Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

30
PRODI FARMASI FIK UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR – INDONESIA BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI REKTUM Surya Amal

Transcript of Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Page 1: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

PRODI FARMASI FIK UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR – INDONESIA

BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI REKTUM

Surya Amal

Page 2: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Rectal Drug Delivery

Page 3: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 4: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 5: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 6: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 7: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 8: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

VASKULARISASI DI REKTUM

Revaud (1936) menyimpulkan bahwa penyerapan di rektum dapat terjadi dengan tiga cara :

1.Lewat pembuluh darah secara langsung2.Lewat pembuluh darah getah bening3.Lewat pembuluh darah secara tidak

langsung

Page 9: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Cara transport zat aktif dalam tubuh setelah pemberian dan penyerapan melalui rektum

Page 10: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Bentuk Sediaan Obat Melalui Rektum

• PADAT, Suppositoria

• CAIRAN, Enema, lavement nutritif

• KAPSUL REKTUM

Page 11: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

OBAT MELALUI REKTUM

Pemberian obat melalui rektum pada

umumnya untuk mendapatkan efek lokal dari obat (misalnya : hemmorrhoid, fisura ani, rhagade ani atau untuk pengosongan rektum).

Untuk efek sistemik pemberian obat melalui rektum hanya kalau medikasi oral tidak memungkinkan.

»» Contoh, asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat.

Page 12: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Untuk mendapatkan efek sistemik, pemberian obat melalui rektal dimungkinkan bila :

Penderita dalam keadaan muntah atau terdapat gangguan saluran cerna.

Bila terdapat kemungkinan zat aktif rusak oleh getah lambung yang asam, atau oleh enzim usus.

Bila zat aktif mengalami kerusakan pada pelintasan pertama melalui hati.

Bila penderita menolak untuk menelan obat dengan alasan karakter organoleptis, atau untuk menghindari cara pemberian parenteral.

Page 13: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Beberapa Kelemahan Pemberian Obat Melalui Rektum

Obat tercampur dengan feses yang ada di rektum yang dapat menghambat absorpsi obat.

Absorpsi tidak sempurna, karena cairan dalam rektum untuk disolusi obat terbatas, tidak sebanyak cairan gastrointestinal.

Luas permukaan untuk absorpsi juga terbatas, tidak seluas permukaan gastrointestinal.

Page 14: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

ABSORPSI OBAT MELALUI REKTUM

Mekanisme absorpsi terutama secara difusi pasif. Bioavailabilitas relatif rendah,

karena kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas

Page 15: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Waktu Pemberian Obat

Waktu pemberian obat melalui rektum yang tepat ialah post-defaecatio,

supaya obat tidak cepat dikeluarkan sebelum sempat diabsorpsi.

Page 16: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 17: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Mekanisme Kerja Supositoria

Pemahaman anatomi rektum dan cara penyerapan zat aktif dalam organ tubuh dari rektum, mekanisme kerja supositoria dibagi atas tiga kelompok :

o Supositoria berefek mekaniko Suppositoria berefek setempato Suppositoria berefek sistemik

Page 18: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Supositoria berefek mekanik

Terutama pada supositoria gliserin, terjadi fenomena osmose yang disebabkan oleh afinitas gliserin terhadap air. Hal tersebut menyebab-kan eksudasi usus sehingga menimbulkan gerakan peristaltik.

Page 19: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Supositoria Berefek Setempat

Termasuk dalam kelompok ini adalah supositoria anti wasir. Formula anti wasir sangat banyak dan sebagian besar sangat spesifik. Ke dalam basis supositoria yang sangat beragam kadang-kadang ditambahkan senyawa peringkas pori, baik dengan cara penyempitan maupun hemostatik seperti senyawa hemamilidis atau buah sarangan dari India, adrenalina ataupun antiseptik seperti iodoform. Pemakaian setempat juga berlaku untuk supositoria betanaftol yang digunakan sebagai obat cacing.

Page 20: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Supositoria Berefek Sistemik

A. Supositoria Nutritif

Sopositoria nutritif digunakan pada penyakit tertentu dimana saluran cerna tidak dapat menyerap makanan. Hanya dapat diberikan makanan yang langsung diserap (misalnya pepton), karena rektum tidak dapat mencerna. Selain melalui supositoria dapat juga diberikan melalui lavement.

Page 21: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

B. Supositoria Berefek Obat

Supositoria tersebut mengandung zat aktif yang harus diserap, mempunyai efek sistemik dan bukan efek setempat.

Contoh : aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgesik antipiretik, dll.

Supositoria Berefek Sistemik

Page 22: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Kinetika Pre-Disposisi Zat Aktif

Kinetika pre-disposisi zat aktif terdiri atas dua tahap :

1. Penghancuran sediaan, lalu2. Pemindahan dan pelarutan zat aktif ke

dalam cairan rektum, diikuti difusi menuju membran atau berdifusi melintasi membran agar dapat mencapai sistem peredaran darah (sistemik).

Page 23: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Kinetika Pre-Disposisi Zat Aktif

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika penyerapan zat aktif yang diberikan per-rektum :1. Kedudukan supositoria setelah pemakaian2. Waktu tinggal supositoria di dalam rektum3. pH cairan rektum

Membran rektum terdiri dari sel epitel yang sifat lipidanya terjadi terutama oleh mekanisme transport pasif yang tergantung pada :»» Koefisien partisi zat aktif dalam minyak/air»» pKa zat aktif»» pH cairan yang merendam membran (bersifat netral (7,5 sampai 8)

Page 24: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Pemilihan Bahan Pembawa

Pemilihan bahan pembawa terutama mempertimbangkan sifat fisiko kimia zat aktif.

o Zat aktif larut air, lebih disukai menggunakan basis berlemak dengan suhu lebur lebih kecil dari suhu rektum.

o Zat aktif sukar larut, maka sebaiknya digunakan dalam partikel halus, atau dengan mengubah pH cairan rektum atau mengubah tetapan dielektrik bahan pembawanya.

Page 25: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

☻ Zat aktif dalam bentuk cairan, dan dapat melarutkan pembawa, maka harus dipilih pembawa yang mempunyai konsistensi (untuk pembawa larut air) atau suhu lebur (untuk pembawa lemak) yang tinggi dari zat aktif tersebut.

☻ Zat aktif dapat bereaksi dengan bahan pembawa tertentu dan menghasilkan campuran eutetik dengan suhu lebur yang sangat rendah, maka diperlukan pembawa dengan konsisitensi dan suhu lebur yang sesuai.

Pemilihan Bahan Pembawa

Page 26: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

☻ Bila terdapat senyawa hidrofil atau berair atau hidrogliserin, maka sebaiknya dipilih pembawa yang dapat diemulsikan dengan cepat.

☻ Bila bobot jenisnya sangat tinggi, maka sebaiknya dipilih bahan pembawa dengan laju pelarutan yang cepat.

Pemilihan Bahan Pembawa

Page 27: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Zat Aktif Surfaktan HasilAmindopirin Tween – Span 20-40 ↑pelepasan in vitro

Aminofilin Surfaktan dengan HLB 11 - 14 ↑pelelasan in vitro

Efedrin Surfaktan ber HLB di atas 9 ↑ pelelasan in vitro

Gliseril-guaiakolat Berbagai surfaktan ↑penyerapan

Na PAS Tween dan Na-lauril ↑ penyerapan

Natrium Iodida Tween 20 dan Na-lauril sulfat ↑ penyerapan

PenisilinaStreptomisina

Na lauril sulfat ↑ penyerapan

Pentobarbital TweenSpan

↑ penyerapan↓ penyerapan

Sulfamida Emulgator a/m ↑ penyerapan

Sulfamida Tween – Na-lauril sulfat ↑ penyerapan

Page 28: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Page 29: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Faktor Patofisiologi yang mempengaruhi penyerapan melalui rektum

o Masih belum begitu banyak penelitian yang membahas pengaruh faktor fisiologi atau pato-fisiologi yang dapat mempengaruhi penyerapan melalui rektum.

o Subyek yang demam menunjukkan penyerapan yang lebih baik bila zat aktif berada dalam pembawa berlemak.

o Subyek dengan gangguan transisi saluran cerna dengan diare tidak dapat diberi pengobatan sistemik melalui rektum.

Page 30: Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum

Thank You