BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud 1.1.1. Mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku. 1.1.2. Menganalisis sifat-sifat batuan beku berdasarkan kenampakan megaskopisnya. 1.1.3. Mengetahui petrogenesis dari batuan beku dan mengetahui posisi lempeng saat batuan beku tersebut terbentuk. 1.1.4. Menentukan nama batuan berdasarkan kandungan mineralnya menurut Russel Travis (1969). 1.2. Tujuan 1.2.1. Mampu mendeskripsikan sifat-sifat fisik batuan beku secara megaskopis. 1.2.2. Mampu menjelaskan dan menentukan kandungan mineral pada batuan beku. 1.2.3. Mampu mengetahui petrogenesis dari batuan beku dan mengetahui posisi lempeng saat batuan beku tersebut terbentuk. 1.2.4. Mampu mengidentifikasi nama batuan berdasarkan komposisi mineral yang ada di dalamnya menurut tabel Russel Travis (1969). 1.3. Pelaksanaan Praktikum 1

Transcript of BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Page 1: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud

1.1.1. Mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku.

1.1.2. Menganalisis sifat-sifat batuan beku berdasarkan kenampakan

megaskopisnya.

1.1.3. Mengetahui petrogenesis dari batuan beku dan mengetahui posisi

lempeng saat batuan beku tersebut terbentuk.

1.1.4. Menentukan nama batuan berdasarkan kandungan mineralnya

menurut Russel Travis (1969).

1.2. Tujuan

1.2.1. Mampu mendeskripsikan sifat-sifat fisik batuan beku secara

megaskopis.

1.2.2. Mampu menjelaskan dan menentukan kandungan mineral pada

batuan beku.

1.2.3. Mampu mengetahui petrogenesis dari batuan beku dan mengetahui

posisi lempeng saat batuan beku tersebut terbentuk.

1.2.4. Mampu mengidentifikasi nama batuan berdasarkan komposisi

mineral yang ada di dalamnya menurut tabel Russel Travis (1969).

1.3. Pelaksanaan Praktikum

I.3.1 . Pelaksanaan ke -1

Hari : Senin

Tanggal : 12 Oktober 2009

Waktu : 13.30-15.30 WIB

Tempat : Ruang 201 Lantai 2 Gedung Geologi

I.3.2 Pelaksanaan ke- 2

Hari : Senin

Tanggal : 19 Oktober 2009

Waktu : 13.30-15.30 WIB

Tempat : Ruang 201 Lantai 2 Gedung Geologi1

Page 2: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.

Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat dan

ada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses

pembekuan merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase

padat. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur

dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi

oleh sifat magma asal.

Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat cukup energi

pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar

sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang

berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal

tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.

2.2 Penggolongan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama

yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang

terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.

2.2.1 Berdasarkan Genetik

Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-

kadang mengandung gelas,berdasarkan tempat

kejadiannya(genesa)batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah

permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga

batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).

contoh : granit, granodiorit, dan gabro.

b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah

atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif

cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak 2

Page 3: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk

struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah granit porfir dan diorit

porfir.

c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi.

Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk

kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya obsidian,

riolit dan batuapung.

(Danang Endarto, 2005)

2.2.2 Berdasarkan Senyawa kimia

Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan

menjadi:

a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari

45%. Contohnya dunit dan peridotit.

b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45%-52%.

Contohnya gabro, basalt.

c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara

52%-66 %. Contohnya andesit dan sienit.

d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%.

Contohnya granit, riolit.

Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih

gelap dibanding yang komposisinya asam.

(Bahan Praktikum Petrologi, 2006)

2.2.3. Berdasarkan susunan mineralogi

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan

dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar

kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang

mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur

granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan

tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi

3

Page 4: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan

pembkuan yang cepat.

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B.

Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir

mineralnya dapat dibagi menjadi:

a.Batuan dalam

Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun

batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.

b. Batuan gang

Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.

c. Batuan gang

Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.

d. Batuan lelehan

Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat

dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:

1. keluarga granit – riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,

alkali felsparnya melebihi plagioklas

2. keluarga granodiorit – qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na

Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak

dari K Felspar

3. keluarga syenit – trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau

foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi

Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir

4. keluarga monzonit – latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau

foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau

melebihi K-Felspar

5. keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid,

K-Felspar melebihi plagioklas

4

Page 5: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

6. keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama

kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

7. keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-

Felspar, plagioklas melimpah

8. keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama

plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar

9. keluarga gabbro – basaltfoid: intermediet hingga mafik, mineral

utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa

melimpah ataupun tidak hadir

10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik

(ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

(Doddy,1987)

2.3 Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku

a. Warna Batuan

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral

penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis

magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur

gelasan.

Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku

asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash

feldsfar dan muskovit.

Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan

beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama

banyak.

Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah

batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-

mineral mafik.

(Danang Endarto, 2005)

b. Struktur Batuan

5

Page 6: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan

yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada

pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku

struktur yang sering ditemukan adalah:

a. Masif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang

gas

b. Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-

retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada

singkapan di lapangan.

c. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini

dibagi lagi menjadi 3 yaitu:

Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun

lubang gas.

d. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral

sekunder.

(Danang Endarto, 2005)

c. Tekstur Batuan

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir

mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran

butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika

warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,

maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan

keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses

sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :

a. Tingkat kristalisasi

Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi:

Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua

berbentuk kristal-kristal.

6

Page 7: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi

berupa mineral gelas.

Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.

b. Ukuran kristal

Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah

dikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada

batuan.

tabel 2.1

Kisaran ukuran kristal dari beberapa sumber

Cox,price,harte W.T.G Heinric

Halus < 1mm <1 mm <1 mm

Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm

Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm

Sangat kasar >30 mm > 30 mm

c. Granularitas

Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas

dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:

Equigranulritas

Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran

kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2:

Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa

dibedakan dengan mata telanjang

Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan

dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat

halus.

Inequigranular

Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini

dapat dibagi lagi menjadi :

7

Page 8: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

1. Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh

kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata

telanjang.

2. Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar

yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.

b. Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila

semuanya tersusun atas gelas.

c. Bentuk Butir

1. Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai

bidang kristal yang sempurna.

2. Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

sebagian bidang kristal yang sempurna.

3. Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

bidang kristal yang tidak sempurna.

(Danang Endarto, 2005)

d. Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat

dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. Kelompok Granit – Riolit

Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun oleh

mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat

hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.

2. Kelompok Diorit – Andesit

Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun

atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan

kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil

3. Kelompok Gabro – Basalt

Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-

mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.

8

Page 9: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

4. Kelompok Ultra Basa

Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang

mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

(Bahan Praktikum Petrologi

BAB III

HASIL DESKRIPSI

3.1 Deskripsi Batuan No. Peraga 102

No. urut : 1

No. peraga : 21

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : hitam

Sifat kimia : basa

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : afanitik

c. Ukuran Butir : halus

d. Fabrik / Bentuk Butir : anhedral

Deskripsi komposisi

1. Piroksen (>50%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

2. Plagioklas (35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Kuarsa (<5%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

4. Hornblende (5%) warna hitam, kekerasan 6, belahan sempurna,

bentuk agak prismatik, kilap kaca.

9

Page 10: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung hitam,

bersifat basa, berstruktur massif, tekstur holokristalin, afanitik, dan

anbhedral, dengan komposisi fenokris: piroksen 50%, plagioklas >35%,

kuarsa >5%, hornblende 5%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,

maka batuan ini termasuk batuan beku basa. Proses terbentuknya yaitu

karena ada pembekuan magma di zona plutonik atau di dalam permukaan

bumi. Batu ini terbentuk oleh magma yang bersifat basa kemungkinan

magma pementuknya berasal dari hasil pelelehan lempeng samudera..

Foto batuan:

Nama batuan : Basalt (Travis, 1969)

10

Plagioklas >35%

Hornblende 5% <10%

Kuarsa 5%

Piroksen >50%

Page 11: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3.2 Deskripsi Batuan No. Peraga 21

No. urut : 2

No. peraga : 21

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : abu-abu

Sifat kimia : intermediet

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, porfiroafanitik

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (>35%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

2. Kuarsa (>25%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

3. Ortoklas (<10%) warna kecoklatan, kekerasan 6, belahan sempurna,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

4. Massa dasar berupa afanit.

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

11

Page 12: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung abu-abu

keputihan, bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur holokristalin,

porfiroafanit, dan subhedral, dengan komposisi fenokris: plagioklas >35%,

kuarsa >25%, ortoklas <10%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan

massa dasar berupa afanit material yang bersifat intermediet, maka batuan

ini termasuk batuan beku intermediet yang terbentuk di dalam kerak bumi di

zona hipabisal dengan sifat yang intermediet.

Foto batuan:

Nama batuan : Porfiri Dasit (Travis, 1969)

12

Plagioklas >35%

Ortoklas <10%

Kuarsa >25%

Massa dasar

Page 13: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3.3 Deskripsi Batuan No. Peraga 50

No. urut : 3

No. peraga : 50

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : kecoklatan

Sifat kimia : intermediet

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, porfiroafanitik

c. Ukuran Butir : -

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Homblande (5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

2. Piroksen (5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Kuarsa (5%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal

4. Biotit (5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

5. Massa dasar berupa afanitik (plagioklas)

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

13

Page 14: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung kecoklatan,

bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur holokristalin, porfiroafanitik,

dan subhedralhedral, dengan komposisi fenokris: kuarsa >5%, biotit >5%,

hornblende >5%, piroksen >5%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,

dan massa dasar berupa material yang bersifat intermediet yang berupa

plagioklas, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di

dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma

yang bersifat intermediet.

Foto batuan:

Nama batuan : Porfiri Andesit (Travis, 1969)

14

Plagioklas >50%

Piroksen >5%

Kuarsa >5%

Hornblende >5%

Biotit >5%

Page 15: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3.4 Deskripsi Batuan No. Peraga 190

No. urut : 4

No. peraga : 195

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : abu abu

Sifat kimia : asam

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiitik

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (>30%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

2. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

3. Mineral logam

4. Biotit (<5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

5. Hornblende (<5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

6. Piroksen (5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

15

Page 16: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat asam,

berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral

dengan komposisi fenokris: plagioklas >30%, kuarsa <10%, biotit 5%,

piroksen 5% dan homblande <10%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh

feldspar, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di

dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma

yang bersifat asam.

Foto batuan:

Nama batuan : Porfiro Diorit Kuarsa (Travis, 1969)

16

Plagioklas >30%

Biotit <10%

Kuarsa >25%

Massa dasar

Homblandet <10%

Page 17: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3.4 Deskripsi Batuan No. Peraga 181

No. urut : 4

No. peraga : 181

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : hitam

Sifat kimia : basa

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : equigranular, faneritik

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (>40%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Kuarsa (<10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Piroksen (>50%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

17

Page 18: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat basa,

berstruktur massif, tekstur holokristalin, fenerit, dan subhedral dengan

komposisi plagioklas >40%, kuarsa <10%, piroksen >50%, feldspar

plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar berupa afanit yaitu

material yang bersifat basa, maka batuan ini termasuk batuan beku basa

yang terbentuk di dalam kerak bumi di zona plutonik. Dan batu ini terbentuk

oleh magma yang bersifat basa.

Foto batuan:

Nama batuan : Gabro (Travis, 1969)

18

Plagioklas >30%

Kuarsa <10%

Piroksen >50%

Page 19: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3.5 Deskripsi Batuan No. Peraga 33

No. urut : 5

No. peraga : 33

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : coklat

Sifat kimia : asam

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (>20%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Ortoklas (>50%) warna kecoklatan, kekerasan 6, belahan sempurna,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

4. Piroksen (>5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

19

Page 20: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

5. Biotit (>5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

6. Homblande (>5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

7. Massa dasar berupa mineral ortoklas.

K-feldspar > 2/3 semua feldspar

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna coklat, bersifat asam,

berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral

dengan komposisi plagioklas >20%, kuarsa >10%, piroksen >5%, biotit

>5%, homblande >5%, dan ortoklas >50%, k-feldspar >2/3 seluruh feldspar,

dan massa dasar berupa porfir yaitu mineral ortoklas yaitu material yang

bersifat asam, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk

di dalam kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma

yang bersifat asam.

Foto batuan:

Nama batuan : Porfir Sianit (Travis, 1969)

20

Plagioklas >20%

Kuarsa >10%

Piroksen, homblande, biotit >15%

Ortoklas >50%

Page 21: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3.6 Deskripsi Batuan No. Peraga 190

No. urut : 6

No. peraga : 190

Jenis batuan : batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis

Warna batuan : putih keabu-abuan

Sifat kimia : asam

Struktur : massif

Tekstur :

a. Derajat Kristalisasi : holokristalin

b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik

c. Ukuran Butir : sedang

d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral

Deskripsi komposisi

1. Plagioklas (>30%) warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat

putih, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

2. Kuarsa (>15%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

3. Biotit (>10%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

4. Homblande (>10%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

21

Page 22: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

5. Massa dasar berupa mineral plagioklas.

Feldspar Plagioklas > 2/3 semua feldspar.

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan yang berwarna putih keabu-abuan,

bersifat asam, berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan

subhedral dengan komposisi plagioklas >30%, kuarsa >15%, biotit >10%,

homblande >10%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa

dasar berupa porfir yaitu mineral plafioklas yaitu material yang bersifat

asam, maka batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di dalam

kerak bumi di zona hipabisal. Dan batu ini terbentuk oleh magma yang

bersifat asam.

Foto batuan:

Nama batuan : Porfir Diorit Kuarsa (Travis, 1969)

22

Plagioklas >30%

Kuarsa >15%

Biotit >10%

Homblande >10% >50%

Page 23: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum petrologi acara batuan beku kali ini, pengamatan yang

dilakukan adalah pengamatan secara megaskopis dengan tujuan untuk

menganalisis kemudian melakukan pemerian nama batuan. Peraga batuan yang

diamati ada lima macam, antara lain:

4.1 Batuan No Peraga 21

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna abu-abu keputih-

putihan. Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat intermediet karena warnanya

tidak terlalu gelap ataupun cerah. Struktur batuan ini adalah massif, karena

batuan ini batuan tersebut batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat

adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis porfiroafanitik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasrnya tidak dapat diketahui, karena tidak terlihat oleh mata telanjang

(afanit). Ukuran kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan

23

Page 24: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

bentuk butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu

sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>35%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Kuarsa (>25%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

concoidal. Ortoklas (<10%) warna kecoklatan, kekerasan 6, belahan sempurna,

bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa

afanit yang berwarna dominan abu-abu (mineral yang bersifat intermediet).

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Diamana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

tidak dapat diketahui mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang tidak

terlalu dalam letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pun tidak lama. dan

sifat kimia batu ini adalah intermediet dimana magma yang membentuk juga

bersifat intermediet, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses

melting antara lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng benua yang

bersifat asam, sehingga terbentuk sifat intermediet. Hal ini dikarenakan

lempeng benua mengandung minera silika dan alumuniumyang sifatnya asam

bercampur denga lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium

yang bersifat basa, sehingga menjadikan magma bersifat intermediet.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah

semua mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 21

merupakan batu Porfir Dasit (Travis, 1969).

24

Page 25: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

4.2 Batuan No Peraga 197

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna abu-abu keputih-

putihan. Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya

cenderung cerah. Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan

tersebut batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang

maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar Kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya

berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa

subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas

antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>30%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

concoidal Biotit (<10%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa

fanerit (plagioklas dan kuarsa).

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Diamana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

dapat diketahui mineralnya dikarenakan proses pembekuannya berlangsung

25

Page 26: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

pada daerah yang agak dalam letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pun

cukup lama. dan masas dasar pada batu peraga ini adalah mineral kuarsa dan

plagioklas. Sifat kimia batu ini adalah asam dimana magma yang membentuk

juga bersifat asam, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses

melting antara lempeng benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang

bersifat asam, sehingga terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng

benua mengandung minera silika dan alumuniumyang sifatnya asam.

Untuk melakukan pemerian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah

semua mineral feldspar. Dan karena mineral aksesori komposisinya dalam

jumlah yang besar maka nama batu peraga tersebut diberi tambahan dari

mineral aksesori tersebut.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 197

merupakan batu Porfir Diorit Kuarsa Biotit (Travis, 1969).

4.3 Batuan No Peraga 195

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna hitam. Dilihat dari

warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya yang gelap. Struktur

batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut batuan tersebut

bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada

permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis porfiroafanitik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasrnya tidak dapat diketahui, karena tidak terlihat oleh mata telanjang

26

Page 27: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

(afanit). Ukuran kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan

bentuk butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu

sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>30%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Kuarsa (<10%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

concoidal. Biotit (<10%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Homblande (<10%)

warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat

hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa afanit yaitu (mineral yang

bersifat basa).

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Diamana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

tidak dapat diketahui mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang tidak

terlalu dalam letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pun tidak lama. Dan

sifat kimia batu ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat

basa, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara

lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng samudera yang bersifat

basa, sehingga terbentuk sifat basa. Hal ini dikarenakan lempeng samudera

yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa bercampur dengan

lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa

juga, sehingga menjadikan magma bersifat basa.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari

jumlah semua mineral feldspar.

27

Page 28: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 195

merupakan batu Porfiro Basalt (Travis, 1969).

4.4 Batuan No Peraga 181

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna hitam. Dilihat dari

warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya yang gelap. Struktur

batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut batuan tersebut

bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada

permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah equigranular, yaitu mineralnya

mempunyai besar yang sama. Batu peraga ini strukturnya feneritik ,diman

feneritik adalah mineralnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran

kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya

berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-

batas antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>40%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (<10%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

tidak ada. Piroksen (>50%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk

tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

plutonik. Dimana dalam pembentukan batuan secara plutonik berlangsung di

28

Page 29: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

tempat yang dalam dan jauh dari permukaan bumi dan berlangsung dengan

waktu yang lama, sehingga terbentuk krital-kristal yang sempurna. Dan sifat

kimia batu ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat basa,

dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara

lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng samudera yang bersifat

basa, sehingga terbentuk sifat basa. Hal ini dikarenakan empeng samudera

yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa bercampur dengan

lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa

juga, sehingga menjadikan magma bersifat basa.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari

jumlah semua mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 181

merupakan batu Gabro (Travis, 1969).

4.5 Batuan No Peraga 33

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna coklat cerah. Dilihat

dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya cenderung cerah.

Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut batuan

tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan

pada permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya

29

Page 30: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa

subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas

antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>20%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Ortoklas (>50%) warna kecoklatan,

kekerasan 6, belahan sempurna, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

tidak ada. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa

belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Piroksen

(>5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk tabular, kilap kaca,

cerat putih, pecahan tidak ada. Biotit (>5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan

1 arah, bentuk lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.

Homblande (>5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk

menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa

mineral ortoklas.

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang

letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu

ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan

kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng

benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga

terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera

silika dan alumuniumyang sifatnya asam.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

30

Page 31: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-feldspar > 2/3 dari jumlah semua

mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 33

merupakan batu Porfir Sianit (Travis, 1969).

4.6 Batuan No Peraga 190

Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna putih keabu-abuan

cerah. Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya

cenderung cerah. Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan

tersebut batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang

maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.

Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun

seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini

sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan

antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral

yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur

porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini

massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya

berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa

subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas

antar mineral yang tidak begitu jelas.

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>30%)

warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap

kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (>15%) warna putih kebeningan,

kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan

tidak ada. Biotit (>10%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk

lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Homblande (>10%)

warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat

hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa mineral plagioklas.

31

Page 32: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan

magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang

biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona

hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam

pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris

tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya

dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang

letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu

ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan

kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng

benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga

terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera

silika dan alumuniumyang sifatnya asam.

Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang

diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral

kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah

semua mineral feldspar.

Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 195

merupakan batu Porfiri Diorit Kuarsa (Travis, 1969).

32

Page 33: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica

cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma

2. Deskripsi batuan beku secara megaskopis, meliputi: warna batuan, tekstur

batuan, struktur batuan, ukuran kristal, tingkat kristalisasi, komposisi

mineral, penamaan batuan menurut Russel B. Travis (1969).

3. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang

membeku, dan magma sendiri berasal dari pelelehen lempeng, baik

lempeng benua maupunlempeng samudera.

4. Dalam klasifikasi menurut Russel B. Travis (1969), yang diutamakan

adalah komposisi berdasarkan jumlah dari mineral kuarsa dan feldspar.

5. Nama batuan dengan nomor peraga 21 adalah porfiri dasit (Travis,1969).

6. Nama batuan dengan nomor peraga 197 adalah porfiri diorite kuarsa biotit

(Travis,1969).

7. Nama batuan dengan nomor peraga 195 adalah porfiri basalt

(Travis,1969).

8. Nama batuan dengan nomor peraga 181 adalah gabro (Travis,1969).

9. Nama batuan dengan nomor peraga 33 adalah porfiri sianit (Travis,1969).

10. Nama batuan dengan nomor peraga190 adalah porfiri diorite kuarsa

(Travis,1969).

5.2 Saran

1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum.

2. Tanyakan kepada asisten hal-hal yang kurang jelas dalam prakttikum.

33

Page 34: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

3. Lengkapi peraga batuan di laboratorium untuk memperluas wawasan

praktikan.

4. Lakukan pendiskripsian batuan dengan seteliti mungkin dan setepat

mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, C ; Firdaus M Suprapto. 2000. Buku Petunjuk Kristalografi dan

Mineralogi. Yogyakarta:Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik

Geologi UPN “ Veteran” :

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Penerbit LPP dan

Percetakan UNS

Setia Graha, Doddy , 1987, Batuan dan Mineral , Bandung: Penerbit Nova.

Tim Asisten Petologi.2007.Pengantar Praktikum Petrologi. Semarang: Undip.

34

Page 35: BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

LAMPIRAN

35