Bismillah Lapkas Risa Tifoid

32
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus “Demam Tifoid” ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat laporan kasus yang lebih baik kedepannya. Demikianlah laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis di stase Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Jakarta, Agustus 2015 Pen ulis 1

description

rqwewrfwefqwrtqw

Transcript of Bismillah Lapkas Risa Tifoid

Page 1: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah karena dengan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus “Demam

Tifoid” ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat laporan kasus yang lebih

baik kedepannya.

Demikianlah laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis di stase

Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Jakarta, Agustus 2015

Penulis

1

Page 2: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2

BAB I : LAPORAN KASUS………………………………………………………….…….3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………..…13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...21

2

Page 3: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas

Data didapatkan dari Alloanamnesis dari orang tua pasien dan autoanamnesis.

Nama : An. A

Usia : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 11-08-2015

Ruangan : Badar

Alamat : jalan serdang baru

1.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Panas Sejak 4 Hari SMRS

Keluhan Tambahan : Nyeri ulu hati, Pusing dan mual.

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 4 hari SMRS yang lalu os mengeluh demam.

Demam sampai menggigil, demam naik ketika

malam hari dan turun ketika pagi atau siang hari.

Demam tidak turun meskipun sudah diberikan obat

paracetamol. Demam tidak terjadi secara mendadak

tetapi perlahan. Demam disertai pusing sehingga

menggangu aktivitas os tapi pusingnya tidak terasa

berputar.

± 3 hari SMRS os mengeluh Batuk (+) tapi tidak

berdahak, pilek (+) dengan cairan berwarna putih

bening. Nyeri Tenggorokan (-). Os juga mengeluh

nyeru ulu hati rasanya seperti di remas remas dan

mual mual tapi tidak sampai muntah. Os mengaku

nafsu makan menurun, seluruh badan terasa pegal

pegal dan lemas .

3

Page 4: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

± 1 hari SMRS os belum BAB. BAK normal. Gusi

berdarah, mimisan dan nyeri pada kedua mata

Disangkal

Os sudah berobat di klinik terdekat tapi keluhan yang

dirasakan tidak membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu :

OS belum pernah menderita sakit seperti ini

sebelumnya, belum pernah sakit tifoid atau DBD, tidak

mempunyai riwayat penyakit atopic.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak terdapat penyakit seperti ini pada keluarga, tidak

ada yang sakit tifoid atau DBD pada keluarga dan tidak

terdapat penyakit atopic.

Riwayat Pengobatan :

Os sudah berobat ke kliniik sebelumnya dan

diberikan obat paracetamol yang diminum dengan

dosis 3x1 dan obat yang berwarna kuning dengan

dosis 3x1, dan kapsul berwarna hijau tapi keluhan

nya tidak membaik.

Os tidak sedang mengkonsumsi OAT

(Kesan : sudah diobati namun gejala tidak kunjung berkurang)

Riwayat Kehamilan :

Selama hamil ibu OS rutin periksa kehamilan

(Antenatal Care) ke bidan, rajin meminum vitamin

atau obat penambah darah, mengkonsumsi sayuran

dan tidak pernah terkena infeksi.

4

Page 5: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

Riwayat Kelahiran :

OS lahir normal pervaginam, dengan usia kehamilan

cukup bulan, langsung menangis tanpa harus

dirangsang, tidak kebiruan dengan berat lahir 3000

gr, panjang lahir dan lingkar kepalanya lupa, tidak

terdapat komplikasi apapun.

Riwayat Imunisasi :

• Hepatitis B 3x

• Polio 4x

• BCG 1x

• DPT 3x

• Campak 1x

(Kesan imunisasi dasar lengkap )

Riwayat Tumbuh Kembang :

• Sudah mencapai kemampuan motorik kasar

seluruhnya.

• Sudah mencapai kemampuan motorik halus

seluruhnya.

• Sudah mencapai kemampuan bahasa seluruhnya.

• Sudah mencapai kemampuan personal sosial

seluruhnya.

5

Page 6: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

(Kesan tumbuh kembang normal sesuai usia)

Riwayat Pemberian ASI :

Hanya mendapatkan ASI selama satu bulan pertama,

kemudian dilanjutkan susu formula.

(Kesan Pemberian ASI tidak eksklusif)

Riwayat Alergi :

Tidak terdapat riwayat alergi obat, makanan dan

udara/debu.

(Kesan : tidak ada alergi)

Riwayat Psikososial :

Di sekolah tidak ada yang mempunyai keluhan yang

sama, tetapi kondisi di rumah baik, Sering jajan

makanan di sekolahan dan jajan sembarangan dan

jarang mencuci tangan saat makanan.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

- Suhu : 39,8c

- Nadi : 112x/menit

- RR : 24x/menit

- Tekanan Darah : 110/60 mmHg

Antropometri

- BB sebelum sakit : 44 kg

- BB : 43 kg

- TB : 158 cm

- LK : tidak diukur

- LILA : tidak diukur

6

Page 7: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

Status Gizi

- BB / U : 43/52 x100% = 97,5% Gizi Baik

- TB / U : 158/163x100% = 96% Normal

- BB / TB: 43/48x100% = 89% Gizi Baik

Kesan Gizi : Gizi Baik

Status Generalis

- Wajah : Simetris dextra dan sinistra, tidak terdapat tanda-tanda

peradangan, tidak terdapat tanda trauma, tidak terdapat adanya

petekie, purpura, edema, sianosis dan pucat.

- Rambut : Hitam,distribusi merata,tidah mudah dicabut (tidak rontok).

- Kepala : Normocephal, tidak mikrosefalus maupun hidrosefalus, bentuk

bulat, ubun-ubun sudah tertutup dan tidak cekung, tidak

terdapat nyeri saat ditekan, tidak terdapat tanda-tanda

peradangan.

- Mata : Edema palpebra (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik

(-/), refleks cahaya direk dan indirek (+/+), pupil isokor.

- Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), darah (-/-), sekret (+/+),

septum deviasi (-), tidak terdapat luka bekas trauma.

- Telinga :Normotia, serumen (-/-), tidak terdapat tanda-tanda peradangan.

- Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor dan

tremor (+), stomatitis (-).

- Tenggorokan : Faring hiperemis (-/-), tonsil membesar (-/-).

- Leher : Pembesaran KGB (-/-), pembesaran kelenjar tiroid (-/-).

- Thorax

Pulmo :

Inspeksi : Terlihat pengembangan dinding thorax yang simetris dextra

sinistra, tidak terdapat retraksi dinding thorax, tidak terdapat

bagian dinding thorax yang tertinggal saat inspirasi, tidak

terdapat tanda-tanda peradangan.

Palpasi : Teraba pengembangan dinding thorax yang simetris dextra

sinistra, Vocal fremitus simetris.

7

Page 8: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

Perkusi : Terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru.

Auskultasi : Terdengar suara vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing ( -/- )

Cor :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi : Batas kiri linea midclavicularis sinistra

Batas kanan linea parasternalis dextra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen

Inspeksi : Terlihat datar (supel), tidak terdapat tanda-tanda peradangan

atau tanda perembesan plasma seperti petekie, purpura dan

ekimosis.

Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Palpasi : Terdapat adanya nyeri tekan pada ulu hati, tidak teraba

pembesaran hepar dan spleen, turgor kulit elastis.

Perkusi : Terdengar suara timpani pada seluruh lapang abdomen.

- Ekstremitas superior

Akral : Hangat (+/+)

Edema : (-/-)

Sianosis : (-/-)

RCT : <2 detik

- Ekstremitas inferior

Akral : Hangat (+/+)

Edema : (-/-)

Sianosis : (-/-)

RCT : <2 detik

- Kelenjar limfe : Tidak terdapat adanya pembesaran kelenjar.

- Anus dan rectum : Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan tidak terdapat

adanya perdarahan.

- Genitalia : Laki-laki, tidak terdapat tanda-tanda peradangan.

- Kulit : Tidak pucat, tidak sianosis, turgor elastis kembali dengan

8

Page 9: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

cepat, tidak terdapat adanya tanda perembesan plasma seperti

petekie, purpura/ekimosis sebelum dilakukan Rumple leed,

Rumple leed test positif.

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.5 Resume :

OS 14 tahun datang ke UGD RSIJ CEMPUT dengan febris 4 hari SMRS, naik turun,

menggigil, meningkat menjelang malam hari , dan turun saat pagi –siang hari. Tidak ada

perbaikkan dengan paracetamol , konstipasi (+), nyeri epigastrium (+), mual (+), batuk (+) ,

anoreksia (+), malaise (+), cephalgia (+), vomitus (-), epistaksis (-), pilek (+), gusi berdarah (-)

Tanda vital yang didapat yaitu S:39,8C N:112x/m, 24x/m

Hasil pemeriksaan fisik didapat lidah kotor dan nyeri tekan epigastrium

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan hematologi yaitu Hb : 15,1 , Ht:

41 %, Leukosit : 4,89 ribu/uL, Trombosit : 176.000/Ul dan pemeriksaan salmonella IgM

tubex +6.0

9

Page 10: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

ASESMENT DAN DIAGNOSIS

Assesment

- Febris H4

- Batuk dan pilek

- Konstipasi

- Intake kurang

Diagnosis

- Klinis : Demam Tifoid

- Gizi : Gizi Baik

- Imunisasi : Imunisasi dasar sesuai usia

- Tumbang : Perkembangan sesuai usia

RENCAN TINDAKAN DAN TATALAKSANA

Tatalaksana

Tirah Baring

Diet makanan lunak

IVDF kebutuhan cairan : 1960+423=2383 . 21 tpm

Ceftriaxon 2 gr

Paratusin Tab (parasetamol,Noskapin, CTM, GG,fenilpropanolamin) 3x1

Ranitidine 2-4mg ~ 2x43= 86 mg, 4x43=172 mg. 2x1 tab

Ondansentron

Dosis terapi : 0,1-0,2mg/KgBB/x (waktu paruh 8 jam)

0,1x43 = 4,3 mg - 0,2x 43 = 8,6 mg ( Range Dose: 4,3-8,6mg/ kali (3x/hari))

10

Page 11: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

FOLLOW UP

Hari/Tanggal S O A P

12-08-15 Demam naik

turun

Batuk (+)

BAB (-)

Nyeri ulu hati,

lemas, mual,

tidak muntah

S: 39,8

N: 112 x/m

RR: 25x/m

Nyeri tekan ulu

hati.

Demam

Typhoid

Ceftriaxone

Ranitidine

Ondansentron

paratusin

13-08-15 Demam naik

turun

Pusing

Batuk (+)

Nyeri ulu hati

BAB (-),mual,

tidak muntah

S: 36,8

N: 120x/menit

RR: 22x/m

Hb: 14,8

Leukosit : 4,79

Hematokrit : 41

Trombosit :

137 rb

Eritrosit : 5,09

- Demam

Typhoid

-Intake

kurang

Terapi lanjutkan

14-08-15 Demam naik

turun

Pusing

Batuk (+)

Nyeri ulu hati

BAB

(1x),mual,

S: 36,8

N: 120 x/m

RR: 22x/m

Lab :

Hb: 13,7

Leukosit : 4,3

Ht :38

Demam

tifoid

Terapi lanjutkan

fg Troches 3x1tab

11

Page 12: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

tidak muntah

Nafsu makan

baik, nyeri

tenggorokan

Trombosit :154

Eritrosit :4,77

MCV/VER : 79

MCH 29

MCHC : 37

15-8-15 Demam (-)

Nyeri ulu hati

(+)

Mual (-)

Nyeri

tenggorokan

(+)

S= 37,4c

Nadi=

110x/menit

RR: 18x /menit

Faring

hiperemis

Demam

tifoid

Terapi lanjut

16-8-15 Demam (-)

Nyeri

tenggorokan

(+)

S: 36,4c

Nadi

118x/menit

RR: 18x/menit

Pulang Sanmol

FG troches

Ondansetron 3x1

12

Page 13: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,

ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial

dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari

hati,limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Demam tifoid merupakan penyakit

endemis di Indonesia yang disebabkan oleh infeksis sistemik Salmonella. 96%

disebabkan oleh Salmonella typhi, sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi. 90%

kasus demam tifoid terjadi pada usia 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah usia 5

tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan

penyakit demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan

kuman untuk konfirmasi.

II. Etiologi dan epidemiologi

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri gram

negative, mempunyai flagella,tidak berkapsul,tidak membentuk spora,fakultatif

anaerob

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai

negara sedang berkembang. Diperkirakan angka kejadian dari 900/100.000/tahun di

Asia. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun

mencapai 91% kasus. Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia

sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat

mengeksresikannya melalui secret saluran nafas,urin dan tinja dalam jangka waktu

yang bervariasi. Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup

untuk beberapa minggu apabila berada di air,es,debu atau kotoran yang kering

maupun pada pakaian. Akan tetapi S.typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu

pada raw sewage dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temp

63⁰C). Terjadi penularan sebagian besar melalui makanan atau minuman yang

13

Page 14: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau biasanya bersam-sama keluar

bersama dengan tinja. (rute oralfekal). Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari

seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia kepada bayinya.

III. Patogenesis

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan/minuman masuk ke dalam tubuh

melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (PH<2) banyak

bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,

bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan

menembus dinding usus tepatnya di ileum dan yeyenum. Sel-sel M sel epitel khusus

yang melapisi Peyer’s Patch,merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri

mencapai folikel limfe usus halus mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika

bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati

dan limpa. Salmonella typhi bermutiplikasi di dalam sel fagosit mononuclear di dalam

folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe. Setelah melewati periode

inkubasi, yang lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon

imun pejamu maka salmonella typhi akann keluar dari habitatnya dan melalui duktus

torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini, maka salmonella typhi

dapat mencapai organ yang disukai seperti hati.limpa,sumsum tulang, kandung

empedu dan Peyer”s Patch dari ileum terminal.

14

Page 15: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

IV. Manifestasi Klinis

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata

antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis

ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus smapai berat sehingga harus di rawat.

Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit. Pada

demam tifoid ada istilah khusus yaitu step ladder temperature chart yang ditandai

dengan demam timbul insidus, kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan

mencapai titik tertinggi pada minggu pertama, setelah itu demam akan bertahan tinggi

dan pada minggu ke-4 demam turun perlahan secara lisis, kecuali apabila terjadi fokus

infeksi seperti kolestitis, abses jaringan lunak maka demam akan menetap. Pada saat

demam tinggi, pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala sistem saraf pusat,

seperti kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi atau penurunan kesadaran

mulai apatis sampai koma.

Gejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala,

malaise, anoreksia,nausea,mialgia,nyeri perut dan radang tenggorokan. Pada kasus

yang berat pada saat demam tinggi akan tampak toksik/sakit berat. Bahkan dapat

dijumpai penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipovolemik sebagai

15

Page 16: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

akibat kekurangan cairan dan makanan. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi, atau

obstipasi yang disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan

putih di tengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan. Dapat dijumpai gejala

meteorismus. Rose spot suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan

ukuran 1-5 mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks,ekstremitas dan

punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak

Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

Bradikardi relatif jarang dijumpai pada anak. Mekanisme gejala klinis di jelaskan

pada gambar di bawah ini.

16

Page 17: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

17

Page 18: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

V. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan

gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran dengan

kriteria ini maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid.

Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid

dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2) pemeriksaan

bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan (4) pemeriksaan

kuman secara molekuler.Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S.typhi dari darah.

• Darah tepi perifer :

• anemia

• Leukopenia

• Trombositopenia

Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan

jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas,

spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan

antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan

limfosito

sis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis demam tifoid.

• Pemeriksaan serologi widal (biasanya di lakukan pada minggu ke-2)

Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor

antara lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti

status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi;

gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-

endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.9,13

Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta

sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam

penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif

akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda

infeksi).3 Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia,

manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada

kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar

18

Page 19: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di

populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan

peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat.

• Pemeriksaan Tubex-tf (pada minggu pertama demam tifoid)

Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif

yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel

yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan

menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada

Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut

karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi

IgG dalam waktu beberapa menit.4

Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX®

ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai

sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal.4 Penelitian oleh

Lim dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%.15

Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar

89%.9 Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk

pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara

berkembang

• Kadar IgM dan IgG (typhi -dot)

IgM anti S-thypi dilakukan pada hari ke 6-8 dan hanya berlaku untuk

demam tifoid

• Pemeriksaan biakan Salmonella

Biasanya di lakukan pada minggu pertama dan awal minggu kedua dari

rose spot, sumsum tulang. Biasanya pemeriksaan sumsum tulang merupakan

tindakan invansif untuk penelitian.

• Pemeriksaan radiologi bila curiga terdapat komplikasi

VI. Diagnosis Banding

Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara

klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influenza, gastroenteritis, DBD.

19

Page 20: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

VII. Tatalaksana

Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring,

isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian

antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan

cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit.

Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya

patogenesis infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteremia.

Kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan demam tifoid.

Dosis yang diberikan adalah 100 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian

selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.

Antipiretik bila suhu tubuh > 38,5 C. kortikosteroid dianjurkan pada demam

tifoid berat

Antibiotic ( lini pengobatan )

Kloramfenicol (drug of choice ) 50-100 mg/kg/hari, oral atau IV dibagi dalam

4 dosis selama 10-14 hari, tidak dianjurkan pada leukosit <2000/µl, dosis

maksimal 2g/hari atau

Amoksisilin 150-200 mg/kg/hari, oral atau IV selama 14 hari

Seftriakson 20-80 mg/kg/hari selama 5-10 hari

VIII. Komplikasi

Perforasi usus atau perdarahan saluran cerna : suhu menurun, nyeri abdomen,

muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus menurun sampai menghilang,

defence musculaire positif dan pekak hati hilang

Ekstraintestinal : ensefalopati tifoid, hepatitis tifosa, meningitis pneumonia, syok

septik, pieloneftritis, endokarditis, osteomielitis.

Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi berupa aritmia, perubahan ST pada

EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada jantung.

Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus demam tifoid dengan

ditandai peningkatan kadar transminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau

tanpa disertai kenaikan kadar transminase, maupun kolestitis akut juga dapat

dijumpai.

20

Page 21: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

Pneumoniae sebagai penyulit sering dapat dijumpai pada demam tifoid. Keadaan

ini dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun seringkali sebagai

akibat sekunder infeksi lain.

Trombositopenia

IX. Prognosis

Prognosis demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usai, keadaan kesehatan

sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik

yang adekuat, angka mortalitasnya <1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya

>10% biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan.

Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan

hebat,meningitis, endokarditis, dan pneumonia mengakibatkan morbiditas dan

mortalitas yang tinggi.

X. Pencegahan

Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S.typhi, maka setiap

individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka

konsumsi. Salmonella typhi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57C

untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi. Untuk makanan,

pemanasan sampai suhu 57C untuk beberapa menit atau secara merata juga dapat

mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara/ daerah

tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan

sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi. Imunisasi aktif

dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid.

Vaksin demam tifoid

Saat sekarang dikenal 3 macam vaksin untuk penyakit demam tifoid yaitu yang

berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan komponen Vi dari Salmonella typhi.

Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B yang

dimatikan (TAB vaccine) dengan cara pemberian suntikan subkutan, namun vaksin ini

hanya memberikan kekebalan yang terbatas, disamping efek samping lokal pada

tempat suntikan yang cukup kering. Vaksin yang berisi kuman Salmonella typhi hidup

yang dilemahkan (Ty-21a) diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian

selang sehari, memberi daya perlindungan 6 tahun. Vaksin Ty-21a diberikan pada anak

21

Page 22: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

berumur di atas 2 tahun. Vaksin yang berisi komponen Vi dari Salmonella typhi

diberikan secara suntikan intramuskular memberikan perlindungan 60-70% selama 3

tahun.

XI. Indikasi Rawat Inap

Demam tifoid berat harus dirawat inap di rumah sakit.

1. Cairan dan kalori

- Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu asupan cairan dan kalori

diberikan melalui sonde lambung.

- Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan dengan

kadar natrium rendah.

- Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan.

- Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.

- Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2.

- Pelihara keadaan nutrisi.

- Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit.

2. Antipiretik diberikan apabila demam >39C kecuali pada pasien dengan riwayat kejang

demam dapat diberikan lebih awal.

3. Diet

- Makanan tidak berserat dan mudah dicerna.

- Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori

cukup.

4. Transfusi darah

Kadang- kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.

REFERENSI

22

Page 23: Bismillah Lapkas Risa Tifoid

RSUP. Nasional Dr Cipto Mangunkusumo.2010. Panduan Pelayanan Medis Departemen

Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta.

Soedarmo, Sumarmo.S Poorwo. 2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI

Pudjiadi, H Antonius.2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid

I.Jakarta.

Risky Vitria Prasetyo, Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak. Divisi Tropik dan Penyakit Infeksi, Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya

23