BAB IV Bismilah

27
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan kondisi riil yang terjadi pada pengelolaan keperawatan kelompok anak usia sekolah dengan ketidakefektifan pemeliharan kesehatan di SD Negeri 2 Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas yang dilakukan pada tanggal 7 februari 2014 sampai 7 april 2014. A. Pembahasan Pembahasan difokuskan terutama pada aspek data inti, status kesehatan kelompok, masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkaitan dengan diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi. Tujuan pembahasan adalah untuk menjawab tujuan penulisan atau bagaimana tujuan penulisan tersebut tercapai, termasuk kesenjangan-kesenjangan yang 24

description

BAB IV Bismilah

Transcript of BAB IV Bismilah

Page 1: BAB IV Bismilah

BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan

kondisi riil yang terjadi pada pengelolaan keperawatan kelompok anak usia

sekolah dengan ketidakefektifan pemeliharan kesehatan di SD Negeri 2 Mersi

Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas yang dilakukan pada tanggal

7 februari 2014 sampai 7 april 2014.

A. Pembahasan

Pembahasan difokuskan terutama pada aspek data inti, status kesehatan

kelompok, masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkaitan

dengan diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok anak

usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi.

Tujuan pembahasan adalah untuk menjawab tujuan penulisan atau

bagaimana tujuan penulisan tersebut tercapai, termasuk kesenjangan-

kesenjangan yang ditemukan selama melakukan pengelolaan keperawatan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri

2 Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Pembahasan

difokuskan pada aspek riwayat keperawatan (data inti dan data subsistem)

masalah keperawatan, perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menggunakan

pendekatan proses keperawatan, dimana tahapan dimulai dari pengkajian,

24

Page 2: BAB IV Bismilah

25

menganalisa data, menentukan masalah keperawatan, membuat rencana

tindakan dan yang terakhir melakukan evaluasi.

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 februari 2014 dengan

metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan winshield survey.

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data inti ( nama

kelompok, rentang umur kelompok, agama, pendidikan, pekerjaan, tingkat

keadaan lingkungan secara umum), data subsistem (lingkungan, pendidikan,

keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan

dan pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi). observasi

dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap lingkungan, karakteristik

bangunan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa karies gigi,

kebersihan kuku dan kebersihan badan. Winshield survey dilakukan dengan

memperhatikan keadaan di sekitar komunitas seperti perilaku dan kebiasaan

siswa, pola komunikasi komunitas dan keadaan lingkungan secara khusus.

Anderson & McFalare (2000) menyebutkan bahwa roda pengkajian

komunitas merupakan keseluruhan kerangka kerja, sedangkan pengkajian

difasilitasi dengan menggunakan model yang pada format survey tentang

learning about the Comunity of foot yang telah diperluas dengan semua

komponen roda pengkajian komunitas. Pedoman ini terdiri dari tiga bagian

yaitu inti komunitas, subsistem komunitas, dan persepsi.

Penulis mendapatkan data subjektif pada pengelolaan kasus

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah yaitu guru dan

Page 3: BAB IV Bismilah

26

siswa tidak memperhatikan tentang kesehatan sekolah seperti pemeliharaan

kesehatan dasar dan kebersihan lingkungan sekolah. Sedangkan minat klien

untuk dilakukan perubahan perilaku sangat besar.

Wilkinson & Ahern (2012) menyebutkan bahwa pada pengkajian

data subjektif didapatkan bahwa siswa mengatakan kurang minat dalam

meningkatkan perilaku sehat. Kesenjangan yang penulis temukan yaitu dari

teori tersebut siswa tidak menunjukan kurang minat dalam meningkatkan

perilaku sehat, namun penulis mendapatkan data semua siswa sangat

antusias dan menunjukan minat yang besar untuk dilakukan perubahan

perilaku hidup bersih dan sehat.

Penulis mendapatkan data luas ruang kelas I dan kelas II yaitu 96 m2,

kebisingan di dalam kelas cukup tinggi, tidak memiliki lapangan atau aula

untuk olahraga, lingkungan sekolah tidak rindang, tidak memiliki sumber air

bersih, jarak sumur dengan septictank <10 m, pencahayaan kelas yang

kurang, tidak mempunyai kantin sekolah hanya memiliki 2 toilet dalam satu

sekolah, tidak menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah.

Berdasarkan 10 kriteria sekolah sehat (Depkes, 2010) menyebutkan

bahwa 10 kriteria sekolah sehat yaitu 1) Kepadatan ruang kelas minimal

1,75 m2/anak, selain untuk kenyamanan dan memberi ruang gerak yang

cukup bagi anak, kondisi kelas yang tidak padat juga memudahkan prosedur

evakuasi saat keadaan darurat, 2)Tingkat kebisingan di lingkungan sekolah

maksimal 45 desibel (setara dengan suara orang mengobrol dengan suara

normal) karena kebisingan di atas 45 desibel akan mengganggu konsentrasi

Page 4: BAB IV Bismilah

27

belajar, 3) Memiliki lapangan atau aula untuk olahraga, 4) Memiliki

lingkungan sekolah yang bersih, rindang dan nyaman, 5) Memiliki sumber

air bersih yang memadai dan septic tank dengan jarak minimal 10 meter dari

sumber air bersih, 6) Ventilasi kelas yang memadai, 7)Pencahayaan kelas

yang memadai (harus cukup terang), 8) Memiliki kantin sekolah yang

memenuhi syarat kesehatan, 9) Memiliki toilet dan kamar mandi bersih

dengan rasio 1:40 untuk siswa laki-laki dan 1:25 untuk siswa perempuan,

10) Menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah. Kesenjangan

yang penulis temukan berdasarkan teori tersebut SD Negeri 2 Mersi belum

memenuhi 10 kriteria sekolah sehat Depkes, namun penulis mendapatkan

data 1) kepadatan kelas yaitu 1,5 m2 sehingga ruang gerak anak dalam

melakukan aktivitas didalam kelas kurang nyaman, 2) tingkat kebisingan di

dalam kelas cukup tinggi, 3) tidak mempunyai lapangan atau aula untuk

olahraga, 4) lingkungan sekolah tidak rindang, 5) tidak memiliki sumber air

bersih, 6) jarak sumur dengan septictank <10 m, 7) pecahayaan kelas yang

kurang, 8) tidak mempunyai kantin sekolah, 9) hanya memiliki 2 toilet

dalam satu sekolah, 10) tidak menerapkan kawasan tanpa rokok di

lingkungan sekolah.

Penulis mendapatkan data siswa tidak mencuci tangan sebelum dan

sesudah jajan, tidak mempunyai kantin sekolah, tidak menggunakan jamban

yang bersih dan sehat, olahraga yang belum terukur, tidak memberantas

sarang nyamuk, terdapat dua siswa yang merokok, tidak menimbang tinggi

Page 5: BAB IV Bismilah

28

dan berat badan setiap bulan, terdapat siswa yang tidak membuang sampah

pada tempatnya.

Berdasarkan indikator PHBS sekolah (Depkes, 2012) menyebutkan

bahwa indikator PHBS sekolah yaitu 1) Menyuci tangan dengan air yang

mengalir dan memakai sabun, 2) Mengonsumsi jajanan sehat di kantin

sekolah, 3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 4) Olahraga yang

teratur dan terukur, 5) Memberantas jentik nyamuk, 6) Tidak merokok di

sekolah, 7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap

bulan, 8) Membuang sampah pada tempatnya. Kesenjangan yang penulis

temukan yaitu SD Negeri 2 Mersi belum memenuhi indikator PHBS sekolah

menurut Depkes, namun penulis mendapatkan data 1) siswa tidak mencuci

tangan sebelum dan sesudah jajan karena tidak terdapat fasilitas tempat cuci

tangan di sekolah, 2) tidak mempunyai kantin sekolah, 3) tidak

menggunakan jamban yang bersih dan sehat, 4) olahraga yang belum

terukur, 5) tidak memberantas sarang nyamuk, 6) terdapat dua siswa yang

merokok, 7) tidak menimbang tinggi dan berat badan setiap bulan, 8)

terdapat siswa yang tidak membuang sampah pada tempatnya.

Penulis mendapatkan data tidak terdapat UKS dan cakupan kerja

Puskesmas Purwokerto Timur I belum maksimal.

Berdasarkan Anderson & McFarlane (2000 p 224) pelayanan

kesehatan dan pelayanan sosial yang ada di dalam komunitas yaitu

pelayanan intrakomunitas dan pelayanan ekstara komunitas. Kesenjangan

yang penulis temukan yaitu di SD Negeri 2 Mersi belum terdapat pelayanan

Page 6: BAB IV Bismilah

29

kesehatan intrakomunitas seperti UKS dan ekstrakomunitas seperti program

pukskesmas untuk anak usia sekolah dasar.

2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)

Data subjektif yang didapatkan pada klien yaitu kepala sekolah

mengatakan guru dan siswa tidak memperhatikan tentang kesehatan

sekolah seperti pemeliharaan kesehatan dasar dan kebersihan lingkungan

sekolah. Data objektif yang didapatkan yaitu Angka morbiditas atau angka

kesakitan yang terjadi di SD Negeri 2 Mersi pada tahun 2013 yaitu

sebanyak 9 siswa ijin tidak masuk karena sakit. Kemampuan personal

hygyne siswa SD Negeri 2 Mersi yang kurang dengan data siswa tidak

gosok gigi berjumlah 37 siswa (57,9%), tidak cuci tangan berjumlah 58

siswa (90,6%), tidak mandi 2 x sehari berjumlah 4 siswa (6,2%), tidak

potong kuku teratur berjumlah 47 (73,4%). Permasalahan akibat personal

hygine yang kurang pada siswa SD Negeri 2 Mersi kelas I dan kelas II

dengan data karies gigi berjumlah 54 siswa (84,4%), kuku panjang

berjumlah 47 siswa (73,4%), dan badan kotor berjumlah 3 siswa (4,7%).

Pengetahuan siswa SD Negeri 2 Mersi tentang pemeliharaan kesehatan

dasar yang benar masih sangat kurang dengan data tidak mengetahui cara

mencuci tangan dan menggosok gigi yang benar sebanyak 64 siswa

(100%). Kurangnya sistem pendukung kesehatan sekolah seperti UKS,

WC dan washtufel.

Berdasarkan data – data yang diperoleh dari pengkajian kemudian

dilakukan analisa data, diagnosa keperawatan yang muncul adalah

Page 7: BAB IV Bismilah

30

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah. Menurut

Wilkinson & Ahren (2012), Ketidakefektifan pemeliharaan adalah suatu

ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan atau mencari

bantuan untuk mempertahankan kesehatan.

Alasan penulis mengangkat masalah ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan karena ditemukan data-data yang mendukung adanya masalah

keperawatan ini, seperti dikatakan oleh Wilkinson & Ahern bahwa data

subyektif : kurang minat dalam meningkatkan perilaku sehat. Data

obyektif : Menunjukan perilaku kurang adaptif terhadap perubahan

lingkungan, menunjukan kurang pengetahuan tentang praktik dasar

kesehatan, riwayat kurang perilaku sehat, melaporkan atau tampak

mengalami gangguan sistem pendukung pribadi, melaporkan atau tampak

tidak mampu mengemban tanggung jawab untuk memenuhi praktik

kesehatan.

Page 8: BAB IV Bismilah

31

3. Perencanaan (Plan)

Anderson & McFalare (2000) menyebutkan bahwa setelah

mengkaji kesehatan komunitas, menganalisis data dan menentukan

diagnosa keperawatan komunitas, langkah selanjutnya adalah

mempertimbangkan intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan

kesehatan komunitas tersebut untuk memformulasi rencana berfokus

komunitas. Masing-masing pernyataan diagnosis gambaran masalah yang

aktual atau potensial, penyebab dan gejala dan tanda-tanda mengarahkan

upaya perencanaan perawat. Ketiganya merupakan informasi yang sangat

penting bagi proses perencanaan.

Tindakan keperawatan yang penulis rencanakan berdasarkan

masalah keperawatan. Penulis menyusun intervensi dengan tujuan umum

(TUM) dan tujuan khusus (TUK) berdasarkan Wilkinson & Ahern (2012).

Dalam melaksanakan tindakan untuk mengatasi ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi

penulis merencanakan tindakan selama 30 hari.

TUM : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan siswa

mampu mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan, siswa mampu

menunjukan tingkat pemahaman tentang kesehatan personal dan kesehatan

lingkungan, dan status kesehatan siswa meningkat yang ditunjukan dengan

kehadiran dikelas yang meningkat, partisipasi dalam aktivitas sekolah, dan

kemampuan belajar.

Page 9: BAB IV Bismilah

32

Dengan indikator keberhasilanya yaitu:

- Pengetahuan: Perilaku Sehat: tingkat pemahaman yang sering

ditunjukan mengenai informasi yang diperlukan untuk mencapai dan

memelihara kesehatan yang optimal.(skala awal: 1; skala tujuan: 4)

- Kepercayaan kesehatan: Persepsi sumber: siswa kadang-kadang

menunjukan keyakinan bahwa individu memiliki cara adekuat untuk

melakukan perilaku hidup sehat.(skala awal: 2; skala tujuan: 3)

- Status kesehatan siswa: siswa sering menunjukan status fisik,

kognitif/emosional, dan sosial anak usia sekolah yang memberi

kontribusi pada kehadiran di kelas, partisipasi dalam aktivitas sekolah,

dan kemampuan belajar. (skala awal: 2; skala tujuan: 3)

- Perilaku promosi kesehatan: siswa sering menunjukan tindakan

personal untuk mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan.

(skala awal: 2; skala tujuan: 4)

- Dukungan sosial: jarang menunjukan persepsi keberadaan dan

bantuan yang konsisten dari orang lain di lingkungan sekolah. (skala

awal: 1; skala tujuan 3)

Rasional: dengan teratasinya masalah tersebut maka siswa mampu

dan mengetahui tentang praktik kesehatan dasar dan dapat

diaplikasikan di sekolah dan di rumah

Page 10: BAB IV Bismilah

33

TUK I : siswa mampu melakukan dan mengetahui praktik

kesehatan perawatan kesehatan dasar pada anak usia sekolah dengan

cara:

a. Skrining kesehatan terhadap siswa kelas I dan kelas II

Rasional : untuk mengetahui status kesehatan kelompok dan

menentukan intervensi selanjutnya. Anderson & McFalare (2000)

menyebutkan bahwa sensus atau skrining kesehatan akan

mengilustrasikan penggunaan model dalam pengkajian komunitas(

termasuk analisis, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi).

b. Memberikan pendidikan kesehatan pemeliharaan kesehatan dasar,

mendiskusikan manfaat dari pemeliharaan kesehatan

dasar,mendiskusikan akibat jika tidak melakukan pemeliharaan

kesehatan dasar, mendiskusikan kriteria lingkungan sehat di

sekolah, memberikan pendidikan kesehataan kepada penjual jajan

sehat dan hygienis.

Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang

pemeliharaan kesehatan dasar.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya

penyelenggaraan UKS di sekolah, mendiskusikan dengan orang

tua/wali murid tentang pengadaan UKS di sekolah sebagai

dukungan kesehatan siswa dan penataan UKS.

Page 11: BAB IV Bismilah

34

Rasional : memberikan kesadaran kepada orang tua dan pihak

sekolah tentang pentingnya sistem pendukung kesehatan sekolah

untuk meningkatkan persepsi siswa tentang adanya sistem

pendukung di lingkungan sekolah.

TUK II : siswa menunjukan perilaku adaptif terhadap

perubahan lingkungan dengan cara:

a. Membantu siswa mengidentifikasi tujuan spesifik untuk

perubahan, mengidentifikasi bersama siswa kemungkinan

penghambat perubahan perilaku, mendorong siswa untuk

mengidentifikasi penguatan dan penghargaan yang sesuai dan

bermakna, mendorong siswa untuk bergerak ke arah kepercayaan

primer, membantu siswa mengevaluasi kemajuan dan

membandingkan perilaku sebelumnya dengan perilaku saat ini.

Rasional : memberikan pembelajaran kepada siswa tentang

perubahan perilaku yang terencana. Anderson & Mc Falare

(2000) menyebutkan penerapan teori perubahan untuk

perencanaan kesehatan komunitas dibagi menjadi empat tahap

yaitu menumbuhkan rasa kebutuhan dan keinginan untuk

berubah, menciptakan hubungan antara pembaharu dan sistem

klien, mengklarifikasi atau mendiagnosis masalah dan kebutuhan

atau tujuan sistem klien, menelusuri alur alternatif, tujuan

tentativ, dan rencana kegiatan. Hal tersebut sudah sesuai dengan

intervensi yang direncanakan untuk melakukan perubahan

Page 12: BAB IV Bismilah

35

perilaku pada siswa dengan ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan.

b. Informasikan kepada klien tentang sumber pelayanan kesehatan

yang ada

Rasional : menguatkan persepsi siswa tentang sistem

pendukung yang ada

c. Membantu siswa dalam melakukan pemeliharaan kesehatan dasar

di sekolah dan di rumah dengan pemantauan per minggu dan

pengisian lembar pemantauan.

Rasional : membantu siswa dalam melakukan perawatan diri.

Anderson & McFalare (2000) menyebutkan salah satu teori

perubahan perilaku kesehatan yaitu menumbuhkan rasa

kebutuhan dan keinginan untuk berubah. Dengan melakukan

pemantauan dan membiasakan siswa melakukan pemeliharaan

kesehatan dasar sekolah diharapkan perilaku siswa dapat berubah

menuju perilaku sehat.

4. Pelaksanaan (Implementation)

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan

intervensi yang telah disusun dan direncanakan selama 30 hari. Semua

tindakan yang tercantum dalam intervensi telah dilakukan dan melakukan

intervensi yang tidak tercantum dalam NANDA NIC NOC.

Implementasi yang berhasil dilakukan meliputi: 1) skrining

kesehatan, 2) pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dasar, 3)

Page 13: BAB IV Bismilah

36

pendidikan kesehatan tentang pentingnya UKS kepada wali murid, 4)

diskusi dengan kepala sekolah tentang fasilitas kesehatan sekolah, 5)

pendidikan kesehatan kepada penjual jajan, 6) penataan UKS, 7) diskusi

dengan siswa tentang sistem pendukung sekolah, 8) pemantauan

pemeliharaan kesehatan dasar selama 30 hari, 9) melaksanakan program

jumat bersih.

Waktu implementasi yang dilakukan pada kasus ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi tidak

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan yaitu 30 hari. Waktu

pelaksanaan dilakukan selama 60 hari karena pelaksanaan yang dilakukan

untuk melakukan perubahan perilaku dibutuhkan waktu yang cukup lama.

Hal tersebut dikarenakan perubahan perilaku harus dilakukan dengan

membiasakan siswa terhadap pemeliharaan kesehatan. Sehingga dalam

implementasinya dilakukan pemantauan kesehatan dengan menggunakan

lembar pemantauan selama 30 hari.

Dari beberapa tindakan yang telah direncanakan seperti yang

tercantum pada bagian perencanaan, semua tindakan sudah direncanakan,

namun masih ada program yang belum berhasil seperti diskusi dengan

kepala sekolah tentang pengadaan jamban bersih dan sehat dan penataan

kelas yang baik. Hal tersebut dikarenakan biaya dari pemerintah yang belum

ada dan membutuhkan waktu untuk mengajukan proposal. Selain itu

penyuluhan jajan sehat ke penjual jajan juga belum berhasil karena setelah

Page 14: BAB IV Bismilah

37

dilakukan pendidikan kesehatan, penjual jajan tidak mempraktikan tentang

jajan sehat.

Faktor pendukung keberhasilan implementasi untuk diagnosa ini

antara lain siswa yang kooperatif terhadap perubahan yang direncanakan.

Hal ini sesuai dengan ciri-ciri perkembangan usia anak sekolah menurut

Elizabeth B. Hurlock (2006) yaitu dengan meningkatnya minat dalam

keanggotaan kelompok maka meningkat pula minat untuk berkomunikasi

dengan anggota kelompok. Ini akan mendorong anak untuk meningkatkan

pengertianya dan lebih memaksimalkan dalam proses pembelajaran bagi

siswa

5. Evaluasi (Evaluation)

Perawat mengevaluasi respon dari komunitas terhadap program

kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif

program. Data evaluasi merupakan hal yang krusial untuk memperbaiki

database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis

pengkajian data komunitas. (Anderson & McFalare, 2000)

Respon klien pada tanggal 15 april 2014 yaitu pengetahuan klien

tentang perawatan kesehatan dasar meningkat dengan skala akhir 4, siswa

sudah paham dan yakin tentang sistem pendukung kesehatan sekolah

dengan skala akhir 3, status kesehatan siswa meningkat dengan skala akhir

4, sudah terdapat UKS dan tempat mencuci tangan sebagai komponen

pendukung kesehatan sekolah dengan skala akhir 2. Sehingga kasus

Page 15: BAB IV Bismilah

38

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD

Negeri 2 Mersi teratasi sebagian.

Berdasarkan respon klien tersebut evaluasi program sudah berjalan

dengan baik. Menurut W.K Kellog Foundation (1998) dalam Anderson &

McFalare (2000) menyebutkan bahwa prinsip evaluasi dibagi menjadi

beberapa komponen yaitu memperkuat program, menggunakan pendekatan

multipel, merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata, menciptakan

proses partisipasi, memungkinkan fleksibilitas, dan membangun kapasitas.

Prinsip tersebut sudah sejalan dengan evaluasi yang dilakukan pada kasus

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

Rencana tindak lanjut dari semua progarm yang telah direncanakan

dan dilaksanakan yaitu pendelegasian program kepada pihak Sekolah dan

Puskesmas Purwokerto Timur I agar program tersebut dapat dilakukan

secara berkelanjutan sehingga tujuan umum dari program tersebut dapat

tercapai.

B. SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat penulis ambil yaitu:

1. Laporan kasus yang disajikan oleh penulis adalah asuhan keperawatan

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak usia sekolah di SD

Negeri 2 Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.

2. Biodata klien

Klien adalah beberapa anak usia sekolah kelas I dan kelas II di SD Negeri 2

Mersi. Jumlah kelompok sebanyak 64 orang yang terdiri dari 37 siswa laki-

Page 16: BAB IV Bismilah

39

laki dan 27 siswa perempuan. Klien secara keseluruhan beragama islam dan

klien memiliki kebiasaan dan adat yang retatif sama karena kelompok ini

merupakan anak-anak yang tinggal di kelurahan Mersi dengan suku jawa

dan beragama islam.

3. Metode pengkajian yang digunakan adalah wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, studi dokumentasi yang ada di arsip sekolah, dan

winshield survey. Metode ini cukup efektif untuk dilakukan pengambilan

data pada kasus tersebut. Pengkajian dilakukan menggunakan survey

learning about the comunity of foot yang terdiri dari pengkajian inti

komunitas, subsistem komunitas dan persepsi.

4. Pada tahap penetapan diagnosa keperawatan, penulis mengambil kesimpulan

dari data fokus yang telah dianalisa yaitu muncul masalah ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pana anak usia sekolah, pada penetapan diagnosa

terapat kesenjangan yaitu data subjektif berdasarkan NIC NOC NANDA

menyebutkan kurang minat dalam meningkatkan perilaku sehat, tetapi data

subjektif yang muncul yaitu siswa menunjukan minat yang tinggi dalam

meningkatkan perilaku sehat

5. Dalam perencanaan keperawatan, tujuan umum yang diharapkan yaitu

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan siswa mampu

mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan, siswa mampu

menunjukan tingkat pemahaman tentang kesehatan personal dan kesehatan

lingkungan, dan status kesehatan siswa meningkat yang ditunjukan dengan

Page 17: BAB IV Bismilah

40

kehadiran dikelas yang meningkat, partisipasi dalam aktivitas sekolah, dan

kemampuan belajar.

6. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan untuk masalah keperawatan utama

yang ditegakan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan umum dan

khusus yang telah ditentukan. Tindakan keperawatan yang dilakukan sudah

sesuai dengan perencanaan.

7. Evaluasi dilakukan secara sumatif dan formatif. Evaluasi sumatif dilakukan

pada tanggal 15 april 2014 menunjukan tujuan tindakan keperawatan yang

telah penulis rencanakan. Dengan skala akhir yang mencapai tujuan dengan

kriteria hasil yaitu pengetahuan klien tentang perawatan kesehatan dasar

meningkat dengan skala akhir 4, siswa sudah paham dan yakin tentang

sistem pendukung kesehatan sekolah dengan skala akhir 3, status kesehatan

siswa meningkat dengan skala akhir 4, sudah terdapat UKS dan tempat

mencuci tangan sebagai komponen pendukung kesehatan sekolah dengan

skala akhir 2. Sehingga kasus ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada

anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi teratasi sebagian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Mersi teratasi sebagian.

Intervensi yang harus dilanjutkan yaitu mendirikan fasilitas pendukung kesehatan

sekolah seperti WC dan kantin sekolah dan mempertahankan ketrampilan

perawatan kesehatan dasar yang sudah diajarkan.