BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

28
BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI V. PENGARUH GEOLOGI, SOSIAL, EKONOMI, ADAT ISTIADAT DAN AGAMA TERHADAP TAMAN TRADISIONAL BALI VI. TANAMAN UPAKARA DAN USADA PADA TAMAN TRADISIONAL BALI OLEH : SANG MADE SARWADANA `dkk PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSEKAP FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 30 APRIL 2015

Transcript of BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Page 1: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

BUKU

TAMAN TRADISIONAL BALI

V. PENGARUH GEOLOGI, SOSIAL, EKONOMI, ADAT

ISTIADAT DAN AGAMA

TERHADAP TAMAN TRADISIONAL BALI

VI. TANAMAN UPAKARA DAN USADA PADA TAMAN

TRADISIONAL BALI

OLEH : SANG MADE SARWADANA

`dkk

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSEKAP

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

30 APRIL 2015

FORM : I

Page 2: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

V. PENGARUH GEOLOGI, SOSIAL, EKONOMI, ADAT

ISTIADAT DAN AGAMA

TERHADAP TAMAN TRADISIONAL BALI

Bali merupakan pulau yang memiliki keindahan bentang alam atau

lansekap yamg sangat banyak dan memiliki nilai estetika, keadaan alam

pulau Bali yang seperti ini tidak terlepas dari letak gerorafis pulau Bali

yang strategis, sehingga keindahan alam yang begitu beragam dan

dibalut oleh budaya masyarakat bali yang terdiri dari banyak budaya yang

dipengaruhi oleh kehidupan religi masyarakat Bali yang mayoritas

beragama Hindu.

Keberadaan Taman Tradisional Bali sangat dipengaruhi oleh

faktur-faktor yang menjadi elemen baik elemen keras (hard scape)

maupun elemen lunak (soft scape) serta mandukung filosofi, karakter,

estetika , unsur-unsur desain, prinsip desain, faktor desain dan aspek-

aspek desain dari taman tradisonal Bali tersebut. Faktor-faktor tersebut

adalah faktor Geologi, Sosia, Ekonnomi, Adat istiadat dan Agama.

Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut akan memberikan

dampak pada keberadaan dari taman tradisional Bali, tergantung pada

situasi dan kondisi yang ada pada setiap kabupaten. Perkembangan

parawisata di Bali sangat besar pula pengaruhnya terhadap perkembangan

keberadaaan taman tradisional Bali.

5.1 Keaadaan geografis

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48"

Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Relief dan

topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang

memanjang dari barat ke timur.

Page 3: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

Utara : Laut Bali

Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Selatan : Samudera Indonesia

Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Kabupaten dan Kota di Bali

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan

kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung,

Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar

yang juga merupakan ibukota provinsi.

Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil

lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan

di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota

Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng.

Keadaan Penduduk

Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas

92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam, Protestan,

Katolik, dan Buddha. Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga

hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi

seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali,

dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.

5.2 Pengaruh Budaya

5.2.1 Budaya dan Kebudayaan

Page 4: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan

sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kata

budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian

kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk

pada pola pikir manusia.

Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan kebudayaan sebagai

keseluruhan sistem mencakup segala hal yang merupakan hasil

cipta, karsa, dan karya manusia yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar. Karya yaitu masyarakat yang menghasilkan

teknologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada

keperluan masyarakat. Rasa atau karsa yang meliputi jiwa manusia

yaitu kebijaksanaan yang sangat tinggi di mana aturan

kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan nilai-nilai

sehingga denga rasa itu, manusia mengerti tempatnya sendiri, bisa

menilai diri dari segala keadaannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi

manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh

kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup

manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran

didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan

dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling

berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk

budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral

dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-

Page 5: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai

manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia

juga tidak dapat lepas dari nilai- nilai budaya yang berlaku. Sebuah

masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-

individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan

masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan

individunya.

Dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang dianut

masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku

sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain

terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai

tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda

tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau

salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.

5.2.2 Budaya Nasional

Secara umum, budaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu

budaya daerah dan budaya nasional. Budaya daerah adalah suatu

kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan

secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi

berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah

muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan

kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan

yang membedakan mereka dengan penduduk di wilayah lain.

Budaya daerah sendiri mulai terlihat berkembang di Indonesia pada

zaman kerajaan – kerajaan terdahulu. Itu dapat dilihat dari cara

hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing

Page 6: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain. Dari

bermacam-macam budaya daerah tersebut maka muncullah sesuatu

yang disebut Budaya Nasional.

Budaya nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang

ada di negara tersebut. Budaya daerah yang mengalami asimilasi

dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara akan terus

tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari negara

tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda,

tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi

budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di

negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak

mengesampingkan budaya daerah tersebut. Contohnya Pancasila

sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang

dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti

oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang

membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan

menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya

tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya

dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai

identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR

No.II tahun 1998, yakni:

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar

Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”.

Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin

dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan

daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi

Page 7: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.Definisi yang

diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari pernyataannya:

Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan

daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa

bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili

identitas bersama. Di samping terdapat istilah kebudayaan daerah

dan kebudayaan nasional, juga terdapat istilah kebudayaan

Indonesia. Kebudayaan Indonesia adalah seluruh kebudayaan

nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang

telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

5.2.3 Budaya Bali

Sejarah

BALI berasal dari kata “ Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti

Kekuatandan “Bali” berarti pengorbanan yang berarti supaya kita tidak

melupakan kekuatan kita, Supaya kita selalu siap untuk berkorban.

Bali mempunyai dua orang pahlawan nasional yang sangat berperan

dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti

Ketut Jelantik

Pulau Bali adalah bagian dari kepulauan sunda kecil yang berikota

Denpasar. Tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai tempat seni

terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak dan

Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik

wisata pantai maupun tampat peristirahatan. Suku Bangsa Bali dibagi

menjadi dua , yaitu Bali Aga (penduduk asal Bali yang biasa tinggal di

Daerah Trunyan ) dan Bali Mojopahit (Bali Hindu /Keturunan Bali

Mojopahit)

Unsur-unsur Budaya Bali

Page 8: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

A. Bahasa

Sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia,

sebagian besar masyarakat Bali adalah Bilingual atau bahkan Trilingual .

Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi

masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industry pariwisata.

Bahasa Bali dibedakan menjadi dua, yaitu

1. Bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar dan

2. Bahasa Bali Mojopahit yaitu bahasa Bali yang pengucapannya

lebih halus.

B. Pengetahuan

Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah satu bentuk kesatuan-

kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan tersebut

diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar

dikepalai oleh Klian Bnjar yang bertugas sebagai menyangkut segala

urusandalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,

Tetapi sering kali juga harus memecahkan persoalan yang mencakup ,

adat dan tanah

C. Teknologi

Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang sistem perairan,

yaitu sistem Subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-

sawah. Mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata

yang menyerupai bangunan fengshui. Arsitektur merupakan ungkapan

perlambang komunikatif dan edukatif .Bali juga memiliki senjata

tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut

kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam airputih dapat

menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.

Page 9: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

D. Or ganisasi Sosial

a. Perkawinan

Penarikan garis keturunan dalam masayarakat Bali adalah mengarah pada

Patrilineal . Sistem Kasta sangat mempengaruhi berlangsungnya suatu

perkawinan , karena seorang wanita ynag kastanya lebih tinggi kawin

dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi

suatu penyimpangan , yaitu akan membuat malu keluarga dan

menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita

Di beberapa daerah Bali (tidak semua daerah) berlaku adat penyerahan

mas kawin (petuku luh), tetapi sekarang ini terutama di antara keluarga

orang-orang terpelajar sudah menghilang.

b. Kekerabatan

Adat menetap di Bali setelah menikah mempegaruhi pergaulan

kekerabatan dalam suatu masyarakat .

Ada dua adat menetap yang sering berlaku di Bali yaitu adat

virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap di

sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami, dan adat neo lokal adalah

adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri di tempat kediaman

yang baru

c. Kemasyarakatan

Desa suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat Bali mencakup

pada dua pengertian, yaitu Desa Adat dan Desa Administratif. Keduanya

merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan

keagamaan ataupun adat istiadat , sedangkan desa adalah kesatuan

admibistratif .

Kegiatan Desa Adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan ,

sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan

dan pembangunan.

Page 10: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

E. Mata Pencaharian

Pada u`mumnya masyarakat Balu bermata pencaharian mayoritas

bercocok tanam. Pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik,

peternakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam

masyarakat peddesaan di Bali. baik perikanan darat maupun laut yang

merupakan mata pencaharian sambilan. Kerajinan meliputi kerajinan

pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakan, pabrik

kopi, pabrik rokok dan lain-lain. Usaha dalam bidang ini untuk

memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak

wisatawan mengunjungi Bali, maka timbullah usaha perhotelan, travel

dan toko kerajinan tangan.

F. Relegi

Agama yang dianut oleh sebagian besar orang Baliadalah agama

Hindu sekitar 95% dari penjumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya

adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Kong Hu Cu.

Tujuan hidup agama Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan

kedamaian hidup lahir dan batin. Orang Hindu percaya adanya satu

Tuhan dalam konsep Tri Murti, yaitu wujud Brahma (sebagai pencipa),

Wisnu (Sang Pelindung dan pemelihara) serta wujud Siwa (Sang

Pelebur/Prallina). Tempat beribadah umat Hindu adalah Pura. Tempat

pemujaan untuk leluhur disebut Sanggah, Pura Kawitan, Kitab suci

agama Haindu adalah Weda. Orang yang meninggal dunia pada agama

Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sangat penting untu

membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia. Hari suci agama

Hindu ada yang berdasarkan sasih dan ada pula yang berdasarkan wuku.

Contoh hari raya yang berdasarkan sasih adalah Nyepi dan Siwaratri,

sedangkan contoh hari raya ysng berdasarkan wuku adalah Galungan,

Kuningan, Saraswati, Tumpek Kandang (Tumpek Uye), Tumpek Wariga

(Tumpek Bubuh), Tumpek Wayang dan lain sebagainya. Tiga kerangka

Page 11: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

agama Hindu adalah Tatwa (filsafat), Etika (Susila) dan Upacara (Ritual).

Ada lima macam upacara disebut Panca Yadnya, yaitu Dewa Yadnya,

Resi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya.

Aspek Relegi Pertamanan Tradisional Bali

Seperti diketahui bahwa sarana upakara di Bali (Hindu), terdiri dari air,

daun, bunga, buah dan api. Selain unsur api dan air, selebihnya adalah

merupakan unsur tanaman. Sloka pada Weda V.11.6 berbunyi : “Tvam

agne agniraso guhahitam Anuavidan sinriyanam vane-vane” yang artinya

kurang lebih bahwa tanaman merupakan ciptaan Tuhan untuk menunjang

kebutuhan makhluk hidup termasuk manusia (makan dan keperluan

lainnya). Lebih jauh lontar Bhagawad Gita IX sloka 26 menyebutkan

bunga sebagai unsur pokok dalam upakara selain buah-buahan, daun dan

air yang bunyinya : Pattram Puspamtoyam Yo me bhakty prayacchati Tad

aham bhaktyupahrtam Asn-mi prayat-tmanah yang artinya kurang lebih

adalah siapa pun dengan kesujudan hati mempersembahkan pada Ku

(Tuhan) daun, bunga, buah-buahan dan air, persembahan yang didasari

oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, aku terima. Unsur-unsur

persembahan itu dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi “banten”

atua sesaji (sesajen).

Lontar Aji Fanantaka dan Kunti Sraya, menyebutkan ada beberapa

tanaman yang dapat dan tidak dapat dipakai sebagai kelengkapan upakara.

Bagian tanaman yang paling banyak dipakai sebagai kelengkapan dalam

upakara adalah bunga, kemudian buah dan daun. Bunga selain

mempunyai makna keindahan, juga umumnya berbau harum, sehingga

dapat memberi pengaruh kesucian dan membantu pemusatan pikiran

menuju Tuhan.

Page 12: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Penempatan atau penanaman tanaman disesuaikan dengan Pengider

Bhuana (putaran bumi) terutama dilihat dari segi warna bunga atau

buahnya. Tanaman mendori putih, sebaiknya ditanam di Timur atau

Purwa karena sebagai pelambang dari Sang Hyang Iswara.

Tanaman jambe atau pinang terdiri dari beberapa jenis, seperti buah

pinang sari, buah gangga, dan jenis buah pinang lainnya akan lebih baik

ditanam di bagian Selatan atau daksina, karena sebagai pelambang dari

Sang Hyang Brahma. Tanaman siulan, sebaiknya ditanam di bagian Barat

atau pascima, banyak dipakai dalam kwangen (sarana sembahyang), dan

sesajen lainnya. Tanaman teleng biru, akan lebih baik kalau ditanam di

bagian Utara atau uttara, digunakan dalam setiap sesaji. Tanaman tunjung

atau teratai yang terdiri dari berbagai macam warna, yang dipakai di

berbagai keperluan upakara dewa-dewi, penempatannya di pekarangan

mengikuti warnanya yaitu biru di uttrara (utara), putih di purwa (timur),

merah di daksina (selatan) dan kuning di pascima (barat). Demikian pula

halnya dengan jenis tanam-tanaman lainnya, seperti kelapa merupakan

unsur terpenting dari berbagai jenis kelengkapan upakara seperti dalam

upakara keagamaan Hindu seperti Padudusan, pecaruan Rsi Gana, labuh

Gentuh dan pecaruan besar lainnya. Kelapa gading di barat untuk Dewa

Mahadewa, Kelapa Bulan (warna putih) di timur untuk Dewa Iswara.

Kelapa Gadang (hijau) di utara untuk Dewa Wisnu. Kelapa Udang di

selatan untuk Dewa Brahma. Kelapa Sudamala (Wiswa warna, campuran

keempat warna yang telah dikemukakan) di tengah untuk Dewa Siwa.

Jenis kelapa yang lain dan juga digunakan dalam kelengkapan upakara

adalah kelapa Bojog, Rangda, Mulung, dan Julit. Penanamannya di luar

“natah” dapat disekitar dapur, areal pekarangan, tegalan.

Page 13: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Dengan adanya persembahan dan sarana sesajen dalam upakara Dewa

Yadnya, yaitu persembahan kepada Dewa Nawa Sanga (sembilan dewa)

adalah : Dewa Wisnu di Utara dipersembahkan godem atau jawaras

(Sorgum vulgare Pers), Manggis (Garcinia mangosta L), Pangi (Pangium

edule Reinw) daun poh atau mangga (Mangifera indica). Kehadapan

Dewa Brahma di Selatan dipersembahkan : Jagung (Zea mays L), salak

(Zalacca sdulis BL), pinang (Areca atechu L), dan daun manggis. Dewa

Iswara di Timur dipersembahkan : Kemiri (Alereutes molucana Wild),

cereme (Phyllanthus acidus Skeels), dan daun durian (Durio zibethinus

Mere). Dewa Mahdewa di Barat dipersembahkan : Kelapa (Cocos

nusifera L), jagung, dan daun duku (Lancium domesticum Jack). Dewa

Siwa di Tengah dipersembahkan : beras (Oriza sativa L), Jali (Coix

Lacryma-jobi L), dan nanas (Ananas comosus L).

Demikian pula jenis bunga yang digunakan dalam persembahyangan

disesuaikan dengan warna yang dipilih sesuai dengan Asta Dala dan

baunya harum. Beberapa jenis bunga yang baik dipakai dalam

persembahyangan masing-masing Dewa yang dipuja adalah sebagai

berikut : Dewa Wisnu adalah bunga kenanga atau teleng, Dewa Brahma

adalah bunga mawar merah, teratai biru, bunga soka, kenyeri, kembang

kertas merah, Dewa Iswara adalah bunga teratai putih, jepun atau

kamboja petak (putih), cempaka putih. Dewa Mahadewa adalah bunga

teratai kuning, cempaka kuning, kembang kuning atau alamanda.

Itulah beberapa jenis bunga yang baik dipakai kalau kita melakukan

persembahyangan pada saat upacara suci umat Hindu.

Page 14: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

G. Kesenian

Kebudayaan kesenian di Bali digolongkan menjadi tiga golongan utama,

yaitu : golongan seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni

arsitekktur golongann seni pertunjukkan misalnya seni tari, seni sastra,

seni drama, seni music, dan golongan seni audiovisual misalnya seni

video dan film.

Nilai-nilai Budaya

Tatakrama : kebiasaaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan

pergaulan antar manusia di dalam kelompoknya. Ngoupin : gotong

royong Ngayah atau Ngayahang kerja bhakti untuk keperluan agama.

Sopan santun : adat hubungan dalam sopan santun pergaulan terhadap

orang yang berbeda.

Aspek Pembangunan

Di Bali jenis mata pencahariannya adalah bertani di sawah,

sekarang sudah mulai bergeser pada jenis mata pencaharian lainnya yang

non pertanian. Pergeseran ini terjadi karena saat sekarang dengan

berkembangnya industry pariwisata di daerah Bali, maka terjadi

perkembangan dalam mata pencaharian sehingga kebsnyakan orang

menjual tanah untuk industri pariwisata yang dirasakan lebih besar

penghasilannya dan lebih cepat dinikmati . Pendapatan yang diperoleh

saat ini kebanyakan dari mata pencaharian seperti : tukang, sopir, industri,

dan kerajinan rumah tangga, seperti meliputi usaha slip tepung, slip

daging, penyosohan beras, usaha border, jahit dan garmen.

Page 15: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Taman tradisional Bali sangat dipengaruhi oleh faktor Geologi,

Sosial Ekonomi, Adat Istiadat dan Agama. Keadaan geografi Bali

mempengaruhi penggunaan tanaman sebagai pendukung taman

tradisional Bali, tanaman yang digunakan sesuai dengan tinggi rendahnya

temat, cuaca dan iklim yang sesuai dengan situasi kebutuhan

tanaman .Jenis tanaman yang digunakan pula akan bebeda tergantung

pada kemampuan adaptasi tanaman tersebut terhadap lingkungsn yang

dpakai tapak taman tradisional Bali sesuai dengan geografis dan geologi

daerah dibuatnya taman tradisional Bali.

Berbagai jenis kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam

yang ada di Bali sangat mempengaruhi taman tradisional Bali. Jenis

kesenian Bali yang ada melengkapi elemen taman tradidional Bali, baik

itu seni rupa, seni patung mendukung melengkapi elem pad ataman

tradidional Bali. Gerak dan sirkulasi dari zone ke zone yang lain pad

ataman tradisional Bali dalam bentuk alur cerita sering dipergunakan

patung-patubg hasil karya seni patung hsil karya orang Bali.

Budaya dan adat istiadat yang ada di Bali sangat mempengaruhi

taman tradisional Bali, demikian pula elemen lunak seperti tanaman yng

dipergunakan sangat dipengaruhi oleh fungsi tanamam untuk keperluan

agama seperti tsnaman upakara, obat-ibatan penunjang elemen lunak

taman tradisonal Bali.

. Adanya perkembangn pariwisata yang ada di Bali yang sangat erat

kaitannya dengan keberadaan taman tradisional Bali sangat

mempengaruhi perkembangan taman tradisional Bali. Masuknya budaya

asing akibat jaman globalisasi sehingga terjadi alkulturasi budaya Bali

dengan budaya asing yang masuk ke Bali sehingga sangat memungkinka

terjadinya pengaruh terhadap perkembangan taman tradisional Bali.

Perkembangn pariwisata juga nemberi dampak terhadap perkembangan

ekonomi, perkembangan ekonomi ini akan berdampak kepada keberadaan

Page 16: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

taman tradisional Bali yang sangat menunjang perkembangan taman yang

ada di Bali khususnya taman tradisional Bali sebagai temat rekreasi Bagi

pariwisatawan baik wisatawan asing maun domestic.

Page 17: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

VI. TANAMAN UPAKARA DAN USADA PADA TAMAN

TRADISIONAL BALI

6.1 Tanaman Upakara pada Taman Tradisional Bali

Salah satu elemen yang membentuk taman tradisional Bali adalah

tenaman sebagai elemen lunak. Sebagian besar tananaman memiliki multi

fungsi baik sebagai bahan untuk upara, sebsgsi bahan obst-obatan,

seabagai namnan hias dan sebagai bahan bangunan. Tanaman tradisional

Bali menggunakan tanaman upakara sekaligus dipergunakan pula sebagai

tanaman untuk penyusun taman tradisional Bali yang peletakannya

disesuaikan dengan konsep Tri Mandala maun Tri Hita Karana. Tanaman

upakara yang digunakan adalah tanaman-tanaman yang dapat digunakan

sebagai upakara pada upacara Panca Yadnya, yaitu Dewa Yadnya, Rsi

Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya dan Butha Yadnya.

Tanaman merupakan elemen penting untuk mendukung keindahan

suatu taman. Sebagai rencana atau desain taman pada umumnya ,

tanaman yang berkonsepkan budaya Bali tidal terlepaskan dari elemen

tanaman sebgai penyusun utamanya . Sosoknya yang elok mampu

berfungsi sebagai pengisi pandang area kosong antara fasad bangunan

dan tanaman. Selain menjadi lebih indah , kehadiran taman bisa menjadi

nilai Tambah bagi struktur bangunan yang berkonsep desain tradisional

Bali bila ditanam di tempat yang tepat, dengan bentuk arsitetural yang

sesuai dengan ruang serta yang optimal.

Konsep pemilihan jenis tanaman pada perytamanan Bali,

memenuhi criteria di antaranya :

1. Mendukung konsep umum pertamanan terpilih yang bersumber

pada nilai Hindu atau mitologi yang khas dari suatu

wilayah yang ada kaitannya dengan tujuan pengembangan.

Page 18: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

2. Berdayaguna sosial spiritual dalam arti , tanaman pad ataman

tersebut nantinya juga dapat dimanfaatan untuk

kehidupan sehari-hari masayarakatnya yang tidak bisa dilepaskan

dari kegiatan upacara dan pengobatan tradisional .

Untuk itu harus ditempatkan sesuai dengan fungsi dan tampilan dari

ruang dan arsitektur bangunannya sehingga

tercipta keselarasan antara konsep bangunan dan tanamannya.

3. Berpegang pada makna religious tradisional dan estetis fungsional

yang lahir dari keterpaduan anaman upakara Dan

fungsi ekologis sehingga menghasilkan taman yang memenuhi prinsip

satyam, siwam , sundaram yang lebih

menekankan pada tanaman alami, keselarasan dan keharmonisan

dengan lingkungan sekitarnya.. Satyam artinya

kebenaran, Siwam artinya kebersihan, kesucian, kemuliaan Sundaram

artinya keindahan, kecantikan, keharmonisan

Di Bali, pertamanan bukan saja melibatkan arsitektural, fungsional,

estetika, akan tetapi juga melibatkan filosof

budaya Bali di setiap penempatan komponen pertamanannya, sehingga

terpola sedemikian rupa, baku dan khas untuk setiap komponen yang ada.

Pertamanan Bali atau Pertamanan Tradisional Bali mempunyai filosofi

yang sangat tinggi, sehingga dimuat di berbagai lontar dan kitab suci.

Filosofi Pertamanan Tradisional Bali diawali oleh cerita pemutaran

Gunung / Mandara Giri. Dalam lontar Adi Parwa halaman VXIX

disebutkan bahwa dalam pemutaran Mandra Giri di Ksirarnawa

memunculkan beberapa komponenyaitu :

Ardha Chandra, atau bulan sabit, yaitu unsur keras dan keindahan.

Setelah dianalisis keluar sebagai aspek bangunan dengan segala bentuk

dan keindahannya. Kayu Kasta Gumani, sebagai unsur tanaman yang

memberi kehidupan atau kalpataru, memunculkan Panca Wriksa yaitu

Page 19: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

lima tanaman pertama yang tumbuh dan memberi kehidupan, yaitu

beringin (Ficus bengalensis) yang dapat memberikan keteduhan dan

kedamaian hidup, ancak atau pohon bodhi (Hemandia Pellata) sebagai

tempat meditasi untuk berhubungan dengan Tuhan, memohon kehidupan

dan kedamaian, pisang (Musa sp), yang merupakan makanan yang

memberikan kehidupan, tanaman uduh (Caryota mitis) yang merupakan

tempat menerima “pituduh/wangsit” atau petuah serta tanaman peji,

sebagai tempat memuji atau menyembah kebesaran Tuhan. Air yang

mengental, sebagai pelambang air kehidupan yang merupakan unsur

terpenting yang dapat memberikan kesejukan, baik kesejukan pikiran

maupun kesejukan lingkungan, jadi merupakan air amertha atau air

kamandalu, karena amertha berarti tidak mati atau kehidupan yang

langgeng. Penjabaran lebih jauh dari air ini, menghasilkan “Pancara”,

yaitu rekayasa air untuk lingkungan, yang meliputi : seta atau jembatan,

tama atau tetaman, tambak atau perikanan, telaga atau ekositem dan

peken atau pasar.

Dewi Laksmi, sebagai pelambang keindahan, baik dalam

keindahan kedamaian, keserasian, keharmonisan dan lingkungan, yang

bermuara memberikan amertha kehidupan bagi manusia dan makhluk

hidup lainnya. Kuda Oncersrawa (kuda putih), sebagai pelambang

kreativitas tata ruang. Bongkah, adalah sebagai pelambang bentuk yang

tidak beraturan seperti bebatuan, tanah. Prelaya, adalah kehancuran,

kematian atau tidak utuh.

Pemunculan komponen tersebut yang dipakai landasan dalam membuat

atau mendisain sebuah taman atau lanskap di Bali, yang harus sesuai pula

dengan unsur Satyam (kebenaran), Siwam (kebersihan, kesucian,

kemuliaan), Sundaram (keindahan, kecantikan, keharmonisan) yang

menjiwai konsep Tri Hita Karana, Tri Mandala, Tri Angga maupun Asta

Dala.

Page 20: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Tri Hita Karana adalah tiga sebab yang memberikan kebahagiaan,

yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan

sesama dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Konsep Tri

Mandala (tiga areal) juga dipakai dalam konsep ini, yaitu Utama

Mandalanya adalah Parhyangan atau tempat suci atau pemerajan atau

sanggah, Madya Mandalanya adalah pekarangan rumah yang meliputi

bangunan tempat tinggal, dapur, kamar mandi, kerumpu atau jineng dan

“teba” atau tegalan, sedangkan Nista Mandalanya adalah pekarangan luar

rumah atau jaba atau pekarangan sebelum memasuki pekarangan rumah.

Selain itu juga memasukkan unsur Tri Angga (tiga bagian badan),

yaitu Ulu (kepala), Badan dan Kaki. Ulu (kepala) adalah gunung, akan

memberikan tuntutan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, agar

mendapatkan kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.

Badan adalah perkampungan dengan perkotaannya tempat masyarakat

mencari penghidupan, sedangkan Kakinya adalah lautan, tempat

membuang segala mala petaka dan kotoran lahir dan batin lainnya.

Asta Dala adalah delapan penjuru arah mata angin, yaitu Utara, Timur

Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut.

Pola ruang dibagi berdasarkan konsep natah atau halaman rumah bagi

budaya Bali, yaitu “Tapak dara” adanya sumbu perancangan Timur-

Barat sebagai sumbu religi dan Utara-Selatan sebagai sumbu bumi.

Perputaran kekanan dari “Tapak dara” menghasilkan Swastika Yana

yaitu yang memberi gerak kehidupan yang seimbang dan harmonis secara

abadi menuju kesucian. Di bagian perpotongan sumbu tersebut dilengkapi

dengan bangunan Padma (tempat suci), sebagai tempat memuja Çiwa

Reka yang menghubungi antara Pertiwi (tanah) dengan Akasa (langit).

Page 21: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Konsep taman tradisonal Bali di atas selanjutnya dijabarkan dalam

bentuk implementasi dengan pola penanaman jenis tanaman upakara

sebagai berikut :

Areal Pura (Parahyangan)

Pura merupakan tempat suci Hindu yang keseluruhan ruangnya

bernilai hubungan kepada Tuhan yang bersifat vertical. Desain taman

pura sebaiknya menggunakan konsep taman yang mengambil ajarran

atau nilai Ketuhanan Hindu dengan pengisian jenis tanaman upakara

saja untuk memperkuat karakter pura. Jenis-jenis tanaman yang

dimaksud yang digunakan dalam upacara yadnya seperti upacara

ngaben, perkawinan, kelahiran dan sebagainya. Konsep penempatan

tanaman dalam hirarki ruang Tri Mandala Pura bisa didasarkan pada

mitologi Hindu, hirarki nilai penting tanaman upakara , tingkat energy

fibrasi aura yang dimiliki dan sebagainya. Untuk menjaga kesucian

pura, maka derah sekeliling pura dibuat jaan lan setapak dan dengan

radius apanyengker (5-10 m) tidak terdapat bangunan dan radius

apanimpugan (_+ 25 m ) dijadikan ruang terbuka hijau yang ditsnamin

tanaman upakara sehingga pada pada waktu pelaksanaan upacara di Pura

bisa difungsikan sebagai tempat persiapan (menyiapkan sarana upacara).

a. Utama Mandala

Utama mandala merupakan ruang yang bernilai suci meliputi

jeroan pura /merajan termasuk ruang telajakan . Telajakan merupakan

ruang peralihan sebelum memasuki bagian dalam /jero.

Konsep tanaman di area utam mandala diutamakan tanaman yang

bagian bunga, daun dan batangnya berfungsi sebagai tanaman upakara .

Keindahan dan aroma wangi bunga akan memberikan efek

menentramkan batin. Tanaman berbuah dan habitus pohon dihindari

untuk ditanam di areal ini untuk mencegah hal yang membahayakan

keselamatan pengguna yang dapat merusak kesucian utama mandala .

Page 22: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Termasuk dalam jenis tanaman yang cocok ditanam di utama mandal di

antaranya : Nagasari, Kamajaya-Kamaratih, Sudamandala, Jepun,

Kwanta, Delima selem, Menuh, Soka, Cendana, (Santanum album),

Kamboja (Plumeria rubra), Kembang Sepatu ((Hibiscus rosasinensis),

Puring/emas-emasan (Codiaeum sp) , Kananga (Canangium odoratum)

dan lain sebagainya.

Telajakan memiliki konsep sebagai ruang yang mengeliminir

nilai-nilai buruk/negative dalam diri manusia. Dengan demikian konsep

tata hijau di telajakan pun harus bermakna dan bernilai filosofi yang

menunjang fungsi ruang utama mansala. Telajakan sebaiknya ditanami

jenis tulak, kayu sisih, blatung gada, dapdap dan tunjang langit. Dapdap

sebagai sarana dalam upacara prayascita (pembersihan). Tunjang langit

bermakna hubungan vertical manusia dengan Tuhan. Hal ini diperkuat

dengan karakter pohon hon yang berdaun Sembilan dan mengarah ke

langit. Nilai Sembilan dalam Hindu juga memiliki multi makna , salah

satunya berkaitan dengan jumlah arah mata angin dengan dewa

penjaganya/dewayta nawa sanga.

b. Madya Mandala

Merupakan bagian jaba tengaah bagi pura atau bagian

pekarangan/natah rumah yang berisi bangunan tinggal , dapur, dan

jineng. Tanaman yang ciocok ditanam di areal madya mandala berasal

dari jenis tanaman bunga habitus pohon (Soka, Asti, Rijasa, Tigaron,

Jepun, Sandat dan lain-lain.

c. Nista Mandala

Merupakan pekarangan di areal jabaan dan teba. Pada Jaba

terdapat desain gapura yang bermulut kodok sebagai simbul

penyambutan dengan keramahtamahan serta keterbukaan , dan aling-

aling yang bernilai untuk keamanan dan kenyamanan. Tanaman yang

dipilih memiliki fungsi sebagai tsnaman tabir/screen , mengingat jabaan

Page 23: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

menjadi ruang bagi public beristirahat sementara seelum acara

persembahyasa, Mesui atangan dilakukan atau campuran tnaman aura

panas dan dingin. Tanaman dengan karakter vertical , tajuk rapat menjadi

alternative terbaik seperti Canigara, Bigin, Ancak, Rijasa, Plasa, Mesui

atau pangkas-pangkasan. Tanaman yang cook titanam di zone ini

merupakan tanaman buah /daun habitus pohon.

Nista Mandala sebagai teba bisa dimanfaatkan dengan komposisi

beragam jenis tanaman keras, tanaman bambu, perkebuman, buah-buahan,

dan sebagainya. Beberapa jenis tanaman yang cocok di tanam di teba di

antaranya jebugarum,/pala, utu, durian, manggis, sentul, wani, , kaliasem,

mundh, badung, ceroring, kepundung, dn lain-la8in. Selain itu juga ,

cocok dipilih jenis-jenis kelapa seperti nyuh bojog, nyuh bejulit, nyuh

sudamala, nyuh udang, nyuh mulung, dan nyuh gedang.

6.2 Tanaman Usada pada Taman Tradisional Bali

Seperti kita ketahui bahwa salah satu penyusun taman tradisional

Bali adalah tanaman, tanaman memiliki fungsi yang banyak, selain

sebagai tanaman upakara, sebagai bahan bangunan tradisional Bali juga

dapat dipakai sebagai bahan obat-obatan. Tanaman obat-obatan juga

dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penyusun taman tradisional Bali.

Banyak digunakan tanaman obat-obat sebagai taman koleksi bahan obat-

obat seperti tanaman apotek hidup, tanaman obat keluarga (TOGA),

koleksi tanaman obat-obatan yang aapan maupun untuk kepentinganda di

Kbun Raya Bedugul.

Tumbuh-tumubuhan bsebagai salah satu unsure lingkungan hidup,

dalam perjalnan panjang sejarah umat mnusia (homo sapiens) di bumi

menunjukkan bahwa sejak zaman pra sejarah telah menopang

kehidupannya. Tumbuh-tiumbuhan yang bersifat multifungsi tersebut

Page 24: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

telah lama diakrabinya dan dimanfaatkan baik untuk memenuhi pangan,

sandang dan yang dapat obat-obatan tentu juga sudah dikenal sejak

masa prasejarah (kehidupan berburu dan meramu), khususnya dari masa

Neolitik (masa bercocok tanam). Pengetahuan dan teknik-tenik

perawatan pasien dan pembuatan obat tradisional dari bahan alsm

(tumbuh-tumbuhan) untuk menyembuhkan penyakit tertentu yang telah

dikenal pada masa prasejarah tersebut berlanjut ketika Bali memasuki

masa sejarah/ mengenal peradaban tulis-menulis) (abad VIII M). Besar

kemungkinan pengetahuan pembuatan obat tradisional dari tumbuh-

tumbuhan yang telah berkembang pada masa prasejarah tersebut

diperkaya dengan pengethuan baru melalui kontak sosial dan budaya

dengan suku-suku bangsa asing seperti India (Hindu), Cina, dan bangsa

Asia Tenggara lainnya , serta etnis-etnis lain yang ada di Indonesia.

Pengetahuan pembuatan obat tradisional dari tumbuh-tuimbuhan

kemudian diwariskan secara turun temurun. Upaya untuk mengungkap

dan mengidentifikasi sistem pengobatan tradisional di Bali perlu terus

ditingkatkan.

Cara-cara perawatan dan pengobatan terhadap jenis penyakit

tertentu seperti yang disebutkan dalam Lontar Tru Pramana merupakan

cara pengobatan yang sangat purba, yang berakar dari sistem

kepercayaan animism (anima=arwah; isme = kepercayaan), yaitu

adanya kepercayaan terhadap berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang

mempunyai roh /arwah dan mempunyai kekuatan (kasiat) untuk

mengobati jenis penyakit tertentu yang di derita poleh masyarakat.

Dalam Lontar Usadha itu disebutkan, ada sekitar 250 jenis pohon

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan herbal. Pohon-

pohon tersebut termasuk berbagai padi-padian, buah-buahan , rempah-

rempah, bunga-bungaan, daun-daunan dan akar-akaran.

Page 25: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

Secara umum bagian-bagian pohom yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan obat herbal, dapat dikelompokkan menjadi : daun, buah,

bunga, kulit (babakan), akarnya , kayu dan getah pohon. Bagian dari

berbagai jenis-jenis pohon yang dapat digunakan sebagai obat di

antaranya :

Daun

Cempaka, majegau, cendana, nangka, keladi, sentul , kepundung, juwet,

bila , tigaron, majakeling, sotong, kelor, pala, pandan arum, waru,

madori, sirih, selasih, padi-padian, kayu manis, labu pahit, kasegseg,

jambu merah, liligundi, ubi karet, dsun kapas, cermen, pule, beringin,

tabya bun, kamerakan, dadap, sumaga, srikaya, pala, daun sembung,

selasih, gedang, kasturi, kacang, kekara, undis, mentimun, jarak kliki.

Buah dan biji

Delima putih,jruk tipis, mangkudu, buah pinang, nenas bang, katumbar,

lombok, kemiri, pisang (pisang batu dan pisang saba), merica, buah

sirih, belimbing besi, kelapa, (gadang dan gading), baligo, pare, atau

labu sayur, pulasari, cempaluk, sumaga, buah kutuh/buah kapuk, beras

merah, ketan hitam, dan ketan merah.

Bunga

Cempaka kuning, cengkeh, adas dan kemerakan

Kulit (Babakan )

Cendanaule, boni, juwet, kelor, srikaya, baligo, , cempaka kuning,

mangga, gedang, kadongdong, blimbing, kamboja, dadap kayu ancak,

cerme, gatep, kutuh, kayu,klampuak, gedang kasturi.

Akar/Umbi

Majegau, delima putih, kapundung, kembang kuning, terung, srikaya,

kemiri, kayu salam, padi-padian, kasegseg, mentimun, kayu manis,

kunyit, jahe, kencur, tigaron, pala, sentul, keladi,, terong, kenanga,

katumbar, cemcem, temu tiis, temu ireng, bangle, bambu ampel

Page 26: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

gading,lengkuas, ilalang, baligo, kamerakan, bawang putih, bawang

merah, akar selegui, beringin, jarak kliki.

Kayu/Batang

Cendana, jangu

Getah

Majegau, boni, kepundung, awar-awar, mangga, weni, kutuh, sumaga

Air

Nira dan gula aren

Aspek Usada Dalam Pertamanan Tradisional Bali

Pertamanan/lansekap itu sendiri secara keseluruhan sudah merupakan

usada (obat), karena dapat menghilangkan stres, kelelahan, letih, lesu,

kebingungan, marah dan sebagainya, akibat dari keindahan dan kesejukan

yang dipancarkan dari taman itu sendiri. Adalah sudah menjadi

pandangan umum kalau pertamanan dapat mengubah karakter atau

prilaku orang yang menempati atau penikmatnya, ditambah lagi dengan

aura yang dipancarkan, maka jiwa yang sedang marah atau pemarah dapat

menjadi penuh kasih sayang, duka menjadi periang, pendiam menjadi

humoris dan sebagainya.

Bukan saja secara kolektif tanaman dapat sebagai usada (obat), akantetapi

secara sendiri-sendiri juga sering dipakai sebagai obat atau usada, seperti

misalnya tanaman janggar ulam (tanaman penyedap masakan) sangat baik

dipakai sebagai obat menurunkan dan menstabilkan tekanan darah tinggi.

Isnandar (2003) menyebutkan bahwa tanaman makuto dewa, sangat baik

untuk mencegah penyakit kanker. Tanaman tanjung kalau dicampur

dengan buah pinang yang masih muda dan gambir, sangat baik untuk

memperbesar dan mengencangkan payu dara. Petikan cina, pulosari baik

Page 27: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD

sekali dipakai untuk meningkatkan vitalitas kaum laki. Bila sulit punya

anak/mandul dapat diatsi dengan meminum ramuan umbi bangle, bawah

putih, kencur dan daun jempiring.

Pertamanan tradisional Bali mempunyai filosofi yang sangat tinggi

sebagai unsur tanaman yang memberi kehidupan, keteduhan, kedamaian,

keindahan, tempat meditasi, memuji dan menyembah kebesaran Tuhan

sebagai warisan budaya Hindu di Bali.

Page 28: BUKU TAMAN TRADISIONAL BALI - UNUD