BELUM DIKOREKSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK … · belanja barang pada fungsi pendidikan...

57
BELUM DIKOREKSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KERJA DENGAN DENGAN MENTERI AGAMA RI Selasa, 04 September 2018 Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : I Rapat ke- Sifat rapat : : 3 Terbuka Jenis Rapat : Rapat Kerja / Ke-1 Hari, Tanggal : Selasa, 4 September 2018 Waktu : 13.00 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Ketua Rapat : Dr. H. M. ALI TAHER, S.H., M.Hum Sekretaris Rapat : Sigit Bawano Prasetyo, S.Sos., M.Si. Acara : Membahas RKA K/L Tahun 2019 Hadir : 1. ...... orang dari 51 orang Anggota 2. Menteri Agama RI beserta jajarannya

Transcript of BELUM DIKOREKSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK … · belanja barang pada fungsi pendidikan...

BELUM DIKOREKSI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT KERJA DENGAN DENGAN MENTERI AGAMA RI

Selasa, 04 September 2018

Tahun Sidang : 2018-2019

Masa

Persidangan : I

Rapat ke-

Sifat rapat

:

:

3

Terbuka

Jenis Rapat : Rapat Kerja / Ke-1

Hari, Tanggal : Selasa, 4 September 2018

Waktu : 13.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi VIII DPR RI

Ketua Rapat : Dr. H. M. ALI TAHER, S.H., M.Hum

Sekretaris Rapat : Sigit Bawano Prasetyo, S.Sos., M.Si.

Acara : Membahas RKA K/L Tahun 2019

Hadir : 1. ...... orang dari 51 orang Anggota

2. Menteri Agama RI beserta jajarannya

KETUA RAPAT (F-PAN/ALI TAHER): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang; dan Salam sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat saudara Menteri Agama Republik Indonesia beserta jajarannya; Hadirin dan Para Anggota dan Pimpinan Komisi VIII DPR RI. Mengawali rapat ini, marilah kita menyampaikan syukur kepada Allah SWT masih diberikan nikmat kesehatan untuk mengikuti Rapat Komisi VIII dengan Menteri Agama dengan agenda pembahasan RKAKL Tahun 2019. Sebelum acara dimulai, marilah kita membaca bersama-sama dan berdoa dengan baca ummul kitab bagi yang muslim, bagi saudara-saudara ku yang mulia yang selain Islam berdoa menurut kenyakinan agama masing-masing. Al Fatihah dimulai.

(RAPAT: BERDOA)

Hadirin yang kami hormati, Sesuai dengan rapat-rapat DPR RI Masa Persidangan I Tahun Sidang 2018-2019 yang telah diputuskan dalam rapat konsultasi pengganti rapat Badan Musyawarah DPR RI antara Pimpinan DPR RI dengan Pimpinan Fraksi-Fraksi DPR RI tanggal 25 Juli 2018, dan Keputuran Rapat Internal Komisi VIII DPR RI tanggal 3 September, maka pada hari ini Selasa 4 September 2018 Komisi VIII DPR RI menyelenggarakan Rapat Kerja dengan Menteri Agama RI. Menurut Laporan dari Sekretariat Komisi VIII DPR RI, rapat kali ini telah hadir yang tanda tangan 20, hadir 10, sudah lebih nampaknya, fraksi 9, karena baru saja kita selesai Paripurna, kemudian izin 14, dari 51 Anggota Komisi VIII DPR RI. Sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPR RI Pasal 251 ayat (1) kuorum telah tercapai. Atas persetujuan saudara Menteri Agama RI dan Pimpinan dan Rekan-rekan Anggota Komisi VIII DPR RI maka rapat ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.00 WIB)

Adapun acara rapat pada hari ini sebagai berikut: 1. Pengantar Ketua Rapat; 2. Penjelasan RKAKL Tahun 2019 oleh Menteri Agama RI; 3. Tanya Jawab; 4. Kesimpulan; 5. Penutup.

Apakah disetujui?

(RAPAT: SETUJU)

Selanjutnya Rapat Kerja kali ini akan berakhir pada pukul 17.00 WIB begitu ya, lebih cepat lebih bagus. Oh 16.00 WIB. Hadirin yang kami hormati, Rapat pada hari ini di selenggarakan sebagai tindak lanjut Rapat Kerja Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2019. Pada tanggal 4 Juni 2018, pembahasan anggaran Tahun 2019 sangat penting karena dari aspek hukum adalah dalam rangka menjalankan amanat konstitusi yaitu Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang NKRI 1945 yang menyebutkan bahwa APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Selanjutnya dari aspek anggaran, Rapat Kerja hari ini merupakan tugas dan fungsi dalam pembahasan RAPBN Tahun 2019. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Pasal 98 ayat (2) huruf c yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MD3 yang menyebutkan bahwa salah satu ruang lingkup tugas komisi di bidang anggaran adalah membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, dan program kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi. Selain itu, penyelenggaraan rapat kerja ini juga merujuk kepada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 3 ayat (2) tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa APBN, Perubahan, dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Hadirin yang kami hormati, Mengacu kepada ketentuan Undang-Undang tersebut di atas, rapat hari ini memiliki makna strategis karena rapat ini membahas Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Agama RI Tahun 2019 yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mendesak pembangunan di bidang pendidikan keagamaan dan juga kehidupan keagamaan di Indonesia. Oleh karena itu, Komisi VIII DPR RI mengharapkan agar rencana kerja dan anggaran Kementerian Agama RI diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan obyektif terkait dengan program kehidupan keagamaan dan pendidikan keagamaan. Berdasarkan berbagai hal pokok tersebut di atas, Komisi VIII DPR RI hendak fokus pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Apa saja program kerja dalam RKAKL Kementerian Agama RI Tahun 2019 dan dialokasikan untuk program prioritas apa saja.

2. Usulan program apa saja yang direncanakan yang akan didanai dari dana alokasi khusus (DAK).

3. Apa yang menjadi kebijakan strategis Menteri Agama RI dalam rangka mencapai target sasaran dan berbagai langkah antisipatif dalam menghadapi permasalahan di luar perencanaan.

Saudara Menteri yang kami hormati, Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Selanjutnya sesuai dengan jadwal yang disepakati, kami persilakan saudara ku Menteri Agama RI untuk memberikan penjelasannya.

Kami kenalkan dulu Anggota yang baru, kami sebutkan saja, nama penambahan:

1. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si. Golkar Sulsel III, belum nampak. 2. H. Syarifuddin Suding, S.H., M.H., Hanura Sulteng, belum nampak. 3. Evi Zainal Abidin, M. Kom., Demokrat Jatim II, belum nampak

menggantikan Siti Mufataha. 4. H. Fadli Nurzal, S.Ag., PPP Sumut III mengganti H. Abdul Halim, S.H. 5. Kh. Dja’far Soddiq, S.H., Nasdem, Jatim XI mengganti Hj. Titik

Prasetyowati Ferdi, S.H., M.H. 6. Dr. Rufinus Hutman Ulana Hutauruk, S.H., M.H., Hanura, Sumut II

menggantikan Syamsudin Siregar.

Yang hadir baru Pak Dja’far. Kepada Pak Menteri, kami persilakan.

MENTERI AGAMA RI: Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang; dan Salam sejahtera bagi kita semua. Bapak Ketua yang saya hormati, Para Wakil Ketua dan seluruh Anggota Komisi VIII DPR RI yang terhormat. Pertama, tentu saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselenggaranya Rapat Kerja pada hari ini, Rapat Kerja tentang Pembahasan RKAKL Kementerian Agama Tahun 2019 yang tentu sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Ketua tadi merupakan rapat yang sangat strategis dalam menentukan anggaran Kementerian Agama pada Tahun 2019 mendatang. Mudah-mudahan bahan yang kami siapkan sudah ada di tangan Bapak/Ibu sekalian dan kalau kita menyimak dari daftar isi yang ada, maka pada Bab I dan Bab II itu adalah pendahuluan sementara Bab II-nya terkait dengan Visi dan Misi, tujuan, sasaran, dan program Kementerian Agama yang tentu agar efektivitas waktu yang terbatas ini kita gunakan bisa lebih baik maka saya tidak akan bacakan Bab I dan Bab II karena ini selalu akan muncul ketika kita membahas tentang RAPBN terakhir pada Raker kita pada tanggal 4 Juni pun juga terkait dengan visi dan misi serta tujuan, sasaran dan program Kementerian Agama. Oleh karenanya, dengan persetujuan Bapak Ketua saya ingin memulai langsung pada Bab III yaitu Pagu Anggaran Kementerian Agama Tahun 2019 dengan asumsi tentu apa yang ada dalam Bab II ini sudah dipahami oleh Bapak/Ibu sekalian karena ini sifatnya tetap, visi dan misi, tujuan, sasaran serta program Kementerian Agama itu tetap karena programnya terkait 2015 sampai dengan 2019. Oleh karenanya, saya akan langsung menyajikan paparan ini mulai dari halaman 19 agar waktunya bisa lebih efektif. Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati, Terkait dengan perkembangan pagu anggaran Kementerian Agama, maka berdasarkan surat bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas tertanggal 19 Juli 2018 tentang

Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga dan Penyelesaian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun 2019, maka ditetakan bahwa pagu anggaran Kementerian Agama Tahun 2019 adalah sebesar Rp62.066.722.163.000,00. Pagu Anggaran tersebut mengalami penurunan sebesar Rp975.527.374.000,- atau sebesar 1,55% dibanding dengan Pagu Indikatif yang sebesar Rp63.042.249.537.000,- yang telah ditetapkan pada tanggal 16 April yang lalu. Pada tabel III, kita bisa melihat pagu indikatif dibandingkan dengan pagu anggaran. Jadi memang ada perubahan, ada pengurangan, sebesar 1,55%. Penurunan pagu anggaran dibanding pagu indikatif Tahun 2009 tersebut disebabkan karena adanya penurunan belanja barang pada fungsi pendidikan melalui penghematan belanja barang pada rupiah murni dan adanya penyesuaian pagu yang berasal dari PNBP atau BLU, Pinjaman dan Hutang Luar Negeri serta SBSN. Kebijakan penghematan ini didasarkan atas arahan Bapak Presiden dalam Sidang Kabinet tentang Pembahasan RAPBN Tahun Anggaran 2019 tertanggal 17 Juli 2018 dimana sarana prasarana pendidikan termasuk madrasah, dan perguruan tinggi keagamaan perlu dilakukan rehabilitiasi dan revitaliasi. Rehabilitasi sarana prasarana ini pelaksanaannya dipusatkan melalui Kementerian PUPR. Jadi penjelasannya adalah pengurangan dibanding Pagu Indikatif lalu kemudian menjadi pagu anggaran ada pengurangan sebesar Rp975 milyar sekian itu karena memang banyak sekali kegiatan-kegiatan pada direktorat jenderal pendidikan islam misalnya terkait dengan pengadaan workshop, lokakarya lalu perjalanan dinas dan lain sebagainya itu mengalami pengurangan, lalu kemudian dialihkan kepada sarana dan prasarana rehabilitasi dan revitalisasi kepada madrasah dan sejumlah Perguruan Tinggi yang pelaksanaannya itu diserahkan kepada Kementerian PUPR karena ini supaya efisiensi anggaran yang nanti penjelasannya akan kami sampaikan berikutnya. Selanjutnya adalah Pagu Anggaran berdasarkan fungsi. Jadi anggaran fungsi agama kita tahu ada fungsi agama, dan fungsi pendidikan, maka untuk fungsi agama dimanfaatkan dalam pelaksanaan 6 dari 7 misi Kementerian Agama yaitu meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama, memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama, selanjutnya menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan berkualitas, lalu meningkatkan pemanfaatan dan kualitas pengelolaan potensi keagamaan, selanjutnya mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umroh yang berkualitas dan akutanbel serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel dan terpercaya. Sedangkan anggaran fungsi pendidikan dimanfaatkan untuk melaksanakan misi kementerian agama terkait pendidikan agama dan pendidikan keagamaan yaitu meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama, pendidikan agama, pada satuan pendidikan umum dan pendidikan keagamaan. Pagu anggaran fungsi agama Tahun 2019 adalah sebesar Rp10.142.956.937.000,- atau sebesar 16,34% dari total pagu anggaran Kementerian Agama Tahun 2019. Nilainya mengalami penurunan sebesar Rp139.200.000,- atau 0,001% dibanding pagu indikatif fungsi agama pada tahun yang sama. Selanjutnya pagu anggaran fungsi pendidikan di kementerian agama adalah sebesar Rp51.923.765.226.000,- atau sebesar 83,66% dari total pagu anggaran Kementerian Agama. Nilainya memang mengalami penurunan sebesar Rp975.388.174.000,- atau sebesar 1,84% dibanding pagu indikatif fungsi pendidikan Tahun 2019. Tabel IV pada halaman 21 itu menjelaskan tentang fungsi agama dan fungsi pendidikan. Perbandingannya antara Pagu Indikatif dengan Pagu Anggaran pada

masing-masing fungsi tersebut baik rupiah besaran nominal rupiahnya maupun prosentasinya. Penurunan anggaran pada fungsi agama disebabkan adanya penyesuaian target anggaran PNBP pada program Bimas Islam, sedangkan perubahan pada fungsi pendidikan disebabkan adanya kebijakan penghematan belanja barang pada fungsi pendidikan kementerian agama serta penyesuaian target anggaran PNBP atau BLU, SBSN dan PHLN pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri. Penjelasan lebih detail mengenai perkembangan pagu anggaran ini akan kami sampaikan pada bagian-bagian selanjutnya pada paparan berikut. Selanjutnya Bapak/Ibu sekalian yang kami hormati. Pagu anggaran berdasarkan program. Kita tahu bahwa ada sejumlah program yang ada dalam Kementerian Agama ini meskipun terjadi penurunan antara Pagu Indikatif dibanding dengan Pagu Anggaran Tahun ini namun tidak semua program mengalami penurunan anggaran. Misalnya yang mengalami penurunan itu hanya 3 program yaitu program pendidikan islam, program bimas katholik dan program bimas islam. Adapun 3 program mengalami kenaikan yaitu program bimas kristen, program bimas hindu dan program bimas budha dan 6 program lainnya tidak mengalami perubahan anggaran yaitu program dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya, program kerukunan umat beragama, program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur, program penyelenggaraan ibadah haji dan umroh, program litbang dan diklat serta program penyelenggaraan jaminan produk halal. Kenaikan anggaran pada program bimas kristes, program bimas hindu, dan program bimas budha dengan total kenaikan sebesar Rp5.606.478.000,- tidak dapat menutupi penurunan anggaran pada Program Pendidikan Islam, Program Bimas Khatolik dan Program Bimas Islam yang seluruhnya sebesar Rp981.133.852.000,00. Sehingga Pagu Anggaran Kementerian Agama secara total mengalami penurunan sebesar Rp975.527.374.000,- atau 1,55% dari Pagu Indikatif Tahun 2019 secara totalnya. Penurunan anggaran terbesar terjadi pada program pendidikan Islam yaitu turun sebesar Rp980.953.073.000,- atau 1,98% dari Pagu Indikatif Program Pendidikan Islam yang besarnya adalah Rp49.525.396.709.000,- menjadi Rp48.544.443.637.000,-.

Selanjutnya pada tabel 5 secara rinci kita bisa melihat seluruh program dari 12 program yang ada dalam Kementerian Agama itu kita bisa melihat baik Pagu Indikatif maupun Pagu Anggaran di Tahun 2019 ini sehingga lalu kemudian kita bisa mengetahui masing-masing perubahannya. Jadi sebagaimana yang kami sampaikan tadi ada 3 program yang tetap, ada 3 program yang mengalami kenaikan dan yang lain adalah mengalami penurunan. Yang 6 tetap dan 3 mengalami penurunan.

Secara umum semua perubahan anggaran pada 6 program tersebut baik yang naik maupun yang turun anggarannya disebabkan oleh adanya penyesuaian target anggaran PNBP atau BLU. Namun khusus untuk program pendidikan Islam selain penyesuaian PNBP dan BLU, perubahan juga disebabkan karena adanya penyesuaian anggaran yang berasal dari rupiah murni, PHLN dan juga SBSN. Pagu Rupiah Murni Program Pendidikan Islam turun sebanyak Rp599.127.227.000,- lalu Pagu PNBP naik sebesar Rp7.626.921.000,- dan Pagu BLU naik menjadi Rp14.573.650.000,-. Sementara pagu PHLN turun menjadi Rp858.900.000.000,- dan SBSN naik sebesar Rp454.873.584.000,-.

Selanjutnya Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati adalah terkait dengan Pagu Anggaran berdasarkan jenis pengeluaran. Untuk membiayai berbagai pengeluaran yang dibutuhkan bagi penyelenggaraan program yang menjadi tugas dan fungsi Kementerian Agama, maka anggaran yang tersedia dikelompokan penggunaannya untuk membiayai 3 jenis pengeluaran, yaitu:

1. Belanja Pegawai Operasional; 2. Belanja Barang Operasional; dan 3. Belanja Non Operasional.

Pada Belanja Pegawai Operasional meliputi pembayaran gaji dan tunjangan

yang melekat pada 228.624 Pegawai PNS Kementerian Agama yang tersebar di seluruh Indonesia. Belanja Pegawai Operasional ini digunakan antara lain untuk gaji pokok dan tunjangan, tunjangan anak, istri atau suami, uang makan, tunjangan kinerja, tunjangan fungsional PNS, tunjangan structural PNS, tunjangan profesi guru PNS, tunjangan profesi dosen PNS, tunjangan kehormatan professor, tunjangan tambahan penghasilan guru PNS, tunjangan khusus PNS dan lainnya terkait pengeluaran pokok PNS.

Pagu Anggaran untuk pengeluaran belanja pegawai operasional sebesar Rp29.600.241.546.000,- atau 47,69% dari total Pagu Anggaran 2019 Kementerian Agama. Pagu Anggaran Belanja Pegawai Operasional tidak mengalami perubahan dari Pagu Indikatif.

Berikutnya adalah Belanja Barang Operasional yang meliputi pembiayaan operasional kantor dan sarana pemeliharaan gedung, pemeliharaan kendaraan operasional, perjalanan dinas, langganan daya dan jasa serta berbagai kegiatan operasional lainnya. Pagu Anggaran untuk pengeluaran belanja barang operasional sebesar Rp2.580.389.978.000,- atau sebesar 4,16% dari total pagu anggaran Kementerian Agama Tahun 2019. Pagu Anggaran Belanja Barang Operasional ini tidak mengalami perubahan dari pagu indikatif.

Terakhir adalah Belanja Non Operasional dimana Belanja Non Operasional ini meliputi seluruh pengeluaran pembiayaan kegiatan di luar belanja pegawai dan belanja barang operasional termasuk didalamnya pengeluaran non operasional ini adalah pengeluaran untuk pembiayaan kegiatan rencana kerja Pemerintah yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama. Selain itu, belanja non operasional Kementerian Agama juga merupakan jenis pengeluaran yang digunakan, yang merupakan jenis pengeluaran yang digunakan untuk belanja pegawai non operasional yaitu tunjangan penyuluh non PNS dan tunjangan atau insentif guru non PNS. Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati, Total Pagu Anggaran untuk pengeluaran belanja non operasional Kementerian Agama sebesar Rp29.886.090.639.000,- atau sebesar 48,15% dari total pagu anggaran Kementerian Agama. Pagu Anggaran Belanja Non Operasional Tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp975.527.374.000,- atau sebesar 3,16% dari Pagu Indikatif Belanja Non Operasional yang sebesar Rp30.861.618.013.000,-. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya penurunan belanja non operasional disebabkan karena adanya kebijakan penghematan belanja barang, penyesuaian anggaran PNBP atau BLU, PHLN dan SBSN pada beberapa program di Kementerian Agama, turunnya belanja non operasional membuat beban penganggaran memang semakin berat. Hal ini mengingat bahwa beban belanja pegawai non operasional bagi tunjangan penyuluh non PNS dan tunjangan atau insentif guru non PNS termasuk dalam jenis belanja non operasional. Pada tabel 6 di halaman 25 dengan jelas kita bisa mengetahui pagu anggaran Kementerian Agama Tahun 2019 berdasarkan jenis pengeluarannya sesuai dengan Pagu Indikatif dan Pagu Anggaran dan besaran angka rupiahnya dan presentasinya.

Besarnya proporsi alokasi anggaran pegawai operasional saat ini tidak dapat terhindarkan karena terikat dengan jumlah pegawai PNS yang ada di Kementerian Agama, sedangkan total anggaran Kementerian Agama dalam Surat Edaran Bersama Menteri PPN atau Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran Kementerian Lembaga dan Penyelesaian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun 2019 menetapkan bahwa Pagu Anggaran Kementerian Agama tidak mengalami peningkatan, mengurangi jumlah nominal dan proporsi belanja pegawai operasional hanya dapat dilakukan bila ada kebijakan pengurangan Pegawai PNS atau memangkas besaran gaji dan tunjangan pokok Pegawai PNS. Namun tentunya tentu saja mengurangi jumlah pegawai ataupun memangkas besaran gaji pokok akan berimbas pada berkurangnya ketersediaan dan kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan. Besarnya pagu anggaran untuk belanja operasional yang mencapai 51,85% memang membuat postur anggaran Kementerian Agama secara keseluruhan menjadi tidak ideal. Idealnya memang proporsi belanja non operasional itu lebih besar karena dalam pengelompokan anggaran jenis belanja non operasional inilah yang digunakan sebagai instrument utama pelaksanaan kebijakan dan penyelenggaraan pelayanan bidang agama dan pendidikan serta kegiatan prioritas Kementerian Agama lainnya. Selanjutnya adalah menyangkut pagu anggaran berdasarkan sumber dana. Untuk membiayai proses pencapaian tujuan dari sasaran Kementerian Agama diperlukan anggaran berasal dari beberapa sumber pendanaan yaitu rupiah murni, pendapatan negara bukan pajak, dana yang dihasilkan dari Badan Layanan Umum serta dana pinjaman atau hibah luar negeri serta dana surat berharga syariah negara. Mayoritas sumber dana yang digunakan untuk membiayai layanan agama dan pendidikan agama oleh Kementerian Agama bersumber dari rupiah murni APBN yaitu sebesar Rp56.288.638.533.000,- atau 90,69% dari total sumber dana anggaran Kementerian Agama Tahun 2019. Jadi rupiah murni inilah yang terbesar. Selanjutnya adalah jumlah dana rupiah murni Kementerian Agama tersebut itu turun sebesar Rp599.127.227.000,- atau sebesar 1,05% jika dibandingkan dengan rupiah murni pagu indikatif pada Tahun 2019. Penurunan ini hanya terjadi pada program pendidikan Islam yang disebabkan karena adanya kebijakan penghematan belanja barang yang akan dialihkan menjadi belanja modal atau sarana prasarana pendidikan Islam yang akan dilaksanakan oleh Kementerian PUPR. Peningkatan sarana prasarana pendidikan Islam tersebut akan difokuskan pada peningkatan sarana prasarana PT KIN yang terhenti pembangunannya serta rehabilitasi ruang kelas rusak berat dan pembangunan ruang kelas baru pada sejumlah madrasah-madrasah kita. Sumber dana pembiayaan kegiatan Kementerian Agama selanjutnya adalah bersumber dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) sebesar Rp1.472.733.805.000,- atau sebesar 2,37% dari total pagu anggaran. Dana tersebut berasal dari hasil pelayanan pencatatan nikah di Balai Nikah atau KUA sebesar Rp676.802.400.000,- dan pelayanan pendidikan tinggi di perguruan tinggi keagamaan negeri sebesar Rp795.931.405.000,-. Bila dilihat lebih rinci kenaikan target PNBP hanya terjadi pada program pendidikan Islam, program Bimas Kristen, Program Bimas Hindu dan Program Bimas Budha yaitu sebesar Rp13.233.399.000,- sedangkan 2 program yaitu program Bimas Islam mengalami penyesuaian penurunan target PNBP sebesar Rp1p139.200.000,- dan Program Bimas Khatolik yang mengalami penurunan sebesar Rp41.580.000,-. Sehingga secara keseluruhan target PNBP Pagu Anggaran mengalami penyesuaian kenaikan sebesar Rp13.052.619.000,- atau sebesar 0,89% dari total Pagu Indikatif 2019.

Berikutnya adalah sumber dana BLU yaitu sebesar Rp1.505.070.704.000,- atau 2,42% dari total pagu anggaran yang berasal dari pendapatan layanan pendidikan pada 16 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri yang berstatus BLU. Nilai BLU Pagu Anggaran 2019 mengalami penyesuaian kenaikan target sebesar Rp14.573.650.000,- atau 0,98% dari BLU Pagu Indikatif yang sebesar Rp1.490.497.054.000,-. Sumber dana lainnya, yaitu berasal dari SBSN sebesar Rp2.700.179.121.000,- atau 4,35% dari total pagu anggaran yang digunakan untuk membiayai peningkatan sarana KUA atau Balai Nikah, Asrama Haji, Pusat Layanan Haji Terpadu di Kabupaten/Kota, Madrasah Negeri, Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri dan Pusat Layanan Jaminan Produk Halal. Pagu Anggaran SBSN Kementerian Agama meningkat sebesar Rp454.873.584.000,- atau sebesar 20,26% dari SBSN Pagu Indikatif yang sebesar Rp2.245.305.537.000,-. Peningkatan anggaran SBSN dimanfaatkan untuk memenuhi anggaran peningkatan kapasitas PT KIN yang sebelumnya direncanakan akan dibiayai dari anggaran yang bersumber dari PHLN. Selain itu, Kementerian Agama juga mendapatkan sumber dana dari Pinjaman atau Hibah Luar Negeri sebesar Rp100.100.000.000,- atau 0,16% dari total pagu anggaran yang akan digunakan untuk meningkatkan akses dan mutu pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri. Pagu Anggaran PHLN mengalami koreksi penurunan sebesar Rp858.900.000.000,- atau 89,56% dari PHLN Pagu Indiaktif yang totalnya sebesar Rp959 Milyar. Koreksi ini dilakukan karena adanya penyesuaian Rencana Jadwal Penarikan Dana Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas PT KIN seiring dengan dilakukannya pengundur jadwal penutupan atau closing date, pelaksanaan proyek yang didanai PHLN dari Tahun 2018 mundur menjadi Tahun 2020. Selanjutnya apa yang kami jelaskan tersebut bisa disimak pada tabel 7 pada halaman 28 pada bahan kita ini. Berikutnya adalah terkait dengan Pagu Anggaran berdasarkan satuan kerja pusat dan daerah. Pagu Anggaran Kementerian Agama didistribusikan pada 4.664 satuan kerja pusat dan daerah. Sebagian besar alokasi anggaran berada pada satker daerah yang meliputi 34 kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi, 615 Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, 70 Perguruan Tinggi Agama Negeri, 3.905 madrasah negeri, 17 Balai Litbang atau Diklat dan Lajnah Pentashih Al Quran dengan total anggaran sebesar Rp45.013.103.464.000,- atau sebesar 72,52%. Sedangkan alokasi anggaran pada 11 unit Esselon I Pusat adalah sebesar Rp17.053.618.699.000,- atau 27,48%. Besarnya alokasi anggaran bagi daerah tersebut disebabkan karena jumlah satuan kerja Kementerian Agama memang mayoritas berada di daerah sebagaimana telah kami sebutkan jumlahnya tadi, pelaksanaan pelayanan ke masyarakat ke masyarakat termasuk pencatatan nikah pada 5.954 KUA dilaksanakan di tingkat daerah yang lebih dekat dan dapat langsung menyentuh kehidupan beragama masyarakat kita. Tabel 8 menjelaskan tentang pagu anggaran Kementerian Agama Tahun 2019 berdasarkan program di satuan kerja baik di pusat maupun di daerah. Berikutnya Bapak Ketua, para Wakil Ketua dan seluruh Anggota Komisi VIII yang saya hormati. Dengan adanya pagu anggaran sebagaimana yang kami sampaikan tadi, maka sesungguhnya kami Kementerian Agama masih memiliki sejumlah kegiatan prioritas yang memerlukan dukungan tambahan anggaran dan tentu berharap kepada Komisi VIII DPR RI di dalam Banggar bisa memperjuangkan adanya dukungan tambahan anggaran ini yang totalnya untuk Tahun 2019 itu sebesar Rp5.384.855.617.600,-.

Adapun rinciannya adalah: 1. Untuk Program Bimas Islam, kami masih memerlukan anggaran sebesar

Rp270 Milyar yang akan digunakan untuk penambahan atas kenaikan nominal tunjangan Penyuluh Agama Islam Non PNS. Jadi untuk penyuluh agama ini sebagaimana juga aspirasi dari hampir semua Pimpinan dan Anggota Komisi VIII ternyata pada pagu anggaran saat ini, ini belum teralokasikan, belum teranggarkan. Jadi tinggal memang kesempatannya pada pagu definitif nanti yang akan ditentukan oleh Banggar DPR RI.

KETUA RAPAT: Kalau tidak diusulkan oleh Menteri, bagaimana kita bisa mengalokasikan? Kalau tidak diusulkan oleh Kementerian. MENTERI AGAMA RI: Ya ini sudah kami usulkan. Jadi sebenarnya tambahan ini sebenarnya sudah kami usulkan pada saat pertemuan 3 pihak trilateral meeting antara Kementerian Agama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tanggal 27 Juli 2018 yang lalu tentang Pemutkahiran Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019 dan bahkan disusulkan dengan surat Menteri Agama 2 kali tanggal 10 Agustus dan sebelumnya pada Bulan Juli, kami juga bersurat terkait dengan penambahan anggaran ini. Memang dalam pembicaraan informasi melalui Dirjen Anggaran itu memang sudah dijanjikan akan ada penambahan untuk program Bimas Islam ini sebesar Rp270 Milyar, tapi karena 1 dan lain hal ini tidak muncul pada pagu anggaran. Jadi mudah-mudahan ini bisa nanti muncul pada pagu definitif. Yang kedua adalah untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Kami masih memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp148.881.316.000,- yang antara lain akan digunakan untuk rehabilitasi gedung kantor Kementerian Agama pada sejumlah provinsi dan kabupaten/kota yang memang kondisinya sudah sangat memprihatinkan dan penyediaan sarana pelayanan terpadu 1 pintu pada sejumlah kantor Kementerian Agama baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Yang ketiga adalah program kerukunan umat beragama masih memerlukan tambahan sebesar Rp27.120.000.000,- yang antara lain akan digunakan untuk menambah harga satuan biaya operasional FKUB kita baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sebesar Rp25.660.000.000,-. Ini karena FKUB hampir semuanya mengeluh untuk biaya operasional mereka dan juga tambahan harga satuan tunjangan penyuluh agama konghucu dan bantuan rumah ibadah konghucu, ini yang juga memang belum teranggarkan sama sekali. Yang keempat adalah program pengawasan yang juga kami masih memerlukan anggaran sebesar Rp50 milyar yang antara lain akan digunakan untuk tambahan jangkauan audit pengawasan pendidikan, audit kinerja satuan kerja Kementerian Agama, implementasi reformasi birokrasi, maturitas sistem pengendalian internal Pemerintah, pembangunan zona integritas wilayah bebas korupsi pada PT KIN, peningkatan penyelesaian pengaduan masyarakat dan rehabilitasi sarana prasarana pengawasan aparatur.

Berikutnya yang kelima adalah program pendidikan Islam. Kami masih memerlukan anggaran tambahan sebesar Rp3.952.836.337.000,- yang akan digunakan antara lain untuk memenuhi pelaksanaan pendidikan profesi, bantuan insentif Guru PAI Non PNS, Pemberdayaan Ekonomi Pesantren, BOP Pendidikan Keagamaan Islam atau Pondok Pesantren, dan Siswa Raudhatul Athfal, Beasiswa Bidik Misi, Insentif Guru Non PNS, Gaji dan Tunjangan termasuk selisih tunjangan kinerja guru dan dosen serta operasional dan pemeliharaan perkantoran. Berikutnya yang keenam adalah Program Bimas Kristen masih memerlukan anggaran sebesar Rp174.355.487.000,- yang antara lain akan digunakan untuk bantuan keluarga Kristen untuk memperoleh Bimbingan Kristiani, Kitab Suci dan Buku Keagamaan lainnya, Penyuluh Agama Kristen Non PNS Penerima Tunjangan, lalu layanan internal di kabupaten/kota dan perubahan bentuk perguruan tinggi dari sekolah tinggi menjadi Institut Operasional Perkantoran untuk kabupaten/kota dan perubahan bentuk perguruan tinggi dari sekolah tinggi menjadi Institut termasuk juga bagi guru Non PNS yang menerima tunjangan khusus, sarana prasarana pada pendidikan tinggi keagamaan dan Bos SD, TK, serta Bos SMP TK. Berikutnya pada Program Bimas Khatolik juga masih memerlukan anggaran sebesar Rp379.566.024.000,- yang antara lain akan digunakan untuk penyediaan sarana dan prasarana sekolah tinggi agama khatolik negeri Pontianak, penyediaan sarana dan prasarana pada SMAK di Ende, Samosir, dan Kirom, pengadaan buku literasi pendidikan, alat peraga pendidikan, bantuan kegiatan keagamaan khatolik di sekolah, operasional pemeliharaan perkantoran fungsi pendidikan, bantuan rumah ibadah yang bersih dan sehat untuk 990 lokasi, pembinaan penyuluhan agama khatolik di 34 lokasi sebesar Rp5.100.000.000,- dan operasional perkantoran fungsi agama untuk 347 satker daerah. Berikutnya pada Program Bimas Hindu juga masih memerlukan anggaran sebesar Rp48.706.000.000,- yang antara lain akan digunakan untuk Festival Seni Keagamaan Tingkat Nasional, kenaikan harga satuan tunjangan penyuluh agama, penambahan volume pengadaan Kitab Suci, Pembinaan Keluarga Sukinah, Jambore Pasraman Tingkat Nasional Sertifikasi Guru melalui PPG dan Insentif Dosen Non PNS. Berikutnya pada program Bimas Budha juga masih memerlukan anggaran sebesar Rp54.810.600.000,- yang antara lain akan digunakan untuk penambahan anggaran harga satuan tunjangan penyuluh agama non PNS dari 500 ribu menjadi Rp1 juta, pemenuhan volume bantuan rumah ibadah, pemenuhan bantuan kitab suci dan buku keagamaan serta pemenuhan sarana puja bakti. Berikutnya adalah pada program penyelenggaraan haji dan umroh juga masih memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp23.100.000.000,- untuk menutup kekurangan peralihan dari indirect cost untuk petugas haji. Ini yang juga merupakan aspirasi dari Bapak/Ibu sekalian Komisi VIII agar khusus untuk petugas haji tidak lagi diambilkan dari indirect cost tapi diambilkan dari APBN kita. Selanjutnya adalah Program Litbang dan Diklat masih memerlukan anggaran sebesar Rp177.085.000.000,- yang antara lain akan digunakan untuk menyelesaikan pelatihan dasar CPNS , Diklat Prajabatan selama 3 bulan, penilaian buku atau Tatekik, pendidikan agama pada sekolah dan madrasah dan penelitian indeks kinerja utama Kementerian Agama yang terdiri dari Indeks Kerukunan Umat Beragama, Indeks Kesalehan Sosial, Indeks Kepuasan Layanan KUA, Indeks Kepuasan Layanan Jamaah Haji, Indeks Kepuasan Layanan Jaminan Perlindungan dan Pengawasan Produk Halal, Indeks Layanan Agama dan Indeks Integritas Siswa dan Pusat Kajian Manuskrip Nusantara dan yang terakhir adalah yang terkait

dengan Program Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal juga masih memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp78.394.853.600,- yang akan digunakan untuk menutupi kekurangan belanja pegawai, belanja operasional dan pemeliharaan kantor, belanja non operasional untuk kegiatan-kegiatan registrasi dan sertifikasi pengawasan dan pembinaan, kerja sama dan standarisasi halal serta pengadaan kendaraan roda dua termasuk pengadaan barcode dan pengadaan media manajemen. Bapak/Ibu sekalian, Bapak Ketua dan seluruh Anggota yang saya hormati. Demikianlah penjelasan yang dapat kami sampaikan terkait dengan RKAKL Kementerian Agama Tahun Anggaran 2019 ini tentu sekali lagi dengan harapan mendapatkan persetujuan dan dukungan dari seluruh Pimpinan dan Anggota Komisi VIII yang kami hormati. Demikian saya akhiri. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Menteri. Dari paparannya ada 12 item mohon dukungan penambahan anggaran dengan berbagai alasannya. Namun demikian yang diperlukan adalah bagaimana alasan yang paling pokok adalah peningkatan pelayanan terhadap umat pada sektor agama dan pendidikan. Nah itu kita perkuat dan juga ada mendahului pertanyaan-pertanyaan teman-teman mohon supaya yang mangkrak-mangkrak pembangunan itu supaya diatasi segera mungkin. Kedua, alasan yang paling pokok dari pengalihan pembangunan atau revitalisasi ke Menteri PUPR itu sesungguhnya alasan yang paling mendasar itu apa selain efisiensi dan lain sebagainya. Kita khawatir muncul distrust terhadap Menteri Agama terkait dengan persoalan-persoalan fisik dan oleh karena itu, perlu penjelasan lebih mendalam. Di meja Pimpinan sudah ada beberapa penanya. Ini ahli-ahli anggaran. Pertama, Anggota yang terhormat Pak H. Ahmad Mustaqim. Siap-siap Pak H. Syamsu Niang, siap-siap Khatibul Umam. Ini pakar semua ini. Silakan Pak Mustaqim. F-PPP (ACHMAD MUSTAQIM, SP, MM): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih Pimpinan dan Rekan-rekan Komisi VIII. Selamat datang Pak Menteri beserta seluruh jajarannya, Ini bandel, saya daftar tadi sudah agak belakangan, didahului ini sama Pimpinan. Baik Pak. Terima kasih. Ada beberapa hal yang saya kepengen sampaikan karena secara simultan hari ini juga sedang melakukan pemaparan Menteri Keuangan di Banggar dan saya

sudah coba mengambil materi karena belum bisa ikut disana. Ada 1 hal yang terpenting menggarisbawahi saya terkait dengan catatan Bapak terkait dengan usulan tambahan yang kurang lebih 5 koma T. Kalau dilihat dari pemaparan Pak Menteri bahwa itu bunyinya telah ada trilateral meeting, seharusnya ini akan lebih mudah untuk didorong kalau memang itu sudah sampai pada taraf trilateral. Nanti kita bisa komunikasikan apakah bentul telah sampai terkomunikasi trilateral meeting karena itulah sesungguhnya paling mudah untuk coba kita dorong. Hanya terkait dengan tambahan ini saya secara pribadi juga tentunya ikut mempertanyakan lebih lanjut karena misalnya bahwa terkait dengan tabel yang berkaitan dengan pengurangan dari baku indikatif menjadi baku anggaran yang turun hampir 1 trilyun, pertanyaan mendasarnya itu kan kebetulan pos-nya ada di Pendis. Jadi pertanyaan mendasar sesungguhnya pos apa nih, apakah pos utang yang dipotong itukan atau pos mana nih karena kalau pos utang maka sebetulnya ke wilayah seperti tahun lalu sehingga tarik menarik lagi untuk mencoba mengeliminasi utang negara yang berlebihan, karena apa? Karena ini juga muncul lagi pada posisi di Pendis di permintaan sesuai dengan tabel yang terakhir berkaitan dengan tambahan 5,3. Itu satu. Yang kedua, terus terang kalau dilihat dari tambahan yang diusulkan ada kurang lebih 11, 12 item maka belum tentu seluruhnya menurut saya itu logis. Oleh karena itu, nanti saya juga akan melihat seberapa jauh Pak ini konektitas dengan Komisi VIII. Kalau koneksitas dengan Komisi VIII sebetulnya tidak terlalu tajam maka terkait contoh misalnya, misalnya kita selama ini Pendis tahu banyak sekali program beasiswa bidik misi, rasa-rasanya 4 tahun ini belum pernah, jangankan Anggota biasa mungkin Pak, belum pernah rasanya kita dihadirkan untuk secara simbolik itu menyerahkan itukan sebagai contoh. Jadi amunisi-amunisi seperti ini yang tidak ada korelasinya juga menjadi beban tersendiri untuk coba ikut mendorong. Itu contoh-contoh kecil. Yang kedua, contoh lagi tambahannya yang juga menjadi berat misalnya kebetulan ini badan baru penjamin produk halal, ada usulan tambahan 79 milyar, sementara anggaran tahun ini yang sudah cukup besar pun kita bahkan masih belum tahu, tidak tahu kalau Pimpinan tapi saya rasa kita belum tahu seberapa jauh progress untuk 1 tahun dengan kurang lebih 100 sekian milyar yang berjalan kan begitu. Itu yang kedua. Yang ketiga, saya mau menyoroti berkaitan dengan sumber dana karena kita tahu bahwa sumber dana itu 90% itu adalah RM tetapi yang akan saya soroti sebetulnya adalah yang hubungannya dengan SBSN. Sebagaimana kemarin Komisi VIII telah memutuskan bahwa SBSN itu masuk kepada Panja SBSN yang sudah diputuskan internal dan seperti sudah disampaikan kemarin di rapat internal bahwa tahun ini ada 2,7T SBSN, tahun ini saja 2,7 untuk 2019. Oleh karena itu, saya juga agak sedikit miris ini Pimpinan. Sekali lagi saya juga tidak tahu apakah Pimpinan menyampaikan di rapat internal atau tidak, tetapi yang jelas biasanya contoh 2018 kita hanya 1 kali menerima reporting terkait dengan objek-objek penerima titik SBSN dengan alokasi anggarannya sehingga pada kunjungan spesifik atau kunjungan reses itu bisa menjadi bagian dan oleh karena itu, maka usulan Panja SBSN yang sudah disetujui menjadi hal yang sangat substantive sekali dengan angka yang kurang lebih sudah mencapai hampir 6 trilyun totalnya. Ini yang kedua. Oleh karena itu, sumber dana SBSN ini meskipun besaran gelondongannya itu masuk wilayah Komisi XI tetapi karena obyek yang ada di wilayah Komisi VIII maka tetap menurut pendapat saya Pimpinan Komisi VIII mempunyai diskresi untuk

merekomendasikan seberapa jauh hasil Panja nanti itu untuk efektivitas maupun kemanfaatan dan seterusnya, apalagi 2 tahun terakhir ini SBSN sudah mulai melebar sesuai dengan harapan kita sesungguhnya di satu sisi yaitu selain Pendis juga Bimas Islam maupun PHU. Kemudian yang keempat, ini salah satu apresiasi saya secara jujur ini Pak Menteri bahwa seiring dengan 2018 pada saat pemaparan tentang anggaran yang diajukan 2018 ada 1 yang saya perlu harus apresiasi secara jujur yaitu tabel terakhir terkait dengan muatan proporsi antara alokasi pusat dan daerah yang tahun lalu sangat bias dan dibuktikan oleh si Komisi VIII mengundang seluruh kanwil ternyata hampir 100% itu jawabannya antara barat dan timur antara Kemenag dan Kanwil. Oleh karena itu, ini apresiasi saya secara jujur ini sudah sangat logis karena komposisi pusat itu sudah ada di 27,52%, komposisi daerah ada di 72,48%, seharusnya dengan komposisi yang sudah sangat lebih logis, sangat lebih obyektif ini mudah-mudahan bisa menjadi sebuah komitmen yang bagus untuk bisa seberapa jauh Rekan-rekan Komisi VIII selaku mitra utama Kemenag itu bisa ikut terlibat di dalam alokasi anggaran secara obyektif. Yang terakhir, terkait dengan hubungan yang FKUB ini Pak. Karena kita tahu bahwa tahun ini adalah tahun politik, sesungguhnya saya sedih kalau melihat FKUB malah ada nilai yang kecil bahkan di dalam usulan tambahan yang cuman 27 milyar saja kesusahan, apakah ini tidak lebih baik ini Pimpinan izin saya. Kalau perlu kita mencoba melakukan di pendalaman nanti mana yang mungkin bisa dilakukan pergeseran seandainya di tingkat banggar ini tidak bisa karena anggarannya kecil Pak, minta di Banggar juga malu kan itu. Oleh karena itu, jangan-jangan ini bisa dilakukan pergeseran sebagaimana nanti di pendalaman Pak. Itu pesan saya begitu. Yang pesan terkait karena dengan hubungannya dengan posisi anggaran karena selalu rapatnya dilakukan simultan ini terkadang kesusahan Pak. Kalau Tim Banggar Komisi juga tidak ada komunikasi intesif dengan mitra, maka ini kadang kesusahan Pak. Ini selalu simultan Pak, jamnya sama, hari sama begitu, pintar-pintar menganalisa saja. Itu Pak masukan dari saya. Terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Anggaran FKUB 27, usulan tambahan padahal persoalannya sangat besar, perlu direspon kira-kira begitulah dan itu keluh kesah di daerah-daerah juga menyangkut FKUB banyak sekali. Lanjut kepada Anggota yang terhormat H. Samsu Niang. Hari ini pakai peci, kita panggil Pak Haji. F-PDIP (Drs. SAMSU NIANG, M.Pd): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Yang saya hormati Ketua Komisi beserta Pimpinan; Yang saya hormati Anggota Komisi VIII;

Yang saya hormati Pak Menteri beserta seluruh jajarannya. Pertama, saya apresiasi dulu pelaksanaan jamaah haji untuk tahun ini cukup bagus walaupun saya tidak ke tanah suci tapi saya melihat di televisi begitu. Artinya apa? Pak Menteri sudah pulang, berarti sudah aman dan terkendali disana begitu kan begitu ceritanya. Itu yang pertama. Kemudian yang kedua, saya mungkin tadi tidak masuk kepada substansi karena Pak Mustaqim sudah membaca anggarannya secara detail, saya cuman mau melihat ini Pak Menteri kan kita sudah 4 tahun dan bagaimana Kementerian Agama itu mengawal nawacita daripada Presiden kita. Saya ingin mendapatkan gambaran tentang outcome-nya ini secara keseluruhan baik dari Bimas Islam, ini dari kerukunan beragama dan lain sebagainya. Kami mau melihat apa sih yang dihasilkan selama 4 tahun itu terhadap anggaran-anggaran per Dirjen dan lain sebagainya supaya kita bisa mendapatkan gambaran bahwa ini Tahun Politik, ini Kementerian Agama itu apa sih yang dihasilkan, misalnya anggarannya, kerukunan umat beragama, apa yang dihasilkan disitu selama 4 tahun begitu. Itu yang kita mau tahu, mungkin nanti di pendalaman nanti kita bisa gambarkan itu tetapi intinya itu dari item-itemnya kegiatannya Pak Menteri ini minimal dari Fraksi PDI Perjuangan menginginkan hal yang seperti itu supaya ada gambaran dari haji itu apa sih yang dihasilkan selama 4 tahun, anggaran yang begitu besar, ini Pendis anggaran begitu besar, apa yang dihasilkan dari itu? Ini gambarannya itu yang kita mau dapatkan karena kalau anggaran saya kira sudah tiap tahun seperti itu, kemarin pagu indikatifnya itu sekarang menurun, jadi saya tidak masuk ke substansi itu, saya mau tahu apa sih yang dicapai dari 4 tahun dan setelah itu kita bisa gambarkan bahwa Kementerian Agama setelah Pak Lukman Hakim itu baru 4 tahun ini yang dihasilkan dari sisi pendidikan, dari Bimas Islam, Kristen, Hindu, Budha sudah ada kejelasan yang bisa kita dapatkan dan itulah yang merupakan harapan dari kami khususnya dari Fraksi PDI Perjuangan supaya saya bisa menjelaskan kepada Sodik nanti. Pak Sodik kalau misalnya di lapangan, Pak Sodik tanya itu tentang Kementerian saya bisa jawab dari Fraksi PDI Perjuanga, ini loh yang dilakukan oleh Kementerian Agama Pak Sodik seperti itu dan itu yang saya ingin dapatkan Pak. Saya kira itu yang ingin saya sampaikan kepada kita. Sekian. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam. Ini buat bahan kampanye Pak Menteri ada isu. Maksudnya, buat matrik program dan anggaran dan realisasinya tingkat keberhasilan seperti apa begitu ya. Luar biasa bahan kampanye sudah. Lanjut Kyai Khotibul Umam Wiranu. Siap-siap Pak H. Bisri Romli. F-PG (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Saudara Menteri Agama dan seluruh Direktorat Jenderal dan Para Kepala Biro dan yang hadir semua yang saya hormati;

Saudara Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI yang saya cintai. Pertama-tama, saya kepengen Pak Menteri buka halaman 28 tentang yang sudah disinggung oleh teman-teman soal SBSN. Pada halaman 28 ini ada paparan mengenai pagu anggaran yang bersumber dari SBSN 2,7 trilyun dan meningkat 454,8 milyar dari pagu indikatif 2019. Nah beberapa hal yang saya tanyakan terkait dengan angka 454,837 dan seterusnya itu, inikan kalau kita pakai hitung-hitungan untung rugi, sebenarnya ini rugi kita APBN Kemenag terambil sejumlah 454 milyar sekian karena kegagalan SBSN di beberapa tempat. Inikan akibat dari itu. Misalnya, ketika kita kunjungan ke Mataram kan dilaporkan Teman-teman UIN disana. Kami yang tadinya dapat SBSN dibatalkan, kami sudah mengadakan kontrak atau istilahnya departemen itu melakukan ya kontrak dengan Pengusaha tapi dibatalkan oleh IDB. Kita tidak tahu apakah kegagalan SBSN untuk Mataram misalnya maupun UIN atau PT KIN yang lain kita tidak tahu masalahnya tapi kemudian implikasinnya Menteri Keuangan mengambil alih kan, dengan mengambil alih kegagalan SBSN kemudian dibarter atau diambilah APBN yang menjadi haknya Kemenag mestinya, itu yang saya maksud ada kerugian disitu. 458 milyar banyak sekali menurut saya karena dari beberapa Dirjen saja masih, usulan Pak Menteri ini masih banyak yang harus ditambah. Nah kita kepengen tahu berapa data PT KIN yang gagal menerima SBSN yang kemudian diambil oleh Kementerian Keuangan dan lalu dialihkan menjadi uang dalam negeri, dalam arti APBN kita begitu karena SBSN kan sudah pasti itu biasanya diambil dari dana haji, sukub atau syariah itu, nah setelah diketahui batal yang pinjaman luar negeri kan otomatis mau tidak mau diambil yang dari dalam negeri begitu atau yang kedua jangan-jangan memang ada miss management di dalam SBSN ini sehingga teman-teman bersepakat untuk membikin Panja SBSN, tapi saya kira Pak Menteri harus memberikan klarifikasi soal ini. Kemudian ada dampak lain ya setiap pinjaman luar negeri itukan selalu kita kalau orang anggaran pasti tahu selalu kita taruh dana pendamping dari APBN. Nah kegagalan inikan juga bagian dari kerugian APBN kita begitu. Itu saya kira perlu penjelasan kita karena yang seharusnya untuk infrasktruktur kita misalnya sarana prasarana madrasah atau pesantren atau Bimas Islam yang bantunya masjid cuman sedikit sekali kan begitu, tapi lumayan sudah mau membantu Bimas Islam, tapi karena uangnya sedikit katanya, makanya kita bisa bantu sedikit kata Pak Dirjen atau di Pendis misalnya kan begitu. Nah inikan sebenarnya kalau kita bicara untung rugi, kita rugi Pak Menteri, Pagu untuk Kemenag keambil gara-gara pinjaman luar negerinya gagal. Nah ini problem menurut saya sehingga saya kira memang harus ada, tentu nanti di Panja akan lebih detail Panja SBSN, tetapi secara umum kita ingin tahu begitu dimana kampus-kampus yang gagal ini dapat pinjaman luar negeri sehingga beralih menjadi SBSN kemudian kenapa masalahnya, sehingga kita bisa mengantisipasi supaya kenaikan pagu kita itu menjadi, kita itu maksudnya Kementerian Agama, menjadi reasonable untuk ditambah. Itu saya kira public akan, ini memang hal yang agak tertutup soal bantuan luar negeri ini, tetapi saya kira public pengamatan pemerintahan, pengamat anggaran saya kira paham betul apa yang menyebabkan itu terjadi, karena misalnya kegagalan tender di Mataram itu juga meskipun tidak diberitakan tetapi itukan mengganggu juga, mengganggu bukan soal hubungan debitur kepada kreditur, tetapi mengganggu suasana pendidikan di Mataram dan uang 454 milyar itukan kalau untuk membangun mandrasah-madrasah yang kena gempa di Mataram data yang kita peroleh hampir 200 madrasah yang rusak baik berat maupun ringan. Itu satu.

Yang kedua, hal-hal yang ringan saja ini. Saya karena dapat complain dari banyak pihak di kampung, ini edaran Pak Dirjen Bimas Islam, nah ini agak aneh memang, ya bisa juga dianggap lucu. Kita baca dengan teliti itu adalah dikeluarkan oleh Dirjen Bimas Islam Tahun 1978 kan begitu, keputusan nomor 101 tahunnya 1978 dan itu awal babak kedua orde baru sedang membangun yang itu pasti kita tahulah orde baru dalam hubungan dan melihat umat islam itu berbeda dengan Pemerintah pasca reformasi melihat umat islam. Tentu kontek sosial politik maupun sosial logis, antropologis bahkan urusan hubungan rakyat dan Pemerintah itu beda jauh antara Tahun 1978 dan 2018. Jadi 40 tahun yang lalu Pak Dirjen. Ini memang edaran, edaran sifatnya dia bukan aturan, dia bukan aturan, dia bisa dilakukan, dia bisa juga diabaikan tetapi sejauh yang saya tahu struktur masyarakat kita itu kalau ada pejabat yang bikin apapun namanya, entah edaran, entah aturan itu dianggap peraturan, pasti itu. Nah dan edaran Tahun 1978 ini itu memang di kalimat terakhir kan khusus untuk Ibukota Negara, Ibukota Provinsi, Kabupaten/Kota. Ya tentu ada desa-desa yang juga bisa menyesuaikan apa edaran 1978 itu. Nah sekarang kabupaten/kota ibukotanya, provinsi itu sudah berubah Pak Dirjen, sudah berubah itu, sosial masyarakat itu sudah berubah. Saya sih oke-oke saja dengan edaran ini, tetapi akan lebih baik kalau Departemen Agama sedikit sabar untuk mempertemukan stakeholder tentang ini untuk kemudian bikin aturan yang jauh lebih komprehensif, karena ini dampak sosialnya begini, ini di beberapa desa di Banyumas Cilacap antar Takmir Masjid ini berantem ini gara-gara edaran ini, tidak bisa kita menyalahkan speaker. Jadi antar takmir saja takmir yang masih menganggap syiar islam itu perlu, tidak peduli dengan edaran ini, oh tidak bisa kita harus toleran. Ini di desa, saya bilang Pak baca aturan ini, edaran ini, desa tidak berlaku Pak saya bilang, coba sampean baca di bagian akhir ini hanya untuk kota kabupaten, ibukota kabupaten, ibukota provinsi dan ibukota negara, tapi mereka tidak peduli, umpama inikan negara yang mengatur, ya okelah kayak begitu. Nah maksud saya agak lucu itu yang saya bilang tadi. Jadi satu aturan yang tidak memperdulikan kontek sosial politik itu pasti berimplikasi negative. Mungkin buat orang kota, buat saya sendiri ya, buat saya secara radikal kalau kita belajar tawsawuf, maka tidak perlu ada adzan karena adzan itu panggilan Allah untuk orang shalat, kalau dia punya kenyakinan bahwa shalat itu sesuatu yang penting, maka panggilan itu ada dalam hati. Kan begitu kalau menurut perspektif yang sufistik atau hakikat, tetapi inikan syariat terusannya, berarti pengaturannya. Saya jelaskan bahwa ini boleh dilaksanakan boleh tidak orang kampung tidak bisa menerima. Ini edaran Kementerian Agama resmi, saya tidak bisa bantah. Nah belum lagi implikasi yang lain tapi saya tidak mempersoalkan ini edaran, mempersoalkan kontek edaran ini diberlakukan hari ini, itu yang saya persoalkan. Saya kira bisa merev, bukan merevisi, ini edaran konteknya beda, represi orde baru periode kedua 1978 itu saya anggap periode kedua, memang sudah mulai ada bibit-bibit orde baru dengan Islam mulai berkompromi 1978 itu tetapi masih banyak kegiatan-kegiatan umat Islam yang dibatasi dan direpresi. Itu konteknya. 77 masih meledak di Jakarta, Partainya Pak Lukman masih banyak korban ketika kampanye di Lapangan Banteng. Itu jadi masih kuat sekali itu nuansa politik, tekanan politik orde baru kepada umat Islam, hari ini sudah bebas Pak Dirjen. Saya ke Dirjen karena yang tanda tangan kan Dirjen, Pak Muhammad Diah Amin, tak pikir dulu orang Muhammadiyah, ternyata hanya nama. Makanya saya tidak terlalu keras kritiknya, cuman memperingati saja. Itu Pak Dirjen.

Mudah-mudahan nanti ada edaran yang jauh lebih sophisticates ya mempertimbangkan sosial politik dan sosial budaya. Kemudian yang terakhir balik lagi ke halaman soal pendidikan islam Pak, pendidikan islam kurang 3 trilyun menurut catatan terakhir ini, kegiatan prioritas yang masih memerlukan dukungan tambahan. Nah saya sebenarnya hampir mirip yang ditanyakan Pak Samsu Niang selaku the ruling party, penguasa hari ini, soal output dari pendidikan Islam ini, ini memang menjadi banyak pertanyaan dan selalu menghabiskan anggaran kalau ini pagu 47 trilyun ya ditambah 3 berarti 50 trilyun, memang tidak sebanding sama sekali dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang angkanya mencapai 430 trilyun baik untuk pusat maupun daerah, sekitar 430 trilyun ini 50 trilyunnya jadi cuman seper berapanya, memang tidak sebanding dan tidak adil lagi-lagi. Politik anggaran kita tidak terlalu adil memberikan posisi pendidikan islam dari pendidikan nasional tetapi dari situasi yang tidak adil ini mari kita lihat outputnya, nah yang sebenarnya yang kepengen saya tanyakan supaya bisa membantu Pak Dirjen juga, apa sih 40 sampai 50 trilyun setiap tahun pendidikan islam itu, outputnya memang belum pernah ada pengumuman secara resmi dari Pak Dirjen apalagi Pak Menteri begitu loh, ini loh hasil dari 4 tahun pendidikan islam kita. Nah mungkin di Panitia Anggaran akan kesulitan juga menaikan ketika kita sebenarnya dimana-mana ada problem dengan pendidikan islam, banyak madrasah berkualitas bahkan untuk yang tingkat internasional mendapatkan yang terbaik banyak tetapi secara umum pendidikan kita masih mungkin baik ya cuman informasi yang dapat kita peroleh itu yang belum cukup ada. Nah karena itu kalau Pak Dirjen bisa menyajikan outputnya dan dikasihkan kepada Komisi VIII untuk 4 tahun ini, saya kira, apalagi Pak Mustaqin yang di periode, yang di Badan Anggaran saya kira akan bisa membantu menaikan sekedar 3 trilyun saya kira terlalu sedikit. Nah memang harus ada keberanian politik di Panitian Anggaran untuk bukan mengatasnamakan Islam bukan, ini lagi sensitive ini politik identitas, ditambah lagi edaran Pak Dirjen itu sangat membikin sensitive begitu, sangat sensitive itu kalau Bapak belajar ilmu politik itu waduh saya tidak berani tanda tangan kalau saya Dirjen Pak, sensitive sekali edaran itu. Nah tetapi ini soal hak pendidikan warga negara, itukan tidak mengenal islam dan tidak islam, nah adalah hal yang tidak mungkin Pak Mustaqin membiarkan atau Badan Anggaran angkanya hanya 50 trilyun untuk seluruh Indonesia untuk pendidikan islam begitu dibanding pendidikan kebudayaan yang menganggarkan sekitar 430-an trilyun begitu loh. Nah itu saya kira perlu dibantu oleh Pak Dirjen, kasihlah kita output dari pendidikan islam selama 4 tahun ini yang Bapak merasa ini prestasi dari Kementerian Agama itu. Kemudian yang paling akhir, tadi terakhir tetapi ini yang paling akhir karena saya jarang bicara di Rapat Kerja karena sudah mau pensiun, jadi soft landing-lah. Kalau dulu agak galak, sekarang sudahlah, galak-galak kalau tidak didengari juga percuma itu, mending halus tapi didengari supaya agak lebih moderat saya pakai jenggot, pakai kumis pakai jenggot biar tidak dianggap moderat. Nah begini Pak Menteri ada beberapa pertanyaan dari Pondok Pesantren. Mungkin pertanyaannya kepada Pak Dirjen atau Pak Menteri. Nah kebutuhan sarana prasarana pondok pesantren itu berapa sih sebenarnya kalau dikalkulasikan seluruhnya yang terdata oleh Departemen Agama kemudian berapa persen yang bisa diberikan kepada mereka. Ini penting karena untuk melihat apakah betul pesantren itu mendapat perhatian semakin tahun semakin baik kita di Pemerintah atau tidak, atau jangan-jangan karena pesantren setiap hari menambah menjadi

kesulitan juga Departemen Agama memberikan kebutuhan mereka, sebagian dari kebutuhan mereka. Itu saya kira pertanyaan umum. Kemudian dari pertanyaan itu akan muncul kalkulasi pagunya sudah reasonable atau belum begitu jumlah prasarana sekian, kebutuhan sarana prasarana pesantren sekian dan baru dipenuhi sekian. Itu saja pertanyaan tambahan untuk Pak Menteri. Mohon maaf kalau terlalu panjang Pak Ketua. Wallahumma Fiq Illa Aquamitoriq, Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Kyai Umam ini biasanya agak panjang, hari ini agak pendek. Lanjut kepada Pak Haji Bisri Romli. Kami persilakan. F-PKB (Drs. H. BISRI ROMLY, MM): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Ketua dan Wakil Ketua Komisi VIII, Pak Menteri dan jajarannya yang kami hormati. Yang saya ingin hampir sama sebetulnya sama Mas Umam nomor 28, karena tadi sudah banyak pertanyaan, saya hanya ingin saja Perguruan Tinggi yang mana yang dialihpembiayaannya. Ini kami minta data yang rinci. Itu yang pertama. Yang kedua, inikan anggaran menjadi turun rupiah murni sebanyak 599 halaman 23, 127.227, ini juga yang turun itu yang mana Pak? Jangan-jangan impassing atau mungkin programnya Pak Muhammadiyah Amin, apakah mungkin programnya Pak Umar, saya hanya ingin rinciannya, yang turun mana itu saja. Mungkin itu saja Pak. Wong itu sudah banyak tadi Pak Mustaqin, pak ini sudah hampir sama barangkali itu saja. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam. Terima kasih Pak Haji Bisri. Lanjut Pak KH. Jafar Sodik. Kami persilakan. F-P.NASDEM (K.H. DJA'FAR SHODIQ, S.H.):

Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Menteri beserta jajaran yang saya hormati, Yang pertama adalah tentang Belanja Pegawai Operasional dan Belanja Non Operasional. Kalau belanja pegawai operasional ini kebanyakan adalah PNS, sedangkan belanja non operasional ini kebanyakan pegawai non PNS. Akan tetapi Bapak Menteri mengkategorikan ini adalah sangat penting yang non operasional ini padahal dia bukan non PNS, bahkan di akhir kata disebutkan ini adalah instrument utama pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan bidang agama dan pendidikan serta kegiatan prioritas Kementerian Agama lainnya. Tolong ini bisa dijelaskan nanti, karena bagi saya seharusnya PNS inilah yang menjadi tulang punggung dari Depag untuk menjadikan instrument utama di dalam suksesnya program Depag itu sendiri, ini kok malah menurut pandangan saya terbalik ini Pak. Yang kedua adalah tentang ada beberapa program yang dialihkan atau diambil oleh Kementerian PUPR. Saya kira ini bisa kita evaluasi bersama Pimpinan barangkali kita perlu juga mengundang PUPR kenapa, ada apa kan begitu Pak, karena kalau kita lihat di lapangan Pak mohon maaf Pak di daerah kami terpencil, memang program-program Depag ini yang mengatur PNS-PNS Depag itu sendiri, tidak ada orang lain, jadi jangan bicara pesantren, yang pegawai depag ini kesana, yang pegawai depag ini kesitu, ya habis disitu Pak, bantuan-bantuan Depag. Jadi kalau misalkan ada evaluasi seperti ini ya bagi saya wajar-wajar saja, tapi kan tidak harus begitu Pak, yang menerima ya ini-ini saja, itu-itu saja, rata-rata Pondok Pesantren Besar dan tiap tahun mereka dapat. Nah evaluasi-evaluasi seperti ini kan harus terjadi Pak. Jangan sampai yang pelosok-pelosok gurunya tidak punya, gajinya 100, 50 per bulan, mereka tidak tersentuh Pak. Nah kita akan mendukung ini, tapi kalau pelaksanaan di lapangan jauh dari harapan kita apalagi dengan kata-kata instrument utama dari Depag, saya kira itu bertolak belakang Pak, tidak sesuai dengan apa yang disampaikan disini. Saya kira itu pertanyaan saya. Nanti kita bisa pendalaman di item-item berikutnya, ini secara mendasar saja. Terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih Pak Jafar. Lanjut Pak H. Choirul Muna. F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan, Wakil Ketua, Anggota Komisi VIII yang terhormat, Bapak Menteri beserta jajarannya yang hadir di tempat ini semua. Saya ingin melanjutkan saja dari rekan saya Bapak KH. Jafar yang baru masuk di Komisi VIII ini rekan kami dari Fraksi Partai Nasdem. Oh Kyai Hasan ini sudah dulu, lebih senior dari saya. Bapak Menteri yang kami hormati, Sebelum saya bicara lebih lanjut, saya mengapresiasi atas kinerja Kementerian Agama tentang Haji Tahun 2018 yang begitu luar biasa dan saya betul-betul melihat bahwa pelaksanaan haji yang tahun ini lebih bagus dan lebih banyak orang yang puas dengan kondisi haji dan disitu saya melihat mulai dari Jarwal, Jarwal Taisir sampai yang namanya disisah itu rata-rata semua maktab ada yang namanya kamar baraqah. Jadi setiap orang yang tahalul salip itu masuk ke kamar baraqah itu. Ya ini bersama Ketua saya mengikuti. Para hadirin yang kami hormati, Saya hanya ingin meneruskan dari Pak Jafar tadi yang berhubungan dengan revisi Undang-Undang ASN yang tidak berpihak pada guru bukan PNS yang mengajar di Madrasah. Kami sangat prihatin betul dengan persoalan ini, mohon untuk diperjuangkan Pak Menteri, ini ada suatu hal yang mestinya bisa kita ekspansi disana yang berhubungan dengan ASN sekarang ini, karena revisi Undang-Undang ASN ini baru berjalan. Nah kemudian juga, karena waktu kita bersama-sama Raker Bersama Komisi VIII, Komisi IV, Komisi IX, Komisi XI, semuanya yang bermuara pada K2, sementara kalau namanya Guru Madrasah ini disini tidak ikut disitu. Oleh karenanya, saya mohon untuk perjuangan betul Pak Menteri yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan guru yang ada di Madrasah, apalagi yang berhubungan dengan guru agama yang ada di Kemendikbud. Jadi sangat nangis-nangis beberapa kali di tempat saya bagaimana ini bisa diperjuangkan hal yang berhubungan dengan AKPA ini Asosiasi Guru, apa itu Guru Agama yang ada di Sekolahan Umum baik itu agama islam, agama khatolik, hindu budha semuanya nangis itu karena tidak ada setelah PNS ini sudah purna kemudian tidak ada penggantinya lagi dan disitu adalah vakum dengan masalah yang berhubungan dengan keagamaan padahal yang namanya pembangunan manusia yang berbudi luhur adalah lewat keagamaan-keagamaan yang ada. Oleh karenanya sangat kami membutuhkan bantuan perjuangan Pak Menteri yang berhubungan dengan masalah ASN ke depan dengan revisi Undang-Undang itu. Terima kasih. Itu saja Pak Menteri terlalu lama nanti. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam.

Tumben pendek hari ini. Lanjut ke Ibu Hj. Dwi Astuti. Hari ini ada perubahan, pulang haji adalah harus ada perubahan. F-PD (DWI ASTUTI WULANDARI): Alhamdulillah. Jadi ini warga baru Komisi VIII, istiqomah. Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih Bapak Pimpinan. Yang terhormat Pak Menteri beserta Bapak-bapak Dirjen yang hadir pada hari ini, Saya Dwi Astuti Wulandari, Fraksi Partai Demokrat dari Dapil DKI I Jakarta Timur. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Yang pertama, pada tahun ini Kemenag mendapatkan anggaran yang luar biasa ya 63 trilyun Insya Allah terutama pendidikan islam di tengah suasana Indonesia yang sedang lesu perekonomian inikan luar biasa sekali. Saya ingin penjelasan yang lebih mendalam lagi dimana perubahan yang signifikan dari yang tahun lalu sehingga mempunyai inovasi-inovasi dar Kemenag ini. Kemudian yang kedua, kami ingin mengetahui terkait program pembangunan ibadah hingga saat ini, bagaimana teknis pelaksanaannya sampai ke tingkat kabupaten, kotamadya, atau kecamatan atau kelurahan karena sosialisasi terkait hal tersebut belum pernah sampai ke dapil kami di Jakarta Timur Pak Menteri, kami ingin agar program di bidang keagamaan dapat bisa lebih optimal. Jangan sampai yang dipikirkan adalah daerah-daerah yang tertinggal sehingga daerah-daerah perkotaan seperti Jakarta Timur yang notabene juga memberikan support pajak yang banyak untuk negara ini tetapi tidak diperhatikan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara sehingga ini yang saya alami keluhan-keluhan dari masyarakat Jakarta Timur banyak sekali program-program yang tidak sampai kepada mereka. Kemudian yang ketiga, kami juga ingin program beasiswa untuk madrasah ya tentunya ya seperti yang ada di PIP, Kemendikbud bisa lebih ditingkatkan lagi dan tolong juga untuk perkotaan, Jakarta Timur banyak madrasah juga loh Pak, tadi banyak yang tanya sama saya memang Madrasah di Jakarta Timur jelek-jelek ya, perlu bantuan, saya rasa semua perlu bantuan karena keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia artinya juga yang ada di perkotaan juga perlu diperhatikan.

Kemudian yang keempat, banyak masukan, banyak kelurahan dari masyarakat berkaitan dengan realisasi program Kemenag di Masyarakat, masyarakat yang mengajukan program baik secara langsung ataupun melalui aspirasi kami sebagai Anggota DPR RI namun banyak yang tidak terealisasikan dari awal kami berada di Komisi VIII dari Tahun 2014 ini banyak hal yang tidak bisa dirasakah oleh masyarakat. Saya rasa tidak hanya di dapil DKI Jakarta Timur ya tetapi dapil-dapil lain juga merasakan hal yang sama. Mohon agar kiranya tahun ini

dan di awal-awal tahun depan bisa banyak program-program yang disampaikan kepada masyarakat. Syukur-syukur melalui Anggota DPR juga Pak supaya mereka juga paham bahwa kami bekerja tidak hanya rapat-rapat saja, mereka tahunya apa sih kerjaan Anggota DPR hanya rapat, padahal sebenarnya kami membawa aspirasi untuk masyarakat.

Kemudian Pak Menteri saya ada sedikit titipan aspirasi dari rekan-rekan kami di dapil Bali, bahwa kejadian bencana, gempa kemarin di Lombok juga berdampak kepada Bali. Jadi banyak juga ternyata Pura-Pura tempat ibadah terkena imbas daripada bencana. Soal ini dapil ini ya, dapil tetangga ini. Apakah ini juga bisa mendapat bantuan dari Bimas Hindu, bagaimana? Inikan juga ada anggarannya dari Bimas Hindu. Mohon itu penjelasannya.

Kemudian juga untuk pendidikan dasar dan menengah umat hindu, anggarannya masih sangat kecil terutama ini disini saya di-WA langsung dari teman saya pendidikan pesraman. Kalau di Muslim ini pesantren. Jadi seperti pesantrennya umat hidup itu belum banyak mendapatkan perhatian daripada Kemenag RI. Mohon kiranya Pak Menteri bisa memberikan perhatian khusus apalagi rekan-rekan kita di wilayah Bali dan NTB banyak sekarang mendapat musibah-musibah yang tentu saja tidak diinginkan.

Mungkin cukup sekian Pimpinan. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Tadi ada kata kunci dari Mbak Dwi Pak Menteri, programnya untuk Dapil sebelum April, awal tahun sebelum April, itu maksudnya Kampanye itu, awal tahun ya-ya, agak soft ya, awal tahun Pak ya. Bu Henny kami persilakan. F-PG (Dra. WENNY HARYANTO, SH): Terima kasih Pimpinan. Yang saya hormat Ketua Komisi VIII dan Para Pimpinan; Yang saya hormati Menteri Agama dan seluruh jajaran; Yang saya hormati Rekan-rekan Anggota Komisi VIII, Bapak-bapak/Ibu-ibu; dan Para Hadirin sekalian. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Om swastiastu. Saya mengapresiasi Pak Menteri ini yang habis kerja keras di Saudi di urusan haji tapi sudah memerlukan kembali, kloter pertama kapan Pak? Masih tanggal 25. Mudah-mudahan semuanya lancar dan saya langsung saja terkait dengan RKAKL.

Yang pertama, saya ingin tanyakan apakah rencana kerja dan anggaran Kementerian dan Lembaga 2019 yang dipresentasikan ini telah berdasarkan aspirasi daerah? Bagaimana penyerapan anggaran tersebut ke dapil-dapilnya. Dan yang kedua, pada RKAKL Tahun lalu 2017, banyak permasalahan mengenai pembangunan KUA. Bagaimana kemajuan tahun ini, progressnya bagaimana Pak? Mohon dilaporkan. Kemudian yang ketiga, pada RKAKL tahun lalu terdapat permasalahan mengenai kekurangan guru agama. Terus terang saya sudah bertemu dengan Kepala Kantor di Kementerian Agama di Kota Depok, ini terkait dengan kekurangan guru agama katholik dan protestan. Yang ada sekarang itu adalah tinggal yang masa pensiun. Jadi begitu ini masuk pensiun maka akan terjadi kekosongan guru agama khatolik dan protestan di Kota Depok. Jadi tolong ini menjadi perhatian karena katanya sudah dilaporkan tapi belum mendapatkan ini, belum mendapatkan respon dari pusat. Nah ini tolong dicarikan jalan keluarnya supaya kekosongan guru agama khatolik dan protestan di Kota Depok itu dapat segera teratasi. Yang keempat, terkait dengan permasalahan pembangunan dan pembinaan pesantren-pesantren yang belum terkoordinasi dengan baik. Apakah sudah mulai teratasi, bagaimana dengan pembangunan dan pembinaan pondok-pondok pesantren tersebut. Mohon laporannya. Dan yang terakhir, bagaimana perkembangan dan pembinaan pengelolaan zakat dan wakaf yang di tahun lalu masih kurang maksimal. Mohon juga laporannya, langkah-langkah strategis apa yang telah diambil. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pak Menteri, Bu Wenny ini Dapilnya Depok sama Bekasi. Maksudnya, Pak Menteri hari ini Beliau sangat ramah dengan Pak Menteri supaya saling, berbagi peran. Loh masa doanya Pak Menteri Agama jadi lagi Menteri. Ini luar biasa ya, oh saling mendoakanlah yang baik-baik itu. Pak, Lanjut Pak H. Hasan Aminudin, oh masih di luar. Lanjut Ibu Endang Maria Astuti. F-PG (Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Sg, SH): Terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Rekan-rekan Pimpinan dan Rekan-rekan Komisi VIII yang saya cintai; Pak Menteri beserta seluruh jajarannya.

Saya hanya akan menambahkan saja nih Pak Menteri karena sudah banyak hal yang sudah ditanyakan oleh rekan-rekan di depan mengenai persoalan guru itu saya kira kan semua tidak hanya aktivitas protestan saja yang mengalami kekurangan guru, bahkan karena prosentase guru agama itu sebetulnya juga jauh lebih banyak kurangnya sehingga kebutuhan guru dengan kapasitas yang ada memang sudah sangat tidak memadai. Jadi itu memang perlu menjadi prioritas pemikiran tersendiri saya kira untuk Pak Dirjen Pendidikan Islam dan juga dengan Dirjen Bimas-Bimas yang lain saya kira. Kemudian mengenai persoalan guru agama apapun yang berada di sekolah umum. Kebanyakan mereka mengeluhkan persoalan kenapa kita ini susah sekali mengakses untuk percepatan administasi guru-guru agama yang disekolah umum cepat, tetapi guru-guru agama yang ada di sekolah agama itu mungkin langsung dengan Kementerian Agama. Kalau mengenai sertifikasi, mengenai apa-apa, di sekolah umum itu info akan lebih cepat tetapi mengenai guru agama ini ternyata tidak.

Kemudian untuk guru-guru agama bahkan kita guru agama apa saja kita sedih sebetulnya ketika para guru-guru ini meminta bahwa kenapa kita tidak diserahkan saja ke Kementerian Pendidikan. Saya bilang kalau guru agama diserahkan kepada Kementerian Pendidikan, ini tujuan pembinaannya tidak akan dapat tetapi tujuan pembelajarannya dapat, padahal tujuan utama untuk revolusi mental ataukah tujuan utama pembentukan karakter terutama adalah pada pendidikan agama. Nah harapannya bagaimana konsep dari Kementerian Agama ke depan berpikir bahwa guru-guru agama ini akan dibawa kemana, apakah akan tetap dibina oleh Kementerian Agama melalui Dirjen Pendidikan Agama atau memang akan dilepas saja pembinaannya, sehingga ya menjadi bebas seperti pendidikan yang lain. Ini menjadi sangat penting sekali saya kira Pak Dirjen dan Pak Menteri karena menurut pribadi saya yang namanya pendidikan agama itu harus connect, guru agama ya harus mendapat pembinaan 1 visi pembinaannya ya di Kementerian Agama tetapi kalau seperti ini kondisnya mereka kurang mendapatkan perhatian, maka tidak mungkin tidak kalau mereka itu akhirnya minta dilepas sehingga siapa yang lebih mudah menerima kondisi mereka. Nah ini yang perlu menjadi perhatian tersendiri saya kira bagi Kementerian Agama.

Kemudian banyak sekali melihat kondisi seperti ini bukan sekedar persoalan adzan. Jadi persoalan yang ada di di masyarakat itu tidak akan pernah lepas bersinggungan dengan persoalan agama. Saya kira banyak program dari Kementerian Agama ini yang sebetulnya bisa dishare dengan DPR untuk terjun bersama memberikan sosialisasi, banyak sekali sebetulnya sehingga masyarakat itu juga akan mengerti tapi saya tidak tahu banyak sekali program yang saya lihat tetapi kenapa itu tidak bisa disharingkan bersama DPR, terjun bersama-sama sehingga ada balancing-nya ketika kita berdialog juga dengan masyarakat.

Jadi mengurangi kesenjangan orang itu sudah miskin penanganan fakir miskin itu kan tidak hanya oleh Kementerian Agama, tetapi dengan Kementerian yang lain. Nah bagaimana orang yang miskin itu tidak menjadi fakir dan tidak menjadi, agama tidak menjadi penting menurut mereka karena kemiskinan. Inikan perlu keseimbangan diantara itu. Nah diantaranya adalah banyak program yang di Kementerian Agama apakah itu Baznas dan sebagainya yang juga bisa disosialisasikan. Jadi nampaknya sepele tetapi menjadi sangat penting saya kira. Jadi bagaimana Kementerian Agama mampu untuk merealisasi ini dalam waktu dekat dan sekaligus saya kira ini bisa juga meringankan, kita jauh lebih dekat juga

Pak Pimpinan, Ketua Komisi bisa jauh lebih dekat sehingga persoalan ini tidak akan menjadi persoalan konflik sosial hanya persoalan hoax nantinya. Jadi ini yang saya kira perlu diinisiasi oleh DPR di Komisi VIII maupun dari Kementerian Agama, karena ini pasti akan bisa menyangkut ke masalah keamanan nasional, hanya dari persoalan yang sangat sepele sekali.

Jadi prioritas kegiatannya saja saya lihat disini ada 25 item yang mungkin hanya 5 kegiatan saja bisa untuk mengurangi, meminimalisir segala persoalan kebangsaan yang sangat ini sedang carut marut saya kira Pimpinan seperti itu.

Kemudian mengenai penurunan pagu anggaran Kementerian Agama. Ini sebetulnya sangat menyedihkan sekali, karena pasti akan berimplikasi kepada pendidikan. Tadi sudah disebut oleh Pak Umam, bahwa sebetulnya di pendidikan di Kementerian Agama ini bukan besar, hanya nampak besar dibandingkan dengan Kementerian Pendidikan. Nah bagaimana upaya yang harus dilakukan agar supaya pendidikan mulai RA sampai Diniyah sampai Madrasah atau Perguruan Tinggi dan juga Pondok Pesantren itu serasa diayomi oleh Kementerian Agama karena kecukupan anggaran, kalau sampai saat ini saja di luar pemerintah mereka kan sudah mulai membantu Pemerintah sebetulnya, why not anggaran itu kok tidak bisa mereka dapat begitu dan itu prosentasenya hanya sangat kecil sekali. Jadi saya justru berharap bagaimana upaya dorongan Komisi VIII bersama dengan Pak Menteri apa yang harus dilakukan agar supaya mereka pun mendapatkan bantuan itu sehingga mereka akan jauh lebih baik untuk membina apakah pondoknya, apakah MI-nya, apakah RA-nya.

Saya kira itu Pak Pimpinan. Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Endang Maria. Lanjut kepada Pak KH. Hasan Aminuddin. Kami persilakan. F-P.NASDEM (Drs. H. HASAN AMINUDDIN, M.Si.): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Hasan Aminuddin, Dapil II Jawa Timur, Fraksi Partai Nasdem, istiqomah Pak Menteri, karena di Mekah saya ditanya Pak Hasan pindah Komisi mana, VIII, istiqomah. Yang terhormat Bapak Menteri Agama, Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VIII, Hadirin sekalian yang berbahagia. Yang pertama, mengapresiasi pelaksanaan dan sedang pemulangan jamaah haji 2018 sudah cukup baik karena mengkanalkan seluruh aspirasi wakil rakyat Komisi VIII sehingga inovasi yang dilakukan Pak Menteri Agama sudah cukup maksimal kekurangan milik manusia, karena yang dilayani ratusan ribu Pak Siddiq termasuk catering cukup bagus, seleranya selera Asia. Itu mayoritas, cuman, ya kekurangan wajarlah manusia bukan malaikat, bukan membela Pak Menteri dan

Kementerian Agama. MCK Mina, jadikan ini sebuah pekerjaan besar 2018 bukan hanya regular plus pun mengalami nasib yang sama MCK-nya di, karena Mabid saya numpang di plus Pak. Saya dijadikan mutawolf oleh Pak Ketua Komisi dan mutawifnya orang 15, buntutnya banyak, di satu-satu dua itu walaupun milik maktur, alisan, dan lain-lain itu cukup bagus, yang 115, itu dari 500 orang MCK-nya hanya 15 atau 10 MCK perempuan dan laki-laki, itu antriannya cukup panjang khususnya banyak menyakitkan kepada Lansia. Itu hal untuk 2019, nilainya sudah 90 menurut kami selaku Anggota DPR RI. Menarik dari 23 kegiatan prioritas kementerian agama 2019 yang saya baca ini halaman 18, saya ingin memberikan saran dan pendapat Pak, ini bukan dari tataran akademis namun ini persoalan rakyat yang sebenarnya. Yang pertama, saya sangat setuju peningkatan sanitasi dan kesehatan Pondok Pesantren, pembangunan rehab inikan sudah klasik Pak semenjak Indonesia merdeka hingga hari ini bantuan itu-itu saja nomenklaturnya. Saya ingin inovasi Pak Menteri dan segenap keluarga besar Kementerian Agama. Ada 1 hal yang belum pernah dilakukan ini, perbaikan gizi. Jadi jangan monoton kepada pembangunan infrastruktur, non infrastruktur ini penting. Jadi ada keseimbangan bagaimana anak pesantren cerdas kalau tiap hari makan terong kecuali Ustad Nur Choliz lah di Tebu Ireng. Coba sekaligus ini manfaatnya akan berdampak kepada petani, begitu indahnya petani ternak, tatkala pesantren itu membeli hasil susu ternak. Ini mohon dengan hormat saya tidak akan mengurangi malah tambahlah, membagi, ada keseimbangan, pembangunan infrastruktur dan non infrastruktur gizi hari ini penting. Apa yang saya lontarkan saya mengamalkan Pak, ada pesantren di kampung saya itu setiap hari Senin dan Jumat itu diberi susu murni. Yang kedua, diberi vitamin. Beda Pak dengan Pesantren tetangganya yang tanpa melakukan hal yang akan, yang saya sampaikan itu. Petani pun menyampaikan terima kasih, Pak Kyai hasil tani saya dibeli oleh Pondok Pesantren. Itu saran dan pendapat manakala cocok, ya saya mendesak ini dilakukan untuk perbaikan gizi anak-anak dan calon pemimpin kita ke depan. Yang kedua, beasiswa S2 dan S3. Sampai sejauhmana sih kekurangan ini? Kalau saya boleh usul ini dikurangi, S2, S3 ini kurangi. Berikan kepada anak muda yang sedang menimba ilmu sebagaimana Pak Menteri Agama lakukan dengan Dirjen Haji Umroh itu anak yang memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara petugas haji, itu menarik sehingga saya komentar di media ya media metro-lah karena punya Nasdem, di Mekah. Saya kan mengusulkan naik kan? Silakan 100 juta, saya akan mendukung 1 kali musim, dia memberikan kontribusi, kita kasih reward kepada mereka sehingga dia akan mampu membiayai dirinya sendiri selama 1 tahun dia kuliah di kampung atau di negara orang lain, di dalam negeri S2 memberikan dia tugas dulu ke desa suatu misal, suruh ngajar ngaji sebagaimana ada salah satu Pemda di kampung saya Pak, di dapil saya ini, Bupatinya tidak memberikan beasiswa, tapi dia disuruh mengajar pemberantasan buta huruf, buta aksara, suruh ngajar dulu magang di desa selama sebulan baru cair bantuan untuk anak mahasiswa. Inilah barangkali kreasi yang harus dilakukan oleh Kementerian Agama 2019 agar inovasi sebagaimana yang dilakukan saat haji yang telah disampaikan oleh Pak Menteri sebuah karya besar Republik Indonesia dilakukan juga di dalam negeri. Selanjutnya yang ketiga, sebentar ini lebih 3 menit tidak? Karena tidak pernah masuk kasih bonus Pak Ali Taher. Bimas Pak tingkatkan ini. Persoalan kebangsaan ini menjadi kejenuhan, selama berapa tahun ini saya jenuh selaku warga bangsa, urusan problem hilafiah cabulan kan, ada kejenuhan, tingkatkan ini anggaran untuk Bimas dan transfer kepada FKUB seluruh Republik Indonesia. FKUB ini penting

dimaksimalkan sehingga persoalan kebangsaan khususnya persoalan hilafiyah ini bukan diselesaikan oleh pemerintahan namun serahkan kepada FKUB. Yang bicara Pak selama menjadi eksekutif 10 tahun belum pernah saya ini didatangi oleh agamawan terhadap persoalan hilafiyah-nya. Saya maksimalkan FKUB dan MUI itu, saya beri besar, sekaligus saya beri biaya studi banding. MUI, saya beri biaya studi banding, studi banding ke Aceh biar tahu. Aceh itukan yang di benak kyai-kyai inikan negara Islam mau Islam bagaimana sih implementasinya retorika islam di Aceh. Yang kedua, saya suruh ke Manado Pak. Luar biasa manakala ada transfer dari Kementerian Agama ini kepada FKUB dan MUI, sehingga nanti Kemenag di Kabupaten/Kota itu koordinasinya lebih aktif kepada Bupati sehingga hal-hal yang belum dianggarkan oleh Kementerian Agama ini dianggarkan oleh APBD Kabupaten/Kota, sehingga tidak berdarah-darah urusan ngemis di Banggar, ringan kan, menjadi ringan tugas seluruh persoalan-persoalan yang dianggap menjadi persoalan di republic yang kita cintai. Sekali lagi, tingkatkan anggaran Bimas ini, Bimas Agama semua, saya tidak berbicara 1 agama karena ini hadir para Dirjen Agama-agama sehingga tadi Pura-Pura, Pure yang benar karena yang bicara Penasehat FKUB. Ada target anggaran dari KUA, dari 1 hal kan, nikah. Memaksimalkan tupoksi Pak, tupoksinya KUA selaku ujung tombak dan ujung tomboknya Pak Menteri Agama ini dan seluruh Dirjen ini, kan ujung tombak dan ujung tomboknya. Ada kesan di masyarakat KUA ini Tupoksinya hanya menikahkan sehingga sering saya tanya karena saya Komisi VIII tatkala saya hadir di tengah-tengah masyarakat pengajian, saya sampaikan tugas pengajian ini bukan tugas Hasan Aminuddin sebenarnya, Kementerian Agama, kan iya Pak, persoalan akhlah dan seterusnya, sepinya orang shalat kan tugas Kemenag bukan tugas saya selaku wakil rakyat atau bupati, beri kewenangan sehingga bagaimana kesan tugasnya hanya menikahkan itu berkurang di tengah-tengah masyarakat. Hadir pun di pengajian tidak ada ngalah, jarang-jarang Pak, mestinya kan dia lebih di depan daripada Pak Camat, tidak ini. Nah ini SPJ-nya ditambah coba, ya termasuk masa perannya saja, termasuk anggarannya, makanya saya sebut tupoksi kan, include, ada duit disini. Jadi itu KUA Pak, sehingga saya ingin 2019 ini KUA oleh masyarakat tidak disebut modern, masa Kepala KUA-nya nikahkan. Hal lain tidak pernah datang, ya karena tidak ada SPJ-nya, manusia lagi. Bantuan kepada tempat ibadah, saya berharap sama dengan pesantren, tidak hanya infrastruktur. Coba non infrastruktur masjid sekarang. Kita berulang-ulang kan dan masjid di republic apalagi di Madura, di kampungnya Jafar Soddiq ini, 1001 masjid lebih, dari rehab bangun judulnya, saya masuk kepada memakmurkan masjid, coba berikan perhatian khusus bantuan non infrastruktur kepada masjid, kepada siapa? Takmir masjid/Muadin shalat subuh khusus coba, kasih reward ini, muadzin subuh kepada masjid, ambil 1 kecamatan, berapa kecamatan di seluruh republic kan tinggal ngitung Pak, kasih 500 ribulah sebulan atau 600 ribu, 20 ribu sehari kan ringan daripada biaya kunkernya DPR. 600 ribu kali seluruh kecamatan di Republik Indonesia, Gereja pun kasih ini kepada manusianya yang berkhidmat di tempat ibadah. Yang terakhir, ada anggaran rehab atau renovasi kantor Kemenag. Saya titip Pak Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo itu masih domisilinya di otonom orang lain di kota. Mohon dianggarkan 2019, ini usulannya Hasan Aminuddin dan Hamka Haq 2 fraksi nih, masih ada di kota, mohon dianggarkan prioritas sedikit memaksa ini dan saya ditagih di dunia dan akhirat. Saya usul kabupaten, kantor kementerian agama, kabupaten probolinggo Jawa Timur Indonesia. Hari ini masih di kota Probolinggonya, kalau kesulitan anggaran tanah ditanggung Pemerintah Kabupaten

Probolinggo pengadaan tanahnya kan ringan kan, biar Pak Bupati Probolinggo yang membeli. Tanahnya oleh bupati, kantornya Kemenag, paling 10 milyar sudah beres itu Pak, taruh di otonom Kabupaten Probolinggo, apalagi yang langsung berdekatan dengan miniatur ka’bah, tidak ada di Republik ini Pemda yang membangun miniature ka’bah, hanya di Probolinggo kan Ka’bahnya selisih 10 centi dengan yang asli, sehingga saya sebut miniatur ka’bah tempat manasik, taruh di sebelahnya, nanti saya sarankan kepada Bupati untuk pengadaan tanah. Jadi biar sama-sama RAPBD dianggarkan pengadaan tanahnya di nih RAPBN infrastrukturnya. Sekian. Terima kasih. Wallahumma Fiq’Illa Aquamitoriq, Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam. Saya kira Pak Hasan ini perlu lobby-lobby dengan Bupati Probolinggo, Beliau Bupati 2 periode Probolinggo, istrinya periode kedua sekarang. Jangan ditanya yang ke berapa istri itu. Saya hanya ingatkan bahwa 8 Anggota Komisi VIII di Panggar itu 8 orang. Jadi upaya-upaya untuk bisa memperjuangkan dukungan anggaran itu penting pertama Pak Hamka Haq, kedua Pak Rahmat Hidayat, kemudian Pak Deding Ishak, Pak Supriyanto, Dwi Astuti Wulandari, kemudian Pak Haji Bisri Romli, Pak Muhammad Iqbal Romzi, kemudian Pak Ahmad Mustaqim. Jadi cukup representatif-lah, tinggal komunikasi politiknya harus dipertajam, apalagi awal Januari sampai April. Lanjut ke Ibu Rahayu Saraswati. F-P.GERINDRA (RAHAYU SARASWATI DHIRAKANYA DJOJOHADIKUSUMO): Terima kasih Pimpinan. Kita berikan waktu yang extra memang untuk Pak Hasan, karena saking jarangnya kelihatan. Jadi kali ini boleh panjang-panjang tidak apa-apa. Saya kira sempat pindah komisi rupanya tidak, tidak sengaja Pak, mohon maaf. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Shalom; Om Swastiastu Soki Hoto Namo Buddhaya; Salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih Pimpinan. Rekan-rekan serta Bapak Menteri beserta seluruh jajarannya yang saya hormati, Singkat saja. 1 hal saja, saya ingin titip pesan dan penekanan. Saya yakin tadi mungkin sudah diangkat oleh beberapa rekan-rekan saya yang lain, tapi mohon maaf ini

karena tadi baru bergabung dari Rapat di Baleg. Mohon karena kita Komisi VIII sudah berhasil bersama dengan Kementerian Agama akhirnya melunasi hutang pada para guru, jangan sampai ini karena saya tadi sudah deg-degan membaca di bagian yang akhir, di bagian kegiatan prioritas yang masih memerlukan dukungan tambahan anggaran dan disini pun juga di bawah e di program pendis ini anggaran tambahan yang dibutuhkan sampai trilyunan bukan hanya milyaran dan disitu pun juga ada kata-kata untuk insentif guru non PNS dan gaji, dan tunjangan. Ini cukup memprihatinkan, saya hanya ingin minta tolong pada para Pimpinan dan tentunya semua di Kementerian Agama di lintas bimbingan ya bukan hanya Pendis maupun juga Bimas Islam maupun Bimas yang lainnya tetapi mohon jangan sampai nanti legalsi ke Komisi VIII yang berikutnya, periode berikutnya kita masih, bahkan harus kembali lagi mengurusi urusan hutang. Jangan sampai nanti apa yang sudah kita bersama-sama usahakan, upayakan semaksimal mungkin untuk memastikan hutang itu akhirnya lunas, malah nanti kita selesai, hutang kembali ada. Ini mohon, karena memang beberapa hari yang lalu saya mendapatkan sebuah gossip atau rumor ini jangan-jangan banyak yang akhirnya dikorbankan karena harus menutupi kekurangan dari Asian Games kemarin. Kalau itu bukan yang sebenarnya ya jangan sampai nanti itu kelihatan di tahun anggaran di Tahun 2019. Sekian, terima kasih dari saya. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Rahayu. Lanjut ke Pak Kyai Muhammad Iqbal Romzy, ke toilet. Kemudian lanjut Ibu Ei Nurul Chotimah. F-PKS (EI NURUL KHOTIMAH): Terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pak Menteri dan jajaran yang saya hormati, Ketua Komisi VIII, jajaran dan Anggota yang saya hormati juga. Terima kasih. Tadi banyak yang ingin saya sampaikan tapi sudah diborong sama Pak Kyai Hasan, jadi saya sangat berterima kasih sama Pak Kyai Hasan. Saya ingin mencermati di halaman 27 alenia paling bawah. Oh Bapak belum kenal saya ya? Oh iya, saya kenalkan Pak. Nama saya Ei Nurul Chotimah Pak, dari PKS, dari Banten II, Dapil Banten II. Dari sumber dana SBSN ini untuk membiayai peningkatan sarana, salah satunya adalah asrama haji. Saya hanya ingin menyampaikan pesan dari Ketua Komisi VIII bahwa Asrama Haji Banten itu progress di 2019 itu semoga direalisasikan. Begitu Pak Ketua. Jadi mohon progressnya yang jelas sehingga tidak hanya disebutkan saja di laporan ini tetapi juga harus direalisasikan.

Kemudian yang kedua adalah dalam kegiatan prioritas Kementerian Agama Tahun 2019 di bidang pendidikan salah satunya adalah kaitannya dengan sertifikasi guru dan dosen. Di tahun kemarin kan sertifikasi Guru RA itu dikurangi ya pak. Jadi mudah-mudahan Tahun 2019 itu volumenya ditambah. Ya untuk Guru RA, jadi saya mohon untuk ditambah volume dari sertifikasi guru. Kemudian karena memang guru RA ini Pak kerjanya luar biasa tapi gajinya untuk di daerah itu masih bisa kita temui 1 bulan itu hanya 50 ribu atau 100 ribu. Jadi saya berharap dengan adanya sertifikasi ini bisa mengangkat kesejahteraan para guru RA. Kemudian yang kedua adalah insentif guru Non PNS. Ini salah satui diantaranya adalah guru-guru madrasah termasuk guru-guru madrasah, diniyah, takmiliyah. Yang ketiga adalah bantuan pembangunan dan rehab ruang kelas pada Madrasah Diniyah. Di reses kemarin, saya ketemu dengan forum guru madrasah diniyah takmiliyah dan mereka memang meminta kepada saya untuk menyampaikan bahwa problem yang ada di mereka itu pertama adalah honor guru madrasah takmiliyah, yang kedua adalah infrastruktur. Jadi ruang kelas untuk madrasah diniyah itu juga mohon diperhatikan ya terutama ini untuk di daerah perbatasan tadi saya sangat berterima kasih sekali disini juga ada peningkatan sarana dan prasarana madrasah dan Pondok Pesantren pada perbatasan negara terutama ini kami mendapatkan pesan dari teman-teman yang menjadi guru pengajar madrasah di Kalimantan. Jadi banyak madrasah-madrasah swasta yang juga tidak hanya swasta sebetulnya, yang negeri juga yang memang sudah tidak layak. Waktu yang lampau saya pernah upload di grup WA Komisi VIII kaitannya dengan kondisi madrasah yang ada di Kalimantan. Jadi saya mohon diprioritaskan terutama untuk daerah-daerah yang pasca gempa, pasca bencana, di NTB seperti misalnya itu, tidak hanya NTB, Sumatera Utara juga demikian dan Cilegon juga demikian Pak. Jadi ada bangunan madrasah di Cilegon yang kena banjir tahun kemarin itu juga belum direnovasi. Kemudian yang ketiganya adalah peningkatan dari itu tadi Pak, saya menekankan saja dari Madrasah Diniyah Takmiliyah. Jadi mohon diperhatikan. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih atas perhatiannya. Oh iya yang terakhir adalah bantuan Qur’an Pak. Mohon saya soalnya sudah ditagih janji sama pesantren yang sudah saya datangi, mohon bisa direalisasikan. Terima kasih. Saya dari Banten II Pak ya, Kabupaten Serang, Kota Serang Cilegon. Terima kasih Pak Ketua. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam. Dari PKS ya Bu ya. Lanjut Kyai Romzi. F-PKS (Drs. H. MOHD. IQBAL ROMZI): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pimpinan dan Anggota Komisi VIII yang saya hormati, Bapak Menteri Agama beserta seluruh jajarannya yang hadir dalam kesempatan kali ini yang saya hormati. Pertama, Pak Menteri menyampaikan usul dari LPTQ Provinsi Sumatera Selatan yang telah melayangkan surat ke Menteri Agama, siap untuk menjadi tuan rumah MTQ Nasional yang akan datang. Mohon didukung dan saya juga akan dukung anggaran. 2019 ini adalah masa menyelesaikan tunggakan termasuk tunggakan-tunggakan program-program kita. Menelusuri sungai sampai ke hilir, mendarat di bawah pohon delima, setahun lagi tugas akan berakhir, berharap selesai khusnul khotimah, amin. Pak Menteri khusnul khotimah, kami juga di DPR RI ini sebagai mitra Bapak khusnul khotimah. Karena itu dari sebelah sini, masa penuntasan segala, Insya Allah program-program yang menjadi tunggakan kita. Tadi kita melihat bahwa angka yang berubah turun signifikan pada fungsi pendidikan, padahal kita mempunyai komitmen untuk membangun bangsa yang maju bertumpu juga kepada pendidikan yang kualitasnya semakin meningkat dan sarananya juga semakin meningkat. Kemudian diusulkan kepada kita juga tentang tambahan anggaran. Jadi disini turun 975,5% dan diusulkan kepada kita 5,3 trilyun. Saya akan bertanya kepada Bimas Islam. Ada usulan keperluan 270 milyar yang disini untuk digunakan penambahan atas kenaikan nominal tunjangan penyuluh agama Islam Non PNS, jangan nanti Presiden sudah mengumumkan ada kenaikan, tahu-tahu uangnya tidak ada. Ini perlu juga kita dukung. Nah pertanyaan kami, apakah sebatas kenaikan nominal tunjangan untuk agama sama, apakah 270 ini masuk juga kepada penambahan bantuan rumah ibadah. Nah itu ceritanya. Ya walaupun sudah geleng-geleng begini, itu pertanyaan saja, kira-kira bagaimana begitu, ya itu ceritanya dan berapa target kita 2019 seberapa kira-kira begitu. Kemudian yang kedua saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Kementerian Agama dan juga berkat kerja sama dengan DPR penyelenggaraan ibadah haji tahun ini semakin meningkat. Mudah-mudahan nanti indeksnya, kepuasannya semakin meningkat pula. Ini berkat kerja sama dan pertolongan dari Allah SWT. Untuk itu, ini juga jangan menjadi kurang. Maka di program j itu program penyelenggaraan ibadah haji dan umroh masih memerlukan tambahan anggaran yaitu Rp23.100.000.000,-. Ini namanya kekurangan, memang perlu ditambah. Itu sebab kenapa kita sudah berkomitmen bahwa petugas haji itu harus didanai oleh APBN. Ini sudah komitmen. Jadi kita mendukung termasuk juga program-program yang lainnya terkait dengan kebutuhan umat supaya tidak ragu-ragu terkait dengan produk jaminan halal ini. Ini penting bagi kita, sebab masih juga bertanya tentang vaksinasi dan sebagainya, ini juga memerlukan penjelasan kepada umat agar program ini juga bagian dari upaya kita untuk menghadirkan peran agama dalam kehidupan masyarakat. Jadi perlu kita dukung. Kemudian kita juga perlu mendukung jangan sampai ada kantor tetapi tidak bisa beroperasi karena tidak ada dana, malu rasanya atau ada kantor nanti Kemenag, Kabupaten/Kota yang ambruk, rubuh, tidak kita pedulikan, sebab marwah ini Kementerian Agama perlu kita jaga secara bersama-sama. Jadi kesimpulannya mungkin perlu kita teliti hal-hal apa saja yang memang perlu dikoreksi atau ditambahkan terkait dengan kebutuhan tambahan. Ini

menyangkut masalah anggaran prioritas. Prioritas itu yang harus didahulukan, yang memang mendapatkan perhatian serius dari Kementerian Agama dan juga dari Komisi VIII. Saya rasa itu Pak karena mengingat waktu. Akhirnya saya bawakan sebuah pantun, nikmatnya bersama makan duren, apalagi duren tembaga, kalau kementerian agama ingin keren, anggaran yang kurang harus ditambah, prinsipnya seperti itu. Tinggal nanti seperti apa akan kita bahas pada rapat-rapat berikutnya. Saya rasa demikian dari saya Mohammad Iqbal Romzy A-92 dari Dapil Sumatera Selatan II Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. WAKIL KETUA (F-PG/TB. H. ACE HASAN SYADZILY, M.Si.): Selanjutnya Ibu Agung Putri Astrid ya, siap-siap Pak Bambang Budi Sunanto. F-PDIP (Dra. I GUSTI AGUNG PUTRI ASTRID, MA): Baik. Terima kasih atas waktunya Pimpinan. Saya Agung Putri Astrid Kartika, Fraksi PDI Perjuangan, Dapil Bali. Mungkin saya hanya ingin menambahkan sedikit, bahwa sekali lagi bahwa yang sering saya sampaikan beberapa kali bahwa di Bali itu pariwisatanya itu pariwisata budaya, adat dan agama. Bali bukan pariwisata seperti Pantai Pataya di Thailand atau di Eropa. Jadi dia sangat kental akan unsur adat budaya, dan agama. Oleh sebab itu, penguatan bidang keagamaan itu essential bagi pariwisata. Jadi kalau kita mau investasi ekonomi di bidang pariwisata di Bali termasuk didalamnya ada investasi bidang keagamaan. Terkait dengan hal tersebut, maka disini memang saya agak menyayangkan bahwa kita belum bisa menjawab tentang tuntutan yang ada di masyarakat yang sering saya dengar ketika turun aspirasi tentang penyuluh agama dan guru agama hindu. Saya kira itu menjadi hal yang sangat penting, karena kita punya perhatian yang besar terhadap pendidikan tinggi bidang agama, tapi produknya kita belum bisa menjawab dia harus bagaimana dia ditampung, bagaimana disalurkan. Nah disini saya kira Pak Menteri mohon diperhatikan betul apa jalan keluar kita bagi kekosongan guru-guru agama hindu di sekolah-sekolah bahkan di Bali persis karena tidak ada penerimaan guru agama disitu, padahal disini sangat mendasar sekali bahwa penyelenggaraan pendidikan agama, dan penyelenggaraan agama itu hubungannya sangat kuat sekali pada kehidupan adat, tradisi dan nanti ujungnya adalah menjadi hal yang menjadi minat dari pariwisata. Jadi hubungan antara agama dan ekonomi kalau di Bali dekat sekali, jangan sampai nanti karena sekarang ada istilah bahwa Fakultas-fakultas yang melahirkan pendidikan guru agama itu kosong, mereka kemudian mencari Fakultas lain yang lebih menjanjikan pekerjaan, misalnya Fakultas Ekonomi padahal guru-guru agama inilah nanti yang akan memberikan penyuluhan agama kepada generasi muda yang nanti akan menjalankan ritual-ritual adat-adat dan tradisi di Bali. Jadi kalau sampai tidak ada lagi Mahasiswa yang mau sekolah di bidang keagamaan, terus nanti bagaimana kita

melestarikan adat, tradisi dan budaya di Bali ini padahal dia adalah penyumbang devisa nasional. Itu 1 hal yang penting. Kemudian hal yang lain saya kira juga terkait dengan itu seperti tadi disebutkan bahwa dampak dari Gempa di Lombok itu saya sudah berkunjung ke tidak hanya ke Lombok bahkan di Bali sendiri di hampir semua kabupaten itu tempat ibadahnya rusak karena memang konstruksi Pura itu memang konstruksi yang tidak kokoh, dia kan tumpukan-tumpukan batu yang sedikit ada getaran memang mudah terguling. Jadi catatan tentang rusaknya tempat ibadah cukup banyak, saya ingin tahu apakah itu masih ada kemungkinan mendapatkan dukungan dana dari Kementerian Agama khususnya Bimas Hindu. Secara khusus, saya mengapresiasi ada peningkatan anggaran walaupun sangat kecil sekali untuk Bimas Hindu hanya 1 milyar sedikit padahal kalau kita lihat betul bahwa kebutuhan untuk penyelenggaraan kehidupan beragama hindu sangat-sangatlah besar dan secara kualitas sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia ini. Mungkin itu saja tambahan dari saya. Terima kasih. WAKIL KETUA (F-PG/TB. H. ACE HASAN SYADZILY, M.Si.): Pak Bambang. F-PAN (Ir. Drs. BAMBANG BUDI SUSANTO, MM.): Terima kasih Bapak. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Pimpinan, Anggota Komisi VIII yang saya hormati; Bapak Menteri dan jajaran yang saya hormati. Jadi begini saya hanya coba kalau halaman 29. Halaman 29 nomor 3, masalah pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur. Disini pusat sekian, dan daerah enol. Jadi seakan-akan kan disini kan untuk daerah kan tidak ada anggaran yang dari pusat, semua akan dikelola oleh Kementerian, padahal sebenarnya untuk daerah sangat penting sekali dalam pengawasan. Contohnya kalau kita masalah pengawasan di ASN itu jangan sampai terjadi kelompok kalau di daerah 703. Jadi masuk pukul 7 absen, pulang hilang 03 dia datang lagi untuk absen. Ini perlu pengawasan yang betul-betul ketat sekali karena tingkat kedisplinan rata-rata ASN di daerah itu masih sangat rendah. Mohon perhatian dari Bapak. Jadi ini supaya agak dicermati masalah anggaran yang di pusat dan di daerah. Jadi di samping itu harus ada indikator-indikator yang jelas untuk PNS-PNS terutama di dalam Kementerian Agama ini indikator itu sanksi-sanksi yang jelas, tegas untuk ASN-ASN yang memang seperti hal-hal yang tersebut. Untuk halaman 30 juga demikian Bapak. Ini masalah jaminan produk halal, inikan juga enol untuk daerah. Jadi mestinya dibalik untuk pusat berapa, terus untuk daerah juga harus ada. WAKIL KETUA (F-PG/TB. H. ACE HASAN SYADZILY, M.Si.):

Sebentar Pak Bambang, sesuai dengan kesepakatan tadi kita selesai jam 16.00 WIB karena waktu sudah 16, kita tambah setengah jam atau 1 jam Pak Menteri, 1 jam. Jadi kita tambah 1 jam jadi pukul 17.00 WIB.

(RAPAT: SETUJU)

Silakan Pak. F-PAN (Ir. Drs. BAMBANG BUDI SUSANTO, MM.): Yang kedua, kita buka halaman 31 Pak Masalah program pendidikan Islam. Ini memerlukan tambahan hampir 4 trilyun. Ini tidak sedikit, mohon maaf. Jadi hampir 4 trilyun tidak sedikit. Ini digunakan sebagian kalau kami baca disini dan sebagai-dan sebagainya ini adalah untuk operasional. Jadi bukan di infastruktur. Lah bagaimana kalau hal ini, tapi hanya ada, disini ada pemeliharaan termasuk pemeliharaan perkantoran tapi yang banyak disini adalah non fisik. Non fisik uang sekian itu hanya untuk honor ini dan sebagainya disitu. Jadi kita tidak menyangkut masalah fisiknya. Nah mestinya juga harus diperhatikan dan direncanakan bagaimana dana-dana tersebut untuk tambahan-tambahan ini untuk fisik seperti pemeliharaan perkantoran bolehlah seperti bangun madrasah dan sebagainya. Jadi penambahan-penambahan anggaran demikian, jadi kita supaya di kementerian ini supaya lebih mencermati masalah dana-dana yang distribusi dana yang ada. Jadi jangan, mohon maaf, jangan setiap tahun ini itu saja, tidak ada perubahan-perubahan mendasar. Demikian Bapak. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Saya dari Dapil IX Jatim. WAKIL KETUA (F-PG/TB. H. ACE HASAN SYADZILY, M.Si.): Terima kasih Pak Bambang. Dari meja Pimpinan, Pak Marwan. WAKIL KETUA (F-PKB/MARWAN DASOPANG): Pak Menteri, Saya ingin menambah sedikit dari apa yang disampaikan oleh Bapak-bapak Anggota. Pertama adalah soal manajemen asset yang harus dimiliki oleh Kementerian Agama terutama asset-aset di daerah. Dari hasil pengamatan yang saya lakukan misalnya soal KUA, kita masih menemukan bahwa status tanah KUA itu masih misalnya kalau wakaf harus jelas legalitas wakafnya, kemudian ada yang masih nempel ke Masjid Agung begitu ya, sehingga pada saat harus dibangun kan mengalami keterbatasan legalitas. Jadi oleh karena itu, menurut saya ini penting manajamen asset supaya proses walaupun saya tahu bahwa di dalam laporan BPK

dan lain-lain hampir dipastikan tidak ada masalah dan WTP tetapi dari hasil kunjungan kami ke beberapa tempat, kita masih menemukan bahwa manajemen asset KUA kita ini harus terus dibenahi begitu supaya pada saatnya kita memiliki dana untuk membangun tidak kemudian menjadi masalah ke depan termasuk juga soal madrasah. Saya terus terang saya mengucapkan terima kasih sama Pak Dirjen Pendidikan Islam. Anak saya sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia Serpong Pak. Jadi itu sekolah bagus sekali. Oleh karena itu, menurut saya itu harus menjadi rule model bagi model madrasah yang bisa menjadi contoh madrasah-madrasah lain walaupun ada banyak orang mengatakan karena iniputnya bagus maka pasti outputnya pasti bagus begitu. Namun apa tidak salahnya jika itu kemudian menjadi, cuman saya ini salah satu diantara inovasi-inovasi kementerian agama yang dulu ada MAPK kemudian sekarang Iman Insan Cendikian, hanya saja masih terkendala soal kepemilikan lahan. Terus terang saja kalau kita lihat dari segi gedungnya Pak, itu sudah lama sekali. Ini kalau saya lihat asramanya juga agak mengkhawatirkan tetapi saya bilang sama anak saya sudah dulu ayah juga di pesantren 1 kamar bisa 30 orang begitu, kamu masih mending 1 kamar 5 orang begitu ya, tetapi kan tidak bisa saya sampaikan dia mengeluh dengan kondisi tetapi sebagai salah satu asset umat, saya kira memang harus kita coba benahi. Kita akan bantu Pak. Ini juga menyangkut dengan koordinasi dengan Pemerintah Daerah. Jadi ini kaitannya dengan bagaimana soal asset itu terkait dengan asset begitu, karena bagaimana pun kita tahu bahwa yang namanya asset ini menjadi penting pada saat Kementerian Agama ingin merehabilitasi atau membangun gedung-gedung baru di sekolah-sekolah itu. Jadi titik berat saya adalah soal bagaimana kita mengelola asset Kementerian Agama sebaik-baiknya supaya terwujud dengan baik. Yang kedua, soal pendidikan islam. Saya terus terang saja, saya agak berbeda dengan Pak Kyai Hasan Aminuddin. Saya kira program unggulan yang disampaikan oleh Pak Menteri soal yang dulu yang kemarin soal 5 ribu dokter saya kira harus terus kita dorong. Ini dalam rangka kita meningkatkan kualitas pendidikan terutama pendidikan tinggi Islam, karena bagaimana pun kita tahu perlu mobilitas vertical dari kalangan terutama saya kira kalangan pesantren untuk bisa berkompetisi dengan kualitas pendidik yang lebih baik. Jadi oleh karena itu menurut saya saya ingin sebetulnya ada progress sudah berapa dosen yang sudah menyelesaikan program S3 dari Program yang sudah diback-up atau didukung penuh oleh Kementerian Agama begitu. kenapa? Karena seperti yang kita temukan misalnya IAIN Ternate Pak Menteri, itu doktornya cuman beberapa orang begitu Pak Menteri, tentu kita … IAIN Ternate, belum lagi kalau kita bicara soal STAIN-STAIN yang ada di Pelosok-pelosok. Jadi arah dan orientasi kita harus lebih diarahkan pada STAIN supaya ada pemerataan kualitas pendidik begitu. Nah ini adalah tugas kita semua. Jangan semua numpuk, banyak profesornya, banyak doktornya itu di UIN Jakarta, UIN Kalijaga sementara di daerah-daerah terpencil seperti STAIN kualitas dosennya tidak ditingkatkan begitu, sehingga agak sulit sekali lagi karena disitulah letak keunggulan kompetitif dari Kementerian Agama untuk melakukan pembinaan terhadap kualitas pendidikan tersebut. Jadi Pak Menteri sebaiknya kita dorong STAIN kualitas dosen justru di Sekolah Tinggi yang memang berada di daerah-daerah tingkat kabupaten atau tingkat provinsi begitu dibandingkan kita mendorong secara terus menerus di daerah-daerah yang memang sudah sebetulnya dengan kemampuan, dengan kemandiriannya dia mampu begitu untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan itu.

Yang ketiga soal, saya tidak tahu Pak Menteri apa sudah ada turunan atau RPP dari Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Saya kira itu harus segera dari Pak Menteri dan tentu itu harus didialogkan atau dikoordinasikan dengan dunia usaha, jangan sampai menimbulkan persoalan itu ya tapi kebutuhan akan adanya regulasi yang kuat terkait dengan jaminan produk halal ini termasuk juga soal RPP-nya, saya kira harus segera untuk diselesaikan oleh kita. Yang ketiga Pak Menteri, saya ingin bahwa kita tahu Kementerian Agama pun juga ada fungsi pendidikan dan salah satu fungsi pendidikannya juga terkait dengan program nawacita atau program prioritas nasional adalah pengentasan kemiskinan dengan sama-sama mendistribusikan kayak misalnya PIP begitu ya atau bidik misi dan lain-lain. Nah pertanyaan saya adalah sejauh ini proses distribusinya sudah berjalan dengan baik dan dasar di dalam menentukan apakah yang bersangkutan memiliki kewenangan begitu atau memiliki hak untuk mendapatkan itu, berdasarkan data yang dibuat secara terpusat melalui, pasti kan dikoordinasikan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan juga data yang dimiliki oleh BPS. Nah saya ingin sebetulnya berapa persen sih sebetulnya misalnya seperti Madrasah Ibtidaiah baik swasta maupun negeri begitu yang dari bidik misi atau PIP-lah yang didapatkan itu supaya kita pun juga tahu. Terus terang saja kami sering bertukar pikiran dengan Komisi X, dengan teman-teman yang bermitra dengan kependidikan dan kebudayaan, mereka jujur saja ikut bersama-sama begitu ya, memastikan distribusi dari program Kartu Indonesia Pintar itu. Nah saya ingin sebetulnya Pak Dirjen Pendidikan, mari kita bersama-sama dengan teman-teman begitu ya memastikan itu semua supaya bahwa fungsi pendidikan kita betul-betul bersamaan dengan Komisi VIII kita mampu menjalankannya dengan baik. Yang terakhir Pak Menteri, sekali lagi saya mengucapkan, mengapresiasi setinggi-tingginya atas penyelenggaraan ibadah haji tahun ini walaupun kita masih menunggu kloter yang lain untuk kembali ke Indonesia, namun secara umum kita memberikan apresiasi terhadap Pak Menteri dan jajaran Kementerian Agama terutama Dirjen PAU yang telah dapat melayani jamaah atau tamu Allah dengan sebaik-baiknya dan kita perlu ada 1 sesi khusus untuk membahas dan kalau bisa saya kira Pak Menteri pembahasan BPIH lebih cepat lebih bagus, supaya apa? Supaya kita segera ada kepastian supaya proses penentuan ongkos haji ini bisa secepatnya kita lakukan dan ada kepastian juga kan soal anggarannya. Saya kira demikian Pak Menteri. Wallahumma Fiq Illa Aquamitoriq, Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Silakan Pak El Nino. F-P.GERINDRA (ELNINO M. HUSEIN MOHI, ST, M.Si): Baik terima kasih Pimpinan. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pak Menteri yang kami hormati beserta jajarannya, Sebelumnya saya perkenalkan diri. Saya adalah El Nino Pak dari Gorontalo, saya Fraksi Gerindra dan mungkin ini adalah pertama kali dari Gorontalo ada wakil di Komisi VIII yang berkaitan dengan Agama. Kami hanya punya 3 wakil dari sana Pak Fadel, Pak Roem Kono dan saya dan karena Komisi DPR ada 11 ya kami cuman bisa menempati 3 komisi. Baru kali ini ada yang di Komisi VIII. Itu sebagai pengantar. Yang kedua adalah bahwa kami mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada Pak Menteri dan seluruh jajaran Dirjen Haji dan lain-lain yang telah melayani Jamaah Haji Indonesia tahun ini yang berlangsung cukup baik. Sekali lagi terima kasih dan kita memberikan apresiasi positif soal itu. Mengenai RKAKL yang diajukan oleh Pak Menteri ini, saya mungkin karena memang masih baru Pak disini, masih harus menyesuaikan frame Komisi VIII. Kira-kira cuman ini yang dapat saya sampaikan abhwa kita berharap di program yang diajukan oleh Pak Menteri diantara Program nomor e program pendidikan islam yang berkaitan dengan BOP, Pendidikan Keagamaan Islam Pondok Pesantren dan lain-lain itu, secara umum program-program ini kami memohon kepada Kementerian Agama untuk tidak saja mengutamakan provinsi-provinsi yang ada wakilnya di Komisi VIII karena bagaimana pun juga kami tidak bisa menempatkan orang semua komisi karena kami wakilnya itu hanya 3 dari Gorontalo 1 provinsi karena penduduknya sedikit, tetapi kami berharap Pak Menteri juga ada pertimbangan untuk memprioritaskan daerah-daerah yang memang betul-betul membutuhkan. Gorontalo itu secara, dia masih termasuk daerah yang 3T sebetulnya, Tertinggal, Terjauh, Terdepan istilah sekarang atau Terbelakang itu maksudnya. Yang kedua adalah dia berada di titik tengah antara 2 daerah yang pernah konflik sara yaitu dekat dengan Ambon dan dekat juga dengan Poso dan masih tersisa banyak di Gorontalo, sekarang sudah menjadi penduduk yaitu mereka yang menjadi pengungsi-pengungsi yang ada dari konflik, kedua daerah konflik itu. Di jajaran Bapak juga ada beberapa pejabat yang sempat berkarir di Gorontalo dan kami berharap Pak Menteri bisa memprioritaskan beberapa hal terutama pendidikan islam di Gorontalo dan juga bisa berkoordinasi dengan Bapak-bapak yang pernah bertugas di Gorontalo karena mereka tahu persis keadaan disana. Terakhir ini ada informasi dari BIN tahun ini baru-baru ya kira-kira sekitar beberapa bulan lalu, ada potensi-potensi teroris juga disana, ekstrimis Islam yang datang dari luar, dan ingin merusak keharmonisan, kehidupan di Gorontalo walaupun belum bisa besar dan tidak besar juga pengaruhnya tetapi ini akan menjadi masalah baru disana, sementara ada banyak sekali pesantren-pesantren yang sangat moderat tetapi memang kondisi pesantren-pesantren itu baik pesantren NU, Pesantren Muhammadiyah, Pesantren Hidayatullah dan lain-lain itu masih banyak yang sangat kurang fasilitasnya dan mungkin membutuhkan semacam dorongan atau bantuan dari Kementerian Agama entah apa itu bentuknya, Pak Menteri dan jajarannya yang lebih tahu. Kira-kira itu aspirasi kami Pak Menteri. Untuk ke depan, kami akan belajar banyak lagi soal masalah-masalah yang ada di Kementerian Agama. Terima kasih. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam. Nama Beliau El Nino Pak. Waktu kemarin haji juga kena angin kencang itu. Memang betul luar biasa. Pak Dasofa silakan. Nanti Pak Dasofa ya. Pak Bambang silakan. F-PAN (Ir. Drs. BAMBANG BUDI SUSANTO, MM.): Terima kasih Bapak. Ada tambahan sedikit bahwa Pak Menteri yang cakap yang saya hormati. Ini ada tambahan sedikit. Jadi nanti Bapak itu kalau bisa harus ada tinggalan yang baik. Contohnya seperti ini, saya setuju dengan Bapak Wakil Pimpinan tadi, manajemen asset. Jadi manajemen asset itu istilahnya jangan sampai nanti setelah Bapak tinggalkan itu terjadi permasalahan. Contohnya, ini contoh yang riil saja. Dulu, waktu zaman dulu itu kana da SD nama SD Inpres. Masalah tanah dan sebagainya kadang-kadang hanya diberikan tapi tanpa surat karena apa? Penjaganya diangkat disitu. Setelah perkembangan waktu, akhirnya terjadi permasalahan, ahli warisnya nuntut dan sebagainya. Ini yang dimaksud dengan manajemen asset dan yang kedua, ini masalah tenaga honorer. Ini juga harus ada kejelasan. Jadi begini. Contohnya seperti ini, biasanya … (rekaman terputus) dari teman-teman kita, teman si A dan sebagainya ini titip tenaga honor guru ini dan sebagainya tanpa digaji, ingat tanpa digaji, titip pokoknya nyantol jadi guru di departemen agama tanpa digaji. Lah setelah perkembangan 1, 2, 3 bulan akhirnya dari Kepala Sekolah kasihan mereka, digaji, setelah bulan berikutnya akhirnya nuntut, jadi penuntutan seperti ini. Ini yang terjadi seperti itu dan kami mohon supaya Bapak memberikan aturan yang jelas sekali. Contohnya, seperti ini semua sekolahan dan sebagainya tidak boleh angkat tenaga-tenaga honor kecuali dari Kementerian Agama dengan kriteria yang jelas. Demikian Bapak. Terima kasih. KETUA RAPAT: Pak Bisri silakan. F-PKB (Drs. H. BISRI ROMLY, MM): Tambah sedikit Pak Menteri disampingnya sukses masalah haji, ini kebetulan saya disuruh Pak Ketua untuk mencari kelemahan haji Pak. Karena kalau ada kelemahan berarti ongkos saya jadi halal Pak. Ini pertama kebetulan di kloter Kabupaten Pekalongan Solo Kloter VI Pak, namanya Pak Sugiman, sudah saya laporkan sama Pak Dirjen waktu Hari Jumat di bawah KKHI Azijiah, mereka sakit. Waktu mau wukuf hari ahad, mereka sadar dan dia mandi dan sudah niat ihram, minta kepada dokter untuk ikut wukuf. Kata dokter nanti gelombang kedua, ternyata tidak diwukufkan tetapi dari catatan dari Dirjen dia sudah dibadarkan oleh kebetulan ajudannya Pak Dirjen. Yang jadi masalah Pak, mereka tidak izin, dan sehat, dan

sudah niat ihram tetapi dibadarkan. Ini menurut sebagian Kyai di daerah itu menjadi tanggung jawab Pak Menteri Pak. Barangkali menjadi ke depan untuk setiap yang mau diwukufkan dan sakit, ada peneliti khusus dari Pak Menteri, mungkin ke depan itu lebih baik. Sekian. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam. Lanjut Pak Dasopan. WAKIL KETUA (F-PKB/MARWAN DASOPANG): Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota yang saya hormati, Pak Menteri beserta jajaran. Selain RKAKL yang kita bahas yang tertuang di dalam Rapat Kerja kita ini, saya mencoba menelisik persoalan kemasyarakatan kita cara beragama. Ada 2 hal yang bisa mengkhawatirkan:

1. Tumbuhnya paham radikalisme yang bisa berujung tindakan terorisme. Ini tumbuh sebagian besar berbasis di Islam. Saya belum melihat di dalam program kita itu di RKAKL kita itu sebetulnya kita masuk di titik mana. Kalau paham radikalisme semakin berkembang, sementara tupoksi kita berada di pendidikan keagamaan maka ini menjadi indikator termasuk bagian dari kelemahan kita untuk menumbuhkan paham keagamaan yang berbasis kerahmatanlil’alamin. Itu yang pertama.

2. Ramainya belakangan ini, perbenturan paham yang berbasis agama sebetulnya muaranya di politik tetapi ada kekhawatiran ini bisa menjadi perbenturan sosial. Nah saya belum melihat juga kira-kira di titik mana kita mengeliminasi perkembangan ini kalau kita membaca sosial media semua kelemahan itu dimulai dari paham keagamaan. Nah ini yang disebutkan oleh Pak Syamsu Niang itu kalau disebutkan sebetulnya keberhasilan kita dalam 4 tahun ini dalam kategori di luar keseharian kita itu, kita memulainya darimana. Kalau kita membiarkan perang di sosial media dengan berbasis paham agama ini, lama-lama ini bisa berbenturan sebetulnya. Fungsi itu dimana kita tempatkan ini kalau kita berbicara dengan Bimas Islam atau pendidikan maka di titik mana kita memulainya.

Itu yang menjadi pertanyaan di 2 hal. Yang lain, tadi Perguruan Tinggi tadi disinggung oleh Pak Ace sebetulnya

saya kadang-kadang berpikir tentang PT KIN kita UIN yang awalnya dimaksudkan adalah pencerahan setelah setelah selesai Pesantren, tetapi UIN lama-lama kok salah kaprah semakin menyeberang. Yang tadinya kita berharap UIN itu dari lulusan pesantren digodok lagi di Perguruan Tinggi semakin memahami perdebatan tentang paham agama maka UIN berbangga dengan kedokteran, politik dan lain-lain, loh ini

UIN ini menjadi apa begitu. Nah sementara paham agama yang kita banggakan dengan cara kita melihat lilrahmatal’alamin itu sebetulnya digodok di UIN itu, tapi UIN-nya semakin lari. Nah sebetulnya UIN itu berada di Kementerian Agama mesti ini harus diluruskan kembali supaya menggali paham keagamaan yang rahmatalil’alamin itu betul-betul bisa kita godok di UIN itu.

Maka apa yang dipertanyakan oleh teman-teman sebetulnya tadi SBSN itu, sebetulnya berbanding lurus tidak maksud dari UIN itu sendiri. Kalau melihat teman-teman mahasiswa atau anak-anak mahasiswa, ya dia berbangga dengan UIN itu karena ada kedokterannya itu, ada Fakultas Psikologis dan lain-lain itu, tidak lagi berbangga dengan kajian sosiologi Islam, kajian hukum, dan lain-lain, nah ini perlu, saya belum melihat disini kira-kira program kita program apa.

Selanjutnya Pesantren yang sebagian besar dalam kesejarahan jauh sebelum Indonesia ada sudah tumbuh dan melahirkan semangat kebangsaan kita, semangat nusantara, ini sebetulnya tanpa kita sadari Pemerintah tidak memberi sentuhan, tidak pernah menyapa dengan baik, itu lama-lama merasa dianaktirikan dan itu bisa bermuara ya paham keras tadi itu, negara tidak peduli padahal dalam sejarah pesantren partisipasi dalam membentuk nusantara dan kemerdekaan itu cukup luar biasa peran sertanya. Maka program yang disebutkan di sebagian ada beberapa program ini, implementasi anggaran saya melihat, belum melihat dengan baik kira-kira seperti apa perannya. Yang paling dominan saya lihat memang Madrasah Aliyah, itu yang kita lihat.

Dan catatan khusus karena pernah mengadu kesini, disebut disini saya lihat Tukin Guru, Tunjangan Kinerja Guru apakah akan bisa terselesaikan di Tahun 2019. Itu titipan dari beberapa guru yang mengadu kesini.

Kami kira ini Ketua. Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. F-PG (Dra. WENNY HARYANTO, SH): Izin Ketua. Ada 1 yang ketinggalan, boleh tidak? Ada titipan ketinggalan, mohon maaf, langsung saja. Pak Menteri, Ini ada titipan dari Dapil saya Kota Depok kebetulan, terkait dengan Dapil Pak Menteri juga mungkin nanti. Jadi terkait dengan pembangunan sekolah atau apa begitu, itukan biasanya anggarannya selalu hanya untuk pembangunan sekolahnya, sedangkan untuk tanahnya tidak disediakan. Nah ada harapan, ada permintaan bagaimana kalau kedepannya itu anggaran itu sepaket begitu, tanah berikut bangunannya. Jadi bisa langsung dieksekusi seperti itu. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Ya terima kasih Bu Wenny. Ya terakhir jadi dari saya Pak Menteri pendek-pendek saja. Dari 12 poin itu kita merespon mudah-mudahan Banggar kita memperjuangkannya. Yang diperlukan itu Esselon I pada saat kita RDP betul-betul melakukan komunikasi politik khusus untuk perjuangan anggaran dengan teman-teman Banggar di Komisi VIII dan Banggar Besar, satu. Yang kedua, yang perlu kita titipkan untuk Bimas Islam itu Penyuluh Agama dan Penyuluh Agama-agama Kristen Khatolik itu dinaikanlah angka itu, jangan 500 dong kasihan, 1 bulan makan apa. Tuntutan banyak tetapi tupoksi banyak, tetapi 500 ribu apa yang mau dikerjakan. Oleh karena itu, minimal Rp1.500.000,-. Ya DPR begitu settingnya 1,5 juta, nanti dapat 1 juta lain soallah itu. Yang kedua, FKUB itu betul-betul dihidupkan tetapi jangan hanya 1 agama saja, seluruh agama itu 6 agama itu betul-betul terlibat secara aktif. Kebetulan saya termasuk yang sering diundang untuk FKUB. Jadi omongan itu-itu saja NKRI-lah tetapi peran agama dalam konteks menjaga kesatuan itu menjadi sangat penting. Anggaran 27 Milyar ini terlalu kecil tetapi dikasih PR apa yang telah dikerjakan, dievaluasi, kok ada FKUB berjalan tetapi ternyata konflik agama masih muncul, itukan juga tidak pas, konflik masalah lahan peribadatan itu masih ada, itukan juga tidak efektif. Oleh karena itu, kerja sama lintas agama ini menjadi penting maka kehadiran Menteri Agama itu menjadi tokoh sentral dalam persoalan ini. Kemudian selanjutnya sebaiknya itu tanah-tanah madrasah sekolah kita harus dilegalitaskan menjadi hak milik Menteri Agama, harus. Dari 158 madrasah itu baru sekian persen, selebihnya belum, inikan menjadi persoalan. Untungnya di kampung saya Pak Menteri datang sudahlah, tinggal bangunnya belum Pak kapan bangunnya ini. Ini hanya pesan, karena masih barokah, pulang haji-lah. Kemudian masalah, masih banyak yang lain-lain, bagaimana dengan guru-guru yang sudah pensiun kemudian belum diangkat lagi menjadi PNS yang sudah lama menunggu dan sebagainya ini masih dikeluhkesahkan dari daerah-daerah, guru-guru terutama di desa-desa itu, guru madrasah untuk pengganti yang PNS itu tidak cepat, itukan perlu dilakukan percepatan itu. Kemudian sebaiknya pendidikan agama itu dibuat kluster-kluster, kluster A, kluster B, kluster C, menunjukan pada tingkat kualitasnya, kenapa ada perguruan tinggi itu yang ada sudah ada akreditasi A, B, C, saya kira perlu dilakukan juga di Madrasah itu supaya ketika mengintervensi anggaran kita punya patokan, jangan sampai demand yang ada di Parung Panjang yang saya pernah kesana ini sampai sekarang sampai mengeluh, mengeluh kenapa? Laboratorium itu dibongkar untuk kela, karena kehabisan lokal. Nah ini juga banyak kasus terjadi. Perpustakaan dibongkar untuk kelas, inikan tidak bagus untuk sebuah ukuran kualitas.

Kemudian, ini keluh kesah masyarakat mengenai edaran Pak Dirjen Bimas Islam itu tolongkah direspon dengan baik. Sebenarnya saya baca itu tidak ada masalah, itu edaran Tahun 1978, cuman bentuk sosialisasinya itu tidak usah diedarkan kembali, koordinasi saja pelaksanaan di lapangan, menguatkan edaran itu, wah saya dimaki-maki Ketua Komisi VIII apa kerjanya, saya bilang kerjanya rapat dengan Menteri Agama, ngomong dong, Ali Taher kali ini diomelin orang, tidak apa-apa, mesti sabar itu.

Kemudian bagaimana sisi anggaran kok tidak ada untuk Universitas Islam Internasional Indonesia, tidak kelihatan disini, UIII itu dimana sementara tahun lalu

kita bahas UIII itu menjadi bagian dari APBN kita. Kalau disini, saya tidak melihat. Kemudian Asrama Haji Banten, itu Pak Gubernur sudah oke, tanah sudah ada, tinggal Bu Ei nanti kita perjuangkan terus Pak Gubernur sudah mau siapkan tanah 20 hektar disepakat.

Kemudian bagaimana dengan policy stain baru? Usul kami dulu STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam) Tiga Raksa, dapil ini Pak dapil, itu supaya diperjuangkan tahun depan sudah dimulai diproseslah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tiga Raksa, Malimping sudah, Insya Allah, terima kasih Pak Dirjen, sudah, tinggal STAIN, ini ulama, kyai, tokoh NU, Muhammadiyah betul karena dari 3.016 penduduk tidak ada sekolah yang representatif untuk lulusan madrasah kita.

Kemudian bagaimana proses STAIN ke IAIN, bagaimana memantaunya perkembangan, kemudian IAIN menjadi UIN sejauhmana tingkat pelaksanaan di lapangan supaya antara keinginan berubah dengan kualitas itu tidak seiring, mestinya harus seiring. Bagaimana dengan rencana pembangunan gedung al-quran menjadi gedung wisata ya kan, gedung wisata religi di samping cetak al-quran orang datang kesitu menjadi bagian dari wisata. Jaminan produk halal, yang perlu dipikirkan itu penguatan kelembagaan, ini ujug-ujug langsung biaya operasional. Ini badan baru mestinya penguatan kelembagaan, sarana prasarana, SDM baru intervensi program yang lain, nah itu yang ditunggu oleh umat itu. Jangan ini belum ada sarana prasarananya, SDM yang 3 langsung biaya operasional itu orang mematchingkan dengan anggaran itu tidak terlalu pas. Ini Professor Pak Sukoso kita omelin sekali-kalilah.

Banyak sekali saya mau sampaikan, tidak apa-apa Menteri ya? mumpung Pak Menteri pulang haji jadi masih fresh. Plt. Sekjen siapa sekarang? Ya saya sudah tahu Pak tetapi untuk memastikan saja. Komunikasi dengan Komisi VIII Pak ya, jangan lupa itu Pak Sekjen, Esselon sama, maksudnya apa? Ada perubahan? Ya terserahlah pokoknya nanti.

Saya kira itu ya, tapi banyak sekali saya catat, begitu lihat Pak Sekjen langsung berubah saya.

Ya saya kira itu terakhir itu. Kemudian Diklat Pak, Pendidikan dan Pelatihan. Saya sekarang ini

langganan tetap ini diundang mana-mana Diklat ini. Nah pertanyaannya kalau Diklat yang jalan bagus, bangnya bagaimana pengembangannya. Oleh karena itu, riset-riset terkait masalah hubungan antara agama, harmonisasi kemudian juga terkait dengan radikalisme perlu diteliti supaya akar masalah itu saya kira dalam sejarah umat manusia ada 2 sebenarnya, 1 itu politik, atau 2 ideologi, atau 2 itu saja kalau meretas sejarah itu. Saya ini sok-sok membanding agama padahal itu .... Oleh karena itu, fokus kepada pengaruh politik terhadap radikalisme atau pengaruh ideologi terhadap radikalisme itu perlu dikaji secara mendalam. Ya tambahan anggaran kita perjuangkan.

Saya kira itu Bapak-bapak sekalian yang kami hormati, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Pak Menteri kami persilakan, waktunya disesuaikan. Yang penting jam 5 selesai.

Terima kasih. Lanjut Pak Menteri.

F-PG (Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Sg, SH): Mungkin 1 Pimpinan, tambah sebelum dijawab oleh Pak Menteri.

Terima kasih Pimpinan. Jadi 1 hal nanti sekaligus biar dijawab oleh Pak Menteri.1 yang menjadi keperihatinan kita dengan kondisi saat ini kenapa tadi saya usulkan untuk sosialisasi khususnya karena di daerah-daerah hingga saat ini yang namanya anak ingin menikah di bawah umur justru tidak semakin surut. Jadi mohon menjadi perhatian Pak Menteri ini konsep apa yang akan diluncurkan oleh Kementerian Agama. Yang keduanya adalah harus mendesak Kementerian Agama untuk tetap melarang anak menikah di bawah usia 17.

Itu saja Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT: Oke. Saya tambahkan Pak Menteri tolong dipikirkan alokasi anggaran Tahun 2019 untuk Kasus Bencana Lombok Bali, saya banyak sekali dapat laporan. Kemudian yang berikutnya adalah terkait dengan pengembangan peran KUA, kemudian bagaimanan dengan dana-dana Ormas (organisasi kemasyarakatan), ke Muhammadiyah berapa, NU berapa, lain sebagainya berapa, BKPN itu kemarin berapa disebutnya tolong. Kemudian yang berikutnya adalah seberapa besar dana alokasi untuk Madrasah dan Pondok Pesantren Swasta. Secara proporsional anggaran berapa, tahun lalu sekian ratus milyar, bisa tidak tahun ini berapa ratus milyar, tolong dibicarakan. Terima kasih. MENTERI AGAMA RI: Baik. Ini luar biasa, baru raker kali ini pertanyaannya banyak sekali ini. Saya sendiri sampai belasan kertas yang saya siapkan. Jadi itu sungguh pertanda besarnya perhatian Komisi VIII kepada Kementerian Agama, karena ini dipicu oleh keberhasilan haji. Terima kasih. Baik. Dan yang kedua, tentu saya amat sangat bersyukur kami semua sangat bersyukur bahwa dan terima kasih atas apresiasi haji dan itu tentu adalah prestasi kita semua. Jadi haji itu adalah kerja kita bersama, kita sebagai bangsa Indonesia tentu tidak hanya Kementerian Agama, banyak Kementerian/Lembaga yang terlibat dan tidak hanya eksekutif karena legislatif juga konstribusinya luar biasa dalam .... ...: Pimpinan, 1 yang perlu ditegaskan untuk 2019 Pak Menteri, koper jangan sampai jebol lagi Pak Menteri. MENTERI AGAMA RI:

Baik. Tentu nanti akan ada evaluasi tersendiri, agenda tersendiri untuk haji ini karena tentu banyak masukan dari Bapak-bapak dan Ibu Pengawas dari DPR dan yang lain. Sekali lagi terima kasih atas apresiasi terkait pelaksanaan haji. Selanjutnya, saya mencoba satu-satu Pak Mustaqim sudah tidak ada, tetapi juga banyak Bapak/Ibu lain yang menanyakan tentang kenapa ada penurunan sebesar 975 milyar sekian, bahkan tadi Pak Ketua mengatakan bahwa dengan dialihkannya persyaratan prasarana, dengan dialihkannya pengurangan tadi itu lalu dipindah ke PUPR itu apakah distrust terhadap Kementerian Agama. Jadi begini. Kebijakan Pemerintah, Bapak Presiden berkali-kali dalam sidang kabinet paripurna itu menyatakan bahwa efisiensi anggaran itu harus semakin dipertegas dan efektivitasnya tentu. Oleh karenanya, ini tidak hanya menyangkut Kementerian Agama tetapi juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud dan Kemenristek Dikti yang membawahi seluruh lembaga-lembaga pendidikan di tanah air ini, tidak hanya pendidikan umum tetapi pendidikan agama. Jadi intinya anggaran-anggaran yang tidak terkait langsung dengan pendidikan itu diefisiensikan yang ada di pendidikan. Itulah kenapa efisiensi tahun ini Tahun 2019 maksud saya banyak terkena pada pendis, karena pendis sebagai core yang menangani fungsi pendidikan. Yang dipangkas adalah yang tidak secara langsung terkait dengan pendidikan yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Itukah kenapa program-program Lokakarya, Workshop, lalu perjalanan dinas dan lain sebagainya itu banyak yang dipangkas. Tentu dengan direktorat jenderal yang lain, tapi core-nya ada di Pendis yang paling besar. Nah lalu kemudian dialihkan untuk sarana prasarana. Nah terkait dengan sarana prasarana ini lalu kemudian kebijakan Pemerintah tahun ini sepenuhnya ditangani oleh PUPR. Jadi tidak hanya pada Kemenag, tidak hanya pada madrasah, dan pondok-pondok pesantren kita dan PT KIN kita, tapi juga termasuk Perguruan Tinggi Umum yang ada di bawah Kemenristek Dikti dan Sekolah-sekolah SD, SMP, SMA yang ada di` Kemendikbud. Jadi tetap pengusulannya, pengajuannya oleh Kementerian terkait tapi yang melaksanakan pembangunannya itu PUPR. Jadi ada sentralisasi agar efisiensi dan efektivitas itu bisa lebih optimal dan maksimal. Jadi sebenarnya ini hanya berpindah anggaran saja, kita dikurangi 975 milyar sekian, tapi sebenarnya kita ada anggaran 1,1 trilyun. Jadi untuk madrasah misalnya rinciannya ini ada di kami jumlah volume, ruangnya ada sekitar 6 ribuan ruang, bahkan sampai 7 ribu nilainya hampir 1 trilyun itu untuk madrasah dan selebihnya untuk PT KIN. Jadi ada 1,1 trilyun lebih yang itu sepenuhnya dilaksanakan oleh PUPR tapi sebenarnya peruntukannya untuk madrasah-madrasah termasuk pondok pesantren dan perguruan tinggi keagamaan .... jadi seperti itu penjelasannya. Lalu yang kaitannya dengan Pak Samsu Niang yang juga ditanyakan oleh yang lain tentang apa saja yang sudah dihasilkan selama 4 tahun. Betul kami memang akan membuat rekap, ini sedang kita kerjakan, memang kami tidak bisa hadirkan sekarang karena sekarang agendanya tentang RKAKL tapi kami sedang bekerja untuk merekap seluruh capaian yang sudah kita hasilkan selama kurun waktu sejak 2015 sampai terakhir ini, bahkan untuk 2018 mungkin nanti akan kita launching di Bulan Desember Pak Samsu Niang, karena kalau inikan masih tahun berjalan. Jadi nanti di Desember kita akan publikasikan apa saja capaian-capaian yang sudah dihasilkan oleh Kementerian Agama dari anggaran yang ada ini. Nah lalu yang kaitannya dengan Pak Khotibul Umam, oh masih ada ya. Ini kaitannya dengan SBSN nanti Pak Kamar bisa memberikan penjelasan tambahan mungkin, tapi intinya adalah sebenarnya tidak ada PT KIN yang gagal lelang tahun

ini, semuanya berjalan yang 6, six in one istilah kami. Jadi itu ada Banten, lalu ada yang disebut Padang itu semuanya sudah berhasil lelangnya. Jadi tidak ada kaitannya dengan pengurangan yang SBSN tapi nanti penjelasannya Pak Kamar bisa lebih menjelaskan terkait dengan hal itu. Lalu itu juga menjawab Pak Bisri Romli tadi kaitannya dengan PT KIN mana saja yang dialihkan. Jadi 6 PT KIN itu yang anggarannya dari IDB tadinya lalu kemudian dialihkan ke SBSN. Nah pertanyaan Pak Khotibul Umam tadi kaitannya dengan Pondok Pesantren berapa sesungguhnya anggaran kebutuhan Pondok Pesantren. Jadi kalau pertanyaannya berapa kebutuhan tentu tidak ada batasnya, kita punya Pondok yang tercatat sekarang ini angka Tahun 2015-2016 itu 28.194 Pondok Pesantren, tetapi riil-nya saat ini pasti lebih besar karena Pondok Pesantren terus berkembang. Jadi itu angka yang tahun lalu. Ini yang sebagian besar mereka, ini juga menjawab Pak Hasan tadi itu mereka memang membutuhkan fisik memang sebagian besar Pondok-Pondok Pesantren kita ya memang kondisinya masih prioritas pada peningkatan sarana prasarana. Betul yang disampaikan tadi itu bagaimana agar ada inovasi kreasi, bentuk bantuannya itu untuk yang sifatnya non fisik misalnya untuk gizi peningkatan gizi dan lain-lain sebagainya. Ini adalah usulan yang akan kita perhatikan, kita akan lihat, ini juga usulan yang baik tetapi memang kebutuhan di lapangan berdasarkan aspirasi yang kami dapatkan memang sebagian besar menghendaki penambahan sarana fisik. Jadi sekedar gambaran saja tahun ini 2018 tidak kurang dari 700 milyar yang dialokasikan untuk Pondok Pesantren dan untuk Tahun 2019 itu angkanya 698, sedikit selisihnya dari Tahun saat ini tapi kalau tambahan, usulan tambahan kami ini bisa diwujudkan, bisa direalisasikan tentu angkanya akan melebihi dari tahun ini untuk 2019 nanti. Pak Jafar Sodik, Jadi yang kami maksud tulang punggung PNS Non PNS, ya tentu core-nya adalah PNS, tapi memang lebih banyak Non PNS sebenarnya yang menjadi tidak hanya guru-guru di Madrasah-Madrasah kita di Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah juga dosen itu lebih banyak yang non PNS, juga para penyuluh-penyuluh agama kita tidak hanya Islam tetapi penyuluh agama semua agama itu memang kenyataannya lebih banyak yang non PNS-nya. Jadi memang kenyataannya ya merekalah sebenarnya tulang punggung dari Kementerian Agama meskipun yang PNS itulah yang merupakan ASN Kementerian Agama begitu. Terima kasih kaitannya dengan masukan evaluasi penerima bantuan it uterus kita lakukan. Kita selalu ada ketika ada rapat RDP dengan masing-masing Direktorat Jenderal itu jelas peruntukannya bantuan untuk masjid, bantuan untuk Pondok Pesantren, untuk Madrasah, tentu juga kami memperhatikan aspirasi dari Bapak/Ibu sekalian. Jadi kita selalu terbuka kepada siapa. Jadi kalau misalnya ada, kami menghindari betul adanya bantuan yang selalu kepada 1 obyek saja, itu ke itu. Jadi kalaupun ada mungkin jumlahnya sangat kecil dan sifatnya memang karena itu lembaga yang strategis misalnya massif santrinya atau muridnya banyak dan lain sebagainya, tapi umumnya biasanya berganti karena memang Bapak/Ibu sekalian kan juga dapilnya sangat luas, jadi memang tidak mencukupi untuk, jadi selalu saja aka nada perubahan penerima dari bantuan-bantuan ini. Pak Choirul Muna,

Ya kekurangan Guru PAI ini juga banyak disampaikan oleh yang lain. Jadi ini alhamdulillah, kabar gembira, tahun ini mulai 17 September nanti kita akan buka penerimaan PNS baru, CPNS. Jadi tidak kurang dari 17.175 yang dialokasikan untuk Kementerian Agama dengan formasi yang beragam. Yang terbesar tentu adalah guru, guru itu ada 12 ribu, lalu Dose nada 4.428, lalu Penyuluh itu ada 60, Penghulu ada 154, jabatan fungsional lainnya ada 453, dan pelaksana itu ada 45. Jadi guru itu tidak kurang dari 12 ribu yang nanti akan kita angkat menjadi PNS dan tentu nanti termasuk guru-guru PAI tentu yang kita sangat sadar, sangat kekurangan di lapangan. Ini juga jawaban untuk Bu Endang tadi yang juga menyoroti kekurangan guru. Jadi begini. Guru PAI, Guru Pendidikan Agama Islam itu adalah guru-guru yang mengajarkan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum. Sekolah umum itu adalah SD, SMP, dan SMA. SD dan SMP itu dibawah kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk dalam hal pengangkatan Guru-gurunya. Jadi segala pembiayaannya, tanggung jawabnya SD, dan SMP itu ada di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota termasuk pengangkatan guru-gurunya, termasuk Guru-guru PAI-nya itu. Nah sementara SMA itu ada di Pemerintah Daerah Provinsi. Jadi kami memang Kementerian Agama tidak mempunyai kewenangan mengangkat guru-guru PAI di sekolah-sekolah umum tapi mereka di bawah kami dalam hal pembinaannya, program studinya, pendidikan agama itu mengacu ke kami. Jadi ini memang ada semacam ya dualism atau apalah. Jadi kami memang terus berkomunikasi dengan Kemendik, kami ingin ada revisi karena ini ujungnya di Undang-Undang ASN. Jadi kalau Bapak/Ibu sekalian Komisi VIII bisa masuk kepada revisi Undang-Undang ASN kami ingin, Undang-Undang ini aspirasi semua kalangan, tentu juga aspirasi Bapak/Ibu sekalian kami yakin, bahwa guru PAI itu sepenuhnya ada di Kementerian Agama begitu, termasuk pengangkatannya, rekrutmennya, dan pembinaannya, jangan hanya pembinaannya saja, karena itu nanti ya kami yang membina tapi mereka lebih patuh pada yang mengangkatnya, kan jadi susah juga pembinaannya tidak leluasan begitu. Jadi ini yang memang sedang terus kita dalami. Berikutnya adalah yang, Ibu Dwi Astuti sudah tidak ada, Ibu Wenny. Jadi tentu RKAKL sekarang ini berdasarkan daerah karena ini kan juga merupakan resoltante atau kristalisasi dari pembahasan panjang sebelumnya. Jadi tentu ini juga masukan dari Bapak/Ibu sekalian Komisi VIII ketika kita membahas anggaran pendahuluan dan sebelumnya. Nah khusus terkait korban-korban bencana, ini juga banyak ditanyakan termasuk oleh Pak Ketua korban Lombok dan Bali, korban gempa, kami menginisiasi 3 pola bantuan. Pertama bantuan yang sifatnya spontanitas dari seluruh ASN Kementerian Agama se-Indonesia. Jadi sejak adanya gempa itu kami lalu kemudian spontanitas membuka kotak tromol atau kotak amal, pokoknya sukarela ASN, dan itu terkumpul 12,6 milyar. Oh sekarang sudah 12.900.150.000 jadi sudah 12,9 milyar. Itu yang sifatnya spontanitas ASN dan itu sudah kami serahkan ke daerah karena kami membuka Posko Bencana yang peruntukannya untuk prioritas membantu pertama keluarga ASN kita ini yang sumbernya dari spontanitas ASN dan yang kedua prioritasnya untuk membangun merehab gedung-gedung madrasah kita, KUA kita dan seterusnya itu. Yang kedua adalah dari revisi DIPA Tahun 2018 ini saja. Jadi 2018 saya perintahkan kepada semua satker pusat untuk melakukan revisi adakah yang bisa disisir, dialihkan untuk bencana ini dan lalu kemudian terkumpul 26,2 milyar dan lalu kemudian yang ketiga adalah revisi dari anggaran yang sumbernya adalah BA BUN yang sebenarnya peruntukannya untuk Universitas Islam Internasional Indonesia tapi nampaknya anggarannya kemarin 548

milyar, kemungkinannya tidak akan terserap seluruhnya karena waktunya sudah tidak memungkinkan lalu kemudian kami sedang memperjuangkan kepada Kementerian Keuangan untuk yang 200 milyar itu dialokasikan untuk Lombok. Jadi mudah-mudahan ini tidak ada, ini sedang proses revisi. Jadi itulah yang kami lakukan terkait dengan bencana Lombok. Tentu termasuk ada Pura, ada macam-macam seluruh di bawah Kementerian Agama. Lalu yang kaitannya, oh tadi itu ya Bu Endang nikah anak di bawah umur. Jadi pastilah penghulu kita tidak ada satupun yang berani menikahkan secara resmi, beda kalau sirih, kalau sirih itukan tidak tercatat, tapi kalau resmi, tidak ada Penghulu kita yang berani menikahkan anak di bawah umur, karena itu melanggar Undang-Undang dan itu sanksinya itu bisa kehilangan jabatan, dia bisa pecat, karena itu Undang-Undang. F-PG (Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Sg, SH): Izin Pak Menteri. …: Rekayasa umur itu di Kades Pak. Jadi kalau petugas Bapak memang tidak, tapi kalau Kepala Desa, orang umur 16 dibilang umur sekian, itu dan rata-rata petugas tidak meneliti Pak. F-PG (Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Sg, SH): Ya maaf izin Pak Menteri, saya menambahkan, sedikit. Maaf Pimpinan, yang di bawah umur. Ini adalah umumnya memang mengajukan umur dituakan. Oleh karena itu, harus ada regulasi dari Kementerian Agama yang diperlukan untuk mengatur sanksi sehingga mereka tidak lagi menikahkan dengan merekayasa, meloloskan umur di bawah usia 17 kemudian disahkan di PA. Jadi harus ada komunikasi saya kira. Terima kasih. KETUA RAPAT: Lanjut. MENTERI AGAMA RI: Jadi memang kalau sudah rekayasa, ada pemalsuan atau apa dari yang bersangkutan ya tentu Penghulu kami, tapi begini, kami sudah wanti-wanti sejak awal kepada seluruh Penghulu kita untuk berpatokan kepada NIK, NIK Kependudukan. Jadi itu yang, jadi selama data kependudukannya itu, disitu kan ada data umur, ya kecuali kalau NIK-nya dipalsukan, ya tentu kami sudah tidak berdaya, penghulu kita tidak bisa menelisik sampai kebenaran NIK, tapi itulah acuannya begitu. Nah kami memberikan, punya program bimbingan pernikahan perkawinan, itu yang sedang kami gencarkan dan ini juga terkait dengan usia. Nah berikutnya adalah yang kaitannya dengan FKUB yang juga disampaikan oleh Bapak Ketua betul. Kita juga sedang mengintensifkan penguatan FKUB itulah kenapa anggarannya kita mohonkan untuk ditambah dan FKUB ini sebenarnya

kalau menurut regulasi itu tidak hanya kewenangan Kementerian Agama, bahkan yang punya tanggung jawab lebih besar itu sesungguhnya Pemerintah Daerah baik kabupaten maupun provinsi, karena regulasi menyatakan eksplisit bahwa masing-masing Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota itu bertanggung jawab terhadap keberlangsungan FKUB di daerahnya masing-masing. Namun demikian karena ini kaitannya dengan agama, ya tentu Kementerian Agama tidak bisa lepas tangan, tapi kita terus berkomunikasi dengan Kemendag. Jadi memang ada daerah-daerah kalau …. F-P.NASDEM (K.H. DJA'FAR SHODIQ, S.H.): Maaf Pak Menteri, anggarkan Pak. Jadi tumpang tindih Pak. Di daerah, Bupati menganggarkan, Gubernur menganggarkan. Justru terjadi kerawanan. Jadi tolong mari kita pertegas. Kalau memang itu tanggung jawab daerah kita tidak usah urus begitu Pak. Jadi ini sekedar masukan saja Pak. KETUA RAPAT: Nanti lewat Pimpinan. MENTERI AGAMA RI: Betul. Jadi sebenarnya kita inginnya seperti itu tetapi akhirnya Pak Jafar Sodik kami berpandangan, akhofut doderain, jadi begini, lebih baik tumpang tindih untuk sesuatu yang baik daripada tidak sama sekali yang membiayai. Kita khawatir alih-alih kita mengharapkan Pemda tetapi ternyata Pemda tidak membayarkan, tidak mengalokasikan anggarannya itu. Jadi ya kami usahakan untuk FKUB ini adalah biaya operasional saja sebenarnya. Sementara yang program-program kita harapkan dari Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Lalu berikutnya adalah yang kaitannya dengan Ibu Ei, Asrama Haji ini juga Dapilnya Pak Ketua. Prinsipnya begini, ini juga nanti berlaku kepada manajemen asset yang baik sekali tadi disampaikan oleh Pak Ace Hasan masukan bagi kami. Prinsipnya, kami bisa membangun apakah itu KUA, Madrasah, Asrama Haji apapun, asal tanahnya itu milik Kementerian Agama karena regulasinya kami tidak boleh membangun suatu bangunan yang tanahnya bukan milik kami. Itu melanggar ketentuan. Jadi mohon Pemerintah Daerah Banten bisa menghibahkan Asrama Haji itu agar kami bisa segera membangun karena selama itu masih milik Pemerintah Daerah tanahnya maka kami tidak mungkin bisa membangun itu, karena menyalahi regulasi, begitu juga beberapa KUA, beberapa KUA. Oleh karenanya saya terus berkomunikasi dengan sejumlah Bupati, Walikota, Gubernur agar toh menghibahkan itu kan sama juga milik negara juga pada dasarnya hanya beda kantong saja milik negara pada dasarnya. Nah yang lain adalah terkait dengan ya Pak Romzi. KETUA RAPAT: Sebentar Pak Menteri.

Kita perpanjang dulu ya sampai berapa menit ini, 17.20 WIB ya. Banyak yang belum shalat. Jadi yang kaitannya dengan Sumatera Selatan ya kita perhatikan. Jadi Bapak Sumatera Selatan adalah Provinsi yang keempat yang mengajukan tuan rumah untuk MTQ yang akan datang Tahun 2020, karena yang sudah mengajukan sebagai tuan rumah itu Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Jadi nanti akan Tim tersendiri yang akan turun ke lapangan untuk melihat kesiapan dari Provinsi-provinsi ini. Nah Ibu Agung Astrid, terima kasih masukannya. Penambahan guru-guru tadi sudah kami respon. Jadi Dirjen Bimas Hindu itu sudah mengalokasikan anggaran Tahun ini itu diprioritaskan kepada Bali dan Lombok yang mengalami musibah dari, bencana dari adanya gempa ini. Nah lalu Pak Bambang, oh sudah tidak ada. Jadi ini saya cepat-cepat saja karena, Pak Ace Hasan terima kasih masukan-masukannya. Asset daerah betul ini sedang kita lakukan, betul program 5 ribu dokter itu juga terus kita lakukan karena ya kita punya 32 ribu dosen dari tidak kurang dari 700 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Negeri maupun Swasta, yang negeri ada 58, yang swasta ada 600-an sekian, Perguruan Tinggi ada Sekolah Tinggi, ada Institut, ada Universitas Islam yang doktor itu hanya 5 ribuan. Jadi memang masih sangat kurang, rasionya masih sangat timpang. Jadi kita terus gencar dengan program melahirkan doktor-doktor ini. RPP JPH, alhamdulillah sekarang sudah paraf sejumlah menteri karena itu lintas kementerian, tinggal hitungan hari saja RPP ini bisa menjadi PP. Lalu Elnino sudah tidak ada. Pak Marwan, betul, terima kasih masukannya. Terkait dengan UIN, kita sedang melakukan kajian intensif ke arah mana UIN, jadi betul, jangan sampai justru mengerogoti core-nya yang itu hakekatnya studi islam, jangan sampai kedokteran, psikologi itu mengalahkan core dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam kita. Program-program penanggulangan radikalisme itu ada di KUB dan hampir semua Bimas tidak hanya Islam, tapi semua Bimas Keagamaan, karena begini. Isu atau slogan yang diusung oleh Kementerian Agama Periode 2015 sampai 2019 ini adalah moderasi beragama. Jadi semua program yang dirancang haruslah mempunyai terkaitan dengan upaya melahirkan moderasi beragama yang hakekatnya adalah secara tidak langsung maupung langsung dalam rangka penanggulangan ekstrimitas atau radikalisme ini. Jadi seperti itu. Nah terakhir dari Pak Ketua sudah tidak ada, tetapi intinya adalah yang kaitannya dengan honor penyuluh itu betul-betul kita harapkan bisa terealisir lalu juga tanah-tanah asset-aset sama Pak Ace, lalu juga beberapa masukan itu kami terkait dengan STAIN Tigaraksa dan lain sebagainya itu kita tampung kemudian kita tindaklanjuti. Terakhir ini yang di luar RKAKL yang kaitannya dengan pengeras suara. Jadi ini juga perlu disampaikan. Jadi sebenarnya itu kebijakan Tahun 1978, mengapa kemudian muncul karena belakangan ada banyak pertanyaan bahkan desakan agar ada regulasi Kementerian Agama agar membuat regulasi tentang Pengeras suara ini yang lalu kemudian setelah kita melakukan kajian ternyata kami temukan oh sudah pernah ada sebenarnya edaran yang dibuat oleh Bimas Islam pada Tahun 1978 yang sifatnya ke dalam sebenarnya untuk internal jajaran Kementerian Agama, Kanwil, Kakanmenag untuk para penyuluh agama kita dan seterusnya yang sudah isinya sudah sama kita tahu. Jadi Kementerian Agama saat ini tidak membuat kebijakan baru, itu kebijakan tahun 1978, hanya memang betul sosialisasinya yang lalu kemudian menimbulkan kesimpangsiuran, tapi juga ada pihak-pihak tertentu,

kami menemui juga yang memang sengaja memlintir itu, itu sengaja, jadi lalu kemudian Pemerintah melarang adzan di masjid itukan sudah jauh sekali. Kita sama sekali tidak mengatur, jangankan melarang, mengatur adzan saja tidak, kita mengatur pengeras suara. Jadi ini mohon bisa dipahami. Kebetulan juga ada media. Jadi yang diatur melalui instruksi Tahun 1978 itu adalah pengeras suaranya meskipun tentu ada bagian yang harus kita evaluasi. Betul Pak Chotibul Umam tadi mengatakan mungkin dalam konteks kekinian, ada bagian-bagian tertentu yang harus dievaluasi. Kami memberikan pandangan bahwa sebaiknya terkait dengan hal ini ada 2 hal Pak Ketua. Pertama memang persoalan rumah ibadah penggunaan pengeras suara ini sesuatu yang sifatnya situasional di suatu tempat dengan daerah lain sulit untuk digeneralisir aturannya karena masing-masing punya variasi yang beragam dan itu adalah konsekuensi sosialogis saja kalau kita berada di dekat rumah ibadah ya tentu akan menerima konsekuensinya, kita dekat gereja yang akan sering mendengar bunyi lonceng, kalau kita dekat dengan vihara, atau klenteng kita akan sering mencium bau dupa, jadi begitu saja seperti kalau rumah kita dekat masjid ya tentu kita akan sering mendengar adzan. Jadi sebenarnya tenggang rasa saja intinya antara Pengelola Rumah Ibadah dengan masyarakat dan masyarakat dengan keberadaan rumah-rumah ibadah. Oleh karenanya yang diperlukan adalah ketika ada perselisihan kami memang mengharapkan FKUB bisa lebih pro-aktif untuk menyelesaikan. Jadi jangan semua persoalan perselisihan apalagi menyangkut agama itu mudah dibawa ke ranah hukum karena hukum itu pendekatannya hitam putih padahal agama itu harus didekati dengan penuh kearifan, dengan keluwesan dan tenggang rasa antar kita sebagai masyarakat yang penuh kekeluargaan berazaskan musyawarah. Jadi ini pandangan kami dan mudah-mudahan apa yang kami sampaikan ini bisa menjawab sejumlah pertanyaan dari Bapak/Ibu sekalian. Demikian. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Tepuk tangan dulu. Jadi sudah selesai jawaban Pak Menteri. Waktunya, lebih dari cukup dan aspiratif. Kita baca bersama draft kesimpulan. Kita baca bersama ya Pak Menteri ya.

DRAFT KESIMPULAN RAPAT KERJA KOMISI VIII DPR RI DENGAN

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2018-2019

Selasa, 4 September 2018

Pada Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI bersama Menteri Agama RI dengan agenda membahas RKAKL Kementerian Agama RI Tahun 2019, disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Komisi VIII DPR RI dapat memahami Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Agama Tahun 2019 sebesar Rp62.066.722.163.000,- yang akan dialokasikan untuk program nomor program pagu anggaran 2019: 1) Dukungan manajemen 1,9 trilyun sekian; 2) Kerukunan umat beragama 85 milyar sekian; 3) Pengawasan akuntabilitas 153 trilyun milyar rupiah; 4) Bimas Islam 5 trilyun 157 milyar sekian; 5) Pendidikan Islam 48 trilyun 544 milyar sekian; 6) Bimas Kristen 1 trilyun 822 milyar sekian; 7) Bimas Khatolik 929 milyar 890 juta sekian; 8) Bimas Hindu 816 milyar sekian; 9) Bimas Budha 263 milyar sekian; 10) Penyelenggaraan Haji dan Umroh 1 trilyun 496 milyar sekian; 11) Litbang dan Diklat 600 milyar sekian; 12) Jaminan Produk Halal 211 milyar sekian.

Jumlah Rp62.066.722.163.000,-

2. Komisi VIII DPR RI akan melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap

pagu anggaran dan usul tambahan anggaran Kementerian Agama RI sebesar Rp5.384.855.617.600,- dalam RKAKL Tahun Anggaran 2019 bersama Pejabat Esselon I Kementerian Agama RI.

3. Komisi VIII DPR RI mendesak Menteri Agama RI agar dalam penyusunan dan pengalokasian anggaran Kementerian Agama RI Tahun 2019 secara sungguh-sungguh menindaklanjuti masukan Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI sebagai berikut: a. Menyampaikan data mengenai rincian capaian dari setiap program

Kementerian Agama RI selama 4 tahun; b. Merinci PT KIN mana saja yang batal memperoleh pinjaman/hutang

luar negeri dan diambil alih pembiayaannya melalui SBSN; c. Meninjau ulang surat edaran Dirjen Bimas Islam tentang Tuntutan

Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Mushola; d. Melakukan pemerataan distribusi bantuan sarana prasarana Pondok

Pesantren dan Madrasah; e. Meningkatkan perhatian kepada Guru-guru Madrasah Non PNS dan

Guru Agama yang ada di Sekolah Umum; f. Memprioritaskan pengalokasian anggaran untuk pemulihan sarana

prasarana pendidikan keagamaan dan tempat ibadah di lokasi bencana;

g. Melakukan inovasi program untuk pengembangan Pondok Pesantren dan Rumah Ibadah yang tidak terbatas pada infrastruktur;

h. Meningkatkan peran dan anggaran bagi FKUB dan KUA.

Saya kira terpisah ini, FKUB terpisah dengan KUA supaya fokus.

i. Memprioritaskan pembangunan Asrama Haji Banten dan Pendirian STAIN Tigaraksa Tangerang;

j. Memperhatikan peningkatan jumlah Guru dan Penyuluh Agama Hindu khususnya di Bali;

k. Mengoptimalkan pengelolaan asset yang dimiliki Kementerian Agama RI;

l. Menyelesaikan peraturan-peraturan turunan dari Undang-Undang Jaminan Produk Halal dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.

Inilah hasil sementara. Kalau ada koreksi, kami persilakan. Kalau dianggap cukup ya kita putus saja. Silakan Pak Menteri.

MENTERI AGAMA RI: Ya prinsipnya seluruhnya kami bisa menyetujui ini, hanya 1 hal saja pada butir 3c, jadi butir 3 ini kan bicara tentang RKAKL kita. Jadi ada beberapa poin yang terkait dengan upaya untuk secara bersungguh-sungguh menindaklanjuti masukan, hasil raker ini yang terkait dengan RKAKL tapi pada c ini substansinjya sebenarnya tidak ada masalah, hanya tempatnya saja mungkin tidak tepat ada disini, karena ini tidak ada kaitannya dengan anggaran 2019. Jadi substansinya kami bisa menangkap tapi mungkin mungkin karena tempatnya tidak tepat, kami usulkan agar c ini didrop saja supaya semua poin ini secara langsung terkait dengan anggaran 2019. Yang kedua, sedikit saja koreksi angka pada butir 1 nomor 4 Bimas Islam itu ada kesalahan angka. Jadi yang benar adalah Rp5.157.052.074.000,- KETUA RAPAT: Jadi 191 itu diganti dengan 052. MENTERI AGAMA RI: Itu 2 hal itu saja Pak Ketua. KETUA RAPAT: Jadi apakah kita setuju drop poin c? Setuju? Bukan berarti tidak melakukan koreksi, tetapi ini bicara anggaran kurang pas. Apakah memunculkan di tempat lain atau kita anggap sudah dipahami? F-P.NASDEM (Drs. KH. CHOIRUL MUNA): Pimpinan, Kalau menurut saya itu jadi poin baru saja nomor 4 begitu. F-PPP (ACHMAD MUSTAQIM, SP, MM): Izin Pak. Kita kan nanti akan ada pendalaman di RDP-RDP sesuai dengan tupoksinya RDP saja bahwa kita postingnya sehingga yang mikro itu lebih teknis Pak.

KETUA RAPAT: Jadi kita bukan drop, dipindahkan pada RDP. Ya silakan. F-PPP (ACHMAD MUSTAQIM, SP, MM): 1 Pak Ketua. Poin j Pak Ketua, memperhatikan peningkatan jumlah guru dan penyuluh agama. Saya kira di agama yang lain banyak masalah, di kita tidak batasi dengan 1 agama. Di Agama Islam misalkan itu juga banyak permasalahan-permasalahan yang serupa. Saya kira diperluas begitu Pak Ketua. Terima kasih. KETUA RAPAT: Jadi poin apa tadi? J, memperhatikan peningkatan jumlah guru dan penyuluh agama titik, berarti semuanya, masing-masing Dirjen ya. Hindu, Budha, Konghucu, Konghucu tidak pernah ada ya, Kristen sudah, titik sampai situ saja, artinya sudah menampung aspirasi. Itu ya. Poin k Pak Menteri mengoptimalkan asset jadi milik Menteri Agama termasuk aspek historisnya, tidak usah diubah tapi kalimatnya hanya ingatkan Asrama-asrama haji dulu itu milik Menteri Agama, orang per orang kemudian dibuat yayasan. Asrama Haji Cempaka Putih, Kwitang, kemudian Tebet, kebetulan saya tahu sejarahnya, dulu itu adalah kumpulan dari yayasan islam. Sekarang daerah tidak bertuan. Tolong Biro Hukum mencari ini bagaimana mengoptimalkan ini menjadi asetnya Kementerian Agama. Kalau tidak ya kasih saja ormas-ormas yang ada, daripada tidak dikelola. Jadi orang per orang sekarang ini. Saya kebetulan tahu sejarah PH Cempaka Putih, Kwitang. Jadi maklum pahamlah. Jadi oleh karena itu, tolong ini diinventarisasi, jangan sampai tidak terkelola dengan baik dan juga Asrama Haji, apa namanya maaf, Rumah Sakit Haji yang ada di Pondok Gede, nanti kita bicarakan pada saat RDP supaya asetnya tidak lari, saya kira begitu ya. Secara umum materi kesimpulan ini kita terima sebagai keputusan ya? Setuju? F-PG (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM): Pak Ketua, Sebelah kanan. Tidak, nanya saja. Ini poin 3 huruf b ya, merinci PT KIN. Maksud kita itu kalau itu kita tahu PT KIN yang gagal menerima bantuan atau pinjaman luar negeri itu berimplikasi pada angka. Itu maksud saya. Ya kalau poin ini oke saja, tapi dan saya setuju juga poin-poin yang tidak terkait dengan RKAKL itu didrop. Memang tidak nyambung kan? Nah tapi khusus poin 3b ini saya kira perlu penjelasan karena asumsi saja itu berimplikasi kepada anggaran, kan angkanya tadi 454 milyar, pengalihan dari hutang luar negeri yang batal menjadi SBSN.

Itu Ketua. KETUA RAPAT: Jadi nanti pada pendalaman pada masing-masing nanti Pak. Silakan. …: Izin Pimpinan. Sebetulnya ini tadi sudah sempat saya sampaikan, karena Panja itu sudah terbentuk, sebetulnya jauh akan lebih mendalami di Panja apa-apa yang terkandung di dalam pemikiran Pak Umam itu bisa kita indept lebih jauh di Panja itu Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT: Pak Umam, Kita sudah bentuk Panja SBSN. Nah oleh karena pada saat nanti kita dalami. F-PG (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM): Ya tahu saya, tahu Panja sudah kita bentuk. Itu pasti kita, maksudnya kan harus ada penjelasan. Tadi kan agak salah miss leading tadi, yang batal itu bukan ininya Pak Menteri proyeknya tetapi pinjaman luar negerinya, kan begitu sehingga Menteri Keuangan kan mengalihkan ke SBSN. Itu maksud kita. Ada contoh kasus Mataram yang tadi dibantah oleh Pak Menteri, it’s okelah itu. Inikan ada implikasi ketika yang tadinya dirancang dianggar dari IDB dan IDB-nya batal, di beberapa Perguruan Tinggi Negeri kan dialihkan ke SBSN. Dari SBSN otomatis mengambil secara tidak langsung itu dana-dana yang bisa dialokasikan untuk yang lain, itu maksud saya. Kan angkanya kalau sedikit sih angkannya banyak ini 54 koma sekian milyar, 454 milyar. Jadi saya oke saja kesimpulan ini tapi kan nanti akan diperdalam tetapi tolong kasih penjelasan apakah batalnya pinjaman luar negeri tidak berimplikasi kepada perubahan anggaran yang itu mengurangi APBN Murni, Pagu Murni dari Departemen Agama, itu maksud saya. Maksudnya, membantu juga kita, kita membantu Kemenag begitu agar ini menjadi kesimpulan sehingga Menteri Keuangan tahu eh lo tidak benar mengambil alih dengan cara begitu tidak benar loh Pak, Bu Menteri kan begitu maksud kita. Terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan Pak Menteri mungkin dijawab dulu. MENTERI AGAMA RI: Ya sebenarnya akan dijelaskan dalam pendalaman, tapi silakan Pak Kamar kalau ada yang ingin ditambahkan.

DIRJEN PENDIS KEMENAG RI: Izin Pak. Jadi IDB itu kan kontraknya dengan Kementerian Keuangan. Jadi ada 6 PT KIN yang akan mendapatkan bantuan dari IDB tapi kemudian oleh IDB dibatalkan. Jadi dibatalkan secara sepihak oleh IDB. Tadinya Menteri Keuangan protes, bahkan dalam pertemuan terakhir di Tunisia, Menteri Keuangan masih mengusulkan, masih berusaha maksimal agar proyek itu tetap diteruskan, tetapi oleh IDB tidak diteruskan, alasannya panjang sekali termasuk diantaranya karena IDB ingin memperbaiki ratingnya yang selama ini sudah triple A sebenarnya dan banyak proyeknya di luar negeri seluruh dunia yang tidak perform, sehingga dia ingin membatasi proyek-proyek yang berpotensi tidak perform. Itu alasannya, tetapi bagi kami tidak mengurangi apa-apa sesungguhnya karena itu juga diganti dengan SBSN. Jadi tadinya IDB kemudian diganti SBSN yang jumlahnya 424 Tahun 2019, Tahun 2020 ditambah lagi Pak sesuai dengan proyeknya. Jadi sama sekali tidak berpengaruh apa-apa dari sisi angka, hanya sumbernya saja berubah. Itu hasil diskusi kami dengan Kementerian Keuangan. Mudah-mudahan menjelaskan Pak. F-PG (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM): Ya itukan misalnya SBSN kita ambil dari dana-dana haji yang sudah disukuk sedangkan pertanyaan orang kampung kan untuk yang alokasi lain juga butuh, kok ini dialokasikan untuk SBSN PT KIN misalnya ini, itu. Maksud saya setelah Bapak menjelaskan tadi kan jelas bahwa kemudian SBSN ditambah 454 atau 424 itu kan bisa dialokasikan ke yang lain seandainya tidak ada pembatalan dari IDB kan begitu. Itu yang saya maksud. DIRJEN PENDIS KEMENAG RI: Tidak juga Pak. Jadi sebenarnya tidak mengubah plafon sama sekali. Katakanlah anggaran Pendis 50 trilyun dengan IDB, dengan diganti menjadi SBSN tetap seperti itu. Jadi tidak mengubah plafon pendidikan islam, sama sekali tidak. Jadi tidak mengurangi, jadi tetap saja. Tidak mengurangi, hanya perbedaan sumber saja. KETUA RAPAT: Hanya perbedaan sumber, pengalokasiannya sama. Oke ya? F-PG (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM): Itu halaman 23 Pak Ketua, itu ada pengurangan Ketua, penurunan, 23 itu untuk Pendis. Kan berarti berimplikasi Pak. KETUA RAPAT: 599, ya samalah datanya sama. Di halaman 23 Pak Dirjen.

F-PG (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.HUM): Biar clear saja Pak Ketua, biar clear saja. KETUA RAPAT: Saya kira nanti pertanyaan ini penting, nanti diperdalam pada saat RDP. Saya kira begitu ya? Oke? Jadi kita setujui ya dengan berbagai usul saran perbaikan kita terima, nanti akan didalami pada Esselon I masing-masing. Saya kira itu. Mari kita putuskan dulu, namun demikian saya lupa tadi Pak Menteri ada usul dari Dapil ini Pak, mohon maaf dapil saya. Ada kerangka acuan rencana pembangunan gedung pelayanan 1 atap penyelenggaraan ibadah haji dan umroh, tanahnya sudah siap, tinggal dibangun, nanti saya serahkan kepada Pak Dirjen, Pak Sekretaris Dirjen. Saya kira itu saja, supaya amanah dapil tercapai. Kita tutup dengan ...., eh belum-belum. Pak Menteri kata akhir. MENTERI AGAMA RI: Sekali lagi tentu terima kasih yang tidak terhingga kepada Komisi VIII atas segala dukungannya yang tiada henti sehingga kinerja kementerian agama terkait dengan haji dan seluruhnya itu terus meningkat dengan baik. Terima kasih. KETUA RAPAT: 1 lagi Pak, dukungan dan motivasi. Jangan lupa itu motivasi. Oh sudah. Terima kasih. Kita tutup dengan hamdallah, alhamdulillahirrabil’alamin. Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT: DITUTUP)