Bstrak Struma Adalah Suatu Pembesaran Kelenjar Thyroid

3
bstrak Struma adalah suatu pembesaran kelenjar thyroid.Menurut American Society for Study of Goiter membagi : Struma Non Toxic Diffusa, Struma Non Toxic Nodusa, Struma Toxic Diffusa, dan Struma Toxic Nodusa. Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah :keganasan, penekanan, dan kosmetik.Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.Jenis anestesi yang paling baik digunakan dalam operasi tiroid adalah general anestesi . Teknik anestesi umum yang dipilih adalah teknik balance anesthesia, respirasi terkontrol dengan endotrakeal tube nomor 6,5. Anestesi umum adalas anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Pada kasus ini pasien dengan struma nodusa non toksik akan dilakukan operasi lobekomi dengan teknik general anestesi. Keyword : Struma nodusa non toksik, lobektomi, general anestesi. Kasus Ny.S usia 40 tahun datang dengan keluhan utama benjolan pada leher depan. Sejak 5 tahun yang lalu pasien menyadai ada benjolan di leher depan, tepat di tengah, semakin lama semakin membesar. Nyeri (-), nyeri telan (-), demam (-), sesak (-), berdebar-debar (-), mudah lelah (-), keringat berlebih (-), nafsu makan normal, berat badan stabil. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat serupa (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), alergi (-), asma (-), jantung (-), operasi sebelumnya (-). Pemeriksaan Fisik: HR: 76x/menit, RR: 24x/menit, T: 37,2oC. Thoraks: cor S1S2 reguler, bising (-). Pulmo: Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan (-). Abdomen: Flat (+), bising usus (+) normal, massa (-),nyeri tekan (-). Ekstremitas: edema (-), tremor (-). Kepala: Eksoftalmus -/-. Leher: benjolan diameter 5 cm warna erupa kulit, bergerak saat menelan, konsistensi kenyal, mobile, permukaan rata, tepi regular, nyeri (-). LaboratoriumDarah: AL :6,8.103/µl, HB:13,9g/dL, AT:346.103/µl, TsHs:0,865. EKG: NSR. Diagnosis Struma Nodusa Non Toksik Pro Lobektomi ASA I Terapi Premedikasi: Sulfas Atropin 0,25mg,

Transcript of Bstrak Struma Adalah Suatu Pembesaran Kelenjar Thyroid

Page 1: Bstrak Struma Adalah Suatu Pembesaran Kelenjar Thyroid

bstrak Struma adalah suatu pembesaran kelenjar thyroid.Menurut American Society for Study of Goiter membagi : Struma Non Toxic Diffusa, Struma Non Toxic Nodusa, Struma Toxic Diffusa, dan Struma Toxic Nodusa. Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah :keganasan, penekanan, dan kosmetik.Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.Jenis anestesi yang paling baik digunakan dalam operasi tiroid adalah general anestesi . Teknik anestesi umum yang dipilih adalah teknik balance anesthesia, respirasi terkontrol dengan endotrakeal tube nomor 6,5. Anestesi umum adalas anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Pada kasus ini pasien dengan struma nodusa non toksik akan dilakukan operasi lobekomi dengan teknik general anestesi. Keyword : Struma nodusa non toksik, lobektomi, general anestesi. Kasus Ny.S usia 40 tahun datang dengan keluhan utama benjolan pada leher depan. Sejak 5 tahun yang lalu pasien menyadai ada benjolan di leher depan, tepat di tengah, semakin lama semakin membesar. Nyeri (-), nyeri telan (-), demam (-), sesak (-), berdebar-debar (-), mudah lelah (-), keringat berlebih (-), nafsu makan normal, berat badan stabil. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat serupa (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), alergi (-), asma (-), jantung (-), operasi sebelumnya (-).  Pemeriksaan Fisik: HR: 76x/menit, RR: 24x/menit, T: 37,2oC. Thoraks: cor S1S2 reguler, bising (-). Pulmo: Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan (-). Abdomen: Flat (+), bising usus (+) normal, massa (-),nyeri tekan (-). Ekstremitas: edema (-), tremor (-). Kepala: Eksoftalmus -/-. Leher: benjolan diameter 5 cm warna erupa kulit, bergerak saat menelan, konsistensi kenyal, mobile, permukaan rata, tepi regular, nyeri (-). LaboratoriumDarah:  AL :6,8.103/µl, HB:13,9g/dL, AT:346.103/µl, TsHs:0,865. EKG: NSR. Diagnosis Struma Nodusa Non Toksik Pro Lobektomi ASA I Terapi Premedikasi: Sulfas Atropin 0,25mg, Midazolam 5mg, Atracurium 25mg. Preoksigenasi: O2 6 Lpm. Induksi: Ketamin 50mg, Propofol 100mg. Intubasi. Maintenance: Isofluran, O2 3 Lpm, N2O 3 Lpm, Propofol 50mg, Ondansetron 4mg, Ketorolac 30mg. Ekstubasi: Neostigmine 1 amp, Sulfas Atropin 0,25 mg. Diskusi Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan diagnosis penyakit pasien adalah struma nosdusa non toksik. Dari pemeriksaan fisik dan penunjang, diperoleh gambaran mengenai status pasien. Status fisik pra anestesi masuk dalam kategori ASA I, yaitu pasien dalam keadan sehat yang memerlukan operasi. Berdasarkan status fisik pasien tersebut, jenis anestesi yang paling baik digunakan dalam operasi lobektomy adalah general anestesi. Teknik anestesi umum yang dipilih adalah teknik balance anesthesia, respirasi terkontrol dengan endotracheal tube nomor 6,5. Anestesi umum adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya

Page 2: Bstrak Struma Adalah Suatu Pembesaran Kelenjar Thyroid

kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Komponen dalam anestesi umum antara lain :Hipnotik, Analgesi, Relaksasi Otot, dan Stabilisasi otonom. Fase tindakan anestesi umum adalah: - Premedikasi        : Sedasi, analgesi - Induksi                : Fase dimana terjadi proses perubahan dari sadar (awake) menjadi    tidak sadar. Merupakan fase paling berbahaya karena pada proses  ini disertai dengan hilangnya kontrol fungsi vital (respirasi, kardiovaskular, SSP) akibat dari efek obat – obat induksi anestesi. - Pemeliharaan     : Mempertahankan stadium anestesi, sehingga pembedahan dapat berlangsung dengan aman dan optimal.      Berdasarkan jenis operasi yang akan dilakukan yaitu lobektomi, maka ditentukan jenis anestesi yang terbaik yaitu dengan general anestesi. Pada pasien ini dilakukan teknik anestesi dengan pipa endotrakeal dan nafas kontrol. Teknik ini dimulai dengan pemberian obat pelumpuh otot non depolar, setelah itu dilakukan pemasangan endotrakeal tube. Nafas dikendalikan dengan respiratoir atau secara manual. Apabila nafas dikendalikan secara manual harus diperhatikan pergerakan dada kanan kiri simetris. Obat pelumpuh otot kalau perlu diulangi lagi dengan 1/3 dosis awal, yaitu apabila pasientampak ada usaha bernafas spontan, atau otot perut mulai tegang. Menjelang akhir operasi saat mulai menjahit lapisan kulit diusahakn nafas spontan dengan membantu usaha nafas sendiri secara manual. Isofluran dapat dihentikan sesudah lapisan kulit terjahit. N2O dihentikan kalau lapisan kulit mulai dijahit.Ektubasi dapat segera diberikan setelah spontan normal kembali dengan volume tidal 450 ml. O2 diberikan terus ( 5-6 L ) selama 2 – 3 menit untuk mencegah hipoksia difusi. Apabila nafas tetap lemah setelah ditunggu beberapa menit dapat diberi obat anti pelumpuh otot non depolarisasi sebelum diekstubasi. Kombinasi obat ini akan menghilangkan sisa efek obat pelumpuh otot. Setiap kali menekan balon berarti satu kali nafas buatan, biasanya diberi 10-15 x nafas buatan per menit Kesimpulan Pada kasus ini pasien dengan diagnosis struma nodusa non toksik  akan dilakukan operasi dengan general  anestesi. Status pasien fisik ASA I. General Anestesi dilakukan dengan teknik balance anesthesia, respirasi terkontrol dengan endotracheal tube, ET nomor 6,5. Premedikasi: Sulfas Atropin 0,25mg, Midazolam 5mg, Atracurium 25mg. Preoksigenasi: O2 6 Lpm. Induksi: Ketamin 50mg, Propofol 100mg. Intubasi. Maintenance: Isofluran, O2 3 Lpm, N2O 3 Lpm, Propofol 50mg, Ondansetron 4mg, Ketorolac 30mg. Ekstubasi: Neostigmine 1 amp, Sulfas Atropin 0,25 mg. Referensi Dachlan, R.,dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi FK UI. Jakarta Muhiman, M. 2000. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif FK UI. Jakarta Penulis Akmal Falah. 20060310152. Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Setjonegoro Wonosobo.