Batuan dan klasifikasi batuan (batuan beku, batuan metamorf, batuan sedimen)
51107981 Batuan Beku Non Fragmental
-
Upload
muhammad-taufiq -
Category
Documents
-
view
430 -
download
2
Transcript of 51107981 Batuan Beku Non Fragmental
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud
Mengidentifikasi kandungan mineral dalam batuan beku non
fragmental.
Menganalisis sifat-sifat batuan beku non fragmental berdasarkan
kenampakan megaskopisnya.
Mengetahui petrogenesa dari batuan beku non fragmental dan
memperkirakan setting tektonik tempat batuan beku non
fragmental tersebut terbentuk.
Menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi Russel B. Travis
(1969).
1.2. Tujuan
Mampu mendeskripsikan sifat-sifat fisik batuan beku secara
megaskopis.
Mampu mengidentifikasi dan menentukan kandungan mineral pada
batuan beku.
Mampu mengetahui petrogenesa dan setting tektonik tempat
batuan beku non fragmental tersebut terbentuk.
Mampu mengidentifikasi nama batuan berdasarkan klasifikasi
Russel B. Travis (1969).
1.3. Pelaksanaan Praktikum
1.3.1 Pelaksanaan ke -1
Hari : Jumat
Tanggal : 21 maret 2014
Waktu : 18.30 – selesai WIB
Tempat : Laboratorium Petrologi Gedung Pertamina
Sukowati UNDIP
1.3.2 Pelaksanaan ke- 21
Hari : Selasa
Tanggal : 25 maret 2014
Waktu : 18.30- selesai WIB
Tempat : Laboratorium Petrologi Gedung Pertamina
Sukowati UNDIP
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.
Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat dan
ada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses
pembekuan merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase
padat. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur
dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi
oleh sifat magma asal.
Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat cukup energi
pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar
sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang
berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal
tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
2.2 Penggolongan Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama
yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang
terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
2.2.1 Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-
kadang mengandung gelas,berdasarkan tempat
kejadiannya(genesa)batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah
permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga
batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).
contoh : granit, granodiorit, dan gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah
atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif
cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak 3
sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk
struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah granit porfir dan diorit
porfir.
c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk
kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya obsidian,
riolit dan batuapung.
(Danang Endarto, 2005)
2.2.2 Berdasarkan Senyawa kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan
menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari
45%. Contohnya dunit dan peridotit.
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45%-52%.
Contohnya gabro, basalt.
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara
52%-66 %. Contohnya andesit dan sienit.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%.
Contohnya granit, riolit.
Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih
gelap dibanding yang komposisinya asam.
(Bahan Praktikum Petrologi, 2006)
2.2.3. Berdasarkan susunan mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan
dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar
kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang
mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur
granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan
tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi
4
pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan
pembkuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B.
Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir
mineralnya dapat dibagi menjadi:
a.Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1. keluarga granit – riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,
alkali felsparnya melebihi plagioklas
2. keluarga granodiorit – qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak
dari K Felspar
3. keluarga syenit – trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi
Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
4. keluarga monzonit – latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau
melebihi K-Felspar
5. keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid,
K-Felspar melebihi plagioklas
5
6. keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7. keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
8. keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama
plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar
9. keluarga gabbro – basaltfoid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa
melimpah ataupun tidak hadir
10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik
(ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
(Doddy,1987)
2.3 Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku
a. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur
gelasan.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash
feldsfar dan muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan
beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-
mineral mafik.
(Danang Endarto, 2005)
b. Struktur Batuan
6
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan
yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku
struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang
gas
b. Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-
retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada
singkapan di lapangan.
c. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini
dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
d. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
(Danang Endarto, 2005)
c. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran
butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika
warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses
sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
a. Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi:
Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua
berbentuk kristal-kristal.
7
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi
berupa mineral gelas.
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
b. Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah
dikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada
batuan.
tabel 2.1
Kisaran ukuran kristal dari beberapa sumber
Cox,price,harte W.T.G Heinric
Halus < 1mm <1 mm <1 mm
Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm
Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm
Sangat kasar >30 mm > 30 mm
c. Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas
dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
Equigranulritas
Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran
kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2:
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa
dibedakan dengan mata telanjang
Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat
halus.
Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini
dapat dibagi lagi menjadi :
8
1. Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh
kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata
telanjang.
2. Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar
yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
b. Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
c. Bentuk Butir
1. Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
2. Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna.
3. Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
bidang kristal yang tidak sempurna.
(Danang Endarto, 2005)
d. Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Kelompok Granit – Riolit
Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun oleh
mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat
hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
2. Kelompok Diorit – Andesit
Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun
atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen dan
kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil
3. Kelompok Gabro – Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-
mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.
9
4. Kelompok Ultra Basa
Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang
mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
(Bahan Praktikum Petrologi
BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Deskripsi Batuan No. Peraga 34
No. urut : 1
No. peraga : 34
Jenis batuan : batuan beku
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : abu abu kehitaman (gelap)
Sifat kimia : basa
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, porfiroafanitik
c. Ukuran Butir : halus 0,2 mm (WTG, 1962)
d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral
Deskripsi komposisi
1. Biotit: warna hitam, kekerasan 3 bentuk membulat, kilap kaca, cerat
putih.
2. Plagioklas :warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
3. Kuarsa : warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
4. Hornblende : (warna hitam, kekerasan 6, belahan sempurna, bentuk
agak prismatik, kilap kaca.
10
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Kelimpahan mineral:
Mineral Kelimpahan (%)
Hornblende 15Biotit 10
Plagioklas 15Kuarsa <10
Massa dasar 25Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung hitam, bersifat basa,
berstruktur massif, tekstur holokristalin, porfiroafanitik, dan subhedral, dengan
komposisi fenokris: biotit 10%, plagioklas 15 %, kuarsa 10%, hornblende 10 %,
feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, maka batuan ini termasuk batuan beku
basa. Proses terbentuknya yaitu karena ada pembekuan magma di zona plutonik
atau di dalam permukaan bumi. Batu ini terbentuk oleh magma yang bersifat basa
kemungkinan magma pementuknya berasal dari tempat dengan magma chmaber
yang cukup dangkal dan bermagma basa.
Gambar :
A B C D E F G I
Keterangan :
11
1
D5,plagioklas
D2, Biotit
B2, Kuarsa
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama batuan : Porfir Basalt (Travis, 1969)
3.2 Deskripsi Batuan No. Peraga 5
No. urut : 2
No. peraga : 5
Jenis batuan : batuan beku
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : abu-abu
Sifat kimia : intermediet
Struktur : massif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : equigranular,fanerik
12
c. Ukuran Butir : sedang
d. Fabrik / Bentuk Butir : euhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas: warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
2. Kuarsa : warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
3. Biotit : warna hitam, kekerasan 3 bentuk membulat, kilap kaca, cerat
putih.
4. Hornblende : warna hitam, kekerasan 6, belahan sempurna, bentuk
agak prismatik, kilap kaca.
5. Massa dasar
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Kelimpahan mineral:
Mineral Kelimpahan (%)
Hornblende 15Biotit 12
Plagioklas 30Kuarsa 5
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna cenderung abu-abu
keputihan, bersifat intermediet, berstruktur massif, tekstur hipokristalin,
fanerik, dan euhedral, dengan komposisi fenokris: plagioklas 30%, kuarsa
5%, biotit 12%, hornblende 15 %, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar,
13
dan massa dasar berupa afanit material yang bersifat intermediet, maka
batuan ini termasuk batuan beku intermediet yang terbentuk di dalam zona
yang bermagma chamber cukup dalam dan magmanya bersifat intermediet
dari percampuran 2 lempeng.
Gambar :
A B C D E F G IKeterangan :
1
kuarsa 2
3 hornblende
4 biotit
5 plagioklas
6
789
Nama batuan : Diorit(Travis, 1969)
3.3 Deskripsi Batuan No. Peraga 62
No. urut : 3
14
No. peraga : 62
Jenis batuan : batuan beku
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : abu abu keputihan
Sifat kimia : asam
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular , porfiroafanitik
c. Ukuran Butir : halus 0,2 mm (WTG,1962)
d. Fabrik / Bentuk Butir : anhedral
Deskripsi komposisi
1. Kuarsa : warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal
2. Biotit : warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk lembaran,
kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
3. Plagioklas : warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
4. Massa dasar berupa afanitik
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Kelimpahan mineral:
Mineral Kelimpahan (%)
Massa dasar 65Biotit 5
Plagioklas 20Kuarsa 10
Petrogenesa
15
Berdasarkan warna batuan yang berwarna abu abu keputihan ,
bersifat asam, berstruktur massif, tekstur holokristalin, porfiroafanitik, dan
anhedral, dengan komposisi fenokris: kuarsa >10%, biotit >5%, plagioklas
20 %, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar, maka
batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di dalam zona dengan
magma chamber dangkal dan bermagma asam.
Gambar :
A B C D E F G IKeterangan :
1
kuarsa 2
3
4 biotit
5 plagioklas
6
789
Nama batuan : Porfiri Dasit (Travis, 1969)
3.4 Deskripsi Batuan No. Peraga 7
16
No. urut : 4
No. peraga : 7
Jenis batuan : batuan beku
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : hitam keputihan
Sifat kimia : basa
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, porfiroafanitik
c. Ukuran Butir : halus 0,2-0,4 mm (WTG,1962)
d. Fabrik / Bentuk Butir : anhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas: warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
2. Kuarsa : warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
3. Biotit : warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk lembaran,
kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
4. Hornblende : warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
5. Piroksen : warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk tabular,
kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
Feldspar plagioklas > 2/3 semua feldspar
Kelimpahan mineral:
17
Mineral Kelimpahan (%)
Hornblende 5Biotit 5
Plagioklas 20Piroksen 10Kuarsa 5
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna hitam, bersifat basa,
berstruktur masif, tekstur holokristalin, porfiroafanitik, dan anhedral dengan
komposisi fenokris: plagioklas 20 %, kuarsa <5 %, biotit >5%, piroksen
15% dan hornblende >5%, feldspar plagioklas >2/3 seluruh feldspar, maka
batuan ini termasuk batuan beku basa yang terbentuk di dalam kerak bumi
di zona yang bermagma chamber cukup dalam dan bermagma basa.
Gambar :
A B C D E F G I Keterangan :
1
E2, Kuarsa
2 C3, Biotit
3
D4,
Plagioklas
4
5
6
18
7
8
9
Nama batuan : Porfir Basalt (Travis, 1969)
3.5 Deskripsi Batuan No. Peraga 76
No. urut : 5
No. peraga : 76
Jenis batuan : batuan beku
Deskripsi Megaskopis
Warna batuan : cerah (keputihan)
Sifat kimia : asam
Struktur : masif
Tekstur :
a. Derajat Kristalisasi : holokristalin
b. Hubungan antar Kristal : inequigranular, faneroporfiritik
c. Ukuran Butir : sedang 1 mm (WTG,1962)
d. Fabrik / Bentuk Butir : subhedral
Deskripsi komposisi
1. Plagioklas :warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.
2. Kuarsa : warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
3. Biotit : warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk lembaran,
kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
4. Hornblende: warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.19
5. Massa dasar
6. K-feldspar > 2/3 semua feldspar
Petrogenesa
Berdasarkan warna batuan yang berwarna cerah , bersifat asam,
berstruktur massif, tekstur holokristalin, faneroporfiritik, dan subhedral
dengan komposisi plagioklas 40 %, kuarsa 15%, biotit 10 %, hornblende
10%,piroksen 5%, k-feldspar >2/3 seluruh feldspar, dan massa dasar, maka
batuan ini termasuk batuan beku asam yang terbentuk di dalam kerak bumi
di zona dengan magma chamber cukup dalam dan magmanya bersifat asam.
Nama batuan : Diorit Kuarsa (Travis, 1969)
20
3.6 Deskripsi Peraga Batuan Nomor C-26
No. Batuan Peraga : C-26
No. Urut : 3
Jenis Batuan : Batuan beku non fragmental
Deskripsi Megaskopis
Warna : Coklat Muda
Struktur : Masif
Tekstur :
a) Derajat kristalisasi : Holokristalin
b) Ukuran butir : Sedang (3mm-5mm)
c) Granularitas : Equigranular (fanerik)
Bentuk Kristal : Subhedral
Deskripsi Komposisi
Hornblende : Warna kehitaman, kilap kaca, transparansi opaque, kekerasan
5.5-6 skala mohs,
Plagioklas : Warna putih kapur, kliap tanah, kekerasan 5-5,5 skala mohs
Kuarsa : Warna putih kebeningan, kekerassan 7, kilap kaca, cerat putih,
Ortoklas : Warna merah daging, Kekerasan 6 skala Mohs
21
Kelimpahan Mineral
Mineral Kelimpahan
Hornblende 15%
Ortoklas 50%
Plagioklas 20%
Kuarsa 15%
Petrogenesa
Batuan ini di lihat secara megaskopis memiliki kenampakan
berwarna coklat muda dengan struktur massif. Dilihat dari teksturnya batuan
ini memiliki derajat kristalisasi yang tergolong holokristalin dengan ukuran
kristal yang sedang 3mm-5mm, memilki granularitas yang tergolong
Equigranular (fanerik) serta memiliki bentuk Kristal yang subhedral. Dilihat
dari warnanya yang cerah dapat di interpretasikan bahwa magma yang
membentuknya bersifat asam, kemudian dilihat dari derajat kristalisasinya
yang tergolong holokristalin di perkirakan batuan ini terbentuk di daerah
plutonik dimana Kristal dapat berkembang dengan baik. Dapat di
interpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di zona Continental Rift Zone
dimana 2 lempeng benua yang bersifat asam bergerak secara divergen yang
22
menyebabkan arus konveksi sehingga mendorong lapisan di dasar samudera
ke atas. Karena lempeng benua bersifat asam maka produk batuannya pasti
bersifat asam pula.
Gambar:
A B C D E F G I Keterangan :
1
D4, Biotit
2 C3, Ortoklas
3 C2, Kuarsa
4 E2,Plagioklas
5
6
7
8
9
Gambar 3.3. Batuan No.Peraga C-26
Nama Batuan: Granit (Russel B. Travis, 1955)
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum petrologi acara batuan beku non fragmental berlangsung pada
tanggal 21 maret 2014 dan 25 maret 2015. Hal yang dilakukan pada praktikum ini
berupa pengamatan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan secara
megaskopis dengan tujuan untuk menganalisis kemudian melakukan pemerian
nama batuan dengan klasifikasi yang ditentukan yaitu klasifikasi Russel B. Travis.
Peraga batuan yang diamati ada lima macam, antara lain:
4.1 Batuan No Peraga 34
Batu peraga pertama yang diamati mempunyai nomor 34. Batu peraga
ini diamati pada hari jumat, 21 maret 2014 di laboratorium petrologi.Secara
megaskopis, batu peraga ini berwarna abu-abu kehitaman. Struktur batuan ini
adalah masif, karena batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-24
lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.Tekstur batuan ini
adalah holokristalin karena batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal.
Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat terbentuk karena proses pembekuan
magma yang lambat pada batuan ini sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk
kristal secara sempurna. Hubungan antar kristal pada batu peraga ini adalah
inequigranular, yaitu besar mineral yang tak sama, yang berjenis
porfiroafanitik, karena batu ini memiliki struktur porfiritik yaitu tersusun atas
fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini massa dasrnya tidak dapat
diketahui, karena tidak terlihat oleh mata telanjang (afanit). Ukuran kristalnya
berukuran halus (0,2 mm) (WTG,1962) dan susah dilihat. Dan bentuk butirnya
berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-
batas antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (15%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
concoidal 1.Biotit (10 %) warna hitam, kekerasan 3 bentuk membulat, kilap
kaca, cerat putih. 4.Hornblende (15%) (warna hitam, kekerasan 6, belahan
sempurna, bentuk agak prismatik, kilap kaca. Massa dasar berupa afanit yang
berwarna dominan hitam.
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Diamana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
tidak dapat diketahui mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang tidak
terlalu dalam letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pun tidak
lama.berdasarkan komposisinya, batu ini kemungkinan bersifat basa. Lempeng
samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa,
25
sehingga menjadikan magma bersifat basa. Setting tektonik yang mungkin
dapat menjadi tempat terbentuknya batu ini adalah Back arc basin.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari
jumlah semua mineral feldspar.Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di
atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga
No. 34 merupakan batu Porfir Basalt (Russel B.Travis, 1955).
4.2 Batuan No Peraga 5
Batu peraga pertama yang diamati mempunyai nomor 34. Batu peraga
ini diamati pada hari jumat, 21 maret 2014 di laboratorium petrologi.Secara
megaskopis, batu peraga ini berwarna abu-abu kehitaman. Struktur batuan ini
adalah masif, karena batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-
lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.Tekstur batuan ini
adalah holokristalin karena batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal.
Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat terbentuk karena proses pembekuan
magma yang lambat pada batuan ini sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk
kristal secara sempurna. Hubungan antar kristal pada batu peraga ini adalah
inequigranular, yaitu besar mineral yang tak sama, yang berjenis
26
porfiroafanitik, karena batu ini memiliki struktur porfiritik yaitu tersusun atas
fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini massa dasrnya tidak dapat
diketahui, karena tidak terlihat oleh mata telanjang (afanit). Ukuran kristalnya
berukuran halus (0,2 mm) (WTG,1962) dan susah dilihat. Dan bentuk butirnya
berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-
batas antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (15%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Kuarsa (10%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
concoidal 1.Biotit (10 %) warna hitam, kekerasan 3 bentuk membulat, kilap
kaca, cerat putih. 4.Hornblende (15%) (warna hitam, kekerasan 6, belahan
sempurna, bentuk agak prismatik, kilap kaca. Massa dasar berupa afanit yang
berwarna dominan hitam.
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Diamana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
tidak dapat diketahui mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang tidak
terlalu dalam letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pun tidak
lama.berdasarkan komposisinya, batu ini kemungkinan bersifat basa. Lempeng
samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa,
sehingga menjadikan magma bersifat basa. Setting tektonik yang mungkin
dapat menjadi tempat terbentuknya batu ini adalah Back arc basin.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari
jumlah semua mineral feldspar.Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di
27
atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga
No. 34 merupakan batu Porfir Basalt (Russel B.Travis, 1955).
4.3 Batuan No Peraga 195
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna hitam. Dilihat dari
warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya yang gelap. Struktur
batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut batuan tersebut
bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada
permukaan batuan tesebut.
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral
yang tak sama, yang berjenis porfiroafanitik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini
massa dasrnya tidak dapat diketahui, karena tidak terlihat oleh mata telanjang
(afanit). Ukuran kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan
bentuk butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu
sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>30%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Kuarsa (<10%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
concoidal. Biotit (<10%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Hornblende (<10%)
warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat
hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa afanit yaitu (mineral yang
bersifat basa).
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
28
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Diamana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
tidak dapat diketahui mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang tidak
terlalu dalam letaknya dari permukaan bumi dan waktunya pun tidak lama. Dan
sifat kimia batu ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat
basa, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara
lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng samudera yang bersifat
basa, sehingga terbentuk sifat basa. Hal ini dikarenakan lempeng samudera
yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa bercampur dengan
lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa
juga, sehingga menjadikan magma bersifat basa.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari
jumlah semua mineral feldspar.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 195
merupakan batu Porfiro Basalt (Travis, 1969).
4.4 Batuan No Peraga 181
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna hitam. Dilihat dari
warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya yang gelap. Struktur
batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut batuan tersebut
bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada
permukaan batuan tesebut.
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
29
antar kristal pada batu peraga ini adalah equigranular, yaitu mineralnya
mempunyai besar yang sama. Batu peraga ini strukturnya feneritik ,diman
feneritik adalah mineralnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran
kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya
berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-
batas antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>40%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (<10%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
tidak ada. Piroksen (>50%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk
tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada.
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
plutonik. Dimana dalam pembentukan batuan secara plutonik berlangsung di
tempat yang dalam dan jauh dari permukaan bumi dan berlangsung dengan
waktu yang lama, sehingga terbentuk krital-kristal yang sempurna. Dan sifat
kimia batu ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat basa,
dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara
lempeng samudera yang bersifat basa dan lempeng samudera yang bersifat
basa, sehingga terbentuk sifat basa. Hal ini dikarenakan empeng samudera
yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa bercampur dengan
lempeng samudera yang mengandung silika dan magnesium yang bersifat basa
juga, sehingga menjadikan magma bersifat basa.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari
jumlah semua mineral feldspar.
30
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 181
merupakan batu Gabro (Travis, 1969).
4.5 Batuan No Peraga 33
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna coklat cerah. Dilihat
dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya cenderung cerah.
Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan tersebut batuan
tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan
pada permukaan batuan tesebut.
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral
yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini
massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya
berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa
subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas
antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>20%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Ortoklas (>50%) warna kecoklatan,
kekerasan 6, belahan sempurna, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
tidak ada. Kuarsa (>10%) warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa
belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan tidak ada. Piroksen
(>5%) warna hitam, kekerasan 5-6, belahan 2 arah, bentuk tabular, kilap kaca,
cerat putih, pecahan tidak ada. Biotit (>5%) warna hitam, kekerasan 3, belahan
1 arah, bentuk lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada.
31
Hornblende (>5%) warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk
menyudut, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa
mineral ortoklas.
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang
letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu
ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng
benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga
terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera
silika dan alumuniumyang sifatnya asam.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-feldspar > 2/3 dari jumlah semua
mineral feldspar.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 33
merupakan batu Porfir Sianit (Travis, 1969).
4.6 Batuan No Peraga 190
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna putih keabu-abuan
cerah. Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat asam karena warnanya
cenderung cerah. Struktur batuan ini adalah massif, karena batuan ini batuan
tersebut batuan tersebut bersifat keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang
maupun retakan pada permukaan batuan tesebut.
32
Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat
terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral
yang tak sama, yang berjenis faneroporfiritik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenikris dan massa dasar, tetapi pada batu ini
massa dasarnya dapat diketahui jenis mineralnya (fenerit). Ukuran kristalnya
berukuran sedang dan dapat terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa
subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak begitu sempurna karena batas-batas
antar mineral yang tidak begitu jelas.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas (>30%)
warna putih, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap
kaca, cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa (>15%) warna putih kebeningan,
kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan
tidak ada. Biotit (>10%) warna hitam, kekerasan 3, belahan 1 arah, bentuk
lembaran, kilap kaca, cerat hitam, pecahan tidak ada. Hornblende (>10%)
warna hitam, kekerasan 5, belahan 2 arah, bentuk menyudut, kilap kaca, cerat
hitam, pecahan tidak ada. Massa dasar berupa mineral plagioklas.
Proses pembentukan batu ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
hipabisal, yang kemungkinan akibat proses intrusi dangkal. Dimana dalam
pembentukan batuan fenokris terbentuk lebih dahulu yang kemudian fenokris
tersebut terelimuti oleh suatu massa dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya
dapat diketahui jenis mineralnya dikarenakan proses pembekuannya yang
letaknya dalam dari permukaan bumi dan waktunya pun lama. Sifat kimia batu
ini adalah asam dimana magma yang membentuk juga bersifat asam, dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng
benua yang bersifat asam dan lempeng benua yang bersifat asam, sehingga
33
terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng benua mengandung minera
silika dan alumuniumyang sifatnya asam.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan mineral
kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklas > 2/3 dari jumlah
semua mineral feldspar.
Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah
dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis batu peraga No. 195
merupakan batu Porfiri Diorit Kuarsa (Travis, 1969).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dai pembekuan larutan silica
cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma
34
2. Deskripsi batuan beku secara megaskopis, meliputi: warna batuan, tekstur
batuan, struktur batuan, ukuran kristal, tingkat kristalisasi, komposisi
mineral, penamaan batuan menurut Russel B. Travis (1969).
3. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku, dan magma sendiri berasal dari pelelehen lempeng, baik
lempeng benua maupunlempeng samudera.
4. Dalam klasifikasi menurut Russel B. Travis (1969), yang diutamakan
adalah komposisi berdasarkan jumlah dari mineral kuarsa dan feldspar.
5. Nama batuan dengan nomor peraga 21 adalah porfiri dasit (Travis,1969).
6. Nama batuan dengan nomor peraga 197 adalah porfiri diorite kuarsa biotit
(Travis,1969).
7. Nama batuan dengan nomor peraga 195 adalah porfiri basalt
(Travis,1969).
8. Nama batuan dengan nomor peraga 181 adalah gabro (Travis,1969).
9. Nama batuan dengan nomor peraga 33 adalah porfiri sianit (Travis,1969).
10. Nama batuan dengan nomor peraga190 adalah porfiri diorite kuarsa
(Travis,1969).
5.2 Saran
1. Persiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum.
2. Tanyakan kepada asisten hal-hal yang kurang jelas dalam prakttikum.
3. Lengkapi peraga batuan di laboratorium untuk memperluas wawasan
praktikan.
4. Lakukan pendiskripsian batuan dengan seteliti mungkin dan setepat
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Danisworo, C ; Firdaus M Suprapto. 2000. Buku Petunjuk Kristalografi dan
Mineralogi. Yogyakarta:Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik
Geologi UPN “ Veteran” :
35
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Penerbit LPP dan
Percetakan UNS
Setia Graha, Doddy , 1987, Batuan dan Mineral , Bandung: Penerbit Nova.
Tim Asisten Petologi.2007.Pengantar Praktikum Petrologi. Semarang: Undip.
36
LAMPIRAN
37