bismilah semua

25
Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Komunikasi Gender Wanita dalam Iklan Rinso Anti Noda dan Bebelac Everyday is Mother’s Day Disusun Oleh Rizka Amalia D2C008070 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Transcript of bismilah semua

Page 1: bismilah semua

Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Komunikasi Gender

Wanita dalam Iklan Rinso Anti Noda dan Bebelac

Everyday is Mother’s Day

Disusun Oleh

Rizka Amalia

D2C008070

Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

2011

Page 2: bismilah semua

Latar Belakang

Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi berisi pesan yang disebarluaskan melalui

media massa baik media massa elektronik maupun cetak. Iklan sangat penting bagi kelangsungan

hidup sebuah media, termasuk televisi. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) iklan

adalah berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang

dan jasa yang di tawarkan. Dengan pengertian di atas, berarti iklan bertujuan untuk menarik

perhatian khalayak dan juga menjalankan fungsi persuasive yaitu untuk mendorong masyarakat

untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan keinginan pengiklan. Keinginan pengiklan yang

dimaksud adalah masyarakat terdorong untuk membeli barang atau menggunakan jasa yang

ditawarkan dalam iklan tersebut. Oleh karena itulah sangat wajar apabila para pengiklan

mengemas iklan yang disebarluaskan dengan sedemikian rupa agar bisa melekat di benak

masyarakat dan mempengaruhi prilakunya. Penyebarluasan iklan melalui media televisi dinilai

cukup efektif karena televise merupakan media populer yang dapat mempengaruhi khalayaknya.

Televise memiliki keunggulan dalam penyampaian pesan dengan karakterisiknya yang

merupakan media pandang dengar sehingga dianggap dapat memberikan gambaran penuh

mengenai pesan yang disampaikan.

Dalam iklan, banyak sekali model perempuan yang digunakan. Kita akan menemukan

kesamaan yang terdapat di dalamnya yaitu menggunakan perempuan sebagai objek.

’Pengeksploitasian’ perempuan dalam iklan biasanya tergambar dengan pencitraan perempuan

itu sendiri, seringkali ditunjukkan dengan tubuh moleknya, padahal produk yang ditawarkan

tidak ada hubungannya dengan tubuh perempuan yang ditampilkan. Selain itu iklan sering

menampilkan perempuan dengan sisi ‘keperempuanannya’. Iklan juga kerapkali menampilkan

sisi ‘keibuan’ dari perempuan.

Sisi ‘keibuan’ perempuan sering terlihat dalam iklan khususnya produk rumah tangga

seperti peralatan dapur, bumbu masakan, pembersih lantai, sabun cuci hingga susu anak.

Misalnya saja perempuan dalam iklan Sabun deterjen di Indonesia. sabun deterjen sendiri

memiliki berbagai merk dan harga yang bervariasi. Sabun deterjen terkenal merk Rinso berada di

kelas atas di kalangan sabun deterjen karena produk keluaran PT Unilever ini dijual dengan

harga lebih tinggi dibanding sabun deterjen lain. Menurut pantauan Nielsen Media Research

Page 3: bismilah semua

pada Januari hingga Juni 2006, PT Unilever mengeluarkan biaya lebih dari 84 miliar rupiah

untuk mengiklankan produk Rinso. Dari keseluruhan iklan- iklannya, Rinso selalu menggunakan

sosok perempuan yang pada umumnya digambarkan sebagai ibu rumah tangga dengan

peranannya sebagai wanita yang memiliki anak dan kemudian mengerjakan kegiatan domestic

dalam rumah. Ada salah satu iklan Rinso yang menarik, yaitu iklan Rinso Anti Noda tahun 2010

yang menampilkan seorang ibu (diperankan oleh Titi DJ) dan anaknya yang mengantar

kepergian ayah ke kantor dan setelah itu mengerjakan pekerjaan di dalam rumah dan menantikan

kepulangan sang ayah. Mengapa menarik? Dalam iklan, ibu dan anak mengerjakan pekerjaan

dalam rumah yang pada umumnya dikerjakan oleh lelaki seperti mencuci mobil dan mengecat

tembok. Dalam iklan ini, tersirat bahwa wanita juga bisa mengerjakan hal- hal seperti itu.

Selain produk deterjen, iklan yang pada umumnya menampilkan sosok perempuan yang

dibalut oleh peran ibu rumah tangga adalah susu anak. Jarang sekali ditemukan iklan susu

dengan menggambarkan sang ibu dengan peran ‘selain’ ibu rumah tangga. Namun tidak seperti

yang digambarkan dalam iklan susu Bebelac keluaran PT Nutricia Indonesia yang berjudul

you’re my everything- everyday is mother’s day. Dalam iklan itu digambarkan ‘sang ibu’ yang

berperan sebagai wanita karir yang bekerja di luar rumah. Dalam iklan ini tidak digambarkan

sosok seorang suami. Hal ini menunjukkan keberadaan wanita di arena social dan

memperlihatkan bahwa perempuan bisa berdiri sendiri tanpa adanya suami dan mampu untuk

menembus tembok batas yang mengangkat peran wanita tidak hanya di dalam rumah

mengerjakan kegiatan domestic tapi juga melakukan kegiatan yang menghasilkan uang di luar

rumah.

Page 4: bismilah semua

Permasalahan

Mengapa dalam iklan produk rumah tangga peran wanita seringkali direfleksikan sebagai

‘ibu rumah tangga’ yang tinggal di dalam rumah?

Bagaimana pencitraan dan peran wanita dalam iklan Rinso Anti Noda dan Bebelac (everyday

is mother’s day) dilihat dari kacamata feminisme?

Wanita berada di dalam rumah atau bekerja di luar rumah merupakan sebuah pilihan atau

tuntutan?

Page 5: bismilah semua

Landasan Teori

“dunia ini selalu menjadi dunia pria dan sejauh ini tidak ada penjelasan yang memadai

mengenai hal itu” (Simone de Beauvoir)

Gerakan feminisme muncul dengan tujuan untuk membongkar ketertindasan perempuan

dalam arena sosial, politik, budaya, dan pengetahuan. Ketertindasan yang dimaksud disini

disebabkan oleh budaya patriarki yaitu struktur masyarakat yang memberikan kekuasaan lebih

terhadap kaum pria sehingga mereka mendominasi kaum wanita. Tradisi (budaya patriarki)

itulah yang menjadikan perempuan sebagai makhluk yang tersubordinasi. Tradisi ini telah

terinternalisasi sejak anak- anak baik itu perempuan dan laki- laki sehingga hingga saat ini

muncullah perempuan yang ’feminin’ dan laki- laki yang ‘maskulin’.

Feminism eksistensialis muncul sebagai salah satu aliran feminism modern. Aliran ini

memperjuangkan persamaan perempuan dengan laki- laki dan penekanan terhadap keberdayaan

perempuan secara konkrit dan bukanlah ilusi. Ciri dari eksistensialisme sendiri yaitu selalu

melihat cara manusia berada dan keberadaan itu ditentukan oleh dirinya sendiri. Khususnya

perempuan, mereka bisa mendfinisikan dan memberi arti bagi dirinya sendiri dibandingkan

didefinisikan oleh masyarakat. Keberadaan itu menurut Jean Paul Sartre dalam Being and

Nothingness terbagi atas tiga tipe yaitu:

Being in itself, aspek material dalam kehidupan. Ada pada dirinya sendiri, dipersepsikan

sebagai objek

Being for itself, keunikan manusia,manusia memiliki kekurangan dan dilahirkan untuk

bebas serta memiliki kesadaran. Ada untuk dirinya sendiri, mempersepsikan diri sebagai

subjek

Being for others, ditekankan pada hubungan social dimana manusia saling mengobjekan

satu sama lain (subjek berusaha mengobjekan subjek lain)

Manusia yang mampu bereksistensi dan mendefinisikan dirinya adalah manusia yang bisa

mereflksikan dirinya sebagai being for itself atau bisa diartikan Ada untuk dirinya sendiri.

Simone de Beauvoir dalam bukunya The Second Sex menjelaskan mengapa perempuan

dijadikan objek laki- laki. Pertama adalah takdir dan sejarah terlahir sebagai perempuan, fakta

Page 6: bismilah semua

biologis perempuan menjadikannya sebagai objek perempuan harus mengikuti system patriarki

yang kadang tidak memenuhi kebutuhan- kebutuhan pribadinya. Kedua, mitos mengenai

perempuan, laki- laki menciptakan mitos bahwa perempuan itu irasional, kompleks, dan sulit

dimengerti. Kemudian perempuan dianggap ideal dan dipuja oeh lelaki jika’mengorbankan diri’

untuk menyelamatkan laki- laki. Beavoir menganggap perempuan secara bebas memilih untuk

mengorbankan diri bagi laki- laki karena keinginan bukan tuntutan untuk melakukannya. Lalu,

kehidupan perempuan saat ini yang terus didominasi oleh budaya patriarki. Subordinasi terdapat

saat perempuan masih terkekang dalam lingkup domestic dalam sistem feudal yang masih

patriatkal. Beauvoir memfokuskan peranan wanita dalam institusi pernikahan yaitu sebagai istri

dan motherhood (meliputi fungsi produksi:hamil, melahirkan, dan menyusui serta fungsi

pengasuhan) yang diatur dalam konteks kebudayaan patriarki. Pernikahan hanya membatasi

kebebasan perempuan bagi Beauvoir. Marriage incites man to a capricious imperialism: the

temptation to dominate is the most truly universal, the most irresistible one there is to surrender

the child to it’s mother, the wife to her husband, is to promote tyranny in the world (The Second

Sex, 1993: 489). Dengan memasuki kehidupan pernikahan yaitu menjadi istri dan ibu,

perempuan seperti menyerahkan diri untuk dijadikan objek bagi laki- laki.

Simone de Beauvoir mengelompokkan tiga ciri perempuan malafide, yaitu yang memilih

untuk dijadikan objek laki- laki

The Prostitute, dijadikan objek yang tubuhnya dieksploitasi untuk kepentingan seks

The Narcistic, mempercayai bahwa dirinya adalah objek, menjadi obsesif terhadap

citranya sendiri (wajah, tubuh, dan pakaian) untuk menjadi cantik sesuai pandangan

masyarakat yang pada akhirnya terikat untuk memenuhi hasrat laki- laki dan masyarakat

terhadap dirinya.

The Mystic, perempuan kategori ini tidak dapat membedakan antara tuhan dengan laki-

laki dan merasa dirinya lebih baik karena patuh pada ajaran, norma dan nilai yang

berlaku di masyarakat serta dituntut menjadi perempuan yang ideal dalam konteks

patriarki

Perempuan, secara sadar bisa keluar dari peranannya sebagai objek dalam konstruksi social

dengan patriarki sebagai sistemnya karna tidak ada garis feminitas tegas yang membangun

identitas abadinya. Perempuan dapat mengkonstruksi dirinya sendiri dalam masyarakat dan

Page 7: bismilah semua

merubah kondisi sebagai objek ataupun the second sex. Menurut Beauvoir, ada empat strategi

yang dapat yang dapat dilakukan perempuan untuk menghentikan kondisi sebagai objek, ‘the

second sex’ atau ‘the others’ yaitu:

Pertama, perempuan dapat bekerja dan mengaktualisasikan diri. Dengan bekerja di luar

rumah bersama dengan laki- laki, perempuan dapat secara konkrit menegaskan statusnya

sebagai subjek, seorang yang secara aktif menentukan arah nasibnya.

Kedua, perempuan dapat menjadi seorang intelektual, anggota dari kelompok yang akan

membangun perubahan bagi perempuan. Mereka pun tidak perlu mengkhawatirkan

kemampuannya.

Ketiga, perempuan dapat bekerja untuk mencapai transformasi sosiais masyarakat. Salah

satu kunci bagi pembebasan perempuan adalah kekuatan ekonomi, suatu poin yang

ditekankan untuk menjadi wanita mandiri

Perempuan dapat menolak menginternalisasi ke-Liyanannya dan dijadikan objek dengan

identifikasi dirinya melalui pandangan kelompok dominan dalam masyarakat.

Page 8: bismilah semua

Pembahasan

Dalam iklan produk rumah tangga wanita seringkali direfleksikan sebagai ‘ibu rumah

tangga’ yang tinggal di dalam rumah

Menurut pandangan Sartre, manusia tidak memiliki sifat alami. Esensi manusia dibentuk

oleh kreasi sosial atau dipengaruhi oleh lingkungan. Budaya di Indonesia sangatlah biner

untuk pembagian wilayah kerja berdasarkan jenis kelamin, laki- laki bertugas mencari nafkah

untuk keluarga dengan bekerja dan wanita tinggal di rumah untuk mengurus rumah tangga. .

Bahkan produk dan jasa yang ditawarkan dalam iklan juga sangat biner gender. Produk

rumah tangga diibaratkan sebagai produk yang sifatnya feminine dan produk seperti otomotif

sebagai maskulin.

Nilai yang berlaku mengenai seorang wanita yang telah menikah adalah tinggal di dalam

rumah untuk mengurus segala keperluan rumah tangga, mengurus suami dan merawat anak.

Seolah- olah memang begitulah esensi dari seorang wanita. Hal ini yang menjadi dasar bagi

para pengiklan untuk turut serta ‘mematenkan’ nilai itu dengan menampilkan sosok wanita

yang berperan sebagai istri dan ibu dalam iklan produk atau jasanya. Iklan juga berusaha

memberikan gambaran ideal seorang wanita yang telah menikah. Wanita menjadi makhluk

malifide kategori the mistyc. Love has been assigned to woman as her supreme vocation, and

when she directs it toward man, she is seeking God in him, but if human love is denied her by

circumstances, if she disappointed or overparticular, she may choose to adore divinity in the

person of God Himself (Simone de Beauvoir, 1993: 703). Wanita kategori ini tidak dapat

membedakan antara tuhan dengan laki- laki dan merasa dirinya lebih baik karena patuh pada

ajaran, norma dan nilai yang berlaku di masyarakat serta dituntut menjadi perempuan yang

ideal dalam konteks patriarki. Wanita yang sudah menikah dan tidak berada di rumah dalam

pandangan masyarakat konvensional dianggap sebagai wanita yang kurang ideal.

Gambaran wanita ideal tersebut ditransmisikan ke dalam iklan di layar kaca. Dalam

iklan ‘produk feminine’ berupa produk rumah tangga, wanita dengan sisi keibuannya

mengerjakan pekerjaan di dalam rumah serta mengurus anak lalu sering ditampilkan

menyambut suaminya pulang dari bekerja. Married life assumes different forms in different

Page 9: bismilah semua

cases. But for a great many Wanita dalam iklan tersebut terlihat bahagia dan kehidupan

rumah tangganya berjalan dengan harmonis. Hal itu merupakan pesan tersirat bahwa wanita

di dalam rumah kehidupannya tentram dan bahagia, oleh karena itu wanita lebih baik berada

di dalam rumah saja. The tragedy of marriage is not that it fails to assure woman the promise

happiness- there isn’t such thing as assurance in regard to happiness- but that it mutilated

her, it dooms her to repetition and routine (The Second Sex, 1993).

Pencitraan wanita dalam iklan Rinso Anti Noda dan perbandingan dengan wanita

dalam iklan Bebelac (everyday is mother’s day)

Pada dasarnya, kedua wanita tersebut memiliki kesamaan yakni sama- sama berperan

sebagai seorang ibu yang memiliki anak, namun dikemas dalam citra yang bertolak belakang.

Dalam iklan Rinso, sang ibu merupakan ibu rumah tangga. Seperti ibu rumah tangga

pada umumnya, wanita tersebut digambarkan mengerjakan pekerjaan di dalam rumah setelah

mengantarkan kepergian suaminya ke kantor. Setelah ayahnya berangkat, sang anak

mengatakan ”gantian kita yang bantuin ayah yuk, Bu” seolah-olah merujuk pada peran ayah

yang sangat besar karena berkorban untuk keluarganya dengan bekerja mencari uang. Jadi,

ibu dan anak harus membalas budi sang ayah, salah satunya dengan mengerjakan pekerjaan

di dalam rumah. Hal yang menarik dalam iklan ini adalah sang ibu bersama anakknya

mengerjakan pekerjaan maskulin atau yang biasa dikerjakan oleh laki- laki seperti mencuci

mobil dan mengecat tembok. Hal ini menunjukkan bahwa In world-view, the woman is not

always powerless. Perempuan memiliki daya dan hal itu nyata bukanlah sebuah ilusi. Tanpa

laki- laki seorang wanita mampu melakukan sebuah kegiatan yang ‘sangat laki- laki’. Dalam

iklan juga ditampilkan peranan ibu yang bekerja di wilayah domestic seperti memasak dan

mencuci pakaian serta mengurus anaknya. Setelah itu menyembut suami yang pulang dari

tempat kerja bersama anaknya dan membawakan jas suaminya. Eksistensialis melihat hal

tersebut sebagai sebuah perendahan terhadap wanita dan semakin mengokohkan system

patriarki yang menjadikan mereka sebagai makhluk yang tersuborganisasi juga menghambat

wanita dalam proses aktualisasi diri. Subordinasi terdapat saat perempuan masih terkekang

dalam lingkup domestic dalam sistem feodal yang masih patriarchal. Wanita diasumsikan

Page 10: bismilah semua

mengorbankan dirinya untuk lak-laki. Berbeda jika mereka melakukan hal tersebut secara

sadar dan didasari keinginannya sendiri.

Wanita dengan sifat keibuan yang dinilai ‘lemah, tidak berdaya, dan lembut’ menjadi

sebuah kekuatan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki- laki. Wanita merasa, kegiatan

di dalam rumah meliputi kegiatan rumah tangga dan mengurus anak hanya akan terlaksana

dengan baik di tangannya, tidak percaya jika orang lain misalnya pembantu rumah tangga

atau bahkan seorang suami yang melakukan hal tersebut. Wanita dengan kesadaran dan

keinginan penuh memilih untuk berada di rumah dan mengurus segala keperluan rumah

tangga serta merawat anak. Wanita memberikan definisi terhadap dirinya sendiri, menjawab

secara lantang memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga. Menjalankan peran sebagai ibu

rumah tangga tidak lebih sederhana dibanding profesi lainnya dan bisa disetarakan.

Becoming a mother in her turn, the woman in a sense takes the place of her own mother, it

means complete emancipation for her (The Second Sex, 1993:519). Dengan berada di dalam

rumah dan melaksanakan kegiatan domestic, seorang wanita merasa itulah pilihan hidupnya.

Berbeda dengan wanita di iklan Bebelac everyday is mother’s day, dalam iklan ini sang

ibu direfleksikan ke dalam peran wanita karir yang disayangi oleh anaknya dan tidak ada

peran suami yang ditampilkan. Sang ibu memasuki arena social di luar rumah untuk

menunjukkan eksistensinya demi kepentingan ekonomi dan merupakan proses aktualisasi

diri. Wanita membebaskan dirinya sebagai objek dalam konstruksi system patriarki, dia

mendefinisikan dan memposisikan statusnya sebagai subjek dengan bekerja, bekerja di luar

rumah tidak hanya kesempatan yang dimiliki oleh laki- laki, tetapi juga wanita yang telah

memiliki anak. Siapapun, baik wanita ataupun laki- laki membutuhkan sosialisasi dengan

orang lain dan aktualisasi diri juga memenuhi kebutuhan pengetahuannya yang hanya akan

didapatkan jika memasuki arena social termasuk bekerja di luar rumah. Karena selain faktor-

faktor tersebut, kapitalisme mendorong setiap orang untuk bersaing dalam bidang ekonomi

dan memenuhi kebutuhannya, tidak terkecuali wanita.

Page 11: bismilah semua

Wanita berada di dalam rumah/ bekerja di luar rumah merupakan sebuah tuntutan

atau pilihan?

Jawabannya adalah tuntutan dan pilihan. Tidak bisa dipungkiri, wanita memiliki kodrat

dalam kegiatan motherhood (melahirkan dan menyusui), selain itu wanita yang telah

menikah memiliki tambahan peranan dalam kehidupannya yakni menjadi seorang istri dan

ketika mereka memiliki anak, perannya pun kembali bertambah yakni menjadi ibu. Mereka

diliputi perasaan penuh kasih sayang terhadap keluarga dan memiliki relasi sangat kuat

dengan anak- anaknya melebihi suami. Memasuki kehidupan pernikahan, pasangan suami

istri terlebih dahulu membuat keputusan untuk merancang masa depan. Memang tidak pernah

ada pertanyaan “suami berada di rumah atau bekerja saja?” selalu yang menjadi topik “istri

berada di rumah atau ikut bekerja membantu suami?”. Ada istilah ibu rumah tangga dan

wanita karir, tetapi tidak hal itu tidak berlaku untuk laki- laki.

Dalam kehidupan nyata, tidak jarang seorang wanita yang menikah meghadapi tuntutan

dari suaminya, mereka diminta untuk menjadi ibu rumah tangga dan tinggal dirumah saja dan

hal itu menjadi syarat pernikahan, jika menolak lebih baik pernikahan tidak dilangsungkan.

Itu menjadi bukti bahwa patriarkilah yang berkuasa.

Tidak ada yang salah menjadi seorang ibu rumah tangga dan tidak ada yang salah

menjadi seorang wanita karir. Menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah,

sama rumitnya dengan seseorang yang memiliki karir di luar rumah namun kesetaraan belum

menjamah profesi ini. But on the whole marriage is today a surviving relic of dead ways of

life, and the situation of the wife is more ungrateful than formerly, because she still has the

same duties but they no longer confer the same rights, privileges, and honors (The Second

Sex, 1993: 479). Begitu pula dengan menjadi seorang wanita karir, seorang wanita menikah

yang memilih memasuki arena sosial dengan bekerja juga tidak terlepas dari peranannya

sebagai seorang istri dan ibu. Mereka menjadi wanita super yang bekerja di dua tempat yakni

di tempat kerja dan dirumah. Mereka harus bisa melaksanakan kedua peranannya tersebut

secara seimbang dan baik, hal tersebut tidak mudah. Bagaimanapun wanita super tetaplah

manusia yang memiliki keterbatasan. Dalam fungsi pengasuhan, tak jarang wanita karir

dianggap tidak melaksanakan tugasnya karena waktu yang dimiliki terbagi dengan bekerja.

Padahal, mitos bahwa tugas pengasuhan adalah tugas dari ibu adalah kurang tepat.

Page 12: bismilah semua

Pengasuhan dilakukan oleh kedua orang tua, ayah dan ibu. Bagaimana anak dididik, diasuh,

dan diberi kasih sayang adalah tugas dan tanggung jawab kedua orang tua.

Banyak alasan bagi wanita untuk memilih berada di rumah atau bekerja. Ketika memiliki

anak, seorang wanita dihadapkan dengan tuntutan dan keinginan untuk merawat buah hatinya

dan tidak mempercayakan hal tersebut kepada suaminya saja. Namun di sisi lain, tidak jarang

juga berkeluarga membuat seorang wanita terpanggil untuk memenuhi daftar kebutuhan

keluarganya dan memilih secara sadar untuk bekerja di ranah publik demi kepentingan

ekonomi juga memenuhi kebutuhan sosialisasi sebagai makhluk sosial. Dalam proses

pembentukan definisi diri being for itself atau ada untuk dirinya sendiri, wanita dengan bebas

mempersepsikan pribadinya sebagai seorang subjek yang berusaha memenuhi segala

kepentingannya baik itu kepuasan merawat anak, melakukan kegiatan domestic, memenuhi

tuntutan pengetahuan, sosialisasi dengan dunia luar dan sebagainya menggunakan caranya

sendiri.

Page 13: bismilah semua

Penutup

Feminism muncul dengan tujuan membongkar ketertindasan perempuan dalam arena

social, termasuk eksistensialisme. Ketertindasan perempuan yang kerap menjadi makhluk yang

tersubordinasi terdapat saat perempuan masih terkekang dalam lingkup domestic di bawah

system patriarki dan mengasumsikan wanita sebagai objek semata. Padahal setiap manusia,

tidak peduli wanita maupun laki- laki tidak diciptakan untuk menjadi sesuatu yang sia- sia

seperti itu. Dengan begitu, kesetaraan yang ingin dijunjung adalah pengakuan terhadap profesi

dan kegiatan apapun yang dipilih oleh wanita.

Eksistensialisme mengajarkan pada perempuan untuk melepaskan diri dari norma

patriarki agar dapat menemukan eksistensi dalam kehidupannya termasuk dalam menjalani

kehidupan rumah tangga. Wanita bergerak untuk menghempaskan statusnya sebagai objek dan

mengartikan dirinya sebagai subjek dalam apapun yang dilakukannya. Seorang wanita

memiliki otoritas penuh untuk mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya sendiri tanpa

dipengaruhi tekanan dari laki- laki di sekelilingnya. Wanita secara total bebas memilih untuk

menjadi wanita seperti apa, femininkah atau maskulin, menikah atau tidak menikah. Setelah

menikah, menjadi ibu rumah tangga atau bekerja di luar rumah sama- sama menjadi

kesempatan yang bisa dipilih oleh seorang wanita. Singkat kata, seorang wanita bebas untuk

melakukan apa saja dan hal itu harus dibela.

Page 14: bismilah semua

Cuplikan iklan Rinso Anti Noda (2010)

Page 15: bismilah semua

Cuplikan iklan Bebelac you are my everything- everyday is mother’s day

Page 16: bismilah semua

Daftar Pustaka

Tong, Rosemarie Putnum. 1998. Feminist Thought. USA: Allen & Unwin, Westview Press.

Beauvoir, Simone de. 1993. The Second Sex- translated and edited by HM Parshley. London:

Everyman’s Library.

Materi kuliah Komunikasi Gender Existentialist feminism 25 Oktober 2010, Triyono Lukmantoro, Ilmu Komunikasi UNDIP Semarang

http://www.helium.com/knowledge/244278-men-and-the-belief-that-women-should-take-care-

of-the-children diakses tanggal 5 November 2010

http://www.helium.com/channels/766-Gender-Issues diakses tanggal 5 November 2010

http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/07/28/simon-de-beauvoir-feminisme-eksistensialis/ diakses

tanggal 5 November 2010

http://www.rahima.or.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=8:news3&catid=21:artikel&Itemid=313 diakses tanggal 5

November 2010

http://www.marxists.org/reference/subject/ethics/de-beauvoir/2nd-sex/ch04.htm diakses tanggal 12 November 2010

http://www.pbhmi.net/index.php?option=com_content&view=article&id=861:dekonstruksi-perempuan-dalam-keluarga&catid=70:opini&Itemid=130 diakses tanggal 15 Januari 2011