Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

60
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Transcript of Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

Page 1: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

i Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Page 2: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

i

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya penyusunan buku Tanya Jawab

tentang Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara): Instrumen Keuangan

Berbasis Syariah, yang merupakan edisi revisi dan penyempurnaan dari buku

tanya jawab edisi sebelumnya, dapat diselesaikan. Shalawat serta salam

semoga senantiasa selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Pada dasarnya, penyusunan buku ini dilatarbelakangi oleh niat tulus

untuk terus melaksanakan proses edukasi dan sosialisasi mengenai Sukuk

Negara kepada masyarakat, stakeholders, dan semua pihak yang terkait.

Untuk itu, buku ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

mendasar seputar Sukuk Negara, sekaligus memperluas pengetahuan dan

pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara.

Agar lebih memudahkan pembaca, buku ini sengaja disusun dalam

format tanya jawab yang ditulis secara sistematis, yang mencakup tanya

jawab mengenai prinsip keuangan syariah, kondisi pasar keuangan syariah,

sukuk, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Kemudian, pada bagian

akhir buku ini terdapat penjelasan singkat mengenai istilah-istilah dalam

keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan sukuk. Hal ini mengingat

istilah-istilah dimaksud berasal dari bahasa Arab, yang relatif masih kurang

dikenal dan dipahami oleh sebagian masyarakat.

Akhirnya kami berharap semoga buku ini bisa bermanfaat bagi semua

pihak, serta turut memberikan kontribusi terhadap pengembangan

keuangan syariah di Indonesia.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Jakarta, Juni 2010

Tim Penyusun

Page 3: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

ii

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

SAMBUTAN

DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari Surat

Berharga Negara (SBN) semakin mengalami peningkatan, sehingga

diperlukan pengembangan instrumen SBN sekaligus diversifikasi sumber-

sumber pembiayaan. Seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk

mengembangkan pasar keuangan syariah di Indonesia, Pemerintah

berupaya meluncurkan instrumen investasi dan pembiayaan yang berbasis

syariah, yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dikenal dengan

Sukuk Negara.

Alhamdulillah, usaha dan kerja keras Pemerintah selama ini dalam

menyediakan landasan hukum bagi penerbitan Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN) dapat tercapai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor

19 tahun 2008 tentang SBSN pada 7 Mei 2008. Keberadaan Undang-

Undang ini diperlukan untuk menyediakan basis serta koridor hukum dalam

pengelolaan SBSN secara hati-hati, transparan, dan akuntabel, serta

memberikan kepastian hukum bagi investor. Undang-Undang SBSN

tersebut merupakan angin segar baik bagi Pemerintah maupun pelaku pasar

dalam upaya mengembangkan pasar keuangan dalam negeri, khususnya

pasar keuangan syariah yang perkembangannya relatif tertinggal

dibandingkan dengan pasar keuangan syariah di beberapa di negara lain.

Dalam kurun waktu dua tahun sejak disahkannya undang-undang

SBSN tersebut, intrumen SBSN telah mengambil peran penting sebagai

salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Pemerintah telah sukses menerbitkan SBSN untuk pertama kalinya

pada bulan Agustus tahun 2008 melalui cara bookbuilding, Sukuk Negara

Ritel, dan SBSN Valas di pasar internasional. Selain itu, Pemerintah juga telah

menerbitkan SBSN dengan cara lelang dan private placement.

Penerbitan SBSN tersebut berhasil menarik minat yang luar biasa dari

para investor, baik dalam maupun luar negeri. Keberhasilan penerbitan

Page 4: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

iii

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Sukuk Negara tersebut ditandai dengan banyaknya penghargaan (awards)

yang diperoleh dari berbagai media keuangan internasional. Kesuksesan

tersebut tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam

melakukan sosialisasi SBSN yang intensif di masyarakat, komunitas pelaku

pasar keuangan, serta perguruan tinggi, maupun melalui berbagai seminar,

talkshow, investor gathering, pameran serta media cetak dan elektronik

lainnya.

Penyusunan buku Tanya Jawab tentang Surat Berharga Syariah Negara

(Sukuk Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah ini, yang merupakan

revisi dan penyempurnaan dari edisi sebelumnya, dimaksudkan untuk

memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya

mengenai Sukuk Negara. Melalui proses edukasi dan sosialisasi yang

dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan awareness dan

pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara sebagai instrumen

investasi dan pembiayaan dapat semakin meningkat.

Akhir kata, saya ingin menyampaikan apresiasi yang tulus kepada

rekan-rekan di Direktorat Pembiayaan Syariah atas ketekunannya dalam

menyusun dan menyelesaikan revisi buku Tanya Jawab SBSN ini. Semoga

hasil karya ini dapat bermanfaat serta menjadi amal jariyah bagi kita semua,

Aamiin.

Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Jakarta, Juni 2010

Direktur Pembiayaan Syariah

Dahlan Siamat

Page 5: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

iv

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH ii

DAFTAR ISI iv

I. PRINSIP KEUANGAN SYARIAH (ISLAMIC FINANCE)

1. Pengertian Syariah 1

2. Pengertian keuangan syariah (Islamic Finance) 1

3. Tujuan keuangan syariah 1

4. Prinsip dasar transaksi dalam keuangan syariah 1

5. Pengertian Riba 1

6. Pengertian Gharar 2

7. Pengertian Maysir 2

8. Riba dalam pandangan syariah 2

9. Bunga dalam pandangan syariah 2

10. Uang dalam pandangan syariah 3

11. Utang dalam pandangan syariah 3

12. Sistem bagi hasil 3

13. Margin keuntungan 3

14. ujrah/fee 3

II. PASAR KEUANGAN SYARIAH

15. Kondisi pasar keuangan syariah internasional 4

16. Perkembangan pasar keuangan syariah dalam negeri 4

17. Lembaga keuangan internasional yang mendukung perkembangan

pasar keuangan syariah

5

18. Perkembangan instrumen keuangan syariah saat ini 6

19. Negara-negara yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk

negara)

6

20. Negara lain yang memiliki undang-undang penerbitan sukuk 6

21. Faktor-faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan Sukuk 6

22. Potensi permintaan sukuk 7

III. SUKUK

A. PAPARAN UMUM

23. Pengertian sukuk 8

24. Karakteristik sukuk 8

25. Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional 9

26. Kriteria sukuk yang memenuhi prinsip syariah 9

Page 6: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

v

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

27. Penggunaan dana hasil penerbitan sukuk 9

28. Kelebihan berinvestasi pada sukuk 10

29. Siapa saja investor sukuk 10

30. Investor konvensional berinvestasi dalam sukuk 10

31. Jangka waktu (tenor) sukuk 10

32. Sifat imbalan sukuk 10

33. Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk 11

34. Metode penerbitan sukuk 11

35. Metode bookbuilding 11

36. Metode lelang (auction) 11

37. Metode private placement 11

38. Sukuk yang diminati pasar domestik dan internasional 12

39. Perdagangan sukuk di pasar sekunder 12

B. JENIS-JENIS SUKUK

40. Jenis-Jenis Sukuk 12

41. Sukuk Ijarah 13

42. Sukuk Salam 13

43. Sukuk Istishna’ 13

44. Sukuk Musyarakah 13

45. Sukuk Mudharabah 14

46. Sukuk Wakalah 14

47. Sukuk Muzara’ah 14

48. Sukuk Musaqah 15

49. Sukuk Dengan Kombinasi Akad Tertentu 15

IV. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) / SUKUK NEGARA

A. PAPARAN UMUM SBSN

50. Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara 15

51. Dasar hukum penerbitan SBSN 15

52. Kewenangan penerbitan SBSN 15

53. Tujuan penerbitan SBSN 16

54. Perlunya penerbitan SBSN oleh Pemerintah 16

55. Perbedaan antara SBSN dengan SUN 16

56. Keuntungan berinvestasi dalam SBSN 17

57. Bukti Kepemilikan SBSN 17

B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN / SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV)

58. Pengertian Special Purpose Vehicle (SPV) 17

59. Konsep SPV dalam penerbitan sukuk 17

60. Fungsi SPV dalam penerbitan sukuk 18

Page 7: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

vi

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

61. Masa operasional SPV 18

62. Pengertian principle trustee dan co trustee 18

63. Perusahaan Penerbit SBSN (PP SBSN) 18

64. Dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN 18

65. Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN dalam Penerbitan SBSN 18

66. Penerbitan SBSN tanpa SPV 19

67. Pendirian Perusahaan Penerbit SBSN di luar negeri 19

C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN

68. Pengertian underlying asset 20

69. Pengertian hak manfaat 20

70. Pengertian Aset SBSN 20

71. Pengertian Barang Milik Negara (BMN) 20

72. Fungsi underlying asset dalam penerbitan SBSN 20

73. Aset yang dapat dijadikan underlying asset penerbitan SBSN 20

74. Apakah terjadi perpindahan kepemilikan aset SBSN 21

75. Mekanisme pemindahtanganan BMN sebagai underlying asset

dalam penerbitan SBSN Ijarah Sale and Lease Back

21

76. Cara penentuan nilai BMN yang dijadikan underlying asset SBSN 21

77. Pihak yang bertanggung jawab merawat Aset SBSN 21

D. PENERBITAN SBSN

78. Tahapan penerbitan SBSN 22

79. Pihak yang berperan dalam penerbitan SBSN 22

80. Persetujuan DPR dalam penerbitan SBSN 22

81. Peran BI dalam penerbitan SBSN 23

82. Penerbitan SBSN secara langsung dan tidak langsung 23

83. Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding 23

84. Penerbitan SBSN dengan cara lelang 24

85. Penerbitan SBSN dengan cara private placement 25

86. Pernyataan Kesesuaian Syariah (Sharia Compliance Endorsement) 25

87. Buyback SBSN sebelum jatuh tempo 25

88. Opsi pelunasan SBSN sebelum jatuh tempo (call-option) 25

89. Jangka waktu (tenor) SBSN 26

90. Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic Treasury Bills) 26

91. Posisi Outstanding SBSN 26

E. DOKUMEN PENERBITAN SBSN

92. Dokumen transaksi penerbitan SBSN 26

93. Dokumen penerbitan SBSN Ijarah Al Khadamat 27

94. Pengertian Fatwa 27

95. Fatwa-Fatwa terkait SBSN 27

Page 8: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

vii

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

96. Pernyataan kesesuaian syariah / Opini Syariah 28

97. Memorandum Informasi 28

F. IMBALAN SBSN

98. Mekanisme Penentuan imbalan SBSN 28

99. Penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan syariah 29

100. Jaminan atas pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN 29

101. Pajak terhadap imbalan SBSN 29

G. PASAR SEKUNDER SBSN

102. SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder 29

103. Perdagangan SBSN di pasar sekunder 30

104. Capital gain 30

105. Pajak terhadap capital gain SBSN 30

H. SERI SBSN

106. SBSN seri IFR 30

107. SBSN seri SR 30

108. SBSN seri SNI 31

109. SBSN seri SDHI 31

I. SKEMA PENERBITAN SBSN

110. Jenis-jenis SBSN 31

111. Ijarah – sale and lease back 32

112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah – Sale and Lease Back 32

113. Ijarah Al-Khadamat 33

114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah Al-Khadamat 33

V. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEUANGAN SYARIAH

A

1. Akad 34

2. Ajir 34

3. Ashiil 34

4. „Ariyah 34

5. „An Taradhin 34

B

6. Bai’ 34

7. Ba`i' 34

8. Bagi Hasil 34

9. Bagi Untung (profit sharing) 34

10. Bagi Pendapatan (revenue sharing) 34

11. Bai‟ al-„Inah 35

Page 9: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

viii

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

12. Bai‟ al-Ma‟dum 35

13. Bai‟ al-Mu‟athoh 35

14. Bai‟ al-Muwadha‟ah 35

15. Bai‟ al-Munaqashah 35

16. Bai‟ al-Musawamah 35

17. Bai‟ al-Muzayadah 35

18. Bai‟ as-Salam 36

19. Ba‟i at-Taqsith 36

20. Ba‟i al-Wafa‟ 36

21. Ba‟i Bithaman Ajil (BBA) 36

22. Bai‟ Muajjal 36

23. Bai‟ Tauliyah 36

24. Bithaqah al-I‟timan 36

25. Bithaqah al-Khasm al-Fauri 36

D

26. Dayn 36

27. Dharar 36

28. Dharurat 36

F

29. Fasakh 36

30. Fasid 37

31. Fatwa 37

G

32. Gharar 37

33. Ghubun 37

H

34. Hibah 37

35. Hiwalah/Hawalah 37

I

36. Ihtiyath 37

37. Ihtikar 37

38. Ijab Kabul 37

39. Ijarah 37

40. Ijarah al-Khadamat 38

41. Ijarah Headlease and Sublease 38

42. Ijarah Mawshufah fi Dzimmah 38

43. Ijarah Muntahiya bit-Tamlik 38

44. Ijarah Sale and Lease Back 38

45. Ijtihad 38

46. Ijma‟ 38

47. Iqalah 38

Page 10: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

ix

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

48. Iqtishad 38

49. Istishna‟ 39

J

50. Ju‟alah 39

K

51. Kafalah 39

52. Kafiil 39

53. Khiyar 39

M

54. Ma‟jur 39

55. Mabi‟ 39

56. Makful Bih 39

57. Malik 39

58. Marhun 39

59. Maysir 39

60. Maqashid Syariah 40

61. Mudi‟ 40

62. Mudharabah 40

63. Mudharabah Muqayyadah 40

64. Mudharabah Muthlaqah 40

65. Mudharib 40

66. Muhal 41

67. Muhal „Alaihi 41

68. Muhil 41

69. Mukhabarah 41

70. Muqridh 41

71. Muqtaridh 41

72. Muqaradhah 41

73. Murabahah 41

74. Murtahin 41

75. Musyarakah 41

76. Muslam 42

77. Muslam Fihi 42

78. Muslam Ilaihi 42

79. Musyarakah Mutanaqishah 42

80. Musytari 42

81. Mustashni‟ 42

82. Muzara‟ah 42

83. Musaqah 42

84. Mu‟jir 42

Page 11: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

x

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

85. Musta‟jir 42

86. Muwakkil 42

N

87. Najsy 42

88. Nisbah 43

Q

89. Qardhul Hasan 43

90. Qimah 43

91. Qiyas 43

R

92. Rabbul Mal 43

93. Rahn 43

94. Rahin 43

95. Riba 43

96. Riba Fadhl 43

97. Riba Nasi‟ah 44

98. Riba Jahiliyah 44

99. Ribawi 44

100. Risywah 44

S

101. Sadd Zari‟ah 44

102. Shahibul Maal 44

103. Shani‟ 44

104. Sharf 44

105. Shighah 44

106. Syirkah 45

T

107. Ta‟alluq 45

108. Ta‟widh 45

109. Tabarru‟ 45

110. Tadlis 45

111. Takaful 45

112. Tas‟ir 45

113. Tawarruq 45

U

114. Ujrah 46

115. „Urf 46

116. ‟Urbun 46

W

117. Wa‟ad 46

Page 12: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

xi

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

118. Wadi‟ah 46

119. Wadi‟ah Yad adh-Dhamanah 46

120. Wadi‟ah Yad al-Amanah 47

121. Wadi‟ 47

122. Wakalah 47

123. Wakil 47

VI. DAFTAR PUSTAKA 48

Page 13: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

1

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

I. PRINSIP KEUANGAN SYARIAH (ISLAMIC FINANCE)

1. Apakah yang dimaksud dengan Syariah?

Syariah adalah aturan/hukum Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan al-

Hadits.

2. Apakah yang dimaksud dengan Keuangan Syariah (Islamic Finance)?

Keuangan Syariah (Islamic Finance) adalah suatu sistem

keuangan/perekonomian yang diatur dan dikelola berdasarkan syariah Islam.

3. Jelaskan tujuan Keuangan/Ekonomi Syariah?

Tujuan Keuangan/Ekonomi Syariah adalah untuk mewujudkan kebaikan,

kemaslahatan dan kesejahteraan manusia terutama di bidang

ekonomi/keuangan, dengan mengacu pada tujuan utama syariah (maqashid

syariah) dalam rangka membantu manusia mencapai kemenangan (falaah) di

dunia dan akhirat.

4. Sebutkan prinsip-prinsip dasar transaksi dalam Keuangan Syariah?

Prinsip-prinsip dasar transaksi dalam Keuangan Syariah yang dijadikan panduan

dalam berbagai aktivitas transaksi ekonomi, yaitu antara lain:

larangan atas penerapan bunga (riba/usury);

larangan terhadap aktivitas ekonomi yang mengandung unsur

judi/spekulasi (maysir), ketidakpastian/penipuan (gharar), serta produksi

barang dan jasa yang bertentangan dengan syariah Islam (bathil);

anjuran atas penerapan sistem bagi hasil (profit loss sharing);

penekanan pada perjanjian atau kesepakatan yang adil (’an taradhin); dan

mendorong produktivitas dan keadilan distribusi.

5. Apakah yang dimaksud dengan Riba (usury/interest)?

Riba (usury/interest) adalah tambahan yang diambil dalam suatu transaksi tanpa

adanya suatu ‘iwadh (pengganti/penyeimbang) yang dibenarkan syariah atas

penambahan tersebut. Dalam fikih muamalah, riba dibagi menjadi 3 (tiga) jenis,

yaitu riba fadhl, riba nasi‟ah, dan riba jahiliyah.

Riba fadhl, disebut juga riba buyu‟, yaitu riba yang timbul akibat

pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria yang sama

kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa`an bi sawa`in) dan

sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Riba fadhl dapat ditemui

dalam transaksi valas yang tidak dilakukan secara tunai.

Riba Nasi’ah atau riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang piutang

yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama risiko (al ghunmu bil

ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Riba

Page 14: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

2

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

jenis ini dapat ditemui dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran

bunga tabungan, deposito, giro.

Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman

karena peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada saat

jatuh tempo.

6. Apakah yang dimaksud dengan Gharar (Uncertainty)?

Gharar adalah sesuatu yang mengandung ketidakjelasan, keraguan, tipuan atau

tindakan yang bertujuan merugikan orang lain. Dalam jual beli, gharar dapat

terjadi jika mengandung ketidakjelasan atau ketidakpastian, baik mengenai

obyek, cara penyerahan maupun cara pembayaran.

7. Apakah yang dimaksud dengan Maysir (Speculation)?

Maysir adalah aktivitas spekulasi, judi, dan untung-untungan di dalam transaksi

keuangan yang memungkinkan diperolehnya suatu kekayaan dengan cara yang

mudah, dengan kemungkinan adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan

pihak yang lain.

8. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap riba?

Syariah Islam melarang praktik riba dalam segala aktivitas ekonomi, karena

dampak negatifnya terhadap sistem sosial dan perekonomian masyarakat.

Secara sosial, praktik riba yang bersifat eksploitatif cenderung menciptakan

hutang, merendahkan martabat manusia, serta menciptakan jurang

ketidakadilan yang sangat besar di masyarakat. Sementara secara

perekonomian, riba cenderung mengeksploitasi perekonomian, menyebabkan

misalokasi sumber daya, menciptakan ketidakadilan dan ketidakefisienan

perekonomian, serta menciptakan pembangunan ekonomi yang bersifat semu

(bubble economy) yang pada akhirnya berdampak pada terjadinya krisis dan

ketidakstabilan perekonomian.

9. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap bunga?

Pada dasarnya, bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi

pinjaman uang (qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa

mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok pinjaman tersebut, berdasarkan

tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di muka, dan pada umumnya bersifat

persentase. Karakteristik bunga dimaksud telah memenuhi unsur dan kriteria

riba, yakni riba nasi‟ah. Dengan demikian, praktik bunga termasuk salah satu

bentuk riba, sehingga tidak dibolehkan dalam transaksi keuangan syariah.

Page 15: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

3

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

10. Jelaskan bagaimana fungsi uang dalam Keuangan/Ekonomi Syariah?

Dalam pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah, fungsi uang hanyalah sebagai

alat tukar (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of account) dalam

transaksi keuangan, yang bertujuan untuk memperlancar pertukaran dan

menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut. Uang tidak memiliki nilai

dan hanya merefleksikan nilai, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai komoditi.

11. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap

utang?

Dalam pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah, utang/pinjaman merupakan

salah satu akad tabarru‟ (sosial/tolong menolong) dan bukan akad komersial.

Dengan demikian, tidak dibolehkan untuk mengambil keuntungan komersial

dari pemberian utang kepada pihak lain (misalnya, pinjaman dengan bunga

atau obligasi konvensional).

12. Apakah yang dimaksud dengan sistem bagi hasil?

Sistem bagi hasil (profit-loss sharing) adalah sistem pembagian hasil usaha

(keuntungan maupun kerugian) yang dibagi berdasarkan rasio (nisbah) yang

berbentuk persentase (A 50% : B 50%) dan disepakati bersama di awal akad.

Sistem bagi hasil pada dasarnya mengacu pada akad kemitraan (partnership),

yang diaplikasikan pada akad musyarakah, mudharabah, muzara‟ah,

mugharasah, dan mukhabarah. Sistem bagi hasil terdiri dari dua jenis, yaitu:

Bagi untung (Profit Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari

pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah

pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga

keuangan syariah;

Bagi pendapatan (Revenue Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari

total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat

digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.

13. Apakah yang dimaksud dengan margin?

Margin adalah jumlah keuntungan yang diperoleh penjual dalam akad jual beli

(murabahah, salam dan istishna’), yang merupakan tambahan yang diberikan

pembeli atas cost of capital barang yang dijual beserta keuntungan yang

diperoleh.

14. Apakah yang dimaksud dengan ujrah/fee?

Ujrah/fee adalah imbalan yang diberikan oleh pengguna jasa sebagai bentuk

pertukaran atas jasa/manfaat yang diberikan oleh pemberi jasa dalam akad

ijarah (sewa menyewa). Ujrah atau imbalan yang diperjanjikan dapat bersifat

tetap (fixed).

Page 16: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

4

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

II. PASAR KEUANGAN SYARIAH

15. Bagaimana kondisi pasar keuangan syariah Internasional?

Secara umum, pasar keuangan syariah internasional terus mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Sampai dengan triwulan III tahun 2009, nilai

aset industri perbankan syariah mencapai sekitar USD1 triliun, Islamic funds sekitar

USD70 miliar, dan premium Takaful global sekitar USD4,3 miliar. Kawasan Gulf

Cooperation Council (GCC) masih mendominasi shariah compliant aset dengan

market share 42,9%. Kontributor terbesar kedua adalah Iran dengan market share

35,6%. Di luar kawasan Timur Tengah, Asia memiliki market share sekitar 20%,

dengan pemain utama Malaysia sebesar 10,5%. Sementara di Eropa, Inggris masih

menjadi leading player dengan share 2,5%. (Sumber: Bank Indonesia).

Saat ini jumlah lembaga keuangan syariah global telah mencapai sekitar 810

perusahaan yang tersebar di 50 negara. Sekitar 450 lembaga keuangan syariah

beroperasi di kawasan Timur Tengah, terutama UEA, Bahrain, Kuwait, Iran dan

Saudi Arabia. Di Eropa, sekitar 114 lembaga keuangan syariah menjadi pelaku di

pasar keuangan syariah Eropa yang terkonsentrasi di Inggris. Sedangkan di

Amerika Utara, jumlah lembaga keuangan syariah masih relatif sedikit, yaitu

sekitar 44 yang tersebar di AS dan Kanada (Sumber: Bank Indonesia).

Secara global, sampai dengan Juli 2010 total emisi sukuk internasional mencapai

sekitar USD213 miliar. Berkembang secara pesat dari semula sekitar USD4 miliar

pada tahun 2002 (Sumber: IFIS).

16. Bagaimana perkembangan pasar keuangan syariah di dalam negeri?

Seiring dengan perkembangan pasar keuangan syariah internasional, pasar

keuangan syariah di Indonesia juga tumbuh dan berkembang dengan pesat. Hal

tersebut terlihat dari peningkatan jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi

10 buah pada akhir Juni 2010. Demikian pula dengan perkembangan aset dan

dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah yang masing-masing mengalami

peningkatan dari sebesar Rp7,94 triliun dan Rp5,76 triliun pada tahun 2003,

menjadi Rp75,205 triliun dan Rp58,078triliun per Juni 2010. (Sumber: Bank

Indonesia).

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana syariah juga mengalami peningkatan dari

semula Rp1,77 triliun pada akhir tahun 2008, menjadi Rp4,63 triliun pada akhir

Desember 2009 (Sumber: Bapepam-LK). Sedangkan jumlah perusahaan/unit usaha

asuransi syariah (takaful) dan nilai asetnya meningkat dari masing-masing 18 unit

dengan total aset Rp519 miliar pada tahun 2004, menjadi 44 unit dengan total

aset Rp3,2 triliun pada Maret 2010 (Sumber: zonaekis.com/Republika).

Pesatnya perkembangan industri keuangan syariah juga diikuti oleh pesatnya

perkembangan instrumen keuangan dan pembiayaan syariah yaitu sukuk atau

Page 17: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

5

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

yang lebih dahulu dikenal dengan obligasi syariah. Selama tujuh tahun terakhir,

perkembangan penerbitan obligasi syariah domestik mengalami peningkatan

signifikan dari sebanyak 6 penerbitan dengan total emisi Rp740 miliar pada tahun

2003, menjadi 47 penerbitan dengan total emisi Rp7,715 triliun pada akhir Juli

2010. Sementara total Sukuk Korporasi yang sudah dilunasi/jatuh tempo per 31

Juli 2010 berjumlah Rp1,694 triliun (Sumber: Bapepam-LK).

17. Sebutkan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional yang mendukung

perkembangan pasar keuangan syariah!

Lembaga keuangan internasional yang mendukung perkembangan pasar

keuangan syariah, antara lain sebagai berikut:

The Islamic Financial Services Board (IFSB).

IFSB merupakan lembaga internasional yang bertujuan merumuskan infrastruktur

keuangan Islam dan standar instrumen keuangan Islam. Lembaga ini didirikan di

Kuala Lumpur pada 3 November 2002 dan mulai beroperasi pada 10 Maret 2003.

The International Islamic Financial Market ((IIFM).

IIFM merupakan lembaga internasional yang bertujuan untuk mendukung

pengembangan kerjasama internasional dalam rangka meningkatkan

perdagangan produk keuangan Islam dan sekaligus menjadi pusat rujukan

internasional terkait dengan kesesuaian prinsip syariah atas produk-produk

keuangan syariah (shariah compliance). Lembaga ini didirikan oleh bank sentral

dan otoritas moneter Bahrain, Brunei, Indonesia, Malaysia, Sudan and Islamic

Development Bank pada 13 November, 2001, dan head quartered in the Kingdom

of Bahrain. Keanggotaan Indonesia diwakili oleh Bank Indonesia.

Islamic International Rating Agency (IIRA).

IIRA merupakan lembaga rating khusus untuk instrumen keuangan Islam, didirikan

pada tahun 2001 dan berkedudukan di Bahrain.

The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions

(AAOIFI).

AAOIFI merupakan lembaga nirlaba internasional yang bertujuan menyusun dan

menyiapkan standardisasi di bidang keuangan syariah, khususnya terkait dengan

teknik akuntansi, auditing, governance, ethics dan kesesuaian prinsip syariah atas

produk-produk keuangan syariah. AAOIFI didirikan pada 26 Februari 1990 di

Aljazair, dan terdaftar di Bahrain sejak 27 Maret 1991.

Liquidity Market Center (LMC)

Lembaga yang didirikan oleh Central Bank of Bahrain (CBB) untuk mendukung

perkembangan perdagangan di pasar sekunder. LMC bertugas untuk memberikan

kuotasi harga seluruh sukuk internasional yang telah diterbitkan baik oleh

korporasi maupun sovereign.

Page 18: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

6

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Islamic Development Bank (IDB)

IDB sangat aktif dalam memberikan pembiayaan syariah secara langsung

terutama kepada negara-negara anggota, termasuk Indonesia. IDB yang didirikan

tahun 1975 atas rekomendasi Organisasi Konferensi Islam. Sampai dengan tahun

2010 IDB telah beranggotakan 57 negara, dan sangat aktif mempromosikan

konsep ekonomi syariah melalui seminar, workshop maupun konferensi.

18. Bagaimana perkembangan instrumen keuangan syariah saat ini?

Dari segi struktur dan akad yang digunakan, instrumen keuangan syariah yang

ada saat ini relatif terbatas. Namun sejalan dengan semakin besarnya permintaan

dan kebutuhan dari investor, semakin banyak pula variasi struktur dan akad yang

diperkenalkan oleh pelaku pasar. Instrumen keuangan syariah yang selama ini

banyak digunakan antara lain dengan menggunakan struktur dan akad

murabahah, salam, istishna’, musharaka, mudharabah, dan ijarah.

19. Negara-negara apa saja yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk

negara) sampai saat ini?

Beberapa negara yang telah menerbitkan sovereign sukuk (sukuk negara) di

antaranya adalah: Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Qatar,

Bahrain, Saxony Anhalt (negara bagian Jerman), dan Uni Arab Emirates.

20. Apakah sudah ada negara lain yang memiliki undang-undang khusus

sebagai basis hukum penerbitan sukuk?

Hingga saat ini, selain Indonesia, belum ada satupun negara yang memiliki

undang-undang yang khusus mengatur masalah Sukuk. Upaya yang dilakukan

negara di Timur Tengah adalah melalui perundang-undangan perbankan dan

keuangan Islam yang di dalamnya juga mencakup peraturan mengenai Sukuk.

Di Malaysia, Sukuk diterbitkan melalui The Malaysian Government Investment Act

yang diterbitkan pada tahun 1983 atau sekarang dikenal sebagai The Government

Funding Act 1983 yang membolehkan pemerintah menerbitkan sertifikat tanpa

pembayaran bunga (non interest bearing certificate) yang dikenal dengan sebutan

Government Investment Certificate (saat ini disebut Government Investment Issue).

Selain itu, beberapa negara seperti United Kingdom (UK) dan Singapura, telah

melakukan amandemen terhadap peraturan perundang-undangan untuk

mengakomodir transaksi keuangan syariah, termasuk sukuk.

21. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pesatnya perkembangan

instrumen keuangan syariah khususnya Sukuk?

Adanya kebutuhan pendanaan yang bersifat spesifik dan memerlukan struktur

sukuk yang baru;

Page 19: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

7

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Semakin meningkatnya partisipasi investor konvensional di pasar keuangan

syariah;

Besarnya kebutuhan sektor perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya

untuk portofolio investasi;

Besarnya partisipasi aktif dari para pelaku pasar, ekonom, pakar syariah, dan

para stake-holder keuangan syariah lainnya untuk menciptakan struktur baru

yang sesuai dengan prinsip syariah.

22. Bagaimanakah potensi permintaan Sukuk Negara oleh investor domestik

maupun luar negeri saat ini?

Potensi permintaan terhadap Sukuk Negara oleh investor domestik dan luar

negeri diperkirakan sangat tinggi, dengan mengacu pada kondisi antara lain:

tingginya peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah

market share produk syariah dibandingkan produk konvensional relatif masih

sangat kecil;

tingginya kecenderungan negara-negara yang berpenduduk minoritas muslim

untuk mengadopsi konsep keuangan syariah

banyaknya investor konvensional menggunakan instrumen keuangan berbasis

syariah sebagai salah satu pilihan investasi.

repatriasi dana-dana Timur Tengah dari pasar Amerika dan Eropa pasca

peristiwa 9/11;

masih terbatasnya instrumen keuangan syariah dibandingkan dengan

permintaan; dan

terus meningkatnya peringkat kredit (credit rating) Indonesia.

Page 20: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

8

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

III. SUKUK

A. PAPARAN UMUM

23. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk?

Sukuk (صكوك) adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan

bentuk jamak (plural) dari kata ‘Sakk’ ( كص ), yang berarti dokumen atau

sertifikat. Pada abad pertengahan, sukuk lazim digunakan oleh para

pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial

yang timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya (Ayub, 2005).

Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for

Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No. 17 tentang Investment Sukuk

(Sukuk Investasi), Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat bernilai sama yang

merupakan bukti atas bagian kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu

aset, hak manfaat, dan jasa-jasa, atau atas kepemilikan suatu proyek atau

kegiatan investasi tertentu.

“Investment Sukuk are certificate of equal value representing undivided shares

in ownership of tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of)

the assets of particular projects or special investment activity”.

Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (Bapepam – LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan

sebagai Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai

sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak

terbagi atas :

1. Kepemilikan aset berwujud tertentu;

2. Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi

tertentu; atau

3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, Sukuk (Obligasi

Syariah) didefinisikan sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan

prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah

yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang

obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana

obligasi pada saat jatuh tempo.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI) No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara,

SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai Surat Berharga Negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian ( حصة )

kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Page 21: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

9

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

24. Jelaskan karakteristik sukuk?

Sukuk memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan

investasi tertentu;

pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai

dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;

terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir;

memerlukan adanya underlying asset penerbitan;

penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.

25. Jelaskan perbedaan antara sukuk dengan obligasi konvensional?

26. Jelaskan bagaimana suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan

memenuhi prinsip syariah?

Suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah apabila

seluruh kegiatan penerbitan sukuk, termasuk akad/perjanjian penerbitannya,

tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi

yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan maslahat.

Sukuk juga harus terbebas dari berbagai unsur larangan, antara lain riba, maysir,

dan Gharar. Untuk itu, penerbitan Sukuk memerlukan adanya pernyataan

kesesuaian syariah (sharia compliance) dari ahli syariah yang diakui secara umum

atau dari lembaga yang memiliki keahlian di bidang syariah, yang menyatakan

bahwa sukuk yang diterbitkan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.

Sukuk Obligasi

Prinsip Dasar Surat Berharga yang diterbitkan berdasarkan

prinsip syariah, sebagai bukti

kepemilikan/penyertaan terhadap suatu aset

yang menjadi dasar penerbitan sukuk

Pernyataan utang

tanpa syarat dari

penerbit

Underlying

Asset

memerlukan underlying asset sebagai dasar

penerbitan

tidak ada

Fatwa/ Opini

Syariah

memerlukan Fatwa/Opini Syariah untuk

menjamin kesesuaian sukuk dengan prinsip

syariah

tidak ada

Penggunaan

Dana

tidak dapat digunakan untuk hal-hal yang

bertentangan dengan prinsip syariah

bebas

Return berupa imbalan, bagi hasil, margin, capital

gain

bunga, capital gain

Page 22: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

10

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

27. Apakah dana hasil penerbitan sukuk (proceeds) boleh digunakan untuk

segala hal?

Sesuai dengan prinsip syariah yang melandasinya, dana hasil penerbitan sukuk

(proceeds) hanya dapat digunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah. Dengan demikian, dana tersebut tidak dapat digunakan

untuk (sebagai contoh) membiayai pembangunan pabrik minuman keras, rokok,

persenjataan dan sebagainya yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

28. Jelaskan kelebihan berinvestasi pada sukuk?

merupakan instrumen investasi berbasis syariah, sehingga investor dapat

berinvestasi dengan mengikuti dan melaksanakan prinsip syariah;

memberikan imbalan (return) yang kompetitif;

memberikan penghasilan yang stabil untuk para investor;

dapat diperjual-belikan di pasar sekunder (khususnya untuk sukuk ijarah),

sehingga berpotensi mendapatkan capital gain.

29. Siapa saja yang dapat menjadi investor sukuk?

Semua pihak, baik individu maupun lembaga/institusi, dapat berinvestasi pada

sukuk, karena sukuk merupakan instrumen keuangan global sebagaimana

halnya instrumen keuangan konvensional lain yang dapat dibeli oleh siapa saja,

dan tidak dibatasi pada agama atau keyakinan tertentu.

30. Mengapa investor konvensional juga berinvestasi dalam sukuk?.

Pada umumnya, investor konvensional, baik individu maupun lembaga,

berinvestasi dalam sukuk antara lain dikarenakan:

untuk keperluan pengelolaan risiko investasi, yaitu dengan mendiversifikasi

aset atau likuiditas yang dimiliki dalam berbagai bentuk instrumen alternatif;

sukuk memberikan imbalan/kupon yang kompetitif dengan berbagai

metode pemberian imbalan yang unik, seperti bagi hasil, margin, dan

ujrah/fee;

akad dan transaksi yang digunakan dalam penerbitan sukuk bersifat

transparan, adil, dan pasti.

31. Berapa lamakah jangka waktu (tenor) sukuk?

Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for

Islamic Financial Institutions (AAOIFI) nomor 17 tentang Sukuk Investasi,

penerbitan sukuk boleh dilakukan untuk jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mendasari

penerbitannya. Selain itu, sukuk juga dapat diterbitkan tanpa ditentukan jangka

waktunya, mengacu pada akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

Page 23: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

11

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

32. Bagaimana sifat imbalan sukuk ?

Imbalan (kupon) sukuk dapat bersifat tetap (fixed rate) atau mengambang

(floating), sesuai dengan jenis akad dan struktur yang digunakan dalam

penerbitan. Imbalan sukuk tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk

persentase dan dibayarkan secara periodik sesuai ketentuan dan persyaratan

yang ada dalam penerbitan sukuk (terms and conditions).

33. Siapa saja pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk?

Pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk antara lain sebagai berikut:

Obligor, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pokok serta

imbal hasil Sukuk yang diterbitkan;

Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu badan hukum yang didirikan khusus

untuk menerbitkan Sukuk;

investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang memiliki hak kepentingan atas

underlying asset melalui SPV;

Sharia Advisor, yaitu sebagai pihak yang memberikan fatwa atau

pernyataan kesesuaian terhadap prinsip-prinsip syariah atas sukuk yang

diterbitkan;

Wali Amanat, yaitu pihak yang mewakilli kepentingan pemegang Sukuk

sesuai dengan yang diperjanjikan.

34. Bagaimana metode penerbitan sukuk?

Penerbitan sukuk, sesuai dengan international best practice, dapat dilakukan

dengan cara bookbuilding, lelang dan private placement. Penerbitan Sukuk

pada umumnya dilakukan melalui (Special Purpose Vehicle) SPV sebagai

penerbit, namun dapat pula dilakukan secara langsung oleh originator/obligor.

35. Apa yang dimaksud dengan metode bookbuilding?

Bookbuilding adalah salah satu metode penerbitan surat berharga, yaitu

investor akan menyampaikan penawaran pembelian atas suatu surat berharga,

biasanya berupa jumlah dan harga (yield) penawaran pembelian, dan dicatat

dalam book order oleh investment bank yang bertindak sebagai bookrunner.

36. Apakah yang dimaksud dengan metode lelang?

Metode lelang adalah metode penerbitan dan penjualan surat berharga yang

diikuti oleh peserta lelang dengan cara mengajukan penawaran pembelian

kompetitif dan/atau penawaran pembelian nonkompetitif dalam suatu periode

waktu penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan sebelumnya, melalui

sistem yang disediakan oleh agen yang melaksanakan lelang.

Page 24: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

12

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

37. Apakah yang dimaksud dengan metode private placement?

Private placement merupakan salah satu metode penerbitan surat berharga,

dimana kegiatan penerbitan dan penjualan surat berharga dilakukan oleh pihak

penerbit kepada pihak tertentu dengan ketentuan dan persyaratan (terms &

conditions) yang disepakati bersama.

38. Hal-hal apa saja yang harus dipenuhi agar sukuk dapat diterima dan

diminati oleh pasar baik domestik maupun internasional?

Sukuk yang diterbitkan harus memenuhi semua ketentuan syariah, antara

lain proses penerbitannya, penggunaan dana hasil penerbitannya, maupun

yang terkait dengan underlying asset.

Likuiditas (marketability of instrument), yaitu sukuk harus dapat

dipindahtangankan dari satu pihak ke pihak lain (transferable) dan harus

dapat diperjualbelikan (tradable).

Tingkat imbalan yang kompetitif dibandingkan instrumen keuangan lainnya.

Transparansi, berupa kejelasan dan kemudahan akses informasi bagi

investor.

Proses penerbitan mengikuti ketentuan yang umum berlaku dalam

penerbitan sukuk di pasar keuangan internasional.

Adanya dukungan infrastruktur legal dan kelembagaan yang memadai,

termasuk dukungan pasar keuangan yang efisien

39. Apakah perdagangan sukuk di pasar sekunder dibolehkan berdasarkan

prinsip syariah?

Pada prinsipnya, sukuk adalah bukti kepemilikan investor atas

aset/manfaat/jasa dan bukan merupakan surat utang. Sehingga berdasarkan

prinsip syariah, perdagangan/jual beli sukuk di pasar sekunder dibolehkan

karena pada dasarnya yang diperjualbelikan adalah aset/manfaat/jasa yang

menjadi underlying asset sukuk, bukan jual beli hutang. Hal tersebut sesuai

dengan pasal 5/2 Standar Syariah AAOIFI Nomor 17 tentang Sukuk Investasi,

yang memperbolehkan perdagangan/jual beli sukuk.

Namun demikian, perdagangan sukuk tetap memperhatikan struktur dan jenis

akad yang melandasi penerbitannya. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa

jenis struktur sukuk yang tidak dapat diperdagangkan, misalnya sukuk dengan

struktur Istishna‟, Salam, dan Murabahah. Ketentuan mengenai dibolehkannya

perdagangan suatu sukuk dapat diketahui dari terms and conditions yang

tercantum pada memorandum informasi penerbitan sukuk.

Page 25: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

13

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

B. JENIS-JENIS SUKUK

40. Apa saja jenis-jenis sukuk?

Mengacu pada Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for

Islamic Financial Institutions (AAOIFI), terdapat 14 jenis akad yang dapat

digunakan dalam penerbitan sukuk, yaitu antara lain Sukuk Ijarah, Sukuk

Murabahah, Sukuk Salam, Sukuk Istishna‟, Sukuk Mudharabah, Sukuk

Musyarakah, Sukuk Wakalah, Sukuk Mugharasah, Sukuk Muzara‟ah, Sukuk

Musaqah.

41. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Ijarah?

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah

adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad Ijarah, dan dapat

diklasifikasikan menjadi antara lain:

Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan

Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset yang disewakan atau yang

akan disewakan, dengan tujuan untuk menjual aset tersebut dan

mendapatkan dana dari hasil penjualan, sehingga pemegang sukuk menjadi

pemilik aset tersebut

Sukuk kepemilikan manfaat

Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat aset,

dengan tujuan untuk menyewakan aset/manfaat dari aset dan menerima

uang sewa, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik manfaat dari aset.

Sukuk kepemilikan jasa

Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu jasa

tertentu melalui penyedia jasa (seperti jasa pendidikan pada universitas)

dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut, sehingga pemegang

sukuk menjadi pemilik jasa.

42. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Salam?

Salam adalah kontrak jual beli suatu barang yang jumlah dan kriterianya telah

ditentukan secara jelas, dengan pembayaran dilakukan dimuka sedangkan

barangnya diserahkan kemudian pada waktu yang disepakati bersama.

Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan

dana untuk modal dalam akad Salam, sehingga barang yang akan disediakan

melalui akad Salam menjadi milik pemegang sukuk.

Page 26: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

14

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

43. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Istishna’?

Istishna‟ adalah akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para pihak

dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut

ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.

Sukuk Istishna‟ adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan

dana yang akan digunakan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang

yang akan diproduksi tersebut menjadi milik pemegang sukuk.

44. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musyarakah?

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya,

untuk tujuan memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan

nisbah yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung

bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

Sukuk Musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan memperoleh

dana untuk menjalankan proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah

berjalan, atau untuk membiayai kegiatan bisnis yang dilakukan berdasarkan

akad musyarakah, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik proyek atau aset

kegiatan usaha tersebut, sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Sukuk

musyarakah tersebut dapat dikelola dengan akad musyarakah (partisipasi),

mudharabah atau agen investasi (wakalah).

45. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Mudharabah?

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu

pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan

keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama tersebut dibagi berdasarkan nisbah

yang telah disetujui, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung

sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh

kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.

Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang merepresentasikan suatu proyek atau

kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad mudharabah, dengan menunjuk

salah satu partner atau pihak lain sebagai mudharib (pengelola usaha) dalam

melakukan pengelolaan usaha tersebut.

46. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Wakalah?

Wakalah adalah akad pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak lain

dalam hal-hal tertentu. Sukuk Wakalah adalah sukuk yang merepresentasikan

suatu proyek atau kegiatan usaha yang dikelola berdasarkan akad wakalah,

dengan menunjuk Agen (wakil) tertentu untuk mengelola usaha atas nama

pemegang sukuk.

Page 27: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

15

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

47. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Muzara’ah?

Muzara‟ah adalah akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan

memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani). Keuntungan yang

diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama sesuai kesepakatan.

Sukuk Muzara‟ah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan

dana untuk membiayai kegiatan pertanian berdasarkan akad Muzara‟ah,

sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.

48. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musaqah?

Musaqah adalah akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana

pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada pihak lain

(penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi) dan pemeliharaan tanaman.

Keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian dibagi bersama sesuai

kesepakatan.

Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan

dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi atas tanaman

berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan tanaman tersebut

berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas

bagian dari hasil panen sesuai kesepakatan.

49. Apakah sukuk dapat diterbitkan dengan kombinasi akad tertentu?

Suatu sukuk dapat diterbitkan dengan menggunakan kombinasi dari dua atau

lebih akad. Misalnya penerbitan sukuk Istishna‟-Ijarah, yang menggunakan

kombinasi akad Istishna‟ dalam rangka membangun suatu proyek/bangunan,

untuk kemudian disewakan dengan menggunakan akad Ijarah.

III. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA / SUKUK NEGARA

A. PAPARAN UMUM

50. Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

atau Sukuk Negara?

Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah Surat

Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti

atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah

maupun valuta asing.

Page 28: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

16

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

51. Apakah dasar hukum penerbitan SBSN?

Dasar hukum penerbitan SBSN adalah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara, yang disahkan pada tanggal 7 Mei

2008, yang mengatur tentang Sukuk yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

Peraturan lainnya yang mendukung pelaksanaan penerbitan SBSN diatur dalam

Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

52. Siapakah yang berwenang menerbitkan SBSN menurut Undang-Undang?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk menerbitkan

SBSN dan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan.

53. Apakah Tujuan penerbitan SBSN?

Tujuan penerbitan SBSN adalah untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN), termasuk membiayai pembangunan proyek (seperti

proyek infrastruktur dalam sektor energi, telekomunikasi, perhubungan,

pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat).

54. Jelaskan kenapa Pemerintah perlu menerbitkan SBSN?

Sejalan dengan tujuan utama penerbitan SBSN yaitu untuk membiayai APBN,

penerbitan SBSN oleh Pemerintah diperlukan antara lain untuk:

memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;

mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di

Indonesia;

memperkuat dan meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah di

dalam negeri;

menciptakan benchmark instrumen keuangan syariah baik di pasar

keuangan syariah domestik maupun internasional;

memperluas dan mendiversifikasi basis investor;

mengembangkan alternatif instrumen investasi;

membiayai pembangunan proyek infrastruktur;

mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN).

55. Jelaskan perbedaan antara Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan

Surat Utang Negara (SUN)?

SBSN/Sukuk Negara Surat Utang Negara

Prinsip Dasar Surat Berharga yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah, sebagai

bukti kepemilikan/ penyertaan

terhadap Aset SBSN

Surat Berharga yang

merupakan surat

pengakuan utang tanpa

syarat dari penerbit

Page 29: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

17

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Underlying

Asset

memerlukan underlying asset sebagai

dasar penerbitan

Umumnya tidak ada

Fatwa/ Opini

Syariah

Memerlukan Fatwa/Opini Syariah

untuk menjamin kesesuaian sukuk

dengan prinsip syariah

Tidak ada

Penggunaan

Dana

Sumber pembiayaan APBN, termasuk

Pembiayaan proyek pemerintah

Sumber pembiayaan APBN

Return imbalan, bagi hasil, margin, capital

gain

Bunga, capital gain

Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 19 tahun

2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara

Undang-Undang Nomor 24

tahun 2001 tentang Surat

Utang Negara

56. Jelaskan keuntungan berinvestasi dalam SBSN?

Keuntungan yang diperoleh investor dari berinvestasi dalam SBSN atau Sukuk

Negara, antara lain:

merupakan investasi yang aman, karena pembayaran imbalan dan nilai

nominal SBSN sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Pemerintah;

berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah, serta aman dan terbebas dari

hal-hal yang dilarang syariah, seperti riba, gharar, dan maysir, sehingga

selain aman juga menentramkan;

memberikan penghasilan berupa imbalan atau bagi hasil yang kompetitif,

dibandingkan dengan instrumen keuangan lain;

dapat diperdagangkan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar,

sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain;

turut berpartisipasi serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional.

57. Apakah bukti kepemilikan SBSN oleh investor?

Pencatatan kepemilikan Surat Berharga Syariah Negara tidak dilakukan secara

fisik, melainkan dilakukan secara elektronik (scripless). Kepemilikan SBSN oleh

investor tercatat di sub-registry yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia selaku

agen penatausahan SBSN dalam rangka membantu pelaksanaan

penatausahaan tersebut.

B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN ATAU SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV)

58. Apakah yang dimaksud dengan Special Purpose Vehicle (SPV)?

Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang dibentuk untuk

memfasilitasi penerbitan sukuk. SPV pada dasarnya dapat dibentuk oleh

obligor atau pihak ketiga atau gabungan antara obligor dan pihak ketiga.

Page 30: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

18

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Dalam hal SPV dibentuk oleh obligor maka perlu ditunjuk co-trustee untuk

menghindari terjadinya benturan kepentingan.

SPV sering juga disebut sebagai paper atau one dollar company karena dalam

praktiknya SPV tidak memiliki manajemen lengkap dan modalnya relatif sangat

kecil sekedar memenuhi persyaratan pendirian SPV. Penerbitan sukuk di luar

negeri, umumnya menggunakan SPV dalam bentuk limited liability company

yang didirikan di negara-negara tax heaven countries.

59. Apakah penggunaan SPV dalam mekanisme penerbitan Sukuk merupakan

produk atau konsep syariah?

Special Purpose Vehicle (SPV) bukanlah merupakan produk atau konsep syariah,

melainkan praktik umum dalam kegiatan transaksi di pasar keuangan. Fungsi

SPV hanya sebagai fasilitator dalam pelaksanaan transaksi yang dapat diadopsi

dalam transaksi keuangan berbasis syariah.

60. Jelaskan bagaimana fungsi SPV dalam penerbitan Sukuk?

sebagai penerbit sukuk.

melakukan transaksi / perikatan dengan obligor untuk kepentingan investor;

berfungsi sebagai trustee (principle trustee)/wali amanat untuk kepentingan

investor;

dapat menunjuk pihak lain sebagai co-trustee untuk membantu

melaksanakan tugas-tugas SPV sebagai trustee.

61. Berapa lamakah masa operasional suatu SPV?

SPV didirikan dengan tujuan khusus, maka kegiatan SPV hanya terbatas pada

hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan akan berakhir apabila

tujuan telah tercapai. Oleh karena itu, kegiatan SPV berakhir dengan sendirinya

apabila sukuk telah jatuh tempo.

62. Apakah yang dimaksud dengan principle trustee dan co trustee?

Principle trustee merupakan SPV dalam posisinya sebagai penerbit sekaligus

sebagai wali amanat untuk mewakili kepentingan pemegang Sukuk. Sementara

co-trustee adalah pihak lain dapat berupa lembaga keuangan bank dan non

bank yang ditunjuk untuk membantu melaksanakan sebagian tugas SPV

sebagai principle trustee.

63. Siapakah yang bertindak sebagai SPV dalam penerbitan SBSN?

Yang bertindak sebagai SPV dalam penerbitan SBSN adalah Perusahaan

Penerbit SBSN, yang merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang SBSN untuk melaksanakan kegiatan penerbitan

SBSN. Ketentuan pendirian dan pengelolaan Perusahaan Penerbit SBSN diatur

Page 31: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

19

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan

Penerbit SBSN.

64. Apakah dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN dalam

kaitannya dengan penerbitan SBSN?

Dasar hukum pendirian Perusahaan Penerbit SBSN adalah Undang-Undang

Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga

Syariah Negara.

65. Jelaskan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN dalam penerbitan SBSN?

Sesuai dengan kewenangan yang diberikan, Perusahaan Penerbit SBSN memiliki

dua fungsi utama, yakni sebagai penerbit SBSN dan sebagai wali amanat:

Dalam melaksanakan fungsi sebagai Penerbit SBSN, Perusahaan Penerbit

SBSN menerbitkan SBSN berdasarkan penetapan Menteri Keuangan. Untuk

menerbitkan SBSN, Perusahaan penerbit SBSN dibantu oleh satuan kerja

Pemerintah dalam melakukan penyiapan dokumen transaksi aset SBSN,

penyiapan memorandum informasi, penyiapan dokumen perjanjian

perwaliamanatan, penyiapan terms and conditions SBSN, penyiapan laporan

pelaksanaan penerbitan SBSN dan laporan tahunan, serta kegiatan lain yang

terkait dengan penerbitan SBSN.

Adapun Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai Wali Amanat (trustee),

antara lain:

melakukan perikatan dengan pihak lain untuk kepentingan pemegang

SBSN;

mengawasi aset SBSN untuk kepentingan pemegang SBSN; dan

mewakili kepentingan lain pemegang SBSN, terkait dengan perikatan

dalam rangka penerbitan SBSN.

Dalam melaksanakan fungsi wali amanat, Perusahaan Penerbit SBSN

dibantu oleh satuan kerja Pemerintah dalam melakukan penatausahaan aset

SBSN, pengawasan atas aset SBSN, dan kegiatan lain yang terkait dengan

pelaksanaan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai wali amanat.

66. Apakah penerbitan SBSN dapat dilakukan tanpa melalui Perusahaan

Penerbit SBSN?

Berdasarkan Undang-Undang SBSN, penerbitan SBSN di dalam negeri dapat

dilakukan dengan atau tanpa Perusahaan Penerbit SBSN (SPV). Dalam hal ini,

beberapa negara lain telah menerbitkan sukuk secara langsung tanpa melalui

SPV, antara lain Malaysia dan Bahrain. Namun demikian, penerbitan SBSN di

Page 32: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

20

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

pasar internasional dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN (SPV),

sebagaimana international best practice yang berlaku.

67. Apakah Perusahaan Penerbit SBSN dapat didirikan di luar negeri?

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan Indonesia, pendirian Perusahaan

Penerbit SBSN di luar negeri oleh Pemerintah secara hukum sulit untuk

dilakukan, karena sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 56

tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit SBSN, pendirian Perusahaan Penerbit

SBSN hanya dapat dilakukan di dalam negeri.

Namun dalam hal diperlukan dan sesuai international best practice, SPV dapat

didirikan dan berbadan hukum luar negeri. Dalam hal ini, SPV melalui obligor

dapat menunjuk lembaga keuangan bank atau non bank di luar negeri untuk

membantu pelaksanaan tugas SPV terkait dengan kegiatan perwaliamanatan

(co-trustee).

C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN

68. Apakah yang dimaksud dengan underlying asset?

Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai objek atau dasar transaksi

dalam kaitannya dengan penerbitan Sukuk. Aset yang dijadikan sebagai

underlying dapat berupa barang berwujud maupun tidak berwujud, seperti

tanah, bangunan, berbagai jenis proyek pembangunan, serta aset non fisik

lainnya seperti jasa (services).

69. Apakah yang dimaksud dengan hak manfaat?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN, yang

dimaksud dengan hak manfaat adalah hak untuk memiliki dan mendapatkan

hak penuh atas pemanfaatan suatu aset tanpa perlu dilakukan pendaftaran atas

kepemilikan dan hak tersebut.

70. Apakah yang dimaksud dengan Aset SBSN?

Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara

(BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan maupun

selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan

dasar penerbitan SBSN.

71. Apakah yang dimaksud dengan Barang Milik Negara (BMN)?

Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya

yang sah, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

Page 33: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

21

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

72. Kenapa diperlukan adanya underlying asset dalam penerbitan SBSN?

Penerbitan SBSN memerlukan adanya underlying asset karena pada dasarnya

SBSN merupakan surat berharga yang mencerminkan bagian kepemilikan atas

aset/manfaat/jasa yang menjadi dasar penerbitan SBSN. Keberadaan underlying

asset berfungsi sebagai transaksi riil yang menjadi dasar penerbitan SBSN, dan

merupakan salah satu aspek utama yang menjadi pembeda antara penerbitan

surat utang dengan sukuk. Tanpa underlying asset, surat berharga yang

diterbitkan akan memiliki sifat sebagai instrumen utang, karena tidak terdapat

transaksi riil yang mendasari penerbitan sukuk tersebut.

73. Aset apa saja yang dapat dijadikan underlying dalam penerbitan SBSN?

Aset yang dapat dijadikan sebagai underlying asset SBSN adalah obyek

pembiayaan SBSN dan Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai

ekonomis berupa tanah dan/atau bangunan, dan selain tanah dan/atau

bangunan. Untuk setiap kali penerbitan SBSN, Pemerintah menetapkan

underlying asset SBSN melalui Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan

Barang Milik Negara (BMN) sebagai aset SBSN.

74. Apakah dimungkinkan terjadinya perpindahan kepemilikan aset SBSN

kepada pihak lain?

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang SBSN, penjualan dan/atau

penyewaan Barang Milik Negara sebagai underlying asset hanyalah dalam

bentuk hak manfaat (beneficial title) dan tidak diikuti adanya kewajiban

penyerahan fisik serta pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah kepada

SPV. Selain itu, dengan adanya ketentuan sebagaimana diatur dalam purchase

& sale undertaking agreement maka terdapat jaminan bahwa aset tidak akan

berpindah tangan kepada pihak lain.

75. Bagaimana mekanisme pemindahtanganan Hak Manfaat Barang Milik

Negara (BMN) sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN dengan

struktur Ijarah Sale and Lease Back?

Mekanisme pemindahtanganan Barang Milik Negara (BMN) sebagai underlying

asset SBSN dengan struktur Ijarah Sale and Lease Back adalah sebagai berikut:

penjualan/penyewaan BMN tersebut hanya atas hak manfaat (benefecial

title) BMN, tidak disertai dengan pemindahan hak kepemilikan (legal title);

pemerintah akan menyewa kembali BMN tersebut, tidak terjadi pengalihan

fisik BMN sehingga tidak mengurangi kewenangan Pemerintah dalam

menggunakan BMN tersebut;

tidak terdapat permasalahan dari sisi akuntansi mengingat kepemilikan

BMN tidak berpindah sehingga tetap tercantum dalam neraca atau on

balance sheet;

Page 34: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

22

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Pada saat SBSN jatuh tempo, Pemerintah wajib membeli

kembali/membatalkan sewa atas asset SBSN dan SPV wajib menjual aset

SBSN kepada Pemerintah sebesar nilai nominal SBSN.

76. Bagaimana cara menentukan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan

dijadikan sebagai underlying asset penerbitan SBSN?

Proses penentuan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan dijadikan sebagai

underlying asset penerbitan SBSN dapat dilakukan oleh internal appraiser atau

independent appraiser yang ditunjuk oleh Pemerintah, dengan menggunakan

metode penilaian yang berlaku umum.

77. Siapa yang bertanggung jawab melakukan perawatan atas Aset SBSN

selama jangka waktu SBSN?

Berdasarkan perjanjian pengelolaan aset (servicing agency agreement),

Pemerintah sebagai pihak yang menyewa dan menggunakan aset SBSN, adalah

pihak yang wajib memelihara Aset SBSN sampai dengan SBSN jatuh tempo.

D. PENERBITAN SBSN

78. Jelaskan bagaimana tahap-tahap penerbitan SBSN?

Penerbitan SBSN dilakukan melalui proses sebagai berikut:

identifikasi Barang Milik Negara atau proyek yang akan dijadikan sebagai

underlying;

perumusan struktur SBSN yang meliputi jenis akad, tenor, volume,

denominasi, metode penerbitan;

penyusunan dokumen syariah dan pasar modal;

permintaan pernyataan kesesuaian syariah atas akad SBSN;

pelaksanaan penerbitan/penjualan, baik dengan metode lelang,

bookbuilding, maupun teknik lainnya; dan

setelmen SBSN.

79. Pihak mana saja yang berperan dalam penerbitan SBSN?

Menteri Keuangan atas nama Pemerintah, yaitu pihak yang memiliki

underlying asset dan bertanggungjawab atas pembayaran pokok serta imbal

hasil sukuk yang diterbitkan;

Perusahaan Penerbit SBSN yang berperan sebagai SPV, yaitu badan hukum

yang didirikan khusus untuk menerbitkan sukuk;

Bank Indonesia yaitu pihak yang berperan sebagai Agen Pembayar yang

bertanggung jawab atas penerimaan dana hasil penerbitan sukuk,

pembayaran imbalan dan pokok sukuk saat jatuh tempo, serta sebagai Agen

Page 35: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

23

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Penatausahaan dengan melakukan pencatatan kepemilikan, kliring dan

setelmen.

Dewan Syariah Nasional sebagai Sharia Advisor, yaitu pihak yang

memberikan fatwa atau pernyataan kesesuaian terhadap prinsip-prinsip

syariah atas sukuk yang diterbitkan.

Investor, yaitu pihak pemegang sukuk yang memiliki kepentingan atas

underlying asset melalui Perusahaan Penerbit SBSN.

80. Apakah penerbitan SBSN memerlukan persetujuan dari DPR?

Penerbitan SBSN atau Sukuk Negara memerlukan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), karena SBSN merupakan bagian dari Surat Berharga

Negara yang bertujuan untuk memenuhi pembiayaan APBN. Melalui

pengesahan APBN, DPR memberikan persetujuan atas SBSN sebagai bagian

dari nilai bersih maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh

Pemerintah dalam satu tahun anggaran.

81. Jelaskan peranan Bank Indonesia dalam penerbitan SBSN?

Peranan Bank Indonesia dalam penerbitan SBSN adalah sebagai:

agen penata usaha untuk SBSN yang diterbitkan di pasar perdana dalam

negeri, yang mencakup antara lain kegiatan pencatatan kepemilikan, kliring

dan setelmen;

agen pembayar untuk SBSN yang diterbitkan di pasar perdana dalam

negeri, yang meliputi kegiatan menerima dan membayarkan hasil

penerbitan SBSN kepada Pemerintah, menerima imbalan SBSN dan

membayarkannya kepada pemegang SBSN;

dapat menjadi agen lelang SBSN

82. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN secara langsung dan

tidak langsung oleh Pemerintah?

Sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang No 19 tahun 2008 tentang SBSN, yang

dimaksud dengan penerbitan SBSN secara langsung oleh pemerintah adalah

penerbitan yang dilakukan tanpa melalui Perusahaan Penerbit SBSN. Adapun

penerbitan SBSN secara tidak langsung adalah penerbitan yang dilakukan

melalui Perusahaan Penerbit SBSN. Penerbitan SBSN domestik dapat dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung oleh Pemerintah. Sedangkan untuk

penerbitan SBSN internasional dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN.

83. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN dengan cara

bookbuilding?

Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding menurut Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) Nomor 118 tahun 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan

Page 36: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

24

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Surat Berharga Syariah Negara dengan cara bookbuilding di Pasar Perdana

Dalam Negeri, adalah kegiatan penjualan SBSN kepada Pihak melalui Agen

Penjual, dimana Agen Penjual mengumpulkan Pemesanan Pembelian dalam

periode penawaran yang telah ditentukan.

Berikut beberapa istilah dalam penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding:

Agen Penjual

Adalah Perusahaan Efek yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pengelolaan

Utang atas nama Menteri Keuangan guna melaksanakan penjualan SBSN

dengan cara bookbuilding.

Pasar Perdana

Adalah kegiatan penawaran dan penjualan SBSN untuk pertama kalinya.

Pemesanan Pembelian

Adalah pengajuan pemesanan pembelian SBSN oleh investor kepada Agen

Penjual dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan dan

diumumkan sebelumnya.

84. Apakah yang dimaksud dengan Penerbitan SBSN dengan cara lelang?

Penerbitan SBSN dengan cara lelang adalah penjualan SBSN dengan cara

mengajukan Penawaran Pembelian Kompetitif dan / atau Penawaran Pembelian

Nonkompetitif dalam suatu periode waktu penawaran yang telah ditentukan

dan diumumkan sebelumnya, melalui sistem yang disediakan agen yang

melaksanakan Lelang SBSN. Lelang SBSN hanya diikuti oleh Peserta Lelang,

Bank Indonesia, dan/atau LPS, untuk Lelang SBSN Jangka Pendek. Sedangkan

Lelang SBSN Jangka Panjang hanya dapat diikuti oleh Peserta Lelang dan/atau

LPS. Pengaturan mekanisme lelang SBSN tercantum dalam PMK No. 11 tahun

2009 tentang Penerbitan dan Penjualan SBSN di Pasar Perdana Dalam Negeri

dengan Cara lelang.

Berikut beberapa istilah dalam penerbitan dengan cara lelang:

Peserta Lelang

Peserta Lelang adalah Bank, Perusahaan Efek, dan anggota Dealer Utama

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Penerbitan

dan penjualan SBSN di pasar perdana dalam negeri dengan cara lelang. Hingga

Juni 2010, terdapat 16 Peserta Lelang SBSN yang terdiri dari 12 Bank dan 4

Perusahaan Efek, yaitu : PT. Bank Permata, Tbk; PT. Bank Panin, Tbk; The

Hongkong and Shanghai Corporation , Ltd; PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),

Tbk; PT. Bank OCBC NISP, Tbk; Standard Chartered Bank; PT. Bank CIMB Niaga,

Tbk; PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk; PT.

BPD Jawa Barat dan Banten; PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; Citibank

Page 37: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

25

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

N.A; PT. Danareksa Sekuritas; PT. Trimegah Securities, Tbk; PT. Bahana

Securities; dan PT. Mandiri Sekuritas.

Penawaran Pembelian Kompetitif

Adalah penawaran pembelian yang mencantumkan volume dan tingkat imbalan

yang diinginkan penawaran dalam hal lelang SBSN dengan imbalan tetap (fixed

coupon), dan mencantumkan volume dan harga yang diinginkan penawaran

dalam hal lelang SBSN dengan imbalan mengambang (floating rate).

Penawaran Pembelian Non Kompetitif

Adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan volume tanpa

tingkat imbal hasil yang diinginkan dalam hal Lelang SBSN dengan pembayaran

Imbalan tetap atau pembayaran imbalan secara diskonto; atau mencantumkan

volume tanpa harga yang diinginkan penawar dalam hal Lelang SBSN dengan

pembayaran imbalan mengambang.

Harga Beragam (multiple price)

yaitu harga yang dibayarkan oleh masing-masing pemenang lelang SBSN sesuai

dengan harga penawaran yang diajukan.

Harga Seragam (uniform price)

Yaitu tingkat harga yang sama yang dibayarkan oleh seluruh pemenang lelang

SBSN.

85. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN dengan cara private

placement?

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 75 tahun 2009 tentang Penerbitan dan

Penjualan SBSN di Pasar Perdana Dalam Negeri dengan cara Penempatan

Langsung (Private Placement), yang dimaksud dengan Private Placement adalah

kegiatan penerbitan dan penjualan SBSN yang dilakukan oleh Pemerintah

kepada Pihak, dengan ketentuan dan persyaratan (terms & conditions) SBSN

sesuai kesepakatan. SBSN yang telah diterbitkan dengan cara ini adalah SBSN

seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI).

86. Apakah penerbitan SBSN harus membutuhkan Fatwa dan/atau pernyataan

kesesuaian syariah (sharia compliant endorsement)?

Penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapatkan Fatwa dan/atau

pernyataan kesesuaian dengan prinsip syariah (sharia compliant endorsement),

untuk menjamin bahwa bahwa SBSN yang akan diterbitkan telah sesuai dengan

prinsip syariah. Fatwa dan Pernyataan kesesuaian dengan prinsip syariah terkait

penerbitan SBSN diperoleh dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI).

Page 38: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

26

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

87. Apakah SBSN dapat dibeli kembali oleh penerbit (buyback) sebelum jatuh

tempo

Pada prinsipnya, SBSN dapat dibeli kembali (buyback) oleh Pemerintah selaku

penerbit sebelum jatuh tempo SBSN, dalam hal ketentuan mengenai pembelian

kembali tersebut diatur dalam perjanjian penerbitan SBSN.

88. Apakah SBSN dapat diterbitkan dengan disertai opsi pelunasan sebelum

jatuh tempo (call-option)?

Pada prinsipnya, sukuk lebih disukai apabila diterbitkan dengan tidak disertai

opsi pelunasan sebelum jatuh tempo. Meskipun demikian, sepanjang

diperjanjikan, penerbitan SBSN dengan disertai opsi pelunasan sebelum jatuh

tempo (call-option) dapat dilakukan.

89. Berapa lamakah jangka waktu (tenor) SBSN?

Berdasarkan jangka waktunya, terdapat dua jenis Surat Berharga Syariah

Negara, yakni SBSN jangka pendek dan SBSN jangka panjang. SBSN jangka

pendek adalah SBSN yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan. Adapun

SBSN jangka panjang adalah SBSN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan.

90. Apakah manfaat dilakukannya penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic

Treasury Bills)?

Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek adalah untuk mengembangkan pasar

keuangan syariah dalam negeri dan untuk menutupi kekurangan kas jangka

pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran

dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran (cash mismatch). Adapun

dari perspektif bank, khususnya bank syariah, SBSN Jangka Pendek bisa menjadi

alternatif instrumen dalam pengelolaan likuiditasnya.

91. Posisi Outstanding SBSN

Hingga akhir Juni 2010, posisi outstanding SBSN mencapai sebesar Rp 38,3

triliun, yang terdiri dari SBSN seri Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Negara Ritel

(SR), Sukuk Negara dalam denominasi Valas (SNI) dan Sukuk Dana Haji

Indonesia (SDHI).

Informasi selengkapnya mengenai posisi outstanding SBSN dapat diperoleh di

website Kementerian Keuangan www.depkeu.go.id dan website Direktorat

Jenderal Pengelolaan Utang www.dmo.or.id

Page 39: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

27

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

E. DOKUMEN PENERBITAN SBSN

92. Dokumen apa saja yang diperlukan dalam proses penerbitan SBSN?

Dokumen yang diperlukan dalam penerbitan SBSN terdiri dari 3 jenis, yaitu

dokumen transaksi/hukum, dokumen syariah dan dokumen pasar modal.

Dokumen transaksi/hukum, antara lain: Perjanjian Jual Beli Aset dan

Perjanjian Sewa Aset (dalam hal SBSN diterbitkan dengan akad Ijarah Sale

and Lease Back); Pernyataan untuk Menjual Aset (Sale Undertaking);

Pernyataan untuk Membeli Aset (Purchase Undertaking); Perjanjian

Pengelolaan Aset (Servicing Agency Agreement).

Dokumen syariah, antara lain Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah.

Dokumen pasar modal, antara lain: Memorandum Informasi (Offering

Memorandum); Perjanjian Perwaliamanatan (Declaration of Trust);

Perjanjian Keagenan (Agency Agreement); Perjanjian Pembebanan Biaya

(Cost Undertaking).

Penggunaan dokumen tersebut sangat tergantung pada jenis akad dan

mekanisme penerbitan SBSN yang digunakan.

93. Dokumen apa saja yang digunakan dalam Penerbitan SBSN dengan Akad

Ijarah Al Khadamat?

Dokumen yang digunakan dalam penerbitan SBSN dengan Akad Ijarah Al-

Khadamat, antara lain:

Perjanjian Penyediaan Jasa Layanan Haji, yang terdiri dari Akad Wakalah

dan Akad Ijarah Al-Khadamat;

Fatwa atau Pernyataan Kesesuaian Syariah dari Dewan Syariah Nasional –

Majelis Ulama Indonesia.

94. Apakah yang dimaksud dengan Fatwa?

Fatwa adalah suatu ketetapan hukum yang dikeluarkan oleh pihak yang

memiliki keahlian di bidang syariah. Di Indonesia, pihak yang berwenang

mengeluarkan Fatwa adalah Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI).

95. Sebutkan Fatwa-Fatwa yang terkait dengan SBSN?

Hingga Juli 2010, telah terdapat 5 (lima) Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang terkait dengan

Surat Berharga Syariah Negara, yaitu:

Fatwa DSN-MUI Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara;

Page 40: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

28

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Fatwa DSN-MUI Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara;

Fatwa DSN-MUI Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back;

Fatwa DSN-MUI Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back.

Fatwa DSN-MUI Nomor 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To

Be Leased (Sukuk Milkiyah al-Maujudat al-Mu‟ajjarah).

Keterangan selengkapnya mengenai Fatwa tersebut dapat diperoleh di website

Majelis Ulama Indonesia www.mui-online.org dan website Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang www.dmo.or.id

96. Apakah yang dimaksud dengan Pernyataan Kesesuaian Syariah/Opini

Syariah?

Pernyataan Kesesuaian Syariah/Opini Syariah adalah pernyataan kesesuaian

syariah yang dikeluarkan oleh pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian di

bidang syariah, yang menyatakan bahwa sukuk yang diterbitkan tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

97. Apakah yang dimaksud dengan Memorandum Informasi?

Memorandum Informasi adalah informasi tertulis mengenai penawaran SBSN

kepada investor. Memorandum Informasi sekurang-kurangnya memuat hal-hal

sebagai berikut:

tata cara pemesanan pembelian

jenis akad

tanggal jatuh tempo, tanggal penjatahan dan setelmen

metode penetapan harga SBSN

periode penjualan

obyek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang akan dijadikan

sebagai Aset SBSN; dan

pokok-pokok ketentuan dan syarat (terms and conditions)

F. IMBALAN SBSN

98. Bagaimanakah cara penentuan imbalan SBSN ?

Berdasarkan international best practice, penentuan imbalan SBSN dalam mata

uang asing ditentukan dengan menggunakan benchmark pada tingkat bunga

internasional, misalnya Libor atau US Treasury ditambah dengan margin.

Sementara untuk penentuan imbalan SBSN di pasar dalam negeri, dapat

menggunakan benchmark dalam negeri, misalnya dengan mempertimbangkan

suku bunga Bank Indonesia, suku bunga deposito atau yield Obligasi Negara

dengan tenor yang setara.

Page 41: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

29

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

99. Apakah penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan

berdasarkan prinsip syariah?

Penentuan imbalan SBSN sebelum penerbitan adalah dibolehkan dan tidak

bertentangan dengan prinsip syariah, apabila penerimaan dari aset SBSN yang

digunakan bersifat tetap (fixed), sesuai dengan akad yang digunakan. Adapun

akad yang memberikan imbalan bersifat tetap antara lain akad Ijarah (sewa),

Murabahah (jual beli) dan Istishna’.

Penentuan imbalan SBSN yang bersifat tetap tersebut dapat dianalogikan

dengan dibolehkannya penentuan tarif sewa rumah yang bersifat tetap sebelum

ditempati oleh penyewa. Adapun jika penerimaan dari underlying asset yang

digunakan tidak tetap, seperti menggunakan saham sebagai underlying asset

dimana deviden yang dihasilkan nilainya tidak tetap/sama setiap tahunnya,

maka imbalan tidak bisa ditentukan sebelum penerbitan.

100. Apakah pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN dijamin oleh

pemerintah?

Pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN pada saat jatuh tempo dijamin

secara penuh oleh Pemerintah, sebagaimana diatur dalam dalam Undang-

Undang nomor 19 tahun 2008. Dana untuk pembayaran imbalan dan nilai

nominal tersebut dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) setiap tahun anggaran, yang ditetapkan melalui Undang-Undang APBN.

101. Berapa persenkah pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN?

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2009 tentang PPh

kegiatan Usaha Berbasis Syariah, ketentuan perpajakan terhadap SBSN sama

dengan (mutatis mutandis) perlakuan pajak terhadap Surat Utang Negara

(SUN). Dengan demikian, pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN jangka

panjang adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 15% yang bersifat final,

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2009

tentang PPh Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi. Sedangkan pajak yang

dikenakan terhadap imbalan SBSN jangka pendek adalah Pajak Penghasilan

(PPh) sebesar 20% yang bersifat final.

G. PASAR SEKUNDER SBSN

102. Apakah SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder?

Pada prinsipnya, perdagangan/jual beli SBSN di pasar sekunder dapat dilakukan

dengan memperhatikan struktur dan jenis akad yang melandasi penerbitannya.

Adapun jenis SBSN yang dapat diperdagangkan, misalnya SBSN dengan

Page 42: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

30

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

struktur Ijarah, dan terdapat pula yang tidak dapat diperdagangkan, misalnya

struktur Istishna‟, Salam dan Murabahah.

Ketentuan mengenai dibolehkannya perdagangan suatu seri SBSN dapat

diketahui dari ketentuan dan persyaratan (terms and condition) yang tercantum

dalam memorandum informasi penerbitan SBSN.

103. Dimana investor dapat membeli atau menjual SBSN di pasar sekunder?

Investor dapat membeli atau menjual SBSN di pasar sekunder melalui

mekanisme bursa atau di luar bursa (over the counter). Perdagangan SBSN

melalui mekanisme bursa dilakukan melalui Perusahaan Efek. Sedangkan

perdagangan SBSN di luar bursa dapat melalui Perusahaan Efek atau Bank

Umum.

104. Apakah yang dimaksud dengan capital gain?

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual surat berharga

di pasar sekunder. Sebagai contoh, A membeli surat berharga dengan harga

Rp5.000.000, kemudian menjualnya dengan harga Rp5.500.000. Dengan

demikian, A telah mendapatkan capital gain sebesar Rp500.000 dari hasil

penjualan surat berharga.

105. Berapa persenkah pajak yang dikenakan atas capital gain SBSN?

Pajak yang dikenakan terhadap capital gain SBSN adalah Pajak Penghasilan

(PPh) sebesar 15% yang bersifat final, sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2009 tentang PPh Atas Penghasilan Berupa

Bunga Obligasi dan PP Nomor 25 Tahun 2009 tentang PPh kegiatan Usaha

Berbasis Syariah. Ketentuan perpajakan terhadap SBSN sama dengan (mutatis

mutandis) perlakuan pajak terhadap Surat Utang Negara (SUN).

H. SERI SBSN

106. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri IFR

Islamic Fixed Rate (IFR) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah di pasar

perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor dengan nominal pembelian

yang cukup besar. Seri ini telah diterbitkan sejak tahun 2008, dengan cara

bookbuilding dan dengan cara lelang sejak tahun 2009. IFR bersifat tradable

(dapat diperdagangkan) dengan tingkat imbal hasil tetap.

107. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri SR?

Sukuk Ritel (SR) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah dengan cara

bookbuilding di pasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor

Page 43: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

31

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia. Seri ini mulai

diterbitkan pada tahun 2009, bersifat tradable dengan imbal hasil tetap.

108. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri SNI?

Sukuk Negara Indonesia (SNI) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah

dalam denominasi valuta asing (US dollar) dengan cara bookbuilding. Seri ini

mulai diterbitkan pada tahun 2009, bersifat tradable dengan imbal hasil tetap.

109. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)?

Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI) adalah SBSN yang diterbitkan berdasarkan

penempatan Dana Haji dan Dana Abadi Umat dalam SBSN oleh Departemen

Agama dengan cara private placement. Penerbitan ini merupakan tindak lanjut

dari Nota Kesepahaman (MoU) antara Menteri Keuangan dan Menteri Agama

pada bulan April 2009. Penerbitan SDHI menggunakan akad Ijarah Al-

Khadamat dan bersifat non-tradable.

I. SKEMA PENERBITAN SBSN

110. Apa saja jenis-jenis SBSN berdasarkan Undang-Undang SBSN?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008, SBSN yang diterbitkan

dapat berupa:

a. SBSN Ijarah, yang diterbitkan berdasarkan akad Ijarah yaitu akad yang satu

pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak atas suatu

aset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang

disepakati;

b. SBSN Mudarabah, yang diterbitkan berdasarkan akad Mudarabah yaitu akad

kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak sebagai penyedia

modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan

dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui

sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya

oleh penyedia modal, kecuali kerugian disebabkan oleh pihak penyedia

tenaga dan keahlian.

c. SBSN Musyarakah, yang diterbitkan berdasarkan akad Musyarakah yaitu

akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk menggabungkan modal,

baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya, dengan tujuan

memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang

telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan

ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing

pihak.

d. SBSN Istishna, yang diterbitkan berdasarkan akad Istishna’ yaitu akad jual

beli asset berupa objek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi,

Page 44: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

32

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga asset tersebut ditentukan

berdasarkan kesepakatan para pihak.

e. SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah; dan

f. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih akad.

111. Ijarah - sale and lease back

Ijarah Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli

menyewakan aset tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan adalah akad

bai‟ (jual beli) dan akad ijarah (sewa) yang dilaksanakan secara terpisah.

Penjualan aset pada dasarnya hanyalah penjualan hak manfaatnya (beneficial

title) tanpa disertai dengan penyerahan fisik dan pemindahan hak kepemilikan

(legal title).

112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah - Sale and Leaseback

Struktur ini digunakan dalam penerbitan SBSN seri Islamic Fixed Rate (IFR),

Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Negara Indonesia (SNI). Berikut struktur SBSN Ijarah

sale and lease back:

Page 45: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

33

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

113. Ijarah Al-Khadamat

Ijarah Al-Khadamat adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk

menyediakan suatu jasa tertentu dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa

dimaksud, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa dan berhak

mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut.

114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah al-Khadamat

Struktur ini digunakan dalam SBSN seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), yang

diterbitkan dalam rangka penempatan Dana Haji dan Dana Abadi Umat ke

dalam SBSN. Underlying transaction yang digunakan dalam penerbitan SDHI

adalah jasa layanan haji. Berikut struktur SBSN Ijarah al-Khadamat:

Page 46: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

34

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

V. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEUANGAN SYARIAH

1. Akad : Perjanjian atau kontrak yang memuat ijab (penawaran) dan

qabul (penerimaan) antara dua belah pihak yang berisi hak

dan kewajiban masing-masing pihak, sesuai prinsip syariah.

2. Ajir : Pihak yang disewa tenaganya dalam akad ijarah

3. Ashiil : Salah satu pihak dalam akad kafalah (pemberian jaminan atau

garansi) yang pada dasarnya mempunyai suatu kewajiban

yang harus dilaksanakan kepada seseorang atau pihak

tertentu, namun kemudian kewajibannya itu ditanggung oleh

pihak lain (makfuul 'anhu).

4. „Ariyah : Pinjaman, yaitu akad pemberian manfaat suatu barang kepada

pihak lain tanpa disertai dengan imbalan. Akad ini termasuk

jenis akad tabarru‟ (tolong menolong).

5. „An Taradhin : Prinsip suka sama suka dalam transaksi, yang merupakan

salah satu prinsip yang harus mendasari seluruh bentuk akad.

6. Bai‟ : Transaksi jual beli barang antara penjual dan pembeli.

7. Ba`i‟ : Pihak yang menjual suatu barang dalam akad jual beli.

8. Bagi hasil : Sistem bagi hasil (profit-loss sharing) adalah sistem

pembagian hasil usaha (keuntungan maupun kerugian) yang

dibagi berdasarkan rasio/nisbah yang berbentuk persentase

(A 50% : B 50%) dan disepakati bersama di awal akad.

Sistem bagi hasil pada dasarnya mengacu pada akad

kemitraan (partnership) pada akad musyarakah, mudharabah,

muzara‟ah, mugharasah, mukhabarah. Sistem bagi hasil terdiri

dari dua jenis, yaitu bagi untung (Profit Sharing), dan bagi

pendapatan (Revenue Sharing).

9. Bagi Untung

(Profit Sharing)

: Sistem pembagian hasil usaha yang dihitung dari pendapatan

setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem

syariah, pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi

hasil usaha lembaga keuangan syariah.

10. Bagi Pendapatan : Sistem pembagian hasil usaha yang dihitung dari total

Page 47: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

35

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

(Revenue

Sharing)

pendapatan pengelolaan dana, dan belum dikurangi biaya

pengelolaan dana. Sistem ini dapat digunakan untuk

keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.

11. Bai‟ al-‟Inah : Transaksi jual beli dimana satu pihak (pihak 1) menjual suatu

barang kepada pihak lain (pihak 2) dengan cara cicilan, lalu

barang tersebut dijual kembali oleh pihak 2 kepada pihak 1

secara tunai dengan harga yang lebih rendah. Misalnya pihak

2 meminta pinjaman dari pihak 1. Pihak 1 tidak membebankan

bunga dari pinjaman tersebut, namun menyiasatinya dengan

cara menjual suatu barang kepada pihak 2 seharga Rp 1000

secara cicilan, kemudian pihak 2 menjual kembali barang

tersebut kepada pihak 1 seharga Rp 800 secara tunai.

12. Bai‟ al-Ma‟dum : Menjual sesuatu yang obyeknya tidak dimiliki oleh penjual.

Contohnya adalah short selling dalam jual beli saham. jual beli

semacam ini dilarang dalam Islam.

13. Bai‟ al-

Mu‟athoh

: Transaksi/akad jual beli yang dilakukan tanpa disertai dengan

ucapan ijab dan qabul secara lisan. Jual beli seperti ini lazim

dilakukan di mal, swalayan atau supermarket.

14. Bai‟ al-

Muwadha‟ah

: Transaksi jual-beli barang dimana penjual barang melakukan

penjualan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar

atau dengan harga potongan (at discount).

15. Bai‟ al-

Munaqashah

: Transaksi jual beli dengan cara tender, dimana pembeli

mengumumkan kepada para penjual atau kontraktor agar

bersaing untuk mengajukan penawaran dengan harga yang

lebih murah. Jual beli ini adalah kebalikan dari jual beli lelang.

16. Bai‟ al-

Musawamah

: Transaksi/akad jual beli biasa yang dilakukan dengan tawar

menawar antara penjual dan pembeli, dimana penjual tidak

memberitahukan harga pokok barang beserta keuntungan

yang diperoleh.

17. Bai‟ al-

Muzayadah

: Transaksi jual beli secara lelang. Yaitu suatu jenis jual beli di

mana penjual menawarkan barang pada beberapa orang

calon pembeli, kemudian para calon pembeli menawarkan

harga yang lebih tinggi sampai pada batas harga tertinggi

yang dimenangkan oleh salah satu calon pembeli, lalu

Page 48: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

36

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

terjadilah akad transaksi jual beli.

18. Bai‟ as-Salam : Transaksi/akad jual beli suatu barang yang jumlah dan

kriterianya telah ditentukan secara jelas, dengan pembayaran

dilakukan dimuka sedangkan barangnya diserahkan kemudian

pada waktu yang disepakati bersama.

19. Bai‟ at-Taqsith : Transaksi jual beli yang pembayarannya dilakukan dengan

cara cicilan/kredit.

20. Bai' al-Wafa‟ : Akad jual beli dengan syarat barang yang dijual tersebut

dapat dibeli kembali oleh penjual, atau disebut sale and buy

back agreement.

21. Bai‟ Bithaman

Ajil (BBA)

: Transaksi jual-beli barang melalui pembayaran dengan sistem

cicilan atau angsuran (kredit), dengan lama angsuran atau

tenor sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak

yang melakukan transaksi.

22. Bai' Muajjal : Transaksi jual beli barang yang pembayarannya dilakukan

dengan cara tangguh atau dilakukan secara kredit.

23. Bai‟ Tauliyah : Transaksi jual beli barang dimana penjual barang melakukan

penjualan dengan harga yang sama dengan harga pokok

barang.

24. Bithaqah al-

I‟timan

: Kartu kredit (credit card)

25. Bithaqah al-

Khasm al-Fauri

: Kartu debit (debt card)

26. Dayn : Hutang atau piutang.

27. Dharar : Sesuatu yang mengandung unsur kesulitan/kesempitan, atau

suatu keadaan yang buruk dan dapat membahayakan.

28. Dharurat : Suatu keadaan atau situasi terpaksa yang sangat mendesak

yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan/menyebabkan

kebinasaan.

29. Fasakh : Batal atau membatalkan. Yaitu membatalkan suatu akad

Page 49: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

37

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

sebelum sampai pada tujuan yang dimaksud.

30. Fasid : Rusak atau tidak sah. Akad fasid berarti akad yang rusak

karena tidak terpenuhinya syarat dan rukun akad.

31. Fatwa : Suatu ketetapan hukum yang dikeluarkan oleh pihak yang

memiliki keahlian di bidang syariah.

32. Gharar : Sesuatu yang mengandung keraguan, ketidakpastian,

ketidakjelasan, atau tindakan yang bertujuan merugikan orang

lain. Gharar dalam jual beli adalah jual beli yang mengandung

ketidakjelasan atau ketidakpastian baik mengenai rincian

obyek, cara penyerahan maupun cara pembayaran.

33. Ghubun : Kecurangan, pengurangan, atau penipuan dalam jual beli.

34. Hibah : Penyerahan kepemilikan suatu barang kepada pihak lain,

tanpa disertai dengan imbalan/penggantian dalam bentuk

apapun.

35. Hiwalah/

Hawalah

: Transaksi pengalihan kewajiban atau pengalihan

utang/piutang kepada pihak ketiga. Akad Hawalah lazim

diterapkan pada mekanisme factoring atau anjak piutang.

36. Ihtiyath : Prinsip kehati-hatian (prudential management), yang

diterapkan dalam setiap transaksi keuangan.

37. Ihtikar : Penimbunan barang dagangan, yaitu kegiatan

menahan/menyimpan barang dagangan (seperti makanan

pokok) dan menjualnya setelah harganya menjadi mahal.

38. Ijab Kabul : Kata Ijab Kabul berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari kata

Ijab, yang berarti ‘menjawab’, dan kata Qabul, yang berarti

‘menerima, mengambil’. Dalam fikih muamalah, Ijab berarti

pernyataan melakukan ikatan, dan Kabul berarti pernyataan

penerimaan ikatan.

39. Ijarah : Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu

sendiri. Sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah

disebut Sukuk Ijarah.

Page 50: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

38

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

40. Ijarah al-

Khadamat

: Akad ijarah atas penyediaan suatu jasa tertentu. SBSN yang

telah diterbitkan menggunakan akad ini, adalah SBSN Ijarah

al-Khadamat yang menggunakan jasa layanan haji sebagai

underlying transaction.

41. Ijarah

Headlease and

Sublease

: Penerbitan sukuk dimana pihak pertama selaku pemilik

menyewakan suatu aset (headlease) untuk kemudian oleh

penyewa aset disewakan kembali kepada pemilik (sublease).

Jangka waktu headlease harus lebih panjang dibandingkan

dengan jangka waktu sublease.

42. Ijarah

Mawshufah fi

Dzimmah

: Sewa atas manfaat barang/jasa yang penyediaannya

ditanggung oleh pemberi sewa (pemberi sewa

berjanji/menjamin akan menyediakan obyek ijarah dengan

spesifikasi tertentu dalam jangka waktu tertentu).

43. Ijarah

Muntahiya bit

Tamlik

: Akad ijarah/sewa dengan janji/opsi perpindahan kepemilikan

barang yang disewa pada akhir masa sewa, yang dilakukan

dengan akad hibah atau jual beli. Akad ini disebut juga

dengan akad Ijarah wa Iqtina‟.

44. Ijarah Sale and

Lease Back

: Jual beli suatu aset yang kemudian pembeli menyewakan aset

tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan adalah akad

bai‟ (jual beli) dan akad ijarah (sewa) yang dilaksanakan secara

terpisah.

45. Ijtihad : Sebuah usaha yang sungguh-sungguh dalam memutuskan

hukum syara’ atas suatu hal yang tidak ditentukan secara

eksplisit dalam al-Qur’an dan al-Hadits, dengan menggunakan

pikiran dalam menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari

suatu ayat atau hadits.

46. Ijma‟ : Kesepakatan para ulama Islam dalam menetapkan hukum

terhadap suatu hal tertentu, dengan didasarkan pada al-

Qur’an dan al-Hadits.

47. Iqalah : Pembatalan atas suatu akad/transaksi.

48. Iqtishad : Iqtishad berasal dari kata qashada dalam bahasa Arab, yang

artinya bermaksud, berniat. Iqtishad merupakan nama lain dari

Page 51: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

39

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

istilah ekonomi dalam bahasa Arab. Iqtishad merupakan suatu

cara untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

sesuai dengan prinsip syariah.

49. Istishna‟ : Akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para

pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan,

serta harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan

para pihak.

50. Ju‟alah : Suatu akad dimana pihak pertama ber-iltizaam (bertanggung

jawab) dalam bentuk janji memberikan imbalan upah tertentu

secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan

perbuatan atau memberikan jasa (jasa yang belum pasti dapat

dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan).

51. Kafalah : Akad dimana pihak pertama berjanji kepada pihak kedua

untuk memberikan jaminan dan bertanggungjawab untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua kepada pihak lain.

52. Kafiil : Pihak yang berkewajiban melakukan pertanggungan/

penjaminan. Kafiil disebut juga dengan dhamin (orang yang

menjamin), haamil (orang yang menanggung beban) atau

Qabil (orang yang menerima).

53. Khiyar : Hak pembeli untuk membatalkan atau meneruskan transaksi

karena adanya alasan syar’i yang membolehkannya atau

karena kesepakatan kedua belah pihak dalam transaksi.

54. Ma‟jur : Barang atau obyek sewa dalam transaksi sewa menyewa

(ijarah).

55. Mabi‟ : Barang yang diperjualbelikan dalam transaksi jual beli (bai‟).

56. Makfuul bih : Hak atau kewajiban seseorang / pihak tertentu yang kemudian

mendapatkan jaminan dari pihak lain dalam akad kafalah.

57. Malik : Pemilik modal, disebut juga shahibul maal.

58. Marhun : Barang gadaian atau barang jaminan dalam akad rahn.

59. Maysir : Aktivitas spekulasi, judi, dan untung-untungan di dalam

Page 52: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

40

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

transaksi keuangan yang memungkinkan diperolehnya suatu

kekayaan dengan cara yang mudah, dengan kemungkinan

adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak yang

lain.

60. Maqashid

Syariah

: Tujuan-tujuan utama syariah. Tujuan-tujuan utama syariah

adalah untuk memenuhi/menjaga lima hal pokok yang

menunjang kemaslahatan dan kesejahteraan manusia, yaitu

perlindungan dan pemeliharaan terhadap agama (din), jiwa

(nafs), akal („aql), harta (mal), dan keturunan (nasl).

61. Mudi‟ : Pihak yang menitipkan barang atau harta dalam akad wadi‟ah.

62. Mudharabah : Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu satu pihak

sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia

tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut

akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui

sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan

ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, kecuali

kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan

keahlian. Sukuk yang diterbitkan dengan akad Mudharabah

disebut dengan sukuk mudharabah. Akad Mudharabah terdiri

dari dua jenis, yaitu Mudharabah Muthlaqah atau disebut

unrestricted mudharabah dan mudharabah muqayyadah atau

restricted mudharabah.

63. Mudharabah

Muqayyadah

(Restricted

Mudharabah)

: Akad mudharabah dimana pengelola usaha (mudharib)

diberikan batasan oleh pemilik modal (shahibul mal) baik

dalam hal jenis usaha yang akan dibiayai, jenis instrumen,

termasuk jumlah yang dapat diiinvestasikan dalam setiap

outlet investasi.

64. Mudharabah

Muthlaqah

(Unrestricted

Mudharabah)

: Akad mudharabah dimana pengelola usaha (mudharib)

diberikan kebebasan oleh pemilik dana (shahibul mal) dalam

melakukan investasi sepanjang tetap mematuhi prinsip-

prinsip syariah. Dengan kata lain mudharib mendapatkan

disrectionary right untuk mengelola dana.

65. Mudharib : Pihak yang melaksanakan usaha mudharabah atau disebut

juga dengan investment manager.

Page 53: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

41

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

66. Muhal : Pihak yang menerima pindahan kewajiban pembayaran utang

dalam akad hiwalah.

67. Muhal „Alaihi : Pihak yang memiliki hutang kepada muhil (pihak yang

memindahkan kewajiban pembayaran utang).

68. Muhil : Pihak yang memindahkan kewajiban pembayaran utang

dalam akad hiwalah.

69. Mukhabarah : Transaksi bagi hasil dalam bidang penggarapan tanah, dimana

pemilik menyerahkan tanah kepada penggarap dengan benih

berasal dari penggarap, dan hasil penggarapan tanah dibagi

bersama sesuai dengan kesepakatan.

70. Muqridh : Pihak yang memberikan hutang/pinjaman (qardh) atau

disebut juga dengan kreditur.

71. Muqtaridh : Pihak yang memperoleh hutang/pinjaman (qardh) dari

kreditur atau disebut juga sebagai debitur.

72. Muqaradhah : Istilah lain untuk akad mudharabah

73. Murabahah : Akad atau perjanjian jual–beli atas suatu barang dimana harga

dan keuntungannya (profit margin) disetujui oleh semua pihak

yang terlibat. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai,

cicil atau tangguh, sedangkan penyerahan barang dilakukan di

awal pada saat dilakukannya transaksi. Murabahah juga

disebut cost plus financing. Sukuk yang diterbitkan dengan

akad ini disebut dengan Sukuk Murabahah.

74. Murtahin : Pihak yang menerima barang gadaian dari penggadai dalam

akad gadai (rahn).

75. Musyarakah : Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun

bentuk lainnya, untuk tujuan memperoleh keuntungan, yang

akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang telah disetujui

sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan

ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal

masing-masing pihak.

Page 54: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

42

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

76. Muslam : Pihak pembeli barang dalam akad jual beli Salam.

77. Muslam Fihi : Barang yang diperjualbelikan dalam akad jual beli Salam.

78. Muslam Ilaihi : Pihak penjual barang dalam akad jual beli Salam.

79. Musyarakah

Mutanaqishah

(diminishing

partnership)

: Bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih terhadap

kepemilikan suatu barang atau asset, dimana kerjasama

tersebut akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak,

sementara pihak yang lain akan bertambah hak

kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini terjadi melalui

mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain.

Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah

satu pihak kepada pihak lain.

80. Musytari : Pihak pembeli barang dalam akad jual beli.

81. Mustashni : Pihak yang melakukan pemesanan pembuatan barang

(pembeli) dalam akad Istishna‟.

82. Muzara‟ah : Akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan

memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani).

Keuntungan yang diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama

sesuai kesepakatan.

83. Musaqah : Akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana

pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada

pihak lain (penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi)

dan pemeliharaan tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari

hasil tanaman pertanian dibagi bersama sesuai kesepakatan.

84. Mu‟jir : Pihak yang menyewakan barang/jasa (lessor) dalam akad

ijarah.

85. Musta‟jir : Pihak yang menyewa barang/jasa (lessee) dalam akad ijarah.

86. Muwakkil : Pihak yang memberi /mewakilkan kuasa kepada pihak lain

dalam akad wakalah.

87. Najsy : Penawaran palsu. Yakni penawaran suatu barang yang

dilakukan bukan karena motif ingin membeli barang tersebut,

Page 55: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

43

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

melainkan agar pihak lain berani membeli barang tersebut

dengan harga yang tinggi.

88. Nisbah : Porsi/prosentase pembagian hasil usaha bagi masing-masing

pihak yang melakukan kerjasama usaha, yang besarnya

ditetapkan sesuai dengan kesepakatan bersama. Contoh:

Pihak A 60% : Pihak B 40%.

89. Qardhul Hasan : Akad pinjaman kebajikan yang diberikan tanpa harapan

keuntungan apapun. Dalam aplikasi perbankan, sumber dana

yang digunakan untuk memberikan pinjaman ini berasal dari

zakat, infaq, dan shadaqah. Bank bertindak sebagai muqridh

(pemberi pinjaman) dan peminjam hanya diminta

mengembalikan pokoknya. Jika peminjam secara sukarela

melebihkan pembayaran, maka akan menjadi shadaqah yang

akan digunakan sebagai sumber dana selanjutnya.

90. Qimah : Nilai benda yang menjadi obyek jual beli atau nilai intrinsik.

91. Qiyas : Mempersamakan (menganalogikan) hukum suatu

hal/peristiwa yang tidak ada dalil hukumnya dengan suatu

hal/peristiwa yang ada dalil hukumnya, karena terdapat

persamaan illat (hubungan/sebab) hukum antara keduanya.

92. Rabbul Maal : Pihak yang memberikan dana atau pemilik dana dalam akad

mudharabah atau musyarakah.

93. Rahn : Akad gadai atau melakukan pinjaman dengan menggadaikan

suatu barang sebagai jaminan hutang.

94. Rahin : Pihak yang menggadaikan aset/barang

95. Riba : Riba (usury/interest) adalah tambahan yang diambil dalam

suatu transaksi tanpa adanya suatu ‘iwadh

(pengganti/penyeimbang) yang dibenarkan syariah atas

penambahan tersebut. Dalam fikih muamalah, riba dibagi

menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu riba fadhl, riba nasi‟ah, dan riba

jahiliyah.

96. Riba fadhl : Disebut juga riba buyu‟, yaitu riba yang timbul akibat

pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria yang

Page 56: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

44

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya

(sawa`an bi sawa`in) dan sama waktu penyerahannya (yadan

bi yadin). Riba fadhl dapat ditemui dalam transaksi valuta

asing yang tidak dilakukan secara tunai.

97. Riba Nasi'ah : Disebut juga riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang

piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul

bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul

bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Riba jenis ini dapat

ditemui dalam transaksi pembayaran bunga kredit dan

pembayaran bunga tabungan, deposito, giro.

98. Riba Jahiliyah : Utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman karena

peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada

saat jatuh tempo.

99. Ribawi : Sifat dari barang atau transaksi yang mengandung unsur riba.

100. Risywah : Praktik suap menyuap/menyogok, yaitu suatu pemberian

yang diberikan seseorang kepada pihak lain untuk

kepentingan atau keuntungan pihak tertentu.

101. Sadd az-Zari‟ah : Mencegah/menghambat sesuatu yang dapat menyebabkan

pada terjadinya kerusakan.

102. Shahibul Maal : Istilah lain dari Rabbul Maal, yaitu pihak yang memberikan

dana atau pemilik dana dalam akad mudharabah atau

musyarakah.

103. Shani‟ : Pihak yang menerima pesanan pembuatan barang dan

melakukan pembuatan barang (produsen) dalam akad

Istishna‟.

104. Sharf : Pertukaran mata uang dengan mata uang lainnya. Penukaran

mata uang yang sama harus dibayar tunai dengan tidak

memberikan kelebihan (sama nilainya). Sedangkan untuk mata

uang yang berbeda harus dibayar tunai sedangkan jumlahnya

dapat berbeda.

105. Shighah : Ucapan/pernyataan resmi atas adanya suatu transaksi.

Page 57: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

45

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

106. Syirkah : Istilah lain dari musyarakah

107. Ta‟alluq : Suatu transaksi dimana terdapat dua akad yang terkait satu

sama lain, sehingga berlakunya akad 1 tergantung pada

dilakukannya akad 2. Transaksi/akad yang mengandung unsur

ta‟alluq dimaksud menjadi tidak sah / batal.

108. Ta‟widh : Ganti rugi yang hanya dikenakan atas pihak yang dengan

sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang

menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian

pada pihak lain. Besar ganti rugi tersebut sesuai dengan nilai

kerugian riil yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi

tersebut dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi

(potential loss) karena adanya peluang yang hilang

(opportunity loss). Ganti rugi dimaksud hanya boleh dikenakan

pada transaksi yang menimbulkan utang piutang (dayn),

seperti salam, istishna‟ serta murabahah dan ijarah.

109. Tabarru‟ : Suatu akad yang dilakukan untuk tujuan kebaikan dan tolong

menolong dan tidak memiliki tujuan untuk mencari

keuntungan secara komersil. Dalam perbankan syariah, akad

ini diaplikasikan dalam bentuk pemberian pinjaman qardhul

hasan.

110. Tadlis : Penipuan/penyembunyian suatu aib atau cacat barang

dagangan dari pembeli.

111. Takaful : Usaha saling melindungi dan tolong menolong antara

sejumlah pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau

pengumpulan dana tabarru‟ (kebajikan) yang akan digunakan

untuk menghadapi risiko tertentu. Konsep ini diaplikasikan

dalam asuransi syariah.

112. Tas‟ir : Penentuan harga. Yaitu penentuan harga yang ditetapkan

oleh pemerintah atau pihak yang berwenang terhadap suatu

komoditas tertentu.

113. Tawarruq : Suatu cara yang ditempuh untuk mendapatkan uang tunai

atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Disebut tawarruq

sebab pembeli barang (pihak pertama) sebenarnya tidak

menginginkan barang, tetapi bertujuan mendapatkan uang.

Page 58: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

46

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Transaksi tawarruq terjadi ketika seseorang membeli sebuah

produk dengan cara kredit (pembayaran dengan cicilan) dan

menjualnya kembali kepada orang ketiga yang bukan pemilik

pertama produk tersebut dengan cara tunai.

114. Ujrah : Upah/imbalan atau fee atas suatu pekerjaan/jasa. Yaitu setiap

harta yang diberikan sebagai kompensasi atas pekerjaan yang

dikerjakan manusia, baik berupa uang atau barang, yang

memiliki nilai harta (maal).

115. ‟Urf : Suatu adat kebiasaan yang diterima oleh tabiat dan akal sehat

manusia, yang dapat dijadikan sandaran untuk menetapkan

hukum syar’i sesuatu hal yang tidak terdapat dalil syar’i yang

qath‟i terhadapnya.

116. ‟Urbun : Secara etimologis ‟Urbun berarti sesuatu yang digunakan

sebagai pengikat jual beli. Secara terminologis, ‟Urbun adalah

uang muka (Down Payment) yang dibayar pembeli kepada

penjual barang, dengan syarat apabila akad dilanjutkan dan

terjadi transaksi maka uang muka tersebut diperhitungkan

sebagai bagian dari harga jual, sedangkan apabila akad tidak

dilanjutkan maka uang muka tersebut menjadi milik penjual

barang.

117. Wa‟ad : Janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, yang

hanya mengikat satu pihak saja. Yaitu pihak yang memberi

janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya,

sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban

apapun terhadap pihak lainnya.

118. Wadi‟ah : Akad titipan, dimana salah satu pihak menitipkan sesuatu

kepada pihak lain dengan tujuan untuk dijaga. Wadi’ah

merupakan salah satu akad tabarru‟ (tolong menolong) yang

bersifat sosial dan dianjurkan dalam Islam. Akad Wadi‟ah

terdiri dari dua jenis, yaitu Wadi‟ah Yad adh-Dhamanah dan

Wadi‟ah Yad al-Amanah.

119. Wadi‟ah Yad

adh-Dhamanah

: Akad titipan dimana penerima titipan dapat memanfaatkan

barang titipan tersebut dengan seizin pemilik barang dan

menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut setiap saat

pemilik barang tersebut menghendaki. Dalam perbankan

Page 59: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

47

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

syariah, akad ini diterapkan pada Giro Wadiah, dimana bank

tidak meminta biaya penitipan karena boleh memanfaatkan

barang titipan. Bank dapat memberikan bonus di akhir bulan

yang tidak diperjanjikan di muka.

120. Wadi‟ah Yad al-

Amanah

: Akad titipan dimana penerima titipan tidak diberikan hak

untuk memanfaatkan barang titipan tersebut. Dalam

perbankan syariah, akad ini diterapkan antara lain pada safe

deposit box. Dalam hal ini, bank biasanya meminta biaya

penitipan.

121. Wadi‟ : Pihak yang menitipkan sesuatu barang kepada pihak lain

dalam akad wadi‟ah.

122. Wakalah : Wakalah/Wikalah berarti at-Tafwidh

(penyerahan/pendelegasian/pemberian mandat), yaitu

pelimpahan kuasa oleh satu pihak kepada pihak lain dalam

hal-hal tertentu yang boleh diwakilkan.

123. Wakil : Pihak yang menerima kuasa/ditunjuk sebagai wakil dalam

akad wakalah.

Page 60: Buku Tanya Jawab SBSN Edisi Kedua 2010

48

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

2. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia

3. Adam, Nathif J. & Abdulkader Thomas, Islamic Bonds; Your Guide to Issuing, Structuring

and Investing in Sukuk, London, Euromoney Books, 2004

4. Ali, AM. Hasan & M. Nadratuzzaman Hosen, Tanya Jawab Ekonomi Syariah, Jakarta,

Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007.

5. Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad, dkk., Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam

Pandangan 4 Madzhab, Penerjemah Miftahul Khairi, S.Ag., Yogyakarta, Maktabah Al-

Hanif, 2009.

6. Al-Kaaf, Abdullah Zaky, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung, CV Pustaka Setia,

2002.

7. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta, Gema Insani,

2001.

8. Ayub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, England, John Wiley & Sonds Ltd,

2007

9. Hamidi, M. Luthfi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2003

10. Hardini, Isriani & Muh. H. Giharto, Kamus Perbankan Syariah, Bandung, Marja, 2007

11. Huda, Nurul, et al., Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana Prenada

Media Group, 2008

12. Kharofa, Ala’ Eddin, Transactions in Islamic Law, Kuala Lumpur, A.S. Noordeen, 2004

13. Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern,

Jakarta, Paradigma & Aqsa Publishing, 2007.

14. Syafei, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2001.

15. Soemitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Kencana Prenada Media

Group, 2009.

16. Shari‟a Standards, Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions, 2005.

17. Shariah Resolution in Islamic Finance, Malaysia, Bank Negara Malaysia, 2007.

18. Sudarsono, Heri & Hendi Yogi Prabowo, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan

Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2004.

19. Sultan, Syed Alwi Mohamed, A Mini Guide to Accounting for Islamic Financial Products,

Malaysia, CERT Publications, 2006

20. Usmani, Muhammad Taqi, An Introduction to Islamic Finance, Pakistan, Maktaba

Ma’ariful Qur’an, 2005

21. Materi presentasi dari berbagai Investment Bank.