BELL'S PALSY

9
BELL’S PALSY Bell’s palsy atau Prosoplegia merupakan kelumpuhan fasialis perifer tipe lower motor neuron yang paling sering mempengaruhi nervus kranialis akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif primer atau adanya keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat tanpa adanya penyakit neurologik lainnya. Sangat memungkinkan akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut Dapat juga disebabkan karena adanya edema jinak pada nervus fasialis Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun secara umum terbagi dua, yaitu kongenital dan dapatan Gangguan ini berupa paresis atau paralisis nervus fasial perifer yang terjadi tiba-tiba atau bersifat akut Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya, serta dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Kelumpuhan Nervus Fasialis dapat disebabkan oleh bawaan lahir (kongenital, neoplasma, trauma, infeksi, paparan toksik ataupun penyebab iatrogenik). Saraf fasialis (N.VII) atau kranialis mengandung sekitar 10.000 serabut saraf yang terdiri dari 7.000 serabut saraf motorik untuk otot-otot wajah dan 3.000 serabut saraf lainnya membentuk saraf intermedius (Nerve of Wrisberg) yang berisikan serabut sensorik untuk pengecapan 2/3 anterior lidah dan serabut parasimpatik untuk kelenjer parotis, submandibula, sublingual dan lakrimal. Saraf fasialis terdiri dari 7 segmen yaitu : 1. Segmen supranuklear

description

bell's palsy

Transcript of BELL'S PALSY

Page 1: BELL'S PALSY

BELL’S PALSY

Bell’s palsy atau Prosoplegia merupakan kelumpuhan fasialis perifer tipe lower motor neuron yang paling sering mempengaruhi nervus kranialis akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif primer atau adanya keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat tanpa adanya penyakit neurologik lainnya.

Sangat memungkinkan akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut

Dapat juga disebabkan karena adanya edema jinak pada nervus fasialis

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun secara umum terbagi dua, yaitu kongenital dan dapatan

Gangguan ini berupa paresis atau paralisis nervus fasial perifer yang terjadi tiba-tiba atau bersifat akut

Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya, serta dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Kelumpuhan Nervus Fasialis dapat disebabkan oleh bawaan lahir (kongenital, neoplasma, trauma, infeksi, paparan toksik ataupun penyebab iatrogenik).

Saraf fasialis (N.VII) atau kranialis mengandung sekitar 10.000 serabut saraf yang terdiri dari 7.000 serabut saraf motorik untuk otot-otot wajah dan 3.000 serabut saraf lainnya membentuk saraf intermedius (Nerve of Wrisberg) yang berisikan serabut sensorik untuk pengecapan 2/3 anterior lidah dan serabut parasimpatik untuk kelenjer parotis, submandibula, sublingual dan lakrimal. Saraf fasialis terdiri dari 7 segmen yaitu :

1. Segmen supranuklear 2. Segmen batang otak 3. Segmen meatal 4. Segmen labirin 5. Segmen timpani 6. Segmen mastoid 7. Segmen ekstra temporal

Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu: • Serabut stomatomotorik• Serabut visero-motorik• Serabut visero-sensorik

Page 2: BELL'S PALSY

• Serabut somato-sensorik

Nucleus (inti) motorik Nervus VII terletak di ventral lateral nucleus abdusens, dan serabut Nervus Fasialis dalam pons sebagian melingkari dan melewati bagian ventro lateral nucleus abdusens sebelum keluar dari pons dibagian lateral traktus kortikospinal.

Nervus Fasialis berjalan melalui kanalis fasialis tepat dibawah ganglion genikulatum untuk memberikan percabangan ke ganglion pterigopalatina, yaitu Nervus Petrosus superfisial major, dan disebelah yang lebih distal memberi persyarafan ke m.stapedius yang dihubungkan oleh korda timpani. Lalu nervus Fasialis keluar dari cranium melalui foramen stilomastoideus kemudian melintasi kelenjar parotis dan terbagi menjadi 5 cabang yang melayani otot-otot wajah, m.stilomastoideus, platisma, dan m.digastrikus venter posterior.

ETIOLOGI

A. IdiopatikB. Kongenital• a. anomali kongenital (sindroma Moebius)• b. trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.)

C. Didapat• Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)• Trauma (fraktur pada ramus mandibula) • Penyakit tulang tengkorak • Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll)• Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus) (iskhemia dari saraf)• Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll)• Sindroma paralisis n. fasialis familial

Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bell’s palsy, tetapi ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bell’s palsy yaitu :

1.Teori Iskemik vaskulerNervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis.2.Teori infeksi virusVirus yang dianggap paling banyak bertanggungjawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1)3.Teori herediterBell’s palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis.4.Teori imunologiDikatakan bahwa Bell’s palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi

Page 3: BELL'S PALSY

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PARALISIS NERVUS FACIALIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KG

1. Komplikasi sesudah penyuntikan anestesi lokal pada waktu pencabutan gigia) Infiltrasi obat anestesi yang berlebihan pada anestesi blok infraorbital menyebabkan paralysis

otot ekstra –okularb) Jarum suntik melewati daerah batas posterior, mengenai kelenjar parotis memblokir daerah

serviko fasial atau kortiko temporal dari nervus fasialis c) Kesalahan penyuntikan yang menyebaban terblokirnya serabut motoris pada quadratus labii

inferior dan otot triangularis, menyebabkan paralysis bibir bawah2. Adanya sumber infeksi di daerah mulut (radang parotis/mumps)3. Trauma pada waktu operasi sendi temporomandibula4. Trauma sewaktu pembuangan tumor glandula parotis ( terpotongnya nervus fasialis) dimana terjadi

gangguan pada pleksus saraf fasialis bagian bawah 5. Fraktur pada ramus mandibula yang dapat mengakibatkan putusnya saraf fasialis

Perbedaan lokasi kerusakan saraf fasialis dapat menimbulkan gejala yang berbeda, yaitu1. Paralisis perifer

a. Lesi diluar foramen stilomastoideusb. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)c. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan muskulus stapedium)d. Lesi yang melibatkan ganglion genikulatume. Lesi di meatus akustikus internusf. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons

2. Paralisis Nuklear 3. Paralisis Supranuklear

PATOFISIOLOGI

Salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada Nervus Fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter Nervus Fasialis sehingga terjadi kompresi dari syaraf tersebut pada saat melalui tulang temporal.

Perjalanan Nervus Fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mentale.

Pada intinya bell’s palsy terjadi karena kompresi nervus fasialis Gangguan pertama adalah saat endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitasnya meningkat,

sehingga kapiler bisa bocor lalu edema terjadi di jaringan sekitarnya, lalu aliran darah tergganggu sehingga terjadi hipoksia dan asidosis sehingga terjadi kematian sel.

Dengan bentuk kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi.

Impuls motorik yang dihantarkan oleh Nervus Fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supra nuclear, nuclear dan infra nuclear. Lesi supra nuclear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau jaras kortikobulbar atau pun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer.

Page 4: BELL'S PALSY

Paparan udara dingin seperti angina kencang, AC, diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s Palsy. Karena Nervus fasialis bisa sembab, terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.

GEJALA KLINIS

Kelumpuhan perifer N. VII memberikan ciri yang khas hingga dapat didiagnosa dengan inspeksi. Kelumpuhan pada Bell’s Palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh.

Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebral tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejamkan mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas.

Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajah sehingga tertimbun. Gejala-gejala pengiring seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian Nervus Fasialis yang

terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda timpani dan serabut yang mensyarafi muskulus stapedius.

Jika lesi terjadi pada foramen stylomastoideus, dapat terjadi paralisis seluruh otot ekspresi wajah Lesi pada kanalis fasialis menimbulkan manifestasi yang sama namun ditambah dengan hilangnya

pengecapan pada 2/3 anterior lidah pada sisi yang sama Lesi pada saraf yang menuju muskulus stapedius dapat terjadi hiperakusis. Lesi pada ganglion genikulatum menimbulkan lakrimasi dan berkurangnya salivasi Tanda dan gejala bell’s palsy dapat berupa kelumpuhan otot- otot wajah pada satu sisi yang terjadI

secara tiba-tiba, beberapa jam sampai beberapa hari (maksimal 7 hari).

Page 5: BELL'S PALSY

1. nyeri di sekitar telinga, rasa bengkak atau kaku pada wajah 2. Kadang- kadang diikuti oleh hiperakusis, berkurangnya produksi air mata, hipersalivasi dan

berubahnya pengecapan3. kesulitan melakukan gerakan-gerakan volunter, seperti saat gerakan aktif maupun pasif,4. tidak dapat mengangkat alis dan menutup mata5. sudut mulut tertarik ke sisi wajah yang sehat, sulit bersiul, sulit mengembangkan cuping hidung

dan otot-otot yang terkena Bell’s palsy hampir selalu unilateral. hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total lipatan nasolabialis akan menghilang sudut mulut menurun bila minum atau berkumur air menetes dari sudut bibir kelopak mata tidak dapat dipejamkan dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung makanan cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh

BELL’S PALSY DIBEDAKAN MENJADI 3 FASE1. Fase akut (0-3 minggu) 2. Fase sub akut (4-9 minggu) 3. Fase kronik (> 10 minggu)

DIAGNOSIS

A. AnamnesisHampir semua pasien yang dibawa ke ruang gawat darurat merasa bahwa mereka menderita stroke atau tumor intracranial. Hampir semua keluhan yang disampaikan adalah kelemahan pada salah satu sisi wajah.

B. Pemeriksaan fisikGambaran paralisis wajah mudah dikenali pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang lengkap dan tepat dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab lain paralisis wajah. Pikirkan etiologi lain jika semua cabang nervus facialis tidak mengalami gangguan.

C. Pemeriksaan laboratoriumTidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bell’s palsy. Namun pemeriksaan kadar gula darah atau HbAIc dapat dipertimbangkan untuk mengetahui apakah pasien tersebut menderita diabetes atau tidak. Pemeriksaan kadar serum HSV juga bisa dilakukan namun ini biasanya tidak dapat menentukan dari mana virus tersebut berasal

D. Pemeriksaan radiologiMRI mungkin dapat menunjukkan adanya tumor (misalnya Schwannoma, hemangioma, meningioma). Bila pasien memiliki riwayat trauma maka pemeriksaan CT-Scan harus dilakukan.

PEMERIKSAAN

Page 6: BELL'S PALSY

1. PEMERIKSAAN FISIK Mengerutkan dahi: lipatan hanya terjadi pada sisi yang sehat Mengangkat alis: sisi yang sakit tidak dapat diangkat Memejamkan mata dengan kuat: sisi yang sakit kelopaknya tidak dapat menutupi bola mata dan bola

mata berputar ke atas (Bell’s phenomenon) Mengembungkan pipi: hanya sisi yang sehat yang dapat dikembungkan Menyeringai: sisi yang sakit sudut mulutnya lumpuh tidak dapat diangkat sehingga mulut mencong

2. PEMERIKSAAN SENSORIK Memeriksa pengecapan dengan berbagai rasa: manis pada ujung lidah, dan asam pada bagian tengah

lidah Pengecapan pada sisi yang sakit tidak tajam

3. PEMERIKSAAN REFLEKS Memeriksa refleks kornea Pengetukan ujung jari pada alis, yang jika sehat, akan direspon dengan menutupnya kelopak mata

4. PEMERIKSAAN PENUNJANGMRI, dapat terlihat kelainan pada nervus fasialis

DIAGNOSA BANDING Oritis media supurativa Herpes zoster oticus Trauma kapitis Sindroma Guilain - barre dan myastenia gravis Tumor intrakranialis Leukimia Facial palsy tipe sentral Kelainan sentral Stroke Kelainan tumor onset gradual dan disertai perubahan mental status Kelainan neurologis sklerosis multipel Kelainan perifer otitis media supuratif dan mastoiditis herpes zoster otikus bila ditemukan adanya tuli perseptif

PENATALAKSANAAN1. Istirahat terutama pada keadaan akut2. Medikamentosa • Pemberian kortikosteroid• Agen antiviral• Kortikosteroid• Perawatan mata• konsultasi

3. Istirahat4. Pengbatan secara fisioterapi

Page 7: BELL'S PALSY

PENGOBATAN FARMAKO

Kortikosteroid, vitamin B1, B6, B12, Botox, Aciclovir NON FARMAKO

Pemijatan, fisioterapi, operasi

KOMPLIKASI• Kontraktur otot wajah• Sinkenesis• Hemifacial spam• Crocodile Tears Syndrome