BAB IV Bismilah
description
Transcript of BAB IV Bismilah
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan
kondisi riil yang terjadi pada pengelolaan keperawatan kelompok anak usia
sekolah dengan ketidakefektifan pemeliharan kesehatan di SD Negeri 2 Mersi
Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas yang dilakukan pada tanggal
7 februari 2014 sampai 7 april 2014.
A. Pembahasan
Pembahasan difokuskan terutama pada aspek data inti, status kesehatan
kelompok, masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkaitan
dengan diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok anak
usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi.
Tujuan pembahasan adalah untuk menjawab tujuan penulisan atau
bagaimana tujuan penulisan tersebut tercapai, termasuk kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan selama melakukan pengelolaan keperawatan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri
2 Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Pembahasan
difokuskan pada aspek riwayat keperawatan (data inti dan data subsistem)
masalah keperawatan, perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan, dimana tahapan dimulai dari pengkajian,
24
25
menganalisa data, menentukan masalah keperawatan, membuat rencana
tindakan dan yang terakhir melakukan evaluasi.
1. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 februari 2014 dengan
metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan winshield survey.
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data inti ( nama
kelompok, rentang umur kelompok, agama, pendidikan, pekerjaan, tingkat
keadaan lingkungan secara umum), data subsistem (lingkungan, pendidikan,
keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan
dan pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi). observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap lingkungan, karakteristik
bangunan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa karies gigi,
kebersihan kuku dan kebersihan badan. Winshield survey dilakukan dengan
memperhatikan keadaan di sekitar komunitas seperti perilaku dan kebiasaan
siswa, pola komunikasi komunitas dan keadaan lingkungan secara khusus.
Anderson & McFalare (2000) menyebutkan bahwa roda pengkajian
komunitas merupakan keseluruhan kerangka kerja, sedangkan pengkajian
difasilitasi dengan menggunakan model yang pada format survey tentang
learning about the Comunity of foot yang telah diperluas dengan semua
komponen roda pengkajian komunitas. Pedoman ini terdiri dari tiga bagian
yaitu inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi.
Penulis mendapatkan data subjektif pada pengelolaan kasus
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah yaitu guru dan
26
siswa tidak memperhatikan tentang kesehatan sekolah seperti pemeliharaan
kesehatan dasar dan kebersihan lingkungan sekolah. Sedangkan minat klien
untuk dilakukan perubahan perilaku sangat besar.
Wilkinson & Ahern (2012) menyebutkan bahwa pada pengkajian
data subjektif didapatkan bahwa siswa mengatakan kurang minat dalam
meningkatkan perilaku sehat. Kesenjangan yang penulis temukan yaitu dari
teori tersebut siswa tidak menunjukan kurang minat dalam meningkatkan
perilaku sehat, namun penulis mendapatkan data semua siswa sangat
antusias dan menunjukan minat yang besar untuk dilakukan perubahan
perilaku hidup bersih dan sehat.
Penulis mendapatkan data luas ruang kelas I dan kelas II yaitu 96 m2,
kebisingan di dalam kelas cukup tinggi, tidak memiliki lapangan atau aula
untuk olahraga, lingkungan sekolah tidak rindang, tidak memiliki sumber air
bersih, jarak sumur dengan septictank <10 m, pencahayaan kelas yang
kurang, tidak mempunyai kantin sekolah hanya memiliki 2 toilet dalam satu
sekolah, tidak menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah.
Berdasarkan 10 kriteria sekolah sehat (Depkes, 2010) menyebutkan
bahwa 10 kriteria sekolah sehat yaitu 1) Kepadatan ruang kelas minimal
1,75 m2/anak, selain untuk kenyamanan dan memberi ruang gerak yang
cukup bagi anak, kondisi kelas yang tidak padat juga memudahkan prosedur
evakuasi saat keadaan darurat, 2)Tingkat kebisingan di lingkungan sekolah
maksimal 45 desibel (setara dengan suara orang mengobrol dengan suara
normal) karena kebisingan di atas 45 desibel akan mengganggu konsentrasi
27
belajar, 3) Memiliki lapangan atau aula untuk olahraga, 4) Memiliki
lingkungan sekolah yang bersih, rindang dan nyaman, 5) Memiliki sumber
air bersih yang memadai dan septic tank dengan jarak minimal 10 meter dari
sumber air bersih, 6) Ventilasi kelas yang memadai, 7)Pencahayaan kelas
yang memadai (harus cukup terang), 8) Memiliki kantin sekolah yang
memenuhi syarat kesehatan, 9) Memiliki toilet dan kamar mandi bersih
dengan rasio 1:40 untuk siswa laki-laki dan 1:25 untuk siswa perempuan,
10) Menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah. Kesenjangan
yang penulis temukan berdasarkan teori tersebut SD Negeri 2 Mersi belum
memenuhi 10 kriteria sekolah sehat Depkes, namun penulis mendapatkan
data 1) kepadatan kelas yaitu 1,5 m2 sehingga ruang gerak anak dalam
melakukan aktivitas didalam kelas kurang nyaman, 2) tingkat kebisingan di
dalam kelas cukup tinggi, 3) tidak mempunyai lapangan atau aula untuk
olahraga, 4) lingkungan sekolah tidak rindang, 5) tidak memiliki sumber air
bersih, 6) jarak sumur dengan septictank <10 m, 7) pecahayaan kelas yang
kurang, 8) tidak mempunyai kantin sekolah, 9) hanya memiliki 2 toilet
dalam satu sekolah, 10) tidak menerapkan kawasan tanpa rokok di
lingkungan sekolah.
Penulis mendapatkan data siswa tidak mencuci tangan sebelum dan
sesudah jajan, tidak mempunyai kantin sekolah, tidak menggunakan jamban
yang bersih dan sehat, olahraga yang belum terukur, tidak memberantas
sarang nyamuk, terdapat dua siswa yang merokok, tidak menimbang tinggi
28
dan berat badan setiap bulan, terdapat siswa yang tidak membuang sampah
pada tempatnya.
Berdasarkan indikator PHBS sekolah (Depkes, 2012) menyebutkan
bahwa indikator PHBS sekolah yaitu 1) Menyuci tangan dengan air yang
mengalir dan memakai sabun, 2) Mengonsumsi jajanan sehat di kantin
sekolah, 3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 4) Olahraga yang
teratur dan terukur, 5) Memberantas jentik nyamuk, 6) Tidak merokok di
sekolah, 7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan, 8) Membuang sampah pada tempatnya. Kesenjangan yang penulis
temukan yaitu SD Negeri 2 Mersi belum memenuhi indikator PHBS sekolah
menurut Depkes, namun penulis mendapatkan data 1) siswa tidak mencuci
tangan sebelum dan sesudah jajan karena tidak terdapat fasilitas tempat cuci
tangan di sekolah, 2) tidak mempunyai kantin sekolah, 3) tidak
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 4) olahraga yang belum
terukur, 5) tidak memberantas sarang nyamuk, 6) terdapat dua siswa yang
merokok, 7) tidak menimbang tinggi dan berat badan setiap bulan, 8)
terdapat siswa yang tidak membuang sampah pada tempatnya.
Penulis mendapatkan data tidak terdapat UKS dan cakupan kerja
Puskesmas Purwokerto Timur I belum maksimal.
Berdasarkan Anderson & McFarlane (2000 p 224) pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial yang ada di dalam komunitas yaitu
pelayanan intrakomunitas dan pelayanan ekstara komunitas. Kesenjangan
yang penulis temukan yaitu di SD Negeri 2 Mersi belum terdapat pelayanan
29
kesehatan intrakomunitas seperti UKS dan ekstrakomunitas seperti program
pukskesmas untuk anak usia sekolah dasar.
2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)
Data subjektif yang didapatkan pada klien yaitu kepala sekolah
mengatakan guru dan siswa tidak memperhatikan tentang kesehatan
sekolah seperti pemeliharaan kesehatan dasar dan kebersihan lingkungan
sekolah. Data objektif yang didapatkan yaitu Angka morbiditas atau angka
kesakitan yang terjadi di SD Negeri 2 Mersi pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 9 siswa ijin tidak masuk karena sakit. Kemampuan personal
hygyne siswa SD Negeri 2 Mersi yang kurang dengan data siswa tidak
gosok gigi berjumlah 37 siswa (57,9%), tidak cuci tangan berjumlah 58
siswa (90,6%), tidak mandi 2 x sehari berjumlah 4 siswa (6,2%), tidak
potong kuku teratur berjumlah 47 (73,4%). Permasalahan akibat personal
hygine yang kurang pada siswa SD Negeri 2 Mersi kelas I dan kelas II
dengan data karies gigi berjumlah 54 siswa (84,4%), kuku panjang
berjumlah 47 siswa (73,4%), dan badan kotor berjumlah 3 siswa (4,7%).
Pengetahuan siswa SD Negeri 2 Mersi tentang pemeliharaan kesehatan
dasar yang benar masih sangat kurang dengan data tidak mengetahui cara
mencuci tangan dan menggosok gigi yang benar sebanyak 64 siswa
(100%). Kurangnya sistem pendukung kesehatan sekolah seperti UKS,
WC dan washtufel.
Berdasarkan data – data yang diperoleh dari pengkajian kemudian
dilakukan analisa data, diagnosa keperawatan yang muncul adalah
30
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah. Menurut
Wilkinson & Ahren (2012), Ketidakefektifan pemeliharaan adalah suatu
ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan atau mencari
bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
Alasan penulis mengangkat masalah ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan karena ditemukan data-data yang mendukung adanya masalah
keperawatan ini, seperti dikatakan oleh Wilkinson & Ahern bahwa data
subyektif : kurang minat dalam meningkatkan perilaku sehat. Data
obyektif : Menunjukan perilaku kurang adaptif terhadap perubahan
lingkungan, menunjukan kurang pengetahuan tentang praktik dasar
kesehatan, riwayat kurang perilaku sehat, melaporkan atau tampak
mengalami gangguan sistem pendukung pribadi, melaporkan atau tampak
tidak mampu mengemban tanggung jawab untuk memenuhi praktik
kesehatan.
31
3. Perencanaan (Plan)
Anderson & McFalare (2000) menyebutkan bahwa setelah
mengkaji kesehatan komunitas, menganalisis data dan menentukan
diagnosa keperawatan komunitas, langkah selanjutnya adalah
mempertimbangkan intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan
kesehatan komunitas tersebut untuk memformulasi rencana berfokus
komunitas. Masing-masing pernyataan diagnosis gambaran masalah yang
aktual atau potensial, penyebab dan gejala dan tanda-tanda mengarahkan
upaya perencanaan perawat. Ketiganya merupakan informasi yang sangat
penting bagi proses perencanaan.
Tindakan keperawatan yang penulis rencanakan berdasarkan
masalah keperawatan. Penulis menyusun intervensi dengan tujuan umum
(TUM) dan tujuan khusus (TUK) berdasarkan Wilkinson & Ahern (2012).
Dalam melaksanakan tindakan untuk mengatasi ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi
penulis merencanakan tindakan selama 30 hari.
TUM : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan siswa
mampu mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan, siswa mampu
menunjukan tingkat pemahaman tentang kesehatan personal dan kesehatan
lingkungan, dan status kesehatan siswa meningkat yang ditunjukan dengan
kehadiran dikelas yang meningkat, partisipasi dalam aktivitas sekolah, dan
kemampuan belajar.
32
Dengan indikator keberhasilanya yaitu:
- Pengetahuan: Perilaku Sehat: tingkat pemahaman yang sering
ditunjukan mengenai informasi yang diperlukan untuk mencapai dan
memelihara kesehatan yang optimal.(skala awal: 1; skala tujuan: 4)
- Kepercayaan kesehatan: Persepsi sumber: siswa kadang-kadang
menunjukan keyakinan bahwa individu memiliki cara adekuat untuk
melakukan perilaku hidup sehat.(skala awal: 2; skala tujuan: 3)
- Status kesehatan siswa: siswa sering menunjukan status fisik,
kognitif/emosional, dan sosial anak usia sekolah yang memberi
kontribusi pada kehadiran di kelas, partisipasi dalam aktivitas sekolah,
dan kemampuan belajar. (skala awal: 2; skala tujuan: 3)
- Perilaku promosi kesehatan: siswa sering menunjukan tindakan
personal untuk mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan.
(skala awal: 2; skala tujuan: 4)
- Dukungan sosial: jarang menunjukan persepsi keberadaan dan
bantuan yang konsisten dari orang lain di lingkungan sekolah. (skala
awal: 1; skala tujuan 3)
Rasional: dengan teratasinya masalah tersebut maka siswa mampu
dan mengetahui tentang praktik kesehatan dasar dan dapat
diaplikasikan di sekolah dan di rumah
33
TUK I : siswa mampu melakukan dan mengetahui praktik
kesehatan perawatan kesehatan dasar pada anak usia sekolah dengan
cara:
a. Skrining kesehatan terhadap siswa kelas I dan kelas II
Rasional : untuk mengetahui status kesehatan kelompok dan
menentukan intervensi selanjutnya. Anderson & McFalare (2000)
menyebutkan bahwa sensus atau skrining kesehatan akan
mengilustrasikan penggunaan model dalam pengkajian komunitas(
termasuk analisis, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi).
b. Memberikan pendidikan kesehatan pemeliharaan kesehatan dasar,
mendiskusikan manfaat dari pemeliharaan kesehatan
dasar,mendiskusikan akibat jika tidak melakukan pemeliharaan
kesehatan dasar, mendiskusikan kriteria lingkungan sehat di
sekolah, memberikan pendidikan kesehataan kepada penjual jajan
sehat dan hygienis.
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang
pemeliharaan kesehatan dasar.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya
penyelenggaraan UKS di sekolah, mendiskusikan dengan orang
tua/wali murid tentang pengadaan UKS di sekolah sebagai
dukungan kesehatan siswa dan penataan UKS.
34
Rasional : memberikan kesadaran kepada orang tua dan pihak
sekolah tentang pentingnya sistem pendukung kesehatan sekolah
untuk meningkatkan persepsi siswa tentang adanya sistem
pendukung di lingkungan sekolah.
TUK II : siswa menunjukan perilaku adaptif terhadap
perubahan lingkungan dengan cara:
a. Membantu siswa mengidentifikasi tujuan spesifik untuk
perubahan, mengidentifikasi bersama siswa kemungkinan
penghambat perubahan perilaku, mendorong siswa untuk
mengidentifikasi penguatan dan penghargaan yang sesuai dan
bermakna, mendorong siswa untuk bergerak ke arah kepercayaan
primer, membantu siswa mengevaluasi kemajuan dan
membandingkan perilaku sebelumnya dengan perilaku saat ini.
Rasional : memberikan pembelajaran kepada siswa tentang
perubahan perilaku yang terencana. Anderson & Mc Falare
(2000) menyebutkan penerapan teori perubahan untuk
perencanaan kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tahap
yaitu menumbuhkan rasa kebutuhan dan keinginan untuk
berubah, menciptakan hubungan antara pembaharu dan sistem
klien, mengklarifikasi atau mendiagnosis masalah dan kebutuhan
atau tujuan sistem klien, menelusuri alur alternatif, tujuan
tentativ, dan rencana kegiatan. Hal tersebut sudah sesuai dengan
intervensi yang direncanakan untuk melakukan perubahan
35
perilaku pada siswa dengan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan.
b. Informasikan kepada klien tentang sumber pelayanan kesehatan
yang ada
Rasional : menguatkan persepsi siswa tentang sistem
pendukung yang ada
c. Membantu siswa dalam melakukan pemeliharaan kesehatan dasar
di sekolah dan di rumah dengan pemantauan per minggu dan
pengisian lembar pemantauan.
Rasional : membantu siswa dalam melakukan perawatan diri.
Anderson & McFalare (2000) menyebutkan salah satu teori
perubahan perilaku kesehatan yaitu menumbuhkan rasa
kebutuhan dan keinginan untuk berubah. Dengan melakukan
pemantauan dan membiasakan siswa melakukan pemeliharaan
kesehatan dasar sekolah diharapkan perilaku siswa dapat berubah
menuju perilaku sehat.
4. Pelaksanaan (Implementation)
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan
intervensi yang telah disusun dan direncanakan selama 30 hari. Semua
tindakan yang tercantum dalam intervensi telah dilakukan dan melakukan
intervensi yang tidak tercantum dalam NANDA NIC NOC.
Implementasi yang berhasil dilakukan meliputi: 1) skrining
kesehatan, 2) pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dasar, 3)
36
pendidikan kesehatan tentang pentingnya UKS kepada wali murid, 4)
diskusi dengan kepala sekolah tentang fasilitas kesehatan sekolah, 5)
pendidikan kesehatan kepada penjual jajan, 6) penataan UKS, 7) diskusi
dengan siswa tentang sistem pendukung sekolah, 8) pemantauan
pemeliharaan kesehatan dasar selama 30 hari, 9) melaksanakan program
jumat bersih.
Waktu implementasi yang dilakukan pada kasus ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi tidak
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan yaitu 30 hari. Waktu
pelaksanaan dilakukan selama 60 hari karena pelaksanaan yang dilakukan
untuk melakukan perubahan perilaku dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Hal tersebut dikarenakan perubahan perilaku harus dilakukan dengan
membiasakan siswa terhadap pemeliharaan kesehatan. Sehingga dalam
implementasinya dilakukan pemantauan kesehatan dengan menggunakan
lembar pemantauan selama 30 hari.
Dari beberapa tindakan yang telah direncanakan seperti yang
tercantum pada bagian perencanaan, semua tindakan sudah direncanakan,
namun masih ada program yang belum berhasil seperti diskusi dengan
kepala sekolah tentang pengadaan jamban bersih dan sehat dan penataan
kelas yang baik. Hal tersebut dikarenakan biaya dari pemerintah yang belum
ada dan membutuhkan waktu untuk mengajukan proposal. Selain itu
penyuluhan jajan sehat ke penjual jajan juga belum berhasil karena setelah
37
dilakukan pendidikan kesehatan, penjual jajan tidak mempraktikan tentang
jajan sehat.
Faktor pendukung keberhasilan implementasi untuk diagnosa ini
antara lain siswa yang kooperatif terhadap perubahan yang direncanakan.
Hal ini sesuai dengan ciri-ciri perkembangan usia anak sekolah menurut
Elizabeth B. Hurlock (2006) yaitu dengan meningkatnya minat dalam
keanggotaan kelompok maka meningkat pula minat untuk berkomunikasi
dengan anggota kelompok. Ini akan mendorong anak untuk meningkatkan
pengertianya dan lebih memaksimalkan dalam proses pembelajaran bagi
siswa
5. Evaluasi (Evaluation)
Perawat mengevaluasi respon dari komunitas terhadap program
kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif
program. Data evaluasi merupakan hal yang krusial untuk memperbaiki
database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis
pengkajian data komunitas. (Anderson & McFalare, 2000)
Respon klien pada tanggal 15 april 2014 yaitu pengetahuan klien
tentang perawatan kesehatan dasar meningkat dengan skala akhir 4, siswa
sudah paham dan yakin tentang sistem pendukung kesehatan sekolah
dengan skala akhir 3, status kesehatan siswa meningkat dengan skala akhir
4, sudah terdapat UKS dan tempat mencuci tangan sebagai komponen
pendukung kesehatan sekolah dengan skala akhir 2. Sehingga kasus
38
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD
Negeri 2 Mersi teratasi sebagian.
Berdasarkan respon klien tersebut evaluasi program sudah berjalan
dengan baik. Menurut W.K Kellog Foundation (1998) dalam Anderson &
McFalare (2000) menyebutkan bahwa prinsip evaluasi dibagi menjadi
beberapa komponen yaitu memperkuat program, menggunakan pendekatan
multipel, merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata, menciptakan
proses partisipasi, memungkinkan fleksibilitas, dan membangun kapasitas.
Prinsip tersebut sudah sejalan dengan evaluasi yang dilakukan pada kasus
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
Rencana tindak lanjut dari semua progarm yang telah direncanakan
dan dilaksanakan yaitu pendelegasian program kepada pihak Sekolah dan
Puskesmas Purwokerto Timur I agar program tersebut dapat dilakukan
secara berkelanjutan sehingga tujuan umum dari program tersebut dapat
tercapai.
B. SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat penulis ambil yaitu:
1. Laporan kasus yang disajikan oleh penulis adalah asuhan keperawatan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD
Negeri 2 Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
2. Biodata klien
Klien adalah beberapa anak usia sekolah kelas I dan kelas II di SD Negeri 2
Mersi. Jumlah kelompok sebanyak 64 orang yang terdiri dari 37 siswa laki-
39
laki dan 27 siswa perempuan. Klien secara keseluruhan beragama islam dan
klien memiliki kebiasaan dan adat yang retatif sama karena kelompok ini
merupakan anak-anak yang tinggal di kelurahan Mersi dengan suku jawa
dan beragama islam.
3. Metode pengkajian yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi yang ada di arsip sekolah, dan
winshield survey. Metode ini cukup efektif untuk dilakukan pengambilan
data pada kasus tersebut. Pengkajian dilakukan menggunakan survey
learning about the comunity of foot yang terdiri dari pengkajian inti
komunitas, subsistem komunitas dan persepsi.
4. Pada tahap penetapan diagnosa keperawatan, penulis mengambil kesimpulan
dari data fokus yang telah dianalisa yaitu muncul masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan pana anak usia sekolah, pada penetapan diagnosa
terapat kesenjangan yaitu data subjektif berdasarkan NIC NOC NANDA
menyebutkan kurang minat dalam meningkatkan perilaku sehat, tetapi data
subjektif yang muncul yaitu siswa menunjukan minat yang tinggi dalam
meningkatkan perilaku sehat
5. Dalam perencanaan keperawatan, tujuan umum yang diharapkan yaitu
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan siswa mampu
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan, siswa mampu
menunjukan tingkat pemahaman tentang kesehatan personal dan kesehatan
lingkungan, dan status kesehatan siswa meningkat yang ditunjukan dengan
40
kehadiran dikelas yang meningkat, partisipasi dalam aktivitas sekolah, dan
kemampuan belajar.
6. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan utama
yang ditegakan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan umum dan
khusus yang telah ditentukan. Tindakan keperawatan yang dilakukan sudah
sesuai dengan perencanaan.
7. Evaluasi dilakukan secara sumatif dan formatif. Evaluasi sumatif dilakukan
pada tanggal 15 april 2014 menunjukan tujuan tindakan keperawatan yang
telah penulis rencanakan. Dengan skala akhir yang mencapai tujuan dengan
kriteria hasil yaitu pengetahuan klien tentang perawatan kesehatan dasar
meningkat dengan skala akhir 4, siswa sudah paham dan yakin tentang
sistem pendukung kesehatan sekolah dengan skala akhir 3, status kesehatan
siswa meningkat dengan skala akhir 4, sudah terdapat UKS dan tempat
mencuci tangan sebagai komponen pendukung kesehatan sekolah dengan
skala akhir 2. Sehingga kasus ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi teratasi sebagian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi teratasi sebagian.
Intervensi yang harus dilanjutkan yaitu mendirikan fasilitas pendukung kesehatan
sekolah seperti WC dan kantin sekolah dan mempertahankan ketrampilan
perawatan kesehatan dasar yang sudah diajarkan.