LKM individu

22
LEMBAR KERJA INDIVIDU MAHASISWA (LKIM B2) TEMA SUPERVISI PENDIDIKAN DAN ANAK LUAR BIASA 1. Pengertian supervisi pendidikan Istilah supervisi telah lama dikenal dan dibacakan dalam dunia pendidikan dan dibicarakan dalam dunia pendidikan terutama di negara negara maju. Dalam dictionary of education (Good, 1973) merumuskan rumusan yang mengandung makna bahwa supervisi merupakan usaha yang dilakukan oleh para pembina pendidikan dengan maksud menumbuhkan kepemimpinan guru sebagai upaya usaha perbaikan pengajaran. Acheson dan Gall (1980) merumuskan tentang supervisi, rumusan ini menekankan bahwa supervisi merupakan bantuan kepada guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal. Sutisna (1987) mengemukakan rumusan bahwa supervisi ialah suatu bentuk pelayanan, bantuan profesional, atau bimbingan bagi guru- guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampuan guru hendaknya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran merupakan usaha atau kegiatan pemberian pembinaan dan bimbingan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya. Dengan pembinaan, bimbingan, dan pelayanan profesional yang intensif dan efektif, kemampuan dan keterampilan mengajar guru akan meningkat yang pada gilirannya dapat pula memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas hasil belajar murid di sekolah. Untuk memudahkan memahami supervisi pengajaran, pengertian supervisi dirumuskan secara sederhana yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki

description

profesi keguruan

Transcript of LKM individu

Page 1: LKM individu

LEMBAR KERJA INDIVIDU MAHASISWA (LKIM B2)TEMA

SUPERVISI PENDIDIKAN DAN ANAK LUAR BIASA

1. Pengertian supervisi pendidikan Istilah supervisi telah lama dikenal dan dibacakan dalam dunia pendidikan dan

dibicarakan dalam dunia pendidikan terutama di negara negara maju. Dalam dictionary of education (Good, 1973) merumuskan rumusan yang mengandung makna bahwa supervisi merupakan usaha yang dilakukan oleh para pembina pendidikan dengan maksud menumbuhkan kepemimpinan guru sebagai upaya usaha perbaikan pengajaran. Acheson dan Gall (1980) merumuskan tentang supervisi, rumusan ini menekankan bahwa supervisi merupakan bantuan kepada guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal. Sutisna (1987) mengemukakan rumusan bahwa supervisi ialah suatu bentuk pelayanan, bantuan profesional, atau bimbingan bagi guru-guru dan dengan melalui pertumbuhan kemampuan guru hendaknya meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran merupakan usaha atau kegiatan pemberian pembinaan dan bimbingan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya. Dengan pembinaan, bimbingan, dan pelayanan profesional yang intensif dan efektif, kemampuan dan keterampilan mengajar guru akan meningkat yang pada gilirannya dapat pula memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas hasil belajar murid di sekolah.

Untuk memudahkan memahami supervisi pengajaran, pengertian supervisi dirumuskan secara sederhana yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran. Oleh karena itu, kegiatan supervisi pengajaran memberikan perhatian yang sungguh-sungguh pada peningkatan kemampuan profesional atau peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar guru.

Sesuai dengan definisi dari dictionary of education (Good, 1973 yang mengandung makna bahwa supervisi merupakan usaha yang dilakukan oleh para pembina pendidikan dengan maksud menumbuhkan kepemimpinan guru sebagai upaya perbaikan pengajaran, dalam islam kepemimpinan dalam adalah merupakan Sunnatullah / ketetapan dari Allah SWT. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an : QS. Al-Baqarah Ayat 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Page 2: LKM individu

Nabi Muhammad SAW Bersabda : “Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya (rakyat). Seorang perempuan/ibu adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya; ia bertanggung atas kepemimpinannya. Seorang pelayan/hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar).

2. Fungsi dan tujuan supervisi

Pidarta (1986) mengelompokkan fungsi supervisi sebagai berikut: 1) fungsi utama, ialah membantu sekolah yang sekaligus pemerintah dalam

usaha mencapai tujuan pendidikan, yaitu membantu perkembangan individu pada siswa.

2) Fungsi tambahan, ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat mempelopori kemajuan masyarakat.

Wiles dan Lovell (1975) mengemukakan tujuh macam kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai fungsi supervisi pengajaran, yaitu:

1) Goal development (mengembangkan tujuan) 2) Program development (mengembangkan program) 3) Control and coordination (koordinasi dan kontrol) 4) Motivation (motivasi) 5) Problem solving (pemecahan masalah) 6) Professional development (mengembangkan kemampuan profesional) 7) Evaluation of education outcome (mengevaluasi keluaran pendidikan)

Sutisna (1987) menguraikan secara singkat fungsi supervisi pengajaran, yaitu:

a. Supervisi sebagai penggerak perubahan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan belajar mengajar di sekolah

merupakan kegiatan atau usaha yang ditujukan untuk menghasilkan perubahan perilaku manusia, baik secara individual maupun secara kelompok yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu; “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.

Penegasan dalam Undang-Undang tersebut pada hakekatnya mengandung makna bahwa pendidikan itu adalah kegiatan untuk menghasilkan suatu perubahan sesuai dengan apa yang dikehendaki atau

Page 3: LKM individu

tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah dimana murid atau peserta didik dapat tumbuh, berkembang, dan berubah menjadi manusia atau pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Perubahan dalam arti meningkatkan kemampuan profesional guru dapat dicapai melalui berbagai cara, misalnya: penataran, seminar, simposium, bimbingan, diskusi ilmiah, kepelatihan pengajaran, pertemuan profesional, dan sebagainya.

b. Supervisi sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran Guru memegang posisi kunci dalam pelaksanaan dan keberhasilan

pengajaran di sekolah. Penyusunan program pelayanan supervisi pengajaran seyogianyaa memprioritaskan pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional guru.

c. Supervisi sebagai keterampilan dalam hubungan manusia Fungsi supervisi sebagai keterampilan dalam hubungan manusia

mengandung makna bahwa pelayanan supervisi pengajaran menitikberatkan pada unsur manusianys.

d. Supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif Cara yang dapat ditempuh dalam mengembangkan kepemimpinan

kepada guru, antara lain:a) Mengikutsertakan guru dalam penyusunan program sekolahb) Mengadakan pertemuan-pertemuan profesional antara guru-guruc) Mengikutsertakan guru dalam penilaian program sekolah.

Dengan demikian maka tugas seorang supervisor bukanlah untuk ‘mengadili’ tetapi untuk membantu, mendorong, dan memberikan keyakinan kepada guru, dalam proses belajar-mengajar dapat dan harus diperbaiki. Pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan guru harus dibantu secara profesional sehingga guru tersebut dapat bertumbuh dalam pekerjaannya.

Ada dua jenis supervisi dilihat dari peranannya dalam perubahan, yaitu:

(1) Supervisi traktif, artinya supervisi yang hanya berusaha melakukan perubahan kecil karena menjaga kontinuitas, misalnya dapat dilihat dari kegiatan rutin seperti pertemuan rutin dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan-kesulitan kecil, memberikan informasi tentang prosedur yang telah disepakati dan memberikan arahan dalam prosedur standar operasi dalam suatu kejadian.

(2) Supervisi dinamik, yaitu supervisi yang diarahkan untuk mengubah secara lebih intensif praktik-praktik pengajaran tertentu. Tekanan dalam perubahan pada diskontinuitas gangguan terhadap praktik yang ada

Page 4: LKM individu

sekarang untuk diganti dengan yang baru program demikian merupakan program baru yang mempengaruhi perilaku murid guru dan semua personel sekolah.

3. Peranan pengawas dan kepala sekolah dalam supervisiTelah diungkapkan bahwa pihak yang paling berkompeten untuk mengadakan

pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional guru adalah pengawas dan kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervisor pengajaran. Mereka harus senantiasa berusaha memberikan pembinaan dan bantuan kepada guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Namun, disadari bahwa pengawas dan kepala sekolah tidak dapat memusatkan perhatian sepenuhnya kepada kegiatan tersebut, mengingat mereka mempunyai peran ganda, yaitu peranan eksekutif dan peranan kepemimpinan.

Kedua peranan tersebut di atas mempunyai titik perhatian yang berbeda. Peran ganda pengawas dan kepala sekolah tercermin pada deskripsi tugas dan fungsinya masing-masing yang digariskan Departemen Pendidikan Nasional. Fungsi dan tugas pengawas tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 0304/G/1984 sebagai berikut: 1) Menyusun rencana kegiatan tahunan. 2) Mengendalikan termasuk membimbing pelaksanaan kurikulum yang meliputi isi,

metode penyajian, dan penggunaan alat bantu pengajaran agar berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Mengendalikan termasuk tenaga teknis. 4) Mengendalikan termasuk membimbing tatausaha yang meliputi urusan

kepegawaian, keuangan, dan perkantoran agar berjalan dengan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Mengendalikan termasuk membimbing pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sarana dan wajib belajar serta menjaga kualitas sarana sekolah agar memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.

6) Menilai hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketepatan dan waktu.7) Mengendalikan termasuk membimbing hubungan kerjasama dengan instansi

pemerintah dan masyarakat antara lain pemerintah daerah, dunia usaha, dan badan pembantu penyelenggaraan pendidikan.

8) Menilai pemanfaatan sarana dan wajib belajar. 9) Menilai efisiensi dan efektivitas tatausaha. 10) Menilai hubungan dengan instansi pemerintah dan masyarakat dan badan

pembantu penyelenggaraan pendidikan. 11) Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Kantor

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan baik tingkat kecamatan dan diteruskan kepada Kantor Depdiknas Kabupaten/Kotamadya.

Page 5: LKM individu

Sedangkan tugas kepala sekolah mencakup tugas administratif dan tugas sebagai supervisor pengajaran. Selaku supervisor pengajaran ada lima peran yang langsung berkaitan dengan pekerjaan guru-guru yaitu:

1) Mengikuti perkembangan masalah-masalah dan gagasan-gagasan pendidikan dan pengajaran mutakhir, baik yang berkaitan dengan teori umum maupun yang berkaitan dengan praktik.

2) Mengusahakan sumber-sumber profesional baik sumber manusia (narasumber) maupun sumber material (buku-buku dan alat pengajaran) yang mudah diperoleh guru.

3) Mengadakan latihan dan pengembangan untuk membantu guru dalam menguasai keterampilan keterampilan baru yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran.

4) Mengadakan observasi dan evaluasi terhadap proses belajar mengajar dalam upaya perbaikan pengajaran.

5) Memotivasi mendorong guru-guru untuk mempraktikkan ide-ide baru yang dianggap baik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

Tugas supervisor menurut Harris (1975) adalah membantu guru dalam hal:

1) Pengembangan kurikulum. Supervisor membantu pelaksanaan penyesuaian dan perancangan pengalaman belajar dengan keadaan lingkungan dan siswa, membantu dalam penyusunan penyusunan panduan dalam pelaksanaan kurikulum, menentukan satuan pelajaran dan merancang muatan lokal dan merancang kegiatan ko dan ekstra kurikuler.

2) Pengorganisasian pengajaran. Tugas supervisor membantu pelaksanaan pembelajaran agar siswa, guru, tempat dan bahan pengajaran sesuai dengan waktu yang tersedia sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan misalnya mengelompokkan siswa, merencanakan jadwal belajar, mengatur ruangan, mengalokasikan waktu mengajar, dan merencanakan tim pengajar.

3) Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rancangan pembelajaran. 4) Perancangan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan

kurikulum. 5) Perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan

untuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran. 6) Pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar

mengajar. 7) Pengkoordinasian antara kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan lain lain

yang diberikan sekolah/lembaga pendidikan kepada siswa. 8) Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan mengusahakan lalulintas

informasi yang bebas tentang hal yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran.

9) Pelaksanaan evaluasi pengajaran, terutama dalam perencanaan, pembuatan instrumen, pengorganisasian dan penetapan prosedur untuk pengumpulan data

Page 6: LKM individu

analisis dan interpretasi hasil pengumpulan data dan pembuatan keputusan untuk perbaikan proses pengajaran.

kesembilan tugas tersebut apabila disusun berdasarkan urutannya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu tugas-tugas pendahuluan, tugas operasional, dan tugas pengembangan.

Di dalam Islam, fungsi pengawasan dapat terungkap pada ayat-ayat di dalam al Qur’an surat As-Shof ayat 3: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang yang mengabaikan pengawasan terhadap perbuatannya.

Beberapa hadits Rasulullah Saw juga menganjurkan perlunya melaksanakan pengawasan atau evaluasi dalam setiap pekerjaan. Ajaran Islam sangat memperhatikan adanya bentuk pengawasan terhadap diri terlebih dahulu sebelum melakukan pengawasan terhadap orang lain. Hal ini antara lain berdasarkan hadits Rasulullah Saw sebagai berikut:

( أعمالكم ونوا بحاسبوا أن قبل أنفسكم حاسبواالحديث ( توزن أن قبل

Artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR. Tirmidzi: 2383).

4. Teknik-teknik supervisi Teknik supervisi pembelajaran merupakan strategi yang dapat digunakan

pengawas dan kepala sekolah dalam memberikan pelayanan dan pembinaan profesional kepada guru. Beberapa teknik supervisi pengajaran adalah sebagai berikut:

1) Kunjungan kelas Kunjungan kelas merupakan teknik supervisi pengajaran yang sangat

efektif untuk mendapatkan data dan informasi tentang masalah atau kesulitan-kesulitan yang dialami dan dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dengan pelaksanaan kunjungan kelas, pengawas dan kepala sekolah secara langsung mengamati guru mengajar, sehingga dapat memonitoring tentang pendekatan dan metode mengajar yang dipergunakan, alat bantu pengajaran, penerapan keterampilan dasar mengajar, dan sebagainya.

Hasil kunjungan kelas atau observasi kelas tersebut, pengawas atau kepala sekolah bersama guru dapat merencanakan dan menyusun program pelayanan supervisi pengajaran atau program pelayanan profesional kepada guru-guru. Tujuan kunjungan kelas ialah menolong guru-guru dalam pemecahan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan ialah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan

Page 7: LKM individu

bagaimana guru membimbing murid-muridnya (Sahertian dan Mataheru, 1981).

2) Pembicaraan individualTeknil ini biasanya merupakan kelanjutan dari kunjungan kelas atau

observasi kelas yang telah dilakukan baik oleh pengawas, maupun oleh kepala sekolah. Pembicaraan individual dapat dilakukan pula atas permintaan guru yang memerlukan bantuan dan bimbingan dari pengawas atau kepala sekolah sebagai supervisor. Masalah yang mungkin dipecahkan melalui pembicaraan individual bisa macam-macam masalah yang bertalian dengan mengajar. Kebutuhan yang dirasakan oleh guru, dengan pilihan dan pemakaian alat pengajaran, teknik dan prosedur, atau masalah yang oleh kepala sekolah dipandang perlu untuk dimintakan pendapat guru.

3) Diskusi kelompok Diskusi merupakan pertukaran pendapat atau pandangan tentang

masalah untuk dipecahkan bersama. Menurut Sutisna (1987), diskusi kelompok dimaksudkan suatu kegiatan di mana sekelompok orang berkumpul dalam situasi bertatap muka atau berusaha untuk mencapai suatu keputusan tentang masalah bersama.

Teknik diskusi kelompok dapat berbentuk diskusi panel, seminar, lokakarya, dan sebagainya yang tujuannya untuk bersama-sama membicarakan masalah tertentu. Pertemuan tersebut sangat penting dalam melaksanakan supervisi pengajaran, karena dapat membawa guru ke dalam situasi dan suasana kebersamaan sebagai salah satu kebutuhan manusia.

4) Demonstrasi mengajar Demonstrasi mengajar merupakan penampilan mengajar yang

diperuntukkan bagi sekelompok guru dengan maksud berusaha memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik. Demonstrasi mengajar dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, guru, atau seseorang yang dianggap mampu melakukannya dengan baik. Sebaliknya setelah selesai demontrasi mengajar, juga diadakan diskusi agar guru-guru dapat menanyakan hal hal yang belum dipahami dalam penampilan tersebut.

5) Kunjungan kelas antara guru Teknik ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan profesional guru dalam pelaksanaan pengajaran, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati penampilan mengajar teman sejawatnya. Dengan kunjungan kelas antar guru, dapat terjadi saling menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, serta saling belajar diantara mereka. Tetapi harus diingat bahwa pelaksanaan kunjungan kelas antar guru harus terlebih dahulu direncanakan dengan baik agar tujuan dapat tercapai secara efektif.

6) Perpustakaan profesional Perpustakaan profesional sekolah merupakan sumber ilmu

pengetahuan dan keterampilan mengajar yang sangat penting dalam upaya

Page 8: LKM individu

pertumbuhan profesional guru. Karena salah satu ciri profesional guru adalah adanya keinginan dan kesadaran untuk belajar terus demi perbaikan tugas mengajar yang dibebankan kepadanya. Menurut Sutisna (1987) bahwa perpustakaan professional menyediakan tidak saja satu sumber informasi, tetapi ia juga suatu rangsangan bagi kepuasan pribadi. Buku tentang pandangan profesional, bacaan suplementer yang lebih baru, majalah profesional yang banyak jumlahnya hendaknya tersedia bagi semua guru. Penggunaan teknik ini didasarkan dan disesuaikan dengan masalah yang muncul dan tujuan yang dicapai.

Supervisi klinis. pembentukan dan pengembangan kemampuan mengajar merupakan suatu proses yang berlanjut mulai dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pendidikan prajabatan, dilanjutkan dengan pembinaan dan pengembangan di lapangan sebagai pendidikan dalam jabatan, bahkan mungkin pula dilakukan dengan pendidikan lanjutan. Pembentukan dan pengembangan kemampuan mengajar di LPTK dimulai dengan pembekalan pengalaman lapangan secara berlapis berulang.

Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan

mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan

serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta

bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional(Sahertian, 2008: 36).

Pengertian diatas supervisi klinis bisa diartikan sebagai salah satu bantuan

yang dilakukan oleh supervisor untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengajar

dengan cara pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang bagaimana

penampilan mengajar guru yang bertujuan untuk melakukan perubahan atau

mengembangkan metode pembelajaran.

5. pengertian anak luar biasa Ada tiga pengertian tentang anak luar biasa yang sering membingungkan,

yaitu: (a) pengertian tentang anak cacat atau anak yang menyandang ketunaan (handicapped children), (b) pengertian tentang anak luar biasa atau anak berkelainan (exceptional children), dan (c) pengertian anak berkebutuhan khusus (children with special need).

Dengan adanya sekolah-sekolah luar biasa (SLB) yang terdiri dari murid-murid anak cacat mungkin menyebabkan banyak orang memiliki pemahaman yang keliru tentang pengertian anak luar biasa yang dipandang identik dengan anak cacat. Padahal, anak luar biasa, anak berkelainan, atau anak berkebutuhan khusus memiliki arti generik, di dalamnya mencakup anak cacat atau anak penyandang ketunaan yang memerlukan pelayanan khusus. Anak yang memiliki kecerdasan luar biasa tinggi atau anak yang mempunyai bakat khusus di bidang musik yang luar biasa hebat, misalnya:

Page 9: LKM individu

termasuk anak luar biasa atau anak berkelainan tapi bukan anak cacat. Sebaliknya, anak yang berkecerdasan rendah, atak buta, atau anak tuli termasuk anak luar biasa atau anak berkelainan sekaligus juga anak cacat.

Anak berkesulitan belajar meskipun intelegensinya berada pada taraf rata-rata disebut anak luar biasa atau anak berkelainan karena memerlukan pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa untuk mengoptimalkan prestasi belajarnya. Ditinjau dari sudut statistik yang dimaksud dengan anak luar biasa ialah mereka yang menyimpang dari kriteria normal atau rata-rata penyimpangan tidak hanya ke bawah tapi juga ke atas rata-rata rata. Jadi secara statistik yang dimaksud dengan anak luar biasa atau anak berkelainan (anak berkebutuhan khusus) ialah anak yang menyimpang dari kriteria normal atau rata-rata baik penyimpangan ke atas maupun ke bawah. Sedangkan anak penyandang ketunaan atau cacat adalah yang menyimpang ke bawah dari kriteria normal.

Krik dan Gallager (1979) mengemukakan definisi anak luar biasa sebagai anak yang menyimpang dari rata-rata normal dalam: karakteristik mental, kemampuan sensori, karakteristik neurotik atau fisik, perilaku sosial atau kemampuan berkomunikasi, dan gangguan dari variabel tersebut (campuran dari hal tersebut). Karena penyimpangan tersebut, maka anak luar biasa memerlukan modi fikasi pelaksanaan sekolah dalam bentuk pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa, untuk mengembangkan kapasitas (potensinya) secara optimum.

Dapat disimpulkan bahwa meskipun anak memiliki penyimpangan, anak tersebut tidak dapat digolongkan anak luar biasa atau berkelainan atau anak berkebutuhan khusus jika tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa untuk mengembangkan kapasitas potensinya secara optimum. Anak yang di amputasi kakinya atau dipotong telinganya karena sesuatu penyakit tidak dapat digolongkan anak luar biasa jika tidak memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan kapasitasnya atau potensinya secara optimum.

Allah SWT tidak membedakan anak berkebutuhan khusus dan anak lain karena Allah SWT tidak melihat manusia dari fisik. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat ayat 13 yang artinya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”.

6. Landasan dan perkembangan pendidikan anak luar biasa1) Landasan

Ada 4 landasan yang menjadi bahasan pada bagian ini, yaitu: (a)landasan idiil atau filosofis, (b) landasan yuridis formal, (c) landasan religi, dan (d) landasan empirik.

a. Landasan idiil atau filosofis Pendidikan umumnya mencerminkan pandangan atau filsafat hidup

suatu masyarakat. Pendidikan diarahkan membentuk individu, misalnya di

Page 10: LKM individu

negara yang menganut filsafat pancasila, pendidikan diorganisasikan untuk mencapai tujuan akhir eksistensi manusia yaitu manusia pancasila. Tujuan tersebut selaras dengan dasar negara Republik Indonesia, yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Landasan yuridis formal Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan bahwa

salah satu tujuan dari pembentukan negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 BAB XII Pasal 31 ayat (1) dinyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan pada ayat (2) dinyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan UUD 1945 tersebut maka pada hakikatnya yang tidak terdapat perbedaan hak hak untuk memperoleh pendidikan pengajaran antara warga negara dan warga negara yang tergolong luar biasa termasuk yang tergolong cacat.

Bertolak dari undang undang dasar 1945 BAB XII Pasal 31 ayat (2) maka disusunlah Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang sering disingkat dengan USSPN. Dalam UUSPN pasal 8 ayat 1 dinyatakan bahwa warga negara yang berkelainan fisik dan atau mental memperoleh pendidikan luar biasa. Pada ayat 2 disebutkan dinyatakan bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Berdasarkan hal tersebut maka turunlah Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 pada pasal 4, dinyatakan bahwa bentuk satuan pendidikan dasar bagi anak berkelainan adalah SDLB (sekolah dasar luar biasa) dan SLTPLB (sekolah lanjutan tingkat pertama luar biasa). Dalam peraturan pemerintah nomor 29 pasal 4 disebutkan bahwa bentuk satuan pendidikan menengah bagi berkah lain adalah SLB (sekolah menengah luar biasa).

Berdasarkan USPN pasal 8 ayat 1 maka turunlah peraturan pemerintah nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar iasa. Dalam pp nomor 72 tahun 1961 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan luar biasa adalah pendidikan diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental. Adapun yang dimaksud dengan kelainan fisik dan atau mental dijelaskan pada bab III pasal 3 ayat 1 hingga ayat 5 secara lengkap berbunyi sebagai berikut: jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik atau mental atau perilaku, kelainan fisik meliputi tuna netra tuna rungu dan tuna daksa, kelainan mental meliputi tuna grahita dan tuna grahita sedang, kelainan perilaku meliputi tunalaras, dan peserta didik dapat juga berwujud sebagai kelainan ganda.

Page 11: LKM individu

Mengenai USBM pasal 8 ayat 2 yang menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus, hingga saat ini belum ada peraturan yang mengaturnya. Bagaimanapun juga landasan pendidikan bagi anak berbakat atau yang dalam disebut warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa telah ada dan perlu dikembangkan.

c. Landasan religi Tampaknya semua agama sangat menekankan pentingnya pendidikan

termasuk di dalamnya pendidikan bagi anak luar biasa. Di indonesia cukup banyak lembaga-lembaga pendidikan yang diselenggarakan atas dasar religi atau agama tertentu. Lembaga pendidikan luar biasa meskipun didirikan atas religi atau agama yang berbeda tujuannya adalah sama, yaitu berusaha mengaktualisasikan semua potensi kemanusiaan yang ada pada peserta didik tingkat taraf yang optimal secara terintegrasi.

Dalam kitab suci agama islam Al quran, dalam surat az zukhruf ayat 32 disebutkan: “mengapa mereka harus menentukan pemberian rahmat Tuhanmu, padahal Kamilah yang berwenang membagi-bagikan karunia di antara mereka dalam hidup ini. Dan Kami pula yang berwenang mengangkat sebagian mereka atas yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain dalam rangka saling membutuhkan. Namun rahmat Tuhanmu lebih berharga dari harta yang mereka kumpulkan.”

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan potensi yang berbeda-beda, satu sama lain dapat saling memberikan urunan dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil (khalifah) Tuhan di muka bumi ini sesuai dengan kapasitas potensi masing-masing.

Di dalam Al quran surah an-nisa ayat 9 menyebutkan bahwa orang-orang hendaklah takut pada Allah, andaikata sesudah wafatnya meninggalkan keturunan yang lemah, di mana mereka khawatir nasib mereka terlunta-lunta, mereka bertakwa kepada allah yang mengucapkan kata-kata yang lemah lembut.

Ayat ini juga mengisyaratkan keharusan memberikan pendidikan kepada anak-anak luar biasa agar mereka menjadi mandiri dan tidak hidup terlunta-lunta. Karena itu, betapapun sulitnya memberikan pendidikan kepada anak luar biasa, tugas itu harus dilaksanakan dengan penuh taqwa.

d. Landasan empirikSebagai disiplin ilmu yang otonom, ortopedagogik melakukan

penelitian-penelitian empirik yang hasilnya digunakan sebagai landasan tindakan-tindakan ortopedagogik. Meskipun demikian, banyak hasil penelitian empiris dari disiplin ilmu lain yang dapat digunakan sebagai landasan tindakan ortopedagogik. Hasil-hasil penelitian tersebut umumnya berasal dari ilmu kedokteran dan biologi disebut ilmu-ilmu penunjang ortopedagogik. Pemakaian hasil-hasil penelitian empirik semacam itu tidak

Page 12: LKM individu

mengurangi otonomi suatu disiplin ilmu karena masing-masing memiliki asumsi dan objek telah berbeda-beda. Hasil penelitian tentang struktur otak anak berbakat misalnya, dapat digunakan dalam tindakan tentang bagaimana memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat. Hasil penelitian psikologis tentang anak autisme, dapat digunakan sebagai landasan dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak luar biasa. Jenis autisme tersebut. Dengan demikian, hasil-hasil penelitian empirik baik yang dilakukan oleh ilmuan ortopedagogik, ilmuwan dari disiplin ilmu lain yang menunjang ortopedagogik, dapat digunakan sebagai landasan tindakan ortopedagogik.

2) Perkembangan pendidikan anak luar biasa a. Perkembangan di dunia

perhatian manusia terhadap pendidikan bagi anak luar biasa atau anak berkelainan relatif masih baru. Penggunaan istilah anak luar biasa atau kelainan itu sendiri menurut kirk (1962) telah mencerminkan suatu perubahan radikal. Menurut Amin dan Dwijo Sumarto (1997) ada tiga fase perkembangan pendidikan bagi anak berkelainan, yaitu, fase pengabaian, fase pemberian perlindungan, dan fase pmberian pendidikan (terdiri dari sub-fase, sub-fase pemberian pendidikan secara terpisah dari anak-anak pada umumnya, dan sub-fase pemberian pendidikan secara terintegrasi dengan anak normal).

Nabi Muhammad di Arab telah mempelopori penyantunan bagi orang-orang miskin dan memberikan perlakuan lemah lembut dan perlindungan bagi penyandang cacat mental. Nabi muhammad juga memerintahkan agar penyandang tunanetra pergi ke masjid bersama-sama orang lain yang awet untuk melakukan sembahyang. Setelah Nabi Muhammad wafat, umat islam di Arab mendirikan rumah sakit yang pertama di dunia.

Pemberian pendidikan bagi anak luar biasa dimulai sekitar tahun 1500 masehi hingga tahun 1800 di Amerika serikat. Belum ada lembaga pendidikan bagi anak luar biasa pada dekade pertama abad 19. pendidikan anak berbakat di Amerika serikat didorong oleh keberhasilan Uni Soviet meluncurkan sputniknya yang pertama pada saat itu bangsa Amerika Serikat merasa tertantang untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ilmu dan teknologi. Cara yang dianggap efektif untuk mengejar ketertinggalan tersebut adalah menjadikan pendidikan luar biasa kepada anak-anak berbakat.

b. Perkembangan di indonesia Perkembangan pendidikan anak luar biasa di indonesia pada

hakekatnya tidak berbeda dari pendidikan anak luar biasa di dunia. Tempat khusus bagi anak buta, lumpuh, miskin, dan sebagainya didirikan untuk pertama kalinya oleh raja-raja setelah masuknya agama islam. Pendidikan formal pertama untuk anak tunanetra didirikan di Bandung pada tahun 1901 dan disusul oleh sekolah untuk anak-anak Belanda yang tergolong tunagrahita pada tahun 1927. Pada tahun 1930 berdiri perkumpulan yang

Page 13: LKM individu

mengusahakan pendidikan luar biasa bagi anak tunarungu meskipun demikian, pada masa pendudukan Jepang, pada perang dunia 2 usaha usaha untuk mendirikan pendidikan luar biasa menjadi musnah. Setelah indonesia merdeka, Indonesia mendirikan lembaga pendidikan khusus yang dipersiapkan untuk mengajar anak-anak luar biasa yang disebut SGPLB.

Guru pendidikan luar biasa pada dekade 60, universitas mulai dibuka jurusan pendidikan luar biasa atau jurusan pendidikan khusus munculnya SGPLB dan jurusan PLB maka mulai banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan luar biasa baru di seluruh indonesia. Dalam melaksanakan wajib belajar bagi seluruh anak usia sekolah indonesia termasuk anak luar biasa, pemerintah telah menetapkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 002/0/1986, tanggal 4 januari 1986 tentang pendidikan terpadu. Dengan keputusan tersebut, maka semua anak indonesia yang tergolong normal maupun luar biasa memperoleh kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan di sekolah.

7. Kecenderungan baru pendidikan anak luar biasa1) Dasar falsafah normalisasi

Untuk keperluan pembelajaran, sering dilakukan pengelompokan atas dasar kondisi dan potensi anak, meskipun telah dilakukan pengelompokan tidak pernah ada dua anak dalam kelompok yang sama memiliki kepribadian sama. Anak merupakan individu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain meskipun ada pengelompokan berdasarkan kemampuan, tiap anak tetap memiliki karakteristik individual sehingga pembelajaran harus memperhatikan karakteristik individu tersebut. Pengelompokan anak atas dasar kondisi dan potensi tertentu sering dianggap kurang sesuai dengan pandangan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, banyak yang kurang setuju dengan pendidikan segregatif yaitu memisahkan anak luar biasa dari anak normal.

Pemisahan anak luar biasa dengan anak normal untuk keperluan pembelajaran yaitu untuk meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran dapat diterima, tetapi tidak untuk pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan sering tidak dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang dapat diamati dan diukur seperti halnya tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tujuan pendidikan hanya dapat dicapai jika proses pendidikan termasuk proses pembelajaran, berada dalam suasana atau dijiwai oleh landasan filosofis suatu bangsa manusia diciptakan dengan potensi berbeda-beda. Perbedaan potensi tersebut dimaksudkan agar dapat saling menolong berdasarkan potensi masing-masing. Pendidikan segregatif dapat menghambat kegiatan saling menolong antara anak yang satu dengan yang lain sehingga dipandang bertentangan dengan maksud penciptaan manusia yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Pendidikan yang dipandang sesuai dengan maksud penciptaan manusia dalam pendidikan yang memadukan anak normal dengan anak luar biasa yang memungkinkan mereka dapat berinteraksi.

2) Dasar operasional pendidikan terpadu

Page 14: LKM individu

Usaha untuk memajukan pendidikan anak luar biasa dengan anak normal bukan merupakan ide baru. Pendidikan yang segera pada hakekatnya adalah jawaban atas kesulitan yang dihadapi yang oleh para pendidik untuk memandu anak luar biasa dengan anak normal. Ide pendidikan terpadu atau normalisasi pendidikan bagi anak luar biasa pada hakekatnya mengembalikan manusia pada masalah klasik. Yaitu kesulitan menyelenggarakan pendidikan bagi anak luar biasa dengan anak normal. Agar anak luar biasa bisa bersosialisasi dengan lebih mudah maka pendidikan bagi mereka perlu diintegrasikan dengan anak anak normal dalam suatu pendidikan terpadu atau mainstreaming.

Pendidikan terpadu atau mainstreaming adalah suatu program sosial, instruksional, dan temporal anak-anak luar biasa dengan anak-anak normal, yang diukur secara individual, yang memerlukan klasifikasi, tanggung jawab koordinasi dalam penyusunan program oleh tim dari berbagai profesi dan disiplin ilmu. Pendidikan terpadu menuntut tersedianya lingkungan belajar dari yang paling tidak membatasi hingga yang paling membatasi anak berkelainan.