BST dr.yuzar

20
 BST PERITONITIS e.c SUSPECT APPENDICITIS PERFORASI Oleh : Noviandri Cahyadi B. 0618011077 Preceptor : Dr. Yuzar Harun, Sp.B, Fina CS SMF BEDAH RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG November 2011 1

Transcript of BST dr.yuzar

Page 1: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 1/20

 

BST

PERITONITIS e.c SUSPECT APPENDICITISPERFORASI

Oleh :

Noviandri Cahyadi B.

0618011077

Preceptor :

Dr. Yuzar Harun, Sp.B, Fina CS

SMF BEDAH

RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

November 2011

1

Page 2: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 2/20

 

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Masuk RS : 13 November 2011

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Natar.

2. ANAMNESA (autoanamnesis)

Keluhan Utama

 Nyeri di seluruh perut terutama bagian kanan bawah

Keluhan Tambahan

Demam, kembung, mencret, perut kaku, mual, muntah, nyeri

kepala, dan nafsu makan berkurang

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Abdoel Moeloek tanggal 14-11-2011,

dengan keluhan nyeri perut di bagian kanan bawah yang mendadak telah

dirasakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut awalnya

dirasakan di dekat pusar, lalu kemudian nyeri dirasakan di seluruh perut

terutama perut bagian kanan bawah. Pasien mengaku perut sering

kembung dalam 1 minggu . Pasien juga mengeluhkan demam, BAB cair 

  bercampur ampas warna kuning, tanpa lendir dan darah sejak 2 hari

sebelum masuk rumah sakit, selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya

terasa kaku karena menahan sakit. Kadang terasa mual, muntah, nafsu

makan berkurang, nyeri kepala. BAK tidak ada keluhan.

2

Page 3: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 3/20

 

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asma disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat sesak dan nyeri dada saat aktivitas ringan disangkal

Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal

Riwayat operasi sebelumnya disangkal

Riwayat perut sering kembung dan terasa sebah dibenarkan

Riwayat BAB hitam seperti tir disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal

Riwayat penyakit kencing manis disangkal

Riwayat penyakit alergi atau asma disangkal

ANAMNESIS SISTEM

Sistem Cerebrovaskuler : pasien sadar, nyeri kepala

Sistem Cardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem Respiratorius : tidak ada keluhan

Sistem Gastrointestinal : nyeri perut, kembung, mencret, mual, nafsu

makan berkurang

Sistem Urogenital : tidak ada keluhan

Sistem Integumentum : keringat dingin, badan meriang

Sistem muskuloskeletal : nyeri perut dan kaku

3. PEMERIKSAAN FISIK 

a. Status Present

Keadaan Umum : Lemah, tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

3

Page 4: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 4/20

 

-   Nadi : 88 x/menit

- Suhu : 38,2 oC

- Frekuensi nafas : 20 x/menit

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 167 cm

Status Gizi : Cukup

b. Status Generalis

Kepala

- Bentuk : normocephal, simetris

- Rambut : pendek, warna hitam

- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik,

 pupil bulat sentral isokor 

- Telinga : liang lapang, serumen telinga kiri dan

kanan (+)

- Hidung : Septum tidak deviasi, konka tidak 

hipertropi

- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor,

sianosis (-)

Leher

- Kelj. Getah bening : tidak membesar 

- Kelj. Thyroid : tidak membesar  

- JVP : tidak meningkat

Thorax

1. Pulmo

- Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan

hemitoraks kiri dan kanan simetris

4

Page 5: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 5/20

 

- Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB supraklavikula

dan aksila, Fremitus taktil hemitoraks kiri dan kanan

sama, fremitus vocal kanan kiri simetris

- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

- Auskultasi : Vesikular pada paru kiri dan kanan

ronkhi dan wheezing tidak ada

2. Cor

- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak 

- Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V

midclavicula kiri

- Perkusi : Batas atas sela iga II parasternal kiri

Batas kanan sela iga IV parasternal kanan

Batas kiri sela iga V midclavicula kiri

- Auskultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, gallop tidak ada

Abdomen

- Inspeksi : Distended, lebih tinggi dari dada, simetris,

tidak nampak hematom, warna kulit sama dengan

sekitar 

- Auskultasi : Peristaltik (+) menurun.

- Palpasi : Tidak teraba massa, defans muskuler (+),

nyeri tekan suruh lapang perut, hepar dan lien tidak 

teraba, ballotemen ginjal tidak teraba

- Perkusi : Hipertimpani, tidak ada nyeri ketok CVA

Ekstremitas

- Superior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka ( -)

- Inferior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka (- )

5

Page 6: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 6/20

 

- Kekuatan motorik superior dextra : 5

- Kekuatan motorik superior sinistra : 5

- Kekuatan motorik inferior dextra : 5

- Kekuatan motorik inferior sinistra : 5

c. Status Lokalis

 Nyeri Mc.Burney (+), Psoas sign (+), Obturator sign (+), Rovsing

sign (-).

Rectal Toucher 

- M. Spincter ani mencengkram kuat

- Mucosa recti licin, tidak teraba massa

- Ampula recti tidak kolaps

- Tidak nampak lendir / darah

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi (13-11-2011)

Hb : 13,4 gr/dl (13,0 - 14,0)

Leukosit : 15.600 / uL (5,0 - 10,0)

LED : 65 mm/jam

Jenis Leukosit

 Neutrofil segmen : 79 %

Limfosit : 4 %

Monosit : 2 %

Masa Pendarahan : 3’

Masa Pembekuan : 4’

Pemeriksaan Kimia Darah

Ureum : 31 mg/dl (10 - 50)

Creatinin : 1,5 mg/dl (0,6 - 1,1)

SGOT : 13 U/l (0 - 25)

SGPT : 8 U/l (0 - 29)

6

Page 7: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 7/20

 

GDS : 98 mg/dl (70 - 120)

 Na+ : 129 mg/dl

Ca2+ : 8,6 mg/dl

cl- : 91 mmol/l

RESUME

Anamnesa

Pasien datang ke IGD RSUD Abdoel Moeloek tanggal 13-11-2011,

dengan keluhan nyeri perut di bagian kanan bawah yang mendadak telah

dirasakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut awalnya

dirasakan di dekat pusar, lalu kemudian nyeri dirasakan di seluruh perut

terutama perut bagian kanan bawah. Pasien mengaku perut sering

kembung dalam 1 minggu . Pasien juga mengeluhkan demam, BAB cair 

  bercampur ampas warna kuning, tanpa lendir dan darah sejak 2 hari

sebelum masuk rumah sakit, selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya

terasa kaku karena menahan sakit. Kadang terasa mual, muntah, nafsu

makan berkurang, nyeri kepala. BAK tidak ada keluhan.

Pemeriksaan Fisik 

Status Present 

Keadaan Umum : Lemah, tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign

- Tekanan darah: 120/70 mmHg

-   Nadi : 88 x/menit

- Suhu : 38,2 oC

- Frekuensi nafas : 20 x/menit

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 167 cm

7

Page 8: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 8/20

 

Status Gizi : Cukup

Status Generalis

- Kepala : Dalam batas normal

- Thoraks ( Paru & Cor ) : Dalam batas normal

- Abdomen

- Inspeksi : Distended, lebih tinggi dari dada, simetris

- Auskultasi : Peristaltik (+) menurun.

- Palpasi : Tidak teraba massa, defans muskuler (+), nyeri

tekan suruh lapang perut terutama bagian bawah.

- Perkusi : Hipertimpani, tidak ada nyeri ketok CVA

- Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Lokalis

 Nyeri Mc.Burney (+), Psoas sign (+), Obturator sign (+), Rovsing sign (-).

Abdomen Datar, tegang, Nyeri tekan ( + ) Pada seluruh regio abdomen. Defense

muskular ( +), Bising usus ( + ) menurun.

Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium

- Hb : 13,4 gr/dl (13,0 - 14,0)

- Leukosit : 15.600 / uL (5,0 - 10,0)

- LED : 65 mm/jam

- Jenis Leukosit

  Neutrofil segmen : 79 %

DIAGNOSIS KERJA

Peritonitis e.c suspect appendicitis perforasi

8

Page 9: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 9/20

 

DIAGNOSIS BANDING

Peritonitis ec appedicitis kronis eksaserbasi akut

PEMERIKSAAN ANJURAN

- foto polos abdomen

- USG abdomen

PENATALAKSANAAN

• Bed rest

• Transfusi WB 250 cc

• Medikamenosa

1. Infuse RL 20 tetes/menit

2. Inj. Cefotaxim 1gr/8jam

3. Inj. Ketorolac 1amp/12jam

4. Inj. Ranitidin 1amp/12jam

• Operatif : Laparotomi explorasi.

PROGNOSA

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

9

Page 10: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 10/20

 

TINJAUAN PUSTAKA

Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya

keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak 

ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat

disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat

 pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti

  pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum karena

 perforasi tukak lambung, perforasi dari  Payer's   patch,pada typhus abdominalis

atau perforasi akibat trauma. Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala

utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang

  penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma abdomen berupa vulnus

abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut abdomen baru dapat

ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa

 pemeriksaan labo- ratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa

observasi yang ketat.

Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering

terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,

salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi

  post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. Pada keadaan

normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri. Namun adanya kontaminasi

 bakteri yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi tubuh yang menurun,

dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, kesemua hal ini merupakan

faktor-faktor yang dapat memudahkan terjadinya peritonitis (radang peritoneum).

Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa

inflamasi dan penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan.

Sebagian kelainan disebabkan oleh cidera langsung atau tidak langsung yang

10

Page 11: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 11/20

 

mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.

Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena

setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan

morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya

tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis,

 pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

PERITONITIS

1.1 DEFINISI

Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel-

sel, dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pda

abdomen, konstipasi, dan demam. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi

 pada peritoneum.

1.2 ANATOMI

Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.

Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu

coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding

enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Sedangkan kedua rongga

mesoderm, bagian dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm

11

Page 12: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 12/20

 

tersebut kemudian akan menjadi peritoneum.

Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika

serosa)

2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina

 parietalis.3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.

Organ-organ yang terdapat di cavum peritoneum yaitu:

• Gaster, hepar, vesica fellea, lien, ileum, jejenum, kolon transversum, kolon

sigmoid, sekum, dan appendix (intraperitoneum)

• Pankreas, duodenum, kolon ascenden & descenden, ginjal dan ureter 

(retroperitoneum)

12

Page 13: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 13/20

 

1.3 PATOFISOLOGI

Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi

akibat penyebaran infeksi dari organ – organ abdomen (misalnya: apendisitis,

salpingitis), rupture saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. Organisme

yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus

ruptur apendiks, sedangkan stafilokok dan streptokok sering masuk dari luar.

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat

fibrinosa. Abses terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi

satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan

 biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita – 

 pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstruksi usus.

Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila

infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan

 peritonitis umum, aktifitas peristaltik berkurang, usus kemudian menjadi atoni dan

meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan

dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk 

antara lengkung – lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya

 pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.

Peritonitis mekonium adalah peritonitis non bakterial yang berasal dari mekonium

yang keluar melalui defek pada dinding usus ke dalam rongga peritoneum. Defek 

dinding usus dapat tertutup sendiri sebagai reaksi peritoneal. Bercak perkapuran

dapat terjadi dalam waktu 24 jam.

1.4 MANIFESTASI KLINIS

Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan

tanda–tanda rangsangan peritonium. Biasanya diagnosis peritonitis ditegakkan

secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang

13

Page 14: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 14/20

 

tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama

kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal).

Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni:

• Demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia

• Takikardia, dehidrasi hingga menjadi hipotensi

•   Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di

tempat tertentu sebagai sumber infeksi

• Bising usus menurun sampai menghilang.

• Dinding perut akan terasa tegang (defans muskular), biasanya karena

mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari

 palpasi yang menyakitkan, atau bisa pula tegang karena iritasi peritoneum.

• Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan,

  bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika

digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya.

• Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk 

membedakan nyeri akibat radang panggul, namun pemeriksaan ini jarangdilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.

1.5 PEMERIKSAAN FISIK 

Pada pemeriksaan tanda vital perlu diperhatikan status gizi, kemungkinan adanya

gangguan kesadaran, dehidrasi, syok, anemia, dan gangguan napas. Pada

 pemeriksaan fisik pasien dengan peritonitis, biasanya didapatkan keadaan sebagai

 berikut :

• Keadaan umumnya tidak baik 

• Demam dengan temperatur >380C

• Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia.

• Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan

hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual dan muntah,

14

Page 15: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 15/20

 

demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan

adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi

semakin hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan

dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.

Penderita dengan perdarahan, perforasi atau obstruksi lambung atau duodenum

sering datang dalam keadaan gawat.

• Inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi

menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan

gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase.

Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan

tegang atau distended.

• Auskultasi. Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah

yang paling terasa sakit di abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang

 berlawanan dari yang ditunjuik pasien. Auskultasi dilakukan untuk menilai

apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis

umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini

disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus

ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis

lokal bising usus dapat terdengar normal.

15

Page 16: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 16/20

 

• Palpasi. Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral

yang sangat sensitif. Bagian anterior dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen

yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara

 bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans

muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai

 peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni adalah proses

refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi

kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.

Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan

setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks

untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau

tekanan setempat.

• Perkusi. Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum,

adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan

 perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien

dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen

hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan,

misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan Roentgen dan endoskopi.

Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain:

• nilai hemoglobin dan hemotokrit, untuk melihat kemungkinan adanya

 perdarahan atau dehidrasi.

• Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.

16

Page 17: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 17/20

 

• Hitung trombosit dan dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk 

 persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan demam berdarah yangmemberikan gejala mirip gawat perut.

Gambaran radiologi

• Foto roentgen di ambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang

terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto roentgen dan merupakan

 petunjuk adanya perforasi.

• Pada pemeriksaan foto polos abdomen dijumpai asites, tanda – tanda

obstruksi usus berupa air-udara dan kadang – kadang udara bebas

(perforasi). Biasanya lambung, usus halus dan kolon menunjukkan dilatasi

sehingga menyerupai ileus paralitik. Usus – usus yang melebar biasanya

 berdinding tebal.

• Pada peritonitis umum gambaran radiologinya menyerupai ileus paralitik.

Terdapat distensi baik pada usus halus maupun pada usus besar. Pada foto

 berdiri terlihat beberapa fluid level di dalam usus halus dan usus besar.

Jika terjadi suatu ruptur viskus bisa menyebabkan peritonitis, udara bebas

mungkin akan terlihat pada kavitas peritoneal.

1.7 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari peritonitis adalah apendisitis, pankreatitis, gastroenteritis,

kolesistitis, salpingitis, kehamilan ektopik terganggu, dan lain-lain.

 

1.8 PENATALAKSANAAN

Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang

dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi

saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus

septik (apendiks, dan sebagainya) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin

mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.

17

Page 18: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 18/20

 

Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri

dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian

dirubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada

organisme mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika berspektrum luas

 juga merupakan tambahan drainase bedah. Harus tersedia dosis yang cukup pada

saat pembedahan, karena bakteremia akan berkembang selama operasi.

Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman yang

menyebabkan radang di peritoneum. Secara non-invasif dapat dilakukan dengan

drainase abses dan endoskopi perkutan, namun yang lebih umum dilakukan ialah

laparotomi eksplorasi rongga peritoneum.

Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan

operasi laparotomi. Operasi ini untuk mengontrol sumber primer kontaminasi

 bakteri. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan

 jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis

terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat inflamasi. Teknik operasi yang

digunakan untuk mengendalikan kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat

 patologis dari saluran gastrointestinal. Pada umumnya, kontaminasi peritoneum

yang terus menerus dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi

viskus yang perforasi.

Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa

drain itu dengan segera akan terisolasi atau terpisah dari cavum peritoneum, dan

dapat menjadi tempat masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna pada

keadaan dimana terjadi kontaminasi yang terus-menerus (misal fistula) dan

diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat direseksi.

1.9 KOMPLIKASI

Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana

18

Page 19: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 19/20

 

komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu :

a. Komplikasi dini

• Septikemia dan syok septic

• Syok hipovolemik 

• Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan

kegagalan multisystem

• Abses residual intraperitoneal

• Portal Pyemia (misal abses hepar)

 b. Komplikasi lanjut

• Adhesi

• Obstruksi intestinal rekuren.

Sedangkan komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi

memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula

enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan

kuman tidak adekuat.

PROGNOSIS

Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada

 peritonitis umum prognosisnya mematikan akibat organisme virulen. Prognosis

ini bergantung kepada:

• Lamanya peritonitis

∞ < 24 jam = 90% penderita selamat

∞ 24-48 jam = 60% penderita selamat

∞ > 48 jam = 20% penderita selamat.

• Adanya penyakit penyerta

• Daya tahan tubuh

• Usia

∞ Makin tua usia penderita, makin buruk prognosisnya.

19

Page 20: BST dr.yuzar

5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 20/20

 

DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis EGC. 2002. Kamus kedokteran Dorland . Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat,R, Wim de Jong. 2004. Buku – Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

20