51403373 Kumpulan Materi Petrografi Batuan Beku Non Fragmental
Batuan Beku Fragmental
-
Upload
boymosanservandasinamo -
Category
Documents
-
view
98 -
download
1
description
Transcript of Batuan Beku Fragmental
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud
Mengamati batuan beku fragmental atau piroklastik secara megaskopis.
Menentukan komposisi mineral penyusun batuan beku piroklastik,
Menetukan struktur dan tekstur batuan beku piroklastik.
Memberi jenis dan nama batuan berdasarkan klasifikasi Throp & Brown,
Fisher , Grabau, W.T.G
I.2 Tujuan
Mendeskripsikan jenis batuan beku fragmental atau piroklastik secara
megaskopis.
Membedakan komposisi mineral penyusun batuan beku piroklastik.
Menetukan petrogenesa batuan beku fragmental atau piroklastik.
Memberi jenis dan nama batuan berdasarkan klasifikasi Throp & Brown,
Fisher , Grabau, W.T.G
I.3 Waktu Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Selasa, 8 April 2014
Pukul :18.30 - selesai
Tempat : Laboratorium Mineralogi, Petrologi, dan Petrografi
Gedung Pertamina Sukowati
BAB II
1
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Pensil
Penggaris
Lembar desripsi
Penghapus
Batu peraga
kamera
2.2 Diagram Alir
BAB III
2
Mulai
Siapkan alat dan bahan
Deskripsi batuan peraga
Ketik hasil deskripsi tersebut dalam bentuk print out
Asistensi kelompok dan acara
Jilid laporan , kemudian di kumpulkan
selesai
HASIL DESKRIPSI
3.1 Batuan Peraga No. 44
JENIS BATUAN : Batuan Beku Fragmental
KENAMPAKAN MEGASKOPIS:
WARNA : Hitam
STRUKTUR : Vesikuler : Skoria
TEKSTUR : Glassy
DESKRIPSI KOMPOSISI:
Gelasan : Warna Hitam
Material Piroklastik / Mineral Presentase ( % )Gelasan 100
Petrogenesa :
Batuan Peraga no 44 memiliki warna Hitam , struktur vesikuler
( Skoria ), ditandai dengan lubang gas yang tidak saling berhubungan .
Tekstur batuan ini adalah holohyalin karena batuan ini terdiri dari 100%
gelasan . Komposisi batuan ini adalah gelasan 100% , komposisi ini
terbentuk pada saat pembekuaan magma yang sangat cepat dan magma
tersebut langsung terkontaminasi dengan air sehingga terbentuk gelasan
hal ini menyebabkan tidak terbentuk nya Kristal- Kristal. Dan batuan ini
disebabkan karena piroklastik jatuhan.
Gambar Batuan :
3
Gambar 3.1 Batuan Peraga No. 44
Nama Batuan : Skorian ( Thorpe & Brown, 1986 )
3.2 Batuan Peraga No. 73
JENIS BATUAN : Batuan Beku Fragmental
4
Lubang Gas
KENAMPAKAN MEGASKOPIS:
WARNA : Hitam
STRUKTUR : Non Structural (Massif)
TEKSTUR : Glassy
DESKRIPSI KOMPOSISI:
Gelasan : Warna Hitam, terlihat seperti kaca
Material Piroklastik / Mineral Presentase ( % )Gelasan 100
Petrogenesa :
Batuan Peraga no 73 memiliki warna hitam , struktur masif , yang
berarti batuan ini batuan ini tidak adanya sifat aliran , jejak gas ( tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang ) dan tidak menunjukkan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan ini. Tekstur batuan ini
adalah holohyalin. Komposisi batuan ini adalah gelasan 100% , komposisi
ini terbentuk pada saat pembekuaan magma yang sangat cepat dan megam
tersebut langsung terkontaminasi dengan air sehingga terbentuk gelasan
hal ini menyebabkan tidak terbentuk nya Kristal- Kristal. Dan batuan ini
disebabkan karena piroklastik jatuhan.
Gambar Batuan :
5
Gambar 3.2 Batuan Peraga No. 73
Nama Batuan : Obsidian (Thorpe & Brown, 1986)
3.3 Batuan Peraga No. 133
JENIS BATUAN : Batuan Beku Fragmental
6
Gelasan
KENAMPAKAN MEGASKOPIS:
WARNA : Putih
STRUKTUR : Gradded
TEKSTUR : Fragmental
DESKRIPSI KOMPOSISI:
Abu Vulkanik : warna putih
Material Piroklastik / Mineral Presentase ( % )Abu vulkanik 100
Petrogenesa :
Batuan Peraga no 133 memiliki warna putih , struktur Graded
ditandai dengan adanya perlapisan pada batuan . Tekstur batuan ini adalah
fragmental .Karena pada batuan didapati komposisi penyusunnya yaitu
yang berupa abu vulkanik sebanyak 100% . Berdasarkan komposisinya,
batuan ini terbentuk dari letusan gunung api yang tipe endapannya
merupakan tipe piroklastik jatuhan. Abu vulkanik itu menumpuk perlahan-
lahan sehingga membentuk perlapisan yang sejajar.
Gambar Batuan :
7
Ash
Gambar 3.3 Batuan Peraga No. 133
Nama Batuan : Tuff(Fisher, 1966)
Lutyte (Grabau, 1924)
Lithic Tuff(WTG, 1954)
3.4 Batuan Peraga No. PR-01
JENIS BATUAN : Batuan Beku Fragmental
KENAMPAKAN MEGASKOPIS:
WARNA : Putih
STRUKTUR : Non-Structural
8
Graded
TEKSTUR : Fragmental
DESKRIPSI KOMPOSISI:
Lapili : warna putih
Abu Vulkanik : warna putih kecoklatan
Mineral : warna hitam yang berbentuk menjarum dan warna hitam yang
berbentuk prismatik
Material Piroklastik / Mineral Presentase ( % )Lapili 50Mineral 10Abu Vulkanik 40
Petrogenesa :
Batuan Peraga no PR-01 memiliki warna putih , struktur masif ,
yang berarti batuan ini batuan ini tidak adanya sifat aliran , jejak gas
( tidak menunjukkan adanya lubang-lubang ). Tekstur batuan ini adalah
fragmental. Karena pada batuan terdapat komposisi yang berbeda.
Berdasarkan komposisinya, batuan ini terbentuk dari letusan gunung api
yang mengeluarkan fragmen vulkanik yang berupa lapili dan abu vulkanik
yang kemudian diikuti oleh pembentukan mineral-mineral yang terjadi
sebelum terjadi letusan gunung berapi. Iipe endapannya merupakan tipe
piroklastik jatuhan.
Gambar Batuan :
9
Gambar 3.4 Batuan Peraga No. PR-01
Nama Batuan : Lapili tuff(fisher,1966)
Rudyte (Grabau,1924)
Lithic tuff (WTG,1954)
3.5 Batuan Peraga No. BF-04
10
Lapili
Abu/ash
mineral
JENIS BATUAN : Batuan Beku Fragmental
KENAMPAKAN MEGASKOPIS:
WARNA : Hitam
STRUKTUR : Amigdaloidal
TEKSTUR : Fragmental
DESKRIPSI KOMPOSISI:
Gelasan : warna abu-abu
Mineral Kalsit : warna putih, ditetesi HCl mengeluarkan buih
Material Piroklastik / Mineral Presentase ( % )Gelasan 90Kalsit 10
Petrogenesa :
Batuan dengan nomor peraga BF-04 ini dapat diinterpretasikan
berasal dari proses erupsi vulkanik yang dengan jenis mekanisme
vulkanismenya merupakan eksplosif dimana magma membeku di
permukaan dengan sangat cepat sehingga tidak terdapat Kristal pada
batuan. Akibat tekanan dan suhu, sehingga menyebabkan pada batuan
terdapat lubang-lubang gas. Lubang-lubang gas terbentuk karena dulunya
itu magma keluar bercampur gas. Namun karena suhu tekanan di dalam
batuan lebih tinggi di bandingkan lingkungannya menyebabkan batuan
tersebut membentuk lubang-lubang gas. Setelah terbentuk lubang-lubang
tersebut, kemudian terdapat mineral sekunder yang menutupi lubang gas
tersebut.
11
Gambar Batuan :
Gambar 3.5 Batuan Nomor Peraga BF-04
Nama Batuan : Amigdaloidal (Thorpe & Brown, 1986)
12
Gelasan
Mineral Kalsit
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batuan Peraga No. 44
Batuan peraga nomor 44, jika diamati secara megaskopis memiliki
warna hitam dengan struktur batuannya merupakan Vesikuler (scoria) yang
berarti pada batuan ini terdapat lubang / rongga akan tetapi antara rongga
tidak saling berhubungan atau tidak saling berkaitan. Tekstur batuan ini
termasuk tekstur glassy. Dikatakan bertekstru glassy karena pada batu
tersebut hanya terdapat material penyusun berupa 100 % gelas vulkanik.
Komposisi dari batuan peraga bernomor 44 ini merupakan
sepenuhnya atau 100% gelasan yang berwarna hitam.
Batuan peraga nomor 44 ini memiliki struktur yang vesikuler
(scoria). Berdasarkan strukturnya, batu ini dapat diinterpretasikan terbentuk
pada saat pembekuan batuan yang sangat cepat gas yang ada dalam magma
tersebut meletup dan keluar , sehingga meninggalkan bekas berupa lubang /
rongga pada saat magma membeku menjadi batu. Tidak adanya kristal-
kristal mineral pada batu ini menunjukkan bahwa batu ini membeku dengan
waktu yang sangat cepat, sehingga belum sempat untuk membentuk Kristal.
Dan batuan ini tergolong dalam piroklastik jatuhan. Pembekuan yang cepat
ini dipengaruhi oleh ada adanya kontak dengan udara dengan intensitas yang
tinggi sehingga gas-gas yang dikandung magma asam tidak mampu untuk
menemukan celah untuk keluar sebelum terjadinya pembekuan. Kenampakan
pada batuan ini yang seperti kaca terbentuk ketika magma yang membeku ini jatuh
pada lingkungan yang berair tenang sehingga tidak sempat terbentuk mineral pada
batuan.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga
nomor 44 ini yang memiliki struktur vesikuler (scoria), teksturnya yang
berupa Glassy, dan komposisi penyusun batuan ini adalah 100% gelasan
13
memliki nama Skorian (Thorpe&Brown, 1986) yang mana batuan ini
memiliki fasies gunung api pada zona sentral – proksimal.
4.2 Batuan Peraga No. 73
Batuan peraga nomor 73, jika diamati secara megaskopis memiliki
warna hitam dengan struktur batuannya merupakan struktur massif yang
berarti pada batuan ini tidak terdapat lubang / rongga atau bisa diakatakan
bahwa batuan ini masih pejal. Tekstur batuan ini termasuk tekstur glassy.
Dikatakan bertekstru glassy karena pada batu tersebut hanya terdapat material
penyusun berupa 100 % gelas vulkanik.
Komposisi dari batuan peraga bernomor 73 ini merupakan
sepenuhnya atau 100% gelasan yang berwarna hitam.
Pada Batuan Peraga nomor 73 tidak terdapat kristal-kristal mineral
menunjukkan bahwa batu ini membeku dengan waktu yang sangat cepat,
sehingga belum sempat untuk membentuk Kristal. Dan batuan ini tergolong
dalam piroklastik jatuhan. Pembekuan yang cepat ini dipengaruhi oleh ada
adanya kontak dengan udara dengan intensitas yang tinggi sehingga gas-gas
yang dikandung magma asam tidak mampu untuk menemukan celah untuk
keluar sebelum terjadinya pembekuan. Kenampakan pada batuan ini yang seperti
kaca terbentuk ketika magma yang membeku ini jatuh pada lingkungan yang berair
tenang sehingga tidak sempat terbentuk mineral pada batuan.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga
nomor 73 ini yang memiliki struktur massif , teksturnya yang berupa Glassy,
dan komposisi penyusun batuan ini adalah 100% gelasan memliki nama
Obsidian(Thorpe&Brown, 1986) yang mana batuan ini memiliki fasies
gunung api pada zona sentral.
4.3 Batuan Peraga No. 133
Batuan peraga nomor 133, jika diamati secara megaskopis memiliki
warna ptuih dengan struktur batuannya merupakan struktur graded yang
14
berarti pada batuan ini dijumpai struktur yang berupa perlapisan. Tekstur
batuan ini termasuk tekstur fragmental. Dikatakan bertekstur fragmental,
karena pada batuan di jumpai komposisinya yang berupa abu vulkanik (ash).
Komposisi dari batuan peraga bernomor 133 ini sepenuhnya
merupakan abu vulkanik yang berwarna putih.
Berdasarkan komposisinya yang berupa abu vulkanik dan
strukturnya yang berupa perlapisan, dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk dari letusan gunung api yang tipe endapannya merupakan tipe
piroklastik jatuhan. Setelah erupsi vulkanik terjadi, abu vulkanik itu
menumpuk perlahan-lahan sehingga membentuk perlapisan yang sejajar.
Bidang perlapisan bisa terbentuk karena terdapat jeda pengendapan saat
proses batuan ini terbentuk.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga
nomor 133 ini yang memiliki struktur perlapisan, teksturnya yang berupa
fragmental, dan komposisi penyusun batuan ini adalah 100% abu vulkanik
memliki nama Tuff(Fisher, 1966), Lutyte (Grabau, 1924), Lithic
Tuff(WTG, 1954) yang mana batuan ini memiliki fasies gunung api pada
zona medial – distal.
4.4 Batuan Peraga No. PR-01
Batuan peraga nomor PR-01, jika diamati secara megaskopis
memiliki warna ptuih dengan struktur batuannya merupakan struktur massif
yang berarti pada batuan ini tidak dijumpai lubang-lubang bekas gas ataupun
bisa dikatakan batuan ini masih tergolong pejal. Tekstur batuan ini termasuk
tekstur fragmental. Dikatakan bertekstur fragmental, karena pada batuan di
jumpai komposisinya yang berupa abu vulkanik (ash), lapili, dan mineral-
mineral.
Komposisi dari batuan peraga bernomor PR-01 ini meliputi abu
vulkanik yang berwarna putih kekuningan, lapili yang berwarna putih, dan
terdapat mineral-mineral yang berbentuk titik-titik menjarum dan ada juga
yang berbentuk prismatic.
15
Batuan Peraga no PR-01 memiliki warna putih , struktur masif ,
yang berarti batuan ini batuan ini tidak adanya sifat aliran , jejak gas ( tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang ). Tekstur batuan ini adalah fragmental.
Karena pada batuan terdapat komposisi yang berbeda. Berdasarkan
komposisinya, batuan ini terbentuk dari letusan gunung api yang
mengeluarkan fragmen vulkanik yang berupa lapili dan abu vulkanik yang
kemudian diikuti oleh pembentukan mineral-mineral yang terjadi sebelum
terjadi letusan gunung berapi. Iipe endapannya merupakan tipe piroklastik
jatuhan.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga
nomor PR-01 ini yang memiliki struktur massif, teksturnya yang berupa
fragmental, dan komposisi penyusun batuan ini adalah 50% Lapili, 40% Abu
Vulkanik, dan 10% mineral memliki nama Lapili Tuff(Fisher, 1966),
Rudyte(Grabau, 1924), Lithic Tuff(WTG, 1954) yang mana batuan ini
memiliki fasies gunung pada medial – distal.
4.5 Batuan Peraga No. BF-04
Batuan peraga nomor BF-04, jika diamati secara megaskopis
memiliki warna hitam dengan struktur batuannya merupakan struktur
amigdaloidal yang berarti pada batuan ini dijumpai meineral-mineral
sekunder yang telah menutupi lubang gas pada batuan. Tekstur batuan ini
termasuk tekstur fragmental. Dikatakan bertekstur fragmental, karena pada
batuan dijumpai komposisi nya yang berupa mineral sekunder.
Komposisi dari batuan peraga bernomor BF-04 ini ,meliputi gelasan
dan mineral yang berwarna putih dan ketika ditetesi HCl, mengeluarkan buih
pada batuan, yang berarti mineral tersebut merupakan mineral kalsit.
Batuan peraga nomor BF-04 ini memiliki struktur yang amigdaloidal
Berdasarkan strukturnya tersebut, batu ini dapat diinterpretasikan terbentuk
pada saat pembekuan batuan yang sangat cepat gas yang ada dalam magma
tersebut meletup dan keluar , sehingga meninggalkan bekas berupa lubang /
rongga pada batu, dan pada saat proses pembekuan berlangsung terjadi lagi
16
letusan yang mengeluarkan mineral sekunder yang berupa kalsit dan menutup
lubang pada batu tersebut.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga
nomor BF-04 ini yang memiliki struktur amigdaloidal, teksturnya yang
berupa fragmental, dan komposisi penyusun batuan ini adalah gelasan dan
mineral sekunder memiliki nama batuan Amigdaloidal (Thorpe & Brown,
1986) yang mana batuan ini memiliki fasies gunung api pada medial-distal.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga nomor
44 ini yang memiliki struktur vesikuler (scoria), teksturnya yang
berupa Glassy, dan komposisi penyusun batuan ini adalah 100%
gelasan memliki nama Skorian (Thorpe&Brown, 1986) yang mana
batuan ini memiliki fasies gunung api pada zona sentral – proksimal.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga nomor
73 ini yang memiliki struktur massif , teksturnya yang berupa Glassy,
dan komposisi penyusun batuan ini adalah 100% gelasan memliki
nama Obsidian(Thorpe&Brown, 1986) yang mana batuan ini
memiliki fasies gunung api pada zona sentral.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga nomor
133 ini yang memiliki struktur perlapisan, teksturnya yang berupa
fragmental, dan komposisi penyusun batuan ini adalah 100% abu
vulkanik memliki nama Tuff(Fisher, 1966), Lutyte (Grabau, 1924),
Lithic Tuff(WTG, 1954) yang mana batuan ini memiliki fasies
gunung api pada zona medial – distal.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga nomor
PR-01 ini yang memiliki struktur massif, teksturnya yang berupa
fragmental, dan komposisi penyusun batuan ini adalah 50% Lapili,
40% Abu Vulkanik, dan 10% mineral memliki nama Lapili
Tuff(Fisher, 1966), Rudyte(Grabau, 1924), Lithic Tuff(WTG,
1954) yang mana batuan ini memiliki fasies gunung pada medial –
distal.
Berdasarkan deskripsi secara megaskopis diatas, batuan peraga nomor
BF-04 ini yang memiliki struktur amigdaloidal, teksturnya yang
18
berupa fragmental, dan komposisi penyusun batuan ini adalah gelasan
dan mineral sekunder memiliki nama batuan Amigdaloidal (Thorpe
& Brown, 1986) yang mana batuan ini memiliki fasies gunung api
pada medial-distal.
5.2 Saran
Sebaiknya batuan yang akan di deskripsi ditambah lagi, agar praktikan
semakin memahami tentang batuan beku fragmental
19