KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas EKONOMI... · Perkembangan Perjanjian Ekonomi...
-
Upload
nguyenthuan -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of KATA PENGANTAR - Kementerian PPN/Bappenas EKONOMI... · Perkembangan Perjanjian Ekonomi...
KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan
yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.
Publikasi triwulan II tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan II tahun 2015. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat
dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
triwulan II tahun 2015 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan
investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun
dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan
publikasi ini dapat tercapai.
Jakarta, Agustus 2015
Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS
Ringkasan Eksekutif
Perekonomian dunia hingga semester I tahun 2015 masih melambat akibat
perbaikan secara bertahap perekonomian negara-negara maju, dan perlambatan
ekonomi negara-negara berkembang. Perekonomian Amerika Serikat triwulan II
tahun 2015 tumbuh sebesar 3,7 persen, melambat dibandingkan triwulan II tahun
2014 yang tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY). Perlambatan ini disebabkan oleh
penurunan investasi non-residensial dan pelemahan belanja pemerintah.
Pada triwulan yang sama, perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh
sebesar 1,4 persen (YoY), menguat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,0 persen (YoY). Meskipun demikian, perbaikan
resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa
2010 masih berjalan melambat. Perlambatan ini disebabkan oleh pertumbuhan
ekonomi Jerman yang berada di bawah perkiraan, stagnasi perekonomian Perancis,
dan perekonomian Finlandia yang terkontraksi.
Pada semester I tahun 2015, kondisi ekonomi Tiongkok masih dihadapkan pada
ketidakpastian kondisi ekonomi global dan ekonomi domestik, serta tekanan bagi
pemerintah makin kuat. Sepanjang bulan April hingga Juni 2015 perekonomian
Tiongkok tumbuh sebesar 7,0 persen (YoY), sedikit menurun dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,5 persen (YoY).
Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015
dengan tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia
dipengaruhi oleh pelemahan pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan
konsumsi rumah tangga. Di samping itu, lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian tumbuh terkontraksi akibat pertambangan batubara yang menurun.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini diiringi dengan peningkatan inflasi beserta
tren melemahnya nilai tukar Rupiah selama triwulan II tahun 2015. Tingkat inflasi
Juni 2015 mencapai 7,3 persen (YoY) dengan nilai tukar Rupiah pada posisi akhir
bulan Rp 13.339/USD.
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 2.096,3 juta, hal itu disebabkan karena neraca perdagangan sektor non-
migas mengalami surplus sebesar USD 4.822,3 juta. Sementara itu, neraca
perdagangan sektor migas pada triwulan yang sama mengalami defisit sebesar USD
2.726,0 juta. Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan II tahun
2015 mengalami pertumbuhan sebesar 195,4 persen (YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2015 surplus sebesar
USD 2,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan I tahun
2015 yang mencapai surplus USD 2,4 miliar. Menguatnya kinerja NPI tersebut
disebabkan oleh membaiknya defisit neraca transaksi berjalan dengan defisit
sebesar USD 4,5 miliar (2,1 persen PDB). Sejalan dengan surplus NPI, cadangan
devisa Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mencapai USD 108,0 miliar atau
setara dengan 6,8 bulan impor. Jumlah ini menurun dibanding triwulan I tahun 2015
yang mencapai USD 111,6 miliar (QtQ). Penurunan tersebut disebabkan oleh
meningkatnya pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan
penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I
tahun 2015 sebesar Rp 85.459,2 miliar, lebih besar dari realisasi semester I
tahun 2014 atau tumbuh sebesar 17,4 persen. Untuk Penanaman Modal Asing
(PMA), realisasi semester I tahun 2015 sebesar USD 13.936,1 juta, dan mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 2,5 persen dibandingkan semester I tahun 2014.
Dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus menunjukkan peningkatan.
Sampai dengan triwulan II tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp
2.864,2 triliun.
Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010
mencapai Rp 486,7 triliun. Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015
mengalami pertumbuhan mencapai 5,26 persen (YoY). Rata-rata kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan II tahun 2015 sekitar
776.303 orang dengan jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang.
Penjualan mobil dan motor di Indonesia sampai dengan triwulan II tahun 2015
melemah karena menurunnya daya beli masyarakat akibat perlambatan
perekonomian Indonesia. Pada Juni 2015 total penjualan mobil dan motor masing-
masing sebesar 82.139 unit dan sebesar 574.714 unit. Sementara, penjualan semen
di Indonesia pada bulan Mei 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014,
yaitu menurun sebesar 7,9 persen. Walaupun menurun dibanding tahun 2014,
penjualan selalu meningkat dari bulan April sampai bulan Juni tahun 2015.
III Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................................................................... III
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................................................................................... VII
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................................................................................................IX
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA................................................................................................................................................................ 2
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ..................................................................................................................................................... 2
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa ................................................................................................................................................................. 4
Perekonomian Tiongkok ...................................................................................................................................................................................... 7
Perekonomian Singapura ..................................................................................................................................................................................... 9
OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016 ......................................................................................................................................................10
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA .................................................................................................................................................14
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ....................................................................................................................................................19
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................................................................................................................................. 19
Indeks Tendensi Konsumen ............................................................................................................................................................................. 23
Indeks Keyakinan Konsumen .......................................................................................................................................................................... 24
Neraca Pembayaran Indonesia........................................................................................................................................................................ 25
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ........................................................................................................................................................ 30
Pembiayaan Utang Pemerintah ....................................................................................................................................................................... 30
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang ......................................................................................................................................................... 30
Posisi Utang Pemerintah .................................................................................................................................................................................... 31
Surat Berharga Negara (SBN) .......................................................................................................................................................................... 33
Pinjaman .................................................................................................................................................................................................................. 36
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL...................................................................................................................................... 38
Isu Terkini ............................................................................................................................................................................................................... 38
Devaluasi Yuan, Ini Dampak Bagi Indonesia Menurut Mantan Menkeu Era SBY ........................................................................ 38
Bentuk Depo Bapok Kita, Mendag Pangkas Rantai Distribusi ............................................................................................................ 38
Menteri Perdagangan terbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No 48/M/DAG/PER/7/2015 tentang
Ketentuan Umum di Bidang Impor guna mengatasi masalah dwelling time ................................................................................. 39
Pemerintah Fasilitasi Permasalahan Investasi (debottlenecking) ..................................................................................................... 40
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ................................................................................................................................................................41
Perkembangan Ekspor ....................................................................................................................................................................................... 41
Perkembangan Impor ......................................................................................................................................................................................... 45
Perkembangan Neraca Perdagangan ............................................................................................................................................................ 47
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan II Tahun 2015 .................................................................................................................................. 50
Perkembangan Harga Domestik ..................................................................................................................................................................... 51
Perkembangan Harga Komoditi Internasional ......................................................................................................................................... 51
PERKEMBANGAN INVESTASI ...........................................................................................................................................................................54
Perkembangan Investasi.................................................................................................................................................................................... 54
Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 ............................................................................................................................................... 55
IV Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Realisasi Per Sektor ............................................................................................................................................................................................. 55
Realisasi Per Lokasi ............................................................................................................................................................................................. 56
Realisasi per Negara ............................................................................................................................................................................................ 58
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL .............................................................................................................59
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................................................................................ 59
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA.......................................................................................... 59
Ekspor ASEAN Ke Tiongkok ............................................................................................................................................................................. 60
Impor ASEAN Dari Tiongkok ........................................................................................................................................................................... 60
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) ........................................................................... 61
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ...................................................................................................... 63
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN .................................................................................................................................................................... 63
Perdagangan Antar Negara ASEAN ............................................................................................................................................................... 64
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ................................................................................................................................................. 66
Perkembangan Moneter Global ...................................................................................................................................................................... 66
Perkembangan Moneter Domestik ................................................................................................................................................................ 68
Inflasi ..........................................................................................................................................................................................................................69
Inflasi Global ........................................................................................................................................................................................................... 69
Inflasi Domestik .................................................................................................................................................................................................... 70
Nilai Tukar Mata Uang Dunia ........................................................................................................................................................................... 73
Indeks Harga Saham ............................................................................................................................................................................................ 75
Indeks Harga Komoditas Internasional ....................................................................................................................................................... 76
Harga Bahan Pokok Nasional ........................................................................................................................................................................... 78
Respon Kebijakan Moneter ............................................................................................................................................................................... 79
SEKTOR PERBANKAN ..........................................................................................................................................................................................80
Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan I Tahun 2015 ......................................................................................................84
Pertumbuhan Industri Pengolahan ............................................................................................................................................................... 84
Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri ................................................................................................................................................ 86
Data Penjualan Komoditas Industri Utama ................................................................................................................................................ 89
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri .................................................................................................................................... 91
Jumlah Wisatawan ............................................................................................................................................................................................... 92
LAMPIRAN ............................................................................................................................................................................................................... 95
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................................................................................... 96
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................................................................................... 97
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang .............................................................................................................................................................. 98
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang (lanjutan) ......................................................................................................................................... 99
Lampiran 3: Indeks Saham Global ............................................................................................................................................................... 100
Lampiran 3: Indeks Saham Global (lanjutan) .......................................................................................................................................... 101
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ........................................................................................................................... 102
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................................................... 103
VII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ....................................................................................... 3
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa ........................................................................ 5
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) .................................................................. 8
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ...................................................................................... 9
Tabel 5.Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ............................................................................................ 10
Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 12
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) ................................................................................ 14
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ............................................................................................................... 20
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) .......................................................................................... 22
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ....................................................................................................... 23
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Oktober 2014 – Juli 2015............................................... 24
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan II Tahun 2015 .................. 28
Tabel 13.Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan II Tahun 2015 (Triliun Rupiah) ............................................................................................................................................................ 30
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Triliun Rupiah) ............ 31
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan II Tahun 2015 .............................................. 32
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 32
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah) ............................................................................................................................................................ 33
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) ............................................................................................................................................................ 34
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah) ............ 35
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah) ....... 36
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................. 41
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 43
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015 .............................................................................................................................. 44
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan II Tahun 2015 ............ 44
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan II Tahun 2015 .................................................................................. 45
Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................................. 46
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan II Tahun 2015 ...................................................... 47
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan II Tahun 2015 ................................................................. 48
Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 48
Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ................................................................................................. 48
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika .............................................................................................. 49
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................... 49
VIII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tabel 33. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan II Tahun 2015 ................................................. 50
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu ................................................................................................... 51
Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ............................................................................... 52
Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan II Tahun 2015 (persen) ................................................ 54
Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Semester I ................................................................... 55
Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Semester I Tahun 2015 Berdasar Sektor ............................................................................................................................................ 55
Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 ....................................................... 56
Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar) ......................................................................................................................................... 57
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) .......................................................................................................................................... 57
Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 ....................................................... 58
Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015 ................................... 58
Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................. 59
Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok ....................................................................................................................... 60
Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok ..................................................................................................................... 61
Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ..................................................... 61
Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN ........................................................................................................................... 63
Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN ............................................................................................................................. 64
Tabel 50. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun 2012-2014....................................................................... 64
Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase) ................................................................................................................................................... 67
Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY) ...................................................................................................................... 70
Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik ............................................................................................................................ 71
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen............................................................................. 71
Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) ............................................................................................... 72
Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) ......................................................................................... 72
IX Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)......................................................................... 15
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan II Tahun 2015 (persen) ......................................................................................................................................................... 19
Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 24
Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Juli 2015 ................... 25
Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 ............... 26
Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 ................................................................................................................................................ 26
Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015.. 27
Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Juni 2015 ....................................................................................... 41
Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga Juni 2015 ......................................................................................... 45
Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan II Tahun 2015 ....... 50
Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .............................. 62
Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi ............ 62
Gambar 13. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD) ................................................................................... 66
Gambar 14. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY) .................................................................................................... 69
Gambar 15. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ...................................................................... 74
Gambar 16. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ............................................................ 76
Gambar 17. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................... 77
Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok ..................................................... 78
Gambar 19. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ........................................................................ 80
Gambar 20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................... 81
Gambar 21. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ...................................................... 82
Gambar 22. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) ............................................................ 84
Gambar 23. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan II-Tahun 2015 ........... 84
Gambar 24. Proporsi Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas .................................................................. 85
Gambar 25. Ekspor Produk Industri ........................................................................................................................ 86
Gambar 26. Realisasi Investasi PMA Dan PMDN Sektor Industri Tahun 2015 ............................................. 86
Gambar 27. Realisasi Proyek Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015 .................................................... 87
Gambar 28. Realisasi Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015 .................................................................. 87
Gambar 29. Realisasi Proyek Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015 ................................................. 88
Gambar 30. Realisasi Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015 ............................................................... 88
Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015 ............................................................... 89
Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015 .............................................................. 90
Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015 ............................................................. 90
Gambar 34. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan II Tahun 2015 ........................................................ 91
Gambar 35. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan II Tahun 2015 ......................................................... 92
Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan, Hingga Triwulan II Tahun 2015 93
Gambar 37. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Perolehan Devisa ...................................... 94
X Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Gambar 38. Perbandingan Daya Saing Pariwisata Tahun 2015 ....................................................................... 94
Gambar 39. Inflasi YoY 66 Kota April-Juni 2015 .................................................................................................. 96
Gambar 40. Inflasi MtM 66 Kota April-Juni 2015 .................................................................................................. 97
Gambar 41. Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................................................. 98
Gambar 42. Perkembangan Indeks Nilai Tukar (1 Januari 2004 = 100) ........................................................ 99
Gambar 43. Perkembangan Indeks Saham Global .............................................................................................. 100
Gambar 44. Perkembangan Indeks Saham Global .............................................................................................. 101
Gambar 45. Indeks Harga Komoditas Internasional .......................................................................................... 102
Gambar 46. Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................ 103
1 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan perlambatan pada triwulan II tahun
2015 menjadi sebesar 3,7 persen (YoY).
Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,4 persen (YoY) pada
triwulan II tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tumbuh sebesar 1,0 persen (YoY).
Sepanjang bulan April hingga Juni 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 7,0
persen (YoY), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY).
Pada bulan Juli 2015, IMF memproyeksi perekonomian dunia tetap tumbuh sebesar
3,3 persen pada tahun 2015.
2 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia hingga semester I tahun 2015 masih melambat akibat
perbaikan secara bertahap perekonomian negara-negara maju, dan perlambatan
ekonomi negara-negara berkembang. Kondisi ini menggambarkan kelanjutan
kontraksi output Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain seperti
Kanada dan Meksiko. Hal ini disebabkan oleh musim dingin yang buruk dan
pemogokan buruh di Pantai Barat Amerika Serikat, seiring dengan penurunan
capital expenditure sektor minyak yang berkontribusi pada pelemahan aktivitas
perekonomian Amerika Serikat. Pertumbuhan output dan permintaan dalam negeri
pada negara-negara maju dan negara-negara berkembang mengalami pelemahan.
Harga minyak mengalami penguatan diatas ekspektasi pada triwulan II tahun 2015,
akibat permintaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan produksi minyak Amerika
Serikat. Seiring dengan penguatan harga minyak mentah, harga bahan bakar minyak
mulai meningkat. Hal ini berdampak pada kenaikan inflasi umum bulanan pada
mayoritas negara-negara maju, meskipun inflasi inti tetap stabil. Inflasi umum di
negara-negara berkembang cenderung menurun akibat pelemahan permintaan
dalam negeri.
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat
Bureau Economic Analysis merilis revisi terakhir pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat triwulan I tahun 2015 yang sebelumnya terkontraksi sebesar 0,2 persen
menjadi tumbuh sebesar 0,6 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I
tahun 2015 disebabkan oleh aktivitas di pelabuhan Pantai Barat Amerika Serikat
yang terganggu akibat pemogokan buruh. Di sisi lain, penguatan konsumsi domestik
dan investasi residensial menopang perekonomian Amerika Serikat dalam
menghadapi pelemahan ekonomi global. Perekonomian Amerika Serikat tumbuh
sebesar 3,7 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2015, melambat dibandingkan
triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY). Perlambatan ini
disebabkan oleh pelemahan belanja pemerintah. Meskipun demikian, kenaikan
belanja konsumen, dan ekspor lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan PDB riil pada triwulan II tahun 2015 tercermin dari kontribusi positif
pada meningkatnya pengeluaran konsumsi pribadi, belanja pemerintah daerah,
ekspor, investasi tetap non-residensial, investasi peralatan bisnis, serta penurunan
impor. Sementara, stagnasi belanja pemerintah pusat dan penurunan belanja non-
pertahanan berkontribusi negatif bagi perekonomian. Departemen Perdagangan
Amerika Serikat merilis perlambatan konsumsi yang tumbuh 3,1 persen (YoY) pada
triwulan II tahun 2015, setelah tumbuh 3,8 persen (YoY) pada periode yang sama
tahun sebelumnya. Pengeluaran konsumsi menyumbang 70,0 persen dari seluruh
perekonomian Amerika Serikat. Konsumsi barang mengalami kenaikan sebesar 5,5
3 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
persen (YoY), dan konsumsi jasa naik sebesar 2,0 persen (YoY) pada triwulan II
tahun 2015. Peningkatan belanja konsumen yang cukup kuat khususnya pada
barang tahan lama seperti kendaraan, dan peralatan rumah tangga dapat
mengimbangi pelemahan investasi bisnis terutama peralatan.
Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara keseluruhan tumbuh sebesar 2,6 persen
(YoY) pada triwulan II tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan II tahun 2014
sebesar 1,2 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah pusat tidak mengalami
pertumbuhan, dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 1,2 persen. Selanjutnya, belanja pemerintah untuk bidang
pertahanan tumbuh sebesar 0,3 persen, meningkat setelah terkontraksi sebesar 0,5
persen (YoY). Di sisi lain, belanja pemerintah non-pertahanan mengalami kontraksi
sebesar 0,4 persen pada triwulan II tahun 2015, cenderung membaik setelah
terkontraksi 2,2 persen (YoY) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Berbeda
dengan belanja pemerintah pusat, belanja pemerintah daerah mengalami kenaikan
dengan tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY), sedangkan triwulan II tahun 2014 tumbuh
sebesar 2,6 persen (YoY).
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)
2014 2015
I II III IV I II
Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,7
Konsumsi 1,3 3,8 3,5 4,3 1,8 3,1
Barang 1,1 6,7 4,1 4,1 1,1 5,5
Jasa 2,6 13,9 7,5 6,1 2,1 2,0
Investasi –2,5 12,6 7,4 2,1 8,6 5,2
Ekspor 6,0 5,6 7,9 2,5 -6,0 5,2
Impor 8,3 4,4 9,0 0,7 7,1 2,8
Belanja Pemerintah 0,0 1,2 1,8 –1,4 -0,1 2,6
Belanja Pemerintah Pusat 0,3 –1,2 3,7 –5,7 1,1 0,0
Belanja Pertahanan –4,6 –0,5 4,5 –10,3 1,0 0,3
Belanja Non-Pertahanan 8,9 –2,2 2,5 2,1 1,2 –0,4
Belanja Pemerintah Daerah –0,2 2,6 0,6 1,3 –0,8 4,3
Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2015
Investasi Amerika Serikat hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,2 persen (YoY),
melambat dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 12,6 persen
(YoY). Hal ini disebabkan oleh faktor pelemahan kegiatan eksplorasi minyak akibat
pemangkasan anggaran oleh perusahaan-perusahaan hingga sebesar 68,2 persen,
merupakan penurunan kedua terbesar sejak triwulan II tahun 1986. Berdasarkan
laporan Bureau Economic Analysis, perlambatan investasi mencerminkan
peningkatan pertumbuhan investasi tetap residensial, investasi peralatan non-
residensial, investasi produk kekayaan intelektual dan investasi struktur non-
residensial, serta penurunan pada invetasi peralatan non-residensial. Pada tahun
4 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
2015, The Fed melaksanakan kebijakan tight monetary policy, seiring dengan tren
penurunan harga komoditas dunia termasuk minyak mentah, serta perbaikan
kosumsi dalam negeri, pasar tenaga kerja, dan apresiasi mata uang dolar. Pada bulan
September 2015, rencana kenaikan federal fund rate dilakukan untuk menjaga
momentum perekonomian Amerika Serikat yang terus membaik, dan tren
penurunan tingkat pengangguran.
Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis neraca perdagangan pada bulan
Juni 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 43,8 miliar, meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 40,9 miliar. Defisit perdagangan
barang naik menjadi sebesar USD 63,5 miliar, sedangkan sektor jasa mengalami
penurunan surplus menjadi sebesar USD 19,7 miliar. Ekspor barang dan jasa turun
USD 0,2 miliar menjadi USD 127,6 miliar. Kinerja ekspor barang menurun terutama
disebabkan oleh penurunan barang modal, bahan dan penawaran barang industri,
serta barang konsumsi. Sementara itu, ekspor jasa mengalami sedikit kenaikan
disebabkan oleh peningkatan bisnis jasa (jasa penelitian dan pembangunan, jasa
manajerial dan proesional, jasa hubungan dan teknis perdagangan) dan transportasi
(termasuk jasa pelabuhan dan tarif penumpang). Impor barang dan jasa meningkat
USD 2,7 miliar menjadi USD 191,1 miliar, dengan peningkatan pada impor barang
yang disebabkan oleh kenaikan pada barang konsumsi, barang modal, serta bahan
dan penawaran barang industri. Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya
untuk transportasi (termasuk jasa pelabuhan dan tarif penumpang) dan wisata
(untuk semua tujuan termasuk pendidikan).
Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, jumlah pengangguran hingga bulan Juni
2015 hanya turun sebesar 375.000 orang menjadi 8,3 juta orang. Dalam 12 bulan
terakhir tingkat pengangguran turun 0,8 persen atau sebesar 995.000 orang.
Kenaikan jumlah lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai sektor, diantaranya
pada bisnis jasa dan profesional, kesehatan, keuangan, perdagangan retail, serta
pergudangan dan transportasi. Kondisi ini menandai momentum menurunnya
tingkat pengangguran sejak bulan Oktober 2008. Pada bulan Juni 2015, penyerapan
tenaga kerja di sektor non-pertanian sebesar 223.000 orang. Penurunan tingkat
pengangguran diharapkan berimbas pada penguatan perekonomian dalam negeri
menghadapi gejolak perekonomian global.
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa
Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan
resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa
2010 masih berjalan melambat. Perlambatan Ekonomi di kawasan Eropa dan Uni
Eropa pada triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Jerman,
stagnasi perekonomian Perancis, dan perekonomian Finlandia yang terkontraksi
karena resesi perekonomian tahunan negara-negara Nordik sejak tahun 2012.
5 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Namun demikian, tercapainya kesepakatan bailout ketiga dari kreditor dengan
Yunani untuk dana privatisasi independen, dan pengaturan terhadap kredit
perbankan yang macet sebesar EUR 86,0 miliar. Perbaikan ekonomi Yunani yang
terus membaik diharapkan dapat mendorong akselerasi perekonomian kawasan
Eropa.
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa
Pertumbuhan PDB (%)
Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)
Q2-14 Q2-15 Q1-15 Q2-15
Kawasan Eropa (U19) 0,7 1,0 0,4 0,3
Uni Eropa (U28) 1,2 1,2 0,4 0,4
Sumber: Eurostat
Berdasarkan publikasi Eurostat, Latvia diperkirakan menjadi negara di kawasan
Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan II tahun 2015,
yaitu sebesar 1,2 persen (QtQ). Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan
sedikit meningkat dengan tumbuh 0,4 persen (QtQ), dibandingkan triwulan I tahun
2015 yang tumbuh hanya 0,3 persen. Finlandia menjadi negara yang diperkirakan
mengalami kontraksi ekonomi paling dalam pada triwulan II tahun 2015, yang
besarnya 0,4 persen (QtQ). Di sisi lain, perekonomian Perancis diperkirakan
mengalami stagnasi pada triwulan II tahun 2015. Sedangkan Italia, Portugal, dan
Spanyol dalam tren positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 0,2
persen (QtQ), 0,4 persen (QtQ), dan 1,0 persen (QtQ). Perekonomian Yunani
diperkirakan tumbuh sebesar 0,8 persen, setelah sebelumnya mengalami stagnasi
pada triwulan I tahun 2015.
Pada bulan Juni tahun 2015, indeks harga sektor industri dari keseluruhan industri
di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan sebesar 2,2 persen
(YoY), dan 2,9 persen (YoY). Sementara, produksi industri di kawasan Eropa dan Uni
Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh sebesar 1,2 persen (YoY), dan 1,7
persen (YoY), dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Produksi
industri meningkat disebabkan oleh kenaikan produksi barang modal sebesar 1,7
persen, barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 2,5 persen, barang setengah jadi
sebesar 0,2 persen, dan barang konsumsi tahan lama sebesar 0,1 persen
dibandingkan Juni 2014. Sementara itu, produksi sektor industri yang menguat di
kawasan Uni Eropa disebabkan oleh peningkatan barang modal sebesar 2,4 persen,
barang konsumsi tahan lama sebesar 2,2 persen, produksi energi sebesar 1,7 persen,
barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 1,5 persen, serta barang setengah jadi
sebesar 0,8 persen dibandingkan bulan Juni 2014.
Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada
bulan Juni 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR 26,4 miliar,
meningkat dibandingkan bulan Juni 2014 yang besarnya EUR 16,1 miliar. Pada Juni
6 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
2015, negara-negara Uni Eropa juga mengalami surplus sebesar EUR 10,4 miliar,
meningkat dibandingkan bulan Juni 2014 yang surplus sebesar EUR 2,0 miliar.
Sejalan dengan tren positif neraca perdagangan Eropa, volume perdagangan ritel
bulan Juni 2015 di kawasan Eropa meningkat sebesar 1,2 persen (YoY) dan 2,0
persen (YoY) di Uni Eropa dibandingkan bulan Juni 2014. Hal ini disebabkan oleh
kenaikan penjualan pada sektor non-makanan sebesar 2,3 persen, bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar 1,8 persen serta sektor makanan, minum, dan
tembakau sebesar 0,1 persen. Di sisi lain, peningkatan volume perdagangan Uni
Eropa karena penjualan pada sektor makanan naik sebesar 3,4 persen, dan sektor
makanan, minuman, dan tembakau naik sebesar 0,8 persen, serta bahan bakar
kendaraan bermotor naik sebesar 1,4 persen.
Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan. Rasio
defisit anggaran pemerintah terhadap PDB pada triwulan I tahun 2015 di kawasan
Eropa menjadi sebesar 2,3 persen, menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2014
sebesar 2,5 persen. Defisit anggaran pemerintah terhadap PDB di Uni Eropa juga
menurun dari triwulan IV tahun 2014 sebesar 2,8 persen menjadi 2,6 persen pada
triwulan I tahun 2015. Sebaliknya, perbaikan fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa
tidak diikuti perbaikan kondisi tingkat utang terhadap PDB. Pada triwulan I tahun
2015, di kawasan Euro tingkat utang mencapai 92,9 persen dari PDB, sedikit
meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 92,0 persen.
Sejalan dengan peningkatan tingkat utang terhadap PDB di kawasan Eropa, Uni
Eropa juga mengalami peningkatan tingkat utang sebesar 88,2 persen terhadap PDB
dibandingkan triwulan IV tahun 2014 sebesar 86,9 persen. Pada triwulan I tahun
2015, Yunani, Italia, dan Portugal menjadi negara dengan tingkat utang terhadap
PDB tertinggi yaitu masing-masing sebesar 168,8 persen; 135,1 persen; dan 129,6
persen. Sementara itu negara dengan tingkat utang terhadap PDB terendah adalah
Estonia sebesar 10,5 persen, Luxemburg sebesar 21,6 persen, dan Bulgaria sebesar
29,6 persen.
Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan Eropa diikuti oleh penurunan
jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan Juni
mencapai 11,1 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan Juni 2014 sebesar 11,6
persen (YoY). Tingkat pengangguran pada bulan Juni 2015 merupakan yang
terendah sejak bulan Agustus 2012. Sedangkan, tingkat pengangguran di Uni Eropa
pada bulan Juni 2015 sebesar 9,6 persen, menurun dibandingkan bulan Juni 2014
sebesar 10,2 persen. Eurostat mengestimasi jumlah tenaga kerja di Uni Eropa
sebanyak 23.296 juta orang, dimana 17.756 juta orang berada di kawasan Eropa.
Jumlah orang yang menganggur di Uni Eropa turun sebesar 1.448 juta orang, dan
811.000 di kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Tingkat
pengangguran tertinggi terdapat di Yunani (25,6 persen per bulan April 2015), dan
7 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Spanyol (22,5 persen). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah adalah
Jerman (4,7 persen), dan Republik Ceko (4,9 persen).
Perekonomian Tiongkok
Pada semester I tahun 2015, kondisi ekonomi Tiongkok masih dihadapkan pada
ketidakpastian kondisi ekonomi global, ekonomi domestik, dan tekanan bagi
pemerintah yang semakin kuat. Pemerintah Tiongkok menerapkan perekonomian
yang terus bergerak maju dengan tetap menjaga stabilitas, melalui perbaikan
regulasi ekonomi makro, reformasi sistem, dan inovasi kelembagaan. Hal ini
menyebabkan perekonomian Tiongkok secara bertahap masih melambat seiring
dengan reformasi struktural yang kembali dilanjutkan. Sepanjang bulan April hingga
Juni 2015, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 7,0 persen (YoY), sedikit
menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
7,5 persen (YoY). Perekonomian Tiongkok bergerak pada jalur yang tepat, beberapa
indikator ekonomi mengalami kenaikan secara stabil. Pemerintah Tiongkok
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi tidak lagi menjadi prioritas.
Pemerintah Tiongkok menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015
hanya sebesar 7,0 persen (YoY). Tiongkok mengharapkan pertumbuhan yang
berkualitas dan berkelanjutan, serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan
fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan tajam yang berdampak pada
berkurangnya lapangan kerja dan pendapatan.
Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic China, nilai tambah industri
tersier pada triwulan II tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB dan tumbuh
8,4 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini
menandai percepatan pengembangan dan inovasi di bidang perindustrian.
Kesenjangan pendapatan antara rumah tangga perkotaan dan pedesaan semakin
mengecil. Pada triwulan II tahun 2015, pendapatan per kapita rumah tangga di
perkotaan adalah 2,83 kali dari rumah tangga pedesaan atau berkurang 0,04 persen
(YoY) dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan
pengurangan konsumsi energi per unit PDB mencapai 5,9 persen (YoY).
Investasi aset tetap Tiongkok pada triwulan II tahun 2015 tumbuh 11,4 persen
(YoY). Sementara itu, anggaran pemerintah untuk invetasi mengalami kenaikan
sebesar 18,6 persen (YoY). Berbeda dengan investasi lainnya, pinjaman dalam
negeri dan investasi asing masing-masing mengalami penurunan 4,8 persen (YoY)
dan 30,9 persen (YoY). Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Tiongkok
yang fokus mendorong perbaikan konsumsi dalam negeri melalui penyaluran kredit,
untuk mendorong pertumbuhan UMKM dan sektor pertanian. Di sisi lain,
Kementerian Perdagangan Tiongkok merilis penjualan retail barang konsumsi pada
bulan Juni 2015 tumbuh 10,6 persen (YoY), melambat dibandingkan bulan Juni 2014
yang tumbuh sebesar 12,6 persen (YOY). Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan
penjualan retail hanya bersifat sementara dimana hanya sebagian konsumen
8 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
membeli barang-barang konsumsi sebelum harga barang naik, namun penguatan
konsumsi dalam negeri belum dapat menahan laju perlambatan ekonomi, dan
penurunan harga-harga komoditas.
Sektor properti Tiongkok yang sempat terpuruk akibat perlambatan ekonomi pada
semester I tahun 2014, secara bertahap semakin menguat. Pada triwulan II tahun
2015, penjualan bangunan perumahan dan bangunan komersial turun masing-
masing sebesar 12,9 persen (YoY) dan 10,0 persen (YoY). Meskipun demikian, total
investasi di sektor real estate selama semester I tahun 2015 sebesar CNY 4.6395,1
miliar, atau tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY) diharapkan dapat memberikan
sentimen positif dalam penguatan kinerja sektor properti Tiongkok. Pada 30 Maret
2015, People’s Bank of China (PBOC) melaksanakan kebijakan penurunan rasio uang
muka untuk pembelian rumah kedua dari 60,0 persen menjadi sebesar 40,0 persen
di seluruh wilayah negara. Pencabutan kebijakan awal tersebut dilakukan untuk
mendorong terjadinya pertumbuhan, mengingat investasi properti merupakan
faktor pendorong utama perekonomian Tiongkok.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 akibat reformasi
struktural berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang memburuk.
Perdagangan Tiongkok pada bulan Juni 2015 hanya mencapai surplus sebesar USD
46,54 miliar. Surplus neraca perdagangan Tiongkok menurun dibandingkan bulan
Mei 2015 sebesar USD 59,50 miliar. Kinerja ekspor bulan Juni 2015 mengalami
peningkatan sebesar 2,8 persen (YoY) dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan devaluasi mata uang Yuan, dan perbaikan ekspor
negara-negara di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan menjadi penanda
perbaikan permintaan global terhadap barang dan jasa Tiongkok. Sementara itu,
impor mengalami penurunan sebesar 6,1 persen (YoY) dibandingkan bulan yang
sama tahun sebelumnya. Kinerja impor yang melemah akibat penurunan harga
komoditas global, dan perbaikan pemintaan dalam negeri Tiongkok.
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)
PMI Tiongkok
Mei-15 Jun-15
HSBC 49,2 49,6
NBS China 50,2 50,2
Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic China, 2015
Pelemahan aktivitas manufaktur Tiongkok semakin memburuk menunjukkan
kinerja sektor manufaktur paling lemah sejak bulan April 2014. Hal ini disebabkan
oleh sedikit kenaikan jumlah output dan penguatan aktivitas penjualan di sektor.
Namun demikian, tanda-tanda pelemahan aktivitas industri masih terus terjadi.
Pada bulan Juni 2015, laba perusahaan di sektor industri menurun sebesar 0,3
persen (YoY), dan pengurangan jumlah buruh pabrik-pabrik di Tiongkok menjadi
yang paling tajam dalam enam tahun dapat menjadi sentimen negatif bagi kinerja
9 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
sektor manufaktur. National Bureau of Statistic China juga merilis data PMITM
sebesar 50,2 tidak berubah dibandingkan bulan Mei 2015. Hal ini disebabkan oleh
indeks produksi, indeks permintaan baru, dan indeks waktu pengiriman dari
supplier sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih tinggi dari batas nilai
indeks PMITM manufaktur Tiongkok sebesar 50,0. Kondisi ini menggambarkan
perekonomian Tiongkok kehilangan momentum penguatan sektor manufaktur pada
triwulan II tahun 2015 dan upaya bertahap untuk menstimulasi pertumbuhan
ekonomi serta penciptaan lapangan kerja dari pemerintah sangat dibutuhkan.
Perekonomian Singapura
Perlambatan ekonomi Singapura pada triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh
rebalancing ekonomi Tiongkok, kontraksi sektor manufaktur akibat permintaan
global yang tidak menentu, pasar properti melambat, dan ketidakpastian perbaikan
ekonomi global. Perekonomian Singapura sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis
global akibat keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar, sehingga
permasalahan eksternal akan berdampak besar terhadap kinerja perekonomian
dalam negeri Singapura.
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015
Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)
Q2-14 Q2-15 Q1-15 Q2-15
Pertumbuhan Ekonomi 2,3 1,8 4,1 -4,0
Manufaktur 1,3 -4,9 1,7 -18,3
Konstruksi 3,0 2,5 4,2 2,9
Perdagangan Retail dan
Grosir 1,6 5,0 20,5 -1,7
Asuransi dan Keuangan 5,1 7,1 -12,8 2,5
Akomodasi dan Jasa Makanan 0,1 -0,6 -6,5 -1,4
Bisnis Jasa 2,2 2,0 3,1 -3,6
Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura
Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura
mengalami penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics Singapore, kinerja
ekspor terkontraksi sebesar 5,8 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan Juni
2014. Sementara, kinerja impor juga terkontraksi sebesar 4,1 persen (YoY),
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pelemahan kinerja ekspor
disebabkan oleh penurunan tajam ekspor minyak domestik yang terkontraksi
hingga 25,3 persen (YoY). Namun, penguatan ekspor domestik non-minyak sebesar
4,7 persen (YoY), dan re-ekspor minyak sebesar 1,9 persen (YoY) belum dapat
mendorong secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan Juni 2015.
Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan II tahun 2015 disebabkan
oleh penurunan rekayasa transportasi, dan industri biomedis. Di sisi lain,
pertumbuhan sektor konstruksi Singapura pada triwulan II tahun 2015 cenderung
moderat didorong oleh aktivitas konstruksi sektor swasta. Produksi sektor
10 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
perdagangan ritel dan grosir pada triwulan II tahun 2015 semakin membaik
disebabkan oleh perbaikan kinerja segmen perdagangan grosir, perdagangan besar,
dan kenaikan penjualan kendaraan bermotor yang cukup kuat. Seiring dengan
penguatan di sektor perdagangan ritel dan grosir, sektor asuransi dan keuangan
juga mengalami perbaikan disebabkan oleh penguatan segmen manajemen
keuangan. Pertumbuhan sektor akomodasi dan jasa makan Singapura terkontraksi
pada triwulan II tahun 2015. Penurunan kinerja di sektor akomodasi dan jasa
makanan didorong oleh perlambatan akibat melemahnya kinerja sektor makanan
dan minuman. Sementara, pertumbuhan di sektor bisnis jasa yang cenderung
melambat disebabkan pelemahan segmen sewa dan leasing serta jasa administrasi
dan pendukung.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura memperkirakan tahun
2015 negara tersebut akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung
moderat. Sektor yang berorientasi eksternal seperti asuransi dan keuangan, serta
perdagangan besar mendukung pertumbuhan semester II tahun 2015. Penurunan
harga minyak mentah menyebabkan perlambatan pertumbuhan sektor kelautan
dan lepas pantai. Di sisi lain, sektor yang berorientasi dalam negeri seperti bisnis
jasa, serta sektor komunikasi dan informasi diperkirakan tumbuh moderat.
Sementara, pengetatan pasar tenaga kerja akan berimplikasi pada tertahannya laju
pertumbuhan sektor padat karya seperti jasa makanan. Dengan demikian,
pemerintah Singapura akan menjaga pertumbuhan ekonomi pada level 2,5-4,0
persen.
OUTLOOK EKONOMI DUNIA 2015-2016
Tabel 5.Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF WEO-IMF Realisasi Perkiraan
Kelompok Negara 2014 2015 2016
Dunia 3,4 3,3 3,8
Negara Maju 1,8 2,1 2,4
Amerika Serikat 2,4 2,5 3,0
Kawasan Eropa 0,8 1,5 1,7
Negara Berkembang 4,6 4,2 4,7
Tiongkok 7,4 6,8 6,3
ASEAN-5 4,6 4,7 5,1 Amerika Latin dan Karibia
1,3 0,5 1,7
Sub Sahara Afrika 5,0 4,4 5,1
Sumber: World Economic Outlook, Juli 2015
Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan
pelemahan fluktuasi pergerakan harga saham, dan potensi penurunan pertumbuhan
PDB mengindikasikan rentannya perekonomian serta menjadi resiko jangka
menengah bagi negara-negara maju maupun berkembang. Pemulihan kondisi
11 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
ekonomi di Amerika Utara mempengaruhi upaya perbaikan perekonomian negara-
negara maju. Namun demikian, akselerasi aktivitas perekonomian negara-negara
maju akan terwujud melalui pelonggaran kebijakan, neutral fiscal policy di Kawasan
Eropa, penurunan harga minyak mentah, serta perbaikan kepercayaan dan kondisi
pasar tenaga kerja. Sentimen positif bagi perbaikan ekonomi tersebut juga
diimbangi dengan faktor negatif seperti rencana kenaikan federal fund rate Amerika
Serikat, kenaikan suku bunga sovereign bond beberapa negara di kawasan Eropa,
serta perlambatan tingkat konsumsi dan investasi bisnis khususnya peralatan di
Jepang.
IMF memperkirakan akselerasi pertumbuhan konsumsi, dan investasi di Amerika
Serikat. Selain itu, kenaikan tingkat upah, perbaikan kondisi pasar tenaga kerja,
kelonggaran kebijakan pasar keuangan, penurunan harga minyak mentah, dan
penguatan pasar properti menjadi penanda penguatan ekonomi Amerika Serikat
tahun 2016. Di sisi lain, perekonomian di kawasan Eropa diperkirakan cenderung
tumbuh moderat, permintaan dalam negeri dan inflasi mulai tumbuh. Penurunan
harga minyak dunia, kinerja kredit yang membaik, kebijakan fiskal yang lebih netral,
dan depresiasi mata uang Euro dapat mendorong pemulihan ekonomi pada tahun
2015 dan 2016. Pemulihan ekonomi Eropa mendorong perbaikan permintaan
domestik yang cukup kuat, dan kenaikan tingkat inflasi mulai terjadi. IMF merevisi
naik proyeksi pertumbuhan ekonomi mayoritas negara di kawasan Eropa, kecuali
Yunani.
Sementara, pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung
melambat pada tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh perekonomian negara eksportir
minyak yang melemah, rebalancing perekonomian Tiongkok, hambatan struktural,
serta proyeksi pelemahan ekonomi Amerika Selatan akibat penurunan harga
komoditas global. Pada tahun 2016, kondisi perekonomian negara berkembang
diperkirakan membaik. Hal ini digambarkan melalui perbaikan kondisi di beberapa
negara yang mengalami pelemahan ekonomi termasuk Rusia, Timur Tengah dan
Afrika Tengah. Meskipun demikian, beberapa negara berkembang diperkirakan
akan tumbuh moderat diatas tren pertumbuhan. Pada tahun 2015, IMF menyatakan
transisi perekonomian Tiongkok menuju model pertumbuhan ekonomi baru
digambarkan melalui terganggunya pasar keuangan yang terjadi pada bulan Juni
2015. Namun demikian, pemerintah Tiongkok diharapkan dapat melaksanakan
kebijakan untuk antisipasi cepat tidak hanya pertumbuhan kredit dan investasi,
tetapi juga kemungkinan gejolak ekonomi lainnya sebagai bagian dari rebalancing
perekonomian.
Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan
melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan yang cenderung moderat pada tahun
2016. Negara-negara eksportir komoditas di Amerika Latin akan merevisi
pertumbuhan ekonomi 0,5 hingga 2,0 persen akibat perlambatan aktivitas
12 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
perekonomian jangka pendek, penurunan harga komoditas, serta ruang kebijakan
yang terbatas. Sementara itu, Brazil sebagai salah satu perekonomian terbesar
diperkirakan tumbuh dibawah prediksi akibat tantangan daya saing, risiko jangka
pendek pembatasan air dan listrik, pengetatan fiskal serta dampak penyelidikan
kasus Pertrobas. Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami
perlambatan. Hal ini tercermin melalui penurunan harga komoditas, kinerja
perekonomian negara-negara yang terkena dampak Ebola, dan permasalahan
geopolitik. Di sisi lain, pemenuhan kebutuhan pembiayaan negara eksportir minyak
di Sub Sahara Afrika rentan terhadap berbagai sentimen negatif seperti tight
monetary policy Amerika Serikat, serta lambatnya pemulihan ekonomi Eropa dan
Tiongkok.
Table 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)
Pertumbuhan PDB (%)
2014 2015 2016
ADO* ADOS** ADO* ADOS**
Asia 6,3 6,3 6,1 6,3 6,2
Asia Timur 6,6 6,5 6,2 6,3 6,2
Tiongkok 7,4 7,2 7,2 7,0 7,0
Asia Selatan 6,8 7,2 7,3 7,6 7,6
Asia Tengah 5,1 3,5 3,5 4,5 4,2
ASEAN 4,4 4,9 4,6 5,3 5,1
Singapura 2,9 3,0 2,8 3,4 3,4
Sumber: Asian Development Outlook, 2015 *ADO adalah Asia Development Outlook
*ADOS adalah Asia Development Outlook Supplement
Pada bulan Juli 2015, ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan negara-
negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Pertumbuhan negara-negara
berkembang Asia yang cenderung stabil menyebar ke berbagai kawasan. Proyeksi
pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan dikoreksi naik dan tumbuh lebih cepat
dibandingkan kawasan lain di Asia. Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia
Timur dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat, serta Asia Tengah
menunjukkan pelemahan.
ADB memprediksi pada tahun 2015 dan 2016 pertumbuhan ekonomi di kawasan
Asia Timur masih melambat akibat pelemahan ekonomi Tiongkok yang terus
berlanjut, seiring dengan penurunan investasi khususnya investasi residensial,
koreksi pada sektor manufaktur, dan pengendalian laju pertumbuhan kredit.
Meskipun demikian, penguatan konsumsi dalam negeri, rencana paket stimulus, dan
membaiknya pasar tenaga kerja Tiongkok diharapkan dapat mempertahankan
momentum pertumbuhan. Di sisi lain, negara-negara di kawasan Asia Timur lainnya
seperti Hongkong, Korea Selatan, dan Taiwan diperkirakan juga tumbuh melambat.
Hal ini disebabkan penurunan wisatawan dari Tiongkok ke Hongkong, penurunan
HSBC PMITM Korea Selatan menjadi yang terendah dalam 21 bulan terakhir pada
13 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
bulan Mei 2015, dan tingkat ekspor Korea Selatan yang terkontraksi pada bulan Juni
2015, serta penurunan invetasi dan belanja pemerintah Taiwan.
Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 didorong oleh
rendahnya harga komoditas, penguatan konsumsi domestik, dan kenaikan
permintaan global yang berdampak pada ekspor. Sektor keuangan Tiongkok terkena
dampak dari pertumbuhan tidak proporsional dalam tiga triwulan terakhir. Hal ini
berdampak terhadap koreksi di pasar saham, dan berimplikasi terhadap tingkat
konsumsi, serta investasi Tiongkok sepanjang triwulan II tahun 2015. Namun
demikian, kebijakan stimulus diperkirakan terus berlanjut untuk menjaga agenda
reformasi, mengantisipasi penurunan harga-harga komoditas, dan memperbaiki
pertumbuhan dari perdagangan luar negeri. Pada tahun 2016, harga komoditas
diperkirakan kembali meningkat, sehingga mendorong pelemahan ekonomi. ADB
menyarankan pemerintah Tiongkok untuk melaksanakan kebijakan fiskal yang
proaktif, dan kebijakan moneter yang akomodatif.
Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan pada tahun
2015 dan 2016 semakin membaik disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India
yang cenderung stabil, penguatan di sektor pertanian akibat angin monsoon pada
musim panen, sektor manufaktur, kenaikan jumlah proyek investasi dan perolehan
pajak tidak langsung di India. Di sisi lain, perlambatan aktivitas ekonomi negara-
negara lain dapat memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan kawasan Asia
Selatan. Kondisi ini disebabkan oleh resiko geopolitik di Pakistan, Bangladesh dan
Sri Lanka, pelemahan investasi infrastruktur di Maladewa, serta lambatnya
pemulihan ekonomi akibat gempa besar di Nepal.
Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring
dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.
Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara eksportir energi seperti Azerbaijan,
Kazakhstan, Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat penurunan harga
minyak mentah dan gas. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara-negara importir
energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta Tajikistan juga melambat karena
pelemahan konsumsi domestik akibat remittances yang lebih rendah. Pada tahun
2016, pelemahan ekonomi pada sebagian besar negara-negara eksportir, rendahnya
permintaan dalam negeri, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia akan menahan
laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia Tengah.
Pertumbuhan Kawasan ASEAN mengalami perlambatan, dan menyebar ke sebagian
besar negara di kawasan tersebut. Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun
2015 diperkirakan melambat seiring penundaan pencairan anggaran, penerimaan
pajak dibawah target, realisasi bertahap keuntungan investasi akibat reformasi
ekonomi, perbaikan kinerja ekspor, dan penurunan harga komoditas terus menurun.
Namun demikian, tingkat ekspor dan invetasi akan pulih pada tahun 2016.
14 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Perekonomian Thailand juga mengalami perlambatan akibat penurunan harga
komoditas yang berpengaruh besar pada sektor pertanian dan meningkatnya utang
rumah tangga, meskipun konsumsi swasta, penguatan sektor pariwisata, dan
investasi meningkat. Di sisi lain, perlambatan ekonomi juga terjadi di negara Asia
Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam akibat penurunan harga
komoditas global.
Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015, proyeksi pertumbuhan ekonomi
Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan pada sektor
manufaktur sebesar 4,0 persen menyebabkan penurunan output rekayasa
transportasi, dan industri biomedis. Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan
oleh sektor jasa khususnya perdagangan besar, retail, dan bisnis jasa. Faktor-faktor
sepertinya penurunan harga minyak mentah akan berdampak pada kinerja
beberapa sektor, dan indutsri yang terkait pariwisata akan dipengaruhi penurunan
jumlah wisatawan yang datang dalam satu tahun.
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA
Pada triwulan II tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami
fluktuasi akibat kekhawatiran pasar minyak mentah akibat kondisi oversupply. Tren
harga minyak mentah menurun pada triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh
kemungkinan penghapusan sanksi ekonomi terkait kesepakatan nuklir Iran, dan
kekhawatiran penurunan permintaan energi Eropa akibat potensi gagal bayar utang
Yunani kepada IMF. Sementara itu, minyak mentah dari Nigeria mulai mencari pasar
ke Amerika Serikat, dan kebijakan baru dari pemerintah Amerika Serikat
mengizinkan ekspor kondensat. Kondisi ini dapat mendorong harga minyak mentah
semakin terpuruk mengingat Amerika Serikat merupakan konsumen minyak kedua
terbesar di dunia. Demikian pula dengan kebijakan efisiensi penggunaan bahan
bakar minyak, dan lemahnya permintaan minyak mentah akibat perlambatan
ekonomi negara-negara maju semakin menekan pasar global.
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)
Harga Minyak Mentah Dunia
Rata-rata Triwulanan Rata-rata Bulanan
2014 2015 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Apr Mei Juni
Crude Oil (Rata-rata) 103.7 106.3 100.4 74.6 51.6 60.4 57.5 62.5 61.3 Crude Oil; Brent 107.9 109.8 102.1 76.0 53.9 62.1 59.4 64.6 62.3 Crude Oil; Dubai 104.4 106.1 101.5 74.6 52.2 61.4 58.8 63.7 61.8 Crude Oil; WTI 98.7 103.1 97.5 73.2 48.6 57.8 54.4 59.3 59.8 Indonesian Crude Price Oil 103.7 106.3 100.4 74.6 51.6 59.1 57.9 61.9 59.4
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar
internasional. Peningkatan harga minyak ICP disebabkan oleh supply minyak OPEC
pada bulan Mei 2015 mengalami kenaikan 0,023 juta barel per hari atau menjadi
30,972 juta barel per hari. Selain itu, laporan Energy Information Administration
15 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
menyatakan tingkat stok dan distillate fuel oil Amerika Serikat selama bulan Juni
2015 masing-masing mengalami peningkatan menjadi 218,5 juta barel, dan 135,4
juta barel dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk kawasan Asia
Pasifik, penguatan harga minyak mentah disebabkan oleh peningkatan ekspor
minyak mentah Iran meskipun perlambatan ekonomi Tiongkok masih perlu
diwaspadai.
Gambar 1. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
16 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Box 1. Dampak Devaluasi Yuan Terhadap Perekonomian Indonesia
Perekonomian Tiongkok kembali melambat pada triwulan II tahun 2015.
Pertumbuhan yang melambat merupakan bagian dari proses rebalancing
perekonomian Tiongkok, sehingga dapat tumbuh sesuai target sebesar 7,0 persen
(YoY). Perlambatan ekonomi Tiongkok triwulan II tahun 2015 disebabkan oleh
penurunan harga komoditas global dan kinerja sektor manufaktur, pengurangan
jumlah buruh pabrik-pabrik paling tajam dalam enam tahun terakhir, kinerja ekspor
pada bulan Juni 2015 hanya tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY), serta surplus neraca
perdagangan terus menurun hingga mencapai USD 46,54 miliar pada bulan Juni
2015. Pasar keuangan Tiongkok juga terkena dampak dari perlambatan ekonomi
seperti capital loss terbesar dalam delapan tahun terakhir, pada 8 juni 2015 indeks
harga saham turun tajam hingga posisi 3.507,19, serta dalam sepuluh menit lebih
dari 1.000 saham turun di pasar saham Shanghai dan Shenzen hingga
terkena autorejection.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meredam perlambatan ekonomi adalah
devaluasi mata uang. Pada 11 agustus 2015, People's Bank of China (PBoC)
melakukan devaluasi atas nilai tukar harian yuan sekitar 2,0 persen atau terbesar
sepanjang sejarah, menjadi sebesar CNY 6,3306 per USD atau level terendah dalam
35 bulan terakhir. Kebijakan ini dilakukan bertujuan untuk mecegah pelemahan
kinerja ekspor dan mencegah capital outflow. Namun demikian, beberapa
pertimbangan lain juga mendasari PBoC diantaranya menjaga nilai tukar Yuan
terhadap US Dolar dengan stabil dengan kebijakan trading band, dan menjadikan
mata uang Yuan sebagai Global Reserve Currency. Trading band adalah kebijakan
pemerintah hanya memperbolehkan fluktuasi mata uang Yuan terhadap mata uang
Internasional sebesar persentase tertentu per hari. Upaya pemerintah Tiongkok
menjadikan Yuan sebagai mata uang internasional semakin terlihat melalui lobi
kepada IMF untuk menyertakan Yuan dalam Special Drawing Rights (SDR) dan
perkirakan kebijakan devaluasi berlaku dalam jangka panjang.
Devaluasi Yuan memberikan dampak penurunan kinerja berbagai bursa saham
dunia seperti Dow Jones turun sebesar 1,21 persen dan Euro Stox turun sebesar
2,52 persen. Selain itu, pengaruh devaluasi Yuan juga berdampak pada indeks saham
mayoritas negara Asia. Pada 12 agustus 2015, indeks Nikkei dan Topix turun 1,2
persen, indeks Hangseng 2,38 persen, indeks FTSE Straits Time turun 2,90 persen,
dan indeks KOSPI turun 0,56 persen.
17 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Kebijakan devaluasi Yuan menyebabkan kekhawatiran cukup besar bagi
perekonomian Indonesia. Kinerja IHSG turun hingga 3,1 persen atau penurunan
paling tajam di dunia pada sesi perdagangan 12 agustus 2015. Selain itu,
pertumbuhan ekspor komoditas semakin mengecil seiring dengan penurunan
permintaan bahan baku industri Tiongkok, fluktuasi harga minyak mentah dunia,
dan kenaikan jumlah barang-barang impor dari Tiongkok semakin besar akan
menjadi setimen negatif bagi perekonomian Indonesia. Devaluasi Yuan juga
menyebabkan spekulasi penundaan kenaikan federal fund rate oleh The Fed yang
berimplikasi pada apresiasi USD, dan depresiasi Rupiah semakin dalam. Dengan
demikian, perekonomian Indonesia hanya mengandalkan konsumsi domestik untuk
mengatasi dampak ekonomi akibat devaluasi Yuan. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan pemerintah Indonesia seperti keep buying policy melalui peningkatan
penyerapan belanja sosial seperti bantuan tunai, program padat karya, menaikkan
pendapatan tidak kena pajak (PTKP), dan insentif pajak jika perusahaan tidak PHK
akan menjaga daya beli masyarakat tetap stabil.
18 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015 dengan
tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY).
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2015 surplus sebesar USD 2,9
miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan I tahun 2015 yang mencapai
surplus USD 2,4 miliar.
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
19 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perekonomian Indonesia mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015
dengan tumbuh sebesar 4,7 persen (YoY) atau menjadi yang paling rendah sejak
tahun 2009. Pada triwulan II tahun sebelumnya, ekonomi Indonesia mampu tumbuh
sebesar 5,0 persen (YoY). Perlambatan ekonomi Indonesia terutama disebabkan
oleh pelemahan harga komoditas, perlambatan ekonomi negara mitra dagang, dan
ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate. Dari dalam negeri, perlambatan ekonomi
Indonesia dipengaruhi oleh pelemahan pertumbuhan investasi, konsumsi
pemerintah, dan konsumsi rumah tangga.
Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan II Tahun 2015 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi dipicu oleh melambatnya
pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha. Di samping itu, lapangan usaha
Pertambangan dan Penggalian tumbuh terkontraksi akibat pertambangan batubara
yang menurun. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014,
sebanyak dua belas lapangan usaha mengalami perlambatan (YoY). Kedua belas
lapangan usaha tersebut adalah 1) Pengadaan Listrik dan Gas, 2) Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 3) Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum, 4) Jasa Keuangan dan Asuransi, 5) Jasa Perusahaan, 6) Transportasi
dan Pergudangan, 7) Jasa Lainnya, 8) Konstruksi, 9) Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 10) Informasi dan Komunikasi, 11) Industri
Pengolahan, dan 12) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Di sisi lain, sebanyak empat
lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014.
Keempat lapangan usaha tersebut adalah 1) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib, 2) Jasa Pendidikan, 3) Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan, dan 4) Real Estat.
20 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan II tahun 2015 semakin
menurun dengan kontraksi sebesar 5,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan II tahun 2014 yang terkontraksi 1,1 persen (YoY). Penurunan
pertumbuhan ini terjadi karena kontraksi pada pertambangan batu bara dan lignit
dengan kontraksi sebesar 24,2 persen (YoY). Sementara itu, pertambangan bijih
logam serta minyak, gas, dan panas bumi juga menurun 7,1 persen dan 2,2 persen
(YoY).
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY)
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,2 4,6 3,5 4,6 5,3 5,0 3,6 2,8 4,0 6,6
Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,7 2,7 -2,0 1,1 0,8 2,2 -1,2 -5,9
Industri Pengolahan 4,7 5,4 3,7 4,2 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,4
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es
9,8 4,7 2,4 4,4 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
3,5 3,6 4,7 4,5 3,6 3,2 2,8 2,7 2,3 2,2
Konstruksi 5,4 6,3 6,5 6,2 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3,0 4,8 4,9 6,1 6,1 5,1 4,8 3,5 4,0 1,7
Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,9 8,3 8,9 8,4 8,5 8,0 7,1 6,3 6,6
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,0 7,0 6,9 6,3 6,5 6,4 5,9 4,9 3,6 3,9
Informasi dan Komunikasi 10,6 11,4 10,1 9,5 9,8 10,5 9,8 10,0 10,1 9,6
Jasa Keuangan dan Asuransi 13,2 11,0 9,2 3,5 3,2 4,9 1,5 10,2 7,6 2,5
Real Estate 8,9 7,7 5,4 4,3 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0
Jasa Perusahaan 7,8 7,6 8,2 8,0 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1,6 -2,1 6,4 3,8 2,9 -2,5 2,6 6,9 4,7 6,5
Jasa Pendidikan 11,7 3,2 8,6 9,4 5,2 5,4 7,3 7,1 5,9 12,2
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
6,9 5,2 8,3 10,7 7,7 8,5 9,9 6,1 7,3 8,2
Jasa lainnya 5,6 5,6 6,2 8,2 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7
Sumber: Badan Pusat Statistik
Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga dipicu oleh pertumbuhan Penyediaan
Listrik dan Gas sebesar 0,8 persen (YoY) yang pada triwulan II tahun sebelumnya
dapat tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY). Perlambatan ini terjadi karena kontraksi
pada pengadaan gas dan produksi es sebesar 7,9 persen (YoY).
21 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Selain itu, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor juga
melambat dengan hanya tumbuh sebesar 1,7 persen meskipun pada triwulan yang
sama tahun sebelumnya mampu tumbuh 5,1 persen (YoY). Kontraksi pada
perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya sebesar 3,6 persen (YoY)
menyebabkan perlambatan pertumbuhan lapangan usaha ini. Perlambatan
pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum dengan pertumbuhan 3,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan II tahun 2014 sebesar 6,5 persen (YoY).
Perlambatan juga terjadi pada Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 7,6
persen (YoY) pada triwulan II tahun 2015 meskipun pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya mampu tumbuh sebesar 10,0 persen (YoY). Transportasi dan
Pergudangan tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2015 atau
melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II tahun 2014 sebesar
8,5 persen (YoY). Hal ini terjadi akibat perlambatan pertumbuhan angkutan rel yang
hanya tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY).
Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY), juga melambat dibandingkan
dengan triwulan II tahun 2014 yang besarnya 4,8 persen (YoY) akibat kontraksi
yang besar pada industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 6,3 persen. Di samping itu,
terjadi kontraksi pada industri kertas dan barang dari kertas; percetakan dan
reproduksi sebesar 3,1 persen (YoY); industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan
barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya sebesar 2,0 persen (YoY); serta
industri batubara dan pengilangan migas sebesar 1,9 persen (YoY).
Sementara itu, kinerja Jasa Pendidikan yang tumbuh sebesar 12,2 persen (YoY)
cukup berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan
II tahun 2015. Pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, lapangan usaha ini
hanya mampu tumbuh 5,4 persen (YoY). Meskipun melambat dibandingkan dengan
triwulan II tahun 2014 yang mampu tumbuh 10,5 persen (YoY), kinerja Informasi
dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 9,6 persen (YoY) juga berperan
dalam mendorong perekonomian. Pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh
pertumbuhan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 8,1 persen (YoY)
meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan yang sama
pada tahun sebelumnya sebesar 8,5 persen (YoY).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2015
masih ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,0 persen
(YoY), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh
5,1 persen (YoY). Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang paling tinggi adalah
perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang tumbuh 6,1 persen, diikuti
restoran dan hotel yang tumbuh 5,3 persen (YoY), serta kesehatan dan pendidikan
sebesar 5,2 persen (YoY).
22 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
URAIAN 2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga
5,5 5,2 5,4 5,4 5,4 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,7 22,8 5,6 -0,2 -8,3 -7,9
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,0 3,2 12,4 7,9 6,1 -1,5 1,3 2,8 2,7 2,3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
7,9 5,5 6,0 2,1 4,7 3,7 3,9 4,3 4,3 3,6
Ekspor Barang dan Jasa 3,5 2,1 1,3 9,4 3,2 1,4 4,9 -4,5 -0,9 -0,1
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
2,9 0,9 4,9 -0,9 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,3 -6,9
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pada triwulan II tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit
yang Melayani Rumah Tangga) terkontraksi sebesar 7,9 persen (YoY), menurun
tajam dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan II tahun
2014 sebesar 22,8 persen (YoY).
Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh 2,3 persen (YoY), lebih
tinggi dibandingkan pada triwulan II tahun 2014 yang terkontraksi sebesar 1,5
persen (YoY). Perlambatan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan II
tahun 2015 didorong oleh pertumbuhan pada konsumsi individu yang hanya
mampu tumbuh sebesar 13,0 persen (YoY) meskipun konsumsi kolektif terkontraksi
3,7 persen (YoY) sedangkan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya
terkontraksi masing-masing 1,4 persen (YoY) dan 1,6 persen (YoY).
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan II tahun 2015 tumbuh
sebesar 3,6 persen (YoY), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
PMTB pada triwulan II tahun 2014 yang besarnya mencapai 3,7 persen (YoY).
Perlambatan PMTB terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan kendaraan
sebesar 7,5 persen (YoY) serta mesin dan perlengkapan sebesar 5,6 persen (YoY).
Selain itu, terjadi perlambatan pada produk kekayaan intelektual yang tumbuh
sebesar 4,2 persen (YoY) dan bangunan yang tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY) pada
triwulan II tahun 2014.
Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana
ekspor barang dan jasa masih terkontraksi sebesar 0,1 persen (YoY), memburuk
dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang pertumbuhannya mencapai 1,0 persen
(YoY). Pertumbuhan negatif tersebut terjadi akibat ekspor barang non-migas yang
terkontraksi sebesar 1,5 persen (YoY). Meskipun demikian, ekspor barang migas
mampu tumbuh tinggi sebesar 8,0 persen (YoY), meningkat tajam dibandingkan
23 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
dengan triwulan II tahun 2014 yang pertumbuhannya terkontraksi sebesar 8,8
persen (YoY). Selain itu, ekspor jasa juga tumbuh 1,3 persen (YoY), meskipun
melambat dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,2 persen
(YoY). Di sisi lain, impor barang dan jasa terkontraksi sebesar 6,8 persen (YoY) atau
menurun dibandingkan triwulan II tahun 2014 yang tumbuh sebesar 0,4 persen
(YoY). Penurunan pertumbuhan impor terjadi akibat menurunnya pertumbuhan
impor barang non-migas dan jasa yang masing-masing tumbuh 11,1 dan 1,5 persen
(YoY). Dengan demikian, net ekspor mencapai Rp 31.933 triliun.
Indeks Tendensi Konsumen
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan II tahun 2015 mencapai 105,2 basis
poin yang menunjukkan kondisi ekonomi konsumen sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ekonomi konsumen
disebabkan oleh peningkatan pada semua komponen indeks. Komponen pendapatan
rumah tangga meningkat dengan nilai sebesar 104,4. Selain itu, komponen pengaruh
inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari serta tingkat konsumsi beberapa
komoditi makanan juga meningkat dengan nilai sebesar 105,6 basis poin. Tingkat
optimisme konsumen ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015
yang mencapai 100,9.
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pendapatan rumah tangga 108,8 110,7 113,5 106,1 96,63 104,4
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari 110,4 112,6 109,9 106,3 109,0 105,6
Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)
112,5 108,5 113,2 113,0 100,7 105,6
Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2
Sumber: Badan Pusat Statistik
Meskipun pada triwulan II tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun 5,0 persen (YoY),
masih terdapat optimisme konsumen yang menganggap triwulan II tahun 2015
lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme konsumen
diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2015 dengan
ITK sebesar 112,2 basis poin. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen
pada triwulan II tahun 2015 terutama didorong oleh peningkatan perkiraan
pendapatan rumah tangga sebesar 115,5 dan peningkatan rencana pembelian
barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan sebesar 106,4.
24 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Gambar 3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia melemah pada bulan April 2015 yang
besarnya 107,4. Pada bulan Mei 2015, nilai IKK meningkat menjadi sebesar 112,8.
Namun pada bulan Juni 2015, IKK mengalami pelemahan menjadi 111,3. Pelemahan
kembali terjadi pada bulan Juli 2015 dengan nilai IKK sebesar 109,9. Pelemahan
tersebut terutama didorong oleh melemahnya kedua komponen pembentuknya baik
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
yang masing-masing turun sebesar 1,5 poin dari bulan sebelumnya.
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Oktober 2014 – Juli 2015
KETERANGAN 2014 2015
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 120,6 120,1 116,5 120,2 120,2 116,9 107,4 112,8 111,3 109,9
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
113,3 114,1 110,2 109,7 110,3 107,5 98,9 102,6 100,3 98,8
Penghasilan saat ini 129,1 128,1 123,8 124,5 124,5 124,8 118,2 120,9 120,5 114,6
Ketersediaan lapangan kerja 99,5 103,2 100,5 96,5 95,6 93,5 84,3 89,5 86,1 84,9
Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
111,2 110,9 106,4 108,2 110,8 104,2 94,3 98,5 94,3 97,0
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 128,0 126,1 122,8 130,7 130,2 126,2 115,9 122,9 122,4 120,9
Ekspektasi Penghasilan 135,4 135,5 133,2 143,4 144,1 141,9 135,1 139,5 138,7 137,7
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
118,7 116,1 113,9 114,7 113,6 110,5 101,7 107,5 105,9 104,7
Ekspektasi Kegiatan Usaha 129,9 126,6 121,3 133,9 132,7 126,2 111,1 121,9 122,5 120,4
Sumber: Bank Indonesia
Pada bulan Juli 2015, terjadi pelemahan IKE dibandingkan dengan bulan
sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden terhadap penghasilan yang
menurun dari 120,5 pada bulan Juni 2015 menjadi sebesar 114,6 pada bulan Juli
2015. Selain itu, pelemahan IKE juga disebabkan oleh persepsi responden terhadap
ketersediaan lapangan kerja yang juga menurun dari 86,1 pada bulan Juni 2015
25 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
menjadi sebesar 84,9 pada bulan Juli 2015. Meskipun demikian, indeks persepsi
responden terhadap ketepatan waktu pembelian barang tahan lama pada bulan Juli
2015 sebesar 97,0 meningkat dibandingkan dengan bulan Juni 2015.
Di sisi lain, IEK pada bulan Juli 2015 sebesar 120,9 lebih rendah dibandingkan
dengan IEK pada bulan Juni 2015 yang besarnya 122,4. Pada bulan Juli 2015, indeks
ekspektasi kegiatan usaha yang melemah menyebabkan pelemahan IEK dengan nilai
indeks sebesar 120,4 dari 122,5 pada bulan Juni 2015. Sementara itu, indeks
ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan indeks ekspektasi penghasilan juga
mengalami pelemahan masing-masing sebesar 1,2 dan 1,0 poin.
Gambar 4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2014 – Juli 2015
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Trend penurunan IKK terjadi pada bulan April–Juli 2015. Pada bulan April 2015,
pertumbuhan IKK sempat menurun tajam hingga 5,7 persen (YoY). Pertumbuhan
IKK pada bulan Mei 2015 melambat menjadi sebesar 3,5 persen (YoY). Sementara
pada bulan Juni 2015, IKK mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,3 persen
(YoY) dan kembali menurun tajam hingga 8,3 persen (YoY) pada bulan Juli 2015.
Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2015 surplus sebesar
USD 2,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan I tahun
2015 yang mencapai surplus USD 2,4 miliar. Menguatnya kinerja NPI tersebut
disebabkan oleh membaiknya defisit neraca transaksi berjalan dengan defisit
sebesar USD 4,5 miliar (2,1 persen PDB). Pada triwulan sebelumnya, defisit neraca
transaksi berjalan mencapai USD 9,6 miliar (4,3 persen PDB). Di sisi lain, surplus
neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II tahun 2015 sebesar USD 2,5
miliar lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan I tahun 2015
sebesar USD 6,3 miliar. Sejalan dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan II tahun 2015 mencapai USD 108,0 miliar atau setara dengan 6,8 bulan
impor.
26 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Gambar 5. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja defisit neraca transaksi berjalan yang membaik pada triwulan II tahun 2015
didorong oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan non-migas sebesar USD
5,9 miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang surplus sebesar USD 3,9
miliar. Kenaikan surplus ini terjadi seiring dengan kenaikan ekspor non-migas
menjadi sebesar USD 34,7 miliar dari USD 33,1 miliar pada triwulan sebelumnya
serta penurunan impor non-migas menjadi USD 28,8 miliar dari USD 29,1 miliar
pada triwulan sebelumnya seiring dengan melambatnya permintaan domestik.
Gambar 6. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas sebesar USD 2,1 miliar semakin
menurun dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD 1,3
miliar akibat akselerasi impor migas yang lebih tinggi dibanding ekspor migas.
Ekspor migas meningkat sebesar USD 4,6 miliar dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar USD 4,4 miliar. Namun, penurunan terjadi pada impor migas
sebesar USD 6,8 miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 5,6
miliar.
27 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Defisit neraca perdagangan jasa pada triwulan II tahun 2015 sebesar USD 2,6 miliar,
lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada triwulan I tahun 2015 sebesar USD 1,9
miliar. Peningkatan defisit neraca perdagangan jasa dipengaruhi oleh menurunnya
net penerimaan jasa perjalanan akibat turunnya penerimaan dari wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia dan bertambahnya penduduk
Indonesia yang bepergian ke luar negeri selama masa liburan sekolah.
Di sisi lain, surplus neraca transaksi finansial yang menurun dipengaruhi oleh
ketidakpastian di pasar keuangan global akibat terus meningkatnya kekhawatiran
investor. Hal ini mendorong aliran masuk modal asing pada instrumen finansial
domestik yang masih cukup besar. Selain itu, arus keluar investasi penduduk ke luar
negeri terutama dalam bentuk penempatan simpanan swasta di luar negeri juga
mempengaruhi penurunan surplus neraca transaksi modal dan finansial. Pada
triwulan II tahun 2015, aliran investasi langsung sebesar USD 6,7 miliar lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 5,8 miliar seiring dengan
penarikan pinjaman dari pihak afiliasi yang lebih tinggi, di saat aliran modal asing
langsung melalui ekuitas sedikit lebih rendah.
Gambar 7. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan II Tahun 2015
Sumber : Bank Indonesia
Investasi portofolio mencapai surplus sebesar USD 5,8 miliar, meskipun lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 8,8 miliar. Masih
berlanjutnya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate, terus menurunnya
harga komoditas, melambatnya perekonomian Tiongkok, melemahnya
perekonomian domestik dan melemahnya nilai tukar Rupiah memengaruhi
penurunan investasi portofolio.
Sementara itu, investasi lainnya defisit sebesar USD 6,9 miliar atau lebih rendah
dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD 4,9 miliar. Hal
28 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
ini terutama dipengaruhi oleh transaksi penempatan simpanan sektor swasta
domestik di luar negeri dan peningkatan piutang dagang yang sejalan dengan
peningkatan ekspor. Selain itu, penarikan pinjaman luar negeri juga menurun akibat
perlambatan perekonomian domestik.
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan II Tahun 2015
2013 2014 2015
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
I. Transaksi Berjalan -6,0 -10,1 -8,6 -4,3 -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,1 -4,5
A. Barang 1,6 -0,6 0,1 4,7 3,4 -0,4 1,6 2,4 3,1 4,1
- Ekspor 44,9 45,2 43,8 48,1 43,9 44,5 43,6 43,2 37,8 39,7
- Impor -43,3 -45,8 -43,7 -43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6
1. Barang Dagangan Umum
1,3 -0,8 -0,5 4,2 2,8 -703,0 1,2 2,2 2,7 3,8
- Ekspor, fob. 44,6 45,0 43,2 47,5 43,4 44,2 43,2 42,9 37,5 39,4
- Impor, fob. -43,3 -45,8 -43,7 -43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6
1. Non-migas 4,1 1,3 2,1 6,3 5,6 2,5 4,3 4,9 3,9 5,9
a. Ekspor 36,1 37,0 34,7 38,9 35,8 36,7 36,0 36,6 33,1 34,7
b. Impor -32,0 -35,8 -32,6 -32,6 -30,2 -34,2 -31,6 -31,6 -29,1 -28,8
2. Migas -2,9 -2,1 -2,6 -2,1 -2,7 -3,2 -3,1 -2,8 -1,3 -2,1
a. Ekspor 8,5 7,9 8,5 8,7 7,6 7,5 7,3 6,4 4,4 4,6
b. Impor -11,3 -10,0 -11,2 -10,8 -10,3 -10,7 -10,4 -9,2 -5,6 -6,8
2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3
- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3
- Impor, fob. -9,0 -7,0 -7,0 -8,0 -6,0 -5,0 -6,0 -7,0 -4,0 -4,0
B. Jasa - jasa -2,6 -3,6 -2,8 -3,1 -2,1 -2,8 -2,5 -2,6 -1,9 -2,6
II. Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
III. Transaksi Finansial 0,0 8,7 4,5 8,7 7,1 13,9 14,7 8,9 6,3 2,5
1. Investasi langsung 3,3 3,3 5,5 0,2 3,2 3,7 6,0 3,0 2,3 3,6
2. Investasi portofolio 3,8 3,8 1,5 1,8 8,7 8,0 7,4 1,9 8,8 5,8
3. Investasi lainnya -6,9 1,6 -2,2 6,8 -4,8 2,1 1,4 4,1 -4,9 -6,9
IV. Total (I + II + III) -6,0 -1,4 -4,1 4,4 2,2 4,3 7,7 3,0 2,2 -2,0
V. Selisih Perhitungan Bersih
-0,6 -1,0 1,5 0,0 -0,1 0,0 -1,2 -0,6 -0,9 -0,9
VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)
-6,6 -2,5 -2,6 4,4 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9
- Posisi Cadangan Devisa 104,8 98,1 95,7 99,4 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0
Dalam Bulan Impor 5,7 5,4 5,2 5,5 5,7 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8
Transaksi Berjalan (%PDB)
-2,7 -4,5 -3,9 -2,1 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -1,9 -2,1
Sumber : Bank Indonesia
29 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Sampai dengan triwulan II tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp
186,1 triliun.
Sampai dengan triwulan II tahun 2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.864,2
triliun.
Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada
akhir tahun 2010 menjadi Rp 2.171,2 triliun pada triwulan II tahun 2015.
Sampai dengan bulan triwulan II tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri (bruto)
mencapai Rp 11,8 triliun atau 24,2 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P
2015.
30 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Pembiayaan Utang Pemerintah
Dalam tahun 2015, utang pemerintah ditargetkan mencapai Rp 279,4 triliun (neto)
yang terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 297,7 triliun, pinjaman luar
negeri (neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto)
sebesar Rp 1,7 triliun. Dalam lima tahun terakhir, utang pemerintah terus
menunjukkan peningkatan. Tabel 13 di bawah menunjukkan perkembangan
pembiayaan utang pemerintah selama lima tahun terakhir. Dalam periode 5 tahun
terkahir (2010-2014), realisasi pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata
sebesar 30,6 persen. Pada tahun 2010 pembiayaan utang pemerintah mencapai
sebesar Rp 86,9 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 252,2 triliun di tahun 2014.
Di tahun 2014, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp 265,0
triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp 13,4 triliun, dan pinjaman
dalam negeri (neto) sebesar Rp 0,6 triliun.
Tabel 13.Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2010 - Triwulan II Tahun 2015 (triliun )
Jenis Pembiayaan Utang
I SBN (Neto) 91,1 119,9 159,7 224,6 265,0 297,7 30,6
II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (4,6) (17,8) (23,5) (5,8) (13,4) (20,0) 31,0
a. Penarikan (Bruto) 54,8 33,7 31,4 49,5 48,1 48,6 (3,2)
i. Pinjaman Program 29,0 15,3 15,0 18,4 17,8 7,5 (11,5)
ii. Pinjaman Proyek 17,1 14,3 12,6 31,1 30,3 41,1 15,4
b. Penerusan Pinjaman (8,7) (4,2) (3,8) (3,9) (3,0) (4,5) (23,2)
c. Pembayaran Cicilan Pokok (50,6) (47,3) (51,1) (57,2) (64,2) (64,2) 6,1
III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0,4 0,6 0,8 0,5 0,6 1,7 12,9
Jumlah 86,9 102,7 137,0 219,3 252,2 279,4 30,5
Real
2010
Real
2011
Real
2012
Rata-Rata
2010-2014
Real
2013
Real
2014
APBN-P
2015
Sumber : Kementerian Keuangan
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang
Pagu dan realisasi pembiayaan utang sampai dengan triwulan II tahun 2015 pada
dilihat pada tabel 14. Selama tahun 2015, target pembiayaan melalui pinjaman
(neto) adalah sebesar negatif Rp 18,3 triliun yang terdiri dari pinjaman luar negeri
(neto) sebesar negatif Rp 20,0 triliun dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp
1,7 triliun. Sementara itu, target pembiayaan melalui SBN (neto) adalah sebesar Rp
297,7 triliun. Sampai dengan Triwulan II tahun 2015, realisasi pembiayaan utang
seluruhnya mencapai Rp 186,1 triliun. Jumlah ini mencapai 66,6 persen dari nilai
yang ditetapkan pada APBN-P 2015.
31 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Triliun Rupiah)
TOTAL (neto) 217,4 246,5 279,4 186,1 66,6%
PINJAMAN (neto) -7,3 -18,5 -18,3 -20,2 110,1%
Pinjaman Luar Negeri (neto) -7,7 -19,2 -20,0 -20,5 102,5%
- Pinjaman Program 18,4 17,8 7,5 1,3 16,7%
- Pinjaman Proyek 35,0 30,3 41,1 10,5 25,6%
- Penerusan Pinjaman (SLA) -3,9 -3,0 -4,5 -0,6 14,2%
- Pembayaran Cicilan Pokok ULN -57,2 -64,2 -64,2 -31,6 49,3%
Pinjaman Dalam Negeri (neto) 0,4 0,6 1,7 0,3 19,6%
- Pinjaman Dalam Negeri 0,5 0,8 2,0 0,4 20,1%
-Pembayaran Cicilan Pokok PDN 0,1 0,1 0,3 0,1 22,8%
SURAT BERHARGA NEGARA (neto) 224,7 265,0 297,7 206,3 69,3%
- SBN 327,7 428,1 452,2 286,6 63,4%
- Jatuh tempo dan Buyback SBN -103,1 163,2 -154,5 -80,3 52,0%
Real 2014APBN-P
2015Real 2015 PersentaseINSTRUMEN Real 2013
Sumber : Kementerian Keuangan
Berdasarkan komposisinya, sampai dengan triwulan II tahun 2015, realisasi
pembiayaan utang melalui SBN (neto) memiliki porsi terbesar, yakni sebesar Rp
206,3 triliun atau mencapai 69,3 persen dari nilai yang ditetapkan dalam APBN-P
2015. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh pinjaman luar negeri dan pinjaman
dalam negeri. Sampai dengan triwulan II tahun 2015, realisasi pinjaman (neto)
mencapai negatif Rp 20,2 triliun. Realisasi pinjaman luar negeri (neto) mencapai
sebesar negatif Rp 20,5 triliun atau melebihi target 2,5 persen dari nilai yang
ditetapkan di dalam APBN-P 2015 yang mencapai negatif Rp 20,0 triliun. Sementara
itu, sampai dengan akhir triwulan II tahun 2015, realisasi pinjaman dalam negeri
(neto) mencapai angka Rp 0,3 triliun atau mencapai sebesar 19,6 persen dari nilai
APBN-P 2015 yang ditargetkan sebesar Rp 1,7 triliun.
Posisi Utang Pemerintah
Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2010 – triwulan II tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 15. Dalam kurun waktu 2010-Juni 2015, total utang pemerintah
pusat meningkat rata-rata sebesar 11,2 persen. Sampai dengan triwulan II tahun
2015, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.864,2 triliun. Total utang
pemerintah tersebut terdiri atas dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman
dan dalam bentuk SBN. Sampai dengan triwulan II tahun 2015, outstanding
pinjaman pemerintah mencapai sebesar Rp 692,9 triliun atau naik rata-rata sebesar
2,3 persen dalam kurun waktu 2010–triwulan II tahun 2015. Sementara itu,
outstanding SBN sampai dengan triwulan II tahun 2015 mencapai Rp 2.171,2 triliun,
atau meningkat rata-rata sebesar 15,3 persen.
32 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah Tahun 2010 s.d. Triwulan II Tahun 2015 Rata-Rata
2010 2011 2012 2013 2014 2010-2015
Total Utang Pemerintah Pusat 1.681,66 1.808,95 1.977,71 2.375,49 2.604,94 2.864,18 11,2
a Pinjaman 617,26 621,29 616,61 714,44 673,72 692,94 2,3
1. Pinjaman Luar Negeri 616,87 620,28 614,81 712,17 670,81 689,38 2,2
Bilateral*) 380,67 381,66 359,80 383,53 332,22 334,49 -2,6
Multilateral**) 208,28 212,96 230,23 288,29 292,01 307,04 8,1
Komersil***) 27,34 25,15 24,37 40,00 46,34 47,65 11,8
Suppliers***) 0,57 0,50 0,41 0,35 0,24 0,21 -18,2
Lain-Lain***) - - - - - -
2. Pinjaman Dalam Negeri 0,39 1,01 1,80 2,27 2,91 3,56 55,6
b SBN 1.064,40 1.187,66 1.361,10 1.661,05 1.931,22 2.171,24 15,3
Denominasi Valas 161,97 195,63 264,91 399,40 456,62 554,29 27,9
Denominasi Rupiah 902,43 992,03 1.096,19 1.261,65 1.474,60 1.616,95 12,4
Outstanding (dalam IDR triliun)2015
Catatan:
*Termasuk semi commercial
**Beberapa termasuk semi concessional
***Seluruhnya termasuk commercial
Sumber : Kementerian Keuangan
Persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang pemerintah selama 2010-
triwulan II tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 16. Dalam kurun waktu tersebut,
porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan dari
36,7 persen di tahun 2010 menjadi 24,2 persen pada triwulan II tahun 2015.
Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah Tahun 2010 – Triwulan II Tahun 2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Total Utang Pemerintah Pusat (dalam triliun IDR) 1.681,66 1.808,95 1.975,43 2.375,49 2.604,94 2.864,18
a Pinjaman (dalam triliun IDR) 617,26 621,29 614,33 714,44 673,72 692,94
b SBN (dalam triliun IDR) 1.064,40 1.187,66 1.361,10 1.661,05 1.931,22 2.171,24
Denominasi Valas 161,97 195,63 264,91 399,40 456,62 554,29
Denominasi Rupiah 902,43 992,03 1.096,19 1.261,65 1.474,60 1.616,95
Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang 36,7% 34,3% 31,1% 30,1% 25,9% 24,2%
Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang 9,6% 10,8% 13,4% 16,8% 17,5% 19,4%
Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang 53,7% 54,8% 55,5% 53,1% 56,6% 56,5% Sumber: Kementerian Keuangan
Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah terus mengalami
peningkatan dalam kurun waktu 2010-Triwulan II Tahun 2015. Sampai Triwulan II
Tahun 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai 75,8 persen dari total
utang pemerintah. Porsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang
secara rata-rata berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding SBN
valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami peningkatan dari 9,6 persen
pada tahun 2010 menjadi 19,4 persen pada Triwulan II Tahun 2015.
33 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
Surat Berharga Negara (SBN)
Posisi outstanding SBN dalam kurun waktu 2010-triwulan II tahun 2015
ditunjukkan pada tabel 17. Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010
menjadi Rp 2.171,2 triliun pada triwulan II tahun 2015. Dalam kurun lima tahun
terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke
tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN domestik meningkat rata rata
sebesar 12,4 persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada
meningkatnya outstanding SBN domestik. Outstanding SBN domestik meningkat dari
Rp 902,4 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 1.617,0 triliun pada triwulan II tahun
2015.
Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2010 – Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah)
JENIS SBN 31 Des 2010 31-Des-11 31-Des-12 31-Des-13 31-Des-14 31 Juni 2015
I. SBN Rupiah
Fixed Rate 399.724 485.515 576.240 707.391 891.866 994.448
ORI 40.672 31.627 34.153 43.882 54.097 54.098
Variable Rate 142.795 135.063 122.755 122.755 113.344 104.180
Zero Coupon 2.512 2.512 1.263 - - -
SPN 29.795 29.900 22.820 34.050 39.950 46.500
SBSN 25.717 38.988 63.035 87.174 110.704 156.209
SUP 248.432 244.636 240.144 234.870 229.054 225.926
SBR - - - - 2.391 2.391
SDHI 12.783 23.783 35.783 31.533 33.197 33.197
Total SBN Rupiah 902.430 992.025 1.096.193 1.261.655 1.474.603 1.616.948
II. SBN Valas
Total SBN Valas 161.976 195.630 264.907 399.400 456.616 554.292
GRAND TOTAL SBN (I+II) 1.064.406 1.187.655 1.361.100 1.661.055 1.931.218 2.171.240
Asumsi Kurs (IDR/USD) 8.991 9.068 9.670 12.189 12.440 13.332
Asumsi Kurs (IDR/JPY) 110 117 112 116 104 109
Asumsi Kurs (IDR/EUR) 15.133 14.920
Nilai SBN Valas
- INDO (dalam miliar USD) 16,20 18,70 22,95 27,14 29,19 32,19
- SBSN (dalam miliar USD) 0,65 1,65 2,65 4,15 5,00 6,50
- RIEURO (dalam miliar EURO) 1,00 1,00
- RIJPY (dalam miliar JPY) 95,00 95,00 155,00 155,00 155,00 155,00
Komposisi
SBN Rupiah (dalam %) 0,85 0,84 0,81 0,76 0,76 0,74
SBN Valas (dalam %) 0,15 0,16 0,19 0,24 0,24 0,26 Sumber: Kementerian Keuangan
Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu tahun 2010-
triwulan II tahun 2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 27,9
persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp 162,0 triliun pada tahun 2010
menjadi Rp 554,3 triliun pada triwulan II tahun 2015. Dalam mata uang asing,
sampai dengan triwulan II tahun 2015, outstanding SBN valas dalam mata uang USD
adalah sebesar USD 38,69 miliar dan mata uang Yen Jepang sebesar JPY 155,00
34 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
miliar dan dalam mata uang euro sebesar EUR 1 miliar. Penerbitan SBN dalam mata
uang EUR ini dilakukan Pemerintah untuk pertama kalinya pada bulan Juli 2014.
Alasan yang melatarbelakangi penerbitan SBN EUR ini, antara lain (i) sebagai
diversifikasi instrumen dan diversifikasi basis investor, (ii) benchmark yield curve
surat utang RI yang baru, dan (iii) pembiayaan tambahan bagi APBN.
Selanjutnya Eurobonds diharapkan dapat membuka basis investor baru bagi
pemerintah untuk menerbitkan surat utang di masa depan. Permintaan atas Euro
Bonds sangat tinggi yang menunjukkan bahwa kepercayaan asing terhadap
Indonesia makin meningkat. Selain itu strategi yang dilakukan pemerintah ketika
yield dalam dolar naik, maka pemerintah masuk ke Euro dimana yield di Euronya
mengalami penurunan. Imbal hasil (yield) Eurobonds ini juga jauh lebih rendah,
sedangkan harganya juga lebih bagus. Selain membuka basis investor baru,
penerbitan Eurobonds juga diharapkan mampu memperoleh suatu benchmark yield
curve surat utang Indonesia yang baru yang akan menjadi reference bagi para pihak
di Indonesia di kemudian hari dalam menerbitkan Eurobonds.
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Triwulan II Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)
Target Nominal Realisasi % Realisasi
sd 31 Juni 2015
SBN Netto 277.049.800 297.698.382 206.264.334 69,29%
SBN Jatuh Tempo 2015 153.612.324 154.487.324 80.329.701 52,00%
Rencana Buyback 3.000.000 3.000.000 - 0,00%
Kebutuhan Penerbitan 2015 (Gross)* 430.662.124 452.185.706 286.594.035 63,38%
SUN 202.935.000
SUN Domestik 152.560.000
- ON 116.860.000
- SPN 32.700.000
- Private Placement 3.000.000
- SUN RITEL -
SUN Valas 50.375.000
SBSN 83.662.035
SBSN Domestik 57.240.035
SBSN Valas 26.422.000
UraianTarget
APBN-P 2015
Sumber : Kementerian Keuangan
Selanjutnya tabel 18 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2015 (neto)
terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN. Dalam upaya
pemenuhan target pembiayaan SBN neto, penerbitan SBN dilakukan secara periodik.
Kenaikan penerbitan SBN dalam kurun waktu lima tahun terakhir antara lain
ditujukan untuk refinancing. Refinancing tersebut dilakukan melalui penerbitan
utang baru yang mempunyai syarat dan kondisi yang lebih baik. Sampai dengan
triwulan II tahun 2015, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp 206,3 triliun
atau mencapai 69,3 persen persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.
35 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
Posisi kepemilikan SBN domestik sampai dengan triwulan II tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 19 di bawah ini. Dari sisi kepemilikan SBN domestik, sampai
dengan triwulan II tahun 2015, realisasi penerbitan SBN domestik lebih banyak
diserap oleh investor non-bank; terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana,
dan investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN domestik yang
diserap oleh investor non-bank mencapai Rp 906,8 triliun atau 66,9 persen dari total
SBN domestik. Investor perbankan menyerap Rp 369,1 triliun atau 27,2 persen dari
total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar 5,94 persen dimiliki oleh Institusi
Pemerintah.
Selanjutnya dari tabel 19 dapat dilihat juga bahwa kepemilikan SBN domestik oleh
investor non-bank dalam kurun waktu 2010 - triwulan II tahun 2015 meningkat
rata-rata sebesar 14,3 persen. Peningkatan ini lebih besar dibanding peningkatan
kepemilikan SBN domestik oleh investor perbankan yang meningkat rata-rata 11,2
persen dari Rp 217,27 triliun di akhir tahun 2010 menjadi Rp 369,1 triliun pada
triwulan II tahun 2015. Sedangkan kepemilikan SBN domestik oleh Institusi
Pemerintah meningkat tinggi rata-rata sebesar 35,8 persen dari Rp 17,42 triliun di
tahun 2010 menjadi Rp 80,6 triliun pada triwulan II tahun 2015.
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK Per 31 Triwulan II Tahun 2015 (triliun Rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-RataPersentase
Kepemilikan
Bank 217,27 265,03 299,66 335,43 375,55 369,11 11,2 27,21%
Bank BUMN Rekap 131,72 148,64 147,52
Bank Swasta Rekap 54,93 67,33 81,58
Bank Non Rekap 26,26 42,84 62,07
BPD Rekap 1,41 4,32 3,67
Bank Syariah 2,95 1,90 4,83
Institusi Pemerintah 17,42 7,84 3,07 44,44 41,63 80,58 35,8 5,94%
Non Banks 406,52 450,75 517,53 615,38 792,77 906,74 17,4 66,85%
Reksadana 51,16 47,22 43,19 42,50 45,79 56,28 1,9 4,15%
Asuransi 79,30 93,09 83,42 129,55 150,60 161,81 15,3 11,93%
Asing 195,76 222,86 270,52 323,83 461,35 537,53 22,4 39,63%
Dana Pensiun 36,75 34,39 56,46 39,47 43,30 46,32 4,7 3,41%
Sekuritas 0,13 0,14 0,30 0,88 0,81 0,74 41,6 0,05%
Individu 32,48 30,41 32,23 2,38%
Lain lain 43,43 53,05 64,64 46,68 60,51 71,82 10,6 5,29%
Total 641,21 723,62 820,26 995,25 1.209,95 1.356,43 16,2 1,00 Sumber : Kementerian Keuangan
Selanjutnya kenaikan kepemilikan SBN domestik oleh investor non-bank yang
meningkat rata-rata 17,4 persen dalam kurun waktu 2010-2015. Kepemilikan SBN
domestik didominasi oleh investor asing. Dalam kurun waktu 2010-triwulan II
tahun 2015, kepemilikan investor asing pada SBN meningkat rata-rata sebesar 22,4
persen. Besarnya kepemilikan asing mengindikasikan bahwa investor asing
memiliki kepercayaan terhadap kondisi fundamental perekonomian di dalam negeri.
Namun demikian, besarnya kepemilikan asing terhadap SBN tersebut perlu
36 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2014
diwaspadai karena sangat rentan terhadap risiko terjadinya sudden reversal yang
dapat berdampak sistemik terhadap perekonomian secara nasional. Untuk
mengantisipasi terjadinya resiko tersebut, berbagai kebijakan dilakukan
pemerintah, antara lain dengan melakukan penyempurnaan terhadap protokol
manajemen krisis (crisis management protocol/CMP) di pasar SBN dan
mempersiapkan skema mekanisme stabilisasi pasar SBN melalui Bond Stabilisation
Framework (BSF).
Pinjaman
Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman
dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan
pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui
pinjaman pada tahun 2010-triwulan II tahun 2015. Sampai dengan bulan triwulan II
tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri (bruto) mencapai Rp 11,8 triliun atau
24,2 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015. Realisasi pinjaman
luar negeri tersebut merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru
mencapai Rp 10,5 triliun atau 25,6 persen dari pagu APBN-P 2015 dan pinjaman
program sebesar Rp 1,3 triliun atau 16,7 persen dari pagu APBN-P 2015. Masih
rendahnya realisasi pinjaman proyek, antara lain disebabkan oleh lambatnya proses
pengadaan barang dan jasa, lambatnya proses pembebasan lahan dan pemberian ijin
pemanfaatan lahan, perubahan desain proyek, reorganisasi dan perubahan
nomenklatur beberapa K/L, penggantian pejabat perbendaharaan, serta adanya
rencana pembatalan pembiayaan beberapa proyek melalui pinjaman luar negeri.
Selain itu, pelaksanaan proyek dalam semester I tahun 2015 pada umumnya baru
sampai pada tahap penyelesaian proses pengadaan barang dan jasa, sehingga
penyerapan dana masih terbatas pada pembayaran uang muka atau kegiatan
persiapan proyek. Sementara itu terkait realisasi pinjaman program, rendahnya
realisasi disebabkan karena sebagian besar pencairan pinjaman program akan
dilakukan pada semester II tahun 2015 sesuai dengan jadwal penarikan dan
menunggu proses penyelesaian policy matrix terlebih dulu. Selanjutnya adalah
realisasi pinjaman dalam negeri. Sampai dengan akhir triwulan II tahun 2015
realisasi pinjaman dalam negeri (neto) mencapai Rp 0,3 triliun atau sebesar 19,6
persen dari pagu APBN-P 2015.
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010- Triwulan II 2015 (trilun Rupiah)
PINJAMAN 55,19 34,37 31,95 49,99 48,74 50,34 12,11 24,1%
Pinjaman Luar Negeri (bruto) 54,79 33,75 31,02 49,51 48,10 48,65 11,78 24,2%
- Pinjaman Program 28,97 15,27 15,00 18,39 17,77 7,50 1,25 16,7%
- Pinjaman Proyek 25,82 18,48 16,40 31,12 30,33 41,15 10,53 25,6%
Pinjaman Dalam Negeri 0,40 0,62 0,80 0,48 0,64 1,69 0,33 19,6%
Real 2015 %JENIS PEMBIAYAAN UTANG Real 2013APBN-P
2015Real 2010 Real 2011 Real 2012 Real 2014
Sumber : Kementerian Keuangan
37
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah sebesar USD 39.299,9
juta, mengalami penurunan sebesar 11,74 persen jika dibandingkan dengan triwulan
II tahun 2014.
Pada akhir triwulan II tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 37.218,0
juta atau menurun sebesar 20,3 persen (YoY).
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 2.096,3 juta.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK
DAN INTERNASIONAL
38
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Isu Terkini
Devaluasi Yuan, Ini Dampak Bagi Indonesia Menurut Mantan Menkeu Era SBY
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengingatkan pemerintah bahwa ekspor
Indonesia kian terancam dengan langkah Bank Sentral Tiongkok (People Bank of China)
melakukan devaluasi Yuan hampir 2 persen.
Menurutnya, devaluasi Yuan akan membuat ekspor Tiongkok menjadi kompetitif.
Namun, sambungnya, hal itu akan menyulitkan Zona Euro karena ekspor mereka
menjadi tidak kompetitif, sehingga pemulihan Zona Euro semakin terganggu. Di sisi
lain, ungkapnya, kebijakan itu bisa membuat the Fed menunda kenaikan bunganya.
Kombinasi ini, lanjutnya, akan membuat ketidakpastian di pasar semakin
berkepanjangan. "Devaluasi Yuan juga akan memukul ekspor Asia di pasar dunia.
Artinya, ekspor Indonesia ke pasar dunia bisa menjadi semakin sulit karena harga
barang Tiongkok menjadi lebih murah," tulisnya pada akun Twitter @ChatibBasri,
Selasa (11/8/2015).
Penguatan ekonomi Tiongkok dapat memicu kenaikan ekspor Indonesia ke Tiongkok.
Namun, ungkap Chatib, dengan devaluasi Yuan, dampaknya belum jelas karena impor
Tiongkok akan berkurang. Untuk mempertahankan daya saing, tuturnya, bisa jadi
negara lain melakukan competitive devaluation. Apabila hal ini terjadi, sambungnya,
akan ada resiko currency war. "Kalau itu terjadi maka bisa dibayangkan nilai tukar akan
terus melemah dan ketidakpastian pasar terjadi. Karena itu kita harus antisipasi. Dalam
situasi global yang tidak pasti ini, sumber pertumbuhan harus bertumpu pada pasar
domestik. Karena itu 'keep buying strategy' jadi penting," tegasnya.
Sumber: Bisnis.com, 11 Agustus 2015
Bentuk Depo Bapok Kita, Mendag Pangkas Rantai Distribusi
Kementerian Perdagangan RI kembali melakukan terobosan guna menstabilkan harga
barang kebutuhan pokok (bapok). Kali ini, Kemendag memfasilitasi pembentukan
DEPO BAPOK KITA. Tujuannya guna memangkas distribusi. Panjangnya rantai
distribusi menjadi penyebab utama meningkatnya harga komoditas dari daerah asal ke
pasar tujuan, yang ditaksir hingga 15 persen.
“Pembentukan DEPO BAPOK KITA bertujuan memangkas rantai distribusi komoditas
yang terlalu panjang sehingga berdampak pada tingginya harga di tingkat konsumen,”
tegas Menteri Perdagangan RI Rachmat Gobel pada acara peresmian DEPO BAPOK
KITA pertama di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, hari ini (10/8). Pembentukan DEPO
BAPOK KITA, kata Mendag, didasarkan pada nota kesepahaman antara Perusahaan
Umum (Perum) Bulog dengan PD. Pasar Jaya, Pusat Koperasi Pedagang Pasar DKI Jaya,
Bank BRI, dan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir (BLU-LPDB)
yang selanjutnya disebut PIHAK KITA. Mendag menjelaskan, mekanisme DEPO BAPOK
39
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
KITA, yaitu Bulog sebagai pemasok utama akan menyediakan barang kebutuhan pokok
langsung dari petani ataupun importir (dengan perjanjian tertentu) yang nantinya akan
diperjualbelikan di kios yang telah disediakan di pasar setempat kepada
pedagang. Selain panjangnya rantai distribusi, kata Mendag, faktor lain yang
mempengaruhi harga di tingkat konsumen yang perlu dibenahi yaitu peran bandar
barang kebutuhan pokok di pasar induk yang dominan dalam menentukan harga dan
relatif lemahnya akses pembiayaan para pedagang di pasar rakyat. Oleh karena itu,
Mendag berharap pendirian DEPO BAPOK KITA dapat membantu para pedagang
mendapat akses sumber pasokan barang kebutuhan pokok dengan harga yang lebih
kompetitif.
“Upaya ini juga untuk memfasilitasi pedagang pasar rakyat agar mendapatkan akses
pembiayaan dengan mekanisme lebih sederhana, mudah, cepat, dan dengan bunga
yang lebih ringan,” tuturnya. Akses pembiayaan pedagang pasar akan diatur secara
bilateral antara Koperasi Pasar/Lembaga Keuangan Bank-Lembaga Keuangan Non-
Bank (KOPPAS/LKB-LKNB) dan pedagang itu sendiri. Diakui Mendag, pembenahan
yang dilakukan ini akan menimbulkan pro dan kontra. Namun, Rachmat berkeyakinan
pembentukan depo ini akan mengikis pengeluaran ekstra para pedagang yang selama
ini dibebankan kepada konsumen. “Memang tidak mudah melakukan perbaikan, namun
jika semua instansi bekerja sama bukan tidak mungkin hal ini dapat terlaksana. Ke
depan akan ada sepuluh DEPO BAPOK KITA di wilayah Jakarta hingga akhir tahun,”
pungkas Mendag.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan, 10 Agustus 2015
Menteri Perdagangan terbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No
48/M/DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor guna
mengatasi masalah dwelling time
Menteri Perdagangan terbitkan aturan baru tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor
guna menciptakan tertib administrasi di bidang impor dan sebagai upaya Kemendag
untuk mengatasi masalah dwelling time di pelabuhan. Aturan tersebut tertuang dalam
Permendag No 48/M/DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.
Berdasarkan peraturan tersebut, importir diwajibkan untuk memiliki Angka Pengenal
Impor (API) dan izin impor dari Kementerian/Lembaga Teknis lain (khusus untuk
impor barang yang dibatasi) sebelum barang masuk ke dalam daerah pabean
Indonesia. Terhadap importir yang tidak memiliki perizinan impor, Kemendag akan
memberikan sanksi pembekuan API dan sanksi lain sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pengaturan tersebut pada dasarnya telah sesuai dengan hasil perhitungan dwelling
time di Pelabuhan Tanjung Priok periode Juni 2012-Juni 2013 yang dilakukan oleh
Bappenas. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kontribusi terbesar dwelling time di
Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari waktu di proses pre-clearance, yaitu waktu yang
40
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
dihitung sejak kapal melakukan unloading barang sampai penyerahan Pemberitahuan
Impor Barang (PIB). Sebagian besar importir (69,85 persen) baru menyerahkan PIB
setelah unloading selesai dikerjakan. Padahal proses penyiapan PIB sudah dapat
dilakukan mulai dari kapal yang mengangkut barang berangkat dari pelabuhan asal,
sehingga penyerahan dokumen PIB dapat dilakukan bahkan sebelum kapal tiba di
Pelabuhan tujuan.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan, 3 Juli 2015
Pemerintah Fasilitasi Permasalahan Investasi (debottlenecking)
Terkait permasalahan dalam investasi, pemerintah telah melakukan fasilitasi
penyelesaian permasalahan yang di hadapi oleh penanam modal (dedobttlenecking)
dalam merealisasikan investasinya di Indonesia. Berdasar data dari BKPM, hingga 11
Mei 2015, sebanyak 22 perusahaan telah selesai permasalahannya. Total
debottlenecking sebanyak 88 perusahaan, yang terdiri dari 48 perusahaan yang sudah
ada Surat Persetujuan/Izin Prinsip (SP/IP), 18 perusahaan belum ada SP/IP dan 22
perusahaan sudah selesai permasalahannya. Adapun rincian debottlenecking
perusahaan sebagai berikut:
1. Debottlenecking Yang Sudah Selesai (22 perusahaan)
Berdasarkan jenis permasalahan utama, terdapat 4 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait penyalahgunaan izin, 2 perusahaan menghadapi permasalahan
terkait RTRW dan lahan, 2 perusahaan menghadapi permasalahan terkait adanya
penolakan masyarakat, 3 perusahaan menghadapi permasalahan terkait larangan
ekspor raw material, 2 perusahaan menghadapi permasalahan terkait perizinan, 2
perusahaan menghadapi permasalahan terkait kontrak kerjasama, 1 perusahaan
menghadapi permasalahan terkait tenaga kerja, 1 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait tax incentive, 2 perusahaan menghadapi permasalahan
pemalsuan terkait merek/izin, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait
jaminan keamanan, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait kuota impor raw
sugar, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait pengenaan anti dumping.
2. Debottlenecking Yang Masih Difasilitasi Belum Ada SP/IP (18 perusahaan)
Berdasarkan jenis permasalahan utama, terdapat 1 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait jaminan pasokan bahan baku, 2 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait kontrak kerjasama, 2 perusahaan menghadapi permasalahan
terkait perizinan, 1 perusahaan menghadapi permasalahan RTRW dan lahan, serta 12
perusahaan baru menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia.
3. Debottlenecking Yang Masih Difasilitasi Sudah Ada SP/IP (48 perusahaan)
Berdasarkan jenis permasalahan utama, terdapat 16 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait RTRW dan lahan, 13 perusahaan menghadapi permasalahan
terkait perizinan, 5 perusahaan menghadapi permasalahan terkait jaminan pasokan
41
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
bahan baku, 2 perusahaan menghadapi permasalahan terkait kuota impor raw sugar, 7
perusahaan menghadapi permasalahan terkait adanya moratorium penghentian
sementara perizinan usaha perikanan tangkap, 1 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait adanya pembangunan ilegal, 1 perusahaan menghadapi
permasalahan terkait pengenaan pajak, 1 perusahaan menghadapi permasalahan
terkait adanya penolakan masyarakat, 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait
sengketa pemegang saham, dan 1 perusahaan menghadapi permasalahan terkait tax
incentive.
Sumber: Siaran Pers BKPM, 11 Mei 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
Perkembangan Ekspor
Gambar 8. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Juni 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah sebesar USD 39.299,9
juta, mengalami penurunan sebesar 11,74 persen jika dibandingkan dengan triwulan II
tahun 2014. Pada periode yang sama, ekspor sektor migas dan non-migas mengalami
penurunan sebesar 45,3 persen dan 4,5 persen. Sementara itu, komoditas hasil minyak
dalam sektor migas turun sebesar 50,1 persen, sedangkan ekspor produk
pertambangan dalam sektor non-migas menurun sebesar 7,4 persen.
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan II Tahun 2015
Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15
Nilai Ekspor (USD Juta) 190.031,80
182.567,60
176.292,70
44.525,53
39.299,98
13.506,00
Migas 36.977,20
32.633,00
30.331,90
7.813,03
4.268,39
1.440,00
Minyak Mentah 12.293,40 10.204,70 9.528,20 2.432,10
1.554,99 574,00
42
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15
Hasil Minyak 4.163,30 4.299,10 3.623,40 1.024,42 510,72 158,00
Gas 20.520,50 18.129,20 17.180,30 4.356,51
2.202,68 708,00
Non-Migas 153.054,60
149.934,60
145.960,80
36.712,50
35.031,59
12.066,00
Pertanian 5.569,20 5.728,30 5.770,60 1.386,54
1.371,61 486,00
Industri 116.136,70 113.030,10 117.329,90 29.843,97
28.508,37
9.885,00
Pertambangan 31.348,70 31.176,20 22.850,00 5.477,70
5.067,91
1.613,00 Pertumbuhan Ekspor*
(%) -6,60 -3,90 -3,44 -2,50 -11,74 -12,35
Migas -10,80 -11,80 -7,05 -4,50 -45,37 -48,32
Minyak Mentah -11,10 -17,00 -6,63 -10,70 -36,06 -42,83
Hasil Minyak -12,80 3,30 -15,72 2,90 -50,15 -50,52
Gas -10,30 -11,70 -5,23 -2,30 -49,44 -51,59
Non-Migas -5,50 -2,00 -2,65 -2,00 -4,58 -4,41
Pertanian 7,80 2.9 0,74 1,30 -1,08 0,51
Industri -5,00 -2.7 3,80 5,50 -4,48 -4,95
Pertambangan -9,60 -56.0 -26,71 -29,90 -7,48 -7,25
Proporsi Ekspor** (%) 100 100 100 100 100 100
Migas 19,50 17,90 17,21 18,00 10,86 10,66
Minyak Mentah 6,50 5,60 5,40 5,00 3,96 4,25
Hasil Minyak 2,20 2,40 2,06 2,00 1,30 1,17
Gas 10,80 9,90 9,75 10,00 5,60 5,25
Non Migas 80,50 82,10 82,79 82,00 89,14 89,34
Pertanian 2,90 3,10 3,27 3,00 3,49 3,60
Industri 61,10 61,90 66,55 67,00 72,54 73,19
Pertambangan 16,50 17,10 12,96 12,00 12,90 11,95
Sumber Pertumbuhan
(%)
Migas -2,10 -2,00 -1,21 -0,80 -4,93 -5,15
Minyak Mentah -0,70 -0,90 -0,36 -0,60 -1,43 -1,82
Hasil Minyak -0,30 0,10 -0,32 0,10 -0,65 -0,59
Gas -1,10 -1,20 -0,51 -0,20 -2,77 -2,71
Non-Migas -4,50 -1,70 -2,19 -1,70 -4,08 -3,94
Pertanian 0,20 0,10 0,02 0,00 -0,04 0,02
Industri -3,00 -1,70 2,53 3,70 -3,25 -3,63
Pertambangan -1,60 -9,60 -3,46 -3,70 -0,96 -0,87
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)
43
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Total nilai ekspor sektor non-migas Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah
sebesar USD 35.031,5 juta dan mengalami penurunan sebesar 4,5 persen (YoY).
Berdasarkan data pada total nilai ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel
22), didapat komoditas dengan nilai ekspor terbesar pada triwulan II tahun 2015
adalah lemak dan minyak hewan/nabati (HS-15) dengan nilai USD 5.184 juta, dengan
proporsi 14,8 persen terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan nilai dan
proporsi terbesar selanjutnya adalah bahan bakar mineral (HS-27) dengan nilai USD
4.118 juta, dengan proporsi 11,7 persen terhadap total ekspor non-migas. Namun,
apabila melihat dari sisi pertumbuhan pada triwulan II tahun 2015, karet dan barang
dari karet (HS-40) memiliki nilai pertumbuhan positif yang paling besar, yaitu sebesar
24,2 persen. Sementara itu, bahan bakar mineral (HS-27) menjadi barang ekspor
dengan pertumbuhan negatif paling besar pada triwulan II tahun 2015, yaitu sebesar -
16,9 persen (YoY), yang diikuti oleh perhiasan/permata (HS-71) dengan pertumbuhan
-16,6 persen.
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015
HS Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015
15 Lemak & minyak hewan/nabati
5.491,06 5.184,03 -15,25 -5,59 14,96 14,80
27 Bahan bakar mineral 4.958,51 4.118,04 4,13 -16,95 13,51 11,76
85 Mesin/peralatan listrik 2.408,53 2.141,67 -5,07 -11,08 6,56 6,11
40 Karet dan Barang dari Karet
1.298,70 1.612,96 145,17 24,20 3,54 4,60
71 Perhiasan/Permata 1.863,51 1.552,50 -23,89 -16,69 5,08 4,43
87 Kendaraan dan Bagiannya 1.147,06 1.391,22 7,42 21,29 3,12 3,97
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
1.476,54 1.317,21 -3,64 -10,79 4,02 3,76
64 Alas kaki 1.136,30 1.263,40 7,48 11,19 3,10 3,61
44 Kayu, Barang dari Kayu 1.060,03 1.077,75 11,72 1,67 2,89 3,08
62 Pakaian jadi bukan rajutan 1.006,11 1.016,98 1,93 1,08 2,74 2,90
Lainnya 14.866,15 14.312,79 -1,71 -3,72 40,49 40,95
TOTAL NON-MIGAS 36.712,50 35.031,62 -2,03 -4,58 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Total volume ekspor non-migas Indonesia pada triwulan II tahun 2015 adalah sebesar
114.390 juta kg dan mengalami penurunan sebesar 10,2 persen (YoY). Berdasarkan
data total volume ekspor non-migas Indonesia per komoditas (Tabel 22), didapat
komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan II tahun 2015 adalah bahan
bakar mineral (HS-27) dengan volume 89.351 juta kg, dengan proporsi 78,1 persen
terhadap total ekspor non-migas. Komoditas dengan nilai dan proporsi terbesar
selanjutnya adalah Lemak & minyak hewan/nabati (HS-15) dengan berat 7.978 juta kg,
dengan proporsi 6,9 persen terhadap total ekspor non-migas. Namun, apabila melihat
dari sisi pertumbuhan pada triwulan II tahun 2015, bijih, kerak, dan abu logam (HS-26)
44
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
memiliki nilai pertumbuhan paling besar, yakni sebesar 1.482,1 persen (YoY).
Sementara itu, bubur kayu/pulp (HS-47) merupakan barang ekspor non-migas dengan
pertumbuhan negatif paling besar jika dibandingkan dengan sembilan komoditas
lainnya, dengan penurunan sebesar 29,0 persen (YoY).
Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Non-Migas Terbesar Triwulan II Tahun 2015
HS Komoditas Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)
Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015
27 Bahan bakar mineral 106.057,51 89.351,33 -3,02 -15,75 83,18 78,11
15 Lemak & minyak hewan/nabati
5.678,33 7.978,63 -7,65 40,51 4,45 6,97
25 Garam, Belerang, Kapur 2.720,47 2.818,97 4,31 3,62 2,13 2,46
44 Kayu, Barang dari Kayu 1.611,10 1.599,73 19,96 -0,71 1,26 1,40
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam
79,77 1.262,10 -99,76 1482,16 0,06 1,10
48 Kertas/Karton 1.103,17 1.103,95 3,81 0,07 0,87 0,97
23 Ampas/Sisa Industri Makanan
311,46 1.100,07 158,63 253,20 0,24 0,96
38 Berbagai produk kimia 1.061,06 907,74 -2,79 -14,45 0,83 0,79
40 Karet dan Barang dari Karet
855,01 893,34 1,18 4,48 0,67 0,78
47 Bubur kayu/Pulp 1.167,51 828,08 16,94 -29,07 0,92 0,72
Lainnya 6.864,31 6.546,64 5,01 -4,63 5,38 5,72
TOTAL NON-MIGAS 127.509,69 114.390,58 -21,94 -10,29 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan ekspor non-migas ke-5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan II
tahun 2015 turun sebesar 4,4 persen (YoY). Dari ke lima negara tujuan utama,
pertumbuhan positif terjadi pada ekspor non-migas ke India, yakni sebesar 18,0
persen. Sedangkan pertumbuhan negatif terjadi pada ekspor non-migas ke Singapura
(18,4 persen), Tiongkok (13,0 persen), Jepang (7,2 persen) dan Amerika (0,4 persen).
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Non-Migas ke Negara Tujuan Utama Triwulan II Tahun 2015
Negara Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) Pertumbuhan (%) Proporsi (%)
2014 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015
Amerika Serikat 15.856,78 4.072,65 4.053,91 232,91 -0,46 11,09 11,57
China 16.458,86 4.043,31 3.517,74 -93,73 -13,00 11,01 10,04
India 12.223,74 2.920,46 3.447,65 -92,21 18,05 7,95 9,84
Jepang 14.565,74 3.535,88 3.279,45 -68,00 -7,25 9,63 9,36
Singapura 10.065,89 2.697,47 2.200,76 -14,99 -18,41 7,35 6,28
TOTAL 5 NEGARA
69.171,02 17.269,77 16.499,50 -85,29 -4,46 47,04 47,10
TOTAL LAINNYA
76.789,78 19.442,73 18.532,12 -57,68 -4,68 52,96 52,90
TOTAL NON-MIGAS
145.960,80 36.712,50 35.031,62 -77,52 -4,58 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
45
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Perkembangan Impor
Gambar 9. Nilai dan Volume Impor Hingga Juni 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pada akhir triwulan II tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 37.218,0
juta atau menurun sebesar 20,3 persen (YoY). Impor barang konsumsi, bahan baku dan
barang modal masing-masing mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -13,3
persen, -21,1 persen dan 19,4 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
2014. Impor hasil minyak (USD 4.180,9 juta) pada triwulan II tahun 2015 lebih besar
dibandingkan impor minyak mentah (USD 2.264,2 juta) dan gas (USD 549,2 juta).
Impor sektor migas dan non-migas mengalami pertumbuhan yang negatif masing-
masing sebesar -35,2 persen dan -15,8 persen.
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan II Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15
Nilai Impor (USD Juta) 191.670,90 186.628,30 178.178,80 46.723,10 37.218,00 12.978,10
Barang Konsumsi 13.415,20 13.138,90 12.667,20 3.328,10 2.882,50 1.027,90
Bahan Baku 140.111,30 141.957,20 136.208,60 35.751,30 28.174,40 9.773,50
Barang Modal 38.144,40 31.532,20 29.303,00 7.643,70 6.161,10 2.176,70
Migas 42.565,30 45.266,40 43.459,90 10.793,60 6.994,30 2.577,50
Minyak Mentah 10.803,20 13.585,80 13.072,53 3.525,10 2.264,20 864,00
Hasil Minyak 28.680,50 28.568,10 27.363,16 6.564,90 4.180,90 1.560,20
Gas 3.081,60 3.112,90 3.024,97 704,30 549,20 153,30
Non-Migas 149.125,30 141.362,30 134.718,90 35.929,50 30.223,70 10.400,60
Pertumbuhan Impor*
(%) 8,02 -2,60 -45,00 -4,18 -20,34 -17,33
Barang Konsumsi 0,17 -2,00 -36,00 -7,55 -13,39 -10,80
Bahan Baku 7,01 1,30 -4,00 -3,40 -21,19 -18,20
Barang Modal 15,21 -17,40 -71,00 -6,22 -19,40 -16,20
Migas 4,58 4,50 -4,00 1,87 -35,20 -24,06
Minyak Mentah -3,15 25,80 -38,00 1,87 -35,77 -25,58
Hasil Minyak 1,94 -0,40 -42,00 -0,30 -36,31 -23,28
Gas 118,17 1,00 -28,00 2,63 -22,02 -23,31
46
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Komoditas 2012 2013 2014 Q2 2014 Q2 2015 Jun-15
Non- Migas 9,00 -6,10 -47,00 -5,86 -15,88 -15,47
Proporsi Impor** (%) 100 100 100 100 100 100
Barang Konsumsi 7,00 7,00 71,00 7,12 7,74 7,92
Bahan Baku 73,10 76,10 764,00 76,52 75,70 75,31
Barang Modal 19,90 16,90 164,00 16,36 16,55 16,77
Migas 22,21 23,80 244,00 23,10 18,79 19,86
Minyak Mentah 5,64 7,30 73,00 7,54 6,08 6,66
Hasil Minyak 14,96 15,30 154,00 14,05 11,23 12,02
Gas 1,61 1,70 17,00 1,51 1,48 1,18
Non-Migas 77,80 75,00 756,00 76,90 81,21 80,14
Sumber Pertumbuhan
(%) -20,34 -17,33
Barang Konsumsi 0,00 -0,10 -3,00 -0,54 -1,04 -0,86
Bahan Baku 5,10 1,00 -31,00 -2,60 -16,04 -13,70
Barang Modal 3,00 -2,90 -12,00 -1,02 -3,21 -2,72
Migas 1,00 1,10 -1,00 0,43 -6,61 -4,78
Minyak Mentah -0,10 1,90 -3,00 0,14 -2,18 -1,70
Hasil Minyak 0,30 -0,10 -6,00 -0,04 -4,08 -2,80
Gas 1,90 0,00 0,00 0,04 -0,32 -0,28
Non-Migas 7,00 -4,60 -35,00 -4,50 -12,90 -12,40
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)
Pertumbuhan impor non-migas pada triwulan II tahun 2015 (YoY) mengalami
penurunan sebesar -15,8 persen disebabkan oleh adanya penurunan impor di berbagai
komoditas diantaranya penurunan impor mesin dan peralatan mekanik (HS-84)
sebesar 20,4 persen dengan proporsi 17,9 persen dari nilai total impor non-migas;
penurunan impor mesin dan peralatan listrik (HS-85) sebesar 11,0 persen dengan
proporsi impor 13,1 persen; serta penurunan impor besi dan baja (HS-72) sebesar 37,4
persen dengan proporsi impor 4,7 persen.
Tabel 26. Perkembangan Impor Non-Migas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan II Tahun 2015
HS KOMODITAS Nilai Impor (Juta USD)
Pertumbuhan YoY
(%) Proporsi (%)
Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015
84 Mesin dan Peralatan
Mekanik 6.810,78 5.414,99 -0,54 -20,49 18,96 17,92
85 Mesin dan Peralatan Listik 4.446,60 3.956,73 -8,13 -11,02 12,38 13,10
39 Plastik dan Barang dari
Plastik 2.044,42 1.793,45 1,89 -12,28 5,69 5,94
29 Bahan Kimia Organik 1.788,16 1.527,94 -1,34 -14,55 4,98 5,06
72 Besi dan Baja 2.282,65 1.427,49 -19,79 -37,46 6,35 4,73
87 Kendaraan Bermotor dan
Bagiannya 1.618,83 1.330,36 -20,28 -17,82 4,51 4,40
73 Benda-benda dari Besi dan
Baja 1.111,22 919,79 -14,22 -17,23 3,09 3,04
10 Serealia 994,79 779,29 1,70 -21,66 2,77 2,58
23 Sisa Industri Makanan 1.006,42 775,39 46,74 -22,96 2,80 2,57
47
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
52 Kapas 687,85 548,39 -2,41 -20,27 1,91 1,82
Lainnya 13.137,70 11.735,42 -6,93 -10,67 36,57 38,85
TOTAL NON MIGAS 35.929,42 30.223,70 -5,86 -15,88 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai impor dari 5 (lima) negara utama asal impor Indonesia pada triwulan II tahun
2015 mengalami pertumbuhan sebesar 3,0 persen (YoY). Penurunan impor terbesar
berasal dari Amerika, Jepang, dan Singapura dengan penurunan masing-masing sebesar
43,0 persen, 14,1 persen, dan 7,4 persen. Pada triwulan II tahun 2015, impor dari
Tiongkok merupakan impor terbesar Indonesia dengan proporsi sebesar 23,9 persen
dengan pertumbuhan (YoY) sebesar 45,3 persen.
Pada triwulan II tahun 2015, impor non-migas dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa
masih cukup besar, dengan proporsi masing-masing sebesar 21,9 persen dan 9,5
persen dari total impor non-migas Indonesia. Namun dari sisi pertumbuhan (YoY),
impor non-migas dari kawasan ASEAN dan Uni Eropa menunjukkan pertumbuhan yang
negatif, masing-masing sebesar 17,0 persen dan 14,0 persen.
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Non-Migas Triwulan II Tahun 2015
Negara Nilai Impor Non Migas (Juta USD)
Pertumbuhan YoY
(%) Proporsi (%)
2014 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015 Q2 2014 Q2 2015
Tiongkok 30.461,55 4.987,55 7.247,05 60,65 45,30 22,30 23,98
Jepang 16.938,18 4.046,80 3.474,14 9,52 -14,15 12,34 11,49
Singapura 10.150,53 2.470,08 2.285,53 8,21 -7,47 7,44 7,56
Amerika 8.102,40 3.791,31 2.158,36 -38,09 -43,07 6,53 7,14
Thailand 9.694,76 1.376,60 2.018,55 88,61 46,63 7,23 6,68
TOTAL 5
NEGARA 75.347,42 16.672,33 17.183,63 20,32 3,07 55,83 56,85
TOTAL ASEAN 28.942,00 8.001,10 6.634,20 -0,50 -17,08 22,27 21,95
TOTAL UNI
EROPA 12.668,80 3.341,40 2.870,70 -6,04 -14,09 9,30 9,50
TOTAL
LAINNYA 59.371,48 15.869,00 13.040,07 -23,72 -17,83 44,17 43,15
TOTAL NON-
MIGAS 134.718,90 35.929,00 30.223,70 -4,12 -15,88 100,00 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 2.096,3 juta, hal itu disebabkan karena neraca perdagangan sektor non-
migas mengalami surplus sebesar USD 4.822,3 juta. Sementara neraca perdagangan
sektor migas pada triwulan yang sama mengalami defisit sebesar USD 2.726,0 juta.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan II 2015 mengalami
pertumbuhan sebesar 195,4 persen (YoY).
48
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan II Tahun 2015
2014 Q2 2014 Q2 2015 Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q2 2015
Ekspor Total (USD Juta) 176.292,70 44.525,53 39.299,98 -3,43 -11,74
Ekspor Migas 30.331,90 7.813,03 4.268,39 -7,05 -45,37
Ekspor Non-Migas 145.960,80 36.712,50 35.031,59 -2,64 -4,58
Impor Total (USD Juta) 178.178,80 46.723,10 37.203,60 -4,53 -20,37
Impor Migas 43.459,90 10.793,60 6.994,40 -3,99 -35,20
Impor Non-Migas 134.718,90 35.929,50 30.209,20 -4,70 -15,92
Neraca Perdagangan (USD Juta) -1.886,10 -2.197,57 2.096,38 -53,73 195,40
Migas -13.128,00 -2.980,57 -2.726,01 3,92 -8,54
Non-Migas 11.241,90 783,00 4.822,39 31,38 515,89
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan II tahun 2015 mengalami
defisit sebesar USD 3.396,5 juta, hal itu disebabkan oleh defisit pada neraca
perdagangan sektor non-migas sebesar USD 3.729,3 juta, lebih besar dari surplus pada
sektor migas sebesar USD 332,7 juta.
Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok
2014 Q2 2014 Q2 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q2 2015
Ekspor Total (USD Juta) 17.606,22 4.185,01 3.861,11 -22,10 -7,74
Ekspor Migas 1.147,36 141,70 343,38 -13,07 142,33
Ekspor Non-Migas 16.458,86 4.043,31 3.517,73 -22,66 -13,00
Impor Total (USD Juta) 30.624,34 8.030,61 7.257,65 2,60 -9,63
Impor Migas 162,78 18,19 10,61 -41,66 -41,67
Impor Non-Migas 30.461,55 8.012,42 7.247,04 3,01 -9,55
Neraca Perdagangan (USD Juta) -13.018,12 -3.845,60 -3.396,54 79,61 -11,68
Migas 984,57 123,51 332,77 -5,41 169,43
Non-Migas -14.002,69 -3.969,11 -3.729,31 68,93 -6,04
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan II tahun 2015 mengalami surplus
sebesar USD 623,8 juta, hal itu disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan
sektor migas sebesar USD 818,5 juta yang lebih besar dari defisit pada sektor non-
migas sebesar USD 194,6 juta.
Tabel 30. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang
2014 Q2 2014 Q2 2015 Pertumbuhan (YoY) ()
2014 Q2 2015
Ekspor Total (USD Juta) 23.165,66 5.732,02 4.104,09 -14,47 -28,40
Ekspor Migas 8.599,92 2.196,14 824,60 -21,83 -62,45
Ekspor Non-Migas 14.565,74 3.535,88 3.279,49 -9,44 -7,25
Impor Total (USD Juta) 17.007,58 4.442,10 3.480,23 -11,81 -21,65
49
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Impor Migas 69,40 10,18 6,05 -69,89 -40,57
Impor Non-Migas 16.938,18 4.431,92 3.474,18 -11,10 -21,61
Neraca Perdagangan (USD Juta) 6.158,08 1.289,92 623,86 -21,07 -51,64
Migas 8.530,52 2.185,96 818,55 -20,81 -62,55
Non-Migas -2.372,44 -896,04 -194,69 -20,12 -78,27
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada bulan triwulan II tahun 2015 mengalami
surplus sebesar USD 2.052,0 juta. Hal tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca
perdagangan sektor non-migas dan sektor migas, masing-masing sebesar USD 1.895,5
juta dan USD 156,5 juta.
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika
2014 Q2 2014 Q2 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q2 2015
Ekspor Total (USD Juta) 16.529,90 4.181,42 4.235,81 5,34 1,30
Ekspor Migas 673,12 108,77 181,89 10,39 67,22
Ekspor Non-Migas 15.856,78 4.072,65 4.053,92 5,14 -0,46
Impor Total (USD Juta) 8.170,11 2.369,62 2.183,74 -9,88 -7,84
Impor Migas 67,71 22,60 25,38 -64,68 12,30
Impor Non-Migas 8.102,40 2.347,02 2.158,36 -8,69 -8,04
Neraca Perdagangan (USD Juta) 8.359,80 1.811,80 2.052,07 26,17 13,26
Migas 605,41 86,17 156,51 44,81 81,63
Non-Migas 7.754,38 1.725,63 1.895,56 24,91 9,85
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perdagangan Indonesia-India juga menunjukkan kinerja yang baik karena
menunjukkan surplus neraca perdagangan selama triwulan II tahun 2015, yaitu
sebesar USD 2.784,2 juta. Adapun surplus ini disebabkan oleh surplus pada neraca
perdagangan sektor non-migas dan sektor migas, masing-masing sebesar USD 2.752,9
juta dan USD 34,35 juta.
Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India
2014 Q2 2014 Q2 2015
Pertumbuhan (YoY) (%)
2014 Q2 2015
Ekspor Total (Juta USD) 16.201,04 2.930,78 3.522,13 -4,67 20,18
Ekspor Migas 413,44 10,32 77,49 91,02 650,87
Ekspor Non-Migas 15.787,60 2.920,46 3.447,62 -5,91 18,05
Impor Total (Juta USD) 12.248,96 1.170,24 737,84 -6,00 -36,95
Impor Migas 25,22 125,81 43,14 17,42 -65,71
Impor Non-Migas 12.223,74 1.044,42 694,70 -6,04 -33,48
Neraca Perdagangan (Juta USD) 3.952,08 1.760,54 2.784,29 -0,30 58,15
Migas 388,22 -115,49 34,35 99,13 -129,74
Non-Migas 3.563,86 1.876,04 2.752,92 -5,44 46,74
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
50
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan II Tahun 2015
Gambar 10. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan II Tahun 2015
Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan II tahun 2015 naik dibandingkan triwulan
sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 105,46. Penurunan terjadi pada satu lapangan
usaha, sementara 16 lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan. Lapangan usaha
Pertambangan dan Penggalian merupakan lapangan usaha dengan penurunan indeks,
sedangkan lapangan usaha yang mengalami kenaikan tertinggi adalah Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Adapun perkiraan ITB triwulan II tahun 2015
adalah sebesar 106,90.
Tabel 33. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan II Tahun 2015
No
Sektor dalam ITB
Variabel pembentuk ITB Trw II-2015
ITB Trw II-2015
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas
Produksi/Usaha
Rata Rata Jam
Kerja
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
111,90 - 111,90 -
2 Pertambangan dan Penggalian 94,39 97,37 87,72 94,74
3 Industri Pengolahan 106,02 108,85 108,67 102,55
4 Pengadaan Listrik dan Gas 111,28 115,88 112,97 106,75
5 Pengadaaan Air 104,95 108,58 105,97 101,49
6 Kosntruksi 106,44 107,10 108,06 105,21
51
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
103,16 102,24 104,10 103,54
8 Transportasi dan Pergudangan 110,01 112,58 110,83 107,52
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 106,55 106,29 108,55 105,92
10 Informasi dan Komunikasi 108,33 109,52 107,50 107,69
11 Jasa Keuangan 102,88 105,50 103,37 100,50
12 Real Estat 102,63 105,60 100,00 101,27
13 Jasa Perusahaan 105,76 108,57 106,40 103,14
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
109,78 114,43 115,36 103,57
15 Jasa Pendidikan 110,63 116,13 109,68 106,45
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 107,61 110,65 112,00 103,23
17 Jasa Lainnya 106,64 111,92 105,56 102,72
Indeks Tendensi Bisnis 105,46 107,04 107,36 103,72
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan Harga Domestik
Sejak bulan Januari 2015 hingga Juli 2015, lima komoditas tertentu (beras medium,
gula pasir, tepung terigu, minyak goreng kemasan, dan minyak goreng curah)
mengalami fluktuasi harga yang cukup besar. Pada bulan Juli 2015, kelima komoditas
tersebut mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Penurunan harga terbesar
terjadi pada komoditas beras medium, sebesar 39,5 persen. Komoditas selanjutnya
yang mengalami penurunan adalah gula pasir dan minyak goreng curah, dengan
penurunan masing-masing sebesar 35, 5 persen dan 32,9 persen.
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu
Komoditas Unit 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
HARGA
Minyak Goreng Kemasan
Rp/620ml 15.110 15.102 15.214 15.198 15.191 14.563 12.463
Minyak Goreng Curah Rp/kg 11.331 11.269 11.302 11.233 11.190 10.767 7.215
Tepung Terigu Rp/kg 8.838 8.799 8.833 8.832 8.863 8.904 6.237
Beras Medium Rp/kg 9.646 9.943 10.375 10.010 9.892 9.930 6.003
Gula Pasir Rp/kg 11.167 11.158 11.428 11.807 12.533 13.116 8.453
INFLASI PERIODIK
Minyak Goreng Kemasan
% 0,69 -0,05 0,74 -0,10 -0,04 -4,14 -14,42
Minyak Goreng Curah % 0,27 -0,55 0,30 -0,61 -0,38 -3,78 -32,99
Tepung Terigu % 0,13 -0,44 0,39 -0,02 0,35 0,46 -29,95
Beras Medium % 3,23 3,09 4,35 -3,52 -1,18 0,38 -39,55
Gula Pasir % -0,44 -0,08 2,42 3,32 6,15 4,65 -35,55
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Perkembangan Harga Komoditi Internasional
Berdasarkan data harga komoditas internasional yang didapat dari Bank Dunia,
diketahui bahwa pada bulan Juli 2015, sebagian besar harga komoditas internasional
terpilih mengalami penurunan secara periodik apabila dibandingkan dengan bulan
sebelumnya. Dimana penurunan harga terbesar adalah pada komoditas bijih besi (17,4
persen), disusul oleh minyak mentah (14,8 persen), dan nikel (11,0 persen). Sementara
52
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
itu, peningkatan harga komoditas pada bulan Juli 2015 dialami oleh komoditas kakao
sebesar 2,6 persen.
Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih
Komoditas Unit 2013 2014 2015
Apr Mei Jun Jul ENERGI Coal, Australia ($/mt) 84,60 70,13 57,81 60,40 58,84 59,35 Crude oil, West Texas ($/bbl) 97,90 93,11 54,44 59,27 59,80 50,90 PERTANIAN Cocoa ($/kg) 2,44 3,06 2,87 3,10 3,24 3,33 Coffee, robusta ($/kg) 2,08 2,22 2,03 1,93 1,99 1,92 Palm oil ($/mt) 857,00 821,44 662,00 659,00 671,00 636,00 Soybeans ($/mt) 538,00 491,77 395,00 389,00 397,00 405,00 Shrimp, Mexico ($/kg) 13,84 17,25 15,65 15,54 15,76 15,87 Woodpulp ($/mt) 823,10 876,91 875,00 875,00 875,00 875,00 Rubber*, Singapore ($/kg) 2,79 1,96 1,70 1,84 1,83 1,64 LOGAM & MINERAL Copper ($/mt) 7.332,00 6.863,40 6.042,09 6.294,78 5.833,01 5.456,75
Iron ore ($/dmtu)
135,00 96,94 52,00 60,00 63,00 52,00
Nickel ($/mt) 15.032,0
0 16.893,3
8 12.830,9
2 13.511,3
4 12.825,2
3 11.413,1
0
Tin ($/mt) 22.283,0
0 21.898,8
7 15.900,8
8 15.803,5
9 15.064,9
4 15.071,5
3 Zinc ($/mt) 1.910,00 2.160,97 2.212,72 2.281,80 2.082,09 2.000,68 INFLASI PERIODIK ENERGI Coal, Australia % -12,24 -17,10 -3,83 4,47 -2,58 0,86 Crude oil, West Texas Int.
% 3,93 -4,89 13,94 8,87 0,89 -14,88
PERTANIAN Cocoa % 2,09 25,50 -0,30 7,94 4,64 2,67 Coffee, robusta % -8,37 6,56 -0,11 -4,89 3,06 -3,46 Palm oil % -14,21 -4,15 -1,49 -0,45 1,82 -5,22 Soybeans % -8,97 -8,59 -1,99 -1,52 2,06 2,02 Shrimp, Mexico % 37,57 24,63 0,00 -0,70 1,42 0,70 Woodpulp % 7,91 6,54 0,00 0,00 0,00 0,00 Rubber*, Singapore, RSS3
% -17,46 -29,87 -2,02 8,33 -0,68 -10,38
LOGAM & MINERAL Copper % -7,91 -6,39 1,72 4,18 -7,34 -6,45 Iron ore % 5,06 -28,19 -10,34 15,38 5,00 -17,46 Nickel % -14,35 12,38 -6,72 5,30 -5,08 -11,01 Tin % 5,48 -1,72 -8,73 -0,61 -4,67 0,04 Zinc % -2,05 13,14 9,07 3,12 -8,75 -3,91
Sumber: Bank Dunia, diolah
53
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN INVESTASI DAN
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Pada sisi penggunaan, perhitungan PDB Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
tumbuh sebesar 3,55 persen (YoY).
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I
tahun 2015 mencapai sebesar Rp 85.459,24 miliar.
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan II tahun 2015
mengalami defisit sebesar USD -7,1 juta.
54
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Berdasarkan perhitungan PDB dengan menggunakan tahun dasar tahun 2010,
perekonomian Indonesia pada triwulan II tahun 2015 tumbuh sebesar 4,7 persen
(YoY), melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2014, dengan pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Jasa Pendidikan dari sisi produksi yang tumbuh sebesar 12,2
persen.
Secara spasial, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun
2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau Jawa, dengan kontribusi
terhadap PDB sebesar 58,4 persen, diikuti pulau Sumatera sebesar 22,3 persen,
Kalimantan 8,2 persen, dan pulau-pulau lainnya 11,1 persen.
Pada sisi penggunaan, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar 3,6 persen (YoY) dibanding triwulan II tahun 2014 sementara
pertumbuhan (QtQ) mengalami kenaikan sebesar 3,0 persen. Semester I tahun 2015,
pertumbuhan PMTB (YoY) sebesar 3,9 persen.
Tabel 36. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan II Tahun 2015 (persen)
Q2-2014
SMT 1-2014
Q2-2015 Q2-2015 SMT 1-2015
(QtQ) (YoY) (QtQ) (YoY) (YoY)
Pertumbuhan PDB 3,8 5,1 3,8 4,7 4,7
Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan)
3,8 4,2 3,0 3,6 3,9
a. Bangunan 4,1 5,2 3,4 4,8 5,1
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,5 -1,7 -1,4 -5,6 -3,3
c. Kendaraan 2,6 -8,6 0,4 -7,5 -6,5
d. Peralatan Lainnya 0,4 -0,9 5,6 10,2 7,6
e. Sumber Daya Hayati -13,1 1,5 -5,2 15,0 9,9
f. Produk Kekayaan Intelektual 38,0 45,5 29,6 4,2 7,0
Share (%, atas dasar Harga Berlaku)
Share PMTB terhadap PDB 32,1 32,0
32,3 32,5
a. Bangunan 23,9 23,8
24,4 24,5
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 3,4 3,5
3,0 3,1
c. Kendaraan 1,5 1,5
1,4 1,4
d. Peralatan Lainnya 0,4 0,4
0,4 0,4
e. Sumber Daya Hayati 1,7 1,8
1,9 2,0
f. Produk Kekayaan Intelektual 1,2 1,0
1,2 1,1
Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB), pertumbuhan
triwulan II tahun 2015 (YoY) sebesar 3,6 persen secara lebih detil didorong oleh
pertumbuhan produk sumber daya hayati yang tumbuh sebesar 15,0 persen,
peralatan lainnya 10,2 persen dan Bangunan dengan pertumbuhan 4,8 persen. Adapun
55
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
sumbangan terbesar dalam komponen PMTB pada triwulan II tahun 2015 secara
detil yaitu pada Bangunan dengan sumbangan 24,4 persen
Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015
Tabel 37. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2007-2015 Semester I
TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY) (%)
(Rp miliar) (USD juta) PMDN PMA
2007 34.878,7 10.341,4 68,9 72,6
2008 20.363,4 14.871,4 -41,6 43,8
2009 37.799,8 10.815,2 85,6 -27,3
2010 60.626,3 16.214,8 60,4 49,9
2011 76.001,1 19.474,2 25,4 20,1
2012 92.182,0 24.564,7 21,3 26,1
2013 128.150,6 28.617,5 39,0 16,5
2014 156.126,2 28.529,7 21,8 -0,3
2015 Semester I 85.459,2 13.936,1 17,4 -2,5 Sumber : BKPM, diolah
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I
tahun 2015 sebesar Rp 85.459,2 miliar, lebih besar dari realisasi semester I tahun
2014 atau tumbuh sebesar 17,4 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),
realisasi semester I tahun 2015 sebesar USD 13.936,1 juta, dan mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 2,5 persen dibandingkan semester I tahun 2014.
Realisasi Per Sektor
Realisasi per sektor untuk PMA pada semester I tahun 2015 sebesar USD 13.936,1 juta
atau mengalami penurunan sebesar minus 2,5 persen dibandingkan semester I tahun
2014. Penurunan terjadi di sektor primer dan sekunder, dengan penurunan terbesar
pada sektor primer sebesar 21 persen. Untuk PMDN pada periode yang sama terjadi
pertumbuhan sebesar 17,4 persen. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan sektor
primer sebesar 22,3 persen, dan sektor sekunder 85,5 persen. Adapun dilihat secara
sumbangannya, pada semester I tahun 2015, untuk PMA sektor tersier memberikan
sumbangan terbesar dengan share 39,1 persen dan pemberi sumbangan terbesar untuk
PMDN yaitu sektor sekunder sebesar 50,3 persen.
Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Semester I Tahun 2015 Berdasar Sektor
Tahun PMA
Jumlah (Juta USD)
PMDN Jumlah
(Rp Miliar) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2007 599,3 4.697,0 5.045,1 10.341,4 4.377,4 26.289,8 4.211,5 34.878,7
2008 335,6 4.515,2 10.020,5 14.871,4 1.757,7 15.914,8 2.690,8 20.363,4
2009 462,6 3.831,1 6.521,2 10.815,0 4.415,9 19.434,4 13.949,5 37.799,8
2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12.327,4 25.485,3 22.813,6 60.626,3
56
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tahun PMA
Jumlah (Juta USD)
PMDN Jumlah
(Rp Miliar) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16.306,9 39.048,0 20.645,7 76.000,6
2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20.369,1 49.888,9 21.924,0 92.182,0
2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25.715,6 51.171,1 51.263,9 128.150,6
2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16.520,6 59.034,7 80.571,0 156.126,3
2015 Semester I 3.110,9 5.376,1 5.449,1 13.936,1 7.674,4 43.015,0 34.769,8 85.459,2 Pertumbuhan Semester I (YoY) (%)
-21,0 -19,9 49,9 -2,5 22,3 85,5 -19,8 17,4
Share Semester I Tahun 2015 (%)
22,3 38,6 39,1 100,0 9,0 50,3 40,7 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Dilihat per sektor/bidang usaha, pada semester I tahun 2015 realisasi PMA pada lima
besar sektor/bidang dan persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan
adalah sektor Transportasi, Gudang, dan Komunikasi dengan persentase 17,5 persen,
Pertambangan 15,7 persen, Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 9,9 persen , Industri
Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi lain 6,9 persen dan Industri Kimia dan
Farmasi 6,5 persen. Untuk PMDN, terbesar secara berurutan adalah Industri Makanan
16,5 persen, Listrik, Gas, dan Air 13,6 persen, Industri Kimia dan Farmasi 12,9 persen,
Konstruksi 9,7 persen dan Industri Mineral Non-Logam 7,8 persen.
Tabel 39. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015
PMA PMDN
Sektor/Bidang Usaha USD Juta %
Terhadap total
Sektor/Bidang Usaha Rp. Miliar % Terhadap
total
1 Transportasi, Gudang & Komunikasi
2.442,7 17,5 1 Industri Makanan 14.139,8 16,5
2 Pertambangan 2.181,3 15,7 2 Listrik, Gas dan Air 11.616,3 13,6
3 Ind. Logam, Mesin & Elektronik
1.375,3 9,9 3 Ind. Kimia dan Farmasi
11.038,8 12,9
4 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain
955,5 6,9 4 Konstruksi 8.325,1 9,7
5 Ind. Kimia dan Farmasi 899,1 6,5 5 Ind. Mineral Non-Logam
6.650,5 7,8
Gabungan lainnya 6.082,2 43,6
Gabungan lainnya 33.688,7 39,4
Jumlah / Total 13.936,1 100,0
Jumlah / Total 85.459,2 100,0
Sumber: BKPM, diolah
Realisasi Per Lokasi
Berdasarkan lokasi per wilayah, pada semester I tahun 2015 dibandingkan semester
I tahun 2014, pertumbuhan realisasi PMDN terbesar terjadi di Papua dengan
pertumbuhan sebesar 448,6 persen diikuti pulau Sulawesi sebesar 357,9 persen dan
Bali dan Nusa Tenggara 96,8 persen. Dilihat dari sumbangannya, Jawa, Sumatera,
dan Kalimantan memberikan sumbangan terbesar pada semester I tahun 2015 yaitu
57,1 persen, 23,5 persen dan 13,9 persen.
57
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tabel 40. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Miliar)
TAHUN
LOKASI
TOTAL Sumatera Jawa
Bali & Nusa
Tenggara Kalimantan Sulawesi
Maluku
Papua
2007 10.754,5 18.668,9 15,7 1.558,0 3.881,6 0,0 0,0 34.878,7
2008 4.840,1 7.819,6 29,0 1.821,4 1.147,5 0,0 294,7 15.952,3
2009 12.230,7 25.766,5 50,8 2.934,4 1.187,4 0,0 41,0 42.210,8
2010 4.224,2 35.140,4 2.119,3 14.575,6 4.337,6 0,0 229,3 60.626,3
2011 16.334,4 37.176,3 356,9 13.467,4 7.227,6 13,6 1.424,9 76.001,1
2012 14.256,2 52.692,9 3.167,8 16.739,7 4.901,0 323,9 100,5 92.182,0
2013 22.913,8 66.495,7 4.400,2 28.713,6 3.624,2 1.114,9 888,2 128.150,6
2014 29.561,1 97.057,1 468,9 21.419,5 7.113,4 156,3 349,9 156.126,3
2015 Semester I 20.102,6 48.811,4 361,3 11.874,8 4.077,7 48,2 183,1 85.459,2
Pertumbuhan Semester I (YoY) (%)
70,1 -2,8 96,8 23,5 357,9 -21,7 448,6 17,4
Share Semester I Tahun 2015 (%)
23,5 57,1 0,4 13,9 4,8 0,1 0,2 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Untuk PMA pertumbuhan semester I tahun 2015 dibandingkan semester I tahun
2014 mengalami penurunan sebesar minus 2,5 persen dengan pertumbuhan positif
terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dan Sulawesi. Lokasi lainnya yaitu Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Maluku, dan Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara sumbangan,
pada semester I tahun 2015 pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera memberikan
sumbangan terbesar yaitu 55 persen, 15,6 persen dan 14,1 persen.
Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)
TAHUN
LOKASI
TOTAL Sumatera Jawa
Bali & Nusa
Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2007 1.398,5 8.503,5 56,7 300,6 79,6 0,0 2,5 10.341,4
2008 1.009,9 13.566,8 95,5 115,2 65,4 0,0 18,7 14.871,5
2009 776,2 9.370,6 233,8 284,4 141,6 5,9 2,8 10.815,3
2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8
2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2
2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9
2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5
2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6
2015 Semester I 1.964,1 7.659,0 597,8 2.167,9 790,8 50,2 706,4 13.936,1
Pertumbuhan Semester I (YoY) (%)
-4,6 -0,6 8,1 -22,4 107,5 -8,5 -4,6 -2,5
Share Semester I Tahun 2015 (%)
14,1 55,0 4,3 15,6 5,7 0,4 5,1 100,0
Sumber : BKPM, diolah
58
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Berdasar lokasi menurut provinsi, pada semester I tahun 2015 untuk PMDN, dari lima
besar lokasi investasi yang diminati, 4 (empat) provinsi diantaranya terletak di Pulau
Jawa, dengan kontribusi realisasi PMDN terbesar yaitu Jawa Barat sebesar 18,0 persen.
Tabel 42. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Semester I Tahun 2015 PMA PMDN
Lokasi (Propinsi) US$ Juta %
Terhadap Total
Lokasi (Propinsi)
Rp. Miliar % Terhadap
Total
Jawa Barat 3.644,4 26,2 Jawa Barat 15.419,7 18,0
DKI Jakarta 1.601,2 11,5 Jawa Timur 12.641,7 14,8
Kalimantan Timur 1.173,8 8,4 DKI Jakarta 8.267,0 9,7
Banten 1.009,3 7,2 Jawa Tengah 7.219,5 8,4
Jawa Timur 835,5 6,0 Sumatera Selatan 7.202,7 8,4
Gabung lainnya 5.671,9 40,7 Gabung lainnya 34.708,7 40,6
Jumlah 13.936,1 100,0 Jumlah 85.459,2 100,0
Sumber : BKPM, diolah
Untuk PMA, limalokasi dengan realisasi paling besar berturut-turut adalah Jawa Barat,
DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Banten dan Jawa Timur dengan sumbangan realisasi PMA
terbesar berasal dari Jawa Barat sebesar 26,2 persen.
Realisasi per Negara
Tabel 43. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Semester I Tahun 2015
PMA USD Juta % Thd Total
Negara
Malaysia 2.594,3 18,6
Singapura 2.302,6 16,5
Jepang 1.577,7 11,3
Korea Selatan 787,9 5,7
Amerika Serikat 611,9 4,4
Gabung Lainnya 6.061,8 43,5
Jumlah 13.936,1 100,0 Sumber : BKPM, diolah
Pada semester I tahun 2015, empat dari lima besar negara asal investasi PMA
merupakan negara-negara di Asia, yaitu: 1) Malaysia, dengan nilai investasi sebesar
USD 2.594,3 juta atau 18,6 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Singapura
dengan nilai USD 2.302,6 juta (16,5 persen); 3) Jepang dengan nilai realisasi investasi
USD 1.577,7 juta (11,3 persen); 4) Korea Selatan dengan nilai realisasi investasi USD
787,9 juta (5,7 persen). Amerika Serikat berada di peringkat ke-5 dengan nilai USD
611,9 Juta atau 4,4 persen dari total realisasi investasi PMA.
59
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia
Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan
pada tabel di bawah.
Tabel 44. Status Perjanjian Ekonomi Internasional
No PERJANJIAN EKONOMI STATUS
1 ASEAN-EU Free Trade Agreement (FTA) Negotiations launched
(the 7th round of negotiations)
2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Negotiations launched (the 3rd
round of negotiations)
2 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement
Negotiations launched (consultation pre-negotiation)
3 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement
Negotiations launched (the 2nd round of negotiations)
4 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement
Negotiations launched (the 9th round of negotiations)
5 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Negotiations launched
(the 9th round of negotiations)
6 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement Negotiations launched
(the 7th round of negotiations)
7 Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA) Negotiations launched
(the 1st round of negotiations)
8 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group
(JSG) 9 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG
10 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing 11 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG
12 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference
Signed but not yet In Effect
13 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 14 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 15 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect 16 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 17 ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation Agreement Signed and In Effect
18 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect
19 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 20 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect
21 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries
Signed and In Effect
Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan II tahun 2015
mengalami defisit sebesar USD 7,1 juta. Indonesia, Singapura dan Thailand mengalami
defisit perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 3.598 juta, USD
4.476 juta dan USD 292 juta. Sementara itu, Malaysia dan Filipina mengalami surplus
perdagangan dengan Tiongkok masing-masing sebesar USD 2.389 juta dan USD 1.755
juta.
60
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Ekspor ASEAN Ke Tiongkok
Nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok pada triwulan II tahun 2015 mengalami
pertumbuhan positif sebesar 12,1 persen (QtQ). Namun bila dibandingkan dengan
triwulan yang sama di tahun 2014 (YoY), nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok mengalami
penurunan sebesar -2,8 persen.
Tabel 45. Ekspor ASEAN ke Tiongkok
Nilai Ekspor ASEAN ke Tiongkok (Juta USD)
Pertumbuhan (%) Proporsi
(%)*
Q1 2015 Q2 2015 Q2 2015
(QtQ) Q2 2015
(YoY) Q2 2015
ASEAN (5 Negara) 35.726 40.065 12,1 -2,8 7,2 Indonesia 4.319 5.015 16,1 -13,4 0,9 Mineral Products 1.565 1.711 9,4 -21,1 0,3 Mineral Fuels, Mineral Oils & Products 1.471 1.584 7,7 -23,6 0,3 Animal or Vegetable Fats and Oils 577 726 25,9 -8,5 0,1 Pulp of Wood, Paper and Paperboard 357 397 11,2 27,5 0,1 Malaysia 12.000 13.984 16,5 1,5 2,5 Machine, Electrical Equipment 8.373 8.626 3,0 -2,0 1,5 Electrical Machinery and Equipment 7.480 7.784 4,1 -0,4 1,4 Mineral Products 1.329 2.526 90,0 41,6 0,5 Mineral Fuels, Mineral Oils & Products 1.154 2.230 93,2 52,1 0,4 Singapura 6.844 7.298 6,6 -3,3 1,3 Machine, Electrical Equipment 3.056 3.337 9,2 8,4 0,6 Electrical Machinery and Equipment 2.025 2.302 13,7 8,5 0,4 Nuclear Reactors, Machinery 1.031 1.035 0,4 8,0 0,2 Plastics, Rubber and Articles Thereof 942 988 4,9 -9,2 0,2 Thailand 8.215 9.090 10,6 -0,1 1,6 Machine, Electrical Equipment 3.288 3.495 6,3 2,0 0,6 Plastics, Rubber and Articles Thereof 1.859 1.917 3,2 -11,1 0,3 Electrical Machinery and Equipment 1.701 1.880 10,5 5,2 0,3 Nuclear Reactors, Machinery 1.587 1.615 1,8 -1,4 0,3 Filipina 4.348 4.679 7,6 -6,7 0,8 Machine, Electrical Equipment 3.303 3.303 0,0 -3,7 0,6 Electrical Machinery and Equipment 2.178 2.282 4,8 1,7 0,4 Nuclear Reactors, Machinery 1.124 1.020 -9,2 -14,0 0,2 Mineral Products 446 728 63,0 -21,4 0,1
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok
Impor ASEAN Dari Tiongkok
Impor ASEAN-5 dari Tiongkok pada triwulan I tahun 2015 adalah sebesar USD 47,2
miliar atau turun sebesar -2,1 persen (QtQ) dan -0,5 persen (YoY). Dibandingkan
dengan triwulan II tahun 2014 (YoY), impor dari Tiongkok ke Indonesia turun sebesar
17,2 persen, ke Malaysia turun sebesar 0,8 persen, ke Singapura turun sebesar 0,1
persen. Namun, dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 (YoY), impor dari
Tiongkok ke Thailand dan Filipina masing-masing naik sebesar 10,5 persen dan 14,8
persen.
61
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tabel 46. Impor ASEAN dari Tiongkok
Nilai Impor ASEAN dari Tiongkok (Juta USD)
Pertumbuhan () Proporsi
()*
Q1 2015 Q2 2015 Q2 2015 (QtQ) Q2 2015
(YoY) Q2 2015
ASEAN (5 Negara) 48.234.0 47.216,6 -2,1 -0,5 11,3 Indonesia 9.163,8 8.613,6 -6,0 -17,2 2,1 Machine, Electrical Equipment 3.016,5 3.094,6 2,6 -4,1 0,7 Nuclear Reactors, Machinery 1.610,9 1.568,9 -2,6 -4,7 0,4 Electrical Machinery and Equipment
1.405,6 1.525,6 8,5 -3,4 0,4
Textiles and Textile Articles 993,9 1.154,6 16,2 -22,8 0,3 Malaysia 11.273,6 11.595,8 2,9 -0,8 2,8 Machine, Electrical Equipment 3.610,0 3.704,0 2,6 5,0 0,9 Electrical Machinery and Equipment
2.316,7 2.407,3 3,9 4,1 0,6
Textiles and Textile Articles 1.014,5 1.424,8 40,4 9,8 0,3 Base Metals and Articles 1.414,5 1.367,9 -3,3 -7,5 0,3 Singapura 13.084,1 11.774,1 -10,0 -0,1 2,8 Machine, Electrical Equipment 5.225,2 5.183,5 -0,8 5,4 1,2 Electrical Machinery and Equipment
3.171,8 3.191,1 0,6 14,3 0,8
Nuclear Reactors, Machinery 2.053,4 1.992,4 -3,0 -6,4 0,5 Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport
2.147,6 1.414,5 -34,1 10,7 0,3
Thailand 9.079,7 8.798,6 -3,1 10,5 2,1 Machine, Electrical Equipment 3.339,5 3.329,9 -0,3 12,3 0,8 Electrical Machinery and Equipment
1.720,7 1.723,4 0,2 21,7 0,4
Nuclear Reactors, Machinery 1.618,9 1.606,5 -0,8 3,7 0,4 Base Metals and Articles 1.272,0 1.184,2 -6,9 0,4 0,3 Filipina 5.632,7 6.434,5 14,2 14,8 1,5 Machine, Electrical Equipment 1.575,7 1.588,1 0,8 10,1 0,4 Base Metals and Articles 938,9 1.079,0 14,9 16,8 0,3 Electrical Machinery and Equipment
947,8 948,0 0,0 12,2 0,2
Textiles and Textile Articles 643,3 938,7 45,9 27,2 0,2
Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC
Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal
(SKA)
Tabel 47. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia
Periode SKA
Preferensi SKA Non-Preferensi
(%) SKA Preferensi + SKA Non-
Preferensi (%)
2012 45,40 11,81 57,21
2013 50,71 12,36 63,06
2014 50,61 11,90 62,51
Jan-Juni 2015
55,99 13,75 69,74
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
62
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Gambar 11. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Sepanjang bulan Januari sampai dengan Juni 2015, penggunaan SKA preferensi dan
SKA non-preferensi telah mencapai 69,7 persen terhadap total ekspor Indonesia
dimana SKA preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan utilisasi sebesar 56,0
persen. Sementara itu, sepanjang bulan Januari sampai dengan Juni 2015, spesifik
untuk SKA preferensi, Form A merupakan Form yang paling banyak dimanfaatkan
dengan tingkat utilisasi sebesar 26,7 persen yang diikuti oleh Form D (20,5 persen).
Sebagai tambahan, pada kurun waktu yang sama Form B mendominasi utilisasi
penggunaan SKA Non-Preferensi dengan tingkat utilisasi sebesar 90,1 persen.
Gambar 12. Persentase Penggunaan SKA Non-Preferensi terhadap Total SKA Non-Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
63
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA
Ekspor Impor Indonesia-ASEAN
Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan II tahun 2015
adalah sebesar USD 8,7 miliar sedangkan nilai impor Indonesia ke ASEAN sebesar USD
10,2 miliar. Nilai ekspor yang lebih rendah daripada nilai impor mengakibatkan pada
triwulan kedua tahun ini Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar USD
1,5 miliar. Berkaitan dengan pertumbuhan kumulatif nilai ekspor dan impor antara
triwulan II tahun 2014 dan triwulan II tahun 2015, baik ekspor maupun impor
mengalami penurunan pertumbuhan masing-masing sebesar 15,1 persen dan 22,5
persen.
Namun, pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN antara triwulan I tahun 2014 dan
triwulan I tahun 2015 (YoY) dilihat dari masing-masing negara tujuan mengalami tren
pertumbuhan yang bervariasi dimana Laos adalah negara tujuan ekspor yang
mengalami pertumbuhan positif tertinggi sebesar 34,7 persen diikuti oleh Brunei (33,7
persen). Sedangkan negara tujuan ekspor yang mengalami penurunan terbesar adalah
Singapura dengan penurunan sebesar 24,3 persen dan proporsi total ekspor sebesar
37,5 persen.
Tabel 48. Ekspor Indonesia-ASEAN
Negara Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan (%)* Proporsi (%)**
Apr-15 Mei-15 Jun-15 Kumulatif Q2 2015 Q2 2015
Brunei 9,4 7,6 12,4 29,3 33,7 0,3
Kamboja 31,7 36,7 38,6 107,0 -5,5 1,2
Laos 1,1 0,7 0,1 1,9 34,7 0,0
Malaysia 689,1 665,0 727,7 2.081,9 -21,5 23,8
Myanmar 39,3 32,9 39,9 112,1 -6,1 1,3
Filipina 323,1 289,4 378,2 990,6 4,3 11,3
Singapura 1.050,6 1.084,9 1.135,0 3.270,5 -24,3 37,5
Thailand 473,7 478,4 578,1 1.530,2 1,3 17,5
Vietnam 218,1 189,9 197,5 605,5 2,4 6,9
Total Ekspor 2.836,1 2.785,5 3.107,5 8.729,1 -15,1 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**) : proporsi terhadap total ekspor (%)
Dari aspek impor, semua negara importir mengalami pertumbuhan negatif dengan Laos
sebagai negara pemasok impor Indonesia yang mengalami penurunan paling besar
yaitu sebesar 99,8 persen. Sementara itu, Singapura tidak hanya merupakan negara
tujuan ekspor utama Indonesia melainkan juga negara pemasok terbesar impor
Indonesia dengan proporsi total impor sebesar 47,2 persen walaupun Singapura juga
mengalami pertumbuhan negatif sebesar -24,6 persen (YoY).
64
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Tabel 49. Impor Indonesia-ASEAN
Negara Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan (%)* Proporsi (%)**
Apr-15 Mei-15 Jun-15 Kumulatif Q2 2015 Q2 2015
Brunei 0,7 0,1 0,3 1,1 -99,7 0,0
Kamboja 1,1 1,3 1,6 4,0 -11,6 0,0
Laos 0,0 0,0 0,0 0,0 -99,8 0,0
Malaysia 875,0 676,6 834,8 2.386,4 -11,7 23,3
Myanmar 14,7 12,3 16,8 43,8 -14,5 0,4
Filipina 52,2 53,0 60,3 165,5 -15,2 1,6
Singapura 1.545,6 1.691,4 1.591,0 4.828,0 -24,6 47,2
Thailand 610,6 676,9 747,4 2.034,9 -22,1 19,9
Vietnam 29,5 227,9 242,4 762,8 -16,1 7,5
Total Impor 3.392,3 3.339,4 3.494,8 10.226,5 -22,5 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*) : pertumbuhan year-on-year (YoY)
Keterangan (**) : proporsi terhadap total impor (%)
Perdagangan Antar Negara ASEAN
Proporsi ekspor terbesar pada tahun 2014 dialami oleh Singapura sebesar 42,1 persen,
diikuti oleh Malaysia (21,5 persen), Thailand (19,6 persen) dan Indonesia (13,1
persen). Sedangkan proporsi impor terbesar pada tahun 2014 berturut-turut dialami
oleh Singapura (31,3 persen), Malaysia (22,3 persen), Indonesia (21,1 persen) dan
Thailand (17,9 persen). Sementara itu Singapura, Thailand dan Malaysia mendapatkan
surplus perdagangan paling positif dengan ASEAN, yaitu masing-masing sebesar USD
52,3 miliar; USD 16,1 miliar; dan USD 11,5 miliar.
Tabel 50. Perdagangan Antar Negara ASEAN Tahun 2012-2014
Neraca (Juta USD) Proporsi Ekspor ke ASEAN
(%) Proporsi Impor dari
ASEAN (%)
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014
Indonesia -
11.991.0 -
13.400,8 -11.080 13,1 12,5 13,1 19,8 19,9 21,1
Brunei 45,3 812,6 273,0 0,6 0,8 0,7 0,7 0,7 0,7
Kamboja * -1.500,7 -1.538,8 0,3 0,4
0,9 1,0
Malaysia 6.153.6 8.926,0 11.537,4 19,1 19,7 21,5 20,2 20,3 22,3
Filipina -5.149,5 -5.556,5 -6.947,5 3,1 2,7 3,0 5,5 5,2 6,7
Singapura 50.030,8 50.890,9 52.300,7 40,6 39,8 42,1 29,4 28,7 31,3
Thailand 14.109,6 15.317,6 16.131,4 17,8 18,3 19,6 15,7 16,2 17,9
Vietnam * -3.393,8 -2.702,6 5,5 5,7
7,7 7,9
Sumber: UN COMTRADE, diolah
Keterangan (*) : Data tahun 2015 belum tersedia
65 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan I Tahun 2015
Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada April-Juni 2015 masing-masing sebesar
6,79 persen, 7,15 persen, dan 7,26 persen.
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan II tahun 2015
sebesar Rp 13.175,00 per USD.
Rata-rata IHSG (Indonesia) pada triwulan II tahun 2015 sebesar 5.071,15.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat dan jauh dari
batas ambang aman yang besarnya 8,0 persen, yaitu sebesar 20,3 persen pada
bulan Mei 2015.
Pada bulan Mei 2015, rasio kredit bermasalah cukup terkendali pada kisaran
2,58 persen.
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER
DAN SEKTOR KEUANGAN
66 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
66
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER
Perkembangan Moneter Global
Perkembangan perekonomian global masih mengalami perlambatan. Perlambatan
perekonomian khususnya terjadi di kawasan Eropa, Tiongkok, Rusia, dan Brazil.
Perlambatan perekonomian diiringi dengan tren penurunan cadangan devisa global
menjadi USD 11,4 triliun hingga akhir triwulan I tahun 2015 yang sebelumnya USD
11,6 triliun pada triwulan IV tahun 2014 (Gambar 13). Penurunan terjadi pada
cadangan devisa negara-negara berkembang sebesar 2,9 persen dibanding triwulan
sebelumnya (QtQ), sebaliknya pada negara maju terjadi peningkatan sebesar 1,9
persen (QtQ).
Gambar 13. Posisi Cadangan Devisa Dunia (triliun USD)
Sumber: International Monetary Fund, data
Di sisi lain, ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan dan menjadi motor
pemulihan ekonomi global. Amerika Serikat terpantau terus menunjukkan
perbaikan dan berada dalam siklus meningkat sampai akhir triwulan II tahun 2015.
Inflasi AS meningkat menjadi 0,1 persen pada Juni secara tahunan (YoY) dengan
tingkat pengangguran yang menurun menjadi 5,3 persen. Tingkat pengangguran AS
semakin mendekati tingkat estimasi non-accelerating inflation rate of unemployment
(NAIRU) yang berarti hal ini memberikan sinyal bahwa peluang The Fed untuk
segera menaikkan suku bunganya pada akhir tahun 2015 atau awal tahun 2016
semakin besar.
Perekonomian kawasan Eropa selama triwulan II tahun 2015 menunjukkan
pemulihan yang lambat. Volatilitas politik dan risiko finansial membayangi
pemulihan ekonomi seiring dengan proses gagal bayar yang terjadi di Yunani pada
akhir Juni 2015. European Central Bank (ECB) masih melangsungkan kebijakan
Quantitative Easing (QE) hingga September 2016 untuk menstimulus pertumbuhan
dan menghindari deflasi berkepanjangan. Kebijakan QE direspon positif oleh
peningkatan tingkat inflasi pada akhir triwulan II menjadi 0,2 persen. Seiring dengan
peningkatan inflasi, tingkat pengangguran mengalami penurunan pada triwulan II
67 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
67
tahun 2015 menjadi 11,1 persen. Akan tetapi, indeks kepercayaan konsumen
semakin menurun menjadi -5,6 persen pada akhir triwulan II tahun 2015.
Perekonomian Rusia masih mengalami resesi pada akhir triwulan II tahun 2015.
Dewan Eropa memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia hingga Januari 2016
sehubungan dengan konflik politik antara Rusia dan Ukraina yang masih terus
berlanjut. Melemahnya ekonomi Rusia karena ekonomi Rusia sangat tergantung
pada ekspor energi yang dilanda anjloknya harga minyak. Atas hal tersebut, Rubel
sampai akhir triwulan II tahun 2015 terus melemah terhadap USD. Namun, tingkat
inflasi mengalami sedikit perbaikan dan menurun menjadi sebesar 15,3 persen pada
Juni 2015 yang sebelumnya 16,9 persen pada Maret 2015. Meski menurun, tingkat
inflasi ini masih jauh di atas target inflasi jangka panjang Central Bank of Russia
(CBR) sebesar 4 persen.
Perekonomian Asia Pasifik mengalami perlambatan. Isu akan terjadinya
peningkatan suku bunga The Fed dan terjadinya depresiasi mata uang negara-negara
emerging market di Asia dapat berpengaruh pada peningkatan biaya pinjaman,
peningkatan volatilitas keuangan, serta pengurangan arus modal negara-negara di
Asia. Perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan pada triwulan II tahun 2015
seiring dengan melemahnya ekspor akibat melemahnya permintaan global. Hal ini
semakin memburuk diikuti dengan terjadinya kejatuhan saham Shanghai Composite
(SSEC). Perlambatan ekonomi direspon oleh Bank Sentral Tiongkok (PboC) dengan
memangkas tingkat suku bunganya menjadi 4,85 persen pada Juni 2015.
Tabel 51. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan II Tahun 2015 (persentase)
Negara Apr-15 Mei-15 Jun-15
Tiongkok 5,35 5,10 4,85
Australia 2,25 2,00 2,00
India 7,50 7,50 7,25
Selandia Baru 3,50 3,50 3,25
Korea Selatan 1,75 1,75 1,50
Sumber: Bank Indonesia
Perekonomian Brazil mengalami penurunan selama triwulan II tahun 2015. Terjadi
peningkatan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Tingkat inflasi Brazil pada
Juni mencapai 8,89 persen (YoY), di mana angka ini merupakan yang tertinggi sejak
12 (dua belas) tahun terakhir. Sementara itu tingkat pengangguran Brazil meningkat
menjadi 6,9 persen pada Juni 2015 yang merupakan pengangguran tertinggi sejak 2
(dua) tahun terakhir. Kelesuan perekonomian tersebut disikapi oleh bank sentral
Brazil (Banco Central do Brasil) dengan memfokuskan kebijakan moneter untuk
68 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
68
pencapaian inflasi pada tingkat 4,5 persen dan tetap mempertahankan suku
bunganya pada triwulan II tahun 2015.
Di tengah prospek peningkatan suku bunga The Fed, selama triwulan II tahun 2015
bank sentral sebagian besar negara memilih untuk mempertahankan suku
bunganya. Adapun beberapa bank sentral yang menurunkan tingkat suku bunganya,
antara lain Tiongkok, Australia, India, Selandia Baru, dan Korea Selatan (Tabel 51).
Penurunan suku bunga ini dilakukan untuk menstimulus perekonomian. Penurunan
suku bunga bank sentral diperkirakan akan semakin memperlemah nilai tukar yang
diharapkan ke depannya dapat meningkatkan ekspor masing-masing negara guna
mencapai surplus neraca perdagangan.
Perkembangan Moneter Domestik
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2015 melambat menjadi
4,7 persen (YoY) dan 3,8 persen (QtQ). Perekonomian Indonesia secara tahunan
tumbuh lebih lambat, terutama karena kontraksi dari sektor pertambangan dan
penggalian. Sementara itu secara triwulanan, pertumbuhan negatif juga terjadi pada
sektor pertambangan dan penggalian, serta jasa keuangan dan asuransi.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini diiringi dengan peningkatan inflasi beserta
tren melemahnya nilai tukar Rupiah selama triwulan II tahun 2015. Tingkat inflasi
Juni 2015 mencapai 7,3 persen (YoY) dengan nilai tukar Rupiah pada posisi akhir
bulan Rp 13.339/USD. Pelemahan nilai tukar ini tidak diikuti dengan peningkatan
kinerja ekspor di mana kinerja ekspor akhir triwulan II tahun 2015 menurun
menjadi 13,44 miliar USD yang sebelumnya pada akhir triwulan I tahun 2015
sebesar 13,71 miliar USD.
Dalam upaya mengendalikan inflasi untuk menuju sasaran 4±1 persen pada tahun
2015 dan 2016 serta untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan, Bank
Indonesia (BI) selama triwulan II tahun 2015 memutuskan untuk tetap
mempertahankan suku bunganya pada tingkat 7,5 persen. Hal ini diiringi dengan
penurunan suku bunga deposito berjangka waktu 1 (satu), 3 (tiga) dan 6 (enam)
bulan masing-masing 7,76 persen; 8,27 persen; dan 8,73 persen pada Juni 2015.
Sementara itu, suku bunga kredit juga mengalami penurunan menjadi 12,97 persen
pada Juni 2015 dibanding Maret 2015 yang sebesar 12,99 persen.
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan II tahun 2015 sebesar Rp
4359,5 triliun, tumbuh melambat 13,0 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan
pada akhir triwulan I tahun 2015 yang sebesar 16,3 persen (YoY) (Gambar 14).
Perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang kuasi (simpanan berjangka
dan tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta simpanan giro valuta asing)
dan uang beredar sempit (M1). Jika dilihat berdasarkan faktor yang mempengaruhi,
perlambatan pertumbuhan uang beredar disebabkan oleh melambatnya ekspansi
keuangan Pemerintah Pusat dan pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan.
69 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
69
Gambar 14. Pertumbuhan Uang Beredar (YoY)
Sumber: Bank Indonesia
Cadangan Devisa selama April-Juni 2015 mengalami penurunan. Pada April 2015
terjadi penurunan cadangan devisa menjadi sebesar USD 110,9 miliar dibandingkan
bulan Maret 2015. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran
untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan penggunaan devisa dalam
rangka stabilisasi nilai tukar. Begitu juga dengan cadangan devisa pada Mei dan Juni
2015 yang masing-masing menurun menjadi USD 110,8 miliar dan USD 108,0 miliar.
Di tengah perlambatan ekonomi, kinerja pasar modal ikut melemah, hal ini
tercermin pada IHSG yang memiliki tren menurun pada akhir triwulan II tahun
2015. Penurunan IHSG mencapai titik terendahnya pada pertengahan Juni 2015
yang mencapai level 4.837,794 yang merupakan IHSG terendah sejak 5 Februari
2014. Pelemahan indeks saham ini disebabkan oleh sentimen negatif dari faktor
eksternal maupun domestik. Di sisi eksternal, sentimen negatif datang dari proses
gagal bayar Yunani dan kejatuhan saham Tiongkok yang dapat menyebabkan capital
outflow di negara-negara berkembang. Di sisi domestik, sentimen negatif berasal
dari rilis data perekonomian Indonesia yang semakin melemah.
Inflasi
Inflasi Global
Pada triwulan II tahun 2015, pergerakan inflasi global cukup variatif (tabel 52).
Inflasi di Indonesia, Brazil, India, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Kawasan
Eropa, dan Inggris cenderung meningkat selama periode April-Juni 2015.
Sebaliknya, beberapa negara yang mengalami penurunan inflasi antara lain Rusia,
Tiongkok, Thailand, dan Jepang.
Pada akhir periode triwulan II tahun 2015, meskipun Rusia mengalami penurunan
tingkat inflasi, negara ini tetap menempati tingkat inflasi tertinggi dibandingkan
negara-negara lainnya dengan nilai inflasi sebesar 15,3 persen (YoY). Sedangkan
Thailand merupakan negara yang mengalami tingkat deflasi tertinggi selama
triwulan II tahun 2015. Deflasi Thailand pada periode April-Juni 2015 masing-
70 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
70
masing sebesar 1,04 persen, 1,27 persen, dan 1,07 persen (YoY). Selain Thailand,
Singapura juga mengalami deflasi selama triwulan II tahun 2015. Sementara itu, AS
telah keluar dari zona deflasi dan pada Juni 2015 mencatatkan tingkat inflasi
sebesar 0,1 persen (YoY).
Tabel 52. Tingkat Inflasi Global (YoY)
Apr-15 Mei-15 Jun-15
Indonesia 6,79 7,15 7,26
BRIC
Brazil 8,17 8,47 8,89
Rusia 16,4 15,8 15,3
India 5,79 5,74 6,1
Tiongkok 1,5 1,2 1,4
ASEAN-4
Singapura -0,5 -0,4 -0,3
Malaysia 1,8 2,1 2,5
Thailand -1,04 -1,27 -1,07
Negara Maju
Kawasan Euro 0 0,3 0,2
AS -0,2 0 0,1
Inggris -0,1 0,1 0
Jepang 0,6 0,5 0,4
Sumber: Bloomberg, data
Sementara itu, jika dibandingkan dengan akhir triwulan I tahun 2015, Indonesia
mengalami peningkatan inflasi. Jika triwulan sebelumnya inflasi tahunan Indonesia
sebesar 6,38 persen pada bulan Maret 2015 (YoY), maka pada triwulan II tahun
2015 inflasi berada pada posisi 7,26 persen pada bulan Juni 2015 (YoY).
Peningkatan inflasi pada triwulan II tahun 2015 ini merupakan dampak dari faktor
seasonal menjelang perayaan Idul Fitri dan datangnya gelombang panas El-Nino
yang dapat mengurangi jumlah pasokan barang.
Inflasi Domestik
Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada April-Juni 2015 masing-masing sebesar 6,79
persen, 7,15 persen, dan 7,26 persen. Pada periode yang sama secara bulanan
(MtM), Indonesia mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,36 persen, 0,50
persen, dan 0,54 persen. Sedangkan secara tahun kalender selama triwulan II tahun
2015, Indonesia sempat mengalami deflasi sebesar 0,08 persen pada April 2015,
yang kemudian pada Mei dan Juni 2015 disusul inflasi sebesar 0,42 persen dan 0,96
persen (Tabel 53).
71 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
71
Inflasi pada akhir triwulan II tahun 2015 terpantau meningkat dibandingkan inflasi
pada akhir triwulan sebelumnya pada bulan Maret 2015. Peningkatan inflasi
terutama disebabkan pengaruh dari peningkatan harga barang-barang menjelang
perayaan Idul Fitri dan antisipasi akan datangnya musim kemarau dari gelombang
panas El-Nino. Kedua hal tersebut telah mendorong peningkatan harga-harga
khususnya pada kelompok bahan makanan.
Tabel 53. Tingkat Inflasi Domestik
Apr-15 Mei-15 Jun-15
Year-on-Year 6,79 7,15 7,26
Month-to-Month 0,36 0,5 0,54
Tahun kalender -0,08 0,42 0,96
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Secara tahunan (YoY), selama triwulan II tahun 2015, harga diatur Pemerintah mengalami inflasi tertinggi dibanding komponen inflasi lainnya, namun dengan tren yang menurun. Adapun inflasi harga bergejolak yang memiliki tren yang semakin meningkat di mana pada April 2015 sebesar 6,25 persen (YoY) menjadi 8,83 persen (YoY) pada Juni 2015. Komponen inflasi inti selama triwulan II tahun 2015 tetap stabil pada tingkat 5,04 persen (YoY) (Tabel 54).
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen
Komponen YoY MtM
Apr-15 Mei-15 Jun-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15
Inti 5,04 5,04 5,04 0,24 0,23 0,26
Bergejolak 6,25 8,1 8,83 -0,91 1,52 1,74
Diatur pemerintah
13,26 13,35 13,14 1,88 0,38 0,26
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Pada April 2015, inflasi komponen harga diatur Pemerintah mencapai 1,88 persen
(MtM) merupakan yang tertinggi dibandingkan komponen inflasi lainnya dan
menyumbang inflasi sebesar 0,37 persen (MtM) terhadap pembentukan inflasi
bulanan. Sebaliknya komponen inflasi harga bergejolak mengalami deflasi 0,91
persen (MtM) dan menyumbang deflasi 0,15 persen (MtM) dalam pembentukan
inflasi bulanan. Besarnya sumbangan inflasi harga diatur Pemerintah secara bulanan
salah satunya disebabkan oleh peningkatan harga BBM yang terjadi di akhir Maret
2015.
Berbeda dengan bulan April, komponen inflasi tertinggi secara bulanan pada Mei
dan Juni 2015 dimiliki oleh inflasi harga bergejolak (volatile food) dengan tren yang
terus meningkat. Inflasi ini pada Mei dan Juni 2015 masing-masing menyumbang
0,29 persen (MtM) dan 0,33 persen (MtM) dalam pembentukan inflasi bulanan.
Peningkatan harga pada volatile food terutama disebabkan oleh faktor musiman
yaitu berupa peningkatan permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang
72 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
72
bersamaan dengan mulai datangnya musim kemarau dari gelombang panas El-Nino.
Sementara itu, sumbangan komponen inflasi inti terhadap pembentukan inflasi
bulanan tercatat cukup stabil selama April-Juni 2015 (Tabel 55).
Tabel 55. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share)
Komponen
Apr-15 Mei-15 Jun-15
UMUM (headline) 0,36 0,5 0,54
Inti 0,14 0,13 0,16
Bergejolak -0,15 0,29 0,33
Diatur Pemerintah 0,37 0,08 0,05
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Secara tahunan, inflasi kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau merupakan yang tertinggi selama triwulan II tahun 2015. Namun, jika
dilihat secara bulanan, kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan serta bahan makanan memiliki inflasi tertinggi dan membentuk inflasi
bulanan dengan share terbesar dibanding kelompok pengeluaran lainnya. Pada
bulan April 2015 inflasi tertinggi dimiliki oleh kelompok transportasi, komunikasi,
dan jasa keuangan sebesar 1,8 persen (MtM) serta deflasi terjadi pada kelompok
bahan makanan sebesar 0,79 persen (MtM). Tingginya inflasi pada kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan di bulan April merupakan dampak dari
peningkatan harga BBM yang terjadi pada akhir Maret 2015. Sedangkan pada Mei
dan Juni 2015 inflasi tertinggi dimiliki oleh kelompok bahan makanan masing-
masing sebesar 1,39 persen (MtM) dan 1,6 persen (MtM) serta tidak ada satu pun
kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara bulanan. Komoditas bahan
makanan yang dominan memberikan sumbangan inflasi tertinggi adalah cabai
merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras (Tabel 56).
Tabel 56. Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY)
Kelompok Pengeluaran YoY (2015) MtM (2015)
Apr Mei Jun Apr Mei Jun
UMUM (headline) 6,79 7,15 7,26 0,36 0,50 0,54 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
7,85 7,84 7,75 1,80 0,20 0,11
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 4,15 4,15 4,13 0,05 0,06 0,07 Kesehatan 5,76 5,68 5,63 0,38 0,34 0,32 Sandang 3,67 3,78 3,76 0,24 0,23 0,28 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
7,52 7,49 7,33 0,22 0,20 0,23
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
8,30 8,47 8,71 0,50 0,50 0,55
Bahan Makanan 6,29 7,92 8,58 -0,79 1,39 1,60 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
73 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
73
Secara tahunan (YoY), 82 kabupaten/kota mengalami inflasi selama triwulan II
tahun 2015 (Lampiran 1). Pada akhir triwulan II tahun 2015, terjadi inflasi sebesar
7,26 persen (YoY) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 120,14. Secara
tahunan selama April-Juni 2015, kota Tual tercatat memiliki inflasi tertinggi masing-
masing sebesar 17,6 persen (YoY); 18,85 persen (YoY); dan 17,83 persen (YoY).
Sementara itu, inflasi terendah di bulan April dan Mei 2015 dimiliki oleh kota
Maumere masing-masing 1,98 persen (YoY) dan 1,46 persen (YoY), sedangkan di
bulan Juni, Ambon tercatat memiliki inflasi terendah sebesar 1,7 persen (YoY).
Sementara itu, jika ditinjau secara bulanan sebaran inflasi/deflasi di 82 kabupaten/
kota lebih merata dibandingkan secara tahunan (Lampiran 1). Inflasi tertinggi pada
bulan April 2015 dimiliki kota Tual sebesar 1,31 persen (MtM), pada bulan Mei 2015
dimiliki kota Palu sebesar 2,24 persen (MtM), dan pada bulan Juni 2015 dimiliki kota
Sorong sebesar 1,9 persen (MtM). Peningkatan inflasi di ketiga kota tersebut secara
umum disebabkan oleh peningkatan harga pada bahan makanan yang sebagian
besar berupa ikan segar dan bumbu-bumbuan. Sebaliknya, deflasi terendah pada
bulan April dimiliki kota Manokwari sebesar 0,69 persen (MtM); pada bulan Mei
dimiliki kota Pangkal Pinang sebesar 0,61 persen (MtM); dan pada Juni dimiliki kota
Tual sebesar 0,8 persen (MtM). Deflasi yang terjadi pada kota Tual di bulan Juni
2015 disebabkan oleh penurunan harga pada komoditas ikan sebagai akibat
melimpahnya pasokan pada bulan Juni 2015.
Nilai Tukar Mata Uang Dunia
Berdasarkan nilainya pada akhir bulan, selama triwulan II tahun 2015 baik secara
bulanan (MtM), awal tahun (YtD), maupun tahunan (YoY), sebagian besar nilai tukar
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tren pelemahan (Lampiran 2). Tren
pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS sejalan dengan normalisasi kebijakan bank
sentral AS dan perbaikan data perekonomian AS yang memberikan tekanan
terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk Rupiah.
Jika dilihat secara bulanan, pada bulan April 2015 mata uang sebagian besar negara-
negara terpilih sempat mengalami penguatan terhadap dolar AS, termasuk Rupiah.
Penguatan tertinggi pada akhir April 2015 dialami oleh Rubel Rusia yang menguat
11,34 persen (MtM) meskipun secara tahunan masih mengalami pelemahan
terdalam. Sementara itu, pada Mei dan Juni 2015 mata uang sebagian besar negara
mengalami pelemahan terhadap dolar AS, namun terdapat beberapa negara yang
mengalami penguatan nilai tukar terhadap dolar AS pada akhir Juni 2015 antara lain
Brasil, India, Singapura, Kawasan Euro, Inggris, dan Jepang. Poundsterling Inggris
mengalami penguatan tertinggi sebesar 2,63 persen (MtM) pada akhir Juni 2015
seiring dengan positifnya data-data perekonomian di negara tersebut.
74 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
74
Gambar 15. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)
0
20
40
60
80
100
120
140
Jan-95
Aug-95
Mar-96
Oct-96
May-97
Dec-97
Jul-98
Feb-99
Sep-99
Apr-00
Nov-00
Jun-01
Jan-02
Aug-02
Mar-03
Oct-03
May-04
Dec-04
Jul-05
Feb-06
Sep-06
Apr-07
Nov-07
Jun-08
Jan-09
Aug-09
Mar-10
Oct-10
May-11
Dec-11
Jul-12
Feb-13
Sep-13
Apr-14
Nov-14
Jun-15
IndonesiaBISBIDRIndex MalaysiaBISBMYRIndex FilipinaBISBPHRIndex
SingapuraBISBSGRIndex ThailandBISBTHRIndex
Sumber: Bank for International Settlements
Jika dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), selama April-Juni
2015, sebagian besar mata uang negara terpilih juga mengalami pelemahan
terhadap dolar AS. Adapun Rusia merupakan satu-satunya negara yang mengalami
penguatan terhadap dolar AS selama April-Juni 2015 masing-masing 10,75 persen
(YtD); 1,89 persen (YtD); dan 4,26 persen (YtD). Meskipun perekonomian Rusia
masih dalam kondisi resesi, namun dapat dilihat bahwa telah terjadi sedikit
perbaikan ekonomi yang ditunjukkan dengan penguatan Rubel terhadap dolar AS
dibanding awal tahun. Sebaliknya pada periode yang sama, Real Brazil menjadi mata
uang yang terdepresiasi paling dalam dibanding mata uang lainnya dengan masing-
masing pelemahan sebesar 13,43 persen (YtD); 19,89 persen (YtD); dan 16,76
persen (YtD). Adapun Rupiah Indonesia mengalami tren pelemahan nilai tukar yang
semakin meningkat selama triwulan II tahun 2015 secara YtD.
Berbeda halnya secara bulanan maupun awal tahun, Rusia merupakan negara yang
mengalami depresiasi terdalam secara tahunan (YoY). Pelemahan nilai tukar Rubel
Rusia terhadap dolar AS pada akhir Juni 2015 merupakan yang tertinggi dibanding
mata uang lainnya, yakni sebesar 62,85 persen (YoY). Sedangkan nilai tukar Yuan
Tiongkok secara tahunan merupakan satu-satunya mata uang yang terapresiasi
terhadap US Dollar, yakni sebesar 0,03 persen (YoY) pada akhir Juni 2015.
Secara relatif, nilai tukar Rupiah tergolong lemah dibandingkan mata uang negara
sekawasan. Pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) memang tidak hanya
membuat Rupiah melemah, namun juga mengkoreksi nilai tukar mata uang
beberapa negara (Gambar 15). Akan tetapi, secara riil nilai tukar Rupiah relatif lebih
rendah dibandingkan negara sekawasan lainnya (lihat Gambar 15). Pada bulan Juni
2015, nilai REER Indonesia semakin menurun menjadi 88,84, berada dibawah REER
75 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
75
Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand yang secara berturut-turut mencatat
REER sebesar 95,01; 117,52; 113,42; dan 105,67.
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap US dolar selama triwulan II tahun 2015
sebesar Rp 13.175,00 per USD, melemah sebesar 2,03 persen dibandingkan triwulan
sebelumnya. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada akhir Juni 2015mencapai Rp
13.339,00 per USD. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun
faktor internal. Tekanan terhadap Rupiah dari faktor eksternal; terutama
dipengaruhi oleh faktor kekhawatiran akan normalisasi kebijakan bank sentral AS
(The Fed). Kekhawatiran tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi AS yang
semakin didukung kuat dengan proses gagal bayar Yunani dan perlambatan
ekonomi Tiongkok, sehingga mendorong permintaan terhadap dolar AS yang
selanjutnya menopang penguatan USD. Sedangkan dari faktor internal antara lain
dengan berkurangnya nilai ekspor dan cadangan devisa serta adanya lonjakan
permintaan terhadap US dollar untuk pembayaran utang.
Indeks Harga Saham
Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama bulan April-Juni 2015
mengalami tren pelemahan saham secara bulanan. Pada bulan April dan Mei 2015
bursa saham yang mengalami tren penguatan berkala adalah Tiongkok (SSEA),
Amerika Serikat (DJIA dan S&P 500), dan Jepang (N225), sedangkan bursa saham
lainnya berfluktuasi. Pada akhir Juni 2015, hampir seluruh bursa saham mengalami
pelemahan secara bulanan dan pelemahan tertinggi dialami oleh bursa saham
Tiongkok (SSEA) sebesar 7,25 persen (MtM) kecuali bursa saham Thailand (SETI)
yang mengalami penguatan tipis 0,57 persen (MtM). Pelemahan bursa saham ini
karena sentimen negatif dari perlambatan ekonomi dunia yang diperkirakan terjadi
selama triwulan II tahun 2015, proses gagal bayar Yunani, dan kejatuhan saham
Tiongkok (Lampiran 3).
Dibandingkan dengan posisinya pada awal tahun 2015 (YtD), negara yang bursa
sahamnya mengalami penguatan secara berkala selama triwulan II tahun 2015
adalah Brasil (IBOV), Rusia (RTSI), Tiongkok (SSEA), Amerika Serikat (S&P 500),
Kawasan Eropa (STOXX-50), dan Jepang (N225). Sedangkan bursa saham negara-
negara lain bergerak variatif selama bulan April-Juni 2015. Meskipun pada Juni 2015
bursa saham Tiongkok (SSEA) mengalami kejatuhan saham secara bulanan, akan
tetapi jika dibandingkan dengan awal tahun 2015 SSEA merupakan bursa saham
dengan penguatan tertinggi selama triwulan II tahun 2015.
Sama halnya secara YtD, bursa saham yang mengalami penguatan terbesar secara
tahunan selama triwulan II tahun 2015 adalah Tiongkok (SSEA) yang mencapai
108,82 persen (YoY) pada akhir Juni 2015. Sebaliknya, bursa saham yang mengalami
pelemahan terbesar adalah Rusia (RTS), yakni mencapai 31,20 persen (YoY) pada
akhir Juni 2015.
76 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
76
Seiring dengan perbaikan ekonomi di AS, pada tanggal 30 Juni 2015, Indeks DJIA dan
S&P 500 ditutup pada level 17.619,51 dan 2.063,11. Jika dibandingkan secara
tahunan (YoY), terlihat bahwa bursa saham Wall Street memiliki tren positif selama
triwulan II tahun 2015. Namun, bursa Wall Street mengalami pelemahan secara
bulanan (MtM) di akhir Juni dipicu oleh sentimen negatif seiring dengan isu
peningkatan suku bunga The Fed dan proses gagal bayar Yunani.
Rata-rata IHSG (Indonesia) pada triwulan II tahun 2015 sebesar 5.071,15. Nilai rata-
rata IHSG tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan I tahun 2015. Jika
dibandingkan dengan awal tahun 2015 (YtD), bursa saham Indonesia juga
mengalami pelemahan selama bulan April-Juni 2015. Hal yang sama juga terjadi jika
dibandingkan secara bulanan (MtM), namun jika dibandingkan secara tahunan
(YoY) bursa saham IHSG mengalami penguatan. Indeks saham Indonesia pada akhir
Juni 2015 berada dilevel 4.910,658 dimana merupakan IHSG terendah dibandingkan
posisi akhir bulan sebelumnya. Pelemahan IHSG selama triwulan II tahun 2015 lebih
dipengaruhi oleh sentimen negatif eksternal seiring melemahnya bursa saham
Tiongkok beserta sentimen negatif internal terhadap perlambatan perekonomian
pada triwulan II.
Indeks Harga Komoditas Internasional Gambar 16. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global
40
60
80
100
120
140
160
BERAS GULA GANDUM COKELAT JAGUNG KACANG KEDELAI
Sumber: Bloomberg, data diolah
(3 Januari 2012=100)
Mayoritas komoditas internasional mengalami pergerakan indeks penurunan harga
selama triwulan II tahun 2015, baik dibanding awal tahun (YtD) maupun secara
tahunan (YoY). Komoditas beras, gula, dan gas alam mengalami penurunan indeks
harga secara berkala jika dibanding awal tahun. Sementara itu, secara tahunan
(YoY), hampir semua indeks harga komoditas terpilih mengalami penurunan indeks
harga secara berkala dengan penurunan indeks harga terbesar dimiliki komoditas
minyak mentah Brent Oil dan gas alam. Hanya komoditas gandum dan perak yang
mengalami fluktuasi harga secara tahunan (Lampiran 4).
77 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
77
Tren penurunan indeks harga sebagian besar komoditas yang terjadi pada triwulan
II tahun 2015 ini mencerminkan kelesuan perekonomian dunia. Jika dibandingkan
secara bulanan (MtM), di posisi akhir bulan April dan Mei, hampir semua komoditas
mengalami penurunan harga. Hal sebaliknya terjadi pada akhir bulan Juni di mana
sebagian besar komoditas mengalami peningkatan kecuali komoditas minyak
mentah Brent Oil dan komoditas logam mulia berupa emas, tembaga, dan perak.
Kecenderungan penurunan indeks harga logam mulia menunjukkan bahwa
permintaan akan komoditas ini menurun seiring dengan penguatan dolar Amerika
Serikat yang membuat sifat hedging logam mulia (emas dan perak) menjadi turun.
Gambar 17. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global
40
50
60
70
80
90
100
110
120
EMAS PERAK BRENT OIL TEMBAGA GAS ALAM
Sumber: Bloomberg, data diolah
(3 Januari 2012=100)
Pada April 2015, minyak mentah Brent Oil sempat mengalami peningkatan indeks
harga sebesar 21,18 persen (MtM) seiring dengan kabar penurunan jumlah lahan
pengeboran minyak di Amerika Serikat. Namun, pada akhir Mei dan Juni 2015,
minyak mentah Brent Oil kembali mengalami penurunan indeks harga. Tren
penurunan harga yang terjadi sejak pertengahan tahun 2014 lalu karena
melimpahnya pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang tidak
didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari negara OPEC. Sementara itu,
anjloknya harga juga tidak didukung oleh peningkatan permintaan global akan
komoditas ini.
Komoditas energi lainnya, yaitu gas alam juga mengalami penurunan. Penurunan
indeks harga gas alam secara utama disebabkan oleh meningkatnya produksi
khususnya di Amerika Serikat yang tidak diiringi oleh meningkatnya permintaan
global. Tiongkok dan negara-negara kawasan Eropa sebagai pengguna gas alam
terbesar pun pada triwulan II tahun 2015 mengalami kelesuan perekonomian yang
berimbas pada permintaan komoditas energi dunia.
78 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
78
Harga Bahan Pokok Nasional
Selama periode April-Juni 2015, daging sapi, daging ayam broiler, daging ayam
kampung, telur ayam ras, telur ayam kampung, ikan teri asin, dan kacang hijau
mengalami peningkatan harga secara bulanan (MtM). Sebaliknya, hanya komoditas
kedelai impor dan gula pasir yang mengalami penurunan harga secara berkala.
Sementara itu harga bahan pokok nasional lainnya mengalami fluktuasi (Lampiran
5). Pada akhir bulan April, mayoritas harga bahan pokok mengalami penurunan
dengan penurunan harga terbesar dialami oleh cabai merah keriting dan cabai
merah biasa masing-masing 5,26 persen (MtM) dan 4,45 persen (MtM). Sebaliknya,
pada akhir bulan Mei dan Juni 2015 mayoritas harga bahan pokok nasional
mengalami peningkatan harga sebagai dampak meningkatnya permintaan
memasuki bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri.
Gambar 18. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok
95,0
145,0
195,0
245,0
295,0
345,0
Mar'15 Apr'15 Mei'15 Juni'15Minyak Goreng Kemasan Minyak Goreng Curah Daging Sapi Daging Ayam Daging Ayam Kampung
Telur Ayam Telur Ayam Kampung Kedelai Impor Kedelai Lokal Beras
Gula Pasir Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa Bawang Merah Ikan Teri Asin
Kacang Hijau Kacang Tanah Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah (2009=100)
Jika dibandingkan dengan posisi pada awal tahun 2015 (YtD), selama bulan April-
Juni 2015 sebagian besar komoditas kebutuhan pokok mengalami peningkatan
harga. Komoditas bawang merah mengalami peningkatan harga tertinggi pada
triwulan II tahun 2015. Sebaliknya harga komoditas minyak goreng curah, telur
ayam kampung, kedelai impor, cabe merah keriting dan cabe merah biasa
mengalami tren negatif dengan penurunan tertinggi dialami oleh cabe merah
(keriting dan biasa), sedangkan harga bahan pokok lainnya bervariatif.
79 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
79
Secara tahunan (YoY), selama triwulan II tahun 2015, mayoritas harga bahan pokok
nasional meningkat. Sementara itu hanya komoditas minyak goreng curah yang
mengalami tren penurunan harga secara berkala. Adapun bahan pokok yang
mengalami fluktuasi harga secara tahunan antara lain daging ayam broiler, kedelai
impor, cabe merah keriting, dan cabe merah biasa.
Respon Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18 Juni 2015 memutuskan
untuk mempertahankan BI rate menjadi sebesar 7,5 persen dengan suku bunga
Lending Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit Facility pada level
5,50 persen. Keputusan mempertahankan tingkat suku bunga didasarkan pada
tingkat inflasi yang diperkirakan masih dalam kisaran inflasi yang rendah dan
terkendali. Keputusan BI rate dipandang sejalan dengan target inflasi yang
terkendali dan rendah di bawah sasaran 4±1 persen pada tahun 2015-2016 dan
untuk mendukung terwujudnya surplus transaksi berjalan.
Kebijakan dan implementasi kewajiban penggunaan Rupiah di dalam negeri
semakin diperkuat. Pada Juni 2015, BI menerbitkan Surat Edaran No. 17/11/DKSP
yang memuat petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia
No.17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum, Surat Edaran tersebut mengatur
mengenai: (i) kewajiban pencantuman harga barang dan atau jasa dalam Rupiah; (ii)
pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk proyek infrastruktur strategis
yang diperjanjikan secara tertulis; (iii) Pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah
untuk transaksi non-tunai bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu; (iv)
laporan terkait penggunaan Rupiah di wilayah NKRI; dan (v) sanksi bagi pelanggar
kewajiban penggunaan Rupiah.
Mengingat permasalahan domestik dan tantangan perekonomian global yang masih
diwarnai ketidakpastian, pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.
Meskipun terpuruknya Rupiah saat ini tidak sama dengan kondisi 1997/1998 dan
2007/2008, namun mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk merupakan
hal yang bijaksana. Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan dalam
meredam fluktuasi nilai tukar Rupiah, yaitu: (i) Mempercepat realisasi
pembangunan infrastruktur. Di tengah pelemahan konsumsi dan net-ekspor, kunci
peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah
perlu menerapkan kebijakan fiskal countercyclical. Pertumbuhan yang tinggi dan
membaiknya fundamental perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk
menarik kembali kepercayaan investor dan membangun persepsi positif pasar,
sehingga sudden capital outflow dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk
manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang sifatnya produktif. Current
Account Deficit (CAD) yang sehat merupakan syarat bagi Rupiah untuk kembali
menggeliat. Namun, pemerintah jangan terlena dengan CAD yang membaik, tanpa
80 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
80
melihat komposisi di dalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal utama
perbaikan CAD. Sementara impor dapat diprioritaskan untuk membeli barang modal
terutama yang mendukung pembangunan infratsruktur; (iii) Manajemen ekspektasi
penting. Meningkatkan kualitas komunikasi publik untuk menciptakan optimisme
dan mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan
menyampaikan capaian yang sudah dilakukan pemerintah secara berkala, terutama
terkait dengan proyek-proyek besar. Perlu diingat bahwa arah kebijakan
Pemerintah yang jelas dan dikomunikasikan dengan baik akan menciptakan
kepercayaan pasar. Peran Pemerintah sangat penting untuk menghindari penerapan
kebijakan yang memberikan sentimen negatif di masyarakat.
Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus
diintensifkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter
tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem
keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,
dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan
untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke
tingkat yang lebih sehat.
SEKTOR PERBANKAN Gambar 19. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia
74.00
76.00
78.00
80.00
82.00
84.00
86.00
88.00
90.00
92.00
94.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
CA
R,
NP
L (p
ers
en
)
LDR(1.22a)CAR(1.22a)
LDR
(pe
rse
n)
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Mei 2015
Triwulan II tahun 2015 menunjukkan indikator ketahanan perbankan yang baik dan
sektor keuangan yang relatif terjaga. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
Ratio/CAR) masih kuat jauh dari batas ambang aman 8,0 persen, yaitu sebesar 20,3
persen pada bulan Mei 2015. Pada bulan Mei 2015, rasio kredit bermasalah cukup
81 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
81
terkendali pada kisaran 2,58 persen, mengalami sedikit kenaikan dibanding
triwulan sebelumnya yaitu 2,40 persen. Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami
sedikit kenaikan dari triwulan sebelumnya, dari 87,58 persen menjadi 88,78 persen
pada Mei 2015 (Gambar 19).
Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan
seiring dengan melambatnya perekonomian domestik. Pada triwulan II tahun 2015,
pertumbuhan DPK mengalami perlambatan dari 16,35 persen (YoY) pada triwulan
sebelumnya menjadi 13,18 persen (YoY).
Gambar 20. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy)
DP
K, K
red
it (t
rili
un
Rp
)
Per
tum
bu
han
(%)
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Triwulan II merupakan angka bulan Juni 2015
Di tengah perlambatan ekonomi, kredit masih tetap menunjukkan sedikit
kenaikan. Kredit triwulan II tahun 2015 tetap tumbuh sebesar 10,27 persen (YoY).
namun pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yaitu sebesar 11,13 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut disumbang oleh
pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) sebesar 10,45 persen (YoY), mengalami
pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 9,58 persen (YoY).
Sementara itu kredit investasi tumbuh sebesar 10,27 persen (YoY) di triwulan II
tahun 2015, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu 13,52 persen (YoY).
Untuk kredit konsumsi pada triwulan II tahun 2015 tumbuh sebesar 10,11 persen
(YoY). Laju pertumbuhan kredit konsumsi agak sedikit melambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 11,72 persen (YoY) (Gambar 20).
82 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
82
Gambar 21. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
KI (1.6) KMK (1.8) KK (1.10) Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK
KK
, K
I, K
MK
(tr
iliu
n R
p)
Pe
rtu
mb
uh
an
(pe
rse
n)
Sumber: Bank Indonesia
Catatan : Triwulan II merupakan angka bulan Juni 2015
83 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
83 Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku
mencapai 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 486,7 triliun.
Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai
5,26 persen (YoY).
Rata-rata kunjungan wisman per bulan selama triwulan kedua tahun ini sekitar 776.303 orang
dengan jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang.
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN
PARIWISATA
84 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
84
Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan I Tahun 2015
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Gambar 22. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Pada triwulan II tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga
berlaku mencapai 599,4 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010
mencapai 486,7 triliun. Sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2015
mengalami pertumbuhan mencapai 5,26 persen (YoY). Perlambatan pertumbuhan
ekonomi sampai dengan triwulan II tahun 2015 ini menyebabkan sulitnya untuk
mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5,7 persen.
Bersamaan dengan itu, Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) baru
saja melakukan revisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 menjadi
4,7 persen. Di sisi lain, Bank Indonesia masih mempertahankan target pertumbuhan
5,0-5,4 persen dengan mengandalkan realisasi belanja pemerintah dan investasi di
semester kedua.
Gambar 23. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas Triwulan II-Tahun 2015 (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
85 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
85
Sebagian besar dari 15 subsektor pengolahan non-migas mencatatkan pertumbuhan
positif, kecuali tiga subsektor industri yaitu: industri tekstil dan pakaian jadi;
industri kertas dan barang dari kertas dan kayu. Pertumbuhan tertinggi dicapai
subsektor industri barang logam; industri makanan dan minuman (mamin); dan
industri kimia, farmasi dan obat tradisional; industri logam dasar yang berturut-
turut tumbuh 8,91 persen, 8,46 persen, 7,78 persen dan 7,54 persen (Gambar 23).
Industri pengolahan banyak mengalami tantangan dari akhir tahun 2014 sampai
periode triwulan II tahun 2015 ini, terutama akibat melemahnya nilai tukar Rupiah
terhadap US Dolar yang hampir mendekati angka Rp 14.000. Depresiasi Rupiah
tersebut mempengaruhi subsektor yang banyak melakukan impor bahan baku,
seperti: kendaraan roda empat, motor listrik dan perlengkapannya, komponen
elektronik, alas kaki, serat buatan dan susu.
Gambar 24. Proporsi Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas
25,8 27,0 28,2 28,9 29,5 29,0 29,8 31,2
11,1 10,2 10,2 10,0 10,5 11,0 10,5 10,8 10,2 10,4 10,5 10,9 10,7 11,4 11,0 10,1 9,6 8,9 8,9 8,8 9,3 9,3 9,5 9,8 8,0 8,0 7,5 7,6 7,5 7,7 7,4 6,7
35,4 35,5 34,6 33,8 32,4 31,7 31,9 31,4
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 TW-2
Share Sub-Sektor Industri Manufaktur Non-Migas
Industri Makanan dan Minuman Industri Barang Logam; Komputer, Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
Industri Alat Angkutan Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Industri Lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Dari sisi kontribusi industri pengolahan, subsektor makanan dan minuman masih
menjadi subsektor yang dominan dalam industri pengolahan non-migas, hal ini
ditunjukkan dengan semakin meningkatkan proporsi subsektor makanan dan
minuman yang memiliki proporsi lebih dari 30 persen dari total industri pengolahan
non-migas. Tingginya kontribusi subsektor makanan minuman disebabkan karena
subsektor makanan minuman mengandalkan konsumsi domestik sebagai penopang
pertumbuhan.
Hal yang dapat menjadi perhatian khusus dari perkembangan industri pengolahan
non-migas adalah semakin menurunnya proporsi subsektor tekstil dan pakaian jadi.
Pada triwulan II tahun ini, subsektor tekstil hanya menyumbang 6,7 persen
terhadap nilai tambah industri pengolahan non-migas. Tren penurunan kontribusi
sektor tekstil selama tujuh tahun tearkhir menjadi warning bagi kesinambungan
pertumbuhan industri pengolahan, subsektor industri tekstil merupakan salah satu
sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar dengan jumlah tenaga kerja di
industri besar dan menengah sebanyak 1,3 juta orang.
86 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
86
Gambar 25. Ekspor Produk Industri
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Nilai ekspor produk industri Indonesia pada triwulan II tahun 2015 mencapai USD
28,4 miliar atau mengalami penurunan sebesar -4,75 persen dibandingkan triwulan
II tahun 2014 (YoY), tetapi mengalami peningkatan sekitar 5 persen dari triwulan I
tahun 2015 (QtQ). Melihat pertumbuhan ekonomi global yang terus menurun dan
kinerja ekspor yang melambat, target ekspor yang dicanangkan naik hingga tiga kali
lipat pada tahun 2019 akan menjadi sebuah tantangan besar. Salah satu penyebab
turunnya ekspor komoditas maupun manufaktur adalah karena anjloknya
permintaan dari Tiongkok dan negara Asia Tenggara lain.
Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri
Gambar 26. Realisasi Investasi PMA Dan PMDN Sektor Industri Tahun 2015
Sumber: BKPM 2015, diolah
Gambar 26 menunjukkan perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Sektor
Industri. Pada triwulan II tahun 2015, investasi industri yang berasal dari PMA
maupun PMDN mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yaitu sebesar 566
87 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
87
proyek PMA dan 402 proyek PMDN. Proyek investasi PMA pada triwulan II tahun
2015 telah direalisasikan 1886 proyek dengan nominal investasi sebesar Rp 2,5
triliun. Sedangkan untuk PMDN, 811 proyek yang sudah terealisasi dengan nominal
investasi sebesar Rp 25,6 triliun.
Gambar 27. Realisasi Proyek Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015
Sumber: BKPM 2015, diolah
Jumlah investasi industri PMA maupun PMDN masih jauh untuk mencapai target jika
dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu dengan total investasi yang sudah terealisasi
berturut-turut sebesar Rp 13,02 triliun dan Rp 59,04 triliun. Saat ini, pada triwulan
II tahun 2015 jumlah investasi industri PMA yang sudah terealisasi dengan jumlah
investasi terbesar adalah pada subsektor Industri logam, mesin dan elektronik
sebesar Rp 609,9 miliar dengan proyek yang sudah direalisasikan sebanyak 541 unit
seperti pada Gambar 27.
Disusul dengan subsektor Mineral Non-Logam sebesar Rp 456 miliar dengan proyek
62 unit dan subsektor industri kimia dan farmasi sebanyak 193 proyek dengan total
investasi sebesar Rp 412,7 miliar (Gambar 27).
Gambar 28. Realisasi Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2015
Sumber: BKPM 2015, diolah
88 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
88
Dari keseluruhan PMA sektor industri, gambar 28 menunjukkan bahwa 24 persen
dari investasi PMA diinvestasikan pada subsektor industri Logam, mesin dan
elektronik. Investasi tersebut merupakan investasi yang bertahan di posisi tertinggi
dari tahun sebelumnya, disusul oleh investasi industri dari subsektor mineral non-
logam 18 persen, serta subsektor dengan investasi pada Kimia dan Farmasi 17
persen.
Gambar 29. Realisasi Proyek Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015
Sumber: BKPM 2015, diolah
Penanaman Modal Dalam Negeri untuk sektor industri pada triwulan II tahun 2015
seperti pada gambar 29 telah direalisasikan sebanyak 292 unit proyek pada
subsektor industri makanan dan 95 unit proyek industri kimia dan farmasi,
menjadikan kedua subsektor tersebut sebagai subsektor dengan jumlah investasi
proyek PMDN terbesar. Selanjutnya di posisi ketiga dan keempat adalah subsektor
industri logam, mesin dan elektronika dan subsektor industri mineral non-logam
yang mencapai berturut-turut sebanyak 110 dan 50 unit proyek PMDN di tahun
2014.
Gambar 30. Realisasi Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2015
Sumber: BKPM 2015, diolah
89 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
89
Sejalan dengan jumlah investasi proyek PMDN tersebut, industri makanan juga turut
menerima nominal investasi terbesar dibanding sektor lainnya, yakni sebesar 31
persen atau sebesar Rp 7,9 triliun. Hal ini terjadi di tahun-tahun sebelumnya karena
makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Selanjutnya,
disusul oleh investasi PMDN dari investasi industri kimia dan farmasi sebesar 27
persen atau Rp 7,04 triliun.
Data Penjualan Komoditas Industri Utama
Gambar 31. Penjualan Mobil Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015
Sumber: GAIKINDO 2015, diolah
Gambar 31 menunjukkan bahwa penjualan mobil memiliki tren musiman yang jelas.
Penjualan mobil selalu mengalami penurunan pada bulan mendekati Hari Raya atau
bulan banyak libur (Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru). Pada tahun 2015, penjualan
mobil menurun drastis hingga 18 persen pada bulan April dan diikuti pada bulan
Mei yaitu hanya sekitar 79.374 unit mobil yang terjual dibandingkan dengan tahun
sebelumnya pada periode yang sama dapat menjual hingga 96.927 unit mobil.
Meskipun pada bulan Juni terjadi peningkatan kembali sekitar 3,4 persen dengan
penjualan sebanyak 82.139 unit mobil. Hal ini disebabkan antara lain karena rata-
rata harga mobil meningkat akibat melemahnya nilai tukar Rupiah.
Pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi sepanjang 2014 hingga triwulan II tahun
2015 menyebabkan kenaikan harga mobil karena komponen mesin dan beberapa
komponen lain ikut mengalami kenaikan harga. Maka secara akumulatif, jumlah
penjualan mobil di Indonesia sampai triwulan II tahun 2015 melemah karena daya
beli masyarakat melemah yang diakibatkan oleh perlambatan perekonomian
Indonesia.
90 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
90
Gambar 32. Penjualan Motor Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015
Sumber: ASTRA 2015, diolah
Pada triwulan II tahun 2015, terlihat pada gambar 32 penurunan drastis terjadi juga
pada penjualan motor namun apabila dibandingkan dengan penjualan mobil masih
terlihat lebih tinggi. Dalam periode Januari-Juni 2015 total penjualan motor
mendapatkan penjualan terbesar di bulan Juni yaitu berkisar sekitar 574.714 unit
karena mendekati Hari Raya Idul Fitri.
Secara akumulatif, penjualan motor pada tahun 2015 masih lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal yang sama dengan masalah pada
penjualan mobil yaitu dikarenakan depresiasi nilai tukar Rupiah, harga motor baru
terus meningkat sehingga terjadi penurunan di tahun ini. Kurs Rupiah melemah dari
11.500 menjadi 13.000 dalam 2 tahun terakhir.
Gambar 33. Penjualan Semen Di Indonesia Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah
Penjualan semen di Indonesia dalam pertengahan tahun 2015 telah mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 tercatat pada bulan Mei 2015,
penjualan semen turun sebesar 7,9 persen.
91 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
91
Walaupun penjualan semen jika dibandingkan tahun 2014 menurun, penjualan
semen selalu meningkat dari bulan April sampai bulan Juni tahun 2015. Hal ini
mengindikasikan bahwa masih terdapat aktivitas ekonomi yang cukup substansial
yang terjadi di triwulan kedua tahun ini di tengah perlambatan ekonomi global dan
penurunan daya beli masyarakat.
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri
Gambar 34. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah
Pada triwulan II tahun 2015, suku bunga modal kerja terus mengalami penurunan
dari awal tahun dengan posisi terakhir di bulan Juni adalah sebesar 13,17 persen.
Sedangkan untuk suku bunga investasi turun menjadi 13,02 persen di bulan Mei
2015.
Pada bulan Juni 2015, pinjaman modal kerja dan valas perbankan untuk sektor
industri terus mengalami pertumbuhan dan berada pada nilai Rp 499 triliun dan
posisi pinjaman kredit investasi sebesar Rp 197 triliun.
Sejak tahun 2014, kredit modal kerja dan kredit investasi cenderung mengalami
pertumbuhan, hanya saja terjadi sedikit penurunan pada bulan Agustus dan
Desember 2014. Walaupun demikian, posisi pinjaman baik untuk kredit modal kerja
ataupun investasi sektor industri masih belum menunjukkan perlambatan yang
berarti.
92 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
92
Jumlah Wisatawan
Gambar 35. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Pada triwulan II tahun 2015 seperti gambar 35, menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah wisman di periode yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata kunjungan
wisman per bulan selama triwulan kedua tahun ini sekitar 776.303 orang dengan
jumlah total kunjungan wisman mencapai 4.657.817 orang, meningkat
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pada bulan Juni
tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan bulan Juni tahun 2014.
Peningkatan jumlah wisman pada triwulan II tahun 2015 ini dapat disebabkan
antara lain karena: (1) pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US dolar yang
otomatis meningkatkan daya beli wisman dan meningkatkan daya saing obyek
pariwisata di Indonesia, (2) tren kunjungan favorit dari dunia ke Asia Pasifik
semakin meningkat, utamanya wisman asal Tiongkok, Korea Selatan dan Jepang.
Banyak wisman dari negara-negara tersebut mengalihkan tujuan wisatanya dari
Eropa ke Asia Pasifik seperti Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
93
Gambar 36. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan, Hingga Triwulan II Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Hingga periode triwulan II tahun 2015, wisatawan mancanegara yang paling banyak
mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk utama adalah wisatawan
berkebangsaan Singapura sebanyak 736.508 orang. Wisatawan mancanegara yang
mengunjungi Indonesia tersebut terhitung melalui 19 pintu masuk utama seperti
Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Kualanamu International Airport (Medan), dan Batam
(Kepulauan Riau) dengan jumlah kunjungan terbanyak melalui Ngurah Rai.
Selain wisatawan berkebangsaan Singapura, terdapat empat kebangsaan lainnya
yang banyak mengunjungi Indonesia yaitu Malaysia, Tiongkok, Australia, dan Jepang
dengan jumlah wisatawan berturut-turut sebanyak 606.478, 541.551, 518.575, dan
227.957 orang. Pada triwulan II tahun 2015, wisatawan mancanegara (wisman)
berkebangsaan Tiongkok meningkat cukup pesat dibandingkan triwulan I tahun
2015 dengan jumlah lebih banyak dibandingkan wisman berkebangsaan Australia.
Jumlah wisman berkebangsaan Singapura, Tiongkok, Malaysia, Australia, dan Jepang
dan lainnya seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Inggris, India selalu mengalami
fluktuasi di setiap tahun. Meskipun demikian, wisman yang berkunjung ke Indonesia
cenderung mengalami peningkatan hampir merata dari beberapa asal negara
wisman.
94 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
94
Gambar 37. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Perolehan Devisa
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Pada tahun 2008 - 2014, rata-rata pertumbuhan kunjungan wisman sebesar 8,06
persen per tahun. Jumlah wisman selama tahun 2014 mencapai 9.435.411 orang.
Pada periode yang sama, perolehan devisa tumbuh sebesar dengan besaran 12,04
persen per tahun dengan posisi perolehan devisa pariwisata pada tahun 2014
mencapai USD 11.166,13 juta.
Di antara negara-negara tersebut, Indonesia berada pada urutan ketiga di bawah
Malaysia dan Thailand pada semua kategori. Jumlah wisatawan manca negara juga
tercermin, yaitu di bawah Malaysia dan Thailand. Thailand pada tahun 2011
mencatat 19,2 juta orang dan Malaysia mencatat hampir 24,7 juta orang, sementara
Indonesia baru mencapai 7,6 juta orang.
Pengeluaran per wisatawan di Indonesia lebih baik dari Malaysia walau masih di
bawah Thailand. Hal ini merupakan indikasi bahwa keragaman produk usaha wisata
yang ditawarkan di Indonesia lebih baik dari Malaysia walaupun masih lebih rendah
dibandingkan dengan Thailand.
Gambar 38. Perbandingan Daya Saing Pariwisata Tahun 2015
NEGARA Dari 141 Negara Tourist Intern. 2011
Average Tourist
Spending, 2013
Rank Skor Ribu Org Juta USD USD
Malaysia 25 4.41 24,714.30 19,599.00 835.9
Thailand 35 4.26 19,230.50 27,184.10 1,585.1
Indonesia 50 4.04 7,649.70 7,997.20 1,036.0
Sri Lanka 63 3.80 856.00 830.00 1,345.1
Philippines 74 3.63 3,917.50 3,152.00 1,002.1
Vietnam 75 3.60 6,014.00 5,620.00 990.9
Cambodia 105 3.24 2,881.90 1,616.40 631.7 Sumber: World Economic Forum, Travel & Tourism Competitiveness Report - 2015
95 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
95
LAMPIRAN
1. INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA 2. NILAI TUKAR MATA UANG 3. INDEKS SAHAM GLOBAL 4. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 5. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL
96 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
96
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)
Gambar 39. Inflasi YoY 66 Kota April-Juni 2015
-1,00%
1,00%
3,00%
5,00%
7,00%
9,00%
11,00%
13,00%
15,00%
17,00%
19,00%
MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga
Pematang SiantarMedan
Padang SidempuanPadang
BukittinggiTembilahan
Pekanbaru
Dumai
Bungo
Jambi
Palembang
Lubuk Linggau
Bengkulu
Bandar Lampg
Metro
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Tasikmalaya
Cilacap
PurwokertoKudus
SurakartaSemarang
TegalYogyakarta
JemberBanyuwangiSumenep Kediri
MalangProbolinggo Madiun Surabaya
SerangTangerang
Cilegon Singaraja
Denpasar
Mataram
Bima
Maumere
Kupang
Pontianak
Singkawang
Sampit
Palangkaraya
Tabalong
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Manado
Palu
Bulukumba
Watampone
Makassar
Parepare
Palopo
Kendari
Bau-Bau
GorontaloMamuju
AmbonTualTernateManokwari
SorongMeraukeJayapura
Inflasi YOY 82 Kabupaten/ Kota April-Juni 2015
April Mei Juni
Sorong
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
97 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
97
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)
Gambar 40. Inflasi MtM 66 Kota April-Juni 2015
-4,00%
-3,00%
-2,00%
-1,00%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga
Pematang SiantarMedan
Padang SidempuanPadang
Bukittinggi
Tembilahan
Pekanbaru
Dumai
Bungo
Jambi
Palembang
Lubuk Linggau
Bengkulu
Bandar Lampg
Metro
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta
Bogor
Sukabumi
Bandung
Cirebon
Bekasi
Depok
Tasikmalaya
Cilacap
Purwokerto
KudusSurakarta
SemarangTegal
YogyakartaJemberBanyuwangiSumenep
KediriMalangProbolinggo Madiun
SurabayaSerang
Tangerang Cilegon
Singaraja
Denpasar
Mataram
Bima
Maumere
Kupang
Pontianak
Singkawang
Sampit
Palangkaraya
Tabalong
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Tarakan
Manado
Palu
Bulukumba
Watampone
Makassar
Parepare
Palopo
Kendari
Bau-Bau
Gorontalo
MamujuAmbon
TualTernateManokwari
SorongMeraukeJayapura
Inflasi MTM 82 Kabupaten/ Kota April-Juni 2015
April Mei Juni
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 98
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang
Gambar 41. Perkembangan Nilai Tukar
Negara April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Rata-rata
Triwulanan QtQ
PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY
Indonesia 12963 -0,85% 4,64% 12,12% 13224 2,01% 7,60% 12,82% 13339 0,87% 7,68% 12,33% 13175 2,03%
Turki 2,6725 2,89% 14,63% 26,51% 2,6629 -0,36% 15,22% 29,16% 2,6816 0,70% 15,02% 26,58% 2,672 3,24%
Afrika Selatan 11,9107 -1,82% 3,14% 13,19% 12,1525 2,03% 7,84% 16,33% 12,1688 0,13% 5,38% 14,40% 12,077 0,30%
BRIC
Brazil 3,0145 -5,70% 13,43% 35,04% 3,1787 5,45% 19,89% 43,21% 3,103 -2,38% 16,76% 40,13% 3,099 -2,93%
Rusia 51,5876 -11,34% -10,75% 44,65% 52,3405 1,46% -1,89% 65,10% 55,3415 5,73% -4,26% 62,85% 53,090 -4,89%
India 63,4225 1,48% 0,11% 5,12% 63,825 0,63% 0,17% 7,02% 63,65 -0,27% 0,47% 5,76% 63,633 1,84%
Cina 6,2032 0,06% -0,07% -0,90% 6,1976 -0,09% 0,04% -0,25% 6,201 0,05% -0,11% -0,03% 6,201 0,02%
ASEAN-5
Singapura 1,3237 -3,54% 0,02% 5,58% 1,3478 1,82% 2,31% 8,35% 1,3474 -0,03% 1,81% 8,09% 1,340 -1,81%
Malaysia 3,5633 -3,79% 1,91% 9,12% 3,6675 2,92% 8,89% 18,76% 3,7733 2,88% 7,92% 17,51% 3,668 1,88%
Thailand 33,018 1,45% 0,21% 2,02% 33,7 2,07% 3,17% 4,69% 33,8 0,30% 2,58% 4,19% 33,506 3,86%
Filipina 44,59 -0,25% -0,29% 0,04% 44,585 -0,01% 1,17% 3,47% 45,107 1,17% 0,87% 3,33% 44,761 0,91%
Myanmar 1092,65 1,36% 5,98% 13,46% 1093,45 0,07% 9,99% 17,21% 1118 2,25% 8,44% 14,67% 1101 3,71%
Negara Maju
Kawasan Euro 0,8911 -4,37% 7,86% 23,58% 0,9098 2,10% 9,91% 23,02% 0,8979 -1,31% 8,68% 22,92% 0,900 -3,64%
Inggris 0,6514 -3,47% 1,51% 9,90% 0,6539 0,38% 0,79% 8,38% 0,6367 -2,63% -0,78% 8,91% 0,647 -5,65%
Jepang 119,38 -0,62% -0,30% 16,76% 124,15 4,00% 2,34% 19,73% 122,5 -1,33% 2,30% 20,89% 122,010 1,97%
Korea Selatan 1072,29 -3,37% -1,98% 3,78% 1108,19 3,35% 3,31% 11,11% 1115,49 0,66% 1,97% 10,24% 1099 0,52%
Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 99
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang (lanjutan)
Gambar 42. Perkembangan Indeks Nilai Tukar (1 Januari 2004 = 100)
50
70
90
110
130
150
170
190
210
230
250
INDONESIA+BRIC
USD-IDR USD-BRL USD-RUB USD-INR USD-CNY
60
80
100
120
140
160
180
INDONESIA+NEGARA MAJU
USD-IDR USD-JPY USD-EUR USD-GBP
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 100
Lampiran 3: Indeks Saham Global
Gambar 43. Perkembangan Indeks Saham Global
Negara April-15 Mei-15 Juni-15
Rata-rata Triwulana
n PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY
Indonesia (IHSG) 5086,425 -7,83% -2,69% 5,09% 5216,379 2,55% -0,20% 6,59% 4910,658 -5,86% -6,05% 0,66% 5071,15
BRIC
Brazil (IBOV) 55728 8,70% 10,67% 8,35% 53293 -4,37% 5,84% 3,66% 52962 -0,62% 5,18% -0,02% 53994,33
Russia (RTSI) 1029,31 16,91% 30,18% -10,94% 968,81 -5,88% 22,52% -25,23% 939,93 -2,98% 18,87% -31,20% 979,35
India (BSE) 27011,31 -3,38% -1,80% 20,49% 27828,44 3,03% 1,17% 14,91% 27780,83 -0,17% 0,99% 9,31% 27540,19
China (SSEA) 4441,655 18,51% 37,31% 119,19% 4611,744 3,83% 42,57% 126,15% 4277,222 -7,25% 32,23% 108,82% 4443,54
ASEAN-4
Singapura (STI) 3487,39 1,17% 3,63% 6,82% 3392,11 -2,73% 0,80% 2,92% 3317,33 -2,20% -1,42% 1,89% 3398,94
Malaysia (KLCI) 1818,27 -0,68% 3,24% -2,85% 1747,52 -3,89% -0,78% -6,72% 1706,64 -2,34% -3,10% -9,35% 1757,48
Thailand (SETI) 1526,74 1,38% 1,94% 7,90% 1496,05 -2,01% -0,11% 5,67% 1504,55 0,57% 0,46% 1,27% 1509,11
Negara Maju
Amerika Serikat (DJIA)
17840,52 0,36% 0,10% 7,60% 18010,68 0,95% 1,05% 7,74% 17619,51 -2,17% -1,14% 4,71% 17823,57
Amerika Serikat (S&P 500)
2085,51 0,85% 1,29% 10,70% 2107,39 1,05% 2,36% 9,56% 2063,11 -2,10% 0,20% 5,25% 2085,34
Kawasan Euro (STOXX-50)
3615,59 -2,21% 14,91% 13,04% 3570,78 -1,24% 13,49% 10,05% 3424,3 -4,10% 8,83% 6,07% 3536,89
Jepang (N225) 19520,01 1,63% 11,86% 36,46% 20563,15 5,34% 17,84% 40,53% 20235,73 -1,59% 15,96% 33,46% 20106,30
Hong Kong (Hang Seng)
28133 12,98% 19,18% 27,10% 27424,19 -2,52% 16,18% 18,81% 26250,03 -4,28% 11,21% 13,19% 27269,07
Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 101
50,00
70,00
90,00
110,00
130,00
150,00
170,00
190,00
210,00
230,00
01
/01
/20
11
01
/03
/20
11
01
/05
/20
11
01
/07
/20
11
01
/09
/20
11
01
/11
/20
11
01
/01
/20
12
01
/03
/20
12
01
/05
/20
12
01
/07
/20
12
01
/09
/20
12
01
/11
/20
12
01
/01
/20
13
01
/03
/20
13
01
/05
/20
13
01
/07
/20
13
01
/09
/20
13
01
/11
/20
13
01
/01
/20
14
01
/03
/20
14
01
/05
/20
14
01
/07
/20
14
01
/09
/20
14
01
/11
/20
14
01
/01
/20
15
01
/03
/20
15
01
/05
/20
15
01
/07
/20
15
INDONESIA HONGKONG JEPANG KOREA DOW JONES S&P500 EUROSTOXX
70,00
90,00
110,00
130,00
150,00
170,00
190,00
210,00
230,00
250,00
01
/01
/20
11
01
/03
/20
11
01
/05
/20
11
01
/07
/20
11
01
/09
/20
11
01
/11
/20
11
01
/01
/20
12
01
/03
/20
12
01
/05
/20
12
01
/07
/20
12
01
/09
/20
12
01
/11
/20
12
01
/01
/20
13
01
/03
/20
13
01
/05
/20
13
01
/07
/20
13
01
/09
/20
13
01
/11
/20
13
01
/01
/20
14
01
/03
/20
14
01
/05
/20
14
01
/07
/20
14
01
/09
/20
14
01
/11
/20
14
01
/01
/20
15
01
/03
/20
15
01
/05
/20
15
01
/07
/20
15
INDONESIA MALAYSIA SINGAPURA THAILAND
Lampiran 3: Indeks Saham Global (lanjutan)
Gambar 44. Perkembangan Indeks Saham Global
INDEKS SAHAM BRIC & INDONESIA
INDEKS SAHAM ASEAN-4 INDEKS SAHAM NEGARA MAJU
Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali Sumber: Bloomberg, diolah kembali
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
220,00
240,00
01
/0
1/2
01
1
01
/0
3/2
01
1
01
/0
5/2
01
1
01
/0
7/2
01
1
01
/0
9/2
01
1
01
/1
1/2
01
1
01
/0
1/2
01
2
01
/0
3/2
01
2
01
/0
5/2
01
2
01
/0
7/2
01
2
01
/0
9/2
01
2
01
/1
1/2
01
2
01
/0
1/2
01
3
01
/0
3/2
01
3
01
/0
5/2
01
3
01
/0
7/2
01
3
01
/0
9/2
01
3
01
/1
1/2
01
3
01
/0
1/2
01
4
01
/0
3/2
01
4
01
/0
5/2
01
4
01
/0
7/2
01
4
01
/0
9/2
01
4
01
/1
1/2
01
4
01
/0
1/2
01
5
01
/0
3/2
01
5
01
/0
5/2
01
5
01
/0
7/2
01
5
INDONESIA BRAZIL RUSSIA INDIA CHINA
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 102
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional
Gambar 45. Indeks Harga Komoditas Internasional
Komoditas April-15 Mei-15 Juni-15 Rata-
rata Triwulan
QtQ PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY
Beras 69,68 -7,77% -12,71% -35,77% 66,06 -5,18% -17,23% -36,54% 70,61 6,89% -11,53% -30,09% 68,79 -6,53%
Gula 52,96 8,80% -10,61% -24,71% 48,88 -7,70% -17,49% -31,07% 50,10 2,50% -15,43% -26,11% 50,65 2,93%
Gandum 71,08 -8,74% -20,81% -34,50% 72,60 2,14% -19,12% -23,95% 93,57 28,88% 4,24% 8,85% 79,08 20,13%
Kacang Kedelai
80,32 0,54% -4,00% -36,08% 76,67 -4,55% -8,36% -37,45% 86,70 13,09% 3,63% -24,58% 81,23 8,53%
Jagung 61,87 -2,66% -7,75% -29,09% 59,38 -4,03% -11,46% -24,65% 71,28 20,06% 6,30% -3,27% 64,18 12,16%
Minyak Mentah (Brent Oil)
59,56 21,18% 16,48% -38,21% 58,47 -1,83% 14,36% -40,08% 56,71 -3,00% 10,92% -43,41% 58,24 15,39%
Gas Alam 59,47 4,20% -5,01% -43,35% 57,11 -3,96% -8,77% -41,81% 61,22 7,19% -2,21% -36,56% 59,27 7,27%
Emas 72,01 -0,07% -0,14% -8,80% 72,46 0,63% 0,48% -4,60% 71,36 -1,51% -1,04% -11,44% 71,94 -0,96%
Tembaga 83,22 5,35% 2,16% -4,44% 78,65 -5,49% -3,45% -12,09% 75,39 -4,14% -7,45% -18,28% 79,09 -4,56%
Perak 54,87 -2,68% 3,55% 83,77% 56,73 3,39% 7,06% -11,20% 52,93 -6,71% -0,12% -26,39% 54,84 -6,13%
3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015 103
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional
Gambar 46. Harga Bahan Pokok Nasional
Komoditas Apr-15 May-15 Jun-15 Rata-rata
Triwulan PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY PAB MTM YTD YOY
Minyak Goreng Kemasan
15.134 -0,72% 0,38% 4,53% 15.210 0,50% 0,88% 3,76% 15.169 -0,27% 0,61% 2,16% 15.171
Minyak Goreng Curah 11.155 -0,96% -1,28% -4,31% 11.102 -0,48% -1,75% -5,02% 11.237 1,22% -0,56% -3,56% 11.165
Daging Sapi 101.552 0,17% 0,34% 3,75% 102.675 1,11% 1,45% 4,86% 105.175 2,43% 3,92% 4,84% 103.134
Daging Ayam Broiler 27.948 5,99% -5,79% -0,83% 29.317 4,90% -1,18% 2,97% 30.522 4,11% 2,89% -5,04% 29.262
Daging Ayam Kampung
59.805 2,01% -2,97% 5,92% 60.066 0,44% -2,55% 6,18% 62.759 4,48% 1,82% 2,47% 60.877
Telur Ayam Ras 20.570 3,46% -6,36% 10,66% 21.764 5,80% -0,93% 10,89% 22.803 4,77% 3,80% 9,07% 21.712
Telur Ayam Kampung 40.976 -0,88% -2,49% 0,26% 41.161 0,45% -2,05% 0,41% 41.585 1,03% -1,04% 1,57% 41.241
Tepung Terigu 8.832 -0,06% -0,18% 2,38% 8.852 0,23% 0,05% 2,26% 8.949 1,10% 1,14% 2,03% 8.878
Kedelai Impor 11.108 -0,94% -2,02% 1,30% 11.000 -0,97% -2,97% -0,53% 10.979 -0,19% -3,16% -2,37% 11.029
Kedelai lokal 11.080 0,43% 0,51% 5,94% 10.709 -3,35% -2,86% 0,39% 10.921 1,98% -0,93% 2,84% 10.903
Beras Medium 9.845 -2,60% 3,70% 12,21% 9.879 0,35% 4,06% 12,72% 9.992 1,14% 5,25% 13,33% 9.905
Gula Pasir 12.416 7,52% 11,25% 9,84% 12.836 3,38% 15,02% 14,04% 13.139 2,36% 17,73% 16,59% 12.797
Susu Kental Manis 10.291 0,30% 0,78% 5,00% 10.242 -0,48% 0,30% 2,83% 10.240 -0,02% 0,28% 1,42% 10.258
Mie Instant 2.085 -1,14% 3,32% 11,32% 2.147 2,97% 6,39% 14,14% 2.117 -1,40% 4,91% 11,89% 2.116
Cabe Merah Keriting 21.900 -5,26% -64,66% 5,84% 27.903 27,41% -54,97% 46,92% 29.156 4,49% -52,95% 54,83% 26.320
Cabe Merah Biasa 22.994 -4,45% -60,56% 10,58% 30.187 31,28% -48,23% 55,27% 27.877 -7,65% -52,19% 32,28% 27.019
Bawang Merah 29.221 -2,61% 39,79% 30,69% 36.419 24,63% 74,23% 52,89% 27.136 -25,49% 29,82% -2,69% 30.925
Ikan Teri Asin 66.880 0,82% 1,12% 3,54% 66.999 0,18% 1,30% 4,11% 67.040 0,06% 1,36% 2,31% 66.973
Kacang Hijau 20.293 1,86% 5,33% 6,72% 20.769 2,35% 7,80% 7,48% 21.246 2,30% 10,27% 8,98% 20.769
Kacang Tanah 21.392 -0,34% 7,67% 22,11% 22.103 3,32% 11,25% 24,66% 24.499 10,84% 23,31% 33,47% 22.665
Ketela Pohon 5.914 15,01% 14,15% 11,19% 5.172 -12,55% -0,17% 0,31% 5.277 2,03% 1,85% 1,79% 5.454
Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan II Tahun 2015
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut