Batuan Non Fragmental

download Batuan Non Fragmental

of 44

description

Batuan Non Fragmental

Transcript of Batuan Non Fragmental

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Maksud1.1.1 Mengetahui tekstur dan struktur pada batuanan beku non fragmental1.1.2 Mengetahui mineral mineral yang terdapat pada batuanan beku nonfragmental1.1.3 Mengetahui penamaan batuanan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi Russell B. Travis

1.2 Tujuan1.2.1 Mampu mengetahui tekstur dan struktur pada batuanan beku nonfragmental1.2.2 Mampu mengetahui mineral mineral yang terdapat pada batuanan bekunon fragmental1.2.3 Mampu menamakan batuanan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi Russell B. Travis

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikumhari, tanggal: Jumat, 21 Maret 2014waktu : 15. 30selesaitempat : Lab. Mineralogi dan Petrologi, Gd Pertamina Sukowati Lt. 3

hari, tanggal : Selasa, 25 Maret 2014waktu : 16. 00selesaitempat : Lab. Mineralogi dan Petrologi, Gd Pertamina Sukowati Lt. 3

BAB IIDASAR TEORI

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenaibatuanan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengantiga tipe batuanan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasaldari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batuan". Petrologi batuanan bekuberfokus pada komposisi dan tekstur dari batuanan beku (batuanan seperti granit ataubasalt yang telah mengkristal dari batuan lebur atau magma). Batuanan bekumencakup batuanan volkanik dan plutonik.

2.1 Pengertian Batuanan BekuBatuanan beku merupakan batuanan yang terjadi dai pembekuan larutansilica cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena tidakadanya kesepakatan dari para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuananbeku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi padaberbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing. Bilakita dapat menggunakan klasifikasi yang tepat, maka kita akan mendapatkanhasil yang memuaskan.2.2 Penggolongan Batuanan BekuBerdasarkan GenetikBatuanan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadangmengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuananbeku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:a. Batuanan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawahpermukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehinggabatuanan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.b. Batuanan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celahatau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatifcepat sehingga batuanannya terdiri atas kristal-kristal yang tidaksempurna dan bercampur dengan massa dasar sehinggamembentuk struktur porfiritik. Contoh batuanan ini dalah Granitporfir dan Diorit porfir.c.Batuanan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempatmembentuk kristal. Struktur batuanan ini dinamakan amorf.Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuanapung.

Berdasarkan Senyawa kimiaBerdasarkan komposisi kimianya batuanan beku dapat dibedakan menjadi:a. Batuanan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.b. Batuanan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52%. Contohnya Gabro, Basalt.c. Batuanan beku intermediet memiliki kandungan silika antara52%-66 %. Contohnya Andesit dan Syenit.d. Batuanan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%.Contohnya Granit, Riolit.Dari segi warna, batuanan yang komposisinya semakin basa akanlebih gelap dibanding yang komposisinya asam.

Dalam klasifikasi batuanan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuanan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnyadapat dibagi menjadi :a. Batuanan dalamBertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yangmenyusun batuanan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alatpembesar.b. Batuanan gang Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.c. Batuanan gangBertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.d. Batuanan lelehanBertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapatdibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuanan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:1. keluarga granitriolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,alkali felsparnya melebihi plagioklas2. keluarga granodioritqz latit: felsik, mineral utama kuarsa, NaPlagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyakdari K Felspar3. keluarga syenittrakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa ataufoid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihiNa-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir4. keluarga monzonitlatit: felsik hingga intermediet, kuarsa ataufoid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang ataumelebihi K-Felspar.

Tabel 3.1 Klasifikasi Russel B Travis, 1955

BAB IIILEMBAR DESKRIPSI

3.1 Batuanan Peraga Nomor 09Batuanan Nomor Peraga: 09No. Urut: 1Hari / Tanggal: Jumat, 21 Maret 2014Jenis Batuanan: Batuanan Beku

Deskripsi Megaskopis Warna: Coklat Keabuan Struktur: Masif TeksturKristalinitas: HolokristalinUkuran Kristal: 5 mm (WTG,1982)Granularitas: Porfiroafanitik Bentuk Kristal : SubhedralDeskripsi Komposisi Mineral Kuarsa : Warna: Putih Cerat: putih Kekerasan: 7 skala mosh Kilap: Kaca Mineral Plagioklas : Warna : Putih Cerat: putih Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Biotit : Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 3-3,5 skala mosh Kilap: kacaKelimpahan mineral:MineralKelimpahan (%)

Kuarsa25 %

Plagioklas40%

Biotit3%

Petrogenesa :Dilihat dari warna batuan yang coklat keabuan, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma intermediet. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran 5 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang lama. Krstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang dengan komposisi batuanan yang mineral semua dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana pada daerah ini biasanya mineral dapat berkembang dengan baik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti kuarsa, plagioklas, dan biotit, serta masa dasar yang tidak diketahui.

Gambar:ABCDEFGIKeterangan :

1B4 : Biotit

2C3 : Plagioklas

3E3 : Kuarsa

4

5

6

7

8

9

Nama Batuanan: Porfiri Dasit (Russel B Travis , 1955 )

3.2 Batuanan Peraga Nomor 80Batuanan Nomor Peraga: 80No. Urut: 2Hari / Tanggal: Jumat, 21 Maret 2014Jenis Batuanan: Batuanan Beku

Deskripsi Megaskopis Warna: Abu-abu - kuning Struktur: Masif TeksturKristalinitas: HolokristalinUkuran Kristal: 2 mm (WTG,1982)Granularitas: Fanerit Bentuk Kristal : SubhedralDeskripsi Komposisi Mineral Kuarsa : Warna: Putih Cerat: putih Kekerasan: 7 skala mosh Kilap: Kaca Mineral Plagioklas : Warna : Putih Cerat: putih Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Biotit : Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 3-3,5 skala mosh Kilap: kaca Mineral Hornblende: Warna : hitam Cerat: hitam Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kaca Mineral Piroksen: Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kaca

Kelimpahan mineral:MineralKelimpahan (%)

Kuarsa4 %

Plagioklas25%

Biotit40%

Hornblende15%

Piroksen 5%

Petrogenesa :Dilihat dari warna batuan yang abu-abu sampai kuning, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma intermediet. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran 2 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang lama. Krstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang dengan komposisi batuan yang terdiri atas mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah hipabisal. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksenGambar: ABCDEFGIKeterangan :

1F3 : Plagioklas

2D5 : Piroksen

3C3 : Biotit

4F5 : Hornblende

5D2 : Kuarsa

6

7

8

9

Nama Batuanan: Diorit (Russel B Travis , 1955 )

3.3 Batuanan Peraga Nomor 11Batuanan Nomor Peraga: 11No. Urut: 3Hari / Tanggal: Selasa, 25 Maret 2014Jenis Batuanan: Batuanan Beku

Deskripsi Megaskopis Warna: coklat - kuning Struktur: Masif TeksturKristalinitas: HolokristalinUkuran Kristal: Sedang (WTG,1982)Granularitas: faneroporfiritik Bentuk Kristal : SubhedralDeskripsi Komposisi Mineral Kuarsa : Warna: Putih Cerat: putih Kekerasan: 7 skala mosh Kilap: Kaca Mineral Plagioklas : Warna : Putih Cerat: putih Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Biotit : Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 3-3,5 skala mosh Kilap: kaca Mineral Hornblende: Warna : hitam Cerat: hitam Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kaca Mineral Orthoklas: Warna : Merah daging Cerat: putih Kekerasan: 6 skala mosh Kilap: kaca

Kelimpahan mineral:MineralKelimpahan (%)

Kuarsa5 %

Plagioklas30%

Biotit15%

Hornblende10%

Orthoklas40%

Petrogenesa :Dilihat dari warna batuan yang coklat sampai kuning, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma asam. Krstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran sadang, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang lama. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang dengan komposisi batuan yang terdiri dari mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral diwaktu yang berbeda, sehingga menciptakan bentukan mineral yang subhedral dengan granularitas faneroporfiritik. pada daerah ini biasanya mineral dapat berkembang dengan baik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksenGambar:ABCDEFGIKeterangan :

1E6 : Orthoklas

2C5 : Plagioklas

3D4 : Hornblende

4D6 : Kuarsa

5D3 : Biotit

6

7

8

9

Nama Batuanan: Porfiri Sianit Nefelin (Russel B Travis , 1955 )

3.4 Batuanan Peraga Nomor 7Batuanan Nomor Peraga: 7No. Urut: 4Hari / Tanggal: Selasa, 25 Maret 2014Jenis Batuanan: Batuanan Beku

Deskripsi Megaskopis Warna: Hitam Struktur: Masif TeksturKristalinitas: HolokristalinUkuran Kristal: 5mm (WTG,1982)Granularitas: faneroporfiritik Bentuk Kristal : SubhedralDeskripsi Komposisi Mineral Kuarsa : Warna: Putih Cerat: putih Kekerasan: 7 skala mosh Kilap: Kaca Mineral Plagioklas : Warna : Putih Cerat: putih Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Biotit : Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 3-3,5 skala mosh Kilap: kaca Mineral Hornblende: Warna : hitam Cerat: hitam Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kaca Mineral Piroksen: Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kaca

Kelimpahan mineral:MineralKelimpahan (%)

Kuarsa5 %

Plagioklas50%

Biotit10%

Hornblende5%

Piroksen 30%

Petrogenesa :Dilihat dari warna batuan yang hitam, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma basa. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran 5 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang lama. Kirstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang dengan komposisi batuan yang terdiri atas mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral diwaktu yang berbeda, sehingga menciptakan bentukan mineral yang subhedral dengan granularitas faneroporfiritik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di MOR dan back arc basin. Dimana pada zona ini terjadi divergen di lempeng samudera yang mengakibatkan magma naik ke permukaan. Pada umumnya magma yang berasal dari lempeng samudera bersifat basa. Zona Back arc basin merupakan suatu cekungan dibelakang zona subduction. Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi pada lempeng samudera. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksenGambar: ABCDEFGIKeterangan :

1C4 : Plagioklas

2G6 : Biotit

3B6 : Piroksen

4D5 : Hornblende

5F7 : Kuarsa

6

7

8

9

Nama Batuanan: Diabas (Russel B Travis , 1955 )

3.5 Batuanan Peraga Nomor BNF 17Batuanan Nomor Peraga: BNF 17No. Urut: 5Hari / Tanggal: Selasa, 25 Maret 2014Jenis Batuanan: Batuanan Beku

Deskripsi Megaskopis Warna: Hitam kehijauan Struktur: Masif TeksturKristalinitas: HolokristalinUkuran Kristal: 6-8mm (WTG,1982)Granularitas: Fanerik Bentuk Kristal : AnhedralDeskripsi Komposisi Mineral Olivin : Warna: hijau Cerat: hijau Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Plagioklas : Warna : Putih Cerat: putih Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Piroksen: Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kacaKelimpahan mineral:MineralKelimpahan (%)

Piroksen35 %

Plagioklas 35%

Olivin 25%

Petrogenesa :Dilihat dari warna batuan yang hitam, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma basa. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran 6-8 mm, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang lama. Kirstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Dari ukuran kristal yang termasuk kasar dengan komposisi batuan yang terdiri atas mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral diwaktu yang bersamaan, dimana setelah olivin terbentuk, mulailah terbentuk piroksen di discontinuous series dan terjadi pembentukan plagioklas di continuous series sehingga menciptakan bentukan mineral yang anhedral dengan granularitas fanerik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di MOR dan back arc basin. Dimana pada zona ini terjadi divergen di lempeng samudera yang mengakibatkan magma naik ke permukaan. Pada umumnya magma yang berasal dari lempeng samudera bersifat basa. Zona Back arc basin merupakan suatu cekungan dibelakang zona subduction. Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi pada lempeng samudera. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti plagioklas, olivin dan piroksen.

Gambar: ABCDEFGIKeterangan :

1F5 : Plagioklas

2C6 : Piroksen

3C3 : Olivin

4

5

6

7

8

9

Nama Batuanan: Teralit (Russel B Travis , 1955 )

3.6 Batuanan Peraga Nomor C26Batuanan Nomor Peraga: C26No. Urut: 6Hari / Tanggal: Selasa, 25 Maret 2014Jenis Batuanan: Batuanan Beku

Deskripsi Megaskopis Warna: coklat - kuning Struktur: Masif TeksturKristalinitas: HolokristalinUkuran Kristal: Sedang (WTG,1982)Granularitas: Faneroporfiritik Bentuk Kristal : SubhedralDeskripsi Komposisi Mineral Kuarsa : Warna: Putih Cerat: putih Kekerasan: 7 skala mosh Kilap: Kaca Mineral Plagioklas : Warna : Putih Cerat: putih Kekerasan: 5-6 skala mosh Kilap: lemak Mineral Biotit : Warna : hitam Cerat: putih Kekerasan: 3-3,5 skala mosh Kilap: kaca Mineral Hornblende: Warna : hitam Cerat: hitam Kekerasan: 5,5-6 skala mosh Kilap: kaca Mineral Orthoklas: Warna : Merah daging Cerat: putih Kekerasan: 6 skala mosh Kilap: kaca

Kelimpahan mineral:MineralKelimpahan (%)

Kuarsa9 %

Plagioklas30%

Biotit15%

Hornblende5%

Orthoklas40%

Petrogenesa :Dilihat dari warna batuan yang coklat sampai kuning, dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma asam. Krstalisasinya holokristalin, dimana semua komposisi batuan terdiri atas mineral-mineral. Mineral yang terbentuk pada batuan ini berukuran sadang, sehingga dapat diintepretasikan pula bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang lama. Dari ukuran kristal yang termasuk sedang dengan komposisi batuan yang terdiri dari mineral-mineral dapat diintepetasikan bahwa batuan ini terbentuk di daerah plutonik. Dimana terjadi pembentukan mineral diwaktu yang berbeda, sehingga menciptakan bentukan mineral yang subhedral dengan granularitas faneroporfiritik. pada daerah ini biasanya mineral dapat berkembang dengan baik. Menurut zona magmatisme, tempat terbentuknya batuan ini adalah di zona subduction atau vulcanic acr. Dimana pada zona ini terjadi asimilasi antara magma asam dan magma basa, sehingga dari pencampuran tersebut terbentuk magma intermediet. Pada batuan ini terdapat mineral-mineral penyusun seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, biotit, piroksenGambar:ABCDEFGIKeterangan :

1E4 : Orthoklas

2E6 : Plagioklas

3D3 : Biotit

4E8 : Hornblande

5C2 : Kuarsa

6

7

8

9

Nama Batuanan: Porfiri Sianit Nefelin (Russel B Travis , 1955 )

BAB IVPEMBAHASAN

Pratikum Petrologi yang dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Maret 2014 dan Selasa, 25 Maret 2014 membahas tentang batuan beku non fragmental. Batuan beku non fragmental adalah berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Pada pratikum kali ini di lakukan pengamatan megaskopis batuan beku non fragmental dan pengamatan mineral-mineral apa saja yang terdapat pada batuan beku tersebut. Pada pengamatan megaskopis batuan diamati warna, struktur, tekstur dan bentuk dari mineral tersebut. Pada pendeskripsian mineralnya, diamati warna, kekerasan, cerat, serta kilap dari mineral tersebut dan juga kelimpahan mineral dalam batuan. Untuk melakukan penamaan batuanan, digunakan klasifikasi Russel B Travis, 1955.

4.1 Batuan Peraga Nomor 09Batuan peraga dengan nomor 09 ini merupakan jenis batuanan beku. Saat dilakukan pengamatan megaskopis diketahui batuan ini memiliki warna coklat keabu-abuan. Sturktur yang dimilikinya adalah masif, karena memiliki bentuk pejal dan tidak memiliki rongga-rongga udara. Apabila kita melihat batuan ini lebih dekat lagi, maka kita akan menemui tekstur kristalinitas holokristalin, karena tidak dijumpai kenampakan kaca pada batuan ini, jadi batuan ini tersusun atas mineral-mineral sepenuhnya. Dari kenampakan ukurannya, mineral pada batuan ini termasuk sedang, karena memiliki ukuran sekitar 5 mm. Granularitas yang dimiliki oleh batuan adalah porfiroafanitik karena batuan ini memiliki ukuran mineral besar dan dikelilingi mineral berukuran kecil serta massa dasar yang tidak dapat diketahui. Bentuk kristal dari batuan ini termasuk subhedral, karena terlihat bidang batas antara mineral yang satu dengan mineral yang lain kurang dapat dibedakan dengan jelas. Bentuk dari mineral mineral ini seperti kotak-kotak yang beraturan.Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral kuarsa ini pada batuan ini sekitar kurang dari 15%. Mineral lainnya yang menjadi komposisi batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah sekitar 30%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini adalah sekitar 3%. Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk pertama adalah biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit. Pembentukan mineral selanjutnya adalah kuarsa yang terbentuk pada suhu kurang dari 600oC.Dari data pengamatan megaskopis batuan dan mineral kita dapat menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang coklat keabu-abuan dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma intermediet. Hal tersebut karena pada umumnya batuan yang memiliki komposisi magma intermediet cenderung memiliki warna yang relatif kelabu, karena pada magma intermediet kandungan Fe dan Mg nya sudah mulai berkurang dari sebelumnya dan memiliki kandungan silika yang kurang lebih seimbang dengan kandungan Fe dan Mg, sehingga warna yang terbentuk cenderung kelabu. Dilihat dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin dengan ukuran kristal 1-5mm yang dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya batuan ini adalah di daerah batas akhir dari plutonik dan lama pembentukannya relatif lama karena ukuran mineral yang terbentuk dominannya berukuran kasar. Dimana pada daerah plutonik mineral dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bentuk subhedral yang terbentuk menandakan terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih dahulu sebelum terbentuknya mineral selanjutnya yang berarti terdapatnya beda waktu pembentukan. Tapi bada batuan ini memiliki kekhasan tersendiri, walaupun terbentuk pada suhu yang berbeda namun berdekatan, mineral yang dihasilkan tetep berbentuk prismatik tetapi berimpitan. Berdasarkan warna batuan yang mencerminkan sifat magma, batuan dengan sifat magma intermediat ini berdasarkan zona magmatisme lokasi terbentuknya terdapat pada vulcanic arc atau zona subduction. Dimana pada subduction zone ini terjadi penunjaman antara lempeng samudera dan lempeng benua. Magma dari lempeng samudera yang bersifat basa akan bercampur dengan magma asam yang berasal dari lempeng benua. Pada zona subduction terjadi asimilasi antara magma asam dan basa yang menciptakan magma intermediet.

Gambar 4.1 7 Busur Magmatisme

Jadi, kesimpulannya berdasarkan klasifikasi Russel B travis (1955), batuan dengan nomor peraga 09 yang memiliki komposisi biotit dengan kelimpahan 5%, plagioklas 40% dan kuarsa 25% batuan ini berada pada kolom tabel feldspar plagioklas > 2/3 Seluruh feldspar, dengan kuarsa yang >10% dan tekstur porfiroafanitik, batuan ini memiliki nama Porfir Dasit (Russel B travis, 1955)Tabel 4.1 Klasifikasi Russel B travis, 1955

4.2 Batuan Peraga 80Batuan peraga dengan nomor 80 ini merupakan jenis batuanan beku. Saat dilakukan pengamatan megaskopis diketahui batuan ini memiliki warna abu-abu sampai kuning. Sturktur yang dimilikinya adalah masif, karena memiliki bentuk pejal dan tidak memiliki rongga-rongga udara. Apabila kita melihat batuan ini lebih dekat lagi, maka kita akan menemui tekstur kristalinitas holokristalin, karena tidak dijumpai kenampakan kaca pada batuan ini, jadi batuan ini tersusun atas mineral-mineral sepenuhnya. Dari kenampakan ukurannya, mineral pada batuan ini termasu sedang, karena memiliki ukuran sekitar 2 mm. Granularitas yang dimiliki oleh batuan adalah fanerik karena memiliki ukuran mineral ukuran mineral yang relatif sama. Bentuk kristal dari batuan ini termasuk subhedral, karena terlihat bidang batas antara mineral yang satu dengan mineral yang lain kurang dapat dibedakan dengan jelas.Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral kuarsa ini pada batuan ini sekitar kurang dari 5%. Mineral lainnya yang menjadi komposisi batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah sekitar 25%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini adalah sekitar 40%. Mineral yang berwarna hitam tidak hanya biotit, mineral lainnya yang berwarna hitam memiliki cerat juga yang berwarna hitam dengan kekerasan 5,5-6 skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul oleh cahaya. Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral hornblende pada batuanan adalah sekitar 15%. Selain itu ada juga mineral yang berwarna hitam denag kilap lemak, serta cerat berwarna putih dengan kekerasan 5-6 skala mosh. Mineral ini memiliki bentuk yang tidak beraturan. Sehingga mineral ini disebut sebagai pyroxen. Kelimpahan pyroxen pada batuan ini adalah 5%. Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk pertama adalah pyroksen yaitu pada suhu sekitar 800-900 oC dilanjutkan dengan terbentuknya hornblende, kemudian biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit. Pembentukan mineral selanjutnya adalah kuarsa yang terbentuk pada suhu dibawah 600oC.Dari data pengamatan megaskopis batuan dan mineral kita dapat menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang abu-abu sampai kuning dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma intermediet. Hal tersebut karena pada umumnya batuan yang memiliki komposisi magma intermediet cenderung memiliki warna yang relatif kelabu, karena pada magma intermediet kandungan Fe dan Mg nya sudah mulai berkurang dari sebelumnya dan memiliki kandungan silika yang kurang lebih seimbang dengan kandungan Fe dan Mg, makanya warnanya cenderung kelabu. Dilihat dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin dengan ukuran kristal 2mm yang dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya batuan ini adalah di daerah batas akhir dari plutonik-hipabisal dan lama pembentukannya relatif sedang karena ukuran mineral yang belum terlalu besar dan seragam. Dimana pada daerah hipabisal sendiri dengan suhu magma yang sudah menurun, mulailah terbentuk mineral-mineral yang terbentuk dan berkembang bersama pada suhu yang sama pula, karena perkembangan mineral yang bersamaan tersebut sehingga mineral memiliki ukuran yang relatif seragam karena itulah granularitas batuan ini adalah equigranular-fanerik. Bentuk subhedral yang terbentuk menandakan terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih dahulu sebelum terbentuknya mineral selanjutnya yang berarti terdapatnya beda suhu pembentukan. Berdasarkan warna batuan yang mencerminkan sifat magma, batuan dengan sifat magma intermediat ini berdasarkan zona magmatisme lokasi terbentuknya terdapat pada vulcanic arc atau zona subduction. Dimana pada subduction zone ini terjadi penunjaman antara lempeng samudera dan lempeng benua. Magma dari lempeng samudera yang bersifat basa akan bercampur dengan magma asam yang berasal dari lempeng benua. Pada zona subduction terjadi asimilasi antara magma asam dan basa yang menciptakan magma intermediet.

Gambar 4.2 7 Busur Magmatisme

Jadi, kesimpulannya berdasarkan klasifikasi Russel B travis (1955), batuan dengan nomor peraga BNF 13 yang memiliki komposisi pyroxen 5%, hornblende 15%, biotit dengan kelimpahan 30%, plagioklas 20% dan kuarsa 5% batuan ini berada pada kolom tabel feldspar plagioklas > 2/3 Seluruh feldspar, dengan kuarsa yang 2/3 Seluruh feldspar, dengan felspartoid yang >10% dan tekstur fanerit ini memiliki nama Porfiri Sianit Nefelin (Russel B travis, 1955)

Tabel 4.3 Klasifikasi Russel B travis, 1955

4.4 Batuan Peraga 7Batuan peraga dengan nomor 7 ini merupakan jenis batuan beku. Saat dilakukan pengamatan megaskopis diketahui batuan ini memiliki warna hitam. Sturktur yang dimilikinya adalah masif, karena memiliki bentuk pejal dan tidak memiliki rongga-rongga udara. Apabila kita melihat batuan ini lebih dekat lagi, maka kita akan menemui tekstur kristalinitas holokristalin, karena tidak dijumpai kenampakan kaca pada batuan ini, jadi batuan ini tersusun atas mineral-mineral sepenuhnya. Dari kenampakan ukurannya, mineral pada batuan ini termasuk sedang, karena memiliki ukuran sekitar 2-5 mm. Granularitas yang dimiliki oleh batuan adalah faneroporfiritik karena batuan ini memiliki ukuran mineral besar dan dikelilingi mineral berukuran kecil serta massa dasar yang masih dapat diketahui. Bentuk kristal dari batuan ini termasuk subhedral, karena terlihat bidang batas antara mineral yang satu dengan mineral yang lain kurang dapat dibedakan dengan jelas.Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral kuarsa ini pada batuan ini sekitar 5%. Mineral lainnya yang menjadi komposisi batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah sekitar besar dari 50%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini adalah sekitar 10%. Mineral yang berwarna hitam tidak hanya biotit, mineral lainnya yang berwarna hitam memiliki cerat juga yang berwarna hitam dengan kekerasan 5,5-6 skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul oleh cahaya. Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral hornblende pada batuanan adalah sekitar 10%. Selain itu ada juga mineral yang berwarna hitam denag kilap kaca, serta cerat berwarna putih dengan kekerasan 5-6 skala mosh. Mineral ini memiliki bentuk yang tidak beraturan. Sehingga mineral ini disebut sebagai pyroxen. Kelimpahan pyroxen pada batuan ini adalah 30%. Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk pertama adalah pyroksen yaitu pada suhu sekitar 800-900 oC dilanjutkan dengan terbentuknya hornblende, kemudian biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit. Pembentukan mineral selanjutnya adalah kuarsa yang terbentuk pada suhu dibawah 600oC.Dari data pengamatan megaskopis batuan dan mineral kita dapat menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang hitam dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma basa. Hal tersebut karena pada umumnya batuan yang memiliki komposisi magma basa cenderung memiliki warna yang relatif gelap, karena pada magma basa kandungan dari Fe dan Mg sangat banyak dan memiliki kandungan silika yang sedikit makanya warnanya cenderung gelap. Dilihat dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin dengan ukuran kristal 5mm yang dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya batuan ini adalah di daerah plutonik dan lama pembentukannya relatif lama karena ukuran mineral yang terbentuk berukuran sedang. Dimana pada daerah plutonik sendiri mineral dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bentuk euhedral-subhedral yang terbentuk menandakan terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih dahulu sebelum terbentuknya mineral selanjutnya yang berarti terdapatnya beda suhu pembentukan. Tapi pada batuan ini memiliki kekhasan tersendiri, walaupun terbentuk pada suhu yang berbeda namun berdekatan, mineral plagioklas yang dihasilkan benbentuk meruncing. Berdasarkan warna batuan yang mencerminkan sifat magma, batuan dengan sifat magma basa ini berdasarkan zona magmatisme lokasi terbentuknya dapat di zona MOR ataupun di back arc basin. Dimana pada zona MOR ini terletak di lempeng samudera. Pada saat di lempeng samudera terjadi divergen, magma yang awalnya berada di bawah permukaan bumi menjadi naik ke permukaan melalui celah-celah renggangan akibat divergen tersebut. Pada umumnya magma yang berasal dari lempeng samudera bersifat basa. Selain pada MOR, batuan yang memiliki sifat basa juga dapat terbentuk pada zona back arc basin. Zona Back arc basin merupakan suatu cekungan dibelakang zona subduction. Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi pada lempeng samudera. Ketika lempeng samudera bergerak saling menjauh (rifting) sementara diatas lempeng samudera ada lempeng benua sehingga terbentuk cekungan dibelakang zona subduction. Ini biasanya terbentuk bersamaan dengan island arc. Magma yang dihasilkan bersifat basa.

Gambar 4.4 7 Busur Magmatisme

Jadi, kesimpulannya berdasarkan klasifikasi Russel B travis (1955), batuan dengan nomor peraga 7 yang memiliki komposisi pyroxen 30%, hornblende 10%, biotit dengan kelimpahan 15%, plagioklas 50% dan kuarsa 5% batuan ini berada pada kolom tabel feldspar plagioklas > 2/3 Seluruh feldspar, dengan kuarsa yang 2/3 Seluruh feldspar, dengan felspartoid yang >10% dan piroksin >10%, tekstur fanerik ini memiliki nama Teralit(Russel B travis, 1955)Tabel 4.5 Klasifikasi Russel B travis, 1955

4.6 Batuan Peraga C26Batuan peraga dengan nomor C26 ini merupakan jenis batuan beku. Saat dilakukan pengamatan megaskopis diketahui batuan ini memiliki warna coklat sampai kuning. Sturktur yang dimilikinya adalah masif, karena memiliki bentuk pejal dan tidak memiliki rongga-rongga udara. Apabila kita melihat batuan ini lebih dekat lagi, maka kita akan menemui tekstur kristalinitas holokristalin, karena tidak dijumpai kenampakan kaca pada batuan ini, jadi batuan ini tersusun atas mineral-mineral sepenuhnya. Dari kenampakan ukurannya, mineral pada batuan ini termasuk sedang, karena memiliki ukuran sekitar 1-5 mm. Granularitas yang dimiliki oleh batuan adalah faneroporfiritik karena batuan ini memiliki ukuran mineral besar dan dikelilingi mineral berukuran kecil serta massa dasar yang masih dapat diketahui. Bentuk kristal dari batuan ini termasuk subhedral, karena terlihat bidang batas antara mineral yang satu dengan mineral yang lain kurang dapat dibedakan dengan jelas. Komposisi mineral yang menyusun batuan ini terdiri atas mineral yang memiliki warna putih bening dengan kekerasan 7 skala mosh, warna cerat dari mineral ini adalah putih, dengan kilapnya berupa kilap kaca. Dari pengamatan diatas dapat diketahui mineral tersebut merupakan kuarsa. Kelimpahan mineral kuarsa ini pada batuan ini sekitar 9%. Mineral lainnya yang menjadi komposisi batuan adalah mineral dengan warna putih susu, saat di cerat, mineral ini memiliki kekerasan 5-6 skala mosh dengan warna hasil cerat yang putih dan memiliki kilap lemak. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan mineral lain penyusun batuan ini adalah plagioklas. Kelimpahan mineral plagioklas pada batuan adalah sekitar 25%. Selain kuarsa dan plagioklas ada juga mineral dengan warna hitam, saat dicerat mineral tersebut memiliki kekerasan 3-3,5 skala mosh dengan hasil ceratan yang berwarna putih, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral yang diamati merupakan biotit. Kelimpahan biotit pada batuan ini adalah sekitar 15%. Mineral yang berwarna hitam tidak hanya biotit, mineral lainnya yang berwarna hitam memiliki cerat juga yang berwarna hitam dengan kekerasan 5,5-6 skala mosh, serta mineral ini memiliki kilap kaca saat terpantul oleh cahaya. Bentuk dari mineral ini menjarum. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini merupakan hornblende. Kelimpahan mineral hornblende pada batuanan adalah sekitar 5%. Selain itu ada juga mineral dengan warna merah daging yang memiliki kekerasan 6 skala mosh, dengan cerat putih dan memiliki kilap kaca. Dari datatrsebut diketahui bahwa mineral tersebut merupakan orthoklas. Kelimpahan ortoklas pada batuan adalah 40%. Berdasarkan Bowens Reaction Series, mineral yang terbentuk pertama adalah biotit dan plagioklas karena suhu pembentukan antara biotit dan plagioklas yang cenderung sama. Dimana pada continuous series terbentuk plagioklas dan di discontinuous terbentuk biotit. Pembentukan mineral selanjutnya adalah orthoklas, dilanjutkan dengan kuarsa yang terbentuk pada suhu sekitar 600oC.Dari data pengamatan megaskopis batuanan dan mineral kita dapat menentukan petrogenesa batuan tersebut. Dari warna batuan yang putih sampai abu-abu terang dapat diintepretasikan bahwa batuan ini memiliki komposisi magma asam. Hal tersebut karena pada umumnya batuanan yang memiliki komposisi magma asam cenderung memiliki warna yang relatif cerah atau terang, karena pada magma asam kandungan Fe dan Mg nya sudah mulai sedikit dan memiliki kandungan silika yang lebih banyak, makanya warnanya cenderung terang. Dilihat dari tekstur kristalitasnya yang holokristalin dengan ukuran kristal 1-5mm yang dapat dikatakan sedang, lokasi terbentuknya batuan ini adalah di daerah plutonik dan lama pembentukannya lama serta memiliki granularitas faneroporfiritik. Dimana pada daerah plutonik mineral dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Bentuk subhedral yang terbentuk menandakan terdapatnya mineral yang terbentuk terlebih dahulu sebelum terbentuknya mineral selanjutnya yang berarti terdapatnya beda waktu pembentukan. Berdasarkan warna batuan yang mencerminkan sifat magma, batuan dengan sifat magma asam ini berdasarkan zona magmatisme lokasi terbentuknya dapat di zona continental rift zone. Dimana pada continental rift zone ini terletak di lempeng benua. Pada saat di lempeng benua terjadi divergen, magma yang awalnya berada di bawah permukaan bumi menjadi naik ke permukaan melalui celah-celah renggangan akibat divergen tersebut. Pada umumnya magma yang berasal dari lempeng benua bersifat asam. Selain pada continental rift zone, batuanan yang memiliki sifat asam juga dapat terbentuk pada zona subduksi. Pada zona subduksi magma yang dihasilkan bersifat intermediet karena terjadi pencampuran antara magma asam dan magma basa, kemudian magma intermediet yang terbentuk tersebut pada saat naik kepermukaan dan bersentuhan dengan wall rock di sekitarnya, sehingga terjadi asimilasi magma yang mana terjadinya pencampuran antara magma intermediet dan wall rock tersebut sehingga terbentuklah magma yang bersifat asam.

Gambar 4.6 7 Busur Magmatisme

Jadi, kesimpulannya berdasarkan klasifikasi Russel B travis (1955), batuan dengan nomor peraga BNF 13 yang memiliki komposisi biotit dengan kelimpahan 15%, plagioklas 25% dan kuarsa 9%, orthoklas 40%, dan hornblende 5% batuan ini berada pada kolom tabel K. feldspar plagioklas > 2/3 Seluruh feldspar, dengan felspartoid yang >10% dan tekstur fanerit ini memiliki nama Porfiri Sianit Nefelin (Russel B travis, 1955)Tabel 4.6 Klasifikasi Russel B travis, 1955