Biofarmasi perkutan

download Biofarmasi perkutan

of 38

Transcript of Biofarmasi perkutan

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    1/38

    Bahan Kuliah

    BIOFARMASI

    SEDI N Y NG DIBERIK N MEL LUI KULIT

    M Timbul Simanjuntak

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    2/38

    Mekanisme dan Model Penetrasi Kulit

    Berguna untuk memprediksi cara bagaimana material berpenetrasi

    ke kulit dari segi toksikologi dan terapeutik. Jumlah bahan kimiayang dapat penetrasi ke kulit, dan konsentrasinya tergantung

    distribusi dalam kulit, keduanya merupakan faktor penting untuk

    tujuan penetapan resiko dan dalam pengembangan formulasi untuk

    aplikasi topikal dan penyamppaian transdermal.

    Kulit merupakan barrier yang baik tapi hanya parsial xenobiotik.Ketika material berkontak dengan kulit, material ini harus melewati

    stratum korneum dan jaringan aktif sebelum mencapai sirkulasi

    sistemik (gambar 2). Pengangkutannya kedalam darah dan

    distribusi berikutnya biasanya relative cepat dibandingkan proses

    permeasinya, kecuali jika material itu sendiri mengkonstriksipembuluh darah dan dengan demikian meningkatkan klirensnya

    sendiri.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    3/38

    Untuk semua tapi bahan lipofilik, sifat barrier dari kulit terletak padalapisan luar, stratum corneum, yang kira-kira tebalnya 15m padakulit manusia normal. Stratum korneum terdiri dari sel mati rata,yang berbentuk heksagonal (luas sekitar 20 m tapi tebalnya hanya1 m) dan yang bertindih membentuk tembok dalam sebuah

    susunan sel tipe batu dan lumpang (lipid intraselular menjadilumpang). Beberapa studi visualisasi mendemonstrasikan tentangakumulasi yang diserap pada ruang intraseluler. Karena itu, faktamenyatakan bahwa beberapa molekul dapat dipermeasikan ke kulitmelalui channel lipid intraseluler.

    Teknik analisa modern telah digunakan untuk menunjukkan bahwa

    lumpang merupakan campuran lipid kompleks, meliputi ceramide,

    asam lemak bebas, dan kolestrol serta derifat sulfat. Bentuk susunan

    terstruktur lipid, dengan karakteristik temperature fase transisi yang

    dapat ditentukan dengan menggunakan kalorimetri scanning

    diferensial.

    Teknik FTIR(Fourier Transform Infra Red) telah digunakan untuk

    menunjukkan bahwa ada suatu korelasi langsung antara

    permeabilitas kulit dan tingkat kekacauan rantai lipid alkil.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    4/38

    Evaporasi dosis diberikan deskuamasi

    Stratum corneum Sistem Pylosebaceus

    Ikatan Epidermis Metabolisme

    Ikatan dermis Metabolisme

    DARAH

    Disposisi sistemik / Metabolisme

    Ekskresi

    Paruparu Ginjal Hati Kelenjar Sekretory Sebum

    Gambar 2: model umum untuk absorbsi kulit

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    5/38

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    6/38

    Kasting et al. meneliti hubungan antara parameter fisikokimia sederhana danpermeabilitas kulit diukur secara in vitro. Kemudian, Totts dan Guy

    menganalisa suatu data koefisien permeabilitas kulit invitro yang

    dipublikasikan oleh Flynn dan mendemonstrasikan bahwa ada suatu

    hubungan antara koefisien permeabilitas, Kp, dan koefisien partisi oktanol

    atau air, Koct, dari permean dan berat molekulnya (BM). Koct dipilih dalam

    tampilan database dan berkaitan dengan parameter yang dapat dihitung; hal

    ini merefleksikan cara dimana permean akan terpisah diantara lipid kulit dan

    air. BM dari bahan kimia merupakan indicator yang baik dari ukuran molekul

    luarnya yang mana berkaitan dengan koefisien difusi. Persamaan yang

    ditemukan oleh Totts dan Guys adalah sebagai berikut

    log Kp = -2,7 + 0,71 log Koct0,0061BM(r2 = 0,67)

    dimanar2adalah kuadrat dari koefisien korelasi dan unit dan

    satuan dari Kpadalah cm/jam.

    secara ekstrim laju pemisahan dari stratum corneum pada jaringan yang aktifdapat menjadi batas laju. Keseluruhan laju penetrasi dari beberapa bahan

    kimia dapat juga dipengaruhi oleh metabolismenya pada jaringan aktif; artinya

    bila lebih besar, permeabilitas bahan kimianya akan lebih rendah. Ada sedikit

    data yang mengilustrasikan akibat metabolism selama permeasi kulit, karena

    kesulitannya untuk meninjau in vivoini, dan sedikit studi telah dilakukan

    dimana kulit telah dipertahankan pada kondisi in vitroyang aktif.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    7/38

    Sering disadari bahwa untuk mengkalkulasikan level plasmayang diharapkan dalam aplikasi topical dari senyawa. Estimasi

    kasar diperoleh menggunakan nilai Kp, area aplikasi (A) dan

    konsentrasi yang diaplikasikan (cappl); jika klirens (cl)diketahui, ini juga memungkinkan untuk mengkalkulasikan

    level plasma steady state (cp) sebagai berikut:

    Input = output

    Ax Kp x Cappl = Cl x cp

    Suatu model kinetika telah dikembangkan untuk aplikasispesifik dari penyampaian senyawa secara transdermal. Pada

    model ini, konstanta laju diperkirakan dengan menggambarkan

    difusi dan pemisahan dalam stratum cornium dan jaringan

    aktif; nilai BM dan Koct diperlukan.. Jika senyawa diketahui dimetabolisme secara ekstensif oleh enzim dalam epidermis,

    percobaan dapat dilakukan menggunakan sampel kulit aktif

    secara invitro untuk menyediakan suatu data yang tepat.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    8/38

    Pendahuluan

    Kulit merupakan:

    1. Bahagian terbesar dari organ tubuh, rata-rata kulit manusia dewasa luas

    permukaan 2 m2 dan berperan sbg lapisan pelindung tubuh terhadap

    pengaruh luar baik secara fisik maupun kimia.

    2. Sawar (barrier) fisiologik yang penting,karena mampu menahan

    penembusan gas ,cairan maupun padatan dari luar tubuh maupun darikomponen organisme

    Menurut Rothman, S thn 1945, penyerapan perkutan merupakan

    gabungan fenomena penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar

    ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari struktur kulitke dalam peredaran darah atau getah bening.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    9/38

    Sediaan obat dapat menembus kulit dengan jalan (cara) sebagai

    berikut :

    1. Diantara sel-sel dari stratum corneum

    2. Melalui saluran folikel rambut

    3. Melalui kelenjar keringat (sweat glands)

    4. Melalui kelenjar sebaseus (sebaceous glands)

    5. Melalui sel-sel dari stratum corneum

    Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit seperti faktor-faktor

    fisikokimia dan pato-fisiologik yang mempengaruhi permeabilitas kulit,

    sangat diperlukan untuk merancang formula dan bentuk sediaan yangsesuai dengan tujuan pemakaian yang dikehendaki

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    10/38

    1. SUSUNAN ANATOMI DAN FISILOGI KULIT

    Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, menutupi

    seluruh permukaan tubuh dan terdiri dari 5% berat tubuh. Kulit juga berperanan

    dalam pengaturan suhu tubuh, mendeteksi adanya rangsangan dari luar sertauntuk mengeluarkan (ekskresi) kotoran atau sis-sisa metabolisme.

    Kulit secara umum tersusun atas 3 lapisan yang berbeda secara

    berturutan dari luar ke dalam lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas

    pembuluh darah dan pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan

    jaringan di bawah kulit yang berlemak atau yang disebut hipodermis.

    Kulit mempunyai bahagian lain yaitu, kelenjar keringat dan kelenjar sebum

    (glandula sebaceous) yang berasal dari lapisan hypodermis atau dermis dan

    bermuara pada permukaan dan membentuk daerah yang tidak berkesinambungan

    pada epidermis.

    1.1 Epidermis.

    Adalah permukaan paling luar dari kulit, yang merupakan tempat sediaan

    obat digunakan. Menurut Montagna, Lobitz dan Jarret, epidermis merupakan

    lapisan epitel dengan tebal rata-rata 200 m, mempunyai sel-sel yang

    berdiferensiasi terhadap kreatinisasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju

    ke bahagian sebelah luar (permukaan).

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    11/38

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    12/38

    Epidermis dibedakan atas 2 bagian:

    Lapisan malfigi berupa sel yang hidup, dan menempel pada dermis

    2. Lapisan tanduk yang tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang

    mengalami keratinisasi.

    Secara umum epidermis terdiri atas 5 lapisan:1. stratum corneum (lapisan tanduk)

    2. stratum lucidum (zone barrier)

    3. stratum granulosum (lapisan glanular)

    4. stratum malpighii (lapisan sel prickle)

    5. stratum germinativum (lapisan sel basal)1.2 Bagian Kulit

    Bagian kulit menurut Montagna W., dkk, 1958, terdiri dari sistem

    pilosebasea dan kelenjar sudoripori.

    Pada umumnya kelenjar sebasea menempel pada folikel rambut,

    kecuali untuk beberapa daerah yang mempunyai rambut cukup jarang dnterletak pada jarak sekitar 500 mdari permukaan kulit, seperti kelenjar

    eksokrin, holokrin dan getah sebum. Bagian yang mengeluarkan getah

    dibentuk dari suatu membran basal yang ditutup oleh lapisan germinatif

    yang berkembang ke arah pusat kelenjar disertai perubahan lipida dan

    peniadaan intinya. Serpihan dari isi sel yang mati selanjutnya dikeluarkan

    lewat sebuah ssaluran pembuangan yang sangat pendek.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    13/38

    2. BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES LDA OBAT PADA

    PEMBERIAN SECARA PERKUTAN

    2.1 PENYERAPAN (ABSORPSI)

    Faktor-faktor yang dapat mengubah ketersediaan hayati zat aktif yang

    terdapat dalam sediaan dioleskan pada kulit, seperti :

    2.1.1 Lokalisasi Sawar (Barrier)

    Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat mencegah

    masuknya bahan-bahan kimia dan hal ini terutama disebabkan oleh adanya lapisan

    tipis lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan lapisan epidermis malfigi.

    Peniadaan secara bertahap lapisan seluler pada lapisan tanduk (stratum

    corneum)dengan bantuan suatu plester akan menghilangkan lapisan malfigi dan

    menyebabkan peningkatan permeabilitas kulit secara nyata terhadap air.

    Sawar (barrier) kulit terutama disusun oleh lapisan tanduk (stratum corneum)

    terpisah, juga mampunyai permeabilitas yang sangat rendah dan kepekaan yang

    sama seperti kulit utuh (Tregear R., T., 1966; Blank I. H., dkk 1969).Dengan demikian epidermis mempunyai 2 pelindung , yang pertama adalah

    pelindung sawar spesifik yang terletak pada lapisan tanduk (stratum corneum) yang

    salah satu elemennya berasal dari kulit dan bersifat impermeabel, dan pelindung

    yang kedua terletak di sub-junction dan kurang efektif, dibentuk oleh epidermis

    hidup yang permeabilitasnya dapat disamakan dengan membran biologis lainnya.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    14/38

    2.1.2 Jalur Penembusan (Absorpsi)

    Penembusan = penetrasi = absorpsi perkutan, terdiri dari pemindahan obat dari

    permukaan kulit ke stratum corneum, dibawah pengaruh gradien konsentrasi, dan

    berikutnya berdifusi obat melalui stratum corneumyang terletak dibawah epidermis,melewati dermis dan masuk kedalam mkrosirkulasi.

    Kulit berfungsi sebagai sawar pasif untuk difusi molekul. Telah terbukti bahwa

    impermiabilitas kulit akan berlangsung lama setelah kulit dipisahkan. Jumlah total

    daya difusi (Rkulit) untuk penembusan melalui kulit dijelaskan oleh Chen sbb:

    Dimana: R : Daya Difusi

    Sc : Stratum corneum

    E : epidermis

    Pd : lapisan papila dari dermis

    R = Rsc+ Re+ Rpd

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    15/38

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    16/38

    2.1.3 Penahanan Dalam Struktur Permukaan Kulit dan Penyerapan Perkutan

    Adanya daerah penyimpanan di stratum corneum telah dibuktikan dengan

    percobaan oleh Vickers, dengan cara menyuntikkan intradermis dari triamsinolon

    asetonida. Pada cara ini, sesudah penutupan daerah injeksi, tidak digunakan suatubahan penyempit pembuluh darah dan hormon tidak dapat ditahan dalam lapisan

    kulit yang lebih dalam. Adanya penahanan lapisan kortikoid oleh lapisan tanduk

    dapat diperlihatkan dengan autocardiografi.

    Lapisan tanduk (stratum corneum) bukan meru[pakan satu-satunya

    penyebab terjadinya fenomena penahanan senyawa pada kulit, dalam hal tertentudermis berperan sebagai depo, seperti yang telah dibuktikan dengan percobaan

    oleh Wepierre, J, dkk, 1965, bahwa pcymen tertimbun pada lemak hipodermis

    testosteron dan benzilalkohol tertahan dalam dermis (Menczel E, dkk, 1970;

    Menczel E, dkk, 1972). Penimbunan senyawa dalam jaringan kulit yang lebih dalam,

    terjadi pada oestradiol, tiroksin, trijodotironin (James M, dkk, 1974), dan aesin (Lang

    W, 1974). Penahanan senyawa, baik lapisan tanduk maupun sel-sel yang hidup

    tidak mengikuti mekanisme yang sama dan tidak pula mengakibatkan efek yang

    sama. Dalam hal penahanan setempat pada struktur lapisan tanduk, pengikatan

    senyawa, sebagain besar tergantung kepada koefisien partisi lipida yang

    bersangkutan dan senyawa lain pada lapisan tanduk (stratum corneum).

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    17/38

    Ternyata penahanan senyawa dalam jaringan dibawah kulit hanya terjadi

    pada bahan-bahan yang diserap secar berkesinambungan, terutama untuk bahan-

    bahan yang mempunyai efek depo.

    2.2 FAKTOR FISIOLOGIK YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN PERKUTAN

    2.2.1. Keadaan dan Umur Kulit

    Pada keadaan patologis yang ditunjukkan oleh perunbhan sifat lapisan

    tanduk ( stratum corneum); dermatosis dengan eksim, psoriaris, dermatosis

    seborheik, maka permeabilitas kulit akan meningkat (Blank, I, H, 1964; Scott A,1959).

    Scott, 1959 membuktikan bahwa kadar hidrokortison yang melintasi kulit

    akan berkurang bila lapisan kulit berjamur dan akan meningkat pada kulit dengan

    eritemaosis.

    Difusi juga tergantung juga pada umur subyek kulit anak anak lelbih

    permeabel dibandingkan dengan kulit dewasa (Feldmann R. T, dkk, 1970; Feiwel M,

    1969).

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    18/38

    2.2.2 Aliran Darah

    Perubahan debit darah ke dalam kulit secara nyata akan mengubah

    kecepatan penembusan molekul. Pada sebagian besar obat-obatan lapisan tanduk

    merupakan faktor penentu pada proses penyerapan dan debit darah selalu cukup

    untuk menyebabkan senyawa menyetarakan diri dalam perjalanannya (Rothmann S,1954).

    Namun, bila kulit luka atau bila dipakai cara iontoforesis untuk zat aktif

    (wahlberg J, E, 1965), maka jumlah zat aktif yang menembus akan lebih banyak

    dan peranan debit darah merupakan faktor yang menentukan.

    2.2.3. Tempat Pengolesan

    Jumlah yang diserap untuk jumlah molekul yang sama, akan berbeda dan

    tergantung pada susunan anatomi dari tempat pengolesan : kulit dada, punggung,

    tangan atau lengan (Cronin E, dkk, 1962; wahlberg J, E, 1965). Perbedaan

    ketebalan terutama disebabkan oleh ketebalan lapisan tanduk (stratum corneum)yang berbeda pada setiap bagian tubuh, tebalnya bervariasi antara 9 muntuk kulit

    kantung zakar sampai 600 muntuk kulit telapak tangan dan telapak kaki

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    19/38

    Sesuai dengan hukum Ficks (Persamaan 3), maka ketebalan membran

    yang bermacam-macam akan me3nyebabakan peningkatan waktu laten yang

    diperlukan untuk mencapai keseimbangan konsentrasi lapisan tanduk dan di sisi lain

    akan menyebabkan pengurangan pengaliran darah.

    =dQ Km.D.S.(C1-C2) (persamaan 3)

    dt e

    Km = Koefisien partisi senyawa terhadap kulit dan pembawa

    2.2.4. Kelembaban dan Temperatur

    Kelembaban dapat mengembangkan lapisan tanduk dengan cara penguran

    bobot jenisnya dan tahanan difusi. Air mula-mula meresap di antara jaringa

    jaringan, kemudian menembus dalam benang keratin, membentuk suatu anyaman

    rangkap yang stabil pada daerah polar yang kaya air dan daerah non polar kaya

    listrik (Blank, I, H, 1964).

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    20/38

    Secara invivo suhu kulit diukur pada keadaan normal, relatif tetap dan tidak

    berpengaruh pada peristiwa penyerapan. Sebaliknya secara ivvitro, pengaruh suhu

    dengan mudah dapat diatur; Blank dan Scheuplein, 1967 telah membuktikan

    bahwa alkohol alifatik, pada suhu antara 0 0C dan 50 0C, peningkatan laju

    penyerapannya merupakan fungsi dari suhu.

    3. OPTIMASI KETERSEDIAANHAYATI DARI SEDIAAN PERKUTAN

    Kemamapuan penembusan dan penyerapan obat dengan pemberian

    secara perkutan terutama tergantung pada sifat-sifat fisiko-kimianya.

    3.1. Faktor fisiko-kimia

    3.1.1. Tetapan Difusi

    Bila molekul zat aktif dianggap bulat dan molekul di sekitarnya berukuran

    yang sama, maka dengan menggunakan hukum stoke-einstein dapat ditentukan nilai

    tetapan difusi.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    21/38

    D = k . T

    6 . r

    K = tetapan Boltzman

    T = suhu mutlakR = jari-jari molekul yang berdifusi

    = kekentalan lingkungan

    Senyawa dengan bobot molekul yang rendah akan berdifusi lebih cepat

    daripada senyawa dengan bobot molekul tinggi (Wepierre j., 1971; Tregear R., T.,

    1966; Stoughton R., B., dkk., 1960), karena akan membentuk ikatan dengankonstituen membran

    3.1.2 Konsentrasi Zat aktif

    Jumlah zat aktif yang di serap pada setiap satuan luas permukaan dan

    satuan waktu adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam mediapembawa. Bila zat aktif dengan konsentrasi tinggi dioleskan pada permukaan kulit,

    maka hukum Ficks tidak dapat lagi diterapkan, karena terjadinya perubahan struktur

    membran sebagai akibat konsentrasi molekul yang tinggi, mungkin terjadi perubahan

    koefisien partisi antara pembawa dan sawar kulit.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    22/38

    3.1.3 Koefisien Partisi

    Koefisien partisi pada umumnya ditentukan dari percobaan dengan

    menggunakan campuran dua fase,m yaitu air dan pelarut organik yang tidak

    bercampur dengan air. Keseimbangan pembagian senyawa diantara kedua fase

    yang ada, yaitu koefisien partisi dinyatakan dengan persamaan 10 :

    Cp = Cs

    Ce

    Csdan Ceadalah konsentrasi molekul dalam pelarut organik dan dalam air

    Koefisien partisi yang tinggi mencerminkan afinitas senyawa yang diteliti

    terhadap pembawanya ; koefisien partisi yang mendekati satu menunjukkan bahwa

    molekul bergerak dalam jumlah yang sama meuju lapisan tanduk dan pembawa.

    Dengan demikian senyawa yang mempunyai afinitas yang sangat tinggi terhadap

    pembawanya tidak dapat berdifusi dengan lapisan tanduk

    Nilai koefisien partisi tidak hanyab berkaitan dengan kelarutan relatif

    senyawa yang menembus lapisan tanduk, tetapi juga mencerminkan pengikatan

    yang reversibel antara senyawamembran.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    23/38

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    24/38

    Higuchi T,J, thn 1960 telah menetapkan bahwa difusi molekul terjadi

    karena adanya perbedaan potensial termodinaka yang terdapat antara pembawa

    dengan struktur lipida dari lapisan tanduk dan aliran yang terjadi selalu berasal dari

    daerah dengan potensial dinamika tinggi menuju daerah dengan potensial yang lebih

    rendah. Koefisien partisi zat aktif antara pembawa dengan lapisan tanduk juga dapatdinyatakan sebagai fungsi koefisien aktifitas termodinamika.

    s = Koefisien aktifitas termodinamika senyawa dalam lapisan tanduk (stratum

    corneum).

    Km = v ................... (persamaan 12)

    s

    Difusi melewati sawar kulit suatu molekul terlarut dapat dinyatakan dalam

    persamaan 13 :

    =

    dQ av . D . S (persamaan 13)

    dt s. e

    Nilai s tergantung padamembtran biologikdan dapat berubah, sebaliknyaavmerupakan fungsi komposisi pembawa; koefisien partisi dan ketersediaanhayati

    dapat berubah dengan perubahan pembawa.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    25/38

    3.2.2. Surfaktan dan Emulsi

    Kerja surfaktan terhadap peningkatan penembusan sering menyebabkan

    iritasi yang diikuti dengan kerusakan sawar kulit. Penembusan air yang mengandung

    alkilsulfonat atau sabundengan rantai karbon yang terdiri dari 8 18 atom karbon,dapat menjelaskan hubungan antara intensitas penyerapan air dan kerja iritan

    senyawa tersebut (Szakall A.,dkk., 1960). Selain itu dinyatakan dinyatakan juga

    bahwa permeabilitas epidermis akan meningkat bila kontak dengan surfaktan anionik

    dan kationik berlangsung lebih lama.

    Pengaruh basis emulsi, terutama yang berkaitan dengan sistem emulsi

    minyak/air (m/a) atau air/minyak (a/m) terhadap penyerapan perkutan zat aktif belum

    banyak diketahui, walaupun beberapa hasil penelitian yang saling bertentangan

    telah dipublikasikan.

    3.2.3. Bahan Peningkat (anhancher ) absorbsi zat aktif

    Istilah peningkat (enhancher) penembusan (penetrasi), dipakai untuk bahan

    yang mempunyai efek langsumg terhadap permeabilitas dari sawar (barrier) kulit.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    26/38

    Pelarut-pelarut organik seperti benzen, alkohol, aseton, telah terbukti dapat

    meningkatkan kecepatan penetrasi baik bahan yang larut dalam airatau bahan yang

    larut dalam lemak. Pelarut-pelarut higroskopisyang dipakai dalam bentuk murni

    tanpa pengenceraan atau larutan yang sedikit diencerkan, akan mengubah struktur

    lapisan tanduk yang menyebabkan :

    1. Pembengkakan sel dasar

    2. Terjadi penggantian air yang terdapat dalam sel dasar

    3.2.4. Iontoforesis

    Saat ini penyerapan perkutan senyawa kimia yang dapat terdisosiasi dapatditingkatkan secara iontoforesis, artinya dengan sedikit pengaliran listrik terus

    menerus melintasi kulit yang diolesi (Malkinson F., D., dkk., 1963).Seperti diketahui

    kulit mengandung air dalam jumlah sedikit, sehingga kulit dapat dianggap sebagai

    kapasitor. Aliran yang dipakai cukup lemah, antara 0,51 mA/cm2 dengan maksud

    agar tidak terjadi kerusakan kulit. Elektroda aktif yang diletakkan pada daerah

    pengolesan adalah anoda untuk molekul bermuatan positif dan katoda untuk molekulbermuatan negatif.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    27/38

    Meskipun teknik iontoforesis telah terbukti dapat meningkatkan absorpsi

    perkutan obat-obat yang dapat terionisasi atau obat dalam bentuk ion (meliputi

    lidokain, salisilat dan peptida serta protein, misalnya insulin), namun keamanan

    secara klinis dan efikasi sistem penyampaian obat mempergunakan teknik

    iontoforesis masih harus dievaluasi dan diselidiki secara mendetail.

    3.2.5. Interaksi Pembawa (Vesicle) dengan Model Membran Kulit pada Proses

    Permiasi

    Penelitian untuk menenttukan efek dari pelarut pada absorpsi perkutan

    selalu sulit untuk diinterpretasi sebab stratum corneum mempunyai sifat alamiah

    yang sangat kompleks dan interaksinya dengan pembawa. Membran polimer

    sederhana msmbutuhkan kondisi penanganan yang lebih baik, yang dapat diperileh

    dalam bentuk dan ketebalan yang bervariasi dan digambarkan hanya mengalami

    sedikit perubahan dalam permeabilitas. Keuntungan yang ditemukan pada

    membran sintetik ini menyebabkan digunakannya sebagai model, mempermudah

    metodologi validasi dan eksplorasi hubungan fisikokimia. Jumlah pelarut yangmenyebabkan perubahan pada sifat barrier memungkinkan penemuam secara

    empiris atau model mekanistik yang mengkarakterisasi perubahan membran.

    Tujuan daripada riset ini adalah menemukan metodologi yang meliputi identifikasi,

    kuantitasi, dan prediksi dari efek pelarut pada sifat-sifat berrier dari membran

    sintetik.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    28/38

    4. EVALUASI KETERSEDIAANHAYATI OBAT YANG DIBERIKAN MALALUI KULIT

    Jalur senyawa yang diserap melalui jalur perkutan yang sangat sedikit adn

    pada umumnya sulit diketahui, bahkan kadang tidak mungkin, hal ini karena

    sensifitas dari metode yang sering digunakan sering tidak memadai.

    Jika senyawa umum dalam tubuh seperti vitamin dan hormon tidak dapat ditentukan

    secara langsung maka digunakan runutan radiokatif.

    Senyawa yang tidak berubah ditentukan dengan radioimunologik

    Analsis yang lain secara kromatografi gas dan imunoenzimologi.

    4.1. Studi Difusi in vitro

    Tujuannya agar dapat menentukan bahan pembawa yang paling sesuai

    digunakanuntuk dapat melepaskan zat aktif di tempat pengolesan.

    Metoda yang dapat dilakukan antara lain :Difusi sederhana dalam air atau difusi dalam gel

    Dialisis melalui membran kolodion atau selofan

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    29/38

    4.2. Studi Penyerapan (Absorpsi)

    Penyerapan perkutan dapat diteliti berdasarkan 2 aspek :

    Penyerapan sistemik

    Lokalisasi senyawa dalam struktur kulit

    Dengan cara in vitro dan in vivo dapat dipastikan lintasan penembusan dan

    tetapan permeabilitas, serta membandingkan efektivitas dari berbagai bahan

    pembawa (Wepierre j., 1979).

    Absorpsi perkutan telah lama diteliti secara in vivo dengan mempergunakan

    senyawa radioaktif atau dengan teknik in vitro mempergunakan sayatan kulitmanusia. Peralatan yang umum digunakan untuk penelitian in vitro dapat dilihat

    pada gambar 8 dan gambar 9 pada diktat kuliah.

    Sejumlah penelitian telah dilakukan. Untuk memperjelas hal tersebut, maka

    prinsip metoda penyerapan perkutan dirangkum dalam tabel II, III, IV yang

    mencantumkan pemakaian, kemampuan serta keterbatasan dari setiap metoda padadiktat kuliah.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    30/38

    4.3. Pembuktian Mekanisme Absorpsi Perkutan dari Sifat Fisikokimia

    Teknik umum untuk karakterisasi membran

    Seluruh membran mahluk hidup adalah bersifat heterogenusdan disusun

    dalam fase makroskopis yang berbeda, dan menentukan difusi pasif molekul

    melalui total barrierpada membran sangat diperlukan, dan hal ini tergantung pada

    pengaturan adn rangkaian dari fase yang dialami selama transpor. Hukum difusi

    sebenarnya adalah bahwa molekul mengikuti lintasan yang bersifat diffusional

    resistanceyang paling sedikit.

    Resistance dari setiap fase yang terdapat dalam membran dapat

    dikarakterisasikan dalam istilah khusus yang berhubungan dengan difusi dalam fase,terhadap seluruh variasi lengkap secara umum. Secara keseluruhan, membran

    mungkin dianggap sebagai sejenis penghambat (resistor) rangkaian antara 2 fase.

    Masing masing fase membran menentukan aliran difusi melalui channel dalam

    elemen bagian sebelah dalam (interior) membran, yang menghasilkan masing -

    masing resistensinya an pengaturannya. Resistensi fase bagian dalam (interior)

    diatur baik secara series, secara parlel, atau sebagai pemghambat khusus yangterbagi rata (dispersed pariculate resistors). Bila pengaturan dalam seluruh bentuk

    series, aliran massa atau diffusional fluks melalui membran ditentukan dengan

    perjumlahan resistensi lapisan membran. Bila dalam bentuk paralel, fase mendorong

    pemisahan aliran yang terjadi, yang secara sederhana meliputi ketidak tergantungan

    pada rute, sebagai tambahan terhadap pencapaian keadaan steady state dari

    difusi.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    31/38

    Secara matematik aliran steady state (J) pada kasus barrier yang tersusun series

    dijelaskan dengan :

    J = A 1 (C) ............. (1)

    R1+ R2+ ....... + Rn

    Dimana J adalah unit massa per waktu

    C adalah penurunan konsentrasi melalui membran yang ditentukan pada

    pengadukan yang sempurna, seperti fase eksternal, tetapi bersentuhan (kontak)

    dengan membran.

    Pengertian 1 ............ (2)

    R1 + R2 + ....... + Rn

    Merupakan koefisien transfer massa umumnya menunjukkan koefisien permeabilitas.

    Difusional fluks ditetapkan sebagai :

    J = A . P . (C) .............. (3)

    Dimana P adalah koefisien permeabilitas, yaitu suatu istilah yang analog dengan

    konduktivitas pada persamaan fluks secara listrik.

    Dif i l l i b i t ik P di t k d l b t k l bih b

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    32/38

    Difusi melalui membran isotropik, P dinyatakan dalam bentuk yang lebih umum berupa

    :

    P = DK .............. (4)

    h

    Dimana D adalah koefisien difusi membran, K adalah koefisien partisi difusant antara

    membran dan medium eksternal dan h adalah ketebalan membran.

    Hukum Ficks pertama menyatakan bahwa fluks molekul perunit area

    melalui lingkungan isotropik adalah berbanding lurus dengan negatif dari gradien

    konsentrasi yaitu :

    J = -D dC ................. (5)

    A dx

    Konsentrasi gradien adalah kecepatan perubahan konsentrasi dengan jarak

    yang ditempuh dalam membran. Untuk keadaan sready state proses difusional

    bekerja melalui membran isotropik, dan tanpa faktor pengganggu seperti lapisan

    hidrodinamik, dC/dx dapat diterangkan dengan (Ch C0)/h, pengertian konsentrasi

    adalah konsentrasi sebenarnya dalam membran pada masing masing antar

    permukaan dalamnya.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    33/38

    Kontribusi arus paralel terhadap total arus dari total fluks diperlihatkan dengan :

    J = A (f1P1 + f2P2 + ............ + fnPn) . (C) ..................... (6)

    Dimana f1P1 + f2P2 + ............ + fnPn dinyatakan keseluruhannya sebagai koefisien

    permeabilitas P. Fraksional area daripada rute, f1menjadi penting.

    Untuk suatu penyelesaian dibutuhkan pembuktian diantaranya :

    1. Ketergantungan partisi analog dan homolog dan pengaruh daripadanya pada

    transfer massa melalui titik membran yang berbeda

    2. Hubungan pH partisi dari elektrolit lemah dan pengaruh keunikannya padatransfer massa sebagai fungsi tipe membran.

    3. Teknik penyayatan membran yang mengisolasi bagian membran utnuk penelitian

    terpisah.

    4. Efek pengadukan yang membantu elusidasi pengaturan lapisan termodinamik.

    5. Hubungan antara ukuran molekul dan kemudahan difusi melalui pori pori

    sebenarnya dan pori pori yang terbentuk sebagai lapisan interstitial antarakomponen membran padat.

    6. Efek kimia dan termal yang mengubah secara selektif sifat barrier dari berbagai

    fase membran untuk persiapan isolasi dan penelitian dari membran pada fase

    yang berbeda.

    7. Teknik inhibisi enzim yang meneliti pengaruh faktor enzim dari kecepatan transfer

    massa bruto

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    34/38

    5. RELEVANSI DARI PENELITIAN MEMAKAI HEWAN

    Berbagai evaluasi dari penelitian absorpsi perkutan pada hewan harus

    dilakukan pada spesies berbeda. Bartek M, J, dkk 1972, telah menelitii absorpsi

    perkutan dan menemukan penurunan tingkat permeabilitas, yaitu :

    kelinci>tikus>babi>manusia.

    Senyawa yang mengandung radioaktif digunakan pada permukaan ventral

    dari lengan bawah, dan absoprsi ditentukan berdasarkan radioaktifitas yang

    dikeluarkan pada urine selama 5 hari pemakaian digunakan hewan kera rhesus.

    Kulit dari tikus yang tidajk berbulu atau anak tikus yang baru lahir sangat berguna

    untuk skrening absorpsi atau epidermal respon.

    Perlu diperhatikan bahwa penelitian tentang absorpsi perkutan pada

    hewan, baik in vitro maupun in vivo sebagian besar hanya dapat digunaan untuk

    memprediksi aktifitas pada manusia.

    6. MODEL IN NUMERO

    Saat ini dianjurkan model in numero atau simulasi komputer dari absorpsi

    sebagai penghubung (Link) dari penelitian in vivo dan in vitro. Sebagai contoh

    adalah pemakaian model dermatofarmakokinetik, yang mirip dengan model

    farmokinetik yang digunakan untuk memperlajari uptakedan disposisiObat.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    35/38

    7. PENUTUP

    Sawar kulit terutama dibentuk oleh lapisan tanduk (stratum corneum), yang

    merupakan struktur kulit yang mati, serta mampu menghambat penembusan

    senyawa kimia. Walaupun demikian kulit bersifatpermeabeldan dapat melewatkansenyawa-senyawa yang penyerapannya terjadi secara difusi pasif. Molekul yang

    diserap dengan baik adalah molekul yang larut dalam lemak dan sedikit larut dalam

    air.

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    36/38

    Daftar Pustaka

    Dapat dilihat di diktat kuliah Biofarmasi Sediaan Yang Diberikan Melalui Kulit

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    37/38

  • 8/10/2019 Biofarmasi perkutan

    38/38

    Terima kasih