Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

22
1: BUDIDAYA KAKAO akao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan agroindustri. Perkebunan kakao sebagian besar adalah perkebunan rakyat yang dewasa ini paling luas berada di kawasan timur Indonesia, sehingga pengembangan kakao akan memberikan dampak positif bagi upaya pemerataan pembangunan. K Tanaman kakao di Kabaten Sumbawa Barat sebenarnya telah ada sejak tahun 1970-an, tetapi belum dibudidayakan secara intensif. Baru pada tahun 2007 melalui kegiatan perluasan areal Ditjen PLA dan Ditjen Perkebunan, kakao mulai dikembangkan. Program ini kurang berhasil karena sosialisasi yang kurang dan pengetahuan petani yang masih kurang mengenai teknik budidaya kakao yang benar. Sejak tahun 2009, melalui Gernas Kakao yang dicanangkan oleh Kementerian Yuwan Gazali PPL Kokarlian (2010)

Transcript of Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

Page 1: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

1:BUDIDAYA KAKAO

akao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan agroindustri. Perkebunan kakao sebagian besar adalah perkebunan rakyat yang dewasa ini paling luas berada di kawasan timur Indonesia, sehingga pengembangan kakao akan memberikan dampak positif bagi upaya pemerataan pembangunan.

K

Tanaman kakao di Kabaten Sumbawa Barat sebenarnya telah ada sejak tahun 1970-an, tetapi belum dibudidayakan secara intensif. Baru pada tahun 2007 melalui kegiatan perluasan areal Ditjen PLA dan Ditjen Perkebunan, kakao mulai dikembangkan. Program ini kurang berhasil karena sosialisasi yang kurang dan pengetahuan petani yang masih kurang mengenai teknik budidaya kakao yang benar. Sejak tahun 2009, melalui Gernas Kakao yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian, kakao mulai dilirik untuk dikembangkan di Kabupaten ini.

Belajar dari pengalaman program sebelumnya, maka salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam upaya menyukseskan pengembangan kakao di Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) petani kakao dalam teknis budidaya. Sebenarnya budidaya hanya merupakan bagian kecil di samping keseluruhan sistem agribisnis, tetapi karena subsistem ini sangat berkaitan erat dengan petani sebagai pelaku usaha dan pelaku utama maka perhatian harus lebih dominan diberikan.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 2: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

2:KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO

Tanaman membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh dan kemudian berproduksi secara optimal. Semakin kondusif lingkungan tumbuhnya, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan lebih baik, serta dalam keseluruhan proses tersebut tanaman hanya akan membutuhkan input produksi yang lebih sedikit untuk mencapai produktivitas yang diinginkan. Penilaian lahan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan terhadap introduksi tanaman tertentu dikenal dengan evaluasi lahan. Tabel 1 di bawah menunjukkan kelas kesesuaian lahan bagi pengembangan tanaman kakao.

Di Kabupaten Sumbawa Barat, kakao ini telah dan sedang dikembangkan di Kecamatan Seteluk, Taliwang, dan Brang Rea. Kecamatan Brang Rea sebenarnya sangat cocok untuk menjadi sentra pengembangan kakao mengingat lahan S1 di wilayah ini cukup luas, tetapi karena fokus pengembangan pertanian sekarang ini untuk pengembangan tanaman penghasil pangan, sehingga pengembangan kakao lebih diarahkan pada lahan-lahan S2 yang relatif terlantar di Kecamatan Taliwang dan Seteluk.

Dewasa ini, usaha optimasi lahan dengan mengusahakan lahan-lahan kelapa yang sudah establish menjadi pertimbangan utama, karena diketahui bahwa lahan yang dimanfaatkan pada budidaya monokultur kelapa menyisakan 60% lahan yang tidak dimanfaatkan, disamping simbiosis tanaman kelapa sebagai tanaman pelindung dengan tanaman kakao. Pola tumpangsari antara tanaman kehutanan seperti sengon (yang sekarang cukup masif dikembangkan) dengan kakao juga dapat dipertimbangkan, dengan pengaturan jarak tanam yang tepat sehingga ketika sengon dipanen, tanaman kakao tidak rusak. Banyak lagi pola optimasi lahan yang dapat diterapkan baik pada saat tanaman kakao TBM atau TM.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 3: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

3:Tabel 1. Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk tanaman kakao

Tolok UkurKelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 NIklim- CH Tahunan (mm)- Lama Bulan Kering (<60

mm)

1.500-2.5000-1 bulan

1.250-1.5002.500-3.0001-3 bulan

1.100-1.2503.000-4.0003-5 bulan

< 1.100> 4.000> 5 bulan

Elevasi (meter dpl)- Kakao mulia- Kakao Lindak

0-6000-300

600-700300-450

700-800450-600

> 800> 600

Kemiringan Lahan (%) 0-8 8-15 15-45 > 45

Sifat Fisik Tanah- Kedalaman efektif (cm)- Tekstur

> 150Sandy loam, clay loam, silt loam, silty clay,loam

100-150Loan sand,sandy clay,silty clay

60-100StructuredClay

< 60Gravel,sand

Hara (0-30 cm)- pH

- C-organik (%)- KTK (me/100gr)- NPK

6.0-7.0

2-5>15Sedang-tinggi

5.0 - 6.0 7.0 - 7.51-2 & 5-1010-15rendah

4.0 - 5.07.5 - 8.00.5-1 & 10-155-10sgt rendah

< 4.0> 8.0< 0.5 & > 15> 15-

Genangan, kelas drainase Well Moderately well

Somewhat poor orexcessive

Excessivedry poor

Sumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004

BAHAN TANAM & PEMBIBITAN

Tanaman kakao dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Untuk perbanyakan generatif, bahan tanam yang disarankan berupa benih hibrida F1 unggul. Sedangkan untuk perbanyakan vegetatif bahan tanam yang disarankan berupa entres dari klon unggul. Kriteria keunggulannya antara lain : produktivitas tinggi (> 2 ton/ha/thn), mutu hasil baik (berat biji > 1 gr), serta toleran terhadap hama dan penyakit utama (kanker batang, Phytophthora palmivora; dan kepik penghisap buah, Helopeltis).

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 4: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

4:Untuk mendapatkan produksi yang optimal dari bahan tanam unggul tersebut diperlukan teknik perbanyakan dan pengelolaan bibit yang tepat.

Bahan tanam benih hibrida F1 unggul merupakan hasil persilangan antara dua klon tetua yang tingkat kekerabatannya jauh, dan keturunan hibridanya telah terbukti dan teruji keunggulannya. Beberapa hibrida F1 unggul kakao yang dianjurkan adalah DR1 x SCA6/SCA12, GC7 x SCA6/SCA12, ICS13 x SCA6/SCA12, ICS60 x SCA6/SCA12, TSH858 x SCA6/SCA12, UIT1 x SCA6/SCA12. Perbanyakan dengan cara generatif ini lebih mudah karena tidak memerlukan okulasi atau penyambungan. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebelum benih datang, tempat persemaian maupun pembibitan (polybag, penaung dan perlengkapan lainnya) harus sudah siap, sehingga ketika benih datang dapat segera ditangani.

Sedangkan klon unggul kakao merupakan tanaman terpilih dari seleksi individu yang telah terbukti dan teruji keunggulannya. Beberapa klon unggul yang dianjurkan antara lain :

DR1, DR2, DR38, DRC16 (kakao mulia); GC 7, ICS 13, ICS60, TSH858, UIT1, RCC70, RCC71, RCC72,

RCC73 (kakao lindak).

Bahan tanam klon unggul tersebut tersedia dalam bentuk entres (kayu okulasi), sehingga perbanyakannya harus dilakukan dengan cara okulasi atau sambung pucuk yang dapat dilakukan pada stadium bibit, atau dengan cara sambung samping pada tanaman kakao dewasa. Keberhasilan yang tinggi pada olulasi, sambung pucuk atau sambung samping dapat dicapai apabila kambium entres dan batang bawah dalam keadaan segar. Karenanya perlu dijaga agar entres tetap dalam keadaan segar dan segera disambungkan pada batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 5: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

5:PERSIAPAN LAHAN

Pembukaan Lahan

1) Pada areal perkebunan kelapa Bersihkan perdu dan tanaman tidak produktif lainnya

secara manual atau disemprot herbisida 2 bulan sebelum naungan ditanam.

Populasi tananaman kelapa dalam yang optimum sebagai penaung kakao adalah 80-100 pohon/ha. Jika terlalu jarang, maka pada tempat kosong dapat ditanam Glirisidia sp.

2) Pada areal kebun aneka tanaman Siapkan/pilih tanaman sebagai penaung kakao yang

bernilai ekonomis. Tajuk mudah diatur (tahan pangkas) dengan jarak antar

penaung tanaman 6x6 m atau 8x8 m. Bersihkan lahan dari semua tanaman yang tidak

berguna secara manual atau kimiawi.3) Pada areal hutan sekunder, semak belukar atau alang-

alang. Tebang pohon dan belukar Buat ajir tempat penanaman pohon pelindung Selama persiapan lahan, di dalam lorong dapat

diusahakan beberapa jenis tanaman semusim sesuai dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro yang ada.

Penanaman Pohon Pelindung

Pohon pelindung ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. pohon pelindung sementara, bermanfaat bagi tanaman yang belum menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap, bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 6: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

6:Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang tidak menghasilkan biji, cepat tumbuhnya, percabangan dan daunnya memberikan perlindungan yang baik, tidak mengalami masa gugur daun pada musim tertentu, perakaran kokoh, dan bebas dari kemungkinan serangan hama dan penyakit. Bila memungkinkan, pohon pelindung sebaiknya juga bermanfaat dari segi ekonomis, sehingga areal pertanaman kakao dan pohon pelindungnya mempunyai nilai tambah.

Penaung sementara yang sering digunakan diantaranya adalah pisang, turi, dan tanaman pangan semusim. Biasanya penaung ini ditanam secara baris pada jarak 75-150 cm dari tanaman kakao. Penaung sementara ini harus sudah berfungsi baik pada saat kakao ditanam, sehingga kakao hanya memperoleh sinar matahari selama 2-3 jam/hari.

Penaung tetap yang digunakan dalam budidaya kakao biasanya adalah kelapa, tanaman jenis lamtoro, gamal, sengon dan akasia. Ditanam pada perpotongan garis diagonal kakao. Jika menggunakan kelapa, jarak tanam yang digunakan adalah 10 x 10 mtr dan dikatakan baik apabila penerusan intensitas sinar matahari yang masuk 60-75%, sehingga pada tanaman kelapa yang sudah berumur 40 tahun, biasanya penaung ditambah dengan lamtoro atau gamal. Agar fungsi naungan ini bisa efektif, tanaman kelapa harus sudah ditanam 3 atau 4 tahun sebelum penanaman kakao. Jika menggunakan penaung tetap gamal atau lamtoro, jarak tanam yang digunakan dapat mengikuti jarak tanam kakao, tetapi dengan penjarangan dan pemangkasan harus rutin dilaksanakan. Tanaman ini dapat ditanam bersamaan dengan penanaman penaung sementara.

PENANAMAN KAKAO

Pola Tanam

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 7: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

7:Untuk mendapatkan areal penanaman yang sebaik-baiknya, dianjurkan untuk menetapkan pola tanam terlebih dahulu. Pola tanam erat kaitannya dengan keoptimuman jumlah pohon per hektar, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan meminimumkan kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah, serta biaya pemeliharaan.

Ada empat pola tanam yang dianjurkan, yaitu :

1. Pola tanam kakao segi empat, pelindung segi empat.Pada pola tanam ini, seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuan diagonal empat pohon kakao.

2. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi tiga.Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.

3. Pola tanam, kakao berpagar ganda, pelindung segi tiga.Pada pola tanam ini, pohon kakao dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan.

4. Pola tanam kakao berpagar ganda, pelindung segi empat.Di samping itu, pada daerah dengan topografi berbukit dan kelerengan agak tinggi, pola tanam harus mengikuti/sejajar dengan garis kontur dan bila perlu dibuatkan teras individu per tanaman untuk konservasi tanah dan air.

Jarak Tanam

Jarak tanam yang biasa diterapkan adalah :

a. 3 m x 3 m, kebutuhan bibit per 1 ha adalah 1.111 pohon. Persediaan sulaman (20%) = 222 pohon. Sehingga jumlah keseluruhan dibulatkan menjadi 1.300 pohon.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 8: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

8:b. 4 m x 2 m, kebutuhan bibit per 1 ha adalah 1.250 pohon.

Persediaan sulaman 20%, sehingga total keseluruhan 1.500 pohon.

Penanaman Kakao

Sebelum pembuatan lubang tanam, alangkah baiknya dilakukan pengajiran terlebih dahulu untuk menentukan titik tanam sesuai dengan pola dan jarak tanam yang telah direncanakan.

Lubang tanam yang dibuat berukuran 60 x 60 x 60 m3, dan sebaiknya dibuat 3-6 bulan sebelum penanaman. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, dan pohon pelindung telah berfungsi baik yaitu ketika intensitas cahaya matahari yang diteruskan 30-50%. Bibit yang mati saat penanaman segera disulam dan proses ini dapat dilakukan sampai kakao berumur 1 tahun.

Setelah penanaman, beberapa kegiatan konservasi tanah dan air dapat dilakukan seperti pembuatan rorak, teras, pemberian mulsa dan penanaman tanaman penutup tanah dari jenis kacangan yang dapat memfiksasi nitrogen.

PEMELIHARAAN

Pemupukan

Tiga hal yang harus diperhatikan pada saat pemupukan adalah waktu, dosis dan cara pemupukan. Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 cm – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm – 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dari batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 9: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

9:Dosis pupuk tentatif (disesuaikan dengan umur tanaman) untuk tanaman kakao yang penaungnya baik, hujannya cukup, sifat fisika dan kimia tanahnya baik adalah seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jenis dan dosis pupuk yang tepat berdasarkan umur tanaman kakao

Umur/Fase Satuan Urea TSP / SP-36 KCl Kieserit

Bibit0 – 1 Thn1 – 2 Thn2 – 3 Thn3 – 4 Thn> 4 Thn

gr/bibitgr/ph/thgr/ph/thgr/ph/thgr/ph/thgr/ph/th

5254590

180220

73360

120240240

4203570

135170

440406075

120

Sumber : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004

Pemangkasan

Macam pemangkasan pada budidaya kakao adalah :1. Pemangkasan bentuk;

Bertujuan agar tanaman memiliki bentuk dan kerangka yang baik sehingga pertumbuhan tanaman seimbang dan semua daun terkena sinar matahari secara merata. Pada tanaman asal perbanyakan generatif, dilakukan saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan memelihara tiga cabang primer dari jorket yang kuat pertumbuhannya, lalu atur cabang sekunder yang tumbuhnya seimbang ke segala arah. Sedangkan jika berasal dari perbanyakan vegetatif, pemangkasan dilakukan setelah tanaman rimbun (setelah umur 1 tahun), dilakukan dengan memilih cabang besar dan kuat, dan arah pertumbuhannya membentuk huruf V.

2. Pemangkasan pemeliharaan;Agar pertumbuhan bisa berlangsung sukses tanpa gangguan hama penyakit, dan memacu pertumbuhan

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 10: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

10:organ tanaman seperti daun, bunga dan buah. Dilakukan setelah tanaman menghasilkan. Caranya dengan membuang cabang sekunder pada jarak 30-60 cm dari jorket, cabang sakit, cabang balik, cabang terlindung atau cabang yang melindungi, cabang yang masuk jauh ke dalam tajuk tanaman di sebelahnya. Dilakukan 6-8 kali setahun.

3. Pemangkasan produksi;Berkesinambungan dengan pemangkasan pemeliharaan, dan bertujuan untuk memaksimalkan produktivitas tanaman.

Pengelolaan Tanaman Pelindung

Tanaman pelindung diharapkan selain memberikan lingkungan mikro yang kondusif bagi tanaman kakao, juga memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga pertumbuhannya juga harus diperhatikan. Beberapa hal yang dilakukan adalah : Pemupukan tanaman pelindung dilakukan untuk menjamin

pertumbuhan dan produktivitasnya. Jika menggunakan tanaman pisang, jumlah anakan pisang

harus diperhatikan dan dijaga agar tidak mengganggu tanaman utama, dan setelah tanaman kakao berbuah, tanaman pisang harus segera dibongkar.

Jika menggunakan pelindung tetap kelapa, pelepah kelapa harus dijaga sehingga penerusan intensitas cahaya optimal dapat dipertahankan. Pada musim hujan, penurunan pelepah kelapa yang terlalu lebat dapat dilakukan.

Jika menggunakan pelindung lamtoro dan gamal, dijaga pemangkasan dan penjarangan populasi dilakukan secara rutin.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mengendalikan serangan hama penyakit kakao, beberapa tindakan antisipasi adalah : Mengenal gejala serangan sedini mungkin.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 11: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

11: Mengenal tanaman inang dan ekobiologi hama Panen sering, pemangkasan dan pemupukan teratur. Pengendalian dengan menerapkan sistem PHT dengan

agen hayati dan kimia.

Hama yang sering menyerang tanaman kakao antara lain adalah belalang (Valanga Nigricornis), ulat jengkal (Hypsidra talaka Walker.), kutu putih (Planoccos lilaci), penghisap buah (Helopeltis sp.), dan penggerek batang (Zeuzera sp.). Insektisida yang sering digunakan untuk pemberantasan belalang, ulat jengkal, dan kutu putih antara lain adalah Decis, Cupraycide, Lebaycide, Coesar, dan Atabron. Penghisap buah dapat diberantas dengan Lebaycide, Cupraycide, dan Decis.

Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao, yaitu penyakit jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Oncobasidium thebromae. Selain itu, juga sering dijumpai penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytoptera sp.

Pengendalian Gulma

Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma pada perkebunan kakao antara lain : Menghambat pertumbuhan tanaman muda. Menurunkan produksi karena persaingan. Menyulitkan pekerjaan di kebun. Menjadi inang hama penyakit.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian gulma adalah :1. Perencanaan pengendalian;

Meliputi pekerjaan identifikasi jenis gulma dan analisis vegetasi gulma dominan.

2. Gulma penting;Pada kakao muda jenis gulma yang berkembang biasanya kelompok teki, kelompok rumput, dan gulma berdaun

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 12: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

12:lebar. Pada kakao dewasa, jenis gulma yang biasanya dominan meliputi jenis rumput dan gulma berdaun lebar. Juga penting diperhatikan gulma yang tumbuh di atas pohon kakao.

3. Pengendalian gulma;Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara mekanis, biologis, kultur jaringan dan kimiawi.

PANEN DAN PASCAPANEN

Panen

Buah kakao bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun-kebun yang mengusahakan kakao. Secara umum kriteria tersebut tersaji pada Tabel 3 di bawah.

Tabel 3. Perubahan warna dan pengelompokan kelas kematangan buah kakao

Perubahan Warna

Bagian kulit buah yg mengalami perubahan warna

Kelas Kematangan

BuahKuning Pada alur buah CKuning Pada alur buah dan Punggung alur buah BKuning Pada seluruh permukaan buah AKuning Tua Pada seluruh permukaan buah A+

Sumber : Tumpal H.S. Siregar, dkk., 2003.

Pascapanen

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 13: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

13:1. Pengumpulan buah

Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu dan dikelompokkan menurut kelas kematangan. Pemecahan kulit dilaksanakan dengan menggunakan kayu bulat yang keras.

2. FermentasiTujuan dari fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji, dan untuk melepaskan pulp. Biji kakao difermentasikan di dalam kotak kayu berlubang. Selama fermentasi, biji beserta pulpnya mengalami penurunan berat sampai 25%.

3. Perendaman dan PencucianPerendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang. Dengan demikian, proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah perendaman, dilakukan pencucian yang bertujuan untuk mengurangi sisa-sisa pulp yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji. Apabila biji masih ada sisa pulp, biji akan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan juga akan memperlambat proses pengeringan.

4. PengeringanPengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji dari 60% sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan biji dapat dilaksanakan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7-8%. Dengan

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 14: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

14:pengeringan buatan, pengeringan biji berlangsung pada temperatur 65°C – 68°C.

5. Penyortiran / PengelompokanBiji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya: Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90 – 100 butir biji Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100 – 110 butir biji Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110 – 120 butir biji

6. PenyimpananBiji kakao yang telah kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg biji kakao kering, kemudian karung tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering, dan memiliki lubang pergantian udara. Penyimpanan di gudang sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap 3 bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang. Sebaiknya, biji kakao bisa segera dijual dan diangkut dengan menggunakan truk atau sebagainya.

PENUTUP

Kabupaten Sumbawa Barat memiliki potensi areal yang cukup luas untuk pengembangan kakao. Di samping lahan kering yang memang belum dimanfaatkan, di daerah ini juga sudah terdapat areal perkebunan kelapa yang cukup luas, sehingga pemanfaatannya sebagai tanaman pelindung kakao dapat lebih efektif. Tingginya apresiasi masyarakat untuk pembudidayaan tanaman kehutanan, juga dapat dilihat sebagai peluang untuk menerapkan sistem tumpangsari antara tanaman kakao dengan tanaman kehutanan seperti sengon laut.

Ketersediaan tenaga kerja seharusnya juga tidak menjadi masalah, karena banyak petani pekebun di daerah ini yang sebelumnya telah bekerja di perkebunan-perkebunan

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)

Page 15: Booklet - Budidaya Kakao Di Ksb

15:Malaysia yang mengusahakan kelapa sawit dan kakao, sehingga budaya perkebunan dan kompetensi mereka dalam teknis pembudidayaan jelas sudah sangat memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Alamta, dkk., 2009, Laporan Optimasi Lahan Perkebunan di Kabupaten Sumbawa Barat T.A. 2009, DISHUTBUNTAN KSB (unpublished), Taliwang.

Anonim, 2002, Penyusunan Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta.

Firdausil, dkk., 2008, Teknologi Budidaya Kakao, BBPPTP – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Goenadi, Didik., dkk., 2005, Prospek dan Arah Agribisnis Kakao di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Deptan, Jakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004, Panduan Lengkap Budidaya Kakao, AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Soekadar, 2008, Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) untuk Pengendalian Hayati Hama Utama Tanaman Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Wahyudi, T., dkk, 2008, Panduan Lengkap Kakao, Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuwan Gazali

PPL Kokarlian (2010)