Barotrauma Di Bidang THT

27
BAB I PENDAHULUAN Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. (1) Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman. Tubuh manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan. Beberapa diantaranya larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga terdapat di dalam saluran pencernaan, telinga tengah, dan rongga sinus, yang volumenya akan bertambah dengan bertambahnya ketinggian. Ekspansi gas yang terperangkap di dalam sinus bisa menyebabkan sakit kepala, ekspansi gas yang terperangkap dalam telinga tengah bisa menyebabkan nyeri telinga (2) , dan perasaan kembung atau penuh pada perut jika ekspansi gas terjadi di saluran pencernaan. Ekspansi gas yang terperangkap dalam usus halus bisa menyebabkan nyeri yang cukup hebat hingga terkadang bisa menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada ketinggian 8000 kaki gas-gas yang terperangkap dalam rongga tubuh volumenya bertambah 20% dari volume saat di darat. Semakin cepat kecepatan pendakian maka semakin besar risiko mengalami ketidaknyamanan atau nyeri. (3) 1

Transcript of Barotrauma Di Bidang THT

Page 1: Barotrauma Di Bidang THT

BAB I

PENDAHULUAN

Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat perbedaan antara tekanan

udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di

sekitarnya.(1) Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman. Tubuh

manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan. Beberapa diantaranya

larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga terdapat di dalam saluran pencernaan,

telinga tengah, dan rongga sinus, yang volumenya akan bertambah dengan bertambahnya

ketinggian.

Ekspansi gas yang terperangkap di dalam sinus bisa menyebabkan sakit kepala,

ekspansi gas yang terperangkap dalam telinga tengah bisa menyebabkan nyeri telinga(2), dan

perasaan kembung atau penuh pada perut jika ekspansi gas terjadi di saluran pencernaan.

Ekspansi gas yang terperangkap dalam usus halus bisa menyebabkan nyeri yang cukup hebat

hingga terkadang bisa menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada ketinggian 8000 kaki gas-gas

yang terperangkap dalam rongga tubuh volumenya bertambah 20% dari volume saat di darat.

Semakin cepat kecepatan pendakian maka semakin besar risiko mengalami ketidaknyamanan

atau nyeri.(3)

1

Page 2: Barotrauma Di Bidang THT

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

II. 1 Telinga Tengah

II. 2. A Anatomi

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari :

Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.

Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik

terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas

disebut pars flasida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan

epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan

pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu

lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran

ini dalam telinga tengah saling berhubungan.

Tuba eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

Sepertiga bagian lateral tuba yang berhubungan dengan telinga tengah berupa tulang,

sedangkan dua pertiga media adalah fibrokartilaginosa.(1)

2

Page 3: Barotrauma Di Bidang THT

II. 2. B Fisiologi

Telinga tengah berperan penting dalam proses pendengaran. Suara bermula dari

gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan

disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga tulang pendengaran, stapes bergerak ke dalam

dan keluar dari telinga dalam seperti piston.(4)

Udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara luar tubuh. Tuba

Eustachius berfungsi untuk ventilasi, drainase secret, dan proteksi agar menghalangi

masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah. Dengan adanya fungsi ventilasi

memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfer pada kedua sisi membrane timpani. Tuba

akan membuka melalui kerja otot jika terdapat perbedaan tekanan sebesar 20 sampai 40

mmHg.(2)

Tuba Eustachius menghubungkan ruang telinga tengah dengan belakang faring.

Dalam keadaan biasa, hubungan saluran eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka

melalui kontraksi aktif m. tensor veli palatine pada saat mengunyah atau menguap.(1)

Menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa tuli sementara saat pesawat lepas

landas. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara sekitar. Pada saat tersebut,

tekanan udara disekitar telah turun sementara tekanan udara di telinga tengah masih dengan

tekanan udara saat masih di darat. Perbedaan ini dapat diatasi dengan gerakan menelan

sesuatu atau menguap.(1)

II. 2 Sinus Paranasal

3

Page 4: Barotrauma Di Bidang THT

II. 2. A Anatomi

Manusia mempunyai rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga udara

hidung; jumlah, ukuran, bentuk, dan simetri bervariasi. Sinus – sinus ini membentuk rongga

di dalam beberapa tulang wajah dan diberi nama sesuai dengan lokasinya, yaitu: sinus

maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Yang terakhir biasanya

berupa kelompok – kelompok sel etmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan,

masing – masing kelompok bermuara ke dalam hidung. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel

toraks bersilia, bertingkat palsu (pseudostratified) atau epitel saluran pernapasan yang

mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus, dan bersilia, sekret disalurkan ke

dalam rongga hidung. Pada orang sehat, rongga terutama berisi udara.(1)

Pembagian sinus paranasalis :

a. Sinus Maksila(2)

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila

bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai

ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding

anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fossa kanina, dinding

posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding

lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah

prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding

medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.(2)

Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri maksilaris interna. Inervasi

mukosa sinus melalui cabang dari nervus maksilaris.(1)

b. Sinus Frontal(2)

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus,

berasal dari sel – sel resessus frontal atau dari sel – sel infundibulum etmoid. Ukuran sinus

frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm, dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya

bersekat – sekat dan tepi sinus berlekuk – lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang

relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah

menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resessus

frontal. Resessus frontal adalah bagian dari sinus etmoid anterior.(2)

4

Page 5: Barotrauma Di Bidang THT

Suplai darah diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri supratrochlear yang berasal

dari arteri oftalmika yang merupakan salah satu cabang dari arteri carotis interna. (1) Inervasi

mukosa disuplai oleh cabang supraorbital dan supratrochlear cabang dari nervus frontalis

yang berasal dari nervus trigeminus.

c. Sinus Etmoid(2)

Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian

posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4 cm, dan lebarnya 0,5 cm di

bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior. Sinus etmoid berongga – rongga, terdiri dari

sel – sel yang menyerupai sarang tawon,(2) yang terdapat di dalam massa bagian lateral os

etmoid, yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbita.

Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang

bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel

– sel sinus etmoid anterior biasanya kecil – kecil dan banyak, letaknya dibawah perlekatan

konka media, sedangkan sel – sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih

sedikit jumlahnya dan terletak di postero-superior dari perlekatan konka media. Di bagian

terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resessus frontal, yang

berhubungan dengan sinus frontal. Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis

berbatasan dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat

tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid

posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.(2)

Suplai darah berasal dari cabang nasal dari arteri sphenopalatina.(1) Inervasi mukosa

berasal dari divisi oftalmika dan maksilaris nervus trigeminus.

d. Sinus Sfenoid(2)

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus

sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm

tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5 – 7,5 ml.(2)

Bagian atas rongga hidung mendapat perdarahan dari arteri etmoid anterior dan

posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmikus, sedangkan arteri oftalmikus berasal

dari arteri karotis interna.(2)

Bagian depan dan atas dari rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus

etmoid anterior yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari nervus

5

Page 6: Barotrauma Di Bidang THT

oftalmikus (nervus V – 1). Rongga hidung lainnya sebagian besar mendapatkan persarafan

sensoris dari nervus maksilla melalui ganglion sphenopalatina. Ganglion sphenopalatina

disamping memberikan persarafan sensoris juga memberikan persarafan vasomotor/ otonom

pada mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut – serabut sensoris dari nervus maksila

(nervus V – 2), serabut parasimpatis dari nervus petrosis superfisialis mayor, dan serabut –

serabut simpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion sphenopalatina terletak di

belakang dan sedikit diatas dari ujung posterior konka media

II. 2. B Fungsi Sinus Paranasal (2)

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain :

a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk mamanaskan dan mengatur

kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih

1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk

pertukaran udara total dalam sinus

b. Sebagai panahan suhu (thermal insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai (buffer) panas, melindungi orbita dan fossa

serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.

c. Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan

tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertambahan

berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini tidak dianggap bermakana.

d. Membantu resonansi udara

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi udara dan mempengaruhi

kualitas udara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak

memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonansi yang efektif.

e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi ini akan berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,

misalnya pada waktu bersin dan beringus.

f. Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan

dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk

membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara.

6

Page 7: Barotrauma Di Bidang THT

BAB III

BAROTRAUMA

III. 1. 1 Barotrauma Telinga Tengah

Definisi

Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) adalah gangguan telinga yang terjadi akibat

perubahan tekanan udara tiba-tiba di luar telinga tengah sehingga menyebabkan tuba gagal

untuk membuka. Jika tekanan udara di dalam saluran telinga dan tekanan udara di dalam

telinga tengah tidak sama, maka bisa terjadi kerusakan pada membrane timpani. Dalam

keadaan normal, tuba eustachius (yang merupakan penghubung antara telinga tengah dan

nasofaring) membantu menjaga agar tekanan di kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara

membiarkan udara dari luar masuk ke telinga tengah atau sebaliknya.(3)

Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah. Hal itu mengakibatkan tuba

eustachius gagal membuka, terutama pada penyelaman kompresi udara (scuba) atau

penyelaman dengan menahan napas. Kondisi tersebut sering terjadi pada kedalaman 10

sampai 20 kaki. Gejalanya, telinga terasa nyeri dan penuh serta kemampuan pendengaran

berkurang.(1)

Patofisiologi

Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui Hukum Boyle.

Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan atau

P1xV1 = P2xV2. Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik

dengan tekanannya, maka pada saat tekanan di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi

perbedaan tekanan antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi

penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala akibatnya.

Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan atau

peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan)

suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka

struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi

bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang

tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.

7

Page 8: Barotrauma Di Bidang THT

Seperti yang dijelaskan di atas, maka tekanan yang meningkat di telinga tengah perlu

diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat

diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga

tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius. Dengan

meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam tuba eustachius

menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustachius.

Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi

terlalu besar (sekitar 90 sampai 100cmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustachius

akan semakin menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustachius untuk

memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan

didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadi rangkaian kerusakan

yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya keaadan vakum relatif dalam rongga telinga

tengah.(1)

Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan pecahnya

pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula hemoragik pada

gendang telinga tengah juga mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah,

menimbulkan hemotimpanum. Kadang-kadang tekanan yang tinggi diluar dapat

menyebabkan ruptur membrana timpani.(1)

Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat terbang.

Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara dengan perubahan

tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama diatas bumi. Dengan demikian, perubahan

tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat

terbang. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah

pada saat menyelam.(1)

Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada penyelam kompresi udara (SCUBA/Self

Contained Underwater Breathing Apparatus) atau penyelaman dengan menahan napas.

Seringkali terjadi pada kedalaman 10 sampai 20 kaki. Sekalipun insidens reltif lebih tinggi

pada saat menyelam, masih lebih banyak orang yang bepergian dengan pesawat dibandingkan

orang menyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan udara namun hanya sampai 8.000

kaki. Maka berotrauma masih mungkin terjadi, namun insidensnya tidak setinggi yang

diakibatkan menyelam.

8

Page 9: Barotrauma Di Bidang THT

Pada saat pesawat mulai naik, akan terjadi perubahan tekanan udara yang tiba-tiba,

dimana akan timbul tekanan positif pada rongga telinga tengah dan negatif pada bagian luar

membran timpani. Hal ini akan menimbulkan penonjolan keluar dari membrane timpani

(bulging), sedangkan saat pesawat akan mendarat akan terjadi keadaan yang sebaliknya akan

timbul tekanan negatif pada liang telinga tengah dengan tekanan positif pada bagian luar

telinga akibatnya terjadi retraksi-penarikan ke arah dalam. Di sinilah sangat dibutuhkan

fungsi normal tuba eusthacius untuk dapat mengalirkan udara yang terperangkap di telinga

tengah keluar melalui nasofaring.

Barotrauma telinga luar, tengah dan dalam. Barotrauma telinga ini bisa terjadi secara

bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri.

Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu menyelam,

air akan masuk ke dalam meatus akustikus eksternus. Bila meatus akustikus eksternus

tertutup, maka terdapat udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya

volume udara tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus

eksternus), hal ini berakibat terjadinya decongesti, perdarahan dan tertariknya membrana

timpani ke lateral. Peristiwa ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan

udara dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau lebih, yaitu

sedalam 1,5 – 2 meter.(6)

Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema pada

mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk menyeimbangkan

tekanan telinga tengah terhadap tekanan lingkungan yang terjadi pada saat ascent maupun

descent, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya barotrauma tergantung pada

kecepatan penurunan atau kecepatan peningkatan tekanan lingkungan yang jauh berbeda

dengan kecepatan peningkatan tekanan telinga tengah.

Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga tengah

pada waktu menyelam, disebabkan karena malakukan maneuver valsava yang dipaksakan.

Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat barotrauma maka daerah kavum timpani

akan mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen ovale dan

membran pada foramen rotunda, yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam

yang akan merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan

“Stepping Test”. Dapat disimpulkan , gangguan pada telinga tengah dapat berpengaruh pada

9

Page 10: Barotrauma Di Bidang THT

labirin vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan laten pada tonus otot melalui refleks

vestibulospinal.

Faktor Risiko

Hal-hal yang menjadi factor predisposisi terjadinya barotraumas :

Kongesti hidung karena alergi atau infeksi

Sumbatan pada tuba eustachius

Peradangan tenggorokan

Menyelam dalam jangka waktu lama

Naik kepermukaan dengan cepat setelah penyelaman.

Gejala-gejala klinik barotrauma telinga

1.Gejala descent (menyelam) barotrauma:

-Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.

-Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring.

-Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.

2.Gejala ascent (penerbangan) barotrauma:

-Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga.

-Vertigo.

-Tinnitus/tuli ringan.

-Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.

Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat

barotrauma(5)

-Grade 0 : gejala tanpa tanda-tanda klinis

-Grade 1 : injeksi membrane timpani.

-Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membrane

timpani.

-Grade 3 : perdarahan berat membrane timpani.

-Grade 4 : perdarahan pada membrane timpani

menonjol dan agak kebiruan.

10

Page 11: Barotrauma Di Bidang THT

-Grade5 : perdarahan pada meatus eksternus + rupture membrane timpani.

Diagnosis

Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Jika dari anamnesis ada

riwayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau suatu penyelaman,

adanya barotruma seharusnya dicurigai. Diagnosis dapat dikomfirmasi melalui pemeriksaan

telinga, dan juga tes pendengaran dan keseimbangan.(6)

Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak sedikit menonjol

keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat, bisa terdapat darah di belakang

gendang telinga. Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Dapat disertai

gangguan perdengaran konduktif ringan.(1)

Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah

gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan

kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga dalam Merupakan masalah yang serius dan

mungkin memerlukan pembedaham untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap.

Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji

pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa gangguan pendengaran

bersifat konduktif dan bukannya sesorineural.(1)

Penatalaksanaan

Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang

perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi tekanan

dengan mengunyah permen karet, menguap, atau melakukan perasat valsava selama tidak ada

infeksi saluran nafas atas.(6)

Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2

minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi

di dalam air yang kotor.(6)

11

Page 12: Barotrauma Di Bidang THT

Komplikasi

Ruptur atau perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan pendengaran

yang menetap, tinnitus yang menetap, dan vertigo.

Prognosis

Kadang barotraumas dapat menyebabkan kerusakan telinga tengah bahkan sampai ke

telinga dalam. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah serius dan membutuhkan

pembedahan untuk mencegah kehilangan pendengaran menetap. Setiap pasien dengan

barotraumas harus menjalani uji pendengaran untuk memastikan bahwa gangguan

pendengaran bersifat konduktif dan bukan sensorineural. Sering juga dikeluhkan adanya

vertigo yang menyertai keluhan pada brotrauma telinga tengah.(1)

III. 1. 2 Barotrauma Sinus Paranasal

Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya perbedaan

tekanan antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus paranasalis. Dinding sinus ini

dilapisi mukosa dan muaranya pada cavum nasi. Kelainan di sinus-sinus ini disebut :

Barosinusitis.(1) Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 — 1,5%.

Sinus adalah kantung udara di tulang atau sekeliling hidung. Sinus barotrauma terjadi

ketika terjadi perbedaan tekanan antara udara di dalam sinus dengan tekanan di luar.

Penderita dapat merasakan nyeri di sekitar tulang pipi atau di bagian atas mata, kadang juga

dapat terjadi infeksi sinus, perdarahan dari hidung, dan sakit kepala.

Patofisiologi

Sinus paranasalis bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut relatif sempit.

Dinding rongga sinus ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam keadaan basah, maka di

dalam rongga sinus itu selalu ada uap air yang jenuh.(1) Karena cara terjadinya serangan pada

semua sinus adalah sama saja, maka akan diterangkan salah satunya saja, yaitu pada sinus

maxilaris. Sewaktu di permukaan laut, tekanan udara di sinus maxilaris sama dengan di

12

Page 13: Barotrauma Di Bidang THT

rongga hidung/di udara luar sekitar tubuh, yaitu 76 cmHg (1 atm). Bila kemudian orang ini

kita bawa ke ketinggian tertentu, misalnya 5,5 km, dimana tekanan udara kira-kira 1/2 Atm,

maka akan terjadi perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga hidung. Bila

kecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan tersebut akan dapat diatasi

dengan adanya aliran udara dari rongga sinus ke rongga hidung. Tetapi bila kecepatan

perubahan tekanan demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang muara sinus itu, aliran

udara yang terjadi tidak akan dapat mencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di

dalam rongga sinus lebih tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat terjadinya

penekanan terhadap mukosa sinus. Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan

inflamasi, yang disebut Barosinusitis.

Dari penjelasan diatas ternyata bahwa besarnya lubang muara sinus turut menentukan

proses terjadinya barosinusitis. Semakin kecil muara sinus itu, makin besar kemungkinan

terjadinya barosinusitis. Jadi pada seseorang yang menderita sakit di saluran pernafasan

bagian atas, pembengkakan/penebalan mukosa mengakibatkan penyempitan muara sinus,

sehingga akan mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan tekanan.

Gejala

Pada kasus ringan :

Terasa tekanan ringan atau nyeri ringan pada satu sinus atau lebih

Epistaksis

Pada kasus berat :

Rasa nyeri dan tertekan yang lebih berat pada sinus yang terkena

Nyeri pada dahi, bagian tengah wajah, dan retroorbita

Epistaksis

Diagnosis

Anamnesis dilakukan untuk memastikan bahwa nyeri pada wajah dan pada kepala

adalah disebabkan oleh barotrauma bukan oleh penyebab lain. Dari pemeriksaan fisik

barosinusitis yang ringan tidak ditemukan gejalan yang khas. Pada kasus berat, pasien

13

Page 14: Barotrauma Di Bidang THT

mengeluhkan nyeri pada bagian wajah dan gigi bagian atas yang umumnya bersifat unilateral.

Dapat juga ditemui eritema, edema, kongesti, pada membrane mukosa, dan epistaksis.

Informasi yang didapatkan melalui pemeriksaan transluminasi adalah sangat sedikit

mengenai efek barosinusitis. Pemeriksaan yang standard dilakukan adalah CT scan.

Penatalaksanaan

Sejak gejala muncul terapi dimulai dengan cara mengembalikan pasien pada

ketinggian dimana gejala muncul atau pada penyelam dengan kembali ke permukaan. Penata

laksanaan ditujukan untuk mengurangi nyeri, melancarkan ventilasi, dan mencegah infeksi.

1. Mengendalikan nyeri

Dengan terapi oral

Narkotik mungkin diperlukan pada rasa nyeri yang hebat

2. Melancarkan ventilasi

Dekongestan topical (oxymetazoline 0,05% dan phenylephrine 0,5-1%)

Dekongestan oral (phenylpropanolamine dan pseudoephedrine)

3. Mencegah infeksi

Darah dan transudat pada mukosa adalah media yang baik untuk pertumbuhan

kuman

Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi skunder

Antibiotik lini pertama pada infeksi akut adalah amoxicillin atau sulfamethoxazole

pada pasien alergi penisilin.

III. 1. 3 Sindroma Dekompresi

Salah satu komplikasi dari barotrauma adalah kolaps paru. Komplikasi yang lain

adalah penyakit dekompresi yang terjadi karena terdapat kadar nitrogen dalam aliran darah.

Emboli udara yang terbentuk pada saat turun ke kedalaman dari permukaan air pada saat

menyelam bisa terdapat di beberapa organ tubuh. Akan berbahaya ketika emboli udara

menghentikan aliran darah ke organ, khususnya hati, paru dan otak.(9)

Barotrauma paru adalah trauma pada paru selama naik ke permukaan air dari

kedalaman. Pada saat naik ke permukaan air, tekanan atmosfer turun dan volume di paru

14

Page 15: Barotrauma Di Bidang THT

meningkat. Ketika udara di buang dengan pernapasan normal, maka tekanan akan normal

sehingga tidak terjadi kerusakan. Pada keadaan normal, udara dapat tertampung di alveoli

walaupun dilakukan pernapasan normal. Bila tumpukan udara dalam alveoli tidak dapat di

buang dengan pernapasan normal maka alveoli dapat pecah ketika naik ke permukaan air.

Bila alveoli pecah, udara dapat keluar ke cavitas pleura. Bila alveoli pecah maka volume air

yang masuk akan bertambah. Bernapas secara teratur dapat mengurangi tekanan di cavitas

pleura. Beberapa saat kemudian udara dapat menembus jaringan menyebabkan emphysema

subcutaneous (terlihat gelembung udara di bawah kulit) atau emphysema mediastinal (udara

tertimbun di jaringan dan rongga dada). Keadaan yang lebih buruk, udara dapat menembus

peredaran darah sehingga menyebabkan arteri ruptur dan alveoli pecah. Bila gelembung gas

menembus system peredaran darah dapat mengurangi suplai darah ke organ seperti ginjal,

otak, hati, usus halus. Pecahnya alveoli dapat terjadi bila volume dan tekanan udara ke pleura

besar sehingga jantung tidak dapat memompa darah ke tubuh dan paru.(3)

Diagnosis

Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Perlu ditanyakan

aktivitas yang berhubungan dengan perubahan tekanan yang tiba-tiba dalam 24 jam.

Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan berkurangnya gejala saat dilakukan tindakan

rekompresi. Meskipun MRI dan CT Scan dapat menunjukkan kelainan emboli pada

pembuluh darah, namun pada kasus ini cukup ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan

fisik.(11)

Penatalaksanaan

Semua kasus sindrom dekompresi harus diterapi dengan terapi hiperbarik sampai

oksigen 100% (100% oksigen diberikan dalam kamar udara bertekanan tinggi). Gejala

neurologi, pulmoner, dan lesi pada kulit harus diterapi juga dengan hiperbarik, jika menetap

selama 10-14 hari. Pertolongan pertama menggunakan oksigen murni pada kasus darurat

menunjukkan peningkatan keberhasilan terapi rekompresi, sehingga terapi ini sangat

disarankan.(12)

15

Page 16: Barotrauma Di Bidang THT

Tidak disarankan menggunakan obat-obatan analgesic, karena dapat menutupi gejala

yang ada. Pasien harus diposisikan dalam posisi yang nyaman dan pada posisi supine, atau

dapat diposisikan dalam posisi recovery jika terdapat keluhan mual dan muntah.(13) Dahulu

posisi Trendelenburgh dan lateral decubitus disarankan saat terjadi emboli udara, namun

sekarang posisi tersebut tidak disarankan karena dapat meneyababkan edema cerebral.(14)

16

Page 17: Barotrauma Di Bidang THT

IV. KESIMPULAN

Barotrauma terjadi karena adanya perbedaan antara tekanan udara di rongga-rongga

tubuh dengan tekanan udara luar secara tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan

tubuh untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan tekanan tiba-tiba tersebut. Sehingga

terjadi kelainan seperti barotraumas atau barosinusitis.

Penyebab terjadinya barotraumas adalah penyumbatan pada tuba eustachius. Jika

terjadi penyumbatan tersebut maka udara tidak akan sampai ke telinga tengah dan terjadilah

perbedaan tekanan. Faktor risiko barotraumas adalah perubahan ketinggian dan penyelaman.

17

Page 18: Barotrauma Di Bidang THT

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams Boeis Higler. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. ECG, 1997.

2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2007.

3. Barotitis Media. 2012; http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/barotitis-media-aerotitis-

barotrauma.html. (diakses 1 Januari 2012)

4. Probes R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme. 2006

5. Anatomy of Inner Ear. 2010; http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm (diakses

4 Januari 2012).

6. Ear Barotrauma. 2012; http://www.medtogo.com/ear-lung-barotrauma.html (diakses 6

Januari 2012)

7. Middle-Ear-Barotrauma. 2010; http://www.scuba.net.hk/medicine/volume001.htm

(diakses 6 Januari 2012)

8. Barosinusitis. 2012; http://mdc.undip.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=81&Itemid=98 (diakses 7 Januari 2012)

9. Caisson disease of bone. Gregg PJ, Walder N. 2010.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3757375 (diakses 20 Januari 2012).

10. Decompression Sickness. 2011.

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Caisson's+disease (diakses 20 Januari

2012)

11. U.S. Navy Supervisor of Diving (2008). "Chapter 20: Diagnosis and Treatment of

Decompression Sickness and Arterial Gas Embolism" (PDF). U.S. Navy Diving Manual.

SS521-AG-PRO-010, revision 6. volume 5. U.S. Naval Sea Systems Command. p. 37.

(diakses 20 Januari 2012).

12. Longphre, John M; DeNoble, Petar J; Moon, Richard E; Vann, Richard D; Freiberger,

John J (2007). "First aid normobaric oxygen for the treatment of recreational diving

injuries". Undersea and Hyperbaric Medicine 34 (1): 43–49. ISSN 1066-

2936.OCLC 26915585. PMID 17393938. (diakses 20 Januari 2012)

13. Thalmann, Edward D (March/April 2004). "Decompression Illness: What Is It and What

Is The Treatment?". Divers Alert Network. (diakses 20 Januari 2012)

14.  O'Dowd, Liza C; Kelley, Mark A (October 2000). "Air embolism".Chinese Medical

Biotechnology Information Network. Peking University. (diakses 20 Januari 2012)

18