2010 yang

sebesar 64,25 % tidak terlepas dari semakin bertambahnya peluang kerja yang

terbuka di Provinsi Jambi. Kondisi ini ditunjukkan pula oleh tingkat bekerja

penduduk daerah ini pada tahun 2015 tercatat sebesar 95,66 % yang berarti juga

tingkat pengangguran terbuka (open un employment) hanya sebesar 4,34 %.

Tingkat pengangguran terendah berdasarkan Kabupaten/Kota terdapat di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya sebanyak 1536 orang atau (1,43%), ini

berarti bahwa hampir 99% angkatan kerja di daerah ini telah tersalurkan. Namun

demikian tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Kota Jambi dengan angka

Page 128: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

108

7,32 % dan disusul oleh Kabupaten Muaro Jambi sebesar 5,40%. Tingginya angka

pengangguran di kedua daerah ini disebabkan oleh karena Kota Jambi merupakan

pusat Pemerintahan, selain pusat perdagangan dan Pendidikan yang menjadi

tujuan utama dari pendatang untuk memperoleh kesempatan di daerah ini.

Sementara itu Kabupaten Muaro Jambi yang letaknya tidak begitu jauh dari ibu

Kota Provinsi Jambi jugamenjadi alternatif tujuan dari pencari kerja baik yang

datang dari kabupaten lain di Provinsi Jambi, maupun yang datang dari luar

Provinsi Jambi.

4.4 Ketenagakerjaan

Penduduk dalam suatu daerah mengkonsumsi barang dan jasa

memenuhikebutuhannya, tetapi hanya sebagian dari mereka yang secara langsung

terlibat atau berusaha terlibat dalam memproduksi barang dan jasa. Penduduk

Provinsi Jambi masih dikategorikan sebagai masyarakat agraris, karena bagian

terbesar dari mereka yang bekerja (55,04%) pada tahun 2012 mempunyai mata

pencaharian pada sektor pertanian. Kendatipun keadaan ini menunjukkan

penurunan sampai akhir tahun 2015 mereka yang bekerja pada sektor tersebut

masih lebih dari separuh (52,86 %).

Masih dominannya penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor

pertanian tidak terlepas dari semakin berkembangnya usaha-usaha dalam bidang

tersebut. Sektor pertanian yang merupakan penggabungan dari sub sektor

perkebunan, pertanian tanaman pangan, kehutanan peternakan dan perikanan.

Untuk sub sektor perkebunan terutama perkebunan Kelapa sawit dan Karet yang

merupakan bagian terbesar dari sub sektor yang menampung tenaga kerja di

sektor pertanian telah terjadi pertambahan tenaga kerja sebanyak 36.044 orang

atau 4,60 persen rata-rata selama periode 2012- 2015.

Secara lebih rinci jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja

menurut lapangan usaha dapat disajikan pada Tabel 4.8. berikut:

Tabel 4.8. Penduduk Provinsi Jambi umur 15 tahun ke atas yang bekerjaMenurut

Lapangan Usaha tahun 2012 - 2015.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015

Pertanian (55,04) (52,37) (49,36) (52,86)

Page 129: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

109

Pertambangan dan

Penggalian.

( 1,96) ( 1,91) (2,27) (1,77)

Industri

Pengolahan.

( 3,32) ( 3,80) ( 3,52) (3,40)

Konstruksi ( 4,37) ( 4,34) ( 4,15) (4,19)

Perdagangan (16,13) (16,74) (16,89) (16,87)

Pengangkutan ( 3,15) ( 3,79) ( 3,72) ( 3,55)

Lembaga Keuangan

dan Jasa Perusahaan

( 1,59) ( 1,61) ( 1,71) ( 1,38)

Jasa-Jasa ( 14,23) (15,33) (18,08) (15,27)

Total (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Untuk sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor

perdagangan dengan jumlah 16,13 % pada tahun 2012 dan 16,87 % di tahun 2015,

diikuti oleh sektor jasa yang menampung tenaga kerja sebanyak 236.782 orang

atau 15,27 % pada tahun 2015. Sektor industri yang merupakan salah satu sektor

yang menjadi tujuan dari perkembangan ekonomi di Provinsi Jambi pada tahun

2015 hanya mampu menampung angkatan kerja sebesar 3,40 %, sedangkan

lapangan usaha yang paling sedikit menyerap tenaga kerja, hanya (1,38%) dalam

tahun 2015 yaitu lembaga keuangan dan jasa perusahaan.

4.5.Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dalam hal ini adalah jumlah orang yang bekerja menurut

lapangan pekerjaan. Jumlah angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian pada

tahun 2010 sebanyak 51,97 %, dan pada tahun 2014 menurun menjadi 49, 18 %.

Secara absolut sebenarnya terjadi pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja

pada sektor pertanian dari 670.841 orang di tahun 2010 menjadi 755.612 orang

pada tahun 2014, atau bertambah sebanyak 84.771 orang.

Sektor perdagangan menempati posisi kedua dalam penyerapan tenaga

kerja di Provinsi Jambi, kemudian diikuti oleh sektor Jasa yang masing-masing

memberi kontribusi 18,70% untuk perdagangan dan 17,73% untuk Jasa pada

Page 130: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

110

Tahun 2014. Sektor lain masih memberikan sumbangan yang relatif kecil terhadap

penyerapan tenaga kerja sehingga ke depan perlu ditingkatkan agar mampu

menyerap angkatan kerja baru yang semakin bertambah.

Perubahan Kesempatan kerja menurut Lapangan pekerjaan di Provinsi Jambi

disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9: Perubahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di

Provinsi Jambi Tahun 2010 – 2014.

No Lapangan Pekerjaan Tahun 2010 Tahun 2014 Peruba

han Jumlah % Jumlah %

1 Pertanian 670.841 51,97 755.612 49,18 84.771

2 Pertambangan 22.727 1,76 25.634 1,66 2.907

3 Industri Pengolahan 34.821 2,70 43.971 2,86 9.150

4 Listrik, Gas, Air 5.268 0,41 5.268 0,34 0,000

5 Bangunan 46.063 3,57 54.251 3,53 8.188

6 Perdagangan, Hotel,

dan Restoran 211.946 16,42 287.247 18,70 75.301

7 Angkutan dan

Telekomunikasi

63.675 4,93 54.535 3,54

-9.140

8 Keuangan 13.526 1,05 37.300 2,42 23.774

9 Jasa-jasa 211.839 16,41 272.514 17,73 50.675

Page 131: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

111

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016

4.6.Tingkat Pendidikan

Karakteristik penduduk menurut tingkat pendidikan akan mempengaruhi

kemampuan dan daya saing penduduk dalam memperoleh dan menciptakan Value

Added dan pada akhirnya mempengaruhi kemampuan ekonomi suatu daerah.

Tingkat pendidikan diukur dari jumlah penduduk umur 15 tahun keatas menurut

status tamat suatu jenjang pendidikan formal. Tamat sekolah diartikan sebagai

telah selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sampai akhir

dengan mendapatkan tanda tamat belajar atau ijazah, baik dari sekolah negeri

maupun swasta. Mengetahui komposisi penduduk yang bekerja menurut tingkat

pendidikan yang ditamatkan akan diperoleh informasi tentang kondisi sumber

daya manusia yang tersedia dalam suatu daerah, yang dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pembangunan khususnya wilayah yang bersangkutan.(Tabel 4.10).

Tabel: 4.10. Penduduk Provinsi Jambi Umur 15 tahun ke atas yang Bekerja

Menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan dan jenisKelamin

Tahun 2015.

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan L + P Persentase

1 Tidak/belum pernah

Sekolah

18.124 19.228 37.352 2,41

2 Tidak/belum tamat

SD

127.615 85.873 213.488 13,77

3 Tamat SD 297.809 152.661 450.470 29,05

4 Tamat

SMP/sederajat

215.629 83.936 299.565 19,32

5 SMA/sederajat 276.800 110.556 387.356 24,98

6 Diploma/Akademik/

Universitas

82.234 79.938 162.172 10,46

Total 1.018.211 532.192 1.550.430 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Total 1.290.706 100,00 1.536.332

100,0

0

245.62

5

Page 132: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

112

Berdasarkan Tabel 4.10,diketahui bahwa kualitas penduduk Daerah Jambi

menurut tingkat pendidikan formalnya sampai dengan tahun 2015 relatif masih

rendah. Hampir separuh penduduk (45,23%) belum tamat SD atau hanya tamat

SD. Persentase yang tidak bersekolah lebih tinggi pada penduduk perempuan

dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Keadaan yang sama juga terjadi pada

jenjang pendidikan tidak/belum tamat SD dimana laki-laki jumlahnya 59,78 %

dan perempuan yang tidak/belum tamat SD sebesar 40,22 %.

Pada jenjang pendidikan SMA/sederajat persentase penduduk laki-laki yang

tamat lebih 2 kali lipat penduduk perempuan di Provinsi Jambi, dimana jumlah

laki-laki tercatat sebanyak 71,46 % dan perempuan hanya 28,54%. Keadaan ini

mengindikasikan bahwa masih terdapat ketimpangan gender dalam bidang

pendidikan terutama pada level SMA/sederajat. Namun demikian suatu hal yang

cukup menarik adalah jumlah penduduk Jambi yang menamatkan pendidikan

Diploma/Akademi/ Universitas antara penduduk laki-laki dan perempuan tidak

terdapat perbedaan yang mencolok. Jumlah penduduk laki-laki yang menamatkan

pendidikan tinggi tercatat sebanyak 50,71 %, sedangkan perempuan berjumlah

sebesar 49,29 %.

4.7. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan terjadinya peningkatan jumlah barang dan

jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah dalam periode tertentu (satu tahun).

Bagi daerah indikator ini penting untuk mengevaluasi terhadap kebijakan

pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam perekonomian Daerah

Jambi, peranan sektor pertanian sangat penting dalam pembentukan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB menjadi gambaran mengenai

kemampuan Provinsi Jambi dalam mengelola sumber daya yang ada melalui suatu

proses produksi sehingga menghasilkan nilai tambah secara ekonomi.

Pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang dicapai daerah tersebut semakin baik.

Sektor pertanian merupakan penyumbang utama dalam PDRB, dan

merupakan sumber pertumbuhan dominan. Untuk itu apabila membicarakan

Page 133: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

113

kinerja pertumbuhan ekonomi daerah secara tidak langsung bicara tentang kinerja

sektor pertanian. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan cukup pesat adalah

sektor keuangan, listrik, gas dan air bersih diikuti oleh sektor konstruksi.

Berdasarkan data tahun 2006 dan 2015, struktur perekonomian Daerah Jambi

masih didominasi oleh sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian,

pertambangan dan konstruksi (45,67%). Sektor sekunder yang tergabung dalam

listrik, gas dan air minum sebanyak 17,34% serta sektor tersier yang meliputi

sektor perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan telekomunikasi, keuangan

serta Jasa-jasa sebesar 36,99%. Dari informasi tersebut struktur perekonomian

Provinsi Jambi masih tergolong dalam kelompok agraris.

Struktur PDRB Provinsi Jambi menurut lapangan usaha selama periode 2006-

2015 disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Struktur PDRB Provinsi Jambi Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2006 dan Tahun 2015.

No. Lapangan Usaha

Distribusi persentase (%)

PDRB ADHB PDRB ADHK 2000

Tahun

2006

Tahun

2015

Tahun

2006

Tahun

2015

1 Pertanian 27,53 29,69 31,75 29,34

2 Pertambangan 15,86 15,98 11,02 12,54

3 Industri Pengolahan 11,94 10,68 13,85 12,18

4 Listrik, Gas, Air Minum 1,01 0,96 0,79 0,86

5 Konstruksi 4,56 5,70 4,27 5,67

6 Perdagangan, Hotel, Restoran 16,37 16,98 17,36 18,76

7 Angkutan, Telekomunikasi 7,57 6,31 8,10 7,27

Page 134: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

114

8 Keuangan 3,90 5,21 3,83 5,76

9 Jasa-jasa 11,26 8,49 9,05 7,62

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Merujuk pada Tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa sektor-sektor basis di

Wilayah Jambi sebagian besar berasal dari sektor pertanian, yang terdiri dari sub

sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, minyak dan

gas bumi serta industri pengolahan hasil pertanian. Sektor-sektor tersebut

mempunyai nilai Location Quation (LQ) lebih besar dari satu (LQ>1) artinya

terdapat Comparative Advantages daerah Jambi dibandingkan dengan daerah lain.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama periode 2000 – 2015 disajikan

pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi, Tahun 2000 – 2015.

No. Tahun PDRB

(Jutaan Rupiah)

Perkembangan

(%)

1 2000 9.569.242 -

2 2001 10.205.592 6,65

3 2002 10.803.423 5,85

4 2003 11.343.280 5,00

5 2004 11.953.885 5,38

6 2005 12.619.972 5,57

7 2006 13.363.621 5,89

8 2007 14.275.161. 6,82

9 2008 15297.771. 7,16

10 2009 16.274.908 6,39

11 2010 17.471.686 7,35

Page 135: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

115

12 2011 18.963.517 8,54

13 2012 20.201.072 7,05

14 2013 21.627.268 7,06

15 2014 23.303.381 7,75

16 2015 25.132.696 7,85

Rata-rata 6,65

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Sektor pertanian menjadi sektor basis karena potensi alam yang berupa

lahan pertanian yang masih sangat luas dan sangat mungkin untuk dikembangkan.

Meningkatnya sektor basis dalam suatu daerah akan menambah arus kegiatan ke

daerah tersebut, sehingga akan berpengaruh pula terhadap permintaan barang dan

dari daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan sektor-sektor yang tergabung dalam PDRB akan dapat dianalisis

perekonomian DaerahJambi selama periode tertentu. Meningkatnya kegiatan

ekonomi masyarakat dari waktu ke waktu dalam memproduksi barang dan jasa

akan berdampak terhadap peningkatan investasi yang pada tahap berikutnya dapat

memperluas kesempatan kerja.

Struktur ekonomi Provinsi Jambi dapat digambarkan dengan tabel distribusi

PDRB Provinsi Jambi seperti Tabel 4.12. Pertumbuhan ekonomi Daerah Jambi

dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan pembangunan yang telah dicapai

selama kurun waktu tertentu.

Tabel 4.12 menunjukkan pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jambi mencapai sebesar 6,65 persen. Pada tahun 2002 dan 2003 terjadi

peningkatan perolehan PDRB akan tetapi pertumbuhannya menurun masing-

masing hanya 5,85 % dan 5,00 persen pada tahun yang sama. Pada tahun 2003

tercatat sebagai peningkatan terkecil dalam PDRB Provinsi Jambi selama periode

analisis. Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2015 PDRB Daerah Jambi selalu

meningkat, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2015 dengan angka

7,85 persen. Tingkat pertumbuhan yang dicapai tersebut telah memposisikan

Provinsi Jambi sebagai Daerah Tingkat I dengan tingkat pertumbuhan ekonomi

Page 136: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

116

tertinggi di Sumatera dan posisi ke 2 diantara 34 Provinsi-provinsi yang ada di

Indonesia.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak terhadap

terbukanya kesempatan kerja yang luas di daerah tersebut. Dengan kesempatan

kerja yang lebih luas dan bervariasi akan menarik tenaga kerja untuk masuk ke

daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, rata-rata

(6,65 %) per tahun selama periode analisis telah menyebabkan Provinsi Jambi

menjadi salah satu tujuan yang menarik untuk migrasi masuk di Pulau Sumatra.

4.8. Perkembangan Upah di Provinsi Jambi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 78 tahun 2015

pasal 1 tentang pengupahan, yang dimaksud dengan upah adalah hak

pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan

dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-

undangan, termasuk tunjangan dari pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Upah merupakan tujuan

utama seseorang untuk bekerja, semakin tinggi upah semakin besar keinginan

orang untuk masuk ke pasar kerja.

Tabel 4.13 Perkembangan UMP di Provinsi Jambi Periode 2000 – 2015.

No. Tahun UMP

( Rupiah)

Perkembangan

( %)

1 2000 173.000 -

2 2001 245.000 41,61

3 2002 304.000 24,08

4 2003 390.000 8,97

5 2004 425.000 14,12

6 2005 485.000 16,08

7 2006 563.000 16,87

Page 137: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

117

8 2007 658.000 16,05

9 2008 724.000 10,03

10 2009 800.000 10,50

11 2010 900.000 12,50

12 2011 1.028.000 14,22

13 2012 1.142.000 11,09

14 2013 1.300.000 13,84

15 2014 1.502.000 15,55

16 2015 1.730.000 15,16

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Disosnakertran, Tahun 2016.

Berdasarkan tabel 4.13, dapat dijelaskan bahwa perkembangan Upah Minimum

Provinsi (UMP) sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan

perkembangan yang berfluktuasi. Pada tahun 2000 – 2003 telah terjadi penurunan

UMP dari 41,61 persen di tahun 2001 menjadi 8,97 % pada tahun 2003. Secara

rata- rata UMP telah mengalami penurunan sebesar 24, 87 %, walaupun secara

absolut tetap terjadi penambahan upah dalam kurun waktu tersebut. Penurunan

tingkat upah ini diduga selama tahun 2000-2003 di Provinsi Jambi banyak

perusahan-perusahan yang melakukan rasionalisasi dalam penggunaan tenaga

kerja, sehingga banyak tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja

(PHK).

Setelah tahun 2004 sampai dengan tahun 2015 selama periode analisis terjadi

peningkatan upah setiap tahunnya. Secara rata-rata UMP di Provinsi Jambi telah

meningkat selama periode 2000- 2015 sebesar 16,04 %. Kendatipun upah tidak

satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap daya tarik pendatang ke Provinsi

Jambi namun kenyataan menunjukkan selama periode 2010 – 2014 telah terjadi

pertambahan kesempatan kerja sebanyak 245.625 orang atau rata meningkat

sebesar 4,76 % per tahun.

Page 138: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

118

4.9. Sejarah dan Perkembangan Transmigrasi di Provinsi Jambi.

Pelaksanaan Transmigrasi di Provinsi Jambi telah di mulai pada masa

kolonisasi.Keberhasilan kolonisasi di Lampung pada tahun 1905 dengan

memberangkatkan sebanyak 155 Kepala Keluarga asal Jawa Tengah dari

Kabupaten Karang Anyar, Kebumen dan Purworejo, ke Gedong Tataan,

Keresidenan Lampung merupakan tonggak dari pada program kolonisasi

Pemerintah Hindia Belanda. Pada awalnya daerah Lampung merupakan tempat

percobaan terutama dalam penyediaan tanaman pangan, keadaan ini telah

memotivasi Pemerintah Belanda untuk mengembangkan produksi pangan dengan

memperluas daerah kolonisasi di berbagai wilayah di Indonesia termasuk ke

daerah Jambi. Mengetahui kolonisasi ke Gedong Tataan ini diperkirakan telah

terjadi pemindahan yang terorganisasi buruh dari Jawa ke perkebunan di Sumatera

Timur yang dilakukan oleh pemerintah, perincian lebih lanjut tidak ada data (P3T,

1990).

Pada masa kolonisasi, Provinsi Jambi (dulu berstatus Keresidenan Jambi)

tergabung dalam wilayah Sumatera Tengah. Pelaksanaan program kolonisasi di

mulai pada tahun 1940 yang ditandai dengan mengirimkan 506 Kepala keluarga

(KK) atau sebanyak 1.945 jiwa dari Pulau Jawa menuju daerah Bangko- Tabir

dekat Rantau Panjang yang sekarang di kenal dengan kampung 1 s/d kampung 12

Desa Margoyoso. Kolonisasi pada waktu itu masih bersifat kolonisasi pertanian

dengan maksud menyediakan tenaga kerja/buruh murah untuk membantu

pembangunan pertanian dalam jangka panjang (Junaidi, 2012).

Setelah kemerdekaan Pemerintah Indonesia meneruskanpemindahan

penduduk dari daerah asal di Pulau Jawa ke daerahlainnya di luar Pulau Jawa

dengan istilah transmigrasi.Konsep transmigrasi yang dicetuskan pada permulaan

kemerdekaan Indonesia merupakan kebijakan kependudukan yang ditujukan

untuk mengurangi jumlah penduduk di Pulau Jawa dengan jalan memindahkan

penduduk ke luar Pulau Jawa. Rencana pemindahan penduduk waktu itu dikenal

sebagai Rencana Tambunan, dilaksanakan transmigrasi secara besar-besaran, yang

bertujuan tidak hanya untuk mengurangi pertumbuhan penduduk di Jawa, tetapi

Page 139: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

119

juga untuk mengurangi jumlah penduduk Pulau Jawa secara absolut (Kartomo, W.

2010).

Penempatan transmigrasi pertama di Provinsi Jambi dilangsungkan pada tahun

1967 (periode Pra Pelita) pada Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Rantau

Rasau I Kabupaten Tanjung Jabung Timur sekarang. Sebelum pemekaran Tahun

1999 berstatus sebagai Kabupaten Tanjung Jabung. Jumlah transmigran yang

ditempatkan pada periode pertama sebanyak 249 KK atau 1208 jiwa.

Selama Pelita I (tahun 1969/1970-1973/1974), jumlah transmigran yang

ditempatkan berjumlah 2.450 KK (11.371 jiwa) di 4 lokasi (UPT). Ke semua

lokasi tersebut berada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang

merupakan kelanjutan dari UPT Rantau Rasau I dengan penempatan pada UPT

Rantau Rasau II, III, IV dan V.

Pada masa Pelita ke II (periode 1974/1975-1978/1979), realisasi jumlah

transmigran yang telah ditempatkan tercatat sebanyak 13.476 KK atau setara

dengan 61.161 jiwa pada 33 lokasi (UPT). Pada periode ini lokasi penempatan

transmigrasi semakin diperluas pada 3 kabupaten lain diluar Kabupaten Tanjung

Jabung Timur, adalah Kabupaten Bungo, Sarolangun dan Tebo.

Setelah Pelita II, program penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi dilanjutkan

pada Pelita III. Selama Pelita III (1979/1980-1983/1984) jumlah transmigran yang

telah ditempatkan sebanyak 22.741 KK (94.485 jiwa) tersebar pada 47 lokasi

UPT. Pada masa ini semua kabupaten-kabupaten penerima transmigrasi pada Pra

Pelita, Pelita I, Pelita II dan Pelita III, lokasi penempatan transmigrasi diperluas

lagi ke Kabupaten Batanghari, Merangin dan Muaro Jambi, sehingga hampir

semua Kabupaten yang ada di Provinsi Jambi menjadi lokasi penempatan

transmigrasi, kecuali Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kerinci.

Selanjutnya pada Pelita IV (1984/1985-1988/1989), terjadi penurunan

dalam jumlah penempatan transmigrasi di Daerah Jambi dibandingkan dengan

periode sebelumnya, kondisi yang sama juga terjadi secara nasional. Pada periode

ini jumlah transmigran yang ditempatkan hanya sebanyak 11.141 KK atau 47.136

jiwa. Mereka ditempatkan pada 27 lokasi (UPT), yang menyebar pada daerah baru

Page 140: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

120

yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan (sebelum pemekaran tahun 1999

sebagai Kabupaten Tanjung Jabung).

Pada Pelita V (1989/1990-1993/1994) jumlah transmigran yang

ditempatkan kembali mengalami peningkatan. Dalam waktu ini telah berhasil

ditempatkan transmigran sebanyak 17.411 KK (71.676 jiwa) pada 43 lokasi

(UPT). Untuk kabupaten sebagai daerah tujuan transmigran tidak mengalami

perubahan dibanding dengan Pelita sebelumnya.

Dimasa Pelita VI (1994/1995-1998/1999) kembali terjadi penurunan

penempatan transmigrasi menjadi 9.710 KK atau 41.871 KK. Dalam kurun waktu

ini transmigran ditempatkan pada 27 lokasi (UPT). Kabupaten sebagai penerima

transmigran meliputi Kabupaten Bungo, Sarolangun, Tebo,Batanghari, Merangin,

Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat.

Memasuki era otonomi daerah (periode 2000-2004) penempatan

transmigran di Provinsi Jambi semakin menurun, keadaan ini sejalan dengan

kondisi penempatan transmigran yang juga menunjukkan penurunan secara

nasional. Pada periode ini jumlah transmigran yang ditempatkan sebanyak 4.050

KK (17.028 jiwa) di 15 lokasi (UPT). Mereka ditempatkan di Kabupaten

Batanghari, Bungo, Muaro Jambi, Sarolangun, Tanjung Jabung Barat dan Tebo.

Selanjutnya pada periode 2005-2009 dimukimkan sebanyak 2.023 KK setara

dengan 7.790 jiwa pada 11 lokasi (UPT). Periode ini daerah penerima transmigran

adalah Kabupaten Batanghari, Bungo, Kerinci, Muaro Jambi dan Sarolangun.

Untuk periode (2010 -2015) ditempatkan lagi transmigran sebanyak 383 KK

(1441jiwa) pada 3 lokasi (UPT), yaitu lokasi Sungai Bremas di Kabupaten

Kerinci, Rantau Pandan X di Kabupaten Bungo dan Sapintun untuk Kabupaten

Sarolangun.

Tabel 4.14 Perkembangan Penempatan Transmigrasi di Provinsi Jambi dari Pra

Pelita Sampai dengan Tahun 2015

No

. Periode penempatan(a)

UPT/

LPTb)

Penempatan(b)

KK Jiwa

Rata-rata per

Tahun

KK Jiwa

Page 141: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

121

1 Pra Pelita (1950-1968) 1 249 1208 14 67

2 Pelita I (1969/70-1973/74) 4 2450 11371 490 2274

3 Pelita II (1974/75-1978/79) 33 13476 61161 2695 12232

4 Pelita III (1979/80-1983/84) 47 22741 94485 4548 18897

5 Pelita IV (1984/85-1988/89) 27 11141 47136 2228 9427

6 Pelita V (1989/90-1993/94) 43 17411 71676 3482 14335

7 Pelita VI (1994/95-1998/99) 27 9710 41871 1942 8374

8 2000 - 2004 15 4050 17082 810 3406

9 2005 - 2009 11 2030 7790 406 1558

10 2010 - 2015 3 383 1441 77 288

Jumlah 211 83.641 355221 1287 5465

Sumber:Kemenakertrans 2012, Junaidi 2012, Disosnakertran Provinsi

Jambi, 2016.

Keterangan: a) Berdasarkan tahun awal penempatan

b) Jumlah sampai akhir periode penempatan

Di era otonomi daerah, Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dan

wewenang yang lebih besar dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan di daerahnya termasuk dalam hal transmigrasi. Khusus diera ini

dilaksanakan dalam model kerja sama antar daerah. Pola kerja sama tersebut yaitu

kerja sama antara daerah pengirim transmigrasi dan daerah penerima (dalam hal

ini Provinsi Jambi). Pada tanggal 17 Desember 2002, disepakati kerja sama

antara Provinsi Jambi dengan lima provinsi asal transmigran yaitu D.I

Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Junaidi,

2012).Kerja sama yang disepakati mencakup di bidang Komunikasi, Informasi

dan Edukasi, Survei Potensi Kawasan; Penyediaan Areal; Perencanaan Tata

Ruang Permukiman Transmigrasi; Penyiapan transmigrasi; Pengerahan dan

Penempatan Transmigrasi serta Pemberdayaan Masyarakat. Pelaksanaan

penyelenggaraan transmigrasi berdasarkan konsep kerja sama antar daerah, biaya

Page 142: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

122

penyelenggaraannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN); Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), provinsi pengirim

transmigran; Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jambi;

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota terkait

dengan pelaksanaan kesepakatan bersama ini serta sumber dana lain yang tidak

mengikat.

Dalam konteks otonomi daerah, transmigrasi adalah suatu kewenangan

(urusan) pilihan, baik bagi pemerintah (pusat) maupun pemerintah daerah

(provinsi atau kabupaten/kota). Namun konsekuensi yang muncul bagi pusat dan

daerah dari penentuan pilihan kewenangan (urusan)ini belum jelas. Konsekuensi

kebijakan yang semestinya diambil pemerintah pusat terhadap daerah, karena

adanya klausul “pilihan”, selama ini juga masih belum dirumuskan secara jelas.

Artinya bahwa transmigrasi masih diselenggarakan dan dilaksanakan dengan

masih tetap mengacu pada UU No. 15 tahun 1997 dan PP No. 2 Tahun 1999,

sehingga klausul tentang kewenangan (urusan) pilihan belum sepenuhnya

berimplikasi pada proses perencanaan transmigrasi, baik secara nasional, provinsi,

maupun lokal, baik perencanaan program maupun penganggaran (Anharudin, et

al. 2008).

Berdasarkan penempatan transmigrasi mulai periode Pra Pelita sampai

tahun 2015; sebanyak 83.641 KK (355.221 jiwa) pada 211 lokasi (UPT).

Perkembangan penempatan transmigrasi disajikan pada Tabel 4.14.

Berdasarkan jumlah UPT di Provinsi Jambi sebanyak 211 UPT, 9 UPT

diantaranya masih UPT Binaan. UPT binaan tersebut berada pada 5 (lima)

kabupaten di Provinsi Jambi, dan merupakan transmigrasi yang dimukimkan dari

tahun 2004 – 2015, dengan jumlah penempatan sebanyak 1433 KK (5586 jiwa).

Berikut ini disajikan UPT binaan di Provinsi Jambi Tahun 2015.

Tabel 4.15. UPT Binaan Provinsi Jambi Tahun 2015

No Kabupaten Kecamatan Lokasi UPT Tahun

penem

patan

Jumlah

penempatan

KK Jiwa

Page 143: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

123

1 Batanghari Rantau

Pandan

Tebing Jaya III 2007 200 781

2 Batanghari Rantau

Pandan

Tebing jaya IV 2008 150 576

3 Muaro Jambi Kumpeh Ulu Gd. Karya, S.Aur 2009 200 717

4 Bungo Rantau

Pandan

Rantau Pandan V 2004 210 849

5 Bungo Rantau

Pandan

Rantau Pandan X 2008 200 720

6 Bungo Pelepat Pelepat II 2006 190 811

7 Kerinci Siulak Sungai Bernas 2009 100 420

8 Sarolangun Pauh Lamban Sigatal 2009 100 380

9 Sarolangun Pauh Sapintun 2015 83 332

Jumlah 1433 5586

Sumber: Junaidi 2012, Disosnakertrans Prov. Jambi, 2016.

Ditinjau dari segi pembiyaannya penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi

merupakan bentuk transmigrasi umum (TU) dan transmigrasi swakarsa (TS).

Transmigrasi Umum dibangun atas dasar subsidi (dukungan finansial) penuh

pemerintah. Tantangan yang muncul pada model transmigrasi ini salah satunya

adalah sistem hukum dan budaya kepemilikan tanah masyarakat. Agar

pelaksanaannya dapat berjalan dengan mulus, sebaiknya penempatan transmigrasi

dibangun diatas tanah-tanah bekas hutan produksi (HP) sehingga tidak

bersinggungan dengan kepemilikan masyarakat.

Menurut UU No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan Pokok Transmigrasi,

disebutkan tujuan pemerintah secara bertahap menghapuskan transmigrasi umum

dan menggantikannya dengan transmigrasi swakarsa. Dengan demikian pada

tahun penempatan selanjutnya persentase jumlah transmigrasi umum menjadi

lebih kecil danpersentase jumlah transmigrasi swakarsa meningkat. Ada dua

Page 144: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

124

macam transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi swakarsa berbantuan dan

transmigrasi swakarsa murni (TSM). Transmigrasi swakarsa mandiri adalah

transmigrasi yang dilaksanakan oleh transmigran yang bersangkutan secara

perseorangan atau kelompok.

TSM dapat dikatakan sebagai transmigrasi “bebas biaya pemerintah”.

Namun demikian, pemerintah akan terus memainkan peranan utama dalam

mengatur dan mengawasi transmigrasi, akan tetapi berusaha menghindari

pekerjaan yang lebih mahal yang diperlukan supaya permukiman itu secara

ekonomis dapat memberi harapan (Hardjono, J. 1986). TSM tidak sepenuhnya

bebas dari biaya pemerintah, tapi bila dibandingkan dengan TU dan TSB, bantuan

atau subsidi dari pemerintah untuk TSM jauh lebih sedikit. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2009 pasal 15, transmigrasi swakarsa mandiri berhak

memperoleh bantuan dari pemerintah dan atau pemerintah daerah dalam bentuk:

a) pengurusan perpindahan dan penempatan di permukiman transmigrasi;

bimbingan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan atau lapangan usaha atau

fasilitas untuk mendapatkan lahan usaha; b) lahan tempat tinggal dengan status

hak milik; dan c) bimbingan, pengembangan, dan perlindungan hubungan

kemitraan usaha.

Sebaran tentang perkembangan Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Provinsi Jambi

disajikan pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Perkembangan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) diProvinsi

Jambi tahun 1990/1991 – 2015.

No

.

Tahun

penempatan

Penataan Murni Total

KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa

1 1990/1991 400 1.240 0 0 400 1.240

2 1991/1992 1600 3.895 0 0 1.600 3.895

3 1992/1993 1.250 4.349 0 0 1.250 4.349

4 1993/1994 1.000 3.369 0 0 1.000 3.369

Page 145: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

125

5 1994/1995 0 0 2.100 7.156 2.100 7.156

6 1995/1996 0 0 2.205 6.085 2.205 6.085

7 1996/1997 0 0 2.550 7.987 2.550 7.987

8 1997/1998 0 0 2.899 9.722 2.899 9.722

9 1998/1999 0 0 153 417 153 417

10 2000 0 0 127 464 127 464

11 2009 0 0 200 785 200 785

12 2010 0 0 200 720 200 720

13 2011 0 0 100 389 100 389

14 2015 0 0 83 332 83 332

Total 4.250 12.853 10.437 34.057 14.687 46.910

Sumber: Junaidi, 2012; Disosnakertrans Provinsi Jambi, 2016.

Di Provinsi Jambi Transmigrasi Swakarsa Mandiri dibedakan atas dua

bentuk yakni TSM Penataan dan TSM Murni. TSM penataan dilaksanakan sejak

tahun 1990/1991 sampai dengan tahun 1993/1994, sedangkan TSM murni

diselenggarakan sejak tahun 1994/1995 sampai tahun 2015.

Sejak tahun 1990/1991 sampai dengan tahun 2015, telah dimukimkan TSM

di Provinsi Jambi sebanyak 14.687 KK (46.910 jiwa). Jumlah tersebut terdiri dari

TSM penataan sebanyak 4.250 KK (12.853 jiwa) dan TSM murni berjumlah

sebanyak 10.437KK atau 34.057 jiwa. Permukiman TSM selama kurun waktu

tersebut masih terbatas pada lokasi-lokasi unit permukiman/desa eks transmigrasi

yang telah ada, memanfaatkan sisa cadangan areal yang belum dimanfaatkan

4.10. Transmigrasi Berdasarkan Lokasi dan Daerah Penempatan Di Provinsi

Jambi.

Page 146: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

126

Penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi terutama sejak Pelita I (1969/1970)

sampai dengan tahun 2015 tersebar hampir di semua daerah tingkat II kabupaten

dan kota kecuali di Kota Jambi dan Sungai penuh. MenurutDisosnakertran

Provinsi Jambi (2016) selama kurun waktu 46 tahun (1969/1970- 2015) telah

ditempatkan transmigrasi di 210 lokasi (UPT) di Provinsi Jambi yang tersebar di 9

(Sembilan) kabupaten yang di wilayah Jambi. Kabupaten Bungo

merupakandaerah yang paling banyak dengan 34 Lokasi atau (16,19%). Diikuti

dengan Kabupaten Merangin (15,24%), Kabupaten Muaro Jambi (14,76%) dan

yang paling sedikit Lokasi di Kabupaten Kerinci hanya (0,48%).

Untuk mengetahui lebih rinci transmigrasi menurut Lokasi, dan jumlah

penempatan disajikan pada Tabel 4.17 berikut ini. Berdasarkan jumlah 83.514 KK

atau 327.674 jiwa transmigrasi yang telah ditempatkan di Provinsi Jambi

penyebarannya adalah sebagai berikut. Penempatan terbanyak adalah di

Kabupaten Muaro Jambi dengan proporsi sebesar 18,38 persen atau (60.237 jiwa),

kendatipun dari sisi jumlah Lokasi (31 UPT) lebih sedikit dari Kabupaten Bungo.

Tabel 4.17. Jumlah Transmigrasi Menurut Lokasi Dan Daerah PenempatanDi

Provinsi Jambi (1969/1970- 2015).

No. Kabupaten Jumlah

Lokasi( UPT) KK

Jiwa

(0rang)

Persentase

(%)

1 Batanghari 19 6.763 26.372 8.05

2 Bungo 34 11.420 48.375 14,76

3 Merangin 32 13.134 53.966 16,47

4 Muaro jambi 31 14.318 60.237 18,38

5 Sarolangun 24 9.450 39.228 11,97

6 Tanjabbar 20 7.396 30.294 9,24

7 Tanjabtim 22 10.859 47.204 14,41

8 Tebo 27 9.974 21.254 6,49

Page 147: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

127

9 Kerinci 1 200 744 0,23

Total 210 83.514 327.674 100,00

Sumber: Disosnakertrans Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Selanjutnya kabupaten dengan jumlah penerima transmigrasi terbanyak ke dua

adalah Kabupaten Merangin dengan jumlah 53.966 jiwa atau 16,47 persen,

kemudian disusul oleh Kabupaten Bungo dengan proporsi 14,79 persen (48.375

jiwa), dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Kerinci hanya sebanyak 200 KK

(744 jiwa) atau setara dengan 0,23 persen. Hal ini beralasan karena Kabupaten

Kerinci dengan luas wilayah yang terbatas hanya (7,13 %) saja dari luas wilayah

Provinsi Jambi termasuk dalamnya areal Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

yang merupakan paru-paru dunia.

4.11. Transmigrasi Berdasarkan Daerah Asal Dan Kabupaten Penempatan

Di Provinsi Jambi.

Sesuai dengan konsep transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari daerah

yang padat penduduknya di Pulau Jawa dan Bali ke wilayah yang masih

kekurangan jumlah penduduk di luar Pulau Jawa dan Bali. Provinsi Jambi

merupakan salah satu daerah penempatan transmigrasi yang utama di luar Pulau

Jawa sampai saat ini. Sebarantransmigrasi di sajikan pada Tabel 4.18.

Berdasarkan daerah asal transmigrasi yang ada di Provinsi Jambi, dapat

dijelaskan menurut Provinsi. Provinsi pengirim utama transmigrasi berasal dari

Jawa Tengah dengan jumlah 26.928 KK atau 32,34 persen. Selanjutnya diikuti

oleh transmigrasi asal penduduk setempat (TPS) sebanyak 19.340 KK (23,23%)..

Tabel 4.18 Sebaran Transmigrasi Di Provinsi Jambi Menurut Daerah Asal.

Kabupaten

penempatan

Daerah Asal

DKI JABAR JATENG JATIM DIY TPS JUMLA

H

Batanghari 245 1.309 1.181 816 428 2.784 6.763

Page 148: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

128

Bungo 167 2.130 3.815 1.814 756 2.758 11.523

Merangin 50 2.094 5.173 2.909 1.220 1.688 13.134

Muaro

Jambi

607 2.338 2.253 2.411 1.275 5.384 14.268

Sarolangun 94 2.201 2.297 1.463 1.280 2.072 9.407

Tanjabbar 398 1.021 1.541 1.077 685 2.674 7.396

Tanjabtim 20 2.060 3.431 3.236 1.279 833 10.859

Tebo 68 520 7.212 588 406 1.180 9.974

Kerinci 0 50 50 0 0 100 200

Total 1.649 13.723 26.953 14.314 7.329 19.390 83.358

Sumber: Junaidi, 2012; Disosnakertrans Provinsi Jambi 2016.

Selanjutnya Provinsi Jawa Timur sebesar 14.314 KK (17,19 %), Provinsi

Jawa Barat sebesar 16, 45 persen atau setara dengan 13.698 KK, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta sebesar 8,80 persen (7.329 KK), dan Provinsi Pengirim

transmigrasi yang paling sedikit adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI)

dengan jumlah transmigran sebanyak 1.649 KK atau hanya 1,98 persen.

Penempatan transmigrasi asal Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur telah

berlangsung sejak Pra Pelita, kemudian transmigrasi dari DIY berlangsung mulai

dari Pelita I, sedangkan transmigrasi dari DKI terlaksana sejak Pelita III.

Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa transmigrasi asal penduduk setempat

(TPS) menempati posisi yang cukup signifikan dari jumlah penduduk yang

ditempatkan di Provinsi Jambi. Khusus transmigran yang berasal dari Provinsi ini

merupakan kelompok masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai:

Page 149: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

129

1. Transmigrasi Alokasi Penempatan Penduduk Daerah Transmigrasi

(APPDT)adalah penduduk setempat yang berasal dari penduduk yang terkena

areallokasi transmigrasi dan penduduk desa sekitarnya di kabupaten

yangbersangkutan.

2. Transmigrasi yang berasal dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)adalah

penduduk yang dipindahkan karena termasuk dalam wilayah TNKS dengan

alasan guna menyukseskan program menjaga paru-paru dunia.

3. Transmigrasi yang berasal dari Kota Jambi adalah mereka yang

bertempattinggal sebelumnya di wilayah perkotaan, dengan pertimbangan

tertentu dalam rangka pertimbangan pelaksanaan pembangunan dipindahkan

ke lokasitransmigrasi.

4. Transmigrasi yang berasal dari pensiunan PNS dan purnawirawan ABRI.

5. Transmigrasi yang berasal dari penduduk pengungsi (TPP).

Proporsi transmigran TPS di Provinsi Jambi secara normal sebesar 20 persen

lebih besar dari total penempatan transmigrasi. Hal ini disebabkan mulai

tahun1992/1993 Menteri Transmigrasi dan PPH memberikan kebijakan

penempatan transmigrasi TPS di Provinsi Jambi sebesar 50 persen dari target

penempatan setiap tahun. Kondisi ini beralasan dengan mempertimbangkan untuk

menampung penduduk dari kawasan kumuh Kota Jambi, perambah

hutan/peladang berpindahpindah dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat

(TNKS) yang jumlahnya cukup besar serta memperkecil kesenjangan sosial antara

transmigran dari daerah asal dan penduduk setempat (Junaidi, 2012).Berdasarkan

penempatan lima kelompok masyarakat tersebut, proporsi TPSterbesar adalah

untuk kelompok APPDT dengan proporsi sebesar 76,33persen(15.054 KK) dari

total TPS. Kemudian jumlah proporsi terbesar kedua adalahTNKSsebesar 17,54

persen (3.460 KK) diikuti oleh Kodya sebesar 3,46 persen(682 KK),ABRI sebesar

1,48 persen (293 KK), Pengungsi (TPP) sebanyak 0,78Persen (153 KK dan PNS

sebesar 0,42 persen (81 KK). Untuk lebih rinci lihat tabel 4.19.

Tabel 4.19. Sebaran TPS di Provinsi Jambi Berdasarkan KelompokMasyarakat

Kabupaten Penempatan (KK) Tahun 2015.

Page 150: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

130

Kabupaten

penempatan

Kelompok Masyarakat

APPDT TNKS KODYA ABRI PNS TPP JUMLAH

Batanghari 2.026 666 53 19 20 0 2.784

Bungo 2.893 20 0 0 0 45 2.958

Merangin 1.577 33 0 0 0 78 1.688

Muaro Jambi 3.338 1.477 366 183 20 0 5.384

Sarolangun 1.667 375 0 0 0 30 2.072

Tanjabbar 1.510 839 242 51 32 0 2.674

Tanjabtim 833 0 0 0 0 0 833

Tebo 1.060 50 21 40 9 0 1.150

Kerinci 150 0 0 0 0 0 150

Jumlah 15.054 3.460 682 293 81 153 19.723

Sumber: Junaidi, 2012; Disosnakertrans Provinsi Jambi, 2016. Keterangan: APPDT= Transmigran Alokasi Penempatan Penduduk Daerah Transmigrasi;

TNKS = Transmigran dari Taman Nasional Kerinci Seblat; KODYA= Transmigran dari

Kota Jambi; ABRI =Transmigran dari ABRI; PNS= Transmigran dari Pegawai Negeri

Sipil; TPP= Transmigran Penduduk Pengungsi.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Generasi Pertama Transmigran

5.1.1 Umur Kepala Keluarga

Umur berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

perilaku dan pola pengambilan keputusan individu. Umur seseorang memegang

peranan penting dalam proses produksi, hal ini dikarenakan sangat menentukan

produktivitas kerja dan kualitas seseorang. Pengaruh umur juga dapat dikaitkan

Page 151: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

131

dengan pengalaman maupun dari sisi kedewasaan dalam berpikir yang menyertai

peningkatan umur seseorang.

Rata-rata umur kepala keluarga generasi pertama di daerah-daerah

transmigrasi di Provinsi Jambi bervariasi, dengan rata-rata umur 64,31 tahun.

Berdasarkan kelompok umurnya, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar Kepala

keluarga (63, 10 %) berada dalam usia 60 tahun ke atas. Kondisi ini menunjukkan

bahwa hanya sekitar 36,90% kepala keluarga yang masih berada dalam usia

produktif. Apabila dirinci menurut kabupaten yang dijadikan objek penelitian

keadaannya semakin bervariasi, dimana untuk lokasi Rimbo Bujang jumlah

kepala keluarga yang tidak produktif tercatat sebanyak 94,64%, sedangkan untuk

lokasi Batang Asam tercatat lebih rendah yaitu sebesar 61,50 % dan untuk lokasi

Sungai Bahar hanya berjumlah 32,14 % saja.

Tingginya perbedaan usia kepala keluarga generasi pertama di daerah

penelitian tidak terlepas dari pada waktu penempatan transmigrasi yang berbeda

di daerah ini. Di lokasi transmigrasi Rimbo Bujang transmigran ditempatkan

pertama pada tahun 1976, sedangkan untuk lokasi Batang Asam tercatat tahun

1987 dan Sungai Bahar pada tahun 1991. Umur kepala keluarga generasi pertama

secara lebih rinci disajikan pada Tabel 5.1.1.

Tabel 5.1.1 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut KelompokUmur di

Lokasi Transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2017

Kelompok Umur

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

<=49 0 3 3 6

(0,00) (5,36) (5,36) (3,57)

50 - 59 3 18 35 56

(5,36) (32,14) (62,50) (33,33)

Page 152: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

132

60 - 69 17 28 16 61

(30,36) (50,00) (28,57) (36,31)

70 - 79 17 5 1 23

(30,36) (8,93) (1,79) (13,69)

>79 19 2 1 22

(33,93) (3,57) (1,79) (13,10)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00)

(100,00

)

Rata-rata 73,45 61,88 57,59 64,31

Sumber: Penelitian lapangan, 2017

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

5.1.2. Jenis Kelamin

Bila dilihat dari jenis kelamin, tidak semua kepala keluarga di lokasi transmigrasi

di Provinsi Jambi berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar (79,76%) dari kepala

keluarga di daerah penelitian adalah laki-laki, dan sisanya sebanyak 20,24 persen

adalah perempuan. Berdasarkan daerah sampel ternyata kepala keluarga

perempuan untuk Rimbo Bujang tercatat lebih tinggi dibanding Batang Asam dan

Sungai Bahar. Keadaan ini terlihat di Rimbo Bujang Kepala keluarga adalah

perempuan sebanyak 44,64 persen, Sungai Bahar 16,07 persen dan tidak ada

kepala keluarga sampel di Batang Asam yang berstatus perempuan. Keadaan

kepala keluarga generasi pertama menurut jenis kelamin di lokasi penelitian di

Provinsi Jambi seperti terlihat pada Tabel 5.1.2.

Tabel 5.1.2 Persentase Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Kelamin

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Laki-Laki 31 56 47 134

(55,36) (100,00) (83,93) (79,76)

Perempuan 25 0 9 34

(44,64) (0,00) (16,07) (20,24)

Page 153: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

133

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

5.1.3. Status Kawin

Secara umum komposisi penduduk menurut Status perkawinan di Indonesia dapat

dibedakanbelum kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati. Pada penelitian ini

status kawin disederhanakan menjadi Kawin, cerai hidup/mati. Untuk kepala

keluarga yang berstatus kawin artinya kedua pasangan masih hidup, sedangkan

untuk cerai hidup / mati salah satu pasangan yang tidak lengkap. Sebagian besar

kepala keluarga generasi pertama (75,60%) masih berstatus kawin dan sisanya

sebanyak 24,40 persen kepala keluarga tercatat sebagai single parent. Status

perkawinan Generasi Pertama disajikanpada Tabel 5.1.3.

Tabel 5.1.3 Persentase Kepala Keluarga Generasi Pertama Menurut

StatusPerkawinan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017

Status Kawin

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Kawin 25 53 49 127

(44,64) (94,64) (87,50) (75,60)

Cerai Hidup/Mati 31 3 7 41

(55,36) (5,36) (12,50) (24,40)

Page 154: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

134

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.1.4. Pendidikan

Sebagian besar responden generasi pertama di wilayah penelitian (42,86%) hanya

memiliki pendidikan tamat Sekolah Dasar (SD). Responden yang tidak/belum

pernah sekolah dan yang tidak/belum tamat SD tercatat sebanyak (33,92%). Jadi

bila dijumlahkan responden yang hanya tamat SD dan tidak tamat pendidikan

serta tidak pernah sekolah angkanya sangat besar yaitu mencapai (76,78%).

Dengan pendidikan yang begitu rendah tentu akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yang mereka lakukan.

Untuk responden dengan pendidikan tamat SLTP Umum maupun kejuruan

berjumlah sebanyak 13,09 persen. Sementara itu responden yang diwawancarai

memiliki tingkat pendidikan SLTA berjumlah sebanyak (8,93%), dan hanya

sebesar 1,19% persen saja responden yang menikmati pendidikan tamat

DiplomaIV/ Sarjana.

Keadaan yang lebih memprihatinkan terjadi kalau ditinjau menurut lokasi

penelitian. Di Rimbo Bujang hampir semua kepala keluarga generasi pertama

(96,43%) hanya memilki pendidikan SD ke bawah. Sisanya 3,57 persen hanya

memiliki pendidikan SLTP dan SLTA, dan tidak ditemui responden yang

menamatkan pendidikan DiplomaIV/ Sarjana di lokasi penelitian.

Berbeda halnya dengan lokasi Batang Asam, tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh responden lebih baik yang ditandai dengan sekitar (64,29%)

responden menamatkan pendidikan SD. Kemudian yang tamat pendidikan SLTA

dan SLTP berjumlah sebanyak (12,50%), dan tidak ditemui responden yang

tidak/belum pernah sekolah.

Keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan yang dapat ditamatkan

disajikan secara rinci pada Tabel 5.1.4. berikut:

Page 155: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

135

Tabel 5.1.4 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut pendidikan

YangDitamatkan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Pendidikan Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tdk/Blm Pernah Sekolah 16 0 0 16

(28,57) (0,00) (0,00) (9,52)

Tdk/Blm Tamat SD 22 13 6 41

(39,29) (23,21) (10,71) (24,40)

SD 16 36 20 72

(28,57) (64,29) (35,71) (42,86)

SLTP Umum 0 5 13 18

(0,00) (8,93) (23,21) (10,71)

SLTP Kejuruan 1 0 3 4

(1,79) (0,00) (5,36) (2,38)

SLTA Umum 1 2 12 15

(1,79) (3,57) (21,43) (8,93)

Diploma IV/S1 0 0 2 2

(0,00) (0,00) (3,57) (1,19)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Untuk lokasi Sungai Bahar pendidikan yang dimiliki oleh responden lebih

bervariasi. Mereka yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD berjumlah

sebanyak (33,92%). Responden yang tamat SD tercatat sebesar 42,86 persen.

Selain itu ditemui responden sebanyak (22,02%) yang memiliki pendidikan

tamatan SLTP dan SLTA, di luar itu masih terdapat responden yang memiliki

pendidikan tamat Diploma IV/Sarjana walaupun dengan jumlah yang relatif

sedikit dan hanya sebanyak (1,19 %).

Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para transmigran di

daerah penelitian merupakan bagian dari persoalan yang harus menjadi

pertimbangan ketika melakukan recruitment terhadap calon transmigrasi. Di

samping itu keterampilan yang dimiliki oleh calon transmigrasi di masa yang akan

datang merupakan persyaratan lain yang harus diperhatikan. Jika tidak kesan yang

Page 156: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

136

muncul selama ini bahwa transmigrasi hanya akan memindahkan kemiskinan dari

Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa tidak terbukti.

5.1.5 Provinsi Asal

Secara umum provinsi asal transmigrasi berasal dari provinsi-provinsi di

Pulau Jawa. Menurut hasil penelitian jumlah transmigrasi tercatat 88,69 persen di

dominasi oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak (39,29 %), Yogyakarta (21,43%),

Jawa Barat (16,07 %) dan Jawa Timur sebesar 11,90 persen. Untuk pendatang

yang berasal dari luar Pulau Jawa yang jumlahnya tidak terlalu banyak merupakan

migran masuk dari Provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Provinsi –provinsi

tersebut berturut-turut Provinsi Jambi (disebut juga translok), kemudian diikuti

oleh Provinsi Lampung (2,38%), Sumatera Utara (1,79%) dan Sumatera Barat dan

Sumatera Selatan masing-masing 0,60 persen.

Bila dilihat secara lebih rinci asal provinsi transmigran generasi pertama di daerah

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. Semua sampel transmigran di Rimbo

Bujang (100%) waktu penempatan berasal dari 3(tiga) provinsi Yakni Jawa

Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat. Tidak demikian halnya untuk lokasi Batang

Asam dan Sungai Bahar dimana terdapat transmigrasi lokal (Jambi), masing-

masing sebesar 16,07 persen dan 1,79 persen.

Keadaan responden generasi pertama menurut provinsi asal transmigran di daerah

transmigrasi digambarkan pada Tabel 5.1.5.

Tabel 5.1.5Persentase Responden Generasi Pertama berdasarkan AsalProvinsi di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, tahun 2017.

Provinsi Asal

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Jawa Tengah 35 19 12 66

(62,50) (33,93) (21,43) (39,29)

Yogyakarta 11 4 21 36

(19,64) (7,14) (37,50) (21,43)

Page 157: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

137

Jawa Barat 10 6 11 27

(17,86) (10,71) (19,64) (16,07)

Jawa Timur 0 13 7 20

(0,00) (23,21) (12,50) (11,90)

Jambi 0 9 1 10

(0,00) (16,07) (1,79) (5,95)

Sumatera Utara 0 0 3 3

(0,00) (0,00) (5,36) (1,79)

Lampung 0 4 0 4

(0,00) (7,14) (0,00) (2,38)

Sumatera Selatan 0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Sumatera Barat 0 0 1 1

(0,00) (0,00) (1,79) (0,60)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen.

.

5.1.6Tahun Awal Tinggal di Desa

Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan transmigrasi di Provinsi Jambi sudah

berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Secara terkoordinir program

penempatan transmigrasi di wilayah ini dimulai sejak Pelita I tahun (1969/70 -

1973/74). Di daerah penelitian penempatan transmigrasi dapat dibedakan untuk

Rimbo Bujang merupakan transmigran yang ditempatkan periode (1975- 1977), di

Batang Asam periode (1986-1988) dan periode (1991-1994) untuk lokasi Sungai

Bahar.

Untuk mengetahui lebih rinci tahun awal responden tinggal di desa transmigrasi

disajikan pada Tabel 5.1.6.

Page 158: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

138

Tabel 5.1.6 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Tahun

AwalTinggal Di Desa Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017

Tahun Awal Tinggal di Desa

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

1975 - 1977 56 0 0 56

(100,00) (0,00) (0,00) (33,33)

1986 - 1988 0 0 56 56

(0,00) (0,00) (100,00) (33,33)

1991 - 1994 0 56 0 56

(0,00) (100,00) (0,00) (33,33)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan tahun penempatan tersebut diperkirakan di lokasi Rimbo

Bujang transmigran telah bermukim lebih kurang selama 41 tahun, di Batang

Asam sekitar 30 tahun dan 25 tahun untuk lokasi Sungai Bahar. Berdasarkan

lamanya mereka berdomisili di daerah transmigrasi di duga dari sisi keturunan

sudah memasuki generasi ke dua, bahkan generasi ke tiga.

5.1.7 Status Ketransmigrasian

Transmigrasi umum (TU) merupakan jenis transmigrasi yang di sponsori

oleh pemerintah. Sementara transmigrasi spontan adalah bentuk perpindahan

penduduk yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri, segala konsekuensi yang

muncul akibat tindakan ini menjadi tanggung jawab pribadi. Sedangkan

transmigrasi swakarsa merupakan bentuk perpindahan penduduk yang dirancang

oleh pemerintah daerah dengan mengikutsertakan badan usaha sebagai mitra

usaha transmigran bagi penduduk yang berpotensi berkembang untuk maju.

Status ketransmigrasian di daerah penelitian Provinsi Jambi secara

terperinci disajikan pada Tabel 5.1.7.

Page 159: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

139

Tabel 5.1.7 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut StatusKetransmigrasian di Lokasi Transmigrasi

di Provinsi Jambi, Tahun 2017

Status Ketransmigrasian

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Transmigrasi Umum 42 50 56 148

(75,00) (89,29) (100,00) (88,10)

Transmigrasi Spontan 0 4 0 4

(0,00) (7,14) (0,00) (2,38)

Swakarsa 14 2 0 16

(25,00) (3,57) (0,00) (9,52)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Di lokasi penelitian sebagian besar (88,10%) transmigran merupakan

transmigrasi umum, sedangkan transmigrasi swakarsa berjumlah sebanyak 9,52

persen, dan hanya sekitar 2,38 persen saja transmigran yang berstatus spontan.

Bila dirinci menurut daerah sampel ternyata di Rimbo Bujang jumlah transmigrasi

swakarsa sebanyak (25,00%), untuk Batang Asam terdapat (3,57%) dan tidak ada

transmigrasi yang berstatus swakarsa di Sungai Bahar.

5.1.8 Alasan Ikut Transmigrasi

Terdapat beberapa alasan yang diberikan oleh responden kenapa mereka tertarik

mengikuti program transmigrasi. Alasan-alasan dimaksudadalah: tidak memiliki

lahan, terpaksa pindah karena pembangunan bendungan, tidak memiliki

pekerjaan, demi masa depan yang lebih baik, dan ikut keluarga.

Page 160: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

140

Untuk mengetahui Keadaan transmigran berdasarkan alasan ikut

transmigrasi di daerah penelitian dapat diketahui pada Tabel 5.1.8.

Tabel 5.1.8 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Alasan

IkutBertransmigrasi di Lokasi Transmigrasi di Provinsi Jambi,

Tahun 2017

Alasan Ikut Transmigrasi

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak memiliki lahan 20 11 0 31

(35,71) (19,64) (0,00) (18,45)

Terpaksa pindah karena pembangunan

bendungan 6 0 0 6

(10,71) (0,00) (0,00) (3,57)

Tidak memiliki pekerjaan 1 9 1 11

(1,79) (16,07) (1,79) (6,55)

Demi masa depan lebih baik 28 34 53 115

(50,00) (60,71) (94,64) (68,45)

Ikut keluarga 1 2 2 5

(1,79) (3,57) (3,57) (2,98)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber:Penelitian lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Sebagian besar responden (68,45%) ikut program transmigrasi karena

alasan demi masa depan yang lebih baik, keadaan ini lebih tinggi lagi di lokasi

Sungai Bahar dengan jumlah sebanyak (94,64%). Sekitar 18,45 persen

transmigran meninggalkan daerah asal karena tidak memiliki lahan untuk digarap,

faktor ini mendorong mereka untuk melakukan perpindahan. Transmigran yang

ikut bertransmigrasi karena alasan tidak memiliki pekerjaan sebanyak 6,55 persen.

Hanya sebagian kecil saja transmigran (2,98%) yang meninggalkan daerah asal

dengan alasan ikut keluarga.

5. 1.9 Kedatangan dari Daerah Asal

Bentuk mobilitas penduduk yang berlangsung selama ini dapat dibedakan atas

mobilitas langsung (Direct mobility) dan mobilitas tidak langsung (indirect

Page 161: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

141

mobility).Migrasi langsung merupakan perpindahan dari daerah asal menuju

daerah tempat tinggal terakhir. Migrasi tidak langsung merupakan perpindahan

dari tempat asalke tempat tujuan yang telah melewati beberapa tahap atau lebih

dari satu tahap. Bentuk ini lazim juga disebut perpindahan bertahap (chain

migration).

Pola perpindahan ini banyak terjadi di Indonesia, transmigrasi sebagai program

perpindahan penduduk dalam bentuk transmigrasi umum merupakan bentuk kasus

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Sementara perpindahan penduduk

dalam bentuk perpindahan tidak langsung ditandai dengan tempat tinggal

sekarang tidak sama dengan tempat tinggal sebelumnya dan tidak sama dengan

tempat tinggal asal. Contoh daerah asal dari Jawa Barat lalu transmigrasi ke

Lampung, dan kemudian pindah lagi ke Rimbo Bujang di Provinsi Jambi.

Sebagian besar dari transmigran di Provinsi Jambi di daerah penelitian (88,10%)

merupakan transmigrasi yang pindahsecara langsung. Sisanya sekitar (11,90%)

merupakan transmigrasi yang telah melakukan perpindahan tidak dari daerah asal

tapi dari tempat perpindahan sebelumnya. Tinggi rendahnya tingkat perpindahan

yang terjadi antara daerah tujuan pertama dengan daerah selanjutnya sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Penyebab-penyebab tersebut dapat berupa faktor

sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan sebagainya.

Untuk lebih jelasnya, kedatangan dari daerah asal transmigrasi di Provinsi

Jambi disajikan pada Tabel 5.1.9.

Tabel 5.1.9Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kedatangan diDaerah

Asal di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Kedatangan dari Daerah Asal

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Transmigrasi Langsung 56 36 56 148

(100,00) (64,29) (100,00) (88,10)

Transmigrasi Tidak Langsung 0 20 0 20

(0,00) (35,71) (0,00) (11,90)

Page 162: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

142

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.1.10 Jumlah Anggota Rumah Tangga Yang Dibawa

Anggota Rumah Tangga (ART) dalam penelitian ini adalah semua personal yang

ada dalam suatu ikatan rumah tangga termasuk kepala keluarga. Secara

keseluruhan jumlah anggota rumah tangga yang dibawa ketika bertransmigrasi

rata-rata sebesar(3,31 orang). Berdasarkan lokasi penelitian terlihat bahwa rata-

rata ART di Rimbo Bujang sebesar (3,57 orang), lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata ART di Batang Asam (3,66 orang) dan di Sungai Bahar hanya

sebesar (2,70 Orang).Lebih separuh (55,95%) transmigrasi di daerah penelitian

ketika mulai berangkat dari daerah asal memiliki jumlah ART berkisar antara 3-4

orang. Terdapat sebanyak (30,36%) kepala keluarga transmigran ketika

meninggalkan daerah asalnya dengan yang memiliki ART antara 1-2 orang, dan

hanya sekitar (13,69%) saja transmigran yang berangkat dari daerah asalnya yang

memiliki jumlah ART lebih besar dari 4 orang.

Keadaan transmigran berdasarkan jumlah anggota rumah tangga yang dibawa

ketika memulai berangkat transmigrasi disajikan pada Tabel 5.1.10.

Tabel 5.1.10 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut JumlahAnggota

Rumah Tangga Yang Dibawa di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017

Jumlah ART yang dibawa

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

1 - 2 16 9 26 51

(28,57) (16,07) (46,43) (30,36)

3 - 4 27 39 28 94

Page 163: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

143

(48,21) (69,64) (50,00) (55,95)

> 4 13 8 2 23

(23,21) (14,29) (3,57) (13,69)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 3,57 3,66 2,70 3,31

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Terbatasnya jumlah ART yang dimiliki oleh transmigran ketika memulai

berangkat dari kampung halamannya (daerah asal), memang salah satu syarat

dalam melakukan transmigrasi. Dengan keluarga yang lebih mini diharapkan di

daerah tujuan transmigran akan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk

kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga. Alokasi waktu yang tersedia untuk

bekerja di sektor pertanian diharapkan dapat membantu transmigran dalam hal

memenuhi kebutuhannya, sehingga secara bertahap mereka lebih produktif.

Meningkatkannya produktivitas transmigran akan lebih mudah dalam mencapai

kesejahteraannya.

5.1.11.Kegiatan Utama Saat Ini

Dalam konsep ketenagakerjaan kegiatan utama penduduk meliputi bekerja,

mencari pekerjaan, sekolah, urus rumah tangga dan lainnya. Pada penelitian ini

kegiatan utama hanya ditujukan untuk kepala keluarga generasi pertama. Kegiatan

utama dalam hal ini hanya dibedakan sebagai kegiatan bekerja dan sebagai

penerima pendapatan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan hampir semua kepala keluarga

(92,86%) memiliki kegiatan utama pada saat ini “Bekerja”, dan hanya sebagian

kecil saja sebesar (7,14%) sebagai penerima pendapatan. Kepala keluarga yang

tercatat sebagai penerima pendapatan ini baik disebabkan tidak produktif lagi

karena usia lanjut, dan lahannya digarap oleh orang lain dan ada juga karena

alasan dilarang oleh anak-anak mereka yang sudah mempunyai penghasilan lebih

baik. Keadaan kepala keluarga di lokasi penelitian Provinsi Jambi menurut

kegiatan utama pada saat ini disajikan pada Tabel 5.1.11.

Page 164: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

144

Tabel 5.1.11 Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama Pada Saat ini di

Lokasi Transmigrasi di Provinsi Jambi, tahun 2017

Kegiatan Utama Saat Ini

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Bekerja 44 56 56 156

(78,57) (100,00) (100,00) (92,86)

Penerima pendapatan 12 0 0 12

(21,43) (0,00) (0,00) (7,14)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

5.1.12 Lapangan Usaha

Lapangan usaha dalam penelitian ini dikelompokkan atas 6(enam) bidang meliputi

(Pertanian tanaman pangan, Perkebunan, Peternakan, Bangunan Perdagangan,

hotel dan restoran dan Jasa lainnya). Hampir dua pertiga ( 65,38%) responden di

lokasi transmigrasi bekerja di sektor perkebunan. Kemudian pertanian tanaman

pangan merupakan sektor kedua lapangan usaha dari responden dengan jumlah

sebanyak (26,92%). Sektor Jasa lainnya tercatat sebanyak (3,21%).

Terkosentrasinya lapangan usaha generasi pertama pada Sektor Perkebunan dan

Pertanian Tanaman Pangan (92,30%) tidak dapat disangkal karena memang

bentuk transmigrasi yang ada di Provinsi Jambi adalah Transmigrasi Umum (TU)

sebanyak (88,10%). Sebagaimana diketahui pola transmigrasi ini semua beban

biaya yang muncul menjadi tanggungan pemerintah termasuk dalam penyiapan

lahan. Perkembangan sektor non Perkebunan dan Pertanian tanaman pangan di

lokasi transmigran relatif masih terbatas.

Untuk mengetahui lebih rinci lapangan usaha generasi pertama di lokasi

transmigrasi Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 5.1.12.

Page 165: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

145

Tabel 5.1.12 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Lapangan Usaha

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Lapangan Usaha Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Pertanian Tanaman Pangan 3 39 0 42

(6,82) (69,64) (0,00) (26,92)

Perkebunan 38 14 50 102

(86,36) (25,00) (89,29) (65,38)

Peternakan 1 0 0 1

(2,27) (0,00) (0,00) (0,64)

Bangunan 1 1 0 2

(2,27) (1,79) (0,00) (1,28)

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0 2 2 4

(0,00) (3,57) (3,57) (2,56)

Jasa lainnya 1 0 4 5

(2,27) (0,00) (7,14) (3,21)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.1.13 Jenis Pekerjaan

Salah satu pengelompokan dalam struktur ketenagakerjaan adalah jenis

pekerjaan. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini dibedakan atas (1). Tenaga

professional, (2). Tenaga Tata Usaha, (3). Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan,

(4). Tenaga usaha pertanian dan peternakan, dan (5). Pekerja kasar, tenaga

kebersihan dan tenaga ybdi.

Untuk mengetahui secara lebih rinci jenis pekerjaan generasi pertama di

lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5.1.13 berikut.

Tabel 5.1.13 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jenis Pekerjaan di

Lokasi Transmigrasi Provinsi jambi, Tahun 2017.

Jenis Pekerjaan Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tenaga Profesional 0 1 3 4

Page 166: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

146

(0,00) (1,79) (5,36) (2,56)

Tenaga Tata Usaha 0 1 1 2

(0,00) (1,79) (1,79) (1,28)

Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan 1 1 2 4

(2,27) (1,79) (3,57) (2,56)

Tenaga usaha pertanian dan peternakan 40 52 35 127

(90,91) (92,86) (62,50) (81,41)

Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga

ybdi 3 1 15 19

(6,82) (1,79) (26,79) (12,18)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi diperoleh jenis

pekerjaan generasi pertama berikut. Sebagian besar generasi pertama (81,41%)

bekerja sebagai Tenaga usaha pertanian dan peternakan. Kemudian diikuti oleh

jenis pekerjaan sebagai pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi sebanyak

(12,18%). Sisanya generasi pertama di wilayah penelitian bekerja sebagai Tenaga

professional sebesar (2,56%), dan Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan juga

sebesar (2,56%), dan hanya sekitar (1,28%) saja yang bekerja sebagai Tenaga tata

usaha.

Banyaknya jumlah generasi pertama yang bekerja sebagai Tenaga usaha

pertanian dan peternakan, cukup beralasan karena pekerjaan ini secara relatif tidak

membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi. Keadaan ini sesuai dengan tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh generasi pertama di lokasi penelitian dimana sekitar

(42,86%) hanya memiliki pendidikan tamat sekolah Dasar (SD) Bahkan generasi

pertama yang tidak/belum pernah sekolah dan yang tidak/belum tamat SD tercatat

sebanyak (33,92%). Secara akumulasi responden yang hanya tamat SD dan tidak

tamat angkanya sangat besar yaitu (76,78%). Dengan bekal pendidikan yang

mereka miliki sulit untuk mengembangkan inovasinya terhadap sektor lain yang

membutuhkan keterampilan khusus.

Page 167: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

147

5.1.14 Status Pekerjaan

Status pekerjaan dalam riset ini terdiri dari: 1). Berusaha sendiri, 2).

Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak dibayar, 3). Berusaha dengan buruh tetap,

dan 4). Buruh/ karyawan. Berdasarkan kelompok tersebut status pekerjaan

generasi pertama di daerah penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

Sebagian besar status pekerjaan generasi pertama (70,51%) mereka berusaha

sendiri. Artinya transmigrasi generasi pertama di lokasi penelitian melakukan

pekerjaan tidak terikat pada pihak lain. Mereka merupakan petani petani yang

bekerja di lahan sendiri dan tidak tergantung pada pihak lain, dan termasuk dalam

proses produksi dan pemasaran hasil-hasilnya. Keputusan yang diambil biasanya

ditetapkan tidak melalui musyawarah dengan pihak lain akan tetapi keputusan

final merupakan keputusan perseorangan, yang merupakan ciri tersendiri dari

status pekerjaan berusaha sendiri.

Generasi pertama dengan status pekerjaan Berusaha dengan pekerja

keluarga/tidak dibayar berjumlah sebanyak (13,46%). Artinya keterlibatan

keluarga dalam melaksanakan pekerjaan cukup berarti walaupun secara ekonomis

kontribusi keluarga kurang diperhitungkan. Peranan anggota keluarga turut serta

dalam menopang ekonomi rumah tangga dalam bentuk berpartisipasi aktif untuk

kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga dalam menghasilkan barang dan jasa.

Hasil wawancara di lokasi transmigrasi juga diperoleh sebanyak (6,41%)

generasi pertama dengan status pekerjaan Berusaha dengan buruh tetap. Ini

menunjukkan bahwa responden dalam menghasilkan produksi telah menggunakan

tenaga kerja tetap, baik diperoleh dari lingkungan keluarga maupun dari luar yang

menerima penghasilan tetap. Kendatipun masih tergolong kecil jumlahnya

penggunaan tenaga kerja di luar keluarga sudah diperhitungkan.

Responden dengan status pekerjaan sebagai buruh/karyawan tercatat

sebanyak (9,41%). Buruh atau karyawan merupakan pekerja yang menerima balas

jasa dari pihak lain baik berupa uang atau barang yang dinilai dengan uang.

Penghasilan buruh/karyawan sangat ditentukan diantaranya dari kelangsungan

hidup perusahaan/instansi yang ada di wilayah penelitian. Selain itu kompensasi

Page 168: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

148

yang diberikan kepada buruh/karyawan tidak terlepas dari tingginya pendidikan

dan keterampilan yang dimiliki oleh pekerja.

Untuk mengetahui lebih rinci sebaran status pekerjaan generasi pertama

disajikan pada Tabel 5.1.14 berikut.

Tabel 5.1.14 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut StatusPekerjaan Di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,Tahun 2017.

Status Pekerjaan Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Berusaha Sendiri 25 51 34 110

(56,82) (91,07) (60,71) (70,51)

Berusaha dengan pekerja keluarga/ tdk

dibayar 5 3 13 21

(11,36) (5,36) (23,21) (13,46)

Berusaha dengan buruh tetap 7 0 3 10

(15,91) (0,00) (5,36) (6,41)

Buruh/Karyawan 7 2 6 15

(15,91) (3,57) (10,71) (9,62)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.1.15 Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan dalam penelitian ini maksudnya adalah pekerjaan yang

dilakukan oleh responden generasi pertama diluar pekerjaan pokok (utama).

Pengelompokan atas pekerjaan utama dan sampingan biasanya didasarkan pada

waktu yang lebih intensif dalam melakukan suatu pekerjaan. Atau pekerjaan yang

lebih banyak menyita waktu dan pikiran dari responden.

Keadaan responden menurut pekerjaan sampingandi lokasi penelitian

disajikan pada Tabel 5.1.15.

Tabel 5.1.15 Persentase Responden Generasi Pertama MenurutKepemilikan

Pekerjaan Sampingan Di Lokasi transmigrasiProvinsi Jambi, Tahun

2017.

Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Page 169: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

149

Punya 14 16 16 46

(31,82) (28,57) (28,57) (29,49)

Tidak Punya 30 40 40 110

(68,18) (71,43) (71,43) (70,51)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Secara keseluruhan responden di daerah transmigrasi yang memiliki

pekerjaan sampingan berjumlah sebanyak (29,49%). Sisanya sebanyak (70,51%)

responden tidak memiliki pekerjaan sampingan. Berdasarkan lokasi Kecamatan

variasi responden punya pekerjaan sampingan dan tidak punya pekerjaan

sampingan tidak terlalu signifikan.

Besarnya jumlah responden yang tidak memiliki pekerjaan sampingan

berarti bahwa fokus mereka lebih tertuju pada pekerjaan pokok. Ini berarti pula

bahwa sumber utama pendapatan rumah tangga responden bersumber dari hasil

pekerjaan pokok. Dengan demikian curahan waktu yang dialokasikan untuk

memperoleh produksi sebagian besar adalah untuk pekerjaan pokok.

5.1.16 Jam Kerja Per Minggu

Rata-rata jam kerja per minggu generasi pertama di lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi berjumlah selama (31,54 Jam) dalam se minggu. Bila

dibandingkan dengan jam kerja normal menurut standar International Labor

Organization (ILO) selama 35 jam atau lebih, jam kerja generasi pertama masih

tergolong kurang atau dibawah jam kerja penuh. Secara keseluruhan generasi

pertama yang bekerja dalam seminggu 35 jam atau lebih berjumlah kurang dari

separuh (48,72%). Terdapat sebanyak 31,41 persen generasi pertama yang

memiliki jam kerja antara (14-34 jam) per minggu. Pada bagian lain masih ada

generasi pertama yang mencurahkan waktunya bekerja kurang dari 14 jam per

minggu.Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian jumlah generasi

pertama yang bekerja kurang dari standar kerja jam normal berjumlah (51,28%).

Page 170: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

150

Ini berarti bahwa lebih separuh dari generasi pertama yang bekerja di daerah riset

belum memanfaatkan waktunya secara optimal.

Keadaan responden generasi pertama menurut jam kerja dalam seminggu

disajikan pada Tabel 5.1.16 berikut:

Tabel5.1.16 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jam kerjaper

Minggu di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,Tahun 2017.

Jam Kerja Perminggu Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

< 14 8 0 23 31

(18,18) (0,00) (41,07) (19,87)

14 - 34 22 5 22 49

(50,00) (8,93) (39,29) (31,41)

>=35 14 51 11 76

(31,82) (91,07) (19,64) (48,72)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 24,83 46,20 22,17 31,54

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.2 Karakteristik Generasi Kedua Transmigran

5.2.1 Umur

Secara umum rata-rataumur generasi kedua di daerah penelitian mencapai

35 tahun. Dengan umur tersebut generasi kedua berada dalam kelompok umur

produktif dimana jumlah kelompok tersebut termasuk dalam rentang (30-39

tahun), dan kelompok ini berjumlah sebanyak (42,26%). Untuk generasi kedua

yang berusia antara (40-49 tahun) tercatat sebanyak 20,83 persen, sebarannya di

lokasi Rimbo Bujang hampir separuhnya (48,21%), sementara di Batang Asam

terdapat sebanyak 12,50 persen, dan hanya 1,79 persen saja responden yang

berada di lokasi Sungai Bahar.

Untuk lebih jelasnya rincian keadaan responden menurut umur di lokasi

transmigrasi dalam Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 5.2.1.

Page 171: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

151

Tabel 5.2.1 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut KelompokUmurdi

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kelompok Umur

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

20 - 29 1 26 26 53

(1,79) (46,43) (46,43) (31,55)

30 - 39 19 23 29 71

(33,93) (41,07) (51,79) (42,26)

40 - 49 27 7 1 35

(48,21) (12,50) (1,79) (20,83)

50 + 9 0 0 9

(16,07) (0,00) (0,00) (5,36)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 42,25 31,46 29,98 34,57

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Pada bagian lain diperoleh temuan secara total terdapat generasi kedua yang telah

berumur diatas 50 tahun yaitu sebanyak 5,36 persen. Suatu hal yang menarik

adalah responden dengan umur 50 tahun atau lebih hanya ditemui di lokasi Rimbo

Bujang, dan tidak ada responden dengan usia tersebut di lokasi Batang Asam dan

Sungai Bahar. Hal ini sangat beralasan karena lokasi transmigrasi di Kecamatan

Rimbo Bujang (sekitar 14- 16 tahun) lebih dahulu dari lokasiBatang Asam dan

Sungai Bahar.

Untuk responden yang berusia antara (20-29 tahun) secara keseluruhan

berjumlah sebanyak 31,55 persen. Berdasarkan lokasi di Batang Asam dan Sungai

Bahar jumlahnya tercatat masing-masing sebanyak 46,43 persen, sedangkan di

Rimbo Bujang jumlahnya sangat sedikit, hanya sekitar 1,79 persen saja.

5.2.2 Jenis Kelamin

Berdasar hasil penelitian di daerah sampel diperoleh informasi dua pertiga atau

66,67 persen responden berjenis kelamin laki-laki, sisanya sebanyak 33,33 persen

Page 172: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

152

adalah responden perempuan. Bila dipelajari menurut lokasi Kecamatan diperoleh

hasil berikut. Ternyata persentase responden perempuan lebih besar di daerah

Rimbo Bujang, dibanding dengan kedua lokasi Batang Asam maupun Sungai

Bahar.

Secara lebih rinci keadaan responden generasi kedua di daerah penelitian

disajikan pada Tabel 5.2.2.

Tabel 5.2.2 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Kelamindi Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Kelamin

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Laki-Laki 35 39 38 112

(62,50) (69,64) (67,86) (66,67)

Perempuan 21 17 18 56

(37,50) (30,36) (32,14) (33,33)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Di Rimbo Bujang responden yang berjenis kelamin perempuan tercatat

sebanyak 37,50 persen, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan responden

yang ada di Batang Asam sebesar 30,36 persen dan di Sungai Bahar berjumlah

sebanyak 32,14 persen. Keadaan ini diduga karena perbedaan rata-rata usia

responden di lokasi masing-masing daerah penelitian.

5.2.3 Status Perkawinan

Sebagian besar jumlah responden di lokasi penelitian berstatus kawin (88,69%).

Terdapat responden sebanyak (7,74%) dengan status perkawinan “belum kawin”

(belum menikah). Diluar itu diperoleh data responden dengan status

perkawinan“cerai hidup/mati” sebanyak (3,57%).

Untuk mengetahui lebih rinci tentang status perkawinan responden di lokasi

penelitian disajikan pada Tabel 5.2.3.

Page 173: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

153

Tabel 5.2.3 Persentase Responden Generasi Kedua menurut StatusPerkawinan di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Status Kawin

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Belum Kawin 0 0 13 13

(0,00) (0,00) (23,21) (7,74)

Kawin 53 56 40 149

(94,64) (100,00) (71,43) (88,69)

Cerai Hidup/Mati 3 0 3 6

(5,36) (0,00) (5,36) (3,57)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Bila dirinci berdasarkan lokasi kecamatan diperoleh angka status perkawinan

yang sangat bervariasi. Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Di Rimbo Bujang hampir semua responden (94,64%) berstatus kawin,

sedangkan responden yang berstatus “cerai hidup/mati adalah sebanyak (5,36%)

dan tidak terdapat responden generasi kedua yang status perkawinannya “ belum

kawin,” di lokasi penelitian.

Berbeda dengan apa yang terjadi di lokasi lain di wilayah penelitian seperti

di Sungai Bahar proporsi responden yang berstatus Kawin masih mendominasi

dengan jumlah sebanyak (71,43%). Pada bagian lain responden yang berstatus

belum kawin jumlahnya cukup banyak yaitu sebesar (23,21%), dan terdapat juga

responden dengan status perkawinan “cerai hidup/mati sebanyak (5,36 %). Di sisi

lain semua responden (100,00%) yang diwawancarai di Kecamatan Batang Asam

adalah mereka yang berstatus perkawinan “Kawin”.

5.2.4 Pendidikan

Generasi kedua yang merupakan anak (turunan) dari generasi pertama umumnya

lahir dan dibesarkan di lokasi transmigrasi. Secara pendidikan umumnya generasi

Page 174: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

154

kedua memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang

tuanya sebagai transmigrasi awal yang didatangkan dari daerah asal di Pulau

Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi berikut. Lebih

seperduanya (54,76%) generasi kedua di wilayah transmigrasi Provinsi Jambi

menamatkan pendidikan SLTA dan sederajat. Sementara itu generasi pertama

yang menamatkan pendidikan SLTA sederajat hanya sebanyak 8,93 persen.

Generasi kedua yang menamatkan pendidikan Diploma I dan III berjumlah

sebanyak (7,04%), sedangkan yang berhasil mencapai pendidikan DIV/S1 tercatat

berjumlah 10,71 persen.

Untuk generasi kedua yang berpendidikan SLTP, baik umum dan kejuruan

berjumlah sebanyak 16,66%. Generasi kedua yang hanya menamatkan jenjang

pendidikan dasar (SD) berjumlah sebanyak (10,71 %). Tidak ditemui generasi

kedua yang Tidak/belum pernah sekolah dan Tidak/belum tamat SD ketika

wawancara dilakukan.

Berdasarkan rata-rata tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh generasi

kedua dibandingkan dengan generasi pertama, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan generasi kedua lebih tinggi dari generasi pertama. Tingkat pendidikan

rata-rata generasi kedua adalah SLTA (54,76%), sedangkan pendidikan rata-rata

generasi pertama (orang tuanya) hanya tingkat SD (42,86%). Berdasarkan data

tersebut dapat dikatakan pendidikan generasi kedua, 2 (dua) tingkat lebih tinggi

dibandingkan dengan generasi pertama.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pendidikan yang ditamatkan oleh generasi

kedua di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi disajikan secara rinci pada Tabel

5.2.4. berikut.

Tabel 5.2.4Persentase Responden Generasi kedua Menurut Pendidikan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Pendidikan Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

SD 16 2 0 18

Page 175: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

155

(28,57) (3,57) (0,00) (10,71)

SLTP Umum 13 2 3 18

(23,21) (3,57) (5,36) (10,71)

SLTP Kejuruan 5 4 1 10

(8,93) (7,14) (1,79) (5,95)

SLTA Umum 15 37 24 76

(26,79) (66,07) (42,86) (45,24)

SLTA Kejuruan 3 4 9 16

(5,36) (7,14) (16,07) (9,52)

Diploma I/II 0 2 2 4

(0,00) (3,57) (3,57) (2,38)

Diploma III 2 1 5 8

(3,57) (1,79) (8,93) (4,76)

Diploma IV/S1 2 4 12 18

(3,57) (7,14) (21,43) (10,71)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

5.2.5 Lapangan Usaha

Berbeda halnya dengan generasi pertama, lapangan usaha generasi kedua lebih

berkembang dan bervariasi. Lapangan usaha generasi kedua masih didominasi

oleh sektor Perkebunan (47,62%). Kemudian diikuti oleh sektor Jasa lainnya

sebesar 23,21 persen dan sektor Pertanian Tanaman Pangan (15,48%).

Berikut ini dapat diketahui secara rinci keadaan lapangan usaha generasi

kedua yang disajikan pada Tabel 5.2.5.

Tabel 5.2.5 Responden Generasi Kedua Menurut LapanganUsahadi Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, tahun 2017.

Lapangan Usaha Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Pertanian Tanaman Pangan 0 26 0 26

(0,00) (46,43) (0,00) (15,48)

Perkebunan 48 8 24 80

(85,71) (14,29) (42,86) (47,62)

Kehutanan 0 0 1 1

Page 176: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

156

(0,00) (0,00) (1,79) (0,60)

Industri 0 3 1 4

(0,00) (5,36) (1,79) (2,38)

Listrik, Gas dan Air Bersih 0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Bangunan 2 1 0 3

(3,57) (1,79) (0,00) (1,79)

Perdagangan, Hotel dan Restoran 2 5 5 12

(3,57) (8,93) (8,93) (7,14)

Pengangkutan dan Komunikasi 0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Keuangan, Persewaan dan Jasa 1 0 0 1

(1,79) (0,00) (0,00) (0,60)

Jasa lainnya 3 11 25 39

(5,36) (19,64) (44,64) (23,21)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Diluar 3(tiga) sektor utama tersebut lapangan usaha generasi kedua

menyebar pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ( 7,14%), Industri

(2,38%) dan Bangunan sebesar (1,79%). Selain itu masih terdapat generasi kedua

yang memiliki lapangan usaha di bidang Listrik, Gas dan Air bersih,

Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

masing-masing sebesar 0,60 persen.

Berkembangnya lapangan usaha generasi kedua di daerah transmigrasi

diluar sektor pertanian menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi diluar sektor

tersebut semakin meningkat. Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan bentukan

transmigrasi berpotensi cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Pusat

pertumbuhan merupakan tempat berkumpulnya kegiatan yang mampu berfungsi

sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi serta mempunyai keterkaitan produksi

baik secara vertikal maupun horizontal.

5.2.6 Jenis Pekerjaan

Page 177: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

157

Bila generasi pertama hanya memiliki 5(lima) jenis pekerjaan di daerah

transmigrasi Provinsi Jambi, tidak demikian dengan generasi kedua. Jenis

pekerjaan generasi kedua semakin luas dan berkembang sesuai dengan

peningkatan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya.

Jenis pekerjaan utama generasi kedua masih sebagai Tenaga usaha

pertanian dan peternakan, akan tetapi persentasenya menurun drastis dibanding

generasi pertama dan hanya berjumlah sebesar (57,74%). Pada generasi kedua

tercatat jumlah tenaga professional sebanyak 12,50 persen, jauh lebih besar bila

dibandingkan dengan generasi pertama yang hanya berjumlah (2,56%) saja. Untuk

Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan jumlah generasi kedua yang memiliki

pekerjaan ini tercatat sebanyak (11,31%), serta yang mempunyai jenis pekerjaan

sebagai Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan ybdi berjumlah sebanyak ( 8,33%).

Selain itu pada generasi kedua ditemui pula beberapa jenis pekerjaan yang

tidak dijumpai pada generasi pertama. Selain tenaga professional, ditemui pula

generasi kedua yang bekerja sebagai Teknisi dan Asisten tenaga profesional

dengan jumlah (2,98%). Terdapat pula jenis pekerjaan sebagai Operator.

Berdasarkan data tersebut dikatakan Semakin meluasnya jenis lapangan

pekerjaan yang ditekuni oleh generasi kedua transmigrasi di Provinsi Jambi.

Keadaan ini mengindikasikan bahwa telah banyak kemajuan yang dicapai dalam

perjalanan panjang program transmigrasi di lokasi penelitian khususnya, dan di

Provinsi Jambi umumnya.

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan generasi kedua menurut jenis

pekerjaan yang ditekuni disajikan pada Tabel 5.2.6. berikut

Tabel 5.2.6 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Pekerjaan di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Pekerjaan Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Pejabat Lembaga, Legislatif, Pejabat

Tinggi, Manajer 1 1 1 3

(1,79) (1,79) (1,79) (1,79)

Tenaga Profesional 2 11 8 21

(3,57) (19,64) (14,29) (12,50)

Teknisi dan Asisten Tenaga Profesional 1 1 3 5

Page 178: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

158

(1,79) (1,79) (5,36) (2,98)

Tenaga Tata Usaha 0 0 6 6

(0,00) (0,00) (10,71) (3,57)

Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan 3 6 10 19

(5,36) (10,71) (17,86) (11,31)

Tenaga usaha pertanian dan peternakan 46 34 17 97

(82,14) (60,71) (30,36) (57,74)

Tenaga pengolahan dan kerajinan 0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Operator dan perakit mesin 1 0 1 2

(1,79) (0,00) (1,79) (1,19)

Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga

ybdi 2 2 10 14

(3,57) (3,57) (17,86) (8,33)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.2.7 Status Pekerjaan

Berdasarkan informasi dari hasil penelitian status pekerjaan yang ditekuni oleh

generasi kedua menurut bidang tidak berbeda dengan generasi pertama. Perbedaan

yang nyata adalah dari status pekerjaan Berusaha sendiri dan sebagai

Buruh/karyawan. Status pekerjaan generasi kedua Berusaha sendiri lebih sedikit

(61,31%) dibanding dengan generasi pertama yang berstatus demikian. Kondisi

ini dimungkinkan karena generasi kedua selain memiliki tingkat pendidikan lebih

tinggi dari generasi pertama. Penyebab lain semakin terbukanya peluang kerja

tidak hanya di sektor pertanian, tapi juga di sektor non pertanian di lokasi

transmigrasi dalam Provinsi Jambi.

Dari status pekerjaan sebagai Buruh/karyawan dapat dijelaskan persentase

generasi kedua yang berstatus sebagai Buruh/karyawan jumlahnya lebih dari dua

kali lipat jumlah generasi pertama. Bila generasi pertama yang menjadi

Buruh/karyawan hanya sebesar (9,62%), maka jumlah generasi kedua yang

tercatat sebagai Buruh/karyawan berjumlah sebanyak (23,81%). Banyaknya

Page 179: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

159

persentase transmigran generasi kedua yang menjadi Buruh/karyawan

dibandingkan dengan generasi pertama sangat dimungkinkan karena generasi

kedua lebih maju dan berkembang dari generasi pertama.

Generasi pertama pada awal penempatan transmigrasi memang semuanya

diperuntukkan/ditujukan untuk mengolah lahan di sektor pertanian. Dengan luas

lahan yang dianggap cukup untuk menghidupkan transmigran dan keluarganya

sehingga keinginan untuk bekerja di sektor lain terbatas. Keterbatasan lain adalah

rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan generasi kedua sehingga sulit

untuk memasuki sektor non pertanian yang secara relatif membutuhkan tingkat

pendidikan dan keterampilan yang tinggi.

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan status pekerjaan generasi kedua di

lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 5.2.7.

Tabel 5.2.7. Persentase Responden Generasi Kedua Menurut StatusPekerjaan di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Status Pekerjaan Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Berusaha Sendiri 41 44 18 103

(73,21) (78,57) (32,14) (61,31)

Berusaha dengan pekerja keluarga/ tdk

dibayar 10 0 4 14

(17,86) (0,00) (7,14) (8,33)

Berusaha dengan buruh tetap 2 1 8 11

(3,57) (1,79) (14,29) (6,55)

Page 180: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

160

Buruh/Karyawan 3 11 26 40

(5,36) (19,64) (46,43) (23,81)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Untuk status pekerjaan generasi kedua Berusaha dengan buruh tetap sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan generasi pertama. Sementara itu status

pekerjaan generasi kedua Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak dibayar

jumlahnya lebih sedikit (8,33%) dibanding dengan generasi pertama. Hal ini

sejalan dengan semakin terbukanya kesempatan kerja dari generasi kedua akibat

dari semakin berkembangnya keadaan sosial ekonomi di daerah transmigrasi, dan

adanya keinginan untuk memperoleh penghasilan sendiri bagi generasi kedua

transmigran.

5.2.8 Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Transmigrasi generasi kedua yang memiliki pekerjaan sampingan berbeda

jumlahnya dengan generasi pertama. Demikian juga untuk responden yang tidak

punya pekerjaan sampingan berbeda antara generasi kedua dan generasi pertama.

Secara keseluruhan persentase generasi kedua yang punya pekerjaan

sampingan berjumlah sebanyak (36,31%). Dengan demikian jumlah generasi

kedua yang tidak punya pekerjaan sampingan berjumlah sebanyak 63,69 persen.

Berdasarkan lokasi kecamatan terdapat perbedaan dalam generasi kedua

yang tidak punya pekerjaan sampingan. Untuk Kecamatan Sungai Bahar

responden yang tidak punya pekerjaan sampingan berjumlah (73,21%) lebih

tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Batang Asam (66,07%) dan Kecamatan

Rimbo Bujang sebesar (51,79%).

Untuk generasi kedua yang mempunyai pekerjaan sampingan menurut

lokasi kecamatan dapat dijelaskan berikut. Hampir separuh (48,21%) responden

generasi kedua di Kecamatan Rimbo Bujang mempunyai pekerjaan sampingan.

Di lokasi Kecamatan Batang Asam jumlah generasi kedua yang punya pekerjaan

Page 181: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

161

sampingan tercatat sebanyak (33,93 %) dan untuk Kecamatan Sungai Bahar

berjumlah sebanyak (26,79%). Tingginya jumlah responden yang punya pekerjaan

sampingan di Kecamatan Rimbo Bujang dibanding dua lokasi Kecamatan yang

lain diduga lokasi ini jauh lebih maju dari daerah yang bersangkutan. Selain itu

daerah ini tercatat lebih dahulu sebagai penempatan transmigrasi dibanding kedua

Kecamatan Batang Asam dan Sungai Bahar.

Secara lebih rinci keadaan responden generasi kedua berdasarkan

kepemilikan pekerjaan sampingan disajikan pada Tabel 5.2.8 berikut.

Tabel 5.2.8. Persentase Responden Generasi Kedua BerdasarkanKepemilikan

Pekerjaan Sampingan di Lokasi TransmigrasiProvinsi Jambi, Tahun

2017.

Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Punya 27 19 15 61

(48,21) (33,93) (26,79) (36,31)

Tidak Punya 29 37 41 107

(51,79) (66,07) (73,21) (63,69)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen.

5.2.9 Jam kerja per minggu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39,05 persen generasi kedua

di lokasi penelitian di daerah transmigrasi bekerja antara kurang dari 14

jam per minggu, sd 35 jam atau lebih. Sebanyak (60,71%) responden bekerja

diatas jam kerja normal yaitu 35 jam atau lebih dalam seminggu. Mereka yang

bekerja dibawah jam kerja standar terdiri dari 31,55 persen bekerja (antara 14

sd 34 jam per minggu), dan masih terdapat responden yang bekerja kurang

dari 14 jam per minggu sebanyak (7,43%).

Dibanding dengan generasi pertama, baik menurut lokasi kecamatan

maupun berdasarkan total responden yang mencurahkan waktunya untuk

bekerja generasi kedua lebih baik. Pada Kecamatan Batang Asam sebesar

(92,86%) transmigrasi bekerja dalam seminggu sesuai dengan standar normal

Page 182: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

162

yaitu (35+ jam per minggu). Sedangkan di Kecamatan Rimbo Bujang

jumlahnya tercatat (48,21%), dan di Sungai Bahar Mencapai 41,07 persen.

Secara keseluruhan responden yang bekerja dalam satu minggu dibawah

35 Jam berjumlah sebanyak (31,55 %). Variasi per kecamatan menunjukkan di

Sungai Bahar sebesar (58,93%) transmigrasi generasi kedua mencurahkan

waktunya selama kurang dari 35 jam per minggu. Untuk Rimbo Bujang

berjumlah (51,79%), sedangkan untuk Kecamatan Batang Asam jumlah

responden yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu hanya sebesar (7,14%)

saja. Ini berarti di Kecamatan Batang Asam transmigrasi telah mencurahkan

waktu kerjanya per minggu sesuai dengan jam kerja standar.

Berdasarkan jam kerja yang telah dicurahkan oleh generasi kedua lebih

tinggi dibanding rata-rata generasi pertama dimungkinkan karena sebagian

besar generasi kedua berada dalam usia produktif. Sehingga hal ini sangat

mendukung tercapainya pencurahan waktu jam kerja normal.

Berikut ini dapat dijelaskan secara rinci keadaan responden generasi

kedua di lokasi penelitian berdasarkan jam kerja per minggu pada Tabel 5.2.9.

Tabel 5.2.9 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jam Kerja Per

Minggu di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jam Kerja Per minggu Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

< 14 4 2 7 13

(7,14) (3,57) (12,50) (7,74)

14 - 34 25 2 26 53

(44,64) (3,57) (46,43) (31,55)

>=35 27 52 23 102

(48,21) (92,86) (41,07) (60,71)

Total 56 56 56 168

Page 183: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

163

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 36,45 49,14 31,57 39,05

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3. Analisis Kesejahteraan Generasi Kedua Transmigran

5.3.1 Luas Lantai Per kapita Generasi Pertama dan Kedua

Luas lantai merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengetahui kondisi perumahan yang ditempati oleh transmigran di lokasi

penelitian Provinsi Jambi. Untuk mendapatkan luas lantai per kapita dapat

dilakukan dengan membandingkan antara luas lantai secara keseluruhan dengan

jumlah anggota rumah tangga sebagai penghuninya. Dengan luas lantai tertentu

rumah tangga tersebut akan dapat dikatakan memenuhi persyaratan kondisi

perumahan yang layak.

Secara total luas lantai per kapita rumah tangga responden generasi pertama

di lokasi penelitian adalah seluas (36,81 M²). Bila dibandingkan dengan luas

lantai per kapita generasi kedua jumlah ini lebih besar, dimana jumlahnya hanya

seluas (27,80 M²). Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian untuk responden

generasi pertama dan kedua luas lantai per kapita menunjukkan kondisi berikut.

Untuk generasi pertama berdasarkan kecamatan lokasi penelitian luas lantai

per kapita di Rimbo Bujang adalah seluas (51,67 M²). Keadaan ini lebih besar

dibandingkan dengan Kecamatan Sungai Bahar yang berjumlah sebanyak (31,62

M²), dan Batang Asam dengan luas (27,13 M²). Berdasarkan lokasi kecamatan

antara generasi pertama dan kedua juga memberi informasi berikut. Di Rimbo

Bujang luas lantai per kapita generasi pertama lebih besar dari generasi kedua.

Demikian juga untuk Kecamatan Batang Asam dan Kecamatan Sungai Bahar luas

lantai per kapita menunjukkan kondisi yang tidak berbeda dimana generasi

pertama mempunyai luas lantai per kapita yang lebih besar dari generasi kedua.

Lebih luas lantai per kapita generasi pertama dibanding generasi kedua diduga

Page 184: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

164

karena jumlah anggota rumah tangga generasi kedua lebih banyak dibanding

generasi pertama.

Secara terperinci luas lantai per kapita Generasi Pertama dan kedua

disajikan pada Tabel 5.3.1 berikut ini.

Tabel 5.3.1Luas Lantai Per kapita Responden Generasi Pertama dan Kedua di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 (M²)

Kecamatan Lokasi Penelitian Generasi I Generasi II

Rimbo Bujang 51.67 24.67

Batang Asam 27.13 20.97

Sungai Bahar 31.62 38.73

Rata-rata 36.81 27.80

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

5.3.2 Jenis Lantai Terluas Generasi Pertama dan Kedua

Secara umum jenis lantai yang digunakan oleh transmigran generasi

pertama dan kedua terdiri dari tanah, Semen dan Keramik. Secara rata-rata bagian

terbesar jenis lantai terluas yang dipakai perumahan generasi pertama adalah

Semen (75,60%). Untuk generasi kedua luas lantai terluas juga menggunakan

Semen, akan tetapi secara persentase jumlahnya lebih kecil dibanding dengan

generasi pertama yaitu sebesar (61,96%).

Jenis lantai terluas generasi pertama yang memakai Keramik tercatat

sebanyak (20,83%), dan hanya sekitar (2,98%) saja generasi pertama yang masih

menggunakan Tanah sebagai jenis lantai terluas. Berbeda halnya dengan generasi

kedua dimana jenis lantai terluas adalah Keramik jumlahnya lebih banyak

dibanding dengan generasi pertama yaitu sebesar (35,58%). Kondisi ini

menunjukkan bahwa generasi kedua memiliki “selera” yang lebih tinggi dari

generasi pertama. Penyebab lain karena pendapatan rata-rata generasi kedua lebih

tinggi dibandingkan dengan generasi kedua seperti ditunjukkan pada tabel 5.3.11

Page 185: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

165

dan 5.3.11a, sehingga hal ini memungkinkan mereka untuk memiliki jenis lantai

lebih baik.

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian dapat dijelaskan untukresponden

generasipertama di Kecamatan Batang Asam jenis lantai terluas adalah semen

(78,57%), lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Rimbo Bujang dan

Sungai bahar. Sementara itu Keramik merupakan jenis lantai terluas yang

digunakan oleh responden di Kecamatan Sungai Bahar dengan jumlah mencapai

sebesar (25,00%), keadaan ini seperti terlihat pada Tabel 5.3.2.

Tabel 5.3.2 Persentase responden Generasi Pertama Menurut Jenis LantaiTerluas

Di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Jenis Lantai Terluas Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tanah 3 1 2 5

(5.36) (1.79) (3.57) (2.98)

Semen 43 44 40 127

(76.79) (78.57) (71.43) (75.60)

Keramik 10 11 14 35

(17.86) (19.64) (25.00) (20.83)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Bila dibandingkan antara generasi pertama dengan kedua diperoleh data

berikut. Persentase responden yang menggunakan Keramik sebagai jenis lantai

terluas ternyata di Kecamatan Rimbo Bujang jumlahnya mencapai hampir separuh

(44,64%) dan keadaan ini lebih banyak dibanding Kecamatan Batang Asam dan

Sungai bahar.

Untuk mengetahui lebih rinci penggunaan jenis lantai terluas generasi kedua

di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5.3.2a.

Tabel 5.3.2a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Lantai Terluas

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Page 186: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

166

Jenis Lantai Terluas Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tanah 2 2 2 6

(3.57) (3.57) (3.92) (3.68)

Semen 30 33 38 101

(53.57) (58.93) (74.51) (61.96)

Keramik 25 21 12 58

(44.64) (37.50) (23.53) (35.58)

Total 56 56 51 163

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3.3. Jenis Dinding Terluas Generasi Pertama dan Kedua.

Semua responden, baik generasi pertama maupun generasi kedua di lokasi

penelitian memiliki jenis dinding rumah terdiri dari Papan atau Bata. Untuk

generasi pertama jenis dinding terluas secara keseluruhan menggunakan Bata

sebesar (64,29 %), dan sisanya sebanyak 35,71 persen rumah mereka berdinding

papan. Pada responden generasi kedua rumah yang menggunakan jenis dinding

terluas adalah Bata dengan jumlah lebih banyak dibanding dengan generasi

pertama tercatat sebanyak (73, 62%). Hanya sekitar (26,38 %) saja rumah

generasi kedua yang menggunakan dinding terluas yang terbuat dari papan.

Seiring dengan semakin baiknya keadaan sosial ekonomi transmigran juga

berdampak terhadap jenis dinding terluas yang digunakan. Untuk itu dapat

dikatakan secara rata-rata generasi kedua lebih berhasil dibandingkan dengan

generasi pertama di daerah transmigrasi di Provinsi Jambi.

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian responden generasi pertama dan

kedua yang menggunakan jenis dinding terluas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dari ke tiga kecamatan lokasi penelitian jumlah terbesar responden generasi

pertama yang menggunakan jenis dinding terluas adalah Kecamatan Batang Asam

dengan jumlah sebanyak (71,43%) responden, sedangkan responden yang

menggunakan jenis dinding terluas adalah Papan berada pada Kecamatan Rimbo

Page 187: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

167

Bujang sebanyak (41,07%). Secara lebih rinci jenis dinding terluas generasi

pertama disajikan pada tabel 5.3.3.

Tabel 5.3.3 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jenis Dinding

Terluas di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Dinding Terluas Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Papan 23 16 21 60

(41.07) (28.57) (37.50) (35.71)

Bata 33 40 35 108

(58.93) (71.43) (62.50) (64.29)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Generasi kedua dengan jenis dinding terluas berdasarkan lokasi kecamatan

menggunakan Bata di Rimbo Bujang berjumlah sebanyak (75,00%). Sementara

itu untuk kecamatan Batang Asam berjumlah sebanyak (73,21%), dan untuk

kecamatan Sungai Bahar sebesar (72,55%). Sedangkan untuk jenis dinding yang

paling banyak masih menggunakan papan adalah Kecamatan Sungai Bahar

dengan jumlah (27,45%), ini diduga salah satu faktor penyebab lokasi ini relatif

lebih baru dalam penempatan transmigran dibanding dengan lokasi yang lain.

Untuk lebih jelasnya perbandingan jenis dinding terluas yang digunakan

generasi kedua disajikan pada Tabel 5.3.3a.

Tabel 5.3.3a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis DindingTerluas

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Dinding Terluas Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Papan 14 15 14 43

(25.00) (26.79) (27.45) (26.38)

Bata 42 41 37 120

(75.00) (73.21) (72.55) (73.62)

Total 56 56 51 163

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Page 188: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

168

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3.4 Jenis Atap Terluas Generasi Pertama dan Kedua

Secara ekonomi nilai atap genteng lebih tinggi dan berkelas dibanding atap seng.

Penggunaan genteng sebagai atap rumah selain nyaman juga memperindah gaya

perumahan.Berdasarkan hasil observasi di lapangan hanya terdapat dua jenis yang

digunakan sebagai atap rumah responden baik untuk generasi pertama maupun

kedua. Pada generasi pertama jenis atap terluas yang banyak digunakan adalah

genteng. Tercatat jumlah responden yang menggunakan genteng sebagai jenis

atap terluas sebanyak (58,93%), sisanya sebanyak (41,07%) menggunakan seng.

Bila penggunaan jenis atap terluas didasarkan pada kecamatan lokasi penelitian

didapatkan informasi berikut. Tidak terdapat perbedaan jenis atap terluas yang

digunakan berdasarkan kecamatan lokasi penelitian pada generasi pertama dalam

penggunaan seng dan genteng. Pada generasi kedua jenis atap terluas yang

menggunakan genteng merupakan jumlah terbanyak (75,00%) berada pada

Kecamatan Rimbo Bujang. Responden yang terbanyak menggunakan jenis atap

terluas seng (48,21%) berada di Kecamatan Batang Asam (lihat Tabel. 5.3.4).

Tabel 5.3.4 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Jenis Atap Terluas di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Atap Terluas Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Seng 23 23 23 69

(41.07) (41.07) (41.07) (41.07)

Genteng 33 33 33 99

(58.93) (58.93) (58.93) (58.93)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 189: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

169

Untuk generasi kedua yang menggunakan genteng sebagai jenis atap

terluas berjumlah lebih banyak dibanding generasi pertama yaitu sekitar 61,35 %.

Ini artinya generasi kedua dari sisi ekonomi lebih mampu dibandingkan dengan

generasi pertama dalam meningkatkan kesejahteraannya.Berdasarkan kecamatan

lokasi penelitian jenis atap terluas yang menggunakan genteng merupakan jumlah

terbanyak (75,00%) berada pada Kecamatan Rimbo Bujang. Responden yang

terbanyak menggunakan jenis atap terluas seng (48,21%) berada di Kecamatan

Batang Asam. Keadaan ini lebih rinci dapat dilihat pada tabel 5.3.4a.

Tabel 5.3.4a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Atap Terluas di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Atap Terluas Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Seng 14 27 22 63

(25.00) (48.21) (43.14) (38.65)

Genteng 42 29 29 100

(75.00) (51.79) (56.86) (61.35)

Total 56 56 51 163

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3.5 Kepemilikan Lahan Generasi Pertama dan Kedua

Pada tahap awal penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi, transmigran

dibekali oleh pemerintah dengan luas lahan yang sama. Dengan pembagian lahan

rata-rata (2Ha – 4,0 Ha) pemerintah menganggap jumlah tersebut dapat

mencukupi kebutuhan transmigran dan keluarganya. Dalam perjalanannya lahan

yang dijatahi oleh pemerintah tersebut sudah mengalami banyak perubahan baik

dari sisi kepemilikan maupun dalam luas lahan yang digarap.

Secara total lahan yang digarap oleh generasi pertama di lokasi transmigrasi

di Provinsi Jambi sebagian besar (79,76%) adalah Milik Sendiri dan digarap

sendiri. Untuk lahan Milik sendiri yang digarap oleh orang lain tercatat sebanyak

Page 190: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

170

(26,19%), dan hanya sekitar 5,95 persen saja lahan di lokasi transmigrasi yang

milik orang lain yang digarap. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa

penguasaan lahan oleh transmigrasi generasi pertama masih tergolong tinggi, dan

ketergantungan mereka terhadap lahan di luar wilayah transmigrasi tergolong

rendah, lihat Tabel 5.3.5.

Tabel 5.3.5 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Kepemilikan Lahan

Di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Lahan Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Milik sendiri digarap sendiri 28 50 56 134

(50,00) (89,29) (100,00) (79,76)

Milik sendiri digarap orang lain 36

5 44

(64,29) (5,36) (8,93) (26,19)

Milik orang lain yang digarap 0 10 0 10

(0,00) (17,86) (0,00) (5,95)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Disisi lain dalam kepemilikan lahan dapat dibedakan berdasarkan

kecamatan lokasi penelitian. Secara keseluruhan di lokasi transmigrasi di Provinsi

Jambi rata-rata Luas lahan milik sendiri dan digarap sendiri seluas (1,74 Ha),

dengan luas maksimum lahan (13.00 Ha) per Kepala Keluarga (KK). Di

Kecamatan Sungai Bahar rata-rata Luas lahan milik sendiri, digarap sendiri adalah

sebesar (2,56 Ha). Kondisi ini lebih luas dibandingkan dengan lokasi Batang

Asam (1,62 Ha) dan lokasi Rimbo Bujang (1,03 Ha).

Untuk Luas lahan milik sendiri digarap orang lain berjumlah rata-rata

(0,58 Ha). Menurut lokasi penelitian terdapat perbedaan dimana di Rimbo Bujang

Luas Lahan milik sendiri, digarap orang lain sebanyak (1,45 Ha). Keadaan ini

lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi Sungai Bahar dan Batang Asam masing-

masing sebesar (0,21 Ha) dan (0, 07 Ha). Luas lahan milik orang lain yang

digarap di lokasi transmigrasi rata-rata (0,13 Ha), untuk lokasi Batang Asam areal

Page 191: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

171

ini seluas (0,40Ha), sedangkan di dua lokasi Rimbo Bujang dan Sungai Bahar

tidak terdapat Luas lahan orang lain yang digarap.

Secara lebih rinci tentang kepemilikan lahan generasi pertama serta rata-rata

kepemilikan lahan menurut lokasi disajikan pada Tabel 5.3.5a berikut.

Tabel 5.3.5a Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Rata-

rataKepemilikan Lahan di LokasiTransmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017.

Kecamatan Lokasi Penelitian Luas lahan

milik sendiri,

digarap

sendiri

Luas lahan

milik

sendiri,

digarap

orang lain

Luas lahan

milik orang

lain yang

digarap

Rimbo Bujang Mean 1,03 1,45 0,00

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 8,00 5,00 0,00

Batang Asam Mean 1,62 0,07 0,40

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 7,50 2,00 6,00

Sungai Bahar Mean 2,56 0,21 0,00

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 13,00 4,00 0,00

Total Mean 1,74 0,58 0,13

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 13,00 5,00 6,00

5.3.6 Kepemilikan Lahan Generasi Kedua

Secara total luas lahan yang digarap oleh generasi kedua di lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi masih didominasi oleh Milik sendiri digarap sendiri. Namun

secara persentasenya jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan lahan yang

digarap generasi pertama yaitu sebesar (52,98%). Hal ini diduga bahwa perolehan

lahan pertanian generasi kedua berbeda dengan generasi pertama. Kepemilikan

lahan generasi kedua dapat merupakan warisan orang tua, hasil dari pembelian

sendiri atau dengan cara lain.

Luas lahan Milik sendiri digarap orang lain secara keseluruhan berjumlah

sebanyak (13,69 %), jumlah ini bila dibandingkan dengan kepemilikan lahan

Page 192: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

172

generasi pertama lebih sedikit. Hal ini membuktikan bahwa luas lahan yang

dikuasai oleh generasi pertama lebih luas. Pada bagian lain lahan Milik orang lain

yang digarap ternyata hampir tiga kali jumlah lahan generasi pertama yaitu

sebanyak (16,67 %).( Tabel 5.3.6).

Tabel 5.3.6. Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan Lahan di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Lahan Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar Milik sendiri digarap sendiri 43 36 10 89

(76,79) (64,29) (17,86) (52,98)

Milik sendiri digarap orang lain 16 6 1 23

(28,57) (10,71) (1,79) (13,69)

Milik orang lain yang digarap 12 7 9 28

(21,43) (12,50) (16,07) (16,67)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Luas Kepemilikan lahan bila didasarkan pada kecamatan lokasi penelitian

dapat diuraikan sebagai berikut. Secara keseluruhan (semua kecamatan lokasi

penelitian) rata-rata luas Lahan milik sendiri, yang digarap sendiri seluas (0,9685

Ha), dengan simpangan baku sebesar (1,19128) artinya penguasaan lahan milik

sendiri dan digarap sendiri tidak terlalu bervariasi diantara responden.

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian rata-rata Luas lahan milik sendiri

digarap sendiri di Kecamatan Rimbo Bujang (1,4321 Ha) lebih luas dibandingkan

dengan yang ada di Kecamatan Batang Asam (1,1071 Ha) dan demikian juga

Kecamatan Sungai Bahar dengan rata-rata (0,3661 Ha). Untuk luas Lahan milik

sendiri yang digarap orang lain menunjukkan bahwa rata-ratanya sebesar (0,2961

Ha) dengan standar deviasi (1,07037) yang mengindikasikan bahwa penguasaan

lahan ini tidak terlalu bervariasi antara responden generasi kedua.

Suatu hal yang sangat berbeda adalah jumlah luas Lahan orang lain yang

digarap generasi kedua. Tidak ada luas Lahan milik orang lain yang digarap oleh

generasi pertama di lokasi penelitian Rimbo Bujang dan Sungai Bahar. Untuk

generasi kedua luas Lahan orang lain yang digarap di lokasi transmigrasi tercatat

Page 193: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

173

rata-rata sebesar (0,5104), ini menandakan bahwa secara statistik generasi pertama

lebih menguasai lahan dibanding generasi kedua.

Untuk lebih jelasnya kepemilikan lahan generasi kedua disajikan pada

Tabel 5.3.6a.

Tabel 5.3.6a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Rata-

RataKepemilikan lahan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017

Kecamatan Lokasi Penelitian

Luas lahan

milik sendiri,

digarap

sendiri G2

Luas lahan

milik sendiri,

digarap orang

lain G2

Luas lahan

milik orang

lain yang

digarap G2

Rimbo Bujang Mean 1,43 0,74 0,42

N 56 56 56

Std. Deviation 1,12 1,73 0,93

Batang Asam Mean 1,11 0,12 0,33

N 56 56 56

Std. Deviation 1,28 0,33 1,12

Sungai Bahar Mean 0,37 ,036 0,79

N 56 56 56

Std. Deviation 0,90 0,27 2,11

Total Mean 0,97 0,30 0,51

N 168 168 168

Std. Deviation 1,19 1,07 1,49

5.3.7 Kepemilikan Mobil Generasi Pertama dan Kedua

Mobil termasuk sarana angkutan yang tergolong mewah di lokasi

transmigrasi Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan tercatat

hanya sekitar (7,74%) saja generasi pertama yang memiliki mobil, sedangkan

sejumlah besar (92,26%) responden di daerah penelitian tidak memiliki mobil.

Kepemilikan mobil generasi pertama dilihat dari kecamatan lokasi penelitian

menunjukkan untuk Kecamatan Rimbo Bujang hampir semua responden

(98,21%) tidak memiliki mobil sebagai asset rumah tangga. Jumlah responden

generasi pertama yang memiliki mobil sebagai asset rumah tangga yang terbanyak

Page 194: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

174

terdapat di kecamatan sungai Bahar (14,29%). Secara lebih rinci kepemilikan

mobil disajikan pada Tabel 5.3.7.

Tabel 5.3.7 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut KepemilikanMobil

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Mobil Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 55 52 48 155

(98.21) (92.86) (85.71) (92.26)

Memiliki 1 4 8 13

(1.79) (7.14) (14.29) (7.74)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berbeda halnya dengan generasi kedua, jumlah total responden yang

memiliki mobil sekitar dua kali lebih banyak dibandingkan dengan generasi

pertama yaitu sebanyak (15,48%). Kondisi ini merupakan salah satu indikator

yang dapat dipakai untuk mengatakan bahwa kehidupan Generasi kedua lebih

berhasil dibandingkan dengan generasi pertama, sedangkan mereka yang tidak

memiliki asset mobil berjumlah sebanyak (84,52%). Bila dibandingkan diantara

generasi kedua menurut kecamatan lokasi penelitian tentang kepemilikan mobil

diperoleh keterangan berikut. Di Kecamatan Rimbo Bujang tercatat sebanyak

(21,43%)responden memiliki mobil sebagai asset rumah tangga, sedangkan di

Kecamatan lain mereka yang memiliki mobil hanya berjumlah (12,50%).

Tabel 5.3.7a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut KepemilikanMobil di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Mobil Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar Tidak Memiliki 44 49 49 142

(78.57) (87.50) (87.50) (84.52)

Memiliki 12 7 7 26

Page 195: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

175

(21.43) (12.50) (12.50) (15.48)

Total 56 56 56 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3.8 Kepemilikan Sepeda Motor Generasi Pertama dan Kedua

Sepeda motor merupakan salah satu sarana angkutan yang digunakan oleh

penduduk di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi sekaligus merupakan sebagai

asset rumah tangga. Sebagian besar responden generasi pertama (44,05%)

memiliki 1(satu) sepeda motor. Selain itu terdapat sebanyak (39,88%)

transmigrasi di lokasi penelitian memiliki lebih dari 1 (satu) sepeda motor, dan

hanya sekitar (16,07%) saja responden yang tidak memiliki sepeda motor.

Bila diklasifikasikan Kepemilikan sepeda motor generasi pertama menurut

kecamatan lokasi penelitian diperoleh informasi berikut. Di Kecamatan Batang

Asam jumlah responden yang memiliki 1(satu) sepeda motor berjumlah sebanyak

(71,43%). Kecamatan lokasi penelitian yang memiliki lebih dari 1 sepeda motor

sebagai sarana angkutan adalah Sungai Bahar mencapai (69,64%). Suatu hal yang

memprihatinkan adalah di Kecamatan Sungai Bahar ditemui responden yang tidak

memiliki sama sekali sepeda motor sebagai sarana angkutan sekaligus sebagai

asset rumah tangga. Untuk lebih jelasnya keadaan responden menurut

kepemilikan sepeda motor disajikan pada Tabel 5.3.8 berikut.

Tabel 5.3.8 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut KepemilikanSepeda

Motor di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Sepeda Motor Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar Tidak Memiliki 25 2 0 27

(44.64) (3.57) (0.00) (16.07)

Memiliki 1 sepeda motor 17 40 17 74

(30.36) (71.43) (30.36) (44.05)

Memiliki lebih dari 1 sepeda motor 14 14 39 67

(25.00) (25.00) (69.64) (39.88)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Page 196: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

176

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Informasi generasi kedua tentang kepemilikan sepeda motor dapat dijelaskan

seperti berikut. Jumlah generasi kedua yang memiliki satu sepeda motor sebagai

sarana angkutan lebih separuh (54,17%). Terdapat sebanyak (1,79%) responden di

lokasi penelitian tidak memiliki sepeda motor sebagai sarana angkutan. Jika

dibandingkan berdasarkan kecamatan lokasi penelitian generasi kedua tergambar

sebagai berikut. Sebesar 71,43 persen responden di Kecamatan Batang Asam

memiliki satu sepeda motor. Di Kecamatan Rimbo Bujang sebanyak (66,00%)

responden ternyata memiliki lebih dari satu sepeda motor, namun demikian ada

responden di Kecamatan tersebut sama sekali tidak memiliki sepeda motor

sebagai sarana angkutan dan asset rumah tangga.

Untuk mengetahui lebih jelasnya responden generasi kedua berdasarkan

kepemilikan sepeda motor disajikan pada Tabel 5.3.8a.

Tabel 5.3.8a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut KepemilikanSepeda

Motor di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Sepeda Motor Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 0 1 2 3

(0.00) (1.79) (3.57) (1.79)

Memiliki 1 sepeda motor 19 40 32 91

(33.93) (71.43) (57.14) (54.17)

Memiliki lebih dari 1 sepeda motor 37 15 22 74

(66.07) (26.79) (39.29) (44.05)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Page 197: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

177

5.3.9 Kepemilikan Mesin Cuci Generasi Pertama dan Kedua

Mesin cuci merupakan salah satu asset rumah tangga yang dibutuhkan

umumnya oleh masyarakat. Belum sepenuhnya setiap rumah tangga responden di

lokasi penelitian memiliki aset ini. Secara total responden generasi pertama lebih

dari separuh (53,57%) memiliki mesin cuci. Sisanya sebanyak 46,43 persen tidak

memiliki mesin cuci, dan kegiatan mencuci pakaian dilakukan dengan manual

(tenaga manusia). Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian di Sungai Bahar

merupakan jumlah responden generasi pertama yang paling banyak memiliki

Mesin cuci tercatat (62,50%). Kecamatan lokasi penelitian tercatat paling banyak

tidak memiliki mesin cuci adalah Kecamatan Batang Asam sebanyak (58,93 %).

Tabel 5.3.9 Persentase responden Generasi Pertama Menurut KepemilikanMesin

Cuci di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Mesin Cuci

Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 24 33 21 78

(42.86) (58.93) (37.50) (46.43)

Memiliki 32 23 35 90

(57.14) (41.07) (62.50) (53.57)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angkayang dikurung dalam persen

Generasi kedua yang memiliki mesin cuci lebih banyak. Hasil wawancara

menunjukkan jumlah rumah tangga yang memiliki mesin cuci berjumlah sebanyak

(57, 74%). Sisanya sebesar 42,26 persen tidak mempunyai mesin cuci, dan jumlah

Page 198: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

178

ini lebih sedikit dibandingkan generasi pertama. Bila dirinci berdasarkan

kecamatan lokasi penelitian Kecamatan Rimbo Bujang merupakan lokasi

penelitian yang paling banyak memiliki mesin cuci dengan jumlah mencapai

(80,36%). Dari responden yang tidak memiliki mesin cuci ternyata untuk

Kecamatan Sungai Bahar merupakan lokasi penelitian yang paling banyak dengan

jumlah (67,86%).(Lihat Tabel 5.3.9a).

Tabel 5.3.9a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Kepemilikan Mesin

Cuci di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Mesin Cuci Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 11 22 38 71

(19.64) (39.29) (67.86) (42.26)

Memiliki 45 34 18 97

(80.36) (60.71) (32.14) (57.74)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3.10 Kepemilikan Kulkas Generasi Pertama dan Kedua

Aset rumah tangga lain yang juga sering dijadikan sebagai ukuran kemajuan

keluarga adalah kepemilikan kulkas. Lebih dari dua pertiga generasi pertama di

daerah penelitian (73,21%) memiliki kulkas sebagai asset rumah tangga. Jika

dirinci berdasarkan kecamatan lokasi penelitian kepemilikan kulkas adalah

bervariasi. Di Kecamatan Sungai Bahar jumlah rumah tangga yang memiliki

kulkas tercatat paling banyak yaitu sebesar (82,14%). Responden yang paling

banyak tidak memiliki kulkas terdapat di Kecamatan Batang Asam yaitu

berjumlah (33,93%), dan yang paling sedikit tidak memiliki adalah Kecamatan

Sungai Bahar dengan jumlah (17,86%). Lihat Tabel 5.3.10.

Tabel 5.3.10 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut KepemilikanKulkas

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Kulkas Generasi Kecamatan Total

Page 199: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

179

Pertama Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 16 19 10 45

(28.57) (33.93) (17.86) (26.79)

Memiliki 40 37 46 123

(71.43) (66.07) (82.14) (73.21)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang kurung dalam persen

Untuk generasi kedua hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak (72,62%)

responden memiliki kulkas sebagai asset rumah tangga. Jumlah ini jika

dibandingkan dengan kepemilikan kulkas pada generasi pertama sedikit lebih

rendah. Suatu hal yang menarik adalah kepemilikan kulkas berdasarkan

kecamatan lokasi penelitian. Di Kecamatan Rimbo Bujang jumlah transmigran

generasi kedua sebesar (92,86 %) memiliki kulkas, hanya 7,14 persen saja

responden yang tidak memiliki kulkas. Disisi lain jumlah responden yang

memiliki kulkas di Kecamatan Sungai Baharberjumlah sebanyak (44,64%), dan

jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan transmigran generasi kedua yang

tidak memiliki kulkas, seperti terlihat pada Tabel 5.3.10a.

Tabel 5.3.10a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut KepemilikanKulkas

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Kulkas Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 4 11 31 46

(7.14) (19.64) (55.36) (27.38)

Memiliki 52 45 25 122

(92.86) (80.36) (44.64) (72.62)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.3.11 Sumber Penghasilan Generasi Pertama dan Kedua

Page 200: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

180

Secara umum Sumber penghasilan responden transmigrasi generasi

pertama maupun kedua diperoleh dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan.

Penjumlahan dari penghasilan yang berasal dari kedua pekerjaan tersebut

dikatakan total penghasilan. Secara total penghasilan dari responden generasi

pertama rata-rata per bulan sebesar Rp 3.743.155. Dari jumlah tersebut secara

rata-rata kontribusi sumber penghasilan yang berasal dari pekerjaan utama adalah

sebesar (82,07 %), dan sisanya sebesar (17,93%) merupakan sumbangan dari

pekerjaan sampingan.

Bila dikelompokkan berdasarkan kecamatan lokasi penelitian didapatkan

gambaran berikut. Sungai Bahar merupakan lokasi penelitian dengan tingkat

pendapatan tertinggi dibanding dengan dua lokasi penelitian lain. Dengan total

penghasilan sebesar Rp 4.784.821 ternyata sebesar Rp 3.579.464 atau (74,81%)

merupakan kontribusi dari pekerjaan utama. Di Kecamatan Batang Asam

kontribusi dari pekerjaan utama sebesar (85,00%) dari total penghasilan total

sebesar Rp 4.036.607, sedangkan di Rimbo Bujang dengan total penghasilan

sebesar Rp 2.408.036 kontribusi dari pekerjaan utama sebesar (91,66%).

Kendatipun total penghasilan generasi pertama di Rimbo Bujang lebih

rendah dibandingkan dengan lokasi Batang Asam dan Sungai Bahar. Hal yang

menarik adalah kontribusi tertinggi dari pekerjaan utama responden terdapat di

lokasi transmigrasi Rimbo Bujang. Untuk pendapatan tertinggi kontribusi

pekerjaan sampingan sebesar (25,19%) hal ini terjadi di Sungai Bahar.

Tabel 5.3.11 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut SumberPenghasilan

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 (Rp)

Sumber penghasilan

Generasi pertama Pekerjaan Sampingan Pekerjaan Utama Total Penghasilan

Rimbo Bujang 200.893 2.207.143 2.408.036

Batang Asam 605.357 3.431.250 4.036.607

Sungai Bahar 867.857 3.579.464 4.784.821

Rata-rata 558.036 3.072.619 3.743.155

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Untuk generasi kedua secara total penghasilan rata-rata di lokasi penelitian

transmigrasi Provinsi Jambi adalah sebesar Rp 4.195.833. Dari total penghasilan

Page 201: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

181

tersebut sebesar (81,30%) merupakan kontribusi dari pekerjaan utama. Bila

dibandingkan berdasarkan kecamatan lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai

berikut. Kecamatan Batang Asam merupakan lokasi dengan pendapatan generasi

kedua tertinggi di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi dengan total penghasilan

rata-rata sebesar Rp 4.859.821. Dari jumlah tersebut yang berasal dari pekerjaan

utama adalah sebanyak (87,05%). Di lokasi Rimbo Bujang dengan total

penghasilan sebesar Rp 4.316.071, ternyata yang berasal dari pekerjaan utama

adalah sebesar Rp 3.195.535 atau setara dengan (74,04%). Selanjutnya untuk

lokasi Sungai Bahar dengan total penghasilan sebesar Rp 3.411.607, sebesar

(82,04%) berasal dari kontribusi pekerjaan utama.

Berdasarkan data total penghasilan generasi pertama dibandingkan generasi

kedua dikatakan rata-rata penghasilan generasi kedua lebih tinggi dari generasi

pertama. Generasi pertama memberikan kontribusi rata-rata sebesar (82,07%)

terhadap total pendapatan dari pekerjaan utama, sedangkan untuk generasi kedua

kontribusi pekerjaan utama terhadap total pendapatan berjumlah sebanyak

(81,30%). Artinya kontribusi pekerjaan sampingan lebih tinggi ditemui pada

generasi kedua dibanding generasi pertama.

Rata-rata pendapatan generasi pertama maupun kedua yang diperoleh dari

pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan berdasarkan lokasi penelitian

cukup bervariasi. Bila dibandingkan dengan pendapatan transmigran di desa-desa

eks transmigrasi tahun 2011, angka ini lebih besar. Hasil penelitian Junaidi (2012)

memperoleh rata-rata pendapatan transmigrasi di Provinsi Jambi sebesar

Rp3.070.000, per bulan. Tingginya pendapatan responden saat ini diduga

pengaruh inflasi yang menyebabkan bertambahnya biaya hidup dan meningkatnya

Upah Minimum Provinsi (UMP) dari Rp 900.000 pada tahun 2011 menjadi Rp

1.730.000 di tahun 2016.

Untuk mengetahui lebih rinci sumber penghasilan generasi kedua

disajikan pada Tabel 5.3.11a.

Tabel 5.3.11a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut SumberPenghasilan

di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 (Rp)

Page 202: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

182

Sumber penghasilan

Generasi Kedua

Pekerjaan

Utama

Pekerjaan

Sampingan Total Penghasilan

Rimbo Bujang 3.195.536 1.120.536 4.316.071

Batang Asam 4.230.357 629.464 4.859.821

Sungai Bahar .2.808.036 603.571 3.411.607

Rata-rata 3.411.310 784.524 4.195.833

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Berdasarkan total rata-rata pendapatan responden di lokasi transmigrasi di

daerah penelitian (lihat Tabel 5.3.11 dan Tabel 5.3.11a) dapat dihitung besarnya

pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita generasi kedua dengan jumlah

anggota rumah tangga (ART) rata-rata 3,9 orang adalah sebesar Rp 1.075.855,

jumlah ini lebih tinggi dari pendapatan rata-rata generasi pertama yang berjumlah

sebanyak Rp 1.039.765, dengan jumlah rata-rata ART sebesar 3,6 0rang.

Pendapatan per kapita generasi kedua lebih tinggi dibandingkan dari hasil

penelitian Junaidi (2012) sebesar Rp 908.572, yang meneliti di desa-desa eks.

transmigrasi dalam Provinsi Jambi. Bila dibandingkan dengan pendapatan per

kapita Provinsi Jambi (proksi pengeluaran) pada Tahun 2015 sebesar Rp

724.489,- jumlah ini juga lebih besar, dan berada diatas batas garis kemiskinan

yang dikeluarkan oleh Bank Dunia sebesar Rp 775.200, pada tahun 2017

(Anonim, 2017).

5.3.12 Tabungan Generasi Pertama dan Kedua

Tabungan (saving) merupakan bagian dari penghasilan yang tidak di konsumsi

akan tetapi disimpan. Besar kecilnya tabungan sangat ditentukan oleh jumlah

penghasilan yang diterima oleh transmigran di lokasi transmigrasi dalam Provinsi

Jambi. Secara total rata-rata tabungan yang dimiliki generasi pertama pada saat ini

sebesar Rp 2.523.274. Besaran jumlah tabungan responden di lokasi penelitian

sangat bervariasi. Tingkat penabung terbesar (35,71%) mempunyai jumlah

tabungan antara (Rp 1.000.000 – Rp 1.999.999), kemudian diikuti dengan jumlah

tabungan (< Rp 1.000.000) sebanyak (27,38%) dan jumlah penabung terbesar

Page 203: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

183

yaitu (>= Rp 4.000.000) berjumlah sebanyak (17,26%). Kemudian masih terdapat

responden yang memiliki jumlah tabungan (Rp 2.000.000 – Rp 3.999.999)

sebanyak (19,64%).

Dalam konteks rata-rata tabungan saat ini responden generasi pertama

berdasarkan kecamatan lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. Jumlah

tabungan rata-rata di Kecamatan Sungai Bahar sebesar (Rp 3.076.786), angka ini

lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata tabungan transmigrasi generasi

pertama untuk Provinsi Jambi. Kondisi ini ditandai dengan responden yang

mempunyai tabungan rata-rata (>= Rp 4.000.000) berjumlah sebanyak (23,21%).

Untuk memperoleh gambaran secara lebih rinci tentang rata-rata tabungan

saat ini generasi pertama dapat diketahui pada Tabel 5.3.12.

Tabel 5.3.12 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Rata-rata

Tabungan Saat ini di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017.

Tabungan Generasi Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

< 1.000.000 11 12 23 46

(19.64) (21.43) (41.07) (27.38)

1.000.000 - 1.999.999 23 26 11 60

(41.07) (46.43) (19.64) (35.71)

2.000.000 - 2.999.999 8 8 7 23

(14.29) (14.29) (12.50) (13.69)

3.000.000 - 3.999.999 4 4 2 10

(7.14) (7.14) (3.57) (5.95)

>= 4.000.000 10 6 13 29

Page 204: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

184

(17.86) (10.71) (23.21) (17.26)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata Tabungan saat ini(Rp) 2.417.857 .2.075.179 3.076.786 .2.523.274

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan Tabel 5.3.12, pada lokasi Rimbo Bujang dan Batang Asam

rata-rata jumlah tabungan responden saat ini berada dibawah rata-rata Provinsi

Jambi. Hal ini didukung oleh informasi yang menunjukkan jumlah rata-rata

tingkat tabungan responden sebesar (<Rp 1.000.000 dan Rp 1.000.000 – Rp

1.999.999) berjumlah sebanyak (60,71%) di Rimbo Bujang dan (67,86 % ) untuk

lokasi Batang Asam. Keadaan tersebut diperkuat lagi dengan jumlah tabungan

responden yang berada (>= Rp 4.000.000) di kedua lokasi dengan (17,86%) di

Rimbo Bujang, dan hanya ( 10,71%) untuk lokasi penelitian Batang Asam.

Berkaitan dengan generasi kedua, tentang besaran tabungan pada saat ini

dapat dijelaskan. Secara keseluruhan rata-rata tabungan responden sebesar (Rp

3.071.845), jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata tabungan

saat ini yang diperoleh generasi pertama sebesar (Rp 2.523.274). Terdapatnya

perbedaan ini selain disebabkan oleh besarnya total penghasilan yang diterima

oleh masing-masing responden, mungkin faktor kesadaran dari generasi kedua

dalam hal pentingnya menabung juga semakin tingginya akses generasi kedua

tentang perbankann. Pada tingkat besaran tabungan (Rp 3.000.000 – Rp

3.999.999) dan (>= Rp 4.000.000) jumlah responden sebanyak

(25,00%).Sebanyak (60,71%) memiliki tabungan saat ini sebesar (Rp 1.000.000 –

Rp 2.999.999), dan hanya sekitar (8,93%) saja yang punya tabungan saat ini (<Rp

1.000.000).

Untuk mengetahui lebih rinci rata-rata tabungan responden generasi kedua di

lokasi penelitian disajikan pada tabel 5.3.12a.

Tabel 5.3.12a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Rata-rata Tabungan

saat ini di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Tabungan Generasi Kedua Kecamatan

Total Rimbo Batang Sungai

Page 205: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

185

Bujang Asam Bahar

< 1.000.000 2 5 8 15

(3.57) (8.93) (14.29) (8.93)

1.000.000 - 1.999.999 18 20 20 58

(32.14) (35.71) (35.71) (34.52)

2.000.000 - 2.999.999 8 8 14 30

(14.29) (14.29) (25.00) (17.86)

3.000.000 - 3.999.999 11 8 5 24

(19.64) (14.29) (8.93) (14.29)

>= 4.000.000 17 15 9 41

(30.36) (26.79) (16.07) (24.40)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata Tabungan saat ini(Rp) 3.645.536 2.960.536 2.609.464 3.071.845

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen.

Rata-rata tabungan saat ini responden generasi kedua dibedakan

berdasarkan kecamatan lokasi penelitian diperoleh gambaran berikut. Di

kecamatan lokasi penelitian Rimbo Bujang rata-rata tabungan saat ini lebih besar

dibandingkan dengan lokasi Batang Asam dan Sungai Bahar. Dari data yang

disajikan jelas bahwa persentase tabungan responden dengan jumlah (>=Rp

4.000.000) terlihat di Rimbo Bujang sebesar 30,36% dan 26,79% di Batang Asam

serta hanya 16,07% saja di Sungai Bahar. Keadaan ini diperkuat lagi rata-rata

tabungan pada level yang lebih rendah. Di Rimbo Bujang jumlah responden yang

memiliki jumlah tabungan (<Rp 1.000.000) tercatat hanya sekitar (3,57%),

sedangkan di dua lokasi Batang Asam dan Sungai Bahar tercatat masing-masing

sebanyak (8,93%) dan (14,29%).

Selanjutnya berdasarkan (Tabel 5.3.12 dan 5.3.12a), dengan diperolehnya

besaran total tabungan generasi pertama dan kedua dapat dijelaskan hal berikut.

Tabungan per kapita generasi pertama sebesar Rp 700.909, diperoleh dari

(Rp2.523.274 dibagi dengan 3,6 orang) sedangkan generasi kedua memiliki

tabungan per kapita saat ini sebesar Rp 787.653 atau (Rp 3.071.845 dibagi dengan

3,9 orang) demikian dinyatakan tabungan per kapita saat ini yang dimiliki oleh

generasi kedua di daerah penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan generasi

Page 206: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

186

pertama. Jumlah ini juga lebih tinggi dari rata-rata tabungan penduduk Provinsi

Jambi Tahun 2015 sebesar Rp 633.928.Diperolehnya perbedaan ini diduga selain

disebabkan oleh besarnya total penghasilan yang diterima responden, juga karena

tingginya kesadaran dari generasi kedua dalam hal pentingnya menabung dan

semakin tingginya akses generasi kedua tentang perbankan.

5.3.13. Perbandingan Pendidikan Generasi Pertama dan Kedua.

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi menurut

pendidikan yang dimiliki oleh generasi pertama dan kedua dapat dijelaskan

sebagai berikut. Bagian terbesar dari responden generasi kedua menamatkan

pendidikan tamat SLTA (54,76%), sedangkan generasi pertama yang menamatkan

pendidikan SLTA tercatat hanya sebesar (8,93%). Generasi kedua yang tamat dari

pendidikan tinggi yaitu tamatan Diploma I-III dan D4/S1 berjumlah sebanyak

(17,85%), sementara itu generasi pertama yang mampu menamatkan pendidikan

tinggi persentasenya kecil sekali yaitu (1,98%) saja.

Selanjutnya pada jenjang pendidikan Tidak/belum pernah sekolah dan

Tidak /Belum tamat SD, tidak ditemui responden generasi kedua pada jenjang

tersebut, sedangkan untuk jenjang pendidikan ini tercatat generasi pertama

jumlahnya cukup banyak yaitu (33,92%). Pada bagian lain generasi pertama yang

tamat pendidikan SLTP sebanyak (13,10%), dan untuk jenjang pendidikan ini

jumlah generasi kedua yang menamatkan pendidikan SLTP juga lebih besar

dibandingkan dengan generasi pertama yaitu sebanyak (16,67%).

Tingginya pendidikan yang dicapai oleh generasi kedua di lokasi penelitian

tidak terlepas dari pada semakin meningkatnya pembangunan sarana dan

prasarana di bidang pendidikan khususnya di lokasi-lokasi transmigrasi dalam

Provinsi Jambi. Kemudian semakin terbukanya akses bagi generasi kedua untuk

menuntut ilmu tidak saja di lokasi transmigrasi, tetapi juga keluar dari kawasan

transmigrasi, dan hal ini didukung oleh semakin baiknya sarana dan prasarana

transportasi dari dan ke lokasi transmigrasi.

Tabel 5.3.13. Persentase Responden Generasi Pertama dan KeduaBerdasarkan

Pendidikan yang Ditamatkan di LokasiTransmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017

Page 207: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

187

Pendidikan Generasi

Pertama Kedua

Tdk/Blm pernah sekolah 16 0

(9,52) (0,00)

Tdk/Blm Tamat SD 41 0

(24,40) (0,00)

SD 72 18

(42,86) (10,71)

SLTP 22 28

(13,10) (16,67)

SLTA 15 92

(8,93) (54,76)

Diploma I-III 0 12

(0,00) (7,14)

DIV/S1 2 18

(1,19) (10,71)

Total 168 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Selain dari pada kemudahan-kemudahan bagi generasi kedua dalam

mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Suatu hal yang sangat penting

adalah keluarnya Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan dasar 9 tahun. Sejak

tahun 1986 semua penduduk usia diatas 5(lima) tahun sekurang-kurangnya harus

menamatkan pendidikan SLTP. Antinya bagi setiap penduduk yang memasuki

pasar kerja setidak-tidaknya harus menamatkan pendidikan SLTP/sederajat.

Berdasarkan Peraturan tersebut, jika generasi kedua memiliki pendidikan

tertinggi hanya SLTP dapat dikatakan pendidikan yang dicapai oleh generasi

kedua sama dengan apa yang dicapai generasi pertama. Apabila tingkat

pendidikan yang dicapai oleh generasi kedua setingkat SLTA atau lebih tinggi

dari itu, maka generasi kedua dikatakan memiliki tingkat pendidikan dua tingkat

lebih tinggi dari generasi pertama. Bila hal ini yang terjadi maka dikatakan tingkat

Page 208: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

188

kesejahteraan generasi kedua khususnya di bidangsumber daya manusia lebih dan

berhasil dibandingkan dengan orang tuanya (generasi pertama).

Selanjutnya untuk melakukan Uji Kecocokan atau Goodness of fit disajikan pada

output Tabel 5.3.13a Chy-Square Tests berikut.

Tabel 5.3.13a: Chi- Square Tests Pendidikan Generasi Pertama dan KeduaDi

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, tahun 2017

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 170,331a 6 ,000

Likelihood Ratio 207,391 6 ,000

Linear-by-Linear Association 151,348 1 ,000

N of Valid Cases 336

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00.

Berdasarkan output chy Square tests terlihat nilai asymp. Sig sebesar 0,000.

Karena nilai asymp sig 0,000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan generasi

pertama dan kedua. Hal ini juga dapat diartikan bahwa pendidikan generasi

pertama transmigrasi mempunyai korelasi dengan tingkat pendidikan

yangdiperoleh generasi kedua. Faktanya pendidikan yang diperoleh generasi

kedua lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan yang diperoleh generasi

pertama. Keadaan ini juga memperkuat hasil analisis deskriptif yang telah

diungkapkan sebelumnya.

Kalau dilihat dari sebuah model, maka nilai P-value sangat diperlukan

untuk mengetahui keabsahan model. Nilai P-value (Asymp. Sig) yang besar

mengindikasikan bahwa kecocokan atau sebaran distribusi responden di lokasi

penelitian kurang baik, sehingga hal tersebut dapat dinyatakan sebagai tidak

signifikan. Dalam uji X² juga demikian, dalam menguji kecocokan antara dua

kejadian P-value menunjukkan kecocokan yang terjadi antara dua hubungan. Nilai

P-value selalu menegaskan nilai statistic uji suatu kejadian, dalam hal ini nilai

koefisien hubungan Pearson Chi kuadrat.

Page 209: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

189

5.3.14 Perbandingan Status Pekerjaan Generasi Pertama dan Kedua

Status pekerjaan dapat pula dikelompokkan atas status pekerjaan formal

dan informal. Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi di Provinsi

Jambi sebanyak (83,97%) responden generasi pertama berstatus pekerjaan

informal. Mereka merupakan gabungan dari pekerjaan dengan status Berusaha

sendiri, berusaha dengan pekerja keluarga/Tidak dibayar, dan Berusaha dengan

buruh tetap. Tingginya jumlah pekerja di sektor informal karena fleksibilitas yang

lebih besar dalam menyikapi perubahan kondisi ekonomi ataupun persaingan

bisnis, dibandingkan sektor formal (Feriyanto, 2014).

Bila dibanding dengan generasi pertama status pekerjaan informal generasi

kedua lebih sedikit (75,00%). Sementara itu status pekerjaan generasi kedua yang

bersifat formal lebih tinggi, bahkan lebih dari dua kali lipat lebih banyak

dibanding dengan generasi pertama yaitu sebesar (32,69%).

Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa semakin

berkembangnya suatu permukiman transmigrasi semakin meningkat peluang kerja

khususnya di sektor non pertanian. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan

terhadap tenaga kerja yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang lebih baik

semakin terbuka.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang status pekerjaan generasi pertama

dibandingkan dengan generasi kedua disajikan pada Tabel 5.3.14.

Tabel 5.3.14 Perbandingan Persentase Responden Generasi Pertama dan Kedua

menurut Status Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017

Status Pekerjaan Generasi

Pertama Kedua

Informal 131 117

(83,97) (75,00)

Formal 25 51

(16,03) (32,69)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 210: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

190

Untuk memperkuat hasil analisis secara deskriptif status pekerjaan generasi

pertama dan kedua digunakan uji chi Kuadrat. Keadaan tersebut disajikan pada

Tabel 5.3.14a berikut.

Tabel 5.3.14a Chi-Square Tests Generasi Pertama dan Kedua Menurut Status

Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 9,253a 1 ,002

Continuity Correctionb 8,472 1 ,004

Likelihood Ratio 9,423 1 ,002

Fisher's Exact Test ,003 ,002

Linear-by-Linear Association 9,225 1 ,002

N of Valid Cases 324

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat diperoleh hasil

berikut. Nilai Asymp. Sig 0,002 < dari 0,005 % yang berarti H0 ditolak

artinya terdapat perbedaan yang signifikan dalam status pekerjaan generasi

pertama dan kedua. Untuk status pekerjaan Informal baik generasi pertama

maupun kedua masih lebih tinggi dibanding status pekerjaan Formal. Akan tetapi

persentase generasi kedua dengan status pekerjaan formal lebih tinggi dibanding

generasi pertama.

Pergeseran status pekerjaan di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi telah

terjadi dari generasi pertama ke generasi kedua. Transformasi seperti ini

merupakan konsekuensi dari kemajuan yang telah dicapai oleh transmigrasi

generasi kedua yang dianggap lebih mampu menyesuaikan dengan perkembangan

pembangunan di daerah transmigrasi khususnya, Provinsi Jambi umumnya.

5.3.15 Perbandingan Lapangan Usaha Generasi Pertama dan Kedua

Sektor lapangan usaha dapat juga disederhanakan dari 9(Sembilan) sektor menjadi

3 (tiga) sektor. Pengelompokan ini terdiri dari Sektor pertanian (Primer), Industri

(Secondary), dan Jasa (Tersier). Tujuan pengelompokan ini dimaksudkan agar

aktivitas lapangan usaha generasi pertama dan kedua transmigrasi di lokasi

penelitian lebih mudah dibandingkan. Hampir semua generasi pertama (92,95%)

Page 211: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

191

di lokasi penelitian bekerja pada lapangan usaha sektor Pertanian. Kondisi ini

juga terjadi pada generasi kedua walaupun persentasenya tidak sebesar generasi

pertama akan tetapi masih mendominasi sektor ini dengan jumlah sebanyak

(68,59%). Generasi pertama yang bekerja di sektor Industri dan Jasa tercatat

hanya sebesar (7,05%) saja. Tingginya persentase generasi pertama yang bekerja

di sektor pertanian sangat dimungkinkan karena prioritas utama lapangan usaha

yang terbuka di lokasi transmigrasi adalah sektor tersebut.

Selanjutnya persentase generasi kedua yang bekerja di luar sektor pertanian

cukup besar tercatat sebanyak (5,13%) untuk sektor Industri dan (33,97%) di

lapangan usaha Jasa. Kondisi ini sangat beralasan karena kemajuan pada sektor

pertanian akan berdampak terhadap perkembangan sektor lain seperti sektor

Industri dan Jasa, yang dalam gilirannya akan membuka peluang kerja pada sektor

tersebut. Perbandingan lapangan usaha generasi pertama dan kedua disajikan pada

Tabel 5.3.15.

Tabel 5.3.15 Perbandingan Persentase Responden generasi Pertama danKedua

Menurut Lapangan Usaha di lokasi TransmigrasiProvinsi Jambi,

Tahun 2017

Lapangan Usaha Generasi

Pertama Kedua

Pertanian 145 107

(92,95) (68,59)

Industri 2 8

(1,28) (5,13)

Jasa 9 53

(5,77) (33,97)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Page 212: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

192

Untuk memperkuat dari hasil penelitian di lokasi transmigrasi dalam

Provinsi Jambi dilakukan dengan menampilkan Uji Chi-kuadrat pada Tabel

5.3.15a.

Tabel 5.3.15a Chi-Square Tests Perbandingan Lapangan Usaha Generasi Pertama

dan Kedua di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 40,167a 2 ,000

Likelihood Ratio 43,749 2 ,000

Linear-by-Linear

Association 39,066 1 ,000

N of Valid Cases 324

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,81.

Berdasarkan Chy Square tests perbedaan lapangan usaha antara responden

generasi pertama dan kedua di lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

Frekuensi yang diharapkan kurang dari 5%, dan tidak boleh lebih dari 20% dari

kategori, dalam penelitian ini diperoleh angka sebesar (4,81%), dimana lebih kecil

dari (5%). Sedangkan untuk kategori diperoleh angka (16,7%).

Hasil Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari angka 5% (Asymp.Sig

0,000< 0,005%) sehingga disimpulkan H0 ditolak yang berarti lapangan usaha

generasi pertama berbeda dengan lapangan usaha generasi kedua. Artinya terdapat

perbedaan yang signifikan dalam pemilikan hal lapangan usaha generasi pertama

dan kedua di lokasi penelitian.

Berdasarkan kondisi tersebut lapangan usaha generasi pertama dan kedua

transmigrasi di lokasi penelitian di Provinsi Jambi menunjukkan perubahan yang

berarti. Terjadi perubahan lapangan usaha antara generasi pertama dan kedua,

dimana untuk generasi pertama terjadi penurunan jumlah mereka yang bekerja di

sektor pertanian. Untuk sektor Jasa maupun industri terjadi peningkatan yang

cukup besar antara generasi pertama dan kedua. Terjadinya transformasi lapangan

usaha dari sektor primer ke sekunder dan tersier merupakan salah satu indikasi

semakin membaiknya keadaan sosial ekonomi masyarakat di lokasi transmigrasi

di Provinsi Jambi.

Page 213: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

193

5.3.16 Perbandingan Jenis Pekerjaan Generasi Pertama dan Kedua

Pengelompokan jenis pekerjaan generasi pertama dan kedua transmigrasi

dapat juga disederhanakanmenjadi 1). Pekerja terampil, 2). Pekerja Setengah

Terampil, dan 3). Pekerja kasar. Generasi pertama yang memiliki jenis pekerjaan

sebagai Pekerja terampil hanya sebanyak (3,85%) dan Pekerja Setengah terampil

2,56 persen. Responden yang tercatat sebagai Pekerja Kasar mendominasi jumlah

generasi pertama sebanyak (93,59%). Hal ini cukup beralasan karena sebagian

besar dari generasi pertama tidak memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan

yang cukup.

Berbeda dengan generasi pertama, generasi kedua yang telah berdomisili di

lokasi penelitian lebih dari 20 tahun telah banyak tersentuh oleh pembangunan.

Jumlah generasi kedua yang masih tergolong dengan jenis pekerjaan sebagai

Pekerja kasar turun menjadi (73,08%). Disisi lain terjadi kenaikan yang cukup

tinggi pada jenis pekerjaan Terampil yaitu sebesar (22,44%) dan Pekerja

SetengahTerampil mencapai 12,18 persen.

Perbandingan jenis pekerjaan generasi pertama dengan generasi kedua

disajikan pada Tabel 5.3.16.

Tabel 5.3.16 Perbandingan Persentase Responden Generasi Pertama danKedua

Menurut Jenis Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun 2017

Jenis Pekerjaan Generasi

Pertama Kedua

Pekerja Terampil 6 35

(3,85) (22,44)

Pekerja Setengah Terampil 4 19

(2,56) (12,18)

Pekerja Kasar 146 114

(93,59) (73,08)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalan persen

Page 214: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

194

Dalam usaha untuk lebih memperkuat hasil penelitian secara deskriptif tentang

jenis pekerjaan responden di lokasi penelitian ditampilkan uji Chi kuadrat dengan

menyajikan Tabel 5.3.16a berikut.

Tabel 5.3.16a Uji Chi-Square Generasi Pertama dan Kedua Menurut Jenis

Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi,

Tahun, 2017

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 33,835a 2 ,000

Likelihood Ratio 36,836 2 ,000

Linear-by-Linear

Association 31,170 1 ,000

N of Valid Cases 324

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,07.

Berdasarkan uji Chi kuadrat untuk mengetahui perbandingan antara

frekuensi observasi yang benar-benar terjadi/ actual dengan frekuensi

harapan/ekspektasi. Dapat dijelaskan perbandingan jenis pekerjaan generasi

pertama dan kedua di daerah penelitian. Dari hasil Asymp. Sig 0,000 < 0,005 %

diperoleh kesimpulan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang

signifikan jenis pekerjaan antara generasi pertama dan kedua.

Pada generasi pertama dengan jenis pekerjaan sebagai pekerja kasar jumlahnya

mendekati 100%, dan pada generasi kedua terjadi penurunan yang cukup drastis.

Sebaliknya terjadi perubahan yang cukup besar dalam jenis pekerjaan untuk

Pekerja Setengah Terampil, dan Pekerja Terampil. Kondisi ini semakin

memperkuat hasil analisis secara deskriptif dimana telah terjadi pergeseran dalam

jenis pekerjaan pada generasi kedua di lokasi transmigrasi dalam Provinsi Jambi.

5.3.17 Perbandingan Jam Kerja Per Minggu Generasi Pertamadan Kedua

Berdasarkan jam kerja yang dicurahkan untuk menghasilkan barang dan jasa oleh

responden di lokasi transmigrasi dapat dibedakan. Bekerja < 14 jam per minggu

disebut (Setengah pengangguran kritis), antara (14-34 jam) per minggu disebut

Page 215: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

195

setengah pengangguran biasa, dan bekerja >= 35 jam per minggu jam kerja

normal.

Total jam kerja KK per minggu (Pekerjaan Utama + Pekerjaan Sampingan)

untuk generasi pertama rata-rata (31, 5 jam per minggu). Standar deviasi sebesar

16,84 jam dengan tingkat kesalahan rata-rata 1,35 jam. Bila dibandingkan dengan

jam kerja standar sebesar 35 jam atau lebih per minggu artinya generasi pertama

di lokasi penelitian masih tergolong sebagai setengah pengangguran. Setengah

Pengangguran menurut Sumarsono (2010) disebabkan oleh 1). Kurangnya jam

kerja, 2). Rendahnya Pendapatan dan 3). Ketidakcocokan antara pekerjaan dan

keterampilan Pekerja. Penyebab lain adalah karena sebagian generasi pertama

(lebih dari 26%) telah memasuki usia tidak produktif (berusia 70 tahun ke atas).

Untuk generasi kedua total jam kerja yang dicurahkan adalah sebesar 39,05

jam, keadaan ini menunjukkan bahwa transmigrasi generasi kedua di daerah

penelitian telah bekerja sesuai dengan jam kerja normal dalam seminggu. Dengan

standar deviasi sebesar 18, 06 jam per minggu dan tingkat kesalahan 1,39 jam.

Dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 18,06 jam menunjukkan bahwa

data sampel semakin beragam.

Lebih bervariasinya jam kerja generasi kedua dibandingkan dengan

generasi pertama sangat beralasan. Hal ini dimungkinkan karena secara umum

generasi kedua memiliki peluang yang lebih luas dengan pendidikan yang lebih

tinggi dan bervariasi.

Untuk mengetahui perbandingan jam kerja yang dicurahkan oleh responden

generasi pertama dan kedua seperti disajikan pada Tabel 5.3.17.

Tabel 5.3.17 Persentase Responden Generasi Pertama dan Kedua Menurut Jam

kerja per minggu di Lokasi Transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun

2017

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Total Jam Kerja KK

Perminggu (Utama +

Sampingan)

Pertama 156 31,55 16,84 1,35

Kedua 168 39,05 18,063 1,39

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Page 216: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

196

Untuk memperkuat hasil penelitian secara deskriptif tentang jam kerja per

minggu dilakukan ChySquare testseperti terlihat pada Tabel 5.3.17a.

5.3.18 Perbandingan Kepemilikan Pekerjaan Sampingan GenerasiPertama

dan Kedua.

Tabel: 5.3.17a: Uji Chi kuadrat variabel independen di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Total

Jam

Kerja

KK

Permin

ggu

(Utama

+

Sampin

gan)

Equal

variances

assumed

,004 ,947 -3,862 322 ,000 -7,50870 1,94440 -11,33404 -3,68336

Equal

variances

not

assumed -3,872 321,994 ,000 -7,50870 1,93937 -11,32414 -3,69326

Page 217: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

197

Sesuai dengan hasil temuan penelitian di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi

terdapat perbedaan kepemilikan pekerjaan sampingan antara generasi pertama dan

kedua. Dari informasi yang diperoleh jumlah generasi pertama yang memiliki

pekerjaan sampingan berjumlah sebanyak (29,49%), sedangkan generasi kedua

yang memiliki pekerjaan sampingan tercatat lebih banyak dari generasi pertama

yaitu (39,10%). Terdapatnya perbedaan ini diduga karena generasi kedua

memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dibanding generasi pertama, kecuali itu

juga penguasaan lahan yang lebih sempit oleh generasi kedua dibanding generasi

pertama.

Untuk mengetahui perbandingan kepemilikan pekerjaan sampingan antara

generasi pertama dan kedua disajikan pada Tabel 5.3.18 berikut.

Tabel 5.3.18 Persentase Responden Generasi Pertama dan KeduaMenurut

Kepemilikan PekerjaanSampingan di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Pekerjaan Sampingan Generasi

Pertama Kedua

Punya 46 61

(29,49) (39,10)

Tidak Punya 110 107

(70,51) (68,59)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berikut ini disajikan Uji Chi kuadrat untuk mengetahui perbandingan

Kepemilikan Pekerjaan sampingan generasi pertama dan kedua di lokasi

transmigrasi Provinsi Jambi seperti tertera pada Tabel 5.3.18 a berikut.

Tabel 5.3.18a Chi-Square Tests Generasi Pertama dan Kedua Menurut

Kepemilikan Pekerjaan Sampingan di Lokasi Transmigrasi di

Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1,702a 1 ,192

Page 218: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

198

Continuity Correctionb 1,408 1 ,235

Likelihood Ratio 1,707 1 ,191

Fisher's Exact Test ,196 ,118

Linear-by-Linear Association 1,697 1 ,193

N of Valid Cases 324

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 51,52.

Berdasarkan Uji Chi Kuadrat pada Tabel 5.31a diperoleh hasil berikut. Nilai

Asymp. Sig sebesar 0, 192 > 0,005 % hipotesis H0 diterima, ini berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara Kepemilikan Pekerjaan Sampingan antara

generasi pertama dan kedua. Pada bagian lain juga diperoleh nilai Continuity

Correction sebesar 1,408 lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi yang

diharapkan sebesar 51,52. Dengan nilai tersebut artinya memperkuat kecocokan

kepemilikan pekerjaan sampingan antara generasi pertama dan kedua.

Tidak terdapat perbedaan yang tinggi dalam Pemilikan Pekerjaan Sampingan

antara generasi pertama dan kedua. Generasi pertama yang Tidak Punya pekerjaan

sampingan sedikit lebih tinggi dari generasi kedua. Sebaliknya jumlah responden

generasi kedua yang Punya Pekerjaan sampingan lebih tinggi dari generasi

pertama. Kondisi ini memperkuat hasil analisis secara deskriptif.

5.4 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SebaranPermukiman

Generasi Kedua Transmigran

5.5

5.4.1 Tempat Tinggal Generasi Kedua

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan responden generasi kedua menurut

tempat tinggal di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5.4.1.

Tabel 5.4.1 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut TempatTinggal di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Tempat tinggal generasi kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Di desa transmigrasi, serumah dengan orang tua

20 1 23 44

(35.71) (1.79) (41.07) (26.19)

Di desa transmigrasi, tidak serumah dengan orang tua

34 33 27 94

Page 219: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

199

(60.71) (58.93) (48.21) (55.95)

Di luar desa transmigrasi, dalam kabupaten

2 14 4 20

(3.57) (25.00) (7.14) (11.90)

Di luar kabupaten 0 8 2 10

(0.00) (14.29) (3.57) (5.95)

Total 56 56 56 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi dalam Provinsi Jambi

telah terjadi perubahan dalam hal tempat tinggal untuk transmigrasi generasi

kedua. Terjadi berbagai tipe tempat tinggal (permukiman) transmigrasi generasi

kedua. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai alasan baik faktor ekonomi,

sosial, budaya dan perkawinan.

Sebagian besar generasi kedua (82,14%) masih bertempat tinggal di desa

transmigrasi. Dari jumlah tersebut tercatat generasi kedua yang tinggal di desa

transmigrasi tapi tidak serumah dengan orang tuanya sebanyak (55,95%),

sedangkan mereka yang masih tinggal di desa transmigrasi tetapi serumah dengan

orang tuanya berjumlah sebanyak (26,19%). Kemudian generasi kedua yang telah

keluar dari desa transmigrasi, namun masih dalam kabupaten berjumlah (11,90%),

sedangkan generasi kedua yang telah keluar dari kabupaten tempat orang tuanya

pertama kali ditempatkan hanya sekitar (5,95%).

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian tempat tinggal generasi kedua pada saat

wawancara dilakukan diperoleh jawaban berikut. Di Kecamatan Rimbo Bujang

jumlah generasi kedua yang masih bertempat tinggal di desa transmigrasi, dan

tidak serumah adalah sebanyak (60,71%). Keadaan yang sama juga terjadi di

Kecamatan Batang Asam dan Sungai Bahar, walaupun persentasenya lebih kecil

dibandingkan dengan lokasi Rimbo Bujang. Keadaan lain yang menarik tentang

tempat tinggal terakhir generasi kedua adalah di Kecamatan batang Asam dimana

sebanyak (25%) responden generasi kedua telah bertempat tinggal di luar desa

transmigrasi, tapi masih dalam kabupaten. Tidak terdapat generasi kedua yang

Page 220: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

200

tinggal di luar kabupaten untuk Kecamatan Rimbo Bujang, sedangkan di lokasi

Sungai Bahar jumlahnya sebanyak (3,59 %) dan Batang Asam (14,29%).

5.4.2 Alasan Masih Tinggal di Desa Transmigrasi

Dari jumlah generasi kedua transmigrasi yang berhasil diwawancarai

menunjukkan bahwa bagian terbesar (82,14%) seperti terdapat pada Tabel 5.4.1

masih berdomisili di desa transmigrasi. Baik mereka yang tinggal serumah dengan

generasi pertama, maupun yang sudah menempati rumah sendiri.

Sebanyak (50,00%) dari responden di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi

menyampaikan alasan masih tinggal di desa transmigrasi karena ‘lahan yang

tersedia masih luas’. Generasi kedua yang memberikan alasan masih tinggal di

desa transmigrasi (36,23%) lahan merupakan warisan orang tua. Selanjutnya

“mudah memperoleh pekerjaan” sehingga alasan masih tinggal di desa

transmigrasi merupakan respon dari sebanyak (13,77%) responden.

Untuk mengetahui lebih rinci tentang alasan generasi kedua masih tinggal

di desa transmigrasi seperti disarikan pada Tabel 5.4.2.

Tabel 5.4.2 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Alasan Masih Tinggal

Di Desa Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Alasan masih tinggal di desa

transmigrasi

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Lahan yang tersedia masih luas 26 12 31 69

(48.15) (35.29) (62.00) (50.00)

Lahan merupakan warisan orang tua 27 14 9 50

(50.00) (41.18) (18.00) (36.23)

Mudah memperoleh pekerjaan 1 8 10 19

(1.85) (23.53) (20.00) (13.77)

Total 54 34 50 138

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Alasan masih tinggal di desa transmigrasi bila dilihat dari kecamatan lokasi

penelitian diperoleh jawaban yang bervariasi. Untuk lokasi Rimbo Bujang alasan

utama masih tinggal di desa lokasi (50,00%) disebabkan ‘lahan merupakan

Page 221: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

201

warisan orang tua’, dan hanya sekitar (1,85%) saja dengan alasan mudah

memperoleh pekerjaan. Di loasi Sungai Bahar sebagian besar (62,00%) responden

yang masih menetap tinggal di desa transmigrasi beralasan lahan yang tersedia

masih luas. Jumlah responden yang paling banyak (23,53%) masih tinggal di desa

transmigrasi adalah dengan alasan mudah memperoleh pekerjaan.

5.4.3 Alasan Tidak Tinggal di Desa Transmigrasi

Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin meningkatnya kebutuhan

baik barang dan jasa generasi kedua telah terjadi berbagai perubahan.Kebutuhan

kebutuhan dimaksud terkait dengan usaha untuk meningkatkan produksi,

pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Ada kalanya barang dan jasa

tersebut dapat dipenuhi dari desa (lingkungan) sendiri, akan tetapi bila mana tidak

dapat diperoleh maka akan diusahakan sampai keluar dari tempat tinggal. Hal ini

telah memacu terjadinya perpindahan dari desa lokasi transmigrasi ke luar dari

lokasi transmigrasi.

Secara lebih rinci pada Tabel 5.4.3 disajikan alasan tidak tinggal di desa

transmigrasi untuk responden generasi kedua di lokasi transmigrasi Provinsi

Jambi.

Tabel5.4.3 Persentase Responden Menurut Alasan Tidak Tinggal di Desa

Transmigrasi di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Alasan tidak tinggal di desa

transmigrasi

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Terbatasnya lahan di desa transmigrasi 1 1 0 2

(50.00) (4.55) (0.00) (6.67)

Untuk memperoleh penghasilan lebih baik

1 16 4 21

(50.00) (72.73) (66.67) (70.00)

Terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan

0 1 0 1

(0.00) (4.55) (0.00) (3.33)

Ikut keluarga 0 4 2 6

Page 222: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

202

(0.00) (18.18) (33.33) (20.00)

Total 2 22 6 30

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan informasi dari responden generasi kedua alasan tidak tinggal di desa

transmigrasi atau mereka meninggalkan lokasi transmigrasi adalah sebagai

berikut. Sebagian besar responden (70,00%) tidak tinggal di desa transmigrasi

mempunyai alasan untuk memperoleh penghasilan lebih baik. Terdapat sebanyak

(20,00%) generasi kedua yang meninggalkan desa transmigrasi dengan alasan ikut

keluarga. Hanya sekitar (6,67%) saja yang tidak tinggal di desa transmigrasi

dengan alasan terbatasnya lahan di desa transmigrasi. Hal ini di dukung oleh

luasnya kepemilikan lahan yang dikuasai oleh generasi kedua di lokasi penelitian.

Berdasarkan Tabel 5.3.6a secara total generasi kedua di lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi memiliki rata-rata lahan yang digarap seluas (1,68Ha).

Berikut ini pada Tabel 5.4.3a disajikan Print out nilai Khi Kuadrat (x²) tentang

keputusan generasi kedua transmigrasi untuk tinggal di desa atau diluar desa.

Tabel 5.4.3a Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 52,999 17 ,000

Block 52,999 17 ,000

Model 52,999 17 ,000

Print out di Tabel 5.4.3a merupakan nilai Chi-kuadrat (x²) dari model regresi.

Sebagaimana halnya model regresi linier dengan metode OLS, dalam hal ini juga

dapat dilakukan pengujian arti penting model secara keseluruhan. Bila dalam

metode OLS menggunakan uji F, maka pada model logit menggunakan uji G.

Statistik G ini menyebar menurut sebaran Chi-kuadrat(x²). Dalam pengujian nilai

G dapat dibandingkan dengan nilai x² tabel pada α tertentu dan derajat bebas k-1.

Page 223: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

203

Kriteria pengujian dan cara pengujian persis sama dengan uji F pada metode

regresi OLS (Amri, et.al, 2009).

Berdasarkan dari output SPSS, diperoleh model dari nilai x² sebesar 52,999

dengan p-value 0,000. Karena nilai ini jauh dibawah 10% (bilamenggunakan

pengujian dengan α = 10%), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

logistik secara keseluruhan signifikan atau dapat menjelaskan atau memprediksi

keputusan generasi kedua transmigrasi untuk tinggal di desa transmigrasi atau

keluar dari desa transmigrasi.

5.4.4 Permukiman Generasi Kedua Menurut Jenis Kelamin

Secara keseluruhan (82,14%) generasi kedua berada di dalam desa

transmigrasi, dan sisanya sebanyak (17,86%) berada diluar desa transmigrasi.

Berdasarkan jenis kelamin jumlah generasi kedua perempuan yang berada di

dalam desa jumlahnya lebih banyak disbanding dengan laki-laki, dimana

perempuan tercatat sebanyak (83,93%), sedangkan generasi kedua laki-laki

berjumlah sebanyak (81,25%). Dengan demikian jumlah generasi kedua yang

tinggal diluar desa dengan jenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak

dibandingkan dengan perempuan. Keadaan ini seperti disajikan pada Tabel 5.4.4.

Tabel 5.4.4 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Jenis Kelamindi Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran Permukiman Jenis Kelamin

Total Laki-Laki Perempuan

Dalam Desa 91 47 138

(81.25) (83.93) (82.14)

Luar Desa 21 9 30

(18.75) (16.07) (17.86)

Total 112 56 168

(100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Secara total generasi kedua dengan status pekerjaan informal dan formal

bertempat tinggal dalam desa berjumlah sebanyak (82,84%). Hanya sebanyak

Page 224: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

204

(17,86%) saja mereka yang bekerja baik formal maupun informal yang berada di

luar desa. Secara lebih khusus generasi kedua yang bekerja di sektor informal

tercatat tinggal dalam desa sebanyak (80,34%), dan sisanya responden tinggal di

luar desa. Untuk generasi kedua dengan status pekerjaan formal yang tinggal

dalam desa sedikit lebih tinggi yaitu tercatat sebanyak (86,27%), dan hanya

sekitar (13,17%) saja yang berada di luar desa. Untuk lebih jelasnya permukiman

generasi kedua menurut status pekerjaan disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4.5 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Status Pekerja adan

Permukiman di Lokasi Transmigrasi provinsiJambi, Tahun 2017.

Sebaran Permukiman Status Pekerjaan

Total Informal Formal

Dalam Desa 94 44 138

(80.34) (86.27) (82.14)

Luar Desa 23 7 30

(19.66) (13.73) (17.86)

Total 117 51 168

(100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.4.6 Permukiman Generasi Kedua Menurut Lapangan Usaha dan Tempat

Tinggal.

Page 225: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

205

Pada penelitian ini lapangan usaha responden disederhanakan atas sektor

Pertanian dan Non-Pertanian. Jumlah generasi kedua yang bekerja di sektor

pertanian dan non pertanian yang tinggal dalam desa berjumlah sebanyak

(82,14%).Sisanya sebanyak (17,86%) responden generasi kedua yang bekerja

baik di sektor pertanian maupun non pertanian tersebar di luar desa.

Bila permukiman generasi kedua menurut lapangan usaha hanya di sektor

pertanian, diperoleh informasi sebanyak (87,85%) mereka yang bekerja di sektor

tersebut berada dalam desa. Keadaan ini lebih tinggi daripada responden yang

tinggal dalam desa dengan lapangan usaha di sektor non- pertanian yang

berjumlah sebanyak (72,13%).

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai lapangan usaha generasi kedua

berdasarkan permukiman dalam desa dan di luar desa disajikan pada Tabel 5.4.6.

Tabel 5.4.6Permukiman Generasi Kedua Menurut Lapangan Usaha diLokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran Permukiman Lapangan Usaha

Total Pertanian Non-pertanian

Dalam Desa 94 44 138

(87.85) (72.13) (82.14)

Luar Desa 13 17 30

(12.15) (27.87) (17.86)

Total 107 61 168

(100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5.4.7 Permukiman Generasi Kedua Menurut Daerah Asal Orang Tua

Page 226: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

206

Daerah asal orang tua generasi kedua dalam penelitian ini berasal dari provinsi-

provinsi di Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur)

serta Jambi beserta provinsi Lainnya di Sumatera). Secara keseluruhan (sebanyak

82,14 %) generasi kedua yang orang tuanya berasal dari beberapa provinsi di

Pulau Jawa dan Provinsi Jambi dan sekitarnya berada dalam desa transmigrasi.

Hanya sekitar (17,86%) saja responden yang berada di luar desa.

Berdasarkan daerah asal orang tua, ternyata dari Provinsi Jawa Barat

merupakan jumlah terbanyak (96,30%) generasi kedua yang berada dalam desa

dan diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta masing-masing sebesar

(87,88%) dan 83,33 persen. Untuk generasi kedua permukiman berdasarkan

daerah asal orang tua, ternyata Provinsi Jambi dan Provinsi lainnya di Pulau

Sumatera generasi keduanya paling banyak tinggal di luar desa (47,37%),

dibanding Provinsi Lain Jawa Timur sebanyak (30,00%) diikuti Yogyakarta

(16,67%) dan yang paling sedikit generasi keduanya di luar desa Jawa Barat

hanya (3,70%).

Secara lebih rinci permukiman generasi kedua menurut daerah asal orang

tua digambarkan pada Tabel 5.4.7.

Tabel 5.4.7 Persentase Permukiman Generasi Kedua Menurut daerah AsalOrang

Tua di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Daerah asal orang tua Total

Jabar Jateng Yogya Jatim Jambi+

Dalam Desa 26 58 30 14 10 138

(96.30) (87.88) (83.33) (70.00) (52.63) (82.14)

Luar Desa 1 8 6 6 9 30

(3.70) (12.12) (16.67) (30.00) (47.37) (17.86)

Total 27 66 36 20 19 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 227: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

207

5.4.8 PermukimanGenerasi Kedua Menurut Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua generasi kedua dibedakan atas Tidak tamat SD, tamat SD,

dan Tamat SLTP ke atas. Secara keseluruhan sebesar (82,14%) orang tua generasi

kedua baik yang tidak Tamat SD, tamat SD dan berpendidikan SLTP ke atas

bermukim dalam desa. Sisanya sebesar (17,86%) berada di luar desa.

Bila dirinci berdasarkan pendidikan yang ditamatkan dapat dijelaskan sebagai

berikut. Untuk generasi kedua dengan pendidikan orang tua Tidak tamat SD,

sebesar (96,49%) berada dalam desa, dan hanya sekitar (3,51%) saja yang berada

diluar desa. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada pendidikan orang

tua yang tamat SD bagian terbesar (73,61%) tinggal di dalam desa, dan begitu

juga dengan orang tua dengan pendidikan SLTP ke atas jumlah responden yang

bermukim dalam desa sebanyak (76,92%).

Untuk mengetahui gambaran tentang permukiman generasi kedua menurut

pendidikan orang tua disajikan pada Tabel 5.4.8

Tabel 5.4.8. Persentase Permukiman Generasi Kedua Menurut Pendidikan Orang

Tua di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Pendidikan Orang Tua Total

< SD SD SLTP+

Dalam Desa 55 53 30 138

(96.49) (73.61) (76.92) (82.14)

Luar Desa 2 19 9 30

(3.51) (26.39) (23.08) (17.86)

Total 57 72 39 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 228: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

208

5.4.9 Permukiman generasi kedua Menurut Komoditas utama

Secara keseluruhan generasi kedua (82,14%) dengan komoditi utama tanaman

Karet, Sawit dan Pangan berada dalam desa. Sedangkan sisanya sebanyak

(17,86%) responden di daerah penelitian berada di luar desa. Komoditi yang

terbanyak (96,43%) dengan tanaman karet generasi keduanya berada dalam desa,

dan hanya sekitar (3,57%) saja respondennya yang berada di luar desa. Untuk

komoditi sawit jumlah generasi kedua yang tinggal di dalam desa berjumlah

sebanyak (89,29%), dan lebih banyak dari generasi kedua dengan komoditi

Pangan sebesar (60,71%). Sementara itu generasi kedua yang berada diluar desa

komoditi terbanyak yang diusahakan adalah pangan (padi) tercatat sebanyak

(39,29%), kemudian diikuti oleh komoditi sawit sebesar (10,71%).

Untuk mengetahui secara rinci keadaan generasi kedua menurut komoditi

utama disajikan pada Tabel 5.4.9

Tabel 5.4.9 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Komoditi utama di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Komoditi utama Total

Karet Sawit Pangan

Dalam Desa 54 50 34 138

(96.43) (89.29) (60.71) (82.14)

Luar Desa 2 6 22 30

(3.57) (10.71) (39.29) (17.86)

Total 56 56 56 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

5.4.10 Uji Overall Model Fit.

Page 229: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

209

Uji Overall Model Fit dari model tersebut disajikan pada Tabel 5.4.10.

Berdasarkan Omnibus Test of Model Coefficients diperoleh nilai statistik Chi

kuadrat sebesar 54,202 dengan probabilitas signifikansi (p) = 0,000. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa peubah bebas dalam model secara bersama-

sama mempengaruhi keputusan generasi kedua transmigran untuk tetap tinggal di

dalam desa dan ke luar desa.

Tabel 5.4.10 UjiOverall Model Fit Untuk Permukiman Generasi

KeduaTransmigran.

Chi-square df Sig.

Omnibus Test of Model Coefficients

Step 54,202 14 ,000

Block 54,202 14 ,000

Model 54,202 14 ,000

Hosmer and Lemeshow Test 3,825 8 ,873

Berdasarkan uji Hosmer dan Lemeshow diperoleh nilai Chy-Square sebesar

3,825 dengan nilai p sebesar 0,873. Karena nilai Chy-Square tidak signifikan

dimana (p> 0,05), kesimpulan yang diperoleh adalah probabilitas yang diprediksi

sesuai dengan probabilitas yang diobservasi. Ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan antara model dengan data, sehingga model dapat dikatakan fit.

Berikut ini dari tabel klasifikasi 2 x 2 (Tabel 5.4.10a) memperlihatkan

seberapa baik model mengelompokkan kasus ke dalam dua kelompok baik yang

dalam desa maupun di luar desa. Keakuratan prediksi secara keseluruhan sebesar

83,90 persen,sedangkan keakuratan generasi kedua tinggal dalam desa sebesar

93,50 persen dan generasi kedua yang di luar desa sebanyak 40,00 persen. Dengan

kata lain, keakuratan model ini dalam memprediksi probabilitas generasi kedua

tinggal di dalam desa dan di luar desa adalah berbeda. Atau dikatakan juga

probabilitas generasi kedua yang tinggal di dalam desa lebih dua kali dari pada

generasi kedua yang tinggal di luar desa.

Tabel 5.4.10a Klasifikasi 2 x 2 Untuk Model Generasi Kedua Dalam Desa

Observasi Prediksi

Page 230: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

210

Kategori Persentase

Benar Dalam desa Luar desa

Kategori Dalam desa 129 9 93,5

Luar desa 18 12 40,0

Persentase Keseluruhan 83,9

5.4.11Uji Parsial Parameter Sebaran Generasi Kedua Transmigrasi.

Estimasi parameter dan uji parsial dalam model binary logit untuk

permukimangenerasi kedua disajikan pada Tabel 5.4.11. Berdasarkan hasil

estimasi menunjukkan bahwa Umur (X1) tidak berpengaruh secara signifikan

dimana nilai (p > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat

pengaruh umur dari generasi kedua yang bertempat tinggal di dalam desa dan di

luar desa trasmigrasi. Kondisi ini berarti keputusan untuk tetap tinggal atau keluar

dari desa transmigrasi tidak dipengaruhi oleh umur generasi kedua. Hal ini diduga

karena semua generasi kedua berada dalam kelompok usia produktif (15-64

tahun). Jenis kelamin (X2) juga memperlihatkan pengaruh yang tidak signifikan

yang ditandai dengan nilai (p > 0,05). Ini berarti bahwa jenis kelamin tidak

signifikan, dengan kata lain tidak ada perbedaan preferensi generasi kedua antara

laki-laki dan perempuan untuk memilih tinggal di dalam desa atau di luar desa

transmigrasi. Secara teori mengatakan tingkat mobilitas laki-laki lebih tinggi dari

pada perempuan. Pada awalnya variabel utama yang menyebabkan perpindahan

bagi laki-laki berturut-turut adalah alasan pekerjaan, pendidikan dan ikut keluarga.

Untuk perempuan urutan alasannya adalah pendidikan, ikut keluarga dan mencari

pekerjaan. Tidak adanya perbedaan berdasarkan jenis kelamin diduga semakin

meningkatnya kesempatan untuk bersaing antara laki-laki dan perempuan di pasar

kerja, karena semakin meningkatnya pendidikan yang diperoleh perempuan di

daerah penelitian, semakin besar peluang perempuan untuk meninggalkan tempat

tinggalnya.

Pendidikan sebagai variabel (X3) dengan kategoridasar SLTP dan di

bawahnya, dikemukakan terdapat perbedaan probabilitas sebaran generasi kedua

Page 231: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

211

antara generasi kedua yang berpendidikan (X3D2) dengan generasi kedua yang

berpendidikan (X3D1). Hal ini ditunjukkan oleh koefisien dalam model yang

signifikan pada α = 10% diperoleh angka Odds ratio sebesar 8,149. Artinya ini

menunjukkan bahwa generasi kedua yang berpendidikan SLTA ke atas memiliki

peluang 8,149 kali untuk tinggal di luar desa dibandingkan dengan generasi kedua

yang berpendidikan SLTP ke bawah. Dengan pendidikan yang lebih tinggi

membuka kesempatan kepada generasi kedua untuk dapat bekerja di berbagai

sektor baik di daerah transmigrasi maupun diluar daerah. Hal ini juga sejalan

dengan hipotesis yang mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan generasi

kedua semakin besar peluangnya untuk melakukan migrasi keluar. Sejalan dengan

itu juga memperkuat pendapat Todaro (2000) dalam Expected Income Theory

yang mengatakan dorongan bagi mereka untuk melakukan migrasi jauh lebih

besar daripada yang dirasakan oleh mereka yang kurang berpendidikan.

Berikut ini pada Tabel 5.4.11 disajikan estimasi parameter model permukiman

generasi kedua transmigran di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi.

Tabel 5.4.11.Estimasi Parameter Model PermukimanGenerasi Kedua Transmigran

Variabel B S.E. Wald df Sig. Odds ratio Keterangan

X1 -,003 ,048 ,003 1 ,957 ,997 Umur

X2 -,082 ,580 ,020 1 ,888 ,921 Jenis Kelamin

X3 2,098 1,205 3,031 1 ,082 8,149 Pendidikan

X4 -1,104 ,643 2,945 1 ,086 ,332 Status Pekerjaan

X5 1,209 ,581 4,327 1 ,038 3,349 Lapangan Usaha

X6 5,080 4 ,279 Provinsi Asal

X6.D1 2,461 1,239 3,942 1 ,047 11,715 Jawa Tengah

Page 232: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

212

X6.D2 2,862 1,317 4,725 1 ,030 17,496 Yogyakarta

X6.D3 2,129 1,266 2,825 1 ,093 8,404 Jawa Timur

X6.D4 2,358 1,218 3,751 1 ,053 10,571 Jambi+lainnya

X7 4,420 2 ,110 Pendidikan Ortu

X7.D1 1,699 ,865 3,855 1 ,050 5,470 SD

X7.D2 2,086 1,069 3,810 1 ,051 8,056 SLTP+

X8 -,253 ,303 ,695 1 ,405 ,777 Jumlah anak

X9 10,224 2 ,006 Komoditi utama

X9.D1 -,165 1,148 ,021 1 ,886 ,848 Sawit

X9.D2 2,117 1,028 4,238 1 ,040 8,302 Tanaman pangan

Constant -7,470 2,894 6,661 1 ,010 ,001

Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan.

Berdasarkan Tabel 5.4.11,Status Pekerjaan (X4) dimana nilai 0 = informal, dan

nilai 1 = formal. Pada α = 10 %, signifikan pada angka 0,09 atau 9 persen

diperoleh koefisien negatif. Odds ratio sebesar = 0,332 ini bermakna bahwa

generasi kedua yang bekerja di sektor informal, peluang dia untuk tinggal di luar

desa 0,332 kali dibandingkan dengan yang bekerja di sektor formal. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa masih terbatasnya kesempatan kerja di sektor formal

yang terbuka di lokasi transmigrasi dalam Provinsi Jambi.Ini didukung oleh masih

sedikitnya sektor formal yang ada di daerah transmigrasi yang dapat untuk

memicu berkembangnya sektor informal di daerah penelitian.

Variabel lapangan usaha (X5) dibedakan dengan kategori 0 = pertanian, dan

kategori 1= non pertanian. Diperoleh angka Odds ratio sebesar 3,349. Dari angka

tersebut dapat disimpulkan bahwa generasi kedua yang bekerja di sektor non

pertanian mempuyai peluang 3,349 kali dari mereka yang bekerja di sektor

pertanian untuk tinggal di luar desa transmigrasi.Tingginya peluang usaha dari

generasi kedua yang tinggal di luar desa untuk bekerja di luar sektor non pertanian

dibandingkan dengan sektor pertanian di duga karena lebih terbukanya

Page 233: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

213

kesempatan kerja di luar lokasi permukiman transmigrasi dibanding dalam desa

transmigrasi.

Berdasarkan lapangan usaha (Lihat tabel 5.2.5) generasi kedua yang bekerja

di sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan sebanyak (63,10%). Sisanya

sebesar (36,90%) memiliki lapangan usaha yang beragam di luar sektor pertanian.

Sebaran lapangan usaha generasi kedua meliputi perdagangan hotel dan restoran,

bangunan, pengangkutan dan telekomunikasi, keuangan persewaan dan jasa,

industry dan lapangan usaha jasa lainnya.

Untuk variabel Daerah asal orang tua (X6) dimana sebagai kategori dasar

adalah Provinsi Jawa Barat. Dapat dikemukakan terdapat perbedaan probabilitas

permukiman generasi kedua tinggal dalam desa atau di luar desa. Dapat

dikemukakan terdapat perbedaan probabilitas antara generasi kedua yang tinggal

dalam desa dengan yang di luar desa berdasarkan Provinsi asal orang tua (X6D1).

Untuk Provinsi Jawa Tengah dimana diperoleh Odds ratio sebesar 11,715. Ini

menunjukkan bahwa orang tua generasi kedua yang berasal dari Jawa Tengah

Mempunyai peluang untuk tinggal di luar desa 11,715 kali dibanding generasi

kedua yang tinggal dalam desa. Provinsi asal orang tua Yogyakarta (X6D2)

dengan Odds ratio sebesar 17,496 mengindikasikan generasi kedua yang orang

tuanya berasal dari Yogyakarta mempunyai kesempatan untuk tinggal di luar desa

sebanyak 17,496 kali dibanding untuk tinggal di dalam desa.

Generasi kedua yang orang tuanya berasal dari DIY merupakan responden

yang paling tinggi mempunyai mobilitas keluar dibandingkan dengan provinsi

lain yang berasal dari Pulau Jawa. Keadaan ini dimungkinkan karena Provinsi ini

merupakan daerah dengan luas wilayah yang paling kecil dibandingkan provinsi-

provinsi lain yang ada di Pulau Jawa, selain itu juga jumlah generasi kedua yang

orang tuanya berasal dari Provinsi DIY mempunyai jumlah yang lebih banyak

setelah Provinsi Jawa Tengah (Lihat Tabel 5.1.5).

Kemudian untuk generasi kedua yang daerah asal orang tuanya Jawa Timur

(X6D3) nilai Odds rasionya sebesar 8,404. Interpretasi yang dapat diberikan

adalah kemungkinan generasi kedua yang orang tuanya berasal dari Jawa Timur

peluangnya untuk tinggal di luar desa adalah sebesar 8,404 kali dibandingkan

Page 234: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

214

dengan generasi kedua tersebut tinggal di dalam desa. Kemudian daerah asal

orang tua Provinsi Jambi dan sekitarnya (X6D4) diperoleh angka Odds ratio

sebesar 10,571. Dengan kesimpulan yang sama menunjukkan bahwa peluang

generasi kedua untuk menyebar di luar desa adalah sebesar 10,571 kali

dibandingkan dengan generasi kedua untuk tinggal di dalam desa tersebut. Atau

dengan kata lain tingkat mobilitas generasi kedua yang berasal dari Provinsi Jambi

dan sekitarnya untuk meninggalkan desanya mempunyai peluang yang lebih

besar. Suatu hal yang menarik untuk generasi kedua yang berasal dari Provinsi

Jambi dan sekitarnya adalah faktor jarak yang lebih dekat dengan provinsi asal.

Sesuai dengan hukum-hukum migrasi yang dikemukakan oleh Ravenstein

mengatakan faktor jarak merupakan salah satu fenomena migrasi. Disebutkan

semakin jauh jarak semakin berkurang volume migrasi, teori ini dikenal dengan

“Distance Decay Theory”.

Terkait dengan pendidikan orang tua (X7) dimana dengan kategori dasar0 =

SD dan tidak tamat; 1 = SLTP ke atas. Mengamati Odds ratio terlihat

bahwagenerasi kedua dengan pendidikan orang tua (X7D1) dengan pendidikan

SD dan tidak tamat memiliki probabilitas 5,470kali untuk menyebar di dalam desa

dibandingkan ke luar desa. Sedangkan untuk generasi kedua dengan pendidikan

orang tua SLTP ke atas (X7D2) dengan Odds ratio sebesar 8,056 dapat

disimpulkan bahwa generasi kedua memiliki probabilitas 8,056 kali lebih tinggi

untuk tinggal di luar desa dibandingkan dengan generasi kedua yang tinggal

dalam desa. Keadaan tersebut memperkuat analisis deskriptif yang menunjukkan

bahwa bagian terbesar dari generasi kedua dengan tingkat pendidikan orang tua

yang rendah bermukim dalam desa. Semakin tinggi pendidikan orang tua generasi

kedua semakin besar peluang generasi kedua tinggal di luar desa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh

Everett. S.Lee, dalam teorinya (Push Pull Theory). Ada 4 faktor yang

mempengaruhi terhadap keputusan seseorang untuk melakukan migrasi

diantaranya faktor pribadi.Diantara faktor pribadi yang utama adalah pendidikan,

diluar pengalaman, kebutuhan dan sipat –sipat pribadi. Pada bagian lain dikatakan

karakteristik migran dari sisi pendidikan lebih tinggi dari daerah yang

Page 235: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

215

ditinggalkan dan lebih rendah dari daerah yang dituju. Semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin selektif migran.

Selanjutnya untuk jumlah anak dalam keluarga orang tua (X8) tidak

berpengaruh secara signifikan dimana ditunjukkan nilai (p > 0,05). Dengan

demikian dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh dari jumlah anak dalam

keluarga orang tua terhadap sebaran permukiman generasi kedua. Maksudnya

besarnya jumlah anggota rumah tangga orang tua tidak terkait dengan generasi

kedua tinggal di dalam desa atau di luar desa. Dengan Odds ratio sebesar 0,777

memberikan makna bahwa generasi kedua memiliki probabilitas 0,777 kali untuk

tinggal di luar desa dibandingkan dengan tinggal dalam desa. Dengan koefisien

negatif menunjukkan bahwa semakin kecil jumlah anggota keluarga orang tua

semakin besar peluang kemungkinan terjadinya generasi kedua ke luar desa.

Jumlah anggota keluarga yang banyak memerlukan fasilitas dan kebutuhan yang

banyak pula sehingga berdampak pada biaya yang harus ditanggung. Sebaliknya

rumah tangga yang memiliki jumlah anggota rumah tangga yang sedikit secara

relatif lebih sejahtera dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga besar.

Berkaitan dengan jumlah anggota keluarga dalam fenomena migrasi menunjukkan

rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang besar tingkat mobilitasnya

akan rendah. Ini berkaitan dengan pertimbangan besarnya biaya yang akan

dikeluarkan untuk memindahkan sumber daya manusia dari tempat asal ke tempat

yang baru.

Untuk komoditas utama yang diusahakan oleh generasi kedua (X9D1) = sawit.

Tidak berpengaruh secara signifikan hal ini dibuktikan oleh nilai (p > 0,10).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan probabilitas permukiman

dari generasi kedua dalam komoditas sawit dan karet. Dengan kata lain

permukiman generasi kedua di dalam desa maupun di luar desa tidak dipengaruhi

oleh komoditas sawit atau pun karet.Kondisi hal ini di duga tanaman karet dan

sawit merupakan tanaman yang tidak terlalu berbeda dalam berproduksi, dan

membutuhkan rentangan waktu dalam tahunan. Kondisi ini sejalan dengan temuan

Junaidi (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan tidak terdapat perbedaan

peluang transmigran untuk mencapai stadia tertinggi antara desa komoditas

Page 236: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

216

tanaman utama karet dengan komoditas tanaman utama kelapa sawit di desa-desa

eks transmigrasi dalam Provinsi Jambi.

Kemudian komoditas utama (X9D2) = tanaman pangan (padi) ditunjukkan dengan

nilai Odds ratio sebesar 8,302. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

permukimangenerasi kedua memiliki probabilitas 8,302 kali untuk tinggal di luar

desa dibandingkan dengan generasi kedua yang komoditas utamanya karet.

Dengan kata lain tingkat mobilitas keluar (meninggalkan permukiman) pada

generasi kedua yang menekuni komoditas pangan lebih tinggi.Disisi lain diketahui

bahwa komoditas tanaman pangan (padi) yang merupakan tanaman musiman yang

dapat berlangsung beberapa kali dalam satu tahun. Dibandingkan dengan tanaman

perkebunan, hasil-hasil pertanian tanaman pangan memiliki nilai jual produk yang

secara relatif kurang menguntungkan dibandingkan tanaman perkebunan karet dan

kelapa sawit, sehingga konsekuensinya generasi kedua yang sumber mata

pencaharian orang tuanya berasal dari tanaman pangan lebih mobil. Kondisi ini

diperkuat oleh hasil penelitian secara deskriptif (Tabel 5.4.9) yang menunjukkan

bahwa jumlah generasi kedua yang tinggal di luar desa dengan tanaman utama

pangan tercatat sebanyak sebesar (39,29%).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan tujuan dari penelitian ini, maka dapat

diperolehbeberapa kesimpulan penting sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur kepala keluarga (generasi

pertama) di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi sebesar 64,31 tahun.

Dengan usia tersebut responden termasuk dalam kelompok umur tidak

produktif, hal ini ditunjukkan oleh sebesar 70,51% dari mereka yang

diwawancarai tidak punya pekerjaan. Bagian terbesar dari kepala keluarga

Page 237: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

217

berjenis kelamin laki-laki. Bagian terbesar tingkat pendidikan yang

ditamatkan adalah SD/sederajat. Persentase generasi pertama berdasarkan

asal provinsi yang terbesar adalah Jawa Tengah. Persentase generasi

pertama menurut status ketransmigrasian adalah Transmigrasi Umum

(88,10%). Alasan utama ikut transmigrasi adalah demi masa depan lebih

baik. Kedatangan dari daerah asal sebagian besar merupakan transmigrasi

langsung. Jumlah anggota rumah tangga yang dibawa dari daerah asal

berjumlah antara 3-4 orang. Penguasaan lahan oleh generasi pertama

masih tinggi dan ketergantungan mereka terhadap lahan diluar wilayah

transmigrasi tergolong rendah. Jumlah generasi pertama yang punya

pekerjaan sampingan lebih sedikit dibandingkan generasi kedua. Lapangan

usaha yang paling banyak ditekuni generasi pertama adalah di sektor

pertanian sebesar 92,95 persen. Dari jenis pekerjaan generasi pertama,

yang paling banyak ditekuni adalah pekerja kasar.

2. Rata-rata umur generasi kedua di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi

adalah 34,57 tahun, dengan usia tersebut menunjukkan mereka berada

dalam kelompok umur produktif. Persentase responden generasi kedua

menurut jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki. Jenis pekerjaan

generasi kedua masih berada sebagai tenaga usaha pertanian dan

peternakan, akan tetapi jumlahnya menurun drastis dibandingkan generasi

pertama. Bagian terbesar tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah

SLTA/sederajat sebanyak 54,76 persen. Persentase generasi kedua yang

bekerja di sektor formal lebih besar dibandingkan dengan generasi

pertama, terjadi peningkatan dalam status pekerjaan dimana persentase

generasi kedua sebagai pekerja terampil dan setengah terampil lebih

banyak dibandingkan dengan generasi pertama yang menekuni bidang

tersebut.

.

3. Secara rata-rata generasi kedua di daerah penelitian dapat dikatakan berhasil

dan sejahtera dibandingkan generasi pertama. Rata-rata jam kerja generasi

kedua berjumlah sebesar 39,05 jam dan telah melampaui jam kerja standar

yaitu 35 jam per minggu. Rata-rata pendapatan dan besarnya tabungan

generasi kedua lebih besar dari generasi pertama. Dari kondisi perumahan

secara keseluruhan kondisi generasi kedua lebih baik dari generasi pertama hal

ini terlihat dari penggunaan jenis lantai terluas, dinding terluas, jenis atap

terluas. Kepemilikan asset seperti: mobil, sepeda motor, mesin cuci, dan

kulkas generasi Kedua lebih baik dan lebih banyak dari generasi pertama.

4. Permukiman transmigran generasi kedua sebagian besar masih berada dalam

desa. Hanya sekitar seperlimanya yang telah keluar dari desa. Generasi kedua

yang masih berada dalam desa mempunyai alasan lahan yang tersedia pada

saat ini masih cukup luas. Sebagian generasi kedua yang keluar dari desa

Page 238: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

218

beralasan untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Faktor utama yang

mempengaruhi terjadinya sebaran permukiman transmigran generasi kedua di

Provinsi Jambi disebabkan faktor pendidikan, lapangan usaha, provinsi asal

orang tua, pendidikan orang tua dan komoditas tanaman utama yang

diusahakan.

5. Berdasarkan kepemilikan lahan generasi kedua lebih kecil dibandingkan

generasi pertama, namun demikian kesejahteraan mereka lebih tinggi, hal ini

disebabkan faktor penarik generasi kedua untuk keluar dari desa adalah untuk

memperoleh penghasilan lebih baik dan faktor pendorong adalah rendahnya

tingkat pendidikan di dalam desa sehingga fragmentasi lahan bukan faktor

utama yang menyebabkan generasi kedua meninggalkan desa. Hal ini

merupakan model pengembangangenerasi kedua transmigran yang terjadi di

Provinsi Jambi dan dapat dijadikan model percontohan tidak saja

untuktransmigrasi generasi pertama tetapi juga generasi kedua transmigran di

masa mendatang.

6.2 Saran Kebijakan

Berdasarkan kesimpulan terdapat tiga saran kebijakan yang dapat

dikembangkan dalam pembangunan transmigrasi ke depan yaitu:

1. Mengingat bahwa sebagian besar generasi kedua transmigran masih berada

di dalam desa dengan alasan kesejahteraan mereka masih lebih baik, dan

lahan yang digunakan masih cukup oleh karena itu pemerintah sebagai

pengambil kebijakan perlu mengadakan pembekalan terhadap transmigran

di bidangketerampilan, dan pemerintah harus melakukan alternatif agar

generasi kedua tidak tergantung terhadap lahan yang ada dan mereka tidak

terjebak hanya di sektor pertanian untuk mengantisipasi di masa yang akan

datang, sehingga dapat lebih meningkatkan pemanfaatan lahan ke arah

yang lebih produktif.

2. Tingkat pendidikan generasi kedua, lapangan usaha, provinsi asal orang

tua, tingkat pendidikan orang tua, dan jenis komoditas utama merupakan

faktor dominan yang mempengaruhi sebaran permukiman generasi kedua

di lokasi penelitian, oleh karena itu variabel-variabel tersebut perlu

diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di masa yang akan datang

terutama dalam proses seleksi calon transmigran di Provinsi Jambi,

sehingga di era otonomi daerah transmigrasi tidak menjadi beban bagi

daerah penerima yang pada akhirnya berdampak terhadap kemiskinan.

3. Dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk Provinsi Jambi umumnya

dan generasi kedua transmigran khususnya, sesuai dengan era otonomi

daerah, bahwa masyarakat transmigrasi adalah transmigran dan penduduk

setempat yang ditetapkan sebagai transmigran. Ke depan perlu memberi

peluang yang lebih besar kepada penduduk setempat (lokal) terutama yang

Page 239: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

219

tidak memiliki lahan atau yang mempunyai lahan sempit akan tetapi

mempunyai kemauan yang kuat untuk maju dan meningkatkan

kesejahteraannya. Untuk itu perlu pengembangan pola usaha yang tidak

semata-mata di sektor pertanian, akan tetapi lebih mengutamakan untuk

sektor-sektor non pertanian yang mampu mendorong terciptanya perluasan

kesempatan kerja di daerah transmigrasi.

6.3 Saran Penelitian Lanjutan

1. Model pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kesejahteraan

generasi kedua transmigran masih terbatas pada beberapa indikator

ekonomi, pada hal sebagaimana diketahui ukuran kesejahteraan lebih luas

dan komprehensif dari pada itu, sehingga perlu menjadi pertimbangan

untuk menggunakan beberapa indikator lain dalam kesejahteraan.

2. Perlu penelitian lanjutan sejenis dengan mengajukan model yang lain atau

dengan memodifikasi variabel yang digunakan serta perlu

memperbanyak/memperluas wilayah dan jumlah sampel yang dirujuk

dalam penelitian mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, A. 1986. Transmigrasi. Suatu Analisis Ekonomi. Dalam Sepuluh Windu

Transmigrasi Di Indonesia 1905-1985. Editor Swasono dan Singarimbun.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Alatas, S. 1995. Studi Migrasi Penduduk Indonesia. Dalam Migrasi dan Distribusi

Penduduk di Indonesia. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.

Jakarta.

Alkadri, Muchdi, Suhandojo. 2001. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah:

SumberdayaAlam, Sumberdaya Manusia, dan Teknologi. Jakarta: BPPT.

Adiatmojo, GD. 2008. Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi Kasus di Kawasan Transmigrasi

Page 240: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

220

Kaliorang Kabupaten Kutai Timur). (Disertasi) Sekolah Pasca Sarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Amir. A. 2007. Pembangunan dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Dalam Era

Globalisasi. (Teori, Masalah dan Kebijakan). Penerbit Biografika. Bogor.

Anharudin, Priyono, Susilo SRT. 2008. Transmigrasi di Era Kabinet Indonesia

Bersatu.Telaah Kritis Atas Rencana Strategis Transmigrasi Tahun 2005 –

2009. Jakarta. Bangkit Daya Insana.

Amri, A, Junaidi, Yulmardi. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi Dan

Penerapannya. IPB PRESS. Bogor.

Alihar,F. 2012. Transmigran dan Trauma Konflik Aceh. Jurnal Ketransmigrasian.

Vol. 29 No.2 Desember 2012.

Adisasmita, R. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi

dan Pertumbuhan Wilayah. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ah Maftuchan, Hoelman,B M, Fanggidae, V. 2016. Transformasi Kesejahteraan.

Pemenuhan hak ekonomi dan Kesehatan semesta. LP3ES. Jakarta.

Anonim. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jambi

2016-2021. Peraturan daerah Provinsi Jambi No. 7 Tahun 2016.

……….. 2017. Garis Kemiskinan Bank Dunia. September 2017. Jambi Ekspres. 6

Maret, 2018.

Beller, W. 1990. How to Sustain a Small Island. In Beller, W, P. d’Ayala and P

Hein (editors): Sustainable Development and Environmental

Management of Small Island. Man and the Biosphere Series, Vol.5.

Unesco and The Parthenon Publishing Group, Paris.

Blair, JP. 1991. Urban and Regional Economics. Boston: Richard D. Irwing. Inc.

Budiharsono. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan

Kelautan. Jakarta. Pradnya Pramita. Of Transmigration and

Bondy, France: ORSTOM.

Bazzi, S, Gaduh,Rothenberg, and Wong. 2016. Skill Transferability,

Migration, and Development: Evidence from Population

Resettlement in Indonesia: The American Economic Review.

September 2016.Artichel. Volume 106, number 9.

Biro Pusat Statistik .1979. Definisi Desa dan Urban dalam Sensus

Penduduk Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2000. Penduduk Sumatera Utara Asal Jawa. Jakarta.

Page 241: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

221

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2011. Jambi Dalam Angka 2011.

Jambi: BPS.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2015. Jambi Dalam Angka 2015.

Jambi.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2016. Jambi Dalam Angka 2016.

Jambi.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2010, Provinsi Jambi Tahun

2010.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015, Provinsi Jambi. Tahun

2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015, Kabupaten Tebo. Tahun

2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015 Kabupaten Muaro Jambi.

Tahun 2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.2015. Kabupaten Tanjung

Jabung Barat. Tahun 2015.

Charras, Pain. 1993. Spontaneous Settlements in Indonesia: Agricultural

Pioneers in Suthern Sumatera. Jakarta: Departemen.

Christou, A. 2008. Imagining “home”Diasporic landscapes of the Greek -

German Second Generation.

Dirdjosisworo. 2003. Pengantar Ilmu hukum. Jakarta. PT. Radja

Grafindopersada.

Everret, S, Lee. 1966. “A Theory of Migration” dalam Demography, vol. . . . 3

(Suatu Teori Migrasi) Pusat Penelitian Kependudukan. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Elfindri, Bachtiar. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Andalas University

Press. Padang.

Erfit.2011.Pengembangan Pola Kemitraan Pada Agribisnis Hortikultura .

(Disertasi). Program Pasca Sarjana, Universitas Andalas Padang.

Fearnside.P.M. 1997. Transmigration in Indonesia: Lessons From its

Environmental and Social Impacts.(journal) Environmental

management Vol. 21. No.4.

Feriyanto, N. 2014. Ekonomi Sumber daya Manusia. Dalam Perspektif

Indonesia. Cetakan Pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Page 242: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

222

Hardjono, J. 1986. Beberapa Segi Geografis Daripada Transmigrasi

Swakarsa. Dalam Sepuluh Windu Transmigrasi Di Indonesia.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Heryanti, Y. 2014. Analisis Dampak Interaksi Spasial Terhadap

Perkembangan PDRB dan Tenaga Kerja Kabupaten/Kota di

Provinsi Jambi. (Tesis). Program Magister Ilmu Ekonomi. FEB

Universitas Jambi. Jambi.

Ismail, R. 2007. Generasi Kedua Petani PIR: Perlu Dipikirkan atau

Biarkan Mereka Miskin?. Jurnal Harmoni Sosial, Mei 2007, vol. I,

N0.3.

Irawan dan Suparmoko, 2014. Ekonomika Pembangunan. BPFE. UGM

Yogyakarta. Edisi keenam.

John, Glasson. 1977. An Introduction to Regional Planning. London:

Hutchinson Educational.

Junaidi, Rustiadi, Slamet, Juanda. 2012. Pengembangan Penyelenggaraan

Transmigrasi Di Era Otonomi Daerah, Jurnal Visi Publ ik,

Vol.9.N0. 1, September 2012.

Junaidi .2012. Perkembangan Desa-Desa Eks Transmigrasi Dan Interaksi

Dengan Wilayah Sekitarnya Serta Kebijakan Ke Depan (Kajian Di

Provinsi Jambi), (Disertasi), Sekolah Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Kartomo,W. 2010. Kebijakan Kependudukan. Dalam Dasar-Dasar

Demografi. Edisi 2. LDFE UI. Jakarta.

Kemenakertrans. 2011. UPT Menjadi Pusat Pemerintahan 2010. Pusdatin

Kemenakertrans. Jakarta.

Mc, Gee. 1976. An Analysis of The Determinants of Internal labour

mobility in India, in Annual of regional Science 5.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.

World Bank Environmental paper No. 3 The World Bank, washington

DC, Washington.

Munir,R .2010. Migrasi dalam “Dasar-dasar Demografi” Lembaga

Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Muhammad, H.2015. Wawancara dengan Kepala Desa Sri Agung. Tentang

Generasi Kedua Transmigran. Januari 2015.

Page 243: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

223

Nugroho, I dan Dahuri R, 2004. Pembangunan Wilayah. Perspektif Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan. Jakarta. LP3ES.

Najiyati. 2005S.. Peluang Pengembangan Koorporasi Usaha Pertanian di

Permukiman Transmigrasi Pola Tanaman Pangan. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Ketransmigrasian.

Naim, M. .2013. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau, Edisi Ketiga, Divisi

Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Purboadiwidjojo, S. 1985. Mencari Suatu Sistem Untuk Melaksanakan

Pemindahan Penduduk Secara Besar-besaran. Dalam Sepuluh Windu

Transmigrasi Di Indonesia, 1905-1985. Editor Swasono dan

Singarimbun. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

P3T, 1990. Persatuan Pensiunan Pegawai Transmigrasi. Bunga Rampai

Transmigrasi dari Sabang – Dili- Merauke. Buku II. Pemutra Jakarta.

Pasya. 2004. Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik dan Negosiasi di

Sumberjaya, Lampung Barat-Provinsi Lampung. Jurnal Agrivita. Vo.26

No1.

Purbandini,L dan Pandiadi. 2012. Analisis Proses Penyediaan Tanah Hak Untuk

Pembangunan Permukiman Transmigrasi Tinauka SP1 Kabupaten

Donggala. Jurnal Ketransmigrasian vol. 29 No. 1 Juli 2012. Puslitbang

Ketransmigrasian. Jakarta.

[Pusdatin Trans, IPB] Pusat Data dan Informasi Transmigrasi, Institut Pertanian

Bogor. 2012. Pengkajian Informasi dan Analisis Tingkat Perkembangan

UPT dan Tingkat Kesejahteraan Transmigrasi. Jakarta: Pusdatin

Transmigrasi.

Rahardja dan Manurung. 2001. Teori Ekonomi Makro. Suatu Pengantar. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Ratna Sari. 2012. Kisah Sukses Generasi Kedua. Desa Karang Indah, Kecamatan

Mandastana,Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

www.jpnn.com/read/2012/08/05/135897.Efrianti, September 2015.

Ria Efrianti. 2015. Kisah Sukses Generasi Kedua di Kawasan Transmigrasi

Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.

Republik Indonesia. 1958. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1958 tentang

Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi. Jakarta: Sekretaris Negara.

Republik Indonesia 1959. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1959 tentang

Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi. Jakarta: Sekretariat

Negara.

Page 244: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

224

Republik Indonesia 1960. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.

29 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi.

Republik Indonesia 1965. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 1965 tentang Gerakan

Nasional Transmigrasi. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 1972. Undang-Undang No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Transmigrasi. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1973 tentang

Penyelenggaraan Daerah Transmigrasi. Jakarta. Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 199 tentang Lingkup

Geografis Kawasan Transmigrasi. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004.

TentangPemerintahan Daerah. Jakarta. Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 tentang

Ketransmigrasian. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2014. Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang No.15 Tahun 1997 tentang

Ketransmigrasian Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No. 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian. Jakarta. Sekretariat

Negara.

Rofiq. A. Utomo. 1998. Membangun Desa- Desa Transmigrasi (Membangun UPT

Model). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen

Transmigrasi dan Permukiman Perambahan Hutan RI.

Riyadi. 2004. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah; Kajian Konsep dan

Aplikasi. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan

Wilayah BPPT.

Rustiandi, E dan Junaidi. 2011. Transmigrasi Dan Pengembangan Wilayah

(Makalah). Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI di Jakarta.

Februari 2011.

Sunarto, HS. 1985 Penduduk Indonesia Dalam Dinamika Migrasi 1971-1980, Dua

Dimensi,Yogyakarta.

Sadono, S. 1986. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat. Medan.

Soetrisno. 1986. Peranan Transmigrasi Dalam Stabilitas Sosial Politik

Page 245: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

225

Daerah Perbatasan Dan Problematiknya: Kasus Irian Jaya. Dalam. Windu

Transmigrasi Di Indonesia. 1905-1985. Editor. Swasono dan Singarimbun.

PenerbitUniversitas Indonesia (UI-PRESS)

Swasono dan Singarimbun. 1986. Sepuluh Windu Transmigrasi Di Indonesia

1905- 1985. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Soeratno dan Arsyad, L. 1995. Metodologi Penelitian, Untuk ekonomi dan Bisnis.

UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Saefulhakim, Rustiadi, Panuju. 2001. Studi Penyusunan Wilayah Strategis

Development Region). Bogor: IPB dan Bappenas..

Santoso, AJ. 2003. Studi Kontribusi Transmigrasi Terhadap Pembangunan

Daerah. Puslitbang Ketransmigrasian. Jakarta.

Siswono. Y. 2003. Transmigrasi. Kebutuhan Negara Kepulauan Berpenduduk

Heterogen dengan Persebaran yang Timpang. Jakarta. PT. Junalindo

Aksara Grafika.

Syahroni. 2004. Pengertian dasar dan Generik tentang Perencanaan Pembangunan

Daerah. (Makalah). Kerjasama Departemen Dalam Negeri dengan GTZ.

Jakarta.

Soegiarto S, Saidin S, Warsono, HS. Bustani N, Kuswandari D. 2005.Berbagai

Model Permukiman kembali. Studi Perbandingan Beberapa Negara.

Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Strauss, A. 2005. Dasar –dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Setiawan, N.2006. Satu Abad Transmigrasi di Indonesia: Perjalanan Sejarah

Pelaksanaan, 1905-2005.Pusat Penelitian Kependudukan. Universitas

Padjadjaran. Bandung.

Slamet. Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Lembaga Pengembangan Pendidikan

(LPP) Dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press)

.Surakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Penerbit Baduose .Media,

Padang.

Soegiarto, S. 2008. Transmigrasi. Belajar dari Kisah Sukses. Jakarta. PT. Pustaka

Sinar Harapan.

Simbolon, HB. 2009. Model Analisis Kebijakan Pengembangan Kawasan

Transmigrasi Berkelanjutan. (Studi Kasus Kawasan Transmigrasi Rasau

Jaya Kabupaten Pontianak). (Disertasi).Sekolah Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Page 246: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

226

Sumarsono, 2010. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber daya Manusia.

Edisi Pertama. Yogyakarta, Graha Ilmu.

Syofwan, B. 2012. Dulu Sempat Malu Mengaku Anak Transmigrasi. Syofwan @

riaupos.co.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan ke 18

Penerbit Alfabeta Bandung, Bandung

Todaro, MP. 1979. Economic for a developing.World, an Introduction to a

Principle, Problem and Policies for Development. London. Longman.

------------. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Jilid 1. Alih Bahasa

Munandar H. Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Titus, Milan, J .1982. Migrasi Antar Daerah DI Indonesia, PPS Kependudukan,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi

Aksara. Jakarta.

Tukiran. 2002. Mobilitas Penduduk Indonesia. Tinjauan Lintas Disiplin. Pusat

Studi Kependudukan dan Kebijakan. UGM. Yogyakarta.

Warsono, Sarjono Herry. 2012. Transmigrasi, Perpindahan Penduduk dan

Disparitas Ekonomi Wilayah. Jurnal Visi Publik.September 2012.

Widaryanto. 2012. Analisis Keragaman Jenis Usaha dan Kelembagaan Ekonomi

di Pusat Kota Terpadu (KTM). Pusat Penelitian dan Pengembangan

Ketransmigrasian. Jakarta. Desember 2012.

Yudohusodo S. 1997. Refleksi Sejarah dan Arah Kebijaksanaan Transmigrasi di

Masa Mendatang. Di dalam Utomo M, Ahmad R, editor. 90 Tahun

Kolonisasi 45 Tahun Transmigrasi. Jakarta: Puspa Swara.

Yulmardi, 2008. Makalah Mobilitas Penduduk. Pelatihan Perencanaan

Pembangunan Daerah (PPD). Kerja Sama Fakultas Ekonomi Universitas

Jambi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun. Tahun 2008.

Page 247: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

227

Lampiran 1. Kuesioner untuk Generasi Pertama

KUESIONER (1)

Responden adalah: Kepala Keluarga (KK) transmigrasi Generasi Pertama atau

Dapat diwakili oleh salah seorang Anggota Rumah tangga.

PENELITIAN DISERTASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN TRANSMIGRASI

Page 248: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

228

(Studi Pada Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks Transmigrasi

Dalam Provinsi Jambi)

YULMARDI

NIM P3C114024

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI

PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

2017

Responden:(1) Rumah Tangga yang mempunyai Generasi kedua transmigrasi

berumur di atas 20 tahun atau telah menikah.

(2) Jika kedua orang tua sudah meninggal, dan Generasi kedua yang

menjadi Kepala Keluarga (KK) tidak termasuk dalam sampel.

1. Nama Enumerator :

………………………………………………………………….

Page 249: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

229

I. KETERANGAN WAWANCARA

II. IDENTITAS KEPALA KELUARGA

1. Umur.......................

2. Daerah Asal: Kecamatan.................. Kabupaten ……………. Provinsi……………………

3. Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan

4. Pendidikan

Tidak/belum pernah sekolah

1. Tidak/belum tamat SD

2. SD/Ibtidaiyah/Paket A

3. SMP/Tsanawiyah/Paket B

4. SMP Kejuruan

5. SMA/Aliyah/Paket C

6. SMK

7. Diploma I/II

8. Diploma III 9. Diploma IV/S1 10. S2/S3

5. Pekerjaan Utama

a. Lapangan Usaha

2. Nama Kepala Rumah Tangga :

…………………………………………………………………...

3. Nomor Urut Keluarga : ………………………………………………………………….

4. Nama Responden Keluarga : ………………………………………………………………….

5. Alamat Responden : Jalan/Gang ……………………………………………………

RT/RW/Dusun …………………………………………………

Kelurahan/Desa ……………………………………………….

Kecamatan …………………………………………………….

6. Tanggal Wawancara :

……..…………………………………………...........................

7. Waktu Wawancara : Mulai jam ……………………Selesai Jam

…………………..

Page 250: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

230

1. Pertanian 8. Industri

2. Pertanian tanaman pangan 9. Listrik, Gas dan Air bersih

3. Perkebunan 10.Bangunan

4. Kehutanan 11. Perdagangan, Hotel dan Restoran

5. Peternakan 12. Pengangkutan dan komunikasi

6. Perikanan 13. Keuangan, persewaan

7. Pertambangan 14. Jasa-jasa

b. Jenis Pekerjaan/Jabatan

1. Pejabat lembaga, Legislatif, Pejabat tinggi dan Manajer

2. Tenaga professional

3. Teknisi dan asisten tenaga professional

4. Tenaga tata usaha

5. Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan di toko dan pasar

6. Tenaga usaha pertanian dan Peternakan

7. Tenaga pengolahan dan kerajinan,ybdi

8. Operator dan perakit mesin

9. Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi

10. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara RI.

c. Status/Kedudukan dalam Pekerjaan

1.Berusaha sendiri

2.Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak dibayar

3.Berusaha dengan buruh tetap

4.Buruh/Karyawan

5.Pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar

6. Jam kerja selama seminggu yang lalu

7. Rata-rata jam kerja perminggu dalam setahun terakhir

8. Penghasilan sebulan yang lalu dari pekerjaan utama .

9. Pekerjaan Sampingan

a. Lapangan Usaha

1. Pertanian 8. Industri

2. Pertanian tanaman pangan 9. Listrik, Gas dan Air bersih

3. Perkebunan 10.Bangunan

4. Kehutanan 11. Perdagangan, Hotel dan Restoran

5. Peternakan 12. Pengangkutan dan komunikasi

6. Perikanan 13. Keuangan, persewaan

7. Pertambangan 14. Jasa-jasa

Page 251: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

231

b. Jenis Pekerjaan/Jabatan

1. Pejabat lembaga, Legislatif, Pejabat tinggi dan Manajer

2. Tenaga professional

3. Teknisi dan asisten tenaga professional

4. Tenaga tata usaha

5. Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan di toko dan pasar

6. Tenaga usaha pertanian dan Peternakan

7. Tenaga pengolahan dan kerajinan,ybdi

8. Operator dan perakit mesin

9. Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi

10. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara RI.

c. Status/Kedudukan dalam Pekerjaan

1.Berusaha sendiri

2.Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak dibayar

3.Berusaha dengan buruh tetap

4.Buruh/Karyawan

5.Pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar

10. Jam kerja selama seminggu yang lalu

11. Rata-rata jam kerja perminggu dalam setahun terakhir

12. Penghasilan sebulan yang lalu dari pekerjaansampingan .

III. STRUKTUR ANGGOTA RUMAH TANGGA

No Nama Status Dalam

Keluarga

Umur

(TH) L/P

Pendidikan

Status

kawin

Kegiatan

utama

Eligible

Generasi

Kedua

1.

2.

3.

Page 252: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

232

4.

5.

6.

7.

IV. ASPEK KETRANSMIGRASIAN

1. Apa alasan utama Bapak/Ibu/ Sdr bertransmigrasi?

1. Tidak memiliki lahan

2. Terpaksa pindah karena pembangunan bendungan

3. Tidak memiliki pekerjaan

4. Demi masa depan yang lebih baik

5. Ikut keluarga

6. Lainnya (sebutkan)...................................................................................

2. Tahun berapa mulai tinggal di desa ini? Tahun...........................

3. Status Ketransmigrasian

1. Transmigrasi Umum

2. Transmigrasi Spontan

3. Transmigrasi Lainnya (Sebutkan)...............................................

4. Apakah KK dari daerah asal langsung ke lokasi ini?

1.Ya (ke P.6)

2.Tidak

5. Jika tidak, ke lokasi mana sebelumnya KK bertransmigrasi/ berpindah?

Page 253: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

233

Provinsi : ........................................

Kabupaten : ........................................

Kecamatan: .........................................

6.Jumlah anggota rumah tangga yang dibawa ketika awal bertransmigrasi

ke lokasi ini.................................. orang

7. Susunan Anggota Rumah Tangga yang dibawa ketika awal bertransmigrasi

No Nama ART Status Dalam

Keluarga Umur(Th) L/P Pendidikan

1

2

3

4

8.Apakah ada anak Bapak/Ibu/Sdr (KK) yang berumur diatas 20 tahun,

atau yang telahMenikah tidak tinggal dirumah ini?

1.Ya

2.Tidak(langsung ke bagian V)

9. Jika ya, mohon rincikan informasi anak tersebut:

No. Nama Umur L/P Pendidikan Status Kawin

V. KEADAAN EKONOMI KELUARGA

1. Kepemilikan Lahan.

No. Status Lahan Luas Lahan Jenis Tanaman

Page 254: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

234

(Ha)

1 Milik sendiri, dan digarap sendiri

2. Milik sendiri dan digarap orang

lain

3 Milik orang lain yang digarap

4 Lainnya (sebutkan)

2.Perumahan

a. Luas Lantai ............................. M2

b. Jenis Lantai terluas

Page 255: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

235

Lampiran 2. Kuesioner untuk Generasi kedua

1. Tanah

2.Semen

3.Kramik

4. Papan

5. Lainnya (sebutkan) ........................................

c. Jenis Dinding terluas

1. Papan

2. Bata

3. Lainnya (sebutkan) ........................................

d. Jenis Dinding terluas

1. Papan

2. Bata

3. Lainnya (sebutkan) ........................................

e. Jenis atap terluas

1. Seng

2. Genteng

3. Sirap

4. Lainnya (sebutkan) ........................................

3. Aset rumah tangga yang dimiliki saat ini 1. Mobil = ……….. buah

.2.Sepeda Motor = ……… buah

.3.Mesin cuci = ………. buah

4. Kulkas =……….. buah

5. Komputer/Laptop =……….. buah

4. Penghasilan anggota rumah tangga perbulan Rp...........

5. Tabungan saat ini Rp.........................

Page 256: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

236

KUESIONER (2)

Responden adalah: Transmigrasi Generasi Kedua (anak Transmigran Generasi

Pertama) yang telah berumur diatas 20 tahun atau telah

Menikah, baik yang masih tinggal di desa sendiri maupun

yang telah melakukan migrasi keluar.

PENELITIAN DISERTASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN TRANSMIGRASI

(Studi Pada Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks Transmigrasi

Dalam Provinsi Jambi)

YULMARDI

NIM P3C114024

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI

PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

2017

Responden: Adalah Generasi kedua yang berumur di atas 20 tahun atau lebih

atau telah menikah, baik yang masih tinggal didesa sendiri ataupun

yang telah melakukan migrasi keluar.

1. Nama Enumerator : ...............................................

Page 257: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

237

2. No. Urut Rumah Tangga Induk : ................................................

3. No. Responden : ...............................................

4. Nama Responden : ...............................................

5. Alamat Responden : Jalan/Gang ..............................

RT/RW/Dusun ………………………..……

Kelurahan/Desa …………………………….

Kecamatan ………………………………….

6. Tanggal Wawancara : ...............................................

7. Waktu Wawancara ...................... : Mulai jam .......... Selesai Jam.......

I. KETERANGAN WAWANCARA

II. IDENTITAS GENERASI KEDUA

1. Umur .......................

2. Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan

3. Pendidikan

1. Tidak/belum pernah sekolah

2. Tidak/belum tamat SD

3. SD/Ibtidaiyah/Paket A

4. SMP/Tsanawiyah/Paket B

5. SMP Kejuruan

6. SMA/Aliyah/Paket C

7. SMK

8. Diploma I/II

9. Diploma III 10. Diploma IV/S1 11. S2/S3

4. Pekerjaan Utama

a. Lapangan Usaha

Page 258: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

238

1. Pertanian 8. Industri

2. Pertanian tanaman pangan 9. Listrik, Gas dan Air bersih

3. Perkebunan 10.Bangunan

4. Kehutanan 11. Perdagangan, Hotel dan Restoran

5. Peternakan 12. Pengangkutan dan komunikasi

6. Perikanan 13. Keuangan, persewaan

7. Pertambangan 14. Jasa-jasa

b. Jenis Pekerjaan/Jabatan

1. Pejabat lembaga, Legislatif, Pejabat tinggi dan Manajer

2. Tenaga professional

3. Teknisi dan asisten tenaga professional

4. Tenaga tata usaha

5. Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan di toko dan pasar

6. Tenaga usaha pertanian dan Peternakan

7. Tenaga pengolahan dan kerajinan,ybdi

8. Operator dan perakit mesin

9. Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi

10. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara RI.

c. Status/Kedudukan dalam Pekerjaan

1.Berusaha sendiri

2.Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak dibayar

3.Berusaha dengan buruh tetap

4.Buruh/Karyawan

5.Pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar

5. Jam kerja selama seminggu yang lalu

6. Rata-rata jam kerja perminggu dalam setahun terakhir

7. Penghasilan sebulan yang lalu dari pekerjaan utama

8. Pekerjaan Sampingan

a. Lapangan Usaha

1. Pertanian 8. Industri

2. Pertanian tanaman pangan 9. Listrik, Gas dan Air bersih

3. Perkebunan 10.Bangunan

4. Kehutanan 11. Perdagangan, Hotel dan Restoran

5. Peternakan 12. Pengangkutan dan komunikasi

6. Perikanan 13. Keuangan, persewaan

7. Pertambangan 14. Jasa-jasa

b. Jenis Pekerjaan/Jabatan

Page 259: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

239

1. Pejabat lembaga, Legislatif, Pejabat tinggi dan Manajer

2. Tenaga professional

3. Teknisi dan asisten tenaga professional

4. Tenaga tata usaha

5. Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan di toko dan pasar

6. Tenaga usaha pertanian dan Peternakan

7. Tenaga pengolahan dan kerajinan,ybdi

8. Operator dan perakit mesin

9. Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi

10. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara RI.

c. Status/Kedudukan dalam Pekerjaan

1.Berusaha sendiri

2.Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak dibayar

3.Berusaha dengan buruh tetap

4.Buruh/Karyawan

5.Pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar

9. Jam kerja selama seminggu yang lalu

10. Rata-rata jam kerja perminggu dalam setahun terakhir

11. Penghasilan sebulan yang lalu dari pekerjaan sampingan . .

III. STRUKTUR ANGGOTA RUMAH TANGGA GENERASI KEDUA

No Nama

Status

Dalam

Keluarga

Umur

(TH) L/P

Pendidikan

Status

kawin

Kegiatan

utama

Eligible

Generasi

Kedua

1

2

3

4

5

6

IV. ASPEK KETRANSMIGRASIAN GENERASI KEDUA

Page 260: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

240

1.Tempat tinggal saudara terakhir (saat ini)

1. Di desa transmigrasi (serumah dengan orang tuanya)

2. Di desa transmigrasi tapi tidak serumah dengan orang tuanya.

3. Di luar desa transmigrasi, tapi masih dalam kabupaten

4. Di luar desa transmigrasi tapi masih dalam Provinsi Jambi.

2. Jika masih dalam desa transmigrasi, jelaskan alasan saudara

1. Lahan yang tersedia masih luas

2. Lahan merupakan warisan orang tua

3. Mudah memperoleh pekerjaan

4. Lainnya (sebutkan)

3. Bila keluar dari desa, apa alasan utama Saudara?. 1. Terbatasnya lahan di desa transmigrasi

2. Untuk memperoleh pendidikan lebih baik

3. Untuk memperoleh penghasilan lebih baik

4. Terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan

5. Ikut keluarga.

6. Lainnya (sebutkan)

V. KEADAAN EKONOMI GENERASI KEDUA

1. Kepemilikan Lahan.

No. Status Lahan Luas Lahan

(Ha)

Jenis Tanaman

1 Milik sendiri, dan digarap sendiri

2. Milik sendiri dan digarap orang

lain

3 Milik orang lain yang digarap

4 Lainnya (sebutkan)

2. Perumahan

Page 261: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

241

a. Luas Lantai ............................. M2

b. Jenis Lantai terluas

1. Tanah

2.Semen

3.Kramik

4. Papan

5. Lainnya (sebutkan) ........................................

c. Jenis Dinding terluas

1. Papan

2. Bata

3. Lainnya (sebutkan) ........................................

d.Jenis atap terluas

1. Seng

2. Genteng

3. Sirap

4. Lainnya (sebutkan) ........................................

e.Status Kepemilikan Rumah

1. Milik Sendiri

2. Milik Orang Tua

3. Kontrak / Sewa

4. Lainnya (Sebutkan)........................

3. Aset rumah tangga yang dimiliki saat ini

Page 262: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

242

1) Mobil = ……….. buah

2) Sepeda Motor = ……….. buah

3) Mesin cuci = ……….. buah

4) Kulkas =……….. buah

5) Komputer/Laptop =……….. buah

4. Penghasilan anggota rumah tangga perbulan Rp.........................

5. Tabungan saat ini Rp.........................

VI. KEADAAN EKONOMI KELUARGA

25. Jika dibandingkan dengan keadaan orang tua saudara sekitar 15 tahun yang

lalu, bagaimana kehidupan saudara saat ini :

1. Lebih buruk

2. Sama saja

3. Cukup

4. Lebih baik

3. Jika dibandingkan dengan keadaan orang tua saudara pendidikan yang saudara

miliki saat ini:

1. Sama dengan orang tua

2. Setingkat lebih tinggi

3. Dua tingkat lebih tinggi

4. Tiga tingkat lebih tinggi.

3. Berapa jumlah pendapatan yang saudara simpan (tabung) rata-rata per bulan:

1. <dari 10 %

2. 2.10 – 19 %

3. 20 – 30 %

4. ≥ 30

Terima kasih atas kesabarandan

partisipasibapak/ibu/saudaradalam menjawab pertanyaanyang

telah diajukan.

Page 263: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

243

Lampiran 3: Surat izin pengumpulan data untuk Disertasi

K E M E N T E R I A N R I S E , T E K N O L O G I D A N P E N D I D I K A N T I N G G I U N I V E R S I T A S J A M B I

PASCASARJANA P R O G R A M D O K T O R I L M U E K O N O M I

Jalan. Abdul Manaf Kampus UNJA Telanaipura Telp./Fax. 0741 3062513 E-mail : [email protected] - website:www.s3ie.unja.ac.id

Jambi, 29 Maret 2017

No. : 79/UN21.14.4/EP/2017

Lampiran : 1 Lembar

Hal : Pengumpulan data untuk disertasi

Kepada Yth.

1. Camat Kecamatan Rimbo Bujang

2. Camat Kecamatan Batang Asam

3. Camat Kecamatan Sungai Bahar

DI –Tempat

Dengan ini kami sampaikan bahwa saudara:

Nama : Yulmardi

NIM : P3C114024

Program Studi : Program Doktor Ilmu Ekonomi

Konsentrasi : Ilmu Ekonomi

Judul Disertasi :Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Transmigrasi

(Studi Pada Generasi Kedua Di Desa-Desa Eks Transmigrasi Dalam

Provinsi Jambi)

Adalah Kandidat Doktor pada Program Doktor Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas

Jambi yang akan melakukan pengumpulan data primer dalam rangka penyusunan

disertasiyang dimulai dari tanggal 2 April sampai dengan 2 Juli 2017. Untuk itu, kami

mohon bantuan dan kemudahan mengakses data pada Instansi yang Bapak/Ibu pimpin.

Adapun daftar lokasi dalam kecamatan yang kami pilih sebagaimana terlampir.

Demikianlah surat ini kami sampaikan, atas bantuan Bapak/Ibu kami ucapkan terima

kasih

Ketua Program,

Prof. Dr. H. Amri Amir, SE, MS NIP.195411271984031001

Page 264: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

244

Daftar Nama Desa Lokasi Pengumpulan Data Di Propinsi Jambi

No Nama Desa Kecamatan Kabupaten

1 Desa Perintis Rimbo Bujang Tebo

2 Desa Rimbo Mulyo

3 Desa Sri Agung

Batang Asam Tanjung Jabung Barat

4 Rawa Medang

5 Marga Mulya

Sungai Bahar Muaro Jambi

6 Panca Mulya

Ketua Program,

Prof. Dr. H. Amri Amir, SE, MS NIP.195411271984031001

Lampiran 4 surat rekomendasi dari desa tempat penelitian

Page 265: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

245

Page 266: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

246

Page 267: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

247

Page 268: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

248

Page 269: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

249

Page 270: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

250

Page 271: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

251

Lampiran 5: Deskripsi Data Generasi Pertama Transmigran dilokasi Penelitian

No Desa Kcmt Umur Prov. Asal Pek. Jen.Pek Stt.Pek JKML R.Jk Y

Pek.Utm

1 Perintis RB 65 Jateng 3 6 1 48 35 3000000

2 Perintis RB 90 Jogja 1 6 1 15 10 1000000

3 Perintis RB 89 Jogja 1000000

4 Perintis RB 70 Jogja 3 6 1 56 41 4000000

5 Perintis RB 65 Jogja 3 6 1 24 20 1500000

6 Perintis RB 71 Jogja 3 1 40 30 2000000

7 Perintis RB 76 Jogja 3 6 1 16 10 1800000

8 Perintis RB 73 Jogja 1800000

9 Perintis RB 70 Jogja 3 6 1 18 15 4000000

10 Perintis RB 65 Jogja 5 6 1 40 30 3200000

11 Perintis RB 66 Jogja 8 8 1600000

12 Perintis RB 65 Jogja 3 6 1 24 20 1800000

13 Perintis RB 65 Jogja 3 6 1 56 50 3000000

14 Perintis RB 82 Jateng 1400000

15 Perintis RB 58 Jateng 3 6 1 20 20 2200000

16 Perintis RB 70 Jateng 10 9 4 2800000

17 Perintis RB 59 Jateng 3 6 1 7000000

18 Perintis RB 69 Jateng 3 6 1 6000000

19 Perintis RB 72 Jabar 3 9 1 1300000

20 Perintis RB 80 Jabar 1 3 21 18 1800000

21 Perintis RB 65 Jabar 1 3 21 20 2000000

22 Perintis RB 85 Jabar 1 6 3 18 18 2800000

23 Perintis RB 77 Jabar 5000000

24 Perintis RB 75 Jabar 2000000

25 Perintis RB 72 Jabar 1 3 40 30 2000000

26 Perintis RB 80 Jabar 2 3 2500000

27 Perintis RB 82 Jabar 1 3 2000000

28 Perintis RB 72 Jabar 3 6 1 21 18 2000000

Page 272: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

252

29 Perintis RB 80 Jateng 1 9 4 2800000

30 RB Mulyo RB 80 Jateng 1 6 3 1500000

31 RB Mulyo RB 95 Jateng 2500000

32 RB Mulyo RB 80 Jateng 1 6 1 10 9 1800000

33 RB Mulyo RB 80 Jateng 1500000

34 RB Mulyo RB 80 Jateng 2100000

35 RB Mulyo RB 80 Jateng 2000000

36 RB Mulyo RB 68 Jateng 1 6 1 14 12 1500000

37 RB Mulyo RB 69 Jateng 1 6 1 12 10 1500000

38 RB Mulyo RB 80 Jateng 1800000

39 RB Mulyo RB 90 Jateng 1500000

40 RB Mulyo RB 85 Jateng 2000000

41 RB Mulyo RB 70 Jateng 1500000

42 RB Mulyo RB 80 Jateng 1500000

43 RB Mulyo RB 69 Jateng 3 6 2 14 14 3000000

44 RB Mulyo RB 82 Jateng 1 6 1 18 15 1500000

45 RB Mulyo RB 66 Jateng 14 5 4 34 30 1200000

46 RB Mulyo RB 66 Jateng 2 6 2 6 6 1900000

47 RB Mulyo RB 70 Jateng 3 6 5 14 14 2500000

48 RB Mulyo RB 74 Jateng 1800000

49 RB Mulyo RB 78 Jateng 3 6 2 1800000

50 RB Mulyo RB 69 Jateng 3 6 2 14 14 1000000

51 RB Mulyo RB 79 Jateng 3 6 2 24 24 2000000

52 RB Mulyo RB 65 Jateng 1400000

53 RB Mulyo RB 70 Jateng 3 6 5 7 7 1300000

54 RB Mulyo RB 82 Jateng 2 1 4 4 1300000

55 RB Mulyo RB 67 Jateng 3 6 5 14 14 2000000

56 RB Mulyo RB 62 Jateng 3 6 5 35 35 2500000

57 RB Mulyo RB 59 Jateng 3 6 1 1400000

58 Sri Agung BA 65 Jambi 35 4000000

59 Sri Agung BA 63 Jambi 35 6000000

60 Sri Agung BA 53 Lampung 2 6 1 37 3500000

61 Sri Agung BA 55 Jatim 1 6 1 35 3500000

62 Sri Agung BA 70 Jateng 2 6 1 35 3800000

Page 273: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

253

63 Sri Agung BA 65 Jabar 2 6 1 42 4000000

64 Sri Agung BA 58 Jateng 3 6 1 40 4000000

65 Sri Agung BA 65 Jambi 2 6 1 38 3700000

66 Sri Agung BA 53 Jambi 11 5 1 35 4000000

67 Sri Agung BA 62 Jatim 2 6 1 46 4000000

68 Sri Agung BA 56 Jambi 3 6 1 24 3700000

69 Sri Agung BA 64 Jatim 2 6 1 42 6000000

70 Sri Agung BA 65 Jateng 3 2 1 35 3600000

71 Sri Agung BA 74 Jabar 2 6 1 56 3500000

72 Sri Agung BA 57 Jabar 1 6 1 49 3000000

73 Sri Agung BA 65 Jatim 2 6 1 49 3500000

74 Sri Agung BA 50 Jatim 11 4 1 56 56 5000000

75 Sri Agung BA 56 Jateng 1 6 1 48 48 4500000

76 Sri Agung BA 65 Jateng 1 6 1 48 48 3000000

77 Sri Agung BA 48 Jatim 1 6 1 35 35 3500000

78 Sri Agung BA 67 Jatim 1 6 1 28 28 2500000

79 Sri Agung BA 52 Jogja 1 1 28 28 2500000

80 Sri Agung BA 75 Jatim 2 6 1 38 36 2800000

81 Sri Agung BA 75 Jambi 1 6 1 35 32 4200000

82 Sri Agung BA 63 Jatim 2 6 1 49 49 2500000

83 Sri Agung BA 56 Lampung 2 6 1 56 56 3000000

84 Sri Agung BA 66 Lampung 2 6 1 50 56 3000000

85 Sri Agung BA 65 Jatim 2 6 1 42 42 4000000

86 RW Medang BA 65 Jateng 1 6 1 49 49 4000000

87 RW Medang BA 67 Jateng 1 6 1 42 2700000

88 RW Medang BA 60 Jambi 1 6 4 56 3000000

89 RW Medang BA 48 Jateng 1 6 1 1500000

90 RW Medang BA 65 Jatim 3 6 1 36 36 2000000

91 RW Medang BA 54 Jogja 10 9 4 49 49 2400000

92 RW Medang BA 79 Jateng 2 6 1 56 56 3000000

93 RW Medang BA 60 Jateng 2 6 1 49 49 2600000

94 RW Medang BA 57 Lampung 3 6 1 35 2700000

95 RW Medang BA 55 Jatim 3 6 1 38 3800000

96 RW Medang BA 48 Jateng 2 6 1 38 2500000

Page 274: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

254

97 RW Medang BA 55 Jambi 3 6 1 40 3550000

98 RW Medang BA 55 Jambi 3 6 1 40 4500000

99 RW Medang BA 55 Jabar 2 6 42 2000000

100 RW Medang BA 65 Jateng 2 6 1 3500000

101 RW Medang BA 65 Jateng 1 6 2 36 2500000

102 RW Medang BA 63 Jateng 1 6 1 49 49 3500000

103 RW Medang BA 62 Jogja 2 6 2 56 56 4000000

104 RW Medang BA 65 Jateng 2 6 1 56 56 3000000

105 RW Medang BA 60 Jateng 1 6 1 65 65 4000000

106 RW Medang BA 80 Jateng 1 6 1 49 49 1600000

107 RW Medang BA 60 Sumsel 2 6 1 35 3500000

108 RW Medang BA 83 Jateng 2 6 1 35 3500000

109 RW Medang BA 67 Jateng 2 6 1 49 3500000

110 RW Medang BA 65 Jabar 2 6 1 42 4000000

111 RW Medang BA 66 Jabar 3 6 1 38 4000000

112 RW Medang BA 59 Jatim 2 6 1 56 56 3000000

113 RW Medang BA 54 Jogja 2 6 1 56 56 4000000

114 MG Mulya SB 55 Jateng 3 6 1 24 14 2000000

115 MG Mulya SB 59 Jogja 3 6 2 21000000

116 MG Mulya SB 50 Jogja 3 6 3 12 900000

117 MG Mulya SB 59 Jogja 3 9 1 12 3500000

118 MG Mulya SB 60 Jogja 3 3 6 6 10000000

119 MG Mulya SB 56 sumut 3 3 12 12 5000000

120 MG Mulya SB 61 Jogja 3 9 1 12 10 3500000

121 MG Mulya SB 50 Sumbar 11 1 50 48 4500000

122 MG Mulya SB 65 Jogja 3 9 1 10 2000000

123 MG Mulya SB 57 sumut 3 9 1 12 12 8000000

124 MG Mulya SB 59 sumut 3 1 12 10 3200000

125 MG Mulya SB 61 Jatim 3 9 2 12 12 4000000

126 MG Mulya SB 55 Jogja 14 2 4 18 18 5000000

127 MG Mulya SB 50 Jambi 3 1 12 12 4500000

128 MG Mulya SB 57 Jateng 3 6 1 12 12 2500000

129 MG Mulya SB 55 Jogja 3 6 5 24 14 2000000

130 MG Mulya SB 57 Jogja 1 9 5 24 25 7000000

Page 275: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

255

131 MG Mulya SB 62 Jogja 1 6 5 18 20 1500000

132 MG Mulya SB 68 Jogja 1 6 2 10 15 3000000

133 MG Mulya SB 48 Jogja 1 6 1 32 36 3000000

134 MG Mulya SB 58 Jogja 1 6 1 18 22 2500000

135 MG Mulya SB 59 Jogja 1 6 1 18 24 2500000

136 MG Mulya SB 53 Jogja 1 6 1 18 22 2500000

137 MG Mulya SB 56 Jogja 1 6 2 18 20 2000000

138 MG Mulya SB 60 Jogja 1 6 2 10 14 3000000

139 MG Mulya SB 53 Jogja 1 6 2 14 18 2500000

140 MG Mulya SB 62 Jogja 1 6 2 10 14 2500000

141 MG Mulya SB 63 Jogja 1 6 2 8 12 4000000

142 PC Mulya SB 65 Jabar 3 9 1 12 7 4000000

143 PC Mulya SB 78 Jateng 3 9 1 4 9 15000000

144 PC Mulya SB 61 Jateng 3 9 1 16 4 2

2000000

145 PC Mulya SB 59 Jateng 3 9 1 3 3 6500000

146 PC Mulya SB 60 Jateng 3 9 1 28 24 19200000

147 PC Mulya SB 60 Jatim 3 6 2 8 9 2000000

148 PC Mulya SB 80 Jateng 1 9 1 70 70 2000000

149 PC Mulya SB 63 Jatim 3 9 1 22 18 2000000

150 PC Mulya SB 67 Jabar 3 9 2 2000000

151 PC Mulya SB 53 Jabar 14 2 1 36 36 3400000

152 PC Mulya SB 53 Jateng 3 6 1 4 4 2000000

153 PC Mulya SB 58 Jabar 3 6 1 8 8 2000000

154 PC Mulya SB 54 Jabar 3 6 1 6 6 1200000

155 PC Mulya SB 50 Jatim 3 6 1 45 45 2000000

156 PC Mulya SB 47 Jabar 3 6 1 6000000

157 PC Mulya SB 57 Jatim 3 6 1 5 5 1500000

158 PC Mulya SB 52 Jateng 14 4 4 15 1050000

159 PC Mulya SB 58 Jateng 3 6 1 4 4 1000000

160 PC Mulya SB 53 Jatim 3 6 1 8 8 1500000

161 PC Mulya SB 52 Jogja 3 6 2 3000000

162 PC Mulya SB 54 Jabar 14 2 4 30 30 1500000

163 PC Mulya SB 55 Jabar 3 6 2 25 20 2500000

164 PC Mulya SB 53 Jabar 3 6 1 10 10 8000000

Page 276: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

256

Lanjutan Lampiran 5

165 PC Mulya SB 59 Jabar 3 6 1 6 6 1500000

166 PC Mulya SB 57 Jatim 3 6 2 1500000

167 PC Mulya SB 53 Jatim 3 9 1 20 18 4000000

168 PC Mulya SB 58 Jatim 4 9 2 24 24 1900000

NO Umur

KK J.Kel Pddk

Stt.

Kwn Keg.Utm ART

Pd.

Istri

Stt.

Kwn Pek.

Cu/An

/Men

1 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

2 90 L SD Kawin Dagang Istri SD Kawin

3 89 L SD Kawin TK Istri TS Kawin TK

4 70 L SD Kawin Perk Istri SD Kawin TK

5 65 L SD Kawin TK Istri TS Kawin Perk Anak

6 71 P SD Janda Perk Anak SMP Kawin Perk

7 76 P TS. Janda Pert

8 73 P SD Janda Anak

SLT

A Kawin Perk Anak

9 70 P SD Janda Perk Anak

SLT

A Kawin Perk

10 65 L TTSD Duda Perk

11 66 P TS. Janda

12 65 P SD Janda Perk

13 65 L SD Kawin Perk Istri SD Kawin IRT

14 82 P SD Janda Anak SMP Kawin Perk

15 58 P SD Janda Perk

Page 277: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

257

16 70 P SD Janda Anak SMP Kawin

17 59 P SD Janda Anak SMK Kawin Swasta Menantu

18 69 L SD Kawin Istri SD Kawin IRT Menantu

19 72 L TS. Duda

20 80 L TS. Kawin Istri TS Kawin

21 65 P SD Janda

22 85 P TS. Janda

23 77 L SD Kawin Istri TS Kawin IRT Cucu

24 75 L SD Kawin Istri SD Kawin IRT

25 72 L PGA Kawin Tani Istri MI Kawin IRT Cucu

26 80 L SR Kawin Istri SR Kawin

27 82 P SD Janda

28 72 L SMP Kawin Peternakan Istri SD Kawin IRT

29 80 P TS. Janda Anak SD Janda Perk Cucu

30 80 L Duda Pert

31 95 P Janda IRT

32 80 L Duda Pert Anak SMA BK Pert

33 80 L Kawin Pert Istri

Kawin IRT

34 80 P TS. Janda IRT Anak TS Janda Pert

35 80 P Janda IRT Anak SMP Kawin Pert Anak

36 68 L Kawin Pert Istri

Kawin Pert Anak

37 69 L TS. Kawin Pert Istri TS Kawin IRT Anak

Page 278: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

258

38 80 P Janda IRT Anak SMP Kawin Pert Anak

39 90 P Janda IRT

40 85 P Janda IRT Anak SMP Kawin Pert Anak

41 70 L Kawin Pert Istri

Kawin IRT

42 80 L Kawin Pert Istri

Kawin IRT Anak

43 69 L SD Kawin Pert Istri TS Kawin Pert

44 78 P SD Janda IRT Anak SD Kawin Pert Anak

45 66 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Pert Saudara

46 66 L Kawin Pert Istri

Kawin Pert Anak

47 70 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Pert

48 74 P TS. Janda IRT

49 78 P TS. Janda IRT

50 69 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Dagang

51 79 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Pert

52 65 P TS. Janda IRT

53 70 P TS. Janda Pert

54 82 P Janda IRT

55 67 L TS. Kawin Pert Istri TS Kawin Pert Anak

56 62 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

57 59 P TS. Janda Perk Anak SMA Lajang Perk

58 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

59 63 L PAKET

C Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

Page 279: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

259

60 53 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

61 55 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

62 70 L TS. Kawin Pert Istri TS Kawin

63 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

64 58 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

65 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

66 53 L SLTA Kawin Swasta Istri D3 Kawin PNS Anak

67 62 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

68 56 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT

69 68 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

70 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

71 74 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

72 57 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

73 65 L SD Duda Pert Anak SD Kawin Swasta

74 50 L SMP Kawin Bekerja Istri SMP Kawin IRT Anak

75 56 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin Bekerja Anak

76 65 L SMP Kawin Bekerja Istri SD Kawin Bekerja Anak

77 58 L SMA Kawin Bekerja Istri S1 Kawin Bekerja Anak

78 67 L Kawin Bekerja Istri

Kawin IRT

79 2 L SMA Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

80 75 L TTSD Kawin Bekerja Istri TS Kawin IRT Anak

81 75 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Keponakan

Page 280: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

260

82 63 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

83 56 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT

84 66 L SD

Cerai

Mati Bekerja Istri SD CH IRT Anak

85 65 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

86 65 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

87 67 L Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

88 60 L SMP Kawin Bekerja Istri SMP Kawin IRT Anak

89 48 L SMP Kawin Bekerja Istri SMP Kawin IRT Anak

90 65 L TTSD Kawin Bekerja Istri TS Kawin IRT Anak

91 54 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin Bekerja Anak

92 79 L TTSD Kawin Bekerja Istri

TT

SD Kawin IRT Cucu

93 60 L TTSD Kawin Bekerja Istri TS Kawin IRT Anak

94 57 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

95 55 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

96 48 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Pert Anak

97 55 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

98 55 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Pert Anak

99 55 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

100 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Swasta Anak

101 65 L TS. Kawin Pert Istri TS Kawin IRT Anak

102 63 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

103 62 L TTSD Kawin Bekerja Istri TS Kawin Bekerja Anak

Page 281: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

261

104 65 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT

105 60 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin Bekerja Anak

106 80 L SD Cerai Mati Istri SD Kawin IRT

107 60 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Pert Anak

108 83 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Swasta

109 67 L TTSD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

110 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

111 66 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT

112 59 L TTSD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

113 54 L SMP Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

114 55 L SD Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

115 59 P TTSD Kawin IRT Anak SMA Kawin Sopir Anak

116 50 L TTSD Kawin Pert Istri TS Kawin IRT Anak

117 59 L SMP Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

118 60 L SMA Kawin Pert Istri S1 Kawin PNS Anak

119 56 L SMP Kawin Pert Istri MTS Kawin IRT Anak

120 61 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin Dagang Anak

121 50 L SMA Kawin Dagang Istri SMA Kawin Dagang Anak

122 65 L SD Kawin Pert Istri TS Kawin IRT Anak

123 57 L SLTA Kawin Pert Istri

SLT

A Kawin IRT Anak

124 61 L TTSD Kawin Pert Istri TS Kawin IRT Anak

125 55 L TTSD Kawin Pert Istri TS Kawin IRT Anak

Page 282: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

262

126 50 L S1 Kawin PNS Istri S1 Kawin PNS Anak

127

128 57 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

129 55 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

130 57 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

131 62 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

132 68 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

133 48 L SMK Kawin Pert Istri SMK Kawin IRT Anak

134 58 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

135 59 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

136 54 L SMP Kawin Istri SMP Kawin Anak

137 56 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

138 60 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

139 53 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

140 61 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

141 62 L SMP Kawin Pert Istri SMP Kawin IRT Anak

142 65 L SD Kawin Pert Istri SD Kawin IRT Anak

143 L SD Kawin Dirumah Anak S1 Kawin PNS Cucu

144 61 L SD Kawin Perk Istri SD Kawin Kebun Anak

145

146 L SD Kawin Perk Istri SD Kawin IRT Anak

147 60 P SMA Janda IRT Anak SMA Kawin Pert

Page 283: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

263

148 80 L SMP Kawin Pensiunan Istri SMA Kawin IRT Anak

149 63 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

150 31 L SLTA BK

151 53 L S1 Kawin Guru Istri D3 Kawin IRT Anak

152 53 L SMP Kawin Bekerja Istri SMP Kawin IRT Anak

153 L SD Kawin Pert Anak SMA Kawin Guru Menantu

154 54 L SD Kawin Bekerja Istri S1 Kawin Bekerja Anak

155 50 P SD Janda IRT Anak S1 BK Bekerja Anak

156 50 L SD Kawin Bekerja Istri SMP Kawin IRT Anak

157 57 L SLTA Kawin Bekerja Istri SMA Kawin IRT Anak

158 52 L SMA Kawin Istri SMA Kawin Anak

159 58 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

160 53 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

161 52 P SD Janda Bekerja Anak SMA BK Bekerja Anak

162 54 L SMA Kawin Bekerja Istri SMP Kawin Bekerja Anak

163 55 P SMP Janda IRT

164 53 L SMA Kawin Bekerja Istri S1 Kawin Bekerja Anak

165 59 L SD Kawin Bekerja Istri SD Kawin IRT Anak

166 57 P SD Kawin IRT Anak SMA BK Kuliah

167 53 L SMA Kawin Perk Istri SMA Kawin IRT Anak

168 62 P SMP Janda Dagang Anak SMA BK Bekerja Anak

Page 284: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

264

Lanjutan Lampiran 5

NO

L/P Pddk STT.Kw Keg.UT An.G2 Str.ART Umur L/P

Pdk.

A.G2 ART

1 Parjiono KK 24 L SD Istri

2 Adi Suyitno KK 48 L SD Istri

3 Cipto Utomo KK 47 L SD Istri

4 Ponium Istri 22 P SD Anak

5 L SD BK Perk Yatin KK 24 L SD Istri

6 Waldiah KK 30 P SD Anak

7 Wiji Utami Anak 5 P TS Anak

8 P S1 Kawin PNS Martini KK 31 P SD Anak

9 Painah KK 29 P SD Anak

10 Murtinah Istri 22 P SD

11 Juminem KK 25 P Anak

12 Paidah KK 24 P SD Anak

13 Sugeng KK 24 L SD Istri

14 Rasmah Anak 40 L SD Anak

15 Sukari KK 17 P SD

16 Solekah KK 29 P SD Anak

17 P SMK Kawin IRT Jeminah KK 18 P SD Anak

18 L S1 Kawin Security Bejo Utomo KK 27 L SD Istri

Page 285: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

265

19 Kholil KK 30 L TS Anak

20 Suganda Anak 11 L SD Anak

21 Ecih KK 24 P SD Anak

22 Mariam KK 45 P SD Anak

23 L S1 BK Eman KK 35 L SD Istri

24 Abas KK 35 L SD Istri

25 P PAN BK Wila Istri 13 P SD Adik

26 Uminah Istri 28 P TS Anak

27 Nina Anak 82 P SD Anak

28 Dek Sukandar KK 30 L SMP Anak

29 L SMA Kawin Perk Satri KK 38 P TS Anak

30 Harjudin KK 40 L TS Anak

31 Rubikem KK 45 P TS Anak

32 Surahmin KK 40 L TS Anak

33 Sundani KK 40 L TS Istri

34 Tukinah Anak 18 P TS Anak

35 P SMA Kawin IRT Samirah KK 40 P TS Anak

36 L SD Kawin Pert Rosmo KK 28 L TS Istri

37 P SMA BK Mahasiswa Harjo KK 29 L TS Istri

38 P SMA Kawin Honorer Tarsih KK 40 P Anak

39 Taumi KK 50 P TS Anak

40 P SMP Kawin Pert Danuri KK 45 P TS Anak

Page 286: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

266

41 Sayid KK 30 L TS Istri

42 L SMA Kawin Pert Rusdi KK 40 L TS Istri

43 Rahman KK 29 L SD Istri

44 P SD Kawin Pert Sutiah KK 42 P Anak

45 L SD Duda Pert Sudaryanto KK 26 L SD Istri

46 L SMK BK Buruh Sugiwan KK 26 L Istri

47 Mad Sahri KK 30 L SD Istri

48 Sariah KK 34 P

TT

SD Anak

49 Kasmianh Istri 38 P

TT

SD Anak

50 Maksum KK 29 L SD Istri

51 Maino Anak 11 L SD Anak

52 Sayatun Istri 25 P Anak

53 Sawen KK 30 P Anak

54 Desi KK 42 P Anak

55 L SD BK Pert Mardi KK 27 L Istri

56 Supadi KK 22 L Istri

57 Soyem Istri 19 P Anak

58 P SMP Kawin IRT Zainal KK 65 L SD Istri

59 P SMP Kawin IRT M. Hatta KK 63 L

PAK

ET C Istri

60 P SMA Kawin IRT Samson KK 27 L SD Istri

61 P SMA Kawin Swasta Sarjono KK 29 L SD Istri

Page 287: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

267

62 Somadi KK 44 L Istri

63 Khusnin KK 39 L SD Istri

64 P SMA Kawin IRT Badris KK 32 L SD Istri

65 P SMP Kawin Mulyono KK 39 L SD Istri

66 SMK BK Pelajar Iswardani KK 27 L SMA Istri

67 L SMA Kawin Supir Suradi KK 36 L SD Istri

68 Abun Nain KK 30 L

Paket

B Istri

69 Soekarno KK 38 L SD Istri

70 P SD Kawin IRT Supriadi KK 39 L SD Istri

71 P SD Kawin IRT Elon KK 48 L SD Istri

72 P SMA Kawin Swasta Nadiman KK 31 L SD Istri

73 Misran KK 38 L SD

74 P SD BK Sekolah Subono KK 24 L SMP Istri

75 P SMA Kawin Bekerja Parmono KK 30 L SD Istri

76 P SMP Kawin Bekerja Paimun KK 39 L SMP Istri

77 P SMA BK Pelajar

Ahmad

Syyafulah KK 32 L SMA Istri

78 Madiyo KK 33 L

TT

SD Istri

79 L SMP BK Bekerja Badini KK 26 L SMA Istri

80 P D1 Kawin Mahasiswa Mujahit KK 49 L

TT

SD Istri

81 L SMP BK Lukman Hafit KK 48 L

TT

SD Istri

82 L SMA BK Bekerja Suparno KK 37 L SD Istri

Page 288: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

268

83 Trino KK 33 L SD Istri

84 P SMP BK Bekerja Gino KK 43 L SD Istri

85 L SMA BK Bekerja Sarmono KK 39 L SD Istri

86 L SMP

Cerai

Hidup Bekerja Narto KK 39 L Istri

87 P SMA Kawin IRT Ponidi KK 41 L Istri

88 L SMA BK Bekerja Sunardoko KK 34 L SMP Istri

89 L SMP BK Nawari KK 22 L SMP Istri

90 L SMP BK Bekerja H. Marimin KK 39 L Istri

91 L SMP BK Pelajar Apin KK 28 L SD Istri

92 L SMP BK Bekerja Rasjani KK 53 L

TT

SD Istri

93 L SMP BK Bekerja Gimun KK 34 L

TT

SD Istri

94 L SMA BK Supir Abdul Fattah KK 31 L SD Istri

95 L SMA Bengkel Nasir KK 29 L SD Istri

96 P SMP Kawin IRT Agus Iskandar KK 22 L SD Istri

97 Ansori KK 29 L SD Istri

98 P SMA Khairudin KK 29 L SD Istri

99 L SMA BK Swasta Yadi Suryadi KK 29 L SMP Istri

100 L SMA BK Pelajar Saban KK 39 L SD Istri

101 L SMP BK Pert Widitu KK 39 L TS Istri

102 L SMP BK Bekerja Manto KK 37 L SD Istri

103 L SMP BK Bekerja Satijo KK 36 L

TT

SD Istri

Page 289: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

269

104 Suroso KK 39 L SD Istri

105 L SMP BK Bekerja Tukiman KK 34

LS

D Istri

106 Kartowiyono KK 54 L SD Istri

107 P SMA BK Swasta Marso KK 34 L SD Istri

108 Subari KK 57 L SD Istri

109 P SMA BK Swasta Sedu KK 41 L

TT

SD Istri

110 Ipin KK 39 L SD Istri

111 Solihin KK 40 L SD Istri

112 L SMA BK Pelajar Usman KK 36 L

TT

SD Istri

113 P SMA BK Bekerja Misno KK 28 L SMP Istri

114 L SMA Kawin Swasta Sri Wahyuni Istri 52 P SMP

115 L SMA Kawin Swasta Slamet KK 57 L

TT

SD Anak

116 L SD Kawin Pert

Ahmad

Wahyudi KK 50 L

TT

SD Istri

117 P SMA Kawin IRT Slamet Istri 60 P SD

118 L D3 Kawin Pert Sukendaryati Istri 52 P D3

119 P SMA Kawin IRT Darwati Istri 53 P SMP Anak

120 P SMA Kawin Dagang Mujiati Istri 57 P SD Anak

121 P S1 Kawin Dagang Linda Istri 39 P SMA

122 P SMA Kawin IRT Parinah Istri 60 P

TT

SD Anak

123 P S1 Kawin Dagang

Pintauli

Simamora Istri 57 P SLTA

Page 290: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

270

124 L MTS Kawin Pert Misiyah Istri 60 P TS

125 P SMK Kawin IRT Sutilah Istri 50 P

TT

SD Anak

126 P S1 Kawin PLD Sri Palupi Istri 51 P S1

127 Ttitin Istri 47 P SLTA

128 L SMP Kawin Pert Rampen Istri 57 P SD Anak

129 P D3 Kawin Swasta Sukijo KK 24 L SMP Istri

130 P S1 Kawin PNS Suharto KK 26 L SMA Istri

131 L SMA Kawin Swasta Slamet KK 62 L SMP Istri

132 L SMA BK Swasta Painem Istri 67 P SMP

133 L SMK BK Swasta Winarsih Istri 46 P SMA

134 L SMK Kawin Swasta Mariyem Istri 54 P SMP

135 P SMA Kawin IRT Suwarsito KK 59 L SMP Istri

136 P SMA Kawin IRT Sumarno KK 54 L SMP Istri

137 L SMA Kawin Swasta Suharti Istri 58 P SMP

138 L D1 Kawin Swasta Sumiyati Istri 50 P SMP Anak

139 L D3 BK Karyawan Yatirah Istri 54 P SMP

140 P SMA Kawin IRT Wartiyem Istri 59 P SMP Anak

141 P SMK Kawin IRT Surip H Istri 59 L SMP Anak

142 L S1 BK Swasta H. Jouhari KK 65 L SD Istri

143 L TK BK

144 L SMA BK Tarkem Istri 59 P SD Anak

145 Indra Marten Anak 4 L S1

Page 291: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

271

146 L SMP BK Sopir Robiyah Istri P SD Anak

147 Sumiati KK 60 P SMA Anak

148 L S1 BK Pegawai Soelasmin KK 80 L SMP Istri

149 L MAN BK Bekerja Dewi Istri P SD Anak

150

Yayan

Rusdiawan Anak 2 L

151 L SD BK Pelajar Narsul Nana KK 24 L SMA Istri

152 L SMA BK Bekerja

Sukron

Makmun KK 24 L SMP Istri

153 L SMA Kawin Pert Ade Tinus KK 25 L SMP Anak

154 P S1 Kawin Bekerja Kadun Sutijar KK 25 L SD Istri

155 L SMA BK Bekerja Buchori KK 27 L SD Istri

156 L S1 BK Bekerja Amzah KK 25 L SD Istri

157 L

SLT

A Kawin Bekerja Wahyudi KK 28 L SMA Istri

158 L MAN BK Nani Istri P SMA

159 L SMA BK Pelajar Suwaji KK 29 L SD Istri

160 L SMA Kawin Bekerja Gendut KK 24 L SD Istri

161 L SMA BK Kuliah Buchori KK 22 L SD Istri

162 L SMA Kawin Bekerja Ramli KK 25 L SMA Istri

163

Efendi

Gunawan KK 35 L SMA Istri

164 L S1 BK Bekerja Unus KK 24 L SMA Istri

165 P SMA BK Bekerja Darwan KK 30 L SD Istri

166 R. Sumatoso KK 30 L SD Istri

167 L SMK BK

Page 292: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

272

Lanjutan Lampiran 5

NO L/P Ank lain Jlh A 20+ Sebaran L/P Pddk Stt.Kwn ART Lain Umur

1 P SD Setia Ningsih 39 P SLTA Kawin Sutiono 37

2 P SD Riyadi 43 L SMP Kawin Riyanto 40

3 P TS Wagiyem 48 P SD Kawin Paijah 46

4 L Samidi 43 L STM Rodiah 34

5 P TS Paimah 41 P SMP Kawin

6 L Marjianto 46 L SD Wiarsih 45

7 L SD Wiji Utami 46 P TS Kawin Samijo 44

8 L Sarmidi 44 L SLTA Kawin Suyatmi 42

9 P Norayah 44 P SMA Kawin Noryono 42

10 Kustanti 40 P SMA Kawin Walito 38

11 P Sumarni 48 P TS Kawin Sumarsih 45

12 P Umi Sartiah 44 P SMP Kawin Darmiasih 40

13 P SD Agusari 40 L SD Kawin Sabar 39

14 L Basro 58 L SD Kawin Sadimin 47

15 Yusrin 40 P SMP Kawin

Kasma

Wati 37

16 L SD Sopik 52 L SD Kawin Nurikiyah 50

17 L Syafaan 40 L S1 Kawin Mustofa 37

18 P SD

Slamet Eko

Purnomo 40 L SMA Kawin

19 P Aah Yuhaeni 42 P SMP Kawin Komarudin 40

20 L SD Suganda 52 L SMP Kawin Ninih 45

21 L Sukimah 45 L SMP Kawin Supendi 42

22 P SD Idah 51 P SMP Kawin Neneng 48

23 P TS Rohman 59 L SMP Kawin Roroh 53

24 P SD Esi 52 P SD Kawin Harun 51

168 SMK BK Matsochi KK 40 L SD Istri

Page 293: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

273

25 P SD

Andara

Sihabudin 42 L SMA Kawin

N.

Rohimah 37

26 P MI Titin Patimah 52 P SD Kawin Mukti 48

27 P SD Nina 82 P SD Kawin Nani 55

28 L SD Cucun Sopian 51 L SD Kawin Jainap 46

29 L SMP Bakir 59 L SMP Kawin Bisri 55

30 P SMP Admini 48 P S1 Kawin Padmiatun 38

31 L SMP Boimin 70 L SMA Kawin Yaminem 50

32 P Yanti 40 P SMA Kawin Tarni 24

33 P TS Sarman 37 L SD Kawin

34 P TS Tuminem 57 P TS Kawin Juma 50

35 P Sarni 34 P SMP Kawin

36 P TS Trimo 43 P SD Kawin

37 P TS Agus 40 L SMA Kawin Sariyati 34

38 L SD Supardi 57 L SD Kawin Sukman 55

39 P SD Karnadi 60 L SD Kawin

40 P SD Kastumi 60 P SD Kawin Mundri 58

41 P TS Rutiah 46 P SMP Kawin Carmadi 39

42 P TS Rusdianto 31 L SMA Kawin

43 P TT SD Sutirah 44 P MTS Kawin Kalifah 40

44 L SD Wagiman 55 L SD Kawin Suti 52

45 P SD Rimbo Wati 45 P SMP Kawin

Pujo

Tamtami 42

46 P Gunadi 48 L SMP Kawin Sudarsih 45

47 P SD Sulasmi 42 P SD Kawin Sunarti 40

48 L SD Kastono 50 L SD Kawin Datik 45

49 L SD Rajem 55 P SD Kawin Supadi 52

50 P SD Umiyatun 44 P MTS Kawin Muinah 42

51 P SD Maino 53 L SD Kawin Untung 51

52 P SD Sri Rahayatun 47 P SD Kawin Jumroh 44

53 P Siswati 52 P SD Kawin Sujiyem 46

54 P SD Sriyati 60 P SD Kawin Garti 58

55 P Sobiarto 44 L SD Kawin Sobirir 36

56 P Tasbihun 38 L SD Kawin Rasidah 33

Page 294: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

274

57 P Kartini 43 P SD Kawin Ruslani 40

58 P SD

M. Bobi

Zulhadi 32 L SMA

Dedi

Maryadi 29

59 P SD Harta Hadi 45 L SMA Kawin Harianto 40

60 P SD Siti Aisyah 25 P SMA Kawin

61 P SD Arman 28 L D3 Kawin

62 P Sapriadi 29 L SMA Kawin

63 P SD Muttakin 45 L SMA Kawin

64 P SD Joko 29 L SMA Kawin

65 P SD Eko Putra 30 L SMA Kawin

66 P D3

Aprianti

Wardani 27 P S1 Kawin

67 P SD Sopiyan 30 L SMA Kawin

68 P Paket B Indra 35 L SMA Kawin Sumardi 31

69 P SD Sutimin 37 L SMK Kawin

Siti

Handayani 39

70 P SD Jumiarti 34 P SMA Kawin

71 P SD Anen 37 L SMA

72 P SD Pratiwi 28 P SMA Kawin

73 Erni 45 P SMP Kawin Herman 40

74 P SMP

Joko

Purnomo 26 L SMA Kawin

Budi

Setiawan 21

75 P SD

Desi

Hardiyani 23 P SMA Kawin

76 P SD Menik 21 P SMP Kawin

77 P D1 Eko Primadi 27 L S1 Kawin

78 P TT SD Yati 25 P SMA Kawin

79 P SD Pranoto 24 L S1 Kawin

80 P TT SD Anwarudin 31 L S1 Kawin

81 P TT SD Joni Derik 46 L 8 Kawin Budi L 31

82 P SD

Didik

Prihandoko 35 L 6 Kawin

Ade

Santoso 30

83 P SD

Eka

Subarudin 32 L SMA Kawin

Erwin

Harianto 30

84 P SD Sumarni 30 P SMP Kawin

Page 295: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

275

85 P SD Agus Salim 29 L SMA Kawin

86 P Martiningsih 40 P SMA Kawin

87 P SD Susi Herlina 25 P SMA Kawin

88 P SMP

Eko Itgi

Handoko 29 L SMA Kawin

89 P SMP Sholeh 25 L SMP Kawin

90 P Santoso 45 L SMP Kawin Nurhayati 41

91 P SD

Rita

Kusmawati 25 P SD Kawin

92 P TT SD

Agus

Purwanto 37 L SMA Kawin

93 P SD Kardi 25 L SMP Kawin

94 P SD Parman 30 L SMA Kawin

95 P SD Suratno 28 L SMA Kawin

96 P SD Asep 28 L SMA Kawin

97 P SD Eka Winari 30 P SMA Kawin

98 P SD Yanti 32 P SMA Kawin

99 P SMP Arniwati 23 P SMA Kawin

100 P SD Faturohman 37 L SMA Kawin Faturihzami 32

101 P TS Puji 35 P SMP Kawin

102 P SD Santoso 25 L SMP Kawin

103 P TT SD Karman 29 L SMA Kawin

104 P SD Mulyati 32 P SD Kawin Marni 24

105 P SD Deni Sutpanto 38 L SMP Kawin

106 P SD Candra 40 L SMP Kawin

107 P SD Marwiasih 35 P SMA Kawin

108 P SD Midar 36 L SMA Kawin

109 P SD Habsy 30 L SMA Kawin

110 P SD Nanik 39 P SMP Kawin Polip 30

111 P SD Subari 36 L SMA Kawin

112 P SD M. Yanto 22 L SMA Kawin

113 P SD Endanan 25 L SMA Kawin

114

Rimba

Maryuda 30 L SMA Kawin

Page 296: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

276

115 L SMA Taat Efendi 30 L SMA Kawin

116 P TT SD Ahmad Rifai 29 L TT SD Kawin

117 Sawitri 29 P SMA Kawin Sutanto 27

118 Bahari Yuli S 30 L D1 Kawin

119 P SMA Darmawati 33 P 6 Kawin Dewi T 30

120 P SMA Siti 39 P SMA Kawin Tanti 35

121 Nova 26 P 10 Kawin

122 P SMA Miyati 36 P SMA Kawin Slamet 33

123 Desi R 30 P S1 Kawin

124 Agus Salim 30 L MTS Kawin Saman 27

125 P SMK Dwi Yanti 36 P SMK Kawin Wahyono 24

126 Galang 29 L S1 Kawin Ana 25

127 Tiar 29 L D3 Kawin Erik 25

128 L SMP Misno 38 L SLTP Kawin Juminah 35

129 P SMP Rahayu Sujati 34 P D3 Kawin

130 P SMA Ika Wirayanti 30 P S1 Kawin

Heru

Admoko 38

131 P SMP Adri Yohanes 38 L SMP Kawin

Pipin Nur

Suliati 36

132

Agus

Hermawan 27 L SMA BK

133 Deni Prabowo 22 L SMK BK

134

Gustaf

Aditama 27 L SMK Kawin

135 P SMP Sustri . W 36 P SMA Kawin

Antok Ari .

W 29

136 P SMP Marsiah 32 P SMP Kawin

137 Dian Proyogo 24 L SMK Kawin

138 L D1 H. Suharyono 34 L D1 Kawin

139

Dwi Dani

Ratna

Setiawan 26 L D3 BK

140 P SMA Atun 36 P SMA Kawin Nani 32

141 P SMK Sri . H 36 P SMK Kawin Widayanti 34

142 P SD Taufik 38 L S1 Kawin Hidayat 35

Page 297: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

277

143 Siti Solikatun 33 P S1 Kawin

144 P SMP Ari Sulastri 37 P SMP Kawin

Wiwid

Triyani 33

145 Indra Marten 32 L S1 Kawin

146 P SMA

147 L SMA

148 P SMA

149 L SMA Salim 38 L SMA Kawin Sugi 26

150 Ajat Sudrajat 29 L S1 Kawin

151 P SMA

Nina Apriani

Mirasdiahna 28 P D3 Kawin

M. Rinaldi

Dwi Putra 21

152 P SMP

Awaludin

Munir 31 L SMA Kawin

Baban

Marufi 29

153 L Revi Cahyadi 33 L SMA Kawin Rizki

154 P SD

155 P SD Misriani 33 P SMA Kawin Mustiani 31

156 P SMP

157 P SMP Sukardi 39 L SMA Kawin Tandan 27

158 Nur 29 P SMA Kawin

159 P SD

Imam

Sujationo 29 L SMA Kawin Teguh 27

160 P SD M. Fatoni 26 L SMA Kawin

161 P SD Ari Nugroho 30 L SMA Kawin

162 P SMP Purnama Heri 25 L SMA Kawin

163 P SMP Eva Ferrawati 32 P SMA Kawin

Aef Ferry

Gunawan 379

164 P SMA

165 P SD Upik 38 P SMA Kawin Usman 33

166 P SD Ashadi 37 L SMA Kawin Uut 34

167

168 P SMP Ida 42 P SMA Kawin Rismanto 40

Page 298: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

278

NO L/P Pddk Lu.Lhn Je.Tanam Lu. Lhn Tnman J.lantai

1 L SLTA 4 Ha 3 Karet 1 Sawit 2

2 L SMK 2 Ha Karet 2

3 P SD 5 Ha Karet 2

4 P MAN 5 Ha 2 Sawit 3 Karet 3

5 4 Ha 2

6 P SD 4 Ha Karet 1

7 L SD 1/4 Ha Karet 2

8 P S1 1 Ha Karet 3

9 L S1 1/2 Ha Karet 3 Ha Karet 2

10 L SMK 5 Ha 3

11 P SD 4 Ha Karet 2

12 P SMP 1/2 Ha Karet 2 Ha Karet 2

13 L SMP 2 Ha Karet 2

14 L SD 2

15 P SMP 1/2 Ha Karet 2

16 P SD 2 Ha Karet 2

17 L S1 2 Ha karet dan Sawit 2

18 2 Ha Karet 2

19 L SMA 2 Ha Karet 2

20 P SMA 2 Ha Karet 2

21 L SMP 2 Ha Karet 2

22 P SMA 1 Ha Karet 2

23 P SMP 3 Ha Sawit 2

24 L SD 2 Ha 2

25 P SD 0,5 Ha Ubi , Pisang 4 Ha Karet 2

26 L SMP 0,25 Ha Ubi , Pisang 2 Ha Karet 2

27 P SD 1 Ha Karet 2

28 P SMP 3 Ha Karet 2

29 L SMP 4 Ha karet dan Sawit 2

Lanjutan Lampiran 5

Page 299: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

279

30 P D3 1,5 Ha Karet 5 Ha Karet 3

31 P SMA 1,4 Ha Karet 2

32 P SMA 1/2 Ha Karet 1 Ha Karet 2

33 1 Ha 2

34 L SD 2

35 1 Ha 2

36 2 Ha Karet 1 Ha Karet 2

37 P D3 5 Ha Karet 3

38 L SD 1 Ha Karet 2

39 1 Ha 1

40 P SD 4 Ha Karet 2

41 L SMP 1 Ha Karet 2

42 2 Ha 3

43 P SMP 4 Ha Karet & Pangan 3

44 P SD 0,75 Sawit 2

45 L SMP 3 Ha Karet 2

46 P SMP 1 Ha Karet 3 Ha Karet 2

47 P SMP 1 Ha Karet 2

48 P SD 0,5 Ha Karet 3

49 L SD 0,5 Ha Karet 2

50 P MTS 0,5 Ha Karet 4 Ha Karet 5

51 L SMP 1 Ha Karet 2

52 P SD 0,125 Ha Karet 3

53 P SD 5 Ha Karet 2

54 P SD I/4 Ha Pangan 1 Ha Karet 2

55 L SMA 8 Ha Karet 3

56 P D3 3 Ha Karet 2

57 L SD 3 Ha Karet 2

58 L SMA 2

59 L SMA 1 3/4 Ha Padi 2

60 2 Ha Padi 2

61 2 Ha Padi 3

Page 300: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

280

62 1/2 Ha Padi 2

63 1,3 Ha Padi 3

64 3 Ha Sawit 2

65 2 Ha Padi 2

66 7,5 Ha Sawit 2 Ha Padi 3

67 2,5 Ha Padi 2

68 L SMA 4 Ha Sawit 2

69 P SMP 1,5 Ha Padi 3

70 1,5 Ha Sawit 3

71 1,5 Ha Padi, Jagung 3

72 1 Ha Padi 1 Ha Sawit 2

73 L SMA 1 Ha Padi 2

74 L SMA 1 3/4 Ha Padi 3

75 1 Ha Padi 2

76 2

77 2

78 1 3/4 Ha Padi 3

79 1 Ha Padi 1

80 1,75 Ha Padi 2

81 L 10 2 Ha Padi 2

82 L 6 1 3/4 Ha Padi 2

83 L SMA 3/4 Ha Padi 2

84 0,5 Ha Padi 2

85 1 3/4 Ha Padi 2

86 1 Ha Padi 2

87 3/4 Ha Padi 3

88 2

89 1 3/4 Ha Padi 2

90 P SMA 1,4 Ha Padi 2

91 2

92 1 3/4 Ha Padi 2

93 1,5 Ha Padi 2

Page 301: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

281

94 2,5 Ha Sawit 2

95 3,5 Ha Sawit 2

96 1,5 Ha Padi 2

97 1,5 Ha Sawit 3

98 4 Ha Sawit 2

99 1,5 Ha Padi 3

100 L SMA 3/4 Ha Padi 2

101 1 Ha Padi 2

102 1 Ha Padi 2

103 1 3/4 Ha Padi 2

104 P SD 1 3/4 Ha Padi 2

105 1 3/4 Ha Padi 2

106 0,5 Ha Padi 2

107 4 Ha Padi dan Sawit 2

108 1 3/4 Ha Padi 2

109 1,5 Ha Padi 2

110 P SMA 2 Ha Padi 2

111 2 Ha Sawit 2

112 1,5 Ha Padi 2

113 1 Ha Padi 2

114 2 Ha Sawit 2

115 2 Ha 2

116 2 Ha 2

117 L SMA 2 Ha Sawit 2

118 12 Ha Sawit 3

119 P SMK 4 Ha Sawit 2

120 P SMA 6 Ha Sawit 3

121 2 Ha Sawit 2

122 L D3 2 Ha Sawit 2

123 8 Ha Sawit 3

124 L MTS 4 Ha Sawit 2

125 L SMK 2 Ha Sawit 3

Page 302: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

282

126 P S1 2 Ha Sawit 3

127 L D3 4 Ha Sawit 3

128 P MTS 2 Ha Sawit 2

129 2, 1 Ha Sawit

130 L S1 2 Ha Sawit 3

131 P D3 2

132 2

133 2

134 2

135 L SMK 2

136 2

137 2

138 2

139 2

140 P SMA 2

141 P SMK 2

142 L S1 3 Ha Sawit 2

143 13 Ha Sawit 3

144 P SMA 2 Ha Sawit 2

145 7 Ha Sawit 2

146 10 Ha Sawit 2

147 2 Ha 2

148 2,5 Ha Sawit 3

149 P S1 2 Ha Sawit 2

150 4 Ha Sawit 2

151 L SMA 4 Ha Sawit 4 Ha Sawit 3

152 L SMA 2 Ha Sawit 2

153 L SMA 3/4 Ha Sawit 2

154 3,5 Ha Sawit 3

155 P SMA 2 Ha Sawit 1

156 4 Ha Sawit 1 Ha Sawit 3

157 L SMA 2 Ha Sawit 2

Page 303: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

283

Lanjutan Lampiran 5

NO J.ding Je.Tap S.Mtr M.cuci Y/bulan Tabungan

1 2 2 1 1 3500000 4500000

2 1 2 1 1500000 2500000

3 1 2 2000000 2500000

4 2 2 4000000 3750000

5 1 2 1 1500000 750000

6 1 2 1 2000000 1200000

7 1 2 1800000 1200000

8 2 1 1 1 1800000 1500000

9 1 1 1 1 4000000 6000000

10 2 1 1 3200000 2000000

11 1 2 1 1 1600000 500000

12 1 2 1800000 2400000

13 2 2 1 1 3000000 2400000

14 2 2 1 1 1400000 2500000

15 2 2 1 2200000 2400000

158 2 Ha Sawit 2

159 L S1 3/4 Ha Sawit 2

160 2 Ha Sawit 2

161 3 Ha Sawit 3

162 2 Ha Sawit 2

163 L SMA 1 Ha Sawit 2

164 2 Ha Sawit 4 Ha Sawit 3

165 L SMA 2 Ha Sawit 2

166 P D3 2 Ha Sawit 1

167 4 Ha Sawit 2

168 L SMA 2

Page 304: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

284

16 1 2 2800000 1500000

17 2 1 1 2 7000000 9600000

18 2 1 1 1 6000000 4800000

19 1 2 1300000 1200000

20 1 2 1800000 1500000

21 1 1 1 3000000 6000000

22 1 1 2800000 3000000

23 2 2 1 1 5000000 6000000

24 2 2 2000000 2400000

25 2 1 1 1 2000000 12500000

26 1 2 1 1 2500000 8000000

27 1 2 1 1 3000000 3200000

28 1 1 1 1 3500000 4800000

29 2 1 1 1 2800000 4800000

30 2 2 1 1 1500000 3000000

31 2 2 1500000 500000

32 2 2 1 1800000 1200000

33 2 2 1 1500000 650000

34 2 1 2100000 900000

35 2 2 1 1 2000000 1100000

36 1 1 1 2500000 500000

37 2 1 1 1 1500000 1000000

38 2 2 1 1 1800000 600000

39 1 1 1500000 900000

40 2 2 1 1 3600000 1200000

41 1 1 1 1500000 1100000

42 2 2 1 1 1500000 1200000

43 2 1 1 1 3000000 1000000

44 1 1 1 1750000 1200000

45 1 2 1 1 2200000 1800000

46 2 2 2900000 1800000

47 2 1 1 1 2750000 2400000

Page 305: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

285

48 2 2 1 1 1800000 1500000

49 2 2 1 1 1800000 600000

50 3 1 1 2400000 1200000

51 3 1 1 1 2000000 1300000

52 2 2 1 1 1400000 550000

53 1 1 1300000 600000

54 2 2 2300000 1000000

55 1 1 1 2450000 1200000

56 2 2 1 1 2900000 1500000

57 2 1 1 1 1600000 1000000

58 2 2 6000000 7500000

59 2 2 1 1 6000000 7200000

60 2 1 1 3500000 100000

61 2 1 1 3500000 1200000

62 2 1 3800000 1500000

63 2 2 1 1 4000000 6000000

64 2 1 4000000 3150000

65 2 1 5700000 4100000

66 2 2 1 11000000 12000000

67 2 1 1 5500000 2100000

68 1 1 1 3700000 1800000

69 2 1 6000000 960000

70 2 2 1 1 3600000 1160000

71 2 1 4500000 3200000

72 2 2 1 5000000 1440000

73 1 1 1 4900000 5000000

74 2 2 1 1 5000000 2500000

75 2 2 1 1 4500000 1000000

76 2 2 1 1 3000000 2500000

77 2 2 1 2 3500000 1500000

78 2 2 1 1 2500000 1200000

79 1 1 1 2500000 1200000

Page 306: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

286

80 2 2 1 1 4200000 1250000

81 2 2 1 1 4200000 1200000

82 1 2 1 2500000 650000

83 1 1 1 1 4500000 1200000

84 2 2 1 3000000 1500000

85 2 2 1 1 4000000 2400000

86 1 2 4000000 750000

87 2 2 1 2700000 800000

88 1 1 1 1 3000000 1800000

89 2 2 1 3000000 1000000

90 2 2 1 3500000 600000

91 2 2 4400000 1200000

92 1 2 3000000 1300000

93 2 2 1 1 2600000 900000

94 2 1 1 2700000 3000000

95 2 2 1 3800000 2200000

96 2 1 1 2500000 1000000

97 2 2 1 1 3550000 1350000

98 1 1 4500000 2300000

99 2 1 1 2000000 750000

100 2 2 1 5100000 1300000

101 2 1 2500000 1200000

102 2 1 3500000 750000

103 1 2 1 4000000 1250000

104 2 2 1 3000000 650000

105 1 2 1 1 4000000 750000

106 1 2 1 1600000 600000

107 2 1 1 5000000 1800000

108 2 1 1 3500000 2750000

109 1 1 1 3500000 1200000

110 1 2 4000000 1400000

111 1 1 1 4000000 1100000

Page 307: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

287

112 1 2 1 3000000 2400000

113 2 2 1 1 6000000 3600000

114 1 2 1 1 3700000 2500000

115 1 1 1 2100000 1500000

116 1 1 1 1400000 750000

117 1 1 1 1 3500000 1800000

118 2 2 2 2 5500000 2500000

119 2 1 1 1 5000000 4000000

120 2 2 1 2 10500000 7500000

121 2 1 1 1 4500000 6000000

122 2 2 1 1 2000000 600000

123 2 2 1 1 8000000 6500000

124 2 1 1 1 3200000 1500000

125 2 2 1 1 9000000 12000000

126 2 2 1 1 9000000 750000

127 2 2 1 1 5250000 6000000

128 1 1 1 1 2500000 900000

129 1 1 3000000 900000

130 2 2 1 7000000 6500000

131 1 1 1500000 600000

132 2 2 1 3000000 1200000

133 2 2 1 3000000 2100000

134 2 2 1 2500000 1100000

135 2 2 1 2500000 1500000

136 1 1 1 2500000 750000

137 2 2 2000000 800000

138 2 2 3000000 1200000

139 2 2 2500000 1300000

140 2 2 1 1 2500000 750000

141 2 2 1 1 4000000 2400000

142 2 2 1 1 4000000 5200000

143 3 2 15000000 12000000

Page 308: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

288

144 1 2 1 4400000 2500000

145 1 2 1 1 6500000 3400000

146 2 2 1 1 20400000 25000000

147 2 1 1 1 3000000 2300000

148 2 2 1 1 2600000 1600000

149 1 1 1 1 2000000 750000

150 1 1 1 1 2000000 650000

151 2 2 1 1 11400000 10000000

152 1 1 1 1 2000000 900000

153 1 1 1 2000000 600000

154 2 2 1 1 2200000 1500000

155 2 1 1 2000000 800000

156 2 2 1 1 7000000 9500000

157 2 2 1 1500000 800000

158 1 1 1 1 1050000 500000

159 2 1 1 3000000 1500000

160 1 1 1 1500000 750000

161 2 2 1 1 3800000

162 1 1 1 1500000 650000

163 1 1 1 2500000 3000000

164 2 2 1 1 8000000 7500000

165 1 1 1 2000000 650000

166 1 1 1 2500000 650000

167 2 2 1 1 4000000 2500000

168 2 2 1 1900000 600000

Page 309: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

289

Lampiran 6: Deskripsi Data Generasi Kedua Transmigrandi lokasi Penelitian

No Desa Kcmtn U G2 Jekel Pddkn Lap.Ush Jabtn Sttus JKMLL JKA

1 Perintis RB 37 1 6 3 9 1 48

2 Perintis RB 40 1 7 13 6 1 32 27

3 Perintis RB 46 2 4 3 1 32 27

4 Perintis RB 43 1 7 10 8 1 40 36

5 Perintis RB 41 2 4 3 6 1 24 21

6 Perintis RB 45 2 4 3 6 1 24

7 Perintis RB 44 1 3 3 6 1 24 20

8 Perintis RB 44 1 6 3 6 1 48 40

9 Perintis RB 44 2 6 3 6 1 24 20

10 Perintis RB 38 1 7 3 6 3 40

11 Perintis RB 36 1 3 3 6 1 40 35

12 Perintis RB 44 2 4 3 6 1 35 32

13 Perintis RB 39 1 4 3 6 4 40 33

14 Perintis RB 47 1 4 3 6 1 24 24

15 Perintis RB 35 2 6 3 6 1 20 20

16 Perintis RB 51 2 3 3 6 1 8

17 Perintis RB 42 1 10 14 2 1 35

18 Perintis RB 38 2 6 14 3 1 24 20

19 Perintis RB 42 2 5 1 20 20

20 Perintis RB 52 1 5 1 6 1 28 23

21 Perintis RB 45 1 5 1 1 24 24

22 Perintis RB 45 1 6 1 6 1 24 20

23 Perintis RB 39 2 3 3 6 1 28

24 Perintis RB 38 2 5 3 6 28 22

25 Perintis RB 42 1 6 1 1 30 25

26 Perintis RB 44 1 6 1 6 2 30 23

27 Perintis RB 53 1 3 1 5 1 40 40

28 Perintis RB 47 2 6 3 6 1 35 30

29 Perintis RB 37 1 9 3 6 1 32

30 Perintis RB 45 1 9 1 6 1 12 12

31 RB Mulyo RB 50 2 6 1 6 1 14 14

32 RB Mulyo RB 40 2 6 1 6 1 17 17

33 RB Mulyo RB 50 1 3 1 6 1 14 16

Page 310: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

290

34 RB Mulyo RB 39 1 4 1 6 1

35 RB Mulyo RB 34 2 4 1 6 1 18 18

36 RB Mulyo RB 43 2 3 1 6 1 20 20

37 RB Mulyo RB 40 1 6 1 6 1 14 14

38 RB Mulyo RB 40 1 5 1 6 1 18 18

39 RB Mulyo RB 65 1 3 1 6 1 20 17

40 RB Mulyo RB 50 2 3 11 5 1

41 RB Mulyo RB 39 1 4 1 6 1 24 20

42 RB Mulyo RB 31 1 6 1 6 1 18 16

43 RB Mulyo RB 24 2 6 3 6 2 35 35

44 RB Mulyo RB 46 1 6 10 9 3 70 65

45 RB Mulyo RB 42 1 4 11 5 2 84 84

46 RB Mulyo RB 45 2 4 3 6 2 10 8

47 RB Mulyo RB 36 1 3 3 6 1 28 28

48 RB Mulyo RB 36 1 4 3 2 2 12 12

49 RB Mulyo RB 55 2 3 3 6 1 28 28

50 RB Mulyo RB 36 1 10 14 1 4 30 30

51 RB Mulyo RB 44 1 4 3 6 2 18 18

52 RB Mulyo RB 33 2 3 3 6 1 84 84

53 RB Mulyo RB 39 1 3 3 6 2 56 56

54 RB Mulyo RB 5 1 3 3 2 30 30

55 RB Mulyo RB 44 1 3 3 6 5 21 21

56 RB Mulyo RB 30 1 4 3 6 2 10 10

57 RB Mulyo RB 43 2 3 3 2 30 30

58 RW Medang BA 29 1 6 1 6 1 64

59 Sri Agung BA 45 1 6 9 5 1 56

60 RW Medang BA 24 2 6 12 2 4

61 Meker Jaya Pel. Dag 28 1 9 8 2 4 42

62 Sri Agung BA 29 1 6 2 6 1 48

63 RW Medang BA 45 1 6 2 6 1 36

64

Kampung

Rambutan BA 29 1 6 14 2 1

65 Muara Sabak Tajabtim 30 1 6 14 2 1 40

66 Tel Pura Tel. Pura 27 2 10 14 2 4 35

67 Suban BA 30 1 6 14 1 4 38

68 Berasau TB.Tinggi 31 1 6 8 2 4 46

Page 311: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

291

69 Sri Agung BA 37 1 7 2 6 1 49

70 RW Medang BA 34 2 6 14 9 4 35

71 Sri Agung BA 37 1 6 1 6 1 40

72 Suban BA 28 2 6 11 5 1 49

73 Suban BA 40 1 6 14 7 1 56

74 RW Medang BA 26 1 6 2 6 1 56

75 RW Medang BA 23 2 6 1 6 1 6

76 Sri Agung BA 21 2 7 1 6 1

77 Sri Agung BA 27 1 10 14 2 4 40 40

78 Sri Agung BA 25 2 4 11 5 1 70 70

79 Sri Agung BA 24 1 10 1 1

80 Sri Agung BA 31 1 10 14 2 4 37 35

81 Sri Agung BA 46 1 8 14 3 4 24 24

82 Sri Agung BA 35 1 7 2 6 1 56 56

83 Sri Agung BA 32 1 6 14 2 1 42 42

84 Sri Agung BA 35 2 6 2 6 1 56 56

85 RW Medang BA 29 1 6 2 6 1 56 56

86 Suka Damai RB.Ulu 40 2 6 1 6 1

87 RW Medang BA 28 1 3 1 6 1 42 42

88 Suban BA 29 1 6 1 6 1 42 42

89 RW Medang BA 25 1 6 1 6 1 49 49

90 RW Medang BA 45 1 6 1 6 1 35 35

91 Taman Raba BA 25 2 8 14 2 4

92 RW Medang BA 37 1 3 2 6 1 56 56

93 Sri Agung BA 25 1 5 2 6 1 42 42

94 Sri Agung BA 30 1 6 3 6 1

95 RW Medang BA 28 1 6 3 6 1 40

96 RW Medang BA 28 1 6 3 6 1 40

97 RW Medang BA 30 2 6 3 6 1 48

98 Betung Kpeh Ilir 32 2 6 3 6 1 56

99 RW Medang BA 23 2 6 11 5 1 56

100 Bangka 37 1 6 3 6 1

101 RW Medang BA 35 2 5 11 5 1 56

102 RW Medang BA 25 1 4 1 6 1 56 56

103 Sri Agung BA 29 1 6 10 9 3 56 56

Page 312: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

292

104 RW Medang BA 32 2 5 11 5 1 28 28

105 RW Medang BA 38 1 5 1 6 1 35 35

106 RW Medang BA 40 1 6 2 6 1

107

Catur

Rahayu Tanjabtim 35 2 6 3 6 1 38

108 RW Medang BA 36 1 6 2 6 1 48

109 RW Medang BA 30 1 6 8 2 4 48

110 RW Medang BA 39 2 7 1 6 1 49

111 RW Medang BA 36 1 6 2 6 1 40

112 RW Medang BA 22 1 6 2 6 1 49 49

113 RW Medang BA 26 1 6 2 6 1 56 56

114 Mekar Sari SB 30 1 6 3 6 2 20

115 MG. Mulya SB 40 1 6 11 5 1 20

116 MG. Mulya SB 29 1 4 3 9 3 12

117 MG. Mulya SB 27 2 6 3 6 3 20 20

118 MG. Mulya SB 30 1 9 3 6 3 12 12

119 MG. Mulya SB 33 2 7 3 6 3 16 16

120 MG. Mulya SB 39 2 6 3 9 1 12

121 MG. Mulya SB 26 2 10 11 5 2 40 36

122 MG. Mulya SB 36 2 6 11 5 4 30

123 MG. Mulya SB 30 2 10 11 5 1 30

124 MG. Mulya SB 30 1 5 3 6 4 12

125 MG. Mulya SB 36 2 7 11 5 4 12

126 MG. Mulya SB 30 1 10 14 5 4 20

127 MG. Mulya SB 29 1 9 3 6 1 12 12

128 MG. Mulya SB 38 1 4 3 6 4 12

129 Jetis Melati 34 2 9 14 4 4 48 48

130 MG. Mulya SB 30 1 10 14 2 1 48 48

131 MG. Mulya SB 38 1 6 14 5 4 32 32

132 MG. Mulya SB 27 1 7 14 4 4 48 52

133 MG. Mulya SB 22 1 7 14 9 4 24 32

134 MG. Mulya SB 27 1 7 14 6 4 18 24

135 MG. Mulya SB 36 2 6 14 5 2 14 20

136 MG. Mulya SB 32 2 6 14 5 1 14 18

137

Suka

Makmur SB 24 1 7 14 9 4 18 20

Page 313: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

293

138 MG. Mulya SB 34 1 8 14 5 1 18 20

139 MG. Mulya SB 26 1 9 14 8 4 18 20

140 MG. Mulya SB 36 2 6 1 6 1 10 12

141 MG. Mulya SB 34 1 7 1 6 2 25 21

142 PC. Mulya SB 23 1 10 14 4 4 25

143 PC. Mulya SB 33 2 10 3 2 4 48 48

144 PC. Mulya SB 23 1 6 3 9 3 35

145 PC. Mulya SB 32 1 10 14 4 4 35 24

146 PC. Mulya SB 21 1 4 14 9 1 33 55

147 PC. Mulya SB 31 1 6 3 6 1 35 35

148 PC. Mulya SB 26 1 10 14 1 4 60

149 PC. Mulya SB 24 1 6 3 9 4 55

150 PC. Mulya SB 31 1 6 3 9 5 12 12

151 PC. Mulya SB 28 2 9 14 2 1 30 30

152 PC. Mulya SB 29 1 6 3 6 1 20 20

153 PC. Mulya SB 29 2 6 14 4 4 20 20

154 PC. Mulya SB 31 1 6 3 6 1 30 30

155 PC. Mulya SB 29 2 10 14 4 1 25 25

156 PC. Mulya SB 27 1 10 14 2 3 5 5

157 PC. Mulya SB 29 1 6 14 3 1 56 50

158 PC. Mulya SB 23 1 6 3 9 4 33 24

159 PC. Mulya SB 33 1 6 3 6 1 25 20

160 PC. Mulya SB 30 1 6 8 3 4 56 56

161 PC. Mulya SB 26 1 6 3 6 3 20 20

162 PC. Mulya SB 25 1 7 3 6 1 6 6

163 PC. Mulya SB 37 1 6 3 6 4 35 35

164 PC. Mulya SB 27 1 10 14 2 3 36 36

165 PC. Mulya SB 38 2 6 14 2 4

166 PC. Mulya SB 23 2 10 14 2 4

167 PC. Mulya SB 25 1 7 3 9 4 20 17

168 PC. Mulya SB 31 2 8 4 2 4 24 24

Page 314: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

294

Lanjutan Lampiran 6

No Pghsln P+an JP+an STt+an JKML JKA Pgh+an ST K Umur L/P

1 3000000 5 6 1 24

1000000 KK 37 L

2 3000000 3 6 1 8 8 3000000 KK 40 L

3 2600000

KK 53 L

4 2500000

8 1 40 46 3000000 KK 43 L

5 3500000

KK 43 L

6 2700000

KK 45 P

7 2500000

KK 44 L

8 5000000

KK 44 L

9 5400000

KK 48 L

10 2400000

KK 38 L

11 2400000

KK 36 L

12 3000000 14 8 4

2000000 KK 50 L

13 2000000 14 6 4 32 27 500000 KK 39 L

14 1500000 5 6 1 24 15 2700000 KK 47 L

15 4000000 3 6 4 10 10 2400000 KK 39 L

16 4000000 14 9 5

KK 51 P

17 5000000 14 8 1 24 20 1500000 KK 42 L

18 3000000 14 8 1 24 21 15000000 KK 42 L

19 2000000 6

20 20 2000000 KK 45 L

20 3000000 2

1

KK 52 L

21 2000000 5

1 24 20 2000000 KK 45 L

22 2000000 3 6 1 24 20 2000000 KK 45 L

23 4000000 14 6 4 10 8 1000000 KK 48 L

24 2500000

KK 38 P

25 12000000 1

5

KK 42 L

26 4000000 14 1 1 20 12 4000000 Istri

P

27 12000000 11

KK 53 L

28 3000000 6 6 1 16 12 1250000 KK 53 L

29 3700000

KK 37 L

30 2000000 14 5 1 20 20 1000000 KK 45 L

31 3000000

KK 58 L

32 2500000

KK 44 L

33 2500000

KK 50 L

Page 315: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

295

34 1000000 10 9 4 49

3000000 KK 39 L

35 2500000

KK 40 L

36 3000000

KK 50 L

37 2000000 11 5 1 12 12 5000000 KK 40 L

38 2000000

KK 40 L

39 2000000

KK 65 L

40 1500000 1 6 1

2000000 KK 55 L

41 2500000

KK 39 L

42 1500000 11 5 1 20 18 1000000 KK 31 L

43 4000000

KK 29

44 3000000 3

14 14 600000 KK 46 L

45 2500000 3 6 1 12 10 600000 KK 42 L

46 3000000

KK 48 L

47 4000000 11 5 1 6 6 3000000 KK 36 L

48 3000000

KK 36 L

49 3000000 2

3 6 6 250000 KK 57 L

50 2000000

KK 36 L

51 2200000 2 6 2 12 12 300000 KK 44 L

52 2500000 14 3

30 30 2500000 KK 44 L

53 3500000 2 6 2 7 7 650000 KK 39 L

54 4000000 11

2 49 49 2500000 KK 55 L

55 3500000

KK 44 L

56 2150000 5

KK 30 L

57 3500000

52 L

58 6000000 2 6 3

24 2000000 KK 29 L

59 5500000

KK 45 L

60 5000000

KK 28 L

61 5000000

KK 29 L

62 4300000

KK 28 L

63 6000000

Istri 31 P

64 5000000 2 6 1

3000000 KK 29 L

65 5500000 5 6 1 12

1000000 KK 30 L

66 3200000

KK 29 L

67 5500000 2 6 1 15

3000000 KK 30 L

68 5000000 3

1

1850000 KK 31 L

Page 316: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

296

69 10000000

KK 37 L

70 4300000

KK

L

71 3800000 14 9 4 14

1000000 KK 37 L

72 2000000 11 4 4

3000000 KK 30 L

73 6000000

KK 40 L

74 3000000

KK 26 L

75 4000000

KK 26 L

76 3000000

KK 27 L

77 4000000

KK 27 L

78 3000000

KK 35 L

79 2100000 5 2 4 8

1700000 KK 24 L

80 3200000 1

3

1200000 KK 31 L

81 1800000 1 2 2 22 20 1300000 KK 46 L

82 3500000

5 1 28 28 2000000 KK 35 L

83 6000000

KK 32 L

84 6000000 11 5 1 28 28 2000000 KK 31 L

85 4000000

5 1 28 28 2000000 KK 29 L

86 5000000

KK 42 L

87 3500000 11 5 1

KK 28 L

88

KK 29 L

89 2100000 5 6 1 49 49 1200000 KK 25 L

90 2800000 3 6 1 18 18 1200000 KK 45 L

91 3200000

KK 33 L

92 3200000

KK 37 L

93 2000000 10 9 4 49 49 1500000 KK 25 L

94 4500000

KK 30 L

95 4500000

KK 28 L

96 5500000

KK 28 L

97 3400000

KK 40 L

98 6000000

KK 34 L

99 4000000

KK 30 L

100 6000000

KK 37 L

101 2000000

KK 48 L

102 4000000

KK 25 L

103 2700000

KK 29 L

Page 317: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

297

104 3000000

KK 33 L

105 4500000

KK 38 L

106 3500000

KK 41 L

107 4800000

KK 38 L

108 5500000

KK 36 L

109 3000000 2 6 3

2500000 KK 30 L

110 3500000 3 6 3

2800000 KK 45 L

111 4000000 14 9 4 12

1000000 KK 36 L

112 6000000

KK 22 L

113 5500000

KK 25 L

114 3000000 14 6 3 21 21 5000000 KK 30 L

115 4500000 14 2 1 18

3000000 KK 40 L

116 1000000 5 9 1 14

1200000 KK 29 L

117 2000000

KK 44 L

118 5000000

KK 30 L

119 2000000 11 5 1 18 20 1000000 KK 38 L

120 4500000 11 5 1 20 20 5000000 KK 42 L

121 4000000

KK 36 L

122 1700000 14 2 4 20

2000000 KK 39 L

123 5000000

KK 35 L

124 2000000

KK 30 L

125 1000000 3 6 1 18 18 2000000 KK 36 L

126 3000000

KK 30 L

127 2000000 14 2 4 48 48 4500000 KK 29 L

128 3000000

KK 38 L

129 3500000

KK 36 L

130 4500000

KK 33 L

131 2500000

KK 38 L

132 2500000

Anak 27 P

133 3500000

Anak 22 L

134 1750000

KK 27 L

135 4000000

KK 42 L

136 4500000

KK 39 L

137 2000000

KK 24 L

138 3500000

KK 34 L

Page 318: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

298

139 4500000

140 3000000

KK 40 L

141 3000000

KK 38 L

142 1300000 14 9 2 5 3 1000000 Anak 23 L

143 3000000

KK 31 L

144 1650000

145 1500000 13 2 1 18 18 2800000 Istri 30 P

146 3000000

147 1450000 3

15 15 2000000 KK 31 L

148 1450000 11 5 1 10 10 500000 KK

L

149 3000000

150 2700000

151 3000000

KK

L

152 3500000

KK 29 L

153 3000000 11 5 1 8 8 1500000 KK 36 L

154 2000000 14 5 1 56 56 1800000 KK 31 L

155 3000000

156 2000000

157 2500000

KK 29 L

158 1750000

159 3500000

KK 33 L

160 3500000

KK 30 L

161 2500000

162 2500000

KK 25 L

163 3000000

KK 35 L

164 2500000 11 5 1 56 50 500000

165 3000000

KK 42 L

166 2000000

167 2800000

168 3900000

KK 33 L

Page 319: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

299

Lanjutan Lampiran 6

No Pddk St.Kwn Pekjaan S.dlm

RT

Umur

ART L/P Pddkn ST.Kwn Keg.Utm

Agg.

RT

1 SLTA Kawin Pertan. Istri 35 P SLTA Kawin IRT Anak

2 SMK Kawin Ush

Tenda Istri 33 P SMK Kawin IRT Anak

3 SD Kawin Perkeb. Istri 46 P SMK Kawin Perkeb. Anak

4 STM Kawin Bengkel Istri 34 P SD Kawin IRT Anak

5 SMK Kawin Perkeb. Istri 41 P SMP Kawin Perkeb. Anak

6 SD Janda Perkeb. Anak 28 L SLTA BK Perkeb. Anak

7 SD Kawin Perkeb. Istri 38 P SMP Kawin IRT Anak

8 SLTA Kawin Perkeb. Istri 43 P SLTA Kawin Wirausaha Anak

9 SLTA Kawin Perkeb. Istri 44 P SLTA Kawin Perkeb. Anak

10 SMK Kawin Perkeb. Istri 31 P SMP Kawin IRT Anak

11 SD Kawin Perkeb. Istri 31 P SMP Kawin Perkeb. Anak

12 SMA Kawin Swasta. Istri 44 P SMP Kawin Perkeb. Anak

13 SMP Kawin Buruh Istri 35 P SMP Kawin IRT Anak

14 SD Kawin Perkeb. Istri 43 P SMA Kawin Dagang

15 SMA Kawin Perkeb. Istri 35 P SMA Kawin IRT Anak

16 SD Janda Perkeb. Anak 26 L SMP BK Dagang Anak

17 S1 Kawin Guru Istri 38 P SMA Kawin Swasta Anak

18 S1 Kawin Guru Istri 38 P SMA Kawin Swasta. Anak

19 SMP Kawin Perkeb. Istri 42 P SMP Kawin IRT Anak

20 SMP Kawin

Istri 45 P SMP Kawin

Anak

21 SMP Kawin Perkeb. Istri 41 P SMP Kawin IRT Anak

22 SMK Kawin

Istri 41 P Aliyah Kawin

Anak

23 SMP Kawin Perkeb. Istri 39 P SD Kawin IRT Anak

24 SMP Janda Perkeb. Anak 20 P SMA BK

Anak

25 SMA Kawin Perkeb. Istri 35 P SMA Kawin IRT Anak

26 SMP Kawin Perkeb. Anak 36 L S1 BK IRT Anak

27 SD Kawin Toke Istri 50 P SD Kawin ToKo Anak

28 STM Kawin Perkeb. Istri 47 P SMA Kawin IRT Anak

29 D3 Kawin Perkeb. Istri 34 P SMP Kawin IRT Anak

30 D3 Kawin Pertan. Istri 38 P SMA Kawin Pertan. Anak

31 SD Kawin Pertan. Istri 50 P SMA Kawin Pertan. Anak

32 SMP Kawin Pertan. Istri 40 P SMA Kawin Pertan. Anak

Page 320: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

300

33 SD Kawin Pertan. Istri 48 P SD Kawin Pertan.

34 SMP Kawin Pertan. Istri 34 P SMP Kawin Pertan. Anak

35 SMA Kawin Pertan. Istri 34 P SMP Kawin Pertan. Anak

36 SD Kawin Pertan. Istri 43 P SD Kawin Pertan. Anak

37 SMA Kawin Pertan. Istri 38 P SMA Kawin Pertan. Anak

38 SMP Kawin Pertan. Istri 26 P SMP Kawin Pertan. Orang

Tua

39 SD Kawin Pertan. Istri 60 P SD Kawin Pertan. Anak

40 SD Kawin Pertan. Istri 50 P SD Kawin Dagang Anak

41 SMP Kawin Pertan. Istri 34 P SMP Kawin Pertan. Anak

42 SMA Kawin Pertan. Istri 26 P SMA Kawin Dagang Anak

43 SMA Kawin Pertan. Istri 24

SMK Kawin Pertan. Anak

44 SMK Kawin Tukang Istri 42 P MTS Kawin Pertan. Anak

45 SMP Kawin Pertan. Istri 35 P SMP Kawin Dagang Anak

46 SD Kawin Pertan. Istri 45 P SMP Kawin Pertan. Anak

47 SD Kawin Pertan. Istri 29 P SMP Kawin IRT Anak

48 SMP Kawin Pertan. Istri 27 P SMP Kawin Pertan. Anak

49 SD Kawin Pertan. Istri 55 P SD Kawin Pertan. Anak

50 S1 Kawin Peg. Desa Istri 35 P D3 Kawin Perawat Anak

51 SMP Kawin Pertan. Istri 43 p mts Kawin Pertan. Anak

52 SMP Kawin Kary.

PLN Istri 33 P SD Kawin Pertan. Anak

53 SD Kawin Pertan. Istri 35 P SMP Kawin Pertan. Anak

54 SD Kawin Pertan. Istri 47 P SD Kawin Pertan. Anak

55 SD Kawin Pertan. Istri 41 P SD Kawin IRT Anak

56 MTS Kawin Pertan. Istri 28 P SMP Kawin Pertan. Anak

57 SD Kawin Pertan.

43 P SD Kawin Pertan.

58 SMA Kawin Pertan. Istri 26 P SMP Kawin IRT Anak

59 SMA Kawin Swasta. Istri 44 P SD Kawin IRT Anak

60 SMA Kawin Supir Istri 24 P SMA Kawin IRT Anak

61 D3 Kawin Swasta Istri 27 P SMA Kawin IRT Anak

62 SMA Kawin Petani Istri 24 P SMP Kawin IRT Anak

63 SMA Kawin PKK Anak 10 L SD

Anak

64 SMA Kawin Swasta. Istri 25 P SMA Kawin IRT Anak

65 SMA Kawin Bengkel Istri 26 P SMA Kawin IRT Anak

66 S1 Kawin Gr.Honor Istri 27 P S1 Kawin Swasta Anak

Page 321: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

301

67 SMA Kawin Supir Istri 24 P sMA Kawin IRT Anak

68 SMA Kawin Karyawan Istri 27 p SMA Kawin IRT Anak

69 SMK Kawin Pertan. Istri 84 P SD Kawin IRT Anak

70 SMP Kawin Tk.

Bngnan Istri

P SMP Kawin IRT Anak

71 SMA Kawin Pertan. Istri 32 P SMA Kawin IRT Anak

72 SMA Kawin Swasta Istri 28 P SMA Kawin Swasta. Anak

73 SMA Kawin Pengrajin Istri 38 P SMA Kawin IRT Anak

74 SMA Kawin Bekerja Istri 22 P SMA Kawin IRT Anak

75 SMP Kawin Bekerja Istri 23 P SMA Kawin Bekerja Anak

76 SMP Kawin Bekerja Istri 20 P SMP Kawin Bekerja Anak

77 S1 Kawin Bekerja Istri 28 P SMP Kawin IRT Anak

78 SMA Kawin Bekerja Istri 25 P SMA Kawin Bekerja Anak

79 S1 Kawin Bekerja Istri 20 P SMA Kawin Bekerja Anak

80 S1 Kawin Bekerja Istri 27 P SMK Kawin IRT Anak

81 D1 Kawin Bekerja Istri 42 P SMA Kawin Bekerja Anak

82 SMP Kawin Bekerja Istri 33 P SMP Kawin Bekerja Anak

83 SMA Kawin Bekerja Istri 27 P SMA Kawin Bekerja Anak

84 SMA Kawin Bekerja Istri 35 P SMP Kawin Bekerja Anak

85 SMA Kawin Bekerja Istri 27 P SMP Kawin Bekerja Anak

86 SMP Kawin Bekerja Istri 40 P SMA Kawin Bekerja Anak

87

Kawin Bekerja Istri 25 P SMA Kawin Bekerja

88 SMA Kawin Bekerja Istri 25 P SMP Kawin IRT Anak

89 SMA Kawin Bekerja Istri 21 P SMP Kawin IRT Anak

90 SMA Kawin Bekerja Istri 35 P SMP Kawin Bekerja Anak

91 SMA Kawin Bekerja Istri 25 P S1 Kawin Bekerja Anak

92 SMA Kawin Bekerja Istri 35 P SMA Kawin Bekerja Anak

93 SMP Kawin Bekerja Istri 23 P SMP Kawin IRT Anak

94 SMA Kawin Pertan. Istri 22 P SMA Kawin IRT Anak

95 SMA Kawin Pertan. Istri 23 P SMA Kawin IRT Anak

96 SMA Kawin Pertan. Istri 25 P SMA Kawin IRT

97 SMA Kawin Pertan. Istri 30 P SMA Kawin Pertan. Anak

98 SMA Kawin Pertan. Istri 32 P SMA Kawin Dagang

99 SMA Kawin Swasta Istri 23 P SMA Kawin Swasta.

100 SMA Kawin Pertan. Istri 30 P SMA Kawin IRT Anak

101 SMA Kawin Swasta Istri 35 P SMP Kawin Swasta. Anak

Page 322: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

302

102 SMP Kawin Bekerja Istri 28 P SMP Kawin Bekerja Anak

103 SMP Kawin Bekerja Istri 27 P SD Kawin IRT Anak

104 SMP Kawin Bekerja Istri 32 P SMP Kawin Bekerja Anak

105 SMP Kawin Bekerja Istri 30 P SMP Kawin IRT

106 SMA Kawin Bekerja Istri 27 P SMA Kawin IRT Anak

107 SMA Kawin Pertan. Istri 35 P SMA Kawin Pertan. Anak

108 SMA Kawin Pertan. Istri 30 P SMA Kawin IRT Anak

109 SMA Kawin Swasta Istri 25 P SMP Kawin IRT Anak

110 SMA Kawin Pertan. Istri 39 P SMA Kawin Pertan. Anak

111 SMA Kawin Pertan. Istri 30 P SMA Kawin IRT Anak

112 SMA Kawin Bekerja Istri 20 P SMA Kawin IRT Anak

113 SMA Kawin Bekerja Istri 21 P SMA Kawin IRT Anak

114 SMA Kawin Pertan. Istri 27 P SMA Kawin IRT Anak

115 SMA Kawin Swasta. Istri 37 P SMA Kawin IRT dan

Jahit Baju Anak

116 SD Kawin Pertan. Istri 25 P D3 Kawin Guru Anak

117 SMP Kawin Pertan. Istri 27 P SMA Kawin IRT Anak

118 D3 Kawin Pertan. Istri 26 P S1 Kawin IRT Anak

119 SMA Kawin Pertan. Istri 33 P SMK Kawin IRT Anak

120 MTS Kawin Pertan. Istri 39 P SMA kawin Dagang Anak

121 S2 Kawin Dagang Istri 26 P S1 Kawin Dagang

122 MTS Kawin Supir Istri 36 P SMA Kawin Dagang Anak

123 S1 Kawin Dagang Istri 30 P S1 Kawin Dagang

124 SMP Kawin Pertan. Istri 24 P SMA Kawin IRT Anak

125 SMA Kawin Pertan. Istri 36 P SMK Kawin Dagang Anak

126 S1 Kawin PLD Istri 26 P S1 Kawin IRT Anak

127 D3 Kawin Pertan. Istri 32 P D3 PNS

128 SLTP Kawin Pertan. Istri 33 P SLTA Kawin IRT Anak

129 SMA Kawin Swasta Istri 34 P D3 Kawin IRT Anak

130 SMA Kawin Pertan. Istri 30 L S1 Kawin Guru Anak

131 SMA Kawin Karyawan Istri 37 P SMA Kawin IRT Anak

132 SMK BK Karyawan

133 SMK BK Swasta.

134 SMK Kawin Swasta. Istri 25 P SMA Kawin IRT

135 SMA Kawin Swasta. Istri 36 P SMA Kawin IRT Anak

136 SMP Kawin Pertan. Istri 32 P SMP Kawin IRT Anak

Page 323: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

303

137 SMK Kawin Swasta. Istri 22 P D3 Kawin IRT

138 D1 Kawin Swasta. Istri 25 P SMA Kawin IRT

139

140 SMA Kawin Pertan. Istri 36 P SMA Kawin IRT Anak

141 SMA Kawin Pertan. Istri 34 P SMK Kawin IRT Anak

142 S1 BK Swasta.

143 S1 Kawin Guru Istri 33 P S1 Kawin Guru Anak

144

145 D3 Kawin IRT Anak 5 L

BK

Anak

146

147 SMA Kawin Pertan. Istri 29 P SMK Kawin Guru Anak

148 SMP Kawin Pensiunan Istri

P SMA Kawin IRT Anak

149 D2

150

151 SMA Kawin Karyawan Istri 28 P D3 Kawin Bidan Anak

152 SMA Kawin Bekerja Istri 30 P SMP Kawin IRT Anak

153 SMA Kawin Pertan. Istri 29 P SMA Kawin Guru Anak

154 SMK Kawin Bekerja Istri 31 P S1 Kawin Bekerja Anak

155

156

157 SMA Kawin Bekerja Istri 29 P SMA Kawin IRT

158

159 SMA Kawin Bekerja Istri 28 P SMA Kawin IRT Anak

160 SMA Kawin Bekerja Istri 25 P SMA Kawin IRT

161

162 SMK Kawin Bekerja Istri 21 P

Kawin Bekerja

163 SMA Kawin Bekerja Istri 27 P SMA Kawin IRT Anak

164

165 SMA Kawin Bekerja Istri 38 P SMA Kawin IRT Anak

166

167

168 SMA Kawin Bekerja Istri 31 P D3 Kawin Bekerja Anak

Page 324: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

304

Lanjutan Lampiran 6

No

Um

AR

T

L/P Tigg.

Ahir

Als.

Tigl L Lahan Jen.Tanam L.Latai JL.Terlu.

J

D.Terlu.

J.A.

Terlu

.

1 15 P 2 3 2 Ha Karet&swt 140 2 2 2

2 14 L 1 1 2 Ha Karet 42 3 2 2

3 28 P 2 1

Karet 45 2 1 2

4 14 L 2 1

Karet 126 3 2 2

5 18 P 2 1

Karet 77 2 2 2

6 21 L 1 1

105 2 1 2

7 20 L 1 1 1 Ha Karet 54 2 2 2

8 21 P 1 1 2 Ha Karet 168 3 2 1

9 11 L 1 1 3 Ha Karet 99 4 1 1

10 14 P 1 1

72 3 2 2

11 11 L 1 1

90 2 1 2

12 22 L 1 1

72 3 2 2

13 20 L 1 1

54 2 2 2

14

1 1 1 Ha Karet 108 3 2 1

15 15 P 1 1 2 Ha

40 2 1 2

16 13 P 1 1 1 Ha Karet 98 2 1 2

17 16 P 1 1

63 2 2 1

18 16 P 1 1

63 2 2 1

19 22 L 2 2 2 Ha Karet 70 3 2 1

Page 325: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

305

20 27 P 2 2 3 Ha Karet 54 3 1 2

21 15 P 2 2 1 Ha Karet 42 2 1 2

22 17 P 2 2 2 Ha Karet 70 2 2 1

23 26 P 1 1 2 Ha Karet 96 2 2 2

24 14 L 1 1

48 3 2 2

25 15 P 2 1 3 Ha Karet 126 3 2 2

26

P 1 2 2 Ha Karet 84 3 2 2

27 27

2 1

84 3 2 2

28 22 P 1 1 3 Ha Sawit 91 2 1 2

29 12 P 1 1 2 Ha Karet 54 2 1 2

30 10 L 3

2 Ha Karet 120 3 2 2

31 34 L 2 1 2 Ha Karet 150 3 2 2

32 12 L 2 2 1/2 Ha

63 2 1 1

33

2 2 1/2 Ha Karet 108 2 1 1

34 15 P 2 2 1 Ha Karet 112 3 2 2

35 12 P 2 2 1 Ha Karet 70 2 1 2

36 23 P 2 2 2 Ha Karet 162 3 2 2

37 15 L 2 2 1 Ha Karet 162 3 2 2

38 70 P 2 2 1 Ha Karet 70 2 2 1

39 28 L 2 2 2 Ha Karet 105 2 2 2

40 18 L 2 2 1,2 Ha Karet 375 3 2 2

41 12 L 2 2 2 Ha Karet 105 3 2 2

Page 326: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

306

42 1 P 2 2 1 Ha Karet 70 2 1 1

43 4

2 2 2 Ha Karet 120 3 2 1

44 18 L 2 2 2 Ha Karet&swt 54 2 2 2

45 13 P 2 2

117 3 2 2

46 17 P 2 2 3 Ha Karet 108 2 2 1

47 12 P 2 2 2 Ha Karet 81 3 2 2

48 9 P 2 2 1 Ha Karet 73 2 2 2

49 34 P 2 2 1 Ha Karet 84 3 2 2

50 8 L

96 2 1 1

51 14 P 2 2 2 Ha Karet 63 2 2 2

52 11 L 1 1 2 Ha Karet 77 3 2 2

53 15 L 2 2 4,5 Ha Karet 88 2 2 2

54 16 L 2 1 2 Ha Karet 72 2 2 2

55 26 L 2 2 4,5 Ha Karet 77 2 2 2

56 8 L 2 2 1 Ha Karet 72 3 2 2

57 25 P 2 1 2 Ha Karet 91 2 2 2

58 6 P 3

1 Ha Sawit 45 2 1 1

59 18 P 2 2

90 2 2 2

60 6 L 2 3

70 2 2 1

61 3 P 3

36 3 2 2

62 3 L

1 Ha Padi 60 2 2 1

63 4 P 2 3 1,5 Ha Padi 36 2 2 2

Page 327: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

307

64 10 L 3

70 3 2 2

65 11 P 4

70 3 2 1

66 1 P 4

48 3 2 2

67 9 L 3

60 3 2 1

68 10 L 3

2 Ha Sawit 105 3 2 2

69 9 P 2 1 2 Ha Padi 54 3 2 1

70 16

2

54 2 1 1

71 4 P 2 2 0,5, Ha

95 2 2 1

72 4 P 3

45 3 2 2

73 17 L 4

45 3 2 2

74 4 P 3

0,5 Ha Padi 60 2 1 2

75 4 P 2 2 1,5 Ha Padi 60 2 2 1

76 2 L 2

1 Ha Padi 99 2 2 2

77 7 L 2

3/4 Ha Padi 60 2 2 1

78 2 P 2 3 0,5 Ha Padi 56 2 1 1

79 6 L 2 3 0,5 Ha Padi 54 2 1 1

80 8 P 4

48 3 2 1

81 19 P 2 2 1 Ha Padi 48 3 2 1

82 5 P 2 1 1 1/2 Ha Padi 54 2 2 2

83 1 L 3

54 2 2 1

84 23 P 2 1 2 Ha Padi 88 2 2 2

85 5 L 2 2 1 Ha Padi 54 2 2 1

Page 328: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

308

86 20 P 4

54 2 1 2

87 3

2 3 3/4 Ha Padi 54 2 1 2

88 1 L 3

1 Ha Padi 36 1 1 1

89 2 P 2 2 0,5 Ha Padi 36 2 1 1

90 22 P 2 2 1,5 Ha Padi 60 2 2 1

91 8 P 3

48 2 1 1

92 17 P 2 2 0,5 Ha Padi 45 2 1 1

93 2 L 2 1 1 Ha Padi 54 2 2 2

94 10 L 3 1 4 Ha Sawit 77 3 2 2

95 8 L 2 1 4,5 Ha Sawit 80 3 2 2

96

3

2,5 Ha Sawit 77 3 2 2

97 12 L 2 2 3 Ha Sawit 375 3 2 2

98

4 1 2 Ha Sawit 99 3 2 2

99

2 2 2 Ha Padi 90 3 2 1

100 5 L 4

1 Ha Lada 45 2 2 1

101 16 P 2 2

Sawit 90 3 2 2

102 8 L

1 Ha Padi 108 2 2 2

103 6 L 2 3

Sawit 54 2 1 2

104 14 L 2 1

Sawit 48 2 1 1

105

2 3 1 Ha Padi 72 2 2 2

106 17 L 2 2

Sawit 20 1 1 1

107 16 P 4 1 6 Ha Sawit 126 3 2 1

Page 329: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

309

108 17 P 3 1 3 Ha Padi 126 3 2 2

109 3 L 1 2

Sawit 96 3 2 2

110 17 P 2 1 2,5 Ha Padi 45 2 1 2

111 13 P 2 1 3 Ha Padi 72 2 2 1

112 1 L 2 1 1 3/4 Ha Padi 80 2 2 2

113 2 L 2 1 1 3/4 Ha Padi 80 2 2 2

114 7 P 3 3 3 Ha

160 3 2 2

115 13 L 2 1

Padi 104 2 1 1

116 3 P 1 2

Padi 60 2 1 1

117 12 L 2 1 1/4 Ha Padi 48 2 1 1

118 1 L 1 2

Padi 150 3 2 2

119 10 L 2 1 2 Ha

96 2 2 1

120 14 L 3 3 4 Ha Sawit 150 2 2 2

121

1 1

160 3 2 1

122 3 L 2 1

72 2 2 1

123

1 1 3/4 Ha

96 3 2 2

124 3 P 2 1

40 2 2 1

125 15 L 2 1 2 Ha Sawit 60 2 1 1

126 1 P 1 2

120 3 2 2

127

2 1 2 Ha Sawit 105 3 2 2

128 7 P 2 1

Sawit 48 2 2 1

129 10 L 4

80 2 2 2

Page 330: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

310

130 8 P 2 3

Sawit 96 2 2 2

131 7 P 2 2

Sawit 90 2 2 2

132

2 2

Sawit 10 2 2 2

133

2 2

Sawit 80 2 2 2

134

2 1

Sawit 80 2 2 1

135 4 L 2 1

84 2 2 2

136 10 L 3 1

80 2 2 2

137

2 1

72 2 2 2

138

3

70 2 2 2

139

4

80 3 2 2

140 15 P 2 1

Sawit 70 2 2 2

141 10 L 2 1

Sawit 96 2 2 2

142

1 3

240 2 2 2

143 5 L 1 4

Sawit 120 3 2 2

144

1 3

Sawit 72 2 2 2

145 1 P 2 3

45 2 1 1

146

1 3

72 2 2 2

147 1 P 1 2 2 Ha Sawit 60 2 1 1

148 26 L 2 3 2 Ha Sawit 100 3 2 2

149

1 3

Sawit 80 2 1 1

150

1 2

Sawit 64 4 1 1

151 1,5 L 1 1

Sawit 36 3 2 2

Page 331: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

311

152 4 L 2 1

Sawit 48 2 1 1

153 8 L 1 2

Sawit 60 2 1 1

154 4,5 L 1 1

Sawit 120 3 2 2

155

1 1

Sawit

156

1 1

Sawit

157

2 1

Sawit 96 2 2 1

158

1 3

Sawit 78 2 1 1

159 7 P 2 1

Sawit 48 2 1 1

160

2 1

Sawit 108 3 2 2

161

1 1

Sawit

162

2 1 2,5 Ha Sawit 80 2 2 2

163 5 P 2 1

Sawit 48 2 2 1

164

2 1

Sawit 96 2 2 2

165 12 P 2 1

Sawit 80 2 1 1

166

1 1

Sawit

167

1 3

Sawit 104 2 2 2

168 1 P 1 1

48 2 1 1

Lanjutan Lampiran 6

No Stt.Rmh S. Mtr M. Cuci Y. ART Tabungan Hdp kini Tk Pddk % Tab.

1 1 1 1 4000000 6500000 4 4 2

2 1 1 2 6000000 3600000 4 5 3

3 1 1 2600000 3200000 4 3 2

4 1 1 1 5500000 6000000 4 5 2

5 1 3500000 2500000 3 2 3

Page 332: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

312

6 1 2700000 1550000 3 3 2

7 1 1 2500000 1800000 4 2 2

8 1 1 2 5000000 6500000 4 5 4

9 1 1 1 5400000 3000000 3 3 2

10 1 1 1 2400000 3500000 2 4 2

11 1 1 1 2400000 1800000 3 2 1

12 1 1 1 5000000 4800000 4 3 2

13 1 1 1 2500000 5250000 4 3 3

14 1 1 1 4200000 3600000 4 2 2

15 1 1 1 2400000 3500000 3 3 3

16 1 1 1 4000000 3500000 3 2 3

17 1 1 1 6500000 6000000 4 5 3

18 1 1 1 4500000 6500000 4 4 3

19 1 1 1 4000000 3600000 3 4 2

20 1 1 1 3000000 2400000 3 3 2

21 1 4000000 4500000 4 4 3

22 1 4000000 4800000 4 4 3

23 1 1 1 5000000 4600000 3 1 2

24 1 1 1 2500000 4800000 3 3 2

25 1 1 1 12000000 18000000 4 1 3

26 1 1 1 8000000 9000000 4 3 4

27 1 1 1 12000000 2000000 4 3 4

28 1 1 1 4250000 6000000 3 2 3

29 1 1 3700000 3000000 3 5 1

30 1 1 1 3000000 7500000 4 4 3

31 1 1 1 3000000 8000000 4 4 4

32 1 1 2500000 1300000 3 4 2

33 1 1 2500000 1200000 3 3 2

34 1 1 1 4000000 2400000 4 3 2

35 1 1 2500000 1200000 3 3 2

36 1 1 1 3000000 1600000 4 2 2

37 1 1 1 7000000 3000000 4 4 3

38 1 1 2000000 1200000 3 3 2

39 1 1 1 3000000 1500000 3 3 2

40 1 2 3500000 2350000 4 3 2

Page 333: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

313

41 1 1 1 2500000 1800000 4 3 2

42 1 1 1 2500000 1500000 3 4 2

43 1 1 1 4000000 1500000 4 4 2

44 2 1 1 3600000 3000000 4 3 3

45 1 1 1 2700000 1500000 4 2 2

46 1 1 1 3000000 2400000 4 3 3

47 2 1 1 7000000 12000000 4 2 2

48 1 1 1 3000000 1800000 4 3 4

49 1 1 1 3250000 1500000 4 3 2

50 1 1 1 2000000 500000 4 5 2

51 1 1 1 2500000 1500000 4 3 3

52 1 1 1 5000000 2000000 4 2 3

53 1 1 1 4150000 2400000 4 2 2

54 1 1 1 6500000 3000000 4 3 4

55 1 1 1 3500000 1500000 4 2 2

56 2 1 1 2150000 600000 3 3 2

57 1 1 1 3500000 1800000 4 2 2

58 1 1 1 8000000 6500000 4 3 3

59 1 1 1 5500000 2400000 3 1 2

60 1 1 5000000 1150000 4 3 2

61 1 1 5000000 2400000 3 4 2

62 1 4300000 1800000 4 3 2

63 1 1 6000000 7200000 4 3 3

64 1 1 1 8000000 7550000 4 3 3

65 1 1 1 6500000 7150000 4 4 3

66 1 1 1 3200000 600000 2 5 1

67 1 1 1 8500000 9150000 4 3 3

68 1 1 1 6850000 4200000 3 3 2

69 1 1 1 10000000 3840000 4 4 3

70 1 4300000 2100000 4 3 2

71 1 4800000 5200000 4 4 3

72 1 1 5000000 2400000 4 3 3

73 1 1 6000000 7200000 4 3 3

74 1 3500000 1500000 2 3 2

75 1 1 4000000 1500000 4 3 3

Page 334: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

314

76 1 1 2000000 1250000 2 3 2

77 1 1 1 4000000 1200000 4 5 2

78 1 1 3000000 1500000 3 3 2

79 1 1 1 3800000 750000 4 5 2

80 1 1 1 4400000 1750000 4 5 3

81 2 1 3100000 6250000 4 4 3

82 1 1 1 5500000 3800000 4 3 3

83 1 1 1 6000000 4500000 4 3 4

84 1 1 1 8000000 4500000 4 3 4

85 1 1 1 6000000 3200000 4 3 3

86 1 1 1 5000000 1300000 4 3 2

87 1 1 3500000 1200000 4 4 3

88 4 3500000 1350000 3 3 2

89 1 1 3300000 1250000 3 3 2

90 1 1 4000000 2500000 4 3 3

91 1 3200000 1750000 4 4 3

92 1 3200000 1250000 3 3 2

93 1 1 1 3500000 1500000 4 3 2

94 1 1 1 4500000 2250000 4 3 4

95 1 1 1 4500000 3500000 4 3 2

96 1 1 1 5500000 4200000 4 3 3

97 1 1 1 3400000 2500000 4 3 3

98 1 1 1 6000000 3750000 4 3 3

99 1 1 1 4000000 1300000 4 3 2

100 1 1 1 6000000 2400000 3 3 2

101 1 1 2000000 1250000 3 3 1

102 1 4000000 1250000 3 2 2

103 1 2700000 750000 2 3 2

104 2 1 3000000 750000 3 2 2

105 1 1 1 4500000 1500000 3 3 2

106 1 1 1 3500000 900000 3 4 2

107 1 1 1 4000000 3500000 3 3 2

108 1 1 1 5500000 3300000 4 3 3

109 1 1 1 5500000 4200000 4 3 2

110 1 1 1 6300000 4250000 4 3 3

Page 335: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

315

111 1 5000000 3500000 4 3 3

112 1 1 1 6000000 4300000 4 4 3

113 1 1 1 5500000 1800000 4 3 2

114 1 1 1 8000000 6500000 4 3 3

115 1 1 1 7500000 6300000 4 4 3

116 2 1 2200000 700000 2 3 2

117 1 2000000 500000 3 3 1

118 2 5000000 7500000 3 4 3

119 1 1 1 3000000 2400000 3 2 2

120 1 1 1 8000000 9000000 3 4 3

121 2 1 1 4000000 3500000 3 4 2

122 1 1 3700000 2400000 3 4 2

123 1 1 1 5000000 3000000 4 3 3

124 1 2000000 1200000 4 4 2

125 1 1 1 3000000 180000 4 4 3

126 2 3000000 2500000 4 1 2

127 1 1 1 6500000 8000000 4 3 3

128 1 1 1 3000000 1200000 4 2 2

129 1 1 3500000 1500000 3 4 1

130 4 4500000 5600000 4 4 2

131 1 2500000 1200000 3 3 1

132 1 2500000 900000 3 3 1

133 2 3500000 3000000 3 3 2

134 1 1750000 600000 3 3 1

135 3 4000000 3500000 3 2 1

136 1 1 4500000 2800000 4 3 2

137 1 2000000 7500000 3 3 2

138 1 1 3500000 2000000 3 3 4

139 1 1 1 4500000 5000000 4 4 2

140 1 1 1 3000000 1800000 3 3 4

141 1 1 1 3000000 2500000 3 3 2

142 2 3300000 6300000 4 4 2

143 2 1 1 3000000 2500000 4 4 3

144 2 1650000 1500000 4 3 2

145 1 1 4300000 3650000 4 4 2

Page 336: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

316

146 2 3000000 750000 4 2 4

147 2 1 1 3450000 2500000 3 1 2

148 2 1 1 2000000 1200000 3 3 1

149 2 3000000 1500000 3 3 4

150 2 2700000 900000 3 3 2

151 1 1 1 3000000 1200000 4 1 2

152 1 1 3500000 2200000 4 3 2

153 2 1 4500000 2400000 4 3 2

154 2 3800000 2000000 4 3 2

155 3000000 1500000 4 4 2

156 2000000 1500000 4 3 1

157 1 2500000 1200000 4 2 1

158 2 1750000 1500000 4 1 2

159 1 3500000 1800000 4 3 2

160 1 3500000 1750000 4 3 2

161 2500000 1500000 4 3 2

162 1 1 2500000 1200000 4 2 2

163 1 1 3000000 2800000 4 3 2

164 1 3000000 2600000 4 5 2

165 3 1 3000000 1800000 4 3 2

166 2000000 750000 4 4 1

167 2 2800000 2000000 4 2 2

168 2 3900000 1600000 4 3 2

Page 337: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

317

Lampiran 7:Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Di Desa- Desa Sampel

Lokasi transmigrasi Dalam Provinsi Jambi.

Photo bersama Camat dan Sekcam, setelah menerima berbagai

penjelasan tentang kondisi Kecamatan Batang Asam, April 2017.

Page 338: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

318

Setelah diterima oleh Kades Sri Agung menyempatkan diri untuk berphoto

dengan 3 orang Enumerator di Depan kantor Desa, April 2017.

Page 339: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

319

Diskusi di rumah Kepala Desa Sri Agung M. Hatta, yang di dampingi oleh

ibu Kades serta Enumerator tentang informasi Responden, April 2017.

Page 340: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

320

Disela sela kegiatan survei berkesempatan untuk melihat Irigasi “Suban “

untuk mengairi areal persawahan yang ada di desa Sri Agung, April 2017.

Page 341: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

321

Menelusuri Irigasi di Desa Sri Agung, dengan tanaman Padi yang belum

lama ditanam dengan latar belakang pemandangan yang indah, April 2017

Page 342: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

322

Para Enumerator berkesempatan mengabadikan diri di depan kantor Desa

Rawa Medang, sementara Peneliti sedang serius berdiskusi dengan Kepala

Desa bapak II, Sapra’i di ruang tamu

Page 343: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

323

Menelusuri areal persawahan di desa Rawa Medang, dengan hamparan yang

begitu luas dan asri, April 2017

Page 344: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

324

Masih di areal persawahan di Desa Rawa Medang, di area persemaian bibit

padi dimana belum lama berlangsungnya panen raya, April 2017

Page 345: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

325

Baru saja sampai di Kantor Desa Perintis, dengan ditemani oleh salah

seorang Enumerator dalam survei Generasi kedua transmigran, April 2017

Page 346: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

326

Diterima oleh Kepala Desa Perintis bapak Aa Sunarya, di ruang tamu beliau

untuk menjelaskan tentang kegiatan penelitian, April 2017

Page 347: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

327

Sampai di Desa Rimbo Mulyo, sebagai salah satu desa sampel penelitian

generasi kedua transmigrasi, April 2017.

Page 348: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

328

Diterima oleh Kepala Desa Rimbo Mulyo bapak Nisman dan didampingi

oleh salah seorang Enumerator dari kantor BKKBN Kabupaten Tebo, April

2017

Page 349: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

329

Setelah istirahat kembali melanjutkan diskusi dengan kades Rimbo Mulyo

terkait dengan kegiatan survei di wilayah beliau, April 2017

Page 350: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

330

Akhirnya sebelum pamit sempat berphoto di depan kantor desa Rimbo

Mulyo dengan pak Kades dan ibu Ita Septyaningsih, April 2017.

Page 351: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

331

Berkesempatan untuk melihat tanaman karet yang ada sekitar desa Rimbo

Mulyo yang telah berumur sekitar 20 – 25 tahun, April 2017

Page 352: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

332

Berkesempatan untuk mengambil photo bersama co Promotor di depan

taman kantor Desa Marga Mulya, Mei 2017.

Page 353: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

333

Diterima oleh Sekretaris Kecamatan, yang di dampingi oleh bapak Kades

Marga Mulya serta dihadiri oleh salah seorang Co Promotor, Mei 2017.

Page 354: ANALISIS GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN DI PROVINSI …

334

Pemberian Kenang-kenangan yang diterima oleh perangkat desa Panca

Mulya sebagai perwakilan yang disaksikan oleh Sekcam dan Co promotor,

Mei 2017.