BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena...

255
KETERAMPILAN KLINIK Modul Kedokteran Kehakiman Hati &Saluran Empedu Perilaku & Jiwa BUKU PANDUAN Tim Penyusun Modul LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Transcript of BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena...

Page 1: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

KETERAMPILAN KLINIK Modul

Kedokteran Kehakiman

Hati &Saluran Empedu

Perilaku & Jiwa

BUKU PANDUAN

Tim Penyusun Modul LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Page 2: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

KETERAMPILAN KLINIK

SEMESTER VII

ANAMNESIS PENYAKIT GANGGUAN NEUROLOGI PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MOTORIK

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

TANDA NYERI RADIKULAR, DAN PERANGSANGAN MENINGEAL PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR, KESADARAN,

DAN FUNGSI KOORDINASI PEMERIKSAAN KESADARAN DAN FUNGSI KOORDINASI ANAMNESIS KELAINAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

PEMERIKSAAN FISIK TULANG BELAKANG PEMERIKSAAN FISIK EKSTREMITAS ATAS & BAWAH

PEMERIKSAAN FISIK SENDI PENATALAKSANAAN FRAKTUR DAN CEDERA OTOT / LIGAMEN

PEMBACAAN FOTO RONTGEN TULANG TENGKORAK, EKSTREMITAS, DAN TULANG BELAKANG

ANAMNESIS GANGGUAN PSIKIATRI

BUKU PANDUAN LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2017 Keterampilan Klinik SEMESTER VII

1

Page 3: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Penyusun :

SKILL LABS FK UISU

PAKAR BAGIAN TERKAIT

Editor :

MEU FK UISU

Keterampilan Klinik SEMESTER VII

2

Page 4: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemberitahuan : Buku Panduan Skills Lab Semester VII saat

ini masih mengacu kepada buku panduan skills lab yang selama

ini ada. Kami mengharapkan kritik dan saran dari para Expert

dan Instruktur untuk perbaikan buku panduan skills lab tersebut.

Terima Kasih.

Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik SEMESTER VII

3

Page 5: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, bimbingan, petunjuk-Nya atas selesainya Rancangan Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara yang merupakan karya dan kerja keras Tim Skills Lab FK UISU dan para pakar serta kontributor ilmu yang terlibat, walau masih jauh dari sempurna. Sesuai dengan SK-Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis Kompetensi, Standar Kompetensi Dokter sesungguhya merupakan bagian dari Standar Pendidikan Profesi Dokter.

Konsil Kedokteran Indonesia melalui keputusan No. 21A/KKI/KEP/IX/2006, telah mensahkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia sesuai dengan amanah Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Modul Keterampilan Klinik ini dibuat mengacu pada perkembangan terkini dari paradigma pendidikan dokter serta mempertimbangkan Misi dan Visi Universitas Islam Sumatera Utara, dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tanah air kita.

Akhir kata, kami berharap Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester VII, ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan semoga segala usaha yang telah dilakukan, dapat berhasil guna dalam rangka mencapai tujuan, Misi, dan Visi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, September 2017 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara,

dr. Abd Harris Pane, Sp. OG

Keterampilan Klinik SEMESTER VII

4

Page 6: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman Muka ...................................................................................................... i

Kata Pengantar ..................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................ iv

Tata Tertib Instruktur ......................................................................................... v

Deskripsi Kegiatan / Tugas Instruktur ............................................................... vi

Rujukan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII

5

Page 7: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

TATA TERTIB INSTRUKTUR

Tata tertib yang harus diketahui Instruktur untuk kelancaran acara pelatihan ini

adalah :

1. Instruktur / pelatih diharapkan hadir 15 menit sebelum acara pelatihan dimulai

2. Jika instruktur tidak dapat hadir sesuai dengan jadwal yang ditentukan,

instruktur harus melapor ke Pengelola Keterampilan Klinik Semester I yang

berkoordinasi dengan unit Laboratorium Keterampilan Klinik (Skills Lab) FK

UISU, paling lambat 1 hari sebelumnya, yaitu kepada :

dr. Sinta Veronica, M.Kes (082368371983) dr. Rahmadani Sitepu, M.Kes (081260334569)

dr. Nanda Novziransyah, M.Kes (081396105437) dr. Mayasari Rahmadhani, M.Kes (081360500048)

3. Instruktur harus berada di ruangan keterampilan klinik selama proses pelatihan

berlangsung, yaitu selama 2 x 50 menit (± 100 menit) / pertemuan latihan.

4. Setiap instruktur wajib mengisi dan mengembalikannya kepada Pengelola

Keterampilan Klinik Semester 1 setelah pelatihan selesai, yaitu:

Lembaran berita acara pelatihan.

Lembaran daftar absensi (kehadiran) mahasiswa acara pelatihan.

Lembaran evaluasi/hasil pengamatan instruktur terhadap keterampilan

mahasiswa (bila ada).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII

6

Page 8: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

DESKRIPSI KEGIATAN / TUGAS INSTRUKTUR SELAMA ACARA PELATIHAN

Sesi Pembukaan (20 menit) 1. Pada acara pelatihan pertama di saat sesi pembukaan, instruktur

memperkenalkan diri, dan mahasiswa juga saling memperkenalkan diri. Instruktur berusaha mengingat nama masing-masing mahasiswa.

2. Membagikan absensi mahasiswa, dan segera mengambilnya begitu selesai ditandatangani oleh mahasiswa.

3. Mahasiswa dapat dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 mahasiswa (berpasangan) / kelompok.

4. Bila diperlukan instruktur dapat mengadakan responsi pada mahasiswa yang akan mengikuti pelatihan, bila instruktur menganggap mahasiswa tidak menguasai materi yang berkaitan dengan pelatihan, maka instruktur berhak membatalkan pelatihan bagi mahasiswa yang bersangkutan pada hari tersebut.

5. Instruktur kemudian memberi gambaran sekilas tentang maksud, tujuan, dan metode latihan (cara) yang akan dilaksanakan selama acara pelatihan ini.

Sesi Latihan (60 menit) 1. Instruktur melakukan demonstrasi cara melakukan prosedur yang akan dilatih

mahasiswa. 2. Instruktur membimbing mahasiswa satu per satu secara bergantian pada saat

melakukan latihan, seperti yang telah diperagakan instruktur pada langkah (1) di atas, dengan menggunakan pasien simulasi, atau manekin pada setiap pertemuan (coaching).

3. Instruktur mengawasi kegiatan mahasiswa saat melakukan latihan mandiri. Sesi Penutup (20 menit)

Sebelum menutup acara pelatihan ini, instruktur : 1. Memberikan feed-back (masukan) pada mahasiswa setelah melakukan latihan

peran (role play). 2. Mengisi lembar berita acara, dan menandatangani lembar daftar absensi

mahasiswa. 3. Memasukkan seluruh berkas ke dalam map yang tersedia. 4. Mengingatkan mahasiswa untuk membuat laporan hasil kegiatan pada lembar

laporan hasil latihan, dan menyerahkannya pada instruktur pada pertemuan berikutnya untuk dikoreksi, dan ditandatangani / diparaf.

5. Bila perlu, memberikan tugas mandiri berupa materi yang harus dipahami mahasiswa berkaitan dengan latihan keterampilan pada pertemuan ini, dan untuk pertemuan selanjunya. Mahasiswa menyelesaikannya dalam bentuk tulisan ilmiah beserta kepustakaannya, yang dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

6. Mengingatkan mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan baik pada pertemuan (acara pelatihan) berikutnya.

7. Mengucapkan kata penutup, misalnya Alhamdulillah, atau kata – kata lainnya yang memberikan motivasi kepada mahasiswa

Keterampilan Klinik SEMESTER VII

7

Page 9: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Pertama

ANAMNESIS PENYAKIT GANGGUAN NEUROLOGI

I.PENDAHULUAN

Penyakit gangguan neurologi merupakan salah satu penyakit penyebab kesakitan dan kematian baik di Indonesia, maupun di seluruh dunia. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit gangguan neurologi di Indonesia terutama disebabkan oleh kesadaran tentang pola hidup yang sehat masyarakat yang masih rendah, serta keterlambatan dalam penegakkan diagnosis, dan pemberian pengobatan yang tepat.

Kurangnya pengetahuan klinis dan keterampilan dokter khususnya dalam melakukan anamnesis, menyebabkan kesalahan diagnosis, sehingga seringkali pasien baru mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat di saat penyakitnya sudah memburuk sehingga angka harapan hidup pasien menjadi mengecil, atau kualitas hidup pasien setelah pulih menjadi yang kurang baik. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan tentang bagaimana cara berkomunikasi yang baik dalam menggali informasi-informasi yang didapatkan dalam anamnesis, sehingga akan memudahkan dokter dalam penegakkan diagnosis dan pemberian pengobatan yang tepat.

Anamnesis yang baik, memiliki kerangka yang terdiri dari beberapa komponen yaitu anamnesis pribadi, anamnesis keluhan utama, anamnesis riwayat penyakit sekarang, anamnesis riwayat penyakit terdahulu, anamnesis organ, anamnesis riwayat pribadi, anamnesis riwayat penyakit keluarga, anamnesis sosial ekonomi, dan anamnesis gizi.

Informasi yang terdapat pada komponen-komponen ini haruslah digali dengan seksama dan saling dihubungkan satu sama lain, dengan tetap mengacu pada pengetahuan klinis yang dimiliki. Berikut ini akan diuraikan komponen-komponen anamnesis penyakit gangguan neurologi beserta cara-cara menggali informasi yang terkandung di dalamnya.

1.1 Anamnesis Pribadi

Anamnesis pribadi pada penyakit gangguan neurologi memiliki komponen yang sama dengan anamnesis penyakit lainnya. Hal-hal yang harus ditanyakan pada anamnesis pribadi antara lain: Nama Umur Kelamin Alamat Agama Bangsa / Suku Status Perkawinan Pekerjaan

Data-data tersebut merupakan identitas pasien dan penting untuk diketahui karena

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 1

Page 10: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara pada penyakit gangguan neurologi terkadang terdapat hubungan antara data identitas dengan epidemiologi, atau insidensi (angka kejadian) penyakit.

Misalnya mengenai umur, penyakit gangguan peredaran darah otak (GPDO), angka kejadiannya cenderung meningkat pada usia sekitar 50 tahun. Angka kejadian juga berbeda-beda menurut jenis dari GPDO. GPDO karena perdarahan (stroke hemoragik, yang terbagi atas perdarahan intraserebral, dan perdarahan subarakhnoid) umumnya terjadi pada rentang usia 40 tahun, hingga usia 75 tahun. Sedangkan GPDO bukan karena perdarahan (stroke iskemik), insidensinya meningkat pada rentang usia di atas 50 tahun.

Contoh lainnya adalah nyeri kepala tipe tegang, atau tension headache, yang pada umumnya ditemukan pada pasien berjenis kelamin wanita, dengan rentang usia antara 20-40 tahun, atau pada kasus nyeri punggung karena hernia nukleus pulposus yang lebih sering ditemukan pada pasien pria, dengan angka kejadian tertinggi antara usia 40-50 tahun. 1.2 Anamnesis Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien sehingga dirinya datang berobat. Pengertian ini haruslah dicermati dengan baik, karena seringkali keluhan utama tidak dapat ditentukan dengan baik karena kesalahan sewaktu menanyakannya pada pasien.

Untuk menentukan keluhan utama, dokter harus menanyakan apa keluhan yang dirasakan paling mengganggu saat ini, yang menyebabkan pasien datang berobat. Keluhan utama tidak boleh diabaikan, walaupun seandainya setelah dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata ditemukan penyakit lain yang lebih serius.

Beberapa keluhan utama yang sering utarakan pasien pada penyakit gangguan neurologi, yang terangkum pada daftar masalah pasien pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia, tahun 2006 antara lain adalah :

Sakit kepala. Sakit punggung. Kejang seluruh tubuh. Hilang kesadaran. Kelumpuhan, atau kelemahan pada anggota gerak tubuh.

Demam disertai dengan kejang. Dalam penulisan keluhan utama juga harus ditanyakan sudah berapa lama pasien

mengalami keluhan tersebut. Misalnya sakit kepala sejak setahun yang lalu, atau kelemahan pada lengan dan tungkai sejak 2 jam yang lalu. Selain menanyakan keluhan utama, tanyakan juga apakah ada keluhan lain yang dirasakan pasien yang merupakan keluhan tambahan, seperti sakit kepala, muntah, dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah dijelaskan pada anamnesis sistem organ pada blok-blok sebelumnya, setelah menentukan keluhan utama, langkah selanjutnya yang dilakukan dokter adalah memikirkan diagnosis banding, dimana dokter harus memikirkan segala kemungkinan penyakit yang mungkin, berdasarkan keluhan utama pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 2

Page 11: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sebagai contoh adalah keluhan utama sakit kepala. Dokter harus memikirkan segala macam kemungkinan penyakit yang menimbulkan keluhan ini. Sakit kepala dapat ditemukan pada kasus-kasus sebagai berikut : Migren. Nyeri kepala klaster, dan nyeri kepala tegang otot (tension headache). Nyeri kepala pasca trauma, atau karena paparan bahan toksik (keracunan). Nyeri kepala karena adanya lesi desak ruang (misalnya hematoma intraserebral,

abses otak, atau tumor otak). Nyeri kepala karena penyakit sistemik misalnya hipertensi, hipotensi, atau

anemia. Nyeri kepala karena infeksi intrakranial (meningitis, atau ensefalitis). Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. Nyeri kepala karena penyakit mata, misalnya pada kasus glaukoma akut.

Alur Berfikir Penegakkan Diagnosis Pasti Penyakit Gangguan Neurologi

Gambar 1. Alur Pola Berfikir Penegakkan Diagnosis Pasti Penyakit Gangguan Neurologi

Alur pola berfikir di atas penting untuk diketahui, agar anamnesis dapat dilakukan dengan terstruktur. Sebagai contoh lainnya adalah keluhan hilangnya, atau penurunan kesadaran. Kemungkinan diagnosis-diagnosis banding yang dapat dipikirkan dokter, misalnya : Trauma kepala sedang dan berat. Gangguan peredaran darah otak, terutama stroke hemoragik. Infeksi intrakranial, misalnya meningitis, atau ensefalitis. Epilepsi. Gangguan sistemik, misalnya pada kasus-kasus syok, keracunan, dan lain-lain. Serangan jantung (cardiac arrest). Gangguan psikologis, misalnya keadaan emosi yang memuncak, atau histeria.

Diagnosis Sementara Penyakit Gangguan Ne urologi

Memikirkan Diagnosis - Diagnosis Banding yang mungkin

Anamnesis + Keluhan Tambahan

Diagnosis Pasti Penyakit Gangguan Neurologi

Pemeriksaan Fisik + Pemeriksaan Penunjang

Keluhan Utama

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 3

Page 12: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Untuk membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis banding, dan menegakkan diagnosis pasti, informasi-informasi yang terkandung di dalam keluhan utama, haruslah digali sedalam mungkin dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam komponen-komponen anamnesis lainnya. 1.3 Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang atau riwayat perjalanan penyakit merupakan uraian rinci mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai saat pasien datang berobat. Sebagaimana anamnesis pada sistem organ lainnya, untuk menggali informasi lebih dalam terutama yang berkaitan dengan keluhan utama, dapat digunakan komponen-komponen pertanyaan yang berpedoman kepada Macleod’s Clinical Examination (metode OLDCART dan OPQRST).

Pemilihan dan penggunaan kedua metode ini, disesuaikan dengan keluhan utama yang diutarakan pasien, dan tidak bersifat mengikat. Artinya kita boleh memasukkan komponen pertanyaan metode lain selain metode yang kita pilih, untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin. Adakalanya tidak semua komponen-komponen pertanyaan pada metode OLDCART, atau OPQRST, terdapat dalam suatu kasus penyakit, sehingga tidak perlu ditanyakan saat menggali informasi.

Contoh penggunaan metode OLDCART untuk menggali informasi. 1) Dapat ditanyakan bagaimana mula terjadinya keluhan atau gejala klinis (onset). 2) Lokasi dimana pasien merasakan keluhan (location). 3) Sudah berapa lama keluhan dirasakan oleh pasien (duration). 4) Bagaimana sifat keluhan yang dirasakan pasien (character). 5) Adakah faktor-faktor yang dapat memperberat atau meringankan keluhan (alleviating atau aggravating factor). 6) Apakah keluhan hanya terbatas pada organ tubuh tertentu, atau menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya (radiation). 7) Apakah keluhan timbul pada waktu-waktu tertentu, atau terjadi setiap saat, atau tidak menentu (time).

Selain metode OLDCART, dapat digunakan metode OPQRST untuk menggali informasi pada keluhan utama. Contoh penggunaan metode OPQRST, 1) Keluhan atau gejala klinis terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan (onset). 2) Adakah pencetus yang menimbulkan keluhan (palliating/provoking factor). 3) Sifat dan beratnya serangan atau gejala klinis yang terjadi, apakah terjadi secara terus menerus atau hilang timbul, apakah gejala klinis yang timbul cenderung bertambah berat atau berkurang (quality). 4) Penyebaran dari keluhan (radiation). 5) Apakah keluhan timbul saat pasien berada pada tempat tertentu (site). 6) Kapan keluhan timbul, apakah keluhan paling dirasakan pada waktu tertentu, misalnya pada pagi, atau malam, setiap saat, atau tidak menentu (time). 1.4 Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu

Pada bagian ini ditanyakan kepada pasien tentang penyakit yang telah pernah dideritanya sejak masih kanak-kanak sampai dewasa (saat sebelum menderita penyakit sekarang ini) yang mungkin mempunyai hubungan dengan penyakit yang dialami pasien saat ini.

Misalnya kepada pasien atau keluarga pasien penyakit gangguan peredaran darah

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 4

Page 13: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara otak dapat ditanyakan ada tidaknya riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner, yang merupakan faktor predisposisi penyakit ini. Pada kasus GPDO, tanyakan juga apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit yang sama (riwayat TIA, dan stroke) sebelumnya.

Contoh lain pada kasus infeksi intrakranial, misalnya ensefalitis, atau meningitis, dapat ditanyakan ada tidaknya penyakit-penyakit yang menjadi faktor predispoisi, seperti otitis media, mastoiditis, sinusitis, tuberkulosis paru, sifilis, dan lain-lain. 1.5 Anamnesis Organ/Sistem Pada anamnesis organ atau sistem dapat dilihat adakah hubungan antara keluhan atau gejala klinis dengan organ tubuh tertentu yang belum didapat pada anamnesis keluhan utama, penyakit sekarang ataupun anamnesis penyakit terdahulu. Lembar anamnesis biasanya telah mencantumkan keluhan atau gejala klinis yang mungkin ditemukan pada organ-organ tubuh secara sistematis dari kepala hingga ekstremitas. Jika terdapat keluhan atau kelainan pada organ atau sistem tersebut, dituliskan tanda positif, dan bila tidak ada, dituliskan tanda negatif pada lembar anamnesis. Anamnesis sistem organ dilakukan secara sistematis, dengan menanyakan keluhan yang mungkin ditemukan pada organ atau bagian tubuh, dimulai dari kepala hingga ekstremitas bawah. 1.6 Anamnesis Riwayat Pribadi

Pada anamnesis riwayat pribadi pasien, dokter menggali informasi-informasi mengenai kebiasaan hidup pasien yang mungkin memiliki hubungan dengan penyakit gangguan neurologi yang dideritanya.

Sebagai contoh adalah kebiasaan merokok yang merupakan salah satu penyebab utama penyakit GPDO. Bila ditemukan adanya riwayat merokok, diperlukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang kebiasaan merokok tersebut, seperti sudah berapa lama merokok, berapa batang atau bungkus rokok yang dihabiskan setiap harinya, atau apakah pasien masih merokok, atau sudah berhenti. Contoh lain, pada kasus epilepsi, dapat ditanyakan ada tidaknya riwayat sulit tidur di malam hari, riwayat sering mengalami stres, atau riwayat minum alkohol, dan riwayat penggunaan obat tidur, yang bila dihentikan secara mendadak dapat mencetuskan terjadinya kejang. 1.7 Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam anamnesis riwayat penyakit keluarga, dokter menanyakan ada tidaknya anggota keluarga dekat pasien (sedarah) secara garis keturunan vertikal, seperti ayah kandung, ibu kandung, kakek, nenek, paman, dan bibi, yang menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita pasien. Hal ini ditanyakan pada kasus penyakit yang dapat diturunkan secara genetik. Pada anamnesis ini, dapat juga ditanyakan kepada pasien adakah anggota keluarganya yang menderita penyakit yang penularannya melalui kontak langsung, misalnya pada kasus infeksi intrakranial.

Penyakit GPDO, terutama stroke hemoragik, dan nyeri kepala tipe tegang, merupakan contoh penyakit gangguan neurologi yang memiliki kecenderungan untuk

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 5

Page 14: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara diturunkan secara genetik. Pada penyakit infeksi intrakranial, khususnya pada meningitis tuberkulosis, yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, dapat ditemukan adanya riwayat paparan dengan anggota keluarga dekat, atau tetangga yang menderita tuberkulosis paru. Pada anamnesis ditanyakan juga adakah anggota keluarga yang mengalami sakit yang sama dengan pasien. Bila ada yang telah meninggal dunia, tanyakanlah sebab kematiannya. 1.8 Anamnesis Sosial Ekonomi

Pada anamnesis sosial ekonomi, dokter menanyakan keadaaan keluarga pasien terutama mengenai perumahan, dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien. Masih rendahnya kesadaran tentang pola hidup yang sehat, merupakan salah satu faktor penyebab utama penyakit gangguan peredaran darah otak. Penyakit infeksi intrakranial memiliki angka kejadian yang lebih tinggi pada pasien yang bertempat tinggal di daerah yang kumuh, dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah. 1.9 Anamnesis Gizi

Pada anamnesis gizi dokter menanyakan pada pasien tentang makanan yang dikonsumsi setiap hari, seberapa banyak porsinya serta frekuensi makan. Dapat ditanyakan juga, apakah pasien merasa berat badannya berkurang, bertambah, atau tetap dan dicari apakah ada hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh pasien.

Sebagai contoh, pada pasien GPDO (stroke) dapat ditemukan riwayat sering mengkonsumsi makanan berlemak dengan porsi dan frekuensi makan yang banyak. Sebaliknya pada penyakit infeksi intrakranial, umumnya didapatkan riwayat status gizi yang buruk, yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Simulasi Kasus Anamnesis Penyakit Gangguan Neurologi 1. Gangguan Peredaran Darah Otak (stroke iskemik/stroke non hemoragik) Anamnesis Pribadi : Pria : Wanita 1:1, Usia di atas 50 tahun. Keluhan Utama : Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri. Keluhan Tambahan : Lengan dan tungkai kiri mati dirasakan ”mati rasa”. Diagnosis Banding : Stroke iskemik (infark otak, transient ischemic attack),

stroke hemoragik (perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid), tumor otak, neuropati, sklerosis multipel, Sindroma Guillain Barre (SGB), kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak karena trauma kepala dan leher.

Onset. Kelemahan pada lengan dan tungkai terjadi secara tiba-tiba pada saat pasien sedang beristirahat, dan pasien tetap sadar. Bila penyebabnya stroke hemoragik, pada umumnya pasien akan mengalami kehilangan kesadaran. Onset yang cepat, menandakan kemungkinan kasus disebabkan oleh gangguan vaskular, yaitu infark, atau perdarahan. Pada kasus tumor otak, sklerosis multipel, neuropati, dan Sindroma Guillain Barre, kelemahan pada lengan dan tungkai terjadi secara bertahap (onset lambat).

Location. Kelemahan anggota gerak dapat terjadi pada sisi tubuh sebelah kiri,

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 6

Page 15: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

atau kanan, tergantung dari letak lesinya. Kelumpuhan terjadi pada sisi tubuh yang kontralateral terhadap lesi pada upper motor neuron (UMN). Artinya jika sisi sebelah kiri tubuh mengalami kelemahan, atau kelumpuhan, maka lesi berada pada sisi sebelah kanan, demikian juga sebaliknya.

Duration. Lama keluhan terjadi dapat juga ditanyakan untuk menentukan jenis dari stroke iskemik. Bila gejala neurologik hilang dalam waktu kurang 24 jam (kebanyakan 10-20 menit), kemungkinan besar diagnosis adalah TIA. Bila gejala neurologik tidak hilang dalam jangka waktu 24 jam, diagnosis yang dapat difikirkan adalah reversible ischemic neurologi deficit (gejala neurologik terjadi lebih dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu), stroke progresif, dan stroke komplet (komponen pertanyaan ini ditanyakan pada pasien yang telah dirawat beberapa hari).

Character. Kelemahan pada lengan dan tungkai terjadi secara serentak. Pada sklerosis multipel, neuropati, dan Sindrom Guillain Barre, kelumpuhan anggota gerak terjadi tidak serentak (kelemahan terjadi pada lengan terlebih dahulu, baru kemudian tungkai, atau sebaliknya). Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, tidak disertai dengan nyeri kepala yang hebat, dan tidak disertai muntah yang dapat bersifat proyektil. Nyeri kepala hebat dan muntah, dapat ditemukan pada kasus stroke hemoragik, atau tumor otak, dimana terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

Quality. Kelemahan pada lengan dan tungkai dirasakan menetap, dan tidak dirasakan semakin memberat, atau hilang timbul. Pada stroke progresif, gejala neurologik dapat dirasakan semakin memberat dalam beberapa menit, jam, atau hari. Pada neuropati, dan Sindrom Guillain Barre, kelemahan pada otot dapat memberat, namun dalam jangka waktu yang lama (beberapa minggu, atau beberapa bulan). Pada sklerosis multipel, keluhan dapat membaik, bahkan hilang dalam beberapa hari, atau minggu, kemudian kambuh lagi dengan keluhan dan gejala klinik serupa.

Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu. Berisi pertanyaan tentang ada tidaknya riwayat hipertensi (darah tinggi), atau adanya riwayat sering mengalami sakit kepala bagian belakang yang merupakan gejala klinis yang menandakan adanya penyakit hipertensi. Hipertensi menyebabkan merupakan salah satu faktor predisposisi utama terjadinya infark otak, atau infak miokardium. Tanyakan juga ada tidaknya riwayat trauma pada kepala dan leher, untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Anamnesis Riwayat Pribadi. Berisi pertanyaan mengenai kebiasaan hidup pasien yang mungkin memiliki hubungan dengan penyakit stroke iskemik yang dideritanya. Misalnya kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan berkadar garam tinggi, jarang berolah raga, atau kebiasaan merokok. Ketiga kebiasaan ini dapat menyebabkan timbulnya aterosklerosis pembuluh darah, yang bila terjadi pada pembuluh darah otak, dapat menyebabkan terjadinya iskemia atau infark pada daerah otak yang suplai darahnya terganggu.Bila ditemukan adanya riwayat merokok, diperlukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang kebiasaan merokok tersebut, seperti sudah berapa lama merokok,

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 7

Page 16: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

berapa batang atau bungkus rokok yang dihabiskan setiap harinya, atau apakah pasien masih merokok, atau sudah berhenti.

Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga. Pada anamnesis riwayat penyakit keluarga, dokter menanyakan apakah ada keluarga dekat pasien (sedarah) secara garis keturunan vertikal (ayah, ibu, kakek, nenek, paman, atau bibi kandung) pasien yang juga menderita penyakit keluhan yang sama dengan pasien (stroke), menderita hipertensi, atau penyakit jantung koroner. Bila ada yang anggota kelurga yang telah meninggal dunia, tanyakanlah sebab kematiannya.

Anamnesis Riwayat Sosial Ekonomi.Berisi penggalian informasi tentang keadaaan keluarga pasien, terutama mengenai perumahan, penghasilan, dan lingkungan, atau daerah sekitar tempat tinggal pasien.

Anamnesis Gizi.Pada anamnesis gizi dokter menanyakan pada pasien tentang makanan yang dikonsumsi setiap hari, seberapa banyak porsinya, serta frekuensi makan. Dapat ditanyakan juga, apakah pasien merasa berat badannya berkurang, bertambah, atau tetap, dan dicari apakah ada hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh pasien.

Gambar 2. Berbagai Tipe Kelumpuhan, (a) Hemiparesis (b) Paraparesis (c) Tetraparesis

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 8

Page 17: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur

Instruktur Introduksi dan Penyampaian Pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan

45 menit

Demonstrasi oleh Instruktur, Instruktur memperlihatkan kepada mahasiswa cara melakukan anamnesis penyakit pada sistem respirasi dan cara menggali informasi yang didapatkan dari anamnesis secara deskriptif dan kronologis Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching)

Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit Instruktur memberikan masukan-masukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

III. PEDOMAN INSTRUKTUR 3.1TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Memahami kerangka anamnesis penyakit gangguan neurologi, mampu

menggali informasi yang didapatkan dari anamnesis secara deskriptif dan kronologis, serta mampu melakukan anamnesis penyakit gangguan neurologi yang terdiri dari anamnesis pribadi, anamnesis keluhan utama, anamnesis penyakit sekarang, anamnesis penyakit terdahulu, anamnesis organ, anamnesis riwayat pribadi, anamnesis riwayat penyakit keluarga, anamnesis sosial ekonomi dan anamnesis gizi.

2. Mampu melakukan anamnesis penyakit gangguan neurologi yang sering dijumpai dengan contoh kasus:

Gangguan Peredaran Darah Otak (stroke iskemik/stroke non hemoragik) (3B).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 9

Page 18: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3.2PELAKSANAAN

1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang

telah ditetapkan oleh bagian SDM MEU FK UISU 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit Pembukaan Perkenalan

Instruktur Pengantar (overview) 15 menit

Latihan

Demonstrasi Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Coaching 30 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan Feed Back

Instruktur Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit). 4.Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab (lantai 3) 5.Alat dan Bahan yang diperlukan :

Meja Kursi 8 Pasien Simulasi (instruktur)

6.Materi Kegiatan / Latihan : Memahami kerangka anamnesis penyakit gangguan neurologi, mampu

menggali informasi yang didapatkan dari anamnesis secara deskriptif dan kronologis, serta mampu melakukan anamnesis penyakit gangguan neurologi dengan baik dan benar, yang terdiri dari : Anamnesis Pribadi Anamnesis Keluhan Utama Anamnesis Penyakit Sekarang Anamnesis Penyakit Terdahulu Anamnesis Organ/Sistem (sekilas) Anamnesis Riwayat Pribadi Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga Anamnesis Sosial/Ekonomi Anamnesis Gizi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 10

Page 19: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN

1. Ailah A, Limoa A, Wuysang G. Infark Otak : Gangguan Peredaran Darah Otak. In : Harsono, ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. 2nd edition. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ; 1999. p. 71-9.

2. Patofisiologi Susunan Neuromuskular. In : Mardjono M, Sidharta P, eds. Neurologi Klinis Dasar. 8th edition. Jakarta : PT Dian Rakyat ; 2000. p.20-37.

3. Ailah A, Limoa A, Wuysang G. Kuswara F.F Gangguan Peredaran Darah Otak (Stroke). In : Harsono, ed. Kapita Selekta Neurologi. 2nd edition. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ; 1996. p. 25-43.

4. Stroke. In : Ginsberg L, ed. Lecture Notes Neurologi. 8th edition. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2008. p. 41-50.

5. Dacre J, Kopelman P. Sistem Saraf. In : Listiawaty, ed. Alih Bahasa : Pendit B.U. Buku Saku Keterampilan Klinis. 1st edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005. p.178-84.

6. Duus P. Kerusakan Jaras Piramidalis Dan Ekstrapiramidalis. In : Suwono W.J, ed. Diagnosis Topik Neurologi. 2nd edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1996. p. 38-41.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 11

Page 20: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (1) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan ANAMNESIS PENYAKIT GANGGUAN NEUROLOGI Ya Tidak

1. Gangguan Peredaran Darah Otak (stroke iskemik)

Dokter mengucapkan salam dan mempersilahkan pasien masuk. Dokter mempersilahkan pasien duduk. Dokter memperkenalkan dirinya kepada pasien dan keluarganya. Dokter menanyakan nama, usia, agama, status pernikahan, suku bangsa, alamat dan pekerjaan pasien. (pasien berusia 60 tahun, jenis kelamin pria) Anamnesis Pribadi

Dokter menanyakan keluhan pasien yang membuat dirinya datang berobat, dan sudah berapa lama keluhan dirasakan. (kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, keluhan dirasakan pasien sejak 4 jam yang lalu) Keluhan Utama

Dokter meminta pasien menceritakan bagaimana mula terjadinya keluhan yang dirasakan pasien. (kelemahan pada lengan dan tungkai kiri dirasakan pertama kali pada saat pasien sedang bersantai di kursi goyangnya. Pasien tidak mampu bangkit dari kursi goyang, karena lengan dan tungkai kirinya tidak dapat diangkat) Onset

Dokter menanyakan apakah kelemahan pada lengan dan tungkai kiri pasien terjadi secara mendadak, atau sebelumnya kelemahan pada lengan dan tungkai telah dirasakan, namun tidak seberat sekarang. (keluhan dirasakan timbul secara mendadak. Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kirinya). Onset

Dokter menanyakan apakah pasien sempat mengalami pingsan saat kelemahan lengan dan tungkai kirinya terjadi. (pasien tetap sadar pada saat keluhan terjadi, dan merasa kaget saat lengan dan tungkai kirinya mengalami kelemahan). Onset

Dokter menanyakan apakah sesaat sebelum pasien bersantai dan keluhan terjadi, pasien melakukan aktifitas fisik yang cukup berat. (pasien tidak melakukan aktifitas fisik yang berat sesaat sebelum keluhan terjadi). Onset, Provoking Factor

Dokter menanyakan apakah kelemahan pada lengan dan tungkai kiri didahului dan disertai oleh sakit kepala hebat, dan muntah yang timbul secara tiba-tiba, tanpa didahului mual. (keluhan tidak didahului dan disertai oleh sakit kepala dan muntah). Onset, Character

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 12

Page 21: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Dokter menanyakan bagaimana sifat dari keluhan yang dirasakan pasien, apakah kelemahan terjadi secara serentak pada lengan dan tungkai kiri, atau tidak serentak, misalnya lengan dahulu, kemudian tungkai, atau sebaliknya. (Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri dirasakan timbul secara serentak). Character

Dokter menanyakan apakah kelemahan pada lengan dan tungkai kiri saat ini dirasakan sama seperti pada saat pertama kali kelemahan terjadi, bertambah baik, atau bertambah buruk, misalnya pada awalnya lengan dan tungkai kiri tidak dapat diangkat, saat ini lengan dan tungkai tersebut tidak dapat digerakkan sama sekali. (Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri dirasakan sama seperti saat kelemahan terjadi).Quality

Dokter menanyakan ada tidaknya keluhan lain yang dirasakan pasien. (Lengan dan tungkai kiri juga dirasakan ”mati rasa”)

Keluhan Tambahan Dokter menanyakan apakah ”mati rasa” pada lengan dan tungkai kiri, terjadi bersamaan dengan kelemahan pada lengan dan tungkai pasien pada sisi yang sama. (keluhan ”mati rasa” terjadi bersamaan dengan terjadinya kelemahan pada lengan dan tungkai kiri pasien). Onset, Keluhan Tambahan

Dokter meminta pasien menjelaskan keluhan ”mati rasa” yang dialami pasien. (pasien tidak dapat merasakan sakit, dan suhu pada lengan dan tungkai kirinya). Onset, Keluhan Tambahan

Dokter menanyakan ada tidaknya riwayat penyakit hipertensi atau ”darah tinggi” yang lama, dan apakah pasien sering mengalami sakit kepala belakang yang timbul di pagi hari dan mereda di sore hari (pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak 20 tahun yang lalu, dan sering mengalami sakit kepala belakang yang timbul di pagi hari dan mereda di sore hari) Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu

Dokter menanyakan apakah pasien selalu mengukur tekanan darahnya secara teratur (pasien jarang mengukur tekanan darahnya, dan tidak tahu berapa nilai tekanan darahnya yang terakhir) Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu

Dokter menanyakan ada tidaknya riwayat terbentur, atau terjatuh, yang menyebabkan cedera pada kepala dan leher, sebelum timbulnya kelemahan pada lengan dan tungkai kiri. (tidak ada riwayat cedera pada kepala dan leher sebelum keluhan terjadi). Anamnesis Riwayat Penyakit Terdahulu

Dokter menanyakan ada tidaknya riwayat merokok pada pasien, sudah berapa lama merokok, berapa batang atau bungkus rokok yang dihabiskan setiap hari serta apakah pasien masih merokok atau sudah berhenti merokok saat ini (pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu, setiap hari pasien menghabiskan tiga bungkus rokok, pasien masih merokok sampai sekarang karena mulutnya terasa ”asam” bila tidak merokok sehari saja) Anamnesis Riwayat Pribadi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 13

Page 22: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Dokter menanyakan apakah pasien teratur berolah raga setiap hari (pasien jarang berolah raga karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya) Anamnesis Riwayat Pribadi

Dokter menanyakan apakah ada keluarga dekat pasien (sedarah) secara garis keturunan vertikal (ayah, ibu, kakek, nenek, paman, atau bibi kandung) pasien yang juga menderita penyakit keluhan yang sama dengan pasien (stroke), menderita hipertensi, atau penyakit jantung koroner. (paman dan bibi kandung pasien juga menderita stroke, dan penyakit ”darah tinggi”). Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga

Dokter menanyakan apakah ada anggota keluarga dekat pasien yang telah meninggal dunia. Bila ada tanyakan sebab kematiannya. (paman pasien telah meninggal karena stroke 5 tahun yang lalu. Bibi pasien juga telah meninggal karena serangan jantung 2 tahun yang lalu). Anamnesis Riwayat Penyakit Keluarga

Dokter menayakan mengenai kebiasaan makan pasien sehari-hari (makan nasi 3 kali sehari dengan lauk pauknya) Anamnesis Gizi

Dokter menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi makanan yang berlemak tinggi seperti gulai, kari dan lain sebagainya (pasien sering mengkonsumsi dan sangat menyukai makanan yang berlemak) Anamnesis Pribadi, Anamnesis Gizi

Dokter menayakan apakah pasien merasa berat badannya mengalami penurunan, peningkatan, atau tetap seperti biasa (pasien merasa berat badannya mengalami peningkatan karena dirinya semakin jarang berolah raga) Anamnesis Gizi

Keterangan : Tulisan yang dicetak tebal adalah jawaban yang diharapkan dari pasien. Mahasiswa berperan sebagai dokter dan instruktur sebagai pasien. Tanda Tangan Instruktur, ( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 14

Page 23: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN

ANAMNESIS PENYAKIT GANGGUAN NEUROLOGI (Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur

:

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Alamat : Agama : Bangsa / Suku : Status Perkawinan : Pekerjaan :

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan Utama :

Keluhan Tambahan :

Telaah : (Riwayat Penyakit Sekarang)

Riwayat Penyakit Dahulu :

Anamnesis Organ & Sistem :

Anamnesis Riwayat Pribadi :

Anamnesis Riwayat Keluarga :

Anamnesis Sosial Ekonomi :

Anamnesis Gizi :

Tanda Tangan

Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 15

Page 24: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Kedua

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MOTORIK

I. PENDAHULUAN

Sistem motorik neurologi atau sistem neuromuskular voluntar, adalah sistem yang berperan terhadap fungsi kerja otot-otot skeletal, dalam melakukan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan (volunter). Pengaturan sistem neuromuskular voluntar terdapat pada korteks motorik, yang terletak pada bagian korteks otak sebelah depan, yang dinamakan gyrus precentralis.

Sebagian besar manifestasi obyektif kelainan saraf, dapat bermanifestasi dalam gangguan gerakan otot, yang merupakan pertanda klinis adanya suatu kelainan, atau penyakit. Oleh karena itu keterampilan dalam melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik neurologi merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk dikuasai.

Pemeriksaan fisik sistem motorik neurologi yang akan dibahas, dan dipelajari dalam modul keterampilan klinik ini meliputi, pemeriksaan inspeksi, pemeriksaan palpasi, dan pemeriksaan gerakan, yang terdiri pemeriksaan gerakan pasif, dan aktif.

Persiapan Pemeriksaan & Pasien

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik neurologi, pastikanlah

keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan

pasien, serta memiliki penerangan yang baik. Dokter hendaknya selalu didampingi

seorang perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan

yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien.

Sebagaimana halnya pemeriksaan fisik pada sistem organ lainnya, jelaskanlah

Gambar 1. Representasi Otot Lurik Pada Korteks Motorik (gyrus pracentralis)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 16

Page 25: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik yang akan dilakukan secara lisan,

dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, atau keluarganya, kemudian mintalah

persetujuan pasien, atau keluarganya. Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien

sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan (berdiri, duduk, atau berbaring).

Inspeksi Pemeriksaan inspeksi pada sistem motorik neurologi meliputi pengamatan

terhadap sikap badan, bentuk dan ukuran otot, dan ada tidaknya gerakan abnormal

yang tidak terkendali.

Sikap Badan Perhatikan sikap badan pasien dengan seksama secara keseluruhan, dan sikap

setiap anggota tubuh. Sikap pasien yang diamati antara lain bagaimana sikap pasien

sewaktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan saat berjalan, karena dapat

menunjukkan adanya penyakit tertentu. Sebagai contoh adalah penderita penyakit

Parkinson, yang pada saat berdiri, kepala dan lehernya akan dibungkukkan ke arah

depan, sementara lengan dan tungkainya berada dalam keadaan fleksi. Pada saat

penderita Parkinson berjalan, seolah-olah penderita seperti akan jatuh ke depan,

dengan langkah yang pendek, lengan kurang dilenggangkan, dan terlihat adanya

tremor kasar terutama pada kedua tangannya (propulsive gait).

Pada penderita kelumpuhan separuh badan (hemiparesis) karena stroke, lengan

yang lumpuh terlihat berada dalam posisi fleksi, sedangkan tungkai yang lumpuh

Gambar 2. Sikap & Cara Berjalan Penderita Parkinson (propulsive gait)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 17

Page 26: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara terlihat ekstensi. Saat berjalan, penderita hemiparesis akan menyeret bagian

badannya yang lumpuh (spastic gait).

Penderita paraparesis tipe sentral, cara berjalannya yang seperti gunting, dimana

tungkai penderita seolah-olah menyilang (scissors gait).

Penderita polineuritis, dan paraparesis tipe perifer, akan berjalan seperti ayam,

yaitu tungkai difleksikan setinggi-tingginya pada persendian lutut, supaya dapat

mengangkat kakinya yang kurang mampu melakukan dorsofleksi (steppage gait).

Penderita tabes dorsalis tampak berjalan dengan kaki mengangkang, dan selalu

memperhatikan langkahnya agar dirinya tidak jatuh.

Penderita gangguan serebellum akan berdiri dengan kepala membelok ke arah

berlawanan terhadap sisi yang sakit (letak lesi), bahu pada sisi yang sakit agak lebih

rendah, dan badan penderita miring ke sisi yang sakit.

Pada anak dengan distrofia muskulorum progresiva, sikap tubuh tampak

lordosis. Bila berjalan, penderita tampak memutar panggulnya, agar berat badannya

berpindah ke tungkai yang sedang bertumpu (waddling gait).

Perhatikanlah juga gerakan anggota tubuh dan bandingkanlah dengan yang sehat.

Bentuk & Ukuran Otot Perhatikan bentuk otot, dan bandingkanlah dengan sisi yang sehat, baik dalam

keadaan otot beristirahat, maupun saat otot dalam keadaan berkontraksi. Pada otot

yang mengalami atrofi, otot akan tampak lebih kecil bila dibandingkan dengan otot

yang sehat. Pengamatan dilakukan secara sistematis dimulai dari daerah kepala dan

Pada penderita paresis, anggota tubuh yang sakit tampak kurang digerakkan.

Gambar 3. Sikap Badan & Cara Berjalan Beberapa Penyakit Neurologi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 18

Page 27: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara wajah, hingga ekstremitas bawah.

Perhatikan ukuran otot dengan membandingkan ukuran anggota gerak atas dan

bawah, baik sisi sebelah kanan maupun sebelah kiri, yang pada keadaan normal

sama panjang. Pada kasus kelumpuhan sejak masa kanak-kanak, ukuran anggota

gerak atas atau bawah penderita yang mengalami kelumpuhan, akan terlihat lebih

pendek, bila dibandingkan dengan anggota gerak yang sehat.

Beberapa gerakan abnormal yang tidak terkendali yang dapat diamati antara lain

adalah, tremor, khorea, atetosis, balismus, tik, dan spasme.

Tremor

Tremor adalah gerakan otot yang tidak terkendali, dimana anggota tubuh

penderita tampak bergetar. Gerakan ini disebabkan oleh berkontraksinya otot-otot

tubuh yang bersifat berlawanan (antagonis) secara bergantian. Tremor dapat

dibedakan atas tremor fisiologis (normal), tremor halus, dan tremor kasar.

Contoh tremor fisiologis adalah bergetarnya anggota badan pada saat

melakukan gerakan tubuh dengan sangat lambat. Tremor halus (tremor toksik)

dapat diamati pada jari-jari tangan penderita kasus hipertiroid. Sifatnya sangat

halus dan sukar dilihat. Tremor kasar dapat ditemukan pada penderita Parkinson.

Tremor ini gerakannya lambat, terlihat jelas, dan berulang-ulang. Contoh tremor

kasar adalah gerakan pada jari-jari tangan, seperti melinting pil (pil rolling tremor),

atau menghitung uang.

Gambar 4 . Atropi Otot Ekstremitas Atas Kanan Gambar 5. Atropi Otot Ekstremitas Bawah Kiri Gerakan Abnormal Tidak Terkendali

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 19

Page 28: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Khorea Khorea merupakan gerakan otot yang cepat, tidak terkendali, dan tidak

beraturan. Gerakan ini dapat melibatkan satu ekstremitas saja, separuh badan, atau

bahkan seluruh badan penderita. Khorea biasanya dicetuskan oleh adanya aktifitas,

atau ketegangan jiwa yang lebih berat dari biasanya, dan hilang bila penderita

beristirahat.

Khorea dapat diamati dengan jelas pada lengan dan tangan penderita terutama

pada otot-otot bagian distal. Bila penderita diminta untuk meluruskan lengan dan

tangannya, akan terlihat hiperektensi dari falang proksimal dan terminal, sementara

pergelangan tangan dalam terlihat dalam keadaan fleksi dan sedikit dipronasikan.

Khorea dapat distimulasi dengan cara meminta pasien untuk melakukan dua

gerakan sekaligus, yang pada umumnya adalah gerakan mengangkat lengannya ke

atas, sambil menjulurkan lidahnya. Pada pengamatan akan terlihat jari-jari tangan

tampak diregangkan, ibu jari diabduksi dan terarah ke bawah. Penderita akan

mengeluarkan lidahnya secara mendadak, kemudian ditariknya kembali.

Atetosis

Atetosis merupakan gerakan otot yang tidak terkendali seperti khorea, namun

gerakannya lambat, dan melibatkan otot-otot sebelah distal, terutama pada

ekstremitas atas. Atetosis dapat diamati pada penyakit-penyakit yang melibatkan

ganglia basalis.

Balismus

Balismus adalah gerakan otot yang tidak terkendali, cepat, tidak beraturan, dan

dapat diamati pada otot-otot tubuh bagian proksimal. Gerakan ini dapat dibedakan

dengan khorea, yang terutama melibatkan otot-otot tubuh bagian distal.

Spasme

Spasme adalah gerakan otot yang tidak terkendali, yang disebabkan kontraksi

otot-otot yang dipersarafi oleh satu saraf. Spasme dapat dibedakan menjadi spasme

klonik, dan spasme tonik. Spasme klonik muncul tiba-tiba, durasinya pendek,

namun dapat berulang. Spasme tonik yang berlangsung lama dan terus menerus.

Tik (tic)

Tik merupakan gerakan otot involunter, yang berulang-ulang, dan melibatkan

sekelompok otot yang berhubungan secara sinergis. Contoh tik yang paling sering

ditemukan adalah tik fasialis, yang terlihat seperti kedutan-kedutan otot pada wajah

yang terjadi berulang-ulang.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 20

Page 29: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Palpasi

Pemeriksaan palpasi bertujuan untuk menilai konsistensi otot, tonus otot, dan

ada tidaknya nyeri tekan. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, mintalah pasien

untuk tenang, dan mengistirahatkan otot-ototnya, agar tidak terjadi kesalahan

penilaian sewaktu pemeriksaan dilakukan, dan mintalah pasien memberitahukan

pemeriksa, bila otot terasa nyeri saat palpasi dilakukan. Palpasi dapat dilakukan

pada otot-otot pada anggota gerak tubuh bagian atas, bagian bawah, dan bagian

tubuh.

Palpasi Otot Ekstremitas Atas

Palpasi pada otot-otot ekstremitas atas, misalnya dapat dilakukan pada otot

triseps, biseps, dan otot-otot lengan bawah, dengan cara melakukan pemijatan pada

otot-otot lengan yang sama pada sisi kanan dan kiri. Lakukanlah palpasi pada otot

sisi yang sehat terlebih dahulu.

Kemudian dilakukan penilaian dengan cara membandingkan otot lengan yang

sama pada sisi yang sakit dengan sisi yang sehat, apakah otot lengan pada sisi yang

sakit terasa sama kenyal, lebih lembek pada tonus otot yang menurun pada lesi

pada lower motor neuron, atau terasa lebih kenyal (hipertoni) pada lesi upper motor

neuron.

Lakukan juga penilaian mengenai ada tidaknya nyeri tekan pada otot-otot

lengan saat dipalpasi, kemudian bandingkanlah dengan otot-otot lengan yang sama

pada sisi tubuh yang berlainan.

Gambar 6. Pemeriksaan Palpasi Otot Triseps Gambar 7. Pemeriksaan Palpasi Otot Lengan B awah

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 21

Page 30: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Palpasi Otot Ekstremitas Bawah

Palpasi pada otot-otot ekstremitas bawah, dapat dilakukan pada otot-otot paha, dan

otot-otot betis, dengan cara melakukan pemijatan pada otot-otot tubuh yang sama pada

sisi kanan dan kiri. Lakukanlah palpasi pada otot sisi yang sehat terlebih dahulu.

Kemudian dilakukan penilaian dengan cara membandingkan otot tungkai yang

sama pada sisi yang sakit dengan sisi yang sehat, apakah otot tungkai pada sisi yang

sakit terasa sama kenyal, lebih lembek pada tonus otot yang menurun (hipotoni), atau

terasa lebih kenyal (hipertoni).

Lakukan juga penilaian mengenai ada tidaknya nyeri tekan pada otot-otot tungkai

saat dipalpasi, kemudian bandingkanlah dengan otot-otot tungkai yang sama pada sisi

tubuh yang berlainan.

Pemeriksaan Gerakan

Pemeriksaan gerakan dapat dibedakan menjadi pemeriksaan gerakan pasif dan

aktif, dan bertujuan untuk memeriksa ada tidaknya gangguan pergerakan akibat

adanya lesi pada traktus piramidalis, maupun traktus ekstrapiramidalis. Gangguan

pergerakan dapat dibedakan menjadi menjadi tiga macam yaitu, kelumpuhan,

kekakuan, dan gerakan abnormal.

Kelumpuhan

Kelumpuhan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu paresis, dan

plegia. Paresis adalah kelumpuhan otot yang ringan dimana anggota tubuh

lumpuh, namun masih ada sedikit otot yang berkontraksi, tetapi tidak penuh.

Sebaliknya plegia adalah, kelumpuhan otot yang berat, anggota tubuh tidak

Gambar 8. Pemeriksaan Palpasi Otot Paha Kanan Gambar 9. Pemeriksaan Palpasi Otot Betis Kanan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 22

Page 31: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

dapat digerakkan karena tidak ada otot yang berkontraksi. Beberapa istilah

kelumpuhan yang perlu diketahui adalah :

Monoparese atau monoplegia

Monoparese atau monoplegia adalah kelumpuhan yang terjadi hanya pada

salah satu dari keempat ekstremitas. Contoh dari monoparesis atau monoplegia

pada ekstremitas atas adalah monoplegia brachialis sinistra, atau pada

ekstremitas bawah misalnya, monoparesis cruralis dekstra.

Paraparese atau paraplegia

Paraparesis atau paraplegia adalah kelumpuhan yang terjadi pada kedua

lengan, atau kedua tungkai. Contohnya adalah paraparesis superior (lengan),

atau paraplegia inferior (tungkai).

Hemiparesis atau hemiplegia

Hemiparesis atau hemiplegia adalah kelumpuhan ekstremitas superior dan

inferior pada sisi yang sama. Contohnya hemiplegia dekstra pada kelumpuhan

lengan dan tungkai kanan, atau hemiparesis sinistra pada kelumpuhan lengan

dan tungkai kiri.

Tetraparesis atau tetraplegia

Tetraparesis atau tetraplegia adalah kelumpuhan yang terjadi pada keempat

ekstremitas (kuadraplegia). Penyebab dari kelumpuhan jenis ini adalah adanya

lesi pada medula spinalis di atas tingkat konus.

Hemiparesis atau hemiplegia cruciata (crossed hemiplegia)

Hemiparesis atau hemiplegia cruciata adalah kelumpuhan ekstremitas

superior dan inferior pada sisi yang berlawanan (kontralateral). Misalnya

kelumpuhan lengan kanan dengan tungkai kiri, atau kelumpuhan lengan kiri

dengan tungkai kanan

Ciri Kelumpuhan Lower Motor Neuron (LMN)Hilangnya tonus otot.

Hilangnya refleks fisiologis (arefleksia).

Atrofi otot cepat terjadi.

Tidak adanya refleks patologis.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 23

Page 32: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Ciri Kelumpuhan Upper Motor Neuron

(UMN)Tonus otot meninggi (hipertonus).

Hiperefleksia.

Timbulnya refleks patologis.

Atrofi otot tidak terjadi, bila terjadi atrofi otot bukan disebabkan oleh lesi, tetapi

karena otot tersebut lama tidak dipergunakan (disuse atrofi).

Kekakuan

Kekakuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu spastisitas (rigiditas

elastis), dan rigiditas (rigiditas plastis). Spastisitas disebabkan oleh adanya lesi

pada traktus piramidalis, sedangkan rigiditas disebabkan oleh adanya lesi pada

traktus ekstrapiramidalis.

Ada tidaknya kekakuan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan gerakan

pasif, dan diamati ada tidaknya ciri-cirinya, apakah normal, spastisitas, atau rigiditas.

Pemeriksaan Gerakan Pasif

Pemeriksaan ini dilakukan pada ekstremitas tubuh, baik ekstremitas atas, dan

bawah, dan bertujuan untuk menilai ada tidaknya kekakuan sewaktu ekstremitas

digerakkan pada persendiannya, yang berupa spastisitas, maupun rigiditas.

Untuk melakukan pemeriksaan gerakan pasif, terlebih dahulu pemeriksa

meminta pasien untuk tenang dan mengistirahatkan ekstremitas yang akan

diperiksa. Pemeriksa kemudian menggerakkan ekstremitas pasien (tungkai atau

lengan) pada persendian hingga ekstremitas dalam keadaan fleksi kemudian

Gambar 10. Berbagai Tipe Kelumpuhan (paresis atau plegia)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 24

Page 33: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara diekstensikan kembali, dengan gerakan yang dibuat bervariasi, yaitu pada awalnya

cepat, kemudian lambat, cepat kembali, lebih lambat, kemudian seterusnya

bergantian dan berulang-ulang.

Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas yang sehat terlebih dahulu, dan

kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan pada ekstremitas pada sisi yang sakit.

Sambil menggerakkan ekstremitas lakukanlah penilaian untuk menilai ada

tidaknya tahanan (kekakuan), baik berupa spastisitas, ataupun rigiditas. Dalam

keadaan normal, jika pasien betul-betul mengistirahatkan persendiannya, tidak

akan ditemukan adanya tahanan.

Ciri Spastisitas

Bila dilakukan gerakan pasif, tahanan didapatkan pada satu jurusan saja,

misalnya tungkai sulit difleksikan namun mudah diekstensikan.

Bila gerakan pasif dihentikan, posisi ekstremitas kembali seperti semula

(fenomena pisau lipat, atau clasp knife phenomena).

Kekakuan tidak dipengaruhi oleh istirahat, atau emosi.

Ciri Rigiditas

Bila dilakukan gerakan pasif, tahanan akan didapatkan baik sewaktu ekstremitas

difleksikan, maupun pada saat diekstensikan.

Bila gerakan pasif dihentikan, posisi ekstremitas tidak kembali seperti semula.

Kekakuan dapat dipengaruhi oleh istirahat, atau emosi.

Pada pemeriksaan gerakan pasif lengan kasus Parkinson, dapat ditemukan

tahanan yang terasa terputus-putus (fenomena coghwell).

Contoh spastisitas dapat ditemukan pada kasus hemiplegia, atau hemiparesis. Gambar 11. Pemeriksaan Gerakan Pasif Lengan Gambar 12. Pemeriksaan Gerakan Pasif Le ngan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 25

Page 34: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Contoh rigiditas dapat ditemukan pada kasus Parkinson, tumor yang menekan

batang otak, kontusio cerebri berat, dan encephalitis.

Pemeriksaan Gerakan Aktif Pemeriksaan gerakan aktif bertujuan untuk menilai luasnya bidang gerak (range

of motion), dan kekuatan otot pada ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah, untuk

menilai ada tidaknya kelumpuhan (paresis, atau plegia) pada otot-otot tersebut.

Pemeriksaan Luas Bidang Gerak Ekstremitas Atas Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam posisi pasien duduk, atau berbaring bagi

pasien yang tidak mampu untuk duduk. Pemeriksaan dilakukan pada lengan yang

sehat terlebih dahulu, kemudian dibandingkan dengan lengan pada sisi yang sakit

untuk melakukan penilaian.

Untuk mengukur range of motion, mintalah pasien menggerakkan lengannya

pada persendiaan bahu setinggi mungkin ke arah belakang, samping kanan, dan

kiri. Selain itu mintalah pasien untuk melakukan gerakan rotasi lengan pada

persendian bahu, dan mintalah pasien untuk menggerakkan bahunya ke atas,

bawah, depan, dan belakang. Bila pasien tidak dapat mengangkat lengannya,

mintalah pasien untuk menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari tangan, atau

menggeser lengannya.

Bandingkanlah gerakan lengan yang sakit dengan yang sehat, dan lakukan

penilaian apakah gerakan lengan yang sakit sama luas, atau kurang, bila

dibandingkan dengan lengan yang sehat.

Pemeriksaan Luas Bidang Gerak Ekstremitas Bawah

Seperti halnya pada ekstremitas atas, pemeriksaan range of motion (ROM)

ekstremitas bawah dapat dilakukan dalam posisi pasien duduk, atau berbaring bagi

pasien yang tidak mampu untuk duduk. Pemeriksaan dilakukan pada tungkai yang

Gambar 13. Pemeriksan Gerakan Pasif Tungkai Gambar 14. Pemeriksaan Gerakan Pasif Tungkai

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 26

Page 35: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara sehat terlebih dahulu, kemudian dibandingkan dengan tungkai pada sisi yang sakit

untuk melakukan penilaian.

Untuk mengukur range of motion, mintalah pasien menggerakkan tungkainya

pada persendian paha setinggi mungkin ke arah belakang, samping kanan, dan kiri.

Bila pasien tidak dapat mengangkat tungkainya, mintalah pasien untuk

menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari-jari kaki, atau menggeser tungkainya.

Bandingkanlah gerakan tungkai yang sakit dengan yang sehat, dan lakukan

penilaian apakah gerakan tungkai yang sakit sama luas, atau kurang bila

dibandingkan dengan tungkai yang sehat.

Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas atas dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu pemeriksa menggerakkan ekstremitas atas, dan pasien diminta menahannya,

atau dengan cara meminta pasien untuk menggerakkan ekstremitas atas, kemudian

pemeriksa menahannya.

Derajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran dengan

menggunakan angka, dimulai dari angka nol hingga lima. Semakin kecil angkanya

semakin lemah kekuatan otot, sebaliknya semakin besar angkanya semakin besar

kekuatan otot.

Derajat Nol. Tidak terdapat kontraksi otot sama sekali, atau lumpuh total.

Derajat Satu. Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak dapat menggerakan

persendian.

Derajat Dua. Pasien mampu menggerakkan ekstremitas, namun gerakan ini

tidak mampu melawan gaya berat. Misalnya pasien mampu menggeser lengannya,

Gambar 15. Pemeriksaan ROM Pada Lengan Gambar 16. Pemeriksaan ROM Pada Tungkai

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 27

Page 36: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara tetapi tidak mampu mengangkatnya.

Derajat Tiga. Kekuatan otot sangat lemah, akan tetapi anggota tubuh dapat

digerakkan melawan gaya gravitasi.

Derajat Empat. Kekuatan otot lemah, tetapi anggota tubuh dapat digerakkan

melawan gaya gravitasi, dan dapat pula menahan sedikit tahanan yang diberikan.

Derajat Lima. Tidak terdapat kelumpuhan, atau normal.

Pemeriksaan kekuatan anggota gerak atas meliputi, pemeriksaan kekuatan fleksi

otot, ekstensi otot, abduksi otot, dan adduksi otot, pada otot-otot lengan,

pergelangan tangan, sendi metakarpal, jari-jari tangan, serta kekuatan

menggenggam pada tangan. Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dalam

berbagai posisi pemeriksaan, antara lain duduk, berdiri, atau berbaring bagi pasien

yang tidak mampu duduk.

Pemeriksaan dilakukan pada lengan, atau tangan yang sehat terlebih dahulu,

kemudian dibandingkan kekuatannnya dengan lengan, atau tangan pada sisi yang

sakit, untuk melakukan penilaian.

Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Otot Lengan Bawah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk memfleksikan

lengan bawahnya pada persendian siku, kemudian pemeriksa menahannya.

Bandingkan dengan kekuatan otot lengan bawah pada sisi yang sehat, dan lakukan

penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Otot Lengan Bawah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengektensikan

lengan bawah yang tadi difleksikan pada persendian siku, kemudian pemeriksa

menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot lengan bawah pada sisi yang sehat,

dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot. Gambar 17. Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Lengan Gambar 18. Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Lengan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 28

Page 37: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Lengan Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengabduksikan

lengannya, kemudian pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot

lengan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk

pada derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Lengan Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengadduksikan

lengannya, kemudian pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot

lengan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk

pada derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Pergelangan Tangan Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menekuk

pergelangan tangannya, kemudian pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan

kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan

merujuk pada derajat kekuatan otot.

Gambar 19. Pemeriksaa n Kekuatan Abduksi Lengan Gambar 20. Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Lengan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 29

Page 38: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Pergelangan Tangan Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk meluruskan

pergelangan tangan yang mulanya ditekuk, kemudian pemeriksa menahannya.

Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian

Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Sendi Metakarpal

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menekuk sendi

metakarpalnya, kemudian pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan

otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada

derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Sendi Metakarpal Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk meluruskan sendi

metakarpal yang mulanya ditekuk, kemudian pemeriksa menahannya. Bandingkan

dengan kekuatan otot lengan bawah pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian

kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Jari Tangan Terlebih dahulu letakkanlah telapak tangan pasien di atas meja dalam posisi

pronasi. Kemudian mintalah pasien untuk meregangkan jari-jari tangannya ke arah

luar, kemudian pemeriksa menahannya satu per satu. Bandingkanlah dengan

kekuatan otot jari-jari pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot

jari-jari satu per satu, dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot. Gambar 21. Pemeriksan Kekuatan Fleksi Perg elangan Tangan Gambar 22. Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Pergelangan Tangan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 30

Page 39: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Jari Tangan Terlebih dahulu letakkanlah telapak tangan pasien di atas meja dalam posisi

pronasi. Kemudian mintalah pasien untuk merapatkan jari-jari tangannya yang pada

mulanya diregangkan, kemudian pemeriksa menahannya satu per satu. Bandingkan

dengan kekuatan otot jari-jari pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan

otot jari-jari satu per satu dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Menggenggam Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk bersalaman

dengan tangan kanan dan kiri pemeriksa, dengan tangan pada sisi yang sehat,

maupun yang sakit. Kemudian pemeriksa meminta pasien untuk menggenggam

dengan kuat tangan pemeriksa. Bandingkanlah dengan kekuatan genggaman pada

sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat

kekuatan otot.

Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan dengan meminta pasien menggenggam

jari telunjuk dan jari tengah kanan lalu kiri pemeriksa, lalu pemeriksa meminta

pasien menggenggam jari tersebut sekuat mungkin. Selanjutnya pemeriksa menarik

lepas jari tersebut. Pada keadaan normal pemeriksa akan kesulitan menarik jarinya.

Bandingkanlah dengan kekuatan genggaman pada sisi yang sehat, dan lakukan

penilaian kekuatan otot, dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Sebagaimana pemeriksaan kekuatan otot pada ekstremitas atas, pemeriksaan

otot ekstremitas bawah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemeriksa

Gambar 23. Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Jari Gambar 24. Pemeriksaan Kekuatan Genggaman Tangan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 31

Page 40: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara menggerakkan ekstremitas bawah pasien, dan pasien diminta menahannya, atau

dengan cara meminta pasien menggerakkan ekstremitas bawahnya, kemudian

pemeriksa menahannya.

Pemeriksaan kekuatan anggota gerak bawah meliputi, pemeriksaan kekuatan

fleksi otot, ekstensi otot, abduksi otot, dan adduksi otot, pada otot-otot paha, sendi

lutut, dan otot-otot kaki (pasien diminta untuk melakukan dorsofleksi, dan plantar

fleksi kaki).

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dalam berbagai posisi pemeriksaan,

antara lain duduk, berdiri, atau berbaring bagi pasien yang tidak mampu duduk.

Pemeriksaan dilakukan pada tungkai, persendian, atau kaki yang sehat terlebih

dahulu, kemudian dibandingkan kekuatannnya dengan tungkai, atau kaki pada sisi

yang sakit, untuk melakukan penilaian.

Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Otot Paha Pemeriksa meletakkan telapak tangannya dalam posisi pronasi pada paha

bagian anterior. Kemudian mintalah pasien untuk mengangkat pahanya, sementara

pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot paha pada sisi yang

sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan

otot.

Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Otot Paha

Pemeriksa meletakkan telapak tangannya dalam posisi supinasi pada paha

bagian posterior. Fleksikan paha, dengan cara mengangkat paha sedikit. Kemudian

mintalah pasien untuk mengekstensikan paha dengan cara menurunkan pahanya,

sementara pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot paha pada

sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat

kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Persendian Lutut

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanan atau kirinya dalam posisi pronasi

pada permukaan posterior persendian lutut pasien, sementara tangan pemeriksa

lainnya memegang permukaan posterior tungkai bawah pasien. Kemudian mintalah

pasien untuk menekuk lututnya, sementara pemeriksa menahannya. Bandingkan

dengan kekuatan pada sisi yang sehat, kemudian lakukan penilaian kekuatan otot,

dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 32

Page 41: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Persendian Lutut

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanan atau kirinya dalam posisi pronasi

pada permukaan anterior persendian lutut pasien, sementara tangan pemeriksa

lainnya memegang permukaan anterior tungkai bawah pasien, sambil menekuk

tungkai pasien pada persendian lutut. Mintalah pasien untuk meluruskan lututnya

sementara pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi

yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat

kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Otot Tungkai Pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada sisi lateral kanan dan kiri lutut

pasien. Kemudian mintalah pasien untuk meregangkan kedua tungkainya ke arah

luar, sementara pemeriksa menahannya. Bandingkan kekuatan otot tungkai kanan

dan kiri, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat

kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Otot Tungkai Pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada sisi medial kanan dan kiri lutut

pasien. Kemudian mintalah pasien untuk merapatkan kedua tungkainya ke dalam,

sementara pemeriksa menahannya. Bandingkan kekuatan otot tungkai kanan dan

kiri, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan

otot.

Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Kaki (dorso fleksi ) Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanannya dalam posisi pronasi pada

punggung kaki pasien, sementara telapak tangan kiri pemeriksa memegang

Gambar 25. Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Lutut Gambar 26. Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Lutut

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 33

Page 42: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara pergelangan kaki pasien. Kemudian mintalah pasien untuk menekuk kakinya ke

arah punggung kakinya pada persendian pergelangan kaki (dorso fleksi), sementara

pemeriksa menahannya (lihat gambar 22). Bandingkan dengan kekuatan pada sisi

yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat

kekuatan otot.

Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Kaki (plantar fleksi) Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanannya dalam posisi supinasi pada

bagian telapak kaki pasien, sementara telapak tangan kiri pemeriksa memegang

pergelangan kaki pasien. Kemudian mintalah pasien untuk meluruskan kaki ke arah

telapak kakinya pada persendian pergelangan kaki (plantar fleksi), sementara

pemeriksa menahannya (lihat gambar 21). Bandingkan dengan kekuatan pada sisi

yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat

kekuatan otot.

Gambar 27. Pemeriksaan Kekuatan Dorso Fleksi Kaki Gambar 28. Pemeriksaan Kekuatan Plantar Fleksi Kaki

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 34

Page 43: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

10 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur.

Instruktur Introduksi dan penyampaian pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan. Pemutaran video singkat pemeriksaan motorik neurologi.

55 menit

Demonstrasi oleh instruktur, instruktur memperlihatkan cara-cara melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik, dan cara-cara melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik. Mahasiswa melakukan latihan cara melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching).

Instruktur dan Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

15 menit

Instruktur memberikan masukan (feedback) kepada mahasiswa.

Instruktur Instruktur dapat memberikan tugas mandiri, bila perlu, atau menutup acara pelatihan.

III. PEDOMAN INSTRUKTUR

3.1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik

(C1). 2. Mengetahui dan mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik,

dengan cara inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerakan pasif, dan pemeriksaan gerakanaktif (4).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 35

Page 44: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3.2. PELAKSANAAN 1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang

telah ditetapkan oleh Bagian SDM MEU FK-UISU 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

10 menit Pembukaan

Perkenalan

Instruktur Pengantar Pelatihan

Pemutaran Video

15 menit

Latihan

Demonstrasi

Instruktur dan Mahasiswa

40 menit Coaching

20 menit Latihan Mandiri

15 menit Penutupan

Feed Back

Instruktur Tugas Mandiri

Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit). 4. Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab. (Lantai 3) Alat dan

Bahan yang diperlukan : Meja dan kursi minimal 1 set Kursi ( 8 buah ). Pasien simulasi. Laptop. Palu refleks.

5.Materi Kegiatan / Latihan : Pemeriksaan inspeksi sistem motorik neurologi (4). Pemeriksaan palpasi sistem motorik neurologi (4). Pemeriksaan gerakan pasif (4). Pemeriksaan gerakan aktif (4).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 36

Page 45: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN 1. Susunan Neuromuskular. In : Mardjono M, Sidharta P, eds. Neurologi

Klinis Dasar. 8th edition. Jakarta : PT Dian Rakyat ; 2000. p.1-12. 2. Sistem Motorik. In : Lumbantobing S.M, ed. Neurologi Klinik :

Pemeriksaan Fisik Dan Mental. 8th edition. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2006. p. 87-106.

3. Fungsi Motorik. In : Ginsberg L, ed. Lecture Notes Neurologi 8th edition. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2008. p. 41-50.

4. Dacre J, Kopelman P. Sistem Saraf. In : Listiawaty, ed. Alih Bahasa : Pendit B.U. Buku Saku Keterampilan Klinis. 1st edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005. p.178-84.

5. Gunawan B.I. Pemeriksaan Motorik. In : Utama H.W, ed. Pemeriksaan Klinis Neurologi. 1st edition. Palembang : Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang ; 2006.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 37

Page 46: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR ( Untuk Latihan )

No. Langkah / Tugas Pengamatan

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MOTORIK NEUROLOGI Ya Tidak 1. Persiapan Pemeriksaan & Persiapan Pasien a. Persiapan Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sistem motorik neurologi, pastikanlah keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik.

Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien.

b. Persiapan Pasien

Dokter menyapa dan memberi salam kepada pasien. Dokter mempersilahkan pasien duduk. Dokter terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan, secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien.

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan (berdiri, duduk, atau berbaring).

2. Inspeksi a. Sikap Badan

Perhatikan sikap badan pasien dengan seksama secara keseluruhan, dan sikap setiap anggota tubuh pasien.

Perhatikan bagaimana sikap pasien sewaktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan saat berjalan, karena dapat menunjukkan adanya penyakit tertentu.

b. Bentuk & Ukuran Otot

Perhatikan bentuk otot, dan bandingkanlah dengan sisi yang sehat, baik dalam keadaan otot beristirahat, maupun saat otot dalam keadaan berkontraksi. Pada otot yang mengalami atrofi, otot akan tampak lebih kecil bila dibandingkan dengan otot yang sehat.

Lakukan pengamatan secara sistematis dimulai dari daerah kepala dan wajah, hingga ekstremitas bawah.

Perhatikan ukuran otot dengan membandingkan ukuran anggota gerak atas dan bawah, pada sisi sebelah kanan maupun sebelah kiri, yang pada keadaan normal sama panjang.

c. Gerakan Abnormal Tidak Terkendali

Perhatikan ada tidaknya gerakan abnormal yang tidak terkendali, misalnya, tremor (fisiologis, halus, kasar), khorea, atetosis, balismus, tik, dan spasme.

3. Palpasi a. Teknik Pemeriksaan Palpasi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 38

Page 47: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sebelum melakukan pemeriksaan ini, mintalah pasien untuk tenang, dan mengistirahatkan otot-ototnya, agar tidak terjadi kesalahan penilaian sewaktu pemeriksaan dilakukan.

Mintalah pasien memberitahukan pemeriksa, bila otot terasa nyeri saat palpasi dilakukan.

Lakukanlah pemeriksaan palpasi pada otot-otot pada anggota gerak tubuh bagian atas, bagian bawah, dan bagian tubuh.

b. Palpasi Otot-Otot Ekstremitas Atas

Palpasilah pada otot-otot ekstremitas atas, yaitu pada otot triseps, biseps, dan otot-otot lengan bawah, dengan cara melakukan pemijatan pada otot-otot lengan yang sama pada sisi kanan dan kiri.

Lakukanlah palpasi pada otot sisi yang sehat terlebih dahulu. Lakukan penilaian dengan cara membandingkan otot lengan yang sama pada sisi yang sakit dengan sisi yang sehat, apakah otot lengan pada sisi yang sakit terasa sama kenyal, lebih lembek pada tonus otot yang menurun, atau terasa lebih kenyal (hipertoni).

Lakukan juga penilaian mengenai ada tidaknya nyeri tekan pada otot-otot lengan saat dipalpasi, kemudian bandingkanlah dengan otot-otot lengan yang sama pada sisi tubuh yang berlainan.

c. Palpasi Otot-Otot Ekstremitas Bawah

Palpasi pada otot-otot ekstremitas bawah, yaitu pada otot-otot paha, dan otot-otot betis, dengan cara melakukan pemijatan pada otot-otot tubuh yang sama pada sisi kanan dan kiri.

Lakukanlah palpasi pada otot sisi yang sehat terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan mempalpasi otot sisi yang sakit.

Lakukan penilaian dengan cara membandingkan otot tungkai yang sama pada sisi yang sakit dengan sisi yang sehat, apakah otot tungkai pada sisi yang sakit terasa sama kenyal, lebih lembek pada tonus otot yang menurun, atau terasa lebih kenyal (hipertoni) .

Lakukan juga penilaian mengenai ada tidaknya nyeri tekan pada otot-otot tungkai saat dipalpasi, kemudian bandingkanlah dengan otot-otot tungkai yang sama pada sisi tubuh yang berlainan.

4. Pemeriksaan Gerakan Pasif

Pemeriksa meminta pasien untuk tenang dan mengistirahatkan ekstremitas yang akan diperiksa.

Pemeriksa kemudian menggerakkan ekstremitas pasien (tungkai atau lengan) pada persendian hingga ekstremitas dalam keadaan fleksi kemudian diekstensikan kembali, dengan gerakan yang dibuat bervariasi, yaitu pada awalnya cepat, kemudian lambat, cepat kembali, lebih lambat, seterusnya bergantian dan berulang-ulang.

Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas yang sehat terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan pada ekstremitas pada sisi yang sakit.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 39

Page 48: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sambil menggerakkan ekstremitas lakukanlah penilaian untuk menilai ada tidaknya tahanan (kekakuan), baik berupa spastisitas, ataupun rigiditas. Pada keadaan normal, jika pasien betul-betul mengistirahatkan persendiannya, tidak ditemukan adanya tahanan.

5. Pemeriksaan Gerakan Aktif a. Pemeriksaan Luas Bidang Gerak Ekstremitas Atas (ROM)

Aturlah posisi pasien apakah duduk, atau berbaring bagi pasien yang tidak mampu untuk duduk.

Lakukan pada pemeriksaan pada lengan yang sehat terlebih dahulu, kemudian dibandingkan dengan lengan pada sisi yang sakit untuk melakukan penilaian.

Mintalah pasien menggerakkan lengannya pada persendiaan bahu setinggi mungkin ke arah belakang, kemudian ke arah samping kanan, dan kiri.

Mintalah pasien untuk melakukan gerakan rotasi lengan pada persendian bahu, dan mintalah pasien untuk menggerakkan bahunya ke atas, bawah, depan, dan belakang.

Bila pasien tidak dapat mengangkat lengannya, mintalah pasien untuk menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari tangan, atau

menggeser lengannya.

Bandingkanlah gerakan lengan yang sakit dengan yang sehat, dan lakukan penilaian apakah gerakan lengan yang sakit sama luas, atau kurang, bila dibandingkan dengan lengan yang sehat.

b. Pemeriksaan Luas Bidang Gerak Ekstremitas Bawah (ROM)

Aturlah posisi pasien apakah duduk, atau berbaring bagi pasien yang tidak mampu untuk duduk.

Lakukan pada pemeriksaan pada tungkai yang sehat terlebih dahulu, kemudian dibandingkan dengan tungkai pada sisi yang sakit untuk melakukan penilaian.

Mintalah pasien menggerakkan tungkainya pada persendiaan paha setinggi mungkin ke arah belakang, samping kanan, dan kiri.

Bila pasien tidak dapat mengangkat tungkainya, mintalah pasien untuk menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari kaki, atau menggeser tungkainya.

Bandingkanlah gerakan lengan yang sakit dengan yang sehat, dan lakukan penilaian apakah gerakan lengan yang sakit sama luas, atau kurang, bila dibandingkan dengan lengan yang sehat.

c. Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Ekstremitas Atas I Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Otot Lengan Bawah

Mintalah pasien untuk memfleksikan lengan bawahnya pada persendian siku, kemudian pemeriksa menahannya dengan cara menggenggam lengan bawah pasien.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot lengan bawah pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 40

Page 49: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

II Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Otot Lengan Bawah

Mintalah pasien untuk mengektensikan lengan bawah yang tadi difleksikan pada persendian siku, kemudian pemeriksa menahannya dengan cara mengenggam lengan bawah pasien.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot lengan bawah pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot.

III Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Otot Lengan

Mintalah pasien untuk mengabduksikan lengannya, kemudian pemeriksa menahan lengan pasien pada sisi lateralnya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot lengan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

IV Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Otot Lengan

Mintalah pasien untuk mengadduksikan lengannya, kemudian pemeriksa menahan lengan pasien pada sisi medialnya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu.

Bandingkan dengan kekuatan otot lengan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

V Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Pergelangan Tangan

Mintalah pasien untuk menekuk pergelangan tangannya, kemudian pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

VI Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Pergelangan Tangan

Mintalah pasien untuk meluruskan pergelangan tangan yang mulanya ditekuk, kemudian pemeriksa menahannya. Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

VII Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Sendi Metakarpal

Mintalah pasien untuk menekuk sendi metakarpalnya, kemudian pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

VIII Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Sendi Metakarpal

Mintalah pasien untuk meluruskan sendi metakarpal yang mulanya ditekuk, kemudian pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 41

Page 50: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

IX Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Jari Tangan

Letakkanlah telapak tangan pasien pada meja dalam posisi pronasi. Mintalah pasien untuk meregangkan jari-jari tangannya ke arah luar, kemudian pemeriksa menahannya satu per satu.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkanlah dengan kekuatan otot jari-jari pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot jari-jari satu per satu, dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

X Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Jari Tangan

Letakkanlah telapak tangan pasien pada meja dalam posisi pronasi. Mintalah pasien untuk merapatkan jari tangannya yang mulanya diregangkan, kemudian pemeriksa menahannya satu per satu.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot jari-jari pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot jari-jari satu per satu dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

XI Pemeriksaan Kekuatan Menggenggam

Mintalah pasien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah kanan lalu kiri pemeriksa, lalu pemeriksa meminta pasien menggenggam jari tersebut sekuat mungkin.

Selanjutnya pemeriksa berusaha menarik lepas jarinya dari genggaman pasien.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Pada keadaan normal, pemeriksa akan kesulitan melepaskan jarinya. Bandingkanlah dengan kekuatan genggaman pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

d. Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Ekstremitas Bawah I Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Otot Paha Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanannya dalam posisi

pronasi pada paha bagian anterior. Kemudian mintalah pasien untuk mengangkat pahanya, sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot paha pada sisi yang sehat, kemudian lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

II Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Otot Paha

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanannya dalam posisi supinasi pada paha bagian posterior.

Fleksikan paha, dengan cara mengangkat paha sedikit. Kemudian mintalah pasien untuk mengekstensikan paha dengan cara menurunkan pahanya, sementara pemeriksa menahannya.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 42

Page 51: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot paha pada sisi yang sehat, kemudian lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

III Pemeriksaan Kekuatan Abduksi Otot Tungkai

Pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada sisi lateral kanan dan kiri lutut pasien.

Kemudian mintalah pasien untuk meregangkan kedua tungkainya ke arah luar, sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan kekuatan otot tungkai kanan dan kiri, kemudian lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

IV Pemeriksaan Kekuatan Adduksi Otot Tungkai

Pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada sisi medial kanan dan kiri lutut pasien.

Kemudian mintalah pasien untuk merapatkan kedua tungkainya ke dalam, sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan kekuatan otot tungkai kanan dan kiri, kemudian lakukan penilaian kekuatan otot, dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

V Pemeriksaan Kekuatan Fleksi Persendian Lutut

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanan, atau kirinya dalam posisi pronasi pada permukaan posterior persendian lutut pasien, sementara tangan pemeriksa lainnya memegang permukaan posterior tungkai bawah pasien.

Kemudian mintalah pasien untuk menekuk lututnya, sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

VI Pemeriksaan Kekuatan Ekstensi Persendian Lutut

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanan, atau kirinya dalam posisi pronasi pada permukaan anterior persendian lutut pasien, sementara tangan pemeriksa lainnya memegang permukaan anterior tungkai bawah pasien, sambil menekuk tungkai pasien pada persendian lutut.

Mintalah pasien untuk meluruskan lututnya sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan otot pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

VII Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Kaki (dorso fleksi )

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanannya dalam posisi pronasi pada punggung kaki pasien, sementara telapak tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 43

Page 52: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Kemudian mintalah pasien untuk menekuk kakinya ke arah punggung kakinya pada persendian pergelangan kaki (dorso fleksi), sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

VIII Pemeriksaan Kekuatan Otot-Otot Kaki (plantar fleksi)

Pemeriksa meletakkan telapak tangan kanannya dalam posisi supinasi pada bagian telapak kaki pasien, sementara telapak tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien.

Kemudian mintalah pasien untuk meluruskan kaki ke arah telapak kakinya pada persendian pergelangan kaki (plantar fleksi), sementara pemeriksa menahannya.

Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu. Bandingkan dengan kekuatan pada sisi yang sehat, dan lakukan penilaian kekuatan otot dengan merujuk pada derajat kekuatan otot.

Tanda Tangan

Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 44

Page 53: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MOTORIK NEUROLOGI

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN Pemeriksaan Inspeksi :

Pemeriksaan Palpasi :

Pemeriksaan Gerakan Pasif :

Pemeriksaan Gerakan Aktif :

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 45

Page 54: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SENSORIK

I. PENDAHULUAN

Sistem sensorik merupakan sistem yang berperan dalam proses penginderaan, atau ”merasakan”, manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Proses penginderaan, atau sensibilitas, dilakukan dengan cara melihat, mendengar, mencium, merasakan rasa nyeri, rasa raba, rasa panas, rasa dingin, dan sebagainya. Sensabilitas secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu, sensasi superfisial, sensasi dalam, sensasi viseral, dan sensasi khusus.

Sensasi Superfisial, atau perasaan eksteroseptif (protopatik), adalah perasaan yang berasal dari alat perasa pada kulit dan mukosa, yang bereaksi terhadap rangsangan dari luar, atau perubahan-perubahan lingkungan di sekitarnya. Perasaan eksteroseptik berperan dalam merasakan nyeri, merasakan suhu, merasakan raba.

Sensasi Dalam,disebut juga dengan perasaan (sensasi) proprioseptif, meliputi rasa gerak atau kinetik, rasa sikap atau statognesia dari otot dan persendian, rasa getar atau pallesthesia, rasa tekan dalam, dan rasa nyeri dalam otot.

Sensasi Viseral atau interoseptif, merupakan perasaan (sensasi) yang dihantarkan melalui serabut otonom aferen. Sensasi viseral mencakup rasa lapar, rasa enek, dan rasa nyeri pada organ dalam.

Sensasi Khusus, meliputi perasaan yang berperan dalam proses menghidu, melihat, mendengar, mengecap, dan keseimbangan tubuh. Sensasi viseral diatur oleh saraf-saraf otak tertentu (nervus kranialis).

Pada modul keterampilan klinik ini, akan dibahas, dan dilatihkan mengenai pemeriksaan sensasi superfisial (eksteroseptik), dan sensasi dalam (proprioseptif) saja.

Pemeriksaan sensasi viseral sukar untuk dievaluasi dan dilakukan, karena lokasinya yang difus, dan letaknya pada organ dalam sehingga sukar diperiksa, sedangkan pemeriksaan sensasi khusus akan dibahas lebih lanjut pada pemeriksaan fisik pada blok-blok sistem organ lainnya. 1.1Persiapan Pemeriksaan & Pasien

Pemeriksaan sensabilitas bergantung kepada perasaan pasien, sehingga dapat dikatakan bersifat bersifat subjektif. Selain itu perbedaan reaksi seseorang terhadap rangsangan dapat berbeda beda. Bahkan pada satu orang pun reaksi tersebut dapat berbeda, tergantung pada keadaannya.

Misalnya pikiran pasien yang tidak fokus dan terpusat pada hal lain sewaktu pemeriksaan dilakukan. Adanya faktor sugesti dari dokter juga dapat mempengaruhi reaksi terhadap rangsangan, dan dapat mengaburkan interpretasi pemeriksaan. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang bersifat sugesti (mendikte) pasien harus dihindarkan. Biarkanlah pasien bebas untuk mengutarakan apa yang dirasakannya saat

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 46

Page 55: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara pemeriksaan sensibilitas dilakukan. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik perlu diperhatikan hal berikut: Selama pemeriksaan dilakukan, upayakan agar pasien berada dalam keadaan

tenang dan kooperatif. Untuk itu, jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik yang akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, atau keluarganya, kemudian mintalah persetujuan pasien, atau keluarganya. Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan (berdiri, duduk, atau berbaring). Pasien juga diberitahu cara memberikan respon, terhadap pemeriksaan sensorik yang akan dilakukan.

Perhatian pasien harus dipusatkan pada pemeriksaan yang dilakukan. Agar perhatian pasien tidak terpecah oleh kejadian-kejadian di sekitarnya, mintalah pasien untuk memejamkan mata, atau tutuplah mata pasien. Bila pasien merasa lelah, tundalah pemeriksaan sampai pasien merasa kondisi tubuhnya baik.

Pastikanlah keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik. Ruangan yang tertutup juga berperan dalam menjaga perhatian pasien tetap fokus pada saat pemeriksaan.

Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien. Kehadiran perawat terutama pada pasien wanita, juga dapat membantu pasien merasa nyaman dan tenang, sehingga perhatiannya dapat difokuskan pada pemeriksaan yang dilakukan.

1.2Teknik Pemeriksaan Sensibilitas Sebelum melakukan pemeriksaan, tanyakanlah terlebih dulu apakah pasien

memiliki keluhan mengenai sensibilitas. Bila ada keluhan mengenai sensibilitas, mintalah pasien untuk menunjukkan lokasinya (tempatnya). Dari bentuk daerah yang terganggu dapat diduga apakah ada gangguan bersifat sentral,perifer, atau berbentuk dermatom. Daerah kulit yang dipersarafi oleh akar posterior dan ganglionnya disebut dermatom.

Selanjutnya tanyakanlah kualitas keluhan (misalnya sangat nyeri, kurang merasa nyeri, atau tidak terasa nyeri), intensitas (seberapa sering keluhan timbul), kapan timbulnya keluhan, misalnya apakah keluhan timbul pada waktu-waktu tertentu saja (nyeri kalau dingin), dan tanyakan juga ada tidaknya faktor-faktor yang dapat mencetuskan kelainan ini.

Sewaktu melakukan pemeriksaan perhatikan daerah daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali tidak merasa, atau daerah yang bertambah perasaaannya. Beberapa terminologi yang perlu diketahui pada pemeriksaan sensibilitas antara lain adalah : Hiperestesia. Merupakan kata yang dipakai untuk menyatakan adanya peningkatan

sensitivitas terhadap stimulus yang diberikan. Hipestesia. Merupakan kata yang dipakai untuk menyatakan penurunan sensitivitas

terhadap stimulus yang diberikan. Anastesia. Menyatakan hilangnya sensitivitas terhadap stimulus yang diberikan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 47

Page 56: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Disestesia. Menyatakan adanya perasaan yang berlainan dari rangsang yang

diberikan, misalnya bila pasien diraba, dia merasa seolah-olah ditusuk-tusuk dengan jarum.

Parestesia. Menyatakan perasaan abnormal yang timbul spontan, biasanya ini berbentuk rasa dingin, panas, semutan, ditusuk-tusuk, rasa berat, rasa ditekan, atau rasa gatal.

Hiperalgesia. Menyatakan adanya respon yang berlebihan, terhadap stimulus yang secara normal menimbulkan nyeri.

Hipoalgesia. Menyatakan berkurangnya rasa nyeri terhadap stimulus, yang secara normal menimbulkan nyeri.

Analgesia. Menyatakan berkurangnya nyeri terhadap stimulus, yang secara normal menimbulkan nyeri.

Anastesia Dolorosa. Menyatakan adanya rasa nyeri pada daerah tubuh, yang seharusnya bersifat anastetik. Misalnya pasien merasa nyeri bila rambutnya disentuh.

Alodinia. Menyatakan adanya respon yang berlebihan, terhadap stimulus yang secara normal tidak menimbulkan nyeri. Misalnya apabila lengan pasien diraba dengan pulpen, pasien akan mengeluh sakit sekali.

Pemeriksaan Sensibilitas Eksteroseptif Pemeriksaan sensibilitas eksteroseptik (protopatik), meliputi pemeriksaan terhadap

sensasi yang diterima oleh reseptor, dan dihantarkan oleh jaras eksteroseptik, yaitu rasa raba, rasa nyeri, dan rasa suhu.

Pemeriksaan Rasa Raba

Pemeriksaan rasa raba ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya thigmestesia, yangberarti rasa raba halus. Kehilangan rasa raba ini disebut thigmanesthesia.

Alat yang digunakan pada pemeriksaan ini antara lain kapas, kertas, atau kain, yang pada bagian ujungnya dibuat sekecil mungkin. Cara melakukan pemeriksaan rasa raba adalah sebagai berikut : Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Goreskanlah kapas yang telah dipilin ujungnya pada bagian-bagian tubuh pasien.

Tanyakanlah kepada pasien, apa yang dirasakannya saat kapas digoreskan pada tubuhnya.

Periksa seluruh tubuh dari pasien, dan bandingkanlah bagian-bagian tubuh yang simetris.

Pemeriksaan Rasa Nyeri

Rasa nyeri dapat dibedakan menjadi rasa nyeri tusuk dan rasa nyeri tumpul, atau rasa nyeri cepat dan rasa nyeri lamban. Bila kulit ditusuk dengan jarum maka kita rasakan nyeri yang bersifat tajam, cepat timbul dan cepat hilang. Nyeri ini dinamakan rasa nyeri tusuk. Rasa nyeri lamban misalnya adalah rasa nyeri yang timbul bila testis ditekan, timbulnya tidak segera dan lenyapnya lama setelah ditekan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 48

Page 57: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat yang memiliki permukaan tajam, yang dalam keadaan normal dapat membangkitkan rasa nyeri, misalnya jarum atau peniti. Cara melakukan pemeriksaan rasa nyeri adalah sebagai berikut : Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Tusukkanlah jarum pada bagian-bagian tubuh pasien. Tusukan hendaknya cukup keras untuk membangkitkan nyeri (namun jangan

sampai melukai pasien), sehingga betul-betul dirasakan rasa nyeri, bukan rasa sentuh, atau rasa raba. Tusukan harus dilakukan sama kuat.

Periksalah seluruh tubuh, dan bandingkanlah bagian-bagian tubuh yang simetris. Pemeriksaan Rasa Suhu

Ada dua jenis rasa suhu, yaitu rasa panas dan rasa dingin. Rangsangan rasa suhu yang berlebihan akan mengakibatkan rasa nyeri. Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin dan untuk rasa panas dengan menggunakan air panas. Untuk memeriksa rasa dingin, gunakanlah air yang bersuhu 10-200 Celcius. Sedangkan untuk memeriksa rasa panas, gunakanlah air yang bersuhu 40-500 Celcius. Suhu air dalam tabung reaksi tidak boleh terlalu panas, atau terlalu dingin karena dapat menimbulkan rasa nyeri, yang dapat mengganggu interpretasi pemeriksaaan.

Perubahan rasa suhu dinyatakan dengan kata term-anesthesiayang berarti tidak merasakan, term-hypesthesiaberarti kurang merasa, atau term-hyperthesia berarti lebih merasa. Cara melakukan pemeriksaan rasa suhu antara lain adalah : Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Sentuhkanlah tabung reaksi yang berisi air panas dan air dingin tadi secara

bergantian ke pada bagian-bagian tubuh pasien. Mintalah pasien untuk mengatakan ”dingin” atau ”panas”, pada saat bagian

tubuhnya disentuh oleh tabung reaksi yang berisi air dingin, atau air panas. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dan dibandingkan bagian-bagian yang

simetris.

Gambar 1. Pemeriksaan Rasa Raba Gambar 2. Pemeriksaan Rasa Nyeri

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 49

Page 58: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif Pemeriksaan sensibilitas proprioseptif, meliputi pemeriksaan terhadap sensasi yang

diterima oleh reseptor, dan dihantarkan oleh jaras proprioseptif, yaitu rasa gerak dan rasa sikap, rasa getar, rasa tekan dalam, dan rasa nyeri dalam. Pemeriksaan Rasa Gerak dan Rasa Sikap/Posisi

Pada umumnya rasa gerak dan rasa posisi diperiksa secara bersamaan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menggerakkan jari-jari pasien secara pasif, dan menyelidiki apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut, serta mengetahui arahnya. Selain itu, juga diselidiki apakah ia tahu posisi dari jari-jarinya. Cara melakukan pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap : Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien mengistirahatkan, atau melemaskan badan dan ektremitasnya. Peganglah bagian lateral dari salah satu jari pasien, kemudian gerakkan jari

tetrsebut secara pasif, dan usahakan tidak menyentuh jari yang lain. Tujuan memegang sisi lateral jari adalah agar pasien tidak menggunakan rasa eksteroseptifnya untuk mengetahui arah gerakan tersebut. Jari yang diperiksa diupayakan agar tidak bersentuhan dengan jari lainnya, karena hal ini dapat dimanfaatkan pasien untuk mengetahui arah gerakan dari sentuhan, apabila rasa geraknya terganggu. Pasien juga dilarang menggerakkan jarinya secara aktif, sebab hal ini dapat menolong si pasien mengetahui posisi jarinya.

Apabila si pasien merasakan suatu gerakan instruksikan si pasien untuk mengatakan ”ya”, kemudian mintalah pasien mengatakan ke arah mana gerakan tersebut misalnya ke ”atas”, atau ke ”bawah”.

Pemeriksaan Rasa Getar Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan garpu tala dengan frekuensi

128Hz. Pada keadaan normal akan terasa rasa getar saat garputala diletakkan pada tubuh atau anggota gerak pasien. Hilangnya rasa getar dapat dinamakan pallanesthesia. Cara melakukan pemeriksaan rasa getar : Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Getarkanlah garpu tala. Letakkanlah garpu tala tersebut pada ibu jari kaki, atau tulang maleolus pasien. Tanyakanlah kepada pasien apakah ia merasakan getaran garpu tala. Mintalah pasien memberitahukan, apabila ia mulai tidak merasakan getaran garpu

tala lagi. Bila getaran sudah mulai tidak dirasakan pasien, pindahkanlah garpu tala ke

pergelangan tangan, dapat juga ke sternum, ke klavikula, atau dibandingkan dengan jari-jari kaki pemeriksa. Dengan demikian, kita dapat memeriksa adanya rasa getar, dan sampai berapa lemah masih dapat dirasakan, dengan cara

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 50

Page 59: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksaan Rasa Tekan Dalam

Rasa tekan dalam diperiksa dengan cara menekan kulit dengan jari atau dengan benda tumpul. Penekanan tidak boleh terlalu kuat karena dapat menimbulkan nyeri. Pada keadaan normal akan terasa adanya rasa tekan yang dinamakan piesthesia. Kata baresthesia digunakan untuk menyatakan rasa tekan, atau rasa berat. Cara melakukan pemeriksaan rasa tekan dalam : Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Tekanlah kulit pasien dengan jari, atau benda tumpul. Mintalah pasien memberitahukan apakah dia merasakan tekanan tersebut, dan

mintalah pasien untuk menentukan lokasinya. Pemeriksaan Rasa Nyeri Dalam

Rasa nyeri dalam, diperiksa dengan jalan menekan otot atau tendon, atau menekan serbut saraf yang terletak dekat dengan permukaan, dan bisa juga dengan menekan testis, atau bola mata. Mintalah pasien memberitahukan, apakah ia merasakan tekanan yang dilakukan.

Pemeriksaan Sensibilitas Interoseptif

Rasa interoseptif ialah perasaan dari visera (organ dalam tubuh), yaitu rasa yang timbul dari organ-organ internal.Seseorang pasien mungkin mengatakan gangguan perasaan berupa rasa nyeri, mules atau kembung. Misalnya, usus mules, peut kembung, kandung kencing serasa penuh. Nyeri viseral ini biasanya difus, tidak tegas lokasinya. Pada pemeriksaan neurologis rasa interoseptif ini sukar dievaluasi dan sukar diperiksa. Selain lokalisasinya yang difus, kita tidak dapat melakukan tes pada organ yang letaknya didalam tubuh.

membandingkan dengan bagian lain dari tubuh, atau dengan rasa getar pemeriksa. Gambar 3. Pemer iksaan Rasa Suhu Gambar 4. Pemeriksaan Rasa Getar

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 51

Page 60: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Pemeriksaan Sensibilitas Diskriminasi

Pada pemeriksaan rasa diskriminasi ini di tes kemampuan untuk mengetahui apakah kita ditusuk dengan dua jarum atau satu jarum pada waktu bersamaan. Untuk maksud ini dapat digunakan jangka webber atau dua buah jarum, jarum peniti. Bagian-bagian dari badan kita tusuk pada waktu bersamaan dengan dua jarum. Pasien harus mampu mengetahui apakah dia ditusuk dengan satu atau dua jarum.

Pada pemeriksaan ini bandingkan bagian badan yang simetris. Bila seorang pasien terganggu rasa diskriminasinya, sedangkan rasa rabanya baik, hal ini menunjukkan adanya lesi di lobus parietalis.

Gambar 5. Pemeriksaan Rasa Tekan Dalam Gambar 6. Pemeriksaan Rasa Nyeri D alam

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 52

Page 61: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

10 menit

Setiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur.

Instruktur Introduksi dan penyampaian pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan. Pemutaran video singkat pemeriksaan sensorik neurologi.

55 menit

Demonstrasi oleh instruktur, instruktur memperlihatkan cara-cara melakukan pemeriksaan fisik sistem sensorik, dan cara-cara melakukan pemeriksaan fisik sistem sensorik. Mahasiswa melakukan latihan cara melakukan pemeriksaan fisik sistem sensorik. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching).

Instruktur dan Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

15 menit

Instruktur memberikan masukan (feedback) kepada mahasiswa.

Instruktur Instruktur dapat memberikan tugas mandiri, bila perlu, atau menutup acara pelatihan.

V. PEDOMAN INSTRUKTUR

3.1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik sistem sensorik (C1). 2. Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem

sensorik yang meliputi pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif, dan sensibilitas proprioseptif.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 53

Page 62: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara 3.2 PELAKSANAAN

1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh Bagian SDM MEU FK-UISU

2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan : Waktu Aktivitas Keterangan

10 menit Pembukaan

Perkenalan

Instruktur Pengantar Pelatihan

Pemutaran Video

15 menit

Latihan

Demonstrasi

Instruktur dan Mahasiswa

40 menit Coaching

20 menit Latihan Mandiri

15 menit Penutupan

Feed Back

Instruktur Tugas Mandiri

Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit).

4. Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab. (Lantai 3) Alat dan

Bahan yang diperlukan : Meja dan kursi minimal 1 set Kursi ( 8 buah ).

Pasien simulasi.

Laptop.

Palu refleks.

5. Materi Kegiatan / Latihan :

Pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif (4).

Pemeriksaan sensibilitas proprioseptif (4).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 54

Page 63: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara RUJUKAN

1. Susunan Somestesia. In : Mardjono M, Sidharta P, eds. Neurologi Klinis Dasar.

8th edition. Jakarta : PT Dian Rakyat ; 2000. p.70-6.

2. Sistem Sensorik. In : Lumbantobing S.M, ed. Neurologi Klinik : Pemeriksaan

Fisik Dan Mental. 8th edition. Jakarta : Balai Penerbit FK UI ; 2006. p. 115-8.

3. Sensasi. In : Ginsberg L, ed. Lecture Notes Neurologi. 8th edition. Jakarta :

Penerbit Erlangga ; 2008. p. 51-4.

4. Dacre J, Kopelman P. Sistem Saraf. In : Listiawaty, ed. Alih Bahasa : Pendit B.U.

Buku Saku Keterampilan Klinis. 1st edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC ; 2005. p.178-84.

5. Duus P. Sistem Sensorik. In : Suwono W.J, ed. Diagnosis Topik Neurologi. 2nd

edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1996. p. 1-8.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 55

Page 64: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR ( Untuk Latihan )

No. Langkah / Tugas Pengamatan

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SENSORIK NEUROLOGI Ya Tidak 1. Persiapan Pemeriksaan & Persiapan Pasien a. Persiapan Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sistem sensorik neurologi, pastikanlah keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik.

Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien.

b. Persiapan Pasien

Dokter terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan, secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien.

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan (berdiri, duduk, atau berbaring).

Dokter mempersiapkan alat dan bahan pemeriksaan. Dokter menanyakan pada pasien apakah pasien mengalami gangguan sensibilitas, misalnya kesemutan, dan lain-lain.

Mintalah pasien untuk memejamkan matanya, dan mintalah pasien untuk tenang dan bersikap kooperatif selama pemeriksaan dilakukan

Beritahukan pasien cara memberikan respon, terhadap pemeriksaan sensorik yang akan dilakukan.

2. Pemeriksaan Sensibilitas Eksteroseptif a. Pemeriksaan Rasa Raba

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Goreskanlah kapas yang telah dipilin ujungnya, pada bagian-bagian tubuh pasien.

Tanyakanlah kepada pasien, apa yang dirasakannya, pada saat kapas digoreskan pada tubuhnya.

Periksa seluruh tubuh dari pasien, dan bandingkanlah bagian-bagian tubuh yang simetris.

b. Pemeriksaan Rasa Nyeri

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tusukkanlah jarum pada bagian-bagian tubuh pasien. Tusukan hendaknya cukup keras untuk membangkitkan nyeri (namun jangan sampai melukai pasien), sehingga betul-betul dirasakan rasa nyeri, bukan rasa sentuh, atau rasa raba.

Tusukan harus sama kuat. Periksalah seluruh tubuh, dan bandingkanlah bagian-bagian tubuh yang simetris.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 56

Page 65: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara c. Pemeriksaan Rasa Suhu

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Persiapkanlah tabung reaksi yang berisi air panas dan air dingin. Sentuhkanlah tabung reaksi yang berisi air panas dan air dingin tadi secara bergantian.

Mintalah pasien untuk mengatakan ”dingin” atau ”panas”, pada saat bagian tubuhnya disentuh oleh tabung reaksi yang berisi air dingin,

atau air panas.

Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dan dibandingkan bagian-bagian yang simetris.

3. Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif a. Pemeriksaan Rasa Gerak dan Rasa Sikap

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien mengistirahatkan, atau melemaskan badan dan ektremitasnya.

Peganglah bagian lateral dari salah satu jari pasien, kemudian gerakkan jari tetrsebut secara pasif, dan usahakan tidak menyentuh jari yang lain.

Tanyakan kepada pasien apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut, serta mengetahui arahnya.

b. Pemeriksaan Rasa Getar

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Persiapkan garpu tala 128 Hz, kemudian ketuk hingga garpu tala bergetar, dan berdenging.

Letakkanlah garpu tala tersebut pada ibu jari kaki, atau tulang maleolus pasien.

Tanyakanlah kepada pasien, apakah pasien merasakan getaran garpu tala.

Mintalah pasien untuk memberitahukan kepada pemeriksa, bila getaran mulai tidak dirasakan.

Bila getaran sudah mulai tidak dirasakan pasien, pindahkanlah garpu tala ke pergelangan tangan, dapat juga ke sternum, ke klavikula, atau dibandingkan dengan jari-jari kaki pemeriksa.

c. Pemeriksaan Rasa Tekan Dalam

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tekanlah kulit pasien dengan jari, atau dengan benda tumpul. Mintalah pasien memberitahukan apakah dia merasakan tekanan tersebut, dan mintalah pasien untuk menentukan lokasinya.

d. Pemeriksaan Rasa Nyeri Dalam

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tekanlah otot, tendon, atau bola mata pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 57

Page 66: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tanyakanlah kepada pasien apakah pasien dapat merasakan tekanan pada tendon, otot, atau bola matanya.

Lakukan penilaian dengan melakukan penekanan otot, tendon, atau bola mata pada sisi tubuh yang lain (simetris).

Tanda Tangan

Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 58

Page 67: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SENSORIK NEUROLOGI

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Pemeriksaan Rasa Raba :

Pemeriksaan Rasa Nyeri :

Pemeriksaan Rasa Suhu :

Pemeriksaan Rasa Gerak :

Pemeriksaan Rasa Getar :

Pemeriksaan Rasa Tekan Dalam :

Pemeriksaan Rasa Nyeri Dalam :

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 59

Page 68: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No Aspek yang Dinilai Nilai

0 1 2

A Memberi penjelasan dan informasi kepada pasien

1 Mempersiapkan perasaaan pasien untuk menghindari rasa takut

dan stress sebelum melakukan pemeriksaan tanda vital.

2 Memberikan penjelasan dengan benar dan jelas tentang tujuan dan manfaat sebelum pemeriksaan tanda vital..

3 Memberi tahu adanya rasa tidak nyaman yang mungkin timbul

selama pemeriksaan tanda vital .

B Pengukuran tekanan darah

1. Menempatkan pasien dalam keadaan duduk / berbaring dengan lengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian

2. Menempatkan tensimeter dan membuka aliran raksa, mengecek saluran pipa, dan meletakkan manometer vertikal ( pada sphygmomanometer merkuri ).

3 Menggunakan stetoskop dengan corong bel terbuka

4 Memasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat (2,5 cm di atas siku) dan sejajar jantung diperiksa dari pakaian

5 Dapat meraba pulsasi arteri brakialis di fossa cubiti sebelah medial.

6 Dengan satu jari meraba pulsasi A.brakialis dan memompa sphygmomanometer dengan cepat sampai 30mmHg di atas hilangnya pulsasi / melaporkan hasilnya

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 60

Page 69: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara 7 Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri

teraba kembali / melaporkan hasilnya sebagai tekanan sistolik palpitoir.

8 Mengambil stetoskop dan memasang corong bel pada tempat perabaan pulsasi

9 Memompa kembali manset sampai 30mmHg di atas tekanan

sistolik palpitoir

10 Mendengarkan melalui stetoskop, sambul menurunkan perlahanlahan / 3mmHg/detik dan melaporkan saat mendengar bising

pertama/ sebagai tekanan sistolik

11 Melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir sehingga setelah itu tidak terdengar lagi bising / sebagai tekanan diastolic

12 Melaporkan hasil pemeriksaan tekanan darah dalam mmHg

C Pemeriksaan Nadi

1 Meletakkan lengan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks

2 Menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba arteriradialis.

3 Menghitung frekuensi denyut nadi minimal 15 detik

4 Melaporkan hasil frekuensi dan vitalnya / menit

D Pemeriksaan suhu Badan

1 Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di

bawah 35,5˚C

2 Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex

fossa axillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal

3 Tunggu sampai 3-5 menit, kemudian dilakukan pembacaan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 61

Page 70: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

E Pemeriksaan Frekuensi Napas

1 Meminta pasien melepas baju ( duduk atau berbaring)

2 Melakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada punggung / dada untuk menghitung gerakan pernapasan selama minimal 15 detik

3 Melaporkan hasil frekuensi nafas per menit

4 Menerangkan kesimpulan hasil pemeriksaan kepada pasien

5 Memberitahukan tindak lanjut kepada pasien

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 62

Page 71: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

KETERAMPILAN KLINIK KETIGA

PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL

Pemeriksaan saraf kranialis untuk menilai adanya parese dan paralisis inti dan jaras saraf kranialis I-XII. Penilaian ini penting dilakukan untuk menilai letak lesi pada tingkat susunan saraf pusat seperti pada kasus trauma kapitis, stroke, Bell’s Palsy, dan gangguan neurologis lainnya. Prosedur Pemeriksaan Saraf Kranialis

1. Nervus Olfactorius (N. I) Fungsi Pembauan Pastikan pasien tidak sedang mengalami rhinitis, edema konka, epistaksis,

atropi konka (ozaena), dan gangguan pengaliran udara karena dapat menurunkan kualitas penciuman. Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di

hadapan pasien.

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap indera penciumannya.

Mendekatkan bahan-bahan dengan bau yang khas aromatik dan sudah dikenal pasien dikenal (kopi, teh, tembakau, parfum, vanilli) ke lubang hidung pasien dan mintalah untuk menghirupnya. Tidak boleh menggunakan bahan yang dapat merangsang mukosa hidung

(alkohol, amoniak, bensin) karen dapat merangsang Nervus Trigeminus (N. V) Mintalah pasien untuk mengidentifikasi bahan tersebut serta bandingkan

kualitas penciuman antara hidung bagian kanan dan kiri. Pada orang tua fungsi pembauan dapat menurun (hiposmia).

Gambar 1. Pemeriksaan Fungsi Pembauan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 63

Page 72: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

2. Nervus Opticus (N. II) Pemeriksaan ini meliputi ketajaman visual, uji lapangan pandang, dan

refleks cahaya akan dibahas pada Modul penglihatan. Nervus Occulomotorius (N. III), Nervus Trochlearis (N. IV), dan Nervus

3. Abducens (N. VI)

Pemeriksaan ini meliputi gerakan bola mata akan dibahas pada Modul penglihatan

4. Nervus Trigeminus (N. V) a. Fungsi Sensibilitas Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di

hadapan pasien. Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap sentuhan kulit

pada bagian wajah.

Usaplah dengan pilinan kapas pada kelopak mata kanan atas dan bawah (serabut aferen N. V1 Dekstra cabang keluar dari foramen supraorbitalis dekstra), regio maksila kanan (serabut aferen N. V2 Dekstra cabang keluar dari foramen infraorbitalis dekstra), dan regio mandibula kanan (serabut aferen N. V3 Dekstra cabang keluar dari foramen mentale dekstra) serta tanyakan sentuhan yang dirasakan.

Lakukan hal yang sama pada kelopak mata kiri atas dan bawah, regio maksila kiri, dan regio mandibula kiri, lalu tanyakan perbendaan intensitas sentuhan yang dirasakan antara sisi kanan dan kiri.

b. Fungsi Motorik

Mintalah pasien untuk mengunyah atau menggigit spatula kayu, sementara itu pemeriksa mempalpasi otot temporalis dan masseter.

Catat apakah terdapat parese atau kelemahan kontraksi otot temporalis dan masseter.

Gambar 2. Pemeriksaan Sensibilitas N. V3

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 64

Page 73: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

c. Pemeriksaan refleks kornea akan dibahas pada Modul penglihatan.

5. Nervus Facialis (N. VII) a. Fungsi Sensasi Rasa Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan

pasien. Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap indera perasa (lidah). Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan dengan rasa manis (larutan

gula), pahit (larutan kinine atau kopi), asin (larutan garam), asam (larutan cuka) usapkan pada 2/3 bagian anterior lidah secara bergantian sisi kiri dan kanan, dimulai dari sisi normal.

Mintalah pasien untuk mengidentifikasi rasa dari cotton bud yang diusapkan pada lidah.

Mintalah pasien berkumur setiap kali hendak menguji dengan rasa yang berbeda.

b. Fungsi Otonom Apakah produksi air mata (lakrimasi) berkurang (dry eyes) Apakah produksi saliva berkurang

c. Fungsi Motorik Dalam posisi diam, observasi terlebih dahulu wajah, apakah muka (sulkus nasolabialis) asimetris dan gerakan kontraksi abnormal seperti tic facialis,

rhesus sardonicus, tremor, dan grimacing). Mintalah pasien untuk mengangkat alis (apakah ada kesulitan mengangkat alis). Mintalah pasien untuk menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya

(apakah kemampuan menutup mata berkurang atu hilang). Mintalah pasien untuk tersenyum, bersiul, mencucu, dan memperlihatkan gigi

(apakah terlihat deviasi sudut mulut). Mintalah pasien untuk mengerutkan dahi (apakah kerutan dahi tidak terlihat). Mintalah pasien untuk meniup dengan menggembungkan pipi (apakah terdapat

kebocoran udara yang ditiupkan pada salah satu sisi dan bandingkan kekuatan udara dari masing-masing pipi).

Gambar 3. Pemeriksaan Motorik N. V, Pemeriksa Mempalpasi Otot Masseter

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 65

Page 74: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 4. Pemeriksaan N. VII, Observasi Otot-Otot Wajah

Gambar 5. Pemeriksaan Fungsi Motorik N. VII, Pasien Memperlihatkan Gigi, Mengangkat Alis, dan Mengerutkan Dahi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 66

Page 75: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 6. Pemeriksaan Fungsi Motorik N. VII, Pasien Diminta Meniup Pipi

6. Nervus Acusticus/Vestibulocochlearis (N. VIII) a. Fungsi Pendengaran (Cochlear)

Pasien dalam posisi duduk di atas sebelah kanan pasien. kursi periksa dan pemeriksa berada di

Mintalah pasien menutup telinga kiri dengan tangan kiri pasien, dekatkan arloji jam tangan atau suara gesekan jari pemeriksa pada telinga kanan pasien, kemudian dijauhkan sedikit demi sedikit sampai pasien tidak mendengar sumber suara tersebut..

Lakukan hal yang sama pada telinga kiri pasien, bandingkan dan catat tingkat kualitas pendengaran pasien.

Gambar 7. Pemeriksaan N. VIII, Pasien Mendengarkan Suara Gesekan Jari

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 67

Page 76: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

b. Fungsi Keseimbangan (Vestibulator) Pasien dalam posisi berdiri tegak dan pemeriksa berada di depan pasien. Mintalah pasien untuk menutup mata dan berjalan lurus ke depan. Perhatikan apakah pasien tidak dapat berjalan lurus atau kehilangan

keseimbangan.

7. Nervus Glossopharhygeus (N. IX) dan Nervus Vagus (N. X) a. Uji Gerakan Palatum Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada dihadapan

pasien. Mintalah pasien membuka mulut dan mengucapkan huruf ’a’ panjang. Pemeriksa memperhatikan apakah terdapat deviasi uvula dan arcus pharyngeus

serta kegagalan mengangkat uvula.

Gambar 8. Pemeriksaan N. IX-X, Melihat Deviasi Uvula dan Arcus Pharyngeus

b. Refleks Muntah dan Uji Sensorik Mintalah pasien membuka mulutnya, dengan menggunakan spatula sentuhlah

dinding faring sisi kanan dan kiri. Perhatikan gerakan memuntah pada sentuhan dinding paring sisi kanan dan kiri. Tanyakan apakah terdapat rasa baal pada faring yang disentuh.

c. Kecepatan Menelan dan Batuk Mintalah pasien untuk membuat gerakan menelan dan tanyakan apakah ada

kesulitan untuk melakukan gerakan tersebut.

Mintalah perhatikan kekuatan batuk pasien.pasien utntuk melakukan gerakan batuk sekuat-kuatnya dan

8. Nervus Accessorius (N. XI) a. Uji Otot Sternocleidomastoideus

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Mintalah pasien untuk menoleh ke kanan (fleksi lateral dekstra kepala dan leher) sambil melawan tahanan yang diberikan pemeriksa (menahan pipi sisi lateral kanan wajah pasien).

Perhatikan kontraksi otot sternokleidomastoideus, lakukan palpasi, apakah ada atropi dan lakukan hal yang sama pada sisi kiri.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 68

Page 77: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

b. Uji Otot Trapezius Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berdiri di belakang

pasien atau berhadapan dengan pasien. Mintalah pasien untuk mengangkat kedua

bahu dan pemeriksa memberi tahanan (mendorong kedua bahu ke bawah).

Catat apakah terdapat penurunan kekuatan otot.

Gambar 11. Pemeriksaan N. XI, Uji Motorik Otot Trapezius

Gambar 10. Pemeriksaan N. XI, Uji Motorik Otot Stern okleidomastoideus

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 69

Page 78: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

9. Nervus Hypoglosus (N. XII) Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada

dihadapan pasien. Mintalah pasien untuk membuka mulut dan perhatikan apakah posisi lidah

simetris atau asimetris (deviasi). Mintalah pasien untuk mengeluarkan lidah dan memasukkannya kembali

dengan cepat, perhatikan kembali apakah posisi lidah simetris atau asimetris (deviasi).

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri apakah dapat menggerakkan lidah ke samping kanan dan kiri.

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya kembali dan perhatikan adanya tremor dan atropi papil lidah.

Mintalah pasien untuk berbicara, pemeriksa memperhatikan gerakan lidah apakah terjadi kesulitan artikulasi dan dengarkan apakah terdapat suara pelo atau dysarthria.

Gambar 12. Pemeriksaan N. XII, Pasien Diminta menjulurkan Lidah

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 70

Page 79: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS Ya Tidak

A. Persiapan

Mempersilahkan pasien masuk dan mengucapkan salam, sambil mengobservasi sikap, cara berjalan, mimik, serta penampilan umum pasien.

Memanggil atau menyapa pasien, dengan panggilan yang sopan, dan bila nama pasien telah diketahui, sapalah pasien dengan namanya.

Mempersilahkan pasien untuk duduk, menciptakan suasana nyaman, dan menghindari suasana seperti sedang introgasi.

Memperkenalkan diri, dan menjelaskan tugas, atau perannya dengan tutur bahasa yang baik dan sopan serta tampak empati.

Menanyakan identitas pribadi pasien dengan bahasa (Indonesia) yang benar, dan sopan, yang terdiri dari: nama, umur, alamat, suku, agama, status perkawinan, dan pekerjaan.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu melakukan penggalian anamnesis secara sistematik dan terarah, serta menuliskannya ke dalam status pasien

Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan saraf kranialis serta meminta persetujuan pasien (informed consent), apabila pasien setuju mintalah pasien menuju ruang periksa.

Mintalah perawat untuk membantu dokter selama pemeriksaan berlangsung guna menghindari perlakuan yang tidak diinginkan.

Pemeriksa mencuci tangan dengan teknik simple hands washing (menurut WHO) di bawah air mengalir dan mengeringkannya dengan handuk kering.

B. Prosedur Pemeriksaan Saraf Kranialis 1. Nervus Olfactorius (N. I)

Fungsi Pembauan Pastikan pasien tidak sedang mengalami rhinitis, edema konka, epistaksis, atropi konka (ozaena), dan gangguan pengaliran udara karena dapat menurunkan kualitas penciuman.

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap indera penciumannya.

Mendekatkan bahan-bahan dengan bau yang khas aromatik dan sudah dikenal pasien dikenal (kopi, teh, tembakau, parfum, vanilli) ke lubang hidung pasien dan mintalah untuk menghirupnya.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 71

Page 80: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tidak boleh menggunakan bahan yang dapat merangsang mukosa hidung (alkohol, amoniak, bensin) karen dapat merangsang Nervus Trigeminus (N. V)

Mintalah pasien untuk mengidentifikasi bahan tersebut serta bandingkan kualitas penciuman antara hidung bagian kanan dan kiri. Pada orang tua fungsi pembauan dapat menurun (hiposmia).

2. Nervus Opticus (N. II)

Pemeriksaan ini meliputi ketajaman visual, uji lapangan pandang, dan refleks cahaya akan dibahas pada Blok Special Sense I.

3. Nervus Occulomotorius (N. III), Nervus Trochlearis (N. IV), dan Nervus Abducens (N. VI)

Pemeriksaan ini meliputi gerakan bola mata akan dibahas pada Blok Special Sense I.

4. Nervus Trigeminus (N. V) a. Fungsi Sensibilitas

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap sentuhan kulit pada bagian wajah.

Usaplah dengan pilinan kapas pada kelopak mata kanan atas dan bawah (serabut aferen N. V1 Dekstra cabang keluar dari foramen supraorbitalis dekstra), regio maksila kanan (serabut aferen N. V2 Dekstra cabang keluar dari foramen infraorbitalis dekstra), dan regio mandibula kanan (serabut aferen N. V3 Dekstra cabang keluar dari foramen mentale dekstra) serta tanyakan sentuhan yang dirasakan.

Lakukan hal yang sama pada kelopak mata kiri atas dan bawah, regio maksila kiri, dan regio mandibula kiri, lalu tanyakan perbendaan intensitas sentuhan yang dirasakan antara sisi kanan dan kiri.

b. Fungsi Motorik

Mintalah pasien untuk mengunyah atau menggigit spatula kayu, sementara itu pemeriksa mempalpasi otot temporalis dan masseter.

Catat apakah terdapat parese atau kelemahan kontraksi otot temporalis dan masseter.

c. Pemeriksaan refleks kornea akan dibahas pada Blok Special Sense I.

5. Nervus Facialis (N. VII) a. Fungsi Sensasi Rasa

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Dalam posisi diam, observasi terlebih dahulu wajah, apakah muka (sulkus nasolabialis) asimetris dan gerakan kontraksi abnormal seperti tic facialis, rhesus sardonicus, tremor, dan grimacing)

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap indera perasa (lidah).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 72

Page 81: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan dengan rasa manis (larutan gula), pahit (larutan kinine atau kopi), asin (larutan garam), asam (larutan cuka) usapkan pada 2/3 bagian anterior lidah secara bergantian sisi kiri dan kanan, dimulai dari sisi normal.

Mintalah pasien untuk mengidentifikasi rasa dari cotton bud yang diusapkan pada lidah.

Mintalah pasien berkumur setiap kali hendak menguji dengan rasa yang berbeda.

b. Fungsi Otonom

Apakah produksi air mata (lakrimasi) berkurang (dry eyes). Apakah produksi saliva berkurang.

c. Fungsi Motorik

Mintalah pasien untuk mengangkat alis (apakah ada kesulitan mengangkat alis).

Mintalah pasien untuk menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya (apakah kemampuan menutup mata berkurang atu

hilang).

Mintalah pasien untuk tersenyum, bersiul, mencucu, dan memperlihatkan gigi (apakah terlihat deviasi sudut mulut).

Mintalah pasien untuk mengerutkan dahi (apakah kerutan dahi tidak terlihat).

Mintalah pasien untuk meniup dengan menggembungkan pipi (apakah terdapat kebocoran udara yang ditiupkan pada salah satu sisi dan bandingkan kekuatan udara dari masing-masing pipi).

6. Nervus Acusticus/Vestibulocochlearis (N. VIII) a. Fungsi Pendengaran (Cochlear)

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.

Mintalah pasien menutup telinga kiri dengan tangan kiri pasien, dekatkan arloji jam tangan atau suara gesekan jari pemeriksa pada telinga kanan pasien, kemudian dijauhkan sedikit demi sedikit sampai pasien tidak mendengar sumber suara tersebut..

Lakukan hal yang sama pada telinga kiri pasien, bandingkan dan catat tingkat kualitas pendengaran pasien.

b. Fungsi Keseimbangan (Vestibulator)

Pasien dalam posisi berdiri tegak dan pemeriksa berada di depan pasien.

Mintalah pasien untuk menutup mata dan berjalan lurus ke depan. Perhatikan apakah pasien tidak dapat berjalan lurus atau kehilangan keseimbangan.

7. Nervus Glossopharhygeus (N. IX) dan Nervus Vagus (N. X) a. Uji Gerakan Palatum

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada dihadapan pasien.

Mintalah pasien membuka mulut dan mengucapkan huruf ’a’ panjang.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 73

Page 82: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksa memperhatikan apakah terdapat deviasi uvula dan arcus pharyngeus serta kegagalan mengangkat uvula.

b. Refleks Muntah dan Uji Sensorik

Mintalah pasien membuka mulutnya, dengan menggunakan spatula sentuhlah dinding faring sisi kanan dan kiri.

Perhatikan gerakan memuntah pada sentuhan dinding paring sisi kanan dan kiri.

Tanyakan apakah terdapat rasa baal pada faring yang disentuh. c. Kecepatan Menelan dan Batuk

Mintalah pasien untuk membuat gerakan menelan dan tanyakan apakah ada kesulitan untuk melakukan gerakan tersebut.

Mintalah pasien utntuk melakukan gerakan batuk sekuat-kuatnya dan perhatikan kekuatan batuk pasien.

8. Nervus Accessorius (N. XI) a. Uji Otot Sternocleidomastoideus

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Mintalah pasien untuk menoleh ke kanan (fleksi lateral dekstra kepala dan leher) sambil melawan tahanan yang diberikan pemeriksa (menahan pipi sisi lateral kanan wajah pasien).

Perhatikan kontraksi otot sternokleidomastoideus, lakukan palpasi, apakah ada atropi dan lakukan hal yang sama pada sisi kiri.

b. Uji Otot Trapezius

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berdiri di belakang pasien atau berhadapan dengan pasien.

Mintalah pasien untuk mengangkat kedua bahu dan pemeriksa memberi tahanan (mendorong kedua bahu ke bawah).

Catat apakah terdapat penurunan kekuatan otot. 9. Nervus Hypoglosus (N. XII)

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada dihadapan pasien.

Mintalah pasien untuk membuka mulut dan perhatikan apakah posisi lidah simetris atau asimetris (deviasi).

Mintalah pasien untuk mengeluarkan lidah dan memasukkannya kembali dengan cepat, perhatikan kembali apakah posisi lidah simetris atau asimetris (deviasi).

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri apakah dapat menggerakkan lidah ke samping kanan dan kiri.

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya kembali dan perhatikan adanya tremor dan atropi papil lidah.

Mintalah pasien untuk berbicara, pemeriksa memperhatikan gerakan lidah apakah terjadi kesulitan artikulasi dan dengarkan apakah terdapat suara pelo atau dysarthria.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 74

Page 83: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, pemeriksa kembali mencuci tangan dengan teknik simple hands washing dan mengeringkannya dengan handuk kering.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 75

Page 84: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS (Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

1. Nervus Olfactorius (N. I) : 2. Nervus Opticus (N. II)

: tidak dilakukan pemeriksaan

3. Nervus Occulomotorius (N. III)

: tidak dilakukan pemeriksaan

4. Nervus Trochlearis (N. IV)

: tidak dilakukan pemeriksaan

5. Nervus Trigeminus (N. V)

:

6. Nervus Abducens (N. VI)

: tidak dilakukan pemeriksaan

7. Nervus Facialis (N. VII)

:

8. Nervus Acusticus (N. VIII)

:

9. Nervus Glossopharyngeus (N. IX)

:

10. Nervus Vagus (N. X)

:

11. Nervus Accessorius (N. XI)

:

12. Nervus Hypoglossus (N. XII) :

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 76

Page 85: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik keempat

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS I.1 PENDAHULUAN Kata refleks secara sederhana berarti jawaban atas rangsangan. Istilah reflex pertama sekali diungkapkan oleh Rene Descarte pada tahun 1662. Beliau menerangkan refleks memejamkan mata (refleks ancam) akibat respon terhadap sesuatu gerakan yang mengacam ke mata. Jalur saraf yang dapat menimbulkan refleks ini disebut lengkung refleks (reflex arc). Lengkung refleks ini terdiri dari reseptor (panca indera), serat saraf aferen, interneuron, serat saraf eferen, dan efektor (organ). Interneuron ini berupa susunan saraf pusat terutama pada system piramidalis. Apabila lengkung refleks rusak

3

1 1. Reseptor 2. Saraf Aferen 3. Ganglion Spinal 4. interneuron 5. Saraf Eferen 6. Efektor 4 2 Refleks terdiri dari dua jenis yaitu: refleks superfisial dan refleks dalam. Refleks

superfisial timbul akibat stimulus pada mukosa atau kulit yang mengakibatkan

kontraksi otot yang ada dibawahnya atau disekitarnya. Contoh refleks superfisial ini

ialah refleks kornea, refleks dinding perut superfisial, refleks kremaster, 5 6 refleks anus superfisial, refleks plantar, dan refleks gluteal. Sedangkan refleks dalam timbul akibat teregangnya otot oleh stimulus yang diberikan yang mengakibatkan kontraksi otot yang ada dibawahnya atau sekitarnya. Regangan ini diterima oleh reseptor propioseptik. Banyak istilah lain dari refleks dalam, antara lain: refleks regang otot, refleks tendon, refleks periostal, dan refleks miotatik. Contoh refleks ini ialah refleks kuadrisep femoralis, glabela, rahang bawah, biseps brachii, triseps brachii, brachioradialis, ulna, otot dinding perut, fleksor jari-jari, dan tendon archilles (triseps sure). Sebenarnya banyak refleks dalam yang dapat dibangkitkan. Setiap otot yang

maka refleks tidak akan terjadi atau refleks meninggi.

Gambar 1. Lengkung Refleks Sederhana

1

2

3

4

5

6

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 77

Page 86: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara diketuk pada insersionya akan berkontaksi menimbulkan refleks. Pemeriksaan refleks ini sangat penting untuk menilai adanya lesi pada traktus piramidalis. Penilaian refleks ini sangatlah objektif karena tidak membutuhkan kooperatif dari pasien. Sehingga pemeriksaan refleks ini dapat dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran, bayi, anak, intelegensia rendah, dan gangguan cemas. I.2 CARA MEMBANGKITKAN REFLEKS FISIOLOGIS I.2.1 Refleks Superfisial I.2.1.1 Refleks Kornea

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien melirik ke arah berlawanan dengan arah datangnya stimulus. Kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dipilin hingga

runcing. Interpretasi: Refleks Kornea dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan menutup

mata dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut. Refleks kornea menghilang atau berkurang menandakan gangguan nervus

Trigeminus sensorik cabang optalmik (nervus kranialis V1) ataupun gangguan nervus Fasialis (nervus kranialis VII).

I.2.1.2 Refleks Dinding Perut Superfisial Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan pemeriksa berada di sisi

kanan pasien. Gores dinding perut dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak

runcing) pada region epigastrium, supraumbilikal, umbilical, dan intraumbilikal dari lateral ke medial.

Interpretasi: Refleks Dinding Perut Superfisial dikatakan positif (+) jika tampak umbilicus bergerak ke arah otot yang berkontraksi (muskulus rektus abdominis dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

I.2.1.3 Refleks Kremaster

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan paha sedikit abduksi, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Permukaan medial paha digores dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak runcing) dari proksimal ke distal.

Interpretasi: Refleks Kremaster dikatakan positif (+) jika tampak elevasi testis ipsilateral akibat kontraksi muskulus kremaster dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

I.2.1.4 Refleks Gluteal

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring pronasi (telungkup) dan paha sedikit abduksi, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Lakukan goresan atau tusukan ringan dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak runcing) pada regio gluteal.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 78

Page 87: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi: Refleks Gluteal dikatakan positif (+) jika tampak gerakan kontraksi muskulus glutealis ipsilateral dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan.

I.2.1.5 Refleks Anus Superfisial Pasien dalam posisi litotomi, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Lakukan goresan atau tusukan ringan dengan ujung gagang reflex hammer

(benda yang agak runcing) pada region perianal (sekitar anus). Interpretasi: Refleks Anus Superfisial dikatakan positif (+) jika tampak gerakan

kontraksi muskulus spincter ani eksternus dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

I.2.1.6 Refleks Plantar (Telapak Kaki) Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan

merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Pada pada telapak kaki yang akan diperiksa, lakukan goresan secara perlahan dengan menggunakan gagang runcing reflex hammer mulai dari daerah tumit menuju ke bagian pangkal jari tengah kaki.

Goresan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Interpretasi: Refleks Plantar dikatakan (+) jika terjadi gerakan plantarfleksi jari-jari kaki ipsilatera dan dikatakan (-) jika terjadi gerakan tersebut.

I.2.2 Refleks Dalam I.2.2.1 Refleks Glabella

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di hadapan pasien. Mintalah pasien melirik ke arah depan. Ketuk dengan menggunakan jari tengah kanan pemeriksa pada regio glabella atau

sekitar regio antara kedua supraorbitalis. Interpretasi: Refleks Glabella dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan kontraksi

singkat kedua muskulus orbikularis okuli dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Refleks glabella menghilang atau berkurang menandakan gangguan nervus fasialis dan meningkat pada sindroma parkinson.

Pusat refleks ini terletak di pons.

I.2.2.2 Refleks Rahang Bawah (Jaw Reflex) Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di hadapan pasien. Mintalah pasien sedikit membuka mulut dan jari telunjuk kiri pemeriksa

melintang di dagu. Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada jari telunjuk kiri pemeriksa. Interpretasi: Refleks Rahang Bawah dikatakan positif (+) jika tampak mulut

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 79

Page 88: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

merapat akibat kontraksi muskulus maseter dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Pusat refleks ini terletak di pons. I.2.2.3 Refleks Biseps

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi dan pronasi rileks di atas paha, kemudian ibu jari kiri pemeriksa menekan tendon biseps di fossa cubitti.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada ibu jari kiri pemeriksa. Interpretasi: Refleks Biseps dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi

lengan bawah dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. Pusat refleks ini terletak di C5-C6.

I.2.2.4 Refleks Triseps

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi dan pronasi rileks di atas paha. Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada tendon triseps dari belakang

sekitar 5 cm diatas siku. Interpretasi: Refleks Triseps dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan ekstensi

lengan bawah dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. Lengkung refleks ini melalui nervus radialis dan berpusat di C6-C8.

I.2.2.5 Refleks Brakhioradialis (Refleks Radialis)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi pada posisi diantara pronasi dan supinasi rileks di atas paha.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada prosesus stiloideus ossis radius. Interpretasi: Refleks Brakhioradialis dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan

fleksi dan supinasi lengan bawah dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lengkung refleks ini melalui nervus radialis dan berpusat di C5-C6. I.2.2.6 Refleks Ulna

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi dan semipronasi rileks di atas paha. Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada prosesus stiloideus ossis ulnae. Interpretasi: Refleks Ulna dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan pronasi

lengan bawah, kadang juga gerakan adduksi pada pergelangan tangan dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 80

Page 89: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Lengkung refleks ini melalui nervus medianus dan berpusat di C5-T1. I.2.2.7 Refleks Fleksor Jari-Jari Tangan

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah tangan pasien diletakkan pada dasar yang agak keras pada posisi supinasi dan jari-jari tangan sedikit difleksikan, kemudian jari telunjuk kiri pemeriksa diletakkan menyilang pada permukaan volar jari-jari.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada jari telunjuk kiri pemeriksa. Interpretasi: Refleks Fleksor Jari-Jari Tangan dikatakan positif (+) jika terjadi

gerakan fleksi ringan jari-jari tangan dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Pada lesi piramidalis, refleks ini (+) meningkat dan asimetris antara jari-jari tangan kanan dan kiri.

Lengkung refleks ini melalui nervus medianus dan nervus ulnaris dan berpusat di C6-T6.

I.2.2.8 Refleks Triseps Sure (Archilles Pees Reflex/APR) Posisikan pasien dalam keadaan duduk dimana tungkai sedikit difleksikan pada

sendi panggul dan sendi lutut, serta tungkai bawah tergantung dengan rileks, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pegang ujung kaki pasien dengan menggunakan tangan kiri pemeriksa untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki.

Alihkan perhatian pasien dengan menyuruh menarik pada kedua tangannya yang tercekam bersilangan.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada tendon archilles. Interpretasi: Refleks Triseps Sure dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan

plantarfleksi pada kaki akibat kontraksi muskulus Triseps Sure dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. Lengkung refleks ini melalui S1-S2.

I.2.2.9 Refleks Patella (Knee Pees Reflex/KPR) Posisikan pasien dalam keadaan duduk dimana tungkai sedikit difleksikan

pada sendi panggul dan sendi lutut, serta tungkai bawah tergantung dengan rileks, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Jika pasien tidak dapat duduk dapat dilakukan dalam keadaan berbaring supinasi dengan tungkai bawah semifleksi dan lengan bawah kiri pemeriksa menyilang dibawah sendi lutut pasien agar tungkai rileks.

Alihkan perhatian pasien dengan menyuruh menarik pada kedua tangannya yang tercekam bersilangan.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada tendon patella. Interpretasi: Refleks Patella dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan ekstensi

tungkai bawah akibat kontraksi muskulus kuadriseps femoris dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 81

Page 90: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Lengkung refleks ini melalui L2-L4.

I.2.2.10 Refleks Dinding Perut Dalam Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan pemeriksa berada di

sisi kanan pasien. Tempatkan jari telunjuk kiri pemeriksa sedikit menekan dinding perut. Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada jari telunjuk kiri pemeriksa

dan lakukan pada regio yang berbeda (epigastrium, supraumbilikal, umbilical, dan intraumbilikal).

Interpretasi: Refleks Dinding Perut Dalam dikatakan positif (+) jika tampak umbilikus bergerak ke arah otot yang berkontraksi (muskulus rektus abdominis) dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. Pada orang penggeli refleks ini bisa meningkat. Namun, bila disertai disertai refleks dinding perut superfisial bernilai (-) akan menandakan adanya lesi piramidalis pada tempat yang lebih atas C6.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 82

Page 91: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Lampiran Gambar Pemeriksaan Refleks Fisiologis Gambar 2. Berbagai Jenis Palu Refleks Gambar 3. Pemeriksaan Refleks Otot Biseps Gambar 4. Pemeriksaan Re fleks Otot Triseps Gambar 5. Pemeriksaan Refleks Brakhioradialis Gambar 6. Pemeriksaan Refleks Patella (KPR) Gambar 7. Pemeriksaan Refleks Triseps Sure

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 83

Page 92: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur

Instruktur Introduksi dan penyampaian pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan

45 menit

Demonstrasi oleh Instruktur, Instruktur menjelaskan alat-alat yang dipergunakan, interpretasi, serta mendemonstrasikan cara memeriksa refleks fisiologis kepada mahasiswa. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching)

Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit Instruktur memberikan masukan-masukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

III. PEDOMAN INSTRUKTUR 3.2.TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa :

1. Memahami pentingnya melakukan pemeriksaan refleks fisiologi

2. Terampil melakukan teknik pemeriksaan refleks fisiologis.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 84

Page 93: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara 3.3. PELAKSANAAN

1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan bagian SDM MEU FK UISU. 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit Pembukaan Perkenalan

Instruktur Pengantar (overview)

15 menit

Latihan

Demonstrasi

Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Coaching

30 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan

Feed Back Instruktur Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit).

4. Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab. (Lantai 3)

5. Alat dan Bahan yang diperlukan :

Meja.

Kursi 8 buah.

Kursi pemeriksaan.

Tempat tidur pemeriksaan.

Refleks Hammer.

6. Materi Kegiatan / Latihan :

Pengenalan alat untuk pemeriksaan refleks fisiologis.

Menjelaskan pentingnya pemeriksaan refleks fisiologis

Melakukan teknik pemeriksaan refleks fisiologis.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 85

Page 94: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara RUJUKAN

1. Ganong WF. Refleks. Dalam: Widjajahkusumah MD, editor bahasa Indonesia. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi ke20, Jakarta; 2001. Hlm. 122-30.

2. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik--Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FK UI, Jakarta; 2006. Hlm.146-51.

3. Setiyohadi B, Subekti I. Pemeriksaan Fisis Umum. Dalam: Setiyohadi B, Sudoyo AW, Alwi I, et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Edisi IV, Jilid I, Jakarta; 2006. Hlm. 36.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 86

Page 95: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (1) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS Ya Tidak

a. Persiapan Pemeriksaan

Pastikan pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang tertutup sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien.

Mintalah seorang perawat untuk mendampingi pemeriksa selama pemeriksaan berlangsung, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar ditinjau dari pihak pemeriksa maupun pasien.

b. Persiapan Pasien

Pemeriksa menyapa dan memberi salam kepada pasien. Pemeriksa mempersilahkan pasien duduk. Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan refleks fisiologis secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Pemeriksa mempersiapkan alat dan bahan, berupa kursi pemeriksaan, tempat tidur pemeriksaan, dan reflex hammer.

Mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien, sehingga seluruh bagian tubuh yang akan diperiksa dapat dilihat dan bagian tubuh yang tidak diperiksa harus ditutup dengan kain (doek) bersih.

A REFLEKS SUPERFISIAL 1. Refleks Kornea

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien melirik ke arah berlawanan dengan arah datangnya stimulus.

Kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dipilin hingga runcing.

Interpretasi: Refleks Kornea dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan menutup mata dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Refleks kornea menghilang atau berkurang menandakan gangguan nervus Trigeminus sensorik cabang optalmik (nervus kranialis V1) ataupun gangguan Nervus Fasialis (nervus kranialis VII).

2. Refleks Dinding Perut Superfisial

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Gores dinding perut dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak runcing) pada regio epigastrium, supraumbilikal, umbilical, dan intraumbilikal dari lateral ke medial.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 87

Page 96: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi: Refleks Dinding Perut Superfisial dikatakan positif (+) jika tampak umbilikus bergerak ke arah otot yang berkontraksi (muskulus rektus abdominis) dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

3. Refleks Kremaster

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan paha sedikit abduksi, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Permukaan medial paha digores dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak runcing) dari proksimal ke distal.

Interpretasi: Refleks Kremaster dikatakan positif (+) jika tampak elevasi testis ipsilateral akibat kontraksi muskulus kremaster dan

dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

4. Refleks Gluteal

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring pronasi (telungkup) dan paha sedikit abduksi, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Lakukan goresan atau tusukan ringan dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak runcing) pada regio gluteal.

Interpretasi: Refleks Gluteal dikatakan positif (+) jika tampak gerakan kontraksi muskulus glutealis ipsilateral dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

5. Refleks Anus Superfisial

Pasien dalam posisi litotomi, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Lakukan goresan atau tusukan ringan dengan ujung gagang reflex hammer (benda yang agak runcing) pada region perianal (daerah sekitar anus).

Interpretasi: Refleks Anus Superfisial dikatakan positif (+) jika tampak gerakan kontraksi muskulus spincter ani eksternus dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

6. Refleks Plantar

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Pada pada telapak kaki yang akan diperiksa, lakukan goresan secara perlahan dengan menggunakan gagang runcing reflex hammer mulai dari daerah tumit menuju ke bagian pangkal jari tengah kaki.

Goresan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Interpretasi: Refleks Plantar dikatakan (+) jika terjadi gerakan plantarfleksi jari-jari kaki ipsilatera dan dikatakan (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 88

Page 97: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara B REFLEKS DALAM 1. Refleks Glabella

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Mintalah pasien melirik ke arah depan. Ketuk dengan menggunakan jari tengah kanan pemeriksa pada regio glabella atau sekitar regio antara kedua supraorbitalis.

Interpretasi: Refleks Glabella dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan kontraksi singkat kedua muskulus orbikularis okuli dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Refleks glabella menghilang atau berkurang menandakan gangguan nervus fasialis dan meningkat pada sindroma parkinson.

2. Refleks Rahang Bawah (Jaw Reflex)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Mintalah pasien sedikit membuka mulut dan jari telunjuk kiri pemeriksa melintang di dagu.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada jari telunjuk kiri pemeriksa.

Interpretasi: Refleks Rahang Bawah dikatakan positif (+) jika tampak mulut merapat akibat kontraksi muskulus maseter dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

3. Refleks Biseps

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi dan pronasi rileks di atas paha, kemudian ibu jari kiri pemeriksa menekan tendon biseps di fossa cubitti.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada ibu jari kiri pemeriksa.

Interpretasi: Refleks Biseps dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi lengan bawah dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. Pusat refleks ini terletak di C5-C6.

4. Refleks Triseps

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi dan pronasi rileks di atas paha.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada tendon triseps dari belakang sekitar 5 cm diatas siku.

Interpretasi: Refleks Triseps dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan ekstensi lengan bawah dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lengkung refleks ini melalui nervus radialis dan berpusat di C6-C8.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 89

Page 98: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara 5. Refleks Brakhioradialis (Refleks Radialis)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi pada posisi diantara pronasi dan supinasi rileks di atas paha.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada prosesus stiloideus ossis radius.

Interpretasi: Refleks Brakhioradialis dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi dan supinasi lengan bawah dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lengkung refleks ini melalui nervus radialis dan berpusat di C5-C6.

6. Refleks Ulna

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah lengan bawah pasien semifleksi dan semipronasi rileks di atas paha.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada prosesus stiloideus ossis ulnae.

Interpretasi: Refleks Ulna dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan pronasi lengan bawah, kadang juga gerakan adduksi pada pergelangan tangan dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lengkung refleks ini melalui nervus medianus, berpusat di C5-T1. 7. Refleks Fleksor Jari-Jari Tangan

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah tangan pasien diletakkan pada dasar yang agak kers pada posisi upinasi dan jari-jari tangan sedikit difleksikan, kemudian jari telunjuk kiri pemeriksa diletakkan menyilang pada permukaan volar jari-jari.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada jari telunjuk kiri pemeriksa.

Interpretasi: Refleks Fleksor Jari-Jari Tangan dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi ringan jari-jari tangan dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Pada lesi piramidalis, refleks ini (+) meningkat dan asimetris antara jari-jari tangan kanan dan kiri.

Lengkung refleks ini melalui nervus medianus dan nervus ulnaris dan berpusat di C6-T6.

8. Refleks Triseps Sure (Archilles Pees Reflex/APR)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dimana tungkai sedikit difleksikan pada sendi panggul dan sendi lutut, serta tungkai bawah tergantung dengan rileks, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pegang ujung kaki pasien dengan menggunakan tangan kiri pemeriksa untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 90

Page 99: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Alihkan perhatian pasien dengan menyuruh menarik pada kedua tangannya yang tercekam bersilangan.

Ketuklah dengan menggunakan reflex hammer pada tendon archilles.

Interpretasi: Refleks Triseps Sure dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan plantarfleksi pada kaki akibat kontraksi muskulus Triseps Sure, dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lengkung refleks ini melalui S1-S2. 9. Refleks Patella (Knee Pees Reflex/KPR)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dimana tungkai sedikit difleksikan pada sendi panggul dan sendi lutut, serta tungkai bawah tergantung dengan rileks, kemudian pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Jika pasien tidak dapat duduk dapat dilakukan dalam keadaan berbaring supinasi dengan tungkai bawah semifleksi dan lengan bawah kiri pemeriksa menyilang dibawah sendi lutut pasien agar tungkai rileks.

Alihkan perhatian pasien dengan menyuruh menarik pada kedua tangannya yang tercekam bersilangan.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada tendon patella. Interpretasi: Refleks Patella dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan ekstensi tungkai bawah akibat kontraksi muskulus kuadriseps femoris dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lengkung refleks ini melalui L2-L4. 10. Refleks Dinding Perut Dalam

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tempatkan jari telunjuk kiri pemeriksa sedikit menekan dinding perut.

Ketuk dengan menggunakan reflex hammer pada jari telunjuk kiri pemeriksa dan lakukan pada regio yang berbeda (epigastrium, supraumbilikal, umbilical, dan intraumbilikal).

Interpretasi : Refleks Dinding Perut Dalam dikatakan positif (+) jika tampak umbilikus bergerak ke arah otot yang berkontraksi

(muskulus rektus abdominis) dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Pada orang penggeli refleks ini bisa meningkat. Namun, bila disertai disertai refleks dinding perut superfisial bernilai negatif (-) akan menandakan adanya lesi piramidalis pada tempat yang lebih atas C6.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 91

Page 100: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa) Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 92

Page 101: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS,

I.1 PENDAHULUAN

Pemeriksaan refleks patologis sangat penting untuk menilai adanya lesi pada susunan saraf pusat. Hal ini pernah dikemukakan oleh babinski di depan Sociate de Biologie, Paris, pada tahun 1896. Babinski menjelaskan pada pemeriksaan refleks superfisial terjadi perubahan respons gerakan dorsofleksi pada ibu jari kaki disertai mekarnya jari-jari kaki lainnya setelah diberi rangsangan rangsangan goresan telapak kaki, pada orang normal respon ini berupa plantar fleksi. Refleks ini memiliki nilai klinis penting yang menunjukkan adanya lesi pada traktus piramidalis. Pengetahuan ini semakin berkembang dengan ditemukannya respon yang berbeda dengan cara yang sama seperti yang dilakukan babinski, antara lain: gerakan dorsofleksi pada pergelangan kaki, fleksi tungkai bawah, dan fleksi tungkai atas.

Ada berbagai stimulus yang dapat diberikan untuk membangkitkan refleks babinski ini, yaitu: menggoreskan telapak kaki bagian lateral, menusuk dorsum kaki, menggores dorsum kaki ke sisi lateralnnya, memberi rangsangan panas pada kaki, memberi rangsangan listrik pada kaki, mencubit tendon archiles, menekan tibia, fibula, mencubit otot betis, menggerakkan patella ke arah distal. Bahkan dalam kondisi yang lebih parah refleks ini dapat dibangkitkan dengan cara menggoyangkan kaki, menggerakkan kepala, dan menguap.

Selain itu ada berbagai cara untuk membangkitkan refleks babinski, yaitu: cara chaddock, gordon, oppenheim, gonda, schaefer, dan stransky. Semua cara ini memberikan respons yang sama dengan babinski. I.2 CARA MEMBANGKITKAN REFLEKS PATOLOGIS I.2.1 Refleks Babinski

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Pada pada telapak kaki yang akan diperiksa, lakukan goresan secara perlahan dengan menggunakan gagang runcing reflex hammer mulai dari daerah tumit menuju ke bagian lateral telapak kaki hingga ke arah medial pangkal jari kelingking menuju pangkal ibu jari.

Goresan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 93

Page 102: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi: Refleks Babinski dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan plantar fleksi.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

I.2.2 Refleks Chaddock

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Pada pada punggung kaki yang akan diperiksa, lakukan goresan secara perlahan dengan menggunakan gagang runcing reflex hammer mulai dari bagian maleolus lateralis menuju ke bagian lateral punggung kaki hingga ke arah medial pangkal jari kelingking menuju pangkal ibu jari.

Goresan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Chaddock dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.3 Refleks Gordon

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Cubit otot betis dengan cara ibu jari dan jari lain pemeriksa mengepit otot betis pasien

Cubitan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Gordon dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 94

Page 103: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.4 Refleks Schaefer

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyentuh dasar tempat tidur.

Cubit tendon archilles dengan cara ibu jari dan jari lain pemeriksa mengepit otot betis pasien

Cubitan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Schaefer dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.5 Refleks Oppenheim

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Urut dengan kuat tibia dan muskulus tibialis anterior dari proksimal (bawah patella) menuju distal (pangkal pergelangan kaki).

Urutan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Oppenheim dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 95

Page 104: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara I.2.6 Refleks Gonda

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Lakukan penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4 lalu lepaskan tiba-tiba.

Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Gonda dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.7 Refleks Stransky

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya, tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Lakukan penekukan ke lateral maksimal jari kaki ke-5 lalu lepaskan tiba-tiba. Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat

menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex). Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-

jari lainnya. Interpretasi: Refleks Stransky dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan

dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.8 Refleks Rossolimo

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 96

Page 105: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya, tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Ketuklah bagian pangkal jari-jari kaki. Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat

menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal.

Interpretasi: Refleks Rossolomo dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jarijari kaki pada sendi interfalangeal dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.9 Refleks Mendel-Beckhterew

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Ketuklah dorsum pedis pada daerah os cuboideum. Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat

menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex). Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal. Interpretasi: Refleks Mendel-Beckhterew dikatakan positif (+) jika terjadi

gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.2.10 Refleks Klonus Lutut (Patella)

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Peganglah salah satu lutut pasien. Dorong secara tiba-tiba dan cepat ke arah distal (ke bawah) sambil diberikan

tahanan ringan. Amati ada tidaknya gerakan patella ke atas secara berulang-ulang akibat

kontraksi ritmik muskulus kuadrisep. Interpretasi: Refleks Klonus Lutut dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan

patella ke atas secara berulang-ulang akibat kontraksi ritmik muskulus kuadrisep dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada lutut kaki yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 97

Page 106: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara I.2.11 Refleks Klonus Kaki

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Tempatkan telapak tangan pemeriksa di salah satu telapak kaki pasien. Dorong telapak kaki secara tiba-tiba dan cepat ke arah dorsofleksi sambil

diberikan tahanan ringan Amati ada tidaknya gerakan ritmik plantarfleksi dan dorsofleksi secara bergantian

akibat regangan muskulus trisep sure betis. Interpretasi: Refleks Klonus Kaki dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan ritmik

plantarfleksi dan dorsofleksi secara bergantian dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada telapak kaki yang lain. I.2.12 Refleks Hoffman

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan tangan pasien dan suruh agar jari-jarinya fleksi ringan.

Tempatkan ujung jari telunjuk tangan pemeriksa di salah satu pangkal bawah ujung jari tengah pasien, kemudian ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa mengepit jari tengah tangan pasien.

Gores kuku jari tengah tangan pasien dari pangkal ke ujung kuku dengan ujung ibu jari tangan pemeriksa.

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Hoffman dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada jari tengah tangan yang lain.

I.2.13 Refleks Tromner

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan tangan pasien dan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 98

Page 107: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

suruh agar jari-jarinya fleksi ringan. Tempatkan ujung jari telunjuk tangan pemeriksa di salah satu pangkal bawah

ujung jari tengah pasien, kemudian ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa mengepit jari tengah tangan pasien.

Petiklah (colek) ujung jari tengah tangan pasien ke distal dengan ujung jari telunjuk atau jari tengah tangan pemeriksa.

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Tromner dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada jari tengah tangan yang lain. I.2.14 Refleks Leri

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu lengan bawah pasien, kemudian diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas serta sedikit fleksi.

Tekuklah (fleksikan) dengan kuat jari-jari serta pergelangannya. Amati ada tidaknya gerakan fleksi pada sendi siku dan lengan atas, kadang-

kadang disertai adduksi lengan atas, keadaan ini biasa terjadi pada orang normal. Interpretasi: Refleks leri dikatakan positif (+) jika tidak terjadi gerakan fleksi

pada sendi siku dan lengan atas, kadang-kadang disertai adduksi lengan atas dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada tangan yang lain. I.2.15 Refleks Mayer

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat

dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu lengan bawah pasien, kemudian diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas serta jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari diabduksikan.

Tekuklah (fleksikan) dengan kuat jari tengah ke arah telapak tangan pasien. Amati ada tidaknya gerakan adduksi dan oposisi ibu jari disertai fleksi pada sendi

metakarpofalangeal dan ekstensi di sendi interfalang ibu jari. Interpretasi: Refleks Mayer dikatakan positif (+) jika tidak terjadi gerakan

adduksi dan oposisi ibu jari disertai fleksi pada sendi metakarpofalangeal dan ekstensi di sendi interfalang ibu jari dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada tangan yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 99

Page 108: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (1) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan REFLEKS PATOLOGIS Ya Tidak

I Pendahuluan dan Persiapan Pemeriksaan

Pemeriksa menyapa dan memberi salam kepada pasien Pemeriksa mempersilahkan pasien duduk Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan refleks patologis secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Pemeriksa mempersiapkan alat dan bahan, berupa kursi pemeriksaan, tempat tidur pemeriksaan, dan reflex hammer.

1. Babinski

Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien maksud, tujuan, dan prosedur pemeriksaan refleks patologis secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Pada pada telapak kaki yang akan diperiksa, lakukan goresan secara perlahan dengan menggunakan gagang runcing reflex hammer mulai dari daerah tumit menuju ke bagian lateral telapak kaki hingga ke arah medial pangkal jari kelingking menuju pangkal ibu jari.

Goresan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Babinski dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) apabila terjadi gerakan plantar fleksi.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

2. Chaddock

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 100

Page 109: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyentuh dasar tempat tidur.

Pada pada punggung kaki yang akan diperiksa, lakukan goresan secara perlahan dengan menggunakan gagang runcing reflex hammer mulai dari bagian maleolus lateralis menuju ke bagian

lateral punggung kaki hingga ke arah medial pangkal jari kelingking menuju pangkal ibu jari.

Goresan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Chaddock dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 3. Gordon

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Cubit otot betis dengan cara ibu jari dan jari lain pemeriksa mengepit otot betis pasien

Cubitan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Gordon dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 4. Schaefer

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyentuh dasar tempat tidur.

Cubit tendon archilles dengan cara ibu jari dan jari lain pemeriksa mengepit otot betis pasien

Cubitan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 101

Page 110: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Schaefer dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 5. Oppenheim

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyentuh dasar tempat tidur.

Urut dengan kuat tibia dan muskulus tibialis anterior dari proksimal (bawah patella) menuju distal (pangkal pergelangan kaki).

Urutan dilakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Oppenheim dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 6. Gonda

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Lakukan penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4 lalu lepaskan tiba-tiba.

Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Gonda dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 7. Stransky

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 102

Page 111: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Lakukan penekukan ke lateral maksimal jari kaki ke-5 lalu lepaskan tiba-tiba.

Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Stransky dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari disertai mekarnya (fanning) jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 8. Rossolimo

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyentuh dasar tempat tidur.

Ketuklah bagian pangkal jari-jari kaki.

Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal.

Interpretasi: Refleks Rossolomo dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 9. Mendel-Beckhterew

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Ketuklah dorsum pedis pada daerah os cuboideum. Lakukan secara perlahan, jangan sampai menimbulkan rasa nyeri karena dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight réflex).

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal.

Interpretasi: Refleks Mendel-Beckhterew dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 103

Page 112: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara 10. Klonus Lutut (Patella)

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Peganglah salah satu lutut pasien. Dorong secara tiba-tiba dan cepat ke arah distal (ke bawah) sambil diberikan tahanan ringan.

Amati ada tidaknya gerakan patella ke atas secara berulang-ulang akibat kontraksi ritmik muskulus kuadrisep.

Interpretasi: Refleks Klonus Lutut dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan patella ke atas secara berulang-ulang akibat kontraksi ritmik muskulus kuadrisep dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada lutut kaki yang lain. 11. Klonus Kaki

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kaudal pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan kaki pasien dan sedikit diangkat ke atas agar kaki tetap pada tempatnya dan tidak menyetuh dasar tempat tidur.

Tempatkan telapak tangan pemeriksa di salah satu telapak kaki pasien.

Dorong telapak kaki secara tiba-tiba dan cepat ke arah dorsofleksi sambil diberikan tahanan ringan

Amati ada tidaknya gerakan ritmik plantarfleksi dan dorsofleksi secara bergantian akibat regangan muskulus trisep sure betis.

Interpretasi: Refleks Klonus Kaki dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan ritmik plantarfleksi dan dorsofleksi secara bergantian dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada telapak kaki yang lain. 12. Hoffman

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan tangan pasien dan suruh agar jari-jarinya fleksi ringan.

Tempatkan ujung jari telunjuk tangan pemeriksa di salah satu pangkal bawah ujung jari tengah pasien, kemudian ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa mengepit jari tengah tangan pasien.

Gores kuku jari tengah tangan pasien dari pangkal ke ujung kuku dengan ujung ibu jari tangan pemeriksa.

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 104

Page 113: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi: Refleks Hoffman dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada jari tengah tangan yang lain. 13. Tromner

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu pergelangan tangan pasien dan suruh agar jari-jarinya fleksi ringan.

Tempatkan ujung jari telunjuk tangan pemeriksa di salah satu pangkal bawah ujung jari tengah pasien, kemudian ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa mengepit jari tengah tangan pasien.

Petiklah (colek) ujung jari tengah tangan pasien ke distal dengan ujung jari telunjuk atau jari tengah tangan pemeriksa.

Amati ada tidaknya gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya.

Interpretasi: Refleks Tromner dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi jari telunjuk bersamaan dengan fleksi-adduksi ibu jari pasien, kadang-kadang disertai fleksi jari-jari lainnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada jari tengah tangan yang lain. 14. Leri

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu lengan bawah pasien, kemudian diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas serta sedikit fleksi.

Tekuklah (fleksikan) dengan kuat jari-jari serta pergelangannya.

Amati ada tidaknya gerakan fleksi pada sendi siku dan lengan atas, kadang-kadang disertai adduksi lengan atas, keadaan ini biasa terjadi pada orang normal.

Interpretasi: Refleks leri dikatakan positif (+) jika tidak terjadi gerakan fleksi pada sendi siku dan lengan atas, kadang-kadang disertai adduksi lengan atas dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada tangan yang lain. 15. Mayer

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk atau berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot tangan, kemudian posisi pemeriksa berada di hadapan atau di sebelah kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 105

Page 114: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu lengan bawah pasien, kemudian diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas serta jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari diabduksikan.

Tekuklah (fleksikan) dengan kuat jari tengah ke arah telapak tangan pasien.

Amati ada tidaknya gerakan adduksi dan oposisi ibu jari disertai fleksi pada sendi metakarpofalangeal dan ekstensi di sendi interfalang ibu jari, keadaan ini biasa terjadi pada orang normal.

Interpretasi: Refleks Mayer dikatakan positif (+) jika tidak terjadi gerakan adduksi dan oposisi ibu jari disertai fleksi pada sendi metakarpofalangeal dan ekstensi di sendi interfalang ibu jari dan dikatakan negatif (-) jika terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada tangan yang lain.

Tanda Tangan

Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 106

Page 115: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Kelima TANDA NYERI RADIKULAR, DAN PERANGSANGAN MENINGEAL

Pemeriksaan Tanda Nyeri Radikular I.3.1 Nafziger

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kanan pemeriksa menekan salah satu vena jugularis pasien. Interpretasi: Tanda Nafziger dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri

menjalar sepanjang dermatomnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada vena jugularis yang lain. I.3.2 Lhermitte

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk, kemudian posisi pemeriksa berada di belakang pasien.

Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien. Penderita memfleksikan leher sambil merotasikan leher ke semua arah searah

jarum jam diikuti dengan kedua tangan pemeriksa memberi tahanan ringan. Interpretasi: Tanda Lhermitte dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri

menjalar sepanjang dermatomnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut.

I.3.3 Laseque

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada bagian bawah sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah pergelangan kaki pasien.

Fleksikan tungkai tersebut pada sendi panggul dan sendi lutut tetap dalam keadaan ekstensi, serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Fleksi sendi panggul hingga mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Laseque dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatomnya sebelum fleksi sendi panggul mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut dan dapat mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 107

Page 116: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara I.3.4 Kernig

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah tumit dan telapak kaki pasien tersebut.

Fleksikan sendi panggul sampai mencapai sudut 900 dari dasar tempat tidur disertai sendi lutut dalam keadaan fleksi maksimal serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Ekstensikan sendi lutut sampai mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Kernig dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatomnya sebelum ekstensi sendi lutut mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut dan dapat mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. I.4 Pemeriksaan Tanda Perangsangan Meningeal I.4.1 Kaku Kuduk (Nuchal/Neck Rigidity)

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot leher dan bahu, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada belakang kepala pasien dan tangan kanan diletakkan diatas dada pasien.

Fleksikan kepala pasien hingga dagu mencapai bagian dada atas dan tangan kanan pemeriksa memberi tahanan ringan.

Interpretasi: Tanda kaku kuduk dikatakan positif (+) jika terdapat tahanan pada sendi leher akibat kekakuan otot-otot leher dan dikatakan negatif (-) jika tidak terdapat tahanan.

I.4.2 Brudzinski I

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot leher dan bahu, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada belakang kepala pasien dan tangan kanan diletakkan diatas dada pasien.

Fleksikan kepala pasien hingga dagu mencapai bagian dada atas dan tangan kanan pemeriksa memberi tahanan ringan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 108

Page 117: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Amati ada tidaknya fleksi kedua tungkai pasien. Interpretasi: Tanda bruzinski I dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi

kedua tungkai dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. I.4.3 Brudzinski II

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah tumit dan telapak kaki pasien tersebut.

Fleksikan sendi panggul sampai mencapai sudut 900 dari dasar tempat tidur disertai sendi lutut dalam keadaan fleksi maksimal serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Ekstensikan sendi lutut sampai mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Amati ada tidaknya fleksi tungkai kontralateral. Interpretasi: Tanda Brudzinski II dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi

tungkai kontralateral dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut. Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

I.4.4 Kernig

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah tumit dan telapak kaki pasien tersebut.

Fleksikan sendi panggul sampai mencapai sudut 900 dari dasar tempat tidur disertai sendi lutut dalam keadaan fleksi maksimal serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Ekstensikan sendi lutut sampai mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Kernig dikatakan positif (+) jika timbul tahanan sebelum ekstensi sendi lutut mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dikatakan negatif (-) jika dapat mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 109

Page 118: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara I.4.5 Laseque

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada bagian bawah sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah pergelangan kaki pasien.

Fleksikan tungkai tersebut pada sendi panggul dan sendi lutut tetap dalam keadaan ekstensi, serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Fleksi sendi panggul hingga mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Laseque dikatakan positif (+) jika timbul tahanan sebelum fleksi sendi panggul mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dikatakan negatif (-) jika dapat mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 110

Page 119: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 3. Pemeriksaan Refleks Gordon Gambar 4. Pemeriksaan Refleks Oppenheim Gambar 5. Pemeriksaan Refleks Schae ffer Gambar 6. Pemeriksaan Klonus Lutut

Lampiran Gambar Pemeriksaan Refleks Patologis Gambar 1. Pemeri ksaan Refleks Babinski Gambar 2. Pemeriksaan Refleks Chaddock

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 111

Page 120: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur

Instruktur Introduksi dan penyampaian pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan

45 menit

Demonstrasi oleh Instruktur, Instruktur menjelaskan alat-alat yang dipergunakan, interpretasi, serta mendemonstrasikan cara memeriksa refleks patologis, tanda nyeri radikular, dan perangsangan meningeal kepada mahasiswa. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching)

Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit Instruktur memberikan masukan-masukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR 3.3TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Memahami pentingnya melakukan pemeriksaan refleks patologis, tanda nyeri

radikular, dan perangsangan meningeal. 2. Terampil melakukan teknik pemeriksaan refleks patologis, tanda nyeri radikular,

dan perangsangan meningeal.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 112

Page 121: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara 3.2PELAKSANAAN

1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah

ditetapkan bagian SDM MEU FK UISU 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit Pembukaan Perkenalan

Instruktur Pengantar (overview)

15 menit

Latihan

Demonstrasi Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Coaching

30 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan Feed Back

Instruktur Penutup

3. Waktu pelaksanaan : Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit).

4.Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab. (Lantai 3) 5. Alat dan Bahan yang diperlukan :

Meja Kursi 8 Kursi pemeriksaan Tempat tidur pemeriksaan Refleks Hammer

6. Materi Kegiatan / Latihan : Pengenalan alat untuk pemeriksaan refleks patologis, tanda nyeri radikular, dan

perangsangan meningeal. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan refleks patologis, tanda nyeri radikular,

dan perangsangan meningeal. Pelatihan teknik melakukan pemeriksaan refleks patologis, tanda nyeri

radikular, dan perangsangan meningeal. RUJUKAN

1. Ganong WF. Refleks. Dalam: Widjajahkusumah MD, editor bahasa Indonesia. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi ke20, Jakarta; 2001. Hlm. 122-30.

2. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik--Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FK UI, Jakarta; 2006. Hlm.146-51.

3. Setiyohadi B, Subekti I. Pemeriksaan Fisis Umum. Dalam: Setiyohadi B, Sudoyo AW, Alwi I, et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Edisi IV, Jilid I, Jakarta; 2006. Hlm. 36.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 113

Page 122: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (2) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan TANDA NYERI RADIKULER Ya Tidak

I Pendahuluan dan Persiapan Pemeriksaan

Pemeriksa menyapa dan memberi salam kepada pasien Pemeriksa mempersilahkan pasien duduk Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan tanda nyeri radikuler secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Pemeriksa mempersiapkan alat dan bahan, berupa kursi pemeriksaan, dan tempat tidur pemeriksaan.

1. Nafziger

Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien maksud, tujuan, dan prosedur pemeriksaan tanda nyeri radikuler secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kanan pemeriksa menekan salah satu vena jugularis pasien. Interpretasi: Tanda Nafziger dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatomnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada vena jugularis yang lain. 2. Lhermitte

Aturlah posisi pasien dalam keadaan duduk, kemudian posisi pemeriksa berada di belakang pasien.

Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien. Pasien memfleksikan leher sambil merotasikan leher ke semua arah searah jarum jam diikuti dengan kedua tangan pemeriksa memberi tahanan ringan.

Interpretasi: Tanda Lhermitte dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatomnya dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut.

3. Laseque

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada bagian bawah sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah pergelangan kaki pasien.

Fleksikan tungkai tersebut pada sendi panggul dan sendi lutut tetap dalam keadaan ekstensi, serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 114

Page 123: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Fleksi sendi panggul hingga mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Laseque dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatomnya sebelum fleksi sendi panggul mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut dan dapat mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 4. Kernig

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah tumit dan telapak kaki pasien tersebut.

Fleksikan sendi panggul sampai mencapai sudut 900 dari dasar tempat tidur disertai sendi lutut dalam keadaan fleksi maksimal serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Ekstensikan sendi lutut sampai mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Kernig dikatakan positif (+) jika pasien merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatomnya sebelum ekstensi sendi lutut mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dikatakan negatif (-) jika tidak dirasakan nyeri menjalar tersebut, dan dapat mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain.

Tanda Tangan

Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 115

Page 124: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (3) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan TANDA PERANGSANGAN MENINGEAL Ya Tidak

I Pendahuluan dan Persiapan Pemeriksaan

Pemeriksa menyapa dan memberi salam kepada pasien. Pemeriksa mempersilahkan pasien duduk. Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan tanda perangsangan meningeal secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Pemeriksa mempersiapkan alat dan bahan, berupa tempat tidur pemeriksaan.

1. Kaku Kuduk (Nuchal/Neck Rigidity)

Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien maksud, tujuan, dan prosedur pemeriksaan tanda perangsangan meningeal secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot leher dan bahu, kemudian posisi pemeriksa berada pada sisi sebelah kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada belakang kepala pasien dan tangan kanan diletakkan diatas dada pasien.

Fleksikan kepala pasien hingga dagu mencapai bagian dada atas dan tangan kanan pemeriksa memberi tahanan ringan.

Interpretasi: Tanda kaku kuduk dikatakan positif (+) jika terdapat tahanan pada sendi leher akibat kekakuan otot-otot leher dan dikatakan negatif (-) jika tidak terdapat tahanan.

2. Brudzinski I

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot leher dan bahu, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada belakang kepala pasien dan tangan kanan diletakkan diatas dada pasien.

Fleksikan kepala pasien hingga dagu mencapai bagian dada atas dan tangan kanan pemeriksa memberi tahanan ringan.

Amati ada tidaknya fleksi kedua tungkai pasien. Interpretasi: Tanda bruzinski I dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi kedua tungkai dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

3. Brudzinski II

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 116

Page 125: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah tumit dan telapak kaki pasien tersebut.

Fleksikan sendi panggul sampai mencapai sudut 900 dari dasar tempat tidur disertai sendi lutut dalam keadaan fleksi maksimal serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Ekstensikan sendi lutut sampai mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dalam keadaan normal hal ini dapat

dilakukan. Amati ada tidaknya fleksi tungkai kontralateral. Interpretasi: Tanda Brudzinski II dikatakan positif (+) jika terjadi gerakan fleksi tungkai kontralateral dan dikatakan negatif (-) jika tidak terjadi gerakan tersebut.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 4. Kernig

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah tumit dan telapak kaki pasien tersebut.

Fleksikan sendi panggul sampai mencapai sudut 900 dari dasar tempat tidur disertai sendi lutut dalam keadaan fleksi maksimal serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Ekstensikan sendi lutut sampai mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Interpretasi: Tanda Kernig dikatakan positif (+) jika timbul tahanan sebelum ekstensi sendi lutut mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah, dan dikatakan negatif (-) jika dapat mencapai sudut 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. 5. Laseque

Aturlah posisi pasien dalam keadaan berbaring supinasi dan istirahat dengan merilekskan seluruh otot-otot kaki dan kedua tungkai diluruskan, kemudian posisi pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tangan kiri pemeriksa memegang salah satu tungkai kaki pasien pada bagian bawah sendi lutut dan tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah pergelangan kaki pasien.

Fleksikan tungkai tersebut pada sendi panggul dan sendi lutut tetap dalam keadaan ekstensi, serta tungkai lainnya tetap dalam keadaan ekstensi.

Fleksi sendi panggul hingga mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dalam keadaan normal hal ini dapat dilakukan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 117

Page 126: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi: Tanda Laseque dikatakan positif (+) jika timbul tahanan sebelum fleksi sendi panggul mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur dan dikatakan negatif (-) jika dapat mencapai sudut 700 dari dasar tempat tidur.

Lakukan pemeriksaan yang sama pada kaki yang lain. Tanda Tangan

Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 118

Page 127: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN TANDA NYERI RADIKULER & RANGSANG MENINGEAL

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa) Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 119

Page 128: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Keenam

PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR, KESADARAN,

DAN FUNGSI KOORDINASI I. PENDAHULUAN

Fungsi luhur mencirikan manusia. Sifat-sifat kemanusiaan yang dinamakan watak atau karakter, inteligensia, personalitas, kebijakan dan sebagainya terdiri dari komponen fungsi luhur atau fungsi mental.

Pengetahuan fungsi kortikal luhur (FKL) mengaitkan prilaku (behaviour) manusia dengan susunan saraf pusat (SSP). Fungsi kortikal luhur sering disebut juga dengan psikoneurologi atau neurologi prilaku, dimana pengamatan prilaku dimulai dari yang sederhana sampai yang kompleks dilakukan secara meluas untuk mendapat gambaran atau kesimpulan tentang keadaan susunan saraf. Gangguan yang terjadi pada fungsi kortikal luhur berkaitan dengan neuro-anatomi.

Pada modul keterampilan klinik ini akan dibahas dan dilatihkan mengenai pemeriksaan fungsi kortikal luhur, penilaian penurunan kesadaran secara kuantitatif menurut skala koma Glasgow, pemeriksaan saraf kranialis, dan fungsi koordinasi.

FUNGSI KORTIKAL LUHUR Menurut Neurobehavioral Unit, Boston Veterans Administration Medical Center

and the Department of neurology, fungsi kortikal luhur secara artefisial untuk memudahkan pemahamannya terbagi dalam 5 komponen, yaitu :

a. Kemampuan berbahasa b. Daya ingatan c. Kemampuan visiospasial d. Emosi atau kepribadian e. Kemampuan kognisi

Persiapan Pemeriksaan & Pasien

Sebelum melakukan pemeriksaan fungsi luhur dan tingkat kesadaran, pastikanlah keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik. Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien.

Jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, atau keluarganya, kemudian mintalah persetujuan pasien, atau keluarganya. Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan (duduk atau berbaring). I.1. Sindrom Hemisfer Kiri

A.Sindrom Afasia Jenis sindrom afasia ditentukan menurut kemampuan berbagai modalitas bahasa berikut :

1. Berbicara spontan 2. Pengertian bahasa 3. Pengulangan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 120

Page 129: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

4. Penambahan kata benda 5. Mambaca 6. Menulis

A.1. Sindrom Afasia Broca.

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara

spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia broca dikatakan positif (+) jika pasien berbicara spontan yang tidak lancar, nonfluen, terbata-bata, tata bahasanya kurang sempurna, kemampuan modalitas bahasa lainnya jelek, tidak dapat mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, tidak dapat menambahkan kata benda pada perkataan, tidak dapat menulis.

Biasanya disertai hemiparesis kanan. Pada keadaan berat bisa terjadi mutisme.

A.2. Sindrom Afasia Wernicke.

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara

spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia wernicke dikatakan positif (+) jika pasien berbicara spontan lancar, fluen, namun sering kali berlebihan (logorea) dan tidak dapat dimengerti, pengertian bahasa dan kemampuan modalitas bahasa lainnya jelek, tidak dapat mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, tidak dapat menambahkan kata benda pada perkataan, tidak dapat membaca dan menulis.

Biasanya tidak disertai gejala hemiparesis, sehingga luput dari diagnosa afasia, bahkan dianggap sebagai kasus psikiatrik.

Pada keadaan berat disebut afasia jargon.

A.3. Sindrom Afasia Global. Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara

spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia global dikatakan positif (+) jika pasien berbicara spontan mutisme, modalitas bahasa lainnya buruk, bahasanya tidak dapat dimengerti, tidak dapat mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, tidak dapat menambahkan kata benda pada perkataan, tidak dapat membaca dan menulis.

Sindrom Afasia Global merupakan sindrom afasia yang paling berat. A.4. Sindrom Afasia Konduksi.

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara

spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia konduksi dikatakan positif (+) jika kemampuan mengulang kata pasien jelek namun modalitas bahasa lainnya baik.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 121

Page 130: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara A.5. Sindrom Afasia Anomik.

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara

spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia anomik dikatakan positif (+) jika semua modalitas baik kecuali penamaan kata-kata benda yang jelek.

Merupakan sindrom yang relatif paling ringan.

Tabel 1. Bagan berbagai keadaan modalitas bahasa sindrom Sindrom: Bicara spontan Pengertian Pengulangan Penamaan Membaca Menulis Broca tidak lancar + - - + - Wernicke Lancar - - - - - Global tidak lancar - - - - - Konduksi Lancar + - + + + Anomik Lancar + + - + +

Keterangan : warna merah berarti tidak dapat melakukan (ada gangguan) Dengan menentukan jenis sindrom dapat ditetapkan letak lesi. Secara garis besar dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

1. Sindrom Afasia Perisylvian. Terdiri dari sindrom afasia Broca, Wernicke dan konduksi. Letak lesi disekitar fisura sylvian dihemisfer dominan kiri, yang diperdarahi oleh arteri serebri media.

2. Sindrom Afasia Perbatasan. Terdiri dari sindrom afasia Broca, Wernicke dan konduksi. Kemampuan pengulangan yang baik. Area ini terletak pada perbatasan vaskular yang disuplai darah oleh arteri serebri media dan arteri serebri anterior atau posterior. Sindrom ini terdiri dari afasia motorik transkortikal dan afasia sensorik transkortikal.

3. Sindrom Afasia Subkortikal. Terdiri dari sindrom yang disebabkan oleh lesi yang letaknya di subkortikal (afasia talamus dan afasia striatum). Sindrom ini tidak mempunyai gejala yang nyata. Diagnosis berdasarkan CT Scan atau MRI

4. Sindrom Afasia Tak Terlokalisasikan. Mencakup sindrom afasia hlobal dan anomik. Keduanya tidak menunjukkan lokalisasi tertentu.

B. Apraksia

Apraksia adalah ketidakmampuan melakukan suatu gerakan motorik terampil, tanpa adanya gangguan motorik, sensorik dan ataksia. Lesinya terutama di lobus parietal di hemisfer dominan kiri, namun dapat juga di hemisfer kanan. B.1. Apraksia Ideomotor

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk menjulurkan lidah. Interpretasi : apraksia ideomotor dikatakan positif (+) jika pasien tidak dapat

melakukan gerakan menjulurkan lidah jika diperintah akan tetapi dapat melakukan gerakan tersebut secara spontan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 122

Page 131: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara B.2. Apraksia Ideasional

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk melipat sebuah surat kemudian memasukkan ke dalam

amplop dan menempel perangko di atasnya. Interpretasi : apraksia ideasional dikatakan positif (+) jika pasien tidak dapat melipat

sebuah surat kemudian memasukkan ke dalam amplop dan menempel perangko di atasnya jika diperintah akan tetapi dapat melakukan gerakan tersebut secara spontan.

I.2. Sindrom Hemisfer Kanan

A. Pengabaian (neglect) Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk mengamati ruangan pemeriksaan dan mengatakan apa saja yang

diamatinya. Interpretasi : pengabaian (neglect) dikatakan positif (+) jika pasien mengabaikan

ruangan sisi kiri (hemineglect).

B.Gangguan Visuospasial Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Tanyakan kepada pasien dimana dia sekarang berada. Interpretasi : gangguan visuospasial dikatakan positif (+) jika pasien tidak mengenal

tempat disekitarnya dan gangguan pengenalan wajah.

C. Gangguan Visuomotor

C.1. Apraksia Kontruksi Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk menggambar atau mencontoh membuat sebuah gambar,

menyusun bentuk-bentuk dengan batang korek api atau menyusun balok-balok atas permintaan pemeriksa.

Interpretasi : apraksia kontruksi dikatakan positif (+) jika pasien tidak mampu menggambar atau membuat copy gambar, tidak mampu menyusun bentukbentuk dengan batang korek api atau tidak mampu menyusun balok-balok atas permintaan pemeriksa.

C.2. Apraksia Berpakaian

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk membuka dan mengenakan kembali pakaiannya. Interpretasi : apraksia berpakaian dikatakan positif (+) jika pasien tidak mampu

mengenakan pakaian.

D.Afek dan Prosodi Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Pemeriksa (dokter) membuat ekspresi wajah yang berbeda-beda (marah, gembira,

sedih atau terkejut) lalu mintalah pasien untuk memperhatikan dan mengatakan perubahan ekspresi wajah yang dia liat, mintalah pasien untuk menyanyikan bait lagu yang ditulis oleh pemeriksa, mintalah pasien untuk mendengarkan musik yang sedang diputar kemudian mengatakan jenis musiknya.

Interpretasi : afek dan prosodi dikatakan positif (+) jika pasien tidak mengenal perubahan wajah seseorang yang marah, gembira, sedih atau terkejut, pasien tidak dapat melagukan kalimat dan tidak mengenal ritme dan musik.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 123

Page 132: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara I.3. Gangguan Memori A.1. Gangguan Memori Jangka Pendek atau Memori Baru

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang baru saja dilakukannya. Interpretasi : gangguan memori jangka pendek atau memori baru dikatakan positif

(+) jika pasien tidak ingat hal-hal yang baru saja terjadi. A.2. Gangguan Memori Jangka Panjang atau Memori Lama

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang dilakukannya dalam satu minggu

terakhir ini. Interpretasi : gangguan memori jangka panjang atau memori lama dikatakan positif

(+) jika pasien lupa akan hal-hal yang telah terjadi. B.1. Amnesia Retrogard

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang dilakukannya sebelum suatu insult atau

kejadian terjadi. Interpretasi : amnesia retrogard dikatakan positif (+) jika pasien lupa suatu periode

sebelum suatu insult atau kejadian, contohnya : pasien lupa semua hal yang pernah dialaminya sebelum trauma capitis.

B.2. Amnesia Anterogard

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang dilakukannya sesudah suatu insult atau

kejadian terjadi. Interpretasi : amnesia anterogard dikatakan positif (+) jika pasien lupa suatu periode

setelah suatu kejadian atau insult, contohnya : pasien lupa semua hal yang dialaminya sesudah trauma capitis.

I.4. Gangguan Kognisi

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Mintalah pasien untuk memahami suatu cerita, mengartikan suatu pribahasa,

mengemukakan persamaan kata, melakukan perkalian. Interpretasi : gangguan kognisi dikatakan positif (+) jika pasien mengalami gangguan

cara berfikir, tidak dapat menjabarkan peribahasa, tidak mampu mengenal persamaan, kalkulasi dan konsep.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 124

Page 133: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Ketujuh PEMERIKSAAN KESADARAN DAN FUNGSI KOORDINASI

Kesadaran mempunyai arti yang luas. Secara neurologi klinis kesadaran didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls aferen dan eferen. Keseluruhan dari impuls aferen disebut imput susunan saraf pusat dan keseluruhan impuls eferen disebut output susunan saraf pusat. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas, waspada, dimana aksi dan reaksi terhadap apa yang diserap (dilihat, didengar, dihirup, dikecap dan lainnya) sesuai dan tepat. Keadaan dimana aksi sama sekali tidak dibalas dengan reaksi disebut koma. Apabila terjadi gangguan kesadaran secara psikiatrik disebut perubahankesadaran, dan bila terjadi gangguan kesadaran secara neurologik disebut penurunankesadaran. Penurunan kesadaran ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Kwalitas kesadaran secara umum terbagi 5, yaitu :

1.Compos mentis(kesadaran normal). Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan

pasien. Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa

dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan. Interpretasi : dikatakan compos mentis jika pasien menyadari seluruh asupan dari

panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari dalam (arousal atau waspada), atau dalam keadaan awas dan waspada dimana pasien dapat menerangkan identitas dirinya, keberadaan saat pemeriksaan dilakukan, dan waktu saat dilkukan pemeriksaan dengan baik dan benar.

2.Obtundasi (kesadaran yang tumpul). Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan

pasien. Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa

dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan. Interpretasi : dikatakan obtundasi jika pasien tidak begitu waspada, perhatian untuk

sekeliling berkurang dan cenderung mengantuk tanpa memikirkan apa-apa.

3.Binggung atau Confused. Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi

kanan pasien. Pemeriksa memperkenalkan diri lalu menanyakan identitas pribadi pasien,

keberadaan pasien saat ini dan mengapa dia ada disitu, menanyakan kembali siapakah pemeriksa serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan.

Interpretasi : dikatakan binggung atau confused jika pasien menunjukkan kebinggungan dalam waktu dan pengenalan tempat/orang (disorientasi waktu, ruang dan orang).

4.Delirium. Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan

pasien. Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa

dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan. Interpretasi : dikatakan delirium jika pasien menunjukkan kekacauan secara mental

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 125

Page 134: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

karena mengalami ilusi dan halusinasi, bereaksi sesuai dengan kekacauan pikirannya.

5.Apatia. Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan

pasien. Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa

dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan. Interpretasi : dikatakan apatia jika pasien kurang waspada, tidak tidur atau mengantuk

namun tidak mau memperhatikan, menghiraukan dirinya dan sekelilingnya. Pasien tidak bicara dan pandangannya hampa

Penurunan kesadaran yang bersifat kualitatif, yaitu :

1.Somnole,drowsiness,clouding of consciousness, letargia atau mengantuk (derajat 1).

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Pemeriksa memberikan stimuli baik motorik maupun verbal kepada pasien. Interpretasi : dikatakan somnolen jika pasien memberikan respon terhadap stimuli

yang dilakukan oleh pemeriksa namun tampak cenderung menutup mata (terlena lagi), sedikit binggung, pasien dapat bergerak (seperti gelisah motor) tetapi juga bisa tidur tenang tanpa banyak bergerak dan tidak mendengkur atau mengeram serta orientasi terhadap sekitarnya menurun.

2.Stuporatau sopor (derajat 2). Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Pemeriksa memberikan stimuli verbal (auditorik keras ), dengan rangsangan nyeri, taktil

dan visual kuat kepada pasien. Interpretasi : dikatakan stupor atau sopor jika pasien memberikan respon terhadap

stimuli yang dilakukan oleh pemeriksa namun jawaban verbal yang diberikan terbatas pada satu atau dua kata ataupun terbatas pada bahasa isyarat mengelengkan kepala menyatakan ’tidak’ dan anggukan kepala menyatakan ’iya’ dan mata pasien tertutup.

3.Semikoma atau soporokoma (derajat 3). Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Pemeriksa memberikan stimuli verbal (auditorik keras ), dengan rangsangan nyeri

(menusuk anggota gerak pasien), taktil dan visual kuat kepada pasien. Interpretasi : dikatakan semikomaatau soporokoma jika pasien tidak memberikan

respon verbal terhadap stimuli yang dilakukan oleh pemeriksa tetapi reaksi terhadap perangsangan kasar (jawaban motorik: hanya berupa gerakan primitif) masih ada walaupun hanya bersifat adaptif atau menghindari rangsangan nyari.

4.Koma(derajat 4). Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien. Pemeriksa memberikan stimuli verbal (auditorik keras ), dengan rangsangan nyeri

(menusuk anggota gerak pasien), taktil dan visual kuat kepada pasien. Interpretasi : dikatakan koma jika pasien tidak memberikan respon terhadap stimuli apa pun, baik dalam hal membuka mata, bicara, maupun reaksi motorik (merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 126

Page 135: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Penurunan kesadaran yang bersifat kuantitatif (diukur dengan skala koma Glasgow), yaitu :

1.Reaksi Membuka Mata (tanggapan psiko-motorik). Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi

kanan pasien. Pemeriksa memperhatikan gerakan membuka mata spontan pasien, membuka mata

saat diberikan stimuli verbal (perintah membuka mata karena dipanggil), dan membuka mata saat diberi rangsangan nyeri (menusuk anggota gerak pasien). Interpretasi : Membuka mata secara spontan = 4 Membuka mata mengikuti perintah pangilan = 3 Membuka mata terhadap rangsang nyeri = 2 Tidak ada reaksi terhadap rangsangan nyeri = 1

2.Reaksi Verbal/Bicara. Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi

kanan pasien. Pemeriksa melakukan komunikasi dengan pasien (mengajak pasien berbicara)

kemudian pemeriksa memperhatikan tanggapan verbal pasien apakah ucapan pasien berorientasi (pasien sadar akan diri dan sekelilingnya, mengapa ia berada di tempat itu, tahu tahun, bulan dan hari penanggalan), kacau (disorientasi), ucapan tidak senonoh (misal : mengeluarkan kata-kata kutukan, berteriak dan tidak menghiraukan jalan percakapan), dan ucapan yang tidak dapat dimengerti (hanya berupa suara mengeram dan merintih). Interpretasi : Tanggapan verbal berorientasi baik = 5 Tanggapan verbal disorientasi/binggung = 4 Tanggapan verbal tidak sesuai/satu kata saja = 3 Tanggapan verbal tidak dimengerti/suara saja = 2 Tidak ada suara sama sekali = 1

3.Reaksi Motorik. Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi

kanan pasien. Mintalah pasien untuk melakukan gerakan (atas perintah) kemudian perhatikan dan

nilai apakah pasien dapat melakukan gerakan atas tersebut; pemeriksa memberikan rangsangan pada tangan pasien kemudian perhatikan dan nilai apakah tangan yang dirangsang berfleksi pada sendi pergelangan tangan; berfleksi pada sendi bahu, sendi siku, dan sendi pergelangan tangan secara serempak (tanggapan motorik fleksor); pemeriksa mengaduksikan lengan pasien sambil berotasi ke dalam pada sendi bahu yang sedang dalam keadaan lurus dan lengan bawah berpronasi secara berlebihan (tanggapan motorik ekstensor) . Interpretasi : Gerakan mengikuti perintah/bertujuan = 6 Gerakan menepis rangsang nyeri = 5 Gerakan menghindari nyeri = 4 Gerakan fleksi dekortikasi = 3 Gerakan ekstensi deserebrasi = 2 Tidak ada gerakan sama sekali = 1

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 127

Page 136: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tabel 2. Skala Koma Glasgow

Pemeriksaan Respons Terhadap Stimulus Skor

Reaksi Membuka Mata

Membuka mata secara spontan 4 Membuka mata mengikuti perintah pangilan 3 Membuka mata terhadap rangsang nyeri 2 Tidak ada reaksi terhadap rangsangan nyeri 1

Reaksi Verbal/Bicara

Tanggapan verbal berorientasi baik 5 Tanggapan verbal disorientasi/binggung 4 Tanggapan verbal tidak sesuai/satu kata saja 3 Tanggapan verbal tidak dimengerti/suara saja 2 Tidak ada suara sama sekali 1

Reaksi Motorik

Gerakan mengikuti perintah/bertujuan 6 Gerakan menepis rangsang nyeri 5 Gerakan menghindari nyeri 4 Gerakan fleksi dekortikasi 3 Gerakan ekstensi deserebrasi 2 Tidak ada gerakan sama sekali 1

FUNGSI KOORDINASI Fungsi koordinasi bermanfaat untuk menilai adanya gangguan pada serebelum,

sereberal, dan sistem vestibulum sentral dan perifer. Gejala yang muncul dapat berupa ataksi. Prosedur Pemeriksaan Fungsi Koordinasi

1. Tes Romberg Mintalah pasien untuk berdiri tegak dengan kedua kakinya secara

berdampingan, dan sikap tangan berada di sisi samping tubuh, kepala dan badan tegak (biarkan pasien berdiri seperti ini dengan mata terbuka dan tertutup masing-masing selama 10-30 detik)

Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa siap menangkapnya apabila pasien terjatuh terjatuh (pastikan pemeriksa siap).

Jika pasien jatuh duluan dengan mata terbuka, pemeriksa tidak dapat meneruskan tes.

Namun jika tidak, mintalah pasien untuk menutup kedua matanya. Amatilah pasien saat berdiri dengan mata terbuka dan tertutup.

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka dan berdiri dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg Negatif – normal

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka, tetapi jatuh dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg positif – kelainan sensasi posisi sendi.

Bila pasien tidak dapat berdiri dengan mata terbuka dan kedua kaki secara berdampingan, ini berarti terjadi ketidakseimbangan yang berat – umumnya disebabkan oleh: sindrom sereberal, sindrom vestibular sentral dan perifer.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 128

Page 137: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka tetapi sempoyongan ke belakang dan ke depan dengan mata tertutup, ini berarti kemungkinan sindrom serebelum.

Tes ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat berdiri sendiri dan Tes Romberg tidak dapat dikatakan memberikan nilai positif pada gangguan serebelum.

2. Tes Romberg Dipertajam Mintalah pasien untuk berdiri tegak dengan posisi tumit kaki kanan berada dan

menyentuh ujung ibu jari kaki kiri, dan sikap tangan berada di sisi samping tubuh, kepala dan badan tegak (biarkan pasien berdiri seperti ini dengan mata terbuka dan tertutup masing-masing selama 10-30 detik)

Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa siap menangkapnya apabila pasien terjatuh terjatuh (pastikan pemeriksa siap).

Jika pasien jatuh duluan dengan mata terbuka, pemeriksa tidak dapat meneruskan tes.

Namun jika tidak, mintalah pasien untuk menutup kedua matanya. Amatilah pasien saat berdiri dengan mata terbuka dan tertutup.

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka dan berdiri dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg Negatif – normal

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka, tetapi jatuh dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg positif – kelainan sensasi posisi sendi.

Bila pasien tidak dapat berdiri dengan mata terbuka dan kedua kaki secara berdampingan, ini berarti terjadi ketidakseimbangan yang berat – umumnya disebabkan oleh: sindrom sereberal, sindrom vestibular sentral dan perifer.

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka tetapi sempoyongan ke belakang dan ke depan dengan mata tertutup, ini berarti kemungkinan sindrom serebelum.

Tes ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat berdiri sendiri dan Tes Romberg tidak dapat dikatakan memberikan nilai positif pada gangguan serebelum.

Lakukan kembali tes tersebut secara bergantian.

3. Tes Tumit Lutut Mintalah kepada pasien untuk berbaring telentang. Mintalah pasien untuk mengangkat salah satu tungkainya hingga meletakkan

tumitnya di atas lutut tungkai yang lain (sebaiknya pemeriksa harus memperagakan terlebih dahulu kepada pasien).

Mintalah agar pasien menggerakkan tumitnya ke bawah dari proksimal menuju distal di sepanjang permukaan ventral tungkai bawah yang lancip (sebaiknya pemeriksa harus memperagakan terlebih dahulu kepada pasien). Kesalahan umum: membiarkan pasien menggeserkan telapak kakinya di sepanjang tungkai bawah.

Mintalah pasien untuk mengetukkan tumit salah satu kakinya ke lutut kaki yang lain (seolah-olah sedang mendengarkan musik yang cepat).

Mintalah pasien untuk duduk dari posisi berbaring tanpa menggunakan tangannya dengan sikap tumit salah satu kaki berada di lutut kaki lainnya, serta amati apakah pasien jatuh ke satu sisi.

Jika pasien dapat melakukan semua gerakan tes tersebut dengan mata terbuka maka instruksikan untuk melakukan gerakan tersebut dengan kedua mata tertutup.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 129

Page 138: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tes tumit lutut dikatakan positif – Normal apabila dapat melakukan semua gerakan tes tersebut, dan sebaliknya dikatakan negatif apabila tidak dapat melakukan semua gerakan tersebut.

Lakukan kembali tes tersebut secara bergantian. 4. Tes Telunjuk Hidung Mintalah pasien untuk duduk atau berbaring dan posisi tangan berada di sisi

samping tubuh. Mintalah kepada pasien untuk membuka kedua matanya kemudian menyentuh

hidungnya dengan jari telunjuk kanan dan kiri secara bergantian, cepat, dan akurat.

Jika pasien dapat melakukannya dengan mata terbuka maka instruksikan untuk melakukan gerakan tersebut dengan kedua mata tertutup.

Amati pasien selama melakukan tes tersebut. Bila pasien dapat melakukannya dikatakan positif – Normal. Akan tetapi bila pasien tidak dapat menyentuh hidung dengan jari telunjuknya secara akurat ataupun dengan gerakan sangat lambat maka dikatakan negatif.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 130

Page 139: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara VI. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

10 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur.

Instruktur Introduksi dan penyampaian pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan. Pemutaran video pemeriksaan fungsi kortikal luhur dan kesadaran.

60 menit

Demonstrasi oleh instruktur, instruktur memperlihatkan cara-cara melakukan pemeriksaan fungsi kortikal luhur, kesadaran, saraf kranialis, dan fungsi koordinasi. Mahasiswa melakukan latihan cara melakukan pemeriksaan fungsi kortikal luhur, kesadaran, saraf kranialis, dan fungsi koordinasi. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching).

Instruktur dan Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit

Instruktur memberikan masukan (feedback) kepada mahasiswa.

Instruktur Instruktur dapat memberikan tugas mandiri, bila perlu, atau menutup acara pelatihan.

VII. PEDOMAN INSTRUKTUR

3.1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fungsi kortikal luhur, kesadaran, saraf

kranialis, dan fungsi koordinasi (4). 2. Mampu melakukan pemeriksaan fungsi kortikal luhur, kesadaran, saraf kranialis,

dan fungsi koordinasi (4).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 131

Page 140: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3.2. PELAKSANAAN 1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah

ditetapkan oleh Bagian Skills Lab FK-UISU 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

10 menit Pembukaan

Perkenalan

Instruktur Pengantar Pelatihan

Pemutaran Video

20 menit

Latihan

Demonstrasi

Instruktur dan Mahasiswa

40 menit Coaching

20 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan

Feed Back

Instruktur Tugas Mandiri

Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit). 4. Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab. (Lantai 3) Alat dan Bahan

yang diperlukan : Meja dan kursi minimal 1 set Kursi ( 8 buah ). Tempat tidur periksa Pasien simulasi. Laptop. Tusuk gigi. Bahan dan larutan: kopi, teh, tembakau, parfum, vanilli. Spatula kayu Cotton bud Senter/lampu kepala

5.Materi Kegiatan / Latihan : Pemeriksaan fungsi kortikal luhur (4). Pemeriksaan kesadaran (4). Pemeriksaan Saraf Kranialis (4). Pemeriksaan Fungsi Koordinasi (4).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 132

Page 141: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN

1. Fungsi Kortikal Luhur. In : Mardjono M, Sidharta P,Harsono, ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ; 2008. p. 3-8.

2. Koma. In : Mardjono M, Sidharta P,Harsono, ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ; 2008. p. 35 - 48.

3. Fungsi Kortikal Luhur. In : Harsono, ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. 2nd edition. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ; 1999. p. 3-8.

4. Koma. In : Harsono, ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. 2nd edition. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press ; 1999. p. 35-48.

5. Fungsi Luhur/Mental dan Kesadaran. In : Sidharta P, eds. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT Dian Rakyat ; 2005. p.535-41.

6. Penilaian Derajat dan Kwalitas Kesadaran. In : Sidharta P, eds. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT Dian Rakyat ; 2005. p.542-7.

7. Juwono T, Pemeriksaan klinik neurologik dalam praktek, Jakarta, EGC, 1996.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 133

Page 142: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (1) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan

PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR DAN KESADARAAN Ya Tidak

1. Persiapan Pemeriksaan & Persiapan Pasien a. Persiapan Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan fungsi luhur dan tingkat kesadaran, pastikanlah keadaan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien, serta memiliki penerangan yang baik.

Dokter hendaknya selalu didampingi seorang perawat, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar, ditinjau dari pihak pemeriksa, maupun pasien.

b. Persiapan Pasien

Dokter menyapa dan memberi salam kepada pasien. Dokter mempersilahkan pasien duduk. Dokter terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan, secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien.

Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien sesuai pemeriksaan yang akan dilakukan (duduk atau berbaring).

2. Sindrom Hemisfer Kiri a.1. Sindrom Afasia Broca

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia broca dikatakan positif (+) jika pasien berbicara spontan yang tidak lancar, nonfluen, terbata-bata, tata bahasanya kurang sempurna, kemampuan modalitas bahasa lainnya jelek, tidak dapat mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, tidak dapat menambahkan kata benda pada perkataan, tidak dapat menulis.

a.2 Sindrom Afasia Wernicke

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 134

Page 143: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan

oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia wernicke dikatakan positif (+) jika pasien berbicara spontan lancar, fluen, namun sering kali berlebihan (logorea) dan tidak dapat dimengerti, pengertian bahasa dan kemampuan modalitas bahasa lainnya jelek, tidak dapat mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, tidak dapat menambahkan kata benda pada perkataan, tidak dapat membaca dan menulis.

Biasanya tidak disertai gejala hemiparesis, sehingga luput dari diagnosa afasia, bahkan dianggap sebagai kasus psikiatrik. Pada keadaan berat disebut afasia jargon.

a.3. Sindrom Afasia Global

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia global dikatakan positif (+) jika pasien berbicara spontan mutisme, modalitas bahasa lainnya buruk, bahasanya tidak dapat dimengerti, tidak dapat mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, tidak dapat menambahkan kata benda pada perkataan, tidak dapat membaca dan menulis. Sindrom yang paling berat.

a.4. Sindrom Afasia Konduksi

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

a.5. Sindrom Afasia Anomik

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 135

Page 144: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Mintalah pasien berbicara secara spontan atau perhatikanlah pasien saat berbicara secara spontan apakah bahasanya dapat dimengerti atau tidak, mintalah pasien untuk mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, menambahkan kata benda pada perkataan, membaca dan menulis.

Interpretasi : sindrom afasia anomik dikatakan positif (+) jika semua modalitas baik kecuali penamaan kata-

kata benda yang jelek. Merupakan sindrom yang relatif paling ringan.

b. Apraksia b.1. Apraksia Ideomotor

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidah. Interpretasi : apraksia ideomotor dikatakan positif (+) jika

pasien tidak dapat melakukan gerakan menjulurkan lidah jika diperintah akan tetapi dapat melakukan gerakan tersebut secara spontan.

b.2. Apraksia Ideasional

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk melipat sebuah surat kemudian memasukkan ke dalam amplop dan menempel perangko di atasnya.

Interpretasi : apraksia ideasional dikatakan positif (+) jika pasien tidak dapat melipat sebuah surat kemudian memasukkan ke dalam amplop dan menempel perangko di atasnya jika diperintah akan tetapi dapat melakukan gerakan tersebut secara spontan.

3. Sindrom Hemisfer Kanan a. Pengabaian (neglect)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk mengamati ruangan pemeriksaan dan mengatakan apa saja yang diamatinya.

Interpretasi : pengabaian (neglect) dikatakan positif (+) jika pasien mengabaikan ruangan sisi kiri (hemineglect).

b. Gangguan Visuospasial

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Tanyakan kepada pasien dimana dia sekarang berada.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 136

Page 145: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi : gangguan visuospasial dikatakan positif (+) jika pasien tidak mengenal tempat disekitarnya dan gangguan pengenalan wajah.

c. Gangguan Visuomotor c.1. Apraksia Kontruksi

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk menggambar atau mencontoh membuat sebuah gambar, menyusun bentuk-bentuk dengan batang korek api atau menyusun balok-balok atas permintaan pemeriksa.

Interpretasi : apraksia kontruksi dikatakan positif (+) jika pasien tidak mampu menggambar atau membuat copy gambar, tidak mampu menyusun bentuk-bentuk dengan batang korek api atau tidak mampu menyusun balok-balok atas permintaan pemeriksa.

c.2. Apraksia Berpakaian

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk membuka dan mengenakan kembali pakaiannya.

Interpretasi : apraksia berpakaian dikatakan positif (+) jika pasien tidak mampu mengenakan pakaian.

d. Afek dan Prosod

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa (dokter) membuat ekspresi wajah yang berbeda-beda (marah, gembira, sedih atau terkejut) lalu mintalah pasien untuk memperhatikan dan mengatakan perubahan ekspresi wajah yang dia liat, mintalah pasien untuk menyanyikan bait lagu yang ditulis oleh pemeriksa, mintalah pasien untuk mendengarkan musik yang sedang diputar kemudian mengatakan jenis musiknya.

Interpretasi : afek dan prosodi dikatakan positif (+) jika pasien tidak mengenal perubahan wajah seseorang yang marah, gembira, sedih atau terkejut, pasien tidak dapat melagukan kalimat dan tidak mengenal ritme dan musik.

4. Gangguan Memori a.1. Gangguan Memori Jangka Pendek atau Memori Baru

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang baru saja dilakukannya.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 137

Page 146: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi : gangguan memori jangka pendek atau memori baru dikatakan positif (+) jika pasien tidak ingat hal-hal yang baru saja terjadi.

a.2. Gangguan Memori Jangka Panjang atau Memori Lama

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang dilakukannya dalam satu minggu terakhir ini.

Interpretasi : gangguan memori jangka panjang atau memori lama dikatakan positif (+) jika pasien lupa akan hal-hal yang telah terjadi.

b.1. Amnesia Retrogard

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang dilakukannya sebelum suatu insult atau kejadian terjadi.

Interpretasi : amnesia retrogard dikatakan positif (+) jika pasien lupa suatu periode sebelum suatu insult atau kejadian, contohnya : pasien lupa semua hal yang pernah dialaminya sebelum trauma capitis.

b.2. Amnesia Anterogard

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk mengingat apa saja yang dilakukannya sesudah suatu insult atau kejadian terjadi.

Interpretasi : amnesia anterogard dikatakan positif (+) jika pasien lupa suatu periode setelah suatu kejadian atau insult, contohnya : pasien lupa semua hal yang dialaminya sesudah trauma capitis.

5. Gangguan Kognisi

Posisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Mintalah pasien untuk memahami suatu cerita, mengartikan suatu pribahasa, mengemukakan persamaan kata, melakukan perkalian.

Interpretasi : gangguan kognisi dikatakan positif (+) jika pasien mengalami gangguan cara berfikir, tidak dapat menjabarkan peribahasa, tidak mampu mengenal persamaan, kalkulasi dan konsep.

6. Kesadaran a. Kwalitas kesadaran secara umum

a.1. Compos mentis(kesadaran normal)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 138

Page 147: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan.

Interpretasi : dikatakan compos mentis jika pasien menyadari seluruh asupan dari panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari dalam (arousal atau waspada), atau dalam keadaan awas dan waspada dimana pasien dapat menerangkan identitas dirinya, keberadaan saat pemeriksaan dilakukan, dan waktu saat dilkukan pemeriksaan dengan baik dan benar.

a.2. Obtundasi (kesadaran yang tumpul)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan.

Interpretasi : dikatakan obtundasi jika pasien tidak begitu waspada, perhatian untuk sekeliling berkurang dan

cenderung mengantuk tanpa memikirkan apa-apa.

a.3. Binggung atau Confused

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa memperkenalkan diri lalu menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa dia ada disitu, menanyakan kembali siapakah pemeriksa serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan.

Interpretasi : dikatakan binggung atau confused jika pasien menunjukkan kebinggungan dalam waktu dan pengenalan tempat/orang (disorientasi waktu, ruang dan orang).

a.4. Delirium

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan.

Interpretasi : dikatakan delirium jika pasien menunjukkan kekacauan secara mental karena mengalami ilusi dan halusinasi, bereaksi sesuai dengan kekacauan pikirannya.

a.5. Apatis

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa menanyakan identitas pribadi pasien, keberadaan pasien saat ini dan mengapa dia ada disitu serta menanyakan tahun, bulan dan hari penanggalan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 139

Page 148: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Interpretasi : dikatakan apatia jika pasien kurang waspada, tidak tidur atau mengantuk namun tidak mau memperhatikan, menghiraukan dirinya dan sekelilingnya.

Pasien tidak bicara dan pandangannya hampa.

b. Penurunan kesadaran yang bersifat kualitatif

b.1. Somnole,drowsiness,clouding of consciousness, letargia atau mengantuk (derajat 1)

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa memberikan stimuli baik motorik maupun verbal kepada pasien.

Interpretasi : dikatakan somnolen jika pasien memberikan respon terhadap stimuli yang dilakukan oleh pemeriksa namun tampak cenderung menutup mata (terlena lagi), sedikit binggung, pasien dapat bergerak (seperti gelisah motor) tetapi juga bisa tidur tenang tanpa banyak bergerak dan tidak mendengkur atau mengeram serta orientasi terhadap sekitarnya menurun.

b.2. Stuporatau sopor (derajat 2)

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa memberikan stimuli verbal (auditorik keras ), dengan rangsangan nyeri, taktil dan visual kuat kepada pasien.

Interpretasi : dikatakan stupor atau sopor jika pasien memberikan respon terhadap stimuli yang dilakukan oleh pemeriksa namun jawaban verbal yang diberikan terbatas pada satu atau dua kata ataupun terbatas pada bahasa isyarat mengelengkan kepala menyatakan ’tidak’ dan anggukan kepala menyatakan ’iya’ dan mata pasien tertutup.

b.3. Semikoma atau soporokoma (derajat 3)

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa memberikan stimuli verbal (auditorik keras ), dengan rangsangan nyeri (menusuk anggota gerak pasien), taktil dan visual kuat kepada pasien.

Interpretasi : dikatakan semikomaatau soporokoma jika pasien tidak memberikan respon verbal terhadap stimuli yang dilakukan oleh pemeriksa tetapi reaksi terhadap perangsangan kasar (jawaban motorik: hanya berupa gerakan primitif) masih ada walaupun hanya bersifat adaptif atau menghindari rangsangan nyari.

b.4. Koma(derajat 4)

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 140

Page 149: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksa memberikan stimuli verbal (auditorik keras ), dengan rangsangan nyeri (menusuk anggota gerak pasien), taktil dan visual kuat kepada pasien.

Interpretasi : dikatakan koma jika pasien tidak memberikan respon terhadap stimuli apa pun, baik dalam hal membuka mata, bicara, maupun reaksi motorik (merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah).

c. Penurunan kesadaran yang bersifat kuantitatif (skala koma Glasgow)

c.1. Reaksi Membuka Mata (tanggapan psiko-motorik)

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa memperhatikan gerakan membuka mata spontan pasien, membuka mata saat diberikan stimuli verbal (perintah membuka mata karena dipanggil), dan membuka mata saat diberi rangsangan nyeri (menusuk anggota gerak pasien).

Interpretasi : Membuka mata secara spontan = 4 Membuka mata mengikuti perintah pangilan = 3 Membuka mata terhadap rangsang nyeri = 2 Tidak ada reaksi terhadap rangsangan nyeri = 1

c.2. Reaksi Verbal/Bicara

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Pemeriksa melakukan komunikasi dengan pasien (mengajak pasien berbicara) kemudian pemeriksa memperhatikan tanggapan verbal pasien apakah ucapan pasien berorientasi (pasien sadar akan diri dan sekelilingnya, mengapa ia berada di tempat itu, tahu tahun, bulan dan hari penanggalan), kacau (disorientasi), ucapan tidak senonoh (misal : mengeluarkan kata-kata kutukan, berteriak dan tidak menghiraukan jalan percakapan), dan ucapan yang tidak dapat dimengerti (hanya berupa suara mengeram dan merintih).

Interpretasi : Tanggapan verbal berorientasi baik = 5 Tanggapan verbal disorientasi/binggung = 4 Tanggapan verbal tidak sesuai/satu kata saja = 3 Tanggapan verbal tidak dimengerti/suara saja = 2 Tidak ada suara sama sekali = 1

c.3. Reaksi Motorik

Posisikan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, pemeriksa berada di sisi kanan pasien.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 141

Page 150: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Mintalah pasien untuk melakukan gerakan (atas perintah) kemudian perhatikan dan nilai apakah pasien dapat melakukan gerakan atas tersebut; pemeriksa memberikan rangsangan pada tangan pasien kemudian perhatikan dan nilai apakah tangan yang dirangsang berfleksi pada sendi pergelangan tangan; berfleksi pada sendi bahu, sendi siku, dan sendi pergelangan tangan secara serempak (tanggapan motorik fleksor); pemeriksa mengaduksikan lengan pasien sambil berotasi ke dalam pada sendi bahu yang sedang dalam keadaan lurus dan lengan bawah berpronasi secara berlebihan (tanggapan motorik ekstensor) .

Interpretasi : Gerakan mengikuti perintah/bertujuan = 6 Gerakan menepis rangsang nyeri = 5 Gerakan menghindari nyeri = 4 Gerakan fleksi dekortikasi = 3 Gerakan ekstensi deserebrasi = 2 Tidak ada gerakan sama sekali = 1

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 142

Page 151: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN

PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR DAN KESADARAN (Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Persiapan Pemeriksaan & Persiapan Pasien :

PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR :

Sindrom Hemisfer Kiri :

Sindrom Hemisfer Kanan:

Gangguan Memori :

Gangguan Kognisi : KESADARAN :

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 143

Page 152: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (2) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS Ya Tidak

A. Persiapan

Mempersilahkan pasien masuk dan mengucapkan salam, sambil mengobservasi sikap, cara berjalan, mimik, serta penampilan umum pasien.

Memanggil atau menyapa pasien, dengan panggilan yang sopan, dan bila nama pasien telah diketahui, sapalah pasien dengan namanya.

Mempersilahkan pasien untuk duduk, menciptakan suasana nyaman, dan menghindari suasana seperti sedang introgasi.

Memperkenalkan diri, dan menjelaskan tugas, atau perannya dengan tutur bahasa yang baik dan sopan serta tampak empati.

Menanyakan identitas pribadi pasien dengan bahasa (Indonesia) yang benar, dan sopan, yang terdiri dari: nama, umur, alamat, suku, agama, status perkawinan, dan pekerjaan.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu melakukan penggalian anamnesis secara sistematik dan terarah, serta menuliskannya ke dalam status pasien

Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan saraf kranialis serta meminta persetujuan pasien (informed consent), apabila pasien setuju mintalah pasien menuju ruang periksa.

Mintalah perawat untuk membantu dokter selama pemeriksaan berlangsung guna menghindari perlakuan yang tidak diinginkan.

Pemeriksa mencuci tangan dengan teknik simple hands washing (menurut WHO) di bawah air mengalir dan mengeringkannya dengan handuk kering.

B. Prosedur Pemeriksaan Saraf Kranialis 1. Nervus Olfactorius (N. I)

Fungsi Pembauan Pastikan pasien tidak sedang mengalami rhinitis, edema konka, epistaksis, atropi konka (ozaena), dan gangguan pengaliran udara karena dapat menurunkan kualitas penciuman.

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap indera penciumannya.

Mendekatkan bahan-bahan dengan bau yang khas aromatik dan sudah dikenal pasien dikenal (kopi, teh, tembakau, parfum, vanilli) ke lubang hidung pasien dan mintalah untuk menghirupnya.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 144

Page 153: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tidak boleh menggunakan bahan yang dapat merangsang mukosa hidung (alkohol, amoniak, bensin) karen dapat merangsang Nervus Trigeminus (N. V)

Mintalah pasien untuk mengidentifikasi bahan tersebut serta bandingkan kualitas penciuman antara hidung bagian kanan dan kiri. Pada orang tua fungsi pembauan dapat menurun (hiposmia).

2. Nervus Opticus (N. II)

Pemeriksaan ini meliputi ketajaman visual, uji lapangan pandang, dan refleks cahaya akan dibahas pada Blok Special Sense I.

3. Nervus Occulomotorius (N. III), Nervus Trochlearis (N. IV), dan Nervus Abducens (N. VI)

Pemeriksaan ini meliputi gerakan bola mata akan dibahas pada Blok Special Sense I.

4. Nervus Trigeminus (N. V) a. Fungsi Sensibilitas

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap sentuhan kulit pada bagian wajah.

Usaplah dengan pilinan kapas pada kelopak mata kanan atas dan bawah (serabut aferen N. V1 Dekstra cabang keluar dari foramen supraorbitalis dekstra), regio maksila kanan (serabut aferen N. V2 Dekstra cabang keluar dari foramen infraorbitalis dekstra), dan regio mandibula kanan (serabut aferen N. V3 Dekstra cabang keluar dari foramen mentale dekstra) serta tanyakan sentuhan yang dirasakan.

Lakukan hal yang sama pada kelopak mata kiri atas dan bawah, regio maksila kiri, dan regio mandibula kiri, lalu tanyakan perbendaan intensitas sentuhan yang dirasakan antara sisi kanan dan kiri.

b. Fungsi Motorik

Mintalah pasien untuk mengunyah atau menggigit spatula kayu, sementara itu pemeriksa mempalpasi otot temporalis dan masseter.

Catat apakah terdapat parese atau kelemahan kontraksi otot temporalis dan masseter.

c. Pemeriksaan refleks kornea akan dibahas pada Blok Special Sense I.

5. Nervus Facialis (N. VII) a. Fungsi Sensasi Rasa

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Dalam posisi diam, observasi terlebih dahulu wajah, apakah muka (sulkus nasolabialis) asimetris dan gerakan kontraksi abnormal seperti tic facialis, rhesus sardonicus, tremor, dan grimacing)

Meminta pasien menutup kedua matanya dan fokus terhadap indera perasa (lidah).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 145

Page 154: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan dengan rasa manis (larutan gula), pahit (larutan kinine atau kopi), asin (larutan garam), asam (larutan cuka) usapkan pada 2/3 bagian anterior lidah secara bergantian sisi kiri dan kanan, dimulai dari sisi normal.

Mintalah pasien untuk mengidentifikasi rasa dari cotton bud yang diusapkan pada lidah.

Mintalah pasien berkumur setiap kali hendak menguji dengan rasa yang berbeda.

b. Fungsi Otonom

Apakah produksi air mata (lakrimasi) berkurang (dry eyes). Apakah produksi saliva berkurang.

c. Fungsi Motorik

Mintalah pasien untuk mengangkat alis (apakah ada kesulitan mengangkat alis).

Mintalah pasien untuk menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya (apakah kemampuan menutup mata berkurang atu

hilang).

Mintalah pasien untuk tersenyum, bersiul, mencucu, dan memperlihatkan gigi (apakah terlihat deviasi sudut mulut).

Mintalah pasien untuk mengerutkan dahi (apakah kerutan dahi tidak terlihat).

Mintalah pasien untuk meniup dengan menggembungkan pipi (apakah terdapat kebocoran udara yang ditiupkan pada salah satu sisi dan bandingkan kekuatan udara dari masing-masing pipi).

6. Nervus Acusticus/Vestibulocochlearis (N. VIII) a. Fungsi Pendengaran (Cochlear)

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.

Mintalah pasien menutup telinga kiri dengan tangan kiri pasien, dekatkan arloji jam tangan atau suara gesekan jari pemeriksa pada telinga kanan pasien, kemudian dijauhkan sedikit demi sedikit sampai pasien tidak mendengar sumber suara tersebut..

Lakukan hal yang sama pada telinga kiri pasien, bandingkan dan catat tingkat kualitas pendengaran pasien.

b. Fungsi Keseimbangan (Vestibulator)

Pasien dalam posisi berdiri tegak dan pemeriksa berada di depan pasien.

Mintalah pasien untuk menutup mata dan berjalan lurus ke depan. Perhatikan apakah pasien tidak dapat berjalan lurus atau kehilangan keseimbangan.

7. Nervus Glossopharhygeus (N. IX) dan Nervus Vagus (N. X) a. Uji Gerakan Palatum

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada dihadapan pasien.

Mintalah pasien membuka mulut dan mengucapkan huruf ’a’ panjang.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 146

Page 155: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksa memperhatikan apakah terdapat deviasi uvula dan arcus pharyngeus serta kegagalan mengangkat uvula.

b. Refleks Muntah dan Uji Sensorik

Mintalah pasien membuka mulutnya, dengan menggunakan spatula sentuhlah dinding faring sisi kanan dan kiri.

Perhatikan gerakan memuntah pada sentuhan dinding paring sisi kanan dan kiri.

Tanyakan apakah terdapat rasa baal pada faring yang disentuh. c. Kecepatan Menelan dan Batuk

Mintalah pasien untuk membuat gerakan menelan dan tanyakan apakah ada kesulitan untuk melakukan gerakan tersebut.

Mintalah pasien utntuk melakukan gerakan batuk sekuat-kuatnya dan perhatikan kekuatan batuk pasien.

8. Nervus Accessorius (N. XI) a. Uji Otot Sternocleidomastoideus

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada di hadapan pasien.

Mintalah pasien untuk menoleh ke kanan (fleksi lateral dekstra kepala dan leher) sambil melawan tahanan yang diberikan pemeriksa (menahan pipi sisi lateral kanan wajah pasien).

Perhatikan kontraksi otot sternokleidomastoideus, lakukan palpasi, apakah ada atropi dan lakukan hal yang sama pada sisi kiri.

b. Uji Otot Trapezius

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berdiri di belakang pasien atau berhadapan dengan pasien.

Mintalah pasien untuk mengangkat kedua bahu dan pemeriksa memberi tahanan (mendorong kedua bahu ke bawah).

Catat apakah terdapat penurunan kekuatan otot. 9. Nervus Hypoglosus (N. XII)

Pasien dalam posisi duduk di atas kursi periksa dan pemeriksa berada dihadapan pasien.

Mintalah pasien untuk membuka mulut dan perhatikan apakah posisi lidah simetris atau asimetris (deviasi).

Mintalah pasien untuk mengeluarkan lidah dan memasukkannya kembali dengan cepat, perhatikan kembali apakah posisi lidah simetris atau asimetris (deviasi).

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri apakah dapat menggerakkan lidah ke samping kanan dan kiri.

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya kembali dan perhatikan adanya tremor dan atropi papil lidah.

Mintalah pasien untuk berbicara, pemeriksa memperhatikan gerakan lidah apakah terjadi kesulitan artikulasi dan dengarkan apakah terdapat suara pelo atau dysarthria.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 147

Page 156: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, pemeriksa kembali mencuci tangan dengan teknik simple hands washing dan mengeringkannya dengan handuk kering.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 148

Page 157: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS (Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

1. Nervus Olfactorius (N. I) : 2. Nervus Opticus (N. II)

: tidak dilakukan pemeriksaan

3. Nervus Occulomotorius (N. III)

: tidak dilakukan pemeriksaan

4. Nervus Trochlearis (N. IV)

: tidak dilakukan pemeriksaan

5. Nervus Trigeminus (N. V)

:

6. Nervus Abducens (N. VI)

: tidak dilakukan pemeriksaan

7. Nervus Facialis (N. VII)

:

8. Nervus Acusticus (N. VIII)

:

9. Nervus Glossopharyngeus (N. IX)

:

10. Nervus Vagus (N. X)

:

11. Nervus Accessorius (N. XI)

:

12. Nervus Hypoglossus (N. XII) :

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 149

Page 158: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR (3) : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan

PROSEDUR PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR Ya Tidak

a. Persiapan pemeriksa

Pastikan pemeriksaan diruang tertutup sehingga dapat menjamin kerahasiaan pasien.

Mintalah seorang perawat untuk mendampingi pemeriksa selama pemeriksaan berlangsung, yang dapat bertindak sebagai saksi untuk menghindari perlakuan yang tidak benar ditinjau dari pihak pemeriksa maupun pasien.

b. Persiapan pasien

Pemeriksa menyapa dan memberi salam kepada pasien

Pemeriksa mempersilahkan pasien duduk Pemeriksa terlebih dahulu memberitahukan pada pasien, prosedur, maksud dan tujuan pemeriksaan fungsi koordinasi secara lisan dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)

Pemeriksa mempersiapkan tempat yang sedemikan rupa dalam melaksanakan tes tersebut. (berupa ruangan yang lapang dan luas).

Mintalah perawat untuk mengatur pakaian pasien, sehingga seluruh bagian tubuh yang akan diperiksa dapat dilihat dan bagian tubuh yang tidak diperiksa harus ditutupin sekaligus mengatur posisi pasien.

1. Tes Romberg

Mintalah pasien untuk berdiri tegak dengan kedua kakinya secara berdampingan, dan sikap tangan berada di sisi samping tubuh, kepala dan badan tegak (biarkan pasien berdiri seperti ini dengan mata terbuka dan tertutup masing-masing selama 10-30 detik)

Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa siap menangkapnya apabila pasien terjatuh terjatuh (pastikan pemeriksa siap).

Jika pasien jatuh duluan dengan mata terbuka, pemeriksa tidak dapat meneruskan tes. Namun jika tidak, mintalah pasien untuk menutup kedua matanya.

Amatilah pasien saat berdiri dengan mata terbuka dan tertutup. Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka dan berdiri dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg Negatif – normal

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka, tetapi jatuh dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg positif – kelainan sensasi posisi sendi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 150

Page 159: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Bila pasien tidak dapat berdiri dengan mata terbuka dan kedua

kaki secara berdampingan, ini berarti terjadi ketidakseimbangan yang berat – umumnya disebabkan oleh: sindrom sereberal, sindrom vestibular sentral dan perifer.

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka tetapi sempoyongan ke belakang dan ke depan dengan mata tertutup, ini berarti kemungkinan sindrom serebelum.

Tes ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat berdiri sendiri dan Tes Romberg tidak dapat dikatakan memberikan nilai positif pada gangguan serebelum.

2. Tes Romberg Dipertajam Mintalah pasien untuk berdiri tegak dengan posisi tumit kaki

kanan berada dan menyentuh ujung ibu jari kaki kiri, dan sikap tangan berada di sisi samping tubuh, kepala dan badan tegak (biarkan pasien berdiri seperti ini dengan mata terbuka dan tertutup masing-masing selama 10-30 detik)

Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa siap menangkapnya apabila pasien terjatuh terjatuh (pastikan pemeriksa siap).

Jika pasien jatuh duluan dengan mata terbuka, pemeriksa tidak dapat meneruskan tes. Namun jika tidak, mintalah pasien untuk menutup kedua matanya.

Amatilah pasien saat berdiri dengan mata terbuka dan tertutup. Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka dan berdiri dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg Negatif – normal

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka, tetapi jatuh dengan mata tertutup, ini berarti Tes Romberg positif – kelainan sensasi posisi sendi.

Bila pasien tidak dapat berdiri dengan mata terbuka dan kedua kaki secara berdampingan, ini berarti terjadi ketidakseimbangan yang berat – umumnya disebabkan oleh: sindrom sereberal, sindrom vestibular sentral dan perifer.

Bila pasien dapat berdiri dengan mata terbuka tetapi sempoyongan ke belakang dan ke depan dengan mata tertutup, ini berarti kemungkinan sindrom serebelum.

Tes ini tidak dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat berdiri sendiri dan Tes Romberg tidak dapat dikatakan memberikan nilai positif pada gangguan serebelum.

Lakukan kembali tes tersebut secara bergantian. 3. Tes Tumit Lutut Mintalah kepada pasien untuk berbaring telentang.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 151

Page 160: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Mintalah pasien untuk mengangkat salah satu tungkainya hingga meletakkan tumitnya di atas lutut tungkai yang lain (sebaiknya pemeriksa harus memperagakan terlebih dahulu kepada pasien).

Mintalah agar pasien menggerakkan tumitnya ke bawah dari proksimal menuju distal di sepanjang permukaan ventral tungkai

bawah yang lancip (sebaiknya pemeriksa harus memperagakan terlebih dahulu kepada pasien). Kesalahan umum: membiarkan pasien menggeserkan telapak kakinya di sepanjang tungkai bawah.

Mintalah pasien untuk mengetukkan tumit salah satu kakinya ke lutut kaki yang lain (seolah-olah sedang mendengarkan musik yang cepat).

Mintalah pasien untuk duduk dari posisi berbaring tanpa menggunakan tangannya dengan sikap tumit salah satu kaki berada di lutut kaki lainnya, serta amati apakah pasien jatuh ke satu sisi.

Jika pasien dapat melakukan semua gerakan tes tersebut dengan mata terbuka maka instruksikan untuk melakukan gerakan tersebut dengan kedua mata tertutup.

Tes tumit lutut dikatakan positif – Normal apabila dapat melakukan semua gerakan tes tersebut, dan sebaliknya dikatakan negatif apabila tidak dapat melakukan semua gerakan tersebut.

Lakukan kembali tes tersebut secara bergantian. 4. Tes Telunjuk Hidung Mintalah pasien untuk duduk atau berbaring dan posisi tangan

berada di sisi samping tubuh.

Mintalah kepada pasien untuk membuka kedua matanya kemudian menyentuh hidungnya dengan jari telunjuk kanan dan kiri secara bergantian, cepat, dan akurat.

Jika pasien dapat melakukannya dengan mata terbuka maka instruksikan untuk melakukan gerakan tersebut dengan kedua mata tertutup.

Amati pasien selama melakukan tes tersebut. Bila pasien dapat melakukannya dikatakan positif – Normal. Akan tetapi bila pasien tidak dapat menyentuh hidung dengan jari telunjuknya secara akurat ataupun dengan gerakan sangat lambat maka dikatakan negatif.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 152

Page 161: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 153

Page 162: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Kedelapan ANAMNESIS KELAINAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Pemeriksaan fisik pada kelainan system musculoskeletal meliputi look (melihat) ,

feel ( meraba ) dan move ( menggerakan ) sesuai dengan pemeriksaan fisik cara Apley. Pemeriksaan dimulai dengan anamnesis penyakit musculoskeletal meliputi 5 W + 1 H ( where, when,why,who, what + how ) Pada anamnesis pertama perlu ditanyakan pertama kali identitas pasien ( who ) , apakah pasien tersebut berusia muda atau lanjut usia .

Pada pasien – pasien berusia muda , dibagi atas 2 golongan yakni usia anak – anak dan usia diatas 21 tahun namun dibawah 40 tahun. Pada golongan usia anak – anak dibagi atas 3 golongan yakni usia dibawah 5 tahun ( balita ) , usia antara 5 tahun hingga 12 tahun dan usia diatas 12 tahun namun dibawah 21 tahun 1. Usia dibawah 5 tahun ( balita )

Usia dibawah tahun dilakukan pemeriksaan bayi atau yang dikenal dengan orthopaedic check list. Pada pemeriksaan ini perlu dideskripsikan kelainan – kelainan congenital dan kondisi – kondisi yang merupakan variasi normal kelainan pada anak – anak. Kelainan yang umum bersifat congenital meliputi :

- Congenital talipes equino varus ( ctev ) atau yang lazim disebut kaki gada ( club foot )

- Kelainan kehilangan salah satu anggota gerak ( congenital amputation of tibia atau femoral )

- Kelainan yang berhubungan dengan kelainan congenital dibidang keilmuan lain seperti atresia ani yang diikuti dengan clubfoot

- Kelainan neurogenik yang berhubungan dengan system musculoskeletal - Kelainan cognitive yang berhubungan dengan system musculoskeletal

seperti Cerebral Palsy

Selain itu juga terdapat kelainan – kelainan musculoskeletal yang dianggap masih berhubungan dengan kelainan pada balita namun bila usia pasien masih dibawah 5 tahun masih dianggap sebagai variasi normal yakni

- Tibia vara - Blount disease - Osgood Schlater disease

Keseleruhan kelainan tersebut dicatatkan hingga maksimal usia 5 tahun dan dimasukkan dalam formulir yang sering dikenal dengan orthopaedic check list 2. Usia diatas 5 tahun namun dibawah 12 tahun

Pada usia ini banyak dijumpai penyakit yang berhubungan dengan usia pertumbuhan dan awal dari puber pada anak – anak.

Penyakit yang sering terjadi adalah kelainan – kelainan sistemik seperti leukemia yang berhubungan dengan kondisi musculoskeletal atau kelainan – kelainan neurogenik yang berhubungan dengan kekuatan otot .

3. Usia diatas 12 tahun namun dibawah 21 tahun

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 154

Page 163: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pada usia ini penyakit banyak berhubungan dengan kondisi – kondisi yang berpengaruh pada akhir pertumbuhan ( awal – akhir pertumbuhan ) seperti congenital adolescent idiopathic scoliosis ( skoliosis pada remaja ).

Dimana perkembangan penyakit ini erat berhubungan dengan awal maturitas dan akhir dari penutupan lempeng pertumbuhan ( Risser ‘s sign )

Pada usia diatas 21 tahun namun dibawah 40 tahun atau yang lazim dikenal

dengan dewasa umumnya penyakit – penyakit musculoskeletal dibagi atas penyakit trauma atau non trauma dan berhubungan dengan system anggota gerak yang terlibat seperti

- Daerah persendian - Daerah tulang panjang - Daerah tulang belakang - Daerah tangan

Terapi pada penyakit – penyakit tersebut meliputi system yang terlibat seperti trauma pada tangan yang melibatkan anamnesis spesifik mengenai fungsi tangan beserta tendon dan saraf pendukungnya . Pada pasien diatas 40 tahun pada umumnya kelainan – kelainan yang dijumpai pada bidang musculoskeletal meliputi kelainan degenerative seperti osteoporosis dan osteoarthritis Osteoporosis dibagi atas 2 jenis yakni

- Osteoporosis primer yakni osteoporosis yang disebabkan oleh factor usia - Osteoporosis sekunder yakni osteoporisi yang disebabkan oleh factor –

factor non usia seperti trauma lama, kelainan congenital dan beberapa penyakit sistemik.

Osteoarthritis atau yang dikenal dengan radang sendi adalah jenis pengkeroposan tulang dilevel tulang rawan ( chondrosit ) dimana dibagi atas 3 tahap menurut Kelgreen Lawrence yakni 1. Osteoarthritis grade I : yakni sudah terdapat pertumbuhan tulang muda ( osteofit )

namun tidak dijumpai penyempitan celah sendi 2. Osteoartritis grade II : yakni sudah ada penyempitan celah sendi namun belum

hilangnya jarak antara tulang tibia dan femur ( kissing bone ) 3. Osteoarhtritis grade III : yakni sudah dijumpai penempelan tulang femur dan tibia (

kissing bone )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 155

Page 164: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Kesembilan

PEMERIKSAAN FISIK TULANG BELAKANG I.PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik tulang belakang merupakan pemeriksaan yang rutin dilaukan untuk evaluasi sistem muskuloskeletal pada pasien. Pemeriksaan tulang belakang meliputi inspeksi tulang belakang saat istirahat dan bergerak, palpasi tulang belakang dan palpasi sakrum serta penilaian fleksi lumbal.

Pada modul keterampilan klinik ini akan dilatih bagaimana melakukan pemeriksaan fisik tulang belakang. Agar dapat melakukan pemeriksaan fisik dengan baik, terlebih dahulu diperlukan pengetahuan mengenai topografi organ tubuh yang akan diperiksa, dan tentunya latihan yang berulang, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pemeriksaan fisik. 1.1 Topografi Tulang Belakang

Tulang belakang atau columna vertebra merupakan struktur pusat yang menopang mulai dari leher ke bokong. Lekukan berbentuk konkaf dibentuk oleh vertebra cervicalis dan vertebra torakalis, sedangkan lekukan berbentuk konveks dibentuk oleh vertebra lumbalis dan sacrococcygeal. Lekukan-lekukan tersebut berkontribusi dalam mendistribusikan total berat badan ke pelvis dan ekstremitas bawah, hal inilah yang dapat menyebabkan kita dapat berjalan atau berlari. Tulang-tulang

Columna vertebra terdiri dari 24 vertebra yang berakhir pada sakrum dan coccyx. Vertebra bagian anterior merupakan bertumpunya berat badan. Vertebra bagian posterior melindungi corda spinalis. Adapun bagian dari setiap columna vertebra adalah sebagai berikut: • Processus spinosus terdapat pada bagian midline posterior dan dua processus tranversum

antara pedicle dan lamina. Terdapat otot-otot yang melekat pada processus-processus ini. • Processus articularis terdapat dua buah pada masing-masing sisi dari vertebra, satu buah

menghadap ke atas dan satu buah menghadap ke bawah, diantara pedicle dan lamina, disebut juga dengan articular facets.

• Foramen vertebra, yang terdapat dekat dengan corda spinalis, foramen intravertebral, dibentuk oleh bagian inferior dan superior dari processus articularis, membentuk saluran untuk lewatnya syaraf-syaraf spinalis; dan pada vertebra cervicalis, foramen transversum untuk arteri vertebral.

Sendi-sendi Tulang belakang mempunyai sendi-sendi tulang rawan yang mampu bergerak antara

badan vertebra dan articular facets. Antara badan-badan vertebra terdapat discus intervertebralis, masing-masing memiliki inti sentral yang bersifat lembut dan mucoid, nucleus pulposus, yang terdiri dari jaringan fibrous yang kuat dari annulus fibrosis. Discus intravertebra adalah bantalan tulang rawan yang berfungsi sebagai penahan goncangan ini terdapat di antara vertebra, sehingga memungkinkan sendisendi untuk bergerak secara halus. Tiap discus memiliki bagian tengah seperti bunga karang (berongga kecil-kecil) dan bagian luar yang keras dan mengandung serat saraf untuk rasa nyeri. Juga terdapat cairan yang mengalir kedalam dan keluar discus. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan punggung bergerak bebas. Discus intravertebral memungkinkan pergerakan antara vertebra dan columna vertebra untuk berlekuk, dan bergerak fleksi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 156

Page 165: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 1. Anatomi tulang dan sendi pada columna vertebra

Kelompok Otot Musculus trapezius dan musculus latissimus dorsi merupakan otot-otot besar yang

menutupi setiap sisi dari tulang belakang. Otot-otot tersebut menutupi dua lapisansatu lapisan menutupi dari kepala, leher dan pocessus spinosus (splenius capitis, splenius cervicis dan sacrospinalis) dan satu lapisan menutupi otot-otot intrinsik yang lebih kecil antara vertebra. Otot menutupi permukaan anterior dari vertebra, termasuk musculus psoas dan otot-otot pada dinding abdomen, membantu untuk dapat dilakukannya fleksi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 157

Page 166: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 2. Otot-otot pada daerah columna vertebra

1.2 Teknik Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang Sebagaimana halnya pemeriksaan fisik pada sistem organ lainnya, jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik tulang belakang yang akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien. Bila pasien setuju, aturlah posisi apsien sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Mintalah pasien mengganti pakaiannya dengan pakaian pemeriksaan bagi pasien perempuan dan membuka pakaian atas bagi laki-laki, agar memudahkan pemeriksa untuk memeriksa tulang belakang pasien. Sementara itu pemeriksa melakukan simple hand washing menurut WHO.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 158

Page 167: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Inspeksi Inspeksi Tulang Belakang Saat Istirahat Mintalah pasien untuk berdiri tegak, sementara pemeriksa berdiri di belakang pasien.

Setelah selesai melihat dari belakang pasien, pemeriksa berdiri di samping pasien untuk melihat adanya abnormalitas.

Inspeksi dimulai dengan mengamati postur dari pasien termasuk posisi dari leher dan batang tubuh. Amatilah adanya scoliosis, kifosis atau lordosis pada pasien. Amatilah adanya jaringan parut, pigmentasi, kelainan

Amatilah kekuatan dari tulang belakang, otot-otot dan kesimetrisan pada anggota gerak dan batang tubuh. Lihatlah adanya ketidak-simetrisan pada level iliac crests (untuk mencari adanya pemendekan kaki secara unilateral), dan pembengkakan atau adanya abnormalitas lainnya.

Gambar 4 . Level iliac crest

pertumbuhan rambut dan kelainan kulit.

Gambar 3 – Kelainan postur tubuh akibat gangguan tulang belakang

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 159

Page 168: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Apabila ada kekakuan leher, maka dapat dicurigai adanya arthritis, ketegangan otot

leher atau kemungkinan lainnya. Apabila leher pasien deviasi ke lateral, maka dapat dicurigai adanya tortocollis, dikarenakan kontraksi pada musculus sternocleidomastoideus.

Gambar 5. Inspeksi tulang belakang

Inspeksi Tulang Belakang Saat Bergerak Pemeriksa berdiri berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk melihat ke atas

(atap) dan kemudian melihat ke bawah (lantai). Tes ini untuk menilai fleksi dan ekstensi cervical.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 160

Page 169: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Pemeriksa berdiri berhadapan dengan pasien, mintalah pasien

untuk mendekatkan telinga pasien pada bahu. Tes ini untuk menilai fleksi lateral dari cervical.

Pemeriksa berdiri berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk merotasikan lehernya sehingga dapat melihat ke sekelilignya. Tes ini untuk menilai rotasi dari cervical.

Pemeriksa berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk membuka mulutnya dan menggerakkan rahangnya. Tes ini untuk menilai fungsi dari sendi temporomandibula.

Pemeriksa berdiri di sebelah pasien dan mintalah pasien untuk membungkuk sambil mencoba menyentuh ujung kaki pasien. Amatilah adanya abnormalitas pada lengkungan tulang belakang atau keterbatasan ekstensi pada panggul pasien. Tes ini untuk menilai fleksi dari lumbal.

Pemeriksa berada di belakang pasien, peganglah bagian pelvis pasien dan minta

pasien untuk memlengkungkan badannya ke belakang. Tes ini untuk menilai ekstensi dari lumbal.

Mintalah pasien untuk membungkuk dengan meletakkan tangannya pada lutut. Tes ini untuk menilai fleksi lateral dari lumbal.

Pemeriksa berada di belakang pasien, peganglah bagian pelvis pasien dan minta

pasien untuk bergerak ke kiri dan kanan tanpa menggerakkan kakinya. Tes ini untuk menilai rotasi thoraco-lumbar pasien.

Palpasi Palpasi Tulang Belakang Dari posisi duduk atau berdiri, palpasi prosesus spinosus dari setiap vertebra dengan

ibu jari mulai dari C1-L5. Pada umumnya kekakuan menandakan adanya fraktur atau dislokasi apabila didahului dengan mekanisme trauma, atau adanya infeksi atau arthritis.

Pada leher, palpasi juga sendi facet yang berada antara vertebra cervical kira-kira 1 inci sebelah lateral ke prosesus spinosus dari C2-C7. Sendi ini berada di sebelah dalam dari musculus trapezius dan tidak dapat dipalpasi kecuali otot-otot leher dalam keadaan istirahat. Kekakuan apda arthritis, terutama akan ditemukan pada sendi facet antara C5 dan C6.

Pada bawah area lumbal, palpasi secara seksama adanya “step-offs” (penurunan) pada salah satu processus spinosus untuk identifikasi adanya penonjolan. Identifikasi adanya kekakuan. “Step-offs” (penurunan) pada spondylolisthesis, atau perlicinan kedepan dari salah satu vertebra, dapat menekan corda spinalis.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 161

Page 170: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Palpasi daerah atas sendi sacroiliac, identifikasi lekukan kulit pada daerah di atas

spina iliaca posterior superior. Kekauan di atas sendi sacroiliac menandakan adanya sacroiliitis atau ankylosing spondylitis.

Inspeksi dan palpasi musculus paravertebral untuk mencari ada tidaknya kekakuan atau spasme. Otot yang spasme akan terasa kenyal dan penonjolan akan terlihat. Spasme biasanya muncul pada proses degeneratif dan inflamasi pada otot. Pemanjangan kontraksi otot dapat muncul pada postur yang abnormal dan ansietas.

Palpasi Sakrum dan Penilaian Flexi Lumbal Mintalah pasien untuk memfleksikan pinggulnya dan membelakangi pemeriksa.

Palpasi nervus sciatic, syaraf terbesar pada seluruh tubuh yang merupakan kumpulan dari L4, L5, S1, S2 dan S3. Syaraf tersebut berada pada bagian tengah antara trochanter mayor femur dan tuberositas ischial. Apabila ada nyeri pada nervus sciatic maka dapat dicurigai adanya herniasi discus atau adanya massa yang menimpa perjalanan syaraf tersebut.

Gambar 6. Anatomi nervus sciatic

Palpasi adanya kekakuan pada area lainnya sekitar sakrum yang sesuai dengan gejala

pasien. Ingat kembali adanya low back pain untuk mencari adanya kompresi, karena hal itu dapat menyebabkan nyeri yang serius, dan dapat beresiko untuk terjadinya paralisis. Herniasi pada discus intervertebral paling sering terjadi pada L5-S1 atau L4-L5, yang dapat memicu adanya kekakuan pada daerah processus spinosis, sendi intervertebral, musculus paravertebral dan nervus sciatic. Rhematoid arthritis juga dapat menyebabkan kekakuan pada sendi intervertebral. Kekakuan padasudut costovertebral dapat menandakan infeksi dari ginjal dibandingkan dengan masalah muskuloskeletal.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 162

Page 171: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 7. Daerah-daerah terjadinya kekauan pada sakrum

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 163

Page 172: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur

Instruktur Introduksi dan Penyampaian Pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan

45 menit

Demonstrasi oleh Instruktur, Instruktur menjelaskan topografi tulang belakang yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pemeriksaan fisik tulang belakang. Langkah selanjutnya, instruktur (tutor) mendemonstrasikan cara-cara melakukan pemeriksaan fisik tulang belakang. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching)

Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit Instruktur memberikan masukan-masukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

V. PEDOMAN INSTRUKTUR 3.4TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Memahami dan mengenal topografi tulang belakang (C.1)

2. Mengetahui dan mampu melakukan pemeriksaan fisik tulang belakang (4A)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 164

Page 173: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3.2PELAKSANAAN

1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah

ditetapkan oleh bagian SDM MEU FK UISU 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit Pembukaan

Perkenalan

Instruktur Responsi Pengantar (overview)

15 menit

Latihan

Demonstrasi Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Coaching 30 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan Feed Back

Instruktur Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit). 4.Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab (lantai 3) 5.Alat dan Bahan yang diperlukan :

Meja Kursi 6-8 buah Pasien simulasi Wastafel Sabun Handuk kering Alkohol gliserin spray

6.Materi Kegiatan / Latihan : Pengenalan topografi tulang belakang (C.1) Inspeksi tulang belakang saat istirahat (4A) Inspeksi tulang belakang saat bergerak (4A) Palpasi tulang belakang (4A) Palpasi sakrum dan penilaian flexi lumbal (4A).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 165

Page 174: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN 1. Bickley L S, Szilagyi P G. Examination of Specific Joints: Anatomy and

Physiology and Techniques of Examination. In: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking 10th Edition. Philadelphia, Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins. 2009 : 609-14

2. Huntley Jim S, Gibson Jane, Hamish A, Simpson R W. The Musculoskeletal System. In: Douglas Grahan, Nicol Fiona, Robertson Colin. Macleod's Clinical Examination, 12th Edition. New York: Churchill Livingstone | Elsevier. 2009

3. Burns Elizabeth A, Korn Kenneth, Whyte James. Oxford American Handbook of Clinical Examination and Practical Skills. New York: Oxford University Press, Inc. 2011 : 354-5

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 166

Page 175: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan PEMERIKSAAN FISIK TULANG BELAKANG Ya Tidak

1. Persiapan Pasien

Jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik tulang belakang yang akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)

Mintalah pasien mengganti pakaiannya dengan pakaian pemeriksaan bagi pasien perempuan dan membuka pakaian atas bagi laki-laki, agar memudahkan pemeriksa untuk memeriksa tulang belakang pasien

Dokter melakukan simple hand washing menurut WHO 2. Inspeksi a. Inspeksi Tulang Belakang Saat Istirahat

Mintalah pasien untuk berdiri tegak, sementara pemeriksa berdiri di belakang pasien. Setelah selesai melihat dari belakang pasien, pemeriksa berdiri di samping pasien untuk melihat adanya abnormalitas.

Amatilah postur dari pasien termasuk posisi dari leher dan batang tubuh. Amati apakah ada terdapat scoliosis, kifosis atau lordosis pada pasien.

Amatilah adanya jaringan parut, pigmentasi, kelainan pertumbuhan rambut dan kelainan kulit.

Amatilah kekuatan dari tulang belakang, otot-otot dan kesimetrisan pada anggota gerak dan batang tubuh. Lihatlah adanya ketidak-simetrisan pada level iliac crests (untuk mencari adanya pemendekan kaki secara unilateral), dan pembengkakan atau adanya abnormalitas lainnya.

Apabila ada kekakuan leher, maka dapat dicurigai adanya arthritis, ketegangan otot leher atau kemungkinan lainnya. Apabila leher pasien deviasi ke lateral, maka dapat dicurigai adanya tortocollis, dikarenakan kontraksi pada musculus sternocleidomastoideus.

b. Inspeksi Tulang Belakang Saat Bergerak

Pemeriksa berdiri berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk melihat ke atas (atap) dan kemudian melihat ke bawah (lantai). Tes ini untuk menilai fleksi dan ekstensi cervical.

Pemeriksa berdiri berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk mendekatkan telinga pasien pada bahu. Tes ini untuk menilai fleksi lateral dari cervical.

Pemeriksa berdiri berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk merotasikan lehernya sehingga dapat melihat ke sekelilignya. Tes ini untuk menilai rotasi dari cervical.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 167

Page 176: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pemeriksa berhadapan dengan pasien, mintalah pasien untuk membuka mulutnya dan menggerakkan rahangnya. Tes ini untuk menilai fungsi dari sendi temporomandibula.

Pemeriksa berdiri di sebelah pasien dan mintalah pasien untuk membungkuk sambil mencoba menyentuh ujung kaki pasien.

Amatilah adanya abnormalitas pada lengkungan tulang belakang atau keterbatasan ekstensi pada panggul pasien. Tes ini untuk menilai fleksi dari lumbal.

Pemeriksa berada di belakang pasien, peganglah bagian pelvis pasien dan minta pasien untuk memlengkungkan badannya ke belakang. Tes ini untuk menilai ekstensi dari lumbal.

Mintalah pasien untuk membungkuk dengan meletakkan tangannya pada lutut. Tes ini untuk menilai fleksi lateral dari lumbal.

Pemeriksa berada di belakang pasien, peganglah bagian pelvis pasien dan minta pasien untuk bergerak ke kiri dan kanan tanpa menggerakkan kakinya. Tes ini untuk menilai rotasi thoraco-lumbar pasien.

3. Palpasi a. Palpasi Tulang Belakang

Dari posisi duduk atau berdiri, palpasi prosesus spinosus dari setiap vertebra dengan ibu jari dimulai dari C1. Pada umumnya kekakuan menandakan adanya fraktur atau dislokasi apabila didahului dengan mekanisme trauma, atau adanya infeksi atau arthritis.

Pada leher, palpasi juga sendi facet yang berada antara vertebra cervical kira-kira 1 inci sebelah lateral ke prosesus spinosus dari C2-C7. Kekakuan pada arthritis, terutama akan ditemukan pada sendi facet antara C5 dan C6.

Pada bawah area lumbal, palpasi secara seksama adanya “stepoffs” (penurunan) pada salah satu processus spinosus untuk identifikasi adanya penonjolan. Identifikasi adanya kekakuan.

Palpasi daerah atas sendi sacroiliac, identifikasi lekukan kulit pada daerah di atas spina iliaca posterior superior. Kekakuan di atas sendi sacroiliac menandakan adanya sacroiliitis atau ankylosing spondylitis.

Inspeksi dan palpasi musculus paravertebral untuk mencari ada tidaknya kekakuan atau spasme. Otot yang spasme akan terasa kenyal dan penonjolan akan terlihat. Spasme biasanya muncul pada proses degeneratif dan inflamasi pada otot. Pemanjangan kontraksi otot dapat muncul pada postur yang abnormal dan ansietas.

b. Palpasi Sakrum dan Penilaian Flexi Lumbal

Mintalah pasien untuk memfleksikan pinggulnya dan membelakangi pemeriksa.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 168

Page 177: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Palpasi nervus sciatic, syaraf terbesar pada seluruh tubuh yang merupakan kumpulan dari L4, L5, S1, S2 dan S3. Syaraf tersebut berada pada bagian tengah antara trochanter mayor femur dan tuberositas ischial. Apabila ada nyeri pada nervus sciatic maka dapat dicurigai adanya herniasi discus atau adanya massa yang menimpa perjalanan syaraf tersebut.

Palpasi adanya kekakuan pada area lainnya sekitar sakrum yang sesuai dengan gejala pasien. Ingat kembali adanya low back pain untuk mencari adanya kompresi, karena hal itu dapat menyebabkan nyeri yang serius, dan dapat beresiko

untuk terjadinya paralisis. Herniasi pada discus intervertebral paling sering terjadi pada L5-S1 atau L4-L5, yang dapat memicu adanya kekakuan pada daerah processus spinosis, sendi intervertebral, musculus paravertebral dan nervus sciatic.

Rhematoid arthritis juga dapat menyebabkan kekakuan pada sendi intervertebral. Kekakuan pada sudut costovertebral dapat menandakan infeksi dari ginjal dibandingkan dengan masalah muskuloskeletal.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 169

Page 178: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMERIKSAAN FISIK TULANG BELAKANG

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa) Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Tanda tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 170

Page 179: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Kesepuluh

PEMERIKSAAN FISIK EKSTREMITAS ATAS & BAWAH

I.PEMERIKSAAN SENDI BAHU (SHOULDER JOINT)

1.1 Pendahuuan Pemeriksaan fisik Sendi bahu merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan untuk

evaluasi sistem muskuloskeletal pada pasien. Pemeriksaan sendi bahu meliputi inspeksi, palpasi dan pergerakan sendi (Range of Movement).

Pada modul keterampilan klinik ini akan dilatih bagaimana melakukan pemeriksaan fisik sendi bahu agar dapat melakukan pemeriksaan fisik dengan baik, terlebih dahulu diperlukan pengetahuan mengenai topografi organ tubuh yang akan diperiksa, dan tentunya latihan yang berulang, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pemeriksaan fisik. 1.2 Topografi sendi bahu atau shoulder joint Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan terdiri atas tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi akromioklavikular , sendi sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan untuk gerakan abduks, fleksi dan rotasi dibawah kontrol otot skapulohumeral. Kedua sendi lainnya bersamasama memberikan pergerakan 90o berupa rotasi skapula terhadap thoraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. Nyeri pada bahu dan lengan harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini berasal dari bahu sendiri atau nyeriyang berasal dari vertebra servikalis atau toraks.

Gambar 1. Sendi Bahu

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 171

Page 180: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sendi-sendi Ada tiga sendi yang berbeda yang bekerja pada bahu :

• Sendi glenohumeral, pada sendi ini caput humerus berartikulasi dengan fossa glenoid yang dangkal dari scapula. Sendi ini letaknya dalam dan biasanya tidak teraba. Sendi ini berbentuk bola dan soketnya yang dapat menggerakkan lengan kesegala arah baik flexi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi dan sirkumduksi

• Sendi sternoclavicular , menghubungkan daerah clavicula bagian media yang berbentuk cembung dengan cekungan sternum atas.

• Sendi Acromioclavicular, menghubungkan ujung clavicula bagian lateral dengan procesus acromion dari scapula.

1.3 Teknik Pemeriksaan Fisik Sendi Bahu Sebagaimana halnya pemeriksaan fisik pada sistem organ lainnya, jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik tulang belakang yang akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien. Bila pasien setuju, aturlah posisi pasien sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Mintalah pasien mengganti pakaiannya dengan pakaian pemeriksaan bagi pasien perempuan dan membuka pakaian atas bagi laki-laki, agar memudahkan pemeriksa untuk memeriksa tulang belakang pasien. Sementara itu pemeriksa melakukan simple hand washing menurut WHO.

Inspeksi Amati bahu dan daerah pengikat bahu bagian anterior, scapula dan otot yang

berhubungan dibagian posterior. Catat apakah ada pembengkakan , deformitas, atrophi otot, fasikulasi (tremor halus dari otot) atau posisi yang abnormal. Lihat apakah ada pembengkakan di kapsul sendi anterior atau tonjolan di sub acromion dibawah otot deltoid. Lihat secara keseluruhan bagian ektremitas atas apakah ada perubahan warna, perubahan kontur kulit dan kontur tulang yang tidak biasa.

Palpasi Mulailah palpasi daerah tulang bahu kemudian palpasi setiap daerah yang nyeri. Dimulai dari medial pada sendi sternoclavicular terus sampai ke lateral clavicula

dengan jari. Kemudian dari belakang ikuti mulai tulang scapula lateral, keatas sampai ke

acromion (A) atau puncak dari bahu yang akan teraba kasar dan sedikit cembung bila diraba. Tandai puncak anterior dari acromion.

Jari telunjuk diatas acromion tekan ke medial dengan ibu jari sampai teraba penonjolan tulang itulah bagian distal dari clavicula pada sendi acromioclavicular. Pindahkan ibu jarimu kemedial dengan turun sedikit sampai teraba tonjolan yang disebut processus coracoid dari scapula (B).

Lalu dengan ibu jari diatas processus coracoid, turun ibu jari kearah lateral dari humerus untuk mempalpasi tuberkel yang besar dimana otot SITS berinsersi.

Selanjutnya untuk mempalpasi tendon bisep dalam intertuberkular

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 172

Page 181: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 2. A. Imaginer Acromialis, B. Proc. Coracoideus, C. Supraglenoidalis

Pergerakan sendi bahu Ada enam pergerakanpada sendi bahu, yaitu flexi, ekstensi, abduksi, Adduksi, internal dan eksternal rotasi.

1. Flexi Instruksi pasien : Angkat lengan atas kearah depan sampai melewati kepala, normal apabila lengan pasien bisa sejajar kepala atau membentuk sudut 180o terhadap batang tubuh.

2. Ekstensi Instruksi pasien : ayunkan lengan kearah belakang, normal apabila mampu mencapai sudut 80o terhadap batang tubuh.

3. Abduksi Instruksi pasien : Angkat lengan kearah luar menjauhi tubuh, normal apabila bisa mencapai sudut 180o terhadap batang tubuh.

4. Adduksi Instruksi pasien : Silangkan lengan kearah depan tubuh sejajar dengan dada, normal apabila pasien mampu mencapai sudut 90o terhadap batang tubuh.

5. Internal rotasi Instruksi pasien : Tempatkan salah satu telapak tangan ke punggung sampai menyentuh tulang scapula yang berlawanan, normal apabila pasien mampu menyentuh scapula yang berlawanan.

6. Exsternal rotasi Instruksi pasien : Angkat lengan setinggi bahu kemudian gerakkan sendi siku kearah depan dan putar sendi bahu kearah dalam dan luar, normal apabila gerakan sendi bahu mampu membentuk sudut 90o antara gerakan kedalam dan keluar.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 173

Page 182: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 4. Ekstensi dan Abduksi Sendi Bahu

Gambar 3. Fleksi Sendi Bahu

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 174

Page 183: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 5. Adduksi Sendi Bahu

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 175

Page 184: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 6. Rotasi Internal dan Eksternal Sendi Bahu

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 176

Page 185: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

II. PEMERIKSAAN SENDI SIKU ( ELBOW JOINT )

II.I Pendahuluan Sendi siku merupakan sendi pembantu dan penahan tangan dan sebagai tumpuan

pengangkat lengan bawah. Sendi siku terbentuk dari hubungan tulang humerus dan dua tulang pada lengan bawah yaitu radius dan ulna. Tulang tulang ini membentuk tiga artikulasi yaitu humeroulnar joint, radiohumeral joint, radioulnar joint .ketiga articulasi terbentuk dalam satu cavum

II.2 Teknik pemeriksaan sendi siku

Inspeksi Atur posisi lengan bawah pasien agar fleksi 70o, kemudian identifikasi medial dan lateral dari epicondylus dan processus olecranon dari ulna. Inspeksilah permukaan dari elbow yang terdiri dari permukaan ekstensor dan procesus olecranon dari ulna. Catat apakah terdapat nodul atau pembengkakan.

Palpasi Palpasi processus olecranon dan sedikit lebih ditekan didaerah epicondylus untuk mengetahui ada tidaknya kekakuan. Catat apakah ada pergeseran dari olecranon. Palpasi antara epicondylus dan olecranon, catat apakah terdapat pembengkakan, penebalan atau tahanan. Lokasi ini juga merupakan lokasi terbaik untuk pemeriksaaan sinovial.

Gambar 7. Palpasi Epikondilus dan Olecranon

Pergerakan sendi siku Pergerakan sendi siku terdiri dari flexi dan ekstensi dari siku , pronasi dan supinasi dari lengan bawah. Flexi

Angkat lengan bawah kearah lengan atas, normal lengan bawah mampu membentuk sudut 150o terhadap lengan atas.

• Ekstensi Regangkan lengan bawah, normal tidak bisa membentuk suduk ( 0o)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 177

Page 186: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

• Pronasi Putar telapak tangan kearah bawah ( telungkup ), normal pasien akan mampu memnbentuk sudut 90o

• Supinasi

Putar telapak tangan ke arah atas ( terlentang ), normal pasien mampu membentuk sudut 90o

Gambar 8. Arah Fleksi Sendi Siku

Gambar 9. Arah Supinasi_Pronasi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 178

Page 187: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

III. PEMERIKSAAN PERGELANGAN TANGAN (WRIST JOINT) DANTANGAN

III.1 Pendahuluan Pergelangan tangan dan tangan adalah suatu unit yang kecil dan kompleks dengan

aktifitas sendi yang tinggi dan terus menerus sepanjang waktu selama beraktifitas yang hanya dilindungi oleh jaringan lunak yang tipis sehingga meningkatkan untuk terjadinya trauma dan gangguan fungsi

Gambar 10. Anatomi Metakarpal Manus

III.2 Teknik pemeriksaan pergelangan tangan dan tangan

Inspeksi • Perhatikan posisi tangan pada saat bergerak harus tampak halus dan alami. Pada saat

istirahat jari seharusnya tampak sedikit flexi dan hampir bersentuhan satu sama lainnya.

• Inspeksi permukaan palmar dan dorsal dari pergelangan tangan dan tangan dengan seksama untuk melihat apakah ada pembengkakan dari sendi.

• Catat apakah tampak ada deformitas dari pergelangan tangan, tangan dan tulang jari jari, selanjutnya perhatikan ada tidaknya angulasi dari tulang radius ulna.

• Amati permukaan kontur dari palmar yang disebut thenar dan hipothenar. • Catat apakah ada penebalan dari tendon flexor atau adanya kontraktur palmar pada

posisi flexi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 179

Page 188: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Palpasi • Pada pergelangan tangan, palpasi bagian distal radius dan ulna pada permukaan

medial dan lateral. Palpasi dengan menggunakan ibu jari dari bagian dorsum pergelangan tangan, catat apakah ada pembengkakan atau kekakuan.

• Palpasi radial styloid dari bagian lateral dengan menggunakan ibu jari. • Palpasi delapan tulang carpal pada bagian distal pergelangan tangan.

Telapak tangan menghadap kebawah,kemudian gerakakan kearah bawah, normal akan mampu membentuk sudut 90o terhadap lengan bawah.

• Ekstensi Telapak tangan menghadap kebawah , kemudian gerakkan kearah atas, normal mampu membentuk sudut 90o terhadap lengan bawah.

• Adduksi ( radial deviasi ) Telapak tangan menghadap kebawah, kemudian gerakkan kearah medial atau ke sisi os radius, normal mampu membentuk sudut 20o.

• Abduksi ( ulnar deviasi ) Telapak tangan menghadap kebawah, kemudian gerakkan kearah lateral atau ke

sisi os ulna, normal mampu membentuk sudut 30o.

Gambar 11. Palpasi Carpal

Pergerakan per gelangan tangan Flexi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 180

Page 189: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 12. Arah Pergerakan Pergelangan Tangan

Pergerakan jari jari

• Fleksi Tegakkan telapak tangan, kemudian ibu jari digerakkan kearah telapak tangan. • Exstensi

Tegakkan telapak tangan, kemudian ibu jari digerakkan menjauhi telapak tangan. • Adduksi

Tegakkan telapak tangan, kemudian ujung ibu jari digerakkan kearah dalam menyentuh bagian distal jari kelingking. • Abduksi

Tegakkan telapak tangan, kemudian ujung ibu jari digerakkan menjauhi bagian distal jari kelingking. • Oposisi

Tegakkan telapak tangan , kemudian ujung ibu jari digerakkan kearah dalam menyentuh bagian proximal jari kelingking.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 181

Page 190: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gambar 13. Arah Pergerakan Sendi Ibu Jari

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 182

Page 191: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PEMERIKSAAN SENDI EKSTREMITAS ATAS

Keluhan Utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami gangguan

muskuloskeletal yaitu :

1. Deskripsi Nyeri PQRST :

Position : dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri

Quality adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk, panas, dan lainlain

Radiation penjalaran nyeri

Severity tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan gangguan

Activity Daily Living (ADL)

Timing kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu istirahat, dan lainlain

2. Perubahan bentuk (Deformitas)

• Bengkak biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan lain-lain

• Bengkok misanya pada Varus bengkok keluar

• Valgus bengkok kedalam seperti kaki X

• Genu varum kaki seperti O

• Pendek dapat dibandingkan dengan kontralateral yang normal

3. Gangguan Fungsi (Disfungsi)

• Penurunan / hilangnya fungsi

• Afungsi ( Tak bisa digerakkan sama sekali) • Kaku (stiffnesss)

• Cacat (disability)

• Gerakan tak stabil (instability)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 183

Page 192: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN CARA BERJALAN NORMAL

Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital - Keadaan umum tampak sehat, sakit, sakit

berat - Tanda – tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi nadi, nafas, dan temperatur

Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang

Bentuk tubuh – Normal – Athletic – Cebol – Bongkok – Miring

Cara penderita datang – Normal - Pincang – Digendong

Cara berjalan penderita yang normal dan kelainan cara berjalan - fase jalan normal

Meletakkan tumit : Heel strike

Fase menapak : Stance Phase

Ujung jari bertumpu : Toe Off

Mengayun langkah : Swing Phase

Kelainan Cara Berjalan

Antalgic gait (anti = against, algic = pain). = Nyeri waktu menapak sehingga langkah

memendek

Tredelenberg gait (paralise n. ischiadicus)

Stepage gait (langkah pendek-pendek) Antalgic gait Steppage gait Tredelenberg gait

Pemeriksaan tonus otot : Tonus otot diperiksa biasanya pada otot-otot ekstremitas

dimana posisi ekstremitas tersebut harus posisi relaksasi. Pemeriksaan dengan cara

perabaan dan dibandingkan dengan otot pada sisi lateral tubuh penderita, atau otot

lainnya. Dapat juga dibandingkan dengan otot pemeriksa yang tonusnya normal .

Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot –otot femur pada lesi medula

spinalis.

Tonus otot bisa: Eutonus : tonus normal , Hipertonus : tonus meninggi,

Hipotonus : tonus melemah Pemeriksaan atrofi otot Otot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan cara: -

Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya - Mengukur lingkaran

anggota yang atropi dan dibandingkan dengan anggota sebelahnya

Pemeriksaan gerakan panggul Inspeksi dan Palpasi. Pengukuran discrepancy

(kesenjangan panjang anggota gerak) Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 184

Page 193: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

melihat perbedaan tonjolan atau sendi-sendi tertentu, seperti lutut kiri dengan lutut

kanan, ankle kiri dengan ankle kanan. Appereance length : perbedaan jarak ukuran

antara pusat dan maleolus kiri dan kanan. True length:

perbedaan jarak antara SIAS dan maleolus kiri dan kanan

Lembar Pengamatan Instruktur

No .

Langkah / Tugas Pengamatan

Ya Tidak

1 Menyapa pasien, memperkenalkan diri

2 Memeriksa pergerakan sendi panggul

3 Memeriksa gerakan sendi lutut

4 Memeriksa discrepency kesenjangan anggota gerak

5 Memeriksa otot paha (atrofi)

6 Memeriksa gerakan ankle dan kaki

Tanda tangan

Instruktur

(......................)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 185

Page 194: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara IV. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur

Instruktur Introduksi dan Penyampaian Pengantar (overview) rancangan kegiatan pelatihan

45 menit

Demonstrasi oleh Instruktur, Instruktur menjelaskan pemeriksaan fisik sendi bahu, pemeriksaan fisik sendi siku, pemeriksaan pergelangan tangan dan tangan, langkah selanjutnya, instruktur (tutor) mendemonstrasikan cara-cara melakukan pemeriksaan fisik sendi bahu, pemeriksaan fisik sendi siku, pemeriksaan pergelangan tangan dan tangan. Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching)

Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit Instruktur memberikan masukan-masukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

V. PEDOMAN INSTRUKTUR 5.1TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Mengetahui dan mampu melakukan pemeriksaan fisik sendi pada ektremitas atas. 2. Mampu mendeteksi kelainan pada sendi ekstremitas atas.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 186

Page 195: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

5.2PELAKSANAAN 1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah

ditetapkan oleh bagian SDM MEU FK UISU 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

15 menit Pembukaan

Perkenalan

Instruktur Responsi Pengantar (overview)

15 menit

Latihan

Demonstrasi Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Coaching 30 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan Feed Back

Instruktur Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit). 4.Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab (lantai 3) 5.Alat dan Bahan yang diperlukan :

Meja Kursi 6-8 buah Pasien simulasi Wastafel Sabun Handuk kering Alkohol gliserin spray

6.Materi Kegiatan / Latihan : Pemeriksaan fisik sendi bahu ( shoulder joint ) Pemeriksaan fisik sendi elbow Pemeriksaan fisik pergelangan tangan ( wrist joint ) Pemeriksaan fisik jari jari

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 187

Page 196: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN

1. Bickley L S, Szilagyi P G. Examination of Specific Joints: Anatomy and Physiology and Techniques of Examination. In: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking 10th Edition. Philadelphia, Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins. 2009 : 609-14

2. Huntley Jim S, Gibson Jane, Hamish A, Simpson R W. The Musculoskeletal System. In: Douglas Grahan, Nicol Fiona, Robertson Colin. Macleod's Clinical Examination, 12th Edition. New York: Churchill Livingstone | Elsevier. 2009

3. Burns Elizabeth A, Korn Kenneth, Whyte James. Oxford American Handbook of Clinical Examination and Practical Skills. New York: Oxford University Press, Inc. 2011 : 354-5

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 188

Page 197: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan PEMERIKSAAN FISIK SENDI BAHU Ya Tidak

1. Persiapan Pasien

Jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik sendi bahu akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)

Mintalah pasien mengganti pakaiannya dengan pakaian pemeriksaan bagi pasien perempuan dan membuka pakaian atas bagi laki-laki, agar memudahkan pemeriksa untuk memeriksa

Dokter melakukan simple hand washing menurut WHO 2. Inspeksi

Mintalah pasien untuk duduk atau berdiri tegak, sementara pemeriksa berdiri di belakang pasien. Setelah selesai melihat dari belakang pasien, pemeriksa berdiri di samping pasien untuk melihat adanya abnormalitas.

Amati bahu dan daerah pengikat bahu bagian anterior, scapula dan otot yang berhubungan dibagian posterior. Catat apakah ada pembengkakan, deformitas, atrophi otot, fasikulasi (tremor halus dari otot) atau posisi yang abnormal.

Lihat apakah ada pembengkakan di kapsul sendi anterior atau tonjolan di sub acromion dibawah otot deltoid.

Lihat secara keseluruhan bagian ektremitas atas apakah ada perubahan warna, perubahan kontur kulit dan kontur tulang yang tidak biasa.

Lakukan pemeriksaan yang sama untuk sendi sisi lainnya. 3. Palpasi

Mintalah pasien untuk duduk, sementara pemeriksa duduk atau berdiri di samping sisi sendi yang diperiksa.

Mulailah palpasi daerah tulang bahu kemudian palpasi setiap daerah yang nyeri.

Dimulai dari medial pada sendi sternoclavicular terus sampai ke lateral clavicula dengan jari.

Kemudian dari belakang ikuti mulai tulang scapula lateral ,keatas sampai ke acromion (A) atau puncak dari bahu yang akan teraba kasar dan sedikit cembung bila diraba. Tandai puncak anterior dari acromion.

Jari telunjuk diatas acromion tekan ke medial dengan ibu jari sampai teraba penonjolan tulang itulah bagian distal dari clavicula pada sendi acromioclavicular. Pindahkan ibu jarimu kemedial dengan turun sedikit sampai teraba tonjolan yang disebut processus coracoid dari scapula (B).

4. Pergerakan Sendi bahu

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 189

Page 198: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Flexi Angkat lengan atas kearah depan sampai melewati kepala, normal apabila lengan pasien bisa sejajar kepala atau membentuk sudut 180o terhadap batang tubuh.

Ekstensi Ayunkan lengan kearah belakang, normal apabila mampu mencapai sudut 80o terhadap batang tubuh.

Abduksi Angkat lengan kearah luar menjauhi tubuh, normal apabila bisa mencapai sudut 180o terhadap batang tubuh.

Adduksi Silangkan lengan kearah depan tubuh sejajar dengan dada, normal apabila pasien mampu mencapai sudut 90o terhadap batang tubuh.

Internal rotasi Tempatkan salah satu telapak tangan ke punggung sampai menyentuh tulang scapula yang berlawanan, normal apabila pasien mampu menyentuh scapula yang berlawanan.

Exsternal rotasi Angkat lengan setinggi bahu kemudian gerakkan sendi siku kearah depan dan putar sendi bahu kearah dalam dan luar, normal apabila gerakan sendi bahu mampu membentuk sudut 90o antara gerakan kedalam dan keluar.

PEMERIKSAAN FISIK SENDI SIKU (ELBOW JOINT)

1. Persiapan pasien

Jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik sendi siku akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)

Mintalah pasien mengganti pakaiannya dengan pakaian pemeriksaan bagi pasien perempuan dan membuka pakaian atas bagi laki-laki, agar memudahkan pemeriksa untuk memeriksa

Dokter melakukan simple hand washing menurut WHO 2. Inspeksi

Atur posisi lengan bawah pasien agar fleksi 70o. kemudian identifikasi medial dan lateral dari epicondylus dan processus olecranon dari ulna.

Inspeksilah permukaan dari elbow yang terdiri dari permukaan ekstensor dan procesus olecranon dari ulna.

Mintalah pasien untuk memfleksikan pinggulnya dan membelakangi pemeriksa.

Catat apakah terdapat nodul atau pembengkakan. Kemudian identifikasi medial dan lateral dari epicondylus dan processus olecranon dari ulna.

3. Palpasi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 190

Page 199: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Palpasi processus olecranon dan sedikit lebih ditekan didaerah epicondylus untuk mengetahui ada tidaknya kekakuan.

Catat apakah ada pergeseran dari olecranon. Palpasi antara epicondylus dan olecranon. Catat apakah terdapat pembengkakan,penebalan atau tahanan.

Lokasi ini juga merupakan lokasi terbaik untuk pemeriksaaan sinovial.

4. Pergerakan sendi siku ( Elbow joint )

Flexi Angkat lengan bawah kearah lengan atas, normal lengan bawah mampu membentuk sudut 150o terhadap lengan atas.

Ekstensi Regangkan lengan bawah, normal tidak bisa membentuk sudut ( 0o).

Pronasi Putar telapak tangan kearah bawah ( telungkup ), normal pasien akan mampu memnbentuk sudut 90o

Supinasi Putar telapak tangan ke arah atas ( terlentang ), normal pasien mampu membentuk sudut 90o

PEMERIKSAAN FISIK PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN

1. Persiapan pasien

Jelaskanlah terlebih dahulu prosedur pemeriksaan fisik sendi siku akan dilakukan secara lisan, dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent)

Mintalah pasien untuk menarik lengan bawah baju bila pasien memakai baju lengan panjang.

Dokter melakukan simple hand washing menurut WHO 2. Inspeksi

Perhatikan posisi tangan pada saat bergerak harus tampak halus dan alami. Pada saat istirahat jari seharusnya tampak sedikit flexi dan hampir bersentuhan satu sama lainnya.

Inspeksi permukaan palmar dan dorsal dari pergelangan tangan dan tangan dengan seksama untuk melihat apakah ada pembengkakan dari sendi.

Catat apakah tampak ada deformitas dari pergelangan tangan, tangan dan tulang jari jari, selanjutnya perhatikan ada tidaknya angulasi dari tulang radius ulna.

Amati permukaan kontur dari palmar yang disebut thenar dan hipothenar.

Catat apakah ada penebalan dari tendon flexor atau adanya kontraktur palmar pada posisi flexi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 191

Page 200: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3. Palpasi

Pada pergelangan tangan, palpasi bagian distal radius dan ulna pada permukaan medial dan lateral. Palpasi dengan menggunakan ibu jari dari bagian dorsum pergelangan tangan, catat apakah ada pembengkakan atau kekakuan.

Palpasi radial styloid dari bagian lateral dengan menggunakan ibu jari.

Palpasi delapan tulang carpal pada bagian distal pergelangan tangan.

4. Pergerakan pergelangan tangan

Flexi Telapak tangan menghadap kebawah,kemudian gerakakan kearah bawah, normal akan mampu membentuk sudut 90o terhadap lengan bawah.

Ekstensi Telapak tangan menghadap kebawah, kemudian gerakkan kearah atas, normal mampu membentuk sudut 90o terhadap lengan bawah.

Adduksi ( radial deviasi ) Telapak tangan menghadap kebawah, kemudian gerakkan kearah medial atau ke sisi os radius, normal mampu membentuk sudut 20o.

Abduksi ( ulnar deviasi ) Telapak tangan menghadap kebawah, kemudian gerakkan kearah lateral atau ke sisi os ulna, normal mampu membentuk sudut 30o.

5. Pergerakan jari jari

Fleksi Tegakkan telapak tangan, kemudian ibu jari digerakkan kearah telapak tangan.

Exstensi Tegakkan telapak tangan, kemudian ibu jari digerakkan menjauhi telapak tangan.

Adduksi Tegakkan telapak tangan, kemudian ujung ibu jari digerakkan kearah dalam menyentuh bagian distal jari kelingking.

Abduksi Tegakkan telapak tangan, kemudian ujung ibu jari digerakkan menjauhi bagian distal jari kelingking.

Oposisi Tegakkan telapak tangan , kemudian ujung ibu jari digerakkan kearah dalam menyentuh bagian proximal jari kelingking.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 192

Page 201: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN

PEMERIKSAAN FISIK SENDI EKSTREMITAS ATAS (Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Tanda tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 193

Page 202: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Kesebelas PEMERIKSAAN FISIK SENDI

Sendi di tubuh kita dibagi atas sendi 1. uniPlanar 2. Biplanar 3. triplanar 4. multiplanar

Sendi uniplanar adalah sendi yang pergerakannnya mengikuti 1 arah saja seperti bantalan diskus pada tulang belakang dan fontanela pada cranium Sendi biplanar adalah sendi yang memiliki gerakan dua dimensi yakni fleksi dan ekstensi seperti sendi lutut. Sendi planar adalah sendi yang memiliki gerakah tiga dimensi yakni fleksi , ekstensi dan abduksi seperti sendi bahu Sendi multiplanar adalah sendi yang memiliki gerakan lebih dari tiga yakni fleksi ,ekstensi, abduksi dan rotational seperti sendi panggul. Pemeriksaan fisik dimulai sesuai dengan metode Apley dimana : 1. look : inspeksi / melihat apakah terdapat deformitas atau luka maupun kondisi

yang mencurigakan di daerah sendi seperti atrofi , kontraktur dan maupun kelainan neoplasma.

2. Feel : palpasi / meraba untuk mengetahui tenderness / ketegangan jaringan lunak yang terdapat pada ektremitas sendi maupun apabila terdapat kemiringan varus / valgus pada sendi.

3. Move : gerakan / mobilitas dimana diukur rasio pergerakan sendi yang dinyatakan dalam derajat ( range of motion )

Pemeriksaan sendi yang diambil sebagai contoh adalah sendi lutut Pada pemeriksaan look dapat dijumpai : - Kontur jaringan di sendi lutut - Adanya luka – luka post trauma - Bentuk lutut apakah miring ke dalam ( varus ) atau miring keluar ( valgus ) - Apakah ada perbedaan panjang kaki kiri dan kanan ( leg length discrepancy ) - Apakah terdapat massa tumor atau sebagainya

Semua pemeriksaan ini dideskripsikan dalam status dan digunakan perbandingan antara bagian sendi lutut yang sehat dan yang sakit Kemudian dilakukan pemeriksaan feel yang meliputi : - Apakah ada atrofi otot pada daerah di sekitar sendi lutut - Apakah terdapat tanda tanda inflamasi di sekitar sendi seperti rubor ,color ,

dolor dan kalor - Diukur pula ukuran massa yang terdapat disekitar sendi apabila dicurigai adanya

massa tumor

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 194

Page 203: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Pada pemeriksaan move yang merupakan pengukuran gerakan ratio sendi ( range of motion ) meliputi : - Pergerakan range of motion sendi uniplanar - Pergerakan range of motion sendi biplanar - Pergerakan range of motion sendi triplanar - Pergerakan range of motion sendi multiplanar

Perlu dicatat perbandingan gerakan sendi antara kedua ekstremitas baik yang sehat maupun yang tidak untuk mengetahui perbandingan range of motion tersebut.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 195

Page 204: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Keduabelas

PENATALAKSANAAN FRAKTUR DAN CEDERA OTOT / LIGAMEN

II.PENDAHULUAN

Dewasa ini, kasus fraktur (patah tulang) banyak dijumpai dalam kedaruratan bedah, baik karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, kecelakaan kerja, maupun fraktur pada lanjut usia dan osteoporosis. Kurangnya kewaspadaan dan penggunaan alat pelindung diri meningkatkan resiko tingginya angka cedera tersebut. Fraktur ini dapat terjadi kapan dan dimanapun tanpa bisa diprediksi terutama pada kasus-kasus kecelakaan. Maka dari itu, setiap orang harus dibekali pengetahuan tentang penanganan awal pada fraktur sehingga komplikasi yang terjadi akibat kurangnya penanganan yang cepat dan tepat dapat diminimalisir ataupun dihindari. Komplikasi serius yang dapat terjadi akibat fraktur seperti: fraktur yang menjepit pembuluh darah menyebabkan nekrosis jaringan, syok neurogenik, emboli jaringan fraktur dan lemak, jaringan fraktur yang merobek pembuluh darah (perdarahan), sindroma kompartemen akut, kecacatan, bahkan kematian.

Penanganan awal fraktur meliputi reposisi dan immobilisasi pada ekstremitas. Untuk melakukan reposisi dibutuhkan keterampilan khusus dengan cara menarik bagian ekstemitas dan mengulurnya dalam upaya menyatukan kembali segmen tulang yang terpisah sesuai dengan posisi anatomisnya. Selain itu kesulitan melakukan reposisi apabila fraktur disertai nyeri hebat sehingga terlebih dahulu harus diberikan analgetik dan sedativa. Setelah reposisi, selanjutnya dilakukan immobilisasi. Tujuan utama immobilisasi adalah untuk mempertahankan ekstremitas yang cedera sesuai posisi anatomisnya dan mencegah gerak yang berlebihan. Immobilisasi pada fraktur dapat dilakukan dengan pemasangan pen, gips, dan bidai. Immobilisasi yang paling mudah, sederhana, dan murah dapat dilakukan dengan pembidaian. Pembidaian biasanya dilakukan bersamaan dengan pembalutan. Pada fraktur terbuka diperlukan balut tekan steril untuk menghentikan perdarahan sebelum dilakukannya pembidaian dan selanjutnya dirujuk ke sentra trauma.

Pembidaian biasanya hanya dilakukan pada fraktur ekstemitas. Pada fraktur ekstemitas ini harus ditangani segera karena dapat menimbulkan gangguan hemodinamik yang dapat mengancam jiwa. Fraktur ekstremitas ini merupakan bagian trauma muskuloskeletal yang juga dapat menimbulkan gagal ginjal akibat lepasnya mioglobulin dari otot dan mengendap pada tubulus renalis. Pada kasus-kasus trauma multipel perlu dicurigai adanya fraktur ekstremitas yang memerlukan tindakan pembidaian. Walaupun penatalaksanaan kasus-kasus trauma harus berdasarkan urutan prioritas meliputi ABCDE, yaitu: Airway dengan proteksi vertebra servikal, Breathing, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability atau status neurologis, dan Exposure (penilaian dari kepala hingga kaki tanpa mengenakan busana) dan Environment (kontrol temperatur), yang dalam hal ini sering luput dari perhatian ketika lamanya waktu penanganan Airway dan Breathing dimana fraktur sering disertai perdarahan dan gangguan hemodinamik yang mengancam jiwa. Maka dari itu, pemasangan bidai harus dilakukan segera mungkin bersamaan dengan dan tidak boleh mengganggu resusitasi sesuai dengan urutan prioritas penatalaksanaan trauma. III. PENGERTIAN FRAKTUR

Fraktur merupakan gangguan integritas jaringan tulang. Penatalaksanaan fraktur ekstremitas membutuhkan pembidaian. Pembidaian ialah teknik melakukan fiksasi dan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 196

Page 205: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

immobilisasi pada fraktur dengan menggunakan bidai. Bidai dibuat dari bahan yang kaku atau sedikit fleksibel yang dibalut dengan bahan lembut (seperti kapas, kasa, atau gulungan katun). Bidai yang sering digunakan terbuat dari kayu bersegi panjang dan lebar disesuaikan dengan ekstremitas, ketebalan sekitar 5-15 mm yang dibungkus dengan kapas dan kasa.

IV. DIAGNOSTIK FRAKTUR 1. Anamnesis: Fraktur umumnya didahului riwayat trauma pada tulang yang

mengalami cedera, gejala yang diperoleh berupa perubahan bentuk, nyeri, pembengkakan dan gangguan fungsi.

2. Pemeriksaan Fisik:

- Inspeksi a. Asimetris jika dibandingkan dengan sisi yang normal b. Deformitas, seperti: Angulasi (membentuk sudut); Rotasi (memutar), dan

Pemendekan. c. Tanda cedera d. Pembengkakan e. Kulit berwarna kebiruan dan pucat pada fraktur yang menjepit atau merobek

arteri (perdarahan masif). f. Pada fraktur terbuka tampak jaringan tulang

- Palpasi a. Nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness); b. Krepitasi (suara dan sensasi berkeretak) tetapi usaha untuk mendapatkan

krepitasi tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan nyeri. c. Spasme otot-otor sekitar daerah cedera. d. Pulsasi arteri lemah atau tidak teraba pada fraktur yang menjepit atau merobek

arteri (perdarahan masif). - Pergerakan

a. Gerak abnormal apabila dilakukan gerakan pada bagian yang cedera tetapi usaha untuk mendapatkan krepitasi tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan nyeri.

b. Kehilangan fungsi pada bagian yang cedera yang disebabkan oleh nyeri membatasi gerak ataupun gangguan saraf.

3. Pemeriksaan Penunjang: a. Foto Ronsen: merupakan pemeriksaan rutin setelah keadaan stabil meliputi minimal

2 sisi (anterior, lateral, atu oblik) dan 2 sendi (sendi proksimal dan distal pada ekstremitas yang cedera).

b. MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk menilai kerusakan tulang, saraf, dan jaringan sekitarnya.

V. TUJUAN PEMBIDAIAN a) Mencegah pergerakan pada ekstremitas yang cedera. b) Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut (pembuluh darah, saraf, dan otot). c) Mengurangi nyeri. d) Mempertahankan posisi yang nyaman. e) Mempermudah transportasi korban. f) Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera. g) Mempercepat penyembuhan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 197

Page 206: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

VI. TIPE BIDAI 1. Bidai Traksi (Traction Splint)

Gambar 1. Bidai Traksi dan Cara Memasangnya

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 198

Page 207: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

2. Bidai Udara (Inflatable Splint)

Gambar 2. Bidai Udara dan Cara Memasangnya 3. Bidai Hampa Udara (Vacuum Splint)

Gambar 3. Bidai Hampa Udara dan Cara Memasangnya

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 199

Page 208: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

4. Bidai Kayu (Board Splint)

Gambar 4. Bidai Kayu dan Cara Memasangnya 5. Bidai Aluminium (SAM Splint)

Gambar 5. Bidai Aluminium dan Cara Memasangnya

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 200

Page 209: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

VII. PENATALAKSANAAN FRAKTUR EKSTREMITAS

a.Persiapan Pastikan pembidaian dilakukan pada lokasi yang aman. Usahakan mengenakan alat pelindung diri minimal sarung tangan. Persiapkan alat dan bahan berupa: Bidai kayu, Elastic Bandage atau kasa

gulung, Gunting, Selimut penutup untuk mencegah hipotermi. Jika pasien sadar beritahukan tentang prosedur, maksud dan tujuan pembidaian

secara lisan dengan bahasa yang mudah dimengerti, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Usahakan pasien pada posisi baring supinasi dan atur agar mendapatkan posisi yang paling nyaman.

b.Cara Imobilisasi dan Pembidaian (Fraktur 1/3 Medial Os Tibia)

Lakukan pemeriksaan secara cepat sesuai urutan prioritas ABCDE dan tangani terlebih dahulu keadaan yang mengancam jiwa.

Tanggalkan seluruh pakaian pasien, lepaskan jam tangan, cincin, dan semua benda yang dikenakan pada ekstremitas yang cedera, lalu periksa adanya tandatanda fraktur.

Tutup bagian yang tidak mengalami fraktur dengan selimut penutup untuk menghindari hipotermi.

Periksa neurovaskular ekstremitas yang mengalami cedera berupa pemeriksaan sensorik, motorik, pulsasi arteri bagian distal cedera, dan refill capillary test.

Jika tampak deformitas, pulsasi arteri bagian distal ekstremitas yang mengalami cedera tidak teraba dan refill capillary test > 2 detik, periksa apakah adanya fraktur menjepit pembuluh darah dengan cara meluruskan ekstremitas, reposisi, dan traksi dengan hati-hati, serta pertahankan hingga bidai terpasang.

Jika tampak luka dan perdarahan maupun jaringan tulang yang terpapar, tutup dengan bantalan kasa steril kemudian dibalut dengan kasa gulung.

Pilih tipe dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas yang panjangnya sekitar 10-15 cm melampaui persendiannya.

Pembidaian meliputi 2 sendi (sendi di atas dan sendi di bawah ekstremitas yang cedera) dan minimal 2 sisi (medial, lateral, anterior, maupun posterior).

Bidai difiksasi dengan kasa yang dijadikan pengikat minimal 3 ikatan pada bagian distal, proksimal, dan pertengahan bidai.

Simpul ikatan terletak pada permukaan bidai, pada sisi bidai yang mudah dijangkau (lateral atau anterior), dan tidak boleh tepat diatas fraktur.

Bidai dibalut dengan elastic bandage atau kasa gulung. Pembalutan dilakukan secara sirkuler bertumpang tindih dari distal ke proksimal

dan bagian ujung pembalut direkatkan dengan perekatnya Periksa kembali neurovaskular ekstremitas yang mengalami cedera tiap 15

menit. Buang bahan bekas pakai ke tempat sampah. Berikan profilaksis antimikroba dan tetanus. Rujuk ke sentra trauma dan konsulkan ke ahli orthopedi dan traumatologi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 201

Page 210: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

(30 menit) Setiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur. Instruktur Overview rancangan kegiatan pelatihan.

45 menit

Demonstrasi oleh Instruktur, Instruktur memperlihatkan cara melakukan pembidaian. Mahasiswa melakukan latihan cara melakukan pembidaian dengan manekin atau role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (coaching).

Instruktur dan Mahasiswa

15 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

(10 menit) Instruktur (tutor) memberikan masukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

III. PEDOMAN INSTRUKTUR III.1 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Dapat mengetahui dan memahami tatalaksana fraktur ekstremitas dalam

keadaan darurat. 2. Terampil melakukan pembidaian pada fraktur ekstremitas.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 202

Page 211: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

III.2 PELAKSANAAN 1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah

ditetapkan oleh Bagian SDM MEU FK-UISU. 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

30 menit Pembukaan Perkenalan

Instruktur Pengantar (overview) 15 menit

Latihan

Demonstrasi Instruktur dan Mahasiswa

30 menit Coaching 15 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan

Feed Back

Instruktur Tugas Mandiri Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 50 menit (100 menit). 4. Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab (Lantai 3). 5. Alat dan Bahan yang diperlukan :

Manekin Bidai Elastic Bandage Kasa Gulung Gunting Perban Kursi Tempat tidur.

6. Materi Kegiatan / Latihan : Cara melakukan pembidaian pada fraktur ekstremitas

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 203

Page 212: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN

1. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life Support—Student Course Manual. 7th ed.

2. Purwadianto A (ed), et al. Pedoman Penatalaksanaan Praktis Kegawatdaruratan Medis. Panitia Lulusan Dokter FK UI 1979, Jakarta: Cetakan I; 1979.

3. Pusponegoro AD (ed), et al. Basic Trauma and Cardiac Life Support. Diktat Ambulans 118, Jakarta: Edisi I; 2007.

Samsuhidayat W, De Jong W, eds. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: Edisi II, Cetakan I; 2005.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 204

Page 213: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah / Tugas Pengamatan PENATALAKSANAAN FRAKTUR EKSTREMITAS Ya Tidak

a. Persiapan

Pastikan pembidaian dilakukan pada lokasi yang aman. Usahakan mengenakan alat pelindung diri minimal sarung tangan.

Persiapkan alat dan bahan berupa: Bidai kayu, Elastic Bandage atau kasa gulung, Gunting, Selimut penutup untuk mencegah hipotermi.

Jika pasien sadar beritahukan tentang prosedur, maksud dan tujuan pembidaian secara lisan dengan bahasa yang mudah dimengerti, kemudian mintalah persetujuan pasien (informed consent).

Usahakan pasien pada posisi baring supinasi dan atur agar mendapatkan posisi yang paling nyaman.

b. Cara Imobilisasi dan Pembidaian (Fraktur 1/3 Medial Os Tibia)

Lakukan pemeriksaan secara cepat sesuai urutan prioritas ABCDE dan tangani terlebih dahulu keadaan yang mengancam jiwa.

Tanggalkan seluruh pakaian pasien, lepaskan jam tangan, cincin, dan semua benda yang dikenakan pada ekstremitas yang cedera, lalu periksa adanya tanda-tanda fraktur.

Tutup bagian yang tidak mengalami fraktur dengan selimut penutup untuk menghindari hipotermi.

Periksa neurovaskular ekstremitas yang mengalami cedera berupa pemeriksaan sensorik, motorik, pulsasi arteri bagian distal cedera, dan refill capillary test.

Jika tampak deformitas, pulsasi arteri bagian distal ekstremitas yang mengalami cedera tidak teraba dan refill capillary test > 2 detik, periksa apakah adanya fraktur menjepit pembuluh darah dengan cara meluruskan ekstremitas, reposisi, dan traksi dengan hati-hati, serta pertahankan hingga bidai terpasang.

Jika tampak luka dan perdarahan maupun jaringan tulang yang terpapar, tutup dengan bantalan kasa steril kemudian dibalut dengan kasa gulung.

Pilih tipe dan ukuran bidai yang sesuai dengan ekstremitas yang panjangnya sekitar 10-15 cm melampaui persendiannya.

Pembidaian meliputi 2 sendi (sendi di atas dan sendi di bawah ekstremitas yang cedera) dan minimal 2 sisi (medial, lateral, anterior, maupun posterior).

Bidai difiksasi dengan kasa yang dijadikan pengikat minimal 3 ikatan pada bagian distal, proksimal, dan pertengahan bidai tetapi tidak boleh tepat diatas fraktur.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 205

Page 214: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Simpul ikatan terletak pada permukaan bidai, pada sisi bidai yang mudah dijangkau (lateral atau anterior), dan tidak boleh tepat diatas fraktur.

Bidai dibalut dengan elastic bandage atau kasa gulung. Pembalutan dilakukan secara sirkuler bertumpang tindih dari distal ke proksimal dan bagian ujung pembalut direkatkan dengan perekatnya

Periksa kembali neurovaskular ekstremitas yang mengalami cedera tiap 15 menit.

Buang bahan bekas pakai ke tempat sampah. Berikan profilaksis antimikroba dan tetanus.

Rujuk ke sentra trauma dan konsulkan ke ahli orthopedi dan traumatologi.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 206

Page 215: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMBIDAIAN DAN PENATALAKSANAAN FRAKTUR EKSTREMITAS

(Hasil Latihan Mandiri Mahasiswa)

Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

Cara Imobilisasi dan Pembidaian pada Fraktur Ekstremitas: Tanda Tangan Instruktur, ( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 207

Page 216: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Ketigabelas PEMBACAAN FOTO RONTGEN TULANG TENGKORAK, EKSTREMITAS,

DAN TULANG BELAKANG

Peran film polos dalam penilaian trauma telah menghilang saat CT scan telah menjad: pemeriksaan penunjang awai pilihan pada kasus trauma kepala yang berat, terutama jikadisertai penurunan kesadaran atau gejala neurologis lainnya. CT akan mendeteksi fraktur dan kelainan yang mendasarinya seperti perdarahan intraserebral atau kontusio, cairan subdural dan ekstradural. Garis sutura yang normal (korona, lambdoid, dan sagital - serta tanda-tanda vaskular harus dapat diidentifikasi. Fraktur dapat terlihat sebagai:

• Linear: garis lusen yang berbatas tajam tanpa disertai tepi yang sklerotik. • Depresi: fragmen tulang terdorong ke dalam dengan lapisan dalamnya mengalami

penekanan yang lebih besar dibandingkan ketebalan kubah kranial.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 208

Page 217: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Fraktur tulang wajah Lapangan pandang yang digunakan adalah oksipitomental dengan dagu diangkat. Tulang zygomatikum dapat mengalami fraktur akibat pukulan langsung pada wajah dan fraktur dapat terjadi pada beberapa dari keempat tonjolan pada tubuh berikut: arkus zigomatikus, sutura frontozigomatika, dinding depan orbita, atau dinding lateral antrum maksilaris. Batas cairan pada antrum maksilaris yang disebabkan fraktur cenderung mengindikasikan adanya darah. Fraktur mandibula Pukulan pada mandibula sering menyebabkan fraktur pada dua tempat jika mandibula dipandang sebagai cincin tulang.

Gambar 8.9 Ortopantomogram: fraktur pada mandibula (tanda panah). Tulang belakang servikal Proyeksi standar adalah AP dan lateral, namun sering dilakukan pengambilan gambar dengan sudut pandang mulut terbuka untuk melihat Cl dan C2; sudut pandang oblik kadang-kadang diperlukan untuk mengevaluasi permukaan sendi dan foramen intervertebra. Sudut pandang dengan posisi fleksi dan ekstensi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mendiagnosis ketidakstabilan. Film polos pada tulang belakang servikal harus mampu memvisualisasi ketujuh vertebra servikal. Penting untuk memeriksa garis tulang (alignment), terutama pada garis vertebra posterior, yang terletak sedikit anterior dari medula spinalis, yang menjelaskan adanya deformitas pada penonjolan. Berbagai fraktur dan dislokasi pada tulang belakang servikal yang dapat terjadi adalah: Subluksasi atlantoaksial. rongga antara setinggi odontoid dan bagian posterior dari Cl harus tidak lebih dari 3 mm pada orang dewasa dan 5 mm pada anak-anak. Fraktur Jefferson. fraktur yang keras di lateral Cl akibat cedera kompresi pada verteks tengkorak (cedera menyelam). Fraktur peg odontoid. Fraktur Hangmam cedera hiperekstensi pada C2 yang menyebabkan fraktur pedikel. Fraktur teardrop. suatu fragmen kecil mengalami avulsi dari badan vertebra anterior bagian bawah (cedera fleksi dengan kompresi anterior). Fraktur badan vertebra: fraktur kompresi pada tubuh. Fraktur badan vertebra Kecuali terdapat proses osteoporotik, hanya cedera berat yang akan menimbulkan fraktur badan vertebra. Fraktur dapat menyebabkan fragmen tulang terpisah dari vertebra atau ngalami penekanan disertai hilangnya ketinggian pada badan vertebra, yang seringkah disertai desakan/jepitan di bagian anterior. Mungkin terdapat kehilangan kecekungan aspek posterior yang normal pada badang vertebra. Fragmen-fragmen tulang dapat bergeser ke posterior ke dalam kanalis spinalis sehingga menyebabkan gejala neurologis. CT scan atau MRI akan mendeteksi secara akurat adanya fraktur dan kelainan lainnya di dalam kanalis spinalis.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 209

Page 218: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah/Tugas Pengamatan Ya Tidak

I Persiapan Pembacaan Foto Hidupkan illuminator (viewing box)

Letakkan foto rontgen pada iluminator dengan sisi kanan foto berada di sisi kiri pembaca

Pastikan posisi foto tepat atau sesuai dengan posisi anatomis

II Penilaian Kondisi Foto Identitas pasien harus tertera jelas nama, umur dan

jenis kelamin

Tanggal pembuatan foto harus dicantumkan Tanda kiri dan kanan harus dicantumkan Kekuatan sinar X (Kv, mA) perlu dicantumkan Pastikan foto fraktur memenuhi rule of two, apalagi two joints dan two views

III Pembacaan Foto Rontgen Fraktur Tulang Identifikasi tulang yang sedang diamati, termasuk

tulang apa. Misalnya tulang tibia, cranium, atau vertebra

Tentukan tulang berada di sebelah kanan atau kiri Fraktur tulang tengkorak Lihat apakah terlihat garis patahan (fracture line) Jika terlihat garis patahan (fracture line) linear atau depresi

Fraktur tulang wajah Lihat apakah terlihat garis patahan (fracture line) pada arkus zigomatikus, sutura frontozigomatika, dinding depan orbita, atau dinding lateral antrum maksilaris.

Tulang belakang servikal Perhatikan garis tulang (alignment), terutama pada garis vertebra posterior, yang terletak sedikit anterior dari medula spinalis, yang menjelaskan adanya deformitas pada penonjolan.

Fraktur badan vertebra Perhatikan fragmen tulang vertebra apakah mengalami terpisah atau mengalami penekanan disertai hilangnya ketinggian pada badan vertebra.

Perhatikan apakah terdapat kehilangan kecekungan aspek posterior yang normal pada badang vertebra.

Perhatikan fragmen-fragmen tulang apakah dapat bergeser ke posterior ke dalam kanalis spinalis.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 210

Page 219: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

PEMBACAAN FOTO RONTGEN FRAKTUR EKSTREMITAS

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang dapat menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan lengan bawah yang menyebabkan fraktur tulang radius dan ulna atau trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada pada tangan sehingga menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Selain akibat rudapaksa, fraktur juga dapat disebabkan proses patologis misalnya tumor, infeksi atau osteoporosis atau juga dapat disebabkan stress, atau fatigue seperti pada atlit, penari, atau tentara

Jaringan lunak di sekitar tulang biasanya juga ikut terlibat. Perubahan jaringan lunak bervariasi mulai dari oedema lokal dan reaksi inflammasi hingga gangguan vaskular. Beberapa komplikasi fraktur dapat muncul di sendi yang terkadang pada saat trauma sendi tersebut tidak terluka (injured).Fraktur dapat dibagi atas ada tidaknya hubungan dengan dunia luar, yaitu fraktur terbuka (ada hubungan dengan dunia luar) dan fraktur tertutup (tidak ada hubungan dengan dunia luar).

Fraktur dapat bervariasi tampilannya, namun untuk kepentingan praktis, fraktur dapat dibagi atas beberapa grup. Fraktur Komplit.

Pada fraktur jenis ini, tulang secara komplit patah menjadi 2 fragmen atau lebih. Fraktur komplit dapat dibagi lagi atas fraktur transversa (patah tulang lintang), fraktur oblik (patah tulang serong), fraktur spiral, fraktur kommunitif (terdapat lebih dari 2 fragmen tulang), fraktur impaksi (fragmen tulang terikat dengan kuat/ketat sehingga garis patahan fraktur tak terlihat jelas). Fraktur Inkomplit

Pada fraktur jenis ini, tulang tak secara komplit terpisah dan kontinuitas periosteum terjaga. Pada fraktur greenstick (dahan hijau), tulang bengkok/menekuk (bent) seperti kita mematahkan dahan hijau yang biasanya terlihat pada anak.

Satu bentuk patah tulang yang khusus pada anak, adalah patah tulang yang

mengenai cakram pertumbuhan. Klasifikasi fraktur cakram epifise ini dibagi atas 5 tipe

Kem udian ada juga fraktur tipe kompresi.

Gambar 1. Beberapa Tipe Fraktur Tulang Panjang

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 211

Page 220: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

menurut Salter Harris yaitu : Tipe 1 epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis, tetapi periosteumnya

masih utuh Tipe 2 periosteum robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas

sama sekali dari metafisi Tipe 3 patah tulang cakram epifisis melalui sendi Tipe 4 terdapat fragmen patahan tulang yang garis patahannya tegak lurus

cakram epifisis Tipe 5 terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan

kematian dari sebagian cakram tersebut.

Fragmen tulang pada fraktur komplit biasanya akan mengalami salah letak atau displacement. Displacement ini dapat berupa : Translation (shift)

Fragmen tulang dapat bergeser bersisian (sideways), ke belakang (backwards) atau ke depan (forwards) dalam hubungannya dengan fragmen lainnya Angulation (alignment).

Rotation (twist)

Fragmen tulang dapat berputar (rotated) terhadap fragmen lainnya Length

Fragmen tulang dapat saling menjauh dan terpisah atau dapat saling overlap yang menyebabkan pemendekan tulang.

Fragmen tulang dapat terdorong (tilt) atau terangulasi terhadap fragmen lainnya

Gambar 2. Angulasi Gambar 3. Rotasi Gambar 4. Overlapping

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 212

Page 221: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

II. Pemeriksaan dan Pembacaan FotoRontgen Fraktur Tulang Pemeriksaan radiologis sangat diperlukan untuk mendiagnosis fraktur. Namun ada

aturan-aturan tertentu dalam pembuatan foto untuk mendiagnosis fraktur, yang sering disebut sebagai Rule of Two.

Rule of Two meliputi : Two views

Buatlah 2 foto dengan 2 proyeksi yang tegak lurus satu sama lain bila dicurigai fraktur atau dislokasi, kecuali pada pelvis dimana foto oblik akan sangat berguna. Bahkan kadang-kadang diperlukan lebih dari 2 proyeksi, seperti pada pergelangan

Two Joints

Pastikan bahwa pada foto terlihat sendi di atas dan di bawah bagian yang fraktur pada lengan atau kaki, kecuali bila secara klinis jelas bahwa fraktur hanya terdapat pada bagian yang distal. Tetapi dalam hal ini pun sendi yang paling dekat harus ikut terfoto.

Two Limbs Pada anak-anak, epifise immatur dapat membingungkan diagnosa fraktur, sehingga dalam hal ini perlu dibuat foto anggota gerak yang tidak sakit untuk digunakan sebagai perbandingan.

Two Injuries Terkadang kekuatan (trauma) keras dapat menyebabkan cedera lebih di satu tempat. Contohnya pada fraktur calcaneus atau femur, penting juga untuk memfoto tulang belakang dan pelvis.

Two Occasions Beberapa fraktur terkadang sulit terdiagnosa sesaat setelah trauma, sehingga diperlukan pemeriksaan radiologis berikutnya 1-2 minggu setelah cedera untuk menunjukkan lesi.

tangan.

Gambar 5 : foto fraktur spiral dan angula r femur 2 proyeksi

Gambar 5 . Fraktur Spiral & Angular Femur 2 P royeksi

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 213

Page 222: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Cara Pembacaan Foto Rontgen FrakturTulang Persiapan Hidupkan illuminator (viewing box) Letakkan foto rontgen pada iluminator dengan sisi kanan foto berada di sisi kiri

pembaca Pastikan posisi foto tepat, atau sesuai dengan posisi anatomis. Penilaian Kondisi Foto Identitas pasien harus tertera jelas nama, umur dan jenis kelamin Tanggal pembuatan foto harus dicantumkan Tanda kiri dan kanan harus dicantumkan Kekuatan sinar X (Kv, mA) perlu dicantumkan Pastikan foto fraktur memenuhi rule of two Pembacaan Foto Fraktur Identifikasi tulang yang sedang diamati, misalnya tulang tibia, atau femur Tulang

berada di sebelah kanan atau kiri. Lihat apakah terlihat garis patahan (fracture line) Jika terlihat garis patahan (fracture line) tentukan pada bagian mana dari tulang

tersebut terdapat fracture line. Jika fracture line terdapat di bone shaft (batang tulang) tulang panjang biasanya

Keterangan Gambar 7 Foto sebelah atas kiri : subcapital neck fracture Foto sebelah atas tengah : transcervical neck fracture Foto sebelah atas kanan : intertrochanteric fracture Foto sebelah bawah kiri : subtrochanteric fracture Foto sebelah bawah tengah : fracture of the greatertrochanter Foto sebelah bawah kanan : fracture of the lesser trochanter Tentukan tipe fraktur. Apakah fraktur komplit atau inkomplit.. Jika fraktur

inkomplit, apakah terjadi fraktur greenstick, atau fraktur hair line. Jika fraktur komplit, perhatikan bentuk garis patah, apakah berbentuk melintang,

oblik, spiral, kompresi, atau avulsi. Lihatlah jumlah garis patah, apakah fraktur tergolong fraktur kominutif (garis patah

lebih dari satu, dan berhubungan), fraktur segmental (garis patah lebih dari satu,

dibagi atas 3 yaitu apakah terdapat di 1/3 proximal, 1/3 medial, atau 1/3 distal.

Gambar 6. Klasifikasi Fraktur Klavikula Gambar 7. Fraktur Proksimal Femur

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 214

Page 223: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

dan tidak berhubungan), atau fraktur multipel (garis patah lebih dari satu,

Lihat apakah fragmen fraktur menyebabkan displacement (kedudukan fragmen

fraktur terhadap fragmen fraktur lainnya), atau tidak (undisplacement). Tentukan bagaimana tipe displacement yang terjadi. Apakah terjadi translasi, angulasi, rotasi dan pemendekan (shortening) tulang.

Tentukan, apakah fraktur tergolong fraktur terbuka, atau fraktur tertutup Perhatikan, apakah fraktur disertai komplikasi (paralisis nervus, kerusakan jaringan

lunak, atau dislokasi sendi). Jika terjadi fraktur pada cakram epifise, klasifikasikan sesuai Salter-Harris. Lihat apakah fraktur menyebabkan dislokasi, baik dislokasi sendi maupun tulang

yang berdekatan dengan tulang yang fraktur.

Gambar 10. Fraktur Komunitif Midklavikula dengan Angulasi Jaringan lunak normal akan terlihat berwarna putih suram dengan corak homogen.

Kerusakan jaringan lunak dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna, dan corak normal jaringan lunak.

Jika telah dilakukan penanganan fraktur, buatlah foto kembali dan lihat fraktur telah menyatu atau tidak. Jika telah menyatu, apakah disertai callus, atau tidak.

Fraktur yang tidak menyatu (non-union) memberi gambaran garis patahan yang tetap terlihat (padahal seharusnya menghilang). Ujung tulang yang fraktur menjadi

tetapi terdapat pada tulang yang berlainan.

Gambar 8. Fraktur 1/3 Proksimal (a), 1/3 tengah (b). 1/3 distal (c) Gambar 9. Fraktur Greenstick

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 215

Page 224: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterangan Gambar Gambar 12. Fraktur 1/3 medial femur kanan pada foto AP (kiri) dan lateral (kanan)

dengan defek jaringan lunak. Gambar 13. Gambar 13 : Fraktur 1/3 medial batang humerus yang sembuh

sempurna.

lebih putih (sklerotik) dan sering terdapat tulang baru yang tebal di sekitar fraktur .

Gambar 11. Fraktur tulang radius dengan Angulasi & Dislokasi Tulang Ulna Distal

Gambar 1 2 . Fraktur Femur Gambar 13. Fraktur Humerus

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 216

Page 225: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Setelah Trauma 2 Bulan Sesudah Trauma 4 Bulan Sesudah Trauma

Gambar 14. Terbentuknya Callus Pada Bulan Ke-2 dan 4 Setelah Fraktur

Gambar 15. Fraktur Tibia Non Union (14 bulan setelah trauma)

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 217

Page 226: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Keterangan

20 menit

Tiap kelompok kecil didampingi oleh seorang instruktur

Instruktur Introduksi dan Penyampaian Pengantar (Overview) rancangan kegiatan pelatihan

50 menit

Demonstrasi oleh Instruktur. Instruktur memperlihatkan kepada mahasiswa cara membaca foto rontgen fraktur tulang Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur.Mahasiswa melakukan latihan role play secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur (Coaching)

Instruktur dan

Mahasiswa

20 menit Mahasiswa melakukan latihan mandiri diawasi oleh instruktur. Mahasiswa

10 menit Instruktur memberikan masukanmasukan (feedback) kepada mahasiswa. Instruktur

III. PEDOMAN INSTRUKTUR 3.1TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa : 1. Memahami dan mengetahui bagaimana cara membaca foto rontgen fraktur

tulang 2. Terampil dalam melakukan pembacaan foto rontgen fraktur tulang serta,

dapat menginterpretasikan hasil pembacaan foto tersebut.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 218

Page 227: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

3.2PELAKSANAAN 1. Latihan dan diskusi tiap kelompok dipimpin oleh seorang instruktur yang telah

ditetapkan oleh tim SDM MEU. 2. Cara dan alokasi waktu pelaksanaan kegiatan :

Waktu Aktivitas Keterangan

20 menit Pembukaan Perkenalan

Instruktur Pengantar (Overview)

15 menit

Latihan

Demonstrasi Instruktur dan Mahasiswa

35 menit Coaching

20 menit Latihan Mandiri

10 menit Penutupan Feed Back

Instruktur Penutup

3. Waktu pelaksanaan :

Setiap kegiatan latihan dilaksanakan selama 2 x 60 menit (120 menit). 4.Tempat pelaksanaan kegiatan : Di ruangan Skills Lab. (Lantai 3) 5.Alat dan Bahan yang diperlukan :

Meja Kursi Iluminator Foto Rontgen Fraktur Tulang

6.Materi Kegiatan / Latihan : Membaca Foto Rontgen Fraktur Tulang

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 219

Page 228: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

RUJUKAN 1. Foto Tulang. In : Palmer P.E.S, Cockshoot W.P, Hegedus V, Samuel E, eds.

Petunjuk Membaca Foto Rontgen Untuk Dokter Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1995. p. 86-115

2. Fractures and Joint Injuries. In : Solomon L, Warwick D.J, Nagayam S, eds.Apley’s Concise System of Orthopaedics and Fractures. 3rd edition. Hodder Arnold ; 2005. p. 255-65

3. Sistem Muskuloskletal. In : Syamsuhidajat R, Jong W.D, eds. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004. p. 840-74

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 220

Page 229: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah/Tugas Pengamatan Ya Tidak

I Persiapan Pembacaan Foto Hidupkan illuminator (viewing box)

Letakkan foto rontgen pada iluminator dengan sisi kanan foto berada di sisi kiri pembaca

Pastikan posisi foto tepat atau sesuai dengan posisi anatomis II Penilaian Kondisi Foto Identitas pasien harus tertera jelas nama, umur dan jenis kelamin

Tanggal pembuatan foto harus dicantumkan Tanda kiri dan kanan harus dicantumkan Kekuatan sinar X (Kv, mA) perlu dicantumkan Pastikan foto fraktur memenuhi rule of two, apalagi two joints dan two views

III Pembacaan Foto Rontgen Fraktur Tulang Identifikasi tulang yang sedang diamati, termasuk tulang apa.

Misalnya tulang tibia, atau femur

Tentukan tulang berada di sebelah kanan atau kiri Lihat apakah terlihat garis patahan (fracture line) Jika terlihat garis patahan (fracture line) tentukan pada bagian tulang dimana terdapat fracture line. Jika fracture line terdapat di bone shaft (batang tulang) tulang- tulang panjang biasanya dibagi atas 3 yaitu apakah pada 1/3 proximal, 1/3 medial atau 1/3 distal.

Tentukan tipe fraktur. Apakah fraktur komplit atau inkomplit. Jika fraktur inkomplit, apakah terjadi fraktur greenstick, atau fraktur hair line.

Jika fraktur komplit, tentukan bentuk garis patah, apakah melintang, oblik, spiral, kompresi, atau avulsi (pada fraktur patella).

Tentukan jumlah garis patah, apakah termasuk fraktur kominutif, segmental, atau fraktur multipel

Lihat apakah fragmen fraktur menyebabkan displacement (pergeseran kedudukan fragmen fraktur terhadap fragmen fraktur lainnya), atau tidak (undisplacement).

Bila terjadi displacement, tentukan bagaimana tipe displacement yang terjadi. Apakah terjadi translasi, angulasi, rotasi dan pemendekan (shortening) tulang.

Tentukan apakah fraktur tergolong fraktur terbuka, atau fraktur tertutup.

Tentukan ada tidaknya komplikasi yang menyertai fraktur, misalnya paralisis nervus, kerusakan jaringan lunak, atau dislokasi sendi.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 221

Page 230: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Ketera mpilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Jika terjadi fraktur pada cakram epifise, klasifikasikan sesuai Salter-Harris

Lihat apakah fraktur menyebabkan dislokasi sendi Jaringan lunak normal akan terlihat berwarna putih suram dengan

corak homogen. Bila terjadi kerusakan jaringan lunak, akan terjadi perubahan warna dan corak normal jaringan lunak.

Jika telah dilakukan penanganan fraktur, buatlah foto rontgen kembali, dan lihatlah apakah fraktur telah menyatu, atau tidak. Jika telah menyatu, apakah disertai callus, atau tidak.

Jika fraktur tidak menyatu (non-union), akan memberi gambaran garis patahan yang tetap terlihat (padahal seharusnya menghilang). Ujung tulang yang fraktur menjadi lebih putih (sklerotik), dan sering terdapat tulang baru yang tebal di sekitar fraktur.

Tanda Tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 222

Page 231: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

FORMULIR HASIL LATIHAN PEMBACAAN FOTO RONTGEN FRAKTUR EKSTREMITAS

(Hasil Latihan Role Play - Mahasiswa) Nama Mahasiswa : Kelompok : Tanggal : Nama Instruktur :

LAPORAN HASIL LATIHAN

Tanda tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 223

Page 232: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Sistem skelet Penyakit Paget Merupakan kelainan arsitektur tulang yang sering dijumpai, dengan etiologi yang tidak diketahui, frekuensinya meningkat setelah usia pertengahan. Penyakit ini pada awainya ditandai oleh resorpsi tulang diikuti dengan proses perbaikan yang meningkatkan deposisi tulang kemudian menghasilkan ekspansi tulang dan bentuk yang abnormal. Gejala Mayoritas asimtomatik dan didiagnosis dari penemuan secara kebetulan; nyeri tulang; fraktur; deformitas tulang panjang dan tengkorak. Gambaran radiologis Setiap tulang dapat terkena.

• Tengkorak. Pada awainya terlihat daerah luas yang mengalami kehilangan tulang yang berbatas jelas (osteoporosis sirkumskripta); kemudian, terjadi sklerosis umum dengan penebalan diploik yang menghasilkan penampakan khas ‘cotton woot. Mungkin terjadi peningkatan ukuran kepala.

• Tulang belakang. Paling sering melibatkan satu vertebra yang mengalami sklerosis, perubahan pola trabekular dan pembesaran badan vertebra.

• Pelvis. Sering terkena dan disertai pola trabekula yang menjadi kasar, penebalan kortikal, dan pembesaran pubis dan iskium.

• Tulang panjang. Pelebaran tulang disertai deformitas, pelengkungan tibia, dan fraktur inkomplet karena perlunakan tulang.

Komplikasi • Fraktur patologis: cenderung tajam melintang. • Pseudofraktur: fraktur inkomplet yang terdapat pada permukaan yang konveks dari

tulang yang melengkung. • Degenerasi keganasan: pada perluasan penyakit Paget terdapat peningkatan insidensi

tumor tulang yang ganas, terutama sarkoma osteogenik. • Neurologis: terjepitnya saraf pada ekspansi tulang: ketulian akibat keterlibatan N. VIII,

gangguan pada foramen keluar pada tulang belakang, da0n lain-lain. • Kardiovaskular: peningkatan pintas darah pada tulang yang terlibat dapat menyebabkan

tingginya kegagalan output, walaupun jarang.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 224

Page 233: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Tumor tulang jinak Tumor tulang jinak biasanya berbatas tegas dan memiliki zona transisi antara tulang yang normal dan abnormal. Tumor ini menyebabkan tanda-tanda dan gejala perluasan dan tekanan pada struktur-struktur di dekatnya. Jika bersifat kistik, mungkin disebabkan oleh fraktur patologis. Tumor-tumor kartilago Kondroma Satu tumor kartilaginosa, merupakan tumor tulang jinak yang paling sering, dan tampak sebagai lesi litik yang berbatas jelas dengan bintik-bintik kecil kalsifikasi. Paling ranyak mengenai tangan dan kaki, di mana terlihat sebagai perluasan dan penipisan iorteks. Kondroma sering tunggal namun dapat multipel pada penyakit Ollier. Osteokondroma Kemungkinan merupakan tumor jinak yang paling sering, yang mengandung tulang dan kartilago, seringkali pada tangkai tulang dengan ujung distal bulbosa yang luas.Tumor sering ditemukan tumbuh menjauhi sendi, lokasi yang paling sering adalah aaerah metafisis pada femur bagian bawah dan fibia bagian atas. Osteokondroma multipel nerediter terjadi pada aklasia diafisis, di mana terdapat risiko transformasi keganasan menjadi kondrosarkoma. Tumor-tumor pembentuk tulang Osteoma Suatu tumor jinak yang hanya mengandung jaringan oseus padat, paling banyak ditemukan pada tengkorak dan sinus. Tumor ini bulat, berbatas tegas, dan tampak sebagai massa tulang padat yang tidak berbentuk tanpa kandungan kartilago. Osteoma multipel berkaitan dengan poliposis kolon pada sindrom Gardner. Osteoma osteoid Suatu daerah lusen sirkular yang kecil (nidus) di bawah korteks yang dikelilingi tulang reaktif yang menebal dan berkaitan dengan reaksi periosteal. Osteoma osteoid, suatu tumor yang berdiameter <1 cm, biasanya merupakan lesi pada orang dewasa muda dengan gejala nyeri lokal. Tumor ini dapat diambil di bawah pemantauan radiologis. Lesi-lesi jinak lainnya Tumor sel raksasa Suatu tumor yang jinak, dengan sekitar setengahnya ditemukan pada sekitar sendi lutut. Ini merupakan lesi litik pada regio epifisis, dengan penebalan kortikal, perluasan, dan berpotensi menjadi neoplasma ganas. Osteoblastoma; kista tulang; fibroma nonosifikasi; kista tulang aneurisma; fibroma kondromiksoid

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 225

Page 234: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tumor tulang ganas Tumor tulang ganas primer jarang ditemukan. Tumor ini bersifat destruktif, sering berkaitan dengan reaksi periosteum, dan memiliki zona transisi yang luas antara tulang vang normal dan abnormal. Tumor tulang ganas paling banyak merupakan metastasis dan seringkali soliter. Gambaran radiologis Film polos dapat memperlihatkan daerah destruksi tulang. Tumor-tumor tulang ganas Osteosarkoma Merupakan tumor tulang ganas primer kedua tersering setelah mieloma multipel, gambaran klasik antara lain: • destruksi medula yang iregular; • reaksi periosteum; • destruksi kortikal; • massa jaringan lunak; • pembentukan tulang bahu. Osteosarkoma timbul antara usia 10 dan 25 tahun. Kurang lebih separuhnya tampak di sekitar sendi lutut, melibatkan metafisis femur distal dan fibia proksimal. Tumor awainya dapat bersifat litik, atau sklerotik dengan pembentukan tulang baru neoplastik, dan reaksi periosteal. Tumor ini mengikis dari tempat asalnya di medula melewati korteks, dengan menghasilkan massa jaringan lunak. Metastasis sering menyebar ke paru dan dapat membentuk tulang. Kondrosarkoma Merupakan tumor ganas yang tumbuh lambat, berasal dari sel-sel kartilago, yang dapat mengandung daerah kalsifikasi di dalam tumor. • Tipe sentral: biasanya berkembang dari tulang tubular, bersifat litik dan berada pada

regiometafisis. • Tipe periferal: mungkin berasal dari periosteum atau berkembang dari osteokondroma

jinak yang terjadi sebelumnya. Tumor Ewing

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 226

Page 235: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Timbul pada usia antara 5 dan 15 tahun. Merupakan tumor yang sangat ganas yang berasal dari sumsum tulang dan berkaitan dengan reaksi periosteal berlapis (kulit bawang); penampakannya dapat menyerupai osteomielitis.

Metastasis tulang Metastasis tulang merupakan tumor tulang ganas yang paling sering. Metastasis terutama menyebar ke tulang-tulang yang mengandung sumsum, sehingga lebih sering ditemukan rada tulang-tulang aksial. Secara umum, penyebaran ke bagian distal dari lutut dan siku cbih jarang dibandingkan tulang proksimal. Setiap tumor primer dapat bermetastasis ke tulang, namun metastasis yang paling sering adalah: • Payudara: memiliki insidensi yang tinggi untuk deposit tulang, biasanya bersifat litik

namun dapat sklerotik atau campuran, merupakan penyebab deposit sklerotik yang paling sering pada wanita.

• Prostat: hampir selalu sklerotik, deposit litik jarang ditemukan; merupakan penyebab deposit sklerotik pada pria.

• Paru: deposit litik; deposit perifer di tangan dan kaki jarang, namun jika ada cenderung berasal dari karsinoma bronkus.

• Ginjal, tiroid: litik dan dapat sangat vaskular dengan terjadinya perluasan tulang. • Kelenjar adrenal: secara dominan bersifat litik.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 227

Page 236: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Gejala Nyeri tulang; fraktur patologis; pembengkakan jaringan lunak; ditemukan saat staging dan pemantauan tumor primer. Gambaran radiologis Metastasis tulang dapat litik atau sklerotik. Pada film polos: • Deposit litik: gambaran utamanya berupa destruksi pada tulang dengan batas yang

tidak jelas dan dapat menyebabkan fraktur patologis. Reaksi periosteal lebih jarang jika dibandingkan dengan tumor ganas primer.

• Deposit sklerotik: terlihat sebagai peningkatan densitas yang tidak berbatas tegas dengan diikuti hilangnya arsitektur tulang. Lesi sekunder pada vertebra dapat berupa pedikel yang sklerotik. Dengan adanya lesi multipel, diagnosis metastasis hampir dapat dipastikan. Pemindaian isotop pada tulang lebih sensitif dibandingkan film polos (daerah lokal dengan ambilan yang meningkat: hot spots).

Pada kasus di mana tumor primer tidak diketahui, biopsi yang dipandu dengan pencitraan pada lesi tulang dapat menentukan lokasi karsinoma primer. Diagnosis banding • Penyakit Paget (daerah sklerotik). • Mieloma multipel (daerah litik). • Tumor ganas primer. • Infeksi atau osteomielitis.

Mieloma multipel Mieloma multipel merupakan tumor ganas primer pada sumsum tulang, di mana terjadi infiltrasi pada daerah yang memproduksi sumsum tulang pada proliferasi sel-sel plasma vang ganas. Tulang tengkorak, tulang belakang, pelvis, iga, skapula, dan tulang aksial proksimal merupakan yang terkena secara primer dan mengalami destruksi sumsum dan erosi pada trabekula tulang; tulang distal jarang terlibat. Penyakit dapat terjadi dalam bentuk diseminata, atau sebagai massa yang membesar secara lokal (plasmasitoma). Mieloma multipel merupakan tumor ganas primer pada tulang yang paling banyak dan cenderung terbatas pada sistem skeletal.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 228

Page 237: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Gejala Dominan pada pria, biasanya pada kelompok usia di atas 40 tahun; penurunan berat badan; malaise; nyeri tulang; nyeri punggung; kolaps badan vertebra; fraktur patologis; proteinuria Bence-Jones. Gambaran radiologis Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film polos memperlihatkan: • Osteoporosis umum dengan penonjolan pola trabekular tulang, terutama pada tulang

belakang, yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multipel. Fraktur patologis sering dijumpai.

• Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoporosis senilis.

• Lesi-lesi litik ‘punched oui yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.

• Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks, menghasilkan massa jaringan lunak.

Komplikasi • Fraktur patologis yang menyembuh dengan kalus yang berjumlah banyak. • Hiperkalsemia sekunder akibat destruksi tulang yang luas. • Gagal ginjal dapat disebabkan oleh kombinasi antara penumpukan amiloid,

hiperkalsemia, dan presipitasi protein abnormal tubular. • Peningkatan insidensi penyakit infeksi seperti pneumonia. • Hipeurisemia dan gout sekunder.

Osteoporosis Osteoporosis merupakan keadaan di mana terdapat penurunan massa tulang. Gejala • Asimtomatik. • Nyeri tulang. • Fraktur skeletal. • Fraktur kompresi vertebra. Pemeriksaan penunjang radiologis • Film polos. • Densitometri tulang dengan CT (QCT), atau absorpsiometri sinar-X energi ganda

(dual energy X-ray absorptiometry, DEXA).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 229

Page 238: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Gambaran radiologis Deteksi osteoporosis pada fdm polos setidaknya membutuhkan penurunan massa tulang sebesar 30%. Osteoporosis menyebabkan hilangnya densitas tulang, suatu penurunan ¡umlah trabekula dan lapisan-lapisan yang kasar. Keadaan ini paling menonjol terlihat di tulang belakang. Badan vertebra tampak lusen dengan garis-garis vertikal yang tipis, sering disertai penampakan bikonkaf (vertebra ‘ikan kod’), penjepitan dan kolaps vertebra; hal ini berlanjut dengan kifosis. Fraktur pada tulang perifer, termasuk fraktur leher femoralis, sering terjadi walaupun setelah trauma minor. Penyebab osteoporosis lokal • Penggunaan yang salah pada bagian tertentu (tumor, fraktur). • Keadaan inflamasi seperti artritis reumatoid dan osteomielitis. • Atrofi Sudeck (paralisis neural atau otot). Berkembangnya rasa nyeri dan osteoporosis

sering terjadi setelah trauma ringan; keadaan ini mungkin memiliki penyebab neurovaskular.

Penyebab osteoporosis umum • Osteoporosis senilis. • Pascamenopause. • Terapi steroid. • Imobilitas (tirah baring jangka panjang). • Endokrin: penyakit Cushing, hipertiroidisme. • Mieloma multipel. • Defisiensi nutrisi: scurvy,malnutrisi, penyakit hati kronis, sindrom malabsorpsi.

Artritis reumatoid Artritis reumatoid didefinisikan sebagai poliartritis kronis akibat adanya inflamasi, kongesti, dan proliferasi sinovium, yang menyebabkan erosi tulang dengan destruksi pada kartilago. Gambaran radiologis Perubahan radiologis baru terlihat lama setelah terjadi gejala klinis. Artritis reumatoid cenderung memiliki distribusi yang simetris, paling sering mengenai tangan dan kaki. Setiap sendi sinovial dapat terlibat, tanda-tanda yang paling signifikan dan sering

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 230

Page 239: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara dijumpai pada artritis reumatoid adalah penyempitan yang seragam pada ruang sendi, erosi marginal, dan osteoporosis periartikular. Gambaran berikut dapat ditemukan: • Pembengkakan sendi: akibat proliferasi membran sinovial dan efusi sendi. • Erosi: pada awainya berlokasi pada daerah periartikular di sepanjang tepi sendi, di

mana tidak terdapat lapisan pelindung. Erosi biasanya menyebar melewati permukaan artikular.

• Osteoporosis: pada awalnya berada di periartikular, namun kemudian menjadi umum akibat tidak digunakan dan menjadi hiperemia.

• Penyempitan rongga sendi: pelebaran rongga sendi pada daerah di luar penyakit, namun dapat terjadi penyempitan yang signifikan dari erosi dan deformitas kartilago. Obliterasi dan destruksi komplet pada ruang sendi sewaktu-waktu dapat menyebabkan ankilosis.

Daerah-daerah khusus yang terlibat • Tangan: sendi metakarpofalang (MCP) dan interfalang proksimal (PIP) adalah yang

paling sering terkena, sedangkan sendi interfalang distal jarang terlibat. Kelainan- kelainan yang meliputi pembengkakan jaringan lunak dan subluksasi pada sendi- sendi MCP: Deformitas ‘Boutonnière’: deformitas fleksi pada sendi interfalang proksimal dan perluasan pada sendi interfalang distal; Deformitas ‘swan necklleher angsa’: hiperekstensi pada sendi interfalang proksimal dan fleksi pada sendi interfalang distal.

• Kaki: secara umum kelainan menyerupai kelainan pada tangan. • Pergelangan tangan: erosi yang disertai penggabungan tulang karpal. • Siku: lokasi yang umum untuk nodul reumatoid jaringan lunak. • Bahu: erosi pada kaput humérus dan sendi akromioklavikula. • Lutut: penyempitan rongga sendi yang seragam disertai osteoporosis. Kista Baker

merupakan komplikasinya, dengan ruptur yang menyebabkan tanda dan gejala yang menyerupai tanda dan gejala pada trombosis vena dalam.

• Tulang belakang servikal: subluksasi, erosi, dan gabungan. Subluksasi paling sering terjadi di sendi atlantoaksial.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 231

Page 240: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Gout Gout ditandai oleh meningkatnya kadar asam urat plasma dengan serangan artritis terulang. Kelainan ini disebabkan oleh kelainan metabolisme bawaan dan secara dominan menyerang pria. Gejala • Sendi yang membengkak dan nyeri, biasanya pada sendi metatarsofalang (MTP)

pertama. • Hiperurisemia asimtomatik. Gambaran radiologis Perubahan radiologis hanya terjadi setelah bertahun-tahun timbulnya gejala. Terdapat predileksi pada sendi MTP pertama, walaupun pergelangan kaki, lutut, siku, dan sendi lainnya juga dapat terlibat. Film polos dapat memperlihatkan: • Efusi dan pembengkakan sendi. • Erosi: hal ini cenderung menimbulkan penampakan ‘punched out’, yang berada

terpisah dari permukaan artikular. Densitas tulang tidak mengalami perubahan.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 232

Page 241: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara • Tofi: mengandung natrium urat dan terdeposit pada tulang, jaringan lunak, dan sekitar

sendi. Kalsifikasi pada tofi juga dapat ditemukan, dan tofi intraoseus dapat membesar hingga menyebabkan destruksi sendi.

Komplikasi Batu ginjal: nonopak pada film polos; gagal ginjal.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 233

Page 242: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 234

Page 243: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Spondilitis ankilosa Spondilitis ankilosa, suatu penyakit inflamasi progresif, biasanya mengenai pria dewasa muda, sering disertai riwayat penyakit dalam keluarga; 95% pasien membawa antigen leukosit manusia (antigen HLA-B27). Gejala • Serangan nyeri dan kaku punggung. • Anoreksia dan penurunan berat badan. Gambaran radiologis Pada film polos gambaran berikut dapat terlihat: • Sendi sakroiliaka. Perubahan yang paling awai dimulai di sendi sakroiliaka dengan

pengaburan dan batas yang tidak tegas pada tepi sendi. Kemudian, terjadi erosi dan sklerosis tulang yang menyebabkan kecenderungan terjadinya penyatuan sendi sakroiliaka komplet. Kedua sendi biasanya terkena: adanya sakroilitis unilateral harus dicurigai sebagai infeksi bakteri, biasanya tuberkulosis. Sakroilitis biasanya terbukti pada pemindaian tulang sebelum ditemukan perubahan radiografik lainnya.

• Perubahan spinal. Seluruh tulang belakang dapat terlibat namun berbagai proses biasanya timbul pada regio lumbal dan berlanjut ke atas dan melibatkan tulang belakang torakal dan servikal. Gambaran yang paling sering terlihat adalah: squarring pada badan vertebra akibat pembentukan tulang baru pada badan vertebra anterior, dan terisinya kecekungan di bagian anterior yang normal oleh kalsifikasi ligamen longitudinal; kalsifikasi ligamen spinalis lateral dan anterior untuk menghasilkan gambaran ‘bamboo spine yang klasik.\

• Keterlibatan sendi perifer. Suatu artropati erosif dapat menyertai spondilitis ankilosa, panggul merupakan sendi yang paling sering terkena.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 235

Page 244: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara Komplikasi/akibat • Fibrosis paru lobus atas. • Inkompetensi aorta: akibat aortitis aorta asenden. • Penyakit usus inflamasi: kolitis yang menyerupai penyakit Crohn atau kolitis ulseratif. • Subluksasi atlantoaksial. • Fraktur: rigiditas spinal menyebabkan meningkatnya risiko trauma. • Gagal napas: disebabkan oleh pergerakan dada yang restriktif dan ankilosis sendi

kostovertebral. • Iritis.

Rickets Defisiensi vitamin D pada anak-anak dapat menyebabkan penyakit rickets. Defisiensi dapat bersifat nutrisional, akibat malabsorpsi, penyakit ginjal kronis, atau terapi antikonvulsan jangka panjang. Gejala Gagal tumbuh; nyeri tulang; deformitas tulang. Gambaran radiologis Perubahan patologis utama adalah kurangnya kalsifikasi pada jaringan osteoid pada epifisis yang sedang berkembang. Seluruh tulang dapat terkena, terutama pada daerah vang berkembang dengan cepat: pergelangan tangan, lutut, dan humerus proksimal. Sering dijumpai fraktur green stick. Gambaran berikut dapat terlihat pada film polos. • Pelebaran lempeng pertumbuhan dan epifisis, dengan penampakan epifisis yang

lambat. • Batas metafisis yang berjumbai dan tidak jelas menyebabkan penampakan cup. • Reaksi periosteal, terutama selama tahap penyembuhan. • Tulang yang menekuk dan melengkung. • Pembesaran bulbosa pada ujung anterior iga menyebabkan ‘rickety rosary.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 236

Page 245: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Osteomalasia Defisiensi vitamin D pada tulang yang matur dapat menyebabkan osteomalasia, suatu penyakit rickets pada orang dewasa. Gejala Nyeri tulang; kelemahan otot; peningkatan serum alkalin fosfatase; fraktur patologis. Gambaran radiologis • Penurunan densitas tulang secara umum. • Looser’s zone (pseudofraktur) merupakan pita translusen yang sempit, pada tepi

kortikal, dan merupakan tanda diagnostik untuk osteomalasia. Kelainan ini paling sering terlihat pada iga, skapula, ramus pubis, dan aspek medial femur proksimal.

• Vertebra bikonkaf (vertebra ‘ikan kod’). • Perlunakan tulang yang menimbulkan pelvis triradiata. Osteomielitis Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang, dengan sebagian besar kasus disebabkan oleh Staphylococcus aureus; penyebab lainnya antara lain infeksi tuberkulosis dan Salmo-

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 237

Page 246: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara nellapada penyakit sel sabit. Proses peradangan dapat bersifat akut atau kronis, yang kronis akan menyebabkan nekrosis tulang dan pembentukan pus, di mana kadang- kadang terdapat cairan yang melewati kulit untuk membentuk hubungan sinus dengan tulang. Tulang yang nekrotik dapat terpisah dengan jaringan yang masih hidup untuk membentuk sequestrum sinus. Sumber infeksi dapat berasal dari: • hematogen: biasanya pada anak; • implantasi langsung akibat trauma, misalnya fraktur atau setelah pembedahan; • perluasan dari jaringan lunak di dekatnya, misalnya ulkus kaki pada diabetes. Gejala • Nyeri. • Pireksia. Gambaran radiologis • Foto polos: dapat normal hingga 10 hari dengan tanda paling awal berupa

pembengkakan jaringan lunak. Tulang yang terinfeksi pada awainya kehilangan detailnya dan menjadi tidak berbatas jelas dengan reaksi periosteal dan bahkan destruksi tulang.

Osteomielitis kronis Organisme yang menyebabkan infeksi menetap di dalam tulang yang telah mati, dan secara periodik dapat terjadi eksaserbasi. Tulang tampak menebal dan sklerotik dengan daerah destruktif radiolusen di bagian tengah, yang seringkali disertai sinus drainase yang kronis. Dapat terbentuk abses dengan tepi sklerotik, kadang-kadang mengandung sequestrum (abses Brodie). Komplikasi • Abses jaringan lunak. • Fistula. • Penyatuan epífisis prematur. • Deformitas. • Artritis piogenik yang menyebabkan ankilosis tulang (misalnya penyatuan panggul).

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 238

Page 247: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR : Untuk Latihan

No. Langkah/Tugas Pengamatan Ya Tidak

I Persiapan Pembacaan Foto Hidupkan illuminator (viewing box)

Letakkan foto rontgen pada iluminator dengan sisi kanan foto berada di sisi kiri pembaca

Pastikan posisi foto tepat atau sesuai dengan posisi anatomis

II Penilaian Kondisi Foto Identitas pasien harus tertera jelas nama, umur dan jenis

kelamin

Tanggal pembuatan foto harus dicantumkan Tanda kiri dan kanan harus dicantumkan Kekuatan sinar X (Kv, mA) perlu dicantumkan Pastikan foto fraktur memenuhi rule of two, apalagi two joints dan two views

III Pembacaan Foto Rontgen Tulang Skelet Identifikasi tulang yang sedang diamati, termasuk tulang

apa. Misalnya tulang tibia, cranium, atau vertebra

Tentukan tulang berada di sebelah kanan atau kiri Penyakit Paget Perhatikan tulang terkena • Tengkorak. Pada awainya terlihat daerah luas yang

mengalami kehilangan tulang yang berbatas jelas (osteoporosis sirkumskripta); kemudian, terjadi sklerosis umum dengan penebalan diploik yang menghasilkan penampakan khas ‘cotton woot. Mungkin terjadi peningkatan ukuran kepala.

• Tulang belakang. Paling sering melibatkan satu vertebra yang mengalami sklerosis, perubahan pola trabekular dan pembesaran badan vertebra.

• Pelvis. Sering terkena dan disertai pola trabekula yang menjadi kasar, penebalan kortikal, dan pembesaran pubis dan iskium.

• Tulang panjang. Pelebaran tulang disertai deformitas, pelengkungan tibia, dan fraktur inkomplet karena perlunakan tulang.

Tumor tulang jinak Perhatikan tulang terkena Tumor-tumor kartilago

Kondroma Perhatikan tulang, apakah tampak lesi litik yang berbatas jelas dengan bintik-bintik kecil kalsifikasi Osteokondroma Perhatikan tulang, apakah tampak lesi yamg menonjol keluar dari tulang

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 239

Page 248: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Tumor-tumor pembentuk tulang Osteoma Perhatikan tulang, apakah tampak massa tumor bulat, berbatas tegas, dan tampak sebagai massa tulang padat yang tidak berbentuk tanpa kandungan kartilago. Osteoma osteoid Perhatikan tulang, apakah nampaksuatu daerah lusen sirkular yang kecil (nidus) di bawah korteks yang dikelilingi tulang reaktif yang menebal dan berkaitan dengan reaksi periosteal.

Tumor tulang ganas Perhatikan tulang terkena Osteosarkoma

• destruksi medula yang iregular; • reaksi periosteum; • destruksi kortikal; • massa jaringan lunak; • pembentukan tulang bahu. Kondrosarkoma • Tipe sentral: biasanya berkembang dari tulang

tubular, bersifat litik dan berada pada regiometafisis. • Tipe periferal: mungkin berasal dari periosteum atau

berkembang dari osteokondroma jinak yang terjadi sebelumnya.

Tumor Ewing Perhatikan apakah tampak reaksi periosteal berlapis (kulit bawang); penampakannya dapat menyerupai osteomielitis.

Metastasis tulang Perhatikan tulang yang terkena, pakah tampak;

• Deposit litik: gambaran utamanya berupa destruksi pada tulang dengan batas yang tidak.

• Deposit sklerotik: terlihat sebagai peningkatan densitas yang tidak berbatas tegas dengan diikuti hilangnya arsitektur tulang. Lesi sekunder pada vertebra dapat berupa pedikel yang sklerotik.

Mieloma multipel Perhatikan tulang yang terkena apakah tampak;

• Osteoporosis umum dengan penonjolan pola trabekular tulang, terutama pada tulang belakang, yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multipel. Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoporosis senilis.

• Lesi-lesi litik ‘punched out yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 240

Page 249: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

• Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks, menghasilkan massa jaringan lunak.

Osteoporosis Perhatikan tulang yang terkena apakah terdapat gambaran

hilangnya densitas tulang, suatu penurunan ¡umlah trabekula dan lapisan-lapisan yang kasar.

Artritis reumatoid Perhatikan tulang yang terkena apakah tampak gambaran;

• Pembengkakan sendi: akibat proliferasi membran sinovial dan efusi sendi.

• Erosi: pada awainya berlokasi pada daerah periartikular di sepanjang tepi sendi, di mana tidak terdapat lapisan pelindung.

• Osteoporosis • Penyempitan rongga sendi: pelebaran rongga sendi

pada daerah di luar penyakit, namun dapat terjadi penyempitan yang signifikan dari erosi dan deformitas kartilago. Obliterasi dan destruksi komplet pada ruang sendi sewaktu-waktu dapat menyebabkan ankilosis.

Gout Perhatikan tulang yang terkena apakah tampak gambaran;

• Efusi dan pembengkakan sendi. • Erosi: hal ini cenderung menimbulkan penampakan

‘punched out’, yang berada terpisah dari permukaan artikular. Densitas tulang tidak mengalami perubahan.

• Tofi: mengandung natrium urat dan terdeposit pada tulang, jaringan lunak, dan sekitar sendi. Kalsifikasi pada tofi juga dapat ditemukan, dan tofi intraoseus dapat membesar hingga menyebabkan destruksi sendi.

Spondilitis ankilosa Perhatikan tulang yang terkena;

• Sendi sakroiliaka. Perubahan yang paling awal dimulai di sendi sakroiliaka dengan pengaburan dan batas yang tidak tegas pada tepi sendi. Kemudian, terjadi erosi dan sklerosis tulang yang menyebabkan kecenderungan terjadinya penyatuan sendi sakroiliaka komplet. Kedua sendi biasanya terkena: adanya sakroilitis unilateral harus dicurigai sebagai infeksi bakteri, biasanya tuberkulosis. Sakroilitis biasanya terbukti pada pemindaian tulang sebelum ditemukan perubahan radiografik lainnya.

• Perubahan spinal. Seluruh tulang belakang dapat terlibat namun berbagai proses biasanya timbul pada regio lumbal dan berlanjut ke atas dan melibatkan tulang belakang torakal dan servikal. Gambaran yang paling sering terlihat adalah: squarring pada badan

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 241

Page 250: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

vertebra akibat pembentukan tulang baru pada badan vertebra anterior, dan terisinya kecekungan di bagian anterior yang normal oleh kalsifikasi ligamen longitudinal; kalsifikasi ligamen spinalis lateral dan anterior untuk menghasilkan gambaran ‘bamboo spine yang klasik.

• Keterlibatan sendi perifer. Suatu artropati erosif dapat menyertai spondilitis ankilosa, panggul merupakan sendi yang paling sering terkena.

Rickets Perhatikan tulang yang terlibat apakah tampak gambaran;

• Pelebaran lempeng pertumbuhan dan epifisis, dengan penampakan epifisis yang lambat.

• Batas metafisis yang berjumbai dan tidak jelas menyebabkan penampakan cup.

• Reaksi periosteal, terutama selama tahap penyembuhan.

• Tulang yang menekuk dan melengkung. • Pembesaran bulbosa pada ujung anterior iga

menyebabkan ‘rickety rosary.

Osteomalasia Perhatikan tulang yang terkena pakah tampak gambaran;

• Penurunan densitas tulang secara umum. • Looser’s zone (pseudofraktur) merupakan pita

translusen yang sempit, pada tepi kortikal, dan merupakan tanda diagnostik untuk osteomalasia. Kelainan ini paling sering terlihat pada iga, skapula, ramus pubis, dan aspek medial femur proksimal.

• Vertebra bikonkaf (vertebra ‘ikan kod’). • Perlunakan tulang yang menimbulkan pelvis

triradiata.

Osteomielitis • Perhatikan tulang yang terkena apakah tampak

gambaran pembengkakan jaringan lunak. • Tulang yang terinfeksi pada awalnya kehilangan

detailnya dan menjadi tidak berbatas jelas dengan reaksi periosteal dan bahkan destruksi tulang.

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 242

Page 251: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

Keterampilan Klinik Keempatbelas dan Kelimabelas

ANAMNESIS GANGGUAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku Bangsa :

Agama :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :

Nomor Rekam Medik :

II. RIWAYAT PSIKIATRIK A. Keluhan Utama :

Keluhan tambahan :

B. Riwayat Gangguan Sekarang:

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya:

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Bayi :

2. Riwayat Masa Kanak-kanak :

3. Riwayat Masa Remaja :

4. Riwayat Pendidikan :

5. Riwayat Pekerjaan :

6. Riwayat Perkawinan :

7. Riwayat Keluarga :

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 243

Page 252: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

8. Riwayat Situasi Sekarang :

9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya:

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan :

2. Kesadaran :

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik: 4. Pembicaraan :

5. Sikap Terhadap Pemeriksa:

B. Afek, Ekspresi Afektif, dan Empati 1. Afek :

2. Ekspresi Afektif:

3. Keserasian :

4. Empati :

C. Fungsi Intelektual 1. Taraf Pendidikan:

2. Daya konsentrasi: 3. Orientasi waktu, tempat dan orang :

4. Daya Ingat jangka panjang, jangka pendek, dan daya ingat segera: 5. Pikiran abstrak:

6. Kemampuan menolong diri sendiri:

D. Gangguan Persepsi

E. Proses Pikir 1. Arus pikir

a. Produktivitas :

b. Kontinuitas :

c. Hendaya berbahasa : 2. Isi pikir

a. Preokupasi : Keterampilan Klinik SEMESTER VII 244

Page 253: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

b. Gangguan pikiran :

F. Daya Nilai

G. Pengendalian impuls

H. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

I. Tilikan (Insight)

J. Taraf dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Internus

Keadaan Umum :

Tanda Vital :

Bentuk Badan :

Sistem Kardiovaskuler :

Sistem Respiratorik :

Sistim Muskuloskeletal :

Sistim Gastrointestinal :

Sistem Urogenital : Gangguan Khusus :

2. Status Neurologik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I :

Aksis II :

Aksis III :

Aksis IV :

Aksis V :

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 245

Page 254: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

VII. DAFTAR MASALAH Organobiologik :

Psikologik :

Sosial :

VIII. PROGNOSIS

Hal-hal yang menunjang ke arah baik : Hal-hal yang tidak mendukung :

IX. PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka : Psikoterapi :

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 246

Page 255: BUKU PANDUAN Panduan Skills Lab... · Dokter Indonesia, tahun 2006 antara ... Nyeri kepala karena penyakit hidung, dan sinus paranasalis. ... Serangan jantung (cardiac arrest).

Laboratorium Keterampilan Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara

LEMBAR PENGAMATAN INSTRUKTUR

No Langkah/Kegiatan Pengamatan

Ya Tidak

1 Menyapa pasien dan menanyakan identitas pasien secara allo maupun autoanamnesis

2 Menanyakan riwayat psikiatrik

Keluhan Utama

Keluhan tambahan

Riwayat gangguan sekarang

Riwayat gangguan sebelumnya

Riwayat kehidupan pribadi

3 Menilai Status mental

Deskripsi Umum

Afek, Ekspresi Afektif, dan Empati

Fungsi Intelektual

Gangguan Persepsi

Proses Pikir

Daya Nilai

Pengendalian impuls

Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Tilikan (Insight)

Taraf dapat dipercaya

4 Melakukan pemeriksaan diangnostik lebih lanjut status internus dan status neurologis

5 Menilai ikhtisar penemuan bermakna

6 Melakukan evaluasi multiaksial

7 Menilai daftar masalah, prognosis dan memberi penatalaksanaan

Tanda tangan Instruktur,

( )

Keterampilan Klinik SEMESTER VII 247