Buku Obes 0215

63
REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja UKK NUTRISI DAN PENYAKIT METABOLIK 2014

description

ok

Transcript of Buku Obes 0215

Page 1: Buku Obes 0215

REKOMENDASIIKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Diagnosis, Tata Laksanadan Pencegahan Obesitas

pada Anak dan Remaja

UKK NUTRISI DAN PENYAKIT METABOLIK2014

Page 2: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

Penyunting: Damayanti Rusli Sjarif; Lanny Christine Gultom; Aryono Hendarto; Endang Dewi Lestari; I Gusti Lanang Sidiartha; Maria Mexitalia

Ikatan Dokter Anak Indonesia2014

Kedokteran – Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seiijin penulis dan penerbit.

Disusun oleh:Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit MetabolikIkatan Dokter Anak Indonesia

Diterbitkan pertama kali tahun 2014Cetakan Pertama

ISBN

Page 3: Buku Obes 0215

iii

Damayanti Rusli Sjarif

Lanny Christine Gultom

Aryono Hendarto

Endang Dewi Lestari

I Gusti Lanang Sidiartha

Maria Mexitalia

Tim Penyusun

Page 4: Buku Obes 0215
Page 5: Buku Obes 0215

v

SambutanPengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

Salam hormat dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) mengucapkan selamat kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI yang telah menerbitkan ‘Rekomendasi Diagnosis, Tata Laksana, dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja’. Rekomendasi yang dibuat oleh satu organisasi profesi bertujuan untuk memberi panduan dan menyamakan persepsi kepada anggotanya dalam menangani penyakit atau kondisi yang terlihat sangat lebar perbedaannya, sehingga memberikan hasil tata laksana yang tidak optimal dan tentunya merugikan pasien.

Obesitas merupakan masalah yang mulai banyak ditemukan, tidak saja di daerah perkotaan dengan sosial ekonomi yang tinggi, tetapi tidak sedikit pula ditemukan pada anak yang tinggal di daerah pedesaan bahkan dari kelompok sosial ekonomi menengah ke bawah. Penanganan obesitas memerlukan pendekatan tata laksana yang komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Penanganan obesitas dapat sangat bervariasi, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, tidak saja genetik, tetapi juga faktor lingkungan dan kebiasaan yang salah. Oleh karena itu, sangat tepat bila UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI menerbitkan Rekomendasi IDAI tentang Diagnosis, Tata Laksana, dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja. Rekomendasi ini merupakan jawaban dari masalah tersebut dan akan menjadi acuan bagi anggota IDAI.

Semoga dengan memberikan pelayanan kesehatan secara profesional, IDAI dapat lebih berperan dalam mewujudkan konsep    ‘child survival, child health  and child development’ dalam rangka menyiapkan  anak-anak yang sehat untuk Indonesia yang sehat.

Badriul Hegar

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI 2011-2014

Page 6: Buku Obes 0215
Page 7: Buku Obes 0215

vii

Kata Pengantar

Angka kejadian overweight dan obesitas anak secara global meningkat dari

4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Kecenderungan

ini diperkirakan akan mencapai 9,1 % atau 60 juta ditahun 2020. Di

Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara

nasional menunjukkan bahwa masalah overweight dan obesitas pada

anak umur 5 sampai 12 tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%,

sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. Peningkatan

obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-morbiditas yang

berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari misalnya

penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll.

Sulitnya tata laksana obesitas menyebabkan pencegahan menjadi

prioritas utama. Kompetensi dokter spesialis anak dalam mendeteksi

dini early adiposity rebound serta menata laksana segera dengan

pendekatan pola makan serta aktifitas yang sehat perlu dimiliki oleh

seluruh dokter spesialis anak di Indonesia.

Untuk mewujudkan hal tersebut, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI

berinisiatif untuk membuat Rekomendasi Diagnosis,Tata laksana serta

Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja agar terdapat persamaan

persepsi dalam pelaksanaannya.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing

kami dalam menyelesaikan Rekomendasi ini. Kami menyadari bahwa

Rekomendasi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu diperlukan

masukan dari sejawat dokter spesialis anak yang mengamalkannya.

Akhir kata terima kasih pada PP IDAI atas dukungan moral dalam

penyelesaian Rekomendasi ini.

Tim Penyusun

Page 8: Buku Obes 0215
Page 9: Buku Obes 0215

ix

Tim Penyusun

Sambutan

Kata Pengantar

Daftar isi

Pendahuluan

Rekomendasi 1

Anamnesis

Etiologi dan manifestasi klinis

Pemeriksaan antropometris

Deteksi dini komordibitas

Rekomendasi 2

Pola makan yang benar

Pola aktivitas yang benar

Modifikasi perilaku

Rekomendasi 3

Rekomendasi 4

Farmakoterapi

Terapi bedah

Rekomendasi 5

Pencegahan primer

Pencegahan sekunder

Pencegahan tersier

Kesimpulan

Lampiran

Kepustakaan

iii

v

vii

ix

1

4

4

5

9

13

22

22

24

28

29

30

30

31

33

33

35

36

37

38

48

......................................................................................

........................................................................................

.............................................................................

.............................................................................

.................................................................................

.................................................................................

............................................................................

.................................................................................

.................................................................................

........................................................

............................................................................

............................................................................

............................................................................

............................................................................

...................................................................................................................................

.............................................................................................................

............................................

............................................

.........................................

............................................

............................................

............................................

............................................

Daftar Isi

Page 10: Buku Obes 0215
Page 11: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

1

1. Pendahuluan

Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai negara. Prevalensi overweight dan obes pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020.1 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 20132 didapatkan prevalensi obesitas pada (1) anak balita di tahun 2007, 2010, dan 2013 berdasarkan berat badan menurut tinggi badan lebih dari Z score 2 menggunakan baku antropometri anak balita WHO 2005 berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan 11,9%, serta (2) anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18 tahun berturut-turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6% berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur lebih dari Z score 2 menggunakan baku antropometri WHO 2007 untuk anak berumur 5-18 tahun.

Beberapa penelitian mengenai prevalensi obesitas pada anak dan remaja telah dilakukan di Jakarta, Bali, dan Semarang, yaitu (1) Djer3 mendapatkan prevalensi anak obes di dua sekolah dasar negeri di Jakarta Pusat 9,6% dari 488 anak, (2) Meilany4

mendapatkan prevalensi anak obes di tiga sekolah dasar swasta di Jakarta Timur 27,5% dari 2292 anak, (3) Susanti5 mendapatkan prevalensi obesitas pada anak sekolah dasar usia 10-12 tahun di lima wilayah DKI Jakarta 15,3% dari 600 anak, (4) Adhianto dkk.6 mendapatkan prevalensi obesitas 11% dari 552 anak berusia 11-17 tahun di kota Denpasar dan Badung, (5) Dewi dkk.7 mendapatkan prevalensi obesitas 15% dari 241 anak berusia

6-10 tahun di dua sekolah dasar negeri di Bali, dan (6) Mexitalia dkk.8 mendapatkan prevalensi obesitas 10,6% dari 1157 anak usia 6-7 tahun di kota Semarang. Penelitian Multisenter 10 PPDSA di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar rata-rata 12,3%.9

Page 12: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

2

Peningkatan prevalensi obesitas juga diikuti dengan peningkatan prevalensi komorbiditas, seperti peningkatan tekanan darah, aterosklerosis, hipertrofi ventrikel kiri, sumbatan jalan napas saat tidur (obstructive sleep apnea), asma, sindrom polikistik ovarium, diabetes melitus tipe-2, perlemakan hati, abnormalitas kadar lipid darah (dislipidemia), dan sindrom metabolik.10,11 Berbagai penelitian yang telah dilakukan di Indonesia juga mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yaitu (1) anak dan remaja obes sudah mengalami komorbiditas seperti hipertensi, dislipidemia, peningkatan kadar SGOT dan SGPT, dan uji toleransi glukosa yang terganggu4,12,13, (2) prevalensi dislipidemia sebesar 45% ditemukan pada anak obes usia sekolah dasar di Surakarta14 dan anak obes berisiko lebih tinggi mengalami dislipidemia dibandingkan anak tidak obes15, (3) kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate/PEFR) anak obes lebih rendah dibandingkan anak tidak obes bahkan sebelum aktivitas fisis16, (4) gangguan emosional dan perilaku berdasarkan Child Behavior Checklist (CBCL) dan 17-item Pediatric Symptom Checklist (PSC-17) berturut-turut ditemukan pada 28% dan 22% anak obes. Masalah terbanyak yang ditemukan adalah gangguan internalisasi seperti menarik diri, keluhan somatik, ansietas, ataupun depresi17, (5) sebesar 32,5% anak obes mengalami ketidakmatangan sosial18, (6) resistensi insulin ditemukan pada 47% anak laki-laki superobes berusia 5-9 tahun19 dan 38% remaja obes20, (7) remaja obes berisiko lebih tinggi mengalami defisiensi besi dibandingkan remaja tidak obes21, (8) ketebalan tunika intima media arteri karotis, kadar profil lipid, tekanan darah sistolik dan diastolik remaja obes lebih tinggi dibandingkan dengan remaja tidak obes22, dan (9) tiga penelitian yang dilakukan di Jakarta dan Manado mendapatkan prevalensi sindrom metabolik pada remaja obes berturut-turut 19,6%20, 34%23, dan 23%24, sedangkan prevalensi sindrom metabolik pada anak laki-laki superobes sebesar 42%.19

Page 13: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

3

Penelitian tersebut dilakukan pada kurun waktu yang berbeda dan menggunakan kriteria sindrom metabolik yang berbeda.

Berdasarkan data yang ditemukan pada Riskesdas 20132, beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai prevalensi anak dan remaja obes serta komorbiditas yang menyertai di Indonesia3-9,12-24, dan kecenderungan anak obes menjadi dewasa obes yang diperberat dengan kejadian obesitas pada orangtua25-28, maka Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganggap perlu dibuat rekomendasi diagnosis, tata laksana, dan pencegahan obesitas pada anak dan remaja. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dokter spesialis anak dalam mendeteksi, mengelola, serta mencegah obesitas dan komorbiditas yang menyertainya.

Page 14: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

4

Rekomendasi 1

Gizi lebih dan obesitas pada anak dan remaja ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan antropometris, dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang terkait.

Tahapan yang dilakukan dalam mengevaluasi anak dan remaja

obes dengan gizi lebih atau obesitas adalah sebagai berikut:29,30

• Anamnesis terkait obesitas untuk mencari tanda atau gejala yang dapat membantu menentukan apakah seorang anak mengalami atau berisiko obesitas

• Pemeriksaan fisis dan evaluasi antropometris• Pemeriksaan penunjang yang meliputi analisis diit,

pemeriksaan laboratorium, pencitraan, ekokardiografi, dan respirometri atas indikasi

• Penilaian komorbiditas

AnamnesisAnamnesis faktor risiko medis dan perilaku yang harus diperoleh pada saat evaluasi anak dan remaja overweight atau obesitas

tercantum pada Tabel 1.29-31

Page 15: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

5

Etiologi dan manifestasi klinis

Obesitas terjadi karena ketidak-seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energy expenditures), sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah.32 Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisis, dan efek termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberikan efek termogenesis lebih rendah (3% dari total energi yang dihasilkan lemak) dibandingkan karbohidrat (6-7% dari total energi yang dihasilkan karbohidrat) dan protein (25% dari total energi yang dihasilkan protein).33

Sebagian besar gangguan homeostasis energi ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional), sedangkan faktor endogen (obesitas sekunder atau non-nutrisional, yang disebabkan oleh kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetik) hanya mencakup kurang dari 10% kasus.34 Secara klinis obesitas idiopatik dan endogen dapat dibedakan sebagaimana yang tercantum pada Tabel 2, sedangkan pemeriksaan fisis serta dampak dan gejala yang harus dicari pada anak dan remaja dengan obesitas ditampilkan pada Tabel 3.

Page 16: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

6

Tem

uan

Kel

aina

n ya

ng b

erka

itan

Ana

mne

sis

Um

um

Per

iod

e m

ulai

tim

bul

nya

obes

itas:

•P

rena

tal

•E

arly

ad

ipos

ity r

ebou

nd, y

aitu

ind

eks

mas

sa t

ubuh

(IM

T) t

eren

dah

yan

g te

rjad

i leb

ih d

ini d

an c

epat

(<

5 ta

hun)

•R

emaj

a

Riw

ayat

tum

buh

-kem

ban

g un

tuk

men

cari

obes

itas

yang

dis

ebab

kan

fakt

or e

ndog

en, s

ebag

ai c

onto

h:

•E

valu

asi k

emun

gkin

an s

ind

rom

Cus

hing

yan

g d

iseb

abka

n p

emb

eria

n st

eroi

d

•E

valu

asi k

emun

gkin

an k

erus

akan

hip

otal

amus

yan

g d

iseb

abka

n tu

mor

ota

k, ir

adia

si, a

tau

trau

ma

Tand

a d

an g

ejal

a ris

iko

kese

hata

n ya

ng te

rkai

t ob

esita

s p

ada

anak

sep

erti

men

goro

k, s

erin

g te

rban

gun

pad

a sa

at t

idur

di m

alam

har

i, m

enst

ruas

i din

i, ny

eri p

angg

ul, d

sb

Pol

a m

akan

: ke

bia

saan

mak

an (a

pak

ah m

ener

apka

n fo

od r

ules

), p

erila

ku a

bno

rmal

ter

kait

mak

anan

, dsb

Pol

a ak

tivita

s fis

is :

frek

uens

i/min

ggu,

dur

asi/h

ari,

jeni

s (te

rstr

uktu

r/tid

ak t

erst

rukt

ur)

Riw

ayat

ob

esita

s d

i dal

am k

elua

rga

untu

k m

enca

ri fa

ktor

gen

etik

seb

agai

pen

yeb

ab o

bes

itas

Riw

ayat

ris

iko

kese

hata

n ya

ng t

erka

it ob

esita

s d

i dal

am k

elua

rga,

sep

erti

pen

yaki

t ka

rdio

vask

ular

din

i (<

55

tahu

n), p

enin

gkat

an k

oles

tero

l, hi

per

tens

i, at

au d

iab

etes

mel

itus

tipe-

2

Riw

ayat

keb

iasa

an h

idup

san

tai d

i dal

am k

elua

rga

(sed

enta

ry li

fe s

tyle

)

Tab

el 1

. Id

entifi

kasi

fakt

or r

isik

o m

edis

dan

per

ilaku

yan

g b

erka

itan

den

gan

obes

itas

Page 17: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

7

Khu

sus

Del

ayed

dev

elop

men

t

Kel

aina

n ge

netik

Per

awak

an p

end

ek

Hip

ertir

oid

ism

e, s

ind

rom

Cus

hing

, sin

dro

m P

rad

er-W

illi

Nye

ri ke

pal

a

P

seud

otum

or s

ereb

ri

Kes

ulita

n b

erna

fas

di m

alam

har

i

S

leep

ap

nea,

ob

esity

hyp

erve

ntila

tion

synd

rom

e

Som

nole

n d

i sia

ng h

ari

Nye

ri p

erut

P

enya

kit

kand

ung

emp

edu

Nye

ri p

angg

ul a

tau

lutu

t

S

lipp

ed c

apita

l fem

oral

ep

iphy

sis

Olig

omen

ore

atau

am

enor

e

P

olyc

ystic

ova

ry s

ynd

rom

e

Riw

ayat

kel

uarg

a

Ob

esita

s

NID

DM

Pen

yaki

t ka

rdio

vask

ular

Hip

erte

nsi

Dis

lipid

emia

Pen

yaki

t ka

ndun

g em

ped

u

Riw

ayat

so

sial

/psi

kolo

gis

Mer

okok

Dep

resi

(Sum

ber

: dik

utip

dan

dim

odifi

kasi

dar

i Sja

rif D

R. H

ot t

opic

s in

ped

iatr

ics

II. 2

0022

9, S

jarif

DR

. Nut

ritio

n G

row

th-D

evel

opm

ent.

200

630,

S

tand

ar P

elay

anan

Med

is Ik

atan

Dok

ter

Ana

k In

don

esia

.31)

Page 18: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

8

Tabel 2. Karakteristik dan etiologi obesitas

(Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Williams CL, dkk. Ann N Y Acad Sci. 1997.32)

Page 19: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

9

Pemeriksaan antropometris

Lemak tubuh yang berlebihan pada obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko kesehatan, khususnya faktor risiko kardiovaskular. Indeks massa tubuh (IMT) dan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan merupakan metode yang berguna untuk menilai lemak tubuh dan diukur dengan cara berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam meter).10,35 Konsensus internasional untuk penentuan gizi lebih adalah berdasarkan grafik indeks massa tubuh (grafik IMT) berdasarkan usia dan jenis kelamin. Saat ini ada tiga klasifikasi yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu CDC 2000 (Center for Disease Control and Prevention 2000), IOTF (International Obesity Task Force), dan WHO 2006 (World Health Organization 2006).10,35,36 Berdasarkan hal tersebut dan untuk kepentingan klinis praktis dalam menentukan klasifikasi mana yang dapat digunakan sebagai uji tapis obesitas, maka data Riskesdas 2010 tersebut dianalisis kembali dan selanjutnya diklasifikasi menggunakan grafik IMT berdasarkan CDC 2000, IOTF, dan WHO 2006.37

Page 20: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

10

Tab

el 3

. Pem

erik

saan

fisi

s se

rta

dam

pak

dan

gej

ala

yang

per

lu d

icar

i pad

a an

ak d

an r

emaj

a d

enga

n ob

esita

s

Sist

em

Um

um

Gej

ala

Pen

jela

san

Kep

ala

Waj

ah m

embu

lat,

pipi

tem

bem

, dag

u ra

ngka

pLe

her

Lehe

r rel

atif

pend

ekD

ada

Dad

a ya

ng m

embu

sung

den

gan

payu

dara

mem

besa

rP

erut

Per

ut m

embu

ncit

dise

rtai d

indi

ng p

erut

yan

g be

rlipa

t-lip

atE

kstre

mita

sTu

ngka

i um

umny

a be

rben

tuk

XG

enita

liaP

enis

tam

pak

keci

lB

erat

da

n tin

ggi

bada

n, IM

TA

nak

< 2

tahu

n (IM

T W

HO

200

6)

: o

verw

eigh

t (z

scor

e >

+2)

obe

sita

s (z

sco

re >

+3)

Ana

k 2-

18 ta

hun

(IMT

CD

C 2

000)

:

over

wei

ght (

BM

I >P

85 –

P95

)

obe

sita

s (B

MI >

P95

)

Khu

sus

Ant

ropo

met

riP

erse

ntil

BM

I yan

g tin

ggi

Ove

rwei

ght a

tau

obes

itas

Per

awak

an p

ende

kK

ondi

si g

enet

ik a

tau

endo

krin

yan

g m

enda

sari

Tand

a vi

tal

Pen

ingk

atan

teka

nan

dara

hH

iper

tens

i jik

a te

kana

n da

rah

sist

olik

ata

u di

asto

lik >

P95

unt

uk

usia

, jen

is k

elam

in, d

an ti

nggi

bad

an p

ada

≥ 3

kali

pem

erik

saan

Kul

itA

kant

osis

nig

rikan

sS

erin

g di

tem

ukan

pad

a an

ak o

bes,

yai

tu k

ulit

terli

hat g

elap

di

seba

bkan

pen

ingk

atan

risi

ko re

sist

ensi

insu

linJe

raw

at b

erle

biha

n, h

irsut

ism

Sin

drom

ova

rium

pol

ikis

tik

Page 21: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

11

Irita

si, i

nflam

asi

Kon

seku

ensi

dar

i obe

sita

s be

rat

Stri

ae v

iola

ceou

sS

indr

om C

ushi

ng

Mat

aP

apile

dem

a, p

aral

isis

n. V

I kr

ania

lisP

seud

otum

or s

ereb

ri

Teng

goro

kan

Hip

ertro

fi to

nsil

Obs

truct

ive

slee

p ap

nea

Lehe

rG

oite

rH

ipot

iroid

ism

Dad

aW

heez

ing

Asm

a, te

rkai

t den

gan

into

lera

nsi l

atih

an, s

indr

om h

ipov

entil

asi

obes

itas

Abd

omen

Nye

ri ab

dom

enG

angg

uan

reflu

ks g

astro

esof

agus

, pen

yaki

t kan

dung

em

pedu

, N

AFL

D*

Hep

atom

egal

iN

AFL

D*

Sis

tem

repr

oduk

siS

tadi

um T

anne

rTi

mbu

lnya

per

kem

bang

an s

eks

seku

nder

< 9

tahu

n pa

da a

nak

laki

-laki

ata

u <

8 ta

hun

pada

ana

k pe

rem

puan

Mik

rope

nis

Pen

is d

enga

n uk

uran

nor

mal

yan

g te

rpen

dam

dal

am le

mak

su

prap

ubik

Und

esce

nded

test

isS

indr

om P

rade

r-W

illi

Eks

trem

itas

Abn

orm

al g

ait,

gera

kan

pang

-gu

l ter

bata

sS

lippe

d C

apita

l Fem

oral

Epi

phys

is

Bow

ing

of ti

bia

Tang

an d

an k

aki y

ang

keci

l,

polid

aktil

i

Blo

unt d

isea

se

Beb

erap

a si

ndro

m g

enet

ik

K

ond

isi i

ni p

ada

umum

nya

tidak

ber

geja

la; N

AFL

D: n

onal

coho

lic fa

tty

liver

dis

ease

.(S

umb

er: d

ikut

ip d

an d

imod

ifika

si d

ari B

arlo

w S

E a

nd T

he E

xper

t C

omm

ittee

Ped

iatr

ics.

200

710,d

an S

tand

ar P

elay

anan

Med

is Ik

atan

D

okte

r A

nak

Ind

ones

ia.31

)

Page 22: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

12

Tabel 4. Perbandingan prevalensi gizi lebih dan obesitas pada balita Riskesdas

2010 berdasarkan grafik IMT CDC 2000, WHO 2006 dan IOTF

CDC, Center Disease for Control and Prevention; WHO, World Health organization; IOTF, International Obesity Task Force. (Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Sjarif dan Pustika. PIT 2012.37)

Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa untuk klasifikasi gizi lebih pada anak di bawah dua tahun hanya dapat menggunakan grafik IMT WHO 2006, sedangkan untuk usia 2-5 tahun prevalensi gizi lebih hampir sama pada ketiga klasifikasi. Obesitas tertinggi didapat berdasarkan klasifikasi CDC 2000 (19,9%), diikuti IOTF (15,3%), dan WHO 2006 (12,8%). Hal ini terjadi karena klasifikasi obesitas menurut WHO adalah IMT terletak pada Z score > +3 SD yang setara dengan persentil 99,8, sedangkan CDC 2000 menggunakan kriteria IMT di atas persentil 95 sebagai batasan obesitas.36,38

Klasifikasi IMT adalah cara yang praktis untuk menjaring gizi lebih di pelayanan kesehatan primer. Bila pada hasil pengukuran didapatkan potensi gizi lebih (Z score > +1 SD) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) > 110%, maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan untuk menentukan adanya obesitas. Overweight dan obesitas pada anak usia < 2 tahun ditegakkan jika Z score > +2 SD dan > +3 SD dengan menggunakan grafik IMT WHO 2006, sedangkan pada anak usia 2-18 tahun menggunakan

Page 23: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

13

grafik IMT CDC 2000 (Lampiran 1-2). Ambang batas yang digunakan untuk overweight adalah di atas P85 – P95, sedangkan obesitas adalah lebih dari P95 grafik IMT CDC 2000.36

Deteksi dini komorbiditas

Dampak obesitas mempengaruhi hampir setiap sistem organ di dalam tubuh. Tabel 5. menampilkan ringkasan deteksi dini

komorbiditas yang harus dilakukan pada anak dan remaja obes.

Page 24: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

14

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Obstructive sleep apnea 40-42

38,2/79,9 •Mengorok yang disertai

•Henti napas saat tidur

•Sering terbangun saat tidur

•Mengantuk di siang hari

• Pembesaran tonsil • Polisomnografi

• Pemeriksaan pencitraan adenoid

• AHI (apnea hypopnea index) = 3,540

• Konsul Respirologi

I A

S i n d r o m h ipovent i las i obesitas42

-/20,6 •Gejala sama seperti obstructive sleep apnea

• Sianosis pada bibir, jari, kulit

•Gejala gagal jantung kanan, seperti edema tungkai dan napas pendek

• Peningkatan karbon dioksida pada polisomnografi

• Peningkatan kadar HCO3 > 27 mMol/L

• Peningkatan hemoglobin dan hematokrit pada darah perifer lengkap

• Konsul Respirologi

II B

Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)43-44

-/48,1 •Umumnya tidak bergejala

•Nyeri perut kuadran kanan atas

•Hepatomegali ringan.

• Kadar SGOT atau SGPT meningkat > 2 kali nilai normal

• USG menunjukkan perubahan yang konsisten dengan steatohepatitis nonalkoholik tetapi tidak dapat menunjukkan derajat inflamasi atau fibrosis

• Biopsi hati adalah gold standard untuk menegakkan diagnosis

• Konsul Hepatologi

I B

Kolelitiasis/

Kolesistitis45

-/

6,1

•Nyeri kolik hebat dan berulang pada kuadran kanan atas perut

• Kuadran kanan atas perut teraba nyeri

• USG dapat menunjukkan kolelitiasis/kolesistitis

• Konsul Hepatologi

IV

Diabetes melitus tipe-220,46

0/0,4 •Polidipsi, polivagi, atau poliuria

•Berat badan menurun

• Seringkali tanpa gejala

• Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL

• Kadar gula darah puasa ≥ 100 mg/dL disebut sebagai pre-diabetes, yang merupakan risiko diabetes di kemudian hari

• Konsul Endokrinologi

V

S i n d r o m p o l i k i s t i k ovarium47,48

-/- •Menstruasi yang jarang (<9 siklus/tahun)

•Hirsustism, jerawat yang berlebihan, dan akantosis nigrikans

• Pemeriksaan TSH, prolaktin, testosteron total dan bebas, DHEAS (dehydroepiandrosterone sulfate), 17-OH progesteron, FSH, LH, estradiol

• USG ovarium menunjukkan polikistik ovarium

• Konsul Endokrinologi

V

Tabel 5. Deteksi dini komorbiditas pada anak dan remaja obes

Page 25: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

15

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Obstructive sleep apnea 40-42

38,2/79,9 •Mengorok yang disertai

•Henti napas saat tidur

•Sering terbangun saat tidur

•Mengantuk di siang hari

• Pembesaran tonsil • Polisomnografi

• Pemeriksaan pencitraan adenoid

• AHI (apnea hypopnea index) = 3,540

• Konsul Respirologi

I A

S i n d r o m h ipovent i las i obesitas42

-/20,6 •Gejala sama seperti obstructive sleep apnea

• Sianosis pada bibir, jari, kulit

•Gejala gagal jantung kanan, seperti edema tungkai dan napas pendek

• Peningkatan karbon dioksida pada polisomnografi

• Peningkatan kadar HCO3 > 27 mMol/L

• Peningkatan hemoglobin dan hematokrit pada darah perifer lengkap

• Konsul Respirologi

II B

Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)43-44

-/48,1 •Umumnya tidak bergejala

•Nyeri perut kuadran kanan atas

•Hepatomegali ringan.

• Kadar SGOT atau SGPT meningkat > 2 kali nilai normal

• USG menunjukkan perubahan yang konsisten dengan steatohepatitis nonalkoholik tetapi tidak dapat menunjukkan derajat inflamasi atau fibrosis

• Biopsi hati adalah gold standard untuk menegakkan diagnosis

• Konsul Hepatologi

I B

Kolelitiasis/

Kolesistitis45

-/

6,1

•Nyeri kolik hebat dan berulang pada kuadran kanan atas perut

• Kuadran kanan atas perut teraba nyeri

• USG dapat menunjukkan kolelitiasis/kolesistitis

• Konsul Hepatologi

IV

Diabetes melitus tipe-220,46

0/0,4 •Polidipsi, polivagi, atau poliuria

•Berat badan menurun

• Seringkali tanpa gejala

• Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL

• Kadar gula darah puasa ≥ 100 mg/dL disebut sebagai pre-diabetes, yang merupakan risiko diabetes di kemudian hari

• Konsul Endokrinologi

V

S i n d r o m p o l i k i s t i k ovarium47,48

-/- •Menstruasi yang jarang (<9 siklus/tahun)

•Hirsustism, jerawat yang berlebihan, dan akantosis nigrikans

• Pemeriksaan TSH, prolaktin, testosteron total dan bebas, DHEAS (dehydroepiandrosterone sulfate), 17-OH progesteron, FSH, LH, estradiol

• USG ovarium menunjukkan polikistik ovarium

• Konsul Endokrinologi

V

Page 26: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

16

Hipotiroid49 -/8,33 •Kelelahan

•Penurunan prestasi akademik

•Perlambatan pertumbuhan linier

•Benjolan di leher

•Goiter • Pemeriksaan FT4 dan TSH

• Konsul Endokrinologi

V

Sindrom Cushing Primer50

-/- •Peningkatan berat badan

•Penggunaan obat steroid jangka panjang

•Moon facies

•Buffalo hump

•Perawakan pendek, dan

• Striae violaceous

•Hirsustism, jerawat, hipertensi, hiperpigmentasi

• Pemeriksaan pencitraan untuk mencari penyebab endogen peningkatan ACTH (adrenocorticotropic hormone)

• Pemeriksaan kortisol bebas urin 24 jam, serta kadar kortisol plasma setelah tes supresi deksametason dosis tinggi, kadar ACTH plasma

• CT Scan/MRI abdomen atau MRI kepala

• Konsul Endokrinologi

V

Pubertas prekoks50

-/- •Bau badan seperti orang dewasa

•Pertumbuhan rambut pubis dan aksila

•Kulit wajah berminyak dan berjerawat

• Timbulnya perkembangan seks sekunder < 9 tahun pada anak laki-laki atau < 8 tahun pada anak perempuan

•Perkembangan payudara pada perempuan

•Pembesaran testis pada laki-laki

• Pengukuran kadar hormon steroid seks (testosteron, estradiol, DHEA-S, atau androstenedion)

• Konsul Endokrinologi

V

Pseudotumor serebri51

-/0,02 •Nyeri kepala hebat

• Fotofobia

•Penglihatan ganda jika mengganggu N. VI kranial

•Gambaran diskus optikus kabur

• Pemeriksaan funduskopi dengan opthalmoskop

• Konsul Neurologi

V

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Tabel 5. Deteksi dini komorbiditas pada anak dan remaja obes

Page 27: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

17

Hipotiroid49 -/8,33 •Kelelahan

•Penurunan prestasi akademik

•Perlambatan pertumbuhan linier

•Benjolan di leher

•Goiter • Pemeriksaan FT4 dan TSH

• Konsul Endokrinologi

V

Sindrom Cushing Primer50

-/- •Peningkatan berat badan

•Penggunaan obat steroid jangka panjang

•Moon facies

•Buffalo hump

•Perawakan pendek, dan

• Striae violaceous

•Hirsustism, jerawat, hipertensi, hiperpigmentasi

• Pemeriksaan pencitraan untuk mencari penyebab endogen peningkatan ACTH (adrenocorticotropic hormone)

• Pemeriksaan kortisol bebas urin 24 jam, serta kadar kortisol plasma setelah tes supresi deksametason dosis tinggi, kadar ACTH plasma

• CT Scan/MRI abdomen atau MRI kepala

• Konsul Endokrinologi

V

Pubertas prekoks50

-/- •Bau badan seperti orang dewasa

•Pertumbuhan rambut pubis dan aksila

•Kulit wajah berminyak dan berjerawat

• Timbulnya perkembangan seks sekunder < 9 tahun pada anak laki-laki atau < 8 tahun pada anak perempuan

•Perkembangan payudara pada perempuan

•Pembesaran testis pada laki-laki

• Pengukuran kadar hormon steroid seks (testosteron, estradiol, DHEA-S, atau androstenedion)

• Konsul Endokrinologi

V

Pseudotumor serebri51

-/0,02 •Nyeri kepala hebat

• Fotofobia

•Penglihatan ganda jika mengganggu N. VI kranial

•Gambaran diskus optikus kabur

• Pemeriksaan funduskopi dengan opthalmoskop

• Konsul Neurologi

V

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Page 28: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

18

Hipertensi22,52 49/50 •Pusing, nyeri kepala

• Terkadang tidak bergejala

• Tekanan darah sistolik atau diastolik >P95 menurut usia, jenis kelamin, dan persentil tinggi badan pada ≥3 kali pemeriksaan berdasarkan National Heart, Lung, and Blood Institute

• Ureum, kreatinin, asam urat

• Konsul Nefrologi

IV

Dislipidemia53,54 88,4/45,8 •Umumnya tanpa gejala •Xanthelasma (jarang ditemukan)

• Pemeriksaan profil lipid darah (kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL)

• Nilai normal profil lipi darah menurut National Cholesterol Education Program (NCEP)

o Kolesterol total < 170 mg/dL

o Trigliserida < 110 mg/dL

0 – 9 tahun : < 75 mg/dL

10 – 19 tahun : < 90 mg/dL

o Kolesterol LDL < 110 mg/dL

o Kolesterol HDL > 45 mg/dL

I B

Depresi17,55 22/30 •Cemas, ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh, makan berlebih, kelelahan, dan kesulitan tidur.

•Afek datar

• Tanda-tanda pelecehan fisik dan seksual

• 17-item Pediatric Symptom Checklist (PSC-17)

• Konsul Pediatri Sosial

IV

Blount disease/tibia vara56

-/2,5 •Onset umumnya setelah usia 8 tahun

•Bengkok pada tungkai yang tidak disertai nyeri

•Ekstremitas bawah bengkok (kaki pengkor)

• Foto lutut antero-posterior yang terkena pada saat pasien berdiri tegak

• Konsul Bedah Ortopedi

V

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Tabel 5. Deteksi dini komorbiditas pada anak dan remaja obes

Page 29: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

19

Hipertensi22,52 49/50 •Pusing, nyeri kepala

• Terkadang tidak bergejala

• Tekanan darah sistolik atau diastolik >P95 menurut usia, jenis kelamin, dan persentil tinggi badan pada ≥3 kali pemeriksaan berdasarkan National Heart, Lung, and Blood Institute

• Ureum, kreatinin, asam urat

• Konsul Nefrologi

IV

Dislipidemia53,54 88,4/45,8 •Umumnya tanpa gejala •Xanthelasma (jarang ditemukan)

• Pemeriksaan profil lipid darah (kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL)

• Nilai normal profil lipi darah menurut National Cholesterol Education Program (NCEP)

o Kolesterol total < 170 mg/dL

o Trigliserida < 110 mg/dL

0 – 9 tahun : < 75 mg/dL

10 – 19 tahun : < 90 mg/dL

o Kolesterol LDL < 110 mg/dL

o Kolesterol HDL > 45 mg/dL

I B

Depresi17,55 22/30 •Cemas, ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh, makan berlebih, kelelahan, dan kesulitan tidur.

•Afek datar

• Tanda-tanda pelecehan fisik dan seksual

• 17-item Pediatric Symptom Checklist (PSC-17)

• Konsul Pediatri Sosial

IV

Blount disease/tibia vara56

-/2,5 •Onset umumnya setelah usia 8 tahun

•Bengkok pada tungkai yang tidak disertai nyeri

•Ekstremitas bawah bengkok (kaki pengkor)

• Foto lutut antero-posterior yang terkena pada saat pasien berdiri tegak

• Konsul Bedah Ortopedi

V

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Page 30: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

20

Slipped capital femoral epiphysis57

-/- • Lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan obes

•Nyeri panggul atau lutut dan nyeri ketika berjalan

•Pergerakan panggul terganggu pada saat berjalan

•Panjang tungkai yang berbeda

• Gambaran radiografi panggul bilateral pada posisi frog-leg

• Konsul Bedah Ortopedi

V

Akantosis nigrikans20,58

71,4/55,4 • Leher dan lipatan kulit (ketiak, perut bawah, dan selangkangan) berwarna kehitaman

• Pemeriksaan resistensi insulin (HOMA-IR) IV

Iritasi dan infeksi kronik pada lipatan kulit59

-/50,42 •Bau yang tidak sedap pada lipatan kulit

• Laserasi dan ulserasi pada lipatan kulit

• Pengecatan KOH atau perwarnaan gram

• Konsul Kulit & Kelamin

V

Sindrom Genetik10,35

-/- •Gangguan belajar

•Perawakan pendek

•Delayed development, dsb

•Stigmata tertentu sesuai sindrom terkait

• Tes IQ

• Pemeriksaan genetik yang sesuai dengan dugaan sindrom V

Sindrom 19,6-42/ •Gabungan gejala diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia

•Obesitas sentral

•Pemeriksaan fisik lain sesuai dengan diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemia

• Pemeriksaan kadar gula darah puasa atau sewaktu, kadar trigliserida dan kolesterol HDL.

• Lihat Konsensus Sindrom Metabolik

III B

Defisiensi besi21,60

55/38,8 •Pucat, letih, lemah, lesu •Konjungtiva anemis • SI, TIBC, Feritin,

• CRP

III B

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Tabel 5. Deteksi dini komorbiditas pada anak dan remaja obes

Page 31: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

21

Slipped capital femoral epiphysis57

-/- • Lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan obes

•Nyeri panggul atau lutut dan nyeri ketika berjalan

•Pergerakan panggul terganggu pada saat berjalan

•Panjang tungkai yang berbeda

• Gambaran radiografi panggul bilateral pada posisi frog-leg

• Konsul Bedah Ortopedi

V

Akantosis nigrikans20,58

71,4/55,4 • Leher dan lipatan kulit (ketiak, perut bawah, dan selangkangan) berwarna kehitaman

• Pemeriksaan resistensi insulin (HOMA-IR) IV

Iritasi dan infeksi kronik pada lipatan kulit59

-/50,42 •Bau yang tidak sedap pada lipatan kulit

• Laserasi dan ulserasi pada lipatan kulit

• Pengecatan KOH atau perwarnaan gram

• Konsul Kulit & Kelamin

V

Sindrom Genetik10,35

-/- •Gangguan belajar

•Perawakan pendek

•Delayed development, dsb

•Stigmata tertentu sesuai sindrom terkait

• Tes IQ

• Pemeriksaan genetik yang sesuai dengan dugaan sindrom V

Sindrom 19,6-42/ •Gabungan gejala diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia

•Obesitas sentral

•Pemeriksaan fisik lain sesuai dengan diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemia

• Pemeriksaan kadar gula darah puasa atau sewaktu, kadar trigliserida dan kolesterol HDL.

• Lihat Konsensus Sindrom Metabolik

III B

Defisiensi besi21,60

55/38,8 •Pucat, letih, lemah, lesu •Konjungtiva anemis • SI, TIBC, Feritin,

• CRP

III B

Komorbiditas Prevalensi dalam/luar negeri (%)

Anamnesis Pemeriksaan fisis yang spesifik

Pemeriksaan penunjang Level of Evidence39

Page 32: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

22

Rekomendasi 2

Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah menerapkan pola makan yang benar, aktivitas fisis yang benar, dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan.

Tujuan tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai 20% di atas berat badan ideal, serta pola makan dan aktivitas fisis yang sehat dapat diterapkan jangka panjang untuk mempertahankan berat badan tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan.29

A. Pola makan yang benar

Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu:30,36,61,62

1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali

2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak

3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan

Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat badan yang dikehendaki.63

Page 33: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

23

Sebagai alternatif pilihan jenis makanan dapat menggunakan the traffic light diet dan satuan bahan makanan penukar (Lampiran 3-4). The traffic light diet64,65 terdiri dari green food yaitu makanan rendah kalori (<20 kalori per porsi) dan lemak yang boleh dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah lemak namun dengan kandungan kalori sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red food yaitu mengandung lemak dan kalori tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali dalam seminggu.63,66

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan kalori dengan metode food rules, yaitu:29

• Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal.

Pengurangan kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira 20% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak bertambah karena pertumbuhan linier masih berlangsung

• Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan jenis makanan harus dapat diterima anak, serta tidak dipaksa mengonsumsi makanan yang tidak disukai

• Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur intrinsik, hormonal dan colonic. Ketiga mekanisme tersebut selain menurunkan asupan makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun kandungan energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga meningkatkan oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang disimpan. Pada anak di atas 2 tahun dianjurkan pemberian serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5) g per hari. (Lampiran 5.)

Page 34: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

24

B. Pola aktivitas fisis yang benar

Pola aktivitas yang benar pada anak dan remaja obes dilakukan dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian karena aktivitas fisis berpengaruh terhadap penggunaan energi.67,68

Peningkatan aktivitas pada anak gemuk dapat menurunkan napsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan hanya dengan diet saja.

Ilyas EI69 menyatakan bahwa latihan fisis yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisis, dan umurnya. Pada anak berusia 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai latihan fisis dengan keterampilan otot seperti bersepeda, berenang, menari, karate, senam, sepak bola, dan basket, sedangkan anak di atas usia 10 tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk kelompok. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain games komputer, dan menganjurkan bermain di luar rumah.10

Penelitian di Semarang70 yang melakukan intervensi konseling diet National Cholesterol Education Program (NCEP) step II dan olahraga intensitas sedang sampai vigorous seperti lari 20 menit ditambah bulu tangkis, senam, lempar tangkap bola, lari ABC dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 40 menit/sesi selama 12 minggu pada remaja usia 12-14 tahun dapat menurunkan berat badan sebesar 2,5 kg. Diet NCEP step II yang dianjurkan di dalam penelitian tersebut terdiri dari lemak ≤ 30% total kalori, asam lemak jenuh < 7% total kalori, dan kolesterol < 200 mg/hari. Intervensi yang hampir sama dalam jangka waktu 8 minggu berupa konseling diet NCEP step II dengan target 1700 kalori/hari

Page 35: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

25

dan olahraga intensitas sedang sampai vigorous seperti lari dan senam dengan frekuensi 3 kali seminggu dan durasi 45 menit/sesi pada anak usia 9-10 tahun dapat menurunkan berat badan sebesar 0,9 kg.71

Latihan fisis yang dianjurkan pada anak dan remaja berbeda di beberapa negara. Pedoman Health Canada menganjurkan untuk meningkatkan latihan fisis minimal 30 menit dengan 10 menit latihan fisis bugar, dan menurunkan aktivitas fisis kurang gerak dengan jumlah waktu yang sama setiap hari. Aktivitas fisis setiap bulan, latihan fisis tersebut ditingkatkan dan aktivitas fisis kurang gerak dikurangi sebanyak 15 menit sampai mencapai akumulasi latihan fisis aktif dan aktivitas fisis kurang gerak selama 90 menit setiap hari.72 Center for Disease Control and Prevention Amerika Serikat menganjurkan anak dan remaja harus melakukan latihan fisis setiap hari selama 60 menit atau lebih, yang terdiri dari aktivitas aerobik, penguatan otot, dan penguatan tulang (Tabel 6).73,74

1. Aktivitas aerobik Aktivitas aerobik merupakan latihan fisis yang dapat dilakukan setiap hari selama 60 menit atau lebih. Aktivitas aerobik terdiri dari aktivitas aerobik dengan intensitas sedang (misalnya jalan cepat) atau aktivitas aerobik dengan intensitas bugar (misalnya berlari). Aktivitas aerobik dengan intensitas bugar dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu.

2. Penguatan otot (muscle strengthening)Aktivitas penguatan otot, seperti senam atau push-up, dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai bagian dari total latihan fisis selama 60 menit atau lebih.

3. Penguatan tulang (bone strengthening)Aktivitas penguatan tulang, seperti lompat tali atau berlari, dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai bagian dari total latihan fisis selama 60 menit atau lebih.

Page 36: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

26

Tab

el 6

. Con

toh

latih

an fi

sis

aero

bik

den

gan

inte

nsita

s se

dan

g d

an b

ugar

ser

ta a

ktiv

itas

pen

guat

an o

tot d

an tu

lang

unt

uk

anak

dan

rem

aja

Sum

ber

: dik

utip

dan

dim

odifi

kasi

dar

i Cen

ter

for

Dis

ease

Con

trol

and

Pre

vent

ion.

ww

w.c

dc.

gov.

73, U

.S. D

epar

tmen

t of

Hea

lth &

Hum

an

Ser

vice

s. w

ww

.hea

lth.g

ov.74

)

Tipe

La

tihan

fis

is

Kel

ompo

k U

sia

Ana

k R

emaj

a

Aero

bik

deng

an

inte

nsita

s se

dang

R

ekre

asi a

ktif,

sep

erti

men

daki

, ber

mai

n sk

ateb

oard

ata

u se

patu

roda

R

ekre

asi a

ktif,

sep

erti

berm

ain

kano

, men

daki

, ski

, be

rmai

n sk

ateb

oard

ata

u se

patu

roda

Jala

n ce

pat

Be

rsep

eda

Mel

akuk

an p

eker

jaan

rum

ah a

tau

hala

man

, sep

erti

men

yapu

ata

u m

endo

rong

mes

in p

emot

ong

rum

put

Be

rmai

n de

ngan

ger

akan

mel

empa

r dan

men

angk

ap,

sepe

rti b

aseb

all,

softb

all,

bola

bas

ket,

dan

bola

vol

i

Aero

bik

deng

an

inte

nsita

s bu

gar

Berm

ain

aktif

, sep

erti

berla

ri da

n m

enge

jar

Be

rsep

eda

M

elom

pat t

ali

Be

la d

iri, s

eper

ti ka

rate

Berla

ri

Ola

hrag

a, s

eper

ti ho

ki e

s at

au la

pang

an, b

ola

bask

et,

bere

nang

, ten

is, a

tau

sena

m

Berm

ain

aktif

ber

lari

dan

men

geja

r, se

perti

sep

ak b

ola

Be

rsep

eda

M

elom

pat t

ali

Be

la d

iri, s

eper

ti ka

rate

Berla

ri

Ola

hrag

a, s

eper

ti te

nis,

hok

i es

atau

lapa

ngan

, bol

a ba

sket

, ber

enan

g

Men

ari

Ae

robi

k

Che

erle

adin

g at

au s

enam

Page 37: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

27

Tab

el 6

. Con

toh

latih

an fi

sis

aero

bik

den

gan

inte

nsita

s se

dan

g d

an b

ugar

ser

ta a

ktiv

itas

pen

guat

an o

tot d

an tu

lang

unt

uk

anak

dan

rem

aja

Sum

ber

: dik

utip

dan

dim

odifi

kasi

dar

i Cen

ter

for

Dis

ease

Con

trol

and

Pre

vent

ion.

ww

w.c

dc.

gov.

73, U

.S. D

epar

tmen

t of

Hea

lth &

Hum

an

Ser

vice

s. w

ww

.hea

lth.g

ov.74

)

Pe

ngua

tan

otot

Berm

ain

tarik

tam

bang

Pus

h-up

dim

odifi

kasi

(d

enga

n lu

tut d

i lan

tai)

O

lahr

aga

resi

stan

s m

engg

unak

an b

erat

bad

an

atau

resi

stan

ce b

and

M

eman

jat t

ali a

tau

poho

n

Sit-

up

Be

rayu

n pa

da p

eral

atan

be

rmai

n at

au p

alan

g

Sena

m

Berm

ain

tarik

tam

bang

Pus

h-up

Ola

hrag

a re

sist

ans

men

ggun

akan

exe

rcis

e ba

nd, a

lat

beba

n, b

eban

pad

a ta

ngan

Panj

at te

bing

Sit-

up

C

heer

lead

ing

atau

sen

am

Peng

uata

n tu

lang

Mel

ompa

t, sk

ippi

ng

M

elom

pat t

ali

Be

rlari

O

lahr

aga,

sep

erti

sena

m,

bola

bas

ket,

bola

vol

i, te

nis

Mel

ompa

t, sk

ippi

ng

M

elom

pat t

ali

Be

rlari

O

lahr

aga,

sep

erti

sena

m, b

ola

bask

et, b

ola

voli,

teni

s

Page 38: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

28

Penelitian intervensi selama 28 hari yang meliputi kombinasi konsumsi diet NCEP step II setiap hari dan latihan fisis yang diberikan 3 kali seminggu menyebabkan rerata penurunan berat berat badan sebesar 3 kg pada anak usia 10-19 tahun. Latihan fisis yang diberikan mengacu pada latihan fisis yang dianjurkan oleh CDC, berdurasi 60 menit/sesi, dan disupervisi oleh pelatih.53 Strategi yang digunakan untuk meningkatkan latihan fisis pada anak dan remaja adalah dengan mengurangi aktivitas yang kurang gerak (santai) seperti menonton televisi, bermain komputer atau video game ≤ 2 jam/hari dan tidak meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak. Menonton televisi dapat menggantikan aktivitas fisis dan bermain, serta berhubungan dengan peningkatan asupan energi dan makanan karena anak menjadi sering mengonsumsi camilan saat menonton atau dampak iklan di televisi.10,35

C. Modifikasi perilaku

Tata laksana diet dan latihan fisis merupakan komponen yang efektif untuk pengobatan, serta menjadi perhatian paling besar bagi ahli fisiologi untuk memperoleh perubahan makan dan aktivitas perilakunya.75 Oleh karena prioritas utama adalah perubahan perilaku, maka perlu menghadirkan peran orangtua sebagai komponen intervensi.64

Beberapa cara pengubahan perilaku berdasarkan metode food rules diantaranya adalah:29,61,62 a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan,

dan aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya b. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat

menonton televisi diusahakan untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi pencetus makan. Orangtua diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar anak yang dapat merangsang keinginan untuk makan

Page 39: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

29

c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan

d. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya, misalnya makan makanan menu baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan, berat badan turun, dan mau melakukan olahraga

e. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya dengan melakukan latihan tambahan untuk membakar energi

Rekomendasi 3

Orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru harus dilibatkan

dalam tata laksana obesitas

Peran orangtua dalam mengobati anak sangat efektif dalam penurunan berat badan atau keberhasilan pengobatan. Orangtua menyediakan nutrisi yang seimbang sesuai dengan metode food rules. Seluruh anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas yang mendukung keberhasilan anak, serta menjadi bagian dari keseluruhan program komprehensif tersebut.64 Guru dan teman sekolah juga diharapkan ikut mendukung tata laksana obesitas, misalnya memberikan pujian bila anak yang gemuk berhasil mengikuti program diet atau menurunkan berat badannya, dan sebaliknya tidak mengejek anak gemuk.

Page 40: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

30

Rekomendasi 4

Terapi intensif berupa farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan persyaratan pada anak dan remaja obes yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional

Farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan persyaratan pada anak dan remaja obes yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. Diet sangat rendah kalori (600-800 kalori/hari) tidak boleh diterapkan pada anak dan remaja obes karena berisiko menyebabkan pembentukan batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik, halitosis, dan diare.76,77

• Farmakoterapi

Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan nafsu makan (sibutramin), penghambat absorbsi zat-zat gizi (orlistat), dan rekombinan leptin untuk obesitas karena defisiensi leptin bawaan, serta kelompok obat untuk mengatasi komorbiditas (metformin). Belum tuntasnya penelitian tentang efek jangka panjang penggunaan farmakoterapi obesitas pada anak, menyebabkan belum ada satupun farmakoterapi tersebut di atas yang diijinkan pemakaiannya pada anak di bawah 12 tahun oleh U.S. Food and Drug Administration sampai saat ini.77 Sejak tahun 2003, Orlistat 120 mg dengan ekstra suplementasi vitamin yang larut dalam lemak disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration untuk tata laksana obesitas pada remaja di atas usia 12 tahun. Studi klinis menunjukkan bahwa orlistat dapat membantu menurunkan berat badan dari 1,31 sampai 3,37 kg lebih banyak dibandingkan plasebo.78

Page 41: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

31

Sibutramin berfungsi menimbulkan rasa kenyang dan meningkatkan pengeluaran energi dengan menghambat ambilan ulang (reuptake) noraderenalin dan serotonin. Penggunaan obat tersebut diijinkan oleh U.S. Food and Drug Administration pada remaja yang berusia ≥ 16 tahun.10,79 Sebagian besar studi, review, dan penelitian yang menggunakan sibutramin pada remaja dan anak menunjukkan manfaat jangka pendek yang terbatas.80 Efek penggunaan sibutramin jangka panjang tidak dipelajari karena efek samping obat yang berat, yaitu infark miokard dan stroke pada dewasa sehingga obat tersebut ditarik dari pasaran di Amerika Serikat dan Eropa.

Metformin merupakan obat yang digunakan pada diabetes melitus tipe-2 tetapi sering disalahgunakan sebagai farmakoterapi untuk obesitas. Review sistematik mengenai penggunaan metformin untuk obesitas pada anak dan remaja memperoleh hasil penggunaan metformin jangka pendek memberikan efek penurunan IMT dan resistensi insulin pada anak dan remaja obes dengan hiperinsulinemia81, tetapi belum cukup bukti untuk menyatakan bahwa obat tersebut dapat berperan dalam tata laksana overweight atau obesitas tanpa hiperinsulinemia.82

• Terapi bedah

Prinsip terapi bedah pada obesitas (bedah bariatrik) adalah (1) mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding dan vertical-banded gastroplasty, dan (2) mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum cukup banyak diteliti manfaat serta bahaya pembedahan jika diterapkan pada anak.77

Page 42: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

32

Bedah bariatrik dapat di pertimbangkan dilakukan pada:83 1. Remaja yang mengalami kegagalan menurunkan berat

badan setelah menjalani program yang terencana ≥ 6 bulan serta memenuhi persyaratan antropometri, medis, dan psikologis

2. Superobes (sesuai dengan definisi World Health Organization jika IMT ≥40)

3. Secara umum sudah mencapai maturitas tulang (umumnya perempuan ≥13 tahun dan laki-laki ≥15 tahun), dan

4. Menderita komplikasi obesitas yang hanya dapat diatasi dengan penurunan berat badan

Remaja yang terindikasi tindakan bedah bariatrik harus dirujuk ke Pusat Rujukan Obesitas yang bersifat multidisipliner serta mempunyai pengalaman dalam penanganan jangka panjang.83

Terapi bedah bariatrik tetap berpotensi menimbulkan komplikasi yang serius walaupun menghasilkan penurunan berat badan yang bermakna pada pasien pediatrik. Komplikasi laparoscopic adjustable gastric banding (LAGB) yang paling sering dilaporkan adalah band slippage dan defisiensi mikronutrien, dengan beberapa kasus sporadik erosi band, disfungsi lubang atau pipa, hiatal hernia, infeksi luka dan dilatasi kantung. Komplikasi yang lebih berat dilaporkan setelah Roux-en-Y gastric bypass (RYGB), seperti embolisme paru, syok, obstruksi usus, perdarahan pasca bedah, kebocoran di tempat jahitan, dan gizi buruk.84

Page 43: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

33

Rekomendasi 5

Pencegahan terjadinya gizi lebih dan obesitas terdiri dari 3 tahap, pencegahan primer dengan menerapkan pola makan dan aktivitas fisis yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder dengan mendeteksi early adiposity rebound, dan pencegahan tersier dengan mencegah terjadinya komorbiditas

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan remaja beserta orang tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi mengalami obesitas. Anak yang berisiko mengalami obesitas adalah seorang anak yang salah satu atau kedua orangtuanya menderita obesitas dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan Masyarakat.85

Dokter harus mendiskusikan risiko jangka panjang yang potensial dan mendorong orangtua untuk menerapkan strategi pencegahan obesitas. Pada bayi 0-12 bulan, peran dokter anak adalah:10

1. Mendorong pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 12 bulan dan sesudahnya setelah pengenalan makan padat dimulai

2. Mendorong orangtua untuk menawarkan makanan baru secara berulang serta menghindari minuman manis dan makanan selingan (french fries dan potato chips)

3. Tidak meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak4. Pengasuh selain orangtua harus menerapkan strategi yang

dianjurkan

Page 44: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

34

Pada anak berusia 12-24 bulan, strategi pencegahan obesitas yang dianjurkan adalah:10,86

1. Menghindari minuman manis, konsumsi jus dan susu yang berlebih. Konsumsi susu >480-720 mL/hari dapat menambah energi ekstra atau menggantikan nutrien lainnya

2. Makan bersama di meja makan dengan anggota keluarga lainnya sebanyak 3x/hari dan televisi dimatikan selama proses makan bersama

3. Keluarga tidak membatasi jumlah makanan dan selingan yang dikonsumsi anak, tetapi memastikan bahwa semua makanan yang tersedia sehat serta cukup buah dan sayuran

4. Selingan dapat diberikan sebanyak 2 kali, dan orangtua hanya menawarkan air putih bila anak haus diantara selingan dan makan padat

5. Anak harus mempunyai kesempatan bermain aktif, membatasi menonton televisi atau DVD, serta tidak meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak

6. Orangtua dapat menjadi model untuk membantu anak belajar lebih selektif dan sehat terhadap makanan yang dikonsumsi. Orangtua berperan aktif dalam pendidikan media anak dengan menemani anak saat menonton program televisi dan mendiskusikan acara tersebut dengan anak

7. Membuat jadwal penggunaan media, membatasi waktu menonton <1-2 jam/hari dan mengurangi pajanan media

Page 45: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

35

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi early adiposity rebound. Anak mengalami peningkatan IMT pada tahun pertama kehidupan. Indeks massa tubuh menurun setelah usia 9-12 bulan dan mencapai nilai terendah pada usia 5-6 tahun, dan selanjutnya meningkat kembali pada masa remaja dan dewasa. Nilai IMT paling rendah adalah disebut sebagai adiposity rebound. Waktu terjadinya adiposity rebound merupakan periode kritis untuk perkembangan obesitas pada masa anak. Adiposity rebound yang terjadi lebih dini dan cepat (<5 tahun) berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas dan sindrom metabolik di kemudian hari dijelaskan dalam Gambar 1.87-89

Gambar 1. Adiposity rebound

22

21

20

19

18

17

16

15

14

13

12

95

90

85

75

50

25

105

4.2

2.0

2 3 4 5 6 7 8 9

AGE (years)

BM

I (B

ody

Mas

s In

dex

, kg/

m2 )

ADIPOSITY REBOUND

Page 46: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

36

Pencegahan tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah komorbiditas yang dilakukan dengan menata laksana obesitas pada anak dan remaja. Prinsip tata laksana obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa karena faktor tumbuh kembang pada anak harus dipertimbangkan. Tata laksana obesitas pada anak dan remaja dilakukan dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisis, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku), dan terutama melibatkan keluarga dalam proses terapi.10,79 Sulitnya mengatasi obesitas menyebabkan kecenderungan untuk menggunakan jalan pintas, yaitu diet rendah lemak dan kalori, diet golongan darah atau diet lainnya serta berbagai macam obat. Penggunaan diet rendah kalori dan lemak dapat menghambat tumbuh kembang anak terutama di masa emas pertumbuhan otak, sedangkan diet golongan darah ataupun diet lainnya tidak terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam tata laksana obesitas pada anak dan remaja. Penggunaan obat dipertimbangkan pada anak dan remaja obes dengan penyakit penyerta yang tidak memberikan respons pada terapi konvensional.

Page 47: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

37

Kesimpulan

Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia pada anak dan remaja yang semakin sering ditemukan di berbagai negara. Ikatan Dokter Anak Indonesia mengeluarkan rekomendasi diagnosis dan tata laksana obesitas pada anak dan remaja, yaitu:

1. Gizi lebih dan obesitas pada anak dan remaja ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan antropometris, dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang terkait

2. Prinsip tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah menerapkan perilaku makan, aktivitas yang benar, dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan

3. Orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru harus dilibatkan dalam tata laksana obesitas

4. Terapi intensif berupa farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan persyaratan pada anak dan remaja obes yang mengalami penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional

5. Pencegahan terjadinya gizi lebih dan obesitas terdiri dari 3 tahap, pencegahan primer dengan menerapkan pola makan dan aktivitas yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder dengan mendeteksi early adiposity rebound, dan pencegahan tersier dengan mencegah terjadinya komorbiditas

Page 48: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

38

Lampiran 1. Grafik indeks massa tubuh (IMT) anak laki-laki

dan perempuan usia 0-2 tahun

Page 49: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

39

Page 50: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

40

Lampiran 2. Grafik indeks massa tubuh (IMT) anak laki-laki

dan perempuan usia 2-20 tahun

Page 51: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

41

Page 52: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

42

Lampiran 3. The Traffic Light DietLA

MPI

RAN

3. T

he tr

affic

ligh

t die

t

G

reen

Foo

d Ye

llow

Foo

d R

ed F

ood

Def

inis

i M

akan

an y

ang

bole

h di

mak

an

setia

p ha

ri M

akan

an y

ang

bole

h di

kons

umsi

da

lam

por

si k

ecil,

teta

pi ti

dak

dian

jurk

an u

ntuk

dik

onsu

msi

set

iap

hari

Mak

anan

yan

g bo

leh

dim

akan

1x

/min

ggu

Kom

posi

si

Mak

anan

yan

g m

enga

ndun

g tin

ggi v

itam

in, m

iner

al d

an s

erat

, te

tapi

rend

ah e

nerg

i, le

mak

jenu

h,

gula

, dan

gar

am

Mak

anan

yan

g m

enga

ndun

g vi

tam

in, m

iner

al, e

nerg

i, le

mak

je

nuh,

gul

a, d

an g

aram

dal

am

jum

lah

seda

ng

Mak

anan

yan

g m

enga

ndun

g re

ndah

vi

tam

in d

an m

iner

al, t

etap

i tin

ggi

ener

gi, l

emak

jenu

h, g

ula,

dan

gar

am

Jeni

s ke

lom

pok

mak

anan

Buah

-bua

han

dan

sayu

r-sa

yura

n

Dag

ing

tanp

a le

mak

dan

ikan

Kaca

ng-k

acan

gan,

biji-

bijia

n,

bunc

is, d

an le

ntil

R

oti g

andu

m, s

erea

l, be

ras,

dan

pa

sta

Pr

oduk

sus

u re

ndah

lem

ak

Ai

r dan

sus

u

D

agin

g ol

ahan

rend

ah le

mak

dan

ga

ram

Rot

i dan

ser

eal o

laha

n

Pr

oduk

sus

u tin

ggi l

emak

Kue

dan

bisk

uit r

enda

h le

mak

/gul

a

Susu

dan

jus

buah

rend

ah le

mak

ta

npa

tam

baha

n gu

la

M

akan

an y

ang

digo

reng

dan

ke

ntan

g ol

ahan

Dag

ing

olah

an y

ang

men

gand

ung

tingg

i lem

ak

M

akan

an p

enut

up y

ang

berb

ahan

da

sar s

usu

Ku

e m

anis

dan

bis

kuit

C

okla

t dan

min

uman

man

is

Con

toh

Yogh

urt r

enda

h le

mak

, san

dwic

h ga

ndum

, bub

ur, k

acan

g pa

ngga

ng, j

us b

uah

kale

ngan

, ik

an tu

na k

alen

gan,

bua

h da

n sa

yura

n se

gar a

tau

beku

, dag

ing

sapi

, dag

ing

babi

ata

u do

mba

ta

npa

lem

ak, a

yam

tanp

a ku

lit

Dag

ing

babi

, ser

eal o

laha

n, ro

ti,

keju

, pan

cake

s, a

tau

bisk

uit m

anis

Ke

ntan

g go

reng

, sos

is, s

alam

i, pi

e,

hot d

ogs,

nug

et a

yam

, ker

ipik

ke

ntan

g, m

akan

an m

anis

sep

erti

kue

cokl

at, m

uffin

s, d

onat

, sof

t drin

k

(Sum

ber

: dik

utip

dan

dim

odifi

kasi

dar

i ww

w.t

helu

nchb

oxcl

ub.c

o.nz

. Dia

kses

pad

a ta

ngga

l 8 A

gust

us 2

014)

dihilangkan
Page 53: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

43

Lampiran 4. Satuan bahan makanan penukar

Page 54: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

44

Page 55: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

45

Page 56: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

46

LAMPIRAN 5. Daftar kandungan serat dalam buah

Satu satuan penukar mengandung 50 kalori, 12 g karbohidrat

Bahan Makanan URT GramKandungan Serat& Kalium

Anggur 15 buah sedang 125 S++, K+Apel Merah 1 buah kecil 85

Apel Malang 1 buah sedang 75 S+Arbei 6 buah sedang 135 K+Belimbing 1 buah besar 149 S++, K+Blewah 1 potong sedang 70 S+Cempedak 7 biji sedang 45 S++Duku 9 buah sedang 80 K+Durian 2 biji besar 35

Jambu Air 2 buah besar 110 S+Jambu Biji 1 buah besar 100 K+Jambu Bol 1 buah kecil 90 S+Jambu Monyet 1 buah besar 80

Jeruk Bali 1 potong 105 S+, K+Jeruk Garut 1 buah sedang 115 S+, K+Jeruk Manis 2 buah sedang 110 K+Jeruk Nipis 1¼ gelas 135 K+Kedondong 2 buah sedang 120 S++Kemang 1 buah besar 105

Kesemek ½ buah 65 S+Kolang-kaling 5 biji sedang 25 S++Kurma 3 buah 15

Kiwi 1½ buah 110 S+Lontar 16 buah 185 S++Lychee 10 buah 75

Keterangan: S+ : Serat 3-6 g, S++ : Serat > 6 g, K+ : tinggi kalium

Page 57: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

47

Bahan Makanan URT GramKandungan Serat& Kalium

Mangga ¾ buah besar 90

Manggis 2 buah sedang 80 S++Markisa ¾ buah sedang 35 S++Melon 1 potong besar 190 S+Menteng 4 buah sedang 75

Nangka Masak 3 biji sedang 45 S++Nenas ¼ buah sedang 95

Pala (daging) 4 buah sedang 120 S++Peach 1 buah kecil 115 S++Pear ½ buah sedang 85 S++Pepaya 1 potong besar 110 S+, K+Pisang Ambon 1 buah kecil 50 K+Pisang Kepok 1 buah 45 K+Pisang Mas 2 buah 40 S+, K+Pisang Raja Sereh 2 buah kecil 40 K+Plum 2½ buah 140 S+Rambutan 8 buah 75

Salak 2 buah sedang 65 S+Sawo 1 buah sedang 55

Semangka 2 potong sedang 180

Sirsak ½ gelas 60 S+

Srikaya 2 buah besar 50 S+Strawberry 4 buah besar 215 S++

Keterangan: S+ : Serat 3-6 g, S++ : Serat > 6 g, K+ : tinggi kalium

Satu satuan penukar mengandung 50 kalori, 12 g karbohidrat

Page 58: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

48

KEPUSTAKAAN

1. de Onis M, Blössner M, Borghi E. Global prevalence and trends of overweight and obesity among preschool children. Am J Clin Nutr. 2010;92:1257-64.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.

3. Djer MM. Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar di SD Kenari 7 dan 8 Jakarta dan faktor-faktor yang memengaruhi. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 1998.

4. Meilany TA. Profil klinis, laboratoris serta sikap dan perilaku murid sekolah dasar dengan obesitas. Studi kasus di SD Tarakanita 5, SDI Al Azhar Rawamangun dan SDI Al Azhar Kelapa Gading Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001.

5. Susanti TE. Prevalens dan faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar usia 10-12 tahun di lima wilayah DKI Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.

6. Adhianto G, Soetjiningsih. Prevalence and risk factors of overweight and obesity in adolescent. Paediatr Indones. 2002;42:206-11.

7. Dewi MR, Sidiartha IGL. Prevalensi dan faktor risiko obesitas anak sekolah dasar di daerah urban dan rural. Medicina. 2013;44:15-21.

8. Mexitalia M, Faizah Z, Hardian, Susanto JC.  Hubungan pola makan dan aktivitas fisik pada anak dengan obesitas usia 6-7 tahun di Semarang. M Med Indones. 2005;40:62-70.

9. Sjarif dkk. 2004. Penelitian Multisenter 10 PPDSA di Indonesia mengenai prevalensi

obesitas. Dipresentasikan pada KONIKA XIII, Bandung 4-7 Juli 2005.

10. Barlow SE and the Expert Committee. Expert committee recommendations regarding the prevention, assessment, and treatment of child and adolescent overweight and obesity: summary report. Pediatrics. 2007;120:S164-92.

11. Benson L, Baer HJ, Kaelber DC. Trends in the diagnosis of overweight and obesity in children and adolescents: 1999-2007. Pediatrics. 2009;123:e153-8.

12. Pribadi A, Subardja D, Rustama DS, Fadil RMR. Relationship between the degree of obesity and oral glucose tolerance in primary obese adolescents. Paediatr Indones. 2002;42:249-53.

13. Tangkilisan AH, Akune K. Some factors related to lipid profile in obese children at junior high schools in Manado. Paediatr Indones. 2007;47:166-71.

14. Martuti S, Lestari ED, Soebagyo B. Prediktor penyakit kardiovaskular pada anak obes usia sekolah dasar di Kotamadya Surakarta. Sari Pediatri 2008;10:18-23.

Page 59: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

49

15. Himah R, Prawirohartono EP, Julia M. Association between obesity and lipid profile in children 10-12 years of age. Paediatr Indones. 2008;48:257-60.

16. Siregar FZ, Panggabean G, Daulay RM, Lubis HM. Comparison of peak expiratory flow rate (PEFR) before and after physical exercise in obese and non-obese children. Paediatr Indones. 2009;49:20-4.

17. Harahap DF, Sjarif DR, Soedjatmiko, Widodo DP, Tedjasaputra MS. Identification of emotional and behavior problems in obese children using Child Behavior Checklist (CBCL) and 17-items Pediatric Symptom Checklist (PSC-17). Paediatr Indones. 2010;50:42-8.

18. Lestari ED, Hidayah D, Karini SM. Social maturity among obese children in Surakarta, Indonesia. Paediatr Indones. 2006;46:174-178.

19. Hendarto A, Sastroasmoro S, Sjarif DR, Wijaya A. Hubungan antara leptin, adiponektin, tumor necrosis factor-α, C-reactive protein, asupan karbohidrat dan lemak terhadap resistensi insulin pada anak lelaki superobese usia 5-9 tahun. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.

20. Pulungan AB, Puspitadewi A, Sekartini R. Prevalence of insulin resistance in obese adolescents. Paediatr Indones. 2013;53:167-72.

21. Febrianti Z, Oenzil F, Arbi F, Lubis G. Soluble transferrin receptor levels in obese and non obese adolescents. Paediatr Indones. 2014;54:77-81.

22. Hariyanto D, Madiyono B, Sjarif DR, Sastroasmoro S. Hubungan ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan obesitas pada remaja. Sari Pediatri. 2009;11:159-66.

23. Gultom LC, Sjarif DR, Ifran EKB, Trihono PP, Batubara JRL. Metabolic syndrome and visceral fat thickness in obese adolescents. Paediatr Indones. 2007;47:124-9.

24. Malonda AA, Tangklilisan HA. Comparison of metabolic syndrome criteria in obese and overweight children. Paediatr Indones. 2010;50:295-9.

25. Hill JO, Trowbridge FL. Childhood obesity: future directions and research priorities. Pediatrics. 1998;101:570-4.

26. Guillaume M. Defining obesity in childhood: current practice. Am J Clin Nutr. 1999;70:S126-30.

27. Dietz WH. Health consequences of obesity in youth: childhood predictors of adult disease. Pediatrics. 1998;101:518-25.

28. Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel KD, Dietz WH. Predicting obesity in young adulthood from childhood and parental obesity. N Engl J Med. 1997;337:869-73.

29. Sjarif DR. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono PP, Pujiarto PS, Sjarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, Kadim M, penyunting. Naskah lengkap PKB-IKA XLV. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002.h.219-34.

Page 60: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

50

30. Sjarif DR. Pediatric nutritional care. Dalam: Pulungan AB, Hendarto A, Hegar B, Oswari H, penyunting. Continuing Professional Development IDAI Jaya 2006. Nutrition Growth-Development. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta; 2006.h.1-10.

31. Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.

32. Rosenbaum M, Leibel RL. The physiology of body weight regulation: relevance to the etiology of obesity in children. Pediatric. 1998:101:523-39.

33. Maffeis C, Schutz Y, Grezzani A, Provera S, Piancentini G, Tato L. Meal-induced thermogenesis and obesity: Is a fat meal a risk factor for fat gain in children? J Clin Endocrinol Metab. 2001;86:214-9.

34. Williams CL, Campanaro LA, Squillace M, Bollella M. Management of childhood obesity in pediatric practice. Ann N Y Acad Sci. 1997;817:225-40.

35. Krebs NF, Himes JH, Jacobson D, Nicklas TA, Guilday P, Styne D. Assessment of child and adolescent overweight and obesity. Pediatrics. 2007;120:S193-228.

36. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.

37. Sjarif DR, Pustika E. Stunting pada anak Indonesia usia 0-18 tahun. Perbandingan antara kurva CDC 2000 dan WHO 2006 (Abstrak). Dipresentasikan pada PIT 2012, Bandung.

38. Wang Y, Chen HJ. Use of percentiles and Z-scores in anthropometry. Dalam: Preedy VR, penyunting. Handbook of Anthropometry: Physical Measures of Human Form in Health and Disease. New York: Spinger Science+Business Media, LLC 2012.h.29-48.

39. Oxford Center for Evidence-based Medicine. Levels of Evidence (March 2009). Diunduh dari www.cebm.net. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

40. Supriyatno B, Said M, Hermani B, Sjarif DR, Sastroasmoro S. Risk factors of obstructive sleep apnea syndrome in obese early adolescents: A prediction model using score system. Acta Med Indones. 2010;42:152-7.

41. Marcus CL, Brooks LJ, Draper KA, Gozal D, Halbower AC, Jones J, dkk. Diagnosis and management of childhood obstructive sleep apnea syndrome. Pediatrics. 2012;130:576-84.

42. Macavei VM, Spurling KJ, Loft J, Makker HK. Diagnostic predictors of obesity-hypoventilation syndrome in patients suspected of having sleep disordered breathing. J Clin Sleep Med. 2013;9:879-84.

43. Boyraz M, Hatipoğlu, Sari E, Akαay A, Taαkin N, Ulucan K. Non-alcoholic fatty liver disease in obese children and the relationship between metabolic syndrome criteria. Obes Res Clin Pract. 2014;8:e356-63.

44. Chalasani N, Younossi Z, Lavine JE, Diehl AM, Brunt EM, Cusi K, dkk. The

Page 61: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

51

diagnosis and management of non-alcoholic fatty liver disease: Practice guideline by the American Association for the Study of Liver Diseases, American College of Gastroenterology, and the American Gastroenterological Association. Hepatology. 2012;55:2005-23.

45. de A. Nunes MM, Medeiros CCM, Silva LR. Cholelitiasis in obese adolescents treated at an outpatient clinic. J Pediatr (Rio J). 2014;90:203-8.

46. Brufani C, Ciampalini P, Grossi A, Fiori R, Fintini D, Tozzi A, dkk. Glucose tolerance status in 510 children and adolescents attending an obesity clinic in Central Italy. Pediatr Diabetes 2010; 11:47-54.

47. Frank S. Polycystic ovary syndrome in adolescents. Int J Obesity. 2008;32:1035-41.

48. Bremer AA. Polycystic ovary syndrome in the pediatric population. Metabolic Syndrome and Related Disorders. 2010;8:375-94.

49. Ramzan M, Ali I, Ramzan F, Ramzan F, Ramzan MH. Prevalence of sub clinical hypothyroidism in school children (6-11 years) of Dera Ismail Khan. J Postgrad Med Inst. 2012;26:22-8.

50. Jospe N. Endokrinologi. Dalam: Susanto R, Pulungan AB, penyunting. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6. Singapura: Elsevier (Singapore) Pte Ltd; 2014.h.679-727.

51. Degnan AJ, Levy LM. Pseudotumor cerebri: Brief review of clinical syndrome and imaging findings. Am J Neuroradiol. 2011;32:1986-93.

52. Sorof J, Daniels S. Obesity hypertension in children: A problem of epidemic proportions. Hypertension. 2002;40:441-7.

53. Gultom LC, Sjarif DR, Sudoyo HA, Mansyur M, Hadinegoro SRS, Immanuel S, dkk. Peran polimorfisme apolipoprotein E pada remaja obes dengan dislipidemia yang mendapat intervensi latihan fisis dan diet National Cholesterol Education Program Step II. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2014.

54. Korsten-Reck U, Kromeyer-Hauschild K, Korsten K, Baumstark MW, Dickhuth HH, Berg A. Frequency of secondary dyslipidemia in obese children. Vascular Health and Risk Management. 2008;4:1089-94.

55. Nemiary D, Shim R, Mattox G, Holden K. The relationship berween obesity and depression among adolescents. Psychiat Ann. 2012;42:305-8.

56. Wills M. Orthopedic complications of childhood obesity. Pediatr Phys Ther. 2004;16:230-5.

57. Peck D. Slipped Capital Femoral Epiphysis: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2010;82:258-62.

58. Hirschler V, Aranda C, Oneto A, Gonzalez C, Jadzinsky M. Is Acanthosis nigricans a marker of insulin resistance in obese children? Diabetes Care. 2002;25:2353.

Page 62: Buku Obes 0215

Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja

52

59. Swiney J. The relationship between obesity and skin and soft tissue infections. Capstone Project 2010.

60. Pinhas-Hamiel O, Newfield RS, Koren I, Agmon A, Lilos P, Phillip M. Greater prevalence of iron deficiency in overweight and obese children and adolescents. Int J Obesity. 2003;27:416-8.

61. D Arts-Rodas, D Benoit. Feeding problems in infancy and early child-hood: Identification and management. Paediatr Child Health. 1998;3:21-7.

62. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Can Fam Physician. 2006;52:1247-51.

63. Sjarif DR. Obesitas anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS, penyunting. Buku Ajar Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.h.230-44.

64. Weaver KA, Piatek A. Childhood obesity. Dalam: Samour PQ, Helm KK, Lang CE, penyunting. Handbook of pediatric nutrition. Edisi ke-2. Maryland: Aspen Publishers Inc; 1999.h.173-89.

65. Neumann CG, Jenks BH. Obesity. Dalam: Levine MD, Carey WB, Crocker AC, penyunting. Developmental-behavioral pediatrics. Edisi ke-2. Tokyo: WB Sanders Co; 1992.h.354-63.

66. Pereira MA, Ludwig DS. Dietary fiber and body-weight regulation. Observations and mechanisms. Pediatr Clin North Am. 2001;48:969-80.

67. Dietz WH, Bandini LG, Morelli JA, Ching PL. Effect of sedentary activity on resting metabolic rate. Am J Clin Nutr. 1994;59:556-9.

68. Linder MC. Energy metabolism, intake, and expenditure. Dalam: Linder MC, penyunting. Nutritional biochemistry and metabolism with clinical applications. Edisi ke-2. London: Prentice-Hall International Inc; 1991.h.277-304.

69. Ilyas El. Aspek kebugaran pada obesitas anak. Dalam: Samsudin, Nasar SS, Sjarif DR, penyunting. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV. Masalah gizi gandan dan tumbuh kembang anak. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1995.h.89-102.

70. Adiwinanto W, Soetadji A, Mexitalia M. Pengaruh olah raga terhadap indeks massa tubuh dan tingkat kesegaran jasmani pada remaja obesitas. Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007.

71. Anam MS, Mexitalia M, Widjanarko B, Pramono A, Susanto H, Subagio HW. Pengaruh intervensi diet dan olah raga terhadap IMT, lemak, dan kesegaran jasmani anak obes. Sari Pediatri. 2010;12:36-41.

72. Council on Sports Medicine and Fitness and Council on School Helath. Pediatrics. 2006;117:1247-51.

73. Center for Disease Control and Prevention. Physical activity for everyone. Diunduh dari www.cdc.gov. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

Page 63: Buku Obes 0215

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

53

74. U.S. Department of Health & Human Services. Active children and adolescents. Physical activity guidelines for americans. Diunduh dari www.health.gov. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

75. Wing RR, Greeno CG. Behavioural and psychosocial aspects of obesity and its treatment. Baillieres Clin Endocrinol Metab. 1994;8:689-703.

76. Beguin Y, Grek V, Weber G, Sautois B, Paquot N, Pereira M, dkk. Acute functional iron deficiency in obese subject during a very-low-energy all-protein diet. Am J Clin Nutr. 1997;66:75-9.

77. Yanovski JA. Intensive therapies for pediatric obesity. Pediatr Clin North Am. 2001;48:1041-53.

78. Dunican KC, Desilets AR, Montalbano JK. Pharmacotherapeutic options for overweight adolescents. Ann Pharmacother. 2007;41:1445-55.

79. Spear BA, Barlow SE, Ervin C, Ludwig DS, Saelens BE, Schetzina KE, dkk. Recommendations for treatment of child and adolescent overweight and obesity. Pediatrics. 2007;120:S254-88.

80. Kanekar A, Sharma M. Pharmacological approaches for management of child and adolescent obesity. J Clin Med Res. 2010;2:105-111.

81. Park MH, Kinra S, Ward KJ, White B, Viner RM. Metformin for obesity in children and adolescents: A Systematic Review. Diabetes Care. 2009;32:1743-5.

82. Brufani C, Crinò A, Fintini D, Patera PI, Cappa M, Manco M. Systematic review of metformin use in obese nondiabetic children and adolescents. Horm Res Paediatr. 2013;80:78-85.

83. Inge TH, Krebs NF, Garcia VF, Skelton JA, Guice KS, Strauss RS, dkk. Bariatric surgery for severely overweight adolescents: concerns and recommendations. Pediatrics. 2004;114:217-23.

84. Treadwell JR, Sun F, Schoelles K. Systematic review and meta-analysis of bariatric surgery for pediatric obesity. Ann Surg. 2008;248:763-76.

85. Schmitz MK, Jeffrey RW. Public health intervention for the prevention and treatment of obesity. Med Clin North Am. 2000;84:491-512.

86. American Academy of Pediatrics. Policy Statement. Children, adolescents, and the media. Pediatrics. 2013;132:958-61.

87. Koyama S, Ichikawa G, Kojima M, Shimura N, Sairenchi T, Arisaka O. Adiposity rebound and the development of metabolic syndrome. Pediatrics. 2014;133:e114-9

88. Ohlsson C, Lorentzon M, Norjavaara E, Kindblom JM. Age at adiposity rebound is associated with fat mass in young adult males-The Good study. Plos One. 2012;7:e49404-11.

89. Gill TP. Key issues in the prevention of obesity. Br Med Bull. 1997;53:359-88.