Bed Side Teaching
-
Upload
prind-jati-prakasa -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Bed Side Teaching
BED SIDE TEACHING
SEORANG LAKI-LAKI USIA 57 TAHUN DENGAN KELUHAN
BENJOLAN DI SELANGKANGAN KANAN
Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. Nanang Heru Prabowo, Sp.B
Disusun Oleh :
Diskta Winza Ronica
H2A010013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I
STATUS PASIEN
1.1. ANAMNESIS
1.1.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Jalan Jatirejo RT 3/1 Gunung Pati, Semarang
No. CM : 467927
Ruang : Anggrek 6.2
Tanggal Masuk : 9 Juni 2015
1.1.2. Anamnesis
Keluhan utama: Benjolan di selangkangan kanan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah Umum RSUD Adhyatma pukul
09.00 dengan keluhan ada benjolan di selangkangan kanan. Benjolan
dirasakan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Awalnya benjolan
terdapat di lipat paha sebelah kanan, terkadang bisa kembali hilang lagi
benjolannya apabila saat idtirahat. Benjolan dapat masuk apabila
didorong dengan tangan. Bila di buat batuk, bersin, mengejan dan
mengankat beban berat benjolan keluar kembali. Tidak ada demam,
mual, muntah. BAB tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa disangkal
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi disangkal
- Riwayat penyakit kencing manis disangkal
- Riwayat operasi diakui, operasi BPH (2010)
Riwayat penyakit keluarga
- Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang serupa.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama orangtua dan kakaknya, biaya pengobatan
pasien ditanggung oleh BPJS
2.1. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
1. Keadaan Umum
Baik
Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
2. Status Gizi
BB: 60 kg
TB: 157 cm
BMI= 24 kg/m2
Kesan : normal
3. Tanda Vital
Tensi : 120/80mmHg
Nadi : 86x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8° C (peraxiller)
4. Kulit
Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, hiperpigmentasi(-), kulit kering (-),
kulit hiperemis (-)
5. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut warna hitam
6. Wajah
Simetris, moon face (-)
7. Mata
Konjungtiva pucat (-/-),sclera ikterik (-/-),mata cekung (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+)
normal, katarak (-/-)
8. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi
pendengaran (-/-)
9. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), fungsi pembau baik
10. Mulut
Sianosis (-), bibir kering (-),stomatitis (-), mukosa basah (-) gusi berdarah
(-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah tremor (-)
11. Leher
Simetris, pembesaran KGB (-) Pembesaran kel tyroid (-/-), deviasi trachea
(-)
12. Thoraks
Normochest, simetris, retraksi supraternal (-), retraksi intercostalis (-),
spider nevi (-), sela iga melebar (-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra.
Perkusi : Batas jantung
kiri bawah: ICS V, 2 cm ke medial linea midclavicularis sinistra
kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra
kanan atas: ICS II linea sternalis dextra
pinggang : SIC III linea parasternalis sinistra
Kesan : konfigurasi jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-), gallop(-)
Pulmo
Depan :
Inspeksi : Simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang
tertinggal, Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), ronki
basah kasar(-/-), ronki basah halus (-/-)
Belakang:
Inspeksi : Simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang
tertinggal, Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),
ronki basah kasar(-/-), ronki basah halus (-/-)
13. Punggung
Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok costovertebra (-)
14. Abdomen
Inspeksi : Simetris,datar, benjolan pada selangkangan kanan, jumlah 1
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Hypertympani seluruh lapang abdomen, pekak sisi (-),
pekak alih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan inguinal dekstra et sinistra (+), Hepar dan
lien tidak teraba, teraba benjolan pada selangkangan kanan (+)
15. Genitourinaria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
16. Kelenjar getah bening
Tidak membesar
17. Ekstremitas
Keterangan Superior Inferior
Akral dingin
Edema
Reflek fisiologik
Reflek patologik
Capilary refill
Kekuatan
(-/-)
(-/-)
(+/+)
(-/-)
< 2 “
555/555
(-/-)
(-/-)
(+/+)
(-/-)
< 2 “
555/555
18. RECTAL TOUHCER : tidak dilakukan
STATUS LOKALIS
1.3. RESUME
Seorang pasien laki – laki usia 57 tahun datang ke Poli Bedah Umum
RSUD Adhyatma dengan keluhan ada benjolan di selangkangan kanan.
Benjolan dirasakan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Awalnya benjolan
terdapat di lipat paha sebelah kanan, terkadang bisa kembali hilang lagi
benjolannya apabila saat istirahat. Benjolan dapat masuk apabila didorong
dengan tangan. Bila di buat batuk, bersin, mengejan dan mengankat beban
berat benjolan keluar kembali.
Regio Inguinal dextra :
Inspeksi : Tampak benjolan sebesar telur angsa, tidak berwarna merah, tidak tegang.
Palpasi : Benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal, tes transiluminasi (-).
Auskultasi : Bising Usus (+) ↓
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, GCS 15, Tensi
120/80 mmHg, nadi 86x/menit, RR 18x/menit , Suhu 36,80C.
Pemeriksaan status lokalis inguinal dextra inspeksi tampak benjolan
sebesar telur angsa, tidak tegang. Pada palpasi benjolan terasa kenyal dan bisa
didorong masuk.
1.4. DIAGNOSIS SEMENTARA
Hernia Inguinal Lateral Dextra Reponibel
1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hasil Nilai Normal
Darah Rutin Lekosit EritrositHemoglobinHematokritTrombosit
10,5 10^3/ul4,88 10^6/ul15,10 gr/dl
42,10 %273 10^3/ ul
3.8-10.6 10^3/ul4.4-5.9 10^6/ul13.2-17.3 gr/dl
40-52 %150-440 10^3/ ul
Kimia KlinikGlukosa sewaktu 113 mg/dl <125
1.6. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Inguinalis Lateral Dextra Repondibel
1.7. INITIAL PLAN
IP.Dx :
S : -
O : Laboratorium (Darah Rutin)
IP.Tx :
- Operasi : Hernioraphy elektif
IP.Mx :
- Monitoring keadaan umum.
- Monitoring tanda vital.
- Monitoring kesembuhan.
IP.Ex :
- Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit..
- Memberi penjelasan mengenai tindakan terapi yang akan dilakukan
1.8. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanam : ad bonam
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hernia adalah suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu protusi abnormal organ,
jaringan, atau bagian organ melalui struktur secara normal berisi bagian lemah.4
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.1 Hernia inguinalis lateral
adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus.2
Hernia ditinjau dari letaknya dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Hernia eksterna
Hernia yang menonjol namun tonjolan tersebut tampak dari luar yaitu hernia
inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia femoralis,
hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.
2. Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia
diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.4
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Gambar 2.1 Anatomi hernia Inguinal
Sumber : www.google.hidroxygenplus.blogspot.com
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-
tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh
anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya
terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum
rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis
lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke
dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis.1
2. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka
maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.2
C. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan
bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses penurunan testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena
usia.1
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah kehamilan,
obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat
miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra abdomen
yang bisa menyebabkan hernia.2
D. Patofisiologi
Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi
dapat memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek
pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi
penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus
spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga
menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot, maka
individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke
rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut redusibel.3
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungandengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu
perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat
dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.1
E. Manifestasi klinik
Beberapa pasien mengatakan hernia adalah turun berok, burut, atau klingsir, atau
mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Benjolan bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan jika menangis sambil mengejan,
atau mengangkat beban yang berat dan bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya terlihat baik, saat benjolan tidak Nampak dan saat
pasien disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali atau tidak. Pasien
diminta berbaring bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra
abdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnosa pasti hernia pada
umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan
cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke
atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke
annulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk.
Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari
tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu dinamakan hernia
inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah
hernia inguinalis medialis.2
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medical
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang.
Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang.
Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan
ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya
untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat
memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan
( Ester, 2002).
2. Penatalaksanaan bedah
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomy, hernioplastik, dan herniorafi. Pada
herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik,
dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004).
Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area
yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia
dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Laparoscopic
Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka
keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan
periode recovery post operasi lebih pendek (Black, 2006).
G. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi
kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus. Isi
hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum, karena
mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena
infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus
halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan
vascular ( proses strangulasi ). Keadaan ini di sebut hernia inguinalis strangulata.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta
: EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series.
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th
2011. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia ,cited on
May 12 th 2011).
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2008. (Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May 12th
2011).