BILANGAN A. BILANGAN BULAT · Hasil dari –2 – (–5) sama dengan hasil dari –2 + 5 yaitu 3....
Transcript of BILANGAN A. BILANGAN BULAT · Hasil dari –2 – (–5) sama dengan hasil dari –2 + 5 yaitu 3....
BILANGAN
A. BILANGAN BULAT
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari
himpunan bilangan positif (bilangan asli), bilangan nol, dan bilangan bulat
negatif. Himpunan bilangan bulat dapat dilihat pada gambar berikut:
Anggota himpunan bilangan bulat negatif adalah -1, -2, -3, -4, -5, ...
Anggota himpunan bilangan bulat positif atau bilangan asli adalah 1, 2, 3,4, 5,..
Anggota himpunan bilangan cacah adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, ...
Setiap anggota himpunan bilangan bulat positif mempunyai lawan di
himpunan bilangan bulat negatif. Lawan yang di maksud tersebut adalah dua
bilangan yang jarak terhadap nol adalah sama. Jumlah dari setiap pasangan
bilangan yang berlawanan tersebut adalah nol. Bilangan-bilangan yang saling
berlawanan tersebut antara lain : 1 dengan -1, 2, dengan -2, 3 dengan -3, dan
seterusnya.
1. Operasi bilangan bulat
a. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
Mia mempunya 3 boneka di rumahnya. Saat ulang tahun, Mia
mendapatkan hadiah dari teman-temannya 4 boneka lagi. Berapakah
boneka yang dimiliki Mia sekarang?
Secara matematis soal tersebut dapat dinyatakan dengan 3 + 4 = ...
Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk
memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.
Karena Mia memiliki 3 boneka, maka dari titik asal (0) bergerak 3
satuan ke kanan. Kemudian, karena mendapatkan 4 boneka lagi, berarti
terus bergerak ke kanan 4 satuan. Sehingga hasil akhirnya adalah 7
Jadi, boneka yang dimiliki Mia sekarang adalah 7 boneka.
Selisih antara dua bilangan bulat sama dengan jarak kedua bilangan tersebut
pada garis bilangan. Misalnya :
(1) selisih antara 1 dengan 4 adalah 3 satuan,
(2) selisih antara -2 dengan 3 adalah 5 satuan.
Perhatikan ilustrasi berikut.
Selisih dari dua bilangan bulat adalah positif. Dari Gambar 1.6 kita bisa
melihat bahwa selisih dari dua bilangan bulat (berbeda) a dan b, dengan a
<b, adalah b – a.
Di sekolah dasar, kalian sudah mengenal operasi sederhana
beberapa bilangan bulat. Berikut diurakan kembali yang sudah kalian
pelajari di sekolah dasar dulu, diperdalam dengan pemahaman terhadap
berbagai kondisi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.
Contoh:
1) Nia mempunyai 6 pasang sepatu di rumahnya. Nia memberikan 2
pasang sepatu kepada sepupunya. Berapakah pasang sepatu yang
dimiliki Nia sekarang?
Penyelesaian:
Secara matematis soal tersebut dapat dinyatakan dengan 6 – 2 = ...
Dalam garis bilangan dapat dituliskan sebagai berikut.
Awalnya Nia memiliki 6 pasang sepatu, maka bergerak dari titik nol
ke kanan 6 satuan. Karena dikurang 2, berarti panah berbalik arah ke
kiri 2 satuan. Sehingga hasil akhirnya adalah 4.
2) Seorang penyelam amatir mula-mula berlatih menyelam di
kedalaman 2 meter di bawah permukaan laut. Setelah merasa lancar
menyelam di kedalaman 2 meter, kemudian ia turun lagi hingga
kedalaman 5 meter di bawah permukaan laut. Berapakah selisih
kedalaman pada dua kondisi tersebut?
Penyelesaian:
−5 mewakili posisi 5 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan −2
mewakili posisi 2 meter di bawah air laut. Bilangan −2 lebih besar
dari pada −5 (mengapa?)
Bentuk soal tersebut bisa kita tulis (−2) − (−5) = ...
Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut.
Diperoleh (−2) − (−5) = 3.
Jadi selisih kedalaman penyelam pada dua kondisi tersebut adalah 3
meter.
Hasil dari –2 – (–5) sama dengan hasil dari –2 + 5 yaitu 3.
Secara umum, jika a sebarang bilangan bulat, dan b sebarang
bilangan bulat positif, maka a – (–b) = a + b.
3) Tentukan hasil dari 100 – 275
Didapatkan 100 – 275 = –175
Untuk mengoperasikan (menjumlahkan atau mengurangkan)
bilangan-bilangan yang terdiri dari banyak angka tentunya tidak
efektif jika selalu menggunakan garis bilangan. Pada Contoh 1.5,
hasil dari 100 – 275 sama dengan lawan (negatif) dari 275 – 100.
Perhatikan ilustrasi berikut.
Berikut ini lawan (negatif) dari 275 – 100
Dapat dilihat bahwa lawan (negatif) dari 275 – 100 adalah 175. Jadi
hasil dari 100 – 275 = –175
Untuk selanjutnya untuk menjumlahkan atau mengurangkan tidak
harus menggunakan garis bilangan. Kalian bisa menggunakan cara
yang kalian peroleh ketika masih di SD untuk menjumlahkan atau
mengurangkan bilangan bulat.
b. Perkalian Bilangan Bulat
Perkalian adalah penjumlahan berulang sebanyak bilangan yang
dikalikan.
Contoh :
Sifat-sifat perkalian suatu bilangan
1) Perkalian bilangan positif dengan bilangan positif, hasilnya positif.
Contoh:
1)
2)
3)
2) Perkalian bilangan positif dengan bilangan negatif, hasilnya negatif.
Contoh:
1) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2) ( )
3) ( )
3) Perkalian bilangan negatif dengan bilangan positif, hasilnya negatif.
Contoh:
1) ( )
2)
3)
4) Perkalian bilangan negatif dengan bilangan negatif, hasilnya positif.
Contoh:
1) ( ) [ ( ) ( ) ( )] [ ]
2) ( )
3) ( )
c. Pembagian bilangan bulat
1) Pembagian merupakan operasi kebalikan dari perkalian
Contoh
, karena atau
, karena atau
Sifat-sifat pembagian bilangan bulat
Pembagian bilangan positif dengan bilangan positif, hasilnya positif
Contoh
1)
2)
2) Pembagian bilangan positif dengan bilangan negatif, hasilnya negatif
Contoh:
1) ( )
2) ( )
3) Pembagian bilangan negatif dengan bilangan positif, hasilnya negatif
Contoh:
1)
2)
4) Pembagian bilangan negatif dengan bilangan negatif, hasilnya
positif.
Contoh:
1) ( )
2) ( )
Sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat
1) Sifat komutatif
Sifat komutatif (pertukaran) pada penjumlahan dan perkalian.
berlaku untuk semua bilangan bulat
Contoh:
1)
2)
3)
4)
2) Sifat asosiatif
Sifat asosiatif (pengelompokan) pada penjumlahan dan perkalian.
( ) ( ) dan ( ) ( ) berlaku
untuk semua bilangan bulat
Contoh:
1) ( ) ( )
2) ( ) ( )
3) ( ) ( )
4) ( ) ( )
3) Sifat distributif (penyebaran)
( ) ( ) ( ) yang berlaku untuk
semuabilangan bulat.
Contoh:
1) ( ) ( ) ( )
2) ( ) ( ) ( )
4) Operasi Campuran
Aturan dalam mengerjakan operasi campuran adalah sebagai berikut.
a) Operasi dalam tanda kurung dikerjakan terlebih dahulu.
b) Perkalian dan pembagian adalah setara, yang ditemui terlebih
dahulu dikerjakan terlebih dahulu.
c) Penjumlahan dan pengurangan adalah setara, yang ditemui
terlebih dahulu dikerjakan terlebih dahulu.
d) Perkalian atau pembagian dikerjakan lebih dahulu daripada
penjumlahan atau pengurangan.
Contoh
1. a.
b.
c. ( )
2. a.
b. ( )
c.
B. BILANGAN PECAHAN
Pecahan adalah Bilangan yang berbentuk
dengan a, b bilangan bulat
dan b 0, a disebut Pembilang dan b disebut Penyebut. Pada pecahan
angka
1 disebut Pembilang dan angka 4 disebut penyebut. perhatikan ilustrasi berikut:
1. Macam – macam Pecahan
a. Pecahan Senilai
Pecahan-pecahan yang senilai disebut pecahan ekuivalen atau sama.
Yaitu, pecahan yang menyatakan nilai yang sama. perhatikan ilustrasi
berikut:
b. Pecahan Tak sejati
Pecahan Tak sejati adalah pecahan yang pembilangnya lebih dari
penyebut. yang termasuk bilangan pecahan tidak sejati adalah
dan
c. Pecahan Campuran
Pecahan campuran yang dimaksud adalah campuran antara bilangan
bulat dengan bilangan pecahan. Yang termasuk pecahan campuran adalah
,
,...dst
2. Membandingkan dan mengurutkan pecahan
Untuk membandingkan pecahan berpenyebut sama kita hanya perlu
memlihat pembilangnnya saja.
Contoh :
a.
b.
Jawab :
Karena kedua penyebut sama maka kita bandingkan pembilangnya
saja.
a.
b.
Untuk membandingkan pecahan yang penyebutnya tidak sama,
caranya kita menyamakan penyebutnya terlebih dahulu kemudian
dibandingkan pembilangnya.
Contoh :
Bandingkan kedua pecahan berikut:
a.
b.
Jawab:
a. Kita samakan penyebutnya
,
Jadi
b. Kita samakan penyebutnya. KPK dari 5 dan 3 adalah 15
Jadi,
Setelah kita mengetahui pecahan yang lebih kecil dan lebih besar
maka kita juga dapat mengurutkan pecahan dari kecil kebesar atau
sebaliknya dengan menggunakan cara yang sama seperti diatas.
3. Operasi Hitung pada Pecahan
a. Penjumlahan Bilangan Pecahan
pecahan – pecahan yang penyebutnya sama dapat dijumlahkan
dengan cara menjumlahkan pembilang dengan pembilang, sedangkan
penyebutnya tidak dijumlahkan (tetap).
Jika pecahan – pecahan yang dijumlahkan penyebutnya berbeda,
terlebih dahulu samakan penyebutnya dengan cara mencari KPK dan
penyebut – penyebut pecahan itu.
Contoh :
1)
2)
Jawab :
1)
2)
3)
b. Pengurangan Bilangan Pecahan
Pengurangan Pecahan yang penyebutnya sama dapat dikurangkan
dengan cara mengurangkan pembilang disebelah kirinya dengan
pembilang disebelah kanannya, sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan.
Seperti pada penjumlahan Jika pecahan – pecahan yang
dikurangkan penyebutnya berbeda, terlebih dahulu samakan
penyebutnya dengan cara mencari KPK dan penyebut – penyebut
pecahan itu.
Contoh :
1)
2)
Jawab :
1)
2)
3)
c. Perkalian Bilangan Pecahan
Perkalian dua pecahan dapat dilakukan dengan mengalikan
pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.
Contoh :
1)
2)
Jawab :
1)
2)
Sifat – sifat operasi perkalian pada pecahan :
1) Untuk Setiap dan pecahan, berlaku (sifat
Komutatif).
2) Untuk dan pecahan, berlaku ( ) ( ) (sifat
asosiatif).
3) Untuk dan pecahan, berlaku ( ) ( ) (
) (sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan).
4) Untuk setiap bilangan pecahan a, berlaku .
(unsur identitas) bilangan 1 disebut unsur identitas perkalian.
d. Pembagian Bilangan Pecahan
Membagi pecahan yang sama artinya mengalikan dengan
kebalikan dari pecahan pembagi atau ( ) hal ini dapat ditulis :
dengan
untuk sembarang pecahan
dan
dengan b dan d berlaku
Contoh :
e. Perpangkatan Pada Pecahan
Untuk sembarang bilangan bulat a dan b dengan b dan
bilangan positf m berlaku sebagai berikut :
(
)
(
)
m faktor
disebut bilangan pokok (basis) dan m disebut pangkat (eksponen)
Contoh :
(
)
Untuk sembarang bilangan Bulat a dan b dengan b
C. BILANGAN RASIONAL
Pada pelajaran fisika pokok bahasan pengukuran di laboratorium, guru
memberikan tugas kepada 6 orang siswa untuk mengukur berat tepung yang
telah tersedia pada masing-masing meja siswa. Hasil pengukuran keenam
orang siswa itu adalah: 0,2 gram, 2 gram, 0,55 gram, 10 gram, 2,4 gram, dan
0,007 gram. Kemudian guru menyuruh salah seorang siswa menuliskan hasil
pengukuran keenam siswa tersebut ke dalam satu lembar kertas.
1. Jika aturan pencatatan adalah hasil pengukuran yang diperoleh siswa
dikurangi dengan 1 gram, bantulah siswa tersebut menuliskan hasil
pengukuran keenam siswa tersebut!
2. Tuliskanlah hasil pengukuran berat tepung tersebut dalam bentuk pecahan.
Penyelesaian :
Hasil pengukuran berat tepung sebelum masing-masing ukuran dikurang
1 gram adalah sebagai berikut.
a. Hasil pengukuran Siswa 1 adalah 0,2 gram.
b. Hasil pengukuran Siswa 2 adalah 2 gram.
c. Hasil pengukuran Siswa 3 adalah 0,55 gram.
d. Hasil pengukuran Siswa 4 adalah 10 gram.
e. Hasil pengukuran Siswa 5 adalah 2,4 gram.
f. Hasil pengukuran Siswa 6 adalah 0,007 gram.
Hasil pengukuran berat tepung setelah masing-masing ukuran dikurang 1
gram sebagai berikut.
a. Siswa 1 = –0,8 gram.
b. Siswa 2 = 21 gram.
c. Siswa 3 = –0,45 gram.
d. Siswa 4 = 9 gram.
e. Siswa 5 = 1,4 gram.
f. Siswa 6 = –0,997 gram.
Penulisan hasil pengukuran berat tepung tersebut ke dalam bentuk
pecahan biasa.
a. Siswa 1 =
gram.
b. Siswa 2 =
gram.
c. Siswa 3 =
gram.
d. Siswa 4 =
gram.
e. Siswa 5 =
gram.
f. Siswa 6 =
gram.
Apakah kalian mampu menuliskan hasil-hasil pengukuran keenam siswa
tersebut dengan bilangan-bilangan selain yang telah tertulis di atas? Silahkah
mencoba!
a. Siswa 1 =
=
b. Siswa 2 =
=
c. Siswa 3 =
=
d. Siswa 4 =
=
e. Siswa 5 =
=
f. Siswa 6 =
Jadi, Seluruh bilangan-bilangan yang tertulis pada alternatif pemecahan
masalah di atas merupakan bilangan rasional.
Contoh :
1. Diberikan 2 buah bilangan rasional yaitu
dan
. Apakah kedua
bilangan itu sama? Buktikanlah!
Akan dibuktikan
=
Bukti:
Ingat kembali bahwa jika suatu bilangan dikali dengan 1 maka hasil
perkaliannya adalah bilangan itu sendiri. Dapatkah kamu memberi contoh?
Silahkan mencoba.
Jika 1 dikali dengan bilangan rasional
maka hasil perkaliannya adalah
(ingat bahwa
= 1)
2. Perhatikan penjumlahan bilangan rasional berikut!
“ ... “ bermakna menjumlahkan terus dengan pola tertentu hingga tak
hingga kali. Dapatkah kalian menaksir hasil penjumlahan dari bilangan-
bilangan tersebut?
Penyelesaian :
Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑎
𝑏,
a, dan b bilangan bulat dan b ≠ 0
Pertama, kita misalkan jumlah bilangan pecahan tersebut adalah ,
kemudian kita tentukan pola penjumlahannya sebagai berikut:
Dengan memakai sifat distributif perkalian pada pecahan terhadap
operasipenjumlahan maka diperoleh :
(
)
Perhatikan bahwa pola pertama berulang kembali
(
)
⏟
(tambahkan
di kedua ruas)
Maka diperoleh:
A. POLA BILANGAN
Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut:
1.
2.
3.
Deretan bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan
bilangan yang belum diketahui sesuai dengan aturan yang dipunyai?
Mari lihat pembahasan penyelesaian dari contoh diatas:
1. Pola pertama mempunyai aturan:
Bilangan ke 2 =
Bilangan ke 3 =
Jadi bilangan ke 4
2. Pola ke-dua mempunyai aturan:
Bilangan ke 1 = ( )
Bilangan ke 2 = ( )
Bilangan ke 3 = ( )
Jadi bilangan ke 4 ( )
3. Pola ke-3 mempunyai aturan:
Bilangan ke 3 =
Bilangan ke 4 =
Bilangan ke 5 =
Jadi bilangan ke 6 =
Aturan yang dimiliki oleh deretan bilangan di atas disebut pola bilangan
pada deretan itu.
Pola dapat diartikan sebagai sebuah susunan yang mempunyai bentuk
teratur dari bentuk yang satu ke bentuk berikutnya. Sedangkan bilangan adalah
sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan
ukuran (berat, ringan, panjang, pendek, luas) suatu objek. Bilangan ditunjukkan
dengan suatu tanda atau lambang yang disebut angka.Sehingga pola bilangan
dapat diartikan sebagai susunan angka-angka yang mempunyai bentuk teratur
dari bentuk yang satu ke bentuk berikutnya.
1. MACAM-MACAM POLA BILANGAN
a. Pola Garis Lurus
Penulisan bilangan yang mengikuti pola garis lurus merupakan
pola bilangan yang paling sederhana. Suatu bilangan hanya digambarkan
dengan noktah yang mengikuti pola garis lurus. Misalnya:
` Mewakili 2
Mewakili 3
Mewakili 4
Mewakili 5
b. Pola Persegi panjang
Pada umumnya, penulisan bilangan yang didasarkan pada pola
persegi panjang hanya digunakan oleh bilangan bukan prima. Pada pola
ini, noktah-noktah disusun menyerupai bentuk persegi panjang. Pola
bilangan persegi panjang adalah
Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut:
c. Pola Persegi
Persegi merupakan bangun datar yang semua sisinya memiliki
ukuran yang sama panjang. Begitu pula dengan penulisan pola bilangan
yang mengikuti pola persegi. Pola bilangan persegi adalah
Pada pola ini, semua noktah digambarkan dengan jumlah
yang sama.
Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut:
d. Pola Segitiga
Selain mengikuti pola persegi panjang dan persegi, bilangan pun
dapat digambarkan melalui noktah yang mengikuti pola segitiga. Untuk
lebih jelasnya, coba kamu perhatikan lima bilangan yang mengikuti pola
segitiga berikut ini. Jadi, bilangan yang mengikuti pola segitiga dapat
dituliskan sebagai berikut :
Coba kamu perhatikan bilangan yang memiliki pola segitiga.
Ternyata, bilangan-bilangan tersebut dibentuk mengikuti pola sebagai
berikut:
e. Pola Bilangan Ganjil
Pola bilangan ganjil memiliki aturan sebagai berikut.
a. Bilangan 1 sebagai bilangan awal.
b. Bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan sebelumnya.
Bilangan ganjil memiliki pola
Perhatikan pola bilangan ganjil berikut ini.
f. Pola Bilangan Genap
Pola bilangan genap memiliki aturan sebagai berikut.
a. Bilangan 2 sebagai bilangan awal.
b. Bilangan selanjutnya memiliki selisih 2 dengan bilangan sebelumnya.
Bilangan ganjil memiliki pola
Perhatikan pola bilangan genap berikut ini.
g. Pola Bilangan Kubus
Pola kubus terbentuk dari bilangan kubik. Pola bilangan kubus
adalah pola bilangan dimana bilangan setelahnya merupakan hasil dari
pangkat tiga dari bilangan sebelumnya. Contoh pola bilangan pangkat
tiga adalah 2, 8, 512, ….
Perhatikan pola kubus berikut ini:
h. Pola Bilangan Segitiga Pascal
Bilangan-bilangan yang disusun menggunakan pola segitiga
Pascal memiliki pola yang unik. Hal ini disebabkan karena bilangan yang
berpola segitiga Pascal selalu diawali dan diakhiri oleh angka 1. Selain
itu, di dalam susunannya selalu ada angka yang diulang.
Adapun aturan-aturan untuk membuat pola segitiga Pascal adalah
sebagai berikut:
a. Angka 1 merupakan angka awal yang terdapat di puncak.
b. Simpan dua bilangan di bawahnya. Oleh karena angka awal dan akhir
selalu angka 1, kedua bilangan tersebut adalah 1.
c. Selanjutnya, jumlahkan bilangan yang berdampingan. Kemudian,
simpan hasilnya di bagian tengah bawah kedua bilangan tersebut.
d. Proses ini dilakukan terus sampai batas susunan bilangan yang
diminta.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan pola segitiga Pascal berikut.
i. Pola Bilangan Fibonacci
Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah
bilangan setelahnya merupakan hasil dari penjumlahan dari dua bilangan
sebelumnya.Pola bilangan Fibonacci adalah
2. MEMAHAMI POLA BILANGAN
a. Pola Bilangan Persegi Panjang
Pola bilangan persegi panjang adalah Untuk
melihat banyaknya pola susunan ke- ( ) mari amati ilustrasi berikut:
Pola ke-1 Pola ke-2 Pola ke-3
Dengan memperhatikan pola diatas, dapat disimpulkan bahwa
pola ke- ( ) adalah:
Pola di atas disebut pola persegi panjang, dengan pola ke-
( ) atau ( ).
b. Pola Bilangan Persegi
Pola bilangan persegi adalah Untuk melihat
banyaknya pola susunan ke- ( ) mari amati ilustrasi berikut:
Pola ke-1 Pola ke- 2 Pola ke-3
Dengan memperhatikan pola diatas, dapat disimpulkan bahwa pola ke-
( ) adalah:
Pola diatas dinamakan pola persegi, dengan polake- yaitu:
Contoh:
Tentukan hasil penjumlahan pola bilangan persegi hingga pola ke- !
Penyelesaian:
Sebelum menentukan pola bilangan persegi hingga pola ke- , kita
akan melihat empat pola awal dari penjumlahan pola bilangan persegi
bermakna sebagai jumlah hingga pola ke- , dengan adalah suatu bilangan
bulat positif. Pola bilangan persegi di atas juga dapat digambarkan sebagai
berikut:
Selisih dari pola bilanga pertama sampai pola ke-lima adalah dan .
Pola akan digambar dengan noktah, karena selisih pertama dari
jumlah ( ) dan ( ) adalah . Pola ini juga akan digambarkan dengan
warna yang berbeda dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa, yang
dalam hal ini adalah siswa SMP.
1. Jumlah pola bilangan persegi pertama ( ) yaitu:
merupakan jumlah pertama dari pola persegi.
Angka tersebut diperoleh dari dua gambar
noktah dengan warna yang berbeda yaitu
hijau dan merah yang berjumlah
ditambahkan dengan gambar noktah
berwarna kuning yang berjumlah .
Sehingga akan diperoleh:
merupakan
( ) ( )
(
) ( )
dengan pola
segitiga.
2. Jumlah pola bilangan persegi kedua ( ) yaitu:
dimana merupakan jumlah kedua dari pola.
Angka tersebut diperoleh dari gambar
noktah dengan warna berbeda yaitu
hijau dan merah yang berjumlah
ditambahkan dengan gambar noktah
berwarna kuning yang berjumlah .
Sehingga diperoleh:
merupakan
( ) ( ) dari
( ) ( ) tanpa dipangkatkan.
(
) ( )
dengan pola
segitiga.
3. Jumlah pola bilangan persegi ketiga ( ) yaitu:
merupakan jumlah ketiga dari pola persegi.
Angka tersebut diperoleh
dari gambar noktah dengan warna
yang berbeda yaitu warna hijau dan
warna merah yang masing-masing
berjumlah ditambahkan dengan
gambar noktah berwarna kuning yang
berjumlah .
Sehingga diperoleh:
ekuivalen
( ) ( )
( ) ( )
dalam pola
(
) ( ) segitiga.
4. Jumlah pola bilangan persegi keempat ( ) yaitu:
merupakan jumlah keempat dari pola persegi.
Angka tersebut diperoleh dari gambar noktah dengan
warna yang berbeda yaitu warna hijau dan warna merah
yang masing-masing berjumlah ditambahkan dengan
gambar noktah berwarna kuning yang berjumlah .
merupakan jumlah dari pola bilangan persegi tanpa
dipangkatkan. Dari menjadi
Sehingga diperoleh:
ekuivalen
( ) ( )
( ) ( )
(
) ( )
merupakan
pola segitiga.
Mari amati ke-empat pola yang sudah ditemukan:
(
) ( )
(
) ( )
(
) ( )
(
) ( )
Dari empat pola diatas, kita bisa menggeneralisasi sebagai berikut:
(
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
( ) ( )
Jadi untuk menentukan jumlah suku ke pada pola persegi adalah:
( ) ( )
c. Pola Bilangan Segitiga
Pola bilangan segitiga adalah
Amati pola berikut ini:
Pola ke-1 Pola ke-2 Pola ke-3 Pola ke-4
Jika susunan bola dibawah garis dengan pola ke- , dengan adalah
suatu bilangan bulat positif, tentukan :
Banyaknya bola dibawah garis pada pola ke- ( )
Banyaknya bola dibawah garis pada pola ke-10 ( )
Banyaknya bola dibawah garis pada pola ke-1.000 ( )
Untuk melihat banyaknya pola susunan ke- ( ) mari amati
ilustrasi berikut !
Perhatikan banyaknya lingkaran yang dibawah garis adalah setengah
bagian dari bola yang disusun menjadi persegi panjang.
Pola ke-1 Pola ke-2 Pola ke-3
Dengan memperhatikan pola susunan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pola ke- ( ) adalah:
Pola ke- yaitu:
( )
( )
Dengan menggunakan rumus pola yang sudah ditemukan, maka kita
dapat menentukan jawaban dari pertanyaan diatas, yaitu:
Pola ke-10 ( )
( )
Pola ke-1.000 ( )
( )
Rumus mencari jumlah suku pada bilangan genap adalah
( )( )
d. Pola Bilangan ganjil
Bilangan ganjil memiliki pola
Pola ke-1 Pola ke-2 Pola ke-3
Dengan memperhatikan pola susunan diatas diketahui:
Pola ke-1
Pola ke-2
Pola ke-3
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pola ke- yaitu:
.
Dengan mengingat kembali pola bilangan persegi diatas, dapat
disimpulkan bahwa jumlah suku ( ) untuk pola bilangan ganjil adalah
sebagai berikut:
Dan seterusnya.
Sehingga, jika digambarkan dengan pola, akan terlihat seperti berikut ini:
Jadi, rumus mencari jumlah suku pada pola bilangan ganjil adalah
.
e. Pola Bilangan genap
Pola bilangan genap adalah
Pola ke-1 Pola ke-2 Pola ke-3 Pola ke-4
Dengan memperhatikan pola susunan diatas diketahui:
Pola ke-1
Pola ke-2
Pola ke-3
Pola ke-4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pola ke- yaitu: .
f. Pola Bilangan Kubus
Contoh pola bilangan pangkat tiga adalah
Bilangan ke-1
Bilangan ke-2
Bilangan ke-3= = 512
Pola bilangan ini sering disebut pola pangkat tiga.
Rumus mencari baris ke adalah
g. Pola Bilangan Segitiga Paskal
diperoleh dari
diperoleh dari
diperoleh dari
diperoleh dari
diperoleh dari
Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumus mencari jumlah suku ke adalah
.
h. Pola Bilangan Fibonacci
Pola bilangan fibonacci adalah
Rumus mencari suku ke- pada bilangan fibonancci adalah:
penjumlahan dua bilangan didepannya.