Boston Pembimbing PB 2
-
Upload
elmarz-poels -
Category
Documents
-
view
61 -
download
1
Transcript of Boston Pembimbing PB 2
Ujian Mid Semester Pembimbing Perjanjian Baru 2
Nama : Charles Parlindungan Pasaribu
NIM : 12.122
Mata Kuliah : Pembimbing Perjanjian Baru 2
Dosen : Pdt. B. Sinaga, M.Th
Menggali Tata Peribadatan di Sinagoge
dan di Gereja Mula-mula
1. Latar Belakang
Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah (Kej.
4:4 Habil memberikan persembahan kepada Tuhan, Kel. 24:26). Hal ini menunjukkan bahwa
pada dasarnya ibadah adalah merupakan ungkapan batin seseorang yang mengakui bahwa
Allah berdaulat, penuh kuasa dan baik. Atau ibadah adalah menunjukkan ketinggian spritual
seseorang yang disertai ungkapan pujian dan syukur kepada Tuhan, karena Ia patut disembah
(bd. Ayub 1:20 ; Yos. 5 :14) Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah
umat. Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang
diorganisir, dan yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat
diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai “pelayanan suci”
dari pihak umat untuk memuji Tuhan. Untuk mengerti apa yang disebut ibadah, penting bagi
kita mengetahui terlebih dahulu latar belakang dan sejarah ibadah. Khususnya dari jaman
Perjanjian Lama dan Baru. Prinsip-prinsip ibadah dari Perjanjian Lama memang lebih banyak
daripada di Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Allah memberi petunjuk-petunjuk yang
spesifik mengenai bagaimana, kapan, di mana bertemu atau beribadah kepadaNya.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci dan
Sinagoge sebagai tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh pemahaman
bahwa ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan Nasional Jahudi. Bait Suci
dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge karena pelaksanaan ibadah tetap
dirasakan sebagai kebutuhan penting. Ibadah adalah identitas Gereja atau orang percaya,
yang menunjukkan ketinggian spritual disertai ungkapan pujian dan syukur kepada Tuhan.
Ibadah yang benar adalah apabila kita menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran (Yoh.
4:23), dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah sebagai persembahan yang hidup
(Rom. 12:1).
1
Ujian Mid Semester Pembimbing Perjanjian Baru 2
2. Pengertian Ibadah
Secara sederhana, Ibadah pada mula-mula adalah ibadah-ibadah dalam doa umum harian dan
dapat dikatakan bahwa ibadah merupakan penyataan kasih atau pelayanan kasih Allah kepada
dunia - termasuk manusia - dan respons jawaban manusia atas pelayanan kasih Allah. Ibadah
adalah cara orang percaya menghidupi, mengalami dan merayakan karya keselamatan. Apa
yang telah Allah lakukan dalam sejarah diperbaharui dan dihadirkan kembali untuk dialami
jemaat dalam situasi hidup mereka yang konkret sekarang ini. Ibadah menekankan proses
renewal dan internalisasi iman yang harus berefek pada kehidupan nyata. Dalam kesadaran
inilah hendaknya ibadah digumuli ulang. Alkitab tidak memiliki kata tersendiri untuk ibadah.
Tapi kita dapat menemukan banyak kosa kata tentang ibadah dalam Alkitab. Diantaranya
adalah kata Yunani Latreuo atau Latreuein (Rom. 12:1 ; Fil. 3:3). Kata Latreuo atau
Latreuein dapat berarti: dapat bekerja untuk …..; menundukkan diri; melayani; mengabdikan
seluruh hidup kepada Allah; pelayanan kepada Allah atau ibadah kepada Allah. Jadi ibadah
adalah, menyembah Allah atau mengabdi kepada Allah. Dan dalam rangka
mempersembahkan ibadah kepada Allah, para hambaNya harus menundukkan diri untuk
mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh pujaan kepada
Tuhan (Kej. 24 : 26 …berlutut dan sujud menyembah Tuhan). Hal itu dapat dilakukan secara
pribadi, tapi juga melalui ibadah umat (bersama) dengan liturgi atau upacara tertentu.1 Namun
demikian ibadah juga harus dipahami bukan hanya terbatas pada ‘upacara agama’ (misalnya
di Jemaat), tapi ibadah adalah mencakup persembahan seluruh hidup dan semua aktivitas
sehari-hari kepada Allah.
3. Sinagoge
3.1 Tata Peribadatan
Sejak zaman penyebaran atau pembuangan peranan sinagoge dalam melestarikan agama dan
budaya Yahudi sangat besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami kedewasaan. Di
setiap kota besar dimana ada kelompok orang Yahudi tinggal didirikanlah sinagoge.
Akhirnya sinagoge juga menjadi balai sosial di mana penduduk Yahudi di kota itu berkumpul
setiap hari minggu untuk belajar tentang tradisi dan agama Yudaisme. Kesuksesan pemakaian
rumah ibadat orang Yahudi ini sangat mengesankan, sehingga pada waktu orang-orang
Yahudi perantauan pulang ke tanah airnya, sistem ibadah di sinagoge ini dibawa dan tetap
dipraktekkan sampai jaman Yesus dan para Rasul. Pemimpin sinagoge disebut "kepala rumah
ibadat", yang diangkat dari antara penatua berdasarkan hasil pemungutan suara. Tugasnya
1 James F White, Pengantar Ibadah Kristen, BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2009, hlm. 4-7
2
Ujian Mid Semester Pembimbing Perjanjian Baru 2
adalah memimpin kebaktian, menjadi penengah dalam suatu perkara dan memperkenalkan
pengunjung pada jemaat. Penjaga sinagoge disebut hazzan. Tugasnya menjaga dan
memelihara bangunan dan juga harta benda yang ada di sinagoge. Dalam sinagoge ada lemari
untuk menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan sebuah meja untuk
meletakkan Kitab Suci yang sedang dibaca, dan juga lampu dan bangku serta kursi duduk
jemaat (Mar. 5:22; Luk. 13:14; Kis. 13:5; 14:1; 15:43) Ibadah dan Musik di Sinagoge banyak
terpengaruh dari budaya setempat pembuangan di Babylonia. Berbeda dengan ibadah di Bait
Allah yang hanya dilakukan oleh orang Lewi, ibadah di sinagoge dilakukan oleh orang awam
yang terampil. Ibadah mereka terdiri dari pembacaan hukum, nabi-nabi, mazmur, pengajaran,
doa dan berkat dengan penekanan mereka pada pembacaan dan perenungan Firman Tuhan.2
3.2 Bentuk Pribadatan3
Dalam sinagoge kebaktian dilakukan sebagai berikut:
a. Pembacaan pengakuan iman Yahudi yang disebut shema - (Ul. 6:4,5). Diikuti dengan puji-pujian kepada Allah yang disebut berakot ("Diberkatilah....").
b. Pembacaan doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh jemaat (dalam hati).
c. Selanjutnya adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat dan Pentateukh, juga kitab Nabi-nabi).
d. Kemudian diikuti dengan Kotbah untuk menjelaskan bagian yang baru saja dibacakan.
e. Kebaktian diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh imam. Bentuk/tata cara ibadah sinagoge ini juga diikuti oleh gereja abad pertama.
f. Kurban yang mengambil peran utama dalam peribadatan diganti dengan yang lain oleh sebab itu kurban tidak lagi dipakai dalam peribadatan
4. Gereja Mula-mula
4.1 Tata Peribadatan
Ibadah di Gereja Mula-mula berlangsung pada zaman Perjanjian Baru dan ada beberapa
perbedaan dalam tata peribadatan antara di Sinagoge dan di Gereja mula-mula hal ini terjadi
karena orang Kristen mula-mula melihat iman mereka sebagai kelengkapan Yudaisme,
mereka mampu melanjutkan banyak bagian dari liturgi Yahudi tetapi dengan sudut pandang
yang baru. Tradisi sinagoge berlanjut dan diserap. Menari dan instrumen dihilangkan karena
memiliki asosiasi yang kuat dengan kenajisan dan imoralitas. Ini tidak hanya dalam kebaktian
melainkan dalam kehidupan umat sehari-hari (Yesaya 5:11-12). Yesus mendukung ibadah
2 Robert B Coote. dan Marry P Coote.,Kuasa Politik dan Proses Pembuatan Alkitab, BPK Gunung Mulia:
Jakarta, 2004,Hlm. 116-118.
3 Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2005, Hlm. 34.
3
Ujian Mid Semester Pembimbing Perjanjian Baru 2
Perjanjian Lama terlihat dari hubungannya dengan Bait Allah. sinagoge dan perayaan-
perayaan hari raya Yahudi (Lukas 2:21-51, Yoh 7:14-49; 10:22-23) Secara rutin Yesus pergi
ke sinagoge pada hari Sabat. Yesus melihat institusi ibadah mengarah pada diriNya. Yesus
memandang institusi ibadah di Perjanjian Lama berhubungan dengan hidup, kematian dan
kebangkitanNya. Namun perubahan yang banyak terjadi di gereja mula-mula nampaknya
kurang berjalan mulus karena banyak nabi-nabi palsu pada masa tersebut yang berusaha
untuk mengambil keuntungan pribadi dengan cara imam menyampaikan Firman dengan
mencari keuntungan lebih untuk pribadi sendiri4
4.2 Bentuk Peribadatan
Didalam Kisah para Rasul, dipaparkan bagaimana konsep ibadah dalam gereja mula mula
yakni bentuknya diadakan di rumah rumah untuk persekutuan orang kudus dan juga
pertemuan raya bersama dimana mereka dengan tekun mendengarkan pengajaran firman
yang dibawakan para Rasul. Di dalam Kis 2:42 "mereka bertekun dalam pengajaran para
rasul dan dalam persekutuan , mereka memecahkan roti dan berdoa, cara mereka beribadah
terdapat 6 unsur ibadah yang memang sejak jaman perjanjian lama sudah ada dan merupakan
kehendak Tuhan (tujuan ibadah pada Tuhan Yesus, unsur pujian, yg bisa ditunjang unsur
musik, pengajaran firman, doa, unsur penundukan dan pelayanan pada Tuhan, unsur
membawa persembahan) dan juga satu hal yang penting :yakni secara jelas nampak ciri
khas utama yang membedakan ibadah perjanjian lama dan baru secara mencolok adalah
penyertaan Roh Kudus yang nyata dalam mengalirrnya karunia roh kudus dalam gereja dan
ibadah dalam perjanjian baru: kis 2:43 ..para Rasul mengadakan mukjizat dan tanda..., .
Rasul Paulus bahkan menuliskan dengan gamblang tentang peraturan dalam pertemuan
jemaat (ibadah) perjanjian baru akan mengalirnya karunia Roh kudus dalam ibadah atau
dapat dikatkan adanya pekerjaan Roh Kudus yang nyata, 1 Kor 14: 26-33, dan hasil dampak
nyata oleh pekerjaanNya yakni buah roh yang nyata dalam diri jemaat (Gal. 5:22-23)5
5. Hubungan Tata Peribadatan di Sinagoge dan Gereja Mula-mula
Pada zaman PB di Bait Suci dan di Sinagoge tetap diikuti. Yesus sendiri turut ambil bagian
dalam kedua rumah ibadah itu (Mark. 1:21; 12:35-37). Ia tidak menolak ibadah tradisionil,
tapi Ia melawan hukum-hukum ritual selama hukum itu hanya diikuti secara formalitas.
Dalam ajaranNya Ia selalu menekankan bahwa kasih kepada Allah adalah ibadah yang
4 William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari (Surat Yakobus, 1 & 2 Petrus), BPK Gunung Mulia: Jakarta,
Hlm. 503.
5 Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2005, hlm. 149-150.
4
Ujian Mid Semester Pembimbing Perjanjian Baru 2
sesungguhnya. Ia meletakkan Hukum Kasih diatas kebiasaan Sabat dan Kurban (Mat. 5:23-
24; 12:7-8; Mark. 7:1-13). Dengan demikian, ibadah yang sebenarnya adalah suatu pelayanan
yang dipersembahkan kepada Allah tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci, tapi juga
dalam arti pelayanan kepada sesama (Luk. 10:25; Mat. 5:23; Yoh.4:20-24). Orang-orang
Kristen dalam Gereja mula-mula juga masih terus mengikuti ibadah di Bait Suci, terutama di
Sinagoge. Dan ketika terjadi perpisahan antara Jahudiisme dan gereja, ada dugaan bahwa
ibadah Sinagoge banyak mewarnai ibadah gereja. Pemimpin ibadah di Bait Suci dan
Sinagoge adalah para Imam. Mereka adalah keturunan Lewi yang telah dikhususkan untuk
tugas pelayanan ibadah. Para imam memimpin ibadah umat pada setiap hari Sabat dan pada
Hari Raya agama lainnya. Ibadah di Sinagoge terdiri dari : Shema, doa, pembacaan Kitab
Suci dan penjelasannya. Ibadah juga berkaitan dengan kewajiban-kewajiban agama, yakni
perintah-perintah Tuhan (Ul.11:8-11). Jadi, pada hakekatnya ibadah bukanlah hanya
merupakan pelaksanaan upacara keagamaan di tempat-tempat ibadah, akan tetapi adalah
mencakup pelaksanaan kewajiban agama, seperti: sunat, puasa, pemeliharaan Sabat, torat dan
doa. Dengan demikian, ibadah juga harus mengandung makna bagi hidup susila. Jadi secara
sederhana bahwa peribadatan dalam Sinagoge dan peribadatan di Gereja mula-mula adalah
wujud dari penyembahan kepada Tuhan Allah, namun perbedaannya adalah sinagoge di
khusus kan untuk Allah khususnya untuk pelayanan persembahan kurban yang sering sekali
dilakukan dekat sinagoge sedangkan di gereja mula-mula penyembahan kepada Yesus
Kristus tanpa ada pelayanan persembahan kurban.6 Sebab Yesus Kristus telah menjadi korban
tebusan untuk pengampunan dosa umat manusia oleh sebab itu diharapakan orang-orang pada
masa gereja mula-mula untuk mengasihi sesama manusia sebagaimana Tuhan Allah telah
mengasihi manusia dengan mengorbankan Yesus untuk pengampunan dosa manusia. Dan
intinya telah diadakan ibadah dengan formulasi yang baru hubungan langsung antara Kristus
dan manusia dalam peribadatan.
DAFTAR PUSTAKA
6 A Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Persefektif Reformasi, BPK Gunung Mulia: Jakarta,
2004, Hlm. 2
5
Ujian Mid Semester Pembimbing Perjanjian Baru 2
Barclay William.,
2010 Pemahaman Alkitab setiap hari (Surat Yakobus, 1 & 2
Petrus), Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Coote Robert B. dan Coote Marry P.,
2004 Kuasa Politik dan Proses Pembuatan Alkitab, Jakarta, BPK
Gunung Mulia.
Drane Jhon.,
2005 Memahami Perjanjian Baru, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Noordegraaf A.,
2004 Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Persefektif
Reformasi, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
White James F.,
2009 Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
6