BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar...

49

Transcript of BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar...

Page 1: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis
Page 2: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

SAPA REDAKSI

Dengan mengucapkan rasa syukur,

akhirnya Lembaga Kajian Mahasiswa

mampu menyuguhkan kembali Buletin Kaji

LKM Edisi Agustus. Merupakan buletin

pertama pada periode tahn 2017 setelah

hiatus beberapa bulan lalu.

Kali ini kami menyajikan Buletin

Kaji yang membahas pengalaman berbuku

mahasiswa. Tersaji pula liputan

berdasarkan penelitian, esai dengan tema

serupa, hingga cerpendan puisi yang

bercerita dengan nuasa yang serupa pula

dengan pengalaman berbuku. Tak lupa,

terselip liputan khusus yang menambah

keragaman suguhan pada buletin ini.

Akhir kata, selamat membaca

Buletin Kaji LKM UNJ dengan tema

Membaca Pengalaman Berbuku. Mari

tunjukkan semangat berliterasi!

Salam,

Tim Redaksi

TIM REDAKSI

Pembina

Irsyad Ridho, M.Hum

Penanggungjawab

R. Bimo Wahyu

Pemimpin Redaksi

Ajeng Damara

Redaksi

Sarah, Ana Tria, Guntur

Widhiyatmoko, Muthi, Ayenni

Afriyani, Raden Bimo, Hadistian,

Megawati Rusdiantoro, Qinthara

Dwiputri, Adiba Ciptaningrum,

Muguel Angelo, Prima Nandita,

Tommy Juliansyah, Ghifani Azhar,

Diana Dwi, Indrawana Sinaga.

Desain Sampul dan Ilustrasi

Miguel Angelo, Hadistian

Penata Letak

Qinthara Dwi

Editor

Ghifani Azhar

DAFTAR ISI

SOSOK: Rumah Berpenghuni Buku (1), LIPUTAN UTAMA: Membaca Pengalaman

Berbuku Mahasiswa (4). LIPUTAN KHUSUS: Mengenang Yang Terlupakan (8), ESAI:

Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas

Tertulis (18), Buku Berfisik dan Digital (21), CERPEN: Seratus Rupiah (24), Hanya

Gerbang Kecil (27), Ku Kutuk Kau Jadi Sampul Plastik! (32), Dunia 2.0 (37), RESENSI:

Belenggu Manusia (42), ANTOLOGI PUISI (45)

BULETIN KAJI EDISI AGUSTUS 2017

KRITIS – AKTUAL – JUJUR - INDEPENDEN

LEMBAGA KAJIAN MAHASISWA Website : lkmunj.org

Sekretariat :Ruang 305, Gedung G, Kampus A UNJ Kontak :

Facebook : Lembaga Kajian Mahasiswa – UNJ Ghifani (085780696381)

Instagram dan Twitter : @lkmunj Tommi (085885916950)

Page 3: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

SEGERA HADIR

Seminar Wicara Publik

Stadium Generale

LEMBAGA KAJIAN MAHASISWA 2017

Info lebih lanjut:

Sekretariat LKM UNJ Ruang 305, Lantai 3 Gedung G

Kampus A UNJ

Facebook : Lembaga Kajian Mahasiswa UNJ

Twitter : @lkmunj

Instagram : @lkmunj

Website : lkmunj.org

Kontak : Tommi (085885916950)

Page 4: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

SOSOK

Rumah Berpenghuni Buku

Mahasiswa tidak membaca buku seperti sepatu bot

Sepatu itu hanya digunakan tetapi tidak dilihat man-

faat dari sepatu tersebut

Oleh Sarah dan Ana Tria Purnama Prodi Pendidikan

Sosiologi dan Sosiologi Pembangunan

Pembaca berbangga diri jika

ruang-ruang rumahnya di-huni buku.

Buku tertata rapi saling berdempet di

lemari-lemari yang berdiri kokoh.

Ruang disediakan khusus laiknya

sebuah kamar un-tuk buku.

Dilengkapi dengan kursi untuk

kenyamanan sang pemilik

berinteraksi dengan bukunya.

Menjadikan tempat tersebut favorit

bagi pemiliknya. Tak hanya menjadi

ruang baca, ruang yang berukuran

2x2 ini sebagai tempat untuk

mengawinkan ide dan pikirannya.

Mengakrabi buku mesti

dokumentasi pribadi

sering dilakukan agar buku-bu-ku itu

tidak kesepian. Tak jarang beberapa

buku diajak menema-ni sang pemilik

bepergian. Buku dibaca saat di

perjalanan dalam mobil atau disela-

sela kesibukan bekerja. Tubuh

menampik lelah ketika menyandang

perjumpaan dengan buku.

Robertus Robet atau yang

sering disapa Pak Robet tetap

berikhtiar membaca buku meski-pun

sudah sibuk bekerja sebagai dosen di

jurusan Sosiologi Universitas Negeri

Jakarta (UNJ). Ia sudah 1

Page 5: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

menyenangi buku sejak Sekolah

Dasar (SD), kegemaran membaca

buku sejak kecil ini menjadi ke-

biasaan hingga sekarang. Hari-hari

libur sekolah diisinya dengan

membaca buku dongeng dan novel.

Kebiasaan ini dilanjutkan-nya ketika

menginjak Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Tak hanya dongeng

dan novel ia mulai mem-baca tokoh-

tokoh pemikiran barat. Kelas diisi

oleh beberapa guru yang senang

bercerita dan berbagi pen-galaman.

Cerita-cerita dari para guru

mendorong Robertus Robet untuk

mencari tahu lebih jauh le-wat

berbagai bacaan. Buku-buku

pemikiran, jurnal, majalah, dan novel

sudah dibacanya sejak SMP. Di

Sekolah Menengah Atas (SMA),

Robertus Robet sudah berkenalan

dengan buku bacaan yang berat

seperti filsafat dan politik. “Saat masih sekolah saya

lebih sering membaca buku ketika

hari libur. Di sekolah saya, ada per-

pustakaan yang dapat dipinjam

bukunya. Menjelang liburan saya

meminjam buku banyak-banyak

untuk persiapan mengisi waktu libur

dengan membaca,” ujarnya ketika

menjelaskan waktu yang paling

sering untuk membaca. Lulusan University of Bir-

mingham ini dengan jurusan Po-

litical Thought sangat menghargai

waktu. Menurutnya waktu yang

paling baik saat membaca buku

adalah ketika waktu kosong. Tak ada

yang paling indah ketika wak-tu

kosong dipakai untuk membaca. Diri

sudah terdorong untuk membaca

semenjak kecil. Robertus Robet sejak

awal sudah mandiri untuk mencari

buku bacaannya sendiri. Hingga

sekarang pun sudah banyak buku-

buku yang ia tulis berkat modal

membacanya sejak Sekolah Dasar

(SD). Menuju Kewarganegaran

Substantif di In-donesia (2006),

Republikanisme dan Keindonesiaan

(2006), Politik Hak Asasi Manusia

dan Transisi di Indonesia (2008),

Kembalin-ya Politik (2008), Manusia

Politik: Subyek Radikal dan Politik

Em-ansipasi di Era Kapitalisme

Global Menurut Slavoj Žižek (2010)

me-rupakan karya-karya yang ia tulis

sejak menjadi mahasiswa.

Kadang bertukar buku

dengan teman atau tetangga. Se-

sekali mendatangi tempat penye-

waan buku dan pergi ke toko buku

bekas jika sedang memiliki uang.

Majalah Prisma dan buku-bu-ku

konsep sering dibelinya. Per-jalanan

ke toko buku kadang dilakukannya

sendiri atau bersama teman. Toko

buku menjadi kelas idaman bagi

pelajar-pelajar yang gurunya adalah

buku. “Dulu di Lampung ada be-

berapa toko buku bekas. Yang pasti

2

SOSOK

Page 6: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

harganya lebih murah dan bukunya

asli jadi saya beli di sana,” pa-parnya. Keinginan memiliki buku

terkadang mengalami beberapa

kendala. Misalnya terlalu banyak

buku yang sudah diincar namun

harganya terlalu mahal. Maka, tidak

semua buku dapat dibawa pulang,

buku dipilih lagi menu-rut

pertimbangan mana yang paling

disukai. Robertus Robet juga sering

mencuri buku di toko atau

perpustakaan. Mencuri sengaja

dilakukan untuk memenuhi hasrat

memiliki buku. Mencuri buku

dipandangnya tidak berdosa se-bab

menunjukan hasrat membaca

mahasiswa telah melampaui jumlah

uang yang dimiliki. Pencuri buku

dianggap lebih bermartabat

ketimbang pencuri isi buku. “Buku bagi saya adalah

sumber imajinasi. Jika kita mem-

baca buku maka imajinasi kita akan

bertambah luas. Itu peran buku yang

paling penting. Tidak masalah buku

itu adalah prosa, fiksi ataupun konsep, buku sama-

sama membentuk imajinasi kita.

Misalnya, buku konsep yang kita

baca dapat mengajak kita ber-pikir

dan kemudian berimajinasi. Novel

mengenalkan kita pada ber-bagai tipe

manusia sehingga dari situ kita dapat

terbantu untuk berimajinasi,”

jawabnya menjelaskan

akan pentingnya buku.

Sebagai dosen, Robertus

Robet merasakan jika rendahnya

kualitas skripsi merupakan dam-pak

dari kurangnya bacaan mahasiswa.

Tanpa rela berlelah diri, mahasiswa

kini hanya membaca konsep-konsep

dari blog. Pasalnya bloger adalah

tulisan seseorang yang belum diuji

secara akademik kevalidasiannya.

Mahasiswa tidak memahami konsep

secara penuh kemudian menuliskan

konsep ter-sebut di dalam skripsinya.

Dengan memilih cara yang instan ini

me-nyebabkan skripsi menjadi tidak

bermutu, kurang gagasan dan ti-dak

memiliki konsep.

“Mahasiswa tidak mem-baca

buku seperti sepatu bot,” ujarnya

menjelaskan rendahnya gelar

mahasiswa jika tidak membaca buku. Mendengar pernyataan

Robertus Robet, mahasiswa mesti

lekas membaca buku.

3

SOSOK

Page 7: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

RISET

Membaca Pengalaman Berbuku Mahasiswa

Oleh Guntur, Muthia, dan Sarah Prodi Manajemen, Pendidikan Luar Biasa, dan

Pendidikan Sosiologi

Mengisi kuesioner menan-

tang ingatan untuk tak segera

melupakan pengalaman berbuku.

Kuesioner juga turut menjadi pe-

negur, sudah berbukukah dirimu

selama ini? Seratus mahasiswa

Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

mengisi kuesioner untuk membagi

pengalaman membaca mereka.

Buku-buku yang sudah terbaca

menuntut untuk dipatenkan dalam

ingatan mahasiswa. Buku memang

tidak menjanjikan nilai tinggi namun

buku menyimpan martabat akan

simbol mahasiswa sebagai jabatan

intelektual. Buku-buku molek dengan

berbagai jenis membujuk mahasiswa

untuk membacanya. Buku sastra

menjadi yang paling sering singgah

di tangan mahasiswa. Sebanyak 36%

mahasiswa memilih untuk

menjadikan buku sastra sebagai

bacaan utama. Disusul dengan

mahasiswa yang memilih buku

hiburan sebanyak 21%, buku agama

sebanyak 15%, buku sejarah

sebanyak 9%, dan buku motivasi

sebanyak 7%. Si-sanya 12%

mahasiswa memilih buku jenis lain

seperti hukum, ekonomi, matematika

dan sosial.

Tere Liye patut sumringah

sebab namanya menjadi penulis yang

paling sering disebut maha-siswa.

Bukunya tak diragukan telah sering

singgah di rak buku mahasiswa.

Ketenaran Tere Liye berhasil

mengalahkan nama-nama penulis

lain yang berada di urutan setelahnya

yaitu Andrea Hirata, Raditya Dika,

Habiburrah-man El Shirazy, Pidi

Baiq, Salim A. Fillah, Felix Siauw,

Ayu Utami dan Asma Nadia. Mereka

adalah 9 penulis yang namanya

paling sering disebut oleh mahasiswa.

Penulis lain telah jarang disebut atau

bahkan hilang sama sekali dari

ingatan.

Membaca menjadi pe-ristiwa

berkejaran dengan waktu. Sudah

berapa buku yang kamu lahap habis

dalam satu tahun? Pertanyaan seakan

sinis

4

Page 8: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

menggugat banyaknya bacaan buku

yang sudah diselesaikan. Mahasiswa

tertantang untuk jujur dan mengakui

banyaknya buku yang telah dibaca. 2%

mahasiswa menjawab menghabiskan

kurang dari satu buku dalam setahun,

39% mahasiswa menghabiskan

kurang dari lima buku, 27%

mahasiswa menghabiskan kurang

dari 10 buku, 16% mahasiswa

menghabis-kan kurang dari lima

belas buku, 6% mahasiswa

menghabiskan kurang dari dua puluh

buku, dan 10% mahasiswa

menghabiskan di atas dua puluh buku.

Buku yang berjejer di rak-

rak toko menunggu mahasiswa untuk

membelinya. Buku berlomba

mempercantik diri agar pembeli

tertarik memilih-nya di antara ribuan

buku lain. Buku kini mulai belajar

bergaya di depan kamera untuk dijual

secara online. 8% mahasiswa telah

memilih untuk mem-beli buku secara

online. Sementara

Gramedia menjadi toko buku yang

paling sering dikunjungi mahasiswa

di Jakarta sebanyak 69%. Lainnya

sebanyak 9% memilih membeli di

lapak buku pasar Senen, 1% memilih

membeli di lapak buku Blok M, dan

15% memilih membeli buku di toko

lainnya.

Di dalam toko buku, tan-gan

mahasiswa bergiat memilih buku

tanpa mengingat waktu. Nafsu

membeli dan membaca buku seakan

mengesampingkan setumpuk nafsu

untuk membeli cemilan demi bekal

nongkrong bersama teman atau

pacar. Uang disisihkan demi

memenuhi hasrat membaca buku.

Namun ibadah membeli buku

sepertinya masih jarang dilakukan

mahasiswa. 1% mahasiswa mengaku

tidak pernah membeli buku. 50%

mahasiswa membeli kurang dari

lima buku dalam satu tahun, 27%

mengaku membeli kurang dari

sepuluh buku, 8% mahasiswa

mengaku membeli kurang dari

5

RISET

Page 9: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

lima belas buku, 10% mahasiswa

mengaku membeli kurang dari dua

puluh buku, dan 4% mahasi-swa

mengaku membeli di atas dua puluh

buku.

Meminjam buku dilako-ni

untuk memenuhi keinginan membaca

buku. Setidaknya buku telah terbaca

walaupun tak sang-gup untuk

dimiliki. Meminjam buku

menyimpan kegelisahan akan terkena

denda, hilang atau-pun rusak.

Terlepas dari resikonya, meminjam

menjadi solusi mudah untuk

memenuhi keinginan membaca yang

kelewat besar di-bandingkan besaran

jumlah uang di dompet. 36%

mahasiswa me-milih meminjam buku

di perpu-stakaan kampus, 55%

mahasiswa memilih meminjam buku

kepada teman, 1% mahasiswa

mengaku memilih meminjam buku di

perpustakaan swasta, 1% maha-siswa

tidak pernah meminjam buku, dan 7%

mahasiswa memilih meminjam buku

di tempat lain

seperti tempat penyewaan buku.

Buku-buku yang telah di-

pinjam mesti lekas dibaca untuk

segera dikembalikan. Telat men-

gembalikan buku di perpustakaan

berarti mengeluarkan uang untuk

membayar denda. Lama mengem-

balikan buku yang dipinjamkan

teman berarti harus rela menang-

gung tagihan buku untuk dikem-

balikan. Maka meminjam buku mesti

mempertimbangkan jum-lah buku

yang dipinjam dan la-manya waktu

membaca. 1% maha-siswa menjawab

tidak pernah meminjam buku, 57%

meminjam buku kurang dari lima, 25%

me-minjam buku kurang dari

sepuluh, 11% meminjam buku

kurang dari lima belas, 2%

meminjam buku kurang dari dua

puluh, dan 4% meminjam buku di

atas dua puluh.

6

RISET

Page 10: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Membaca tak hanya meng-

hadirkan buku dan pembaca.

Membaca sering kali mesti memiliki

syarat ruang yang tenang dan

nyaman. Membaca mencipta

keengganan akan gangguan orang

lain. Rumah dipilih 73% mahasiswa

sebagai tempat yang paling cocok

untuk membaca buku. Mahasiswa

tidak banyak berbuku di lingkungan

kampus, sebab hanya 9% mahasiswa

yang memilih menghabiskan waktu

untuk membaca buku di

perpustakaan. Selebihnya memilih

kafe sebanyak 1%, memilih bus

sebanyak 1%, memilih taman

sebanyak 6%, dan 10% memilih

membaca di tempat lainnya.

Sepasang tangan meng-

akrabi buku lewat berbagai per-

temuan. Toko buku, dosen, teman,

keluarga, dan perpustakaan mem-

pertemukan kita dengan buku le-wat

berbagai cara. Ada beda kisah dalam

setiap pertemuan dengan masing-

masing buku. Setyaningsih dalam

buku Serbu (2017) bercerita

mengenai buku Pippi Si Kaus Kaki

Panjang yang ditemuinya di toko

buku bekas Blok M. Buku penuh

coretan tidak karuan membuat

Setyaningsih menebak jika pemilik

sebelumnya berwatak anarkis dan

tidak mencintai buku dengan kasih.

Buku sudah sering bercerita

mengenai pemiliknya. Namun

sudahkan sang pemilik bercerita

mengenai semua bukunya?

Pertemuan dengan buku membuat

kesan seakan kita ber-temu dengan

teman atau kekasih setelah lama

tidak berjumpa.

dakwatuna

7

RISET

Page 11: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

LIPUTAN KHUSUS

Mengenang yang Terlupakan

Oleh Ayenni Afriyani, Prodi Pendidikan IPS

Parade Utuy Tatang Sontani

beberapa waktu lalu telah usai, teater

ini dibawakan oleh Teater Zat yang

merupakan Komunitas Seni Bidang

Teater di Prodi Bahasa dan Sastra

Indoneisa. Teater ini dilakukan

selama dua hari dengan

menampilkan tiga teater, yaitu

Subang dan Lukisan pada tanggal 18

Mei 2017 pukul 15.30, Keluarga

Wangsa pada tanggal 18 Mei pukul

19.30, dan Sayang Ada Orang Lain

pada tanggal 19 Mei 2017 pukul

19.00. Dengan persiapan sela-ma dua

bulan. Cukup membeli tiket sseharga

Rp 10.000,00 untuk menyaksikan 3

drama.

Dokumentasi pribadi

Drama Subang dan Lukisan,

serta Keluarga Wangsa diangkat dari

karya cerpen eksil Utuy Tatang

Sontani. Sedangkan, drama Sayang

Ada Orang Lain di angkat dari

naskah dramanya. Sayang Ada

Orang Lain merupakan salah sebuah

naskah drama yang banyak

dipentaskan pada tahun 1950-an

yang diantaranya pernah

dipanggungkan sukses di Gedung

Kesenian Jakarta dengan Sutradara

Nugroho A.N dan pemain S. Effendi,

Fatimah Adi, dan Suminta. Menurut sutradara Ke-

luarga Wangsa, yaitu Ahmad Zae-

lani, Utuy Tatang Sontani sengaja

diangkat untuk tema drama kali ini

karena ada satu hal yang sangat

penting dari diri Utuy Tatang Sontani.

Di mana ia pergi ke RRC untuk

menjalani pengobatannya tetapi tidak

pernah kembali lagi ke tanah air. Dan

juga naskah-naskahnya atau buku

Utuy tidak boleh diterbitkan.

Tiga judul drama Utuy

Tatang Sontani sengaja diangkat

karena saling berhubungan satu sama

lain. Di mana Subang dan Lu-kisan

menampilkan drama yang

memerankan perekonomian kelas

atas, Keluarga Wangsa dengan

8

Page 12: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

perekonomian tengah-tengah, dan

Sayang Ada Orang Lain dengan

peran keluarga dengan perekonomian

menengah bawah alias miskin. Jadi,

dari penuturan Ahmad Zaelani,

perekonomiannya dari kelas atas ke

kelas bawah. Teater Zat yang telah ber-diri

selama 22 tahun. Tak sembarangan

mencomot naskah-naskah tersebut

untuk dijadikan teater. Akan tetapi,

dilakukan kajian dan bedah naskah

terlebih dahulu. Mulai dari tulisan

Ajip Rosidi, tulisan dari Komunitas

Salihara, sam-pai tulisan dari buku

Utuy Tatang Sontani. Hal ini untuk

mengetahui seberapa pentingnya

naskah itu diangkat.

Belum banyak yang meng-

etahui sosok Utuy Tatang Sontani

rata-rata pada mengenal Pramoedya

Ananta Toer. Ini ka-rena sosok Utuy

yang tak pernah terdengar. Padahal

Utuy dan Pramoedya sama-sama

berasal dari pujangga angkatan 45.

In-ilah yang membuat Teater Zat

mengambil sosok Utuy.

Dalam buku Mengenang

Hidup Orang Lain (2010) oleh Ajip

Rosidi yang sempat bersi-lat

pandangan Utuy. Berdasar-kan

pengalamannya, Utuy mer-upakan

teman dekatnya dengan satu

organiasi yang sama yaitu, anggota

BPB (Beungkeutan Pan-gulik

Budaya) Kiwari. Kemudian Utuy

dikeluarkan dari BPB karena

mempunyai paham yang berlain-an

dengan Lekra yang diikuti oleh Utuy.

Pada keadaan politik yang memanas

pada sekitar 1964 Utuy memberikan

ceramah mengenai kesustraan Sunda

yang kemudian dimuat pada majalah

Jaman Baru terbitan resmi Lekra.

Dia yang seumur hidupnya tidak

suka akan te-ori dalam tulisannya itu

mencoba menerapkan tentang teori

pertentangan kelas dalam

menganalisa kesustraan Sunda, yaitu

menganggapnya terbagi menjadi

kelas atas (menak) dan kelas bawah

(rakyat).

Sebelumnya drama dari Utuy

Tatang Sontani pernah diangkat pada

tahun 2014 un-tuk teater kelas.

Namun pada

dokumentasi pribadi

9

LIPUTAN KHUSUS

Page 13: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

kesempatan bulan Mei 2017 lalu, dengan empat tahun sebelumnya

diangkatlah oleh Teater Zat di Aula Teater Zat hanya anak JBSI. Teta-

Gedung S Universitas Negeri Jakarta. pi mulai terdengar Teater Zat ke

Untuk pemilihan tokoh pe- prodi lain karena sering tampil di

meran di dalam teater. Pria yang acara-acara kampus, seperti sem-

sedang skripsi sekaligus sutradara inar. Lama-kelamaan antusiasme

ini memilih pemain melalui proses mahasiswa mengikuti teater Zat.

pemilihan. Dimulai dari segi fisik Dari penuturan pimpinan

apakah cocok atau tidak memer- produksi yaitu, Windy Ekananda

ankan tokoh tersebut, hingga me- yang bertugas mengepalai proses

lihat proses mereka sebelumnya di produksi dan manajemen menga-

teater zat, agar tidak terjadi kesala- takan, tidak ada tantangan dalam

han dalam pemilihan peran. memimpin Parade Utuy Tatang

Akan tetapi, untuk kehadiran Sontani ini. Hanya saja memerlu-

penonton pada hari pertama yang kan proses produksi yang cepat ka-

pukul 15.30 tidak terlalu ramai dika- rena adanya keterbatasan waktu.

renakan masih terbilang sore hari. Tanggapan hadir dari pe-

Namun, pada teater yang berpentas nonton pertunjukan terakhir saat

malam hari cukup ramai. Sebelum- ditanya mengapa menyempatkan

nya pun, mereka merencanakan diri untuk menyaksikan drama

teater Parade Utuy Tatang Sontani mengenai Utuy Tatang Sontani.

untuk sehari saja pada malam hari, Menurut Mussab Askarullah Utuy

akan tetapi tidak memungkinkan. selalu mengangkat isu sosial yang

Teater Zat yang berang- coba dibenturkan dengan hal lain,

gotakan kurang lebih 30 orang ini seperti logika sosial dengan agama

tidak hanya berasal dari prodi atau maupun moral, yang memang se-

jurusan Bahasa dan sastra Indo- lalu berjalan bersamaan. Baginya

nesia (JBSI) saja, mereka terbuka Teater Zat telah mampu meng-

untuk prodi mana saja. Berbeda gambarkan hal tersebut.

10

LIPUTAN KHUSUS

Page 14: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Bernalar Lewat Komik

Oleh Raden Bimo Wahyu Wibowo, Prodi Pendidikan

Ekonomi

Terkadang, bacaan komik

bagi masyarakat di Indonesia bukan

merupakan bacaan yang esensial.

Komik menjadi bacaan yang

direndahkan di kalangan masyarakat.

Pandangan pun negatif tersebar dari

membaca komik. Membaca komik,

menciptakan kesan membaca yang

tidak ada gunanya. Komik dianggap

bukan bacaan yang mengasah nalar.

Ba-nyak orang tua yang menganggap

membeli komik hanya membuang

uang saja. Apalagi, komik saat ini

dijual dengan harga yang mahal.

Kesenangan anak dalam

membaca komik menjadi hambatan

prestasi belajar bagi sekolah.

Anggapan dalam pendidikan

mengharuskan kita hanya belajar

bacaan yang berisi materi pelajaran,

bukan komik yang diang-gap tidak

mengasah nalar. Komik juga menjadi

kekhawatiran orang tua karena takut

membuat anak menjadi malas belajar.

Orang tua lebih menyukai anaknya

untuk mengikuti bimbingan belajar

agar anak itu terus-menerus belajar.

Fenomena tersebut kerap dialami

oleh masyarakat kita. Sehingga kita

yang mengalami juga

pernah merasakan jenuh akibat

belajar dari pagi hingga malam. Cara untuk merefleksi diri

kita dari kegiatan tersebut adalah

mencari hiburan, salah satu-nya

dengan komik. Media komik menjadi

media yang populer di-gunakan

untuk mengubah para-digma kaku

dan membosankan dari membaca

buku sejarah, budaya, atau pun buku

pelajaran. Komik Bersabdalah

Zarathustra karya Nietzsche

merupakan karya sastra yang

dijadikan komik dan sempat terkenal

pada saat itu. Sementara komik

Kartun Riwayat Perada-ban Modern

karya Larry Gonick membuat kita

memahami sejarah seorang tokoh

lebih mudah lewat gambar dan

dialognya yang dipadukan dengan

alur sejarah nyata. Di lain hal, komik dijadikan

aplikasi yang sangat populer. Untuk

membaca komik sekarang ini, cukup

melalui aplikasi Line Webtoon. Di

sana terdapat komik Nusantara

Droid War (NDW). Ko-mik ini

memberitahu kepada kita bahwa

Indonesia punya berba-gai macam

kisah dongeng dan legenda yang

menarik dan dipadukan dalam seni

komik modern

11

ESAI

Page 15: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

bergenre fantasi action. Komik NDW

seolah mengingatkan ke-pada kita

bahwa Indonesia harus melestarikan

budaya ataupun ceritanya agar

generasi mendatang masih

mengetahui kisahnya. Dalam mengetahui posisi

komik, kita dapat melirik tulisan

Darminto M. Sudarmo yang berjudul

Posisi Kartun Kontemprer (Kompas,

Sabtu, 22 Juli 2017) menyatakan

bahwa para seniman mengeksplorasi

ikonografi komik dan kartun untuk

menunjukan identitas, agenda politik,

sosial, ras, dan budaya mereka

sendiri. Laiknya komik di negara

Jepang yang sudah menjadi suatu

produk yang di banggakan oleh

masyarakatnya. Bahkan, perubahan

budaya Jepang dipengaruhi oleh

komik. Salah satu komik yang

mengu-bah budaya Jepang yaitu

Captain Tsubatsa. Komik bergenre

olah raga ini mengubah budaya

Jepang yang tadinya tidak mengenal

sepak bola menjadi menyukai sepak

bola. Jepang, memang sudah

identik dengan komik. Sebut saja

Doraemon, One piece, Na-ruto,

Detective Conan, dan Fairy Tail

menjadi bacaan orang dari

seluruh dunia. Bahkan, komik dan

animasi Doraemon men-jadi

kebanggaan orang Jepang. Ini

ditandai dengan dibuatnya museum

Doraemon, yang barangkali menjadi

ikon dari dunia animasi dan komik di

Jepang. Warga Jepang, seolah

mempunyai kebanggaan tersendiri

dengan dibuatnya museum

Doraemon untuk di pamerkan kepada

dunia. Seno Gumira Ajidarma

dalam buku Panji Tengkorak

menyatakan bahwa membaca komik

berarti membaca perjuangan ideologi

dalam pergulatan antarwacana (hlm.

7). Dalam komik One Piece pada

kisah negeri Alabasta, Luffy sebagai

tokoh utama sebagai bajak laut

bertarung melawan Crocodile.

Crocodile adalah seorang

Shichibukai yang notabanenya

adalah bawahan pemerintah dunia.

Crocodile bermaksud jahat

menghancurkan sebuah negeri

padang pasir, Alabasta. Angkatan

laut tidak bisa menghalangi

Crocodile meskipun tahu bahwa dia

bermaksud jahat, tetapi angkatan laut

tidak punya bukti apapun. Alhasil,

angkatan laut hanya berharap kepada

12

ESAI

Page 16: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

kelompok bajak laut Topi Jerami

untuk menundukan Crocodile.

Dalam komik itu terjadi

pergulatan antarwacana yang di-

maksud Seno Gumira. Pemerintah

yang kita kenal berkarakter baik

dan bajak laut yang berkarakter

jahat malah menjadi sebaliknya di

komik tersebut. Dibuktikan bahwa

pemerintah tidak berkutik mel-

awan kejahatan dan malah ber-

gantung kepada bajak laut yang

selama ini kita anggap sebagai to-

koh penjahat. Dari komik, kita bisa

belajar arti hidup yang tidak se-

lalu lurus. Membaca komik sama

saja seperti kita membaca buku

pada umumnya. Komik mem-

buat kita memahami arti hidup

seperti orang lain dengan segala google.com

konflik yang dialaminya dan men-

jadi pembelajaran bagi kehidupan

kita. Tidak jauh berbeda seper-

ti kita membaca buku biografi.

13

ESAI

Page 17: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Mencari Arti Dari Membaca

Oleh Hadistian, Prodi Pendidikan Geografi

Bukan dengan kekerasan

apalagi menggunakan tipu muslihat

untuk melawan ketidakadilan. Begitu

juga memakai pena untuk membuat

kata pembangkit semangat. Bahkan

menggunakan ucapan kata yang

menggetarkan dalam menaikkan

hasrat untuk melawan.

Berperang, menulis dan

berorasi memang dikatakan

merupakan cara untuk melawan.

Tetapi, tidak akan ada keberhasilan

yang diraih tanpa membaca. Tanpa

membaca tidak akan keindahan, seni

ataupun cara untuk melawan. Melalui

membaca kita akan mengetahui itu

semua. Sebagai contoh cara dalam

melawan tersebut ialah saat terjadi

perang Vietnam,

freepik.com

beberapa pimpinan gerilyawan

Vietcong membaca buku karangan

A.H Nastion. Cara bergerilya dalam

buku berjudul Pokok-Pokok Gerilya

ini mampu mengalahkan tentara

Amerika Serikat sebagai lawannya.

Kegiatan membaca juga

merupakan sumber dari kita untuk

melawan penindasan, kebodohan,

ketertinggalan, ketidaktahuan bahkan

keterpurukan suatu bangsa. Dengan

membaca, kita juga dapat melawan

segala bentuk penindasan. Terutama

penindasan terhadap sesama manusia.

Melalui membaca kita juga dapat

mencengkeram cakrawala dunia yang

begitu luas. Sebagaimana adagium

“Membaca adalah

14

ESAI

Page 18: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

jendela dunia” yang diartikan bahwa

melalui membaca kita da-pat melihat

dunia yang begitu luasnya. Sehingga,

menjadikan membaca buku

merupakan hal penting saat ini.

Buku-buku yang telah ditulis

alangkah baiknya kita baca. Bukan

dijadikan penghias dinding dengan

disusun seindah mungkin. Apalagi

hanya dijadikan penghias di kedai-

kedai kopi modern. Tetapi, saat ini

bagi sebagian orang menganggap

urusan membaca kurang penting

dibandingkan urusan perut. Orang-

orang lebih menyenangkan membuat

perut semakin di depan dibandingkan

mengisi otak dengan ilmu melalui

membaca. Mereka memajukan perut

layaknya jargon dari perusahaan

sepeda motor Jepang. Dibandingkan

menyemai bibit ilmu di otak melalui

membaca buku.

Kita dapat mencontoh

Muhammad Hatta yang merupakan

seorang proklamator bangsa kita.

Dirinya pertama kali mengoleksi

buku pada tahun 1919. Hingga akhir

hayatnya, ia selalu bergelut dengan

buku. Tentu, bukan hanya membaca

kisah cinta-cintaan, tetapi juga bahan

bacaan yang dapat menjadikan nalar

logika kita terasah.

Bahkan jauh sebelum itu,

anjuran membaca ada dalam

sabda Tuhan. Khususnya di agama

islam, terdapat sebuah wahyu yang

pertama kali diperintahkan. Wahyu

tersebut ialah iqra atau bacalah.

Bukan tulislah atau orasilah. Dalam

wahyu tersebut mengajarkan kita

harus dapat membaca. Sehingga,

sudah jelas bahwa membaca

merupakan peran penting dalam

kehidupan. Kegiatan ini yang harus

dilakukan dalam menemukan suatu

kebenaran yang dijadikan dasar

dalam melawan.

Tetapi, dalam kenyataannya

kita seolah enggan untuk melawan

hal ini. Dapat dilihat dari hal kecil.

Kita seringkali menceklis persyaratan

pelayanan tanpa membacanya secara

keseluruhan. Terutama yang

berkaitan dengan layanan di media

sosial. Persyaratan telah dibeberkan

sejelas mungkin dan kita hanya mele-

watkannya secapat mungkin. Ba-

rangkali kita hanya bisa pasrah, bila

dalam persyaratan tersebut disisipkan

sesuatu yang merugikan kita.

Membaca juga merupakan

suatu yang penting dalam kehidupan

bernegara kita. Hal ini dikarenakan

negara kita merupakan sebuah negara

demokrasi. Sehingga diperlukan

suara dari pemikiran masyarakat

yang penuh dengan nalar yang

diperoleh dari

15

ESAI

Page 19: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

membaca. Bukan seperti tong kosong

nyaring bunyinya. Sebagaimana yang dituliskan

Daoed Joesoef dalam tulisannya

yang berjudul Budaya Baca

menjelaskan. “Sebuah demokrasi

hanya akan berkembang, apalagi

survive, di suatu masyarakat yang

para warganya adalah pembaca,

adalah individu-individu yang

merasa perlu membaca, bukan

sekadar pendengar dan gemar

berbicara.” Sehingga kita perlu

membudayakan membaca sedini

mungkin. Melalui budaya membaca

setiap kata yang keluar bukan

sekedar omong kosong. Tanpa

memiliki bibit, bobot dan bebet.

Tetapi, kata yang terucap memiliki

arti sesuai dengan ilmu yang telah

didapatkan melalui membaca.

Bahkan, dengan membaca seseorang

tidak akan menjadi anak bebek.

Mengikuti ke berbagai arah induk

pergi. Kita akan menggunakan nalar

dan terus mengkaji dengan sumber

rujukan buku yang telah di baca

untuk mendapatkan kebenaran.

Terdapat sebuah tulisan

bertajuk “Bukuku, Surgaku” karya

Franz Magnis-Suseno dan dimuat

dalam buku berjudul Bukuku Kakiku.

Dalam tulisannya ini ia

mengkisahkan pengalamannya serta

memaknai kegiatan membaca.

Dari ia pertama kali membaca hingga

ia kecanduan dalam mem-baca.

Dia mengisahkan dirinya

yang terlahir dari seorang ibu dengan

kegiatan gemar membaca. Begitu

pun juga ayahnya. Menjadikan

dirinya dan beberapa saudara

kandung yang ia miliki turut

memiliki kegemaran dalam membaca.

Bahkan Frans Magnis-Suseno

memulai membaca dengan begitu

rakusnya saat berumur sepuluh tahun. Kegemaran membacanya

menjadi ia diperingatkan untuk

mempersiapkan sakramen kris-ma

(upacara religius yang penting dalam

umat katalik). Ia menyadari bahwa

membaca betul-betul surga baginya.

Melalui membaca tidak hanya

memperluas cakrawala, melainkan

juga merupakan pelepasan emosional

dan membantu mengatasi kesulitan.

Baginya membaca memiliki makna

seperti diri yang ditarik keluar dari

penjara perhatian berlebihan pada

diri sendiri, melihat dunia, manusia,

mengalami tantangan, terangsang

dalam fantasi, bersemangat untuk

melakukan sesuatu.

Melalui kisah singkat

tersebut kita dapat melihat membaca

baginya bagaikan ada di surga.

Dirinya memaknakan membaca

bukan hanya memperluas cakrawala

16

ESAI

Page 20: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

saja tetapi lebih dari itu. Tetapi

dapat dijadikan suatu pelepasan

emosional dan membantu menga-

tasi kesulitan. Sehingga, dengan

sedikit kisah tersebut kita seha-

rusnya sudah mulai bergerak un-

tuk membaca. Meskipun dimulai

dari buku yang berhalaman tipis.

Dikarenakan hal penting yang ha-

rus dilihat ialah cara kita berpro-

ses dalam membaca dan mencari

makna dari kegiatan tersebut.

Sebagai penutup mari ber-

sama kita simpulkan membaca

bukanlah hanya kegiatan mengisi

waktu luang. Tidak juga sekedar

menambah cakrawala ilmu tetapi

lebih jauh dari itu. Dikarenakan

membaca dapat melawan berba-

gai kebodohan, ketidaktahuan dan

berbagainya. Dengan membaca freepik.com

kita dapat mengatasi kesulitan se-

bagaimana makna membaca yang

dimiliki Franz Magnis-Suseno.

Begitu juga dengan dikatakan oleh

Daoed Joesoef sebagai penjaga ke-

berlangsungan demokrasi dalam

kehidupan bernegara kita.

17

ESAI

Page 21: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Imajinasi di atas Kertas Bertulis

Oleh Megawati Rusdianto, Prodi Sosiologi Pembangunan

Membaca, seringkali kata ini

dijumpai dan didengar atau bahkan

ditanamkan dari sejak kecil. Makna

membaca rupanya memberikan

banyak ambiguitas terhadap setiap

orang. Rupanya membaca bukan

hanya sekedar membaca tulisan-

tulisan di atas kertas. Toh, sekarang

zaman ini sudah maju, membaca pun

juga mengalami perkembangan, yang

saat ini membaca bukan hanya

terletak pada tulisan-tulisan di atas

kertas bukan? Pada generasi Z atau

zaman milenium ini perkembangan

teknologi semakin canggih, adanya

gawai pintar yang menjadi kebutuhan

atau bahkan gawai menjadi

kebutuhan primer kita saat ini

dibandingkan buku.

Dulu, gawai hanya bisa

untuk menelpon dan mengirim pesan

dari jarak jauh namun kini gawai

semakin canggih. Telepon genggam

tak sekedar kita gunakan untuk

melepon atau mengirim-kan pesan

saja. Kita dengan mu-dah dapat

mengakses segala hal dengan internet.

Di zaman mile-nium ini, rasanya tak

canggih bila kita tidak menggunakan

internet. Kita dapat mengakses segala

hal yang ingin kita tahu.

Tinggal ketik apa yang ingin dicari

lalu klik enter dan semua infor-masi

akan keluar melalui si “Mbah

Google.” Namun, kita menjadi lupa

bahwa tulisan-tulisan di atas kertas

yang dicetak itu, yang biasa kita

sebut buku, menjadi jauh dikalangan

generasi Z ini. Kita mulai menyukai

hal-hal yang instan dengan adanya si

“Mbah Google.” Walau tak dapat

kita pungkiri juga, bahwa buku

mengalami perkembangan dalam

bentuknya, buku tak lagi bisa kita

pegang tapi kita dapat membacanya,

ebook sebutannya.

Padahal, jika kita tahu buku

tak hanya sekedar memberikan

informasi yang kita butuhkan atau

mungkin hanya sekedar memberikan

pelengkap sebagai tugas kuliah yang

akhirnya buku itu akan ditaruh dan

menjadi usang. Banyak buku-buku

yang kita temui dengan beragam

ilmu di dalamnya serta beragam pe-

mikiran-pemikiran yang dapat kita

kaji seperti buku filsafat, buku

pengetahuan atau buku sa-stra. Buku

juga membebaskan kita dari segala

ketidaktahun.

Sebenarnya dengan mela-lui

buku juga membuat akal pikiran

berimajinasi sendiri, dengan buku

18

ESAI

Page 22: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

sastra, novel misalnya, dengan

membaca buku, novel cerita fiksi

ataupun nonfiksi membuat kita

tersungkur oleh imajinasi alam

pikiran kita, bagaimana setiap

ceritanya membuat kita memba-

yangkan bagaimana hal itu bisa

terjadi, misalnya dalam novel Per-

empuan Jogja (2001), yang meceri-

takan bagaimana perempuan Jogja

berbeda dengan perempuan lainn-ya,

bahwa perempuan jogja mem-punyai

pikiran untuk memberontak, tapi

tidak sampai hati untuk

mengungkapkan. Rumanti yang

dimadu oleh sang suami namun

ikhlas dan tegar. Perempuan yang

menjaga martabatnya sebagai iste-ri

meskipun sang suami lupa diri.

Dialah perempuan yang memahami

hak-haknya, perkasa dan tidak

cengeng, Rumanti seorang perem-

puan yang memiliki definisi ter-

sendiri mengenai gender dan fe-

minisme. Dialah perempuan Jogja. Novel ini memberikan

makna tersendiri tentang per-empuan

Jogja, dengan membaca kita dapat

tahu tentang perem-puan jogya dan

dengan membaca akal pikiran akan

dimainkan bagaimana teater dalam

pikiran kita tersendiri yang bermain

tentang cerita novel tersebut.

Membaca buku juga men-

dobrak pengetahuan kita yang selama

ini salah dan memberikan

perlawanan terhadap ketidak-sadaran

kita selama ini misalnya, dalam buku

Rosmarie Tong, Feminist Thought

(1998), Tong mengkaji pemikiran

feminis dan ia mengatakan bahwa

pemikiran feminis merupakan

pemikiran yang dihargai karena

pemikiran feminis mempunyai awal,

tetapi pemikiran feminis tidak

mempunyai akhir. Dan karena

pemikiran itu tidak memiliki akhir

yang su-dah ditentukan sebelumnya,

pe-mikiran feminis memungkinkan

setiap perempuan untuk berpikir

dengan sendiri. Bukan hanya ke-

benaran semata tetapi sebuah

kebenaran yang dapat membebaskan

perempuan itu sendiri.

Dalam buku ini, kita dapat

memainkan imajinasi pikiran tentang

pemikiran feminis bagai-mana

pemikiran feminis ini da-pat kita

tentukan sendiri agar kita bebas dari

budaya patriarki itu. Membaca buku

ini telah mendob-rak pengetahuan

kita yang selama ini tak sadar bahwa

perempuan dibawah kungkungan

laki-laki, selama ini, perempuan

kurang memahami dirinya sendiri,

me-mahami hak-haknya, memaha-mi

seksualitasnya dirinya sendiri.

Dengan membaca buku-buku

pemikiran feminis bukankah juga

mampu mengubah kita untuk keluar

dari terbelenggunya

19

ESAI

Page 23: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

perempuan dari sejak dahulu.

Bahwa perempuan, selalu di posisi

subordinat. Mungkin Kartini, tidak

akan mampu membebaskan keter-

belenggunya perempuan dari ko-

lonialisme jika Kartini tidak mem-

baca tentang hal-hal perempuan.

Melalui membaca kita

akan terbawa oleh buku, tidak

sekedar membaca tetapi kita da-

pat membuka imajinasi pikiran

kita. Biarlah imajinasi itu ber-

main kedalam pikiran. Membaca,

sah-sah saja ketika kita sekarang

mungkin lebih tertarik membaca

melalui gawai pintar yang mudah

dibawa. Tak apa jika gawai dijadi-

kan hal yang positif dengan mem-

baca melalui ebook atau mencari

informasi yang melalui “Mbah

Google” tetapi boleh jadi seka- ayobelajar.com

li-kali kita membaca buku cetak.

Karena dengan buku, banyak yang

dapat kita temui seperti, melatih

kesabaran untuk menghabiskan

satu buku sampai tuntas, melatih

akal pikiran, menemukan jalan

pikiran sang penulis dan yang

pastinya buku lebih ramah dengan

penglihatanmu. Dengan buku kita

menjadi bebas seperti yang dika-

takan Mohammad Hatta “Aku rela

dipenjara asalkan bersama buku,

karena dengan buku aku bebas”.

20

ESAI

Page 24: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

ESAI

Buku Berfisik dan Digital Oleh Qinthara Dwiputri K, Prodi Manajemen

Membaca merupakan sa-lah

satu kegiatan yang dapat kita lakukan

di antara kesibukan seha-ri hari.

Melalui pengetahuan yang kita

dapatkan lewat membaca,

menjadikan kita lebih matang dan

lebih memahami persoalan di ke-

hidupan kita. Menyadari hal tersebut,

sudah sepatutnya kita mem-biasakan

diri untuk membaca. Seringkali ketika kita

dihadapkan pada kata “membaca”,

yang terlintas pertama kali di pikiran

kita adalah buku atau pun media

cetak lainnya seperti koran. Padahal

membaca tidak hanya bersumber dari

media cetak saja. Terlebih lagi di zaman

modern sekarang ini, bebera-pa

orang lebih memilih untuk membaca

melalui buku digital daripada media

cetak. Semua be-rita dan bacaan

ringan dapat kita nikmati pada

genggaman tangan. Perdebatan antara peng-

gemar kedua media tersebut pun

muncul seiring dengan berkem-

bangnya teknologi. Hal ini, cukup

disayangkan mengingat mak-na

“membaca” sendiri, bukanlah

kegiatan yang selalu dikaitkan

dengan buku. Kebanyakan peng-

gemar buku merasa bahwa ada

kenikmatan tersendiri ketika

membaca dan memegang fisik

buku yang dibaca. Begitu pula

dengan penggemar buku digital,

mereka merasa lebih nyaman saat

membaca di gawai dari pada

membawa buku yang memakan

tempat. Perbedaan antara kedua

pendapat ini pun kian memanas

seiring dengan banyaknya ungkapan

keberpihakan terhadap salah satu

pandangan. Dalam menang-gapi

masalah ini, ada baiknya kita tidak

terpancing pada salah satu pihak.

Sebagai manusia modern, kita perlu

menerima kemajuan teknologi

dengan baik tetapi tetap membatasi

diri agar terhindar dari segala

keburukan. Terdapat kenikmatan

tersendiri ketika kita membaca buku

berfisik. Seperti saat kita

memegang sampul buku yang

judulnya telah di-emboss. Selain itu,

terkadang ada beberapa peng-gemar

buku yang menyukai aro-ma buku,

baik yang baru dibeli at-apun yang

sudah tersimpan lama di rak buku.

Meskipun begitu, beberapa

orang tidak terlalu senang mem-beli

dan membaca buku berfisik.

21

Page 25: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Barangkali pengalaman Edo, se-

orang mahasiswa UNJ yang ingin

membeli buku namun tak ter-

sampaikan karena tingginya har-ga

sebuah buku, pernah dirasakan oleh

kita. Adapula beberapa orang yang

lebih memilih membaca cerita dari

sebuah aplikasi cerita yang berisi

karya seseorang yang belum menjadi

penulis ternama. Seperti yang dilansir oleh

Republika.com, menurut Wakil

Ketua Bidang Humas, Riset, dan

Informasi Ikatan Penerbit Indo-nesia

(IKAPI) Pusat, Indra Laksana,

menyatakan terdapat penurunan

tingkat penjualan buku berfisik

walaupun minat baca di Indone-sia

meningkat. Hal ini, disebabkan

karena kemudahan yang didapat-kan

ketika mencari suatu hal lewat mesin

pencari di gawai. Kita tidak perlu

lagi mencari dan membaca buku

yang ada di perpustakaan. Untungnya, penerbit masih

terbantu oleh pembelanjaan

pemerintah yang mengalokasikan

dana untuk anggaran pendidikan.

Sebagian anggaran pendidikan

digunakan untuk membeli buku

pelajaran, buku pendamping, dan

buku untuk koleksi perpustakaan. Membaca dari buku digital

juga tak kalah menar-iknya dengan

membaca buku cetak. Kelebihan

yang pasti didapatkan ialah kita tidak

perlu

mengeluarkan uang yang ban-yak

untuk membeli buku di toko buku.

Selain itu, dengan mem-baca buku

digital kita tidak per-lu khawatir soal

beban yang harus dipikul saat

bepergian. Karena dapat menyimpan

ban-yak buku digital di dalam gawai.

Ada berbagai macam situs

yang membagikan buku digital

secara gratis. Meskipun kebanya-kan

buku populer cukup mahal dijual

melalui aplikasi, tetapi tidak menutup

kemungkinan juga ter-dapat oknum

yang membagikan buku-buku

tersebut secara illegal. Seperti,

membagikan buku digital secara

gratis oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab. Sehingga para

penulis tidak mendapatkan royalti

dari penjualan buku digital. Beberapa orang tidak merasa

nyaman saat membaca buku digital

karena mata akan menjadi lebih lelah

ketika melihat layar monitor dalam

jangka waktu yang cukup lama.

Selain itu, ada juga yang merasa

bahwa mereka lebih sulit memahami

isi bacaan dari buku digital

ketimbang buku berfisik.

Dilansir dari okezone.com,

Kepala Bidang Pengembangan Buku

Digital, Hary Candra, tingkat

penjualan buku digital di Indo-nesia

hanya 2 persen. Persentase tersebut

masih sangat sedikit

22

ESAI

Page 26: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

dibandingkan dengan Singapura dan

Amerika Serikat. Di Singapura,

tingkat presentase penjualan buku

digital mencapai 17 persen,

sedangkan di Amerika mencapai 30

persen. Hary mengungkapkan, mi-

nimnya tingkat penjualan buku di-

gital di Indonesia disebabkan oleh

dua hal. Pertama, para penerbit masih

mengkhawatirkan keam-anan ketika

menerbitkan buku dalam bentuk

digital. Padahal su-dah ada teknologi

untuk menjaga keamanan buku

digital yang diper-dagangkan. Salah

satu contohnya adalah Digital Right

Management (DRM). Kedua, masih

minim-nya permintaan buku digital.

Terlepas dari segala kele-

bihan dan kekurangan dari kedua

macam buku tersebut, kita tidak

boleh menghilangkan makna dari

kata “membaca” itu sendiri. Ada

baiknya kita tidak membatasi diri

dalam memilih bacaan. Walaupun

kita perlu menyaring informa-si yang

didapat lewat membaca. Tidak semua

buku digital selalu dari sumber yang

kurang akurat dan tidak semua

buku berfisik bersumber dari data-

data akurat.

Tentu, dengan membaca

buku berfisik lebih banyak infor-

masi yang kita dapatkan daripada

membaca buku digital. Memiliki

buku digital pun lebih memung-

kinkan kita untuk membaca ber-

bagai macam sumber atau bidang

ilmu tanpa repot membawa bebe-

rapa atau banyak buku yang harus

dibawa. Bagaimanapun juga, jika kita

bertemu dengan seseorang yang

bersikukuh terhadap pan-dangan

yang berbeda dengan kita, sebaiknya

kita tidak perlu mem-perdebatkan

dan seolah memaksa mereka agar

mereka sepemikiran dengan kita.

Akan terasa lebih da-mai rasanya jika

kita lebih meng-hargai perbedaan

pandangan soal kenyamanan

membaca.

freepik.com

23

ESAI

Page 27: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Seratus Rupiah

Oleh Adiba Ciptaningrum, Prodi Sosiologi Pembangunan

Perempuan itu mengetuk pintu rumahku berkali-kali. Ka-dang

terdengar seperti ingin mendobraknya. Suara ketukan itu merangkak masuk

sampai ke celah pintu kamarku, padahal aku sedang mengamatinya dari balik

tirai jendela depan. Aku hanya menung-gu, seperti biasa. Setelah dia lelah

mengetuk dan memanggil, aku ke-luar dari balik jendela dan memanggilnya

dengan suara berbisik.

“Aminah!” dia menoleh

kepadaku dengan wajah sumrin-gah.

Seperti tidak membiarkan dia

berbicara, kusodorkan lang-sung

kunci untuk membuka pintu gudang

penyimpanan tebu, di mana letak

sepeda lamaku berada. Minah

bermaksud untuk memin-jamnya,

hampir setiap pagi. Kadang aku

bertanya-tanya, ba-gaimana bisa

perempuan sekurus itu mampu

mengayuh sepeda sampai tiga

kilometer jauhnya. “Aku pinjam ke Curah Lele

sampai siang ya? Kamu kan tahu

bagaimana emakku, uang untuk

membeli sepeda selalu habis di-

mintanya,” ujarnya sambil men-coba

mengayuh sepedaku dengan satu

kaki, setelah berhasil berjalan,

google.com

dia menyeimbangkan diri dan mulai

menempatkan kakinya yang lain ke

atas pedal. “Sabar ya! Pasti akan kute-

pati janjiku!” serunya sambil me-

noleh ke arahku, aku hanya mem-

balas dengan senyuman. Minah baru

saja menginjak umur lima belas

tahun, tapi tubuhnya tetap saja terlalu

pendek untuk sepe-daku.

Aku berjalan ke pekarangan

belakang, menengok indahnya sawah

meski masih sedikit berkabut. Dua

burung sawah hinggap di kayu

pembatas lahan, mungkin sedang

menyusun rencana untuk

mengagalkan panen padi kali ini,

bersaing dengan tikus-tikus pengerat.

Sering terbayang jika dua

24

CERPEN

Page 28: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

koloni itu bersekongkol, menyerang

barisan padi yang sudah merunduk

dari atas dan bawah. Pasti akan

menimbulkan keka-cauan pikiran

juragan sawah beri-kut buruh taninya. Belum selesai aku terkikik,

suara langkah yang terseok men-

gundangku untuk menoleh. Ah,

nenek lagi-lagi meninggalkan

tongkatnya, kadang suara ber-

jalannya itu membuatku mer-inding.

Dia selalu memeriksa gu-dang tebu

meskipun belum ada simpanan tebu

yang mengisinya, mungkin hanya

memeriksa sepedaku yang hilang

dibawa Minah. Saat tatapannya

menyapu sekitar, aku segera

memalingkan wajahku, pura-pura

tidak tahu apa-apa sampai suara

langkah yang terseok itu kembali ke

rumah. Yes, aku tidak dimarahinya.

*** “Nyai, lihat Aminah tidak?”

tanya seorang perempuan seten-gah

baya kepada Nenekku. Tubuh-nya

kurus sekali, seperti tidak per-nah

diisi oleh makanan berlemak. Mata

cembungnya terlihat seper-ti ingin

keluar karena pipi yang teramat

kempot, namun rambut panjang yang

tergerai itu mam-pu menawan hati,

tebal, hitam dan terawat. Persis

seperti Minah. “Mungkin ke Curah Lele,

sepertinya dia memakai sepeda

Hindun lagi.” ujar nenekku sambil

terus menyapu halaman. “Uh, anak gila!” gerutu ibu

Minah. Bola mata Nenekku seke-tika

mengarah sampai ke sudut mata,

tangan keriputnya meremas

kumpulan lidi dengan keras sep-erti

hendak melemparkannya ke arah Ibu

Minah kuat-kuat. Tidak heran, Minah

menggunakan se-peda itu untuk

bekerja sebagai pengrajin wellit,

dengan upah seratus rupiah per-

wellitnya. Set-idaknya, dalam satu

hari Minah mampu membuat tujuh

sampai sepuluh wellit. Karena tidak

ber-pendidikan, hanya keterampilan

menganyam daun tebu kering itu saja

yang mempu dijualnya.

“Setidaknya kamu bisa makan

bakso kesukaanmu itu dengan uang

yang dihasilkan Aminah!” ucap

Nenek menahan diri. Masih sambil

menggerutu, ibu Minah pergi ke

rumahnya yang berada di seberang

rumahku. ***

Aku melihat Minah dari

balik jendela, bulir keringatnya

terlihat jelas di bawah terik ma-tahari.

Sebelum memasuki peka-rangan

depan rumahku, dia ham-pir

menyerempet anak tetangga. Inginku

tertawa melihat wajah paniknya,

namun seorang lelaki bertubuh kuli

mendekat sambil menghardik Minah.

“Gila!” aku

25

CERPEN

Page 29: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

tidak dapat mendengar suaranya,

namun gerak mulutnya sangat jelas

terbaca. Hatiku terluka, hampir

semua orang sering menyebut-nya

gila akhir-akhir ini. Aku pun kadang

menganggapnya gila, gila akan janji.

Selama tiga belas tahun kehidupanku,

dia lah orang yang mampu menepati

segala janjinya. Ketika dulu aku

menangis karena bonekaku jatuh ke

sumur sawah, dia berjanji akan

mengam-bilkannya untukku. Aku pikir itu hanya salah satu

upaya agar tangisku

mereda. Namun tidak lama

setelah itu, dia berdiri di

depan ru-

mahku dengan boneka google.com di genggamannya. Entah apa yang telah dia lakukan, namun

dilihat dari pakaiannya yang penuh

dengan tanah dan lumpur, dia terlihat

seperti orang gila hanya untuk

menepati janjinya. Menjadi pengrajin wel-lit

pun adalah salah satu cara untuk

memenuhi janjinya padaku, yakni

membeli sepeda agar kami bisa

bermain

bersama dengan sepeda ma-sing-

masing. Minah pun senang

melaporkan uang yang dia dapat

kepadaku, untuk menambah se-

mangat katanya. Namun, karena

perilaku ibunya, dia hanya dapat

menyisakan seratus rupiah untuk

ditabung. Setelah menyimpan sepedaku di

gudang tebu, dia menge-tuk pintu

rumahku dan memanggil namaku.

Sebelum aku berusaha untuk keluar

dari jendela kamarku. Nenek telah

mem-buka pintu untuknya. “Hindun,

Nek?”

tanyanya kepada Nenekku

sambil menggenggam uang logam seratus rupiah. “Minah,

sudah lah,” pinta nenekku dengan mata yang

sendu, menatap Minah deng-an

penuh rasa iba. “Hindun sudah tidak

ada, ambillah sepeda itu.” tambahnya

lagi sambil memeluk gadis tak

berayah itu. Minah hanya

menggenggam koin seratus rupiah

miliknya dengan sangat erat.

Memang, janji lah yang membuat

anak itu gila.

26

CERPEN

Page 30: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Hanya Gerbang Kecil Oleh Miguel Angelo Jonathan, Prodi Pendidikan Bahasa

Mandarin

Sudah hampir sebulan aku

tidak bisa tidur nyenyak. Bagaima-na

bisa tidur nyenyak? Kalau tem-bok

dan gerbang kotamu sudah dikepung

oleh musuh, yang su-dah siap

memancung kepalamu begitu mereka

berhasil masuk ke dalam kota.

Untung saja kota ini, Konstantinopel,

sudah dirancang sedemikian rupa

untuk menahan kepungan musuh,

berapa banyak pun jumlah mereka.

Pasukan Ottoman sudah

mengepung Konstantinopel selama

sebulan lebih. Mereka dipimpin oleh

Mehmed si Penakluk. Sultan yang

masih sangat muda itu memimpin

200.000 lebih pasukan elit Ottoman

den-gan meriam-meriam mereka

google.com

yang sangat canggih. Tak ada lagi

prajurit yang tersisa di depan ger-

bang. Semuanya dibantai dengan

cepat dan sisanya masuk ke dalam

kota untuk bertahan. Kekaisaran Bizantium su-

dah tak punya siapa-siapa lagi yang

bisa datang membantu. Para tentara

salib sudah ditarik mun-dur, kembali

ke barat semenjak kekalahan mereka

di Varna. Sialan. Mereka yang

bertarung dengan salib besar di baju

zirah mere-ka ternyata tidak sehebat

yang kukira. Kini kami hanya sendiri

melawan musuh yang jumlahnya

jauh lebih banyak dari kami.

Kaisar Konstantinus seka-

rang terlihat sangat depresi. Setiap

menginspeksi prajurit wajahnya

tampak murung sekali. Siapa juga

yang tak akan depresi, kalau sudah

tahu pasti, kini hanya tinggal

menunggu ajal saja. Aku sendiri tidak akan ter-

ima kalau harus mati sekarang.

Banyak hal yang belum sempat

kulakukan. Aku masih bujang, tak

punya istri. Aku prajurit biasa, tak

punya pangkat. Tak akan ada yang

mengingatku kalau aku mati se-

karang. Tidak akan ada yang men-

gatakan, “Hei lihat, itu Raynor si

27

CERPEN

Page 31: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Perkasa! Dia ksatria yang sangat

hebat!” Sial! Kenapa juga dulu aku

mau jadi tentara? Dulu kupikir jadi

tentara itu akan membuatmu terlihat

gagah, akan jadi termasyhur nantinya.

Aku lupa kalau yang jadi jendral

hebat dan terkenal itu se-dikit

jumlahnya. Kemungkinan selamat

dari perang cuma sedikit. Kini semua

hal itu hanya bisa ku-sesali.

Malam telah tiba. Teta-pi

kesunyian tidak menemani malam

seperti dulu kala. Bunyi meriam-

meriam yang ditemba-kan kini selalu

menemani malam kami. Belum lagi

teriakan-teriakan pasukan Ottoman

yang sema-kin menjatuhkan

semangat kami. Tak ada lagi yang

namanya keten-angan.

Hari ini aku yang bertugas

mengunci gerbang-gerbang kota.

Setiap malam seluruh gerbang itu

harus dikunci. Siang harinya ger-

bang-gerbang dibuka untuk men-

girimkan makanan kepada prajurit

terdepan yang menjaga tembok kota.

Ini pekerjaan mudah yang aku suka.

Tak perlu berada di bagian terdepan

tembok kota, di mana tanpa kau tahu

tiba-tiba sebatang anak panah bisa

meluncur tepat ke kepalamu.

Setelah selesai mengunci

gerbang-gerbang itu, aku langsung

merebahkan badan di tumpukan

jerami, bersama dengan prajurit-

parjurit tanpa harapan lainnya. Baru

saja aku ingin memejamkan mata,

tiba-tiba Jendral Loukas berteriak

kepada kami semua. “Hei monyet-monyet ke-

parat!” Teriaknya lalu melanjut-kan,

“Siapa yang menyuruh kalian tidur-

tiduran?” Kami semua bangun ter-

gesa-gesa. Memang tidak ada yang

menyuruh kami tidur. Tapi kan kami

sedang tidak ada tugas jaga. Jendral

babi. Pikirku sewot. “Dan kau, Raynor!” Bentak

dia sambil menunjukkan jari te-

lunjuknya padaku, “Kau kan yang

bertugas mengunci gerbang! Sudah

kau kunci semua gerbang?” “Sudah Pak!” “Hmmph!” Gerutu jend-ral

itu, “Baiklah! Awas saja kalau

sampai besok kulihat ada gerbang

yang tidak terkunci!” Kata Jendral

Loukas seraya pergi dari hadapan

kami semua. Prajurit-prajurit yang tadi

tidur kini berdiri lagi sambil me-

megang tombak dan pedang mereka.

Mereka berdiri sambil terkantuk-

kantuk dan kepala mereka bergerak

ke depan dan ke belakang. Ah peduli

amat! Aku kembali merebahkan diri

di tumpukan jerami. Melihat aku

yang tidur kembali, mereka pun

mengikuti

28

CERPEN

Page 32: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

aku dan kembali tidur lagi. Tak perlu

banyak pikir. Mungkin saja ini hari

terakhir kami tidur. Tidak ada yang

tahu. Saat aku hampir tertidur,

teringatlah aku, kalau ada satu

gerbang yang lupa kukunci. Gerbang

Kerkoporta. Gerbang itu sangat kecil,

sehingga bahkan se-buah gerobak

jerami pun akan ke-susahan untuk

bisa melewatinya. Aku bangun

dengan gontai, bang-kit dengan

malas untuk mengunci gerbang tak

berguna itu. Baru saja aku berjalan be-

berapa langkah, aku mengurung-kan

niatku untuk mengunci ger-bang itu

dan kembali tidur di atas jerami

dingin tadi. “Keparat, tak ada gunanya

juga mengunci gerbang kecil itu.”

Kataku dalam hati. Aku pun kembali tidur. Tak

perlu terlalu memikirkan gerbang

kecil itu. Pasukan Ottoman sendiri

takkan melihat gerbang kecil yang

hampir tak bisa kau lihat jelas. Tak

mungkin pula 200 ribu tentara

Ottoman mau berdesak-desakan

masuk lewat gerbang sempit itu.

Ditambah ada prajurit yang ber-jaga

saat malam. Sudahlah, lebih baik

tidur saja. Kerkoporta han-yalah

sebuah gerbang kecil yang tak ada

artinya. Kini aku ada di alam mimpi.

Mimpiku sangat nikmat.

Tinggal di istana bagai seorang

bangsawan bersama dengan se-orang

istri cantik. Anak-anak yang tampan

dan cantik duduk di meja makan

bersama-sama dengan kami berdua.

Makanan-makan-an mewah yang

belum pernah aku makan. Senang.

Sangat me-nyenangkan. Saat sedang

makan bersama-sama, tiba-tiba

meriam menghantam meja makan

kami. Boom! Suara hantaman

meriam yang berjarak hanya 3 meter

di depanku. “Bangun tolol! Bangun! Kita

diserang!” Teriak salah se-orang

prajurit kepadaku. Aku panik, kaget, belum

sepenuhnya tersadar. Baru saja aku

berdiri, seorang prajurit Otto-man

dengan wajah penuh brewok

menerjang ke arahku sambil teri-ak-

teriak tidak karuan. Dengan ce-pat

aku mengambil pedangku, dan aku

berhasil menangkis serangan

google.com

29

CERPEN

Page 33: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

si Turki keparat itu. Kami beradu

pedang. 2 jurus, 3 jurus, sampai yang

ke empat akhirnya berhasil

kutusukkan pedangku tepat di le-

hernya. Sialan! Kenapa musuh bisa

sampai masuk ke dalam kota? Aku

melihat sekeliling. Sudah banyak

prajurit yang tewas, dan pasukan

Ottoman semakin banyak ber-

datangan. Dari mana datangnya

mereka? Apakah ada tembok yang

berhasil dihancurkan oleh meri-am

mereka? Tidak-tidak mungkin. Tiba-tiba gerbang Kerko-

porta terlintas di kepalaku. Aku pun

melihat ke arah gerbang itu. Keparat!

Bendera Kesultanan Ottoman

berkibar di atas gerbang itu. Di atas

gerbang-gerbang lainnya pun

bendera Ottoman berki-bar dengan

gagahnya. Bagaimana mungkin! Aku

menghampiri seorang prajurit yang

terluka. “Hei keparat! Bagaimana

bisa ada bendera Ottoman berkibar di

seluruh gerbang kita!” “Hassasin! Mereka menyu-

sup dari gerbang Kerkoporta yang

tidak terkunci dan memasang ben-

dera Ottoman di seluruh gerbang

kota!” Katanya sambil menahan sakit,

“Hal itu membuat semua prajurit

panik dan mengira praju-rit Ottoman

telah memasuki kota, dan banyak

yang kabur dan membuka gerbang-

gerbang lainnya!” “Apa? Mehmed menyewa

Hassasin?” Belum sempat dia men-

jawab, puluhan tentara Ottoman

datang menghampiri kami. Aku

berlari meninggalkan prajurit itu. Tak

lama kemudian kudengar teri-

akannya, sesaat sebelum nyawan-ya

melayang. Jahanam! Brengsek! Ha-

rusnya kukunci gerbang keparat itu!

Mampus aku! Jendral Loukas pasti

akan memenggal

30

CERPEN

Page 34: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

kepalaku! Tapi tunggu dulu, per-

setan dengannya! Kini yang har-us

kupikirkan adalah bagaimana

caranya aku bisa selamat hidup-

hidup dari sini! Aku terus berlari, mencari

jalan keluar. Tapi ternyata sia-sia

saja, kami sudah terkepung! Pra-jurit

Ottoman sudah memenuhi

Konstantinopel! Saat masih ber-lari,

kudengar teriakan seorang prajurit

dari dalam kastil. “Kaisar mati! Kaisar mati!

Kaisar sudah mati!” Gila! Sekarang sudah tidak

ada harapan! Aku yakin Jendral

Loukas pun sudah mati! Seka-rang

tinggal menunggu giliran kami pion-

pion yang tersisa un-tuk dibantai

pasukan Ottoman! Derap langkah

prajurit Ottoman yang banyak

jumlahnya itu kini semakin jelas.

Prajurit berkuda Ottoman tiba-tiba

datang meng-hampiriku. Aku

menghindari

serangan tombaknya dan memo-tong

kaki kuda yang ditungganginya.

Brukk! Suara kuda itu ter-

jatuh dan kepala tentara itu han-cur

tak karuan. Aku berlari, masih berharap

dapat selamat dari pembantaian yang

telah menanti. Ah tapi sial. Kini di

depanku sudah berdiri puluhan

prajurit Ottoman. Mereka datang

menerjang. Aku melawan

semampuku, membunuh 3 orang

penerjang pertama. Sampai akh-irnya

seorang prajurit Ottoman berhasil

menebas kepalaku. Rohku terangkat pergi dari

tubuhku yang sudah tak bernyawa itu.

Tubuhku kini tanpa kepala, dan

prajurit-prajurit brengsek yang

berada di dekatku bersorak-sorai

gembira. Aku melayang pergi,

menuju gerbang Kerkoporta.

Gerbang brengsek! Umpatku pada

gerbang kecil itu.

31

CERPEN

Page 35: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Kukutuk Kau Jadi Sampul Plastik!

Oleh Prima Nandita Juhara Paradise, Prodi D3 Teknik Sipil

Aku adalah sebuah buku

fiksi. Semua kalangan bisa mem-

bacaku, bahkan bisa dibilang aku

adalah buku terbaik yang siap di-

pasarkan dan disebar ke seluruh toko

buku di pusat kota, mungkin

beberapa di luar kota, yang jelas aku

populer dan aku yakin kau pun suka.

Aku benar-benar harum layaknya

buku baru lainnya, plastik bening

membalut sekujur tubuhku yang

padat. Sampulku bahkan tak lecet

sedikit pun, benar-benar mulus.

Berdebar-debar rasanya menantikan

pemilihku, membayangkan tiap saat

matanya akan menelusuri tiap

rangkai kata, memilah lembar demi

lembar atau mendengarnya berbicara

ke-ras saat mengeja isi tubuhku ini.

Hari yang kutunggu tiba,

bersama kawan-kawanku, aku kaltim.procal.co akan memulai kehidupan baru. Kami

ditata dalam sebuah rak susun di

sebuah toko buku yang lumayan

besar. Kami disusun ber-deret

berkumpul bersama dengan beberapa

buku lain yang kupikir setipe dengan

kami. Di seberang kulihat deretan

kertas berwarna-warni terpapar rapih

dalam rak panjang, “tabloid” tebakku.

Sial! Jam tangan pegawai itu

menggores

32

CERPEN

Page 36: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

sampul plastikku, membuat lu-bang

kecil di punggungku, dan tanpa

bersalah dia meninggalkanku begitu

saja. Ah! Aku benar-benar ingin

mengutuknya menjadi sampul plastik!

Ugh. Waktu yang panjang ku

lewati tanpa seorangpun menyen-

tuhku. Mungkin karena kami ma-sih

baru muncul di pasaran, atau

posisiku? Yah, bisa dibilang aku

berada di urutan ke-dua dari de-pan

atau tiga baris dibelakang pa-ling

ujung rak. Tiba-tiba seorang lelaki

bertopi memungut buku di depanku,

Ia memperhatikan-nya lekat-lekat,

membolak-balik, dan membaca

bagian punggung kawanku. Dan

sungguh! Sesa-at kemudian AKU

MELIHATNYA MENYOBEK

SAMPUL PLASTIK! Aku bisa

melihat kesedihan ter-pancar dari

salah satu kawanku itu, sungguh

malangnya, tapi apa yang bisa

kulakukan? toh aku hanya se-buah

buku. Kemudian kulihat lelaki

bertopi tersebut mulai mem-bacanya,

membacanya dengan penuh perhatian.

Tidak! Mungkin bisa dibilang

menikmati, tak kulihat sedikit pun

matanya terlepas dari buku yang

digenggamnya. Sesekali ia

menyibaknya, membuat berbagai

macam ekspresi aneh, dia bergumam

dan berbicara sendiri? tapi aku

menyukainya, sesaat aku ingin

menjadi seperti kawanku

yang dibaca sepenuh hati. Semoga

saja pemilihku benar-benar me-

milikiku, maksudku membeli lalu

membacanya, tapi bukan di sini,

bukan sembarang menyentuh dan

membuka, rasanya aku pun ingin

dihargai, bukan dibaca gratisan

seperti itu, enak saja. Lelaki muda itu berdiri,

mengangkatku lalu dengan ser-ta-

merta menaruhku kembali, dan kini

aku berada diposisi TER-DEPAN,

APA?! Dia menukar posi-siku, lelaki

muda tersebut menye-lipkan

kawanku di posisi awalku tadi,

benar-benar trik yang licik, “kau

pikir bisa menipu? Apa kau melihat

CCTV di sana? Atau para petugas?

Kenapa kau tidak mem-belinya saja?!

Kau pikir mudah untuk laku di sini

dengan sampul plastik yang

terbuka??! Cih!” teriakku

memakinya. Oh percuma saja, dia tak

akan mendengar, ini bukan cerita

dongeng dengan buku ajaib yang siap

mengomentari apa saja, atau

mengabulkan permintaan anehmu.

Toko tampak ramai, mun-

gkin hari libur, pikirku. Aku me-lihat

pria bertopi berulangkali kembali

mungkin tiga atau empat kali,

menyelesaikan bacaannya. Kadang

beberapa pengunjung lain melakukan

hal sama, hingga kawanku tak mulus

lagi. Dasar tak bermodal! Beberapa

kawan di

33

CERPEN

Page 37: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

sampingku satu-persatu mulai

meninggalkan rak, ada yang dipi-lih

oleh wanita muda berkalung hijau,

pria berkaos hitam dengan janggut

kuning, laki-laki gimbal dengan

permen karet di mulutnya, atau

perempuan muda dengan tindik di

hidung dan alisnya, ber-macam-

macam orang silih ber-ganti. Dan

kau tahu? aku masih di sini, ini

membuktikan menjadi terdepan tak

selamanya menjadi yang pertama,

atau mungkin ka-rena sobekan sialan

ini, orang di sini benar-benar pemilih,

berkali-kali mereka menaruh ku

kem-bali di rak. Petugas

menyebalkan itu membuat nasibku

tak membaik. Ugh! kalau saja aku

bisa meng-utuknya. Kini hanya

beberapa buku tersisa yang sama

dengan-ku karena yang lain habis

terjual, harapanku semakin besar

untuk segera meninggalkan rak ini.

Sesosok gadis berkepang

satu berada di depanku. Dia lang-

sung meraihku, hanya sekilas melihat

sampulku yang bewarna abu-abu

dengan gambar dua pe-rempuan dan

laki-laki dalam se-buh pintu tua,

cukup membuat orang-orang ingin

segera memi-nangku. Aku senang dia

memi-lihku, tanpa babibu dia

langsung MEMASUKKANKU DALAM KE-

RANJANG BELANJA! Aku meli-

hat sekelilingku, ternyata aku tak

sendiri, ada buku lain bersamaku,

buku kamus terjemahan bahasa

inggris tebal, lebih tebal dariku,

sangat tebal. Dia tersenyum sin-is,

apa yang salah? Kami berdua

berayun-ayun dalam keranjang

menuju kasir. Ini adalah momen

bahagiaku, satu persatu dari kami

dipindai menggunakan mesin harga.

Kulihat ekspresi gadis itu merengut,

dia memungutku dari meja, HEI!

ADA APA? APA YANG KAU

LAKUKAN? KENAPA KAU

KEMBALI KE BARISAN RAK?

KAU MENARUHKU KEMBALI?!

KE-NAPA KAU HANYA

MEMILIH SI GENDUT ITU?! Dia lalu pergi meninggal-

kanku dengan berbagai pertanya-an,

aku benar-benar tak percaya dengan

yang kualami. Menurut-mu siapa di

dunia ini yang mau diberi harapan

palsu? Aku berani taruhan, kau pun

tidak akan sudi. Tak cukup itu, gadis

berkepang satu pemalas itu

menaruhku di sela-sela buku

ensiklopedia. Be-nar! dia menaruhku

di tempat yang tak seharusnya berada,

me-naruhku di baris paling membo-

sankan diantara dua buku besar,

tempat sekumpulan buku raksasa

bersemayam, lebih baik aku bera-da

di area favorit pemuja manga atau

berbaring di antara tumpu-kan buku

tipis bersampul unicorn tempat para

manusia kerdil

34

CERPEN

Page 38: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

merengek, dari pada harus tersesat di

sini. Bukan apa, siapa yang akan

melihatku di sini?! Tak ada yang

menarik disini. Bahkan nenek tua

pun enggan melirik area ini. Argh!

sangat menyebalkan. Aku menghabiskan wak-tuku

cukup lama di sini, dan ane-hnya aku

tak pernah dipindah-kan, tak ada

petugas yang datang benar-benar

memeriksa area ini, aku tak mengerti,

apakah gaji me-reka tidak termasuk

menata ulang buku? Syukurlah

sampulku masih utuh, meski

beberapa debu me-nempel sedikit di

lubang sampul-ku yang terbuka, yang

jelas aku masih baru dan harum.

Kuhabiskan waktu mem-

bosankan bersama para ensik-lopedia,

seperti seorang anak se-kolah dasar

di antara sekumpulan profesor lansia,

begitulah gambaran yang kurasakan

setiap saat. Sangat membosankan.

Aku jamin kau pun tak akan tahan.

Dan aku hanya berharap seseorang

akan membuka hati untuk memung-

utku. Kebanyakan dari mereka hanya

lewat dan lewat saja, benar-benar tak

peduli dengan ke-sengsaraan yang

kualami ini. Aku bahkan tidak

melihat seorang pun berhenti di sini

seperti yang dila-kukan lelaki bertopi,

Ah! aku jadi rindu padanya,

setidaknya aku terlihat berguna,

meski aku harus

merelakan sampulku ini. Entah-lah.

Kini yang kuharap hanyalah

keajaiban. Siang hari di musim panas,

seorang lelaki muda berambut coklat

berada di dekatku, apa bo-cah ini

masih normal? Maksudku jarang

sekali anak remaja melewa-ti baris

ini. Sumpah! tak ada yang menarik

disini, kecuali diriku. Tapi aku

bersyukur, jangan-jangan inilah

keajaiban yang kutunggu itu,

mungkinkah dia malaikat? Aku

hanya berdoa dan berdoa agar dia

melihatku. Dia melewatiku, tanpa

memandangku. Apa aku ini terlihat

terlalu kecil? Apa dia tidak melihat

buku mungil yang ter-himpit para

raksasa membosan-kan ini? Apa aku

menjadi gendut sehingga sulit

dibedakan? ATAU AKU

SEKARANG SUDAH BERU-BAH

MENJADI BUKU ENSIKLOPE-

DIA? TIDAAAAAK! Lelaki muda itu berbalik, apa

dia mendengar teriakanku?? . Tidak. Tidak mungkin, mungkin dia

merasa janggal, atau karena aura

perbedaanku paling kuat di-sini, aku

menebak-nebak. Kulihat dia

mengernyitkan alisnya, EKSP-RESI

MACAM APA ITU?! Kuharap dia

tak mengejekku. Dia mele-paskanku

dari cengkraman para raksasa,

membolak-balikkanku, lalu membaca

sampul belakangku. Dan dia

tersenyum, sangat manis,

35

CERPEN

Page 39: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

aku yakin dia tertarik. Pasti. Aku

berharap dia memilihku atau paling

tidak mengembalikanku ketempat

semula, ketempat seharusnya, meski

aku tak yakin kawan-kawanku masih

ada di sana. Ya! Dia menentengku

tanpa keranjang dan tanpa buku lain,

hanya aku sendiri. Dia berjalan

menuju kasir, dia tak peduli dengan

cacat sampulku. DIA BENAR

BENAR MEMBELIKU! Selamat

tinggal para raksasa membosan-kan.

Ha! Sudah kubilang tak ada yang

tertarik dengan ensiklopedia, dan

tentunya pemilihku bukan nenek tua.

Lelaki muda berambut coklat

itu menaruhku di tasnya yang besar,

aku terguncang berkali-kali bersama

benda-benda asing yang tidak

kuketahui, beberapa di antaranya

berbentuk datar seper-tiku, sebuah

buku? Eh, mungkin dua atau tiga.

Entahlah. Karena di sini terlalu gelap,

kamu pun bisa membayangkan

betapa gelap di dalam sini. Kuharap

nasib buruk-ku hanya sampai di toko

buku mengerikan itu, nasib baik pasti

sudah menantiku di depan. Impi-

anku sama seperti buku lainnya.

Membayangkan lelaki muda

ini membacaku setiap saat,

merawatku, bahkan membawaku ke

mana-mana dia pergi, menjadikanku

sahabatnya, menemani

waktu malamnya bersama segelas

susu hangat, atau membaca bers-ama

kawannya yang lain di sore hari di

sebuah taman. Ah senang-nya. Di

sini aku bisa melihat jalan-an melalui

lubang kecil diantara resleting, dia

tidak menutup tasnya dengan begitu

rapat. Sepertinya ia mengendarai

sepeda, aku bisa melihat toko di

mana aku berada mulai menjauh di

antara gedung-gedung tinggi di

sekitarnya, semakin jauh dan jauh

lalu tak terlihat sama sekali. Selamat

tinggal! Tempat membosankan! Aku

menantikan hari baru yang akan

kulalui nanti, hari yang akan ku-

habiskan bersama lelaki muda be-

rambut cokelat dengan senyumnya

yang manis.

freepik.com

36

CERPEN

Page 40: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

CERPEN

DUNIA 2.0

Oleh Tommi Juliansyah Rozarius, Prodi PPKn

“Pernahkah kamu merasakan seperti berada di dunia nyata tapi jika

dicermati lebih dalam, dunia yang kamu tempati bukan dunia yang sebenarnya?

Pernahkah kamu merasakan bagaimana sesuatu yang biasa dan berhasil

dilakukan orang lain namun, menjadi gagal jika kamu yang melakukannya?

Pernahkah kamu merasakan kehilangan tali silahturahmi setelah kamu

perhatian dan peduli kepadanya?” Bayang-bayang kalimat itu melintasi pikiranku, seraya tan-ganku

sibuk menekan-nekan layar gawai. Suara ketukannya memecah keheningan

kamar indekos ini. Huruf demi huruf muncul dibalik layar, membentuk sebuah

kata, kemudian kalimat. Aku hendak mengajak seorang narasumber untuk

bertemu di sebuah kedai kopi di pusat kota Jakarta. Narasumber untuk

penelitianku demi sebuah gelar akademik, sekaligus bentuk

pertanggungjawabanku kuliah empat tahun di institusi pendidikan tertinggi.

Bunyi lonceng bergema di dalam speaker gawai ini, narasumberku baru

membalas lewat aplikasi pesan. “Oke siap. Sampai bertemu besok ya, Kak Adam”. Aduh, sudah kuberitahu beberapa kali aku tidak usah dipanggil „kak‟,

cukup Adam saja. Bukan kenapa, soalnya aku dan dia hanya beda

depokpos.com

37

Page 41: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

setengah tahun, meskipun secara

tingkat akademis dia satu semester

lebih muda dariku. Lagipula, aku

tidak merasa begitu tua se-hingga

harus dipanggil „kak‟. Ya sudahlah,

aku tidak perlu mene-gurnya lagi

soal itu. Oh, narasum-berku itu

bernama Yona. Dia salah satu

mahasiswi di sebuah jurusan bahasa

dan antusias terhadap kar-ya sastra

klasik. Sebuah notifikasi muncul di

pojok kanan layar ga-waiku.

Notifikasi itu memberita-

hukan berita terbaru dari laman

portal berita yang aku langgan. Se-

kian banyak kepala berita dengan

tajuk-tajuk yang menghebohkan, ada

satu berita yang menarik per-

hatianku. Judulnya tidak terlalu

menghebohkan, “Ajari Kebhine-kaan

Lewat Permainan”. Namun, aku

sepertinya mengenal sosok yang

menjadi foto utama di kolom berita

itu. Terlihat ia seperti mem-

presentasikan sebuah media pem-

belajaran. Tak salah lagi, itu kawan

sekelasku Anggara. “Bagaimana bisa ia masuk

koran, sementara setiap harinya

hanya nongkrong sambil ngopi di

belakang gedung fakultas?”

gumamku. Mengejutkan memang, se-

orang guru paruh waktu yang jam

terbang mengajarnya sudah sam-pai

ke pelosok desa kalah pamong

oleh mahasiswa biasa dengan pre-

sentasi media pembelajaran saja.

Sering kulihat di media elektron-ik

maupun cetak, tokoh publik yang

berdedikasi pada pendidikan

memulai langkah beraninya pada

sebuah pengabdian. Hal itulah yang

memotivasiku untuk men-jadi

seorang pendidik. Pikiranku jadi tak

karuan. Aku merasa gagal dalam

tujuan hidupku. Bagaimana orang

lain bisa melakukannya se-mentara

aku tidak? Aku harus segera men-

jernihkan pikiranku. Aku berusa-ha

mengalihkan pertanyaan-per-tanyaan

yang berkaitan dengan berita tadi

melalui berbagai aktivitas ringan,

seperti bermain permainan video,

menonton film, dan lain sebagainya.

Setidaknya aku mulai mengabaikan

peras-aan bersalah pada diriku

sendiri. Meski terkadang bayang-

bayang kegagalan terngiang di

benakku. Kemudian, gawaiku

berdering, menandakan Yona baru

saja mengirimkan sebuah pesan.

“Kak, ada rekomendasi buku

fiksi tidak?” tanyanya.

“Hmm... kalau mau fiksi

ilmiah, aku sarankan untuk baca

buku Djokolelono. Tapi kalau mau

fiksi fantasi, kamu bisa baca The

Alchemist.” jawabku.

Kemudian percakapan kami

melalui aplikasi tersebut

38

CERPEN

Page 42: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

melebar ke topik selain sastra. Mulai

bahas tentang hobi hingga

perkuliahannya selama ini. Sese-kali

aku sisipkan saran-saran un-tuk

menghadapi kuliahnya agar lebih

lancar. Kadang pula aku me-

nanyakan bagaimana kabarnya,

kesehatannya, dan juga perkulia-

hannya. Sejauh ini, ia baik-baik saja.

Secara keseluruhan, begini-lah

percakapan kami berdua di aplikasi

tersebut pada kesempatan tertentu.

Mulai dari diskusi santai sampai

saling menanyakan kabar. Sejujurnya, entah dari mana

datangnya, aku merasa nyaman

dengannya. Sejak perta-ma bertemu

di sebuah rumah makan cepat saji,

melihat tingkahnya yang agak kikuk

tapi lucu. Terutama soal kesamaan

hobi, sebagai sesama penggemar

sastra, tentu siapa yang tidak

menolak jika punya kekasih yang

sehobi. Aku beru-saha untuk tidak

terlalu mengambil ekspektasi

berlebih. Biasanya, semakin tinggi

bermimpi, akan semakin sakit jika

jatuh dari mimpi tersebut. Namun

yang terpenting adalah seberapa kuat

tekad kita. Esoknya, aku sampai di

tempat yang disepakati. Sepertinya

aku lebih dahulu datang, karena tak

terlihat sosok Yona di sekitar sini.

Suasana di kafe pun lumayan ramai.

Ruangan yang cukup luas dengan

sentuhan interior

minimalis dan sedikit bergaya Eropa.

Harum wangi biji kopi yang

dipanaskan tercium hing-ga depan

pintu kafe. Karena diri-ku bukan

penikmat kopi hitam, aku hanya

memesan matcha latte untukku dan

dia. Lumayan lama aku

menunggunya, hingga akhirnya

sosok wanita muda dengan rambut

sebahu dengan kulit putih khas

oriental membuka pintu kafe itu. Aku

melambaikan tangan untuk

menunjukkan posisiku. Ia kemudian

duduk di depanku. “Maaf ya, kak, datangnya

agak telat...” ujarnya. “Tak apa-apa. Lagipula tidak

terlalu lama ini. Oh ya, mau minum

dulu atau wawancara dulu?” tanyaku

sambil menyodorkan matcha latte-

nya. “Wawancara saja dulu,

kak.” “Oh, baiklah.”

freepik.com

39

CERPEN

Page 43: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Kemudian aku mengeluarkan secarik

kertas yang berisi perta-nyaan untuk

wawancara. Perta-nyaan demi

pertanyaan dijawab-nya dengan baik.

Sesekali aku menambahkan

pertanyaan yang sifatnya trivial

untuk melengka-pi data penelitianku.

Setelah wawancara, kami pun

bercakap-cakap ringan, bersenda

gurau, saling menanyakan kabar,

hampir mirip seperti percakapan di

aplikasi itu. Tibalah saatnya aku

menguta-rakan apa yang aku rasakan

sel-ama ini. Rasanya berat, seperti

ada yang menahan dari belakang,

tapi aku harus berterus terang soal ini.

Perasaan yang dipendam itu tidak

enak rasanya.

“Yona... aku perlu bicara

sesuatu,” ucapku sedikit gugup. Kemudian aku utarakan

semua yang ada di hatiku, ten-tang

bagaimana aku menyukain-ya. Untuk

sesaat, keheningan pun menerpa. Ia

terdiam, memendam mulutnya ke

dalam. Kemudian ia

tersenyum kecil. “Maaf, kak. Aku belum

bisa... aku belum siap...” jawabnya. Seketika seluruh tubuhku

membatu. Terdiam. Berat rasanya

untuk tetap tersenyum. Hilang sudah

makna pengorbananku dan

perhatianku untuk bisa tetap de-kat

dengannya. Rasanya seperti

dikalahkan oleh takdir. Sedikit malu

dan kecewa. Kemudian den-gan

seluruh sisa tenagaku, aku kembali

menatapnya. Sepertinya aku harus

menerima penolakan ini.

“Oh, baiklah... tidak apa- apa...”

Kemudian kami terdiam

untuk beberapa saat. Tak tahu apa

yang harus diperbincangkan lagi.

Hingga akhirnya aku memutus-kan

untuk menyudahi pertemuan ini. Ia

pun terlihat tak keberatan dengan hal

itu. Kemudian kuantar dia ke depan

pintu kafe dan ber-pamitan. Aku pun

pulang dengan menaiki kendaraan

roda dua.

40

CERPEN

Page 44: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Sehari setelah pertemuan itu.

Ada yang aneh dengan media

sosialku. Aku tak bisa menemu-kan

kontak Yona. Menghubunginya pun

tidak bisa. Perasaanku mulai tidak

enak. Ada yang ganjil. Kutanyakan

kepada temanku yang mengerti

banyak tentang teknologi informasi,

dan menurutnya aku diblokir oleh

Yona. Sulit dipercaya. Kenapa di

zaman sekarang begitu mudah orang

memutuskan tali silaturahmi tanpa

alasan yang jelas. Kenapa ia bisa

memblokir seseorang yang menaruh

perha-tian dan prioritasnya untuknya?

Kenapa dunia ini mempersempit

pergerakan manusia untuk saling

mengenaldan tetap menjaga sila-

turahmi?

Kemudian aku berpikir, aku

bukan hidup di dunia yang

semestinya. Aku bukan hidup di

dunia nyata lagi. Aku hidup bersama

paradoks, sebuah kejadian yang

terjadi dikarenakan premis tertentu.

Pandangan soal dunia

nyata pun hilang, tergantikan oleh

paradoks. Aku hidup bersama

paradoks, bukan dengan dunia

nyata, dan dunia yang kutinggali

ini bukan dunia nyata, melainkan

tiruan dari dunia nyata yang

dihasilkan oleh paradoks itu.

Pernahkah kamu mera-

sakan seperti berada di dunia nyata

tapi jika dicermati lebih dalam,

dunia yang kamu tempati bukan

dunia yang sebenarnya? Pernahkah

kamu merasakan bagaimana

sesuatu yang biasa dan berhasil

dilakukan orang lain, namun

menjadi gagal jika kamu yang

melakukannya? Pernahkah kamu

merasakan kehilangan tali

silahturahmi setelah kamu per-

hatian dan peduli kepadanya? Ja-

wabannya adalah, ya.

freepik.com

41

CERPEN

Page 45: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

RESENSI

Belenggu Manusia

oleh Ghifani Azhar, Prodi Pendidikan Ekonomi

Judul : Belenggu Penulis : Armijn Pane Penerbit : Dian Rakyat Cetakan : 2010 Cetakan ke Tebal : 150 halaman ISBN : 979-523-046-8

Setiap orang boleh jadi

memiliki pandangan akan suatu hal

yang dikonstruksi dalam pikiran atas

dasar logika dan imajinasi.

Konstruksi ini pun dipen-garuhi

dengan kondisi emosional, harapan

dan cita-cita diri, serta tekanan

lingkungan sekitar. Konstruksi

imajinasi yang dikisahkan Armijn

Pane lewat pelakon dalam novelnya.

Sukartono adalah seorang

pria tanpa celah di hadapan para

koleganya. Berprofesi sebagai dokter

bertangan dingin yang siap sedia

berkunjung ke rumah pasiennya

kapan pun. Memiliki predikat lulusan

kedokteran

terbaik dan paras yang memesona.

Menjadikan Tini besar kepala da-pat

dijadikan istri oleh Sukartono. Menjadi istri dari seorang

dokter panggilan yang diandalkan

masyarakat luas. Menjadikan hari-

hari Tini penuh terisi dengan

kegiatan menerima telpon dan

mencatat alamat pasien suamin-ya di

atas blocnote. Tak hanya itu, Tini

haruslah berprilaku santun, dan

berperangai apik di depan koleganya.

Sebab, ia patut menjaga kehormatan

suami dengan bertindak seolah-olah

ia berkecuku-pan dan bahagia dalam

menjalani hari-harinya. Di mata

khalayak luas, Tini dan Tono adalah

pasutri

42

Page 46: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

yang berbahagia. Tak jarang pasutri

ini memamerkan keharmonisannya

dengan bermain alat musik bersama

di suatu acara pertemuan. Namun jauh di dalam ha-

tinya, Tini merindukan hari-hari

sebagai gadis bebas yang dapat ke-

luar rumah, berdansa-dansa, me-

nonton film, serta aktif menjadi

pegiat sosial. Melakukan apa yang

diinginkan dirinya. Tini mem-punyai

kecantikan yang mampu membuat iri

gadis-gadis sebayanya, dan gadis-

gadis itu bertambah dengki saat

akhirnya Tini diper-sunting oleh

Dokter Tono. Tak hanya Tini yang merin-

dukan masa lalu. Dokter Tono yang

amat mencintai pekerjaannya, ak-

hirnya jatuh cinta jua pada seorang

pasien yang ternyata seorang per-

empuan di masa lalunya, Rohayah.

Tentu hal ini tidak diketahui Tini.

Namun, sebagai seorang istri boleh

jadi ia merasakan keganjalan pada

diri suaminya. Watak Tini yang

arogan dan Tono yang mulai tak

acuh dan sudah malas mengalah pada

tiap-tiap perselisihan menimbulkan

perang dingin di-hubungan suami

istri ini. Alhasil, kehidupan rumah

tangga Tini dan Tono terasa hampa

dan sepi tan-pa adanya perbincangan

diantara keduanya. Karena masing-

masing hanya sibuk berinteraksi

dengan konstruksi imajinasi sendiri

tanpa

bertanya untuk mendapatkan

penjelasan. “Lupakanlah, matikanlah

angan-angan. Lepaskanlah be-lenggu

ini. Buat apa bergantung pada zaman

dahulu,” ujar Hartono. (halaman 115)

Tokoh yang memiliki ke-

terkaitan di masa lalu dengan Tono

dan Tini ini menjadi pemantik hasrat

untuk bebas dari belenggu. Ditambah

dengan Rohayah sebagai kehidupan

masa lalu Tono menjadikan keempat

tokoh ini mengalami pergolakan

batin untuk melalukan perubahan

melawan sesuatu yang

mengungkungnya. Untuk bertindak

melakukan per-pindahan dari sesuatu

yang telah melekat dan

membelenggunya. Pergolakan ini terdapat pada

diri setiap pelakon yang dikisahkan.

Diceritakan dengan bahasa yang

mendeskriptifkan perasaan, yang

membuat pembaca merefleksikan diri

saat

menikmati alur memikat kon-flik

dalam novel belenggu ini.

Boleh jadi konflik diri yang

tertuang adalah salah satu konflik

batin yang pernah dialami pem- baca. Karena latar konflik yang di-

pilih Armijn Pane adalah sesuatu

yang hangat dan melekat di mas-

yarakat. Sehingga saat membaca,

ceritanya terasa nyata akibat pen-

cerminan diri.

43

RESENSI

Page 47: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

Dibumbui dengan pandan-

gan hidup dua tokoh utama perem-

puan, menjadikan novel ini bernu-

ansa sedikit feminis. Pilihan hidup

yang dipilih tokoh-tokoh dalam

novel Belenggu mengisyaratkan

bahwa angan-angan dan cita-cita

baru akan membawa kehidupan baru.

Mengangkat diri melepas-kan segala

belenggu manusia yang mengikat

semangat jiwa muda. Membaca buku Belenggu

mengaitkan ingatan pada kisah yang

dituliskan Marga T Sapta di tahun

1995. Diberi judul Sepagi Itu Kita

Berpisah, berlatar belakang romansa

dan keseharian seorang dokter. Yang

membedakan justru bagi Marga T

Sapta butuh 659 halaman untuk

menceritakan kisah sepasang dokter,

keper-cayaan, kesialan hidup,

perseling-kuhan hingga kebebasan.

Berlain dengan Armijn Pane yang

cukup dengan 150 halaman

mengisahkan kehidupan tokoh-

tokohnya.

Meski berpaut pada waktu

yang cukup lama, tema cinta dan

perselingkuhan serta kesehari-an

seorang dokter masih menjadi materi

asyik yang dijadikan lakon oleh

penulis. Belenggu yang lahir pada

tahun 1938. Disusul dengan Sepagi

itu Kita Berpisah yang sam-pai

dipasaran tahun 1995. Kedua novel

mengisyaratkan masyarakat kita yang

masih mengganderungi

kisah cinta dan perselingkuhan se-

bagai bacaan yang menghibur. Tak

jarang tema ini pun menjadi ton-

tonan cerita-cerita di layar kaca. Tak hanya itu, pemakai-an

istilah-istilah dalam lingkup

kedokteran pun menjadi ciri dari

kedua novel di atas. Terkadang kata

hadir sebagai lambang pen-getahuan

penulisnya. Pada novel Belenggu

terdapat daftar kata dan

pengertiannya. Tampaknya penu-lis

sembari mengedukasi pembaca pada

masa itu untuk memahami istilah-

istilah asing. Sebuah suguhan romantik

yang berisikan nilai-nilai kehidupan.

Dengan permainan perasan

pengarang, yang mampu meng-

gambarkan keragu-raguan, pesi-

mistis dan optimistis khas manu-sia.

Sehingga membuat pembaca merasa

ambigu dengan pangkal cara berpikir

tokoh-tokoh di dalamnya. Secara

tidak langsung kisah di dalam novel

ini memberikan kita nasihat dalam

menjalani kehidupan.

44

RESENSI

Page 48: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

ANTOLOGI PUISI

Silap pikiran Ayenni Afriyani Dibukanya tiap lembar Membawa otak jauh ke peradaban Semua rasa-rasa telah menyentuh hati Siapa lagi kalau bukan dia Buku, benda ajaib di dunia ini Mengotori pikiran dengan aksara Sang empunya diidolakan pula Kagum dengan karyanya Aku hanya bisa tertawa Susah payah mereka membuka jendela

dunia Tapi, ujung-ujungnya jadi budak kapitalis

jua

Apa hidupmu baik-baik saja? Diana Dwi Lestari

Pulang Muthiah Kami terbiasa Terluka Kemudian membasuhnya dengan bersua

Aku terbiasa Menyelam pada tiap bait yang ia mainkan

Lalu mengarungi deretan majas yang ia cipta Kami terbiasa Memainkan sajak kami di penghujung

senja Membuat kami mengulas senyuman Hingga sulit ku lepas senyumnya Membawaku pada satu kebahagiaan Namun Kini Kami sedang tidak terbiasa Sebab Ilahi tak meridhoi Karena dia telah kembali

Setiap pagi terlihat sekumpulan orang berjalan

Sambil menundukkan kepala, menatap layar jenius Sesekali serius, sesekali tersenyum

Tidak ada tegur sapa Semuanya bergerak lurus tak berpaling

Bagai kereta yang terus maju Ku bergumam mungkin ini kala pagi Saat orang-orang baru menjalankan aktifitas Namun.... Siang pun begitu Ku berpikir mungkin ini kala siang Saat orang-orang sedang lelah-lelahnya Ternyata.... Sore pun begitu Ku menghela nafas, Sesaat ku bergumam apa hidupmu baik-baik saja? Entahlah... Mungkin saat malam tiba. Itu pun tak

pasti

Melihat Huruf Indrawana Sinaga

Hamparan tak terkira huruf Lahaplah dengan kedua mata Banyak hal belum terduga olehmu Takkan ditemui jika hanya diam Hamparan melimpah ruah Takkan berhenti kecuali alam mati Nikmati, nikmati, jangan sia-siakan Rabalah dengan penglihatan Dari situ kau belajar dunia Dari situ kau mengenal cinta Akan ada beda dengan yang diam Otaknya sempit Matanya tertutup

45

Page 49: BULETIN KAJI - lkmunj.orglkmunj.org/wp-content/uploads/2017/09/PDF-Buletin-LKM-2017.pdf · Bernalar Lewat Komik (11), Mencari Arti Dari Mem baca (14), Imajinasi Di Atas Kertas Tertulis

The truth may be puzzling. It may take same work to grapple with. It may be

counterintuitive. It may contradict deeply held prejudices. It may not be

consonant with what we want to be true. But our preferences do not

determine what’s true. – Carl Sagan