Bst Limpoma Malignan
-
Upload
maulana-adam -
Category
Documents
-
view
29 -
download
6
description
Transcript of Bst Limpoma Malignan
BED SIDE TEACHINGLIMPOMA MALIGNAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Diajukan Kepada :
dr. Dimyati Ahmad, Sp. B
Disusun Oleh :
Adam Maulana Hasyim
20100310178
BAGIAN ILMU BEDAH RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
BED SIDE TEACHINGLIMPOMA MALIGNAN
Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat Kelulusan Program Profesi Dokter Di
Bagian Ilmu Bedah RSDU Setjonegoro Wonosobo
Disusun oleh :
Adam Maulana Hasyim
20100310178
Telah dipersentasikan pada:
Tanggal Oktober 2014
Disetujui oleh :
Dokter Pembimbing
dr. Dimyati Ahmad, Sp. B
2
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL.................................................................................................................1
HALAM PENGESAHAN...................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN KASUS................................................................................................6
I. Identitas.........................................................................................................................5
II. Anamnesis.......................................................................................................................5
Keluhan Utama.........................................................................................................5
Riwayat Penyakit Sekarang......................................................................................5
Riwayat Penyakit Dahulu.........................................................................................6
Riwayat Penyakit Keluarga.......................................................................................6
Riwayat Personal Sosial............................................................................................6
Anamnesis Sistem.....................................................................................................6
III. Resume Anamnesis........................................................................................................6
IV. Pemeriksaan Fisik..........................................................................................................7
Keadaan Umum........................................................................................................7
Vital Sign..................................................................................................................7
Status Generalisata....................................................................................................7
Status Lokalis............................................................................................................9
V. Hasil Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................10
VI. Diagnosis.......................................................................................................................10
BAB II. LAPORAN KASUS
I. Definisi struma .......................................................................................................11
II. Anatomi...................................................................................................................11
III. Etiologi....................................................................................................................12
IV. Patofisiologi.............................................................................................................12
V. Penegakan Diagnosis...............................................................................................13
VI. penatalaksanaan .......................................................................................................13
3
VII. komplikasi ..............................................................................................................14
4
BED SIDE TEACHINGLIMPOMA MALIGNAN
IdentitasNama : Umi Sangilatul
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
Alamat : Panawangan
Agama : Islam
Nomor RM : 611030
Tanggal Masuk RS : 10 Oktober 2014
Tanggal Keluar RS : Oktober 2014
AnamnesisDilakukan autoamnesis, alloanamnesi dan pemeriksaan fisik pada
tanggal 10 Oktober 2014 di ruang Bougenville RSUD Setjonegoro.
Keluhan Utama
Benjolan dileher sebelah kanan
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Seorang ibu 39 tahun datang ke RSUD Setjonegoro dengan
keluhan benjolan di leher sebelah kanan kurang lebih sudah 1 bulan,
merasa cemas.
5
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Pasien Mangaku baru pertama kali ini mengalami benjolan di leher,
3. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejadian sama sebelumnya.
4. Riwayat Sosial dan Pribadi
Pasien tinggal satu rumah bertiga bersama suami dan anaknya.
5. Anamnesis Sistem
a. Sistem serebrospinal : tidak pusing, tidak demam, tidak ada
kelemahan anggota gerak.
b. Sistem respirasi : tidak batuk, tidak pilek, tidak sesak nafas.
c. Sistem kardiovaskuler : tidak nyeri dada, tidak berdebar-debar.
d. Sistem digestivus : tidak ada nyeri telan, tidak ada mual, tidak ada
muntah, bisa kentut, BAB lancar.
e. Sistem urologi : BAK lancar, pencaran kuat, tidak nyeri,
tidak terasa panas, tidak terputus-putus.
f. Sistem muskuloskeletal: tidak nyeri, tidak ada keterbatasan gerak.
g. Sistem integumentum : tidak ada peradangan, tidak ada luka-luka,
tidak gatal.
h. Kejiwaan : sadar penuh.
6. Resume Anamnesis
Seorang ibu 39 tahun datang ke RSUD Setjonegoro dengan keluhan benjolan di leher sebelah kanan kurang lebih sudah 1 bulan, merasa cemas, Pasien Mangaku baru pertama kali ini mengalami benjolan di leher, Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejadian sama sebelumnya.
6
Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum
Baik
Kesadaran : compos mentis, GCS : E4 V5 M6 = 15.
2. Tanda-tanda Vital
TD : 150/70 mmHg
HR : 92 kali/menit, teraba kuat, isi cukup, ritmis
RR : 24 kali/menit
T : 35,1 ° C
3. Status Generalis
a. Kulit :
Warna coklat sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak hipopigmentasi
maupun hiperpigmentasi, tidak tampak ada tanda peradangan. Tugor kuit
baik.
b. Kepala :
1.) Bentuk : mesocepal, simetris, tidak ada deformitas.
2.) Rambut : agak panjang warna hitam dan putih, distrusi merata, tidak
mudah dicabut.
3.) Muka : tidak ada tanda peradangan, tidak ada deformitas.
4.) Mata : penglihatan normal, conjuntiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya positif, tidak ada edema
palpebra.
5.) Hidung : tidak terdapat cuping hidung, tidak ada deformitas tulang
hidung, tidak ada sekret hidung, tidak ada tanda-tanda peradangan.
6.) Telinga : pendengaran baik, tidak tinnitus, serumen minimal, tidak
terdapat sekret, tidak mengeluarkan darah.
7.) Mulut : bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis, lidah tidak kotor dan tremor, faring tidak hiperemis dan
tidak ada pembesaran tosil, ada gigi yang tanggal dan karies.
c. Leher
7
1.) Tampak ada benjolan di sebelah kanan, ukuran 2x1 cm konsistensi
kenyal, mobile, saat menelan ikut bergerak, batas tegas, lokasi bagian
leher kanan, jumlah uninodus, bentuk merata, tidak tampak adanya
tanda peradangan, tidak ada nyeri tekan.
2.) Ada pembesaran kelenjar tiroid
3.) JVP tidak meningkat.
d. Thorax
Paru-paru :
1.) Inspeksi
Simetris kanan kiri, tidak ada tanda deformitas, tidak ada ketinggalan
gerak, tidak ada tanda retraksi dinding dada, sifat pernafasan
thorakoabdominal, irama nafas reguler, tidak tampak ada jejas maupun
peradangan.
2.) Palpasi
Fokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan dan kiri, tidak ada
pembesaran limfonodi axillaries, tidak teraba massa pada region
thorax, tidak ditemukan krepitasi pada costovertebrae.
3.) Perkusi
Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula
kanan.
4.) Auskultasi
Suara dasar paru vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua lapang
paru.
Jantung :
1.) Inspeksi : ictus cordis tak terlihat.
2.) Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V LMC sinistra.
3.) Perkusi : Batas Jantung
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinistra
8
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
4.) Auskultasi
SI>SII, tunggal, irama reguler, tidak terdapat bising jantung,
murmur maupun gallop.
e. Abdomen
1.) Inspeksi : datar, dinding perut sejajar dengan dinding dada.
Tidak tampak jejas dibagian kanan bawah, tidak ada tanda
peradangan, tidak distensi.
2.) Auskultasi : terdengan bising usus dalam batas normal.
3.) Perkusi : timpani, tidak ada suara pekak beralih, pekak
hepar positif.
4.) Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, tidak ada defense
muscular, hepar dan lien tidak teraba.
f. Anogenital : tidak ada kelainan.
g. Ekstermitas : normal.
4. Status Lokalis :
Leher
Look : Tampak ada benjolan di sebelah kanan, batas tegas, lokasi bagian
leher kanan, jumlah uninodus, bentuk merata, tidak tampak adanya
tanda peradangan,
Feel : teraba benjolan ukuran 2x1 cm, konsistensi kenyal, mobile tidak
ada nyeri pada saat menelan.
Movement : pada saat menelan benjolan ikut bergerak.
9
Diagnosis Kerja Limpoma Malignan
Diagnosis Banding Citomegalovirus
Mononukleosis infeksiosa
Ca Paru
Artritis rheumatoid
Sarkoidosis
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah • Hemoglobin : 12,7 g/dl (11,7-15,5)
• Leukosit : 8,6 10*3/ul ( 3,6-11,0 )
• Eosinofil : 0,30 % ( 2-4 )
• Basofil : 0,10 % ( 0-1 )
• Netrofil : 65,00 % ( 50-70 )
• Limfosit : 38,80 % ( 25-40 )
• Monosit : 5,70% ( 2-8 )
• Hematokrit : 37 % ( 40-52 )
• Eritrosit : 4,6 10^6/ul ( 3,80-5,20 )
• Trombosit : 299 10^3 /uL ( 150-400 )
• MCV : 80 fl ( 80-100 )
• MCH : 28 pg ( 26-34 )
• MCHC : 35 g/dl ( 32-36 )
• Golongan darah : B
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Limfoma atau limfoma maligna adalah sekelompok kanker di mana sel-sel
limfatik menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena
jaringan limfe terdapat di sebagian besar tubuh manusia, maka pertumbuhan
limfoma dapat dimulai dari organ apapun. limfoma dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular
predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat
subtipe menurut Rye, antara lain:
Nodular Sclerosis
Lymphocyte Predominance
Lymphocyte Depletion
Mixed Cellularity
b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin
menjadi tiga kelompok utama, antara lain:
Limfoma Derajat Rendah
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil,
limfoma folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler
campuran sel belah besar dan kecil.
Limfoma Derajat Menengah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel
besar, limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel
besar dan kecil, dan limfoma difus sel besar.
Limfoma Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma
imunoblastik sel besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel
tidak belah kecil.
11
II. ANATOMI
Sistem limfatik terdapat di seluruh bagian tubuh manusia, kecuali sistem saraf pusat. Bagian terbesarnya terdapat di sumsum tulang, lien, kelenjar timus, limfonodi dan tonsil. Organ-organ lain termasuk hepar, paru-paru, usus, jantung, dan kulit juga mengandung jaringan limfatik.
Limfonodi berbentuk seperti ginjal atau bulat, dengan
diameter sangat kecil sampai dengan 1 inchi. Limfonodi biasanya
membentuk suatu kumpulan (yang terdiri dari beberapa kelenjar)
di beberapa bagian tubuh yang berbeda termasuk leher, axilla,
thorax, abdomen, pelvis, dan inguinal. Kurang lebih dua per tiga
dari seluruh kelenjar limfe dan jaringan limfatik berada di sekitar
dan di dalam tractus gastrointestinal.
Pembuluh limfe besar adalah ductus thoracicus, yang berasal
dari sekitar bagian terendah vertebrae dan mengumpulkan cairan limfe dari
extremitas inferior, pelvis, abdomen, dan thorax bagian inferior. Pembuluh limfe
ini berjalan melewati thorax dan bersatu dengan vena besar di leher sebelah kiri.
Ductus limfatikus dextra mengumpulkan cairan limfe dari leher sebelah kanan,
thorax, dan extremitas bagian superior kemudian menyatu dengan vena besar pada
leher kanan.
Limpa berada di kuadran kiri atas abdomen. Tidak seperti jaringan limfoid lainnya, darah juga mengalir melewati limpa. Hal ini dapat membantu untuk mengontrol volume darah dan jumlah sel darah yang bersirkulasi dalam tubuh serta dapat membantu menghancurkan sel darah yang telah rusak.
III. ETIOLOGI
12
Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini
belum diketahui secara pasti, Beberapa hal yang diduga berperan
sebagai penyebab penyakit ini antara lain:
a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)
b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida,
herbisida, bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan
radiasi.
c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimun
d. Faktor genetik
IV. PATOFISIOLOGI
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan
genetik pada sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid,
yang dapat menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut
adalah proto-onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur
apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.
Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat
bermutai menjadi onkogen yang produknya dapat menyebabkan
transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor tumor adalah
gen yang dapat menekan proliferasi sel (antionkogen).
Normalnya, kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga
proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi
aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi
gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan
proliferasi tanpa henti.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen
yang mengatur apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan
DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang mengatur apoptosis
membuat suatu sel mengalami kematian yang terprogram,
13
sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk
fungsi regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel
yang sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup
dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga
proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang
mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA
akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi sel
kanker.
V. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis lengkap yang mencakup pajanan, infeksi,
demam, keringat malam, berat badan turun lebih dari 10 %
dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada sistem
limfatik (kelenjar getah bening, hati, dan lien dengan
dokumentasi ukuran), infiltrasi kulit atau infeksi.
3. Hitung sel darah rutin, pemeriksaan differensiasi sel darah
putih, dan hitung trombosit.
4. Pemeriksaan kimia darah, mencakup tes faal hati dan
ginjal, asam urat, laktat dehidrogenase (LDH), serta alkali
fosfatase.
5. Pembuatan radiogram dada untuk melihat adanya
adenopati di hilus (pembesaran kelenjar getah bening
bronkus, efusi pleura, dan penebalan dinding dada.
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui
berbagai cara, yaitu:
a. Pembedahan
14
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki
peranan yang terbatas dalam pengobatan limfoma. Untuk
beberapa jenis limfoma, seperti limfoma gaster yang
terbatas pada bagian perut saja atau jika ada resiko
perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan
masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini
pembedahan hanya dilakukan untuk mendukung proses
penegakan diagnosis melalui surgical biopsy.
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengobatan limfoma, terutama limfoma hodgkin di mana
penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk diprediksi.
Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak
digunakan untuk mengobati limfoma hodgkin seperti
radioimunoterapi dan radioisotope. Radioimunoterapi
menggunakan antibodi monoclonal seperti CD20 dan CD22
untuk melawan antigen spesifik dari limfoma secara
langsung, sedangkan radioisotope menggunakan Iodine
atau Yttrium untuk irradiasi sel-sel tumor secara selektif.
VII. KOMPLIKASI
Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita limfoma
maligna, yaitu komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi
karena penggunaan kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu
sendiri dapat berupa pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung,
kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava superior, kompresi pada spinal cord,
kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus gastrointestinal,
nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap leukemia. Sedangkan
komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa pansitopenia, mual dan
muntah, infeksi, kelelahan, neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah,
15
toksisitas jantung akibat penggunaan doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom
lisis tumor.
16