BPH G1

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra). Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-kira 80 % menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin. Testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat. Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu disertai gejala-gejala klinik. Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu : 1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih. 2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat berupa : 1. Frekuensi berkemih bertambah 2. Berkemih pada malam hari. 3. Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih. 4. Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih. 5. Rasa nyeri pada waktu berkemih. Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu

description

kesehatan

Transcript of BPH G1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-kira 80 % menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin. Testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat.Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu disertai gejala-gejala klinik.Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu :1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.1. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Gejala klinik dapat berupa :1. Frekuensi berkemih bertambah2. Berkemih pada malam hari.3. Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih.4. Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih.5. Rasa nyeri pada waktu berkemih.Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal yaitu hydroneprosis, pyelonefritis.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa yang dimaksud dengan BPH?1.2.2 Apa penyebab terjadinya BPH?1.2.3 Apa tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan BPH?1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi BPH?1.2.5 Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien dengan BPH?

1.3 TujuanSetelah membuat laporan kasus ini mahasiswa diharapkan:1.3.1 Mampu menjelaskan dan memahami tentang BPH.1.3.2 Mampu menjelaskan dan memahami tentang penyebab terjadinya BPH.1.3.3 Mampu menjelaskan dan memahami tentang tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan BPH.1.3.4 Mampu menjelaskan dan memahami patofisiologi dari BPH.1.3.5 Mampu menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien dengan BPH.

1.4 Manfaat1.4.1 Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang BPH.1.4.2 Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang penyebab terjadinya BPH.1.4.3 Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan BPH.1.4.4 Mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi dari BPH.1.4.5 Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien dengan BPH.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian2.1.1 Benigna prostat hypertropi adalah pertumbuhan kelenjar fibroadenomatosa majemuk dalam prostat (Price, 1992).2.2.1 Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).2.3.1 BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia. Beberapa atau semua komponen prostat, meliputi antara lain: Jaringan kelenjar, Jaringan fibro-muskular yang menyebabkan penyumbatan uretra parsprostatika.2.4.1 BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).

2.2 Anatomi dan FisiologiKelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi/mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4-6 cm, lebar 3-4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2-3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.Prostat terdiri dari : a. Jaringan Kelenjar50 - 70 %b. 30 - 50 %Jaringan Stroma (penyangga)c. Kapsul/Musculer Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel-sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10-30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain seperti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainan yang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.

2.3 EtiologiPenyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benign Prostatic Hyperplasia antara lain:1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.2. Ketidak seimbangan estrogen-testoteronDengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.3. Interaksi stroma-epitelPeningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel.4. Penurunan sel yang matiEstrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.5. Teori stem cellSel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Roger Kirby, 1994:38).

2.4 Tanda dan GejalaGejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu:1. Gejala Obstruktifa. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.d. Pancaran lemah: kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.2. Gejala Iritasia. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Benign Prostatic Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 100 cc dan beratnya + 20 40 gram.3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 4 cm, dan beratnya 40 gram.4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

2.5 PatofisiologiSejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999:11)

Peningkatan Sel StermPeningkatan 5 Alfa reduktase dan reseptor endogenProses MenuaInteraksi Sel Epitel dan StromaBerkurangnya sel yang matiKetidakseimbangan hormone(estrogen meningkat, testosterone menurun)Hiperplasia pada epitel dan stroma pada kelenjar prostatPenyempitan Lumen Ureter ProtatikaMenghambat Aliran UrinPeningkatan tekanan intra vesikalHiperirritable pada bladderPeningkatan Kontraksi Otot detrusor dari buli-buliHipertropi Otot detrusor,trabekulasiTerbentuknya Sekula-sekula dan difertikel buli-buliRetensi UrinHidro UreterHidronefritisPenurunan Fungsi ginjalDisuriaIntermitenFrekuensiUrgensiHesistensiTerminal dribling

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHSTIKES HANG TUAH SURABAYA

Nama Mahasiswa: Ghora KertapatiTgl/jam MRS: 1 Oktober 2012/ 18.36Tgl/jam pengkajian: 2 Oktober 2012 / 13.15No. RM: 00-00-42-xx-xxDiagnosa medis: BPHRuangan/kelas: G1 / III No. Kamar: 5

I. IDENTITAS1. Nama: Tn. S2. Umur: 43 Th3. Jenis Kelamin: Laki - laki4. Status: Menikah5. Agama: Islam6. Suku/bangsa: Indonesia7. Bahasa: Indonesia8. Pendidikan: SMP9. Pekerjaan: Pensiunan pegawai swasta10. Alamat dan nomor telp: Surabaya11. Penanggung jawab: Sendiri

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN1.Keluhan utama: Kencing keluar darah2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dari UGD Rumkital Dr. Ramelan pada tanggal 01 Oktober 2012 dengan keluhan kencing keluar darah. Urine hanya menetes dan terasa nyeri jika dikeluarkan. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien didiagnosa BPH + Gross Hematuria dan harus menjalani rawat inap di Paviliun G1 untuk selanjutnya dilakukan tindakan bedah.3. Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi, DM.4. Riwayat Kesehatan Keluarga: DM

Susunan keluarga (genogram) :

433

Keterangan: Perempuan: Laki - laki: Pasien : Tinggal serumah5. Riwayat alergi: -

III. POLA FUNGSI KESEHATAN1. Persepsi Terhadap Kesehatan (keyakinan terhadap kesehatan & sakitnya)Pasien mengatakan menjaga kesehatan itu penting dan berguna untuk menjalani kehidupan di masa depan. Tetapi pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.2. Pola Aktivitas dan Latihana.Kemampuan perawatan diriAktivitasSMRSMRS

0123401234

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi/toileting

Mobilitas di tempat Tidur

Berpindah

Berjalan

Naik tangga

Berbelanja

Memasak

Pemeliharaan rumah

Skor0 = mandiri3 = dibantu orang lain & alat1 = alat bantu4 = tergantung/tidak mampu2 = dibantu orang lainAlat bantu : ( ) tidak( ) Kruk ( ) Tongkat () Pispot disamping tempat tidur( ) Kursi roda

b. Kebersihan diriDi rumahDi rumah sakitMandi: 2 x/hrMandi: 1 x/hrGosok gigi: 2 x/hrGosok gigi: - x/hrKeramas: 2 x/mggKeramas: - x/mggPotong kuku : 1 x/mggPotong kuku: - x/mggc.Aktivitas sehari-hari : Hanya dirumah saja.d.Rekreasi: Menonton TV.e.Olahraga: ( ) tidak( ) ya, 3. Pola Istirahat dan TidurDi rumahDi rumah sakitWaktu tidur : Siang 12.00 15.00Waktu tidur : Siang 11.00 15.00 Malam 21.00 05.00 Malam 21.00 05.00Jumlah jam tidur : 11 jam Jumlah jam tidur : 12 jamMasalah di RS: () tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk ( ) insomnia () lainnya,

4. Pola Nutrisi Metabolika.Pola MakanDi rumahDi rumah sakitFrekuensi: 3 x/hariFrekuensi : 3 x/hariJenis : Nasi, sayur, lauk paukJenis : Nasi DMPorsi: 1 porsiPorsi : porsiPantangan: -Diit khusus : Nasi DMMakanan disukai : Lontong SayurNafsu makan di RS: ( ) normal( ) bertambah ( ) berkurang ( ) mual( ) muntah, ...........cc ( ) stomatitisKesulitan menelan : ( ) ya( ) tidakGigi palsu: ( ) ya( ) tidakNG Tube: ( ) ya() tidak

b.Pola MinumDi rumahDi rumah sakitFrekuensi: 4-5 gelasFrekuensi : 4-6 gelasJenis : Air putihJenis : Air putihJumlah: 1000 mlJumlah : 1200 mlPantangan: -Minuman disukai : Teh

5.Pola Eliminasia.Buang Air BesarDi rumahDi rumah sakitFrekuensi: 2 x/hariFrekuensi: 1 x/hariKonsistensi: Lunakkonsistensi: LunakWarna: Kuning kecoklatanWarna: () Kuning ( ) bercampur darah ( ) lainnya, Masalah di RS: ( - ) Konstipasi( - ) Diare ( - ) InkontinenKolostomi: ( - ) ya( - ) tidak

b.Buang Air KecilDi rumahDi rumah sakitFrekuensi: 4-5 x/hariFrekuensi: 3-4 x/hariJumlah: 1000 mlJumlah: 800 mlWarna: Kuning jernihWarna: Kuning keruhMasalah di RS: ( - ) disuria( - ) nokturia () hematuria ( - ) retensi( - ) inkontinenAlat bantu: ( ) tidak() ya, kateter 3 way produksi 2000cc/hari

6. Pola Kognitif PerseptualBerbicara: ( ) normal( ) gagap( ) bicara tak jelas ( ) afasia( ) blockingBahasa sehari-hari: ( ) Indonesia( ) Jawa( ) lainnya: Kemampuan membaca : ( ) bisa( ) tidak, Tingkat ansietas: ( ) ringan( ) sedang ( ) berat ( ) panik, Sebab: cemas akan penyakitKemampuan interaksi: ( ) sesuai( ) tidak, Vertigo: ( ) ya( ) tidakNyeri: ( ) tidak( ) yaBila ya, P = Saat miksi terasa nyeri.Q = Hilang timbul.R = Saluran kencing.S = Skala nyeri 4.T = Jika miksi terasa nyeri.

7. Pola Konsep DiriGambaran diri : Pasien masih bisa melakukan aktivitasnya sendiri meskipun ada kegiatan yang memerlukan bantuan orang lain.Ideal diri : Pasien ingin sembuh seperti semula.Harga diri : Pasien pasrah dengan penyakitnya.Identitas diri : Tidak terganggu.Peran : Pasien beperan sebagai pegawai swasta.

8. Pola KopingMasalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri) : -Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya : - Kemampuan adaptasi: Pasien mudah beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.

9. Pola Seksual ReproduksiMenstruasi terakhir: Pasien laki-lakiMasalah menstruasi: Pasien laki-lakiPap Smear terakhir: Pasien laki-lakiPemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya ( ) tidakMasalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : -

10. Pola Peran HubunganPekerjaan: Pensiunan pegawai swastaKualitas bekerja: Giat dalam bekerjaHubungan dengan orang lain : Mudah bersosialisasiSistem pendukung: () pasangan ( ) tetangga/teman ( ) tidak ada ( ) lainnya, anakMasalah keluarga mengenai perawatan di RS : -

11. Pola Nilai KepercayaanAgama: IslamPelaksanaan ibadah: Melaksanakan sholat 5 waktuPantangan agama : () tidak( ) ya,Meminta kunjungan Rohaniawan : ( ) ya() tidak(IV. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)1. Tanda-tanda vitala. Suhu: 36 oCb. Nadi: 68 x/menit,irama : regulerc. Tekanan darah: 130/70 mmHgd. Frekuensi nafas: 20x/menit irama : regulere. Tinggi Badan: 170 cmf. Berat Badan: SMRS 68 Kg, MRS 66 Kg2. Sistem pernafasan (Breath)Bentuk dada normo chest, irama nafas reguler, suara nafas vesikuler, sonor, S1 dan S2 tunggal.3.Sistem Kardiovaskuler (Blood)Ictus cordis normal, ICS 5 midklavikula sinistra, tidak ada nyeri dada, suara jantung S1 dan S2 tunggal, akral hangat, CRT < 2 detik, irama jantung reguler.4.Sistem Persarafan (Brain)GCS 4 5 6, tidak ada odema, akral hangat, trauma -, benjolan -.5.Sistem Perkemihan (Bladder)Adanya nyeri tekan pada bagian perut bagian bawah, frekuensi urine 1000 ml warna kuning keruh.6.Sistem Pencernaan (Bowel)Nyeri tekan +, membran mukosa bersih.7.Sistem Muskuloskeletal (Bone)GCS 4 5 6, tidak ada kelainan tulang.8.Sistem IntegumenCRT < 2 detik, akral hangat, warna kulit kuning, rambut hitam dan sehat.9.Sistem PenginderaanMata: Tidak ada kelainan, pupil isokor, lapang pang normal.Hidung: Tidak ada polip dan sinusTelinga: Tidak ada gangguan dan kelainan, pendengaran normal.10.Sistem Reproduksi dan genetaliaTidak ada gangguan mengenai reproduksi dan genetalia

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium:Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 1 Oktober 2012.1. SGOT13 U/L2. SGPT9 U/L3. Albumin3,7 g/dL4. Kreatinin0,97 g/dL5. BUN10,1 g/dL6. Na130,4 mmol/L7. K3,37 mmol/L8. Cl96,6 mmol/L9. Leukosit5600 /mm310. Hemoglobin12,9 /g%11. Hematokrit34,6 %12. Trombosit 158.000 /mm3

Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 4 Oktober 2012.1. Gula darah puasa119 mg/dL

2. Photo:Pemeriksaan Radiologi pada tanggal 2 Oktober 2012.1. USGHepar : besar normal, sudut tajam, tepi rata, intensitas echo level parenkhym normal homogeny, diameter system vascular normal, fibrotic peri portal (-), nodul (-). USG DFI velositas rata-rata, vena porta normal.Gall Bladder : besar normal, batu (-), dinding tak menebal, CBD normalLien, Pankreas : besar normal, nodul (-)Ginjal Kanan Kiri : besar normal, batu (-), ectasis (-), echo cortex normal, batas echo cortex, medulla normal.Buli : ukuran normal, dinding tidak menebal, batu (+) 1,62 cm.Prostat : ukuran membesar, parenkim homogeny, volume 71,3 cm3Kesan : Batu buli-buli, BPH

2. BOF1. Bayangan udara dalam usus sedikit meningkat.2. Hepar dan lien tak tampak membesar.3. Contour kedua ginjal normal.4. Psoas shadow simetris.5. Tulang-tulang: lipping process pada corpus vertebrata L3, 4, 5.6. Tampak bayangan opaq berbentuk oval ukuran 21x15 mm di cavum pelvis sisi kanan.Kesimpulan: Batu buli-buli, spondylosis lumbalis

VI. TERAPI1. Injeksi Ceftriaxone 2x12. Injeksi Transamin 3x13. Injeksi Ketorolax 3x14. Pasang Kateter 3 way ukuran 245. Cairan infuse: Ringer Laktat6. Cairan spooling: NaCl

VII. ANALISA DATANama Klien: Tn. SRuangan/Kamar: Pav G1/5Umur: 71 TahunNo.Rm: 00-00-42-xx-xx

NoDataPenyebabMasalah

1.DS: Pasien mengatakan sering buang air kecil namun hanya sedikit-sedikit, merasa tidak lega.DO: Urine menetes, distensi kandung kemih.Obstruksi akibat pembesaran prostat/de-kompresi otot detrussorGangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi: retensi urine

2.DS: Pasien mengeluh sakit pada perut bagian bawah dan nyeri saat miksi.DO: Hasil USG menunjukkan adanya batu buli-buli dan BPH, hasil BOF menunjukkan adanya batu buli-buli dan spondylosis lumbalis, warna urine kuning keruh bercampur darah, skala nyeri 4.Iritasi mukosa/distensi kandung kemih/kolik renal/infeksi saluran kemihGangguan rasa nyaman: nyeri

3.DS: Pasien mengatakan cemas dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.DO: TD: 140/90 mmHg, N:80x/mnt, RR: 22X/mnt, S: 360C; pasien nampak sedikit gelisah, pasien bertanya-tanya dengan prosedur yang akan dilakukan.Rencana pembedahan dan perubahan status kesehatanAnsietas

VIII. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATANNama Klien: Tn. SRuangan/Kamar: Pav G1/5Umur: 71 TahunNo. RM: 00-00-42-xx-xx

No.Diagnosa KeperawatanTanggalParaf(Nama)

DitemukanTeratasi

1.Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi: retensi urine b.d. obstruksi akibat pembesaran prostat/dekom-presi otot detrussor2 Oktober 2012

2.Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d. iritasi mukosa/ distensi kandung kemih/ kolik renal/infeksi saluran kemih2 Oktober 2012

3.Ansietas b.d. rencana pembedahan dan perubahan status kesehatan3 Oktober 2012

70

IX. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa KeperawatanTujuan danKriteria hasilIntervensiRasional

1.Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi: retensi urine b.d. obstruksi akibat pembesaran prostat/dekom-presi otot detrussorSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil:1. Peningkatan pola BAK2. Tidak teraba distensi abdomen3. Menunjukan residu setelah berkemih kurang dari 50 ml, tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.1. Observasi tanda-tanda vital setiap jam. Awasi terjadinya hipertensi, edema perifer, perubahan mental. Timbang berat badan setiap hari, ukur intake dan output cairan setiap hari.2. Anjurkan pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam atau bila pasien tiba-tiba merasa untuk berkemih.3. Awasi dan catat waktu, jumlah setiap berkemih, perhatikan penurunan haluaran urin.4. Palpasi area supra pubik.5. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi cairan 3000 ml/hari (10-15 gelas perhari).

6. Lakukan kompres hangat atau rendam duduk.7. Tindakan kateterisasi menggunakan Kateter 3 way8. Kolaborasi pemberian antispasmodik misalnya oksibutinin klorida (Ditropan).9. Memberiakan antibiotik. 10. Lakukan hipertermi transuretral (pemanasan bagian sentral prostat dengan memasukan elemen pemanas melalui uretra).1. Kehilangan fungsi ginjal menyebabkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik ; dapat berlanjut pada terjadinya gagal ginjal total.2. Meminimalkan terjadinya retensi urin yang berlebihan pada kandung kemih.3. Untuk mengetahui kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal.4. Untuk mengetahui kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal5. Peningkatan intake cairan dapat mempertahankan perfusi ke ginjal dan kandung kemih dari pertumbuh bakteri.6. Untuk meningkatkan relaksasi otot, menurunkan edema dan merangsang untuk berkemih.7. Mengurangi dan mencegah retensi urin. Kateter 3 way diperlukan karena terdiri dari 3 saluran yang berfungsi sebagai saluran balon, saluran urine dan spooling.8. Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi kateter.9. Untuk melawan infeksi.10. Mengecilkan prostat (1-2 kali/ minggu)

2.Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d. iritasi mukosa/ distensi kandung kemih/ kolik renal/infeksi saluran kemihSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien memberitahukan nyeri hilang/terkontrol, dengan kriteria hasil:1. Pasien tampak rileks2. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.1. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri.2. Jelaskan penyebab rasa sakit dan cara mengatasinya.3. Kolaborasi terapi dengan pemberian Analgesik sesuai program.4. Ajarkan teknik relaksasi: napas dalam.5. Ciptakan lingkungan yang tenang.1. Dengan melakukan pengkajian dapat membantu untuk memberikan tindakan yang tepat.2. Informasi yang diberikan kepada pasien akan bermanfaat untuk membantu proses penyembuhan.3. Analgesik sebagai anti nyeri.4. Napas dalam untuk menurunkan stress dan membantu rileks otot yang tegang.5. Lingkungan yang tenang dapat mendukung pasien untuk berelaksasi.

3.Ansietas b.d. rencana pembedahan dan perubahan status kesehatanSetelah di lakukan asuhan keperawatan 1x24 jam di harapkan rasa cemas pasien dapat diatasi/berkurang, dengan kriteria hasil:1. Pasien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.2. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.3. Tensi dan nadi dalam batas normal.4. Ekspresi wajah ceria/rileks1. Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.2. Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.3. Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.4. Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.5. Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.6. Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .7. Hindari konfrontasi dengan pasien.8. Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.9. Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.10. Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.11. Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.12. Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.1. Untuk mengurangi rasa cemas2. Privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.3. Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.4. Untuk mendeteksi dini terhadap masalah5. Untuk mengurangi rasa cemas6. Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.7. Untuk mengurangi ketegangan pasien8. Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas9. Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan10. Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien11. Untuk mengurangi ketergantungan pasien12. Untuk meningkatkan harga diri pasien.

7

X. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGANNoDiagnosaWaktu/TanggalTindakan KeperawatanTT

Waktu /TanggalCatatan Perkembangan Dan SOAPTT

1.Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi: retensi urine b.d. obstruksi akibat pembesaran prostat/de-kompresi otot detrussor02-10-201209.00

09.15

09.30

10.30

11.00

12.00

1. Membina hubungan dengan pasien dengan baik dan terbuka2. Memberikan HE kepada pasien tentang masalah yang dialaminya.3. Mengkaji distensi kandung kemih4. Memasang kateter 3 way5. Observasi TTV6. Pemberian obat :Ceftriaxone= 2 x 1Transamin= 3 x 1Keterolak= 3 x 102-10-201214.30

S = Pasien merasa lega O = Distensi kandung kemih tidak teraba, urine keluar 800 ml, warna urine keruh bercampur darah. TTV :TD : 140/90 mmHgS : 36 0CN : 80x/menitRR : 22x/menitGCS : 4-5-6A = Masalah teratasi sebagianP = Intervensi dilanjutkan

2.Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d. iritasi mukosa/ distensi kandung kemih/ kolik renal/infeksi saluran kemih03-10-201209.00

09.15

10.00

10.30

11.00

12.00

06.00

1.Membina hubungan dengan pasien dengan baik dan terbuka2. Mengatur posisi yang nyaman dan aman3. Mengkaji skala nyeri.4. Mengajarkan teknik relaksasi: napas dalam5. Menciptakan lingkungan yang tenang.6. Observasi TTV7. Pemberian obat analgesik03-10-201215.00

S = Pasien mengatakan perutnya sudah tidak sakitO = Skala nyeri 1 TTV : TD : 140/80 mmHg S : 36,20C N : 73x/menit RR : 26x/menitA = Masalah teratasi sebagian P = Intervensi dilanjutkan

3.Ansietas b.d. rencana pembedahan dan perubahan status kesehatan03-10-201209.00

09.15

11.00

14.00

1.Membina hubungan dengan pasien dengan baik dan terbuka2.Mengatur posisi yang nyaman dan aman3. Memberikan informasi tentang status kesehatan pasien.4.Memberikan informasi tentang patologis penyakit yang diderita03-10-201215.00

S = Pasien mengatakan merasa cemas dan gelisah dengan tindakan yang akan dilakukan.O = - Pasien sering terbangun. Pasien kurang memahami kondisi dan tindakan yang akan dilakukan.A = Masalah belum teratasi.P = Intervensi dilanjutkan.