Bed Site Teaching CPD

29
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. Pintu Atas Panggul Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, lineainnominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik keseluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampaimenyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antarabagian tengah dalam

description

Bed Site Teaching CPD

Transcript of Bed Site Teaching CPD

Page 1: Bed Site Teaching CPD

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian

antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.

Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi

keduanya.

 

Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1,

lineainnominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir

bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan

memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik keseluruh

permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari

tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampaimenyentuh arcus

pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada

promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata

diagonalis.Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang

dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11

cm.Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antarabagian

tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata veradengan konjugata

obstetrika sedikit sekali.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul

Page 2: Bed Site Teaching CPD

Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul

tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika,

sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua

spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu

sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spinaisciadica berukuran 11,5 cm.

Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengangaris diameter interspinarum

berukuran 4,5 cm.

 

Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga

dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dankanan.

Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara

kedua tuberositas isciiatau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-

tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm),dan jarak antara pinggir

bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

 

B. Etiologi

Istilah Cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan

adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.

Penyebab dari cephalopelvic disproportion:

1. Janin yang besar

2. Kelainan posisi dan presentasi

3. Panggul sempit

1. Janin yang Besar

Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut

kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika

beratnya lebih dari 4500 gram.

Penyebab anak besar :

Diabetes mellitus

Herediter

Multiparitas

Page 3: Bed Site Teaching CPD

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya

bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri

dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.

.Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan

besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu

diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul.

2. Kelainan Posisi dan Presentasi

Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :

a. Presentasi muka

Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai

punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Presentasi muka dapat disebabkan

oleh :

Panggul sempit

Bayi besar

Multiparitas

Lilitan tali pusat di leher

Anencephal

Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari

pemeriksaan luar ditemukan:

Tonjolan kepala sepihak dengan punggung

Ditemukan sudut fabre

BJJ sepihak dengan bagian kecil.

Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang cukup besar,

akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.

Gambar 2. Presentasi Muka

Page 4: Bed Site Teaching CPD

Pengelolaan pada presentasi muka:

Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap

Kala II : Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi, bila

dagutetap di belakang, dilakukan seksio sesarea.

b. Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang.

Etiologinyahampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara

dan seringberubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Presentasi dahi jarang

dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigaikeadaan tersebut bila dengan

pemeriksaan luar ditemukan:

Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.

BJJ sepihak dengan bagian kecil.

Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan

dalam.Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar,

pinggirorbita, dan pangkal hidung.Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat

lahir spontan sebagaipresentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap,

janin tidak mungkinlahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea,

kecuali bila janin sangatkecil (TBBJ < 1800 gram).

Gambar 3 Presentasi Dahi

c. Letak Lintang

Page 5: Bed Site Teaching CPD

Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada

sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang disebut

presentasi bahu, atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan

disebutdorsoanterior, jika di belakang disebut dorsoposterior.

Penyebab letak lintang ialah:

Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas

Kesempitan panggul

Plasenta previa

Prematuritas

Kelainan bentuk rahim

Mioma uteri

Kehamilan ganda

Gambar 4. Letak Lintang

Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup

bulan,fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas pusat.Pada palpasi,

fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagian-bagianbesar teraba di

samping kiri atau kanan fossa illiaca. Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di

sebelah depan. Sebaliknya, jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-

bagian kecil sehingga punggung terdapat di sebelah belakang. Dalam persalinan, pada

pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai susunan tulang-tulang yang sejajar dan

jika pembukaan sudah besar akan teraba scapula, dan pada pihak yang bertentangan dengan

scapula akan teraba klavikula.

Page 6: Bed Site Teaching CPD

Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar

sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang hanya

mungkin jikaketuban masih utuh.

Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi

luar pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan

dilakukanpervaginam.

Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila

usiakehamilan < 28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu. Sedangkan

pada janin mati:

TBA < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan

evolusispontan. Bisa dibantu dengan traksi beban.

TBA > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus dilakukan

eksplorasi jalan lahir.

TBA > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio sesarea.

Letak lintang kasip dilakukan embriotomi.

d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)

Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil

dibelakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna. Etiologinya yaitu kelainan

panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepalakurang serta inersia uteri.Adakalanya

oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simfisis. Ini terutama terjadi bila

fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perineitotalis, episiotomi harus dibuat lebih

lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya

sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterioryang memerlukan

pertolongan pembedahan.Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih

panjang. Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum

atau forceps.

III. Panggul Sempit

Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri

danGinekologi yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas

panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan. Perkiraan panggul sempit

dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa,misalnya pada tuberculosis vertebrae,

poliomyelitis,dan kifosis.

Page 7: Bed Site Teaching CPD

Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki

kapasitas panggul sempit.namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan normal

tidak dapat memiliki panggul sempit.Dari anamnesa persalinan dahulu juga dapat diperkiraan

kapasitas panggul

C. Manifestasi Klinis

Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :

1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate

2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir

3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung

4. Abdomen pendulum pada primi gravid

5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata

 

Gambar 5. Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.

Pengaruh pada persalinan :

1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya waktu

yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi karena

ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup pintu atas

panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks

karena tertahan pada pintu atas panggul.

2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi

3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan

yangditimbulkan panggul sempit.

Page 8: Bed Site Teaching CPD

4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat

terjadi infeksi intrapartum.

5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat

menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.

6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat

mengangkat tungkainya.

7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga

panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus.

Pengaruh pada anak :

1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.

2. Prolapsus foeniculi

3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter

biparietalberkurang lebih dari 0,5 cm.

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam

pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karen

a pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada

persalinanpervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara

anatomisnamun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan

Page 9: Bed Site Teaching CPD

panggul.Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat

panggul sempit lainnya.

Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul

Robert, split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,

fraktur,atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,

spondilolistesis.

4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau

kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul

dapatmenyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas

panggul,pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang

menyempit seluruhnya.

D. KLASIFIKASI PANGGUL SEMPIT

Klasifikasi panggul sempit :

a.Kesempitan pintu atas panggul

b.Kesempitan bidang tengah

c.Kesempitan pintu bawah panggul

Kriteria diagnosis :

a. Kesempitan pintu atas pangul

Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm

Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm

b. Kesempitan panggul tengah

Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischiidan

memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.

Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:

1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.

Page 10: Bed Site Teaching CPD

2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4

dan ke-5 – 11,5 cm.

3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina kepertemuan

sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.

Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :

1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang (10,5

cm + 5 cm = 15,5 cm).

2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .

Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus diukur secara

rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanyakesempitan bidang tengah panggul jika:

1. Spina ischiadica sangat menonjol.

2. Dinding samping panggul konvergen.

3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

c. Kesempitan pintu bawah panggul

Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.

Gambar 3.2 Bidang Panggul

Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:

Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.

Pada primipara ada perut menggantung.

Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.

Ada kelainan letak pada hamil tua.

Page 11: Bed Site Teaching CPD

Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)

Tanda Osborn positif 

Teknik perasat Osborn:

1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.

3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior

darisimfisis.

4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan kebelakang.

Interpretasi perasat Osborn:

Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari

tulangparietal, berarti CPD (-).

Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang

parietal,sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat

Muller.

Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietalmenggantung

di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:

1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.

3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.

4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:

Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).

Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Pemeriksaan pada disproporsi kepala panggul :

1. Pelvimetri rontgen,untuk mengukur ukuran panggul

2. Magnetik Resonance Imaging (MRI)

Page 12: Bed Site Teaching CPD

3. Vaginal toucher

4. Tinggi badan ibu < 150 cm

E. Prognosis

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:

1. Bentuk Panggul

2. Ukuran panggul menjadi derajat kesempitan.

3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.

4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.

5. Presentasi dan posisi kepala.

6. His.

Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan

berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi

dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.

Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea.

Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan

selamat jika CV < 8,5 cm.

Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil

persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:

Riwayat persalinan yang lampau

Besarnya presentasi dan posisi anak 

Pecahnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis

His

Lancarnya pembukaan

Adanya infeksi intrapartum

Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus

percobaan.

  Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul dibiarkan berlangsung sendiri

tanpa penagambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin yaitu:

1. Bahaya pada ibu:

a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat

menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi inrapartum.

Page 13: Bed Site Teaching CPD

b. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat timbul

regangan segmen bawah uterus (rupture uteri mengancam) dan bila tidak segera

diambil tindakan akan terjadi rupture uteri.

c. Dengan persalinan tidak maju karena diproporsi kapala panggul, jalan lahir mengalami

tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu menimbulkan

gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada

tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis atau

fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis.

2. Bahaya pada janin:

a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi bila ditambah dengan

infeksi intrapartum.

b. Dengan adanya disprpoporsi kepala panggul kepala janin dapat melewati rintangan

pada panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin

tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas

tersebut dilampaui akan terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan

intracranial.

c. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis dapat

menyebabkan perlukan pada jaringan diatas tulang kepala janin dan dapat pula

menimbulkan fraktur pada os parietalis.

F. Penanganan Disproporsi Kepala Panggul (Cpd)

Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :

1. Partus percobaan

Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam

padawanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada letak

belakang kepala.Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita

mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak

lahir per vaginam. Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahirper vaginam secara

spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam

keadaan baik. 

Page 14: Bed Site Teaching CPD

Kita hentikan partus percobaan jika:

Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.

Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.

Adanya lingkaran retraksi yang patologis.

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan

dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter terbesar

dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.

Forsep atau vakum gagal

Dalam keadaan – keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea

dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang

menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya

untuk melakukan persalinan percobaan lagi.

2. Seksio sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan

aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada

kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan

letak janin yang tak dapat diperbaiki.Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama

beberapa waktu)dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi

untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam

belum dipenuhi. Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas

indikasi ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal),persalinan

percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya.Dalam hal ini,

pimpinan persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas

seksio sesarea. Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran

paksi jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio

sesaria. Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya

dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecilruangan jalan

lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak

bolah dipaksakan. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8

cm.Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena

itu,biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah

panggul. Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuberischii dan

Page 15: Bed Site Teaching CPD

diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).Jika pintu bawah

panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul

jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan

forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas

3.Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada

simfisis.Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4.Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila

panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio

sesarea.

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengan cara

melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dengan

mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti

oleh kranioklasi.

Kleidotomi dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi

dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak

ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua

klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula

dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan selanjutnya kelahiran anak dengan

berkurangnya lebar bahu tidak mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-

hati, tidak akan timbul luka pada jalan lahir.

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila

panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio

sesarea.

Page 16: Bed Site Teaching CPD

BAB II

ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. I

Umur : 22 tahun

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku : Minang

Alamat : Jl. Raya Pisang Pauh

No. MR : 85.58.89

Nama Suami : Tn. N

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SLTA

Agama : Islam

Suku : Minang

Alamat : Jl. Raya Pisang Pauh

B. Anamnesis

Seorang pasien perempuan usia 22 tahun masuk KB IGD RSUP DR M Djamil Padang pada

tanggal 10 Januari 2014 pukul 22.10 WIB dengan

Page 17: Bed Site Teaching CPD

Keluhan Utama

Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 9 jam yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 9 jam yang lalu, semakin sering dan semakin

kuat

- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak 9 jam yang lalu

- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 2 jam yang lalu

- Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada

- Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu

- HPHT : lupa TP : sulit ditentukan

- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu

- Riwayat Hamil Muda : mual (-) muntah (-) perdarahan (-)

- Riwayat Hamil Tua : mual (-) muntah (-) perdarahan (-)

- Riwayat ANC : control ke puskesmas, disarankan melahirkan di RS karena anak besar

- Riwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, tidak teratur setiap bulannya, lamanya

3-4 hari, banyaknya 2-3 kali ganti duk perhari, nyeri (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit paru, jantung, ginjal, DM, hati, hipertensi, dan alergi obat

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan

Riwayat Pekerjaan, Sosio Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan

Riwayat pernikahan : 1x tahun 2012

Riwayat kehamilan / abortus / persalinan : 1 / 0 / 0

1. Sekarang

Riwayat kontrasepsi : (-)

Riwayat imunisasi : (-)

Riwayat pendidikan : SLTA

Riwayat pekerjaan : Ibu rumah tangga

Riwayat Kebiasaan : alcohol (-) rokok (-) obat-obatan (-)

Page 18: Bed Site Teaching CPD

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg

Frekuensi Nadi : 88 x / menit

Frekuensi Nafas : 20 x / menit

Suhu : 37 C

Tinggi badan : 158 cm

Berat Badan sebelum hamil : 51 kg

Berat Badan sekarang : 60 kg

BMI : 20,42 kg/m2

Lila : 26 cm

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Leher : JVP 5-2 cm H2O

THT : tidak ada kelainan

Paru :

Inspeksi : simetris kiri = kanan dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler +/+, rhonkhi -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ 1-2 murni, irama teratur, bising (-), gallop (-)

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Udem -/- , Reflex fisiologis +/+, Reflex patologis -/-\

D. Status Obstetrikus

Muka : chloasma gravidarum (+)

Mammae : membesar dan menegang, hiperpigmentasi areola mammae

(+)

Page 19: Bed Site Teaching CPD

Abdomen :

Inspeksi : perut tampak memebesar sesuai usia kehamilan aterm

Palpasi : L1 : teraba massa besar, lunak dan noduler

FUT teraba 2 jari di bawah prosesus xyphoideus

L2 : teraba tahanan terbesar janin di sebelah kiri

Teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kanan

L3 : teraba massa keras, tidak terfiksir

L4 : konvergen

TFU : 39 cm TBA : 4030 gram His : +/3-4x/40’/kuat

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) Normal. DJJ 140-150 x / menit

Genitalia :

Inspeksi : vulva/uretra tenang , perdarahan pervaginam (-)

VT : pembukaan d 5 – 6 cm

Ketuban (-) sisa jernih

Teraba kepala UUK kiri melintang H1-2

Ukuran Panggul Dalam

Promontorium tidak tercapai

Linea inominata teraba 1/3 – 1/3

Os Sakrum cekung

Dinding samping panggul lurus

Spina ischiadika tidak menonjol

Os Cogsigis mudah digerakkan

Arkus pubis > 90

Ukuran Panggul Luar : DIT dapat dilalui 1 tinju dewasa

UPD dan UPL : kesan panggul luar

E. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Darah :

- Hemoglobin : 8,9 gr/dl

- Leukosit : 9300 / mm3

- Hematokrit : 29 %

- Eritrosit : 4.09 x 106 / mm3

Page 20: Bed Site Teaching CPD

- Trombosit : 162.000 / mm3

- MCH / MCV / MCHC : 21,7 / 71 / 30,7

F. Diagnosa

G1P0A0H0 parturien aterm kala 1 fase aktif + CPD anak besar + anemia ringan

Janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala UUK kiri melintang H1-2

G. Sikap

Kontrol KU, VS, His, DJJ

Antibotik Skin Test

Lapor OK dan Anestesi

Informed Consent

H. Rencana

SCTPP

I. Follow Up

Tanggal 10 Januari 2014 Pukul 23.00

Dilakukan SCTPP

Lahir seorang bayi laki-laki dengan

BB : 4100 gram

PB : 49 cm

A/S : 8/9

Plasenta lahir dengan berat 700 gram, ukuran 18 x17x2,5 cm

Panjang tali pusat 60 cm.

Insersi parasentralis

Perdarahan pasca tindakan 250 cc

D/ P1A0H1 post SCTPP a.i. CPD anak besar

Anak dan ibu dalam perawatan

S/ Awasi pasca tindakan