blue ocean 5-8 fixed.doc
-
Upload
arif-furhan -
Category
Documents
-
view
39 -
download
3
description
Transcript of blue ocean 5-8 fixed.doc
Bab 5
Menjangkau Melampaui Permintaan yang Ada
Dalam rangka memaksimalakan ukuran samudra biru yang ingin diciptakan,
kita akan menggunakan prinsip ketiga strategi samudra biru yaitu pelampauan
permintaan yang ada. Prinsip ini merupakan komponen kunci dalam mencapai inovasi
nilai. Dengan meningkatkan penawaran tentu akan menurunkan risiko skala yang
selalu mengiri dalam proses penciptaan pasar baru.
Untuk mewujudkan prinsip ini, perusahaan harus menentang dua praktik
konvensional yang ada. Pertama, berfokus pada konsumen yang ada. Kedua, dorongan
mempertajam segmentasi untuk mengakomosir keinginan konsumen. Umunya, dalam
rangka menumbuhkan pangsa pasar mereka terhadapa suatu pasar, perusahaan
berupaya mempertahankan dan memperluas jangkauan konsumen yang ada tetapi lebih
mengarah pada segmentasi yang tajam dan perancangan produk yang lebih baik untuk
memenuhi permintaan konsumen. Semakin ketat kompetisi, semakin ketat
penyesuaiannya pada produk secara rata-rata sehingga berisiko mngecilnya pasar
sasaran.
Untuk itu, perusahaan harus mengambil arah yang berlawanan. Alih-alih
berkonsentrasi pada konsumen, mereka perlu melihat non-konsumen. Dan alih-alih
berkonsentrasi pada konsumen, mereka perlu melihat nonkonsumen. Dan alih-alih
pada perbedaan konsumen, mereka perlu mengembangkan hal-hal yang umum
(commonalities).
Sebagai contoh, Callaway Golf meningkatkan permintaan baru dengan melihat
nonkonsumen. Ia menciptakan permintaan baru dengan bertanya kepada penikmat
olahraga dengan menanyakan hal mengenai golf yang tidak dijadikan olahraga utama
dan mempunyai jawaban bahwa memukul golf merupakan hal yang sulit karena kepala
tongkat golf mempunyai ukuran yang kecil sehingga menyebabkan pemula merasa
cepat jenuh dalam bermain golf. Sebagai inovasinya, Callaway Golf mengeluarkan
produk Big Bertha dengan kepala besar sehingga memukul bola dapat lebih mudah.
Inovasi ini tidak hanya mengubah nonkonsumen menjadi konsumen, tapi juga
menyenangkan konsumen golf yang telah ada.
Tiga Tingkatan Nonkonsumen
Ada tiga tingkatan nonkonsumen yang bisa diubah menjadi konsumen. Tiga
tingkatan ini berbeda dalam hal jarak relatif mereka terhadap pasar.
1. Nonkonsumen Level Pertama
Tingkat pertama dari nonkonsumen adalah yang terdekat dengan pasar (barada
di tepi pasar. Mereka adalah pembeli yang meski melakukan pembelian atas
produk sebuah industri karena kebutuhan, tapi secara mental merupakan
nonkonsumen. Mereka akan dengan mudah meninggalkan pasar ketika ada
tawaran yang sedikit lebih menarik dari luar pasar. Secara umum,
nonkonsumen ini merupakan konsumen yang tidak loyal sama sekali dengan
sebuah produk. Namun, jika diberikan lompatan nilai, mereka tidak hanya
bersedia tinggal, tapi juga akan meningkatkan frekuensi pembeliannya.
2. Nonkonsumen Level Kedua
Tingkatan kedua ddari nonkonsumen adalah orang-orang yang menolak secara
sadar membeli produk dalam pasar tersebut. Mereka adalah pembeli yang
melihat penawaran dari sebuah industri sebagai suatu pilihan untuk memenuhi
kebutuhan, tapi tetap saja mereka menolak membelinya. Dalam kasus
Callaway, nonkonsumen level kedua adalah penikmat olahraga yng secara
sadar tidak ingin memilih golf sebagai olahraga utama mereka.
3. Nonkonsumen Tingkat Ketiga
Tingkat ketiga dari konsumen adalah tingkat terjauh dari konsumen yang sudah
ada dalam suatu industri dan umumnya tidak dibidik atau tidak dianggap
sebagai konsumen yang potensial. Ini karena kebutuhan dan peluang bisnis
mereka selalu dianggap telah menjadi milik pasar-pasar yang lain.
Mengejar Tangkapan Terbesar
Tidak ada aturan pasti mengenai tingkat nonkonsumen mana yang harus
menjadi fokus dan kapan harus menempatkan fokus itu. Karena peluang samudra biru
yang bisa dibuka oleh tingkat nonkonsumen tertentu berbeda sepanjang waktu dan
beda di tiap industri, anda harus fokus pada tingkatan nonkonsumenn yang mewakili
tangkapan terbesar saat itu. Tetapi anda juga harus menjajaki apakah ada kesamaan
disepanjang ketiga tingkatan nonkonsumen ini. Dengan begini kita dapat meluaskan
cakupan dari peningkatan permintaan laten.
Orientasi strategi alamiah dari banyak perusahaan adalah berusaha
mempertahankan konsumen yang ada dan mencari peluang segmentasi yang lebih jauh.
Tetapi cara ini akan sulit untuk menghasilkan samudra biru yang meluaskan pasar dan
menciptakan permintaan baru. Poinnya disini adalah bahwa kita perlu menentang
orientasi strategis yang ada dan sudah dianggap lumrah ini.
Pertama-tama harus menjangkau dan melampaui permintaan yang ada menuju
nonkonsumen dan peluang desegmentasi seiring merumuskan strategi untuk masa
depan. Jika tidak ada peluang seperti itu, maka Anda bisa bergerak untuk
mengeksploitasi perbedaan-perbedaan diantara konsumen yang ada.
Tidaklah cukup dengan sekadar memaksimalkan ukuran samudra biru yang
sedang anda ciptakan. Anda harus meraih laba darinya untuk menciptakan hasil
sinambung yang memuaskan semua pihak.
Bab 6
Menjalankan Rangkaian Strategis Secara Benar
Bab ini membahas rangkaian strategis dalam menciptakan dan menguatkan ide
– ide samudra biru untuk memastikan kesinambungan komersilnya. Dengan
memahami rangkaian strategis dan cara menilai ide samudra biru berlandaskan kriteria
kunci dapat mengurangi resiko model bisnis.
Rangkaian Strategi Samudra Biru
Tidak - Pikirkan Ulang
Ya
Tidak - Pikirkan Ulang
Ya
Tidak - Pikirkan Ulang
Ya
Tidak - Pikirkan Ulang
Ya
Utilitas bagi pembeliApakah dalam ide bisnis terdapat
utilitas yang istimewa bagi pembeli?
HargaApakah harga bisa terjangkau oleh
pembeli?
BiayaDapatkah mencapai biaya sasaran
demi meraih laba pada harga strategis?
Pengadopsianhambatan pengadopsian dan cara
menangani hambatan secara langsung?
Ide Samudra Biru yang layak secara komersil
Menguji Utilitas Istimewa
Sudah tampak jelas bahwa kita sangat perlu menilai utilitas bagi pembeli dari
produk. Namun banyak perusahaan yang gagal memberikan nilai istimewa karena
terlalu terobsesi kebaruan dari produk atau jasa, apalagi jika ada teknologi baru yang
terlibat. Untuk melepaskan diri dari jebakan ini, kita harus menciptakan profil strategis
mampu terfokus, menjadi divergen, dan memiliki moto memikat yang menarik
pembeli. Setelah melakukan ini, perusahaan siap untuk menilai dimana dan bagaimana
produk atau jasa baru akan mengubah hidup para pembelinya. Hal ini menunjukkan
bahwa sebuah produk atau jasa dikembangkan tidak berkutat pada kemungkinan
teknis, melainkan lebih pada utilitas pembeli.
Peta Utilitas Pembeli
Peta Utilitas pembeli membantu manajer melihat isu ini dari sudut pandang
yang tepat, mengidentifikasi cakupan penuh dari ruang utilitas yang secara potensial
bisa diisi oleh produk atau jasa. Peta ini dapat menampilkan semua tuas (enam tuas
utilitas) untuk menawarkan utilitas istimewa kepada pembeli.
Enam Tahapan Siklus Pengalaman Pembeli
1. Pembelian
Lama waktu memperoleh barang yang dibutuhkan, apakah tempat
pembelian menarik dan mudah dijangkau, keamanan bertransaksi
2. Pengiriman
Waktu yang dibutuhkan menerima kiriman produk, Apakah pembeli
mengatur sendiri pengiriman produk yang telah dibeli
3. Penggunaan
Apakah penggunaan produk memerlukan pelatihan, apakah mudah
disimpan, seberapa efektif fitur dan fungsi produk
4. Pelengkap
Apakah membutuhkan produk atau jasa lain agar produk yang kita beli
berfungsi, lama produk atau jasa lain itu
5. Perawatan
Apakah produk memerlukan perawatan, seberapa mudah untuk merawat
dan memperbaiki, serta biaya perawatan
6. Pembuangan
Apakah penggunaan produk menimbulkan limbah, seberapa mudah untuk
membuang produk, adakah isu hokum untuk membuang produk
Enam Tuas Utilitas
Dalam tahapan pengalaman pembeli terdapat tuas utilitas : cara – cara
perusahaan membuka utilitas istimewa bagi pembeli, yaitu produktivitas konsumen,
kesederhanaan, kenyamanan, resiko, keceriaan dan citra, keramahan terhadap
lingkungan. Untuk menguji utilitas istimewa, perusahaan harus memeriksa apakah
produk mereka telah menghilangkan hambatan – hambatan terhadap utilitas melintasi
keseluruhan pengalaman pembeli.
Pemberian Harga Strategis
Untuk mendapatkan pemasukan besar dari produk, harus memasang harga
strategis yang tepat. Langkah ini memastikan bahwa pembeli tidak hanya ingin
membeli produk tetapi juga memiliki kemampuan untuk membayarnya. Tetapi pada
umumnya perusahaan terlebih dahulu menguji batasan produk atau jasa pada
peluncuran ide bisnis baru dan tidak terlalu memikirkan harga dan hanya membidik
kalangan konsumen tertentu. Setelah beberapa lama barulah perusahaan menurunkan
harga untuk menarik konsumen umum.
Namun kini sangat penting mengetahui sejak awal harga yang bisa dengan
cepat memperoleh banyak pembeli sasaran. Ada dua alasan yang mendasari, pertama,
volume penjualan menghasilkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi. Perusahaan lebih
banyak mengalokasikan biaya terhadap penelitian dan pengembangan produk
disbanding manufaktur. Kedua, bagi pembeli nilai dari produk atau jasa berkaitan
dengan jumlah orang yang menggunakannya.
Selain itu munculnya penumpang gratisan (free-riding) yang berkaitan dengan
penggunaan barang nirpesaing dan tidak eksklusif. Penggunaan barang pesaing oleh
suatu perusahaan menjadikan pihak lain bisa ikut menggunakannya dan menyebabkan
barang menjadi tidak eksklusif, dan sebaliknya barang pesaing tidak bisa digunakan
oleh pihak lain yang menyebabkan barang tersebut eksklusif.
Semua ini berarti bahwa harga strategis yang dipasang untuk suatu produk tidak
hanya menarik pembeli dalam jumlah besar, tapi juga membantu mempertahankan para
pembeli tersebut. Koridor harga massa membantu manajer mendapatkan harga tepat
yang sulit ditolak pembeli. Harga yang tepat tidak selalu harga yang rendah.
1. Identifikasi koridor harga massa
Cara yang baik adalah mendata produk dan jasa dalam dua kategori yaitu :
- Produk dan jasa yang memiliki bentuk berbeda, tetapi fungsinya sama
- Produk dan jasa yang memiliki bentuk serta fungsi berbeda, tapi
memiliki tujuan yang sama
2. Menentukan Level tertentu dalam koridor harga
Menentukan seberapa tinggi harga yang diberikan dalam koridor tanpa
mengundang persaingan produk atau jasa pengekor. Hal ini tergantung pada
dua factor yaitu sejauh mana produk atau jasa dilindungi secara hokum
melalui paten dan sejauh mana perusahaan memiliki asset eksklusif yang
sulit untuk ditiru
Pembiayaan Sasaran
Untuk memaksimalkan potensi laba dari ide samudra biru, suatu perusahaan
harus mulai dengan harga strategis dan kemudian mengurangi marjin laba yang
diharapkan dari harga tersebut agar mendapatkan harga sasaran. Untuk mendapatkan
struktur biaya yang menguntungkan dan sulit ditandingi oleh pengekor, yaitu
pembiayaan berdasarkan harga, bukan harga berdasarkan pembiayaan.
Pengadopsian
Suatu model bisnis yang sangat baik mungkin tidak cukup untuk menjamin
sukses komersil ide samudra biru. Secara definisi, model bisnis berbasiskan samudra
biru tersebut mengancam status quo dank arena itulah dapat mengundang ketakutan
dan resistensi dari tiga stakeholder utama suatu perusahaan. Oleh karena itu sebelum
menggali dan menanamkan investasi pad aide baru, perusahaan harus mengatasi
resistensi semacam itu.
Karyawan/Pegawai
Sebelum perusahaan memublikasikan idenya, mereka harus mengerahkan
upaya terencana untuk mengomunikasikan kepada karyawan bahwa perusahaan
menyadari ancaman yang ditimbulkan eksekusi ide tersebut. Perusahaan harus bekerja
sama dengan karyawan untuk mencari cara mengatasi ancaman tersebut, sehingga
semua pihak dalam perusahaan diutungkan.
Mitra Bisnis
Hal yang secara potensial bisa lebih merusak dibandingkan ketidakpuasan
karyawan adalah resistensi dari mitra bisnis yang takut bahwa arus pemasukan atau
posisi pasar mereka terancam oleh ide bisnis baru.
Khalayak Umum
Tentangan bagi ide bisnis baru juga bisa datang dari khalayak umum, terutama
jika ide tersebut sangat baru dan inovatif, sehingga mengancam norma – norma politik
atau sosial yang mapan.
Indeks Ide Samudra Biru
Meskipun perusahaan harus membangun strategi samudra biru mereka dalam
rangkaian utilitas, harga, biaya, dan pengadopsian, kriteria ini merupakan satu kesatuan
yang menjamin sukse komersil. Indeks Ide Samudra Biru memberikan tes sederhana
tapi handal mengenai system ini.
Bab 7
Mengatasi Rintangan-Rintangan Utama Organisasi
Strategi samudra biru melambangkan langkah yang signifikan dalam
meninggalkan status quo. Strategi samudra biru dilandaskan pada pergeseran dari
konvergensi ke divergensi dalam kurva nilai dengan biaya yang lebih rendah.
Dalam melaksanakan strategi, terdapat empat rintangan yang umum dihadapi oleh
perusahaan. Rintangan tersebut antara lain:
1. Rintangan kognitif, yaitu hambatan untuk dapat menyadarkan karyawan akan
pentingnya meninggalkan status quo
2. Rintangan sumber daya, yaitu hambatan akan sumberdaya yang terbatas
3. Rintangan motivasional, yaitu para karyawan yang tidak punya motivasi untuk
meninggalkan status quo
4. Rintangan politik, yaitu tentangan dari kepentingan-kepentingan kuat.
Besarnya rintangan yang harus dihadapi tersebut berbeda di tiap perusahaan. Untuk
dapat menghadapi rintangan tersebut, perusahaan harus meninggalkan paradigma lama
yang menyatakan bahwa semakin besar perubahan, semakin banyak sumberdaya dan
waktu yang diperlukan untuk berhasil.
Perusahaan dapat menggunakan kepemimpinan tipping point agar dapat mengatasi
hambatan dengan cepat dan biaya rendah. Kepemimpinan tipping point berlandaskan
pada pengetahuan bahwa dalam setiap organisasi, perubahan fundamental bisa terjadi
dengan cepat ketika keyakinan dan energi dari orang kebanyakan menciptakan gerakan
meluas ke arah satu ide. Jadi, kepemimpinan tipping point lebih berfokus pada
konvergensi daripada divergensi. Selain itu dalam menghadapi tantangan masif,
kepemimpinan tipping point lebih fokus pada identifikasi dan perbaikan faktor-faktor
pengaruh tak proporsional dalam suatu organisasi.
MENDOBRAK RINTANGAN KOGNITIF
Rintangan kognitif yang dihadapi oleh perusahaan adalah membuat orang
menyadari perlunya pergeseran strategi dan perlunya menyepakati tujuan dari
pergeseran tersebut. Dalam mengatasi rintangan ini, penekanan pentingnya perubahan
dengan menunjukkan angka tidak dapat menyadarkan karyawan pada akar
permasalahan sesungguhnya. Hal ini karena, angka merupaka suatu hal yang dapat
dimanipulasi. Penekanan yang berlebihann terhadap angka dapat mendorong karyawan
untuk melakukan perilaku menyimpang.
Kepemimpinan tipping point tidak menekankan pada pentingnya angka dalam
mengatasi rintangan kognitif. Kepemimpinan tipping point lebih menekankan pada
aksi dari pengaruh tak proporsional, yaitu dengan membuat orang melihat dan
mengalami realitas secara langsung.
Dalam mengatasi rintangan kognitif, kepemimpinan tipping point melakukan 2 cara,
yaitu:
1. Menghadapkan karyawan secara langsung terhadap masalah-masalah
operasional terburuk.
2. Mendengarkan secara langsung keluhan konsumen.
MELOMPATI RINTANGAN SUMBER DAYA
Setelah anggota organisasi menerima perlunya perubahan strategis, masalah
selanjutnya adalah perusahaan kekurangan sumber daya. Sedangkan, proses
pemerolehan sumber daya yang lebih besar seringkali merupakan proses panjang yang
sarat muatan politis. Maka, daripada fokus untuk mendapatkan lebih banyak sumber
daya, para pemimpin tipping point (titik keberhasilan) berfokus pada melipatgandakan
nilai sumber daya yang dimiliki.
Terdapat tiga faktor pengaruh untuk melepaskan sumber daya sekaligus
melipatgandakan nilai sumber daya:
a) Titik Panas (hot spots)
Titik panas (hot spots) adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki input sumber daya
rendah, tapi keuntungan kinerja potensial tinggi. Asumsi dasar yang beredar mengenai
sumber daya adalah peningkatan kinerja hanya bisa dicapai dengan peningkatan
proporsional dalam sumber daya. Namun akan lebih baik jika organisasi bisa
mendobrak asumsi ini dan berupaya meningkatkan kinerja tanpa meningkatkan jumlah
sumber daya. Misalnya dengan menempatkan/mengalokasikan sumber daya ke titik
panas (hot spots) sehingga hanya perlu memberdayakan sumber daya di tempat-tempat
vital tanpa menambah jumlahnya. Dengan demikian, kinerja akan meningkat.
b) Titik dingin (cold spots) adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki input sumber
daya tinggi, tapi dampak kinerja yang rendah. Hal ini dapat memangkas waktu
pemrosesan.
c) Dagang-dapi (horse-trading) adalah mentransaksikan/menukarkan kelebihan
sumber daya unit di satu area dengan kelebihan sumber daya unit lain demi
mengisi celah sumber daya yang ada.
Hal ini dapat dilakukan seperti melalui mengurangi penekanan atau bahkan
penghapusan atribut sumber daya yang lama, dan meningkatkan penekanan pada
atribut sumber daya yang baru.
MELOMPATI RINTANGAN EMOSIONAL
Untuk mencapai titik keberhasilan (tipping point) organisasi dan mengeksekusi
samudera biru, perlu adanya perubahan strategis dan mengidentifikasi bagaimana
perubahan itu bisa dicapai dengan sumber daya yang terbatas.
Umumnya, untuk mengubah organisasi, pemimpin bisnis bertindak berdasarkan
asumsi bahwa untuk menciptakan reaksi masif besar dibutuhkan tindakan-tindakan
masif yang setara. Namun hal ini seringkali merupakan beban yang mahal dan
memakan banyak waktu. selain itu, visi-visi strategis yang terlalu ambisius kerap
hanya menghasilkan janji-janji manis (lip-service) ketimbang menghasilkan tindakan
yang diinginkan.
Memusatkan Perhatian pada Kingpin
Untuk memicu terjadinya gerakan energi positif yang menyeluruh, jangan
terlalu menyebarkan upaya. Justru, harus mengonsentrasikan upaya pada kingpins,
yaitu para pemberi pengaruh kunci dalam organisasi. Kingpin (pin utama) adalah
istilah dalam permainan bowling, yang jika kita berhasil menjatuhkannya, semua pin
lain akan ikut jatuh. Dalam organisasi, kingpins digambarkan sebagai pemimpin
alamiah yang sangat dihormati dan persuasif, atau yang memiliki kemampuan untuk
membuka atau menghalangi akses pada sumber daya utama.
Menempatkan Kingpin dalam Kolam Ikan
Manajemen kolam ikan adalah manajemen dimana tindakan dan kepasifan
(inaction) para kingpin ditampakkan setransparan mungkin kepada satu sama lain
sebagaimana ikan trasnparan dalam kolam air. Konsekuensi yang akan diterima jika
kingpin bersikap pasif yaitu mereka akan disoroti beserta kegagalannya dan para agen
perubahan akan diberi kompensasi yang layak.
Jika manajemen ini berhasil, kultur kinerja tinggi tercipta dalam waktu singkat
karena tidak seorangpun ingin dipermalukan di depan orang lain, dan mereka semua
ingin tampil menonjol. Dalam kolam ikan, kepala sektor yang buruk tidak lagi bisa
menutupi kegagalan mereka dengan menyalahkan sektor-sektor lain. Kolam ikan juga
memberikan kesempatan bagi pihak berprestasi tinggi untuk mendapatkan pengakuan
atas kerjanya, serta memberikan kesempatan bagi para pembuat kebijakan untuk saling
membandingkan pengalaman mereka.
Supaya manajemen kolam ikan ini dapat bekerja, manajemen ini harus
didasarkan pada transparansi, inklusi, dan proses yang adil. Proses yang adil adalah
melibatkan semua orang yang terpengaruh dalam proses itu, menjelaskan kepada
mereka dasar dari keputusan-keputusan yang ada dan alasan keberhasilan atau
kegagalan di masa depan, dan memberikan kejelasan ekspektasi mengenai apa arti
semua itu bagi pegawai. Proses yang adil ini berarti ada medan permainan yang setara
dan bahwa para pemimpin menghargai nilai intelektual dan emosional dari pegawai.
Atomisasi untuk Membuat Organisasi Mengubah Dirinya Sendiri
Atomisasi berkaitan dengan pembingkaian tantangan strategis yaitu salah satu
tugas paling sensitif dan subtil bagi pemimpin tipping point. Jika orang tidak yakin
bahwa tantangan strategis bisa ditaklukkan, perubahan cenderung tidak berhasil.
Contoh Bratton memecah tantangan untuk menjadikan New York menjadi kota
teraman dengan menjadikan tantangan tersebut menjadi atom-atom kecil yang bisa
ditangani oleh para petugas dalam berbagai tingkatan.
MEROBOHKAN RINTANGAN POLITIS
Saat perusahaan telah mencapai titik eksekusi , selalu ada kepentingan-
kepentingan kuat yang akan menentang perubahan yang menjelang. Untuk mengatasi
kekuatan-kekuatan politik ini, pemimpin tipping point berfokus pada tiga faktor
pemberi pengaruh tak proporsional:
1. Memanfaatkan malaikat
Malaikat adalah orang yang paling mendapat manfaat dengan adanya perubahan
strategis.
2. Membungkam iblis
Iblis adalah orang yang paling mendapat kerugian dari perubahan strategis.
3. Merekrut seorang consigliere pada tim manajemen atas
Consigliere adalah orang dalam yang piawai secara politis, tapi sangat dihormati, yang
sudah tahu mengenai semua jebakan yang ada, termasuk orang-orang yang akan
menentang Anda dan orang-orang yang mendukung Anda.
Memanfaatkan Malaikat dan Membungkam Iblis
Isolasi para penghalang Anda dengan menggalang koalisi yang lebih luas
dengan malaikat-malaikat Anda sebelum pertempuran dimulai. Dengan begini, Anda
akan menurunkan potensi terjadinya perang sebelum perang itu dimulai atau
mendapatkan momentum.
MENENTANG PENGETAHUAN UMUM
Pengetahuan konvensional: teori perubahan organisasi dilandaskan pada
mengubah massa. Jadi upaya perubahan difokuskan pada menggerakkan massa, dan ini
membutuhkan sumber daya yang besar dan kerangka waktu yang panjang.
Kepemimpinan Tipping Point: untuk mengubah massa, berfokuslah pada
ekstrem-ekstrem orang, tindakan, dan kegiatan yang memberikan pengaruh tak
proporsional terhadap kinerja demi mencapai perubahan strategis secara cepat dengan
biaya rendah. Dengan secara sadar menangani rintangan atau hambatan-hambatan
terhadap pengeksekusian strategi dan berfokus pada faktor-faktor pengaruh tak
proporsional, Anda juga bisa merobohkan rintangan-rintangan tersebut demi
memuluskan perubahan strategi.
BAB 8
Mengintegrasikan Eksekusi ke dalam Strategi
Perusahaan adalah segala sesuatu mulai dari lini atas hingga depan.Ketika
semua anggota dari organisasi bersatu padu mendukung sebuah strategi,maka
perusahaan bisa menonjol sebagai eksekutor yang konsisten dan hebat.Mengatasi
rintangan-rintangan operasional terhadap eksekusi strategi adalah langkah penting
mencapai tujuan itu.Perusahaan harus menciptakan suatu kultur kepercayaan dan
komitmen yang memotivasi orang untuk mengeksekusi strategi yang sudah disepakati-
bukan strategi di atas kertas,melainkan pengaruh strategi itu sendiri.
Dengan adanya strategi samudra biru,orang dituntut untuk keluar dari comfort
zones-nya dan mengharuskan mereka mengubah cara kerja sehingga meningkatkan
rasa takut mereka.Makin jauh seseorang dari lini atas manajemen maka mereka akan
makin tidak dilibatkan.Dalam prinsip ke-6 samudra biru : “Supaya bisa membangun
kepercayaan dan komitmen orang-orang dalam hierarki dan mendorong kerja sama
sukarela mereka,perusahaan harus mengintergrasikan eksekusi dalam strategi sejak
awal.Prinsip ini dapat meminimalkan risiko ketidakpercayaan,penolakan atau sabotase
pada manajemen.Dengan ini proses peminimalan risiko itu sangat penting bila
perusahaan mengeksekusi strategi samudra biru.
Ketidakterlibatan tenaga kerja dalam proses pembuatan strategi/alasan
perubahan strategi dapat menimbulkan perbedaan antara pandangan tenaga kerja
terhadap sistem ahli dengan sudut pandangan tim desain/manajemen.Bagi tenaga kerja
sistem dianggap sebagai ancaman langsung bagi kontribusi mereka,meskipun sistem
tersebut bermanfaat baik bagi perusahaan.Akibatnya akan berdampak pada
keterancaman dan terjadi penentangan pada sistem ahli dengan meragukan keefektifan
sistem tersebut.
Kekuatan Proses yang adil
Keadilan prosedural dimana memfokuskan perhatian mereka pada konteks
hukum,mereka berusaha memahami apa yang membuat orang mempercayai suatu
sistem hukum sehingga mau mematuhi hukum tanpa perlu dipaksa.Kepuasan orang
terhadap suatu hasil dan komitmen pada hasil itu sendiri dapat terjadi peningkatan
ketika keadilan prosedural diterapkan.
Proses yang adil dapat mengintergrasikan eksekusi ke dalam strategi dengan
menciptakan penerimaan orang terlebih dahulu.Ketika proses yang adil diterapkan
dalam proses pembuatan strategi,orang percaya bahwa ada medan permainan yang
setara.Ini mengilhami mereka untuk bekerja sama dengan sukarela dalam
mengeksekusi keputusan strategi yang dihasilkan.Kerja sama sukarela melibatkan
kegiatan yang melebih kewajiban yang digariskan,dimana individu mengerahkan
tenaga dan inisiatif mereka sebaik mungkin demi mengeksekusi strategi yang
dihasilkan.
Tiga Prinsip E dari proses yang Adil
Ada 3 elemen saling menguatkan yang mencirikan proses yang adil :
1.Engagement (emosi keterlibatan)
Melibatkan individu dalam keputusan strategis yang mempengaruhi mereka
dengan meminta masukan dari mereka dan memberi kesempatan bagi mereka untuk
saling menolak ide dan asumsi satu sama lain.hal ini dapat menimbulkan keputusan
yang lebih baik dari manajemen serta komitmen lebih besar dari semua pihak untuk
mengeksekusi keputusan tersebut
2.Explanation (Penjelasan)
Setiap orang yang terlibat dan terpengaruh harus memahami kenapa keputusan
strategis diuat.Penjelasan menjadi dasar pembuatan opini terhadap manajemen serta
membuat keputusan netral demi kepentingan perusahaan.
3.Expectation clarity (Ekspektasi yang jelas)
Ekspektasi yang jelas menuntut bahwa setelah sebuah strategi siap,manajer
menyatakan aturan permainan dengan jelas.meskipun ekspektasi yang ada dapat
bersifat berat,pegawai harus sadar serta menegerti goal mereka.Ketika orang dengan
jelas paham apa yang sebenarnya diingankan dari mereka,maka dapat meminimalkan
favoritisme dan permainan politik sehingga orang dapat fokus pada pengeksekusian
strategi secara cepat
Digabungkan bersama,ketiga kriteria ini secara kolektif berujung pada
keputusan apakah suatu proses adil atau tidak.Dan ini menjadi penting karena bila
kurang salah satu elemen itu maka tidak dapat menentukan apakah proses tersebut adil
atau tidak.
KISAH DUA PABRIK
Bagaimana ketiga prinsip E dari proses yang adil ini mempengaruhi
pengeksekuasian strategi dalam organisasi?Mari kita lihat pengalaman sebuag pabrikan
system elevator yang kita sebut ELCO.Pada akhir 1980-an,penjualan dalam industry
elevator menurun.Berllebihnya ruang kantor membuat sejumlah kota besar di AS
mengalami tingkat hunian yang kosong sebesar 20 persen
Dengan menurunnya permintaan domestic,Elco bertekad memberikan lompatan
nilai kepada pembeli dengan menurunkan biaya demi merangsang permintaan baru dan
menjauh dari kompetisi.Dalam pencarian menciptakan dan mengeksekusi strategi
samudra biru,perusahaan menyadari bahwa mereka perlu mengganti system pabrikan-
tumpukan dengan pendekatan seluler yang memungkinkan tim mandiri meraih kinerja
prima.Tim manajemen setuju dan siap melaksanakannya.Untuk mengeksekusi elemen
kunci strategi ini,tim tersebut mengadopsi cara yang terlihat paling cepat dan cerdas
untuk melangkah maju.
KENAPA PROSES ADIL PENTING
Kenapa proses adil itu penting dalam membentuk sikap dan perilaku orang?
Secara khusus,kenapa kepatuhan atau pelanggaran terhadap proses yang adil dalam
perumusan strategi memiliki kekuatan mewujudkan atau menggagalkan eksekusi suatu
strategi? Ini semua karena pengakuan emosional dan intelektual
Secara emosional,individu mencari pengakuan terhadap nilai mereka,bahkan
sebagai “buruh”,”personalia”,atau “sumber daya manusia”,melainkan sebagai manusia
yang diperlakukan dengan rasa hormat.
TEORI PENGAKUAN EMOSIONAL DAN INTELEKTUAL
Menggunakan proses adil dalam perumusan strategi sangat terkait dengan
pengakuan emosional dan intelektual.Dalam praktik terbukti bahwa ada semangat
untuk memercayai dan menghargai individu,sebagaimana juga ada kepercayaan
mendalam kepada kepatuhan pengetahuan,bakat,dan keahliab individu.
Ketika individu merasa nilain intelektual mereka diakui,mereka bersedia
membagi pengetahuan.Malahan mereka merasa terinspirasi untuk meneguhkan dan
membuktikan ekspektasi yang diminta dari nilai intelektual mereka,sehingga mereka
pun mendorong , mencetuskan ide-ide aktif dan berbagi pengetahuan
KONSEKUENSI KEHADIRAN DAN KETIADAAN PROSES YANG ADIL
DALAM PERUMUSAN STRATEGI TERHADAP EKSEKUSI
PROSES D=YANG ADIL DAN STRATEGI SAMUDRA BIRU
Komitmen , kepercayaan , dan kerja sama sukarela bukan sekadar sikap atau
perilaku,melainkan modal intangible . Ketika orang memiliki kepercayaan, mereka
memiliki keyakinan tingkat tinggi terhadap niatan dan tindakan sesama mereka.Ketika
mereka memiliki komitmen, mereka bahkan bersedia meminggirkan kepentingan
pribadi demi kepentingan perusahaan.
Penolakan untuk mengeksekusi strategis
Ketidakpercayaan dan penolakan
Proses yang adil
Pelecehan emosional dan intelektual
Pelanggaran proses yang adil
Kerjasama sukarela dalam eksekusi strategi
Kepercayaan dan komitmen
Pengakuan emosional dan
intelektual