Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor,...

download Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit

of 24

Transcript of Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor,...

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    1/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    BRONCHOPNEUMONIA

    PENDAHULUAN

    Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

    parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:

    1) Pneumonia lobaris

    2) Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

    3) Bronchopneumonia

    Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian

    bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit

    dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang

    menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia

    banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita

    pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.

    Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan

    pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga

    mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang

    disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

    asing.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    1

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    2/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga

    sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih

    sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya

    tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada

    anak-anak dan orang dewasa.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    2

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    3/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    BRONCHOPNEUMONIA

    DEFENISI

    Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

    bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy

    distribution).

    EPIDEMIOLOGI

    Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di

    bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika

    pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah

    umur 2 tahun.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    3

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    4/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    ETIOLOGI

    Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

    A. Faktor Infeksi

    Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

    Pada bayi :

    - Virus :Virus parainfluensa, virus influenza,

    Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.

    - Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

    - Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus

    influenza, Mycobacterium tuberculosa,

    B. pertusis.

    Pada anak-anak :

    - Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

    - Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

    - Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

    Pada anak besar dewasa muda :

    - Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, Chlamidia trachomatis

    - Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

    B. Faktor Non Infeksi.

    Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

    a. Bronkopneumonia hidrokarbon :

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    4

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    5/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung

    ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

    b. Bronkopneumonia lipoid :

    Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,

    termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme

    menelan seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal,

    atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang

    sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang

    terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi

    bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .

    Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya

    Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat

    seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak

    merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

    KLASIFIKASI

    Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan

    pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah

    membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis

    dan memberikan terapi yang lebih relevan.

    1. Pembagian secara anatomis :

    Pneumonia lobaris

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    5

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    6/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

    Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)

    2. Pembagian secara etiologi :

    Bakteri :Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,

    Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae.

    Virus :Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus

    Jamur :Candida,Aspergillus,Mucor,Histoplasmosis,Coccidiomycosis,

    Blastomycosis, Cryptoccosis.

    Corpus alienum

    Aspirasi

    Pneumonia hipostatik

    PATOGENESIS

    Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,

    keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di

    dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga

    mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

    Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui

    berbagai cara, antara lain :

    1. Inhalasi langsung dari udara

    2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

    3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

    4. Penyebaran secara hematogen

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    6

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    7/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk

    mencegah infeksi yang terdiri dari :

    1. Susunan anatomis rongga hidung

    2. Jaringan limfoid di nasofaring

    3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret

    lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.

    4. Refleks batuk.

    5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

    6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

    7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.

    8. Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja

    sebagai antimikroba yang non spesifik.

    Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan

    nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan

    sekitarnya.

    Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan

    yang meliputi empat stadium, yaitu :

    A. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)

    Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

    berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan

    aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    7

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    8/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun

    dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

    Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama

    dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan

    peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat

    plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

    kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan

    jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini

    dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen

    hemoglobin.

    B. Stadium II (48 jam berikutnya)

    Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,

    eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi

    peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan

    leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

    seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga

    anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48

    jam.

    C. Stadium III (3 8 hari)

    Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

    mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi

    di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    8

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    9/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

    karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah

    tidak lagi mengalami kongesti.

    D. Stadium IV (7 11 hari)

    Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan

    mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga

    jaringan kembali ke strukturnya semula.

    GEJALA KLINIS

    Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

    selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin

    disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan

    cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan

    mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk

    setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi

    produktif.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

    Inspeksi : pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan

    mulut, retraksi sela iga.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    9

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    10/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

    Perkusi : Sonor memendek sampai beda

    Auskultasi : Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai

    ronki basah gelembung halus sampai sedang.

    Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah

    yang terkena.Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi

    mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.

    Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi

    terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar

    mengeras.

    Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan biasanya

    proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3

    dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan

    dengan infeksi virus atau mycoplasma.

    2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

    3. Peningkatan LED.

    4. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain

    kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat

    swab).

    5. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada

    stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    10

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    11/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    DIAGNOSIS

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang

    sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan

    penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau

    beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti

    pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel

    polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat

    berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit

    menurun.

    Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi,

    karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan

    kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan

    pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman

    tersebut bronkopneumonia dibedakan berdasarkan :

    1. Bronkopneumonia sangat berat :

    Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus

    dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

    2. Bronkopneumonia berat :

    Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka anak

    harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

    3. Bronkopneumonia :

    Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

    - > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    11

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    12/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    - > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun

    - > 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

    4. Bukan bronkopenumonia :

    Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan

    tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi

    kuman penyebab:

    1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung

    2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus

    3. deteksi antigen bakteri

    DIAGNOSA BANDING

    1. Bronchopneumonia

    2. Asma bronchial

    3. Bronchiolitis

    PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai

    dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:

    Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)

    Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi

    Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

    Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal

    ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    12

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    13/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan

    kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.

    Tabel pemilihan antibiotika berdasarkan etiologi

    Mikroorganisme

    Streptokokus dan Stapilokokus

    M. Pneumonia

    H. Influenza

    Klebsiela dan P. Aeroginosa

    Penicilin G 50.000-100.000 unit/hari IV

    atau Penicilin Prokain 6.000.000 unit/hari

    IM atau Ampicilin 100-200 mg/KgBB/hari

    atau Ceftriakson 75-200 mg/KgBB/hari

    Eritromisin 15 mg/KgBB/hari

    Klorampenicol 50-100 mg/KgBB/hari

    Sefalosporin

    KOMPLIKASI

    1. Otitis media

    2. Bronkiektase

    3. Abses paru

    4. Empiema

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    13

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    14/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    PROGNOSIS

    1. Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan

    pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat

    untuk pengobatan.

    2. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi

    berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan

    hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan

    pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja

    sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif

    yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi

    apabila berdiri sendiri.

    PENCEGAHAN

    Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

    penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan

    terjadinya bronkopneumonia ini.

    Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan

    tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan

    makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin

    berolahraga, dll.

    Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi

    antara lain:

    - Vaksinasi Pneumokokus

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    14

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    15/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    - Vaksinasi H. influenza

    - Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan

    tubuh rendah

    - Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    15

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    16/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Behman, Vaughan.Dalam nelson text book of pediatric ; Jilid I, Edisi 15 ; ECG

    ; Jakarta 2005.

    2. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. FKUI. Jakarta.

    2000

    3. _________, 15 juli 2009. Askep Bronchopneumonia. (Online) : .

    http://dvirna.multiply.com/journal/item/23/bronchopneumonia.

    4. Sujana, 23 Februari 2010, Pneumonia Pada Anak. (Online) :

    http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2010/02/23/pneumonia-pada-anak/

    5. Ncithea. 12 januari 2008. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan

    Bronchopneumoni. (Online) : http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-

    keperawatan-pada-anak-dengan_12.html.

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    16

    http://dvirna.multiply.com/journal/item/23/bronchopneumoniahttp://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2010/02/23/pneumonia-pada-anak/http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_12.htmlhttp://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_12.htmlhttp://dvirna.multiply.com/journal/item/23/bronchopneumoniahttp://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2010/02/23/pneumonia-pada-anak/http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_12.htmlhttp://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_12.html
  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    17/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    STATUS ORANG SAKIT

    ANAMNESE PRIBADI OS

    Nama : Bening Atika Cahaya

    Umur : 7 bulan

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Jln.Ir.H.Juanda, Binjai

    Tanggal Masuk : 06 Februari 2011

    Berat badan masuk : 6 kg

    ANAMNESE ORANG TUA OS

    AYAH IBU

    Nama : Adi Joko Marni

    Umur : 25 tahun 24 tahun

    Agama : Islam Islam

    Perkawinan : Kawin kawin

    Pendidikan : SMA SMA

    Pekerjaan : Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

    Alamat : Jl.Ir.H.Juanda Jl.Ir.H.Juanda

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    17

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    18/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    RIWAYAT KELAHIRAN OS

    Tanggal Lahir : 07 Juli 2010

    Cara Lahir : Spontan, normal

    Berat Badan Lahir : 2700 gr

    Panjang Badan Lahir : 45 cm

    Ditolong Oleh : Bidan

    RIWAYAT IMUNISASI

    BCG : 1 x (< 2bulan)

    DPT : 2 x (2 bulan, 4 bulan)

    Polio : 3 x (Baru lahir, 2 bulan, 4 bulan)

    Hepatitis : 1 x (Baru lahir)

    RIWAYAT BERSAUDARA

    Os merupakan anak pertama dari kehamilan pertama.

    ANAMNESE MAKANAN

    0 3 bulan : ASI semaunya

    3 6 bulan : - ASI semaunya

    - Bubur nasi

    RIWAYAT PERKEMBANGAN FISIK

    0 3 bulan : - Belajar mengangkat kepala

    - Melihat muka orang dengan tersenyum

    - Beraksi terhadap suara atau bunyi

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    18

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    19/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    - Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman dan

    pendengaran

    3 6 bulan - Dapat duduk dengan dibantu

    - Berusaha meraih beda

    - Tertawa dan menjerit bila diajak bermain

    ANAMNESE PENYAKIT

    Keluhan Utama : Sesak napas

    Telaah :

    - Os datang ke RSUD dr. RM Djoelham dengan keluhan Sesak napas yang

    dialami os sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, yang dirasakan tiba-tiba dan

    semakin lama semakin memberat. Sesak tidak berhubungan aktivitas yang

    banyak dan cuaca. Pada os jg terlihat kebiruan di sekitar mulutnya.

    - Os juga mengalami batuk sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,

    batuk tidak berdahak dan berdarah.

    - Demam (+) dialami os sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, demam bersifat

    naik turun,demam turun jika diberi obat penurun panas. Kejang (-), Menggigil

    (-).

    - Orang tua os mengatakan os kelihatan lemas (+), mual (+), muntah (+), dan

    nafsu makan berkurang.

    - BAK & BAB Normal

    RPT : Os pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu karena sesak nafas

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    19

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    20/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    RPO : Paracetamol, amoxicilin, dan obat batuk.

    STATUS PRESENT

    Sensorium : Compos mentis Anemia : (-)

    HR : 134 x/menit Dyspnoe : (+)

    RR : 68 x/menit Edema : (-)

    Temperatur : 39,30C Ikterus : (-)

    BB masuk : 6 kg Cyanosis : (+)

    Status gizi :

    BB : 6 kg

    BBI : 8 kg

    Umur : 7 bulan

    Status gizi : BB masuk x 100 %

    BBN: 6 x 100%

    8

    : 75 % ( Gizi Kurang )

    STATUS LOKALISATA

    Kepala : Rambut hitam, tidak mudah dicabut

    Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor ka = ki

    Hidung : Pernafasan cuping hidung (+), sekret (-)

    Telinga : Serumen (-)

    Mulut : Mucosa bibir kering (-), sianosis (+)

    Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    20

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    21/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Thorax :

    Paru : Inspeksi : simetris ka=ki, retraksi sela iga (+)

    Palpasi : stem fremitus ka=ki

    Perkusi : sonor memendek

    Auskultasi : suara pernafasan bronkial, ronchi (+)

    RR : 68 x / menit

    Jantung :

    Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Ictus cordis teraba

    Perkusi : Sonor memendek

    Auskultasi : BJ I dan BJ II murni regular

    HR : 134 x/ menit

    Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N

    Hepar : Tidak teraba

    Lien : Tidak teraba

    Genitalia : Perempuan, anus (+) N

    Extremitas : Superior : Dalam Batas normal

    Inferior : Dalam Batas normal

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Urine : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

    Feses : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

    Darah : Eritrosit : 4,3 x 106 /mm3

    Leukosit : 13,2 x 103 /mm3

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    21

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    22/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    Hb : 11,4 gr/ dL

    HT : 35,9 %

    Trombosit : 465 x 103

    / L

    RESUME

    ANAMNESE PENYAKIT

    Keluhan Utama : Sesak napas

    Telaah :

    - Os datang ke RSUD dr. RM Djoelham dengan keluhan Sesak napas yang

    dialami os sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, yang dirasakan tiba-tiba dan

    semakin lama semakin memberat. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas

    yang banyak dan cuaca. Pada os jg terlihat kebiruan di sekitar mulut.

    - Os juga mengalami batuk sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,

    batuk tidak berdahak dan berdarah.

    - Sebelumnya Os menagalami demam tinggi dialami os sejak 3 hari SMRS,

    demam bersifat naik turun,demam turun jika diberi obat penurun panas.

    - Orang tua os mengatakan os kelihatan lemas (+), mual (+), muntah (+), dan

    nafsu makan berkurang.

    RPT : Os pernah dirawat di RS 1 tahun yang lalu karena sesak nafas

    RPO : Paracetamol, amoxicilin, dan obat batuk.

    STATUS PRESENT

    Sensorium : Compos mentis Anemia : (-)

    HR : 134 x/menit Dyspnoe : (+)

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    22

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    23/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    RR : 68 x/menit Edema : (-)

    Temperatur : 39,3 oC Ikterus : (-)

    BB masuk : 6 kg Cyanosis : (+)

    STATUS GIZI

    BB : 6 kg

    BBI : 8 kg

    Umur : 7 bulan

    Status gizi : BB masuk x 100 %

    BBI

    : 6 x 100%

    8

    : 75 % ( Gizi Kurang )

    DIAGNOSA BANDING

    1. Bronchopneumonia

    2. Asma bronchial

    3. Bronchiolitis

    DIAGNOSA KERJA

    Bronchopneumonia

    PENATALAKSANAAN

    Nonfarmakologi :

    NADELIA

    SMF Ilmu Kesehatan anak

    23

  • 7/30/2019 Bronkopneumonia DocEndang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar I

    24/24

    BRONCHOPNEUMONIA2011

    1. bed rest

    2. Diet M II

    Farmakologi :

    1. O2 1 2 L / menit

    2. IVFD 4:1 20 gtt/i

    3. Inj. Cefotaxim 250 mg / 12 jam

    4. Inj. Dexametason amp/ 8 jam

    5. Paracetamol syr 3 x 1 cth

    6. Ambroxol syr 3 x 1 cth

    7. Salbutamol syr 3x1 cth

    8. Nebulizer ventolin gr/ 8 jam

    ANJURAN

    Cek ulang darah lengkap

    PROGNOSIS

    Dubia at Bonam

    NADELIA

    SMF Il K h t k

    24