Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

122
“KEBIJAKAN PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMENT PEMBIAYAAN DEFISIT APBN” (Analisis Kebijakan Fiskal Islam) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh: Fadlyka Himmah Syahputera Harahap NIM. 104046101582 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH (EKONOMI ISLAM) PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M.

Transcript of Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Page 1: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

“KEBIJAKAN PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH

NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSTRUMENT PEMBIAYAAN

DEFISIT APBN”

(Analisis Kebijakan Fiskal Islam)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

Fadlyka Himmah Syahputera Harahap

NIM. 104046101582

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH (EKONOMI ISLAM)

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.

Page 2: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

KEBIJAKAN PENERBITAN SURAT BERHARGA

SYARIAH NEGARA (SBSN) SEBAGAI INSRUMENT

PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

(Analisis Kebijakan Fiskal Islam)

NAMA : Fadlka Himmah Syahputera Harahap

NIM : 104046101582

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

JURUSAN MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430/2009

Page 3: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

“KEBIJAKAN PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

(SBSN) SEBAGAI INSTRUMENT PEMBIAYAAN DEFISIT APBN”

(Analisis Kebijakan Fiskal Islam)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh: Fadlyka Himmah Syahputera Harahap

NIM: 1040 4610 1582

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH (EKONOMI ISLAM)

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2009 M.

Page 4: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Sebagai Instrumen Pembiayaan Defisit APBN (Analisis Kebijakan Fiskal Islam)

telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 10 Juni 2009. Skripsi telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I) pada Program Studi

Muamalat (Ekonomi Islam).

Page 5: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 Juni 2009 M

29 Jumadis Tsani 1430 H

Fadlyka Himmah Syahputera Harahap

Page 6: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

KATA PENGANTAR

��� ا ا�� �� ا�� ���

Tiada kata yang pantas diucapkan dan tiada kalimat yang pantas dilafazkan kecuali

segala puja-puji kehadirat Tuhan yang senantiasa konsisten mencurahkan segala rahmat dan

kekuatan-Nya untuk bergerak, berfikir, dan berkarya menggapai rido-Nya. Shalawat dan

Salam kejunjungan Nabi Muhammad Saw, yang telah menyebarkan risalah Islam bukan

sebagai pegangan dan jalan dalam segala dimensi kehidupan.

Dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan segala bentuk bantuan dan dukungan hingga penelitian ini

selesai, terkhusus kepada:

1. Drs. Lokot Harahap dan Bunda Netty Helena, BA., ayahanda dan ibunda yang

senantiasa memberikan segala sentuhan kasih sayangnya yang tak ternilai,

penulis tidak yakin penelitian ini akan rampung tanpa segala bentuk dukungan

dan motivasi yang dicurahkan yang begitu tulus.

2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, sebagai pemimpin yang tetap menjaga kampus ini tidak

hilang daya kritis para mahasiswanya.

3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai

pendidik, dosen sekaligus bapak yang pantas digugu dan ditiru.

4. Dr. Euis Amalia, M.Ag, Ketua Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan

Syariah dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, Sekretaris Program Studi

Page 7: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah, atas semua perhatian, teguran serta

arahan yang sangat membangun dan bermakna.

5. Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah membimbing, memberikan pemikiran-pemikiran, arahan, koreksi,serta

saran hingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

6. Dr. Muhammad. Taufiki, M.Ag, sebagai dosen pembimbing akademik penulis,

yang sering diusik penulis untuk diluangkan watu dan diberikan pemikiran serta

teguran dan bimbingannya.

7. Dr. Yayan Sopyan, Kanda M Fahmi Ahmadi, M.Si, Dr.Jenal Aripin, Kanda Ade

Syukron Hanas, SH.I, Ihdi Karim Makin Ara, SH.I, Abdul Rasyid M, SS, M.

Isnur, SH.I, Irsad Maulana, SH.I, kanda-kandaku yang senantiasa memberikan

dedikasinya, pemikiraan dan waktunya untuk pengembanagan intelektual

penulis.

8. Selurun Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang memberikan tauladan dan ilmu

dan pandangan dan pemikirannya selama penulis berinteraksi dan menimba ilmu

at this beloved campus.

9. Seluruh Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Jakarta yang telah banyak membantu dalam mendapatkan buku-

buku atau referensi lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

10. Kakak Fathma Sylvana Dewi Harahap, S.T & Bang Firmanto beserta Bre Farhat

Fadlurrahman Tyas, Bre Fathin Zafira Queena, Kakak Fithry Zulaikha Harahap,

SE.Ak & Bang Sofyan Abdi Siregar, S.Sc beserta Bereku Hafiz Zakir Abdillah

Siregar, Adinda Fakhruddin Ali Mansur Harahap, dan Adinda nan Imoet

Page 8: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Fadhilah Khoirinnisa Harahap, do’a, dukungan, dan sapa mereka kapan lulus

yang menjadi cambuk penyemangat bagi penulis.

11. Reva Arbano, SE.I, yang memberikan masukan dan meluangkan waktunya untuk

sekedar berdiskusi bertukar fikiran tentang penelitian ini.

12. Anggoro, Staff Direktorat Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan RI, yang

telah bersedia memberikan data-data otenktik untuk penelitian ini.

13. Rekan-rekan seperjuangan di Perbankan Syariah khususnya PS A 2004 yang

selalu menghadirkan kehangatan kebersaman dalam berfikir dan berbuat.

14. Arif Nur Prabowo, S.Psi, Ahmad Hafizullah Amin, SH.I, Faishal, S.Hum, M.

Towil Akhiruddin, Mukhtar Effendi, Aep Saefullah, SH.I,Yudi Jenggot, Sofyan

Hadi, Usep Romdhoni, Iwan Taunuzi, M Yan, dan seluruh Kawan-kawan Red

Generation C21 dan kawan-kawan ITTC Darussalam, lanjutkan bisnis jumbo

kita, till we can master the world.

15. Ahmad Rifai Fauzi, Agussalim, Ervin Nazar Lee, Cece, Faishal dan Bim-bim,

kawan-kawan Majestic Generation MR. 22 IETC Arrisalah, yang selalu menegur

penuh kebersamaan dan cita.

16. Sahabat-sahabat sehimpun serasa Himpunan Mahasiswa Islam, Bang Fakhruddin

Muktar, Ahmad Muttaqin, Muhamamad Ali Fernandes, SH.I, Muhammad Hafiz,

, Bang M Said Lubis, Asep Jubaeidillah,Fathul Arif, Raden Mas Zamroni, Sidiq,

Dinur Darista, Teuku Mahdar Ardiansyah, Fauzul Azim, Hamdan Raziana, Bayu

Purwananda, Asep Syamsuri, Irawati, Gita Prima Lestari, Nurisma Latri, Sarah

Safira, Adi Putro, Rahmat Hamdani, Jhoni, Dwima, Aji, Asep Solahuddin,

Febrina Naory Qisthy, Fithri Ristiani, and especially for Niken Febria Larasati,

Page 9: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

thanks very much atas doanya, serta seluruh Kanda, Yunda, Dinda, Pengurus dan

Kader di Lingkungan HMI (LKBHMI, LEMI, LAPENMI) Cabang Ciputat yang

telah mewarnai kehidupan, paradigma berfikir, menumbuhkan dedikasi penulis,

menghadirkan canda tawa dan rasa kebersamaan yang tidak mudah dilupakan.

17. Dongan-dongan Armando Medan, Ridho Akmal Nasution, Andre Sinaga,

Raidong Habibi Rambe, Irsyad Harahap, Slamet Lahir Bathin, Audi,

marhahorasan hamu, ulang hamu lupa tu damang dainang dah!

18. Dan semua pihak yang telah memberi dukungan, spiritual, motivasi, moril dan

materi hingga selesainya penelitian ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu.

Ciputat, 22 Juni 2009 M

28 Jumadis Tsani 1430 H

Penulis

Page 10: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6

D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu) .................................. 7

E. Kerangka Teori .................................................................................. 9

F. Kerangka Konseptual .......................................................................... 10

G. Metode Penelitian ............................................................................... 11

H. Sistematika Penulisan.......................................................................... 14

BAB II KONSEP SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA NEGARA

MENURUT HUKUM ISLAM

Page 11: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

A. Tinjauan Umum tentang Negara.................................................. 16

1. Pengertian Sukuk Negara ..................................................... 16

2. Karakteristik Sukuk Negara ................................................. 19

3. Tujuan Penerbitan Sukuk Negara ......................................... 25

4. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk ............... 26

B. Dasar Hukum Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara ........... 27

C. Jenis-jenis SBSN (Sukuk) ........................................................... 31

D. Perbedaan Konsep Dasar Obliagasi Konvensional dan Sukuk.............. 38

E. Kebijakan Fiskal dalam Islam ............................................................. 41

BAB III GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN SUKUK

A. Landasan Historis Sukuk............................................................. 48

B. Penerbitan dan Perkembangan Sukuk di Beberapa Negara .......... 49

1. Pertumbuhan Sukuk di Beberapa Negara.............................. 49

2. Sukuk Korporasi .................................................................. 52

3. Sukuk Ritel .......................................................................... 55

4. Sukuk Global ....................................................................... 60

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN

PENERBITAN SERTIFIKAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

A. Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai

Instrument Fiskal dalam Pembiayaan Defisit APBN ........................ 65

B. Analisa Kebijakan Fiskal Islam Terhadap Kebijakan Penerbitan

Page 12: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Sertifikat Berharga Syariah Negara (SBSN) ................................. 71

1. Politik Ekonomi Kebijakan Fiskal Islam .................................. 71

2. Sukuk sebagai pengganti utang ......................................................78

3. Sukuk dalam Kebijakan Fiskal Islam............................................ 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 89

B. Saran .......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Perbandingan Sukuk dengan Obligasi ...................................................... 26

Tabel 2.1 : Deskripsi Penerbitan Sukuk Ritel ............................................................. 56

Tabel 3.1 : Pangsa Pasar Sukuk Global (20 Sovereign Terbesar) ............................... 63

Page 14: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Tabulasi Penerbitan Sukuk Global (Berdasarkan Mata Uang) ............. 51

Gambar 2.2 : Tabulasi Penerbitan Sukuk Global (Berdasarkan Jumlah

Penerbitan) ................................................................................. 51

Gambar 3.1 : Tabulasi Perkembangan Outstanding Sukuk Korporasi .............. 52

Gambar 4.1 : Diagram Bentuk Penerbitan Sukuk.............................................. 54

Gambar 5.1 : Diagram Volume Pemesanan Sukuk Ritel.................................... 57

Gambar 5.2 : Diagram Jumlah Investor Sukuk.................................................. 57

Gambar 6.1 : Diagram Penggolongan Profesi Investor Sukuk Ritel.................. 58

Gambar 6.2 : Diagram Jumlah Pemesanan Pembelian........................................ 58

Page 15: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 UU No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

2. Lampiran 2 Fatwa DSN No: 69/DSN-MUI/VI/2008

3. Lampiran 3 Fatwa DSN No: 72/DSN-MUI/VI/2008

4. Lampiran 4 Pencatatan Sukuk

Page 16: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan ekonomi dalam kaca mata islam memiliki kode etik yang bisa

memelihara kejernihan aturan Tuhan, sehingga membuat kegiatan atau transaksi

tersebut sebagai mediator dalam membentuk masyarakat yang saling mengutungkan

dan bermanfaat satu sama lain. Untuk membuat sistem ekonomi yang kuat dan kokoh

dibutuhkan prinsip-prinsip hukum yang dapat menyulut tegaknya sistem ekonomi

tersebut. Taqiyuddin An-Nabhani mengemukakan bahwa ekonomi Islam berdiri atas

tiga kaidah: kepemilikan (property), pengelolaan (tasarruf), serta distribusi kekayaan.1

Dan ada tiga karakter yang lekat pada ekonomi Islam; Pertama, diilhami dan

bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah. Kedua, memandang bahwa peradaban Islam

sebagai sumber prespektif dan wawasan ekonomi yang tidak ada dalam tradisi

filosofis sekuler. Ketiga, bertujuan menemukan dan menghidupkan kembali nilai

ekonomi, prioritas,dan adat-istiadat umat muslim.2

Dewasa ini perkembangan keuangan syariah di Indonesia, sebagai gerakan

kemasyarakatan mulai menapak keberhasilan. Namun perkembangan selanjutnya

1 Taqyudin an-Nabhani,An-Nidzam al-Iqtishody fil Islam, Munawwar Ismail (terj), Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (Surabaya:Risalah Gusti, 2000) cet.i, hal. 30

2 John L. Esposito, Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word, terj. Eva.Y.N, Femy. S, dkk., Ensiklopedi Oxfor Dunia Islam Modern, (Bandung:Mizan, 2001), cet. i, hlm. 1.

Page 17: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

sehingga lembaga keuangan bisa berperan penting dan signifikan yang ditunjukkan

oleh indikator nilai asset dan pangsa pasar, membutuhkan langkah-langkah

terobosan, antara lain berwujud Undang-undang Perbankan Syariah. Legislasi ini

membutuhkan perjuangan politik. Dan perjuangan politik ini membutuhkan dukungan

empiris, yaitu bukti kinerja lembaga keuangan syariah bukan saja bisa bekeja

(workable), tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas sesuai dengan prinsip

rahmatan lilialamin.

Pada dasarnya ada tiga prosedur yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan

syariat islam, khususnya di bidang ekonomi. Pertama, adalah prosedur ilmiah,

melalui proses rasionalisasi dan objektivitas. Kedua, kontekstualisasi budaya dan

masyarakat. Dan ketiga, harus diperjuangkan secara demokratis. Dalam perjuangan

tersebut, diperlukan perjuangan politik, termasuk dalam legislasi syariah menjadi

hukum positif.3

Dalam struktur hukum Indonesia, Undang-undang menempati posisi kedua

setelah Undang-undang Dasar 1945. Artinya Undang-undang menjadi peraturan baku

yang menjadi sumber hukum dari aktivitas atau kegiatan di berbagai ranah kehidupan

di sebuah Negara. Berkenaan dengan ekonomi dan keuangan syariah, Alquran dan

Hadis menjadi dasar aturan normatif, sedangkan Undang-undang menjadi panduan

hukum praktis. Menilik tujuan dari perekonomian Islam, Umer Chapra dalam

bukunya The Economic Challenge menegaskan, ekonomi Islam bertujuan

3 M Dawam Rahardjo, Menegakkan Syariah Islam di Bidang Ekonomi,disampaikan pada Acara Orasi Ilmiah Program Pasca Sarjana Universiatas Muhammadiyah Jakarta, pada mata kuliah “ Islam dan masalah-masalah Kontemporer” di Jakarta tanggal 18 Januari 2003.

Page 18: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

menciptakan kefalahan. Falah artinya sejahtera di dunia dan akhirat.4 Maka peranan

pemerintah Indonesia dan para legislator dituntut untuk membentuk Undang-undang

untuk mendorong stimulus fiskal yang berdasarkan keuangan syariah sangat

diperlukan ditengah resesi ekonomi dunia yang tengah melanda saat ini demi

menghadirkan kefalahan di tengah masyarakat.

Berkaca pada pemerintah di beberapa negara juga telah menyatakan

kesiapannya untuk mengeluarkan paket stimulus fiskal yang cukup substansial yang

ditujukan untuk mendorong permintaan masyarakat, peningkatan pengeluaran

infrastruktur, dan pemotongan sementara pajak yang terkait dengan investasi swasta.

Terutama di beberapa negara di kawasan Asia seperti China, India telah

mengeluarkan paket stimulus ekonomi dalam bentuk peningkatan pengeluaran

infrastruktur dan pengurangan pajak.5

Keuangan syariah dunia yang digagas oleh para pakar ekonomi syariah yang

diharapkan mampu menjadi prinsip alternatif untuk menyelamatkan dunia dari krisisi

ekonomi global. Bila ditinjau dari perspektif pasar global, dengan jumlah populasi

penduduk muslim di seluruh dunia yang mencapai 1,5 miliar yang merupakan 29%

dari keseluruhan penduduk dunia yang berjumlah 6,3 miliar pada akhir tahun 2006,

maka selayaknya potensi ekonomi Islam dalam pasar global juga sebesar 24 %

dengan perkiraan nilai kapitalisasi sebesar US$ 9,36 miliar. Tetapi pada

4 Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah, Berkah Duo UU untuk Ekonomi Indonesia, edisi 20 Thn II, Agustus 2008, hal.3 5 Endy Dwi Tjahjono, dkk., Outlook Ekonomi Indonesia Krisis Finansial Global dan

Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia 2009-2014, Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses dari http://www.bi.go.id

Page 19: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

kenyataannya untuk akhir tahun 2006 penetrasi pasar modal yang berbasis Islam

hanya mampu meraih US$ 400 miliar saja, dengan dana yang dimiliki oleh umat

Islam yang berinvestasi di pasar global yang mencapai US$ 1,3 triliun.

Dari urain diatas tampak terdapat perbedaan yang besar dengan pasar modal

global yang diestimasikan berada pada kisaran US$ 39 triliun dengan komposisi 39%

dikuasai oleh pasar modal Amerika dengan kemampuan menyerap dana sebanyak

US$ 15,2 triliun. Oleh sebab itu perbedaan yang mencolok ini diharapkan dapat

dikejar oleh sistem ekonomi Islam dengan potensi perkembangan pasar modalnya

yang bertumbuh sekitar 15- 20% per tahun (ICM, 2004).

Indonesia sebagai Negara yang memiliki populasi muslim terbesar di dunia

memilik potensi untuk menyerap dana investor timur tengah dan lainnya, dan juga

mempunyai prospek yang menjanjikan untuk mengejar ketinggalan pasar keuangan

syariah.

Untuk itu diharapkan peranan pemerintah Indonesia untuk mendorong

keuangan syariah, saat ini ada kemajuan dalam political will yang kongkrit dari

pemerintah Indonesia untuk lebih mengembangkan keuangan syariah dengan

disahkannya UU No. 19 tentang Sertifikat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan

dikeluarkannya empat draft Fatwa Dewan Syaraih Nasional-Majelis Ulama Indonesia

untuk mendukung legislasi penerbitan SBSN tersebut sesuai dengan sharia proceed

dan UU No. 21 tentang Perbankan Syariah.

Page 20: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Ekspektasi pada konsep penerbitan SBSN dapat dijadikan sebagai Instrumen

fiskal yang dapat mengurangi defisit Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara, dan

menjadi instrument yang diandalkan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

khususnya di bidang pengembangan infrastruktur serta fasilitas umum. Infrastruktur

merupakan aset pemerintah yang dibangun dalam rangka memberikan pelayanan

kepada masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, pertamanan, gedung kantor, rumah

sakit, dan sebagainya.6

Berbagai harapan dari kebijakan pemerintah menerbitan Surat Berharga

Syariah Negara sebagai salah satu instrument kebijakan fiskal adalah untuk

mewujudkan kefalahan salah satunya seperti pengembangan infrastruktur dan

berbagai fasilitas umum sebagaimana tersebut dia atas yang dapat dirasakan

masyarakat luas.

Bertumpu pada uraian yang penulis paparkan di atas, penulis memandang

perlu mengadakan penelitian untuk melakukan suatu pembahasan yang komprehensif

tentang kebijakan pemerintah untuk mendapatkan dana (red.berutang) dari investor

luar negeri dan investor domestik, serta prioritas distribusi pembiayaan dari dana

yang didapatkan dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai salah satu

instrument pembiayaan deficit APBN dalam sebuah kajian kebijakan fiskal islam.

Pembahasan ini dituangkan dalam sebuah skripsi berjudul: “KEBIJAKAN

PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) SEBAGAI

6 Purwoko, Analisis Peluang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Pembiayaan

Infrastruktur Daerah, Kajian Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta : Pusat Pengkajian Ekonomi dan Keuangan BAPEKKI Depkeu RI, 2005), Edisi Khusus November, h.29

Page 21: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

INSTRUMENT PEMBIAYAAN DEFISIT APBN" (Analisis Kebijakan Fiskal

Islam)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berkaitan dengan apa yang telah diutarakan di atas agar tulisan ini terarah dan

mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi penulisan skripsi ini

fokus pada arah implikasi hukum otoritas suatu negara dalam meminjam dana

(berutang) kepada pihak asing dalam perspektif kebijakan fiskal islam. Dan ke arah

mana seharusnya pembiayaan diprioritaskan dana asing yang didapatkan melalui

kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.

Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana kedudukan SBSN sebagai instrumen pembiayaan defisit APBN

dalam Kebijakan Fiskal Islam ?

2. Bagaimana seharusnya prioritas pembiayaan dari dana asing yang didapatkan

melalui kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana implikasi hukum otoritas suatu negara

berutang dari pihak asing untuk mengurangi degisit APBN?

2. Untuk memperoleh analisa penjelasan yang komprehensif tentang arah

pendanaan/pembiayaan dari kebijakan Pemerintah Indonesia menerbitkan

SBSN

Page 22: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Manfaat dari Penelitian ini:

1. Masyarakat

Memberikan informasi yang komprehensif tentang analisa kebijakan

Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN dalam kajian Kebijakan Fiskal

Islam dan arah distribusi yang tepat dari dana yang didapatkan dari pihak

asing.

2. Akademik

Memberikan sumbangsih hasil pemikiran tentang pasar modal khususnya

sukuk Negara dan analisa kebijakan kebijakan fiskal islam tentang penerbitan

SBSN, dan juga menambah literature kepustakaan khususnya mengenai sukuk

Negara.

3. Penulis

Menambah wawasan mengenai kebijakan Negara dalam skala makro untuk

mendukung iklim investasi khususnya pada keuangan syariah.

D. Kajian Kepustakaan ( Studi Review Terdahulu)

Penelitian ini pada dasarnya mengangkat tema yang tergolong bukan hal yang

baru, namun penulis mencoba menyajikan permasalah yang berbeda dengan

penelitian yang lain. Penulis akan menjelaskan kedudukan penelitian yang penulis

ketengahkan. Sejauh manakah penelitian ini otentik dan orisinil. Berikut, penulis

Page 23: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

sajikan beberapa anotasi dari beberapa hasil penelitian sebelumnya yang punya

kedekatan tema dan mungkin berkaitan dengan skripsi ini.

Penelitian pertama yang dilakukan ole Amelia Febriani dari Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Jakarta ( Juni 2005) berjudul “Obligasi Syariah” ; Studi Analisis

Fatwa DSN MUI , yang dilakukan pada tahun 2005 ini fokus pada penjelasan aplikasi

dan perbedaan Obligasi Obligasi Konvensional dan Obligasi Syariah dan Analisis

Fatwa DSN-MUI tentang obligasi Syariah serta aplikasinya. Dari sisi metode

penelitian, penelitian yang dilikukan oleh Amelia Febriani menggunakan pendekatan

normatif empiris. Kemudian instrument pengumpulan data yang digunakan adalah

melalui studi pustaka, Alquaran dan Hadis, buku-buku, surat kabar dan juga dengan

menggunakan wawancara, dengan mewawancarai nara sumber terkai seperti anggota

DSN-MUI dengan metode kualitatif. Penelitian yang ditulis oleh Amelia Febriani,

jelas berbeda dengan yang penulis bahas. Perbedaannya terletak pada objek

penelitian, objek penelitian yang penulis angkat disini adalah sukuk Negara/surat

berharga syariah Negara.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Siti Anugrah Hasanah dari Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial dilaksanakan pada tahun 2006 berjudul Analisis

Comparative Profitabilitas, Solvabilitas, dan Return Saham terhadap penerbitan

Obligasi Syariah ini berkonsentrasi pada uji kinerjaa perusahaan yang digambarkan

oleh rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Return saham. Sebuah studi empiris pada

perusahan Penerbit Obligasi Syariah tahun 2002 sampai dengan 2004. Dari segi

penelitian, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang diukur menggunakan

abnormal return disekitar obligasi syariah dan pembahasan dampak Obligasi Syariah

Page 24: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

terhadap pasar saham. Penelitian yang diteliti oleh Siti Anugrah Hasanah jelas

berbeda dengan penelitian yang penulis sajikan. Objek penelitian yang penulis sajikan

adalah Surat Berharga Syariah Negara/sukuk Negara dan analisa pengesahan undang-

undang yang menaunginya dan potensi sukuk Negara bagi perkembangan ekonomi

makro, sedangkan Siti Anugarah Hasanah terfokus pengaruh obligasi syariah dalam

pasar modal dengan instrument data yang diproleh dengan studi empirik dari

perusahaan penerbit obligasi syariah.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual

1. Kerangka Teori

Teori merupakan pengarah atau petunjuk dalam menentukan tujuan dan arah

penelitian. Teori menurut Robert K Yin, sebagaimana disarikan oleh Dr. H. Tan

Kamelo, SH.,MS., menyatakan sebagai berikut: “Theory means the design of

research steps according to some relationship to the literature, policy issues or orther

substance source”7. Teori adalah serangkaian atau keterangan yang saling

berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi, yang mengemukakan penjelasan

atas suatu gejala.

Sukuk adalah suatu catatan pengakuan atas suatu property dan jenis lainnya8,

dan Pengertian SBSN menurut UU Nomor19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga

Syariah Negara adalah: "surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip

7 Dr. H. Tan Kamelo, SH, MS, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung : Alumni, 2004) hal. 2

Page 25: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata

uang rupiah maupun valuta asing. 9

Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan pengarahan

pada penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain dengan adanya teori, penelitian

yang dilakukan agar terarah dan terfokus dari teori yang dimunculkan. Penelitian kali

ini terfokus pada pembahasan Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan

pemerintah sebagai instrumen pembiayaan defisit APBN. Dan bagaimana sebenarnya

perspektif kebijakan fiskal islam menerangkan dibolehkan atau tidaknya sebuah

negara berutang dalam rangka mengurangi defisit APBN.

3. Kerangka Konseptual

Kemaslahatan manusia, baik bersifat individu maupun yang terkait dengan

kelompok (masyarakat), sangat ditentukan oleh perkembangan lingkungan dimasa

kapan mereka hidup. Masyarakat senantiasa berubah, karena tidak ada satu

masyarakat yang berhenti pada satu titik tertentu dalam membentuk peradabannya

sepanjang zaman. Contoh paling kongkrit telah terjadi perubahan dalam bentuk

transaksi dari bentuk:

1. Barter,

8 Al Munjid, Fil-lughoh wal-A’lam, (Beirut : Darul Masyriq Al-Maktabah a-Syarkiyyah, 2002), cet. 39 hal- 430-431

Page 26: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

2. Jual beli barang,

3. Jual beli Jasa

4. Jual beli Saham (Sekuritas)

5. Jual beli Obligasi

Begitu juga dengan tempat dimana transaksi jual beli itu dilakukan, telah

banyak mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan seseorang atau suatu komponen

masyarakat bahkan suatu Negara untuk tujuan menyelenggarkan kesejahteraan,

bermula dari:

1. Pasar Traditional

2. Mini Market, Fanchise Shop, Plaza, Mall

3. Bank

4. Investasi, saham, reksadana, obligasi dan sukuk

Dan perlu digarisbawahi,perubahan masyarakat tersebut dapat mengenai nilai-

nilai sosial, pola-pola keprilakuan, organisasi, susunan lembaga-lembaga

kemasyrakatan, kekeuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Perubahan tersebut dapat membawa nilai-nilai positif terhadap masyarakat dan dapat

pula membawa kepada nilai-nilai negative.10 Mengaca pada kondisi perekonomian

global saat ini, mengingatkan kita pada tulisan Helmut Schmidth, bahwa “ ekonomi

dunia tengah memasuki fase yang sangat tidak stabil dan masa mendatang sama

9 Pasal 1 UU No 19 Tahun 2008 tentang Sertifikat Berharga Syariah Negara Departemen Keuangan Repubik Indonesia

Page 27: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

sekali tidak menentu”.11 Sehingga upaya pemulihannya harus tetap diupayakan.

Pasca krisis moneter tahun 1997-1998 yang melanda sistem moneter dan perbankan

Indonesia, rupiah terpuruk ditelan dolar yang melumpuhkan ekonomi Indonesia dan

sampai saat ini Indonesia belum bisa dikatakan telah pulih betul dari dampak krisis

tersebut.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Secara keseluruhan jenis penelitian yang dilakukan pada penulisan

skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan

perhitungan matematis, statistik dan sebagainya, melainkan menggunakan

penekanan ilmiah12 atau temuan-temuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi.

Bilamana terdapat ilustrasi yang menunjukkan data-data berupa angka-angka

dan tabulasi, hal tersebut dimaksudkan untuk lebih mempertajam analisa dan

menguatkan argumentasi penelitian. Dan pendekatan penelitian pada skripsi

ini adalah analisis deskriptif.

2. Metodologi

10 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1990), hal. 46 11 Helmut Schemidt, The Structure of The World Product, (Germany : Foreign Affair,1974).

hal. 437 12 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ed: revisi (Bandung : PT. Remaja Rosda

Karya, 1997), cet ke-8, h. 6

Page 28: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Metodologi penelitian adalah cara untuk menjawab dan memecahkan

masalah yang timbul dalam perumusan masalah. Penulisan ini menggunakan

jenis penelitian kepustakaan.

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendapatkan data sekunder

dengan cara melakukan penelaahan terhadap beberapa buku literature

Fiqh, Undang-undang, Jurnal, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bahan-

bahan tertulis yang berkaitan dengan penelitian.

b. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah

data sekunder, dan bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah:

1) Bahan Primer

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 19 tentang Surat

Berharga Syariah Negara

b. Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tentang Surat

Berharga Syariah Negara tentang Perbankan Syariah

c. Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan

Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar

Modal

Page 29: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

d. Fatwa Nomor: 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara

e. Fatwa Nomor: 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan

Surat Berharga Syariah Negara

f. Fatwa Nomor: 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease

Back

g. Fatwa Nomor: 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga

Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back

h. Data-data resmi dari Direktorat Pengelolaan Utang Negara dan

Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan Republik Indonesia

2) Bahan Sekunder

a. buku-buku mengenai instrument pasar modal syariah, khususnya

mengenai Sukuk Negara

b. artikel, majalah, jurnal perbankan, karya ilmiah, dan bahan-bahan

penelitian yang relevan terhadap penulisan skripsi ini.

3). Bahan Tertier

a. Kamus Ekonomi

b. Data-data elektronis (dari Internet).

3. Teknik penulisan

Page 30: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Teknik penulisan dalam penelitian ini penulis menggunakan buku

Pedoman Penulisan skripsi tahun 2007 yang diterbitkan oleh Fakultas

Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan akan kami paparkan dibawah ini;

BAB I: Pada bab ini diawali dengan Latar belakang masalah, Pembatasan dan

perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Kajian kepustaan

(studi review terdahulu), Kerangka konseptual, Metode penelitian, dan

Sistematika penulisan.

BAB II: Dalam bab ini akan dibahas Konsep sukuk Negara menurut hokum islam

yang dimulai dari tinjauan Umum tentang sukuk negara, yang meliputi

Pengertian sukuk negara, Karakeristik sukuk negara, Tujuan penerbitan

sukuk Negara, dan Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk,

dilanjutkan dengan pembahasan Dasar hukum penerbitan SBSN,

Jenis-jenis SBSN, Perbedaan konsep dasar obligasi konvensional dan

sukuk , Kebijakan Fiskal Islam.

BAB III: Dalam bab ini dibahas Gambaran umum pertumbuhan sukuk, dilanjutkan

Penebitan dan Perkembangan sukuk di beberapa Negara, yang diuraikan

dengan penjelasan pertumbuhan sukuk di beberapa Negara, pertumbuhan

sukuk korporasi, sukuk ritel, dan sukuk global.

Page 31: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Bab IV: Bab ini adalah inti dari pembahasan pada skripsi ini yang menerangkan

kebijakan perbitan SBSN sebagai instrument fiskal dalam pembiayaan

defisit APBN dan dilanjutkan dengan analisis Kebijakan Fiskal Islam

terhadap kebijakan penerbitan SBSN.

BAB V: Pada bab terakhir dari rangkaian skripsi ini akan berisi kesimpulan dan

saran, untuk menerangkan dan menjawab pertanyaan dari masalah yang

dirumuskan.

Page 32: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

BAB II

KONSEP SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

MENURUT HUKUM ISLAM

A. Tinjauan Umum tentang Sukuk

1. Pengertian Sukuk

Kata sukuk berasal dari bahasa Arab dari fi’il ���� - �ص (shokka – yashukku)

dan bentuk masdarnya adalah �ص (shokkun), dan bentuk jamaknya adalah ص��ك

(shukûk) yang artinya dokumen, piagam, akte13. Dalam Kamus Bahasa Arab Al-

Munjid disebutkan; sukuk berasal dari bentuk mufrod ; ��ص (shokkun), dan bentuk

jamaknya ; ��أص (ashukkun) – ص��ك (shukûk) – ص��ك shikâk yang definisinya adalah

kitabul iqraar bil-maali aw ghoiru dzalik, artinya : suatu catatan pengakuan atas suatu

property dan jenis lainnya14, dan dalam istilah lain disebutkan juga sukûk istitsmâr

ص��ك l������ر) ) yang artinya secara etimologi adalah sertifikat investasi.

Akan tetapi sejumlah penulis barat tentang sejarah perdagangan Arab abad

pertengehan memberikan kesimpulan bahwa kata shakk merupakan kata dari suara

Latin ”Cheque” yang biasa digunakan pada perbankan kontemporer.15

Secara terminologi sukuk memiliki berbagai definisi, yang didefinisikan oleh

beberapa instansi atau lembaga yang concern dan berwenang, sebagai berikut :

13 AW. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya : Pustaka Progressif ,2002), Cet ke-25, , hal. 787

Page 33: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

a. Accounting and Auditing Organisaton for Islamic Financial Institution

(AAOIFI) 16

Sesuai dengan Sharia Standard No.17 tentang Investment menyatakan

definisi sukuk adalah: “Investment sukuk are certificates of equal value

representing undivided shares in ownership of tangible assets, usufruct and

services or (in the ownership of) the assets or particular projects or special

investment activity, however, this is true after receipt of the value of the

sukuk, the closing of subcription and the employment of funds received for

the purpose for which the sukuk were issued.” Artinya Sukuk adalah

sertifikat dengan nilai yang sama dengan bagian atau seluruhnya dari

kepemilikan harta berwujud nyatauntuk mendapatkan hasil dan jasa di dalam

kepemilikan asset dari proyek tertentu atauaktivitas investasi khusus,

sertifikat ini berlaku setelah menerima nilai sukuk, di saat jatuh tempo

dengan menerima dana seutuhnya sesuai dengan tujuan sukuk.

b. Bapepam-LK17

Dalam Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, Sukuk

didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan

yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan

14 Al Munjid, Fil-lughoh wal-A’lam,, (Beirut : Darul Masyriq Al-Maktabah a-Syarkiyyah, 2002), cet. 39 hal- 430-431

15 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, h.136 16 Mohd Daud Bakar. Round-table Discussion on Internasional Islamic Sovereign Bond

(Sukuk), Foreign Debt Division Directorate of Internasional Affair Bank Indonesia 2006, h.129. 17 Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal, Studi Standar Akuntansi Syariah Di

Pasar Modal Indonesia, BAPEPAM 2007. h.10.

Page 34: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

atau tidak erbagi atas: kepemilikan asset berwujud tertentu, nilai manfaat dan

jasa atas asset proyek tertentu.

c. DSN-MUI18

Definisi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat kita temukan juga

dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 69/DSN-

MUI/VI/2008 disebutkan pengertian (SBSN) adalah: “Surat Berharga

Syariah Negara atau dapat disebut sukuk negara adalah Surat Berharga

Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti

atas bagian kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah

maupun valuta asing.”

e. Direktorat Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan19

Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama yang mewakili kepemilikan yang

tidak dibagikan atas suatu asset berwujud, nilai manfaat (usufruct),

atau kepemilikan atas asset dari proyek tertentu atau kegiatan investasi

tertentu, dan sukuk tidak memberikan bunga melainkan imbalan, margin,

atau bagi hasil dan penerbitannya sukuk memerlukan underlying asset

sehingga benar-benar aman dari riba.

f. Undang-undang Nomor19 Tahun 2008 20

18 Fatwa DSN No:69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara. 19 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis

Syariah, Brosur Departemen Keuangan. 20 Pasal 1 UU No 19 Tahun 2008 tentang Sertifikat Berharga Syariah Negara Departemen Keuangan Repubik Indonesia

Page 35: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Pengertian SBSN menurut UU Nomor19 Tahun 2008 Tentang Surat

Berharga Syariah Negara adalah: "surat berharga negara yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap

aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Yang

mana aset SBSN adalah Barang Milik Negara (BMN)". Dan untuk

memberikan yang pengertian yang komprehensif, penulis

menyajikan terminologi umum tentang sukuk sebagai berikut:

1. SBSN atau Sukuk Negara adalah surat berharga Negara yang diterbitkan

berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan

terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta

asing.

2. Imbalan adalah pembayaran yang dapat berupa sewa, bagi hasil atau

margin, atau bentuk pembayaran lainnya sesuai dengan akad penerbitan

SBSN; yang diberikan kepada pemegang SBSN sampai dengan

berakhirnya periode SBSN.

3. Asset SBSN adalah obyek pembiayaan SBSN dan / atau Barang Milik

Negara yang memeiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/ atau

bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar

penerbitan SBSN.

4. Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang SBSN

sesuai dengan yang diperjanjikan.

Page 36: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

5. Perusahaan penerbit SBSN adalah Badan Hukum yang didirikan

berdasarkan ketentuan Undang-Undang untuk melaksanakan kegiatan

penerbitan SBSN.

2. Karakteristik sukuk

Pada dasarnya Instrument Obligasi dan Sukuk mempunyai banyak persamaan

namun dalam berbagai hal terdapat juga perbedaan-perbedaan mendasar yang

menjadi ciri khusus kedua instrumen keuangan tersebut, yakni: Sukuk merupakan

bukti kepemilikan suatu aset berwujud (tangible) atau hak manfaat (beneficial title)

dari suatu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, sedangkan bila dibandingkan

dengan obligasi, dapat disimpulkan bahwa obligasi merupakan instrumen utang.21

Dan sudah jelas dinyatakan dalam terminologinya; Sukuk tidak mewakili

sebuah hutang yang diserahkan kepada emiten oleh pemegang sertifikat. Sukuk

diterbitkan berdasarkan sebuah kontrak yang dirujuk sesuai dengan peraturan syariah

yang mengatur penerbitan dan perdagangannya. Perdagangan sukuk tergantung

kepada syarat-syarat yang mengatur perdagangan hak yang mewakilinya.22

21 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Tanya

Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Bebasis Syariah, (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta ), cet I, hal. 11 22 Cecep Maskanul Hakim Obligasi Syariah Kendala dan Prospek, Peneliti Bank Yunior Biro Perbankan Syariah, Brosur Bank Indonesia.

Page 37: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Pengunaan dana hasil penjualan Sukuk juga tidak boleh bertentangan dengan

prinsip syariah. Berbeda dengan proceed obligasi dapat digunakan secara bebas tanpa

memperhatikan ketentuan syariah.23

Penerbitan sukuk memerlukan adanya underlaying transaction sebagai dasar

penebitan, sedangkan obligasi tidak memerlukan underlaying tansaction tersebut.

Penghasilan yang diberikan sukuk bukan berupa bunga melainkan berupa

imbalan/sewa, bagi hasil atau margin, sedangkan penghasilan oblogasi berupa bunga

yang merupakan harga dari uang.

Penerbitan sukuk pada umumnya memerlukan SPV24 sebagai penerbit,

sedangkan obligasi diterbitkan secara langsung oleh obligor. Dan perlu dipahami,

bahwa sukuk merupakan instrumen penyertaan sementara obligasi adalah adalah

instument utang.25

Seperti yang diketahui penerbitan SBSN ditujukan untuk membiayai defisit

APBN, dalam hal ini berarti SBSN memiliki fungsi yang sama dengan SUN atau

obligasi konvensional yang diterbitkan pemerintah, yaitu sama-sama menjadi

instument yang membiayai defisit APBN. Namun yang terjadi pada SUN disini tidak

semua komponen yang diterbitkan menghasilkan pendapatan, hal inilah yang

membedakan dengan SBSN. Dalam hal ini SBSN haruslah memiliki alur pendapatan,

23 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, hal. 12 24 Special Purpose Vechicle: Badan hukum yang didirikan khusus untuk kepentingan

penerbitan sukuk yang memiliki fungsi sebagai; penerbit sukuk, counterpart pemerintah dalam

transaksi pengalihan asset, bertindak sebagai wali amanat (trustee) yang mewakili kepentingan

investor.

Page 38: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

yaitu jika ada uang atau harta yang dikeluarkan maka ada pendapatan yang dihasilkan

dalam konteks penerbitan SBSN, artinya dana yang dihimpun dari SBSN sebaiknya

di alokasikan untuk membiayai proyek negara yang jelas, seperti pembangunan

infrastruktur negara.26

SBSN dalam penerbitannya di Indonesia sekarang banyak menggunakan skim

jual dan sewa balik (buy and lease back), artinya pemerintah menjual asetnya dan

menyewa kembali, ini merupakan bentuk ijarah mumtahia bit-tamliik yang dalam

aplikasinya terdapat tambahan akad, yaitu akad ba’i dan adanya perjanjian untuk

tidak menjual kembali aset yang telah dibeli (wa’ad) sesuai dengan proses penerbitan

SBSN yang ada sekarang,

Dalam penerbitannya SBSN bersandar pada Konsep Keuangan Islam (Islamic

finance) dimana didalamnya terdapat prinsip moralitas dan keadilan, oleh karena itu

sesuai dengan dasar operasionalnya yakni syariah Islam yang bersumber dari Al

Qur’an dan Hadits serta Ijma’ (hasil kesepakatan para ahli), instrumen pembiayaan

syariah harus selaras dan memenuhi prinsip-prinsip syariah,27 yaitu antara lain

transaksi yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, dan maslahat.

Begitu juga Penerbitan SBSN haruslah sesuai dengan syariah dan terbebas dari unsur-

unsur berikut:

25 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, hal. 11 26 Arlyana dkk, Round-table Discussion on Internasional Islamic Sukuk, Foreign Debt

Division Directorate of Internasional Affair Bank Indonesia, 2005, h.154-155. 27 Mustafa Kamal Rokan ”Konsep Dasar Keuangan Islam” Diakses pada tanggal 28 Juli 2008

http://www.waspada.co.id Menggunakan Joomla!.

Page 39: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

a. Riba, yaitu suatu keuntungan moneter yang tanpa ada nilai imbangan

yang ditetapkan untuk salah satu dari dua pihak yang mengadakan kontrak dalam

pertukaran dua nilai moneter.28 Dalam definisi lain disebutkan yakni, tambahan

yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang yang diperhitungkan dari pokok

pinjaman Para fuqoha membagi riba menjadi riba dua yakni riba al-nasiah dan

riba al-fadl. Secara garis besar dari pandangan empat mazhab utama sunni,

Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali berpendapat:

1. Riba al-fadl terjadi ketika, dalam transaksi kontan (tangan ke tangan ), ada

tambahan pada salah satu dari nilai-nilai imbangan yang tergolong sejenis dan

kedua nilai imbangan itu: (i) dapat ditakar (Hanafi); (ii) dapat berupa mata

uang atau makanan yang dapat sisimpan untuk manusia (Maliki); (iii) dapat

berupa mata uang atu bahan makanan (Syafi’i); dan (iv) dapat berupa mata

uang atau barang yang dapat ditimbang dan ditakar (Hanbali).

2. Riba nasi’ah terjadi bila penyerahan salah satu jual beli yang melibatkan nilai-

nilai imbangan yang ditangguhkan dalam suatu transaksi jual beli yang

melibatkan nilai-nilai imbangan yang rentan terkena riba. Nilai-nilai

imbangan yang dimaksud berupa: (i) barng-barang dari satu jenis atau

keduanya dapat ditimbang dan ditakar (Hanafi); (ii) makanan yang bisa

disimpan untuk manusia, atu keduanya bisa berupa uang (Maliki); (iii)

keduanya adalah bahan makanan, atu keduanya adalah mata uang (Syafi’i);

atau (iv) keduanya dapat ditakar, atau ditimbang, atau berupa mata uang

28 Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek,

Page 40: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

(Hanbali).29 Dan dapat diringkas dengan definisi lain yakni, riba yang timbul

akibat hutang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama

resiko dan hasil usaha muncul besama biaya. Riba ini muncul akibat

perbedaan, perubahan, atau tambahan antara barang yang diserahkan hari ini

dengan barang yang diserahkan kemudian.

b. Maysir, yaitu unsur spekulasi, judi, dan sikap untung-untungan; dan

c. Gharar, yaitu unsur ketidakpastian yang antara lain terkait dengan penyerahan,

kualitas, kuantitas dan sebagainya.

Dan perlu diketahui bahwa akad yang yang paling sering digunakan pada

penerbitan SBSN di Indonesia adalah skim ijarah, dan karakteristik pada SBSN

dengan skim ijarah adalah sebagi berikut:

1. Terlengkapinya rukun-rukunnya sebagaimana berikut:

a. pemberi sewa / pemberi jasa (mu’jir)

b. penyewa / pengguna jasa (musta’jir) untuk memperoleh manfaat atas

Objek yang disewakan.

c. obyek yang disewakan (ma’jur) yang dikuasai oleh mu’ajir dimana

musta’jir membayar harga Sewa (ujrah) kepada mu’ajir untuk jangka waktu

tertentu.

(Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007), cet.i, h.51 29 Abdullah Saeed, PhD, Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum

Neo-Revivalis, (Jakarta : Paramadina, 2006), cet. iii, h. 47

Page 41: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Dalam hal ini rukun tergantung dengan akad yang dipakai, karena pada

saat ini Indonesia menggunakan ijarah, maka rukunnya yang digunakan adalah

seperti diatas.

2. Syarat, meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang

haram menjadi batal demi hukum syariah;

b. harga barang dan jasa harus jelas;

c. tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada

biaya transportasi;

d. barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan

karena tidak boleh menjual barang yang belum dimiliki atau dikuasai

seperti yang terjadi pada transaksi short selling dalam pasar modal.30

Disini penulis menyimpulkan, Karakteristik sukuk negara atau SBSN sebagai

instrumen keuangan berbasis syariah secara umum diterbitkan dengan berlandaskan

beberapa prinsip di bawah ini:

a. Sukuk adalah sertifikat bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat

(beneficial title), dan sukuk tidak mewakili utang dari orang yang diberi utang

oleh penerbit kepada pemegang sukuk, tetapi merupakan pemegang sertifikat

yang berbagi return.31

b. Imbal hasil sukuk berupa sewa, margin, atau bagi hasil.

30 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), h.223.

Page 42: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

c. Bebas dari unsur, gharar, maysir, yaitu dokumen prospektus yang menawarkan

sukuk harus menggambarkan keterbukaan secara menyeluruh agar terhindar

dari kekeliruan (jahalah).

d. Memerlukan SPV (Special Purpose Vehicle).

e. Menggunakan underlying asset.32

f. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah

3. Tujuan Penerbitan Sukuk Negara (SBSN)

Penerbitan sukuk bagi pemerintah sesuai dengan Undang-undang No 19

Tahun 2008, ditujukan untuk membiayai APBN termasuk membiayai proyek-proyek

negara yang telah disetujui oleh negara. Di bawah ini merupakan tujuan

diterbitkannya SBSN atau sukuk negara:

a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara

b. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah di

dalam negeri

c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah baik dalam negeri

maupun luar negeri

d. Memperluas dan mendiversifikasi basis investor

e. Mengembangkan alternatif instrumen investasi

f. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara

31 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Padar Modal Syariah, (Jakarta : Kencana, 2007), h.162.

32 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis

Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Page 43: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

g. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem

perbankan konvensional,33

4. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan SBSN/Sukuk

Dalam transaksi sukuk ada beberapa pihak yang terlibat lansung

penerbitannya yakni;

a. Emiten, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pokok serta

imbal hasil sukuk yang diterbitkan, dalam hal ini yang berwenang adalah

pemerintah yaitu departemen keuangan.

b. Special Purpose Vehicle (SPV), badan hukum yang didirikan khusus untuk

kepentingan penerbitan sukuk yang memiliki fungsi sebagai; penerbit sukuk,

counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan asset, bertindak sebagai

wali amanat (trustee) yang mewakili kepentingan investor.

c. Investor adalah pihak pemegang sertifikat sukuk yang memiliki hak

kepemilikan atas underlying asset, akan tetapi hanya memiliki hak atas

manfaat saja dan bersifat sementara sampai jatuh tempo, oleh karena itu

investor berhak mendapat imbal hasil berupa sewa, margin, atau bagi hasil.34

Di bawah ini akan memperjelas kembali perbandingan antara sukuk dan

obligasi secara rinci, menurut Departemen Keuangan selaku pemegang kebijakan

keuangan di Indonesia.

33 Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Mengenal Sukuk Instrument Pembiayaan & Investasi berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan Repupblik Indonesia

34 Direktorat Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen Keuangan Berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan

Page 44: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Tabel 1.1: Perbandingan Sukuk dengan Obligasi35

Deskripsi Sukuk Obligasi

Dasar Hukum - Undang-Undang Undang-Undang

Penerbit - Pemerintah - Korporasi

- Pemerintah - Korporasi

Metode Penerbitan

- Lelang - Bookbuilding

- Private Placement

- Lelang -

Bookbuilding

- Private

Placement

Ketentuan Perdagangan

Tradable36 Tradable

Sifat Instrument

Sertifikat kepemilikan/ penyertaan atas aset

Pengakuan utang

Tipe Investor - Konvensional - Syariah

Kovensional

Penghasilan bagi Investor

Imbalan, bagi hasil, Margin

Bunga/kupon, Capital Gain

Dokumen yang diperlukan

- Dokumen Pasar Modal - Dokumen Syariah

Dokumen Pasar Modal

Underlying Asset

Perlu Tidak Perlu

Penggunaan hasil penjualan (proceed)

Harus sesuai syariah Bebas

Lembaga terkait

SPV, Trustee, Custodian, Agen

Trustee, Custodian,

35 Dr. Rahmat Waluyanto “Potensi Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah Negara) Sebagai

Sumber Pembiayaan APBN dan Investasi” Presentasi dalam Seminar Indonesia Syariah Expo Jakarata pada tanggal 27 oktober Tahun 2007.

36 Yang dimaksud tradable disini adalah dapat diperdagangkan, namun tergantung pada akadnya.

Page 45: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Pembayar Agen Pembayar

Syariah Endorsement

Perlu Tidak perlu

B. Dasar Hukum Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

Dengan telah disahkannya undang-undang penerbitan SBSN, maka

DSN-MUI pun mengeluarkan syariah opinion dan fatwa mengenai hal-hal yang

menyangkut penerbitan SBSN, yaitu ada 4 fatwa yang dikeluarkan yakni:

Fatwa No:69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN), Fatwa DSN No:70/DSN-MUI/VI/2008 tentang metode

penerbitan SBSN, Fatwa DSN No:71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and

Lease Back, Fatwa DSN No:72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale

and Lease Back.

Menurut syariah opinion yang dikeluarkan oleh Tim Ahli Syariah untuk

penerbitan SBSN, bahwa penerbitan SBSN tidak bertentangan dengan syariah

sebagaimana diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tentang SBSN,

dan memutuskan bahwa akad yang digunakan dalam penerbitan surat berharga

syariah negara adalah akad ba'i dan ijarah.37

37 Surat Pernyataan Kesesuaian Syariah, Tim Ahli Syariah untuk Penerbitan SBSN DSN-MUI, 2008.

Page 46: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Sebagaimana fatwa yang telah dikeluarkan DSN-MUI No: 69 mengenai

SBSN, di bawah ini kami sertakan beberapa nash yang menjadi dasar hukum

penerbitan SBSN.

1. Al-Quran

Firman Allah SWT, QS. Al-Baqarah [2]: 275:

�������� �� ������ ��������� �� �������� �!� �"☺⌧% �&����

'����� )*+,-"./� 123+4567�� 81�� 9�:"☺4�� � ";��<3= >?@ABC�!�

�D�*��3� �"☺AB!� E45;4�� �FH�� ��������� I JF")CKLC M��

"E45;4�� &:�")LC ��������� � 1"☺3� NOL*��"1 PQ3���>�� 1�R�

S�)!O�:T �T"@/B��3� N�K33� �� "O�"U VNO��4�CKLC WOX!� Y�� �

�Z�LC "[�� ";]A23��C^�3� +�2"3_`CK T�Ja�� � >? b �Qcd�� �eC��!2"8

�ة (� ) 275:ا �

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka

Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal

Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang

yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti

(dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu

(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang

yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya.

Page 47: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa riba adalah haram dan dilarang dalam

aktivitas perdagangan atau jual beli, begitu juga dengan SBSN yang dalam

pengambilan imbal hasil diharamkan menggunakan bunga, akan tetapi profit

yang didapatkan dari pembayaran hak manfaat, sewa, upah ataupun bagi hasil,

karena di dalam akad SBSN terdapat akad jual beli dan sewa maka penggunaan

instrumen ini jelas harus berdasarkan prinsip syariah.

2. Hadis

Penerbitan SBSN juga diperkuat oleh hadist Nabi riwayat Imam al-

Tirmidzi dari Amr bin Auf al-Muzani, Nabi SAW bersabda:

�و@?< =)9> وا 9�/)��ن ح�ام�9 اح�89 أو ح06 م ح� ص)3� إ0 ا �/)�-, ب-, +�ءز ا �)' 9A 0إ �@�9A

38 )وصE33 ا ��مDى رواB( ح�ام� اح8 أو ح06 ح�م

Artinya : Perdamaian boleh dilakukan antara kaum muslim kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram,

dan kaum muslim terkait dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

Hadits ini menegaskan bahwa segala perjanjian yang dilakukan oleh

umat Islam adalah boleh selama tidak keluar dari koridor syariah, seperti SBSN

misalnya investor yang membeli instrumen ini bukan hanya umat Islam,

melainkan non muslim pun dapat berinvestasi disini, dan juga model dari

penerbitan SBSN serupa dengan obligasi konvensional, akan tetapi selama

38 Muhammad Ibn Ismail al-Kahlani, Subulussalam, (Bandung : Dahlan TT), Jilid 3, h.59.

Page 48: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

instrumen syariah ini masih sesuai dengan prinsip syariah maka dibolehkan.

Kemudian hadits riwayat Ibnu Majah dikatakan:

�ر 0F 0ار و�F)Bاب, روا E+م� D وا <GHIار �-J39 ) ه< و

Artinya : Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang

lain (HR Ibnu Majah )

Hadits ini menegaskan bahwa dalam transaksi atau perjanjian tidak

diperbolehkan untuk merugikan negara atau pihak lain, seperti penerbitan

SBSN saat ini, bahwa hasil penjualan SBSN harus digunakan dengan hati-hati

agar terhindar dari kerugian dari kedua belah pihak.

3. Kaidah Fiqih

Kemudian kaidah fiqih yang mendasari di bolehkannya penerbitan

SBSN adalah:

40��?� ت3� =)> د -R� 6ل أن إ0 أ�ب�حP ا �O�م6ت M> اLص8

Artinya : " Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya ".

Kaidah fiqih diatas menunjukan bahwa asal dari segala bentuk mumalah

adalah boleh sampai terdapat dalil yang mengindikasin pengharaman transaksi

39 Muhammad Fuad Abduh al-Baaqi, Sunan Ibn Majah, (Mesir : Darul Fiqr TT), Jilid 2, h.784

Page 49: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

tersebut, begitu juga dengan SBSN karena penerbitannya menggunakan akad

ijarah. Sebagaimana telah kita telaah dan telah diketahui akad tersebut sesuai

dengan syariah.

C. Jenis-jenis SBSN (Sukuk) serta Tinjauan Fiqh Mengenai Akad dan

Penerbitannya

Jenis obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus

investasi (Investment) terbagi dalam 7 akad yang telah diaplikasikan di dunia. Di

bawah ini akan dijelaskan jenis-jenis sukuk, antara lain:

1. Ijarah (sale and lease back)

Al-Ijarah berasal dari bahasa arab al-ajru yang berarti al-iwadhu

(ganti). Sukuk Ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikam aset yang

keberadaannya jelas dan diketahui.41 Berdasarkan Fatwa DSN-MUI

No.72/DSN-MUI/VI Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

Ijarah Sale And Lease Back, SBSN ijarah sale and lease back adalah surat

berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti

atas bagian kepemilikan aset SBSN yang diterbitkan dengan menggunakan

akad ijarah dengan mekanisme seale and lease back.

Mekanisme sale and lease back adalah jual beli suatu aset yang

kemudian pembeli menyewakan kembali aset tersebut kepada penjual.

40 Al-Syaukani, Irsyad al-Fuhul Ila Tahqiq, Ilm Al-Ushul, (Makkah : Maktabah Al-Tijariyah, 1993), Cet. i, h.104.

Page 50: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Kemudian pendapat ulama mengenai akad ijarah dalam kitab al-

Muhadzadzab juz I kitab al-Ijarah:

�R +�ز M)< اL=-�ن إ > آ� P+�3 ا WM�G� إ > ا P+�3 وLن ا ���حP ا WM�G� =)> ا�+�رة =U� RV�ز= W-� ا

42ا WM�G� =�دى ا0+�رة =�U� R�ز أن و+Y ,اL=-�ن =)>

Artinya: “Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang

dibolehkan karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan

terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka

seharusnya boleh pula akad ijarah atas manfaat.”

Kemudian pendapat Ibnu Qudamah, dalam kitab al-Mughni,

menyatakan bahwa ijarah adalah jual beli manfaat, dan manfaat berkedudukan

sama dengan benda. Dalam hal ini terdapat persamaan antara jual beli benda

dan jual beli manfaat, karena keduanya sama-sama bermanfaat, seperti halnya

barang dijual atau dibeli karena manfaatnya, sehingga antara barang dan

manfaaat memiliki kedudukan yang sama.

Dalam mekanismenya Ijarah seperti sale lease contract atau hire

contract karena dalam akad Ijarah hanya ada perpindahan manfaat dari aset

bukan kepemilikan bentuk fisik aset seperti pada leasing.43

Setelah penerbit sukuk memberikan status kepemilikan manfaat

kepada investor terhadap suatu aset lalu disewakan kembali ke penerbit sukuk

41 Nurul Huda, Mustofa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, h.144.. 42 Ibnu Qudamah, al-Mughni, VIII/7. 43 Foreign Debt Division Directorate of International Affair, 2006, Round Table Discussion

on International Islamic Sovereign Bond (Sukuk), ( Jakarta : Bank Indonesia), h. 27.

Page 51: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

dengan menyerahkan sejumlah uang sewa yang disepakati kepada investor dan

diakhir perjanjian hak milik atas aset kembali lagi kepada penerbit sukuk.44

Ciri-ciri pokok yang dimiliki oleh sukuk ijarah, antara lain:

a. Dalam kontrak ijarah aset yang disewa beli dan jumlah yang disewa

harus diketehaui dengan jelas oleh pihak-pihak terkait pada saat

kontrak

b. Penyewaan dalam ijarah harus diterapkan dalam bentuk yang jelas

untuk bentuk pertama dari sewa beli, dan untuk bentuk perubahan di

masa yang akan datang, dan dalam penyewaan tersebut terdiri dari dua

bagianm, satu untuk pembayaran kepada pihak yang menyewakan dan

yang lain sebagai pembayaran rekening yang dilakukan penyewa pada

biaya iang berhubungan dengan pemilik aset.

c. Adanya pembentukan SPV sebagai perwaliamanatan yang akan

menjembatani kepentingan emiten dan investor.

d. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset merupakan

tanggung jawab pemilik, sementara pengeluaran untuk pemeliharaan

yang berhubungan dengan operasionalnya ditanggung penyewa.45

2. Mudharabah (bagi-hasil/ profit and lost sharing)

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak yakni

pihak pertama sebagai shahibulmaal penyedia seluruh modal dan pihak kedua

44 Tim Pengkajian Penerbitan SUN Sukuk, hlm. 4. 45 Nurul Huda, Mustofa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, h.145.

Page 52: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

sebagai mudharib/ pengelola usaha. Sedangkan keuntungan secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.46

Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam

meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi. Jenis ini merupakan

sertifikat yang mewakili proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan

prinsip mudharabah.

Secara rinci pokok-pokok Obligasi syariah Mudharabah berdasarkan

fatwa DSN-MUI No. 33 Tahun 2002 Tentang Obligasi Mudharabah, adalah

sebagi berikut:

a. Menggunakan akad Al-mudharabah;

b. Emiten obligasi syariah adalah Mudharib;

c. Pemegang obligasi syariah adalah Shohibul Maal;

d. Jenis usaha emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah;

e. Nisbah/ keuntungan ditentukan sesuai kesepakatan Mudharib dan

Shohibul maal sebelum penerbitan;

f. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik;

g. Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh DSN-MUI sejak proses

emisi;

h. apabila emiten (Mudharib) lalai dan/atau melanggar perjanjian emiten

wajib mengembalikan dana Mudharabah dan pemegang obligasi dapat

meminta Mudharib membuat surat pernyataan hutang; dan

46 Sofiniyah Ghufron dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Page 53: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

i. Pengalihan kepemilikan obligasi syariah dapat dilakukan selama

disepakati dalam akad.

3. Musyarakah (penyertaan modal)

Secara bahasa, al-syirkah berarti ikhtilat (percampuran), yaitu

percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.

Sedangkan menurut istilah, syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih

dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang telah ditetapkan.47

Sukuk Musyarakah adalah sertifikat nilai yang sama yang

diterbitkan untuk memobilisasi dana, yang digunakan berdasarkan

persekutuan atau firma sehingga pemegang-pemegangnya menjadi pemilik

proyek atau aset berdasarkan bagian masing-masing.48

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek

tertentu dimana kedua belah pihak sama-sama menyediakan modal berupa

dana, dan setelah proyek itu selesai pihak emiten mengembalikan sejumlah

dana tersebut kepada investor bersama dengan bagi hasil dari proyek tersebut.

Obligasi jenis ini akan memberikan return dengan term indicative karena

sifatnya yang floating atau tergantung pada kinerja pendapatan yang

dibagihasilkan.49

4. Murabahah (cost lost sharing)

Memahami Akad-Akad Syariah,( Jakarta: Renaisan, 2005), h.41 47 Sofiniyah Ghufron dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad-Akad Syariah, h.43. 48 Nurul Huda, Mustofa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, h.143.

Page 54: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Dalam obligasi syariah dengan akad Murabahah

investor membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

disepakati kualifikasinya dengan emiten. Dan keuntungan investor diperoleh

dari selisih harga beli dari produsen dengan harga jual kepada emiten. Secara

rinci mekanismenya adalah sebagai berikut:50Investor membeli barang yang

diperlukan oleh emiten dari produsen, atas nama investor sendiri;

a. Investor menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian

kepada emiten;

b. Investor kemudian menjual barang tersebut kepada emiten dengan

harga jual senilai harga beli ditambah keuntungannya; dan

c. Emiten membayar harga barang tersebut pada jangka waktu yang

telah disepakati.

Sebagaimana yang ada pada ketentuan akad-akad syariah lainnya,

dalam akad Murabahah juga terdapat syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-

syarat akad Murabaha adalah sebagai berikut:51

a. Investor memberi tahu mengenai biaya modal kepada emiten;

b. Kontrak harus sah menurut rukun atau mekanisme yang ditentukan;

c. Kontrak harus bebas dari riba; dan

49 Sofiniyah Ghufron dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad-Akad Syariah, h.42. 50 Syaiful Bakhri, dkk., Ekonomi Syariah Dalam Sorotan, (Jakarta: Yayasan Amanah, 2003,

h.186. 51 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), h. 102.

Page 55: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

d. Investor harus menyampaikan semua hal yang terkait dengan

pembelian maupun kondisi barang tersebut.

Sukuk Murabahah lebih memungkinkan digunakan untuk hal yang

berhubungan dengan pembelian barang untuk sektor publik, misalnya

pemerintah membutuhkan barang-barang dengan harga tinggi, maka

dimungkinkan untuk membelinya melalui penjualan kredit dengan membayar

angsuran.52

5. Istisna

Istishna merupakan kontrak penjualan antara mustashni’ (pembeli

akhir) dan shani’ (supplier), dalam akad ini Shani’ menerima pesanan dari

mustashni’, yang nantinya harga ataupun spesifikasi barang yang di pesan

sesuai dengan kedua belah pihak.53 Ketentuan mengenai akad Istisna’ terdapat

dalam fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000.

Pembiayaan dengan menggunakan prinsip Istisna’ diadopsi untuk

membiayai suatu proyek yang spesifikasinya harus dideskripsikan oleh

pembeli (emiten) seperti spesifikasi pembangunan gedung, pembuatan kapal,

pesawat. Atas penjelasan spesifikasi yang dideskripsikan oleh pembeli,

investor sepakat untuk membiayai proyek dengan perjanjian Istisna’. lalu

investor membeli barang dari produsen sesuai spesifikasi yang disebutkan

oleh pembeli (emiten). Kemudian investor menjual barang tersebut kepada

52 Nurul Huda, Mustofa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, h..148.

Page 56: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

pembeli (emiten). Hak kepemilikan atas proyek yang dibiayai oleh investor

beralih kepada emiten terhitung sejak penandatanganan perjanjian Istisna’,

dan tidak digantungkan pada perjanjian penjualan barang ataupun penyerahan

barang.54

D. Perbedaan Konsep Dasar Obligasi Konvensional dan (Sukuk)

Secara umum konsep obligasi pemerintah dengan sukuk terdapat

beberapa kesamaan, seperti pada harga penawaran, jatuh tempo, dan

pemeringkatan/ rating. Adapun perbedaan-perbedaan antara keduanya antara

lain:

1. Pendapatan (hasil)

Ketentuan tentang kompensasi, obligasi berbasis syariah

menggunakan pola return bagi hasil (profit loss sharing) dan

menghindari sistem kompensasi berupa bunga, sedangkan dalam UU

No. 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara, obligasi pemerintah

yang resminya disebutkan surat utang negara, pendapatannya (yield)

berupa bunga;

2. Konsep Halal

Dalam konsep obligasi syariah menghendaki kegiatan ekonomi

yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun

cara penggunaannya. Seperti contohnya pembiayaan hanya

53 Sofiniyah Ghufron dkk, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Cara Mudah

Memahami Akad-Akad Syariah, h.34. 54 Redaksi, Buletin Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan; Volume 3 Nomor 3, 2005, h.48.

Page 57: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

diperuntukan membiayai suatu proyek pembangunan infrastruktur yang

halal, aset yang dijaminkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak

dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur

ribawi, serta transaksi pembiayaan dilakukan dengan menghindarkan

berbagai praktik spekulasi. Dalam konsep obligasi pemerintah/ surat

utang negara tidak dipersyaratkan penerbitannya didasarkan pada

kegiatan ekonomi yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara

perolehannya, maupun cara penggunaannya;55

3. Alokasi Dana

Ketentuan Undang-undang surat utang negara ditujukan untuk

memberi jalan bagi emisi surat utang negara hanya untuk ’menambal’

defisit pembiayaan saja. Sementara sukuk sesuai dengan prinsip bagi

hasilnya di antaranya harus dikaitkan dengan investasi seperti

pembiayaan infrastruktur, namun tetap memungkinkan penggunaan

dana untuk hal-hal lain selain pembiayaan sarana dan prasarana asalkan

dinyatakan sejak awal dalam prospektus;56

4. Jenis

Perbedaan mendasar lainnya antara obligasi syariah dengan

surat utang negara dapat dilihat pada jenis-jenis instrumen dan

mekanisme transaksinya yakni Ijarah, Mudharabah, Musyarakah,

Murabahah, dan Istisna dengan mekanisme dan jenis surat utang negara

55 Foreign Debt Division Directorate of International Affair, h. 53.

Page 58: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

yang disebutkan dalam Undang-Undang no. 24 Tahun 2002 yakni surat

perbendaharaan negara dan obligasi pemerintah;

5. Efek

Efek surat utang negara merupakan surat pengakuan hutang,

sedangkan obligasi syariah efeknya merupakan surat berharga sebagai

bukti penyertaan modal atau investasi yang dikaitkan oleh usaha

tertentu;

6. Nilai indeks

Perbedaan nilai indeks obligasi syariah dengan nilai indeks

obligasi pemerintah/ surat utang negara terletak pada kriteria saham

emiten pada obligasi syariah harus memenuhi prinsip-prinsip dasar

syariah, sedangkan pada surat utang negara tidak;

7. Underlying asset/ jaminan aset

Dalam beberapa transaksi obligasi syariah disyaratkan adanya

jaminan berupa aset emiten yang diserahkan pada investor namun

dikelola oleh pihak ketiga sebagai trustee. Aset tersebut harus

memenuhi unsur syariah, yakni bebas dari unsur tidak halal seperti

diterangkan di atas, sedangkan dalam obligasi pemerintah/ surat utang

negara jaminan hanya berupa kepercayaan/ trust; dan Obligasi syariah

mengenal adanya trustee sebagai penerbit obligasi syariah maupun

pengelola aset yang dijadikan underlying aset dan bertindak mewakili

56 Foreign Debt Division Directorate of International Affair, h. 77.

Page 59: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

kepentingan investor. Sebagaimana konsep kontrak investasi kolektif

dalam dana reksa. Sedangkan dalam penerbitan obligasi pemerintah/

surat utang negara tidak dikenal adanya trustee yang mengelola jaminan

berupa aset dan bertindak mewakili kepentingan investor.

E. Kebijakan Fiskal dalam Islam

Kebijakan fiskal telah lama dikenal dalam teori ekonomi Islam, yaitu sejak

zaman Rasulullah saw, dan Khulafaur Rasyidin, yang di kemudian hari

dikembangkan oleh para ulama.

Nabi Muhammad saw sebagai Amirul Mukminin sekaligus kepala Negara

yang bertanggungjawab atas stabilitas perekonomian Negara pada saat itu

menerapkan beberapa Kebijakan Fiskal pada masanya. Sehubungan dengan ini ada

empat langkah yang dilakukan Nabi saw :57

1. Peningkatan pendapatan Nasional dan tingkat partisipasi kerja

Dalam rangka meningkatkan permintaan agregat (agregat demand)

masyarakat muslim di Madinah, Rasulullah melekukan kebijakan

mempersaudarakan kaum Muslimin dengan kaum Muhajirin yang berimplikasi

pada peningkatan perminytaan total di Madinah.

2. Kebijakan Pajak

57 Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), cet. i, hal. 19-20

Page 60: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Penerapan kebijakan pajak yang dilakukan dilakukan Rasulullah saw,

seperti kharaj, khums, dan zakat, menyebabakan terciptanya kestabilan harga

dalam mengurangi tingkat inflasi.

3. Anggaran

Pengaturan APBN yang dilakukan Rasulullah saw sangat cermat,

efektif dan efesien, menyebabkan jarang terjadinya deficit anggaran meskipun

saat itu sering terjadi peperangan.

4. Kebijakan Fiskal Khusus

Rasulullah saw menerapkan beberapa kebijakan fiskal khusus untuk

pengeluaran Negara, yaitu: meminta bantuan kaum muslimuin secara suka rela

untuk memenuhi kebutuhan pasukan muslimin;meminjam peralatan dari kaum

muslimin secara cuma-cuma dengan jaminan pengembalian dang anti rugi bila

terjadi kerusakan meminjam uang dari orang-orang tertentu untuk diberikan

kepada muallaf; serta menerapkan kebijakan insentif untuk menjaga

pengeluaran dan peningkatan partisipasi kerja dan produksi kaum muslimin.

Pemikir ekonomi Islam Ibnu Khaldun (1404) mengajukan solusi atas

resesi dengan cara mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran

pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar, ibu dari semua pasar, dalam hal

besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami

penurunan, wajar bila pasar yang lain pun akan ikut menurun, bahkan dalam

agregat yang lebih besar.

Page 61: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Abu Yusuf (798) merupakan ekonom pertama yang secara rinci

menulis tentang kebijakan ekonomi dalam kitabnya Al Kharaj, yang

menjelaskan tanggung jawab ekonomi pemerintah nuntuk memenuhi kebutuhan

rakyatnya.58

Menurut an-Nahbani dan al-Maliki, dalam pengambilan kebijakan

fiskal yang sesuai dengan ekonomi Islam adalah setiap pengambilan kebijakan

haruslah memberikan jaminan atas pemenuhan seluruh kebutuhan pokok (al-

hajat al-asasiyah/basic needs) bagi setiap individu dan juga pemenuhan

berbagai kebutuhan sekunder dan luks (al-hajat al-kamaliyah) sesuai kadar

kemampuan individu bersangkutan yang hidup dalam masyarakat tertentu

dengan kekhasan di dalamnya.59 Dengan demikian titik berat sasaran

pemecahan permasalahan dalam ekonomi Islam terletak pada permasalahan

individu manusia bukan pada tingkat kolektif (negara dan masyarakat).60

Menurut al-Maliki, ada empat perkara yang menjadi asas politik ekonomi

Islam. Secara umum Pertama, setiap orang adalah individu yang memerlukan

pemenuhan kebutuhan. Kedua, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok

dilakukan secara menyeluruh (lengkap). Ketiga, mubah (boleh) hukumnya bagi

58 Kebijakan Fiskal Rasulullah SAW, artikel diakses dari halalguide.info pada tanggal 18 Mei 2009

59 Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternati, hal. 52. Abdurrahman al-

Maliki, Politik Ekonomi Islam, hal. 37.

60 Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, hal. 53.

Page 62: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

individu mencari rezki (bekerja) dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan

dan meningkatkan kemakmuran hidupnya. Keempat, nilai-nilai luhur (syariat

Islam) harus mendominasi (menjadi aturan yang diterapkan) seluruh interaksi

yang melibatkan individu-individu di dalam masyarakat.61

Penulis mengutip empat asas yang harus diperhatikan dalam setiap

penerbitan SBSN khususnya yang dalam hal ini antara emiten (pemerintah) dan

para investor62, yang telah digariskan dalam Al-Quran :

a. Asas suka sama suka ( QS: 4 : 29)

�"@f�C�A2� �������� ���g�L* �� �D� �����3

?*I3�<L�4�CK i�-jgk� lF�+2-4���!� m�!� �CK �e�*I3

nj�2Q@�� 1� Xo�3 >?*Ia�R� Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

b. Asas keadilan ( QS: 57: 25)

_p3�3� �La��"U>TCK �jgO�UqT �i2LarRk;4���!�

�La4�sBCKLC tu@" � v�2wxI4�� �eL'��☺4��LC

&���L5�� qJ�Jg�� xy{r�4���!� �

Artinya: Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan

membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al

Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.

c. Asas saling menguntungkan (QS: 2: 278-279)

61 Abdurrahman al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, (As-Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla),

alih bahasa Ibnu Sholah, cet. i, (Bangil : Al-Izzah, 2001), hal. 37 62 Prof. Dr. Taufik Abdullah, dkk. Ensklopedia Tematis Dunia Islam Jilid 3, ( Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Voeve, 2002), h.133

Page 63: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

�� �e�☺!�_�3 ��LC �e�☺O�_� |}~�l Artinya : kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. d. Asas Tolong Menolong ( QS:5: 2)

��BLC�" 3LC WO� !�dr�4�� IsL�4��w��LC � ��LC

��BLC�" 3 WO� ru4ui�� l�<LC_p� 4��LC �

����J�LC ��� � J�!� ��� p��p⌧� r��3�� 4��

Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Ketika asas-asas tersebut dipegang tegung dalam segala pengambilan

Kebijakan Fiskal, pada gilirannya, perekonomian yang mampu menyediakan

kesempatan kerja dan kehidupan yang layak serta memberikan fondasi yang

kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan dapat direalisasikan63.

Berbicara mengenai kebijakan fiskal isalm kontemporer, saat ini Negeri Jiran

Malaysia dapat dikatakan sebagai salah satu pioneer dalam pengembangan pasar

keuangan syariah sampai saat ini. Tahun 1994 Malaysia mendirikan pasar uang

syariah. Pada tahun 2001 menjadi pionir dalam mengeluarkan obligasi syariah global

(sukuk) pertama kali dengan nilai US$150 juta, dilanjutkan dengan mengeluarkan

sovereign sukuk pada tahun 2002 dengan nilai investasi US$600. 36% perusahaan

investasi syariah di dunia tercatat di pasar modal Malaysia yaitu 86 unit trust fund.

Page 64: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Malaysia berhasil meraih pangsa pasar sukuk terbesar tidak lepas dari usaha

yang dilakukan baik dari sisi suplay (ketersediaan sukuk yang ditawarkan) maupun

dari sisi demand (peningkatan jumlah investor), yaitu:64

1. Dukungan pemerintah dan regulasi yang sesuai kerangka hukum syariah.

Keseriusan pemerintah dalam mendukung pasar modal syariahnya terlihat dari

kesiapan infrastruktur dan penyediakan perangkat hukum yang sesuai dengan

syariah, sehingga memberikan kemudahan bagi pengusaha untuk menerbitkan

sukuk dan dapat memberikan kepastian hukum.

2. Adanya konsisensi dalam penerbitan sukuk termasuk sovereign sukuk.

Dengan tersediannya infrastruktur dan regulasi, menyebabkan banyak

perusahaan yang ingin menerbitkan sukuk di Malaysia. Terbuki banyaknya

unit trust yang menerbitkan sukuknya di Malaysia. Oleh sebab itulah maka

terjadi konsistensi dalam penerbitan sukuk setiap periodenya.

3. Inovasi terhadap penawaran sukuk yang baru seperti khasana exchangeable,

mudarabah plus susharakah, dan lain sebagainya.

4. Sukuk dalam berbagai mata uang yang ditawarkan baik kepada investor lokal

maupun asing.

Dari sisi permintaan (peningkatan jumlah investor) yang dilakukan adalah:65

63 Visi dan Misi Strategi Pembanguan Nasional Pemerintah RI 2004-2009 yang diakses dari situs resmi Republik Indonesia http://www.indonesia.go.id/id 64 Ida Musdafia Ibrahim, Analisis Obligasi Syariah (sukuk) bagi perkembangan Investasi di

Indonesia yang diakses dari http://www.yai.ac.id/UPI/simposium/ida.doc

Page 65: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

1. Pembentukan pasar uang antar bank syariah dengan disertai jumlah institusi

finansial yang cukup banyak

2. Pemberian fasilitas bagi masuknya fund manager asing/ pembebasan pajak

bagi investor asing

3. Pembentukan Fund Syariah /Infrastruktur sektor keuangan.

Dengan usaha-usaha di atas yang disusun secara sistematis dan strategis

berhasil membawa Malaysia menguasai pangsa pasar sukuk dunia seperti saat ini.

65 Ida Musdafia Ibrahim, Analisis Obligasi Syariah (sukuk) bagi perkembangan Investasi di

Indonesia

Page 66: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

BAB III

GAMBARAN UMUM PERTUMBUHAN SUKUK

A. Landasan Historis Sukuk

Sukuk sudah dikenal sejak abad 7 Masehi, ketika pemerintahan Umayah

mengeluarkan sukuk al-Badai yang merupakan kupon komoditas yang mirip dengan

cek gudang. Tercatat juga di dalam kitab al Muwatta’ karya Imam Malik,

mengemukakan bahwa sukuk al Badai merupakan bukti pemilikan barang dalam

jumlah tertentu dari bendahara negara, bisa diperdagangkan sebelum sampai batas

waktu yang ditentukan.66

Fakta empiris tersebut membuktikan dan menyimpulkan bahwa sukuk secara

nyata digunakan secara luas oleh masyarakat muslim pada abad pertengahan, dalam

bentuk surat berharga yang mewakili kewajiban pembiayaan yang berasal dari

perdagangan dan kegiatan komersial lainnya.67

Kata sukuk secara umum digunakan, bersamaan dengan kata hawalah

(menggambarkan transfer/pengiriman uang) dan mudharabah kegiatan bisnis

persekutuan).

Berkaitan dengan perspektif dan kepentingan sejarah, asal mula produk dalam

konteks kontemporer merupakan satu dari keputusan pertama dari Dewan Perundang-

undangan (IJC) yaitu ”bahwa kombinasi asset tertentu ( atau manfaat dari aset

66 Zudin, “Islamic Bonds (sukuk) Its Introduction and Application” diakses pada 27 Juni 2007

dari http://konsultasimuamalat.wordpress.com/islamic-bonds-sukuk-its-introduction-and-application.

67 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta : Kencan Prenada Media Group, 2008), cet. 2, h.136

Page 67: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

tersebut) dapat diwakili dalam bentuk instumen pembiayaan tertulis yang dapat dijual

pada harga pasar dengan ketentuan bahwa komposisi kelompok aset yang diwakili

oleh sukuk mayoritas terdiri dari aset yang tangible.”

Penetapan aturan oleh IJC ini, walaupun tidak ada hubungannya dengan pihak

tertentu, bagaimanapun dipandang perlu sebagai terobosan syariah demi kepentingan

ummat di dunia.

Dengan dukungan dari JIC, dan diikuti dengan pembangunan teori dan model

maka pada tahun 2001 adalah pertama kalinya program sukuk diluncurkan di pasar.

Inisiatif oleh Agen Moneter Bahrain (Bahrain Monetary Agency/BMA) berkaitan

dengan sukuk salam jangka pendek (91 hari) senilai US $ 25 juta diluncurkan pada

bulan Juli 2001 dan telah diterima baik dipasaran. 68

B. Penerbitan Dan Perkembangan Sukuk Di Beberapa Negara

1. Pertumbuhan Sukuk di Beberapa Negara

Dalam perkembangannya sukuk dapat diterbitkan dengan 14 struktur model

melalui rekomendasi The Accounting and Auditing Organisation Of Islamic

Financial Institutions (AAOIFI), namun dalam prakteknya model sukuk yang

diterbitkan hanya 7 model saja, yaitu struktur ijarah, musharakah, salam,

murabahah, istisna, mudharabah, dan hybrid, yaitu percampuran beberapa akad, dan

struktur penerbitan yang paling sering digunakan adalah ijarah.

68 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, , h. 136-137

Page 68: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Total penerbitan sukuk yang menggunakan struktur ijarah hampir 50% lebih

dari total penerbitan di dunia, karena pada prakteknya ijarah lebih mudah dalam

aplikasinya.69

Dari jumlah total penerbitan sukuk di pasar keuangan internasional meningkat pesat,

dari USD4,89 miliar pada tahun 2002 menjadi USD84,1 Miliar pada tahun 2008.

Beberapa sukuk yang diterbitkan di negara non-muslim:

a. Jerman: Sachsen-Anhalt €100m [2004].

b. USA: East Cameron USD165m [2006].

c. Jepang: JBIC USD300-500m [2006].

d. China: Chinese Power USD250m [2006].

e. UK: Aston Martin £225m [2007].

Dan beberapa sovereign sukuk telah diterbitkan secara regular oleh Malaysia,

Bahrain, Brunei, Qatar,dan UAE. Pemerintah Inggris, Jepang, Thailand dan

Hongkong SR akan menerbitkan sukuk. Untuk lebih jelas dapat kita lihat data

tabulasi di bawah ini:

Gambar 2.1 : Tabulasi Penerbitan Sukuk Global (berdasarkan mata uang)70

69 Nazwar U. Nawawi, “Mengenal Sukuk,” Pontianak Post, Selasa 2 September 2008. 70 Khairul Aulad, Staff Direktoarat Pembaiayaan Syariah Depkeu RI, Surat Berharga Syariah

Negara / Sukuk Negara Sebagai Sumber Pembiayaan Fiskal Dan Instrumen Investasi, Data yang disampaikan Pada Seminar Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 8 April 2009, hal.16

Page 69: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Dapat diketahui setelah mencermati data tabulasi di atas bahwa Malaysia

dengan mata uang Ringgit masih memimipin peredaran sukuk dunia berdasarkan

volume mata uang yang beredar pada pasar keuangan syaruiah dunia.

Gambar 2.2 : Tabulasi Penerbitan Sukuk Global (berdasarkan jumlah

penerbitan)

Berdasarkan data di atas, jumlah transaksi sukuk yang diterbitkan di

Malaysia masih leading dari Negara-negara lain yang turut meramaikan pasar

keuangan syariah di Dunia.

-

50

100

150

200

250

300

2004 2005 2006 2007 2008YTD

MYR USD Others

-

5

10

15

20

25

30

2004 2005 2006 2007 2008YTD

( US$ bn)

MYR USD Others

Page 70: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

2. Sukuk Korporasi71

Pertumbuhan sukuk korporasi telah lebih dahulu meramaikan pasar keuangan

syariah dunia, dibandingkan sukuk yang dimotori oleh otoritas negara.

Berikut deskripsi perkembangan sukuk yang dimotori oleh beberapa perusahaaan

manufactur.

Gambar 3.1: Tabulasi Perkembangan Outstanding Sukuk Korporasi

� Jumlah issuers dan nilai nominal Sukuk korporasi

� 2002: 1 issuers dan Rp175 miliar.

� 2008: 21 issuers dan Rp4,284 triliun (outstanding);

71 Khairul Aulad, Staff Direktorat Pembaiayaan Syariah Depkeu RI, Surat Berharga Syariah

Negara / Sukuk Negara Sebagai Sumber Pembiayaan Fiskal Dan Instrumen Investasi, hal. 17

Perkembangan Outstanding Sukuk Korporasi

0

5

10

15

20

25

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

Tri

liu

n

Jumlah Emiten Total Nilai Emisi

Page 71: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

� Jumlah seluruh penerbitan Sukuk korporasi : 27 issuer dan Rp4,924

triliun

� Ada 6 Sukuk Korporasi yang telah jatuh tempo dengan nominal Rp

640 miliar

� Market share sukuk korporasi pada tahun 2008 mencapai 5,8%

Dari berbagai Jenis Sukuk, ada beberapa jenis yang cukup populer di

kalangan Investor Sukuk, yaitu :

: Sukuk Ijarah, kemiripan strukturnya dengan Obligasi Konvensional,

yang ‘cenderung’ memberikan keuntungan tetap, karena transaksi yang bersifat

sewa

: Sukuk Mudharabah, memiliki potensi keuntungan yang jauh lebih

besar daripada obligasi konvensional karena sifat bagi hasilnya, namun tetap

memiliki derajat pengembalian pokok yang cukup tinggi

Eksplorasi pada jenis-jenis instrumen di atas dapat dilakukan, dengan

membangun struktur-struktur instrumen yang bervariasi dan menarik. Selama

tetap berada pada jalur yang bersifat syar’i dan tetap menunjukkan perbedaan

konsep dan penerapan dari investasi syariah.72

Page 72: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Gambar 4.1: Diagram Bentuk Penerbitan Sukuk73

Diagram diatas menunjukan yang paling banyak menerbitkan sukuk

adalah perusahaan multinasional sebesar 86,4%, dimana perusahaan tersebut

menggunakan instrumen sukuk sebagai alternatif untuk menambah modal

perusahaan tertentu, kemudian seiring berjalannya waktu negara pun

menggunakan sukuk sebagai instrumen keuangan guna mengembangkan

infrastruktur negara dan juga sebagai alternatif untuk membiayai defisit

anggaran negara, pada tahun 2008 ini negara-negara yang menerbitkan sukuk

sebesar 7,5% dari total sukuk yang diterbitkan di pasar dunia, dan pada

kenyataannya hampir di beberapa bagian dunia menggunakan instrumen ini,

72 Khairul Aulad, Staff Direktorat Pembaiayaan Syariah Depkeu RI, Surat Berharga Syariah

Negara/Sukuk Negara Sebagai Sumber Pembiayaan Fiskal Dan Instrumen Investasi, hal. 18

Page 73: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

dan kebanyakan yang mendominasi adalah Eropa dan Asia, selain itu institusi

keuangan menerbitkan sukuk sebagai sumber pendanaan bagi institusi tersebut,

dan dalam penerbitan sukuk yang diterbitkan oleh institusi keuangan sebesar

6,1% dari total penerbitan sukuk di dunia.74

3. Sukuk Ritel

Pemerintah Indonesia juga terus melakukan inovasi untuk pertumbuhan

sukuk. Dan sukuk ritel yang dipasarkan pada pasar perdana adalah salah satu bentuk

inovasi tersebut.

Sebagian pengamat ekonom melontarkan pendapatnuya bahwa dikatakan

penerbitan sukuk dinilai terlambat, namun Dahlan Siamat75 menampiknya. Kalau

dikatakan terlambat, tidak juga, kita hitung setelah UU SBSN disahkan. Jika setelah

setahun UU disahkan sukuk tidak diterbitkan juga, itu baru terlambat, ujar Dahlan.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Negara Departemen Keuangan

membeberkan sukuk ritel adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan

prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset Surat Berharga

Syariah Negara, yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara

Indonesia melalui agen penjual, dengan volume minimum yang telah ditentukan.76

Pemerintah sejak 6 Februari 2009 melego sukuk ritel ke pasar dalam negeri.

Respons investor luar biasa. Hingga hari ke-12, penjualan sudah mencapai Rp 3,446

73 Mohamed Damak, Sukuk Market Continues To Grow Despite Gloomy Global Market, Standard & Poors, Data Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan.

74 Mohamed Damak, Sukuk Market Continues To Grow Despite Gloomy Global Market. 75 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Negara Departemen Keuangan Republik Indonesia

Page 74: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

triliun atau melampauai target indikatif Rp 3,4 triliun. Investor yang berminat masih

punya waktu hingga 20 Februari 2009.

Berikut salah satu contoh sukuk ritel yakni Sukuk Ritel Seri SR-001 yang

diterbitkan pada tanggal 25 Februari 2009:

Table 5.1 : Deskripsi Penjualan Sukuk Ritel

Akad

Ijarah sale and lease back

Nominal per-unit

Rp1 juta

Harga Per-unit

At Par (100%)

Satuan Pembelian

: Rp 5 juta dan kelipatannya

: Tidak ada batas maksimum

pembelian

Imbalan

: Fixed Coupon 12% per tahun

: Pembayaran dilakukan secara bulanan

Tenor

3 Tahun

Tanggal Penerbitan

25 Februari 2009

Tanggal Jatuh Tempo

25 Februari 2012

Nominal pelunasan

: At par (100%) : Bullet Payment

Tradability

Tradable

Target Investor

Individu WNI (Pasar Perdana)

76 UU Surat Berharga Syariah Negara, artikel yang diakses dari vivanews.com pada tanggal 18 Maei 2009

Page 75: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

a. Distribusi Penjualan SR-001 Berdasarkan Wilayah77

Jumlah investor terbanyak (51,65%) berada di wilayah Indonesia bagian

barat selain Jakarta. Seperti diagram di bawah ini;

1) Volume Pemesanan

Gambar 6.1 : Diagram Volume Pemesanan Sukuk Ritel

Namun, volume pemesanan terbesar (53,54%) di DKI Jakarta. Sebagaimana

yang tergambar pada diagram di bawah ini:

2) Jumlah Investor

Gambar 6.2 : Diagram Jumlah Investor Sukuk Ritel

77 Khairul Aulad, Staff Direktorat Pembaiayaan Syariah Depkeu RI, Surat Berharga

Syariah Negara / Sukuk Negara Sebagai Sumber Pembiayaan Fiskal Dan Instrumen Investasi, , hal. 21

Page 76: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Kemudian, apabila kita ingin mengetahui jumlah investor terbanyak

pada Sukuk Ritel ini adalah sebagai berikut; jumlah investor terbanyak adalah

dari PNS (24,61%). Dan Sementara jumlah pemesanan pembelian terbesar

berasal dari pegawai swasta (21,54%)

1) Jumlah investor

Gambar 7.1: Diagram Penggolongan Profesi Investor Sukuk Ritel

2) Jumlah pemesanan pembelian

Gambar 7.2: Diagram jumlah Pemesanan Pembelian

Page 77: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Mengenai penerbitan sukuk ritel ini, Direktur Pembiayaan Syariah,

Departemen Keuangan, Dahlan Siamat menerangkan, kupon sukuk ritel akan lebih

tinggi daripada suku bunga deposito rata-rata di bank BUMN, seperti Bank Mandiri,

BTN, BNI, dan BRI. Pembelian yang tak terbatas membuat sukuk ritel lebih menarik

dibandingkan dengan deposito.

Pada deposito, pemerintah hanya menanggung dana masyarakat maksimal Rp

2 miliar pernasabah. Di sukuk ritel, berapapun dana investasi masyarakat, pemerintah

melindunginya.

Menyimpan uang di sukuk ritel lebih menguntungkan dibanding memelihara

sapi. Jadi jual sapinya, simpan uangnya di sukuk ritel; ujar Dahlan di hadapan calon

investor sukuk ritel dalam sosialisasi di Makassar, Sulawesi Selatan.

Ketua Arbitrase Syariah Nasional Alfin Hamid mengaku sulit mengaitkan

teori bisnis syariah dengan sukuk ritel yang akan diterbitkan pemerintah.

Tidak ada investasi yang benar-benar aman, pasti ada risikonya. Investasi

yang dikatakan tanpa risiko justru bertentangan dengan teori bisnis syariah, yang

tetap memperhitungkan untung rugi. Apalagi, Departemen Keuangan mematok kupon

Page 78: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

hingga 8 persen. Padahal imbalan tidak bisa dipatok ujarnya. Pernyataan ini ada

benarnya. Sukuk ritel memang tidak 100 persen bebas risiko. Sukuk ritel memang

aman bagi investor yang menyimpan investasinya hingga jatuh tempo dan tidak

menjualbelikan surat berharganya di pasar sekunder.

Namun, jika investor menjualbelikan sukuk ritelnya di pasar sekunder, ada

risiko risiko pasar dan pergerakan harga yang harus dihadapinya.

Risiko pasar muncul ketika terjadi perubahan asumsi makro perekonomian,

seperti perubahan laju inflasi dan suku bunga. Jika laju inflasi meningkat, biasanya

suku bunga perbankan meningkat. Di saat suku bunga simpanan di perbankan

meningkat, harga obligasi tertekan.78

4. Sukuk Global

Pemerintah mulai melakukan penawaran sukuk global di pasar internasional

pada hari Rabu, 15 April 2008, maksimal senilai underlying asset pemerintah senilai

Rp7 triliun. Sesuai dengan penuturan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto di Kantor Menkeu.

Pemerintah mengumumkan penerbitan sukuk global untuk mengetahui reaksi

pasar. Pengumuman akan diterbitkannya sukuk global ini, murni untuk melihat

bagaimana reaksi pasar terhadap sukuk global, baik pasar internasional maupun

nasional. Targetnya maksimal sebanyak underlying asset Rp7 triliun.

Seperti diketahui, jumlah indikatif penerbitan sukuk global sekitar US$500 juta dan

Page 79: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

tidak lebih dari US$700 juta. Jumlah tersebut disesuaikan dengan jumlah underlying

asset yang tersedia sekitar Rp7,2 triliun berupa Barang Milik Negara (BMN) milik

Departemen Keuangan.

Pelaksanaan penerbitan sukuk global diundur dari rencana awal pada akhir

2008. Penerbitan sukuk global merupakan bagian dari penerbitan Surat Utang Negara

(SUN) dalam rangka kebutuhan pemerintah untuk menutup defisit APBN dan

refinancing utang jatuh tempo, baik utang SUN maupun utang luar negeri.79

Dan untuk penerbitaan Sukuk Global ini Pemerintah telah menunjuk 3 joint

lead manager untuk penerbitan sukuk global yaitu Standard Chartered Bank, HSBC,

dan Barclays. Dari peningkatan nilai penerbitan sukuk sampai 2006 menunjukkan

potensi sukuk di pasar dunia cukup besar. 80

Setelah kenaikan harga BBM Oktober 2008 kemarin, Departemen keuangan

dikabarkan mulai menjajaki sumber pinjaman baru yang ditawarkan pemerintah

Jepang dalam bentuk skema Shibosai untuk menyerap utang sebesar Rp 6,51 Triliun.

Shibosai adalah akad utang obligasi ala Jepang dengan suku bunga relatif

rendah dan berbasis proyek. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat

Waluyanto kepada media di, 21 Mei 2008 mengatakan bahwa jumlah pinjaman yang

78 Investasi: Menyelami Seluk-beluk Sukuk Ritel, diakses dari http://www.sebi.ac.id pada tanggal 18 Mei 2008 79 Dwi Tupani, Sukuk Global, artikel diakses dari MediaIndonesia.com pada tanggal 15 April

2009

80 AJP-Arab News, ”Rekomendasi Terbaru dari AAOIFI Tentang Penerbitan dan Struktur

Sukuk”, Diakses pada tanggal 5 Agustus 2008 dari www.islamOnline.com.

Page 80: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

bisa diperoleh biasanya berkisar USD 500 Juta hingga USD 700 Juta (Rp 4,65 Triliun

hingga Rp 6,51 Triliun jika nilai tukar Rp 9.300 per USD).

Karena berbasis proyek, Pemerintah Indonesia harus menentukan terlebih

dahulu proyek-proyek yang akan dibiayai dana dari penerbitan surat utang ini.

Penerbitan Shibosai yang dilakukan Pemerintah Indonesia akan dijamin Bank

Jepang untuk Kerja Sama Internasional (Japan Bank for International Cooperation/

JBIC). Artinya, JBIC akan menjamin pembayaran kewajiban jika pemerintah gagal

bayar. Sebagai gantinya, pemerintah akan membayar ongkos penjaminan kepada

JBIC.Sementara, sebagai investor utama dalam ADB (Asian Development Bank)

Jepang akan mengabulkan pinjaman dengan kisaran USD 800 Juta hingga USD 900

Juta sebelum akhir tahun ini untuk pinjaman program yang diajukan oleh pemerintah

RI.81

Setiap tahun, sekitar 40% APBN dihabiskan untuk pembayaran cicilan pokok

dan bunga utang luar negeri. Per Mei 2008, Koalisi Anti Utang (KAU) Indonesia

memaparkan jumlah utang bangsa ini sebesar USD155,29 Miliar. Jumlah itu terdiri

atas pinjaman yang diperoleh dengan perjanjian utang senilai USD64,34 Miliar dan

penerbitan obligasi negara sebesar US$90,95 Miliar.

APBN 2008 mengalokasikan pembiayaan luar negeri netto sebesar negatif

Rp13,11 Triliun, terdiri dari pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar

Rp61,26 Triliun dan penarikan pinjaman luar negeri Rp48,14 triliun. Pinjaman luar

81 Pemerintah Terbitkan Sukuk Valas artikel yang diakse dari http://www.waspada.co.id pada tanggal 22 Mei 2008

Page 81: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

negeri ini terdiri dari pinjaman program Rp26,39 Triliun dan pinjaman proyek

Rp21,75 Triliun.

Sementara alokasi subsidi APBN 2008 sebesar Rp234,41 Triliun. Rincinya,

subsidi BBM Rp126,82 Triliun, listrik Rp60,29 Triliun, pangan Rp8,59 Triliun,

pupuk Rp7,81 Triliun, dan benih Rp1,02 Triliun.

Juga, dana untuk public service obligation (PSO) Rp1,73 triliun, subsidi

bunga kredit program Rp2,15 Triliun, subsidi migor melalui operasi pasar Rp500

Miliar, subsidi kedelai Rp500 Miliar, dan subsidi pajak Rp25 Triliun.

Depkeu memproyeksi defisit anggaran pada 2008 mencapai 1,8% dari PDB

atau Rp82,3 Triliun, meski dalam APBN P 2008 ditargetkan 2,1% dari PDB atau

Rp94,5 Triliun. Sedangkan penarikan pinjaman program pada 2008 mencapai

USD2,9 Miliar atau sekitar Rp26,39 Triliun.

Pada tahun 2008 Malaysia menguasai sekitar 66 % dari seluruh penerbitan

sukuk di dunia, seperti gambar di bawah ini.

Tabel.3.1: Pangsa Pasar Pasar sukuk Global (20 Sovereign Terbesar)82

Issuer Country US$ m

Issue Date

Tenor

Nakheel Sukuk UAE 3,520 Nov 2006 3 years

PCFC Sukuk UAE 3,500 Jan 2006 2 years

Al Dar Properties

UAE 2,350 Jan 2007 5 years

Dubai Civil Aviation

UAE 1,000 Nov 2004 5 years

SABIC Sukuk Saudi 800 Jul 2006 5 years

82 Ida Musdafia Ibrahim Analisis Obligasi Syariah (sukuk) bagi perkembangan Investasi di

Indonesia yang diakses dari http://www.yai.ac.id/UPI/simposium/ida.doc pada tanggal 28 April 2009

Page 82: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Arabia

ADIB Sukuk UAE 800 Dec 2006 5 years

Qatar Global Sukuk

Qatar 700 Oct 2003 7 years

Malaysian Global Sukuk

Malaysia 600 Jul 2002 5 years

Pakistan International Sukuk

Pakistan 600 Jan 2005 5 years

DAAR International Sukuk

Saudi Arabia

600 Jan 2007 3 years

Emirates Airline Sukuk

UAE 550 Jun 2005 7 years

IDB Trust Services

International

500 Aug 2003 5 years

Islamic Development Bank

International

500 Jun 2005 5 years

Aabar Sukuk UAE 460 Jun 2006 4 years

Solidarity Trust Services

Region Wide

400 Aug 2003 5 years

Sharjah Electricity & Water Auth.

UAE 350 Jan 2007 9 years

Sarawak Corp Sukuk

Malaysia 350 Dec 2004 5 years

Malayan Banking – MBB Sukuk

Malaysia 300 Apr 2007 10 years

Qatar Real Estate Investment

Qatar 270 Aug 2006 10 years

BMA International Sukuk

K. Of Bahrain

250 Jun 2004 10 years

Page 83: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN

PENERBITAN SERTIFIFIKAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN)

SEBAGAI INSTRUMENT PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

A. Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai

Instrument Fiskal dalam Pembiayaan Defisit APBN

Pembeli dan penjual raksasa dalam ekonomi makro adalah pemerintah. Dan

kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya dalam

jumlah yang sangat besar adalah salah satu kajian ekonomi fiskal.83

Dalam bahasa ekonomi yang termasuk sebagai kebijakan publik (public

policy) salah satunya berupa kebijakan fiskal. Fiskal adalah salah satu bagian atau

instrument dari ekonomi publik. Pembahasan mengenai kebijakan ekonomi publik

biasanya begitu rumit karena masuknya faktor-faktor non-ekonomi ke dalamnya.

Aspek sosial, politik dan strategis dalam kebijakan ekonomi publik tidak dapat

dipisahkan, karena kehidupan adalah suatu kesatuan.84

Kebijakan fiskal adalah komponen penting kebijakan publik. Kebijakan fiskal

meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penerimaan, pengeluaran dan utang.

Peranan kebijakan fiskal dalam suatu ekonomi ditentukan oleh keterlibatan

83 Ir. Adi Warman A. Karim, SE, MBA, MAEP, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), ed.ke-2, h. 1 84 Drs. Muhammad, M.Ag, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam, (Jakarta : PT. Salemba Emapat Patria, 2002), ed. i, h. 179

Page 84: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

pemerintah dalam aktivitas ekonomi, yang khususnya itu kembali ditentukan oleh

tujuan sosio-ekonominya, komitmen ideologi, dan hakikat system ekonomi.

Dalam konteks kebijakan fiskal dimana Negara yang memilki otoritas dalam

dan menempuh dan membentuk kebijakan tersebut, penulis menyandarkan atas 2

teori yakni: 85

a. Sosio economics approach: yang melihat pada bagaimana kebijakan

publik merupakan hasil dari faktor-faktor ekonomi dan social

b. Intitutionalist approaches: yang membahas peran Negara dan institusi-

institusi sosial dalam mendefinisikan dan membentuk kebijakan publik,

Kedua teori diatas akan penulis uraikan dengan konteks pengambilan kebijakan

publik khususnya penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai Instrument

kebijakan fiskal di Indonesia sebagai berikut;

a. Sosio economics approach

Berkaca pada Sasaran Kebijakan dan Program Akselerasi Bank Indonesia

yang memuat political will yang kuat untuk mempercepat laju pertumbuhan

ekonomi Indonesia, dan menciptakan stabilitas ekonomi dan social.

Kebijakan tentang penerbitan SBSN sebagai instrument fiskal telah

tersirat dan direpresentasikan sebelumnya pada point-point Sasaran Kebijakan

85 Wayne Parson, Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta : Kencana, 2006) cet.1, h. 30-31

Page 85: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

da Program Akselerasi Bank Indoneisia sebagai Bank Sentral di Indonesia,

dan point-pointnya adalah:

b. mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang.

c. memperkuat permodalan, manajemen dan SDM bank syariah.

d. mengoptimalkan peranan pemerintah (otoritas fiskal) dan BI (otoritas

Perbankan & moneter) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.

e. melibatkan seluruh stakeholder perbankan syariah untuk berpartisipasi aktif

dalam program akselerasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing.86

Sebagaimana tertera dalam point c, peranan pemerintah sebagai penggerak laju

pertumbuhan ekonomi sangat dituntut lebih bergerak proaktif dalam mengambil

kebijakan-kebijakan strategis, terlebih Dunia sedang mengalami resesi ekonomi

global dan Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang belum kuasa

menghindar dari dampak krisis seutuhnya. Pemerintah sebagai pengelola pemasukan

Negara agar lebih efektif dan sistematis dalam penagihan dan pengelolannya.

Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia masih lemah dalam pengelolaan

pendapatan Negara dan kesadaran publik umtuk melunasi pajak juga masih rendah,

padahal jika pendapatan Negara dari pajak betul-betul dioptimalkan, defisit APBN

dapat kita pastikan tidak sebanyak sekarang.

Perlu diketahui bahwa setiap tahun, sekitar 40% APBN dihabiskan untuk

pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri. Koran Jakarta memaparkan

jumlah utang bangsa ini sebesar USD149,67 Miliar, per Desember 2008.87

Page 86: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

APBN 2008 mengalokasikan pembiayaan luar negeri netto sebesar negatif Rp.

13,11 Triliun, terdiri dari pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp.

61,26 Triliun dan penarikan pinjaman luar negeri Rp. 48,14 triliun. Pinjaman luar

negeri ini terdiri dari pinjaman program Rp. 26,39 Triliun dan pinjaman proyek Rp.

21,75 Triliun.

Sementara alokasi subsidi APBN 2008 sebesar Rp. 234,41 Triliun. Rincinya,

subsidi BBM Rp. 126,82 Triliun, listrik Rp. 60,29 Triliun, pangan Rp. 8,59 Triliun,

pupuk Rp. 7,81 Triliun, dan benih Rp. 1,02 Triliun.

Dana untuk public service obligation (PSO) Rp. 1,73 triliun, subsidi bunga

kredit program Rp. 2,15 Triliun, subsidi migor melalui operasi pasar Rp. 500 Miliar,

subsidi kedelai Rp. 500 Miliar, dan subsidi pajak Rp. 25 Triliun.

Depkeu memproyeksi defisit anggaran pada 2008 mencapai 1,8% dari PDB

atau Rp. 82,3 Triliun, meski dalam APBN P 2008 ditargetkan 2,1% dari PDB atau

Rp. 94,5 Triliun. Sedangkan penarikan pinjaman program pada 2008 mencapai

USD2,9 Miliar atau sekitar Rp. 26,39 Triliun. 88

Dahlan Siamat sebagai Direktur Pengelolaan Utang Negara dan Pembiayaan

Keuangan Syariah Departemen Keuangan Republik Indonesia mengaku optimis

sukuk negara akan banyak membantu pembiayaan Negara asalkan tepat sesuai target

86 Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Kebijakan Akselerasi Pengembangan

Perbankan Syariah 2007-2008, diakses dari [email protected] pada tanggal 28 Apri 2009l 87 Rezim Utang Bakal Berlanjut, Koran Jakarta, Senin 18 Mei 2008, edisi 338. Th.II, h. 1

88 Sukuk, Defisit, dan Utang Negara, artikel yang diakses dari http://ajisaka.dagdigdug.com pada tanggal 12 Juni 2008

Page 87: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

penerbitan. Dan jadwal penerbitan Sukuk Global harus mempertimbangkan kondisi

pasar global.

Pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan pada setiap penerbitan SBSN

adalah denominasinya89. Dahlan Siamat juga tetap berhati-hati sesuai dengan prinsip

syariah dan tak ingin terlalu optimis yang nantinyamenyebabkan terjadi

undersubscribed (kurang permintaan). Jika permintaannya lebih banyak

(oversubscribed) bukan tidak mungkin, denominasi tersebut ditambah sesuai nilai

aset yang telah teridentifikasi.

Sebagian pengamat ekonom melontarkan pendapatnya bahwa penerbitan sukuk

dinilai terlambat, namun Dahlan Siamat menampiknya beliau mengungkapkan:

“Kalau dikatakan terlambat, tidak juga, kita hitung setelah UU SBSN disahkan. Jika

setelah setahun UU disahkan sukuk tidak diterbitkan juga, itu baru terlambat.90

Tapi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara adalah salah satu langkah –

yang menurut penulis- yang memang harus ditempuh Pemerintah dalam Pembiyaan

Defisit APBN untuk menggerakkan kembali perekonomian Indonesia ke arah yang

lebih baik dan karena pendapatan Negara dari Pajak khususnya belum dapat

diandalkan untuk menambal deficit APBN, disamping itu potensi keuangan syariah di

Indonesia yang begitu prospektif dan iklimnya begitu mendukung untuk laju

pertumbuhan keuangan syariah.

89 Denominasi adalah jumlah nilai nominal minimum dan mata uang dimana saham, obligasi, sukuk atau komiditi diperdagangkan.lih. Drs. Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta : Gitamedia, 2003), cet. iii, h. 107 90 Pemerintah Terbitkan Sukuk Valas, artikel diakses dari waspada online.com pada tanggal 22 May 2008

Page 88: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

b. Intitutionalist approaches

Dalam pengambilan kebijakan ini juga bukan tanpa pertimbangan yang

jelas, setidaknya ada beberapa pertimbangan yang ditinjau dan digodok dengan

matang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai badan legislasi dan

representasi rakyat. Sebelum melegislasi kebijakan ini yang pada akhirnya pada

29 April 2008 mengesahkan Rancangan Undang-undang Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) menjadi Undang-undang dan menjadi payung hukum

yang meyakinkan bagi para investor domestik maupun asing. Beberapa

pertimbangan-pertimbangan itu antara lain:91

1. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan untuk memulihkan sektor

ekonomi perlu disertai dengan upaya pengelolaan keuangan negara secara

optimal melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan aset-aset negara

maupun sumber-sumber pembiayaan anggaran negara;

2. bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan negara untuk meningkatkan daya

dukung APBN guna menggerakkan pembangunan sektor ekonomi secara

berkesinambungan, diperlukan pengembangan berbagai instrument

pembiayaan yang mampu memobilisasi dana publik secara luas dengan

memperhatikan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat;

91 RUU Nomor 19 Tentang Surat Berharga Syariah Negara yang diakses dari www.legalitas.org pada tanggal 15 Februari 2009

Page 89: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

3. bahwa peluang sumber pembiayaan pembangunan berbasis syariah, yang

memiliki potensi besar, belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena tidak

tersedianya perangkat hukum yang mendukung;

4. bahwa pengembangan instrumen keuangan berbasis syariah perlu segera

dilaksanakan selain untuk mendukung pemanfaatan aset negara secara efisien

dan untuk mendorong terciptanya sistem keuangan yang berbasis syariah di

dalam negeri, sekaligus untuk memperkuat basis pembiayaan anggaran

Negara baik bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri;

5. bahwa penggunaan instrumen keuangan berbasis syariah mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan instrumen keuangan konvensional,

sehingga perlu pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen

maupun perangkat yang diperlukan.

B. Analisa Kebijakan Fiskal Islam Terhadap Kebijakan Penerbitan

Sertifikat Berharga Syariah Negara (SBSN)

1. Politik Ekonomi Kebijakan Fiskal Islam

Menurut an-Nabhani, realitas menunjukkan kebutuhan-kebutuhan manusia

yang harus dipenuhi adalah kebutuhan setiap individunya (misalnya si Ahmad dan

Feri), bukan kebutuhan manusia secara kolektif (seperti kebutuhan bangsa

Indonesia)92. Logikanya, untuk siapakah hasil-hasil pertanian seperti beras, juga

92 Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi, hal, hal. 20.

Page 90: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

kebutuhan atas rumah, pelayanan pendidikan dan kesehatan, selain untuk memenuhi

kebutuhan Ahmad, Feri, dan setiap warga negara Indonesia lainnya. Jadi pertanyaan

mendasar atas permasalahan ekonomi manusia adalah apakah kebutuhan setiap

individu manusia terpenuhi atau tidak? Berdasarkan realitas tersebut, an-Nabhani

menyatakan kunci permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan kepada

setiap warga Negara.

Berpijak pada pemikiran ini, sasaran pemecahan permasalahan ekonomi

seperti kemiskinan adalah kemiskinan yang menimpa individu bukan kemiskinan

yang menimpa negara atau bangsa. Dengan terpecahkannya permasalahan

kemiskinan yang menimpa indvidu dan terdistribusikannya kekayaan nasional secara

adil dan merata, maka hal itu akan mendorong mobilitas kerja warga negara sehingga

dengan sendirinya akan meningkatkan kekayaan nasional. Sebaliknya,

terpecahkannya kemiskinan negara yang ditandai dengan besarnya kekayaan nasional

(GNP/GDP) dan tingginya pendapatan perkapita tidak akan memecahkan kemiskinan

yang menimpa individu warga negara. Misalnya, Amerika Serikat dikenal sebagai

negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia memiliki PDB sebesar US$

10,506 trilyun pada kuartal III 2002.93 Akan tetapi kekuatan ekonomi sebesar itu

tidak mampu menuntaskan kemiskinan di AS sendiri. Data statistik Badan Sensus AS

yang dikutip Kate Randall memaparkan tingkat kemiskinan di AS pada tahun 2001

93 Council of Economic Advisers USA, Economic Report of the Presiden February 2003,

http://w3.access.gpo.gov/usbudget/fy2004/sheets/b1.xls

Page 91: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

mencapai 11,7% atau sekitar 32,9 juta jiwa. Sementara itu estimasi Randall

menyatakan 30% atau sekitar 84,4 juta penduduk AS miskin.94 Menurut Capra,

adalah sebuah paradoks di negara-negara paling kaya dan paling kuat ekonominya di

dunia tetapi jutaan penduduknya berkutat dalam kemiskinan dan terjebak di

pemukiman-pemukiman yang buruk dan semakin buruk.95

Ketika kunci permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan yang

adil, maka yang harus dijelaskan adalah bagaimanakah metode untuk menciptakan

distribusi kekayaan yang adil melalui kebijakan fiskal, sebagaimana yang dikatakan

Allah dalam Qs. al-Hasyr [59]: 7 yang artinya "… Supaya harta itu jangan hanya

beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu …".

Dalam Islam, kebijakan fiskal hanyalah salah satu mekanisme untuk

menciptakan distribusi ekonomi yang adil. Karenanya kebijakan fiskal tidak akan

berfungsi dengan baik bila tidak didukung oleh mekanisme-mekanisme lainnya yang

diatur melalui syariat Islam, seperti mekanisme kepemilikan, mekanisme

pemanfaatan dan pengembangan kepemilikan, dan mekanisme kebijakan ekonomi

Negara. Dengan kata lain, syariat Islam harus diterapkan secara menyeluruh (kaffah)

tanpa dipilah-pilah (parsial) agar syari'ah mechanism dapat dengan sempurna

mengatur distribusi ekonomi yang adil. Adapun peranan kebijakan fiskal sebagai

salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian merupakan konsekuensi

94 Kate Randall, US Poverty Rose Sharply in 2001, 27 September 2002, http://www.wsws.org

95 M. Umar Capra, Islam dan Tantangan Ekonomi, hal. 132.

Page 92: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

logis dari kewajiban syariat sebagai jawaban atas salah satu realitas yang

menunjukkan bahwa tidak semua warga negara memiliki kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam ekonomi konvensional dikenal sebagai

masalah "eksternalitas" dan kegagalan pasar (market failure).

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, politik ekonomi yang mendasari

kebijakan fiskal Islam adalah menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu

secara menyeluruh dan mendorong mereka memenuhi berbagai kebutuhan sekunder

dan tersiernya sesuai dengan kadar kemampuannya. Menurut al-Maliki kebutuhan

pokok yang disyariatkan oleh Islam terbagi dua. Pertama, kebutuhan-kebutuhan

primer bagi setiap individu secara menyeluruh. Kebutuhan ini meliputi pangan

(makanan), sandang (pakaian) dan papan (tempat tinggal).96 Kedua, kebutuhan-

kebutuhan pokok bagi rakyat secara keseluruhan. Kebutuhan-kebutuhan katagori ini

adalah keamanan, kesehatan dan pendidikan.97

Dari politik ekonomi ini dapat dijabarkan arah kebijakan fiskal Islam sebagai

berikut:

96 Dalil syara'nya antara lain QS. al-Baqarah: 184 dan 233, an-Nisa: 5, al-Hajj: 28, ath-Thalaq:

6, at-Taubah: 24.

97 Abdurrahman al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, hal. 168 dan 186.

Page 93: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

a. negara Islam melihat permasalahan kemiskinan yang harus dipecahkan adalah

kemiskinan yang menimpa individu bukan kemiskinan yang menimpa

Negara.98

b. negara Islam menempatkan masalah kemiskinan sebagai masalah ekonomi

yang krusial dan mendesak untuk dipecahkan.

c. kebijakan untuk memecahkan masalah kemiskinan secara langsung diarahkan

kepada individu, yakni setiap warga negara yang masuk katagori miskin.99

d. kebijakan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok ditujukan kepada seluruh

warga negara tanpa memandang agama, warna kulit, suku bangsa, dan status

sosial. Hanya saja intervensi negara melalui kebijakan fiskal berupa jaminan

pemenuhan akan pangan, sandang dan papan khusus ditujukan kepada warga

negara miskin yang kepala keluarga dan ahli warisnya tidak mampu lagi

memberikan nafkah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pokok

keluarganya. Sedangkan warga negara yang berasal dari keluarga mampu

98 Pandangan ini bukan pandangan yang mengedepankan individu (individualistik), tapi

realitanya memang yang ditimpa kemiskinan itu adalah si individunya, yakni si A, si B, si C, dan lain-

lainnya.

99 Negara Islam langsung mengarahkan kebijakan fiskalnya kepada warga masyarakat yang

ditimpa kemiskinan. Arah ini berbeda 180 derajat sengan kebijakan fiskal konvensional yang untuk

memecahkan kemiskinan harus menggemukkan golongan kaya dulu baru kemudian kekayaan yang

dipupuk secara nasional dialirkan dari golongan kaya tersebut ke golongan miskin (trickle down effect)

melalui mekanisme pasar.

Page 94: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

tidak mendapatkan subsidi negara. Selanjutnya intervensi negara dalam

pengadaan jaminan dan pelayanan keamanan, kesehatan dan pendidikan

(public utilities) secara cuma-cuma ditujukan kepada seluruh warga negara

tanpa memandang apakah warga tersebut dari golongan kaya atau tidak.

Artinya dalam katagori ini subsidi diberikan kepada seluruh rakyat.

e. negara memahami bahwa setiap warga masyarakat berhak untuk mendapatkan

kekayaan dan meningkatkan kekayaan yang dimilikinya asalkan diperoleh

dengan jalan yang dibenarkan syara'. Karena itu, negara Islam melakukan

intervensi dengan tujuan mendorong warga masyarakat memperoleh kekayaan

yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan

tersiernya secara ma'ruf.100 Sesuai dengan kemampuan warga itu sendiri.

Bentuk-bentuk intervensi ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, sumber

daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi warga

masyarakat setempat. Maksudnya pola kebijakan yang diterapkan tidak pukul

rata dan tidak sentralistik, tetapi bersifat bottom up sesuai kondisi dan harapan

warga masyarakat setempat. Intinya pola kebijakan yang diterapkan ditujukan

untuk mencapai kemaslahatan warga masyarakat

f. intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan fiskal adalah kebijakan makro

ekonomi. Kebijakan pada level makro ini harus diturunkan (dijabarkan) ke

100 Secara baik di mana perkembangan kebutuhan sekunder dan tersier mengikuti

perkembangan sarana kehidupan dan teknologi, serta kebiasaan masyarakat setempat (lokal).

Page 95: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

dalam level mikro yang bersentuhan langsung dengan aktivitas riil ekonomi

masyarakat. Karena itu agar efek fiskal berdampak positif bagi peningkatan

taraf hidup masyarakat secara luas dan menyeluruh, pemerintah harus

mengembangkan pola-pola kebijakan (skema) mikro yang bottom up dengan

menyesuaikannya dengan potensi, kondisi, dan aspirasi warga masyarakat.

Dari sisi permodalan negara dapat mengembangkan pola pinjaman tanpa

bunga, subsidi, atau pola patnership seperti mudharabah dan musyarakah. Di

sisi lain negara juga harus menyediakan infrastruktur, sarana dan pra sarana

yang menunjang kegiatan produksi, jasa dan perdagangan masyarakat, seperti

listrik, sarana komunikasi, jalan umum dan sarana transportasi, serta

bangunan pasar. Juga negara harus memberikan kemudahan akses bahan

baku, menyediakan informasi dan membantu pemasaran, termasuk

memperkerjakan tenaga ahli dan konsultan untuk melatih dan membentuk

jiwa wira usaha (interprenurship) ataupun keahlian teknis bagi para pekerja.

g. negara harus mampu menjalankan politik pertanian dan politik industri yang

sesuai tuntutan syara' untuk mencapai kemandirian ekonomi. Sebab

penguasaan dua pilar perekonomian ini sangat menentukan kekuatan ekonomi

nasional dari segi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pangan

nasional, dan pasokan alat-alat pertanian untuk meningkatkan produktivitas

pertanian, dan pasokan mesin-mesin pabrik dan industri.

h. negara Islam wajib mengadakan fasilitas umum dan pelayanan publik yang

sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,

Page 96: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

sehingga berbagai kepentingan dan urusan masyarakat terpenuhi dengan

lancar.

i. agar pejabat dan aparatur negara (termasuk tenaga ahli yang dikontrak

pemerintah) dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, dan

juga supaya kewenangan yang mereka miliki tidak disimpangkan untuk

kepentingan pribadi dan kelompok, maka negara wajib memberikan santunan

dan gaji yang layak kepada mereka.

j. sebagaimana yang dipaparkan Zallum bahwa kebijakan fiskal tidak hanya

berfungsi dalam tataran ekonomi, tetapi juga untuk pertahanan dan keamanan,

serta penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Karena itu kebijakan

fiskal Islam juga difokuskan untuk mendukung dan menjaga kesinambungan

(sustainability) jihad fi sabilillah dan dakwah Islamiyah.

2. Sukuk sebagai pengganti utang

Tambun Nan Gemuk, serta tak mampu bergerak secara lincah. Inilah

gambaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kini berjumlah 139

perusahan. Dan terlihat amat jomplang dengan kegesitan sejumlah BUMN milik

Negara jiran semisal Temasek dari Singapura yang getol mencaplok perusahan

dalam negeri, atau Khasanah Berhad dari Malaysia, yang rajin mencari entitas

usaha yang siap diakuisisi.101

101 Majalah Investor, Business & Capital Markets edisi November 2008, h. 74

Page 97: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Inilah salah satu factor yang membuat perekonomian makro di Indonesia

tidak mampu bersaing secara global dan tidak memiliki peforma yang prima

untuk menghasilkan profit yang maksimal yang imbasnya perusahan-perusahan

pelat merah milik Pemerintah tersebut tidak dapat berbuat banyak untuk menutupi

deficit APBN.

Belum lagi kondisi restrukturisasi dan konsolidasi di intern BUMN yang

masih menyisakan banyak masalah untuk menghadapi persaingan global.

Menurut penulis, perusahan-perusahaan BUMN, setidaknya-dalam

konteks penerbitan SBSN- dapat dijadikan underlying asset yang nyata untuk

menjaring dana para investor besar mengivestasikan modalnya agar tujuan

kebijakan fiskal tersebut dapat membantu mencapai tingkat pertumbuhan

ekonomi nasional yang lebih tinggi dan pembangunan menuju tercapainya

kesahteraan masyarakat dengan memenuhi kebutuhan dasarnya.

Di mata Peneliti Senior Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia

(BPBS-BI) Ascarya, sukuk bisa menggantikan utang dalam negeri maupun luar

negeri Indonesia. Sehingga, pemerintah Indonesia tidak perlu lagi berutang,

Beban APBN pun bisa dikurangi. Uang negara bisa benar-benar digunakan untuk

kemakmuran rakyatnya sebagaimana ditegaskan pada pemaparan di atas,

misalnya memberi subsidi lebih banyak ketika harus menaikkan harga bahan

bakar minyak (BBM) akibat melonjaknya harga minyak dunia.

Page 98: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Dengan demikian defisit mungkin harus dikurangi hingga ke titik dimana

defisit dapat dibiayai dengan cara-cara non-inflationer serta tidak terjadi crowding

out yang berarti pada investasi swasta.102 Seperti kebijakan menerbikan Sukuk

Negara tersebut.

Sukuk memang memiliki peran yang kurang lebih sama dengan Surat

Utang Negara (SUN) yang sudah diterbitkan sebelumnya. Kebijakan Penerbitan

SBSN ditempuh karena Instrumen SUN dianggap kurang menarik bagi para

investor, khususnya investor dari Timur Tengah.

Menurut penulis, setelah mencermati dan membandingkan konsep

penerbitan SUN dan SBSN, penerbitan SUN ini masih belum mampu

menangkap peluang dana dari investor Timur Tengah (muslim) dan

masyarakat muslim didalam negeri yang memiliki komitmen tinggi

terhadap penerapan-penerapan syariah islam. SUN dengan basis yield

(kupon bunga) dianggap masih tudak sesuai dengan syariah islam. Hal

bertkaitan dengan masyarakat investor baik dalam maupun dari luar negeri

secaramoral masih menjungjung kepatuhan terhadap sharia complience,

dimana dalam syariah islam pemakaian instrumen bunga (interest) jelas

dianggap riba, sehingga penggunaan yield (kupon bunga) dalam SUN juga

102 Dr. M. Umer Chapra, The Future of Economic An islam8ic Perspektive, Landscape Baru Perekonomian Masa Depan, ( Jakarta : Shari’ah Economics and Banking institute, 2001), h.343

Page 99: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

dianggap bentuk riba. Untuk itu diperlukan sebuah instrumen yang sesuai

syariah islam untuk dapat menangkap peluang ini.

Sukuk juga bisa digunakan untuk pendanaan proyek, artinya akan ada

produktifitas darinya. Berbeda dengan utang yang selama ini diambil

pemerintah untuk menutupi defisit APBN. Baik utang dari lembaga

internasional seperti IMF dan Bank Dunia, maupun penerbitan Surat Utang

Negara (SUN) yang telah disinggung di atas.

3. Sukuk dalam Kebijakan Fiskal Islam

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah bagaimana pemerintah akan

membiayai defisit anggarannya, yang mungkin muncul meski telah dilakukan

usaha untuk memperbesar pendapatan pajak dan mengurangi pemborosan

pengeluaran?

Mencari pinjaman meskipun diperbolehkan secara prinsip oleh

syariah, namun harus dihindarkan. Beberapa ulama klasik terkemuka

menentang keras pemerintah berhutang karena adanya salah urus dari

pembiayaan publik yang lazim terjadi pada masa mereka. Para ulama klasik

menetapkan suatu kondisi dimana Pemerintah tidak boleh meminjam kecuali

ada ekspektasi mengenai pendapatan yang akan menjamin pembayaran

utangnya kembali.

Page 100: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Penulis dalam pembahasan konsep penerbitan SBSN

mengkategorikannya sebagai instrumen kebijakan fiskal khusus, yakni

konsep pengelolaan keuangan negara, dimaksudkan untuk mendapatkan

sejumlah dana dari para investor untuk Pembiayaan APBN dengan

menyertakan underlying asset, artinya pemerintah berutang dengan

menyediakan sejumlah aset negara yang bernilai jual tinggi untuk dijadikan

sebagai jaminan yang meyakinkan para investor untuk menggelontorkan

dananya.

Senada dengan hal ini Rasulullah saw. sebagai kepala negara pada

masa pemerintahannya juga pernah menerapkan kebijakan fiskal khusus

untuk pengeluaran negara, demi kemaslahtan ummat saat itu.103

Sesuai denagan Hadits Nabi yang diriwayatkan Tirmidzi dan Ibnu

Majah dari ‘Amr bin ‘Auf:104

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian

yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum

muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

Dan hal ini juga ditegaskan dalam kaidah fiqh :105

103 Lih. Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga

Kontempore, (Jakarta : Pustaka Assatrus, 2005)

104 Fatwa Dewan Syari’ah Nasionalno: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

105 Al-Suyuthi, Al-Asybah wa al-Nazha’ir, tahqiq: Muhammad al-Mu’tashim bi Allah al-Baghdadi, (Beirut:Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1987), h.233

Page 101: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

“Tindakan Imam (pemegang otoritas) terhadap rakyat harus mengikuti

mashlahat.”

Perlu ditegaskan, kebijakan pemerintah dalam menerbitkan SBSN

untuk menjaring dana segar dari para investor domestik dan luar negeri,

harus memiliki asumsi budgeting APBN yang diestimasikan dengan rijit

dan benar. Dengan tetap berkomitmen akan lebih terdahulu mengandalkan

dan mengoptimalkan pendapatan Negara dari BUMN, Pajak dan Eksport,

juga mengurangi agresivitas pemerintah dalam berutang, serta

mendisiplinkan pasar agar tidak dikuasai oleh asing sepenuhnya.106

Berkenaan dengan kebijakan pemerintah menebitkan Surat Berharga

Syariah Negara atau sukuk Negara sebagi Instrument Fiskal yang ditujukan

untuk pembiayaan defisit Anggaran Pembiayaan Belanja Negara, Ibn Nujaim

memberikan pendapat menegenai kebijakan pemerintah terhadap kekayaan

Negara, dalam kitab al-Asybah wa al-Nazha’ir:

����ف أن ]م�م U��ز <M أم�ال P وR ا ��-M ى�� E-M P3(�� وم, ?< ا BDا ��� ' ه

EO-ب ]O� ا �/)�-, م�ل ب-^ أم6ك �� �-M م�الLا �� اP-M ق�Vم�� 3?< =)> ]ن

< ا �OمP بL�م�ر (O��M c-�� ا ��)P3 =)> م��b-G آ�ن إذا ا�م�م L 8OMن .ا �OمP وح�+�ت?<

DVG� �=�A 0إذا إ �?�M�ن ,واM �?V �d > DVG�107.

106 Koran Jakarta, Rezim Utang Bakal Berlanjut, Ed. 388 Senin, 18 Mei 2009 107 Ibn Nujaim, al-Asybah wa al-Nazha’ir, Tahqiq: Abd al-Aziz Muhammad al-Wakil (Kairo :

Mu’assasah al-Halabi, 1968), h.124

Page 102: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Artinya : Imam (kepala negara, pemegang otoritas tertinggi dalam suatu

Negara boleh melakukan kebijakan terhadap kekayaan negara untuk hal-hal

yang dipandangnya mengandung maslahat bagi mereka (warga negara); di

antara kemaslahatan tersebut adalah menjual sebagian kekayaan baitul mal

(perbendaharaan negara) guna menghimpun dana yang cukup untuk

membiayai kemaslahatan dan kebutuhan umum mereka. Hal itu mengingat

bahwa kebijakan imam, apabila didasarkan pada maslahat yang berhubungan

dengan urusan umum dipandang tidak sah menurut hukum syariah kecuali

sesauai dengan maslahah jika tidak sesuai dengan maslahah maka kebijakan

tersebut tidak sah.

Pejelasan Ibn Nujaim di atas menyatakan dengan cukup jelas bahwa

penggunaan kekayaan negara untuk hal-hal yang mengandung maslahah bagi

warga negaranya dibolehkan menjual sebagian kekayaan yang dimiliki oleh

negara, asalkan kepentingannya untuk merealisasikan kemaslahatan bagi

rakyatnya. Hal ini merupakan kondisi yang sama dialami oleh Indonesia,

dimana dalam penerbitan SBSN pemerintah harus menyiapkan underlying asset

yang nyata (tangible) guna dijadikan sebagi objek akad atau dijual hak

kepemilikannya kepada investor, yang mana underlying asset adalah kekayaan

yang dimiliki oleh negara seperti tanah, gedung dan barang milik negara yang

bernilai dan bermanfaat.

Penulis bependapat, meskipun BUMN, tanah , bangunan dan segala

kekayaan Negara yang bernilai dijadikan sebagai underlying asset untuk

menarik dana segar investor, tapi dengan satu catatan, pemerintah berkewajiban

membeli kembali (buy Back) asset tersebut. Kebijakan penerbitan SBSN ini -

menurut penulis- tidaklah mengekor pada kebijakan kebijakan

Konvensional,dan bukanlah bentuk dari islamisasi kebiksanaan konvensional,

Page 103: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

karena sukuk telah dilakukan oleh Negara-negara muslim mulai sejak abad

pertengahan ke 17.

Kaitan SBSN sendiri dengan kepentingan pemerintah dalam

pembiayaan defisit, harus mengerti betul-betul segala konsekuensi dari

kebijakan yang diambil dan tidak mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian

dan keadilan dari semua kontrak yang dilakukan dan harus saling

menguntungkan antara emiten (Pemerintah) dan investor-investor yang ingin

membantu pemerintah Indonesia dalam Pembiyaan APBN.

Hanya saja untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi

pemerintah harus realistis. Ketua Panitia Anggaran DPR, Abdullah Zainie

berpendapat angka pertumbuhan yang realistis untuk tahun 2005 adalah 5,4%.

Menurutnya angka pertumbuhan lebih dari itu, seperti 6% adalah tidak realistis

mengingat keterbatasan dana pemerintah sementara partisipasi dana swasta

belum terlalu dapat diharapkan karena masih rendahnya tingkat investasi.108

Jadi logika kebijakan makro ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah

"kemiskinan dan pengangguran akan terpecahkan dengan sendirinya jika

pertumbuhan ekonomi tinggi".109

108 Kompas edisi online, Pemerintah tidak Berani Menargetkan Pertumbuhan Ekonomi 6 Persen 2005, 17 Mei 2004, http://www.kompas.com

109 Lihat Mubyarto, Kemiskinan, Pengangguran…, Republika Online, Mubyarto: Ekonomi Indonesia Keliru, 10 Desember 2003, http://www.republika.co.id, Gatra Online, Djatun: Empat Langkah, Kurangi Kemiskinan, M. Khatib Basri, Kembali ke Dasar Prinsip Ekonomi.

Page 104: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Betapa urgennya masalah pertumbuhan ekonomi dalam paradigma

ekonomi konvensional diungkapkan oleh Thurow. Sebagaimana dikutip Umar

Capra, Thurow menyatakan "Jika negara memiliki pertumbuhan yang lebih

cepat, maka ia akan memiliki lapangan kerja yang lebih banyak dan

pendapatan yang lebih tinggi bagi siapa saja, dan ia tidak perlu risau

mengenai distribusi lapangan kerja atau pendapatan. … Dalam keadaan apa

pun, distribusi sumber-sumber daya ekonomi secara otomatis akan menjadi

lebih merata seiring dengan proses pertumbuhan ekonomi.110

Agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tercapai maka kebijakan-

kebijakan makro ekonomi dan fiskal diarahkan untuk menggenjot tingkat

produksi nasional.111 Melalui peningkatan investasi, konsumsi masyarakat, dan

ekspor.112 Lantas bagaimanakah caranya agar hal tersebut dapat dicapai?

Logikanya, untuk meningkatkan ekspor, kapasitas terpasang industri dalam

negeri harus ditingkatkan, tapi hal ini sangat tergantung pada daya saing dan

permintaan pasar dunia terhadap komoditas-komoditas yang diproduksi di

110 Leter Thurow, The Illusion of Economy Necessity, dalam Solo and Anderson (1981), hal.

250, dalam M. Umar Capra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Islam and Economic Challenge), alih

bahasa Ikhwan Abidin Basri, cet i, (Jakata: Gema Insani Press, 2000), hal. 52.

111 Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan tingkat output suatu negara secara

keseluruhan. (Lihat Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Makroekonomi: Ed. xiv,

(Macroeconomics), alih bahasa Haris Munandar dkk, cet. iv, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal.

55

112 Boediono, Keterangan Menteri Keuangan.

Page 105: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Indonesia. Dan dana yang didapatkan daeri penerbitan sukuk ritel dan global

yang notabene diterbitkan oleh pemerintah seyogyanya diprioritaskan untuk

pengembangan usaha kecil menegah, pembenahan BUMN agar dapat

menghasilkan profit yang nyata yang pada gilirannya dapat dialihkan untuk

pembangungan infrastruktur dan fasilitas umum yang dapat dirasakan oleh

masyarakat seutuhnya. Dan bukan sebaliknya, dana yang didapatkan dari

penerbitan SBSN bukan untuk dana reguler yang tidak ada profit return, seperti

Bantuan Langsung Tunai. Begitu pula untuk meningkatkan konsumsi

masyarakat, tingkat pendapatan masyarakat harus didorong, antara lain melalui

penyerapan tenaga kerja baru dan pengangguran. Artinya untuk menyerap

tenaga kerja sebanyak mungkin, investasi dan kapasitas terpasang industri di

Indonesia harus ditingkatkan. Sebaliknya agar investasi meningkat, pasar dalam

negeri harus memilki daya tarik bagi para investor, antara lain berupa tingginya

pemintaan (konsumsi) masyarakat. Jadi dalam logika ini, kunci peningkatan

output Indonesia (baik PDB dan PNB) adalah peningkatan investasi, dengan

kata lain tingkat investasi yang tinggi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan

ekonomi yang tinggi.113

113 Di masa Orde Baru kepercayaan akan kemampuan pertumbuhan ekonomi dalam menuntaskan kemiskinan (trickle down effect) – meskipun kemudian dibungkus trilogi pembangunan – telah menyeret Indonesia pada jebakan utang (debt trap). Pemerintah saat itu meyakini utang luar negeri merupakan sumber investasi pembangunan yang sangat penting untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Page 106: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanakah menarik investasi dari

dalam (PMDN)114 dan luar negeri (PMA)115 ke Indonesia? Menjawab

permasalahan rendahnya investasi di Indonesia paska tahun 1997 Kepala

Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Andre Steer, sebagaimana dikutip

Republika mengatakan "Indonesia harus menciptakan lingkungan atau situasi

kondusif (iklim investasi – tambahan penulis) di mana orang-orang mau

berinvestasi di sini."116 Untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif

setidaknya pemerintah harus melakukan kebijakan-kebijakan ekonomi dan

deregulasi yang pro pasar, menciptakan stabilitas keamanan dan sosial,

kepastian hukum dan menghilangkan ekonomi biaya tinggi (seperti pungli dan

korupsi). Intinya adalah bagaimana membentuk persepsi positif tentang

Indonesia di mata para investor dengan meminimalisir country risk.

Dari sisi peranan pemerintah, tidak mengherankan jika pemerintah

berusaha mengarahkan kebijakan fiskal pro pasar (market oriented) meskipun

untuk itu pemerintah harus melakukan kebijakan yang mengesampingkan hak-

hak masyarakat. Terlebih dalam situasi krisis seperti sekarang, dengan beban

utang yang sangat besar, memaksa pemerintah mengandalkan peranan modal

114 Penanaman Modal Dalam Negeri

115 Penanaman Modal Asing.

116 Republika Online, CGI Prihatinkan Iklim Investasi di Indonesia, 4 Juni 2004, http://www.republika.co.id

Page 107: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

swasta dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi, dan Penerbitan SBSN

adalah salah satu kebijakan yang berbasis syariah yang diambil pemerintah.117

Besarnya harapan pemerintah terhadap modal swasta dapat dilihat dari

jumlah investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4%.

Menurut Abdullah Zainie, dana yang dibutuhkan agar target pertumbuhan

terpenuhi adalah Rp 440 trilyun. Sementara peranan langsung fiskal pemerintah

(APBN) yang dapat disalurkan adalah Rp 56 trilyun, sedangkan sisanya ditutupi

oleh APBD sebesar Rp 40 trilyun, BUMN dan BUMD sebesar Rp 135 trilyun,

dan investasi swasta (PMDN dan PMA) Rp 205 trilyun)118. Atas dasar

kebutuhan investasi swasta inilah, pemerintah mengambil kebijakan apapun

yang dipandang dapat memulihkan kepercayaan para investor baik lokal

maupun asing.

Dalam pandangan an-Nabhani, politik ekonomi pertumbuhan yang berbau

developmentalis adalah keliru dan tidak sesuai dengan realitas, serta tidak akan

117 Dari sisi tren ekonomi global memang terjadi penurunan (pergeseran) peranan pemerintah

dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dibandingkan peranan swasta. Hal ditandai dengan

berkurangnya peranan pinjaman luar negeri dibandingkan peranan penanaman modal swasta dalam

investasi. Menurut laporan Bank Dunia dalam Global Development Finance, selama periode 1990-

1996 peranan pinjaman luar negeri menurun dan cenderung stagnan, sedangkan arus modal swasta

meningkat tanpa fluktuasi. Pada tahun 1996, jumlah pinjaman luar negeri yang diserap negara-negara

berkembang sebesar US$ 60 miliar, sementara arus modal swasta yang masuk ke negara-negara

berkembang mencapai US$ 244 miliar. (Republika, Ketika Arus Dana Swasta ke Negara Berkembang

Melonjak, 26 Maret 1997.)

118 Kompas edisi online, Pemerintah tidak Berani.

Page 108: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

menyebabkan meningkatnya taraf hidup dan kemakmuran bagi setiap individu

secara menyeluruh. Dan penerbitan SBSN dengan prinsip syariah dan

underlaying asset yang tangible diharapkan mampu membawa kesejahteraan

bagi masayarakat luas.

Page 109: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Analisis Kebijakan Fiskal Islam terhadap kebijakan Pemerintah dalam

penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, dapat ditarik kesimpulan;

1. Kebijakan Pemerintah menerbtikan SBSN untuk pembiayaan Defisit

Anggaran Pembelanjaan Belanja Negara dalam kebijakan Fiskal Islam

dapat ditempuh ketika pendapatan Negara dari pengelolaan Badan Usaha

Milik Negara, pendapatan dari pajak, zakat, infaq dan derma sudah tidak

dapat memutupi deficit APBN. Artinya penerbitan SBSN adalah kebijakan

fiscal khusus yang boleh dilakukan hanya dalam keadaan dharurat

(emergency chase). Setiap kebijakan fiskal yang diambil dalam hal ini

ssperti penerbitan SBSN, distribusi dana wajib diprioritaskan untuk

mengadakan infrastruktur dan sarana umum yang diharapkan berimplikasi

menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu secara menyeluruh

dan mendorong masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan sekunder dan

tersiernya sesuai dengan kadar kemampuannya. Kebutuhan-kebutuhan

katagori ini adalah pengadaan infrastruktur seperti jalan raya yang

menunjang kelancaran transaksi perekonomian antar wilayah misalnya.

Fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit, yang diharapkan untuk

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dan juga yang harus

diprioritaskan adalah untuk pendidikan, karena pendidikan yang baik dan

Page 110: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

yang sistematis akan menciptakan Sumber Daya Manusia yang unggul

yang diharapkan mampu bersaing dan mewujudkan kesejahteraan bagi

dirinya, keluarganya dan bangsanya.

2. Kebijakan yang dikeluarkan harus menjamin pemenuhan kebutuhan

pokok ditujukan kepada seluruh warga negara tanpa memandang agama,

warna kulit, suku bangsa, dan status sosial. Hanya saja intervensi negara

melalui kebijakan fiskal berupa jaminan pemenuhan akan pangan, sandang

dan papan khusus ditujukan kepada warga negara miskin yang kepala

keluarga dan ahli warisnya tidak mampu lagi memberikan nafkah yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Sedangkan

warga negara yang berasal dari keluarga mampu tidak mendapatkan

subsidi negara. Selanjutnya intervensi negara dalam pengadaan jaminan

dan pelayanan keamanan, kesehatan dan pendidikan (public utilities)

secara cuma-cuma ditujukan kepada seluruh warga Negara. Pola kebijakan

yang diterapkan tidak pukul rata dan tidak sentralistik, tetapi bersifat

bottom up sesuai kondisi dan harapan warga masyarakat setempat. Intinya

pola kebijakan yang diterapkan ditujukan untuk mencapai kemaslahatan

warga masyarakat. Intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan fiskal

adalah dalam konteks kebijakan makro ekonomi. Kebijakan pada level

makro ini harus diturunkan (dijabarkan) ke dalam level mikro yang

bersentuhan langsung dengan aktivitas riil ekonomi masyarakat. Karena

itu agar efek fiskal berdampak positif bagi peningkatan taraf hidup

masyarakat secara luas dan menyeluruh, pemerintah harus

Page 111: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

mengembangkan pola-pola kebijakan (skema) mikro yang bottom up

dengan menyesuaikannya dengan potensi, kondisi, dan aspirasi warga

masyarakat. Dari sisi permodalan negara dapat mengembangkan pola

pinjaman tanpa bunga, subsidi, atau pola patnership seperti mudharabah

dan musyarakah. Di sisi lain negara juga harus menyediakan infrastruktur,

sarana dan pra sarana yang menunjang kegiatan produksi, jasa dan

perdagangan masyarakat, seperti listrik, sarana komunikasi, jalan umum

dan sarana transportasi, serta bangunan pasar. Juga negara harus

memberikan kemudahan akses bahan baku, menyediakan informasi dan

membantu pemasaran, termasuk memperkerjakan tenaga ahli dan

konsultan untuk melatih dan membentuk jiwa wira usaha

(interprenurship) ataupun keahlian teknis bagi para pekerja. Negara harus

mampu menjalankan politik pertanian dan politik industri yang sesuai

tuntutan syara' untuk mencapai kemandirian ekonomi. Sebab penguasaan

dua pilar perekonomian ini sangat menentukan kekuatan ekonomi nasional

dari segi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional,

dan pasokan alat-alat pertanian untuk meningkatkan produktivitas

pertanian, dan pasokan mesin-mesin pabrik dan industri. Negara wajib

mengadakan fasilitas umum dan pelayanan publik yang sangat dibutuhkan

oleh warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berbagai

kepentingan dan urusan masyarakat terpenuhi dengan lancar.

Page 112: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

B. Saran

1. SBSN / Sukuk Negara adalah salah satu konsep yang menjadi

instrument kebijakan fiscal. Pemerintah dalam setiap melakukan

kontrak sukuk harus jelas menetukan tenor pengembalian emisi yang

digunakan. Melakukan evaluasi yang berhati-hati mengenai return

yang akan diperoleh dan biaya semua proyek baru, dan lebih

mengoptimalkan BUMN, dengan cara merestrukturisasi pada internal

BUMN yang dinilai terlalu gemuk dan tidak efektif. Dan melakukan

kebijakan holding, merger atau konsolidasi untuk BUMN dan

perusahan-perusahan public yang terlalu banyak memakan

operational budgeting tanpa disertai certain return yang yang

memberikan balance income untuk APBN.

2. Pemerintah harus punya strategi pengelolaan utang domestik yang

baik, baik penerbitan, pelunasan, pengaturan jatuh tempo, refinancing,

buy back, maupun peminimuman biaya dan risiko utang sehingga

potensi bom waktu utang tak terjadi. Dalam kasus sukuk Project

Financing, pemerintah harus smart dalam Economic Diplomation dan

smart dalam Contract Negotiation.

3. Setelah menjaring dan dari Penerbitan SBSN, pemerintah sangat tidak

diharapakan menaruh cadangan devisa Negara (idle fund) di pasar

uang yang derivasinya berasal dari pasar uang yang tidak sesuai

dengan syariah.

Page 113: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

4. APBN diprioritaskan untuk pro-growth, pro-job dan pro-poor. Dengan

memperkuat ketahanan pangan diharapkan akan menciptakan

kemandirian disektor riil yang tidak mudah terpengaruh kondisi

eksternal. Sistem perekonomian yang berpihak kepada rakyat saat ini

diharapkan yang diterapkan di Indonesia. Pengaruh resesi ekonomi

global diharapkan dapat ter-reduksi dengan menciptakan ekonomi

yang berpihak kepada rakyat sehingga tercipta kondisi dimana sektor

riil dapat bertahan dalam kondisi apapun

5. Selain konsep ekonomi yang berpihak kepada rakyat, proses

pelaksanaan APBN perlu mendapat diperhatikan dimana uang yang

telah dialokasikan tersebut memang betul-betul digunakan untuk

kepentingan rakyat seperti peningkatan fasilitas umum, infrastruktur

umum, dana Pendidikan Nasional, membangun kemandirian UMKM,

dan penciptaan ketahanan pangan. Khusus UMKM Pemerintah harus

lebih melirik dan memperhatikan sector ini dengan melakukan

proteksi atas keberlangsungan unit UMKM tersebut, bukan berarti

kita menganut paham ekonomic protectionist, tapi itu ditempuh

terlebih untuk upaya untuk mewujudkan ekonomi rakyat yang

mandiri.

Page 114: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Al Munjid, Fil-lughoh wal-A’lam,, Beirut: Darul Masyriq Al-Maktabah a-

Syarkiyyah, 2002, cet. 39

An-Nabhani, Taqyudin., An-Nidzam al-Iqtishody fil Islam, Penerjemah:

Munawwar Ismail Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya :

Risalah Gusti, cet. i, 2000

Al-Suyuthi, Al-Asybah wa al-Nazha’ir, tahqiq: Muhammad al-Mu’tashim bi

Allah al-Baghdadi, Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1987

Al-Kahlani, Muhammad Ibn Ismail, Subulussalam, Bandung Dahlan, tth, Jilid

iii

Al-Baaqi, Muhammad Fuad Abduh., Sunan Ibn Majah, Mesir, Darul Fiqr,

TT, Jilid ii, h.784

Al-Syaukani, Irsyad al-Fuhul Ila Tahqiq, Ilm Al-Ushul, Makkah, Maktabah

Al-Tijariyah 1993, Cet. i

Abdullah, Taufik .,dkk. Ensklopedia Tematis Dunia Islam Jilid 3, Jakarta : PT.

Ichtiar Baru Van Voeve, 2002

Antonio, Muhammad Syafi’i., Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:

Gema Insani Press, 2001

Amalia, Euis., Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga

Kontemporer, Jakarta:Pustaka Asatruss, 2005, cet. i

Page 115: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Aulad, Khairul., Surat Berharga Syariah Negara / Sukuk Negara Sebagai

Sumber Pembiayaan Fiskal Dan Instrumen Investasi, Direktorat Pembiayaan Syariah

Depkeu RI, disampaikan Pada Seminar Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan

Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

AJP-Arab News, ”Rekomendasi Terbaru dari AAOIFI Tentang Penerbitan

dan Struktur Sukuk”, diakses pada tanggal 5 Agustus 2008 dari

www.islamOnline.com.

Bakar. Muhammad Daud., Round-table Discussion on Internasional Islamic

Sovereign Bond (sukuk), Foreign Debt Division Directorate of Internasional Affair

Bank Indonesia 2006

Bungin, Burhan., Metodologi Penelitian Kualitatif, aktualisasike Arah Ragam

Varian Kontemporer, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Basri, M Khatib, Kembali ke Dasar Prinsip Ekonomi, diakses dari

http://www.republika.co.id, Gatra Online, , 10 Desember 2003,

Chapra, M. Umer., The Future of Economic An Islamic Perspektive,

Landscape Baru Perekonomian Masa Depan, Jakarta: Shari’ah Economics and

Banking institute, 2001

Chapra, M Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Islam and Economic

Challenge), alih bahasa Ikhwan Abidin Basri, cet i, Gema Insani Press, Jakata 2000

Page 116: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Council of Economic Advisers USA, Economic Report of the Presiden

February 2003, http://w3.access.gpo.gov/usbudget/fy2004/sheets/b1.xls

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan

Utang, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen

Keuangan Bebasis Syariah, Departemen Keuangan Republik Indonesia, Jakarta,

cetakan. i

Departemen Keuangan, Sosialisasi Undang-undang Nomor 19 Tahun 2008

Tentang Surat Berharga Syariah Negara, Pusat Riset Informasi dan Data Ekonomi

Syariah, Jakarta, 2008

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal Sukuk Instrumen

Keuangan Berbasis Syariah, Brosur Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Kebijakan Akselerasi

Pengembangan Perbankan Syariah 2007-2008, diakses dari [email protected] pada

tanggal 28 Apri 2009l

Esposito, John L., Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word,

penerjemah: Eva YN, Femy S, dkk, Ensiklopedi Oxfor Dunia Islam Modern,

Bandung: Mizan, cet. i, 2001

Endy Dwi Tjahjono, dkk., Outlook Ekonomi Indonesia Krisis Finansial

Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia 2009-2014, Biro Riset

Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses

dari http://www.bi.go.id pada tanggal 20 Februari 2009

Page 117: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Foreign Debt Division Directorate of International Affair, 2006, Round Table

Discussion on International Islamic Sovereign Bond (Sukuk), Jakarta :Bank Indonesia

Huda, Nurul., dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal

Syariah, Jakarta : Kencana, 2007

Haroen, Nasrun., Perdagangan Saham di Bursa Efek - Tinjauan Hukum Islam,

Ciputat, Yayasan Al-Hikmah ,cet I, 2000

Hakim, Cecep Maskanul “Obligasi Syariah Kendala dan Prospek” Peneliti

Bank Yunior Biro Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Jakarta, 2007

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia, Yogyakarta

2003

Ida Musdafia Ibrahim Analisis Obligasi Syariah (sukuk) bagi perkembangan

Investasi di Indonesia yang diakses dari http://www.yai.ac.id/UPI/simposium/ida.doc

Investasi: Menyelami Seluk-beluk Sukuk Ritel, diakses dari

http://www.sebi.ac.id pada tanggal 18 Mei 2008

Ibn Nujaim, al-Asybah wa al-Nazha’ir, Tahqiq: Abd al-Aziz Muhammad al-

Wakil, Mu’assasah al-Halabi, Kairo, 1968

Karim, Adi Warman A, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007, ed. ii

Kebijakan Fiskal Rasulullah SAW, artikel diakses dari halalguide.info pada

tanggal 18 Mei 2009

Kate Randall, US Poverty Rose Sharply in 2001, diakses dari

http://www.wsws.org, pada tanggal 27 September 2002

Page 118: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Kompas edisi online, Pemerintah tidak Berani Menargetkan Pertumbuhan

Ekonomi 6 Persen 2005, diakses dari http://www.kompas.com pada tanggal 17 Mei

2004,

Lewis, & Latifa M., Algaoud, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan

Prospek, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007, cet.I

Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam, Jakarta:

PT.Salemba Emapat Patria, 2002, ed.I

Mubyarto: Ekonomi Indonesia Keliru. Republika Online, , 10 Desember 2003,

http://www.republika.co.id,

Mustafa Kamal Rokan ”Konsep Dasar Keuangan Islam” Diakses pada

tanggal 28 Juli 2008 http://www.waspada.co.id Menggunakan Joomla!.

Majalah Investor, Business & Capital Markets edisi November 2008

Majalah Gatra, Booming Bisnis Syariah, edisi khusus Lebaran, No.48,

Oktober 2007

Muda, Ahmad Antoni K., Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta: Gitamedia,

2003, cet. III

Muhajir Noeng., Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin,

1990

Munawwir, AW., Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

Surabaya: Pustaka Progressif ,2002, Cet ke-25, , hal. 787

Page 119: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Nazwar U. Nawawi, “Mengenal Sukuk,” Pontianak Post, Selasa 2 September

2008

Parson, Wayne,. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis

Kebijakan, Jakarta: Kencana, 2006) cet.1

Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Makroekonomi: Ed. xiv,

(Macroeconomics), alih bahasa Haris Munandar dkk, cet. iv, (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 1997), hal. 55

Republika Online, CGI Prihatinkan Iklim Investasi di Indonesia, 4 Juni 2004,

http://www.republika.co.id

Pemerintah Terbitkan Sukuk Valas artikel yang diakse dari

http://www.waspada.co.id pada tanggal 22 Mei 2008

RUU Nomor 19 Tentang Surat Berharga Syariah Negara yang diakses dari

www.legalitas.org pada tanggal 15 Februari 2009

Redaksi, Buletin Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan; Volume 3 Nomor

3, 2005

Rahardjo, M Dawam., Menegakkan Syariah Islam di Bidang Ekonomi,

disampaikan pada Acara Orasi Ilmiah Program Pasca Sarjana Universiatas

Muhammadiyah Jakarta, pada mata kuliah “Islam dan masalah-masalah

Kontemporer” di Jakarta tanggal 18 Januari 2003

Page 120: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Saeed, Abdullah., Menyoal Bank Syariah : Kritik atas Interpretasi Bunga

Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta : Paramadina, 2006, cet. Iii

Sukuk, Defisit, dan Utang Negara, artikel yang diakses dari

http://ajisaka.dagdigdug.com pada tanggal 12 Juni 2008

Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah, Berkah Duo UU untuk

Ekonomi Indonesia, ed. xx, Thn ii, Agustus 2008.

Schemidt, Helmut., The Structure of The WorldProduct, Germany: Foreign

Affair, 1974.

Sudarsono, Heri., Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:

Ekonisia, 2003

Surat Pernyataan Kesesuaian Syariah, Tim Ahli Syariah untuk Penerbitan

SBSN DSN-MUI, 2008.

Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan,

Bandung : Alumni, 2004

Tim Studi Standar Akuntansi Syariah di Pasar Modal, Studi Standar

Akuntansi Syariah Di Pasar Modal Indonesia, Jakarta : BAPEPAM, 2007

UU Surat Berharga Syariah Negara, artikel yang diakses dari vivanews.com

pada tanggal 18 Maei 2009

Visi dan Misi Strategi Pembanguan Nasional Pemerintah RI 2004-2009 yang

diakses dari situs resmi Republik Indonesia http://www.indonesia.go.id/id

Page 121: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...

Waluyanto, Rahmat., “Potensi Sukuk Negara (Surat Berharga Syariah

Negara) Sebagai Sumber Pembiayaan APBN dan Investasi” Presentasi dalam

Seminar Indonesia Syariah Expo Jakarata pada tanggal 27 Oktober Tahun 2007

Zudin, “Islamic Bonds (sukuk) Its Introduction and Application” diakses pada

27 Juni 2007 dari http://konsultasimuamalat.wordpress.com/islamic-bonds-sukuk-its-

introduction-and-application.

Page 122: Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN ...